proposal penelitian
DESCRIPTION
proposaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaalllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllTRANSCRIPT
Pengaruh Penggunaan Mulsa Plastik, Rentang Penyiraman, dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Rawit Capsicum frutescens di Dataran Medium
Proposal Usulan Penelitian
Oleh
Dedi Nurdianto
150510110143
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Kegunaan Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.2 Kerangka Pemikiran
BAB III METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
3.2 Bahan dan Alat
3.3 Metode
3.4 Pelaksanaan
3.5 Pengamatan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabai Rawit (Capsicum frutescens) merupakan tanaman rempah-rempah yang banyak dimanfaatkan
sebagai bumbu sayuran dan juga merupkan tanaman komersial yang dikembangkan di banyak
negara dunia. Cabai rawit dapat tumbuh di seluruh kondisi tropis dan sub - tropis dan di berbagai
tempat dataran rendah atau tinggi karena telah terjadi berbagai proses adaptasi. Buah cabai rawit
merupakan sumber beberapa vitamin terutama vitamin A , C dan E. Harga cabai rawit di indonesia
dari waktu kewaktu selalu mengalami pelonjakan hal ini kerena produksi cabai rawit di petani tidak
stabil mungkin karena iklim yang selalu berubah-rubah atau munkin karena petani hanya menanam
satu kali dalam setahun. Karena merupakan sayuran yang dikonsumsi setiap saat, maka cabai akan
terus dibutuhkan dengan jumlah yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah
penduduk dan perekonomian nasional (Setiawati, 2005).
Tanaman cabai rawit banyak dihadapkan pada berbagai kendala permaslahan terutama dalam
budidaya dan pemeliharaannya. Maka dari itu perlu dukungan teknologi budidaya intensif baik itu
terkait dengan pemupukan, proses pengolahan lahan, pemeliharaan, maupun penerapan-penerapan
teknologi tepat guna sederhana dalam membudidayakannya (Prabowo, 2011)
Salah satu yang dapat menekan pertumbuhan cabai rawit adalah defistnya air. Defisit air sering
membatasi pertumbuhan tanaman dan perkembangan. Tanaman cabai sangat sensitif terhadap
cekaman air. Bibit cabai muda tidak dapat menahan baik defisit air atau kelembaban tanah berlebih
sementara yang lebih tua tanaman dapat menahan defisit atau kelebihan air(Ayoub, 1986). Salah satu
contoh dari hasil studi pustaka di negara Bangladesh hasil rata-rata cabai sangat rendah dibandingkan
dengan cabai lain negara-negara berkembang di dunia (FAO, 2003) hal ini karena karena curah
hujan tidak menentu dan tidak efisiennya penggunaan pupuk. Hujan deras adalah masalah bagi
budidaya cabe karena cabai tidak bisa mentolerir hujan deras. dalam musim dingin, produksi
terhambat karena kurangnya irigasi serta curah hujan minimum. Tanaman akan mengalami
determinate karena sensitif terhadap stres air terutama pada saat inisiasi bunga, selama berbunga, dan
pada tingkat lebih rendah, selama buah pengembangan (hegde, 1989).
Untuk meningkatkan produktivitas tanaman, maka pengelolaan air yang tepat diperlukan karena
kekurangan atau kelebihan air sering terjadi (Hale dan Orcutt, 1987). Di musim dingin, konservasi
kelembaban tanah dapat membantu dalam mencegah hilangnya air melalui penguapan dari tanah
memfasilitasi pemanfaatan maksimal kelembaban oleh tanaman.
Salah satu teknik untuk menjaga kelembapan dan mencegah defisitnya air adalah dengan mulsa.
Mulsa adalah kegiatan menutupi tanah untuk membuat lingkungan lebih cocok untuk pertumbuhan
tanaman , pengembangan dan produksi tanaman yang baik. Secara teknis , mulsa berarti ' menutupi
tanah '. Penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan mulsa dalam produksi tanaman hortikultura
akan menghasilkan tanaman yang lebih produktif. Mulsa memainkan peran penting dalam konservasi
air untuk jangka waktu yang lama tetapi dapat meningkatkan suhu tanah ( Ham et al . , 1993).
Penggunaan plastik merupakan praktek penting yang diadopsi oleh petani untuk mencapai kondisi
yang sesuai untuk produksi tanaman awal ( Graham et al . , 1995)Mulsa dengan plastik merupakan
metode yang kelembaban tanah dapat dilestarikan (Sandal dan Acharya, 1997). Mulsa merangsang
aktivitas mikroba dalam tanah melalui peningkatan agro-sifat fisik tanah (Strizaker et al., 1989).
Mulsa juga meminimalkan penggunaan pupuk N (Jones et al., 1977), menghangatkan tanah (Singh et
al., 1988), memperbaiki kondisi fisik tanah (Kwon et al. 1988; Lal, 1989), dan menekan pertumbuhan
gulma
(Iruthayaraj et al, 1989;. Mohler dan Calloway, 1992) dan dapat menjelaskan peningkatan hasil (Siti
et al, 1994;.. Ravinder et al, 1997; Nagalakshmi, 2002). Mulsa sudah diketahui efektif dalam
mengurangi kehilangan unsur hara melalui pencucian ( Schales dan Sheldrake , 1965)
1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana pengaruh pemberian mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara yang lebih sering di siram dan yang jarang
mana yang lebih cocok ?
3. Apakah kerapatan tanaman pada tanaman cabai rawit sangat berbengaruh tehadapa
pertumbuhan da hasil ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1. Mengetahui pengaruh pemulsaan terhadap daya pertumbuhan dan hasil produksi tanaman
cabai rawit
2. Mengetahui rentang penyiraman yang cocok untuk tanaman cabai rawit
3. Mengetahui pengaruh adanya pengajiran terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit
4. Mengetahui pengaruh jarak tanam yang cocok untuk pertumbuhan dan hasil tanaman cabai
rawit
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Penelitian ini berguna untuk usaha para petani datarn medium untuk lebih efisien dalam
penanaman cabai rawit.
2. Penelitian ini berguna untuk petani cabai rawit dalam efisiensi waktu penanamn cabai rawit.
3. Berguna untuk penelitian selanjutnya.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
Cabai rawit (Capsicum frutescens) termasuk dalam famili Solanaceae dan merupakan tanaman
berumur panjang (menahun), tanaman ini dapat hidup sampai 2-3 tahun apabila dipelihara dengan
baik dan kebutuhan haranya tercukupi. Di indonesia Terdapat beberapa macam cabai rawit antara lain
rawit kecil, sedang dan besar. Selain itu, variasi warna juga beragam. Umumnya cabai rawit kecil
rasanya sangat pedas. Cabai rawit digunakan untuk sambal, sayur, bumbu masak, asinan dan obat.
Pada budidaya cabai rawit yang harus diperhatikan adalah jarak tanam dan pemupukannya. Umumnya
tanaman cabai rawit lebih tahan terhadap penyakit dibanding cabai yang lainnya.
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Solanales
Famili: Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus: Capsicum
Spesies: Capsicum frutescens L.
PERSYARATAN TUMBUH
Cabai rawit dapat ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi, namun tanaman ini lebih
cocok ditanam di ketinggian antara 0-500 m dpl. Produksi pada ketinggian di atas 500 m dpl tidak
jauh berbeda namun waktu panennya lebih panjang. Tanaman ini menghendaki tanah gembur, kaya
akan bahan organik dan pH netral (6-7).
BUDIDAYA TANAMAN
1. Persemaian
Kebutuhan benih tiap hektar berkisar 100-125 g. Bedengan pesemaian dibuat arah utara selatan
menghadap ke timur. Media semai dibuat dari campuran tanah dan kompos steril dengan
perbandingan 1:1. Benih ditaburkan secara merata di atas media semai kemudian ditutup dengan
tanah tipis, disiram dan ditutup dengan daun pisang. Daun pisang dibuka secara bertahap. Setelah
umur semaian kurang lebih 7 hari, semaian dipindahkan ke bumbunan yang terbuat dari daun pisang
yang diisi campuran tanah dan kompos steril dengan perbandingan 1:1, dan dipilih bibit yang sehat
dan pertumbuhannya bagus. Bibit berumur kurang lebih 30-35 hari setelah semai atau telah
mempunyai 5-6 helai daun siap untuk dipindahkan ke lapangan.
2. Penyiapan Lahan dan Penanaman
Apabila lahan yang hendak dipakai merupakan lahan kering atau tegal, maka tanah harus dibajak dan
dicangkul sedalam 30-40 cm dan dibalik, kemudian bongkahan tanah dihaluskan dan sisa pertanaman
sebelumnya dibersihkan agar tidak menjadi sumber penyakit. Pembuatan bedengan dengan lebar 1-1,2
m, tinggi 40-50 cm (disesuaikan dengan kondisi tanah saat hujan, agar kelengasan tanah terjaga
namun tidak tergenang bila turun hujan) dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan. Jarak antar
bedeng kurang lebih 40-50 cm (disesuaikan dengan kemudahan pemeliharaan dan agar drainasenya
berlangsung dengan baik). Pemberian kapur pertanian (jika kondisi tanah terlalu masam) dilakukan
pada saat pengolahan tanah, 2-3 minggu sebelum tanam, dengan cara ditaburkan tipis di permukaan
tanah kemudian dicampur rata dengan tanah. Permukaan bedengan dibuat agak setengah lingkaran
untuk mempermudah pemasangan mulsa. Pemberian pupuk kandang diberikan pada saat pengolahan
tanah. Kemudian mulsa plastik hitam perak dipasang. Jarak tanam yang digunakan dalam penanaman
cabai rawit adalah 70 cm x 70 cm atau 60 cm x 70 cm. Pada jarak tanam yang telah ditentukan dibuat
lubang tanam pada mulsa plastik dengan menggunakan kaleng yang dipanaskan. Lubang tanam dibuat
dengan kedalaman 15-20 cm dan diameter 20-25 cm, dan dibiarkan satu malam baru keesokan
harinya bibit ditanam
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan terdiri dari penyulaman, pemasangan ajir, penyiraman, pengaturan drainase,
penyiangan, penggemburan, dan pemupukan. Penyulaman terhadap bibit yang mati dilakukan
maksimal 2 minggu setelah tanam. Pemasangan ajir berupa bilah bambu setinggi kurang lebih 1 m di
dekat tanaman. Penyiraman harus diperhatikan agar tanaman tidak kekeringan terutama pada musim
kemarau. Pemberian mulsa plastik hitam perak selain berfungsi untuk mengurangi populasi hama juga
membantu menjaga kelembapan tanah. Pada musim penghujan pengaturan drainase harus
diperhatikan agar lahan tidak tergenang air, karena hal tersebut dapat meningkatkan serangan penyakit
akibat kelembaban yang tinggi. Penyiangan terhadap gulma dilakukan pada umur tanaman 1 bulan.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi kompetisi tanaman dengan gulma dalam mendapatkan
unsur hara. Pemupukan disesuaikan dengan kondisi lahan setempat. Kebutuhan pupuk meliputi pupuk
kandang 10-30 ton/ha, urea 200-300 kg/ha, SP-36 200-300 kg/ha dan KCl 150-250 kg/ha. Pemberian
pupuk kandang dan kapur pertanian dilakukan saat pembuatan bedengan. Pupuk buatan sebagai pupuk
dasar diberikan dengan cara membuat larikan berjarak 25-30 cm dari tepi bedengan dan jarak antar
larikan 70 cm, kemudian taburkan pupuk secara merata pada larikan tersebut. Pemberian pupuk dasar
ini dilakukan sebelum pemasangan mulsa sebanyak setengah dosis. Pemupukan susulan diberikan
pada saat tanaman berumur satu bulan, menggunakan sisa pupuk dasar. Pemupukan susulan ini bisa
dberikan dengan cara dicor, setiap tanaman disiram dengan 150-250 ml larutan pupuk. Larutan pupuk
dibuat dengan mengencerkan 1,5-3 kg pupuk buatan per 100 l air. Karena tanaman cabai rawit
merupakan tanaman tahunan yang masih dapat berproduksi sampai 2-3 tahun maka sebaiknya
dilakukan pemupukan ulang sesuai kebutuhan agar produksinya terus bertahan.
4. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Hama lalat buah dapat dikendalikan dengan pemasangan perangkap lalat buah yang mengandung
metil eugenol. Hama-hama pengisap seperti kutudaun, trips dan kutu kebul dapat dikendalikan dengan
pemasangan mulsa plastik hitam perak dan juga pemasangan perangkap lekat kuning. Penyakit
antraknose dapat dikendalikan dengan penggunaan varietas tahan dan juga penggunaan fungisida
secara selektif. Apabila dalam mengendalikan OPT menggunakan pestisida, maka harus benar dalam
pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.
5. Panen dan Pascapanen
Pada saat panen, buah yang rusak sebaiknya dimusnahkan, kemudian buah yang dipanen dimasukkan
dalam karung jala dan kalau akan disimpan sebaiknya disimpan di tempat yang kering, sejuk dengan
sirkulasi udara yang baik.
2.2 Kerangka Pemikiran
Pemberian Mulsa
Pemberian penyiraman
Pengaturan Jarak tanam
BAB III METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan ciparanje Fakultas Pertanian Universitas Padjdjaran.
Penelitian ini berlangsung selama ± 3 bulan (2 Juli – 20 Oktober 2015).
3.2 Bahan dan Alat
Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih cabai rawit, mulsa hitam
perak ukuran 20 x 2 m, koker daun pisang, kertas lebel, ajir bambu, media semai (tanah dan pupuk
kandang, kompos) dan air. Alat yang digunakan adalah cangkul, sekop, timbangan analitik, pisau,
parang, hand sprayer, , ember, pengaduk dan alat tulis menulis.
3.3 Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan rancangan acak
kelompok (RAK) split plot. yang terdiri dari 12 perlakuan yang di
ulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 36 satuan percobaan. Perlakuan yang
diberikan dalam penelitian ini adalah :
Aa1 : tanpa mulsa, siram 2x, jarak tanam 20 x 20
Aa2 : tanpa mulsa, siram 2x, jarak tanam 20 x 30
Aa3 : tanpa mulsa, siram 2x , jarak tanam 30 x 40
Ab1 : tanpa mulsa, siram 3x, jarak tanam 20 x 20
Ab2 : tanpa mulsa, siram 3x, jarak tanam 20 x 30
Ab3 : tanpa mulsa, siram 3x, jarak tanam 30 x 40
Ba1 : dengan mulsa, siram 2x , jarak tanam 20 x 20
Ba2 : dengan mulsa, siram 2x , jarak tanam 20 x 30
Ba3 : dengan mulsa, siram 2x, jarak tanam 30 x 40
Bb1 : dengan mulsa, siram 3x, jarak tanam 20 x 20
Bb2 : dengan mulsa, siram 3x, jarak tanam 20 x 30
Bb3 : dengan mulsa, siram 3x, jarak tanam 30 x 40
3.4 Pelaksanaan
A. Persiapan Tempat dan Media Tanam
Lahan yang akan digunakan sebagai tempat penelitian dibersihkan terlebih dahulu dari gulma. Luas
lahan yang digunakan adalah 7 x 2,9 m , di buat dua belas guludan tanah masing-masing panjang 5 m
2. Pembibitan
Cabai sebelum ditanam dipolybag perlu dilakukan penyemaian. Tujuan dari penyemaian adalah
untuk mempersiapkan bibit lebih awal pada lingkungan tumbuh yang cocok sebelum dipindahkan ke
polybag. Tempat persemaian berupa kotak semai plastik seperti nampan di buat pada beberapa
nampan, sebelum penanaman media disiram hingga basah. Selanjutnya, benih disebar merata dalam
nampan dan ditutup dengan tanah tipis-tipis.
3. Pengokeran
Bibit cabai yang telah disemai setelah berumur satu minggu bibit cabai dapat dipindahkan ke koker
berukuran 5 x 5 x 5 cm, bibit yang telah di koker dapat diatur pada tempat pembibitan.
4. Seleksi bibit
Seleksi bibit dilakukan pada bibit yang telah berumur ± 3 minggu setelah penyemaian atau ± 2
minggu setelah pengokeran telah mengeluarkan 4 – 6 helai daun dengan cara memelih bibit yang
tumbuh seragam dan baik. Kegiatan seleksi ini dilakukan sehari sebelum penanaman dilapangan
5. Penanaman
Setelah bibit dikoker dan berumur 2 minggu bibit siap dipindahkan ke lapangan. Penanaman
dilakukan pada sore hari. Bibit ditanam dengan kedalaman ± 10 cm dan setiap lubang ditanam 1
bibit.
6. Pemberian perlakuan
Pembuatan lubang tanam untuk jarak tanam 20x20, 20x30 30x40 masing dilakukan pada dua
guludan . Perlakuan mulsa, 6 guludan tanaman diberi mulsa 6 guludan lagi tidak di beri mulsa.
Setelah itu tanaman ditanam untuk perlakuan penyiraman 6 guludan di beri penyiraman 3x sehari
untuk 6 guludan lagi di beri penyiraman 2x sehari
7. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiraman yang dilakukan pada pagi dan sore hari, namun bila ada hujan
tidak dilakukan penyiraman. Penyulaman dilakukan pada umur 1 MST pada tanaman yang mati atau
pertumbuhannya kurang sempurna. Penyiangan dilakukan jika terdapat rumput atau jenis tumbuhan
pengganggu lainnya yang tumbuh dan dilakukan bersamaan dengan pembumbunan. Pengendalian
hama dan penyakit dilakukan dengan pemberian Furadan dan penyemprotan menggunakan Decis
pada tanaman yang terserang.
8. Pemanenan
Pemanenan dilakukan saat buah cabai telah menunjukan ciri-ciri buah hijau tua dan di pencet agak
keras. Pemanenan dilakukan dengan selang waktu 3 hari dan dilakukan sampai tanaman cabai
berhenti berbuah.
3.5 Pengamatan
Variabel yang diamati meliputi:
1. Komponen Pertumbuhan
a. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh.
Tinggi tanaman diukur pada umur 2, 4, 6, 8 MST.
b. Jumlah Cabang
Jumlah cabang dihitung mulai dari tanaman mengeluarkan cabang, sampai
akhir pengamatan.
2. Komponen Hasil
a. Umur Mulai Berbunga (hari)
Dihitung mulai saat tanam sampai muncul bunga pertama pada setiap
tanaman.
b. Jumlah Bunga Total Per Tanaman
Dihitung secara kumulatif sejak tanaman mulai berbunga sampai pada
pengamatan terakhir.
c. Jumlah Buah Jadi Total Per Tanaman
Dihitung secara kumulatif buah yang jadi mulai dari pengamatan pertama
sampai pengamatan terakhir.
d. Fruit Set (%), dihitung dengan cara:
Jumlah buah per tanaman
Fruit set = x 100 %
Jumlah bunga total per tanaman
e. Bobot Buah Per Tanaman (gram)
Dihitung secara kumulatif dari seluruh buah pada setiap tanaman.
Analisis Data
Data dianalisis secara sidik ragam dan dilanjutkan dengan DMRT
(Duncan’s Multipe Range Test). Data diolah menggunakan program costat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Budidaya Tanaman Cabai Rawit. http://hortikultura.litbang.deptan.go.id/index.php?bawaan=berita/fullteks_berita&id=318
LAMPIRAN