proposal penelitian
TRANSCRIPT
Proposal Penelitian
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA KLIEN AKSEPTOR SUNTIKAN DEPO PROGESTIN DENGAN KENAIKAN BERAT
BADAN DI PUSKESMAS PLUS BARA-BARAYA MAKASSAR TAHUN 2012
MARFUAH IKBAL 09.110
AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2012
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA KLIEN AKSEPTOR SUNTIKAN DEPO PROGESTIN DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN
DI PUSKESMAS PLUS BARA-BARAYA
MAKASSAR TAHUN 2012
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma Tiga (DIII) Kebidanan
MARFUAH IKBAL
09.110
AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2012
HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal Penelitian ini berjudul “Manajemen Asuhan Kebidanan
Pada Klien Akseptor Suntikan Depo Progestin Dengan Kenaikan Berat
Badan Di Puskesmas Plus Bara-Baraya Makassar Tahun 2012” telah
disetujui untuk dipertahankan dalam ujian Proposal Penelitian dihadapan
Tim Penguji Akademi Kebidanan Muhammadiyah Makassar pada
Hari Jumat, tanggal 09 Maret 2012.
Makassar, 29 Februari 2012
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Hj. Muzdalifah Mannan, SKM, M.Kes Endri Nisa, SKM NIDN : 0922125301 NIDN : 0908128101
PROPOSAL PENELITIAN
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA KLIEN AKSEPTOR SUNTIKAN DEPO PROGESTIN DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN
DI PUSKESMAS PLUS BARA-BARAYA MAKASSAR TAHUN 2012
Oleh:
MARFUAH IKBAL 09.110
Telah Dipertahankan di Depan Tim Penguji
Pada Tanggal, 09 Maret 2012
Susunan Dewan Penguji
1. Hj. Muzdalifah Mannan, SKM, M.Kes (…………………………) NIDN : 0922125301
2. Endri Nisa, SKM (…………………………)
NIDN : 0908128101
3. Dra. Hj. Mariani Assaad (…………………………) NIDN : 09251042201
Mengetahui,
Direktur Akademi Kebidanan Muhammadiyah Makassar
Hj.Muzdalifah Mannan, SKM, M.Kes
KTAM: 361 888
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil „Alamin, Maha Besar dan Maha pengasih Allah
SWT yang telah memberikan izin-Nya untuk mengetahui sebagian kecil dari
ilmu yang dimiliki-Nya. Segala puji kehadirat-Nya atas perkenan-Nya dalam
menyelesaikan Proposal Penelitian ini dengan judul “Manajemen Asuhan
Kebidanan Pada Klien Akseptor Suntikan Depo Progestin Dengan Kenaikan
Berat Badan Di Puskesmas Plus Bara-Baraya Makassar Tahun 2012”
Dalam penyusunan Proposal Penelitian ini, banyak hikmah serta
tantangan dan hambatan yang dialami penulis yang semakin memberikan
motivasi untuk menyelesaikan tugas ini. Namun berkat bimbingan, bantuan
dan dorongan berbagai pihak sehingga Proposal Penelitian ini dapat
diselesaikan. Rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Hj. Muzdalifah Mannan, SKM, M.Kes selaku direktur Akademi
Kebidanan Muhammadiyah Makassar sekaligus selaku pembimbing I.
2. Ibu dr. Merry Ishak selaku Kepala Puskesmas Plus Bara-Baraya
Makassar yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.
3. Ibu Endri Nisa, SKM selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu,
energi dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga
berbagai kendala yang dihadapi dalam penelitian ini dapat teratasi
4. Ibu Dra. Hj. Mariani Assaad selaku penguji yang memberi saran dan
kritikan dalam penyusunan Proposal Penelitian kea rah yang lebih baik.
5. Dosen dan staf Akademi Kebidanan Muhammadiyah Makassar yang
selalu memberikan bimbingan, pengarahan dan keterampilan yang
bermanfaat bagi penulis dalam mengikuti pendidikan.
6. Sembah sujud untuk kedua orang tua dan saudara yang memberikan
dorongan moril, spiritual, material, dan do‟a restunya.
7. Sahabat–sahabatku mahasiswi Akbid Muhammadiyah Makassar
angkatan 2009 atas semua bantuannya.
Demikianlah Proposal Penelitian ini dipersembahkan dengan penuh
kecintaan dan harapan semoga tulisan ini dapat memberi makna bagi penulis
sendiri dan bagi orang-orang yang menggunakannya. Kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan penulis sebagai pelajaran di masa
mendatang.
Makassar, 29 Februari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................. iii
KATA PENGANTAR ....................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Ruang Lingkup Pembahasan .......................................... 5
C. Tujuan Penulisan ............................................................ 5
1. Tujuan Umum ........................................................... 5
2. Tujuan Khusus .......................................................... 5
D. Manfaat Penulisan .......................................................... 7
E. Metode penulisan ............................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Akseptor dan Keluarga Berencana
B. Tinjauan Umum Tentang Depo Progestin ...................... 18
1. Profil ......................................................................... 18
2. Jenis ......................................................................... 18
3. Cara kerja ................................................................ 19
4. Efektifitas ................................................................. 19
5. Keuntungan ............................................................. 19
6. Keterbatasan ........................................................... 20
7. Yang Dapat menggunakan ...................................... 21
8. Yang Tidak Boleh Menggunakan ............................. 22
9. Waktu Mulai Menggunakan ..................................... 22
10. Efek Samping dan Penanganan .............................. 23
11. Cara Kerja Depo progestin ...................................... 28
C. Proses Manajemen Kebidanan ...................................... 30
1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan ............ 30
2. Tahapan Dalam Manajemen Kebidanan ................. 30
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan ................... 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Lembar Konsultasi Pembimbing.
Lampiran II : Format Pengumpulan Data.
Lampiran IV : Lembar Persetujuan Responden.
Lampiran V : Surat izin pengambilan data awal dari Akbid Muhammadiyah Makassar.
Lampiran VI : Surat izin pengambilan data awal dari Dinas Kesehatan Kota
Makassar. Lampiran VII : Surat izin pengambilan data awal dari Puskesmas Plus Bara-
Baraya Makassar.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu Negara berkembang yang laju
pertambahan penduduknya masih cukup tinggi diperkirakan penduduk
Indonesia pada tahun 2020–2025 mencapai 285 juta jiwa, untuk
mengatasi hal tersebut, pemerintah Indonesia mencanangakan program
Keluarga Berencana bagi pasangan suami istri (pasutri) usia subur
(Anonim, 2011).
Program Keluarga Berencana merupakan program yang
mendunia, hal ini sejalan dengan hasil kesepakatan Internasional
Conference on Population and Development (ICPD) yang dilaksanakan di
Kairo Mesir tahun 1994 yang menegaskan bahwa program Keluarga
Berencana disepakati untuk diperluas dan dikembangkan menjadi
program kesehatan reproduksi (Suratun, dkk, 2008).
Dengan visi paradigma baru program Keluarga Berencana
nasional yaitu untuk mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015.
Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju,
mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan,
tanggung jawab, harmonis, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dan misi dari Keluarga Berencana nasional pada paradigma baru adalah
menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai
integral dalam meningkatkan kualitas keluarga (Wiknjosastro, 2007).
Berdasarkan visi dan misi tersebut program Keluarga Berencana
nasional mempunyai kontribusi yang penting untuk meningkatkan kualitas
penduduk. Hal ini dapat dilihat pada pelaksanaan program Safe
Motherhood pada pilar pertama yaitu Keluarga Berencana sebagai salah
satu cara yang tepat dan digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
keluarga khususnya wanita.
Program Keluarga Berencana pada awal pelaksanaannya agak
memaksa peserta Keluarga Berencana karena hanya berorientasi pada
tujuan pemerintah untuk menekan angka kelahiran, menjarangkan, dan
menghentikan kehamilan. Namun, seiring dengan berjalannya waktu
serta meningkatnya kesadaran masyarakat bahwa menjadi akseptor
Keluarga Berencana dapat meningkatkan kualitas keluarga dan telah
menjadi kebutuhan individu dan keluarga (Suratun dkk, 2008).
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa pemilihan alat
kontrasepsi oleh Pasangan Usia Subur (PUS) masih cukup bervariasi di
provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan data yang diperoleh dari BKKBN
Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2011 dari 1.663.100 PUS dan yang
menjadi peserta KB aktif sebesar 980.883 orang (58,97%) Dari peserta
KB aktif tersebut yang menggunakan KB suntik sebanyak 426.999 orang
(45,53%). Pil sebanyak 324.985 orang (33,13%), implant sebanyak
93.529 orang (9,53%), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) sebanyak
43.963 orang (4,48%) , Kondom sebanyak 74.051 orang (7,54%) Metode
Operatif Wanita (MOW) sebanyak 16.201 orang (1,65%) dan Metode
Operatif Pria (MOP) sebanyak 1.155 orang (0,11%).
Di Kota Makassar berdasarkan data yang diperoleh dari BKKBN
Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2011 dari 229.591 PUS dan yang
menjadi peserta KB aktif sebesar 127.045 orang (55,33%) Dari peserta
KB aktif tersebut yang menggunakan KB suntik sebanyak 53.565 orang
(42,16%). Pil sebanyak 40.224 orang (31,66%), implant sebanyak 12.218
orang (9,61%), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) sebanyak 11.169
orang (8,79%) , Kondom sebanyak 4.731orang (3.72%) Metode Operatif
Wanita (MOW) sebanyak 4.427 orang (3,48%) dan Metode Operatif Pria
(MOP) sebanyak 711 orang (0,55%) (BKKBN Sul-Sel, 2011).
Berdasarkan pencatatan dan pelaporan dari hasil temuan di
Puskesmas Plus Bara-Baraya Makassar tahun 2011 yaitu 7240 akseptor
KB, yang menggunakan suntikan sebanyak 4018 peserta (55,49%), pil
2710 peserta (37,43%), implant 175 peserta (2,41%), IUD 61 peserta
(0,84%) MOP 1 peserta (0,01%) dan pemakaian kondom 275 peserta
(3,79%).
Dari data-data diatas menunjukkan bahwa kontrasepsi suntikan
lebih banyak dimiliki dibandingkan dengan kontrasepsi lainnya, hal ini
dapat dilihat dari tingginya akseptor suntikan. Salah satu keuntungan
kontrasepsi suntikan yakni pemakaiannya sederhana setiap 8 sampai 12
minggu tingkat efektifitasnya tinggi, pengawasan medis yang ringan,
hubungan seks dengan suntikan KB bebas. Adapun kerugian dari
kontrasepsi suntikan yakni perdarahan yang tidak menentu, terjadi
amenorea (tidak datang bulan) berkepanjangan dan masih terjadi
kemungkinan hamil, sedangkan salah satu efek samping kontrasepsi
suntikan yakni berat badan bertambah, timbul flek-flek hitam di wajah atau
jerawat (Manuaba, I.A.C, 2010).
Peningkatan berat badan dapat disebabkan oleh banyak faktor
diantaranya adalah kelebihan makanan, kekurangan aktivitas fisik, faktor
psikologis dan genetik, pola konsumsi makanan, fisiologis, kebudayaan
dan hormon. Peningkatan berat badan yang berlebih dapat
menyebabkan berbagai penyakit, antara lain jantung, diabetes melitus,
hipertensi, kanker, sering menimbulkan beban psikologis bagi
penderitanya, tubuh yang kehilangan bentuk itu akan sangat merisaukan
terutama bagi wanita yang berhasrat untuk menurunkan berat badannya.
Para akseptor KB suntik biasanya mengeluh tentang terjadinya
peningkatan berat badan setelah beberapa kali menggunakan KB suntik.
Dari data di atas maka penulis tertarik untuk melakukan suatu
penelitian tentang “Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Klien Akseptor
Suntikan Depo Progestin Dengan Kenaikan Berat Badan Di Puskesmas
Plus Bara-Baraya Makassar Tahun 2012”.
B. Ruang Lingkup Penulisan
Yang menjadi ruang lingkup pembahasannya mencakup Manajemen
Asuhan Kebidanan Pada Klien Akseptor Suntikan Depo Progestin Dengan
Kenaikan Berat Badan di Puskesmas Plus Bara-Baraya Makassar Tahun
2012".
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan pengalaman nyata dan membandingkan dengan
teori yang sudah diperoleh selama pendidikan dan memberikan
asuhan kebidanan pada klien akseptor suntikan depo progestin
dengan kenaikan berat badan di Pukesmas Plus Bara-Baraya
Makassar Tahun 2012 sesuai dengan wewenang bidan.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh pengalaman nyata dan membandingkan dengan teori
dalam mengkaji dan menganalisa data dasar pada klien akseptor
suntikan depo progestin dengan kenaikan berat badan
b. Memperoleh pengalaman nyata dan membandingkan dengan teori
dalam merumuskan diagnosa/masalah aktual pada klien akseptor
suntikan depo progestin dengan kenaikan berat badan
c. Memperoleh pengalaman nyata dan membandingkan dengan teori
dalam merumuskan diagnosa/masalah potensial pada klien
akseptor suntikan depo progestin dengan kenaikan berat badan
d. Memperoleh pengalaman nyata dan membandingkan dengan teori
dalam pelaksanaan tindakan segera (emergency) dan kolaborasi,
konsultasi dan rujukan dengan Dokter atau tenaga kesehatan yang
lain pada klien akseptor suntikan depo progestin dengan kenaikan
berat badan
e. Memperoleh pengalaman nyata dan membandingkan dengan teori
dalam merencanakan tindakan asuhan kebidanan pada klien
akseptor suntikan depo progestin dengan kenaikan berat badan
f. Memperoleh pengalaman nyata dan membandingkan dengan teori
dalam melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada klien
akseptor suntikan depo progestin dengan kenaikan berat badan
g. Memperoleh pengalaman nyata dan membandingkan dengan teori
dalam mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan pada klien
akseptor suntikan depo progestin dengan kenaikan berat badan
h. Memperoleh pengalaman nyata dan membandingkan dengan teori
dalam mendokumentasikan semua tindakan asuhan kebidanan
pada klien akseptor suntikan depo progestin dengan kenaikan
berat badan.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi institusi
Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi rekan-rekan
mahasiswa Akademi Kebidanan Muhammadiyah Makassar dalam
pelaksanaan asuhan kebidanan
2. Bagi tempat penelitian
Merupakan pegangan atau dokumentasi untuk perawat dan
bidan di Puskesmas khususnya di bagian kebidanan serta sebagai
bahan masukan bagi institusi dan untuk lebih meningkatkannya
pelayanan KB di Puskesmas.
3. Bagi peneliti
Merupakan pengalaman berharga dalam memperluas
wawasan dan pengetahuan tentang keluarga berencana.
E. Metode Penulisan
Penulisan dalam kasus ini menggunakan beberapa metode yaitu :
1. Studi Kepustakaan
Penulis membaca dan mempelajari buku–buku/berbagai
literatur yang berkaitan dengan masalah yang diangkat sebagai dasar
teoritis yang dapat digunakan dalam pembahasan penelitian ini.
2. Studi kasus
Melaksanakan metode pendekatan pemecahan masalah
melalui Asuhan Kebidanan yang meliputi : pengkajian, merumuskan
diagnosa/masalah aktual, maupun masalah potensial, melaksanakan
tindakan segera kolaborasi, menyusun rencana tindakan dan
mengevaluasi Asuhan Kebidanan serta mendokumentasikan dengan
Akseptor Suntikan Depo Progestin.
Untuk memperoleh data yang akurat penulis menggunakan teknik :
a. Anamnese
Penulis melakukan tanya jawab dengan klien yang dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis yaitu inspeksi, palpasi
dan pemeriksaan diagnostik lainnya dengan menggunakan format
pengkajian.
c. Pengkajian Psikososial
Pengkajian psikologis meliputi status emosional, respon terhadap
kondisi yang dialami serta pola interaksi klien terhadap keluarga,
petugas kesehatan dan lingkungannya serta pengetahuan tentang
kesehatan.
3. Studi Dokumenter
Studi dokumenter dilakukan dengan mempelajari status
kesehatan klien yang bersumber dari catatan dokter, bidan, perawat
serta petugas laboratorium dan hasil pemeriksaan penunjang lainnya
yang dapat memberi tambahan dalam penyelesaian Proposal
Penelitian ini.
4. Diskusi
Penulis melakukan tanya jawab dengan tenaga kesehatan
yaitu dokter atau bidan yang menangani langsung klien tersebut serta
berdiskusi dengan dosen pembimbing poposal Penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umun Tentang Akseptor dan Keluarga Berencana
1. Akseptor
Akseptor adalah orang yang menerima serta mengikuti
(pelaksanaan) program Keluarga Berencana. Akseptor Keluarga
Berencana merupakan suatu upaya untuk mengatur jumlah penduduk
(Hartanto.H, 2010).
Akseptor Keluarga Berencana adalah pasangan usia subur
dimana salah seorang menggunakan salah satu cara atau alat
kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan (Depkes RI, 2010)
2. Keluarga Berencana
a. Defenisi
1) Word Health Organisation (WHO) Expert Comite 1970 :
Adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan
suami istri untuk :
a) Mendapatkan obyektif-obyektif tertentu
b) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
c) Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
d) Mengatur interval diantara kehamilan
e) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan
umur suami istri
f) Menentukan jumlah anak dalam keluarga
(Hartanto.H, 2010).
2) Keluarga Berencana
Adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang
menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera
melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk
Indonesia (Manuaba I.A.C, 2010)
b. Kontrasepsi adalah metode yang digunakan untuk mencegah
kehamilan yang terbagi dengan dua cara :
1) Kontrasepsi alami yaitu metode kontrasepsi tanpa
menggunakan bantuan alat apapun, caranya adalah dengan
tidak melakukan hubungan seksual pada masa subur atau
sering juga disebut system kalender. Kelebihannya, karena
tidak menggunakan alat, memperkecil kemungkinan terjadinya
efek samping, tapi kelemahannya kadang perhitungan masa
subur biasa meleset dan tidak akurat sehingga tidak efektif.
2) Kontrasepsi modern yaitu metode kontrasepsi dengan
menggunakan alat, baik untuk dipakai laki-laki maupun
perempuan.
3) Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Upaya tersebut bisa bersifat sementara, dapat pula
bersifat permanen. Menggunakan alat kontrasepsi merupakan
salah satu variable yang mempengaruhi (Wiknjosastro, 2008).
Untuk mencapai penurunan angka fertilitas dari 44% pada
tahun 1971 menjdi 22% pada tahun 2010 sesuai target
demografis ada dua cara bentuk sasaran penggarapan program
nasional Keluarga Berencana yaitu :
a) Sasaran Langsung
Pasangan Usia Subur (15-49), dengan jalan mereka
secara bertahap menjadi akseptor peserta KB yang aktif
lestari, sehingga memberi efek langsung penurunan
fertilitas.
b) Sasaran Tidak Langsung
Yaitu organisasi-organisasi atau lembaga-lembaga
kemasyarakatan, instansi-instansi pemerintah maupun
swasta, tokoh-tokoh masyarakat (Aim ulama, wanita, dan
pemuda), yang diharapkan dapat memberikan dukungannya
dalam perlembagaan NKKBS (Hartanto.H, 2010).
c. Macam-macam Metode Kontrasepsi (Manuaba, I.A.C,2010)
1) Metode sederhana adalah untuk merencanakan jumlah
susunan anggota keluarga :
a) Kondom pria/wanita
b) Spermisida intravaginal
(1) Tissue KB
(2) Jelly KB
(3) Tablet spermisida
c) Koitus Interuptus
d) Pantang berkala
e) Cervical cup
2) Metode Teknik KB Efektif
a) Hormonal
(1) Pil KB
(a) Pil progesterone (Excluton, Microlut)
(b) Pil KB kombinasi (Microgynon, Diane)
(c) Pil KB sekuensial
(d) After Morning pil (Postinol 2)
(2) Suntik KB
(a) Suntikan 3 bulan (Depo provera, DMPA)
(b) Suntikan 2 bulan (Noristerat)
(c) Suntikan 1 bulan (Cyclofem, Cyclogeston)
(3) Susuk KB (Norplant, Implanon)
(a) Norplant
(b) Implanon
(c) Jedena
b) Intra Uterine Devise (IUD)
(1) Copper T.380 A
(2) Nova T
(3) Mirena
c) Untuk menghentikan kehamilan :
(1) Kontap pria : Vasektomi
(2) Kontap wanita : Tubektomi
d. Kontrasepsi Hormonal
Cara pencegahan terjadinya kehamilan dengan menggunakan
obat yang berkhasiat hormonal, yang mempengaruhi proses
hipotalamus, hipofisis, ovarium dan atau endometrium (pengaruh
pada organ atau pada kesuburan).
1. Prinsip
a) Interaksi hormon reseptor
b) Reseptor seluler dan organ (uterus/tuba/endometrium/
endosrvix)
c) Manifestasi klinik
2. Cara kerja kontrasepsi hormonal
a) Menghambat perkembangan folikel dan ovulasi
b) Menghambat penetrasi sperma dalam lender serviks
perubahan sifat motilitas tuba
c) Menghambat implantasi embrio
d) Menghambat perkembangan awak embrio
Metode keluarga berencana dengan hormonal penemuannya
didasari, bahwa ibu hamil tidak mengalami menstruasi karena terjadi
perubahan hormonal, ternyata bahwa kehamilan menimbulkan
perubahan hormonal, sehinngga menekan pertumbuhan dan
perkembangan folikel primer yang selanjutnya tidak menimbulkan
menstruasi, penelitian untuk menentukan metode hormonal kontrasepsi
ini sangat panjang sampai akhirnya Pincus dan Gacia mencobanya untuk
pertama kali pada wanita tahun 1960. Sejak itu metode hormonal menjadi
sangat popular yang dapat dipergunakan dalam waktu relative panjang
tanpa mempunyai efek samping yang berarti, yang menjadi inti hormonal,
untuk menghindari kehamilan adalah progesterone atau turunan
testosteron.
Cara kerjanya, menekan kelenjar hipofise, mungkin secara
langsung atau melalui hipotalamus, dengan tidak dikeluarkannya
hormone gonadotropik (Lutheonizing Hormone /LH) sehingga tidak
memungkinkan terjadi ovulasi (pelepasan telur).
Menekan pengeluaran atau pelepasan telur (ovum) dapat dijamin
tidak akan mungkin terjadi kehamilan. Dapat dikemukakan bahwa
pemakaian hormonal sebagai metode KB menjamin tidak akan hamil
tetapi harus taat aturan yang disyaratkan. Kini metode hormonal telah
berkembang dengan pesat sehingga dijumpai dalam bentuk pil untuk ibu
yang sedang menyusui, bentuk kombinasi, bentuk sekuensial, after
morning pil, bentuk KB suntikan yang disuntikkan setiap 10-12 minggu
atau setia bulan. Bentuk KB susuk yang ditanamkan diatas lengan kiri
untuk waktu lima tahun.
3. Kekurangan metode hormonal (Manuaba I.A.C, 2010)
a) Pil harus diminum dengan taat setiap hari, bila lupa sehari ada
kemungkinan terjadi pelepasan telur dan dapat menjadi hamil. Bila
lupa begitu ingat harus segera diminum sehingga dapat minum pil
2x sehari itu. Suntikan KB sebaiknya mengikuti petunjuk jadwal
yang sesuai dengan obatnya/kemasannya dan datang pada
waktunya sehingga hormone dalam tubuh dapat terjamin untuk
menekan telur.
b) Oleh karena satu komponen turunan progesterone atau
testosteron maka sering terjadi perdarahan berkepanjangan, yang
merisaukan wanita merupakan salah satu penyebab dihentikannya
memahami metode hormonal.
c) Pada wanita tertentu dapat terjadi efek samping dalam bentuk
mual, dan muntah terutama pagi hari, berat badan bertambah,
terjadi hiperpigmentasi sekitar pipi.
d) Pemasangan dan membuka kembali KB susuk memerlukan
operasi kecil pada lengan atas kiri dan harus dilakukan oleh dokter
atau bidan yang terlatih.
4. Keuntungan metode hormonal yaitu :
Sebagian besar wanita dapat menerima hormone dalam
sirkulasi tubuhnya. Pemakaiannya mudah diajarkan. KB hormonal
menjamin keberhasilannya 100% asalkan taat pada petunjuk
(Sulistyawati, 2011).
Kontrol medis yang diperlukan hormonal tidak sulit, efek
sampingnya tidak terlalu berat dan dapat diatasi dengan pengobatan.
Untuk mendapatkan Pil KB yang cocok, dokter dapat memilihkan
dengan pedoman pada pola menstruasi ibu ,berat badan ibu,
keadaan umun sebagai hasil pemeriksaan fisik (ManuabaI.A.C, 2010)
Ada tiga bentuk suntikan KB (Manuaba I.A.C, 2010):
a) Depoprovera (Depoprogestin)
Mengandung progestin sebanyak 150 mg dalam bentuk partikel
kecil. Suntikan setiap 12 minggu, keuntungannya dalam setiap 3
bulan. Kerugiannya sering terjadi keterlambatan datang bulan
sekalipun telah menghentikan suntikan, dapat terjadi perdarahan
berkepanjangan diluar menstruasi, perdarahan yang tidak teratur,
peningkatan berat badan, badan terasa panas dan liang
senggama kering.
b) Cyclofem
Mengandung progesteron sebanyak 50 mg dan estrogen
disuntikkan setiap bulan. Diharapkan dapat menstruasi setiap
bulan karena komponen estrogennya. Kerugiannya sering terjadi
kegagalan menstruasi yang diharapkan. Setelah pemakaian
beberapa bulan efeknya hampir sama dengan Depoprovera.
c) Norigest
Turunan dari testosterone, disuntikkan setiap 8 minggu.
kekurangannya hampir sama dengan Depoprovera.
B. Tinjauan Umum Tentang Depo Progestin
1. Profilnya yaitu :
a. Sangat efektif
b. Aman
c. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduktif
d. Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan
e. Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI
(Saifuddin A.B, 2006).
2. Jenisnya (Handayani S, 2010) yaitu :
a. Depo medroksi progesteron asetat (DMPA), mengandung 150 mg
DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik Intra
Muskuler (di daerah bokong).
b. Depo noretisteron enontat (depo noristerat), yang mengandung
200 mg noretindron erontat, diberi setiap 2 bulan dengan cara
disuntik intra muskuler
3. Cara kerjanya (Sulistyawaty, 2011)
a. Mencegah ovulasi
Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma.
b. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.
c. Menghambat transportasi gamet oleh tuba
4. Efektifitas :
Ketiga kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektifitas yang
tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan/tahun, asal
penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah
ditentukan (Manuaba I.A.C, 2010).
5. Keuntungan (Sulistyawati, 2011)
a. Sangat efektif
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang
c. Tidak terpengaruh pada hubungan suami istri
d. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
e. Sedikit efek samping
f. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
g. Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai
perimenopause
h. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
i. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
j. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (siclue cell)
6. Keterbatasan (Sulistyawati, 2011)
a. Sering ditemukan gangguan haid seperti :
1) Siklus haid yang memendek atau memanjang
2) Perdarahan yang banyak atau sedikit
3) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
4) Tidak haid sama sekali
b. Klien sangat tergantung pada tempat saran pelayanan kesehatan
(harus kembali untuk suntikan)
c. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya
d. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tertinggi
e. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV
f. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya
kerusakan/kelainan pada organ genital, melainkan karena belum
habisnya obat suntikan dari deponya (tempat suntikan)
g. Pada penggunaan jangka panjang yang dapat menimbulkan
kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi
(jarang), sakit kepala, nervositas dan jerawat.
7. Yang dapat menggunakan adalah (Sulistyawati, 2011)
a. Usia reproduksi
b. Remaja dan yang telah memiliki anak
c. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki
efektifitas tinggi
d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
f. Setelah abortus atau keguguran
g. Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi
h. Perokok
i. Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan
pembekuan darah atau anemia bulan sabit
j. Menggunakan obat untuk epilepsy (fenition dan barbitun) atau obat
tuberculosis (rifampisin)
k. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen
l. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
m. Anemia defisiensi besi
n. Mendekati usia menopause
8. Yang tidak boleh menggunakan adalah (Saifuddin A.B, 2006)
a. Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin >per 100.000
kelahiran)
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama
amenorhoe
d. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
e. Diabetes melitus disertai komplikasi
9. Waktu mulai menggunakan (Saifuddin A.B, 2006)
a. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil
b. Mulai hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid
c. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap
saat, asalkan saja ibu tersebut tidak hamil, selama tujuh hari
setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual
d. Ibu yang telah menggunakan kontrasepsi hormonal secara
berbeda ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat diberikan
tanpa menunggu haid yang akan datang
e. Jika menggunakan kontrasepsi jenis lain dan ingin menggantinya
dengan jenis kontrasespi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi
suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal
kontrasespsi suntikan yang sebelumnya.
f. Sedangkan yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan
ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan
pertama kontrasepsi hormonal dapat segera diberikan asal tidak
hamil. Bila ibu disuntik setelah hari ke tujuh haid, ibu tersebut
selama tujuh hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual
g. Ingin mengganti AKDR dengan kontrasepsi hormonal, suntikan
pertama diberikan pada hari pertama sampai hari ke tujuh siklus
haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke tujuh siklus
haid, asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil
h. Ibu tidak hamil atau ibu dengan perdarahan tidak teratur, suntikan
pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak
hamil, dan selama tujuh hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
10. Efek Samping dan Penanganan
a. Efek Samping (Manuaba I.A.C, 2010)
1) Gangguan haid
a) Amenorhoe yaitu tidak datang haid setiap bulan yang
dipengaruhi peningkatan hormon progesteron yang
menghambat terjadinya ovulasi.
b) Spotting yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid yang
terjadi selama menggunakan kontrasepsi suntikan seperti
metrorhagia yaitu perdarahan yang berlebihan jumlahnya.
c) Leukorea yaitu adanya cairan putih yang berlebihan yang
keluar dari jalan lahir.
2) Perubahan berat badan
Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar,
bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam
tahun pertama penyuntikan. Penyebab pertambahan berat
badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya
lemak tubuh, dan bukan karena retensi cairan tubuh.
Hipotesa para ahli DMPA merangsang pusat pengendali
nafsu makan di hipotalamus , yang menyebabkan akseptor
makan lebih banyak dari biasanya. Kenaikan berat badan,
kemungkinan disebabkan karena hormon progesteron
mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi
lemak, sehingga lemak di bawah kulit bertambah, selain itu
hormon progesteron juga menyebabkan nafsu makan
bertambah dan menurunkan aktivitas fisik, akibatnya
pemakaian suntikan dapat menyebabkan berat badan
bertambah (Hartanto H,2010).
3) Pusing dan sakit kepala.
Rasa berputar atau sakit kepala yang terjadi pada satu sisi,
kedua sisi atau keseluruhan dari bagian kepala disebabkan
peningkatan hormon progesteron yang mempengaruhi
peredaran darah (plasma) termasuk pembuluh darah yang
menuju ke kepala (saraf) sehingga menyebabkan gangguan
sakit kepala.
4) Hematoma
Bengkak pada daerah suntikan dan berwarna kebiruan disertai
rasa nyeri pada daerah suntikan akibat perdarahan dibawah
kulit dan bisa juga akibat pemakaian spoit yang berulang atau
kesalahan tehnik penyuntikan.
b. Penanganan dan Komplikasi
1) Gangguan haid
a) Konseling
Memberikan penjelasan kepada akseptor bahwa pada
pemakaian kontrasepsi suntikan dapat menyebabkan
terjadinya amenorhoe, spooting, dan leukorea dan apabila
gejala tersebut berlangsung lama menganjurkan kepada
klien untuk kembali ke klinik.
b) Pengobatan
Pemberian tablet estradiol 25 mcg 3x1 untuk 3 hari atau 1
tablet pil oral kombinasi per hari untuk 14 hari. Bila hal
tersebut tidak menolong diberikan suntikan intramuskuler
estrogen sintesis seperti 5 mg estradiolcypionat atau
estradiol valarate dalam larutan minyak harus diulang
apabila perdarahan tidak berhenti dalam waktu 24 jam. Jika
perdarahan tetap berlangsung terus pertimbangan untuk
melakukan diatasi dan kuretase (Hartanto H, 2010).
2) Perubahan berat badan
a) Konseling
Menjelaskan pada akseptor bahwa kenaikan berat badan
adalah satu efek samping kontrasepsi suntikan. Penyebab
bertambahnya berat badan terjadi karena bertambahnya
lemak tubuh dan bukan karena retensi cairan tubuh.
Hipotesa pada ahli DMPA merangsang pusat pengendalian
nafsu makan dihipotalamus yang menyebabkan akseptor
makan lebih banyak dari pada biasanya (Hartanto H, 2010).
b) Pengobatan
Diet merupakan pilihan utama, dianjurkan untuk
melaksanakan diet rendah kalori disertai olah raga teratur.
Bila berat badan berlebihan dianjurkan untuk cara
kontrasepsi lain (Saifuddin A. B, 2006).
3) Pusing dan sakit kepala
a) Konseling
Menjelaskan pada akseptor bahwa efek samping tersebut
mungkin ada tetapi jarang terjadi dan biasanya bersifat
sementara. Rasa berputar atau sakit kepala yang terjadi
pada satu sisi, kedua sisi atau 4 keseluruhan dari bagian
kepala disebabkan peningkatan hormon progesteron yang
mempengaruhi peredaran darah (plasma) termasuk
pembuluh darah yang menuju ke kepala (saraf) sehingga
menyebabkan gangguan sakit kepala.
b) Pengobatan
Pemberian asam mefanamat 500 mg 3x1 untuk mengurangi
keluhan.
4) Hematoma
a) Konseling
Menjelaskan kepada calon akseptor bahwa pada daerah
suntikan dapat terjadi bengkak dan berwarna kebiruan
disertai rasa nyeri pada daerah suntikan akibat perdarahan
dibawah kulit dan bisa juga akibat pemakaian spoit yang
berulang atau kesalahan tehnik penyuntikan.
b) Pengobatan
Kompres dingin di daerah yang membiru selama 2 hari
setelah itu diubah menjadi kompres hangat hingga warna
biru/kuning menjadi hilang.
11. Cara Kerja Depo Progestin
a. Menghalangi ovulasi (masa subur)
b. Mengubah lendir serviks (vagina) menjadi kental
c. Menghambat sperma dan menimbulkan perubahan pada rahim
d. Mencegah terjadinya pertemuan sel telur dan sperma
e. Mengubah kecepatan transportasi telur
Suntikan KB adalah suatu cairan berisi zat unuk mencegah kehamilan
selama jangka waktu tertentu (antara 1-3 bulan). Cairan tersebut
merupakan hormon sintesis progesteron. Pada saat ini terdapat dua
macam suntikan KB, yaitu golongan progestin seperti depo-profera,
depo-geston, depoprogestin dan noristat, misalnya Cyclo Provera.
Hormon ini akan membuat lendir rahim menjadi kental, sehingga sel
sperma tidak dapat masuk ke rahim. Zat ini juga mencegah keluarnya
sel telur (ovulasi) dan membuat uterus (dinding rahim) tidak siap
menerima hasil pembuahan (Hartanto H, 2010).
Menjelaskan mekanisme kerja kontrasepsi suntik dalam dua
bagian, yaitu primer dan sekunder. Mekanisme primer adalah
mencegah ovulasi. Pada mekanisme ini, kadar FSH dan LH menurun
dan tidak terjadi sentakan LH. Respon kelenjar hipofise terhadap
gonadotropin realizing hormone eksogenous tidak berubah, sehingga
memberi kesan proses terjadi di hipotalamus daripada di hipofise. Ini
berbeda dengan pil oral kombinasi (POK), yang tampaknya
menghambat ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar hipofise.
Penggunaan kontrasespsi suntikan tidak menyebabkan keadaan hipo-
estrogenik. Pada pemakaian KB suntik Depo Progestin, endometrium
menjadi dangkal dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif,
sering stroma dan oedematus. Pemakaian jangka lama, endometrium
dapat menjadi sedemikian sedikitnya, sehingga didapatkan atau hanya
terdapat sedikit jaringan bila dilakukan biopsy. Tetapi perubahan-
perubahan tersebut akan kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari
setelah suntikan berakhir. Pada mekanisme sekunder, lendir serviks
menjadi kental dan sedikit sehingga merupakan barier terhadap
spermatozoa. Mekanisme sekunder ini juga membuat endometrium
kurang layak untuk implntasi dari ovum yang telah dibuahi.
Mekanisme ini mungkin juga mempengaruhi kecepatan transport ovum
di dalam tuba fallopi. Memberi hormone progestin akan menyebabkan
pengentalan mucus serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma. Hormone tersebut juga mencegah pelepasan sel
telur yang akan dikeluarkan oleh tubuh wanita. Tanpa pelepasan sel
telur, seorang wanita tidak mungkin hamil. Selain itu pada penggunaan
depo progestin, endometrium menjadi tipis dan atrofi dengan
berkurangnya aktifitas kelenjar. Sedangkan hormone progestin dengan
sedikit hormone estrogen akan merangsang timbulnya haid setiap
bulan.
C. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Proses Manajemen Asuhan kebidanan adalah suatu metode
pendekatan pemecahan masalah yang digunakan oleh bidan dalam
proses pemecahan masalah dalam pemberian pelayanan asuhan
kebidanan atau merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan oleh bidan serta merupakan metode yang terorganisasi
melalui tindakan yang logikal dalam memberikan pelayanan.
2. Tahapan dalam Manajemen Asuhan Kebidanan
Proses manajemen asuhan kebidanan menurut Varney terdiri
dari 7 langkah sebagai berikut :
a. Langkah I. Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan pengkajian mengumpulkan semua
data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap, yaitu:
1) Anamnesa meliputi: melakukan tanya jawab langsung untuk
memperoleh data.
a) Identitas klien
b) Riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang
c) Riwayat menstruasi
Amenorhoe, spotting, disebabkan karena pengaruh
hormon progesteron yang terkandung dalam alat
kontrasepsi suntikan depo progestin.
d) Riwayat ginekologi
Menanyakan kepada klien apakah sebelumnya
pernah menderita penyakit jantung, hipertensi dan diabetes
mellitus karena kenaikan berat badan yang berlebihan dapat
memicu timbulnya penyakit tersebut.
e) Riwayat KB
Menanyakan kepada klien apakah pernah menjadi
akseptor KB, jika pernah alat kontrasepsi jenis apa yang
digunakan.
f) Pemeriksaan fisik meliputi :
a) Keadaan umum klien : baik, kesadaran komposmentis
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital : Tekanan darah, Nadi,
Suhu, Pernapasan untuk memantau keadaan umum ibu
secara umum
c) Pemeriksaan fisik secara sistematis (head to toe) :
inspeksi dan palpasi.
b. Langkah II. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan,
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang
spesifik.
Diagnosa/Masalah Aktual
Kenaikan berat badan kemungkinan disebabkan karena hormon
progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi
lemak, sehingga lemak di bawah kulit bertambah, selain itu hormone
progesterone juga menyebabkan nafsu makan bertambah dan
menurunkan aktivitas fisik, akibatnya pemakaian suntikan dapat
menyebabkan berat badan bertambah (Hartanto H,2010).
c. Langkah III. Mengidentifikasi Diagnosa/Masalah Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang
telah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila
memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis / masalah potensial ini
benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan
asuhan yang aman. Masalah potensial yang mungkin terjadi pada
akseptor suntikan depo progestin adalah kecemasan.
d. Langkah IV. Tindakan Emergency, Kolaborasi dan Konsultasi
Menentukan intervensi yang harus langsung segera dilakukan
oleh bidan ataupun dokter kebidanan, hal ini terjadi pada penderita
dengan kegawat daruratan, kolaborasi dan konsultasi dengan tenaga
kesehatan yang lebih ahli sesuai dengan keadaan klien. Pada bagian
ini pula, bidan mengevaluasi setiap keadaan klien untuk menentukan
tindakan selanjutnya yang diperoleh dari hasil kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain. Kenaikan berat badan pada akseptor suntikan
depo progestin adalah keadaan di mana efek samping dari kontrasepsi
depo progestin yang biasa terjadi pada penggunanya dan tidak
menunjang untuk diberikan tindakan segera dan kolaborasi dengan
petugas lainnya.
e. Langkah V. Perencanaan Tindakan/Intervensi
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera sesuai kompetensi
bidan dan melakukan rujukan untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi
dan diantisipasi pada langkah ini, informasi / data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi.
Tujuan: Pemberian alat kontrasepsi jenis suntikan depo progestin
berjalan lancar
Kecemasan dapat diatasi
Kriteria: Kenaikan berat badan dalam batas normal (1kg - 5kg per
tahun)
Keadaan umum ibu baik
Tanda-tanda vital dalam batas normal :
Tekanan darah : 90/80-130/100 mmHg
Suhu badan : 36,9-37,1 ° C
Nadi : 60-120 kali/menit
Pernapasan : 16-20 kali/menit
1) Jelaskan tentang efek samping, indikasi dan kontraindikasi
suntikan depo progestin sehingga jika terdapat kelainan yang
dirasakan klien dapat diantisipasi secara dini.
2) Beri penjelasan tentang penyebab terjadinya kenaikan berat badan
agar klien memahami dan mengetahui bahwa kenaikan berat
badan yang dialami adalah hal yang fisiologis.
3) Anjurkan untuk mengatur pola makan dan melakukan diet rendah
kalori sehingga ibu dapat mengontrol keseimbangan intake
kalorinya.
4) Anjurkan untuk melakukan olahraga secara teratur agar
metabolisme lemak dalam tubuh berfungsi dengan baik.
f. Langkah VI. Implementasi
Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan
bekerja sama dengan tim kesehatan lain, bidan harus bertanggung
jawab terhadap tindakan langsung, tindakan konsultasi maupun
tindakan kolaborasi. Implementasi yang efisien akan mengurangi
waktu perawatan dan biaya perawatan serta meningkatkan kualitas
pelayanan pada klien.
g. Langkah VII Evaluasi
Langkah akhir manajemen kebidanan adalah evaluasi
namun sebenarnya langkah evaluasi ini dilakukan pada setiap
langkah manajemen kebidanan. Pada tahap evaluasi bidan harus
mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan yang
diberikan kepada klien.
3. Pendokumentasian Hasil Asuhan
Tujuh hasil proses pemikiran tersebut diatas didiagnosiskan
kedalam bentuk sebuah kerangka kerja yang disebut SOAP untuk
mendokumentasikan asuhan klien dalam rekaman berupa catatan
kemajuan/perkembangan. Adapun SOAP tersebut adalah :
S : Subyektif
Yaitu apa yang dikkeluhkan oleh pasien secara verbal.
O : Obyektif
Yaitu apa yang diobservasi oleh idan baik tingkah laku pasien,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan sebagainya.
A : Assesment
Yaitu kesimpulan terakhir dari keseluruhan kondisi pasien yang
berdasarkan data subyektif dan obyektif yang ada dan dapat ditulis
dalam bentuk diagnose kebidanan.
P : Planning
Yaitu penentuan rencana evaluasi yang dilakukan berdasarkan
hasil kesimpulan assessment atau dapat pula disimpulkan bahwa
S dan O merupakan proses pikiran dari langkah I, A merupakan
proses pikiran dari langkah II, III, dan IV serta merupakan proses
pikiran dari langkah V, VI dan VII.
Tabel 1. Proses Manajemen Kebidanan Kompetensi Inti Bidan dan
Dokumentasi SOAP
7 Langkah
menurut
Varney
5 Langkah Menurut
Kompetensi Inti
Bidan
SOAP/Notes
Data
Data
Subjektif dan Objektif
Masalah/Diagnosa
Assesment/Diagnosa
Assesment/Diagnosa
Antisipasi Masalah Potensial/Diagnosa
lain
Menetapkan kebutuhan segera untuk konsultasi,
kolaborasi
Perencanaan
Perencanaan
Plan : a. Konsul b. Tes lab c. Rujukan d. Pendidikan/
Konseling. e. Follow up
Implementasi
Implementasi
Evaluasi Evaluasi
Sumber : Simatupang E.J, 2006
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Keluarga Berencana. staff.ui.ac.id Diakses tanggal 12 Februari 2012
Depkes RI, 2010. Profil Kesehatan Indonesia Handayani S, 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Pustaka Rihama Hartanto H, 2010. Keluarga Berencana & Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan Manuaba, I.A.C. dkk, 2010. llmu Kebidanan Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Edisi kedua. Jakarta: EGC Saifuddin, A.B. dkk, 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Simatupang E.J, 2006. Penerapan Unsur-unsur Manajemen Dalam Praktek
Kebidanan. Jakarta: Awan Indah Sulistyawati A, 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba
Medika
Suratun, dkk. 2008. Pelayanan KB dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : TIM
Varney, Helen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi keempat volume 1. Jakarta: EGC
Wiknjosastro, Hanifa, dkk. 2007. llmu Kebidanan. Edisi ketiga cetakan
kesembilan. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo Wiknjosastro, Hanifa, dkk. 2008. llmu Kandungan. Edisi kedua cetakan
keenam. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo
LEMBAR KONSUL PROPOSAL PENELITIAN
AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR TAHUN 2012
NAMA : MARFUAH IKBAL NIM : 09.110 PEMBIMBING : 1. Hj. MUZDALIFAH MANNAN, SKM, M.Kes 2. ENDRI NISA,SKM JUDUL : MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA KLIEN
AKSEPTOR SUNTIKAN DEPO PROGESTIN DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN DI PUSKESMAS PLUS BARA-BARAYA MAKASAR TAHUN 2012
No Tanggal Materi Konsul Perbaikan Paraf
1.
2.
3.
5.
6.
06 Februari 2012
07 Februari 2012
08 Februari 2012
13 Februari 2012
16 Februari 2012
Konsul Judul
Konsul Judul
Acc Judul
Konsul BAB I
Konsul BAB I
-
-
-
1. Latar belakang
2. Tujuan penulisan
3. Metode penulisan
1. Latar belakang
2. Metode Penulisan
1. Tinjauan Pustaka
7.
8.
9.
10.
20 Februari 2012
27 Februari 2012
28 Februari 2012
29 Februari 2012
Konsul BAB I
dan BAB II
Konsul BAB I
dan BAB II
Konsul BAB I
dan BAB II
ACC proposal
penelitian
2. Tahapan manajemen asuhan kebidanan
1. Tinjauan Pustaka
2. Tahapan manajemen asuhan kebidanan
3. Daftar Pustaka
Tahapan manajemen
asuhan kebidanan
FORMAT PENGUMPULAN DATA
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA KLIEN AKSEPTOR SUNTIKAN DEPO PROGESTIN DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN
DI PUSKESMAS PLUS BARA-BARAYA MAKASSAR TAHUN 2012
No. Reg : Tgl. Kunjungan : Tgl. Pengkajian : Pengkaji :
A. Identifikasi Istri / Suami
Nama :
Umur :
Suku :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat
:
B. Data Biologis
1. Keluhan :
2. Riwayat :
3. Riwayat Kesehatan yang Lalu dan Sekarang :
4. Riwayat Reproduksi :
- Menarche :
- Siklus Haid :
- Lamanya :
- Dismenorhoe :
Riwayat Obstetri
- G P A :
Riwayat Ginekologi :
5. Riwayat Kebutuhan Sehari-Hari
a. Nutrisi :
b. Istirahat :
c. Personal Hygiene :
d. Eliminasi
BAB :
BAK :
6. Riwayat Sosial Ekonomi :
7. Riwayat Psikologi :
8. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum :
2. Kesadaran :
3. Tanda-tanda Vital:
4. Berat Badan :
5. Kepala :
6. Wajah :
7. Mata :
8. Hidung :
9. Mulut dan Gigi :
10. Telinga :
11. Leher :
12. Payudara :
13. Abdomen :
14. Ekstremitas :
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Suku :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Bersedia dan tidak keberatan jadi responden dalam kasus yang
diangkat tentang “Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Klien Akseptor
Suntikan Depo Progestin Dengan Kenaikan Berat Badan di Puskesmas Plus
Bara-Baraya Makassar Tahun 2012” yang dilakukan oleh Mahasiswa
Akademi Kebidanan Muhammadiyah Makassar bernama Marfuah Ikbal Nim
09.110.
Demikian pernyataan ini saya buat tanpa paksaan/tekanan dari siapa pun
untuk di pergunakan sebagaimana mestinya.
Makassar, Maret 2012
Responden
( )