proposal penelitian vco.docx

Upload: arya

Post on 08-Jan-2016

16 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

12

I. PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKebutuhan minyak nabati dan lemak dunia terus mengalami peningkatan sebagai akibat dari pertumbuhan jumlah penduduk dunia yang terus mengalami peningkatan. Menurut Pahan (2006), yang mengalami peningkatan pertumbuhan penduduk yang paling tinggi adalah Asia. Hal ini dikarenakan pada negara-negara bagian Timur jumlah penduduknya sekitar 3,2 miliyar atau sekitar 50% dari penduduk dunia, yang tentunya akan berdampak pada permintaan akan minyak nabati dan lemak. Menurut data Oil World (2005), sumber-sumber minyak yang dikonsumsi dunia adalah minyak sawit (23,53%), minyak inti sawit (2,76%), minyak kedelai (23,81%), minyak biji kapas (3,64%), minyak bunga matahari (6,75%), minyak kanola (11,76%), 4 lemak hewani (17,08%), dan 7 minyak nabati lainnya dikonsumsi sekitar 10,68%. Memang minyak kedelai masih menjadi komoditas yang paling banyak dikonsumsi, namun apabila dibandingkan dengan data tahun 2000, diketahui bahwa kelapa sawit mengalami peningkatan sebanyak 4,4% sedangkan untuk minyak kedelai hanya sebesar 1,63%. Tentu ini menjelaskan bahwa permintaan dunia akan minyak kelapa sawit mengalami peningkatan yang signifikan.Di Indonesia permintaan akan minyak kelapa sawit juga terus meningkat. Menurut data BPS tingkat konsumsi minyak kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 6,6 kg per kapita per tahun, dimana dengan total konsumsinya sebanyak 1.591.233 ton per tahun. Pada tahun 2013, BPS memperkirakan konsumsi Indonesia akan minyak kelapa sawit akan meningkat menjadi 1.720.250 ton per tahun. Adapun penggunaan dari minyak kelapa sawit itu sendiri semakin bervariasi mulai dari minyak goreng, mentega, farmasi, kosmetik hingga biodiesel. Menurut data Oil World (2009), dalam konsumsi untuk CPO di Indonesia dari tahun 1999-2008 mengalami peningkatan sebesar 4,8% dan untuk PKO sebesar 18,2%. Selain itu, menurut data BPS untuk nilai ekspor kelapa sawit pada triwulan II tahun 2013 sebanyak 10,604 juta ton dari 12,540 juta ton komoditas perkebunan yang di ekspor atau sekitar 8,1 miliar US$ dari 13.2 miliar US$ yang merupakan nilai ekspor komoditas perkebunan. Dari angka tersebut diketahui bahwa komoditas kelapa sawit menyumbang sekitar 84,5% untuk ekspor komoditas perkebunan lainnya.

Tabel 1.1 Konsumsi CPO dan PKO di Indonesia.Konsumsi (Juta Ton)

19981999200020012002200320042005200620072008

CPO2,83,03,02,93,03,23,33,53,74,14,5

PKO0,110,080,130,210,260,310,400,400,440,480,58

Sumber: Oil World data Bank, 2009

Semakin meningkatnya kebutuhan akan minyak dunia dan semakin terbatasnya ketersediaan minyak alam di semesta ini menyebabkan tanaman kelapa sawit semakin berkembang. Tanaman yang memiliki nama latin Elaeis Guineensis Jacq ini merupakan salah satu komoditas pertanian yang sangat diminati saat ini karena hasilnya yang menjanjikan. Salah satu tanaman perkebunan ini mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1848 oleh kolonial Belanda. Tanaman yang berbuah sepanjang tahun ini dapat berproduksi sampai dengan usia 25-27 tahun, dimana mulai menghasilkan pada umur 4 tahun. Tiap tahunnya tanaman kelapa sawit mampu berproduksi sebanyak 3,5 ton/ha. Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar minyak kelapa sawit banyak mengembangkan tanaman ini di Sumatera, Kalimantan dan sebagian dari Sulawesi. Menurut data Dirjen Perkebunan, luas areal perkebunan kelapa sawit terus mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2008 luas perkebunan kelapa sawit masih berkisar 7,4 juta hektar dan pada 2013 sudah mencapai angka 9,2 juta hektar.Salah satu provinsi yang menjadi sentra budidaya kelapa sawit adalah Sumatera Utara. Menurut data Dirjen Perkebunan (2011), provinsi ini menempati posisi ke tiga untuk areal perkebunan kelapa sawit terbanyak (954.215 ha) sesudah provinsi Riau (1.807.858 ha) dan Kalimantan Tengah (1.064.469 ha). Berdasarkan kepemilikannya, di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 41,44 % areal perkebunan dimiliki rakyat, 32,14% dimiliki oleh PTPN, dan sisanya sebanyak 26.41% milik swasta. PT. Perkebunan Nusantara III atau PTPN III merupakan salah satu BUMN yang berada di Sumatera yang luas areal perkebunannya sebanyak 143.633,26 ha (46,83% dari luas PTPN yang ada di Sumatera Utara). BUMN ini bergerak dibidang perkebunan, pengolahan, dan pemasaran hasil perkebunan. Perusahaan ini menjadikan kelapa sawit sebagai komoditi utama, dimana CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil) menjadi produk utama yang dipasarkan di pasar domestik dan internasional. Pada tahun 2012 penjualan ekspor PTPN III mencapai Rp. 0,595 miliyar dan untuk pasar domestik sebanyak Rp. 5,346 miliyar. Dalam setahun perusahaan yang mempunyai 34 kebun dan 11 PKS ini mampu memperoduksi CPO sebanyak 517.336 ton dan PKO sebanyak 108.870 ton.Menurut Sudiyono (2002), komoditi pertanian pada umumnya dikenal sebagai bahan mentah dan mudah rusak, sehingga perlu langsung dikonsumsi atau diolah terlebih dahulu. Selain untuk mengurangi risiko produk rusaka, proses pengolahan ini juga diharapkan dapat meningkatkan nilai guna dan nilai tambah komoditi-komoditi pertanian. Kegiatan agroindustri yang mengolah suatu produk untuk menambah nilai gunanya ini, tentu akan membutuhkan biaya pengolahan. Salah Satu konsep yang sering digunakan untuk membahas pengolahan komoditi pertanian ini adalah nilai tambah. Menurut Rahmawati (2009), Nilai tambah didapatkan dari nilai produk akhir dikurangi biaya antara (intermediate cost) yang terdiri dari biaya bahan baku dan bahan penolong dalam melakukan proses produksi (besarnya nilai dari proses pengolahan).Hal ini juga terjadi pada komoditi Kelapa sawit. Untuk menambah nilai guna dan nilai tambahnya, PTPN III melakukan pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dan PKO. Dimana CPO dan PKO ini akan dipasarkan untuk diolah kembali menjadi produk-produk yang dapat digunakan manusia seperti minyak goreng, mentega, biodiesel, dan lain-lain. Pada awal tahun 2014 harga sawit mecapai Rp. 1.963,00 untuk tiap kilogramnya. Namun, setelah diolah harga dari produk turunan kelapa sawit ini pada awal tahun 2014 sebesar Rp. 8.751,77/kg untuk CPO dan Rp. 8.537,80/kg untuk PKO. Dengan melihat adanya perbedaan harga yang cukup sinifikan antara komoditi kelapa sawit dengan produk turunanya yaitu CPO dan PKO maka penelitian yang berjudul ANALISIS NILAI TAMBAH PKO DAN CPO PADA AGROINDUSTRI KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III MEDAN (Study Kasus PKS Aek Torop Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan) ini penting untuk dilakukan.

1.2 Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut.1. Bagaimana Sistem Pengolahan Kelapa sawit untuk menghasilkan CPO dan PKO pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan khususnya di PKS Aek Torop?2. Bagaimana nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kelapa sawit menjadi CPO pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan khususnya di PKS Aek Torop?3. Bagaimana nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kelapa sawit menjadi PKO pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan khususnya di PKS Aek Torop?

1.3 Tujuan PenelitianAdapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sejalan dengan rumusan masalah yang ada. Tujuan penelitian ini adalah:1. Untuk mengetahui Sistem Pengolahan Kelapa sawit untuk menghasilkan CPO dan PKO pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan khususnya di PKS Aek Torop.2. Untuk mengetahui nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kelapa sawit menjadi CPO pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan khususnya di PKS Aek Torop.3. Untuk mengetahui nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kelapa sawit menjadi PKO pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan khususnya di PKS Aek Torop.

1.4 Manfaat PenelitianAdapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.1. Diharapkan penelitian ini mampu menjelaskan bagaimana proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dan PKO, serta mampu menjelaskan nilai tambah dari 2 produk turunan kelapa sawit tersebut.2. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan refrensi bagi penelitian selanjutnya.3. Sebagai informasi ilmiah bagi pihak-pihak yang membutuhkan.4. Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura.

II. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Kelapa SawitDalam dunia botani semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Menurut Pahan (2006), metode pemberian nama ilmiah atau latin ini telah dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut.Divisi: Embryophyta Siphonagama

Kelas: Angiospermae

Ordo: Monocotyledonae

Famili: Arecaceae (dulu disebut Palmae)

Subfamili: Cocoideae

Genus: Elaeis

Spesies: 1. E. guineensis jacq 2. E. olifera (H.B.K) Cortes 3. E. odora

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah di daerah tropis yang beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa antara 23,5 LU-23,5 LS. Syarat dari wilayah tempat tumbuhnya kelapa sawit adalah sebagai berikut.1. Curah hujan 2.000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun dengan periode bulan kering (< 100 mm/bulan) tidak lebih dari 3 bulan.2. Temperatur siang hari rata-rata 29-33 C dan malam hari 22-24 C.3. Ketinggian tempat dari permukaan laut < 500 m.4. Matahari bersinar sepanjang tahun, minimal 5 jam per hari.Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Selatan tepatnya Brasilia. Pada awalnya tanaman ini tumbuh liar di Brasilia di sepanjang tepi sungai. Kelapa sawit Afrika telah berhasil didomestikkan di Afrika Barat pada sekitar abad ke-16 dan ke-17 atau jauh pada periode sebelumnya. Senyawa kimia yang serupa dengan minyak kelapa sawit telah ditemukan pada makam-makam orang Mesir pada tahun 3000 SM. Ekspor minyak dan inti sawit dari Afrika dimulai pada abad ke-19. Pada masa itu, sumber minyak hanya berasal dari tanaman kelapa sawit yang tumbuh liar dan minyak masih diekstrak dengan cara yang sederhana dan tidak efisien. Dari tanaman yang tumbuh liar kemudian berkembang menjadi perkebunan rakyat.Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan ke Indonesia oleh Kolonial Belanda pada tahun 1848, tepatnya dikebun Raya Bogor. Tahun 1876, tanaman kelapa sawit dicoba dikembangkan di Labuhan Deli Sumatera Utara sebanyak 700 pohon, namun 10 tahun kemudian di tebang. Selanjutnya pada tahun 1911, K. Schadt dan M. Adrien Hallet mempelopori budidaya tanaman kelapa sawit dengan mendirikan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Deli dan Aceh. Menurut Pahan (2006), pada tahun 1938 diperkirakan di Sumatera sudah terdapat 90.000 ha perkebunan kelapa sawit.

2.2 Penggunaan CPO dan PKOMenurut Syahza (2001), tanaman kelapa sawit merupakan tanaman primadona karena memberi pendapatan lebih baik dari komoditi perkebunan lainnya. Selain itu, apabila dibandingkan dengan sumber minyak lainnya, kelapa sawit mampu menghasilkan minyak paling banyak. Apabila dilihat berdasarkan presentase antara minyak dan bungkil (ampas), kelapa sawit mampu menghasilkan minyak sebanyak 90% dan bungkilnya hanya sebanyak 10%. Hal ini berbeda dengan sumber minyak lainnya dimana jumlah bungkilnya mencapai 30-80%.

Tabel 2.1 Persentase Minya untuk tiap KomoditiJenisKomoditiPersentase (%)

MinyakBungkilLain-lainTotal

Kelapa: Kopra64306100

Kapas: biji kapas184834100

Kacang Tanah4555-100

Produk kelapa sawit9010-100

Biji Canola45-55100

Kedelai18802100

Biji Bunga Matahari403030100

BijiWijen48-52100

Sumber: Moll, 1987 dalam Pahan 2006

Bagian hulu dari Agroindustri kelapa sawit menghasilkan 2 (dua) produk primer yaitu minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit. Minyak kelapa sawit atau yang biasa dikenal dengan istilah Crude Palm Oil (CPO) berasal dari daging buah yang paling luar. Bagian daging luar kelapa sawit yang sudah matang biasanya berwarna kuning kemerahan. Selain CPO, kelapa sawit juga menghasilkan minyak inti kelapa sawit atau biasa dikenal dengan istilah Palm Kernel Oil (PKO). PKO dihasilkan dari inti kelapa sawit yang ditutupi oleh cangkang yang berwarna hitam. Inti kelapa sawit berwarnah putih mirip seperti daging kelapa. Menurut Harahap (2010), dari 100% Tandan Buah Segar (TBS) dapat menghasilkan CPO sebanyak 24,32% dan 5,7% PKO.Menurut Pahan (2006), minyak kelapa sawit memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dan baik bagi kesehatan manusia. Oleh karena kandungan nutrisi yang tinggi minyak kelapa sawit banyak dimanfaatkan sebagai industri hasil setengah jadi maupun industri barang jadi. Dalam industri hasil setengah jadi minyak kelapa sawit dimanfaatkan sebagai minyak goreng, lemak makanan seperti margarine, garam metalik, mapun bahan-bahan kimia seperti glycerol, metyl ester, dan lain-lain. Sedangkan pada industri barang jadi minyak kelapa sawit diolah menjadi kue, roti, cokelat, kembang gula, tepung susu, mie siap saji, shampoo, sabun metalik industri farmasi, dan juga dapat dihasilkan beberapa senyawa atau zat kimia antioksidan yang sangat dibutuhkan dalam membatasi pembelahan sel yang tidak sempurna dalam penyakit kangker. Sebagai bahan penolong minyak sawit melalui proses tertentu dapat berfungsi sebagai :1. Lapisan pelindung2. Minyak pelumas3. Dempul4. Medium bahan peyamak kulit5. Tinta cetak6. Makanan hewan7. Perekat insectisida8. Plasticizer dan surfactant9. Senyawa bufferingAdapun kandungan nutrisi minyak kelapa sawit adalah sebagai berikut.1. Kandungan kalori dan vitamin. Minyak kelapa sawit memiliki nilai kalori sebesar 9 kkal/g yang terdiri dari protein dan karbohidrat. Minyak kelapa sawit banyak mengandung vitamin A dimana kandungan betakaroten mencapai 1.000 mg/kg. kandungan alami pro vitamin A pada minyak kelapa sawit sekitar 900 IU/g.2. Daya cerna (digestibility). Penurunan daya cerna berlaku untuk semua lemak yang titik cairnya tinggi dan tidak ditentukan oleh komponen individu di dalam lemak tersebut. Lemak juga memperkaya cita rasa dan tekstur makanan serta membuat makanan dapat bertahan lebih lama.3. Kandungan Asam lemak esensial dan asam lemak tidak jenuh.4. Kandungan Kolesterol yang rendah, yaitu sekitar 3 mg/kg. sementara lemak hewani biasanya mengandung kadar kolesterol 50-100 kali dari minyak kelapa sawit.

2.3 Proses ProduksiPada hakikatnya, proses produksi terdiri dari dua kata, yaitu proses dan produksi dimana kedua kata ini memiliki makna yang berbeda. Proses merupakan cara, metode, dan teknik bagaimana sumber yang ada akan dirubah atau diolah guna memperoleh hasil yang diharapkan. Sedangkan produksi adalah kegiatan menciptakan atau menambah nilai guna suatu barang atau jasa. Menurut Hidayat (2011), proses produksi merupakan suatu metode atau teknik untuk menciptakan atau menambah nilai guna suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber tertentu seperti tenaga kerja, bahan baku, bahan penolong, dana dan sumberdaya lain yang dibutuhkan. Dalam proses produksi biasanya terdapat tiga unsur, yaitu input, proses, danoutput.Inputdalam proses produksi terdiri atas bahan baku/ bahan mentah, bahan penolong, tenaga kerja dan lain-lain. Proses merupakan kegiatan yang mengolah input-input sehingga menghasilkan suatu produk.Outputmerupakan barang jadi sebagai hasil yang dikehendaki dari proses produksi.Menurut Utama (2013), bila dilihat berdasarkan arusnya proses produksi dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu proses produksi intermitten dan proses produksi kontinyu. Proses produksi intermitten (sering dikenal dengan proses produksi terputus-putus) merupakan suatu proses produksi dimana arus proses yang ada dalam perusahaan tidak selalu sama. Dalam pelaksanaan proses produksi semacam ini, pola pelaksanaan produksi yang digunakan saat ini sangat mungkin akan berbeda dengan pola atau urutan pelaksanaan proses produksi pada waktu yang akan datang. Sedangkan proses produksi kontinyu (proses produksi terus-menerus) merupakan proses produksi yang mempunyai pola atau urutan yang selalu sama dalam pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan. Pada proses produksi semacam ini terdapat pola atau urutan proses produksi yang pasti dan tidak berubah-ubah dari waktu ke waktu. Untuk menentukan apakah suatu perusahaan menggunakan proses produksi terus menerus atau terputus-putus dilihat dari pelaksanaan proses produksi yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan.

2.4 Nilai TambahMenurut Rahmawati (2009), Nilai tambah didapatkan dari nilai produk akhir dikurangi biaya antara (intermediate cost) yang terdiri dari biaya bahan baku dan bahan penolong dalam melakukan proses produksi (besarnya nilai dari proses pengolahan). Menurut Hayami et al. (1987) terdapat dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan dan tenaga kerja. Sedangkan faktor pasar yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku dan nilai input lain, selain bahan bakar dan tenaga kerja.

2.5 Penelitian TerdahuluAulia (2012), yang melakukan penelitian nilai tambah dan strategi pada industri tahu di Medan untuk jenis tahu cina, tahu sumedang mentah dan tahu sumedang matang. Penelitian ini menggunakan tabel bantu Hayami untuk mengetahui nilai tambah tahu dan analisis SWOT untuk mengetahui strategi industri tahu. Dari 21 sampel yang diambil, diperoleh nilai tambah untuk ketiga produk tahu memiliki nilai tambah yang positif dan untuk analisis SWOT menghasilkan strategi agresif yaitu fokus kepada strategi SO.Selain itu Pada penelitian Yulia dan Kususmawaty (2011), dalam Analisis Efisiensi Agroindustri Kacang Kedelai di Desa Dayun Kecamatan Dayun Kabupaten Siak juga menggunakan analisis nilai tambah Hayami. Pada penelitian yang juga menganalisis pendapatan dan permasalahan industri tahu, mengamati 2 produk yaitu tahu dan tempe. Pada penelitian ini diperoleh nilai tambah untuk tahu sebesar Rp 3.120,60 untuk setiap 1 kg kedelai dan untuk tempe sebesar Rp 3.325,10. Untuk analisis kelayakan pada industri tahu diperoleh nilai Rasio CR sebesar 1,19 dan pada industri tempe sebesar 1,01. Adapun masalah yang dihadapi responden pada penelitian ini antara lain keterbatasan modal, kesulitan air bersih, harga bahan baku yang melonjak mendadak, dan pembukuan pemilik industri yang tidak akurat.Wijayanti Et al (2006), pada penelitiannya yang berjudul prospek pengembangan agroindustri minuman lidah buaya di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah mengkaji mengenai keuntungan, nilai tambah dan strategi pada agroindustri minuman lidah buaya. Penelitian ini dilakukan pada salah satu agriondustri minuman lidah buaya milik Bagas Aji di Purworejo. Kesimpulan dari penelitian yang juga menggunakan analisis biaya, nilai tambah Hayami, dan SWOT ini yaitu keuntungan dari agroindustri ini sebesar Rp 21.421.120,00 dalam 1 bulan, nilai tambah dari lidah buaya itu sendiri setelah diolah menjadi minuman sebesar Rp 1.574,00/kg, serta strategi yang ditawarkan adalah melakukan efisiensi dalam produksi, meningkatkan modal, jumlah produksi, dan kualitas produk.Apabila melihat fenomena kelapa sawit, Wijayanti (2012), pada penelitiannya di Kutai Timur meneliti tentang analisis pendapatan usahatani kelapa sawit di Desa Makmur, dimana analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan dan R/C Ratio. Pada penelitian yang mengambil 41 sampel ini dikelaskan berdasarkan umur tanaman dimana untuk yang berumur 11 tahun diambel 10 petani dan sisanya sebanyak 31 petani untuk umur tanaman 8 tahun. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa pendapatan rata-rata petani kelapa sawit di Desa Mekar Jaya selama setahun sebesar Rp 22.592.792,51/ha dan nilai efisiensi yang diperoleh petani sebesar 3,76 yang menunjukan usahatani kelapa sawit di desa tersebut menguntungkan.Namun, pada penelitian Syahza (2001), tentang peluang pengembangan pabrik kelapa sawit skala kecil di daerah Riau menganalisis tentang kelayakan investasi pada pabrik kecil. Pada penelitian ini diketahui bahwa perkebunan kelapa sawit akan terus mengalami peningkatan baik ditinjau dari luas maupun produksinya, perkebunan kelapa sawit tidak hanya digeluti oleh perusahaan besar tetapi juga oleh masyarakat biasa, dan hasil studi juga menunjukan bahwa PKS dengan skala 5 sampai 10 ton/jam layak untuk diinvestasikan meski jangka pengembalian modalnya akan lebih lama.

2.6 Kelapa SawitBahan BakuInput LainnyaBahan PembantuTenaga Kerja:OperasionalVariabelTetapProses ProduksiPalm Kernel Oil (PKO)Bagian Inti/tengahCrude Pal Oil (CPO)Bagian DagingNilai Tambah CPONilai Tambah PKOManfaat:Sebagai Refrensi untuk mengefisiensikan input-input produksiSebagai alat untuk pengambilan keputusan bagi manajemenGambaran besarnya nilai tambah pengolahan kelapa sawit.Kerangka Berfikir

Gambar 2.1 Kerangka berfikir penelitian

III. METODE PENELITIAN3.1 Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Aek Torop pada bulan Maret April 2014. Lokasi ini dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dimana lokasi dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009). PT. Perkebunan Nusantara III dipilih karena merupakan salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Perusahaan ini memiliki 34 kebun dan 11 pabrik kelapa sawit (PKS) yang tersebar di 8 distrik di Sumatera Utara. Dari 11 PKS dengan total kapasitas produksi mencapai 555 ton TBS/jam, PKS Aek Torop merupakan salah satu PKS PTPN III yang berada di wilayah Distrik Manajer Labuhanbatu II (DLab.II), yang memiliki kapasitas produksi terbesar kedua yaitu sebanyak 60 ton TBS untuk tiap jamnya.

3.2 Metode Penentuan RespondenPada penelitian ini pemilihan responden menggunakan tenkik purposive. Sama halnya dengan lokasi, responden pada penelitian ini akan dipilih dengan sengaja dimana unit-unit populasi yang dianggap kunci diambil menjadi sampel penelitian (Bungin, 2009). Adapun responden yang dipilih memiliki kriteria-kriteria tertentu yaitu responden merupakan orang yang berkompetensi dibidangnya, berhubungan dengan tujuan penelitian ini, memahami dan mampu menjelaskan mengenai informasi-informasi yang dibutuhkan. Secara umum gambaran yang menjadi responden adalah:1. Kepala bagian produksi untuk mengetahui proses produksi dan jumlah pemakaian TBS2. Bagian pemasaran untuk mengetahui harga dari TBS, PKO, dan CPO3. Bagian gudang untuk mengetahu penggunaan input lain diluar bahan baku4. Bagian personalia untuk mengetahui upah tenaga kerja yang ada di PKS Aek Torop.

3.3 Jenis dan Metode Pengumpulan DataPada dasarnya bila dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Menurut Sugiyono (2009), data primer merupakan sumber data langsung yang diberikan kepada pengumpul data atau yang diperoleh secara langsung dari narasumber. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari narasumber dan biasanya diambil dari data-data lembaga dan lain-lain.Untuk mengumpulkan data primer peneliti akan melakukan wawancara dan oservasi. Wawancara merupakan teknik perolehan data yang dilakukan melalui tanya jawab langsung kepada narasumber untuk memperoleh informasi yang diinginkan. Wawancara ini akan dilakukan kepada pihak-pihak yang mengerti mengenai informasi-informasi yang berhubungan dengan penelitian ini pada perusahaan. Sedangkan observasi menurut Hadi (1986 dalam Sugiyono, 2009) merupakan proses yang kompleks, suatu proses tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis dan yang terpenting adalah pengamatan dan ingatan. Pengamatan yang dilakukan meliputi proses-proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dan PKO yang terdapat di PKS Aek Torop.

3.4 Metode Analisis DataPada penelitian ini, untuk menjawab permasalahan pertama analisis yang dipakai adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif merupakan salah satu teknik analisis dimana data yang diperoleh dari wawancara dan observasi akan digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan proses pengolahan kelapa sawit sehingga menjadi CPO dan PKO. Dengan melakukan observasi dan wawancara kepada pihak-pihak yang mengerti mengenai proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dan PKO maka akan diperoleh deskripsi dari pengolahan kelapa sawit tersebut.Untuk menjawab permasalahan kedua dan ketiga digunakan analisis nilai tambah. Analisis nilai tambah ini menggunakan tabel bantu nilai tambah Hayami.

Tabel 3.1Analisis Nilai Tambah HayamiNo.VariabelFormula

1.Hasil Produksi kelapa sawit (ton/hari)A

2. Bahan Baku/Kelapa sawit (ton/hari)B

3. Tenaga Kerja (HOK/hari)C

4.Faktor KonvensiM =

5.Koefisien Tenaga KerjaN =

6.Harga Produk (Rp/kg)D

7.Upah Rerata (Rp/HOK)E

Pendapatan

8.Harga Bahan Baku (Rp/ton)F

9.Sumbangan input Lain (Rp/ton/hari)G

10.Nilai Produk (Rp/ton)K= M x D

11.a. Nilai Tamabah (Rp)b. Rasio Nilai Tambah (%)L = K F GH = () x 100%

12.a. Imbalan Tenaga Kerja (Rp)b. Bagian Tenaga Kerja (%)P = N x EQ = () x 100%

13.a. Keuntungan (Rp)b. Tingkat Keuntungan (%)R = L PS = () x 100%

Balas Jasa Untuk Faktor Produksi

14.MarginT = K F

a. Pendapatan TK langsung (%)() x 100%

b. Sumbangan Input Lain (Rp/ton)() x 100%

c. Keuntungan Pengolah() x 100%

Sumber: Hayami et al. (1987)

Untuk menghindari terjadinya kekeliruan dan kesalahan penafsiran tentang istilah-istilah pada penelitian ini maka dibuat defenisi operasional.1. Hasil Produksi kelapa sawit merupakan hasil olahan dari kelapa sawit pada PKS Aek Torop dimana pada penelitian ini terdapat 2 hasil yaitu CPO dan PKO. Adapun batas ukuran hasil produksi adalah hasil CPO dan PKO PKS Aek Torop dalam 1 hari.2. Bahan baku merupakan bahan utama yang digunakan pada PKS Aek Torop dimana untuk menghasilkan CPO dan PKO, dimna 2 produk ini menggunakan bahan baku yang sama yaitu kelapa sawit. Adapun batas ukuran bahan baku adalah jumlah kelapa sawit yang digunakan PKS Aek Torop dalam 1 hari.3. Tenaga Kerja merupakan semua tenaga kerja yang terdapat dalam PKS Aek Torop, meliputi tenaga kerja operasional, tetap, mapun variabel. Tenaga kerja operasional merupakan tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan proses produksi seperti tenaga kerja yang mengawasi kerja mesin. Tenaga kerja tetap merupakan semua tenaga kerja tetap atau karyawan tetap yang ada di PKS Aek Torop diluar dari karyawan operasional seperti manajer, kepala bagian, dan lain-lain. Sedangkan tenaga kerja variabel adalah semua tenaga kerja yang ikut berpartisipasi di PKS Aek Torop tetapi bukan merupakan karyawan perusahaan seperti buruh bongkar muat. Batasan untuk tenaga kerja adalah rata-rata HOK semua tenaga kerja yang ada di PKS Aek Torop untuk tiap harinya.4. Harga Produk merupakan harga jual dari produk kelapa sawit yaitu CPO dan PKO yang berlaku selama penelitian diadakan.5. Upah rerata adalah upah rata-rata semua tenaga kerja yang ada di PKS Aek Torop dalam 1 hari.6. Harga Bahan baku merupakan harga kelapa sawit yang berlaku selama penelitian berlangsung.7. Sumbangan input lain merupakan jumlah input lain seperti bahan pembantu, zat kimia, air, bahan bakar dan lain-lain untuk menghasilkan CPO dan PKO dalam 1 hari.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Pengertian Proses Produksi dan Jenis Proses Produksi. Online. http://indahstyleajhaok.blogspot.com/2010/10/pengertian-proses-produksi-jenis-proses.html, diakses tanggal 26 Februari 2014Aulia, GR. 2012. Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pemasaran Usaha Industri Tahu di Kota medan. Skripsi. Fakultas Pertanian, USU. MedanHarahap, B.D.N. 2010. Penyusunan Rancangan Anggaran Biaya (RAB) untuk Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kapasitas 45 Ton TBS/jam. Disertasi. Fakultas Ekonomi, UI. JakartaHayami, Kawagoe, dan Marooka. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java. A perspective from a sunda Village. CGPRT. BogorHidayat, NR. 2011. Proses Produksi. Online. http://odickita-dn.blogspot.com/2011/01/proses-produksi.html, diakses tanggal 26 Februari 2014.Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. JakartaPusat Penelitian dan pengembangan Peternakan dan Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian. 2011. Peta Potensi dan Sebaran Areal Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia: Sistem Integrasi Sapi-Kelapa sawit (SISKA). Kementrian Pertanian.Rahmawati, Emi. 2009. Kajian Nilai Tambah Produk Agribisnis. Fakultas Pertanian, UNLAM. BanjarbaruSudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian. UMM Press. MalangSugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.Syahza, A. 2001. Peluang Pengembangan Pabrik Kelapa Sawit Skala Kecil di Daerah Riau. Lembaga Penelitian, UNRI. Pekan Baru.Utama, S. 2013. Proses Produksi: Pengertian definisi Proses Produksi, Jenis Proses produksi, dan Reliabilitas Proses Produksi. Online. http://putusuardiana.blogspot.com/2013/04/proses-produksi_1431.html, diakses tanggal 26 Februari 2014.Wijayanti IKE, Ethika D, dan Widiyarini I. 2006. Prospek Pengembangan Agroindustri Minuman Lidah Buaya di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Fakultas Pertanian, Universitas Jendral Soedirman. Jawa Tengah.Wijayanti, Tetty. 2012. Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Desa Makmur Jaya Kecamatan Kongbeng Kabupaten Kutai Timur. Media Sains. Vol.4 No.2:128-137.Yulida R dan Kusumawaty Y. 2011. Analisis Efisiensi Agroindustri Kacang Kedelai di Desa Dayun Kecamatan Dayun Kabupaten Siak. Pekbis Jurnal. Vol.3 No.1: 438-446.