proposal pmt

19
KAJIAN DATA PENGEBORAN EKSPLORASI RINCI DAN PEMODELAN CADANGAN BATUBARA PADA PT PRIMA MULTI TRADA, KABUPATEN BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PROPOSAL KERJA PRAKTIK OLEH: SUSINTA FEBIASTUTI D621 11 001 PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI MAKASSAR 2014

Upload: sushinta-feby-astuti

Post on 18-Sep-2015

9 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Nonuse

TRANSCRIPT

  • KAJIAN DATA PENGEBORAN EKSPLORASI RINCI DAN PEMODELAN

    CADANGAN BATUBARA PADA PT PRIMA MULTI TRADA,

    KABUPATEN BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

    PROPOSAL KERJA PRAKTIK

    OLEH:

    SUSINTA FEBIASTUTI

    D621 11 001

    PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

    JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI

    MAKASSAR

    2014

  • KAJIAN DATA PENGEBORAN EKSPLORASI RINCI DAN PEMODELAN

    CADANGAN BATUBARA PADA PT PRIMA MULTI TRADA,

    KABUPATEN BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

    HALAMAN PENGESAHAN

    Makassar, 15 Desember 2014

    Mengetahui,

    Ketua Program Studi Teknik Pertambangan

    Dr. Ir. Sufriadin, M.T.

    NIP 19660817 200012 1 001

    Disetujui oleh,

    Kepala Laboratorium Eksplorasi

    Program Studi Teknik Pertambangan

    Dr. Ir. Irzal Nur, M.T.

    NIP 19660409 199703 1 002

    Mahasiswa yang bersangkutan,

    Susinta Febiastuti

    NIM D621 11 001

  • A. JUDUL

    KAJIAN DATA PENGEBORAN EKSPLORASI RINCI DAN PEMODELAN

    CADANGAN BATUBARA PADA PT PRIMA MULTI TRADA, KABUPATEN

    BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

    B. LATAR BELAKANG

    Proses pengeboran eksplorasi bertujuan untuk mendapatkan informasi atau

    data mengenai kalori batubara di area tersebut, baik posisi, bentuk, jumlah,

    maupun jumlah kalori. Demikian pula dengan pengeboran geoteknik, yang

    bertujuan untuk mengetahui lapisan-lapisan atau litologi batuan di area tersebut

    sebagai data untuk perencanaan tambang nantinya.

    Kegiatan eksplorasi rinci ini terdiri dari beberapa metode pengeboran, yaitu

    open hole, touch core dan full coring. Selain itu terdapat juga kegiatan geophysical

    well logging. Dengan adanya kegiatan eksplorasi rinci ini, didapatkan data untuk

    proses permodelan sumberdaya atau cadangan dan juga untuk perencanaan

    tambang atau desain pit tambang Batubara di area tersebut.

    Setelah modeling sumberdaya atau cadangan dilakukan, beserta dengan

    analisis geoteknik dan perhitungan dari sisi ekonomis, maka didapat hasil yang

    disebut dengan mineable reserves.

    Pada setiap tahapan proses ini, dimulai dari proses pengeboran, logging, data

    recording, pengolahan data dan sebagainya, tentu memiliki standard operation

    procedure atau SOP. Kesesuaian proses terhadap SOP sangat menentukan

    keakuratan dan ketepatan data yang dihasilkan nantinya. Maka dari itu, perlu

    dilakukan penelitian mulai dari proses awal pengeboran hingga akhir pengolahan

    data sehingga menghasilkan hasil yang valid dan sesuai dengan standar.

    Dari data pengeboran berupa log bor, data logging dan sebagainya itu harus

    dibentuk korelasi sehingga diperoleh suatu hubungan dari tiap-tiap titik informasi /

  • data. Dari hasil korelasi itulah dapat diketahui bentuk dan jumlah cadangan

    Batubara di area tersebut.

    Dengan adanya bentuk dan jumlah cadangan di area tersebut, dengan adanya

    data pendukung berupa asumsi nilai cadangan update saat itu dan data asumsi

    ekonomis penunjang lainnya seperti biaya penambangan, pengolahan dan

    transportasi, dapat diketahui batasan penambangan melalui perhitungan BESR.

    Oleh sebab itu, proses pengolahan data eksplorasi menjadi sebuah

    permodelan dan perhitungan cadangan yang teliti dan akurat sangat penting untuk

    dilakukan sebelum proses penambangan dilakukan.

    C. RUMUSAN MASALAH

    Pada kegiatan eksplorasi rinci, biasanya dilakukan pengeboran touch core dan

    geophysical well logging. Setelah data diperoleh, barulah dilakukan proses

    permodelan sumberdaya dan cadangan, serta berlanjut ke proses selanjutnya yaitu

    perhitungan jumlah cadangan/reserves. Pada proses-proses inilah perlu dirumuskan

    pertanyaan utama yang dapat dijawab melalui penelitian ini, yaitu:

    1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi keakuratan data dalam proses

    pengumpulan data?

    2. Bagaimana bentuk dan jumlah cadangan batubara di area tersebut?

    3. Bagaimana batasan penambangan cadangan batubara di area tersebut?

    D. TUJUAN PENELITIAN

    Berdasarkan rumusan masalah yang telah dubiat maka tujuan dari

    dilakukannya penelitian ini, yakni berupa:

  • 1. Mengkaji faktor-faktor yang mengakibatkan keakuratan data saat proses

    pengambilan data yang dilakukan pada proses pengeboran eksplorasi rinci

    termasuk data collecting dan data recording.

    2. Berdasarkan data berupa data log bor dan data geophysical well logging, maka

    proses permodelan dan jumlah cadangan Batubara dapat dilakukan dengan

    bantuan software.

    3. Memeroleh batasan cadangan Batubara berdasarkan estimasi cadangan dari

    data eksplorasi rinci yang telah diperoleh dan aspek ekonomi yang didasarkan

    pada data sekunder yang diperoleh dari literatur-literatur sebagai data

    penunjang.

    E. MANFAAT PENELITIAN

    Pelaksanaan penelitian dengan pemodelan dan perhitungan cadangan

    dimaksudkan dapat bermanfaat bagi perusahaan dalam memperoleh data yang

    lebih akurat pada tahap eksplorasi rinci dan mengestimasi cadangan Batubara

    berdasakan pemodelan cadangan berdasarkan aspek ekonomi sebagai data

    penunjang.

    Selain itu, pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    sumbangan pemikiran dalam meningkatkan level ketelitian dalam tahap eksplorasi

    rinci dan pemodelan serta perhitungan cadangan.

    F. LANDASAN TEORI

    1. Kondisi Geologi dan Genesa Endapan

    Indikasi (gejala) geologi yang diamati merupakan hasil (produk) dan proses

    geologi (asosiasi batuan, tektonik, dan siklus geologi) yang mengontrol

    pembentukan endapan, yang kemudian dikaji dalam konteks genesa endapan

  • berupa komposisi mineral, asosiasi mineral, unsur, unsur petunjuk, pola tekstur

    mineral, ubahan (alterasi), bentuk badan bijih (tipe endapan), dan lain-lain.,

    menghasilkan elemen-elemen yang harus ditemukan dan dibuktikan melalui

    penerapan metode (teknologi) eksplorasi yang sesuai, sehingga dapat menjadi

    petunjuk untuk mendapatkan endapan bijih yang ditargetkan (guide to ore). Secara

    skematis hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.1.

    Gambar 6.1 Diagram umum hubungan antara proses geologi, gejela geologi, dan

    genesa endapan untuk memperoleh tipe dan karakteristik endapan dengan

    pemilihan metode eksplorasi

    Pembentukan suatu endapan secara alami dikontrol oleh proses-proses

    geologi, dan hubungan antara proses geologi dengan tipe endapan yang terbentuk

    dapat dijelaskan melalui genesa bahan galian yang terbentuk.

    Salah satu konsep mendasar mengenai genesa bahan galian adalah

    Metalogenic Province dan Metalogenic Epoch. Metalogenic Province adalah konsep

  • dimana terkonsentrasinya suatu logam atau asosiasi beberapa logam tertentu pada

    suatu zona (zona regional) akibat proses geologi tertentu.

    Pada beberapa kasus, konsep Metalogenic Province sering digunakan sebagai

    referensi awal untuk pencarian (eksplorasi) dan penemuan endapan-endapan

    epigenitik/singenetik. Banayk kenyataan bahwa dalam kegiatan eksplorasi berawal

    dari pengetahuan pada Metalogenic Province.

    Berikut contoh Metalogenic Province yang melewati lokasi-lokasi endapan di

    Indonesia:

    a. Jalur batu granit pada sabuk timah (tin belt) di Asia Tenggara, tersingkap

    mulai dari Bima, Siam, Malaysia, terus ke Indonesia melewati pulau

    Bangka, dan pulau Belitung.

    b. Jalur batuan ultrabasa pada jalur endapan nikel laterit di Sulawesi, yaitu

    Sorowako, Polama, Halmahera, pulau Gebe, pulau Gag, pulau Wageo, dan

    pegunungan Cyclops Irian Jaya.

    c. Jalur daratan vulkanik purba (volcanic corridor) yang membawa endapan

    emas di pulau Kalimantan, yaitu Mirah, gunung Mas, Muro, Kelian, Muyup,

    dan Busang.

    Terkonsentrasinya endapan-endapan berharga pada suatu Metalogenic

    Province dalam periode waktu geologi dikenal dengan istilah Metalogenic Epoch.

    2. Endapan Batubara (Coal Deposit)

    Batubara merupakan kelanjutan proses dari pembentukan gambut adalah

    batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari tumpukan hancuran tumbuhan

    yang terhumifikasi dalam kondisi tertutup udara atau dibawah permukaan air dan

    menjadi padat setelah tertimbun oleh lapisan diatasnya serta mengakibatkan

    pengkayaan kandungan karbon dimana selama pengendapan mengalami proses

  • fisika dan kimia. Batubara tersebut mengandung material karbon lebih dari 70%

    volume dengan kandungan air lebih dari 35%.

    Urutan proses pembentukan batubara secara ringkas dapat diuraikan sebagai

    berikut:

    a. Gambut, merupakan fase awal dari proses pembentukan batubara dan

    masih memperlihatkan sifat asal dan bahan dasarnya (tanaman asal).

    b. Lignit, sudah memperlihatkan struktur kekar dan gejala perlapisan.

    Endapan ini dapat dipergunakan untuk pembakaran dengan temperatur

    rendah.

    c. Bituminous, dicirikan dengan sifat padat dan hitam. Batubara jenis ini

    dapat dipergunakan untuk bahan bakar dengan temperatur sedang-tinggi.

    d. Antrasit, warna hitam, keras, kilap tinggi. Pada proses pembakaran

    memperlihatkan warna biru dan dapat dipergunakan untuk berbagai

    macam industri besar yang memerlukan temperatur tinggi.

    3. Parameter Perhitungan Cadangan

    Parameter dari unsur-unsur yang mempengaruhi perhitungan cadangan suatu

    endapan mineral meliputi:

    a. Tebal

    Ketebalan dapat diukur antara lain dari data pemboran, pengukuran langsung,

    perhitungan skala pada peta, penampang, atau logging. Pada kegiatan

    penambangan, ketebalan diukur langsung dari tempat endapanmineral tersebut

    diternukan. Untuk batubara periu memperhatikan roof, floor, parting, cara

    mengukur tebal.

    b. Luas

    Luas yang dimaksud meliputi luas vertikal maupun horisontal dan pengukuran

    luas dapat dilakukan secara langsung maupun tak langsung:

  • 1) Pengukuran Langsung, yaitu;

    a) Planimeter

    Minimal dilakukan 2 kali dengan arah yang berlawanan dan hasil

    pembacaan yang dapat diterima bila variasi pembacaan di bawah.2% dari

    rata- rata.

    b) Template

    pola bujursangkar, setiap bujursangkar mempunyai nilai satuan luas

    tertentu,

    pola titik, setiap titik merupakan pusat dari suatu luasan tertentu

    yang sama Jaraknya,

    pola garis sejajar, merupakan ukuran luas yang sama dari garis- garis

    sejajar yang dibandingkan dengan skala.

    c) Perhitungan geometri

    Bentuk-bentuk tidak beraturan dibagi menjadi beberapa bentuk

    geometri sederhana, misal segitiga, bujur sangkar, persegi empat,dan

    trapesium.

    2) Pengukuran Tidak langsung

    Dihitung dari data survai, misal dengan metoda koordinat. Pada batubara,

    korelasi adalah proses yang sangat penting dalam penentuan luas sebaran

    batubara.

    c. Kadar

    Penentuan kadar suatu endapan mineral merupakan kegiatan yang kritis dan

    penting, sehingga memerlukan banyak pertimbangan karena kandungan kadar

    suatu endapan mineral tidak selalu sama. Dalam perhitungan cadangan diperlukan

    perhitungan kadar rata-rata dari endapan mineral. Hasil perhitungan rata-rata yang

    diperoleh dibandingkan dengan cut offgrade yang berlaku.

  • Untuk menghitung kadar rata-rata endapan mineral, memerlukan beberapa

    pertimbangan pembobotan, antara lain:

    1. Metode aritmatik sederhana atau rata-rata perhitungan.Metode ini

    beranggapan seluruh blok mempunyai faktor luas, ketebalan dan SG (specific

    gravity) yang sama.

    2. Pembobotan tebal (rata-rata ketebalan). Metode ini beranggapan seluruh blok

    mempunyai faktor luas dan SG yang sama.

    3. Pembobotan luas (rata-rata luas). Metode ini beranggapan seluruh blok

    mempunyai faktor ketebalan dan SG yang tetap tetapi faktor luas yang

    berbeda.

    4. Pembobotan volume (rata-rata volume). Metode ini beranggapan seluruh blok

    mempunyai faktor SG yang sama.

    5. Pembobotan tonase (rata-rata berat). Metode ini beranggapan bahwa kadar

    dan SG pada suatu blok berbeda.

    d. Berat

    Berat dalam setiap satuan volume suatu endapan mineral banyak digunakan

    dalam perhitungan cadangan. Oleh karena itu, perhitungan volume dan perubahan

    dari volume ke tonase dengan memperhatikan SG-nya perlu mendapat perhatian.

    SG dapat ditentukan dari hasil analisa di laboratorium atau dari penambangan

    percobaan.

    4. Metode Perhitungan Cadangan

    Berbagai metode perhitungan cadangan telah banyak dikemukakan oleh para

    ilmuwan, dan kalaupun ada perbedaan hanya berupa sedikit modifikasi dari sesuatu

    yang sangat umum. Pada prinsipnya, metode perhitungan cadangan harus dapat

    menghitung dengan cepat, dipercaya, dan mudah dilakukan cek ulang. Perbedaan

  • dari berbagai metode perhitungan cadangan biasanya dibedakan menurut

    penentuan perhitungannya yang dipisahkan menjadi bagian-bagian atau blok. Hal

    ini didasarkan oleh faktor struktur geologi, ketebalan, kadar, nilai ekonomi,

    kedalaman, dan lapisan penutup. Oleh karena itu, dalam pemilihan metode

    tergantung pada kondisi geologi endapan mineral, sistem eksplorasi, penambangan,

    dan faktor ekonomi.

    Adapun tujuan dari perhitungan cadangan yaitu agar dapat menentukan

    jumlah dan mutu kualitas yang dapat dipertanggung jawabkan untuk dieksploitasi

    sesuai dengan kebutuhan. Dengan perhitungan cadangan akan dapat mengetahui

    biaya produksi, membantu perencanaan, efisiensi operasi, kontrol kehilangan dalam

    penambangan, unsur produksi tambang, dan sebagainya.

    a. Observasi Lapangan

    Observasi lapangan merupakan gambaran praktis kondisi dan keadaan

    dilapangan meliputi pengambilan data geografi dan demografi.

    b. Pemetaan

    Tidak mutlak dilaksanakan, untuk pengambilan topografi, bentang alam, dan

    lereng awal jika peta telah tersedia maka hanya dilakukan ploting.

    c. Pengambilan Conto

    Dapat berupa air, tanah, endapan, singkapan sesuai dengan metodenya.

    d. Pengambilan Data Geologi

    Dapat dilakukan dengan studi literatur dan pengecekkan langsung dilapangan.

    e. Pengolahan Data

    Dilakukan di lapangan (pengecekkan mudah) atau dikirim ke kantor termasuk

    pekerjaan studio, uji laboratorium dan analisa. Untuk Estimasi cadangan tidak lepas

  • dari metode yang akan digunakan, adapun metode perhitungan cadangan dapat

    dikategorikan menjadi:

    1) Metode Tradisional (Metode Klasik)

    Metode tradisional merupakan metode-metode geometri perhitungan

    cadangan yang umumnya dilakukan langsung pada peta atau

    penampang sayatan yang memotong endapan pada beberapa set

    sayatan. Metode ini memiliki karakteristik sebagai berikut:

    a) Tertua dan paling umum digunakan.

    b) Mudah diterapkan, dikomunikasikan, dan dipahami.

    c) Mudah di adaptasi dengan semua edapan mineral.

    d) Kelemahannya sering menghasilkan perkiraan salah, karena cendrung

    e) menilai kadar tinggi saja.

    f) Kadar suatu luasan diasumsikan konstan sehingga tidak optimal secara

    g) matematika.

    h) Untuk endapan yang terpencar dapat terjadi penafsiran yang salah.

    Adapun data yang diperlukan dalam perhitungan cadangan dengan

    metode ini:

    a) Lokasi titik bor.

    b) Nilai kadar pada tiap-tiap titik bor.

    c) Interpretasi geologi dari kontrol mineralisasi.

    Secara umum, perhitungan cadangan dengan menggunakan metode

    tradisional ini dapat dibagi menjadi empat metode, yaitu:

    a) Metode rata-rata area

    b) Metode polygon (daerah pengaruh)

    c) Metode Triangular

  • d) Metode Penampang

    2) Metode Modern (Metode Geostatistik)

    Metode modern atau geostatistik merupakan metode yang

    menggunakan teknik interpolasi data, analisis statistik, dan blok model.

    Metode ini memiliki karakteristik sebagai berikut:

    a) Pengembangan teori matematik dan statistik.

    b) Secara teoritis akan lebih optimal.

    c) Kelemahannya rumit data terbatas tidak optimal.

    5. Pemodelan Endapan Batubara

    Permodelan endapan batubara diperlukan peta topografi, peta geologi, peta

    garis singkapan batubara, peta parit uji, suur uji, dan pengeboran sebagai data

    dasarnya, serta data olahan dari data dasar seperti peta isopach, peta isostruktur

    dan peta isostruktur.

    a. Data Dasar Permodelan Endapan Batubara

    Adapun data dasar dari permodelan endapan batubara yang diperlukan untuk

    dianalisis selanjutnya antara lain peta topografi, peta geologi, peta parit uji, sumur

    uji dan pengeboran.

    Pada peta topografi, skala peta topografi harus memenuhi syarat yaitu

    minimal 1:2000 untuk tujuan studi kelayakan. Apabila peta masih dalam bentuk

    hardcopy maka harus dibuat softcopy dengan mendigitasi peta tersebut dengan

    perangkat digitizer. Apabila peta masih dalam bentuk data mentah hasil survei

    (format x,y,z) maka harus dilakukan proses gridding dan contouring dengan paket

    program perangkat lunak.

  • Peta geologi berguna untuk mengetahui penyebaran batubara melalui garis

    singkapan dan kemiringannya sehingga dapat membantu dalam penentuan lokasi

    pengeboran maupun mengetahui blok-blok yang akan ditambang.

    Pada peta parit uji, sumur uji dan pengeboran, data yang perlu ditampilkan

    adalah koordinat, elevasi, sudut kemiringan pengeboran (untuk pengeboran miring),

    total kedalaman, ketebalan litologi dan keterangan litologi. Untuk parit uji dan

    sumur uji perlu ditampilkan juga kedudukan perlapisan litologi (strike dan dip).

    Tabel rekapitulasi dibuat secara sistematis, dibuat secara terpisah setiap seam

    apabila terdapat lebih dari satu seam. Elevasi harus dinyatakan terhadap titik ikat

    yang sama dengan titik ikat peta topografi dan data-data lainnya. Data dasar ini

    kemudian diplot dalam satu peta digital yang memuat informasi topografi, informasi

    geologi, sebaran singkapan, sebaran parit uji, sumur uji dan bor.

    b. Data Olahan Permodelan Endapan Batubara

    Dari data dasar permodelan endapan batubara, maka setelah diolah lebih

    lanjut dengan metode yang sesuai, maka hasil pengolahan data tersebut antara lain

    diperoleh peta isopach, peta isostruktur, dan peta isooverburden.

    Peta isopach (kontur ketebalan) merupakan peta yang menunjukkan kontur

    penyebaran ketebalan batubara. Perbedaan ketebalan batubara ini disebabkan

    perbedaan cara keterbentukan dan kondisi keterbentukan batubara tersebut. Data

    ketebalan pada peta ini merupakan tebal sebenarnya yang dapat diperoleh dari data

    bor, uji paritan , uji sumuran atau dari singkapan. Peta ini juga dapat disusun dari

    kombinasi peta isostruktur. Tujuan dari penyusunan peta ini adalah untuk

    menggambarkan variasi ketebalan batubara dibawah permukaan.

    Peta Isostruktur (kontur struktur) menunjukkan kontur elevasi yang sama dari

    top atau bottom batubara. Elevasi top dan bottom batubara dapat diperoleh dari

    data bor. Peta isostruktur berguna untuk mengetahui arah umum (jurus) masing-

  • masing seam batubara, sekaligus sebagai dasar untuk menyusun peta

    isooverburden.

    Peta isooverburden menunjukkan kontur ketebalan lapisan tanah penutup

    (overburden) yang sama. Ketebalan tersebut dapat diperoleh dari data bor atau dari

    peta isostruktur dimana ketebalan overburden dapat dihitung dari perpotongan

    kontur isostruktur dengan kontur topografi. Cukup penting sebagai dasar evaluasi

    cadangan selanjutnya, dimana ketebalan tanah penutup ini dapat digunakan

    sebagai batasan awal dari penentuan pit potensial. Perbandingan antara volume

    overburden dan batubara yang diimplementasikan dalam bentuk stripping ratio

    pada daerah cadangan, dapat dijadikan salah satu dasar penentuan batasan

    penambangan.

    G. MATA KULIAH PENUNJANG

    Pelaksanaan penelitian ini berdasarkan oleh mata kuliah yang telah dan

    sementara diprogramkan, yakni Teknik Eksplorasi, Pemodelan dan Evaluasi

    Cadangan, Batubara, dan Rekayasa Perhitungan Cadangan.

    H. TAHAPAN PENELITIAN

    1. Studi Pendahuluan

    Studi pendahuluan adalah suatu proses pengenalan terhadap kondisi

    lingkungan yang akan diteliti, dimana hasil dari studi pendahuluan ini akan

    digunakan untuk mendukung proses selanjutnya. Studi pendahuluan merupakan

    langkah awal yang dilakukan dalam melakukan penelitian untuk mengidentifikasikan

    aspek-aspek yang perlu diperhatikan perusahaan.

  • Proses studi ini dilaksanakan dengan melakukan pengamatan terhadap proses

    dan tahapan eksplorasi yang dilakukan di lokasi PT Prima Multi Trada, Kabupaten

    Bone, Sulawesi Selatan.

    2. Studi Pustaka

    Studi pustaka ini dilakukan dengan membaca berbagai macam sumber

    referensi seperti dari buku teks, karya tulis ilmiah, referensi referensi lainnya

    yang diperoleh dari perpustakaan, internet dan sumber lainnya.

    Langkah studi pustaka ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari dan

    mendapatkan landasan teori serta metode yang tepat untuk menyelesaikan dan

    memecahkan masalah yang ada setelah melakukan studi pendahuluan.

    3. Pengumpulan dan Pengolahan Data

    Pengumpulan data dilakukan untuk membantu proses penelitian yang akan

    dilakukan. Proses ini dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap proses

    eksplorasi yang dilakukan oleh PT Prima Multi Trada. Selain itu, juga dilakukan

    wawancara terhadap pihak-pihak yang berkompeten dengan topik yang sedang

    dibahas. Setelah data terkumpul, maka pengolahan data dapat dilakukan. Dalam

    pengolahan data diperlukan suatu formulasi permasalahan. Formulasi permasalahan

    merupakan suatu cara untuk menyelesaikan masalah dengan mengambil data

    data yang diperlukan untuk dapat diformulasikan. Untuk memformulasikan

    permasalahan, dibutuhkan data-data sebagai berikut:

    a. Data Log Bor

    b. Data Geophysical Well Logging

    c. Data Daerah Penelitian

    d. Asumsi aspek ekonomi batubara dari berbagai literatur.

  • Adapun formulasi pengolahan data akan dilakukan dengan alat bantu/

    software. Serta berdasarkan data asumsi aspek ekonomi Batubara akan dilakukan

    perhitungan batasan penambangan cadangan Batubara pada PT Prima Multi Trada.

    4. Analisis Data dan Hasil Kegiatan

    Analisis hasil yang dilakukan meliputi hasil dari kajian teknis yang telah

    dilakukan serta analisis mengenai proses pengambilan keputusan dari usulan-usulan

    yang diberikan.

    Analisis terhadap hasil penelitian akan dilakukan terhadap hasil evaluasi

    pengeboran, bentuk dan jumlah cadangan Batubara, serta batasan penambangan

    cadangan Batubara di PT Prima Multi Trada, apakah cadangan tersebut layak untuk

    ditambang secara ekonomis sesuai dengan pertimbangan asumsi aspek ekonomi

    dan teknis.

  • I. JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

    Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 (2 bulan),

    dengan jadwal kegiatan sebagai berikut:

    Tabel 9.1

    Rencana dan Jadwal Kegiatan Penelitian

    Kegiatan

    2015

    Januari Februari Maret April

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    Studi Pustaka

    Orientasi Lapangan

    Pengambilan Data

    Analisis Data

    Penyusunan Laporan dan Seminar

    Catatan : Jadwal dapat disesuaikan dengan kesepakatan dan ketentuan dari pihak

    perusahaan PT Prima Multi Trada

    J. PENUTUP

    Demikian Proposal Kerja Praktek ini saya buat sebagai penjelasan dan

    pertimbangan bagi semua pihak. Untuk itu saya mengharapkan bantuan semua

    pihak demi terlaksananya Kerja Praktek ini. Atas perhatian dan dukungannya saya

    haturkan terima kasih.

    K. DAFTAR PUSTAKA

    Anonymous. 2006. Pedoman Pelaporan dan Estimasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara. Pusat Sumberdaya Geologi. www.dim.esdm.go.id. Diakses pada tanggal 07 Oktober 2014 pukul 01.11 WITA.

  • Arif, I. dan Gatut S. A., 2002. Buku Ajar Perencanaan Tambang. Institut Teknologi

    Bandung.

    Hartman, H.L., 1987. Introductory Mining Engineering. Chapter 5 Surface Mine

    Development Tuscaloosa. Alabama.

    _____________. 1992. SME Mining Engineering Handbook: Chapter 5.6 Ore

    Reserve/Resource Estimation. Baltimore, Maryland: Society for Mining,

    Metalurgy, and Exploration, Inc.

    Ilyas, A., 2014. Modul Kuliah, Keenam dan Ketujuh: Pemodelan dan Evaluasi

    Cadangan. Makassar: Teknik Pertambangan, Universitas Hasanuddin.

    Jean, B.C. dan Jean M., 1987. Mineral Prospecting Manual.

    Notosiswoyo, S., Syafrizal, Heriawan, M.N., 200. Teknik Eksplorasi. Jurusan Teknik

    Pertambangan, Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral, Institut

    Teknologi Bandung.

    Popoff, Constantine C. 1986. Computing Reserves of Mineral Deposits: Principles

    and Conventional Methods. United States Department of the Interior: Bureau

    of Mines.