proposal penetian vitta.doc

26
Pendidikan Biologi PROPOSAL PENELITIAN STRUKTUR ORGAN TUMBUHAN Perbedaan Struktur Jaringan Aerenkim Pada Akar Tanaman Padi Berdasarkan Perlakuan Yang Berbeda ” Kondisi persemaian secara normal dan terendam air Disusun oleh : Vitta Purwanti 13327011 3A

Upload: vitta-purwanti

Post on 16-Feb-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROPOSAL PENETIAN VITTA.doc

Pendidikan Biologi

PROPOSAL PENELITIAN

STRUKTUR ORGAN TUMBUHAN

Perbedaan Struktur Jaringan Aerenkim Pada Akar Tanaman Padi Berdasarkan Perlakuan Yang Berbeda

” Kondisi persemaian secara normal dan terendam air “

Disusun oleh :Vitta Purwanti

133270113A

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN TEKNOLOGI INFORMATIKAUNIVERSITAS PGRI SEMARANG

2014

Page 2: PROPOSAL PENETIAN VITTA.doc

Halaman Pengesahan Proposal penelitian struktur organ tumbuhan

1. Judul : Perbedaan Struktur Jaringan Aerenkim Pada Akar Tanaman Padi Berdasarkan Perlakuan Yang Berbeda ” Kondisi persemaian secara normal dan terendam air “2. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Vitta Purwantib. Jenis Kelamin : Perempuanc. N PM : 13327011d. Jabatan Fungsional : Mahasiswae. Fakultas/Jurusan : Pendidikan Biologif. Alamat : Jl.Sidodadi. Timur No.24 / Dr.Cipto Semarangg. Telpon/Faks : (024) 8316377 Faks. (024) 8448217h. Alamat Rumah : Jl.Jambe Kampung. Kledung raya No.364

Kelurahan. Karangturi Semarangi. Telpon/Faks/e-mail : 085973910234

3. Jangka Waktu Penelitian : 23 hari

Semarang, 14 Desember 2014Mengetahui,Dosen Pembimbing Ketua Peneliti,

Sumarno S.Pd, M.Pd Vitta PurwantiNIP. NPM 13327011

1

Page 3: PROPOSAL PENETIAN VITTA.doc

I. Identitas Penelitian

1. Judul : Perbedaan Struktur Jaringan Aerenkim Pada Akar Tanaman Padi Berdasarkan Perlakuan Yang Berbeda ” Kondisi persemaian secara normal dan terendam air “2. Ketua Peneliti

a) Nama Lengkap : Vitta Purwanti

b) Bidang Keahlian : Penelitian struktur tumbuhan

c) Jabatan Fungsional : Mahasiswa

d) Unit Kerja : Jurusan Peternakan, Faperta UNIB

e) Alamat Surat : Jl.Jambe Kampung. Kledung raya No.364 Kelurahan. Karangturi Semarang

f) Telpon/Faks : 085973910234

g) E-mail : [email protected]

3. Anggota Peneliti : 1 orang

No. Nama dan Gelar Bidang Keahlian Instansi Alokasi Waktu

Akademik Hari

1. Vitta Purwanti Penelitian struktur sel

dan jaringan pada

tumbuhan

Biologi 23

4. Objek penelitian:

Hari Objek Penelitian Aspek Penelitian1 Bibit tanaman padi Inkubasi benih padi dalam kondisi lembab selama

24 jam 2 Bibit tanaman padi Menyemai benih padi pada pot plastik dengan

metode yang berbeda (persemaian pertama pada kondisi direndam air ,penyemaian kedua pada kondisi yang sesuai dengan persemaian normalnya)

3 Tanaman padi Pemeliharaan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal

4 Akar tanaman padi Penelitian struktur aerenkim pada akar padi umur 2 hari setelah semai

5 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal

6 Akar tanaman padi Penelitian struktur aerenkim akar padi umur 4 hari setelah semai

2

Page 4: PROPOSAL PENETIAN VITTA.doc

7 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal

8 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal

9 Tanaman padiPemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal

10 Akar tanaman padi Penelitian struktur aerenkim akar padi umur 8 hari setelah semai

11 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal

12 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal

13 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal

14 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal

15 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal

16 Akar tanaman padi Penelitian struktur aerenkim akar padi umur 14 hari setelah semai

17 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal

18 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal

19 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal

20 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal

21 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal

22 Tanaman padi Pemeliharaan dan pengamatan perkembangan tanaman padi di rumah kaca / ruangan dengan suhu normal

3

Page 5: PROPOSAL PENETIAN VITTA.doc

23 Akar tanaman padi Penelitian struktur aerenkim akar padi umur 21 hari setelah semai

7. Lokasi Peneliti :

Hari Lokasi Penelitian1 Ruangan suhu yang lembab 2 Rumah kaca / ruangan3 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal4 Laboratorium biologi5 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal6 Laboratorium biologi7 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal8 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal9 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal10 Laboratorium biologi11 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal12 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal13 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal14 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal15 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal16 Laboratorium biologi17 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal18 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal19 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal20 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal21 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal22 Rumah kaca / ruangan dengan suhu normal23 Laboratorium biologi

4

Page 6: PROPOSAL PENETIAN VITTA.doc

II. Substansi Penelitian

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Produksi bahan pangan dunia sedang menurun akibat banyaknya bencana alam yang

melanda darerah-daerah produktif serta alih fungsi lahan sawah ke non sawah. Untuk

mencapai kondisi ketahanan pangan, Indonesia harus dapat mengurangi

ketergantungannya terhadap impor, yang salah satu upayanya adalah dengan swasembada

beras. Perkembangan produksi dan konsumsi beras di Indonesia dari tahun ke tahun

berfluktuasi dengan cenderung meningkat tiap tahunnya. Selama kurun waktu 37 tahun

Indonesia masih belum dapat menutupi konsumsi beras total, sehingga pemerintah masih

mengimpor beras (Heissie, 2009). Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan produksi

padi untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat tentu perlu mendapat

perhatian utama dalam pembangunan pertanian (Anshori, 2011).

Produksi padi Indonesia pada tahun 2011 yaitu 65.756.904 ton/ha (BPS dan

Dirjentan, 2012a) dan untuk padi ladang yaitu 3.229.297 ton/ha (BPS dan Dirjentan,

2012b). Produksi padi tahun 2012 menurut angka sementara sebesar 69,05 juta ton gabah

kering giling atau mengalami kenaikan sebesar 3,29 juta ton (5,00%) dibandingkan

dengan tahun 2011. Kenaikan produksi tersebut terjadi di Jawa sebesar 2,12 juta ton dan

di luar Jawa sebesar 1,17 juta ton (BPS, 2013).

Usaha untuk peningkatan produksi padi dapat dilakukan dengan intensifikasi maupun

eksensifikasi atau perluasan areal. Penanaman padi terlebih dahulu melalui tahap

persemaian. Pada padi sawah, kondisi tanahnya harus lembab dengan kadar air 30%,

Tahap persemaian benih merupakan tahap yang menentukan untuk kelangsungan hidup

tanaman padi karena pada masa ini lah terjadi masa–masa kritis dalam bercocok tanam

padi. Akan tetapi pada saat sekarang ini musim di Indonesia tidak dapat lagi diprediksi

karena pengaruh dari iklim global, sehingga bisa saja terjadi kemarau yang panjang atau

musim hujan yang terus-menerus di sepanjang bulan. Keadaan ini dapat mempersulit

petani dalam masa penyemaian benih. Jika tanaman berada pada keadaan terendam

5

Page 7: PROPOSAL PENETIAN VITTA.doc

(kondisi anaerob), akar dari tanaman yang terendam akan terangsang membentuk

jaringan aerenkim dibandingkan dengan akar tanaman pada lahan kering (Saab dan Sach,

1995).

Aerenkim dapat terbentuk melalui dua proses secara lisogenous atau schizogenous.

Aerenkim lisogenous terbentuk melalui sel yang melisis, sedangkan aerenkim

schizogenous terbentuk dengan cara pemisahan sel selama pengembangan jaringan

(Evans, 2003). Aerenkim dianggap sebagai salah satu adaptasi morfologi penting bagi

tanaman untuk menghadapi stres hipoksia. Saluran aerenkim biasanya terbentuk di

korteks akar, rimpang dan batang. Aerenkim berfungsi untuk meningkatkan aerasi pada

jaringan akar yang terendam (Seago et. al, 2005). Dalam penelitian ini dirumuskan

masalahnya yaitu bagaimanakah perkembangan aerenkim pada jaringan korteks pada

akar benih padi sawah dan ladang dari awal sampai akhir persemaian dengan perlakuan

perendaman.

2. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian kali ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perbedaan kondisi tanaman padi setelah dilakukan pemeliharaan

dengan perlakuan yang berbeda ?

2. Bagaimana perbedaan struktur aerenkim pada akar tanaman padi dalam kondisi

terendam air dengan kondisi yang sesuai dengan persemaian normalnya ?

3. Mengapa terjadi perbedaan struktur aerenkim pada akar tanaman padi dalam

kondisi terendam air dengan kondisi yang sesuai dengan persemaian normalnya?

3. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan perbedaan kondisi tanaman padi setelah dilakukan

pemeliharaan dengan perlakuan yang berbeda Mendeskripsikan komponen-

komponen jaringan angkut floem (unsur-unsur kribal).

2. Mengidentifikasi perbedaan struktur aerenkim pada akar tanaman padi dalam

kondisi terendam air dengan kondisi yang sesuai dengan persemaian normalnya.

4. Mengkaji perbedaan struktur aerenkim pada akar tanaman padi dalam

kondisi terendam air dengan kondisi yang sesuai dengan persemaian normalnya.

6

Page 8: PROPOSAL PENETIAN VITTA.doc

BAB II

A. TINJAUAN PUSTAKA

Akar merupakan bagian bawah dari sumbu tumbuhan dan umumnya

berkembang di bawah permukaan tanah, meskipun ada pula akar yang tumbuh di

luar tanah. Akar pertama pada tumbuhan berbiji berkembang dari meristem apeks

di ujung akar embrio dalam biji yang berkecambah. Pada gymnospermae dan

dikotil, akar tersebut berkembang dan membesar menjadi akar primer dengan

cabang yang berukuran lebih kecil. System akar tersebut dinamakan akar

tunggang. Pada monokotil, akar primer tidak lama bertahan dalam kehidupan

tumbuhan dan segera mengering. Dari dekat pangkalnya atau di dekatnya akan

muncul akar baru yang disebut akar tambahan atau adventif (Savitri 2008).

Struktur akar pada tanamanan yang bernama latin Oriza sativa ini memiliki

struktur morfologi kira-kira 5-6 hari setelah berkecambah, dari batang yang masih

pendek itu keluar akar-akar serabut yang pertama dan dari sejak ini perkembangan

akar-akar serabut tumbuh teratur. Pada saat permulaan batang mulai bertunas

(kira-kira umur 15 hari), akar serabut berkembang dengan pesat. Dengan semakin

banyaknya akar-akar serabut ini maka akar tunggang yang berasal dari akar

kecambah tidak kelihatan lagi. Letak susunan akar tidak dalam, kira-kira pada

kedalaman 20-30 cm. karena itu akar banyak mengambil zat-zat makanan dari

bagian tanah yang di atas. Akar tunggang dan akar serabut mempunyai bagian

akar lagi yang disebut akar samping yang keluar dari akar serabtu disebut akar

rambut dan yang keluar dari akar tunggang, bentuk dan panjangnya sama dengan

akar serabut.

Kesuburan tanah adalah Suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan

unsur hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan

tanaman, baik fisik, kimia dan biologi tanah (Syarif Effendi, 1995).

Tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai profil yang dalam (kedalaman

yang sangat dalam) melebihi 150 cm, strukturnya gembur remah, pH 6-6,5,

mempunyai aktivitas jasad renik yang tinggi (maksimum). Kandungan unsur

haranya yang tersedia bagi tanaman adalah cukup dan tidak terdapat pembatas-

pembatas tanah untuk pertumbuhan tanaman (Sutejo.M.M, 2002)

7

Page 9: PROPOSAL PENETIAN VITTA.doc

Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung sejumlah faktor

pembentuk tanah yang merajai di lokasi tersebut, yaitu: bahan induk, iklim, relief,

organisme, atau waktu. Tanah merupakan fokus utama dalam pembahasan ilmu

kesuburan tanah, sedangkan kinerja tanaman merupakan indikator utama mutu

kesuburan tanah.

Kesuburan tanah merupakan mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan

oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi bagian tubuh tanah yang

menjadi habitat akar-akar aktif tanaman. Ada akar yang berfungsi menyerap air

dan larutan hara, dan ada yang berfungsi sebagai penjangkar tanaman. Kesuburan

habitat akar dapat bersifat hakiki dari bagian tubuh tanah yang bersangkutan,

dan/atau diimbas (induced) oleh keadaan bagian lain tubuh tanah dan/atau

diciptakan oleh pengaruh anasir lain dari lahan, yaitu bentuk muka lahan, iklim

dan musim. Karena bukan sifat melainkan mutu maka kesuburan tanah tidak dapat

diukur atau diamati, akan tetapi hanya dapat ditaksir (assessed).

Air memiliki fungsi yang vital bagi mahluk hidup, tidak terkecuali

tanaman. Hal ini erat kaitannya sebagai bahan dasar yang akan digunakan pada

proses fotosintesis yang merupakan proses fisiologi tanaman untuk pembentukan

karbohidrat (gula). Kebutuhan suplai air bagi setiap jenis tanaman tentu saja

berlainan. Selain memiliki fungsi sebagai bahan dasar fotosintesis, air juga

memiliki beberapa fungsi untuk tanaman antara lain : (1) sebagai pelarut, (2)

media tranportasi unsur hara dari akar ke daun, (3) hasil fabrikasi daun keseluruh

bagian tanaman, (4) pengatur tekanan turgor, (5) proses pembelahan dan

pembesaran sel dan (6) untuk perkecambahan.

Hubungan antar fungsi air dan resistensi tanaman terhadap kekeringan yaitu air

dapat menurunkan atau mentralkan temperatur (suhu ) tanaman, hal ini karena air

memiliki massa jenis. Tanaman yang memiliki jaringan koloid hydrophilic akan

lebih mampu menurunkan dan menetralkan suhu tanaman dibandingkan tanaman

yang tidak punya jaringan tersebut. Hal ini karena jaringan koloid hyrdophilic

memiliki massa jenis yang besar.

Ketersediaan air dalam tubuh tanaman diperoleh melalui proses fisiologis

absorbsi. Sedangkan hilangnya air dari permukaan bagian-bagian tanaman melalui

8

Page 10: PROPOSAL PENETIAN VITTA.doc

proses fisiologi, evaporasi dan transpirasi. Tanaman dengan kondisi daun penuh

akan mengabsorbsi air dalam jumlah besar, demikian pula akan mengalami

kehilangan air (transpirasi) yang banyak.

Bila suplay air berlangsung pada tingkat yang normal maka akan menjamin

kestabilan tekanan turgor dalam guard cell yang mana berkaitan dengan proses

membukanya stomata. Dengan demikian, difusi CO2 berlangsung dengan baik,

sehingga proses pembentukkan karbohidrat akan berjalan normal untuk menjamin

kestabilan tumbuh dari tanaman. Sebaliknya, bila tanaman mengalami kekurangan

suplai air sedangkan proses transpirasi berlangsung cepat maka yang terjadi

adalah kekurangan jumlah air dalam tanaman. Pengaruh kekurangan air dapat

dilihat pada skema disamping kiri berikut .

Mengingat pentingnya suplai air bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

yang berkaitan dengan proses absorbsi dan transpirasi, maka kita perlu

mengetahui faktor apa saja yang menentukan tingkat aktivitas kedua proses

tersebut. Keadaan suplai air ditentukan dua proses yaitu absorbsi dan transpirasi.

Absorbsi ini sendiri dipengaruhi oleh faktor tanah yang terdiri dari jumlah air

tanah yang tersedia, jarak rembesan, kecepatan gerak air serta suplai oksigen (O2)

dalam tanah dan faktor tanaman yang terdiri dari kekuatan absorbsi akar rambut

dan kedalaman/kerapatan akar rambut tanaman. Sedangkan tranpirasi dipengaruhi

oleh faktor lingkungan yang terdiri dari cahaya, kelembaban, suhu serta kecepatan

angin dan faktor tanaman yang dipengaruhi luas permukaan tanaman, keadaan

guard cell (stomata) serta kekuatan menahan air dari jaringan tanaman.

Oksigen merupakan unsur gas yang sangat diperlukan untuk pernafasan

bagi mahluk hidup lainnya salah satunya adalah pada tumbuhan. Komposisi

oksigen dalam atmosfer mencapai 21%, oksigen terdapat di perairan terutama

perairan laut dangkal dan di daratan sampai batas ketinggian tertentu di atas

permukaan air laut, semakin tinggi tempat suatu wilayah dari permukaan air laut,

lapisan oksigennya semakin tipis.

Tumbuh-tumbuhan termasuk makhluk hidup yang memerlukan udara terutama

oksigen dalam proses kehidupannya. Prose pernafasan berlaku sepanjang hari

9

Page 11: PROPOSAL PENETIAN VITTA.doc

baik malam maupun siang hari. Oksigen diserap melalui stomata dan dikeluarkan

juga tetap dalam bentuk karbon dioksida.

Pada siang hari, tumbuh-tumbuhan menyerap karbondioksida dengan bantuan

sinar matahari dan klorofil (zat warna dalam daun) pada proses fotosintesis.

Penyerapan gas CO2 (karbon dioksida ) pada proses fotosintesis berasal dari

udara (0,3-0,4 %) ditambah dengan CO¬2 hasil pernafasan oleh tumbuhan. Gas

CO¬2 yang diserap kemudian akan melepaskan gas oksigen sebagai hasil

sampingan dari proses asimilasi (atau proses fotosintesis).

Jaringan Parenkim merupakan jaringan dasar yang terdapat diseluruh

organ tumbuhan. Disebut sebagi jaringan dasar karena sebagai penyusun sebagian

besar jaringan pada akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.

Ciri-ciri jaringan parenkim adalah :

1. Terdiri dari sel-sel hidup yang berukuran besar dan berdinding tipis.

2. Bentuk sel parenkim segi enam.

3. Memiliki banyak vakuola.

4. Mampu bersifat meristematik.

5. Memiliki ruang antar sel sehingga letaknya tidak rapat.

Berdasarkan fungsinya jaringan parenkim dibedakan menjadi beberapa macam

antara lain:

1. Parenkim asimilasi (klorenkim).

2. Parenkim penimbun.

3. Parenkim air

4. Parenkim penyimpan udara (aerenkim).

Parenkim asimilasi (klorenkim) adalah sel parenkim yang mengandung klorofil

dan berfungsi untuk fotosintesis.

Parenkim penimbun adalah sel parenkim ini dapat menyimpan cadangan

makanan yang berbeda sebagai larutan di dalam vakuola, bentuk partikel padat,

atau cairan di dalam sitoplasma.

Parenkim air adalah sel parenkim yang mampu menyimpan air. Umumnya

terdapat pada tumbuhan yang hidup didaerah kering (xerofit), tumbuhan epifit,

dan tumbuhan sukulen.

10

Page 12: PROPOSAL PENETIAN VITTA.doc

Parenkim udara (aerenkim) adalah jaringan parenkim yang mampu menyimpan

udara karena mempunyai ruang antar sel yang besar. Aerenkim banyak terdapat

pada batang dan daun tumbuhan hidrofit.

B. HIPOTESIS

Perbedaan perkembangan dan struktur jaringan Aerenkim pada akar tanaman padi,

pada saat penanaman dengan menggunakan perlakuan yang berbeda, yaitu bibit tanaman

padi yang disemai pada kondisi terendam air dengan bibit tanaman padi yang disemai

pada kondisi yang sesuai dengan persemaian normalnya.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Hari ke 1 hingga hari ke 23 , Rumah kaca / ruangan, Laboratorium biologi

B. Alat dan Bahan1. Mikroskop majemuk (cahaya)2. Gelas benda dan kaca penutup3. Pinset kecil4. Tissue5. Jarum preparat6. Pipet tetes7. Silet8. Kobokan9. Lap10. Alat tulis11. Air12. Bibit tanaman padi13. Tanah14. Pupuk tanaman15. Pot plastik16. Akar tanaman padi

11

Page 13: PROPOSAL PENETIAN VITTA.doc

C. Variabel Penelitian

Variabel Terikat : Perbedaan perkembangan dan struktur Aerenkim pada

tanaman padi

Variabel Bebas : Perlakuan pada tanaman padi

Variabel Terkontrol : Air, tanaman padi, suhu, dan tanah

D. Cara Kerja

1. Menginkubasi bibit tanaman padi dalam kondisi lembab selama 24 jam.2. Menyemai bibit tanaman padi pada pot plastik dengan perlakuan berbeda, yaitu

pada pot pertama dengan kondisi terendam air dan pada pot kedua dengan kondisi yang sesuai dengan persemaian normalnya.

3. Menyirami tanaman padi sehingga suhu ruangan dan volume air tetap terjaga4. Mengamati perkembangan tanaman padi setiap hari pada pagi dan sore hari.5. Mengamati struktur jaringan Aerenkim pada akar tanaman padi dengan seri

pengambilan sampel yang berbeda, yaitu pada hari ke 2, 4, 8, 14, dan 21.a. Menyayat akar pada tanaman padi dengan arah melintangb. Menempatkan sayatan preparat pada gelas benda, dan tetesi preparat

dengan air kemudian menutupnya dengan menggunakan kaca penutupc. Menaruh preparat yang sudah siap untuk diamati dibawah lensa microskop

dengan perbesaran minimal 10x10 dan perbesaran maksimal 10x256. Menggambar dan mencatat hasil pengamatan, kemudian mengidentifikasi hasil

yang sudah didapatkan.

E. Teknik Analisis Data

Langkah-Langkah Metode Ilmiah

1.     Observasi Awal Setelah topik yang akan diteliti dalam proyek ilmiah ditentukan, langkah pertama

untuk melakukan proyek ilmiah adalah melakukan observasi awal untuk mengumpulkan informasi segala sesuatu yang berhubungan dengan topik tersebut melalui pengalaman, berbagai sumber ilmu pengetahuan, berkonsultasi dengan ahli yang sesuai. Gunakan semua referensi: buku, jurnal, majalah, koran, internet, interview,

dll. Kumpulkan informasi dari ahli: instruktur, peneliti, dll. Lakukan eksplorasi lain yang berhubungan dengan topik.

2.      Mengindentifikasi Masalah

12

Page 14: PROPOSAL PENETIAN VITTA.doc

Permasalahan merupakan pertanyaan ilmiah yang harus diselesaikan.

Permasalahan dinyatakan dalam pertanyaan terbuka yaitu pertanyaan dengan

jawaban berupa suatu pernyataan, bukan jawaban ya atau tidak.

Batasi permasalahan seperlunya agar tidak terlalu luas.

Pilih permasalahan yang Penting dan Menarik untuk diteliti.

Pilih permasalahan yang dapat diselesaikan secara eksperimen.

3.        Merumuskan Atau Menyatakan Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu ide atau dugaan sementara tentang penyelesaian yang

diajukan dalam proyek ilmiah. Hipotesis dirumuskan atau dinyatakan sebelum

penelitian yang seksama. Yang perlu diingat, yang seksama atas topik proyek

ilmiah dilakukan, karenanya kebenaran hipotesis ini perlu diuji lebih lanjut

melalui penelitian jika menurut hasil pengujian ternyata hipotesis tidak benar

bukan berarti penelitian yang dilakukan salah.

Gunakan pengalaman atau pengamatan lalu sebagai dasar hipotesis.

Rumuskan sebelum memulai proyek eksperimen

4.         Melakukan Eksperimen

Eksperimen dirancang dan dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan.

Perhitungkan semua variabel, yaitu semua yang berpengaruh pada eksperimen.

Ada tiga jenis variabel yang perlu diperhatikan pada eksperimen: variabel bebas,

variabel terikat, dan variabel kontrol. Varibel bebas merupakan variabel yang

dapat diubah secara bebas. Variabel terikat adalah variabel yang diteliti, yang

perubahannya bergantung pada variabel bebas. Variabel kontrol adalah variabel

yang selama eksperimen dipertahankan tetap.

Usahakan hanya satu variabel bebas selama eksperimen.

Pertahankan kondisi yang tetap pada variabel-variabel yang diasumsikan

konstan.

Catat hasil eksperimen secara lengkap dan seksama.

5.         Menyimpulkan Hasil Eksperimen

Kesimpulan proyek merupakan ringkasan hasil proyek eksperimen dan pernyataan

bagaimana hubungan antara hasil eksperimen dengan hipotesis. Alasan-alasan

untuk hasil eksperimen yang bertentangan dengan hipotesis termasuk di

13

Page 15: PROPOSAL PENETIAN VITTA.doc

dalamnya. Jika dapat dilakukan, kesimpulan dapat diakhiri dengan memberikan

pemikiran untuk penelitian lebih lanjut. Jika hasil eksperimen tidak sesuai dengan

hipotesis:

Jangan ubah hipotesis.

Jangan abaikan hasil eksperimen.

Berikan alasan yang masuk akal mengapa tidak sesuai.

Berikan cara-cara yang mungkin dilakukan selanjutnya untuk menemukan

penyebab ketidaksesuaian.

Bila cukup waktu lakukan eksperimen sekali lagi atau susun ulang eksperimen.

14

Page 16: PROPOSAL PENETIAN VITTA.doc

DAFTAR PUSTAKA

Ance Gunarsih Kartasapoetra. 2004. Klimatologi: Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.

Hessie, R. 2009. Analisis Produksi Padi dan Komsumsi Berasdalam Negeri serta Implikasinya terhadap Swasembada Beras di Indonesia. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Dian Kusumanto. 2009. Memahami Konsep Kesuburan Tanah. Diambil dari http://kebunaren.blogspot.com/ pada hari Jumat, 4 Maret 2011

Soerodikoesoemo, W. & Woelaningsig-Santosa, S. 1987. Materi Pokok Anatomy Tumbuhan. Jakarta: penerbit Karunika-UT.

Mulyani,sri(2006).Anatomi Tumbuhan.Yogyakarta:Penerbit Kanisius

II. Sarana

3.1. Tempat proses penelitian berlangsung:

NO LABORATORIUM KEMAMPUAN PENUNJANG

PENELITIAN

1 Ruangan suhu yang lembab Menginkubasi dan

Menyemai bibit

tanaman padi pada

pot plastik

15%

2 Rumah kaca / Ruangan dengan

suhu normal

Memelihara dan

mengamati

perkembangan akar

pada tanaman padi

35%

3 Laboratorium Pengamatan,

Jurusan Pendidikan Biologi

Mengamati dan

menganalisis

struktur jaringan

Aerenkim pada

tanaman padi

50%

15

Page 17: PROPOSAL PENETIAN VITTA.doc

3.2. Peralatan Utama:

NO ALAT TEMPAT KEGUNAAN

1. Pot plastik Rumah kaca /

ruangan

bersuhu normal

Sebagai

media

menyemai

bibit tanaman

padi

2. Mikroskop Laboratorium

Pendidikan

Biologi,

Universitas

PGRI

Semarang

Alat pokok

untuk meneliti

struktur

jaringan

Aerenkim

pada akar

tanaman padi

3. Silet Laboratorium

Pendidikan

Biologi,

Universitas

PGRI

Semarang

Untuk

menyayat

akar tanaman

padi agar

mudah

diamati

4. Gelas benda dan kaca

penutup

Laboratorium

Pendidikan

Biologi,

Universitas

PGRI

Semarang

Tempat untuk

meletakkan

akar tanaman

padi sesudah

disayat

16