proposal saat ini

40
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis moneter yang melanda negara-negara anggota ASEAN telah memporakporandakan struktur perekonomian negara-negara tersebut. Bahkan bagi Indonesia, akibat dari terjadinya krisis moneter yang kemudian berlanjut pada krisis ekonomi dan politik ini, telah menyebabkan kerusakan yang cukup signifikan terhadap sendi-sendi perekonomian nasional. Krisis moneter yang melanda Indonesia diawali dengan terdepresiasinya secara tajam nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (terutama dolar Amerika), akibat adanya domino effect dari terdepresiasinya mata uang Thailand (bath), salah satunya telah mengakibatkan terjadinya lonjakan harga barang-barang yang diimpor Indonesia dari luar negeri. Lonjakan harga barang-barang impor ini, menyebabkan harga hampir semua barang yang dijual di dalam negeri meningkat baik secara langsung maupun secara tidak langsung, terutama pada barang yang memiliki kandungan barang impor yang tinggi. Karena gagal mengatasi krisis moneter dalam jangka waktu yang pendek bahkan cenderung berlarut-larut, menyebabkan kenaikan tingkat harga terjadi secara umum dan semakin berlarut-larut. Akibatnya, angka inflasi nasional melonjak cukup tajam. Lonjakan yang cukup tajam terhadap angka inflasi nasional yang tanpa diimbangi oleh peningkatan pendapatan nominal 1

Upload: nanang-syafruddin

Post on 20-Jun-2015

1.477 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

proposal penelitian skripsi

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Saat Ini

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis moneter yang melanda negara-negara anggota ASEAN telah

memporakporandakan struktur perekonomian negara-negara tersebut.

Bahkan bagi Indonesia, akibat dari terjadinya krisis moneter yang

kemudian berlanjut pada krisis ekonomi dan politik ini, telah menyebabkan

kerusakan yang cukup signifikan terhadap sendi-sendi perekonomian

nasional. Krisis moneter yang melanda Indonesia diawali dengan

terdepresiasinya secara tajam nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

(terutama dolar Amerika), akibat adanya domino effect dari

terdepresiasinya mata uang Thailand (bath), salah satunya telah

mengakibatkan terjadinya lonjakan harga barang-barang yang diimpor

Indonesia dari luar negeri. Lonjakan harga barang-barang impor ini,

menyebabkan harga hampir semua barang yang dijual di dalam negeri

meningkat baik secara langsung maupun secara tidak langsung, terutama

pada barang yang memiliki kandungan barang impor yang tinggi. Karena

gagal mengatasi krisis moneter dalam jangka waktu yang pendek bahkan

cenderung berlarut-larut, menyebabkan kenaikan tingkat harga terjadi

secara umum dan semakin berlarut-larut. Akibatnya, angka inflasi nasional

melonjak cukup tajam. Lonjakan yang cukup tajam terhadap angka inflasi

nasional yang tanpa diimbangi oleh peningkatan pendapatan nominal

1

Page 2: Proposal Saat Ini

masyarakat telah menyebabkan pendapatan riil rakyat semakin merosot.

Begitupun pendapatan per kapita penduduk merosot relatif sangat cepat

yang mengakibatkan Indonesia kembali masuk dalam golongan negara

miskin. Hal ini telah menyebabkan semakin beratnya beban hidup

masyarakat, khususnya pada masyarakat strata ekonomi bawah. Jika

melihat begitu dasyatnya pengaruh lonjakan angka inflasi di Indonesia

(akibat dari imported inflation yang dipicu oleh terdepresiasinya nilai tukar

rupiah terhadap mata uang asing) terhadap perekonomian nasional, maka

dirasa perlu untuk memberikan perhatian ekstra terhadap masalah inflasi

ini dengan cara mencermati kembali teori-teori yang membahas tentang

inflasi; faktor-faktor yang menjadi sumber penyebab timbulnya inflasi di

Indonesia; serta langkah-langkah apakah yang sebaiknya diambil untuk

dapat keluar dari perangkap inflasi ini.

Tingkat inflasi selama tahun 1998/1999 mencapai 77,63%.

Meningkatnya tekanan harga terutama berasal dari sisi penawaran

sebagai akibat depresiasi rupiah yang sangat tajam pada tahun

1997/1998. Tiga tahun terakhir laju inflasi : 6,60% (2006), 6,59% (2007)

dan naik 5,01% menjadi 11,6% pada tahun 2008. (Laporan Tahunan BI,

1996 – 2007 dan BI 2008).

2

Page 3: Proposal Saat Ini

TABEL 1.1

Laju inflasi selama periode 1998– 2008

Secara umum penyebab inflasi di Indonesia terjadi karena adanya

tekanan dari sisi permintaan (Demand Pull Inflation) maupun dari sisi

penawaran (Cost Push Inflation). Dari sisi permintaan Menurut teori

moneter, ekses permintaan ini disebabkan terlalu banyaknya uang

beredar (M1) di masyarakat, sedangkan jumlah barang di pasar sedikit.

Peningkatan permintaan agregat domestik bisa disebabkan oleh berbagai

faktor, misalnya oleh moneter perbankan dalam bentuk ekspansi kredit

atau penurunan suku bunga pinjaman dan deposito. Sedangkan dari sisi

penawaran yaitu biaya produksi selain itu ongkos tenaga kerja juga sering

menjadi salah satu penyebab utama CPI, misalnya kenaikan UMR di

3

Page 4: Proposal Saat Ini

semua propinsi.

Selain itu inflasi juga terjadi karena tekanan dari luar yaitu

depresiasi nilai rupiah dan juga karena harga barang luar negeri (Imported

Inflation). Perilaku harga cenderung mudah meningkat karena pengaruh

melemahnya nilai tukar rupiah dimana harga cenderung sulit untuk turun

apabila nilai tukar rupiah menguat. Dari sisi lain, inflasi juga terjadi karena

adanya output gap berupa perbedaan output potensial dengan output

aktualnya. Selain itu laju inflasi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya

seperti meningkatnya kegiatan ekonomi yang mendorong peningkatan

permintaan agregat yang tidak diimbangi dengan meningkatnya

penawaran agregat karena adanya kendala struktural perekonomian.

Kebijakan pemerintah di bidang harga dan pendapatan juga ikut

mempengaruhi kenaikan harga barang dan jasa seperti BBM, listrik, air

minum dan rokok serta menaikkan upah minimum tenaga kerja swasta

dan gaji pegawai negeri diperkirakan memberikan tambahan inflasi IHK.

Sementara itu laju inflasi juga tidak lepas dari pengaruh ekspektasi

inflasi oleh produsen dan pedagang serta konsumen. Tingginya

ekspektasi inflasi pada produsen dan pedagang dipengaruhi oleh

tingginya inflasi tahun sebelumnya sedangkan ekspektasi para konsumen

terutama dipengaruhi oleh ekspektasi kenaikan harga barang-barang yang

dikendalikan oleh pemerintah dan ekspektasi nilai tukar rupiah.

Dampak inflasi terhadap perekonomian dapat berupa dampak yang

positif dan negatif. Pertama, Inflasi akan menyebabkan turunnya

4

Page 5: Proposal Saat Ini

pendapatan riil masyarakat yang memiliki pendapatan tetap. Karena

dengan penghasilan yang relatif tetap, mereka tidak dapat menyesuaikan

pendapatannya dengan kenaikan harga yang disebabkan karena inflasi.

Sebaliknya, bagi mereka yang memiliki penghasilan yang dinamis

(pedagang dan pengusaha misalnya), seringkali mendapat manfaat dari

adanya kenaikan harga tersebut, dengan cara menyesuaikan harga jual

produknya. Dengan demikian pendapatan yang mereka peroleh secara

otomatis akan tersesuaikan, dan tidak jarang dengan persentase yang

lebih besar. Didalam penjelasannya, Nopirin (2000), menyebut dampak

pertama ini dengan sebutan efek terhadap pendapatan (Equity Effect).

Kedua, inflasi dapat menyebabkan turunnya nilai riil kekayaan

masyarakat yang berbentuk kas, dengan kata lain nilai tukar kas tersebut

menjadi lebih kecil, karena secara nominal harus menghadapi harga

komoditi per satuan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Sebaliknya,

mereka yang banyak memiliki kekayaan dalam bentuk aktiva tetap/aset

non-likuid (golongan menengah ke atas), justru diuntungkan dengan

kenaikan harga tersebut (Kesumajaya, 1993). Dengan demikian inflasi

akan membuat jurang kesenjangan yang semakin lebar.

Ketiga, Inflasi dapat menurunkan nilai tabungan masyarakat,

sehingga masyarakat akan cenderung memilih menginvestasikan

dananya dalam aktiva yang lebih baik. Dengan kecenderungan ini, dunia

perbankan akan mengalami kesulitan likuiditas, dan sebagai salah satu

sumber perolehan dana bagi sektor riil, hal ini tentu tidak menguntungkan.

5

Page 6: Proposal Saat Ini

Keempat, Inflasi akan menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi

Indonesia menjadi terhambat. Sebagai contoh, di sektor pedagangan luar

negeri komoditi ekspor Indonesia menjadi kurang dapat bersaing dengan

komoditi sejenis di pasar dunia. Dengan kata lain, kemerosotan produksi

akan terjadi, baik untuk produk yang berorientasi ekspor maupun produk

untuk pasar domestik. Bahan Kuliah Ekonomi Moneter – Aris B. Setyawan

67. Hal ini sangat berbahaya karena dapat memicu meningkatnya

pengangguran di suatu negara (Khalwaty, 2000), dan juga (Korteweg,

1973).

Di sisi kurs valuta asing, Rupiah akan semakin terdepresiasi

terhadap mata uang asing, yang pada gilirannya akan menimbulkan

masalah lain yang tidak kalah seriusnya, seperti membengkaknya

kewajiban Pemerintah terhadap kreditur luar negeri. Menurut Harvey

(1988) inflasi akan mempengaruhi kinerja perdagangan suatu negara

yang tercermin dalam neraca perdagangannya. Terakhir, inflasi yang tidak

terkendali dapat mendorong terjadinya capital outflow ke luar negeri.

Pemilik modal akan lebih memilih menginvestasikan dananya di negara

yang lebih menguntungkan. Begitu pula akan terjadi relokasi sektor

manufaktur / riil ke negara yang memiliki cost production yang lebih

rendah.

Dari pembahasan diatas kita dapat mengetahui bahwa ternyata

inflasi sangat berdampak pada perekonomian khususnya terhadap PDB

suatu negara sehingga menjadi penting untuk diangkat oleh penulis

6

Page 7: Proposal Saat Ini

dengan judul ‘Model Empiris Inflasi dan Pengaruhnya Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode 1998 – 2009’’

1.2 Rumusan Masalah Pokok Penelitian

Bertolak dari latar belakang yang dikemukakan diatas, maka yang

menjadi masalah pokok penelitian ini adalah :

• Seberapa besar pengaruh harga bbm,suku bunga investasi ,serta

jumlah uang beredar terhadap inflasi di Indonesia

• Seberapa besar pengaruh inflasi terhadap PDB di Indonesia.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dan manfaat yang ingin dicapai sehubungan

dengan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengukur seberapa

besar pengaruh faktor-faktor pendorong, perkembangan Inflasi serta

pengaruhnya terhadap PDB di Indonesia, sehingga memberi manfaat

yaitu dapat memberikan gambaran mengenai gambaran variabel –

variabel yang berpengaruh dan paling dominan mempengaruhi Inflasi di

Indonesia yang sekiranya kajian ini dapat menjadi tambahan referensi

untuk melengkapi referensi yang sudah ada agar nantinya dapat

memberikan masukan bagi penulis/peneliti yang akan menambah

perbendaharaan lebih lanjut.

7

Page 8: Proposal Saat Ini

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini pada intinya menyajikan tinjauan ulang literatur terkait

dengan beberapa kajian/landasan teoritis, studi empiris terkait sebelumnya

atau yang relevan dengan masalah pokok dan metode analisis penelitian,

kerangka konseptual penelitian, dan hipotesis penelitian

2.1 Beberapa kajian/landasan teoritis

2.1.1 Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat

secara umum dan terus menerus. Inflasi juga diartikan sebagai

kecenderungan naiknya harga secara umum dan terus menerus, dalam

waktu dan tempat tertentu (Korteweg, 1973; Ackley, 1978; Nopirin, 1997;

serta Boediono, 2001 dalam Setiawan,2005.). Keberadaannya sering

diartikan sebagai salah satu masalah utama dalam perekonomian negara,

selain pengangguran dan ketidakseimbangan neraca pembayaran.

Namun demikian, meskipun menjadi salah satu masalah besar

dalam perekonomian, sebagian ahli sepakat bahwa dampak positif inflasi

akan maksimal dengan tingkat inflasi yang agak rendah, berkisar antara

5% - 6% per tahun (Glassburner, Chandra, 1981). Dengan kata lain,

tingkat inflasi yang kurang atau lebih dari angka tersebut, akan memiliki

kecenderungan memberi dampak negatif bagi perekonomian.

8

Page 9: Proposal Saat Ini

Timbulnya inflasi dapat dikarenakan oleh beberapa hal. Menurut

Soediyono (2000), dari sebab-musababnya inlflasi dapat timbul karena

adanya peningkatan permintaan masyarakat (demand pull inflation),

karena desakan naiknya biaya produksi (cost push inflation), serta karena

keduanya (mixed inflation).

Dengan pendapat yang sedikit berbeda, Nopirin (1997)

berpendapat bahwa karena inflasi merupakan proses kenaikan

harga-harga umum, dimana harga umum ditentukan oleh

permintaan dan penawaran agregat, maka inflasi dapat

disebabkan oleh perubahan permintaan dan atau penawaran

agregat. Oleh karena itu, pengendalian inflasi dapat dilakukan

melalui dua variabel tersebut. Sementara itu, menurut Boediono

(2001) inflasi sebagai kecenderungan dari harga-harga untuk naik

secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua

barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut

meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari

barang-barang lain. dilihat dari asalnya, inflasi dapat timbul dari aktivitas

ekonomi dalam negeri (domestic inflation) dan dapat pula karena

pengaruh komoditi impor (Imported Inflation).

2.1.2. Teori Inflasi Klasik

Teori ini berpendapat bahwa tingkat harga terutama ditentukan oleh

jumlah uang beredar, yang dapat dijelaskan melalui hubungan antara nilai

9

Page 10: Proposal Saat Ini

uang dengan jumlah uang, serta nilai uang dan harga. Bila jumlah uang

bertambah lebih cepat dari pertambahan barang maka nilai uang akan

merosot dan ini sama dengan kenaikan harga. Jadi menurut Klasik, inflasi

berarti terlalu banyak uang beredar atau terlalu banyak kredit

dibandingkan dengan volume transaksi maka obatnya adalah membatasi

jumlah uang beredar dan kredit. Pendapat Klasik tersebut lebih jauh dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Inflasi = f(jumlah uang beredar, kredit)

Model Inflasi Statis Klasik

Misalkan dalam model klasik pertumbuhan penduduk dan kemajuan

teknologi tidak ada sehingga pertumbuhan stok uang naik secara konstan

sebesar θ pada periode [t], yaitu :

Δln(Mt) = θ

Netralitas uang dalam model klasik menyatakan bahwa tingkat harga [Pt]

juga naik sebesar pertumbuhan stok uang [θ]. Penyelesaian model klasik

akan menghasilkan tingkat bunga nominal [R], di mana tingkat bunga

nominal merupakan fungsi dari output agregat ditambah tingkat inflasi,

yaitu :

Rt = Ω(yt) + πt

Substitusi ke model LM untuk mendapatkan solusi Rt dan Pt.Mt

ditentukan oleh otoritas moneter dan yt konstan pada y* karena skedul

inelastic sempurna atau vertical. Keseimbangan pada kondisi steady-state

10

Page 11: Proposal Saat Ini

dapat dijelaskan dengan tiga cara seperti pada gambar. Pertama, output

agregat pada steady-state adalah sebesar y*. Kedua, nilai y, R, , dan

M/P juga konstan pada waktu tak terhingga karena tingkat harga umum

atau inflasi naik secara konstan. Ketiga, nilai π harus sama

dengan nilai dan untuk M/P juga konstan

sebesar θ.

R

M/P

R

r

IS :

y* y

Konsekuensinya, keseimbangan pada kondisi steady-state adalah

atau pertumbuhan output agregat tidak ada. Nilai Rt ditentukan oleh

perpotongan skedul IS, yaitu dan y = y*, sehingga peranan dari skedul LM

hanya menentukan saldo kas riil [M/P] pada tingkat y dan R tertentu. Oleh

sebab itu, tingkat pertumbuhan P adalah konstan sebesar θ pada

keseimbangan steady-state. Dengan kata lain, inflasi steady-state

menjelaskan pertumbuhan harga – harga atau inflasi sama dengan

pertumbuhan stok uang nominal sehingga variable ekonomi riil tidak

berubah.

11

Page 12: Proposal Saat Ini

2. 1.3 Teori Inflasi Keynes

Teori ini mengasumsikan bahwa perekonomian sudah berada

pada tingkat full employment. Menurut Keynes kuantitas uang tidak

berpengaruh terhadap tingkat permintaan total, karena suatu

perekonomian dapat mengalami inflasi walaupun tingkat kuantitas uang

tetap konstan. Jika uang beredar bertambah maka harga akan naik.

Kenaikan harga ini akan menyebabkan bertambahnya permintaan uang

untuk transaksi, dengan demikian akan menaikkan suku bunga. Hal ini

akan mencegah pertambahan permintaan untuk investasi dan akan

melunakkan tekanan inflasi.

Analisa Keynes mengenai inflasi permintaan dirumuskan

berdasarkan konsep inflationary gap. Menurut Keynes, inflasi permintaan

yang benar-benar penting adalah yang ditimbulkan oleh pengeluran

pemerintah, terutama yang berkaitan dengan peperangan, program

investasi yang besar-besaran dalam kapital sosial. Dengan demikian

pemikiran Keynes tentang inflasi dapat dirumuskan menjadi :

Inflasi = f(jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah, suku bunga,

investasi)

2.1.4. Teori Inflasi Moneterisme

12

Page 13: Proposal Saat Ini

Teori ini berpendapat bahwa, inflasi disebabkan oleh

kebijaksanaan moneter dan fiskal yang ekspansif, sehingga jumlah uang

beredar di masyarakat sangat berlebihan. Kelebihan uang beredar di

masyarakat akan menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan barang

dan jasa di sektor riil. Menurut golongan moneteris, inflasi dapat

diturunkan dengan cara menahan dan menghilangkan kelebihan

permintaan melalui kebijakan moneter dan fiskal yang bersifat kontraktif,

atau melalui kontrol terhadap peningkatan upah serta penghapusan

terhadap subsidi atas nilai tukar valuta asing. Sehingga teori inflasi

menurut Moneterisme dapat dinotasikan sebagai berikut :

Inflasi = f(kebijakan moneter ekspansif, kebijakan fiskal ekspansif)

2 .1.5 Teori Ekspektasi

Menurut Dornbusch, bahwa pelaku ekonomi membentuk

ekspektasi laju inflasi berdasarkan ekspektasi adaptif dan ekspektasi

rasional. Ekspektasi rasional adalah ramalan optimal mengenai masa

depan dengan menggunakan semua informasi yang ada. Pengertian

rasional adalah suatu tindakan yang logik untuk mencapai tujuan

berdasarkan informasi yang ada. Artinya secara sederhana teori

ekspektasi dapat dinotasikan menjadi :

Inflasi = f(ekspektasi adaftif,ekspektasi rasional)

13

Page 14: Proposal Saat Ini

2.1.6 Teori Struktural : Model Inflasi di Negara Berkembang

Banyak study mengenai inflasi di negara-negara berkembang,

menunjukan bahwa inflasi bukan semata-mata merupakan fenomena

moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push

inflation. Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi negara-negara

berkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris. Sehingga,

goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal

panen (akibat faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat,

bencana alam, dan sebagainya), atau hal-hal yang memiliki kaitan dengan

hubungan luar negeri, misalnya memburuknya term of trade, utang luar

negeri, dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi harga di pasar

domestik. Fenomena struktural yang disebabkan oleh kesenjangan atau

kendala struktural dalam perekonomian di negara berkembang, sering

disebut dengan structural bottlenecks. Strucktural bottleneck terutama

terjadi dalam tiga hal, yaitu (1). Supply dari sektor pertanian (pangan)

tidak elastis. Hal ini dikarenakan pengelolaan dan pengerjaan sektor

pertanian yang masih menggunakan metode dan teknologi yang

sederhana, sehingga seringkali terjadi supply dari sektor pertanian

domestik tidak mampu mengimbangi pertumbuhan permintaannya. (2).

Cadangan valuta asing yang terbatas (kecil) akibat dari pendapatan

14

Page 15: Proposal Saat Ini

ekspor yang lebih kecil daripada pembiayaan impor. Keterbatasan

cadangan valuta asing ini menyebabkan kemampuan untuk mengimpor

barang-barang baik bahan baku; input antara; maupun barang modal yang

sangat dibutuhkan untuk pembangunan sektor industri menjadi terbatas

pula. Belum lagi ditambah dengan adanya demonstration effect yang

dapat menyebabkan perubahan pola konsumsi masyarakat. Akibat dari

lambatnya laju pembangunan sektor industri, seringkali menyebabkan laju

pertumbuhan supply barang tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan

permintaan.(3). Pengeluaran pemerintah terbatas. Hal ini disebabkan

oleh sektor penerimaan rutin yang terbatas, yang tidak cukup untuk

membiayai pembangunan, akibatnya timbul defisit anggaran belanja,

sehingga seringkali menyebabkan dibutuhkannya pinjaman dari luar

negeri ataupun mungkin pada umumnya dibiayai dengan pencetakan

uang (printing of money). Dengan adanya structural bottlenecks ini, dapat

memperparah inflasi di negara berkembang dalam jangka panjang, oleh

karenanya fenomena inflasi di negara - negara yang sedang berkembang

kadangkala menjadi suatu fenomena jangka panjang yang tidak dapat

diselesaikan dalam jangka waktu yang pendek. Berbeda dengan kaum

monetaris yang memandang inflasi sebagai fenomena moneter, yang

disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam sektor moneter akibat dari

ekspansi jumlah uang beredar, kaum neo-structuralist menekankan pada

struktur sektor keuangan. Dasar pemikiran kaum neo-structuralist ini

adalah pengaruh uang terhadap perekonomian terutama ditransmisikan

15

Page 16: Proposal Saat Ini

dari supply side atau produksi. Menurut pemikiran kaum neo-structuralist,

uang merupakan salah satu faktor penentu investasi dan produksi. Bila

jumlah uang yang tersedia untuk investasi melimpah, menyebabkan harga

uang (suku bunga) akan murah, maka volume investasi akan meningkat.

Dengan meningkatnya volume investasi, volume produksi juga akan

meningkat. Sehingga penawaran barang meningkat, yang pada gilirannya

akan menekan tingkat inflasi. Dengan dasar pemikiran yang seperti ini,

timbul pendapat bahwa deregulasi di sektor finansial dan peningkatan

jumlah uang beredar akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi seraya

menekan inflasi. Kaum strukturalis berpendapat, bahwa selain harga

komoditi pangan, penyebab utama terjadinya inflasi di negara-negara

berkembang adalah akibat inflasi dari luar negeri (imported inflation). Hal

ini disebabkan antara lain oleh harga barang - barang impor yang

meningkat di daerah asalnya, atau terjadinya devaluasi atau depresiasi

mata uang di negara pengimpor. Menurut kesimpulan dari penelitian M.N.

Dalal dan G. Schachter (1988), bila kontribusi impor terhadap

pembentukan output domestik sangat besar, yang artinya sifat barang

impor tersebut sangat penting terhadap price behaviour di negara importir,

maka kenaikan harga barang impor akan menyebabkan tekanan inflasi di

dalam negeri yang cukup besar. Selain itu, semakin rendah derajat

kompetisi yang dimiliki oleh barang impor (price inelastic) terhadap produk

dalam negeri, akan semakin besar pula dampak perubahan harga barang

impor tersebut terhadap inflasi domestik.

16

Page 17: Proposal Saat Ini

2.2 Jenis Inflasi

Dalam ilmu ekonomi, inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa

jenis dalam pengelompokan tertentu, dan pengelompokan yang akan

dipakai akan sangat bergantung pada tujuan yang hendak dicapai.

Jenis inflasi :

Menurut Derajatnya

Inflasi ringan di bawah 10% (single digit)

Inflasi sedang 10% - 30%.

Inflasi tinggi 30% - 100%.

Hyperinflasion di atas 100%.

Laju inflasi tersebut bukanlah suatu standar yang secara mutlak

dapat mengindikasikan parah tidaknya dampak inflasi bagi perekonomian

di suatu wilayah tertentu, sebab hal itu sangat bergantung pada berapa

bagian dan golongan masyarakat manakah yang terkena imbas ( yang

menderita ) dari inflasi yang sedang terjadi.

Menurut Penyebabnya

Demand pull inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu

kuatnya peningkatan aggregate demand masyarakat terhadap komoditi-

komoditi hasil produksi di pasar barang. Akibatnya, akan menarik (pull)

kurva permintaan agregat ke arah kanan atas, sehingga terjadi excess

demand , yang merupakan inflationary gap. Dan dalam kasus inflasi jenis

ini, kenaikan harga-harga barang biasanya akan selalu diikuti dengan

peningkatan output (GNP riil) dengan asumsi bila perekonomian masih

17

Page 18: Proposal Saat Ini

belum mencapai kondisi full-employment. Pengertian kenaikkan

aggregate demand seringkali ditafsirkan berbeda oleh para ahli ekonomi.

Golongan moneterist menganggap aggregate demand mengalami

kenaikkan akibat dari ekspansi jumlah uang yang beredar di masyarakat.

Sedangkan, menurut golongan Keynesian kenaikkan aggregate demand

dapat disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi; investasi;

government expenditures; atau net export, walaupun tidak terjadi ekspansi

jumlah uang beredar.

Cost push inflation, yaitu inflasi yang dikarenakan bergesernya

aggregate supply curve ke arah kiri atas. Faktor-faktor yang menyebabkan

aggregate supply curve bergeser tersebut adalah meningkatnya harga

faktor-faktor produksi (baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari

luar negeri) di pasar faktor produksi,sehingga menyebabkan kenaikkan

harga komoditi di pasar komoditi. Dalam kasus cost push inflation

kenaikan harga seringkali diikuti oleh kelesuan usaha.

Menurut Asalnya

Domestic inflation, yaitu inflasi yang sepenuhnya disebabkan oleh

kesalahan pengelolaan perekonomian baik di sektor riil ataupun di sektor

moneter di dalam negeri oleh para pelaku ekonomi dan masyarakat.

Imported inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh adanya

kenaikan harga-harga komoditi di luar negeri (di negara asing yang

memiliki hubungan perdagangan dengan negara yang bersangkutan).

Inflasi ini hanya dapat terjadi pada negara yang menganut sistem

18

Page 19: Proposal Saat Ini

perekonomian terbuka (open economy system). Inflasi ini dapat ‘menular’

baik melalui harga barang - barang impor maupun harga barang - barang

ekspor. Terlepas dari pengelompokan - pengelompokan tersebut, pada

kenyataannya inflasi yang terjadi di suatu negara sangat jarang (jika tidak

boleh dikatakan tidak ada) yang disebabkan oleh satu macam / jenis

inflasi, tetapi acapkali karena kombinasi dari beberapa jenis inflasi. Hal ini

dikarenakan tidak ada faktor - faktor ekonomi maupun pelaku-pelaku

ekonomi yang benar - benar memiliki hubungan yang independen dalam

suatu sistem perekonomian negara. Contoh : imported inflation seringkali

diikuti oleh cost push inflation, domestic inflation diikuti dengan demand

pull inflation, dsb.

2.3 Sumber-sumber Inflasi di Indonesia

Apabila ditelaah lebih lanjut, terdapat beberapa faktor utama yang menjadi

penyebab timbulnya inflasi di Indonesia, yaitu :

2.3.1 Jumlah uang beredar

Menurut sudut pandang kaum moneteris jumlah uang beredar

adalah faktor utama yang dituding sebagai penyebab timbulnya inflasi di

setiap negara, tidak terkecuali di Indonesia. Di Indonesia jumlah uang

beredar ini lebih banyak diterjemahkan dalam konsep narrow money

( M1 ). Hal ini terjadi karena masih adanya anggapan, bahwa uang kuasi

hanya merupakan bagian dari likuiditas perbankan. Sejak tahun 1976

presentase uang kartal yang beredar (48,7%) lebih kecil dari pada

19

Page 20: Proposal Saat Ini

presentase jumlah uang giral yang beredar (51,3%). Sehingga,

mengindikasikan bahwa telah terjadi proses modernisasi di sektor

moneter Indonesia. Juga, mengindikasikan bahwa semakin sulitnya

proses pengendalian jumlah uang beredar di Indonesia, dan semakin

meluasnya monetisasi dalam kegiatan perekonomian subsistence,

akibatnya memberikan kecenderungan meningkatnya laju inflasi. Menurut

data yang dihimpun dalam Laporan Bank Dunia, menunjukan laju

pertumbuhan rata-rata jumlah uang beredar di Indonesia pada periode

tahun 1980- 1992 relatif tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

ASEAN lainnya. Tingkat inflasi Indonesia juga relatif tinggi dibandingkan

dengan negara-negara ASEAN lainnya (kecuali Filipina). Kenaikkan

jumlah uang beredar di Indonesia pada tahun 1970-an sampai awal tahun

1980-an lebih disebabkan oleh pertumbuhan kredit likuiditas dan defisit

anggaran belanja pemerintah. Pertumbuhan ini dapat merupakan efek

langsung dari kebijaksanaan Bank Indonesia dalam sektor keuangan

(terutama dalam hal penurunan reserve requirement).

Pengukuran Uang dan Pasar Uang

Definisi dari uang yang diterima sebagai alat pembayaran barang dan jasa

menjelaskan bahwa uang didefinisikan oleh perilaku individu masyarakat

dalam memegang uang. Bank sentral sebagai otoritas yang bertanggung

jawab untuk mengukur penawaran uang dalam bentuk agregasi moneter

(monetary aggregate). Ukuran uang dalam arti sempit adalah :

M1 = M0 + TC + DD + CD

20

Page 21: Proposal Saat Ini

Di mana :

M0 = mata uang kertas dan logam

TC = traveler check

DD = demand deposit

CD = checkable deposit

Asset ini merupakan uang karena dapat digunakan sebagai alat tukar

secara langsung. Ukuran uang dalam arti lebih luas (broad money) adalah

:

M2 = M1 + TDSD + SD + MMD + MMMFNI

Di mana :

TDSD = deposit berjangka denominasi kecil

SD = tabungan deposit

MMD = deposit pasar uang

MMMFNI = reksa dana pasar uang nonkelembagaan

Asset ini secara ekstrim sangat likuid karena dapat ditukarkan dalam

bentuk tunai dengan cepat dan biaya yang kecil. Ukuran uang dalam arti

paling luas (high-powered money) adalah :

M3 = M2 + TDBD + MMMFI + REPOS + ED

Di mana :

TDBD = deposito berjangka dalam denominasi besar

MMMFI = reksa dana pasar uang kelembagaan

REPOS = pembelian kembali

ED = eurodollar

21

Page 22: Proposal Saat Ini

2.3.2 Administrated Goods

Kedua, administrated goods adalah barang-barang yang harganya

diatur dan ditetapkan oleh pemerintah. Meskipun pengaruhnya secara

langsung sangat kecil dalam mempengaruhi tingkat inflasi, tetapi secara

situasional dan tidak langsung pengaruhnya dapat menjadi signifikan. Dan

yang paling bepegaruh tehadap inflasi adalah penetapan harga BBM

apabila terjadi kenaikan BBM, maka bukan saja harga BBM yang naik,

harga barang atau tarif jasa yang terkait dengan BBM juga akan ikut

dinaikan oleh masyarakat. Akibatnya, dapat memperberat tekanan inflasi.

2.3.3 Interest Rate

Keempat, interest rate juga merupakan faktor penting yang

menyumbang angka inflasi di Indonesia. Memang pada awalnya

merupakan hal yang cukup membingungkan dalam menentukan manakah

yang menjadi independent variable atau dependent, antara inflasi dan

suku bunga. Tetapi, bila ditilik dari sisi biaya produksi dan investasi (sisi

penawaran), maka jelaslah bahwa suku bunga dapat dikatagorikan dalam

komponen biaya-biaya tersebut. Dengan relatif tingginya tingkat suku

bunga perbankan di Indonesia, menyebabkan biaya produksi dan

investasi di Indonesia, yang dibiayai melalui kredit perbankan, akan tinggi

juga. Jadi, apabila tingkat suku bunga meningkat, maka biaya produksi

akan meningkat, selanjutnya akan meningkatkan pula harga output di

22

Page 23: Proposal Saat Ini

pasar, akibatnya terjadi tekanan inflasi. Akhirnya, relasi antara tingkat

suku bunga dan inflasi ini bisa menjadi interest rate-price spiral.

Tingkat Bunga Nominal dan Riil

Persamaan Fisher menjelaskan bahwa tingkat bunga nominal adalah

tingkat bunga riil ditambah ekspektasi inflasi, yaitu :

Di mana :

r = tingkat bunga riil

R = tingkat bunga nominal

= tingkat ekspektasi inflasi

misalkan tingkat bunga nominal 8 persen dan ekspektasi inflasi 10

persen maka tingkat bunga riil adalah negative 2 persen. Artinya tingkat

bunga yang diterima dalam bentuk barang dan jasa riil adalah negative 2

persen. Dari contoh ini dapat dinyatakan bahwa ketika tingkat bunga riil

rendah, maka insentif untuk meminjam tinggi dan insentif untuk member

pinjaman rendah. Perbedaan tingkat bunga riil dan tingkat bunga nominal

penting karena tingkat bunga riil menjelaskan biaya riil dari pinjaman dan

merupakan indicator penting untuk insentif meminjam dan member

pinjaman. Sejalan dengan pengertian tingkat bunga riil maka tingkat

bunga nominal merupakan ukuran dari pertumbuhan uang. Obligasi di

mana pembayaran tingkat kupon dan pokok utang disesuaikan dengan

23

Page 24: Proposal Saat Ini

perubahan tingkat inflasi disebut obligasi berindeks (indexed bonds).

2.4 Produk Domestik Bruto

Salah satu cara untuk melihat kemajuan ekonomi adalah dengan

mencermati nilai pertumbuhan PDB. Dalam kamus Ekonomi Collins

(1994) PDB adalah merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang

diproduksi dalam waktu satu tahun di suatu negara tertentu tanpa

membedakan kepemilikan faktor produksi, tapi lebih memerlukan

keberadaan faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi itu .

Nilai Produk Domestikl Bruto (PDB) ini dapat dihitung melalui tiga

pendekatan, yaitu: (1) Segi produksi, PDB merupakan jumlah netto atas

suatu barang dan jasa yang dihasilkan untuk unit-unit produksi dalam

suatu wilayah dan lainnya dalam jangka waktu tertentu (satu tahun) , (2)

Segi Pendapatan, PDB merupakan jumlah balas jasa (pendapatan) yang

diterima oleh faktor-faktor produksi karena ikut serta dalam proses

produksi suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). (3)

Segi pengeluaran, PDB merupakan jumlah pengeluaran yang dilakukan

oleh rumah tangga, pemerintah dan lembaga swasta non profi, investasi

serta ekspor neto (ekspor dikurangi impor) biasanya dalam jangka waktu

tertentu (satu tahun).

Dalam penyajiannya, PDB selalu dibedakan atas dasar harga

konstan dan atas dasar harga berlaku. Adapun devenisi dari pembagian

PDB ini adalah sebagai berikut: (a) PDB atas dasar harga konstan adalah

24

Page 25: Proposal Saat Ini

nilai barang dan jasa (komoditi) atau pendapatan atau pengeluaran yang

dinilai atas dasar harga tetap. (b) PDB atas dasar harga berlaku adalah

nilai barang dan jasa (komoditi) atau pendapatan atau pengeluaran yang

dinilai atas harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan.

Nilai PDB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengukur

pertumbuhan ekonomi karena nilai PDB atas dasar harga konstan ini tidak

dipengaruhi oleh perubahan harga, sedangkan PDB atas dasar harga

berlaku digunakan untuk melihat besarnya perekonomian suatu daerah.

Dalam perhitungan PDB, seluruh lapangan usaha dibagi menjadi

sembilan sektor, yaitu:, Pertanian ,Pertambangan dan penggalian, Industri

pengolahan ,Listrik, gas dan air minum ,Bangunan ,Perdagangan, hotel

dan restoran ,Angkutan dan komunikasi ,Keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan, serta Jasa-jasa

Disamping itu, untuk mengetahui tingkat kesejahteraan atau

kemajuan suatu negara terlebih dahulu harus mengetahui sejauh mana

peningkatan pertumbuhan ekonominya dalam jangka waktu tertentu

(biasanya satu tahun).

Menurut Suparmoko (1990) pertumbuhan ekonomi adalah

terjadinya peningkatan seluruh barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh

suatu perekonomian dalam kurun waktu satu tahun. Pertumbuhan

ekonomi yang diukur dengan berkembangnya produksi barang dan jasa

atau pendapatan nasional sangat diperlukan karena ada dua faktor yang

25

Page 26: Proposal Saat Ini

sangat menentukan yaitu bertambahnya jumlah penduduk dari tahun

ketahun dan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat sebagai

hasil dari pembangunan itu sendiri, sehingga masyarakat membutuhkan

semakin banyak barang dan jasa,baik itu privat maupun barang publik.

Dalam definisi lain Simon Kuznets menyatakan bahwa

pertumbuhan ekonomi adalah suatu kenaikan secara terus menerus pada

produk perkapita atau perpekerja yang seringkali dibarengi dengan

kenaikan jumlah penduduk dan biasanya dengan perubahan struktural.

Disisi lain dia juga menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan

kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk

menyediakan berbagai jenis barang ekonomi kepada penduduknya.

Kemampuan ini tumbuh dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian

kelembagaan dan ideologis yang diperlukan (Jhingan, 1994). Definisi ini

memiliki tiga komponen : pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa

terlihat meningkat dan meningkatnya secara terus menerus persediaan

barang.; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan

ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam

penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan

teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian

dibidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh

ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat.

2.5 Pengaruh Inflasi Terhadap PDB.

Dalam Noprin (1993) dijelaskan ada beberapa dampak buruk yang

26

Page 27: Proposal Saat Ini

ditimbulkan oleh efek kenaikan inflasi diantaranya :

Memburuknya distribusi pendapatan

Dengan terjadinya inflasi, pendapatan juga naik. Namun bagi produsen

yang naiknya biaya produksi akan dibebankan kepada konsumen,

sehingga pendapatannya meningkat.bagi pekerja, walaupun pendapatan

yang diterimanya naik, kenaikan harga-harga barang konsumsi

menyebabkan daya beli semakin menurun.

Bunga yang semakin tinggi.

Inflasi akan cenderung menyebabkan suku bunga semakin

meningkat.Ada perbedaan pandangan antara Keynes dan moneteris

mengenai fenomena ini. Keynesian : naiknya tingkat harga menyebabkan

semakin tingginya pengeluaran nominal.meningkatnya pengeluaran

nominal tersebut, menyebabkan permintaan akan uang untuk bertransaksi

juga meningkat. Bila jumlah uang beredar tetap, maka akan

mengakibatkan tingkat suku bunga menjadi meningkat.Sedangkan

Moneteris : ekspektasi terhadap inflasi menyebabkan tingkat suku bunga

nominal meningkat. Irving Fisher mengatakan ada hubungan antara inflasi

denga tingkat suku bunga. Menurut Fisher, seseorang akan memperoleh

keuntungan secara riil jika tingkat suku bunga nominal lebih tinggi dari

tingkat inflasi. Akan tetapi jika tingkat bunga nominal berada dibawah

tingkat inflasi maka secara riil orang yang menabungkan uangnya akan

mengalami kerugian.

27

Page 28: Proposal Saat Ini

Ketidak pastian dan spekulasi

Inflasi akan menciptakan ketidakpastian menjadi semakin besar,

mengingat profitability dari investasi menjadi semakin tidak jelas.

Ekspektasi dari keuntungan investasi menjadi lebih sulit, dan inflasi dapat

meningkatkan ketidakpastian untuk pembiayaan investasi. Pengusaha

akan memilih investasi dengan nilai penegmbalian yang tinggi, yang cepat

(quick pay-off) dan tidak akan melakukan investasi yang dibiayai pinjaman

jangka pendek ( karena tingkat suku bunga nominal sangat tinggi ).

Problem pada balance of payment

Bila inflasi dalam negeri lebih tinggi disbanding inflasi Negara lain

( partner berdagang ) maka barang kita akan kalah bersaing, ekspor

menurun, dan Negara partner menjadi diuntungkan. Dengan kata lain,

inflasi menyebabkan ekspor menjadi lesu, dan impor menjadi lebih

diminati. Akibatnya neraca transaksi berjalan akan semakin memburuk.

Dengan neraca transaksi berjalan yang semakin memburuk, muncul

spekulasi akan terjadinya devaluasi mata uang.

Sehingga Dampak negatif inflasi dapat mempengaruhi investasi baik

penurunan investasi akibat pengaruh kenaikan cost produksi serta biaya

investasi maupun penurunan di sisi konsumsi akibat penurunan daya beli

masyarakat sehingga akan menurunkan PDB.

28

Page 29: Proposal Saat Ini

2.6. Beberapa Hasil Penelitian dan Studi Empiris Sebelumnya

Beberapa hasil penelitian dan studi empiris sebelumnya mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi antara lain:

Adwin S. Atmadja (1999) dalam penelitianya “Inflasi Di

Indonesia:Sumber-Sumber Penyebab Dan Pengendaliannya” yang

dilakukan di Indonesia mencoba menganalisis sumber –sumber yang

mempengaruhi inflasi di Indonesia dan memnemukan bahwa faktor –

faktor yang mempengaruhi inflasi di Indonesia adalah: Jumlah uang

beredar, Defisit Anggaran Belanja Pemerintah, Faktor-faktor dalam

Penawaran Agregat dan Luar Negeri dan berpengaruh positif serta

signfikandan hal tersebut sejalan dengan study empiris yang pernah

dilakukan oleh Sri Mulyani Indrawati (1996) di Indonesia , selain harga

bahan pangan, kontributor inflasi di Indonesia lainnya dari sisi penawaran

agregat adalah imported inflation, administrated goods, output gap, dan

interest rate.

Jatno Sunarjo .MSi dan Isnina Wahyuning . (2002) di Indonesia

dalam penelitianya berjudul “”Pengaruh Faktor Moneter Terhadap Laju

Inflasi di Indonesia “”mencoba melihat pengaruh variabel kurs, tingkat

bunga serta posisi jumlah kredit di bank terhadap inflasi dengan metode

regresi sedehana dengan hasil ketiga variabel tersebut memiliki hubungan

positif dan signifikan terhadap inflasi

29

Page 30: Proposal Saat Ini

Nurbaety Setram (2005) meneliti perkembanan laju Inflasi dari

tahun 1995-2005 dimana laju inflasi pada lima tahun tersebut banyak

didorong oleh melehmanya nilai tukar Rp terhadap dollar dan bahan

makanan serta berpengaruh negatif terhadap Pertumbuhan Ekonomi

A.Muh Ichwan (2009) di Indonesia dalam penelitianya bejudul “

Analisis Pengaruh pengeluaran Pemerintah ,Jumlah Uang Beredar,dan

Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Menggunakan perangkat análisis

regresi sederhana dimana pengeluaran pemerintah dan jumlah uang

beredar berpengaruh posistf dan signifikan terhadap Pertumbuhan

Ekonomi namun Inflasi berpengaruh Negatif dan signifikan terhadap

Pertumbuhan Ekonomi dimana Inflasi yang dimaksud yaitu Inflasi yang

diakibatkan oleh Cost push inflation

2.7 Kerangka Pikir

Dengan memperhatikan uraian yang telah dipaparkan terdahulu,

maka pada bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang dijadikan penulis

sebagai landasan berpikir untuk kedepannya. Landasan yang dimaksud

akan lebih mengarahkan penulis untuk menemukan data dan informasi

dalam penelitian ini guna memecahkan masalah yang telah dipaparkan

sebelumnya.Penulis mengambil beberapa variabel yang dianggap

berpengaruh dalam mempengaruhi Inflasi di Indonesia menurut Sri

Mulyani(1996) serta Adwin S. Atmadja (1999) mengambil beberapa

variabel yang paling mempengaruhi Inflasi di Indonesia diantaranya :

Jumlah uang beredar yang dimana penambahan jumlah uang

30

Page 31: Proposal Saat Ini

beredar akan mendorong kenaikan inflasi dari sisi Demand pull inflation

. keadaan inflasi ini.

Harga BBM yang ditetapkan oleh pemerintah turut mempengaruhi

,dimana keneikan harga BBM akan mendorong kenaikan kenaiakn biaya

produksi baik yang berhubungan langsung maupun berhubungan secara

tidak langsung seperti kenaiakan biaya distribusi barang

(transportasi),barang input produksi lain maupun mendorong kenaikan

upah sehinnga hal tersebut akan mendorong kenaikan harga barang

output (kenaikan inflasi pada sisi Cost push inflation).

Suku bunga kredit berpengaruh pada inflasi pada sisi Cost push

inflation dimana kecendrungan kenaikan suku bunga kredit akan

mendorong kenaikan kenaikan biaya modal (kredit) dan investasi akan

meningkat sehinnga akan mendorong kenaikan harga output.

Serta Inflasi yang mempengaruhi perkembangan PDB di Indonesia

dimana inflasi akan mempengaruhi Investasi baik pada sisi Cost push

inflation maupun pada sisi Demand pull inflation

Sehingga dari uraian diatas maka penulis menjabarkan ladasan berpikir

dalam gambar 2.8 yang dijadikan pegangan dalam penelitian ini.

31

Page 32: Proposal Saat Ini

GAMBAR 2.8

HARGA BBM

2.8 HIPOTESIS

Berdasarkan latar belakang, permasalahan yang ada diarahkan

untuk merujuk pada dugaan sementara yaitu:

• Diduga Jumlah Uang Beredar, Harga BBM ,Suku Bunga

Kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap Inflasi di

Indonesia pada periode 1998-2008”

• Diduga Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

PDB di Indonesia pada periode 1998-2008

32

JUB

PDB

INFLASI

SUKU BUNGA KREDIT

Page 33: Proposal Saat Ini

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Seiring dengan karakteristik obyek penelitian ini, maka metode

yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.

Pemilihan metode ini didasarkan pada pertimbangan bahwa metode ini

sesuai atau relevan dengan sifat dan tujuan penelitian dan wujud data

yang akan dikumpulkan. Dengan pemilihan dan penggunaan metode ini,

maka diharapkan penelitian mengenai dapat memeberikan transparasnsi

dan informasi yang riil sebagaimana adanya secara obyektif.

3.1 Teknik Pengumpulan Data : Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang bersifat kuantitatif yang meliputi data time series dari tahun 1997-

2008 tentang PDB , Inflasi, jumlah uang beredar ,suku bunga kredit,

harga BBM dari Bank Indonesia dan BPS .

Sedangkan data kualitatif meliputi beberapa hasil studi

kepustakaan dan artikel yang berguna bagi penelitian ini yang diperoleh

dari Badan Pusat Statistik (BPS), laporan Bank Indonesia, artikel-artikel

dan tulisan-tulisan yang diperoleh dengan fasilitas internet yang berguna

33

Page 34: Proposal Saat Ini

bagi penelitian ini.

3.2Metode Analisis

Berdasarkan uraian yang ada sebelumnya, maka model yang

digunakan adalah model regresi linier sederhana 2SLS atau metode two

stage least square.

Untuk melihat pengaruh Jumlah Uang Beredar, , Harga BBM ,Suku Bunga

Kredit tehadap Inflasi maka di dapat fungsi sebagai berikut ;

Secara singkat dapat dilihat model fungsi berikut:

Z = f (X1,X2,X3) ..........................…………………………. (3.1a)

Secara explisit dapat dinyatakan sebagai berikut:

Z = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + µ ........................… (3.2a)

Untuk melihat pengaruh Inflasi terhadap PDB , maka di dapat fungsi

sebagai berikut ;Secara singkat dapat dilihat model fungsi berikut:

Y = f (Z) ….....................………………………. (3.1b)

Secara explisit dapat dinyatakan sebagai berikut

Y = α0.µβ1Z ......………………………………………... (3.2b)

Ln Y = α0 + α1Z1 + µ …………………………………….. (3.3b)

Keterangan :

Y = PDB

Z = Inflasi

X1 = Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar

34

Page 35: Proposal Saat Ini

X2 = Pertumbuhan Harga BBM

X3 = Suku Bunga Investasi

β0 = Intersep

β1, β2, β3 = Koefisien Regresi

µ = Error term

Selanjutnya untuk menguji tingkat signifikansi atau keeratan

hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat maka digunakan

berbagai uji statistik diantaranya :

1. Uji Statistik t

Untuk menguji tingkat signifikan antara variabel bebas dengan

variabel terikat, maka digunakan tingkat signifikansi tertentu.

Dikatakan signifikansi jika nilai t hitung lebih besar dari t tabel.

2. Uji Statistik F

Untuk mengetahui signifikansi hubungan variabel bebas secara

menyeluruh terhadap variabel terikat pada tingkat signifikansi

tertentu. Dikatakan signifikansi jika nilai F hitung sama atau lebih

besar dari nilai F tabel.

3. Uji statistik R (koefisien korelasi)

Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel

bebas terhadap variabel terikat secara parsial (r) maupun secara

total (R)

4. Uji statistik R2 (koefisien determinasi)

Untuk mengetahui besarnya kontribusi variasi variabel bebas yang

35

Page 36: Proposal Saat Ini

ditentukan oleh variabel terikat baik secara parsial (r2) maupun

secara total (R2).

3.2Batasan Varibel

Y yaitu PDB atau merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa

yang diproduksi dalam waktu satu tahun di Indonesia pada

periode t dalam Rupiah bersumber "Laporan Bank Indonesia

dari tahun 1998 -2008", BI

Inf yaitu inflasi yang terjadi di Indonesia pada periode t dalam persen

bersumber "Laporan Bank Indonesia dari tahun 1998 -2008", BI

X1 yaitu Pertumbuhan jumlah uang beredar yang dan dalam hal ini

yang dimaksud adalah M1 (kartal + demmand deposit) di

Indonesia pada periode t dalam persen bersumber "Laporan

Bank Indonesia dari tahun 1998 -2008", BI

X2 yaitu Pertumbuhan harga BBM yang ditetapkan oleh Pemerintah

di Indonesia pada periode t dalam persen (%) bersumber

"Laporan Bank Indonesia dari tahun 1998 -2008", BI dan BPS

X3 yaitu yaitu suku bunga kredit yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

di Indonesia pada periode t dalam persen bersumber "Laporan

Bank Indonesia dari tahun 1998 -2008", BI

36

Page 37: Proposal Saat Ini

DAFTAR PUSTAKA

Boediono (1997), Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No: 2 ; Ekonomi

Makro, edisi keempat; Yogyakarta, BPFE.

Cavanese, A. J., The Structuralist Explanation in the Theory of Inflation,

Word Development, No. 10 halaman 523-529.

Collins (1994). ,Kamus Ekonomi. Penerbit Erlangga .Jakarta

Dalal, M.N., Schacher, G. (July 1988), Transmission of International

Inflation to India : A Structural Analisis, The Journal of

Developing Areas, No. 23, halaman 85-104.

Djojohadikusumo, Sumitro. 1986. Ekonomi Pembangunan. Pustaka

Ekonomi, Jakarta

Dorn Busch, R. 1997. Makro Ekonomi. Erlangga, Jakarta

37

Page 38: Proposal Saat Ini

Friedman, Milton (March 1984), The Role of Monetary Policy, American

Economic Review, halaman 57-71.

Fry, M.J., (Maret 1971), Money and Capital or Financial Deepening in

Economic Development ?, Journal of Money, Credit and

Banking, No. 1, halaman 22-45.

Gayanti, Erma. 2004. Pengaruh Kebijakan Moneter terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Pasca krisis di Indonesia. UPT.

Perpustakaan pusat Univ. Sebelas Maret, Surakarta

Gunawan, Anton H. (Januari 1991), Anggaran Pemerintah dan Inflasi di

Indonesia,

Gujarati, Damodar. 2004. Basic Econometrics; Fourth Edition.London:

McGraw−Hill Companies.

Jhingan, M.L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

Noprin .((1993). Ekonomi Moneter .BPFE-Yogyakarta .Yogyakarta

PAU-Ekonomi-UI, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.

38

Page 39: Proposal Saat Ini

Indrawati, Sri Mulyani (1996), Sumber-Sumber Inflasi di Indonesia,

Makalah dalam Seminar ISEI dan PERHEPI, Jakarta.

Lim, J. (September 1987), The New Structuralist Critique of The

Monetarist Theory of Inflation, Journal of Development

Economic, No. 25.

McKinnon, R.I (1973)., Money and Capital in Economic Development,

Washington DC : Brooking.

Tambunan, Tulus T.H. (1996), Perekonomian Indonesia, Jakarta, Galia

Indonesia.

Setiawan, Aris B. 2005. Bahan Kuliah Ekonomi Moneter.www.google.com

Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan. PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta

Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi teori pengantar. PT. raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Subiyantoro, Heru, ph.D. 2004. Kebijakan Fiskal,pemikiran konsep dan

39

Page 40: Proposal Saat Ini

implementasinya. Kompas, Jakarta.

Van Wijnbergen, S. (September 1982), Credit Policy, Inflation and Growth

in a Financially Repressed Economy, Journal of Development

Economics, No. 13, halaman 45-65

www.bi.go.id

www.depkeu.go.id

www.bps.go.id

www.depperin.go.id

40