proposal penelitian.docx
TRANSCRIPT
PROPOSAL USUL PENELITIAN
Pengembangan Buku Panduan Praktikum Berbasis Inkuiri untuk
Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Siswa SMA
Oleh
Feranita K Haloho
Nomor Induk Mahasiswa 06111011031
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013
PROPOSAL PENELITIAN
Pengembangan Buku Panduan Praktikum Berbasis Inkuiri untuk
Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Siswa SMA
Nama : Feranita K Haloho
NIM : 06111011031
Pembimbing I : Drs. Abidin Pasaribu, M.M
Pembimbing II :
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dalam kehidupan nya membutuhkan suatu kemampuan dasar.
Kemampuan ini mutlak dimiliki oleh setiap manusia untuk dapat memahami dan
menjalani kehidupan nya dengan baik. Kemampuan ini disebut dengan
kemampuan generik. Kemampuan generik bersifat domain dan tidak tergantung
pada disiplin ilmu. Oleh karena itu kemampuan ini juga hadir dalam sains yang
disebut kemampuan generik sains (utami,2012:1).
Brotosiswoyo (2000:7-21) menjelaskan kemampuan generik sains
merupakan kemampuan yang dapat digunakan untuk mempelajari berbagai
konsep dan menyelesaikan masalah dalam sains. Kemampuan generik dapat
ditumbuhkan melalui pembelajaran fisika dengan memperhatikan cara dan topik
atau materi pembelajaran, meliputi : (1) pengamatan langsung, (2) pengamatan tak
langsung, (3) membangun konsep, (4) eksperimen. Tercapai nya pembelajaran
dengan metode eksperimen didasarkan pada ketersediaan alat dan juga media
pembelajaran yang mendukung. Panduan praktikum merupakan salah satu media
pembelajaran yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan proses
pembelajaran dengan metode eksperimen. Menurut Asosiasi Pendidikan Nasional
(National Education Association/NEA) dalam Musfiqon (2012:27) media
merupakan benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau
dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan
pembelajaran, dapat mempengaruhi efektifitas program intruksional.
Panduan praktikum berisi lembaran-lembaran pedoman bagi siswa untuk
melakukan kegiatan agar siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
perlu dikuasai. Panduan praktikum juga merupakan media yang canggih dalam
mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar tentang fakta dan mampun
menggali prinsip-prinsip umum dan abstrak dengan menggunakan argumentasi
yang realistis yang dalam hal ini adalah kemampuan generik sains siswa.
Panduan praktikum adalah media bahan ajar yang digunakan untuk
megarahkan pola pikir siswa dalam menemukan pengetahuan baru yang berisi
pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan laboratorium agar siswa
memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang perlu dikuasai.berdasarkan
fungsinya panduan praktikum berbasis inkuiri digunakan untuk melihat tingkat
kemampuan generik sains siswa.
Salah satu tugas guru adalah sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar
mengajar yaitu memberikan pengalaman kelas bagi siswa, melatih kemampuan
siswa. Dengan panduan praktikum berbasis inkuiri yang akan dirancang dan
dilaksanakan di kelas tentunya akan memberikan kesempatan bagi guru untuk
memaksimalkan fungsinya sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar
tersebut. Dengan demikian siswa akan melakukan proses belajar secara aktif dan
akan memperoleh pengalaman langsung sehinggga melatih kemampuang generik
sains siswa.
Kesulitan yang sering dialami oleh siswa dalam melakukan praktikum
disebabkan karena baru pertama kali menggunakan alat tersebut secara langsung,
tidak ada buku panduan yang bahasanya mudah di pahami oleh siswa.
Berdasarkan hal tersebut penulis ingin mengembangkan buku panduan
praktikum berbasis inkuiri yang bahasa nya lebih mudah untuk dipahami sehingga
ketika siswa melakukan praktikum bisa lebih terarah dan kegiatan belajar
mengajar lebih efektif.
Oleh karena itu judul untuk penelitian ini adalah “Pengembangan Buku
Panduan Praktikum Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan
Generik Sains Siswa”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukan diatas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah : “Bagaimana pengembangan buku panduan praktikum
berbasis inkuiri dapat meningkatkan keterampilan generik sains siswa?”.
1.3 Batasan Masalah
Peneliti membatasi masalah yang akan diteliti pada pengembangan panduan
praktikum berbasis inkuiri ini, yaitu :
1. Pokok bahasan optik yang akan diteliti dibatasi pada materi pemantulan
pada cermin cekung , pemantulan pada cermin cembung, menentukan titik
fokus pada cermin cekung, menentukan titik fokus pada cermin cembung.
2. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keterlasanaan praktikum dengan
menggunakan panduan praktikum serta respon siswa mengemukakan
prinsip-prinsip umum dan abstrak dengan menggunakan argumentasi yang
realistis.
3. Pengujian kelayakan buku panduan praktikum berbasis inkuiri hasil
penelitian, ditinjau dari kevalidan, kepraktisan dan keefektifan selama
praktikum.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengembangkan panduan praktikum
berbasis inkuiri pada materi optik serta mengetahui tingkat generik sains siswa
saat melakukan praktikum.
1.5 Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian ini, diharapkan hasil penelitian ini
dapat memberikan manfaat :
1. Bagi siswa praktikan agar dapat dengan mudah memahami dan melakukan
praktikum dengan efektif serta meningkatkan keterampilan siswa dalam
menyampaikan argumentasi yang nyata.
2. Bagi guru, memaksimalkan fungsinya sebagai fasilitator dalam kegiatan
belajar mengajar.
3. Bagi peneliti, pengalaman baru yang akan menjadi bekal sebagai seorang
calon guru dalam mebuat buku panduan praktikum berbasis inkuiri pada
materi optik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Belajar
Belajar merupakan suatu proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti
menjadi mengerti atau tidak bisa menjadi bisa. Menurut Syah (2004:63), belajar
adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental
dalam penyelengaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa
berhasil atau gagal nya pencapaian tujuan pendidikan itu bergantung pada proses
belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan
rumah atau keluarga sendiri.
Selain itu menurut Hintzman dalam Syah (2004:65) “ Learning is a change
in organism due to experience which can affed the organism’s behaviour” (belajar
adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan,
disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme
tersebut). Jadi dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh
pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi
organisme tersebut.
Berdasarkan penjabaran diatas belajar erat kaitannya dengan suatu proses
yang menyangkut pengalaman yang dapat dialami sendiri oleh siswa tersebut.
Proses pembelajaran khususnya pada IPA menekankan pada pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi menjelajahi dan dapat bersikap
ilmiah. Dengan adanya pengalaman lansung maka siswa tersebut akan
memperoleh pemahaman yang lebih bermakna dari lingkungan sekitarnya.
Pengalaman langsung dalam pembelajaran dapat menggunakan metode
praktikum. Metode praktikum ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengalami sendiri proses belajar tersebut. Kegiatan praktikum
membutuhkan panduan praktikum. Panduan praktikum dapat menjadi alat
pembelajaran yang penting guna mendukung tercapainya pembelajaran yang lebih
sistematis sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.
2.2 Buku Panduan Praktikum
Menurut keputusan menteri pendidikan nasional tahun 2001, buku panduan
praktikum merupakan suatu pedoman pelaksanaan kegiatan praktikum yang berisi
tata cara persiapan, pelaksanaan, analisi data, dan pelaporan yang disusun dan
ditulis oleh guru sebagai staf pengajaran yang menangani praktikum tersebut
dengan mengikuti kaidah penulisan ilmiah. Berdasarkan pengertian pedoman
praktikum tersebut, makan panduan praktikum fisika merupakan suatu pedoman
pelaksanaan kegiatan praktikum fisika yang berisi tata cara persiapan sebelum
dilaksanakannya praktikum fisika seperti persiapan alat yang diperlukan,
pelaksanaan praktikum fisika yang meliputi adanya kegiatan memberikan suatu
perlakuan sehingga dapat teramatinya suatu gerakan yang diperlukan, serta lembar
pengamatannya.
Trianto (2010:223) menyatakan panduan praktikum baiknya terdiri dari
judul praktikum, teori singkat mengenai materi, alat dan bahan, prosedur
eksperimen, data pengamatan serta pertanyaan dan kesimpulan untuk bahan
diskusi. Selain itu menurut Arifin dalam Rochmat (2011:14) komponen yang
harus ada pada pedoman praktikum adalah :
1. Judul praktikum : harus singkat dan dapat menggambarkan secara
umum kegiatan praktikum yang dilakukan
2. Tujuan praktikum : berisi pernyataan yang akan dilakukan dalam
kegiatan praktikum secara rinci.
3. Dasar teori : materi yang berkaitan dengan kegiatan praktikum
dan dijadikan acuan dalam kegiatan praktikum. Materi tersebut diharapkan
dapat berguna bagi praktikum pada waktu mengisi laporan praktikum.
4. Alat dan bahan : harus sesuai dengan kebutuhan kegiatan
praktikum.
5. Prosedur praktikum : harus dilakukan dalam kegaiatan praktikum.
6. Pertanyaan prelab : pertanyaan yang akan menguji kemampuan awal
praktikum sebelum kegiatan praktikum dilakukan.
Menurut Sutardi dalam Rochmat (2011:19) menyatakan bahwa suatu pedoman
praktikum harus memenuhi syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknis.
1) Syarat Didaktik
Syarat didaktik maksudnya pedoman praktikum ini harus
mengikuti azas-azas belajara mengajar yang efektif yaitu memperhatikan
adanya perbedaan individual sehingga pedoman dapat digunakan oleh
siswa yang lamban, sedang maupun cepad belajarnya, dapat memberikan
tekanan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga pedoman
berfungsi sebagai petunjuk jalan bagi siswa untuk menulis,
menggambarkan, menggunakan alat percobaan, dan dapat
mengembangkan kemampuan komunikasi sosial emosional, moral dan
estetika pada diri siswa serta pengalaman belajaranya ditentukan oleh
pengembangan pribadi siswa, bukan ditentukan oleh materi
pembelajarannya.
2) Syarat Konstruksi
Syarat konstruksi adalah syarat yang berhubungan dengan
penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran dan
tingkat kejelasan yang pada hakikatnya harus tepat guna. Syarat konstruksi
dapat dilihat dalam penggunaan bahasa sesuai dengan tingkat
perkembangan kedewasaan anak, struktur kalimat yang jelas dan memiliki
tata urutan yang sesuai dengan kemampuan anak serta kalimat yang
digunakan sederhana dan pendek. Selain itu, dalam syarat konstruksi harus
dapat menghindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka, tidak megacu pada
sumber buku yang berada di luar kemampuan siswa untuk membacanya,
dapat digunakan untuk siswa yang lamban maupun cepat, menggunakan
lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata, mempunyai identitas yang jelas
dan memiliki tujuan belajar yang jelas serta dapat memberi ruang yang
cukup untuk memberikan keluasan siswa untuk menulis ataupun
menggambarkan sesuai dengan yang diperintahkan.
3) Syarat Teknis
Adapun syarat teknis yang perlu diperhatikan dalam penulisan
panduan praktikum,yaitu
a) Tulisan yang baik digunakan untuk pedoman praktikum yaitu
menggunakan huruf cetak, huruf tebal agak besar untuk judul, bingkai
untuk mebedakan kalimat perintah dengan jawaban dan usahakan agar
perbandingan besarnya huruf dengan gambar serasi
b) Gambar yang baik digunakan untuk pedoman praktikum adalah
gambar yang dapat menyampaikan isi/pesan secara efektif kepada
penggunanya. Kejelasan isi atau pesan dari gambar secara keseluruhan
atau gambar yang digunakan harus sesuai dengan materi pelajaran
yang disampaikan.
c) Penampilan suatu panduan praktikum yang baik yaitu dapat
memberikan kombinasi yang seimbang antar tulisan dan gambar
d) Keterbacaan (readability) adalah seluruh unsur yang ada dalam teks
(termasuk di dalamnya interaksi antarteks) yang berpengaruh terhadap
keberhasilan pembaca dalam memahami materi yang dibacanya pada
kecepatan membaca yang optimal.
2.2 Pembelajaran Berbasis Inkuri
Menurut Gulo (2002, dalam Trianto, 2007:135-137) model inkuiri adalah
suatu model dalam kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
logis, analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
percaya diri. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara
langsung ke dalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat. yang bermula
dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data,
menganalisis data, dan membuat kesimpulan.
Secara umum proses inkuiri menurut Sanjaya (2008: 119) dapat dilakukan
melalui beberapa langkah, yaitu: 1. Merumuskan masalah; 2. Mengajukan
hipotesis; 3. Mengumpulkan data; 4. Menguji data berdasarkan data yang
ditemukan; dan 5. Membuat kesimpulan.
Langkah pertama yaitu merumuskan masalah, guru membimbing siswa
menentukan suatu masalah yang terkait dengan pelajaran yang disampaikan,
kemudian siswa memikirkan sendiri jawabannya. Langkah kedua yaitu
mengajukan hipotesis, guru membimbing siswa menemukan jawaban sementara
atas masalah yang ditemukan. Langkah ketiga yaitu mengumpulkan data, siswa
melakukan eksperimen sederhana. Langkah keempat menguji data berdasarkan
data yang ditemukan, siswa menguji hasil eksperimen dengan fakta-fakta dan teori
yang terkait. Langkah kelima membuat kesimpulan siswa mempresentasikan hasil
diskusinya didepan kelas dan membuat kesimpulan. Aktivitas inkuiri memberikan
peluang yang cemerlang untuk membangun pengetahuan melalui diskoveri.
2.3 Kemampuan Generik Sains
Kemampuan (ability) merupakan hasil interaksi kompleks antara
pengetahuan (knowledge) dengan keterampilan (skill) sehingga untuk
penguasaanya diperlukan interaksi berulang kali dan waktu yang relatif lama
(Haladyna dalam Rahman, 2008:4). Kemampuan generik merupakan kemampuan
intelektual hasil perpaduan atau interaksi kompleks antara pengetahuan dan
keterampilan. Kemampuan tersebut tidak tergantung pada domain atau disiplin
ilmu tetapi mengacu pada “strategi kognitif” (Gibb dalam Rahman, 2008:4). Oleh
karena itu, kemampuan ini juga hadir dalam sains yang disebut kemampuan
generik sains.
Kemampuan generik sains merupakan kemampuan yang dapat digunakan
untuk mempelajari berbagai konsep dan menyelesaikan berbagai masalah dalam
sains (Brotosiswoyo, 2000:7). Costa (1985) dalam Sudarmin (2012:98)
mengungkapkan kemampuan generik sains sebagai dasar dalam proses berfikir
tingkat tinggi yang meliputi kemampuan berfikir kreatif, kritis, pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
generik sanis adalah kemampuan hasil perpaduan atau interaksi kompleks antara
pengetahuan dan keterampilan sebagai dasar dalam proses berpikir tingkat tinggi
yang dapat digunakan untuk mempelajari berbagai konsep dan menyelesaikan
berbagai masalah dalam sains.
Diperlukan pembekalan sejumlah kemampuan untuk dapat
mengembangkan kemampuan generik sains (Ni dkk, 2011:178). Kemampuan
generik sains dapat ditumbuhkan melalui pembelajaran fisika dengan
memperhatikan cara dan topik atau materi pembelajaran. Sejumlah kemampuan
generik sains menurut Brotosiswoyo (2000:7-21) adalah : (1) pengamatan
langsung, (2) pengamatan tak langsung, (3) kesadaran tentang skala besaran
(sense of scale), (4) bahasa simbolik, (5) kerangka logika taat asas, (6) inferensi
logika, (7) hukum sebab-akibat, (8) pemodelan matematika dan (9) membangun
konsep. Makna dari setiap indikator keterampilan generik sains tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Pengamatan langsung ; adalah mengamati objek yang diamati secara
langsung. Aspek pendidikan yang penting terkait dengan pengamatan adalah
kesadaran akan batas-batas ketelitian. Indra pengamatan kita maupun alat
yang membantu pengamatan langsung memiliki keterbatasan. Kesadaran
tentang hal ini merupakan kebiasaan baik yang dapat ditumbuhkan dalam
kegiatan pengamatan langsung.
2. Pengamatan tak langsung ; dalam melakukan pengamatan langsung, alat
indera yang digunakan manusia memiliki keterbatasan. Untuk mengatasi
keterbatasan tersebut manusia melengkapi diri dengan berbagai peralatan.
Beberapa gejala alam lain juga terlalu berbahaya jika kontak langsung
dengan tubuh manusia, seperti arus listrik, zat-zat kimia beracun, untuk
mengenalnya diperlukan alat bantu seperti ampermeter, indikator, dan lain-
lain. Cara ini dikenal sebagai pengamatan tak langsung. Namun pada
penelitian ini, dibatasi tidak sampai ke pengamatan tak langsung.
3. Kesadaran akan skala besaran ; dari hasil pengamatan yang dilakukan
makan seseorang yang belajar sains akan memiliki kesadaran akan skala
besaran dan berbagai objek yang dipelajarinya. Dengan demikian ia dapat
membayangkan bahwa yang dipelajarinya itu tentang sesuatu dengan
ukuran yang sangat besar seperti jagad raya sampai yang sangat kecil seperti
keberadaan pasangan elektron. Ukuran jumlah juga sangat merupakan skala
besaran.
4. Bahasa simbolik ; untuk memperjelas gejala alam yang dipelajari oleh setiap
rumpun ilmu diperlukan bahasa simbolik, agara terjadi komunikasi dalam
bidang ilmu tersebut. Dalam sains misalnya, bidang kimia mengenal adanya
lambang unsur, persamaan reaksi, simbol-simbol untuk reaksi, reaksi
kesetimbangan, resonasi dan banyak lagi bahasa simbolik yang telah
disepakati dalam ilmu tersebut.
5. Kerangka logika taat asas; ada keyakinan dalam ilmu fisika, berdasarkan
pengalaman yang cukup panjang, bahwa aturan alam ini memiliki sifat taat
asas secara logika.
6. Inferensi logika; logika sangat berperan dalam melahirkan hukum-hukum
sains. Banyak fakta yang tak dapat diamati langsung dapat ditemukan
melalui inferensi logika dan konsekuensi-konsekuensi logis basil pemikiran
dalam belajar sains..
7. Hukum sebab akibat; rangkaian hubungan antara berbagai faktor dan gejala
yang diamati diyakini sains selalu membantu hubungan yang dikenal
sebagai hukum sebab-akibat.
8. Pemodelan matematika ; untuk menjelaskan hubungan-hubungan yang
diamati diperlukan bantuan pemodelan matematika agar dapat diprediksi
dengan tepat bagaimana kecenderungan hubungan atau perubahan suatu
fenomena alam. Rumus-rumus yang melukiskan hukum-hukum alam dalam
fisika adalah buatuan manusia yang ingin melukiskan gejala dan perangai
alam tersebut, baik dalam bentuk kualitatof atau kuantitatif.
9. Membangun konsep; tidak semua fenomena alam dapat dipahami dengan
bahasa sehari-hari, karena itu diperlukan konsep. Jadi belajar sains
memerlukan kemampuan untuk membangun konsep, agar bisa detelaah
lebih lanjut untuk memerlukan pemahaman yang lebih lanjut.
Indikator-indikator KGS tersebut kemudian dijabarkan kembali menjadi
beberapa sub-indikator oleh Sudarmin (2007:50-51), dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Generik Sains Menurut Sudarmin (2007 :
50-51)
No. Kemampuan
Generik sains
Sub (Indikator) Kemampuan Generik Sains
1. Pengamatan langsung a. Menggunakan sebanyak mungkin alat indera
b. Mengumpulkan fakta-fakta
c. Mencari persamaan dan perbedaan
2. Pengamatan tak
langsung
a. Menggunakan alat ukur langsung
b. Mengumulkan fakta-fakta
c. Mencari persamaan dan perbedaan
3. Sense of scale Menyadari ukuran objek alam
4. Bahasa simbolik a. Memahami simbol,lambang dan istilah
b. Menggunakan aturan matematika untuk
menjelaskan masalah
c. Menggunakan aturan matematika untuk
memecahkan masalah
5. Kerangka logika taat
asas
Mencari hubungan logis antara dua aturan
6. Inferensi logika a. Memahami aturan-aturan
b. Berargumentasi berdasarkan aturan-aturan
c. Menyelesaikan masalah berdasarkan aturan-
aturan
d. Menarik kesimpulan berdasarkan aturan
7. Hukum sebab-akibat Menghubungkan dua atau lebih variabel
8. Pemodelan
matematika
a. Mengungkapkan fenomena atau masalah
dalam bentuk grafik/tabel
b. Mengungkapkan fenomena dalam bentuk
rumusan
c. Mengajukan alternatif penyelesaian masalah
9. Membangun konsep Menambahkan konsep baru
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian ini merupakan metode penelitian dan pengembangan
(Research & Development) yang bertujuan menghasilkan produk yaitu buku
panduan praktikum berbasis inkuiri pada materi optik.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah buku panduan praktikum berbasis inkuiri
pada materi optik di Sekolah Menengah Atas.
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa Sekolah Menengah Atas.
3.4 Prosedur Pengembangan
Menurut Sugiyono (2011:298) langkah-langkah penelitian dan
pengembangan seperti gambar 3.1
(Sugiyono,2011 : 298)
Gambar 3.1 langkah-langkah metode Reseach and Development
Potensi dan masalah
Desain produkPengumpulan data
Revisi produk
Ujicoba
Produksi massal
Revisi produk Ujicoba produk Revisi desain
Validasi desain
Pada metode penelitian ini, peneliti membatasi hanya sampai pada
menghasilkan produk berupa buku panduan praktikum materi optik, belum sampai
memperbanyak hasil dari produk ini.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Data Hasil Validasi Ahli
Proses validasi ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang kevalidan
produk yang akan dikembangkan. Adapun yang menjadi indikator untuk validasi
adalah :
1. Validasi isi bahan
Validasi isi meliputi :
a. Kejelasan standar kompetensi
b. Keluasan dan kedalaman materi
c. Ketepatan urutan penyajian
d. Ketepatan evaluasi
2. Validasi konstruk
Validasi konstruk meliputi :
a. Interaktivitas
b. Memuat soal-soal yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan
siswa
c. Kejelasan umpan balik
d. Kejelasan petunjuk belajar
e. Kualitas tampilan
3. Validasi bahasa
a. Ketepatan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
b. Mengggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami
(Ditnaga-Dikti, 2007 dalam Ratnasari : 2011)
3.5.2 Angket
Angket yang disusun pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh
informasi mengenai keterpahaman terhadap panduan praktikum hasil penelitian
serta respon siswa praktikan terhadap pelaksanaan praktikum menggunakan buku
panduan praktikum yang disajikan. Angket merupakan teknik pengumpulan data
dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan yang tertulis kepada responden
untuk dijawab (Sugiyono, 2011).
3.5.3 WawancaraWawancara dilakukan agar data yang didapatkan lebih akurat dan dapat
mengetahui secara langsung tingkat keefektifan siswa dalam melakukan
praktikum sebelum menggunakan buku panduan praktikum. Wawancara adalah
cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan
tanya jawab lisan sepihak, berahadapan muka, dengan arah serta tujuan yang telah
ditentukan.
3.6 Teknik Analisa data
3.6.1 Presentase Penelitian Validasi Ahli
Validasi panduan praktikum dilakukan dua cara yaitu pertama dilakukan
oleh peneliti dan pakar. Pada validasi pakar digunakan indikator kevalidan dan
menggunakan skala likert yang ditunjukkan pada Tabel 3.1
Tabel 3.1
Lembar Validasi
Pernyataan Nilai
1 2 3 4 5
1. Panduan praktikum sudah selesai dengan
silabus dan kurikulum
2. Panduan praktikum yang dibuat telah sesuai
dengan indikator pembelajaran
3. Data yang diperoleh sesuai dengan tujuan
pembelajaran
4. Langkah-langkah pada panduan praktikum
sistematis
5. Hasil analisa data bersesuaian dengan teori
yang diberikan
6. Panduan praktikum singkat dan jelas
7. Kalimat yang digunakan dalam panduan
praktikum telah memenuhi Ejaan Yang
disempurnakan (EYD)
8. Kalimat dalam langkah-langkah panduan
praktikum menggunakan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti
Adapun arti nilai atau angka-angka pada kolom nilai yang berada pada
lembar validasi adalah :
1 = Tidak Baik
2 = Kurang Baik
3 = Cukup Baik
4 = Baik
5 = Sangat Baik
Berdasarkan skor aktual yang diperoleh dari dosen validator pendidikan
fisika setelah mengisi lembar validasi, maka akan dipresentasekan keseluruhan
skor yang didapatkan dalam melihat kelayakan buku panduan praktikum untuk
menuju ke tahap uji coba berikutnya.
3.6.2 Angket
Pemberian skor pada angket respon siswa menggunakan skala Likert.
Pemberian skor untuk setiap jawaban yang diberikan oleh siswa dijabarkan
sebagai berikut :
SS = Sangat Setuju Diberi skor 5
S = Setuju Diberi skor 4
R = Ragu Diberi skor 3
TS = Tidak Setuju Diberi skor 2
STS = Sangat Tidak Setuju Diberi skor 1
Tabel 3.2
Lembar Angket
No Pertanyaan SkalaSTS TS R S SS
1. Praktikum dapat menarik minat saya
untuk belajar.
2. Prosedur pelaksanaan praktikum tersusun
sistematis.
3. Langkah-langkah pada panduan
praktikum mudah dipahami.
4. Pelaksanaan praktikum mudah
dimengerti.
5. Data yang didapat jelas dan akurat.
6. Menuntut diskusi kelompok dalam
mendapatkan data dan menganalisisnya.
7. Materi yang disajikan oleh alat mudah
dipahami.
8. Pemakaian alat dengan menggunakan
panduan praktikum tidak membutuhkan
banyak waktu.
9. Cocok digunakan berkelompok dengan
jumlah anggota 4-5 orang.
10. Data yang diperoleh mendukung dengan
teori yang diberikan.
3.6.3 Wawancara
Wawancara dilakukan secara langsung dan dengan mendapatkan komentar
dan saran seperti pada tabel 3.3, kemudian praktikum dapat langsung diperbaiki.
Tabel 3.3
Lembar Wawancara
No. Pertanyaan
1. Apakah panduan praktikum tersebut mudah dimengerti?
2. Apakah langkah-langkah yang terdapat pada panduan praktikum sudah
sistematis?
3. Apakah data hasil pengamatan akurat dan mudah dipahami?
4.