proposal penetian vitta.doc
TRANSCRIPT
Pendidikan Biologi
PROPOSAL PENELITIAN
STRUKTUR ORGAN TUMBUHAN
Perbedaan Struktur Jaringan Aerenkim Pada Akar Tanaman Padi Berdasarkan Perlakuan Yang Berbeda
” Kondisi persemaian secara normal dan terendam air “
Disusun oleh :Vitta Purwanti
133270113A
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN TEKNOLOGI INFORMATIKAUNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2014
Halaman Pengesahan Proposal penelitian struktur organ tumbuhan
1. Judul : Perbedaan Struktur Jaringan Aerenkim Pada Akar Tanaman Padi Berdasarkan Perlakuan Yang Berbeda ” Kondisi persemaian secara normal dan terendam air “2. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Vitta Purwantib. Jenis Kelamin : Perempuanc. N PM : 13327011d. Jabatan Fungsional : Mahasiswae. Fakultas/Jurusan : Pendidikan Biologif. Alamat : Jl.Sidodadi. Timur No.24 / Dr.Cipto Semarangg. Telpon/Faks : (024) 8316377 Faks. (024) 8448217h. Alamat Rumah : Jl.Jambe Kampung. Kledung raya No.364
Kelurahan. Karangturi Semarangi. Telpon/Faks/e-mail : 085973910234
3. Jangka Waktu Penelitian : 23 hari
Semarang, 14 Desember 2014Mengetahui,Dosen Pembimbing Ketua Peneliti,
Sumarno S.Pd, M.Pd Vitta PurwantiNIP. NPM 13327011
1
I. Identitas Penelitian
1. Judul : Perbedaan Struktur Jaringan Aerenkim Pada Akar Tanaman Padi Berdasarkan Perlakuan Yang Berbeda ” Kondisi persemaian secara normal dan terendam air “2. Ketua Peneliti
a) Nama Lengkap : Vitta Purwanti
b) Bidang Keahlian : Penelitian struktur tumbuhan
c) Jabatan Fungsional : Mahasiswa
d) Unit Kerja : Jurusan Peternakan, Faperta UNIB
e) Alamat Surat : Jl.Jambe Kampung. Kledung raya No.364 Kelurahan. Karangturi Semarang
f) Telpon/Faks : 085973910234
g) E-mail : [email protected]
3. Anggota Peneliti : 1 orang
No. Nama dan Gelar Bidang Keahlian Instansi Alokasi Waktu
Akademik Hari
1. Vitta Purwanti Penelitian struktur sel
dan jaringan pada
tumbuhan
Biologi 23
4. Objek penelitian:
Hari Objek Penelitian Aspek Penelitian1 Bibit tanaman padi Inkubasi benih padi dalam kondisi lembab selama
24 jam 2 Bibit tanaman padi Menyemai benih padi pada pot plastik dengan
metode yang berbeda (persemaian pertama pada kondisi direndam air ,penyemaian kedua pada kondisi yang sesuai dengan persemaian normalnya)
3 Tanaman padi Pemeliharaan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal
4 Akar tanaman padi Penelitian struktur aerenkim pada akar padi umur 2 hari setelah semai
5 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal
6 Akar tanaman padi Penelitian struktur aerenkim akar padi umur 4 hari setelah semai
2
7 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal
8 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal
9 Tanaman padiPemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal
10 Akar tanaman padi Penelitian struktur aerenkim akar padi umur 8 hari setelah semai
11 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal
12 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal
13 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal
14 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal
15 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal
16 Akar tanaman padi Penelitian struktur aerenkim akar padi umur 14 hari setelah semai
17 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal
18 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal
19 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal
20 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal
21 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal
22 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal
3
23 Akar tanaman padi Penelitian struktur aerenkim akar padi umur 21 hari setelah semai
7. Lokasi Peneliti :
Hari Lokasi Penelitian1 Ruangan suhu yang lembab 2 Rumah kaca / ruangan3 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal4 Laboratorium biologi5 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal6 Laboratorium biologi7 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal8 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal9 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal10 Laboratorium biologi11 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal12 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal13 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal14 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal15 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal16 Laboratorium biologi17 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal18 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal19 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal20 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal21 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal22 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal23 Laboratorium biologi
4
II. Substansi Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Produksi bahan pangan dunia sedang menurun akibat banyaknya bencana alam yang
melanda darerah-daerah produktif serta alih fungsi lahan sawah ke non sawah. Untuk
mencapai kondisi ketahanan pangan, Indonesia harus dapat mengurangi
ketergantungannya terhadap impor, yang salah satu upayanya adalah dengan swasembada
beras. Perkembangan produksi dan konsumsi beras di Indonesia dari tahun ke tahun
berfluktuasi dengan cenderung meningkat tiap tahunnya. Selama kurun waktu 37 tahun
Indonesia masih belum dapat menutupi konsumsi beras total, sehingga pemerintah masih
mengimpor beras (Heissie, 2009). Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan produksi
padi untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat tentu perlu mendapat
perhatian utama dalam pembangunan pertanian (Anshori, 2011).
Produksi padi Indonesia pada tahun 2011 yaitu 65.756.904 ton/ha (BPS dan
Dirjentan, 2012a) dan untuk padi ladang yaitu 3.229.297 ton/ha (BPS dan Dirjentan,
2012b). Produksi padi tahun 2012 menurut angka sementara sebesar 69,05 juta ton gabah
kering giling atau mengalami kenaikan sebesar 3,29 juta ton (5,00%) dibandingkan
dengan tahun 2011. Kenaikan produksi tersebut terjadi di Jawa sebesar 2,12 juta ton dan
di luar Jawa sebesar 1,17 juta ton (BPS, 2013).
Usaha untuk peningkatan produksi padi dapat dilakukan dengan intensifikasi maupun
eksensifikasi atau perluasan areal. Penanaman padi terlebih dahulu melalui tahap
persemaian. Pada padi sawah, kondisi tanahnya harus lembab dengan kadar air 30%,
Tahap persemaian benih merupakan tahap yang menentukan untuk kelangsungan hidup
tanaman padi karena pada masa ini lah terjadi masa–masa kritis dalam bercocok tanam
padi. Akan tetapi pada saat sekarang ini musim di Indonesia tidak dapat lagi diprediksi
karena pengaruh dari iklim global, sehingga bisa saja terjadi kemarau yang panjang atau
musim hujan yang terus-menerus di sepanjang bulan. Keadaan ini dapat mempersulit
petani dalam masa penyemaian benih. Jika tanaman berada pada keadaan terendam
5
(kondisi anaerob), akar dari tanaman yang terendam akan terangsang membentuk
jaringan aerenkim dibandingkan dengan akar tanaman pada lahan kering (Saab dan Sach,
1995).
Aerenkim dapat terbentuk melalui dua proses secara lisogenous atau schizogenous.
Aerenkim lisogenous terbentuk melalui sel yang melisis, sedangkan aerenkim
schizogenous terbentuk dengan cara pemisahan sel selama pengembangan jaringan
(Evans, 2003). Aerenkim dianggap sebagai salah satu adaptasi morfologi penting bagi
tanaman untuk menghadapi stres hipoksia. Saluran aerenkim biasanya terbentuk di
korteks akar, rimpang dan batang. Aerenkim berfungsi untuk meningkatkan aerasi pada
jaringan akar yang terendam (Seago et. al, 2005). Dalam penelitian ini dirumuskan
masalahnya yaitu bagaimanakah perkembangan aerenkim pada jaringan korteks pada
akar benih padi sawah dan ladang dari awal sampai akhir persemaian dengan perlakuan
perendaman.
2. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian kali ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perbedaan kondisi tanaman padi setelah dilakukan pemeliharaan
dengan perlakuan yang berbeda ?
2. Bagaimana perbedaan struktur aerenkim pada akar tanaman padi dalam kondisi
terendam air dengan kondisi yang sesuai dengan persemaian normalnya ?
3. Mengapa terjadi perbedaan struktur aerenkim pada akar tanaman padi dalam
kondisi terendam air dengan kondisi yang sesuai dengan persemaian normalnya?
3. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan perbedaan kondisi tanaman padi setelah dilakukan
pemeliharaan dengan perlakuan yang berbeda Mendeskripsikan komponen-
komponen jaringan angkut floem (unsur-unsur kribal).
2. Mengidentifikasi perbedaan struktur aerenkim pada akar tanaman padi dalam
kondisi terendam air dengan kondisi yang sesuai dengan persemaian normalnya.
4. Mengkaji perbedaan struktur aerenkim pada akar tanaman padi dalam
kondisi terendam air dengan kondisi yang sesuai dengan persemaian normalnya.
6
BAB II
A. TINJAUAN PUSTAKA
Akar merupakan bagian bawah dari sumbu tumbuhan dan umumnya
berkembang di bawah permukaan tanah, meskipun ada pula akar yang tumbuh di
luar tanah. Akar pertama pada tumbuhan berbiji berkembang dari meristem apeks
di ujung akar embrio dalam biji yang berkecambah. Pada gymnospermae dan
dikotil, akar tersebut berkembang dan membesar menjadi akar primer dengan
cabang yang berukuran lebih kecil. System akar tersebut dinamakan akar
tunggang. Pada monokotil, akar primer tidak lama bertahan dalam kehidupan
tumbuhan dan segera mengering. Dari dekat pangkalnya atau di dekatnya akan
muncul akar baru yang disebut akar tambahan atau adventif (Savitri 2008).
Struktur akar pada tanamanan yang bernama latin Oriza sativa ini memiliki
struktur morfologi kira-kira 5-6 hari setelah berkecambah, dari batang yang masih
pendek itu keluar akar-akar serabut yang pertama dan dari sejak ini perkembangan
akar-akar serabut tumbuh teratur. Pada saat permulaan batang mulai bertunas
(kira-kira umur 15 hari), akar serabut berkembang dengan pesat. Dengan semakin
banyaknya akar-akar serabut ini maka akar tunggang yang berasal dari akar
kecambah tidak kelihatan lagi. Letak susunan akar tidak dalam, kira-kira pada
kedalaman 20-30 cm. karena itu akar banyak mengambil zat-zat makanan dari
bagian tanah yang di atas. Akar tunggang dan akar serabut mempunyai bagian
akar lagi yang disebut akar samping yang keluar dari akar serabtu disebut akar
rambut dan yang keluar dari akar tunggang, bentuk dan panjangnya sama dengan
akar serabut.
Kesuburan tanah adalah Suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan
unsur hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan
tanaman, baik fisik, kimia dan biologi tanah (Syarif Effendi, 1995).
Tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai profil yang dalam (kedalaman
yang sangat dalam) melebihi 150 cm, strukturnya gembur remah, pH 6-6,5,
mempunyai aktivitas jasad renik yang tinggi (maksimum). Kandungan unsur
haranya yang tersedia bagi tanaman adalah cukup dan tidak terdapat pembatas-
pembatas tanah untuk pertumbuhan tanaman (Sutejo.M.M, 2002)
7
Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung sejumlah faktor
pembentuk tanah yang merajai di lokasi tersebut, yaitu: bahan induk, iklim, relief,
organisme, atau waktu. Tanah merupakan fokus utama dalam pembahasan ilmu
kesuburan tanah, sedangkan kinerja tanaman merupakan indikator utama mutu
kesuburan tanah.
Kesuburan tanah merupakan mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan
oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi bagian tubuh tanah yang
menjadi habitat akar-akar aktif tanaman. Ada akar yang berfungsi menyerap air
dan larutan hara, dan ada yang berfungsi sebagai penjangkar tanaman. Kesuburan
habitat akar dapat bersifat hakiki dari bagian tubuh tanah yang bersangkutan,
dan/atau diimbas (induced) oleh keadaan bagian lain tubuh tanah dan/atau
diciptakan oleh pengaruh anasir lain dari lahan, yaitu bentuk muka lahan, iklim
dan musim. Karena bukan sifat melainkan mutu maka kesuburan tanah tidak dapat
diukur atau diamati, akan tetapi hanya dapat ditaksir (assessed).
Air memiliki fungsi yang vital bagi mahluk hidup, tidak terkecuali
tanaman. Hal ini erat kaitannya sebagai bahan dasar yang akan digunakan pada
proses fotosintesis yang merupakan proses fisiologi tanaman untuk pembentukan
karbohidrat (gula). Kebutuhan suplai air bagi setiap jenis tanaman tentu saja
berlainan. Selain memiliki fungsi sebagai bahan dasar fotosintesis, air juga
memiliki beberapa fungsi untuk tanaman antara lain : (1) sebagai pelarut, (2)
media tranportasi unsur hara dari akar ke daun, (3) hasil fabrikasi daun keseluruh
bagian tanaman, (4) pengatur tekanan turgor, (5) proses pembelahan dan
pembesaran sel dan (6) untuk perkecambahan.
Hubungan antar fungsi air dan resistensi tanaman terhadap kekeringan yaitu air
dapat menurunkan atau mentralkan temperatur (suhu ) tanaman, hal ini karena air
memiliki massa jenis. Tanaman yang memiliki jaringan koloid hydrophilic akan
lebih mampu menurunkan dan menetralkan suhu tanaman dibandingkan tanaman
yang tidak punya jaringan tersebut. Hal ini karena jaringan koloid hyrdophilic
memiliki massa jenis yang besar.
Ketersediaan air dalam tubuh tanaman diperoleh melalui proses fisiologis
absorbsi. Sedangkan hilangnya air dari permukaan bagian-bagian tanaman melalui
8
proses fisiologi, evaporasi dan transpirasi. Tanaman dengan kondisi daun penuh
akan mengabsorbsi air dalam jumlah besar, demikian pula akan mengalami
kehilangan air (transpirasi) yang banyak.
Bila suplay air berlangsung pada tingkat yang normal maka akan menjamin
kestabilan tekanan turgor dalam guard cell yang mana berkaitan dengan proses
membukanya stomata. Dengan demikian, difusi CO2 berlangsung dengan baik,
sehingga proses pembentukkan karbohidrat akan berjalan normal untuk menjamin
kestabilan tumbuh dari tanaman. Sebaliknya, bila tanaman mengalami kekurangan
suplai air sedangkan proses transpirasi berlangsung cepat maka yang terjadi
adalah kekurangan jumlah air dalam tanaman. Pengaruh kekurangan air dapat
dilihat pada skema disamping kiri berikut .
Mengingat pentingnya suplai air bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
yang berkaitan dengan proses absorbsi dan transpirasi, maka kita perlu
mengetahui faktor apa saja yang menentukan tingkat aktivitas kedua proses
tersebut. Keadaan suplai air ditentukan dua proses yaitu absorbsi dan transpirasi.
Absorbsi ini sendiri dipengaruhi oleh faktor tanah yang terdiri dari jumlah air
tanah yang tersedia, jarak rembesan, kecepatan gerak air serta suplai oksigen (O2)
dalam tanah dan faktor tanaman yang terdiri dari kekuatan absorbsi akar rambut
dan kedalaman/kerapatan akar rambut tanaman. Sedangkan tranpirasi dipengaruhi
oleh faktor lingkungan yang terdiri dari cahaya, kelembaban, suhu serta kecepatan
angin dan faktor tanaman yang dipengaruhi luas permukaan tanaman, keadaan
guard cell (stomata) serta kekuatan menahan air dari jaringan tanaman.
Oksigen merupakan unsur gas yang sangat diperlukan untuk pernafasan
bagi mahluk hidup lainnya salah satunya adalah pada tumbuhan. Komposisi
oksigen dalam atmosfer mencapai 21%, oksigen terdapat di perairan terutama
perairan laut dangkal dan di daratan sampai batas ketinggian tertentu di atas
permukaan air laut, semakin tinggi tempat suatu wilayah dari permukaan air laut,
lapisan oksigennya semakin tipis.
Tumbuh-tumbuhan termasuk makhluk hidup yang memerlukan udara terutama
oksigen dalam proses kehidupannya. Prose pernafasan berlaku sepanjang hari
9
baik malam maupun siang hari. Oksigen diserap melalui stomata dan dikeluarkan
juga tetap dalam bentuk karbon dioksida.
Pada siang hari, tumbuh-tumbuhan menyerap karbondioksida dengan bantuan
sinar matahari dan klorofil (zat warna dalam daun) pada proses fotosintesis.
Penyerapan gas CO2 (karbon dioksida ) pada proses fotosintesis berasal dari
udara (0,3-0,4 %) ditambah dengan CO¬2 hasil pernafasan oleh tumbuhan. Gas
CO¬2 yang diserap kemudian akan melepaskan gas oksigen sebagai hasil
sampingan dari proses asimilasi (atau proses fotosintesis).
Jaringan Parenkim merupakan jaringan dasar yang terdapat diseluruh
organ tumbuhan. Disebut sebagi jaringan dasar karena sebagai penyusun sebagian
besar jaringan pada akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.
Ciri-ciri jaringan parenkim adalah :
1. Terdiri dari sel-sel hidup yang berukuran besar dan berdinding tipis.
2. Bentuk sel parenkim segi enam.
3. Memiliki banyak vakuola.
4. Mampu bersifat meristematik.
5. Memiliki ruang antar sel sehingga letaknya tidak rapat.
Berdasarkan fungsinya jaringan parenkim dibedakan menjadi beberapa macam
antara lain:
1. Parenkim asimilasi (klorenkim).
2. Parenkim penimbun.
3. Parenkim air
4. Parenkim penyimpan udara (aerenkim).
Parenkim asimilasi (klorenkim) adalah sel parenkim yang mengandung klorofil
dan berfungsi untuk fotosintesis.
Parenkim penimbun adalah sel parenkim ini dapat menyimpan cadangan
makanan yang berbeda sebagai larutan di dalam vakuola, bentuk partikel padat,
atau cairan di dalam sitoplasma.
Parenkim air adalah sel parenkim yang mampu menyimpan air. Umumnya
terdapat pada tumbuhan yang hidup didaerah kering (xerofit), tumbuhan epifit,
dan tumbuhan sukulen.
10
Parenkim udara (aerenkim) adalah jaringan parenkim yang mampu menyimpan
udara karena mempunyai ruang antar sel yang besar. Aerenkim banyak terdapat
pada batang dan daun tumbuhan hidrofit.
B. HIPOTESIS
Perbedaan perkembangan dan struktur jaringan Aerenkim pada akar tanaman padi,
pada saat penanaman dengan menggunakan perlakuan yang berbeda, yaitu bibit tanaman
padi yang disemai pada kondisi terendam air dengan bibit tanaman padi yang disemai
pada kondisi yang sesuai dengan persemaian normalnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Hari ke 1 hingga hari ke 23 , Rumah kaca / ruangan, Laboratorium biologi
B. Alat dan Bahan1. Mikroskop majemuk (cahaya)2. Gelas benda dan kaca penutup3. Pinset kecil4. Tissue5. Jarum preparat6. Pipet tetes7. Silet8. Kobokan9. Lap10. Alat tulis11. Air12. Bibit tanaman padi13. Tanah14. Pupuk tanaman15. Pot plastik16. Akar tanaman padi
11
C. Variabel Penelitian
Variabel Terikat : Perbedaan perkembangan dan struktur Aerenkim pada
tanaman padi
Variabel Bebas : Perlakuan pada tanaman padi
Variabel Terkontrol : Air, tanaman padi, suhu, dan tanah
D. Cara Kerja
1. Menginkubasi bibit tanaman padi dalam kondisi lembab selama 24 jam.2. Menyemai bibit tanaman padi pada pot plastik dengan perlakuan berbeda, yaitu
pada pot pertama dengan kondisi terendam air dan pada pot kedua dengan kondisi yang sesuai dengan persemaian normalnya.
3. Menyirami tanaman padi sehingga suhu ruangan dan volume air tetap terjaga4. Mengamati perkembangan tanaman padi setiap hari pada pagi dan sore hari.5. Mengamati struktur jaringan Aerenkim pada akar tanaman padi dengan seri
pengambilan sampel yang berbeda, yaitu pada hari ke 2, 4, 8, 14, dan 21.a. Menyayat akar pada tanaman padi dengan arah melintangb. Menempatkan sayatan preparat pada gelas benda, dan tetesi preparat
dengan air kemudian menutupnya dengan menggunakan kaca penutupc. Menaruh preparat yang sudah siap untuk diamati dibawah lensa microskop
dengan perbesaran minimal 10x10 dan perbesaran maksimal 10x256. Menggambar dan mencatat hasil pengamatan, kemudian mengidentifikasi hasil
yang sudah didapatkan.
E. Teknik Analisis Data
Langkah-Langkah Metode Ilmiah
1. Observasi Awal Setelah topik yang akan diteliti dalam proyek ilmiah ditentukan, langkah pertama
untuk melakukan proyek ilmiah adalah melakukan observasi awal untuk mengumpulkan informasi segala sesuatu yang berhubungan dengan topik tersebut melalui pengalaman, berbagai sumber ilmu pengetahuan, berkonsultasi dengan ahli yang sesuai. Gunakan semua referensi: buku, jurnal, majalah, koran, internet, interview,
dll. Kumpulkan informasi dari ahli: instruktur, peneliti, dll. Lakukan eksplorasi lain yang berhubungan dengan topik.
2. Mengindentifikasi Masalah
12
Permasalahan merupakan pertanyaan ilmiah yang harus diselesaikan.
Permasalahan dinyatakan dalam pertanyaan terbuka yaitu pertanyaan dengan
jawaban berupa suatu pernyataan, bukan jawaban ya atau tidak.
Batasi permasalahan seperlunya agar tidak terlalu luas.
Pilih permasalahan yang Penting dan Menarik untuk diteliti.
Pilih permasalahan yang dapat diselesaikan secara eksperimen.
3. Merumuskan Atau Menyatakan Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu ide atau dugaan sementara tentang penyelesaian yang
diajukan dalam proyek ilmiah. Hipotesis dirumuskan atau dinyatakan sebelum
penelitian yang seksama. Yang perlu diingat, yang seksama atas topik proyek
ilmiah dilakukan, karenanya kebenaran hipotesis ini perlu diuji lebih lanjut
melalui penelitian jika menurut hasil pengujian ternyata hipotesis tidak benar
bukan berarti penelitian yang dilakukan salah.
Gunakan pengalaman atau pengamatan lalu sebagai dasar hipotesis.
Rumuskan sebelum memulai proyek eksperimen
4. Melakukan Eksperimen
Eksperimen dirancang dan dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Perhitungkan semua variabel, yaitu semua yang berpengaruh pada eksperimen.
Ada tiga jenis variabel yang perlu diperhatikan pada eksperimen: variabel bebas,
variabel terikat, dan variabel kontrol. Varibel bebas merupakan variabel yang
dapat diubah secara bebas. Variabel terikat adalah variabel yang diteliti, yang
perubahannya bergantung pada variabel bebas. Variabel kontrol adalah variabel
yang selama eksperimen dipertahankan tetap.
Usahakan hanya satu variabel bebas selama eksperimen.
Pertahankan kondisi yang tetap pada variabel-variabel yang diasumsikan
konstan.
Catat hasil eksperimen secara lengkap dan seksama.
5. Menyimpulkan Hasil Eksperimen
Kesimpulan proyek merupakan ringkasan hasil proyek eksperimen dan pernyataan
bagaimana hubungan antara hasil eksperimen dengan hipotesis. Alasan-alasan
untuk hasil eksperimen yang bertentangan dengan hipotesis termasuk di
13
dalamnya. Jika dapat dilakukan, kesimpulan dapat diakhiri dengan memberikan
pemikiran untuk penelitian lebih lanjut. Jika hasil eksperimen tidak sesuai dengan
hipotesis:
Jangan ubah hipotesis.
Jangan abaikan hasil eksperimen.
Berikan alasan yang masuk akal mengapa tidak sesuai.
Berikan cara-cara yang mungkin dilakukan selanjutnya untuk menemukan
penyebab ketidaksesuaian.
Bila cukup waktu lakukan eksperimen sekali lagi atau susun ulang eksperimen.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ance Gunarsih Kartasapoetra. 2004. Klimatologi: Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.
Hessie, R. 2009. Analisis Produksi Padi dan Komsumsi Berasdalam Negeri serta Implikasinya terhadap Swasembada Beras di Indonesia. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Dian Kusumanto. 2009. Memahami Konsep Kesuburan Tanah. Diambil dari http://kebunaren.blogspot.com/ pada hari Jumat, 4 Maret 2011
Soerodikoesoemo, W. & Woelaningsig-Santosa, S. 1987. Materi Pokok Anatomy Tumbuhan. Jakarta: penerbit Karunika-UT.
Mulyani,sri(2006).Anatomi Tumbuhan.Yogyakarta:Penerbit Kanisius
II. Sarana
3.1. Tempat proses penelitian berlangsung:
NO LABORATORIUM KEMAMPUAN PENUNJANG
PENELITIAN
1 Ruangan suhu yang lembab Menginkubasi dan
Menyemai bibit
tanaman padi pada
pot plastik
15%
2 Rumah kaca / Ruangan dengan
suhu normal
Memelihara dan
mengamati
perkembangan akar
pada tanaman padi
35%
3 Laboratorium Pengamatan,
Jurusan Pendidikan Biologi
Mengamati dan
menganalisis
struktur jaringan
Aerenkim pada
tanaman padi
50%
15
3.2. Peralatan Utama:
NO ALAT TEMPAT KEGUNAAN
1. Pot plastik Rumah kaca /
ruangan
bersuhu normal
Sebagai
media
menyemai
bibit tanaman
padi
2. Mikroskop Laboratorium
Pendidikan
Biologi,
Universitas
PGRI
Semarang
Alat pokok
untuk meneliti
struktur
jaringan
Aerenkim
pada akar
tanaman padi
3. Silet Laboratorium
Pendidikan
Biologi,
Universitas
PGRI
Semarang
Untuk
menyayat
akar tanaman
padi agar
mudah
diamati
4. Gelas benda dan kaca
penutup
Laboratorium
Pendidikan
Biologi,
Universitas
PGRI
Semarang
Tempat untuk
meletakkan
akar tanaman
padi sesudah
disayat
16