proposal penelitian

Upload: iman2181

Post on 02-Mar-2016

79 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangSesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Disamping itu melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia.Di era reformasi saat ini di segala bidang, termasuk dalam bidang pemerintahan mendorong pemerintah untuk mempunyai kinerja yang lebih efektif dan efisien dari tahun-tahun sebelumnya. Tuntutan masyarakat yang tinggi terhadap terwujudnya pemerataan pembangunan memaksa pemerintah merubah tatanan lembaga publik di Indonesia. Untuk mewujudkan hal itu, pemerintah mengeluarkan UU No. 22 tahun 1999 yang kemudian berubah menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 25 tahun 1999 yang kemudian berubah menjadi UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Undang-undang ini memberikan peluang bagi daerah untuk menggali potensi lokal dan meningkatkan kinerja keuangannya dalam rangka mewujudkan kemandirian daerah.Persoalan keuangan daerah merupakan salah satu unsur utama dalam penyelenggaraan otonomi daerah, meskipun diakui bahwa berbagai variable lain juga mempengaruhi kemampuan keuangan daerah, seperti misalnya variabel sumber daya manusia, organisasi, manajemen, sarana dan prasarana serta variabel penunjang lainnya. Pentingnya variabel keuangan daerah berkaitan dengan kenyataan bahwa mobilisasi terhadap sumber-sumber daya keuangan daerah dipandang sebagai bagian yang paling krusial dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.Kemampuan keuangan daerah dalam mengelola keuangannya dituangkan dalam APBD yang menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai kegiatan pelaksanaan tugas pembantuan. Dalam menjalankan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk menjalankan roda pemerintahan secara efektif dan efisien, mampu mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan, serta meningkatkan pemerataan dan keadilan dengan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Kedudukan faktor keuangan dalam penyelenggaraan suatu pemerintahan sangat penting, karena pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan pembangunan dan keuangan inilah yang merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Suatu daerah otonom diharapkan mampu atau mandiri di dalam membiayai kegiatan pemerintah daerahnya dengan tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat dan Pendapatan Asli Daerah harus menjadi bagian yang terbesar dalam memobilisasi dana penyelenggaraan pemerintah daerah. Oleh karena itu,sudah sewajarnya apabila PAD dijadikan tolak ukur dalam pelaksanaan otonomi daerah demi mewujudkan tingkat kemandirian dalam menghadapi otonomi daerah.Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Pada Masa Otonomi Daerah Tahun 2001-2008 (studi pada Pemerintah Daerah Kota Jambi)

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah yaitu Bagaimana kinerja keuangan pemerintah daerah Kota Jambi dilihat dari perspektif akuntabilitas.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian1. Tujuan penelitianTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan pada Pemerintahan Kota Jambi ditinjau dari rasio keuangan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).2. Manfaat penelitiana) Bagi pemerintahDapat digunakan sebagai bahan koreksi untuk meningkatkan kinerja keuangannya pada tahun-tahun berikutnyab) Bagi masyarakatDapat digunakan untuk mengetahui tingkat efektivitas dan efisiensi kinerja keuangan pemerintah Kota Jambi.c) Bagi peneliti selanjutnyaDapat dijadikan tambahan pengetahuan dan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya dalam bidang yang sama.

D. Batasan MasalahKinerja pemerintah daerah bisa dinilai dari aspek finansial dan nonfinansial. Dalam penelitian ini, penulis hanya menganalisis berdasarkan aspek finansial saja dengan mengacu pada rasio keuangan dengan menggunakan data APBD. Permasalahan dalam penelitan ini akan dibatasi pada pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan berbagai rasio keuangan pemerintah daerah seperti: Rasio kemandirian, Rasio efektivitas dan efisisensi, Debt Service Coverage Ratio, dan Rasio pertumbuhan. Data keuangan yang dipakai adalah dari tahun 2001-2008.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. LANDASAN TEORIa. Hakekat Otonomi DaerahOtonomi daerah memiliki implikasi terhadap akuntansi sektor publik yaitu dalam rangka pelaksanaan sektor publik yaitu dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah di tuntut untuk mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, DPRD, dan pihak pihak yang menjadi stakeholder pemerintah daerah. Smith dalam halim (2000a: 23) menyatakan tujuan otonomi daerah dilihat dari sisi kepentingan pemerintah daerah ada tiga yaitu pertama, untuk mewujudkan apa yang disebut political equality, artinya melalui otonomi daerah diharapkan akan lebih membuka kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas politik di tingkat lokal atau daerah.Tujuan otonomi daerah menurut UU nomor 22 tahun 1999 pada dasarnya diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakan prakarsa dan peran aktif masyarakat serta peningkatan pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu secara nyata, dinamis dan bertanggung jawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangan di daerah yang akan memberikan peluang untuk koordinasi di tingkat lokal.b. Konsep Penganggaran DaerahAnggaran merupakan proses alokasi sumber daya penting, mengingat sifat pemerintahan yang berusaha mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi tuntutan-tuntutan yang tidak terbatas. Dalam kasus Indonesia, memahami anggaran pemerintah, juga perlu memahami sistem dan mekanisme dana perimbangan yang terdiri atas dana bagi hasil, Dana Alokasi Umum, dana Dan Alokasi Khusus. Anggaran pemerintah daerah di indonesia dikenal dengan nama APBD, pada hakikatnya merupakan rencana kerja pemerintah daerah yang diwujudkan dalam bentuk uang selama periode waktu tertentu serta merupakan salah satu instrumen utama kebijakan dalam upaya meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Anggaran daerah tidak dapat dipisahkan dari sistem (proses) manajemen strategis (renstra). Sehingga penganggaran daerah juga dikaitkan dengan renstra daerah (Yuwono dkk, 2005 : 87).c. Pentinganya Anggaran DaerahCampo dan Tommasi dalam Ulupi (2003) menyatakan anggaran publik berkembang dalam dua arah, pertama, parlemen berusaha melakukan kendali terhadap anggaran dan menyebabkan pemerintah harus bertanggung jawab terhadap pengguna sumber-sumbernya. Persetujuan terhadap anggaran adalah bentuk utama pengendalian legislatif terhadap eksekutif, kedua, ketika ruang lingkup aktivitas pemerintah berkembang luas, dan peran anggaran pemerintah semakin kompleks, sehingga anggaran dapat digunakan sebagai alat pemerintah yang potensial dalam menjalankan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pengeluaran, pendapatan dan pinajam pemerintah.d. Prinsip-prinsip Pokok Dalam Penganggaran DaerahMengingat pentingnya anggaran sektor publik, maka APBD harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip pokok anggaran sektor publik (Mardiasmo, 2005:67) yaitu antara lain:(a) Otoritas oleh legislatif, anggaran publik harus mendapatkan otoritas dari legislatif terlebih dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.(b) Komprehensif, anggaran harus menunjukan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu, adanya dana nonbudgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif.(c) Keutuhan anggaran, semua penerima dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana umum.(d) Non-dicretionary appropriation, jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis, efisien dan efektif.(e) Periodik, anggaran merupakan suatu proses yang periodenya dapat bersifat tahunan maupun multi tahunan.(f) Akurat, estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi (hidden reserve) yang dapat dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan dan inefisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya under estimate pendapatan dan over estimate pengeluaran.(g) Jelas, anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat dan tidak membingungkan, dan(h) Diketahui publik, anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.B. KEUANGAN DAERAHa. Pengertian Keuangan DaerahMenurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan keuangan Daerah dalam ketentuan umumnya menyatakan bahwa keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan daerah tersebut.Menurut Mamesh dalam Halim (2007:23) menyatakan bahwa Keuangan Daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki oleh Negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai peraturan perundangan yang berlakuMenurut Rahardjo (2011) menyatakan bahwa keuangan daerah merupakan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.Pemerintah daerah selaku pengelola yang harus menyediakan informasi keuangan yang diperlukan secara akurat, relevan, tepat waktu, dan dapat dipercaya. Untuk itu, pemerintah daerah dituntut untuk memiliki sistem informasi akuntansi yang handal.(Raharjo:2011)b. Keuangan Daerah Dalam Masa Otonomi DaerahDengan semakin kuatnya tuntutan desentralisasi, pemerintah mengeluarkan satu paket undang-undang otonomi daerah, yaitu Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 (saat ini telah dirubah menjadi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004) Tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 (saat ini telah dirubah menjadi Undang-Undang No. 33 Tahun 2004) tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang diatur dalam UU No. 22 perlu dibarengi dengan pelimpahan keuangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang diatur dalam UU No. 25.Penerimaan Daerah dalam pelaksanaan desentralisasi menurut Undang-Undang No. 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah terdiri atas Pendapatan daerah dan Pembiayaan.Pendapatan daerah bersumber dari:a. Pendapatan Asli Daerahb. Dana Perimbanganc. Lain-lain pendapatanPembiayaan bersumber dari:a. Sisa lebih perhitungan anggaran daerahb. Penerimaan pinjaman daerahc. Dana cadangan daerahd. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkanMenurut Haryanto (2007), kelompok PAD dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri atas: pajak daerah; retribusi daerah; hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan lain-lain PAD yang sah. Jenis pajak dan retribusi daerah dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan Undang-Undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut obyrk pendapatan mencakup begian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN, dan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat. Jenis lain-lain PAD yang sah dirnci menurut pendapatan yang mencakup hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, penerimaan komisi, potongan, atau bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah, dan lain-lain.Kelompok pendapatan Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud diatas terdiri atas:(a) Dana Bagi hasil Pajak(b) Dana Alokasi Umum(c) Dana Alokasi KhususSedangkan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah mencakup hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/organisasi swasta dalam negeri, dan lain-lain.Tujuan keuangan daerah pada masa otonomi adalah menjamin tersedianya keuangan daerah guna pembiayaan pembangunan daerah, pengembangan pengelolaan keuangan daerah yang memenuhi prinsip, norma, asas dan standar akuntansi serta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah secara kreatif melalui penggalian potensi, intensifikasi dan ekstensifikasi. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai keuangan daerah adalah kemandirian keuangan daerah melalui upaya yang terencana, sistematis dan berkelanjutan, efektif dan efisien. (Tri Suparto:2007).c. Kinerja Keuangan DaerahJohn Witmore dalam Rusydi (2010) menyatakan bahwa kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum keterampilan. Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional.Pemerintah daerah sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda pemerintahan, pembangunan, dan layanan sosial masyarakat wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Adanya tuntutan pertanggungjawaban kinerja keuangan oleh masyarakat mengharuskan pemerintah daerah otonom untuk memberikan gambaran yang jelas tentang kinerjanya. Penilaian kinerja tersebut harus dapat memberikan informasi yang transparan kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat ikut mengontrol kinerja keuangan daerah tersebut. Untuk mewujudkan transparasi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah, laporan pertanggung jawaban keuangan pemerintah daerah perlu disampaikan secara tepat waktu dan disusun mengikuti standar akuntansi pemerintah.(Tri Suparto:2007)Penilaian kinerja ( performance appraisal ) pada dasarnya merupakan factor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja lembaga.(Bahrul:2010).

d. Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah DaerahPrestasi pelaksanaan program yang dapat diukur akan mendorong pencapaian prestasi tersebut. Pengukuran prestasi yang dilakukan secara berkelanjutan memberikan umpan balik untuk upaya perbaikan secara terus-menerus dan pencapaian tujuan di masa mendatang. (Dora Detisa:2009)Salah satu alat menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Menurut Widodo dalam Detisa (2009) hasil analisis rasio keuangan ini bertujuan untuk:a. Menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi daerahb. Mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerahc. Mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah dalam membelanjakan pendapatan daerahnyad. Mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam pembentukan pendapatan daerahe. Melihat pertumbuhan/perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu.C. AKUTABILITASa. Pengertian Akuntasi Akutanbilitas adalah pertanggungjawaban public yang berarti proses penanganan mulai dari perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat.b. Fungsi dan Jenis AkuntabilitasAkutabilitas mempunyai tiga jenis :1. menyajikan informasi mengenai keputusan dan tindakan-tindakan yang diambil selama beroperasinya suatu entitas tersebut2. memungkinkan pihak luar untuk mereview informasi tersebut 3. mengambil tindakan korektif dibutuhkanc. Analisis Rasio KeuanganPengukuran kinerja pemerintah daerah dilakukan untuk memenuhi tiga tujuan yaitu (Mardiasmo, 2002:121) :1. memperbaiki kinerja pemerintah2. membantu mengalokasikan sumber daya dan pembuatan keputusan3. mewujudkan pertanggungjawaban public dan memperbaiki komunikasi kelembagaand. Jenis-jenis Rasio Keuangana) Rasio Kemandirian Keuangan DaerahKemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukan kemampuan daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada manyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Kemandirian keuangan daerah ditunjukan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah dibandingakan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber yang lain, misalnya bantuan pemerintah pusat dalam konteks otonomi daerah bisa dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) maupun Dana Alokasi Khusus (DAK). Semakin tinggi rasio kemandirian maka tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern semakin rendah, dan demikian pula sebaliknya. Rasio kemudian dapat diformulasikan sebagai berikut.

b) Rasio Efektivitas dan Efisiensi PADRasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Semakin tinggi rasio efektivitas, maka semakin baik kinerja pemerintah daerah.

Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang dihasilkan mencapai minimal sebesar 1 (satu) atau 100%. Semakin tinggi efektivitas menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik. Guna memperoleh ukuran yang lebih baik, rasio efektivitas tersebut dibandingkan dengan rasio efisiensi yang dicapai pemerintah daerah. Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima. Kinerja pemerintah daerah dalam melakukan pemungutan pendapatan dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau dibawah 100%. Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja pemerintah daerah semakin baik.

Elemen biaya yang dikeluarkan untuk memungut PAD dalam konteks ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh dinas-dinas pengumpul PAD. Biaya tersebut termasuk biaya langsung maupun biaya tidak langsung. Biaya langsung misalnya gaji dan upah karyawan bagian pemungutan pajak dan retribusi daerah, sedangkan biaya tidak langsung misalnya biaya-biaya penyuluhan dan biaya iklan layanan yang ditunjukan untuk meningkatkan pendapatan daerah.

c) Debt Service Coverage Ratio (DSCR)Dalam rangka melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana di daerah, selain mengandalkan pendapatan asli daerah, pemerintah daerah dapat menggunakan alternatif sumber dana lain, yaitu dengan melakukan pinjaman, sepanjang prosedur dan pelaksanaannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Ketentuan tersebut misalnya menyangkut persyaratan, penggunanaan pinjaman, maupun prosedur.DSCR merupakan perbandingan antara penjumlahan PAD, Bagian Daerah (BD) dari pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHBT), penerimaan sumber daya alam dan bagian daerah lainnya serta DAU setelah dikurangi belanja wajib (BW), dengan penjumlahan angsuran pokok, bunga dan biaya pinjaman lainnya yang jatuh tempo. Biaya Wajib (BW) dalam hal ini berasal dari jumlah belanja rutin dan dana alokasi khusus (DAK).

d) Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)Rasio pertumbuhan (growth Ratio) mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai dari satu periode ke periode berikutnya. Dengan diketahuinya pertumbuhan untuk masing-masing komponen pendapatan dan pengeluaran, dapat digunakan mengevaluasi potensi-potensi mana yang perlu mendapatkan perhatian.

Keterangan: = tahun sekarang= tahun sebelumnyaMengacu pada PP No. 24 Tahun 2005 dan PP No. 58 Tahun 2005 maka perhitungan rasio pertumbuhan dapat disesuaikan dengan mengganti belanja rutin dan belanja pembangunan menjadi belanja operasi dan belanja modal.D. KERANGKA PEMIKIRANKerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini adalah melihat kajian penerapan manajemen keuangan daerah yang sangat kompleks dan syarat dengan penyimpangan dikarenakan adanya campur tangan politik. Oleh karenanya peneliti melihat pada kajian ini diawali dalam bingkai otonomi daerah dengan diharapkan mampu mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya secara mandiri seperti sumber daya manusia, organisasi, manajemen, sarana dan prasarana, keuangan serta variabel penunjang lainnya. Khususnya pada persoalan keuangan daerah merupakan salah satu unsur utama dalam penyelenggaraan otonomi daerah diharapkan dapat memberikan kemudahan serta kelancaran dalam pengelolaan keuangan daerah nantinya. Ini dikarenakan keuangan daerah menjadi mobilisator terhadap sumber-sumber daya lainnya dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai pelaksanaan kegiatan tugas pembangunan daerah. Selanjutnya pemerintah daerah akan melaporkan pertanggungjawaban APBD-nya kepada DPRD mengenai realisasi anggaran atau yang lebih dkenal dengan nama Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ). Dari LKPJ tersebut akan diambil data-data yang diperlukan dalam penelitian untuk dianalisis dengan menggunakan rasio kinerja keuangan daerah, yaitu :1. Rasio Kemandirian2. Rasio Efektivitas dan Efisiensi3. DEBT Service Coverage Ratio 4. Rasio PertumbuhanSehingga dari rasio kinerja keuangan daerah tersebut akan diperoleh hasil analisis kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kota Jambi setelah pemberlakuan Kebijakan Otonomi Daerah.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

APBDKeuangan DaerahLaporan Pertanggung Jawaban APBDLaporan Realisasi APBDAnalisis Rasio Keuangan:Rasio Kemandirian, Rasio Efektivitas dan Efisiensi, Debt Service Coverage Ratio, dan Rasio PertumbuhanKinerja KeuanganPeraturan Keuangan Daerah

E. HIPOTESISBerdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan tinjauan pustaka, maka rumusan hipotesis adalah sebagai berikut : Diduga bahwa kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kota Jambi diera otonomi daerah sudah baik ditinjau dari aspek rasio-rasio keuangan pemerintah.

BAB IIIMETEODOLOGI PENELITIAN

A. LOKASI PENELITIANPenelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh data-data yang menunjukkan gambaran tentang kinerja keuangan terhadap rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Penelitian ini dilakukan di Kota Jambi dengan objek penelitian Pemerintah Kota JambiPenelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengelola dan kemudian menyajikan data observasi agar pihak lain dapat dengan mudah memperoleh gambaran mengenai sifat (karakteristik) dari data tersebut.

B. METODE PENELITIANKajian ini merupakan kajian deskriptif kuantatif yang dilakukan di Kota Jambi.

C. JENIS DATAData yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik analisis dilakukan dengan menggunakan analisis rasio kinerja yang terdiri dari kinerja pendapatan, kinerja belanja dan kinerja pembiayaan.

D. PEMBAHASANa. Gambaran Umum Objek PenelitianObjek dalam penelitian ini adalah Kinerja anggaran keuanggan Daerah Pemerintahan Kota Jambi. Unit Pengamatyan yang ditetapkan adalah Pemerintah Kota Jambi dan Unit analisisnya adalah aparat yang bertanggung jawab menyusun anggarann pada setiap satuan kerja.

b. Analisis Kinerja Anggaran Keuangan Daerah Kota JambiPada Penelitian Kinerja Anggaran Keuangan daerah Kota Jambi, penelitian menggunakan beberapa analisis Rasio Keuangan Daerah yang akan diuraikan sebagai berikut :a. Derajad DesentralisasiDerajad Detsentralisasi dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah PAD dengan total penerimaan daerah.b. Rasio Ketergantuang Keuangan DaerahRasio Ketergantuang Keuangan Daerah tingkat ketergantungan daerah menunjukan tingkat ketergantunga daerah terhadap pemerintahan pusat atau daerah.Tabel 1Perhitungan Rasio Derajat DesentralisasiKOTA JAMBI TAHUN 2001-2008Derajat Desentralisasi = PAD / Total Pendapatan DaerahTahunPADTotal Pendapatan DaerahDerajat Desentralisasi

2008200720062005200420032002200154.074.188.473.3945.418.865.306.6943.323.298.454.1435.947.627.688.8032.096.106.601.0223.414.799.096.1618.796.320.380.5715.091.877.627.07593.040.247.808.79522.838.080.269.29466.480.992.050.01334.669.800.362.93300.996.160.859.47270.085.493.013.33203.129.621.544.98155.550.849.374.649.12%8.69%9.29%10.74%10.66%8.67%9.25%9.70%

Rata-Rata9.52%

Tabel 2Perhitungan Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah Kota JambiKOTA JAMBI TAHUN 2001-2008Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah = Dana Transfer / Total Pendapatan DaerahTahunPADTotal Pendapatan DaerahDerajat Desentralisasi

20082007200620052004200320022001503.237.017.811.00455.407.746.281.00420.590.220.655.87292.739.782.672.45254.879.837.758.45227.940.185.033.17184.333.301.164.41135.010.920.928.57593.040.247.808.79522.838.080.269.29466.480.992.050.01334.669.800.362.93300.996.160.859.47270.085.493.013.33203.129.621.544.98155.550.849.374.6484. 857%87.103%90.162%87.471%84.679%84.396%90.747%86.795%

Rata-Rata87.03%

c. Rasio Kemandirian Keuangan DaerahRasio kemandirian keuangan daerah dihitung dengan csara membandingkan jumlah penerimaan PAD dibagi dengan jumlah pendapatan transfer dari pemerintah pusat atau provinsi serta pinjaman daerah. s emakin tinggi angka rasio ini menunjukan pemerintah daerah semakin tinggi kemandirian keuangan daerahnya.

Tabel 3Perhitungan Rasio Kemadirian Keuangan Daerah Kota JambiKOTA JAMBI TAHUN 2001-2008Rasio Kemendirian Keuangan Daerah = PAD/ Dana TransferTahunPADTotal Pendapatan DaerahDerajat Desentralisasi

2008200720062005200420032002200154.074.188.473.3945.418.865.306.6943.323.298.454.1435.947.627.688.8032.096.106.601.0223.414.799.096.1618.796.320.380.5715.091.877.627.0745.034.596.937.9538.091.111.699.0034.889.577.274.0031.020.175.426.0026.005.893.206.0019.590.117.000.0018.245.610.000.0015.253.906.000.00120.07%119.24%124.18%115.88%123.42%119.52%103.02%98.94%

Rata-Rata115.53 %

d. Rasio Efektivitas PADRasio Efektivitas adalah suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat yang dikehendaki (Halim, 2001:158). Jadi Rasio Efektivitas menurut ukuran seberapa jauh organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai.e. Rasio Efisiensi PADRasio Efisiensi PAD yang tinggi juga harus dibandingkan dengan rasio efisiensi. rasio efisiensi adalah rasio yang mengambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima

Tabel 4Perhitungan Rasio Efektivitas PAD Kota JambiKOTA JAMBI TAHUN 2001-2008Rasio Efektivitas PAD = Realisasi PAD/ Target PADTahunPADTotal Pendapatan DaerahDerajat Desentralisasi

20082007200620052004200320022001503.237.017.811.00455.407.746.281.00420.590.220.655.87292.739.782.672.45254.879.837.758.45227.940.185.033.17184.333.301.164.41135.010.920.928.5754.075.188.473.395.418.865.308.693.323.298.454.145.947.627.688.8032.096.106.601.023.414.799.096.168.796.320.380.575.091.877.627.0710.75%9.97%10.30%12.28%12.59%10.27%10.20%11.18%

Rata-Rata10.94 %

Tabel 5Perhitungan Rasio Efesiensi PAD Kota JambiKOTA JAMBI TAHUN 2006-2007Rasio Efesiensi PAD = BiayaPemerolehan PAD/ Target PADTahunPADTotal Pendapatan DaerahDerajat Desentralisasi

2008200754.074.188.473.3945.418.865.306.69

2.956.540.0002.167.791.0005.47%4.77%

BAB IVPENUTUPTerdiri dari kesimpulan dan saran dari hasil penelitian. Simpulan merupakan penyajian singkat apa yang telah diperoleh dari pembahasan. Saran merupakan anjuran yang disampaikan kepada pihak yang berkepentingan terhadap hasil penelitian.A. SIMPULANKinerja anggaran keuangan Kota Jambi dilihat dari perspektif akuntabilitas, untuk tingkat derajad desentralisasi tahun 2001-2008 rata-rata 9.52% tingkat keuntungan keuangan daerah tahun 2001-2008 rata-rata 87.03 % dan tingkat kemandirian keuangan tahun 2001-2008 rata-rata 10.94%.Efektivitas anggaran penerimaan Kota Jambi tahun 2001-2008 sudah efektif dengan tingkat rata-rata 115.52% dan Efektivitas anggaran penerimaan Kota Jambi tahun 2007-2008, tahun 2007 sebesar 4.77% , dan tahun 2008 sebesar 5.47%.B. SARANPemerintah Kota Jambi harus terus mempertahankan tingkat efektivitas dan efesinensi anggaran penerimaan daerahnya.1. Pemerintah Daerah Kota Jambi harus terus meningkatkan dan pengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)dari tahun ke tahun dan mengurangi ketergantungan terhadap sumber dana ekstern atau bantuan pemerintah pusat dan provinsi dengan cara mengelolah sumber daya yang belum diolah selama ini.2. Diharapkan Pemerintah Daerah Kota Jambi perlu meningkatkan realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari tahun ke tahun sehingga dapat melaksanakan otonomi daerah dengan lebih baik. Upaya yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat mengenai kesadaran membayar pajak dan retribusi daerah.3. Pemerintah daerah sebaiknya meminimalkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memungut PAD sehingga dapat mencapai tingkat efisiensi.

DAFTAR PUSTAKAAfandi, Nur Achmad.2001.strategi pengembangan akuntansi pusat dandaerah.www.otoda.or.idBastian.I.2006. akuntansi sektor publik ; suatu pengantar,erlangga jakartaHalim abdul 2002a. akuntansi keuangan daerah. Edisi I.salemba empat, jakartaHalim abdul 2002b.akuntansi sektor publik. Salemba empat, jakartaKuncoro.M.2004. otonomo dan pembangunan daerah, reformasi, perencanaan, strategi, peluang.Erlangga jakartaMahmudi.2006.analisis laporan keuangan pemerintah daerah. Pandangan untuk eksekutif, DPRD dan masyarakat dalam pengambilan keputusan ekonomi sosial dan politik.Mardiasmo.2002. akuntansi sektor publik, penerbit andi, yogyakartaNurkholis.2002. akuntabilitas publik dan peran akuntansi pemerintah menyongsong otonomi daerahwww.otoda.or.idsetyawan.s. 2003. Pengukuran kinerja anggaran keuangan daerah pemerintah kota malang. Balanceagustus 1:103-114sukiadi.H.T.2001 penyiapan SDM perbankan dalam penyempurnaan laporan kepada masyarakat (studi kasus BPD). Makalah disampaikan pada konvensi nasional akuntansi sektor publik semarangsurbakti H.T.2001. Otonomi daerah seluas luasnya dan faktor pendukungulupui. I.G.K.A 2003. Pengaruh partisipasi anggaran persepsi keadilan distributif, keadilan prosedur dan goal commintment terhadap kinerja dinas.Tesis.Uiversitas Gajah Mada Yogyakarta.Yunowo.S.ET, agus dan hariyandi.2005. penganggaran sektor publik, pedoman praktis, penyusunan, pelaksanaan dan pertanggung jawaban APBD.Bayumedia.Malang.

ABSTRAK

DAMAR ESA PRAYOGI . ERC1C010049. ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA KOTA JAMBI . Dibawah bimbingan WIRMIE EKA PUTRA.

Otonomi daerah dilakukan untuk memberikan peluang kepada daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan adanya otonomi daerah ini, maka pengelolaan keuangan daerah sepenuhnya dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah. Penelitian ini menggunakan sampel pada Kota Jambi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan pada Pemerintah Daerah Kota Jambi ditinjau dari rasio keuangan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selama tahun anggaran 2001 sampai dengan tahun anggaran 2008.Penelitian ini bersifat kuantitatif yang merupakan data/informasi yang berbentuk angka-angka yang dikumpulkan kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan. Alat analisis yang digunakan adalah meggunakan rasio-rasio yang terdapat pada pemerintahan yaitu rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas, rasio efisiensi, debt service coverage ratio, dan rasio pertumbuhan PAD.

Kata Kunci: anggaran, akubilitas, desentralisasi

PROPOSAL PENELITIAN ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA JAMBI DI LIHAT DARI PERSPEKTIF AKUNTABILITAS

Dosen Pengampu : Wirmie Eka Putra

Disusun OlehDAMAR ESA PRAYOGINIM : ERC1C010049

UNIVERSITAS JAMBI2013