proposal penelitian

12
PROPOSAL PENELITIAN Hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dan menggunakan alas kaki dengan infeksi cacing Ancylostoma duodenale dan Ascaris lumbricoides pada anak-anak sekolah dasar di Kabupaten Mojokerto OLEH : KELOMPOK 2A Gupita Widyadhari 1361050014 Esther Anastassya Sari Purba 1361050039 Resi Narasworo 1361050079 Regina Janet 1361050136 Hardi Hutabarat 1361050161 Melia Fadiansari 1361050163 I Wayan Pande Adhyaksa 1361050167 Tifani Sutrisno 1361050217 Shani Qisthina 1361050261 Subhan Pratama 1361050278

Upload: meliafadiansarisuriansyah

Post on 25-Jan-2016

22 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

fk uki

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Penelitian

PROPOSAL PENELITIAN

Hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dan menggunakan alas kaki

dengan infeksi cacing Ancylostoma duodenale dan Ascaris lumbricoides pada

anak-anak sekolah dasar di Kabupaten Mojokerto

OLEH :

KELOMPOK 2A

Gupita Widyadhari 1361050014

Esther Anastassya Sari Purba 1361050039

Resi Narasworo 1361050079

Regina Janet 1361050136

Hardi Hutabarat 1361050161

Melia Fadiansari 1361050163

I Wayan Pande Adhyaksa 1361050167

Tifani Sutrisno 1361050217

Shani Qisthina 1361050261

Subhan Pratama 1361050278

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

2015

Page 2: Proposal Penelitian

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kasus terbesar dari infeksi cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)

terdapat pada area-area pedesaan di beberapa benua di dunia seperti Afrika Sub-Saharan,

Amerika Latin, Asia Tenggara dan Cina.1 Sedangkan kasus infeksi oleh cacing gelang terutama

Ascaris lumbriciodes, disebut juga Askariasis, merupakan salah satu infeksi cacing yang paling

umum selain infeksi oleh cacing tambang dan terjadi pada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh

dunia.1 Baik cacing tambang maupun cacing gelang termasuk dalam soil-transmitted helminths

yang artinya infeksi terjadi melalui tanah sebagai media penularannya. Karena itu, higienisitas

pribadi dan sanitasi lingkungan memegang peran utama terhadap infeksi oleh cacing ini.

Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil survei cacingan di sekolah dasar di beberapa provinsi

pada tahun 1986-1991 menunjukkan prevalensi sekitar 60% -80%. Kemudian, pada tahun 2002

dan 2003 survei dilakukan pada 40 SD di 10 provinsi menunjukkan prevalensi berkisar antara

2.2% - 96.3%.2 Infeksi oleh cacing dapat terjadi pada semua kalangan usia, tetapi kasus ini lebih

sering terjadi pada anak-anak dikarenakan aktivitas mereka yang sering bermain di tanah.3

Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu dari 34 provinsi di Indonesia yang juga menghadapi

masalah infeksi oleh STH. Berdasarkan data dari kalbe mengenai prevalensi kecacingan di

Indonesia tahun 1991, infeksi oleh cacing Ancylostoma duodenale sebesar 16-74%, Ascaris

lumbricoides sebesar 1-14%, dan Trichuris Trichiura sebesar 2-45% pada provinsi Jawa Timur.

Provinsi Jawa Timur sendiri terbagi 7 kabupaten dan 5 kota, di antaranya yaitu Kabupaten

Mojokerto, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Gresik, Kabupaten Jombang, Kabupaten

Probolinggo, Kabupaten Malang, Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya, Kota Mojokerto, Kota

Probolinggo, Kota Batu, dan Kota Malang. Keseluruhan kabupaten dan kota yang ada di provinsi

Jawa Timur ini memiliki permasalahan yang sama yaitu belum adanya Strategi Sanitasi Kota. 4

Page 3: Proposal Penelitian

Higienisitas pribadi dan sanitasi lingkungan memegang peranan yang penting dalam mencegah

penularan penyakit, termasuk penularan STH. Telur dari STH dapat ditularkan melalui tanah

kepada manusia yang menjadi hospes definitif, bila manusia tidak menjaga higienisitas dirinya

dengan baik. Salah satu penyebabnya ialah bila anak tidak mencuci tangan setelah bermain di

tanah dan tidak memakai alas kaki untuk mencegah larva cacing masuk melalui kulit.

Berdasarkan hasil penelitian dari Laentondo Sali dkk pada anak usia sekolah yang menganalisis

faktor risiko infeksi cacing pada anak usia sekolah di Kelurahan Laelo Kecamatan Tempe Kabupaten

Wajo Tahun 2013, didapatkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun (OR 7,41), kebiasaan bermain

di tanah, (OR 2,03) sedangkan kebiasaan memakai alas kaki merupakan faktor protektif terhadap

Infestasi STH (OR 0,24). 5

Dampak dari infeksi cacing yang berlangsung kronik terutama pada anak-anak ialah

mengganggu pemasukan, pencernaan, penyerapan, dan metabolism makanan. Secara kumulatif,

infeksi cacing dapat menimbulkan kerugian zat gizi berupa kalori dan protein serta kehilangan

darah. Selain dapat menghambat perkembangan fisik, kecerdasan dan produktivitas kerja, dapat

menurunkan ketahanan tubuh sehingga mudah terkena penyakit lainnya.2 Sekalipun strategi

pemberantasan cacing sudah diberlakukan, tetapi prevalensi infeksi cacing masih tinggi karena

perubahan perilaku seperti kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan penggunaan alas kaki

masih belum merata di Indonesia, termasuk di provinsi Jawa Timur.

Oleh karena itu, peneliti tergerak untuk melakukan penelitian di provinsi Jawa Timur, tepatnya

di kabupaten Mojokerto untuk melihat prevalensi perilaku cuci tangan dan penggunaan alas kaki

pada anak-anak sekolah dasar yang telah dipilih agar dapat ditindak-lanjuti oleh pihak dinas

kesehatan setempat untuk memberikan penyuluhan kesehatan berdasarkan data yang diperoleh.

Page 4: Proposal Penelitian

I.2. Rumusan Masalah

1. Mengapa angka kecacingan di kabupaten Mojokerto tinggi?

2. bagaimana perilaku mencuci tangan dan menggunakan alas kaki pada anak-anak SD di

kabupaten Mojokerto yang telah dipilih?

I.3. Hipotesis

Kurangnya kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan menggunakan alas kaki pada anak-anak

SD di kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.

I.4. Tujuan Penelitian

I.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan menggunakan alas kaki pada anak-

anak SD di kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.

I.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran perilaku kebiasaan mencuci tangan dengan sabun pada anak-anak SD

di kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.

2. Mengetahui gambaran perilaku faktor protektif penggunaan alas kaki pada anak-anak SD di

kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.

I.5. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi peneliti

Melalui penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi

peneliti agar dapat mengaplikasikan peran ilmu kedokteran yang telah dipelajari setelah terjun ke

masyarakat.

Page 5: Proposal Penelitian

2. Manfaat bagi pihak sekolah

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi terkait kebiasaan mencuci tangan

dengan sabun dan dan menggunakan alas kaki pada anak-anak SD di kabupaten Mojokerto

sehingga dapat menghimbau anak didik sehubungan dengan mempraktekkan perilaku hidup

sehat agar terhindar dari penyakit.

3. Manfaat bagi instansi terkait

Melalui penelitian ini, diharapkan pihak-pihak yang berwajib membantu meningkatkan kualitas

SDM melalui perbaikan terhadap kebijakan yang telah dibuat atau membuat suatu kebijakan baru

guna pemberantasan kecacingan di kabupaten Mojokerto.

Page 6: Proposal Penelitian

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Ascaris lumbricoides atau cacing gelang panjangnya kira-kira 10-15 cm

dan biasanya bermukim di dalam usu halus. Kira-kira 25% dari seluruh penduduk

dunia terinfeksi cacing ini, terutama di Negara tropis (70-90%). Cacing betina

mengeluarkan telur yang sangat banyak, hingga 200.000 telur sehari melalui tinja.

Ascaris lumbricoides merupakan parasite di usus halus manusia yang

menyebabkan penyakit askariasis. Infeksi cacing ini menyebabkan penderita

mengalami kekurangan gizi. Pada tinja penderita askariasis yang membuang air

tidak pada tempatnya dapat mengandung telur Ascaris yang sudah dibuahi. Telur

ini akan matang dalam waktu 21 hari di tanah. Bila terdapat orang lain memegang

tanah yang telah tercemar telur Ascaris dan tidak mencuci tangannya, kemudian

tanpa sengaja makan dan menelan telur Ascaris.

Jika tertelan telur yang infektif, maka didalam usus halus bagian atas telur

akan pecah dan melepaskan larva infektif dan menembus dinding usus masuk ke

dalam vena porta hati yang kemudian bersama dengan aliran darah menuju

jantung kanan dan selanjutnya melalui arteri pulmonalis ke paru-paru dengan

masa migrasi berlangsung selama sekitar 15 hari. Setelah kira-kira 10 hari di

paru-paru, larva memnembus kapiler dan masuk ke alveoli, melalui bronchi

bermigrasi sampai trakea dan faring lalu tertelan. Setibanya di usus, larva akan

menjadi cacing dewasa. Cacing akan menetap di usus kemudian berkopulasi dan

bertelur. Telur ini pada akhirnya akan keluar kembali bersama tinja. Siklus pun

akan terulang kembali bila pendreita baru ini membuang tinjanya tidak pada

tempatnya.

Page 7: Proposal Penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kasus kontrol untuk menilai pengaruh kebiasaan mencuci tangan dan penggunaan alas kaki pada anak-anak di Desa Sidowaras terhadap infeksi cacing Ankylostoma duodenale dan Ascaris lumbricoides.

B. Populasi dan Sampel

Populasi terjangkau penelitian ini adalah anak-anak dari 4 sekolah dasar A, B, C, dan D di Desa Sidowaras, di mana berdasarkan data primer tahun 2011, SD A dan B didapatkan prevalensi anak-anak dengan higienisitas buruk lebih tinggi dibandingkan SD C dan D. Pada tahun ini, ingin dilakukan penelitian kembali terhadap ke-empat SD tersebut untuk melihat apakah ada perubahan mengenai higienisitas anak-anak yang bersekolah di sana.

Dari ke-empat SD tersebut akan dipilih 120 dari 480 siswa sekolah dasar dengan cara purposive sampling; Akan dibagikan kuesioner kepada 30 siswa/i yang dipilih secara acak pada masing-masing SD tersebut.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

o Tempat: Desa Sidowaras. Kabupaten Mojokerto.

o Waktu: 9.30 – 11.00 wib

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi:o Usia pasien lebih dari 6 tahun dan dibawah 12 tahun

o Jenis penyakit anemia hipokrommikrositik

Kriteria Ekslusi:o Pasien yang mengalami anemia hipokrom mikrositik oleh penyebab lain,

misalnya talasemia dan limbah timbal.

Page 8: Proposal Penelitian

o Subjek menolak berpartisipasi.

E. Besar Sampel

120 dari 480 siswa.

F. Alat dan Bahan1. Kuesioner 2. Siswa/i SD A, B, C, dan D yang duduk di kelas 1-6

Daftar pustaka

1. http://www.neglecteddiseases.gov/target_diseases/soil_transmitted_helminthiasis/hookworm/ diakses

pada tanggal 27 Februari 2013 pukul 11.00 WIB

2. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

424/MENKES/SK/VI/2006 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN CACINGAN.HLM

:3

3. Analisis Faktor-faktor Risiko Infeksi Kecacingan Murid Sekolah Dasar di Kecamatan

Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012, Jurnal Ilmu Lingkungan.

4. Ringkasan Profil Kabupaten/Kota Jawa Timur. IUWASH(Indonesian Urban Water,

Sanitation and Hygiene).USAID (United States Agency International Development).

5. Sali, Laentondo, dkk. 2013. Faktor Risiko Infestasi Soil-Transmitted Helminths pada

Anak Usia Sekolah. Dinas Kesehatan Kabupaten Wajo.