proposal penelitian

39
PROPOSAL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA PESERTA DIDIK KELAS X 1 SMA NEGERI 2 POLEWALI NURMAYANI J.SAID 1212041007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

Upload: mhaya-valeniels

Post on 20-Dec-2015

30 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

PROPOSAL PTK

TRANSCRIPT

PROPOSAL PENELITIAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI METODE

EKSPERIMEN PADA PESERTA DIDIK KELAS X1 SMA NEGERI 2 POLEWALI

NURMAYANI J.SAID

1212041007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2015

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan peradaban manusia maka perkembangan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) melaju dengan begitu pesat, sehingga

memengaruhi pola kehidupan manusia itu sendiri. Pada kenyataanya, manusia

tengah berlomba-lomba untuk mengembangkan IPTEK yang dijadikan sebagai

sarana dalam memenuhi kebutuhan hidup diberbagai bidang kehidupan tak

terkecuali dalam bidang pendidikan.

Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang dapat mewujudkan

masyarakat yang berkualitas dan telah menjadi penopang dalam meningkatkan

sumber daya manusia. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia terus-menerus

berusaha meningkatkan kualitas pendidikan, seperti penyempurnaan kurikulum,

pengadaan buku paket, peningkatan pengetahuan pendidik, serta melakukan

berbagai penelitian terhadap faktor-faktor yang diduga memengaruhi hasil belajar.

Namun pada kenyataannya kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh dari yang

diharapkan. Kualitas pendidikan di sekolah diantaranya dapat dilihat dari hasil

belajar peserta didik yang dicapai oleh peserta didik di sekolah tersebut. Dengan

demikian hasil belajar peserta didik pada suatu mata pelajaran tertentu merupakan

salah satu indikator kualitas pendidikan di sekolah yang bersangkutan.

Peningkatan kualitas pendidikan dilakukan pada semua mata pelajaran,

diantaranya adalah mata pelajaran fisika.

Fisika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang berperan penting

dalam meningkatkan perkembangan sains dan teknologi. Selain itu, Fisika

menjadi ilmu pengetahuan yang mendasar, karena berhubungan dengan perilaku

dan struktur benda, khususnya benda mati. Dimana ilmu pengetahuan menjadi

lebih sempurna dengan adanya fisika. Fisika merupakan ilmu universal yang

mendasari perkembangan teknologi modern serta mempunyai peran penting

dalam berbagai disiplin dan memajukan daya peserta didik. Terkadang, peserta

didik menganggap fisika adalah mata pelajaran yang tidak menarik dan

diasumsikan sulit oleh mereka. Sehingga peserta didik yang demikian akan

memiliki pemikiran negatif, pesimis dan kurang termotivasi dalam proses belajar

khususnya dalam menyelesaikan masalah yang ada di dalam fisika. Sikap-sikap

tersebut tentunya akan memengaruhi hasil belajar yang akan mereka capai.

Untuk dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran dikelas

diperlukan kemampuan pendidik dalam mengembangkan metode pembelajaran

yang efektif. Metode pembelajaran yang tepat yaitu metode yang digunakan

pendidik demi menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi

peserta didik dan memungkinkan peserta didik dapat memahami materi yang

diajarkan. Upaya yang dilakukan yaitu dengan metode pembelajaran yang

melibatkan peserta didik secara langsung dalam proses pembelajaran sehingga

peserta didik memperoleh peningkatan hasil belajar. Untuk dapat

mengembangkan metode pembelajaran yang efektif pendidik harus memiliki

pengetahuan luas mengenai metode yang akan dikembangkan. Belajar fisika

berarti belajar konsep, struktur suatu konsep dan menghubungkan antara konsep

tersebut. Oleh sebab itu, pembelajaran fisika yang pada dasarnya mempelajari

fenomena alam yang terjadi, maka setiap fenomena tersebut harus dikaji secara

ilmiah untuk mendapatkan konsepsi yang terdapat pada setiap fenomena yang

terjadi tersebut. Oleh karena itu, peserta didik diberi kesempatan untuk

mengidentifikasi suatu peristiwa atau situasi. Dimana peserta didik terlibat

langsung menyelidiki objek-objek, suatu peristiwa atau keadaan dapat

membangkitkan minat belajar peserta didik.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti pada SMA

Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali tentang hasil belajar peserta didik di kelas

X1 diperoleh informasi bahwa sebagian besar peserta didik di kelas tersebut

kurang serius dalam belajar sehingga kurang memahami materi terutama pada

mata pelajaran Fisika. Hal tersebut menyebabkan hasil belajar yang tergolong

rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian siswa pada

semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 yang masih berada di bawah nilai standar

yang telah ditetapkan. Adapun beberapa faktor dari aktivitas siswa yang menjadi

penyebab siswa kurang memahami materi pada saat proses belajar mengajar

berlangsung, diantaranya:

1. Peserta didik cenderung kurang aktif dalam pembelajaran fisika

(misalnya dalam memperhatikan dan menanggapi penjelasan guru),

salah satu penyebabnya adalah metode mengajar guru yang masih

monoton, dimana guru tersebut masih menggunakan metode yang sama

dalam setiap pembelajaran fisika sehingga pelajaran fisika dianggap

sulit, tidak menarik bagi peserta didik, serta menyebabkan peserta didik

terkadang merasa mengantuk pada saat belajar.

2. Minat belajar peserta didik yang masih rendah, penyebabnya adalah

rasa ingin tahu mereka yang masih rendah, mudah bosan pada saat

pelajaran berlangsung, tidak percaya diri, dan tidak berani mengambil

resiko.

3. Peserta didik jarang mengajukan pertanyaan walaupun guru sering

meminta peserta didik untuk bertanya, penyebabnya adalah karena

peserta didik terkadang merasa takut atau malu kepada gurunya dan

teman-temannya.

4. Peserta didik melakukan kegiatan lain saat pelajaran berlangsung sebab

peserta didik lebih mudah terpengaruh oleh teman-temannya, misalnya

bercerita dengan teman sehingga tidak memperhatikan penjelasan guru.

5. Metode mengajar yang digunakan oleh guru masih menggunakan

metode ceramah, dimana pada proses pembelajaran masih berpusat

pada guru bukan pada peserta didik.

6. Selain itu, dalam proses pembelajaran fisika pendidik dalam

mengajarkan fisika lebih menekankan pada persamaan matematisnya

sehingga pemahaman akan konsep fisika tidak diketahui oleh peserta

didik. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran kurang

menyenangkan dan peserta didik kurang aktif dalam proses

pembelajaran

Berdasarkan hasil diskusi peneliti dan guru mengenai hal-hal tersebut,

peneliti dan guru menduga metode pembelajaran yang digunakan selama ini

belum efektif. Hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya hasil belajar

fisika peserta didik yang ditandai dengan tingkat pemahaman peserta didik

terhadap materi yang tergolong masih rendah. Oleh karena itu, diperlukan suatu

solusi untuk memperbaiki proses pembelajaran diantaranya aktivitas peserta didik

selama proses pembelajaran dan diharapkan terjadinya peningkatan pemahaman

peserta didik terhadap materi sehingga hasil belajar dapat meningkat.

Selanjutnya observasi lebih lanjut terhadap peserta didik di kelas X1

SMAN 2 polewali diketahui bahwa peserta didik di kelas tersebut lebih tertarik

pada sesuatu yang dapat mereka amati secara langsung yaitu suatu peristiwa dan

membuktikan secara langsung teori yang mereka ketahui misalnya melakukan

suatu percobaan untuk melihat suatu peristiwa dan membuktikan pengetahuan

konsep yang mereka miliki. Oleh karena itu peneliti mengambil kesimpulan

bahwa pembelajarn akan efektif apabila pembelajaran fisika di ajarkan dengan

metode yang membuat peserta didik aktif secara langsung mengamati tentang

suatu peristiwa dan mengamati suatu proses dalam pembelajaran fisika.

Alternative untuk mengatasi masalah di atas yaitu pendidik harus

merancang suatu pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara langsung

untuk mengidentifikasi suatu fenomena yang ada atau aspek-aspek permasalahan

untuk meningkatkan pengetahuan konsep yang dimiliki oleh peserta didik,

sehingga akan terjadi interaksi antara peserta didik untuk mendapatkan solusi dari

setiap masalah yang diberikan. Salah satu alternative dalam mengatasi masalah

tersebut adalah metode eksperimen. Metode eksperimen adalah salah satu cara

mengajar dalam proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan

percobaan. Penggunaan metode eksperimen tersebut, mempunyai tujuan agar

peserta didik aktif dalam pembelajaran fisika dan mengetahui konsep fisika

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik tersebut.

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis merasa perlu melakukan penelitian

tindakan kelas pada proses pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen

yang berlangsung pada X1 SMA Negeri 2 Polewali. Adapun judul yang diangkat

peneliti yaitu “Peningkatan Hasil Belajar Fisika Melalui Metode Eksperimen

Pada Peserta Didik Kelas X1 Sma Negeri 2 Polewali”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar fisika yang diajar dengan

menggunakan metode eksperimen pada peserta didik kelas X1 SMA

Negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali Mandar ?

2. Bagaimana aktivitas belajar peserta didik yang diajar dengan

menggunakan metode eksperimen di kelas X1 SMA Negeri 2 Polewali

Kabupaten Polewali Mandar ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan hasil belajar fisika dengan menggunakan metode

eksperimen pada peserta didik kelas X1 SMAN 2 Polewali.

2. Untuk meningkatkan aktivitas belajar Fisika dengan metode eksperimen

pada peserta didik kelas X1 SMAN 2 Polewali.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat atau kegunaan hasil penelitian dapat diklasifikasikan menjadi

manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Manfaat secara teoretis yang dapat diambil dari hasil penelitian

tindakan kelas ini adalah dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

dalam rangka peningkatan hasil belajar fisika melalui penerapan metode

eksperimen. Selain itu diharapkan pula penelitian ini dapat dijadikan sumber

informasi untuk penelitian-penelitian berikutnya yang relevan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peserta Didik

1) Dapat menambah pengalaman belajar peserta didik pada mata

pelajaran fisika.

2) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran

fisika.

b. Bagi Guru

1) Menambah informasi bagi guru dalam upaya meningkatkan hasil

belajar peserta didik dalam pembelajaran fisika.

2) Dapat menjadi referensi bagi guru untuk meningkatkan kreatifitas

dalam menggunakan metode pembelajaran yang inovatif.

3) Memberikan wawasan pengetahuan tentang PAIKEM

(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan), khususnya melalui metode eksperimen.

c. Bagi Sekolah

Penggunaan metode eksperimen dapat memberikan kontribusi

positif bagi sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dengan

menggunakan metode pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan.

BAB IIKAJIAN TEORITIK

A. Tinjauan Pustaka

1. Hasil Belajar Fisika

a. Pengertian Hasil Belajar

Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri sesorang karena

pengalaman yang telah dilalui, dimana belajar disini tidak hanya melalui

proses perolehan ilmu tetapi juga disebabkan karena adanya pengalaman

yang dialami seseorang. Dengan belajar seseorang dapat memiliki banyak

informasi mengenai suatu hal, dimana dengan belajar sesorang dapat

mengalami perubahan baik perubahan tingkah laku, pengetahuan ataupun

keterampilan yang dimiliki.

Menurut Sanjaya (2010), belajar adalah proses perubahan melalui

kegiatan atau prosedur latihan baik di dalam laboratorium maupun dalam

lingkungan alamiah. Penjelasan yang sama dijelaskan oleh Rumimat (2011)

yang menyatakan bahwa belajar adalah aktivitas yang disengaja dan

dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan

belajar yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu

melakukan sesuatu atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil.

Dengan belajar siswa akan memperoleh suatu hasil belajar, dimana

hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi

peserta didik dan dari pendidik. Dari sisi peserta didik, hasil belajar

merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan

pada saat sebelum belajar dan sesudah belajar. Sedangkan dari sisi guru,

hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran (Dimyati dan

Mudjiono, 2010).

Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan

tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan

dari tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 2006).

Berdasarkan berbagai defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar yang diharapkan pada pembelajaran ini adalah adanya perubahan

tingkah laku dari peserta didik dan pendidik. Peserta didik dapat memahami

materi yang diberikan yang dapat dilihat dari ketuntasan setiap indikator.

pendidik dapat menyelesaikan bahan pelajaran serta tercipta interaksi antara

pendidik dan peserta didik. Belajar disini bukanlah sebuah tujuan,

melainkan suatu proses yang berkesinambungan atau secara sistematis

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dimana didalamnya secara

jelas terjadi interaksi antara individu dengan lingkungan atau melalui

pengalaman baik secara sengaja maupun tidak sengaja yang menghasilkan

perubahan (menjadi lebih baik) maupun perbaikan pada sikap dan perilaku

yang bersifat menetap atau permanen.

Dari penjelasan tersebut dapat dirangkum bahwa hasil belajar yang

diharapkan pada pembelajaran kali ini adalah penilaian hasil belajar yang

penilaiannya dapat dilakukan setelah proses belajar mengajar selesai dan

semua indikator sudah terlaksana sehingga terjadi perubahan tingakah laku

pendidik dan peserta didik. Dimana peserta didik dapat memahami materi

yang diberikan sesuai dengan indikator dan pendidik dapat meyelesaikan

semua bahan pelajaran.

b. Hasil Belajar Fisika

Hasil belajar fisika adalah sesuatu yang diperoleh setelah

pembelajaran fisika dilakukan. Hasil belajar tersebut merupakan

kecapakan seseorang siswa yang dapat di ukur langsung dengan

menggunakan tes hasil belajar atau dengan kata lain hasil belajar fisika

menggambarkan tingkat penggunaan pesrta didik dalam pelajaran fisika

yang dicerminkan oleh skor yang diperoleh dalam tes hasil belajar fisika.

Hasil belajar Fisika adalah suatu kecakapan/kemampuan nyata dan

dapat diukur langsung dengan menggunakan alat evaluasi yang disebut tes

hasil belajar. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Mulyono

(Wahyuni, 2004:8) bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh

anak melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan proses dari

seseorang, dimana hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh intelegensi dan

penguasaan awal anak tentang materi yang akan dipelajari.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar fisika adalah suatu hasil dari proses belajar Fisika yang

diperoleh seorang anak dalam kurun waktu tertentu serta dapat diukur

dengan menggunakan alat ukur yang disebut dengan tes hasil belajar.

2. Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana peserta

didik melakukan sendiri percobaan dengan mengalami dan membuktikan

sendiri sesuatu yang dipelajari. Proses belajar mengajar dengan metode

praktikum memberi kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri atau

melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek,

menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu

objek, keadaan, atau proses sesuatu (Djamarah, 2006).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen

adalah metode dimana siswa melakukan, mengamati, membuktikan dan

menarik suatu kesimpulan sendiri tentang proses ilmu yang diperolehnya

dengan menggunakan alat-alat praktikum sehingga ilmu hasil belajar yang

diperolehnya bisa bertahan lebih lama.

Rustaman (2002), mengemukakan empat alasan mengenai pentingnya

kegiatan praktikum antara lain:

1. Praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA,

2. Praktikum dapat mengembangkan keterampilan dasar melakukan

eksperimen,

3. Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah,

4. Praktikum dapat menunjang materi pembelajaran.

Alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum di atas adalah

dengan adanya motivasi dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk mengetahui atau membuktikan keingintahuannya tentang pengetahuan

terhadap alam dan sekitarnya, sehingga peserta didik dapat mengembangkan

kemampuan dasarnya melalui suatu ekperimen seperti peserta didik dapat

mengobservasi secara cermat, sebagai bahan latihan untuk mengukur secara

akurat baik dengan instrument sederhana sampai dengan menggunakan

instrument yang lebih canggih. Dari kegiatan yang dilakukan tersebut dapat

menuntut peserta didik melakukan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah,

dan menunjang materi pembelajaran, dimana peserta didik dapat membangun

sendiri konsep dan kepekaan terhadap gejala alam yang diamatinya,

kemudian menyimpulkan data hasil eksperimen yang telah dilakukannya.

Dengan mempertimbangkan alasan tersebut, pendidik dapat

merancang strategi dan metode yang didalamnya terdapat kegiatan praktikum

yang harus dilakukan oleh peserta didik. Kegiatan praktikum dapat dijadikan

sebagai salah satu bagian dari proses pembelajaran yang akan dilaksanakan

oleh peserta didik dengan pendidik sebagai fasilitatornya.

a. Kelebihan Metode Eksperimen

Kelebihan metode eksperimen adalah suatu keuntungan yang

diperoleh dengan menggunakan metode tersebut. Keuntungan menggunakan

metode eksperimen adalah siswa dapat memberikan gambaran yang kongkret

tentang suatu peristiwa, dapat mengamati proses, dapat mengembangkan

keterampilan, dapat mengembangkan sifat ilmiah, membantu guru mencapai

tujuan pengajaran lebih efektif dan efisien (Arifin, 2005).

Kelebihan dari metode praktikum juga dapat membuat anak didik

lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya

sendiri daripada hanya menerima penjelasan dari guru atau buku, dapat

mengembangkan sikap eksplorasi tentang ilmu dan teknologi, juga dapat

menjadikan anak didik menjadi manusia yang dapat membawa terobosan-

terobosan baru dengan penemuannya sebagai hasil percobaannya yang dapat

bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia (Djamarah, 2010).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan metode

eksperimen adalah dapat mengembangkan keterampilan dan sikap ilmiah

peserta didik, dapat membuktikan kebenaran dari konsep yang telah

didapatkannya sehingga dapat membuat kesimpulan sendiri berdasarkan

percobaannya, bahkan nantinya bisa membuat penemuan baru sebagai hasil

dari percobaannya.

b. Kekurangan Metode Eksperimen

Selain ada kelebihan tentu ada kekurangan, kekurangan dari metode

eksperime ini adalah menuntut berbagai peralatan yang terkadang sulit

diperoleh. Hal lain yang biasanya terjadi diantaranya adalah tidak tersedianya

laboratorium beserta peralatannya, terbatasnya waktu yang tersedia

dibandingkan materi yang harus diberikan kepada siswa sesuai dengan

tuntutan kurikulum, serta mahalnya alat dan bahan praktikum (Rustaman,

2005).

Kelemahan metode eksperimen juga dipaparkan oleh Slameto (1991)

yaitu memerlukan banyak waktu, seringkali memerlukan fasilitas yang

banyak, pengawasannya kurang efektif kalau instrukturnya terbatas terutama

untuk kelas yang besar.

Dari kedua pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

kelemahan metode praktikum adalah peralatan, bahan dan waktu yang

digunakan terlalu banyak sehingga pelaksanaannya bisa tidak maksimal

apalagi dalam jumlah kelas yang besar, serta pengawasan juga menjadi

kurang efektif jika instrukturnya terbatas.

c. Langkah-langkah metode eksperimen

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan Metode

eksperimen adalah suatu urutan kegiatan yang dilakukan secara sistematis

dengan menggunakan suatu metode pembelajaran yaitu metode eksperimen.

Pada pelaksanaan eksperimen agar hasil yang diharapkan dapat dicapai

dengan baik maka perlu dilakukan langkah-langkah. Adapun langkah-langkah

metode eksperimen yang diadopsi dari Rustam (2005) adalah:

1) Langkah persiapan

a) Sebelum melaksanakan praktikum, guru mempersiapan alat dan

bahan yang diperlukan.

b) Guru membagikan penuntun praktikum dan lembar hasil pengamatan

2) Langkah pelaksanaan

a) Siswa mengambil alat dan bahan yang diperlukan.

b) Siswa melakukan praktikum sesuai dengan penuntun.

c) Selama berlangsungnya proses pelaksanaan praktikum. Guru perlu

melakukan observasi terhadap proses praktikum yang sedang

dilaksanakan baik secara menyeluruh maupun perkelompok.

3) Langkah setelah praktikum

a) Siswa mengisi lembar hasil pengamatan.

b) Mendiskusikan masalah-masalah yang terjadi selama praktikum.

c) Memeriksa kebersihan alat dan bahan dan menyimpan kembali

semua perlengkapan praktikum.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah

metode eksperimen terdapat 3 tahap yaitu langkah persiapan, langkah

pelaksanaan dan langkah tindak lanjut. Pada langkah pertama yang berperan

penting dalam hal tersebut adalah pendidik, dimana sebelum melakukan

praktikum persiapan harus dilakukan dengan baik, alat dan bahan dan

mambagikan penuntun praktikum. Pada langkah kedua peserta didik sudah

berperan mulai dari penyiapan alat dan bahan sampai pelaksanaan

praktikumnya, tapi pendidik harus selalu melakukan observasi selama

kegiatan praktikum berlangsung. Pada tahap akhir, peserta didik sangat

berperan karena peserta didik yang membuat hasil pengamatan yang telah

dilakukan, melakukan diskusi kelas maupun teman kelompoknya terhadap

masalah-masalah yang dilakukan selama kegiatan praktikum berlangsung,

disini pendidik hanya berperan untuk meluruskan masalah-masalah yang

telah mereka diskusikan.

3. Aktivitas Siswa

Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam

interaksi belajar-mengajar, sebab pada dasarnya belajar adalah sebuah proses.

Oleh karena itu dalam proses pembelajaran sangat diperlukan keaktifan

peserta didik agar proses pembelajaran menjadi optimal.

Sehubungan dengan hal ini, Thorndike (dalam Dimyati & Mudjiono,

2010:45) mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “law

of exercise”-nya menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-

latihan. Sedangkan Mc Keachie berkenaan dengan prinsip keaktifan

mengemukakan bahwa individu merupakan “manusia belajar yang aktif

selalu ingin tahu, social”. (Dimyati & Mudjiono, 2010:45)

Selain itu, John Dewey (dalam Dimyati & Mudjiono, 2010:44) juga

mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan

siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri.

Guru sekadar pembimbing dan pengarah.

Gage & Berliner mengemukakan bahwa menurut teori kognitif,

belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi

yang kita terima, tidak sekadar menyimpannya saja tanpa mengadakan

transformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan

mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mecari, menemukan dan

meggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses belaja-

mengajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan

menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan.

(Dimyati & Mudjiono, 2010:44)

Menurut Dimyati & Mudjiono (2010:45), dalam setiap proses belajar,

siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam

bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan

psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar,

menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh

kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki

dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep

dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang

lain.Dalam interaksi belajar-mengajar diketahui bahwa proses belajar yang

dilakukan oleh siswa merupakan kunci keberhasilan belajar. Proses belajar

merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan belajar. Aktivitas belajar

dialami oleh siswa sebagai suatu proses, yaitu proses belajar sesuatu.

Aktivitas belajar tersebut juga dapat diketahui oleh guru dari perlakuan siswa

terhadap bahan belajar. Proses belajar sesuatu yang dialami oleh siswa dan

aktivitas belajar sesuatu dapat diamati oleh guru.

Selama proses belajar dituntut adanya aktvitas siswa untuk

mendengarkan, memperhatikan dan mencerna pelajaran yang diberikan guru,

disamping itu sangat dimungkinkan para siswa memberikan balikan berupa

pertanyaan, gagasan pikiran, perasaan, kenginannya. Guru hendaknya mampu

membina rasa keberanian, keingintahuan siswa, untuk itu siswa hendaknya

merasa aman, nyaman, dan kondusif dalam belajar. Peran guru dalam

pembelajaran siswa aktif adalah sebagai fasilitator dan pembimbing siswa

yang memberi berbagai kemudahan siswa dalam belajar serta mampu

mendorong siswa untuk belajar seoptimal mungkin. (Wiratmoyo, 2005:14)

Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam

proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar.

Aktivitas yang dimaksudkan disini penekanannya adalah pada siswa, sebab

dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi

belajar aktif. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan

salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar.

Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku

seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas

yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas

belajar, dan lain sebagainya.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas

siswa dalam belajar merupakan kegiatan fisik dan mental siswa selama

kegiatan belajar. Aktivitas belajar yang dilakukan sendiri oleh siswa akan

menjadikan pengetahuan yang diperoleh lebih bermakna, oleh karena itu guru

diharapkan mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.

Selain itu, aktifitas siswa adalah aktivitas yang dilakukan oleh siswa baik

fisik maupun psikis untuk menyelesaikan suatu persoalan. Oleh sebab itu,

dalam pelaksanaan pengajaran fisika didalam kelas, diharapkan guru mampu

meningkatkan aktivitas siswa. Karena dalam pengajaran sebuah materi, siswa

akan dihadapkan pada persoalan-persoalan yang mungkin saja membutuhkan

pemahaman dan keterampilan dalam pemecahannya.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Retno Wulaningtyas dengan judul

penerapan model pembelajaran Jigsaw dengan metode eksperimen dalam

pembelajaran fisika di SMP Negeri 3 Kencong diperoleh hasil penelitian

bahwa aktivitas siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Kencong tahun ajaran

2010/2011 selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Jigsaw dan metode eksperimen termasuk dalam kategori aktif.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Septi Budi Sartika dengan judul pengaruh

penerapan metode eksperimen sebagai implementasi kurikulum tingkat

satuan pendidikan terhadap prestasi belajar siswa, menunjukkan bahwa

pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi belajar siswa.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Mutrofin Rozaq dengan judul perbedaan

prestasi belajar fisika antara siswa yang belajar dengan metode eksperimen

berbasis Konstruktivitik dan siswa yang belajar dengan metode ekperimen

terbimbing di kelas X SMA PGRI 1 Lumajang, mendapatkan hasil bahwa

nilai rata – rata prestasi belajar fisika kelas eksperimen Konstruktivitik

67.87 lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen terbimbing 58.11.

C. Kerangka Pikir

Penerapan metode eksperimen dapat membantu membangun kondisi

belajar peserta didik agar lebih aktif ketika proses pembelajaran berlangsung.

Dalam metode eksperimen peserta didik melakukan percobaan secara

langsung, dengan melakukan percobaan secara langsung tersebut peserta didik

dapat aktif dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik lebih memahami

teori mengenai fakta, konsep dan prinsip yang telah diajarkan.

Dengan diterapkannya pembelajaran dengan metode eksperimen

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka

hipotesis penelitian ini adalah

1. Metode Eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar Fisika Peserta

didik kelas X1 SMAN 2 Polewali.

2. Metode Eksperimen dapat meningkatkan aktivitas peserta didik kelas X1

SMAN 2 Polewali.

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

GURU PESERTA DIDIK

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN

BERBASIS MASALAH

AKTIFITAS SISWA MENINGKAT

HASIL BELAJAR MENINGKAT

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Action Research

Classroom). Subjek penelitian adalah peserta didik kelas X1 SMAN 2

polewali dengan jumlah peserta didik 36 orang yang terdiri atas 25

perempuan dan 11 laki-laki. Penelitian ini akan berlangsung selama 2 bulan

dengan mencakup 2 siklus.

B. Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian adalah peserta didik kelas X1 SMAN 2 polewali

dengan jumlah peserta didik 36 orang yang terdiri atas 25 perempuan dan 11

laki-laki.

C. Variabel Penelitian Tindakan

1. Variabel Masalah

Variabel Masalah pada penelitian ini adalah Hasil belajar fisika peserta

didik

2. Variabel Tindakan

Variabel Tindakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen dalam

pembelajaran Fisika di kelas X1 SMAN 2 polewali.

D. Desain Tindakan

Prosedur penelitianyang akan dilakukan, direncanakan dua siklus

dengan menggunakan Model Kurt Lewin untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar fisika menggunakan metode eksperimen kelas yang digambarkan

sebagai berikut

Gambar 1. Skema Prosedur Pelaksanaan Tindakan

1. Persiapan

1) Telaah kurikulum SMA Negeri 2 Polewali untuk mata pelajaran

fisika dan pengadaan literatur.

2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

disesuaikan dengan metode eksperimen pada pembelajaran fisika.

3) Menyiapkan Lembar Kerja peserta didik yang akan digunakan pada

setiap pertemuan.

4) Membuat lembar observasi aktivitas peserta didik dalam proses

pembelajaran yaitu dengan melihat kondisi pembelajaran di kelas

pada saat proses pembelajaran berlangsung.

5) Membuat alat evaluasi yang akan digunakan berupa tes di setiap

akhir siklus untuk melihat apakah hasil belajar fisika telah meningkat

setelah penerapan metode eksperimen.

6) Membuat angket respon yang akan digunakan untuk melihat respon

peserta didik (aktivitas peserta didik) terhadap penerapan metode

eksperimen.

2. Pelaksanaan

Siklus I

a. Perencanaan

1) Pembagian kelompok belajar peserta didik menjadi 4 kelompok

dengan masing – masing kelompok 9 orang

2) Penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran fisika di

kelas.

3) Pengamatan aktivitas peserta didik dalam menerima pelajaran

b. Tindakan

1) Membagi kelompok belajar peserta didik menjadi 4 kelompok

dengan masing – masing 9 orang.

2) Menerapkan metode eksperimen dalam pembelajaran fisika di

kelas

3) Mengamati aktivitas peserta didik dalam menerima pelajaran

c. Pengamatan

1) Kebanyakan peserta didik kurang memperhatikan dan

mengganggu teman yang lain.

2) Aktivitas peserta didik ribut dikelas.

3) Peserta didik kesulitan bergantian dengan temannya

kelompoknya untuk melakukan percobaan sehingga suasana

kelas menjadi gaduh

d. Refleksi

1) Bagaimana membuat seluruh peserta didik lebih memahami

percobaan yang dilakukan?

2) Bagaimana membuat seluruh peserta didik aktif dalam

penyelidikan dan suasana kelas tidak gaduh?

Siklus II

a. Revisi Perencanaan

1) Mengubah jumlah kelompok belajar peserta didik menjadi lebih

kecil yaitu menjadi 6 kelompok dengan masing – masing 6

orang

2) Pemberian contoh penyelidikan untuk setiap kelompok

3) Penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran dikelas.

4) Pengamatan aktvitas peserta didik dalam pengajaran Fisika di

kelas.

b. Tindakan

1) Membagi kelompok belajar peserta didik menjadi 6 kelompok

dengan masing – masing 6 orang.

2) Memberi contoh penyelidikan untuk setiap kelompok

3) Menerapkan metode eksperimen dalam pembelajaran dikelas

4) Mengamati aktvitas peserta didik dalam pengajaran Fisika di

kelas.

c. Pengamatan

1) Pembelajaran dengan metode eksperimen dilakukan dengan

yang lebih kecil menjadi lebih efektif

2) Hampir seluruh peserta didik memahami materi fisika yang

diajarkan.

3) Dengan tes atau pertanyaan yang diberikan kepada peserta

didik, hampir seluruhnya dapat menjawab dengan benar.

4) Proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen

membuat seluruh peserta didik aktif dalam proses pembelajaran

dan semangat dalam belajar.

d. Refleksi

1) Mengupayakan seluruh peserta didik dalam kelompok paham

akan materi yang diajarkan dan membuat proses pembelajaran

lebih efektif.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Data penelitian

a. Tes hasil belajar Fisika untuk yang berupa tes formatif setiap

selesai 1 KD

b. Observasi untuk memperoleh data tentang aktivitas belajar

dengan menggunakan angket aktivitas belajar peserta didik

2. Pengamatan kolaboratif

Peneliti melakukan pengamatan kolaboratif dengan guru bidang Studi

Fisika Kelas X1 di SMAN 2 Polewali.

3. Instrumen dan Pendekatan

a. Angket aktivitas belajar untuk data kualitatif

b. Tes hasil belajar berupa tes formatif di akhir siklus yaitu 6 butir soal

essai.

F. Teknik Analisis Data

1. Prosedur Analisis

a. Analisis data observasi untuk keaktifan peserta didik dalam proses

belajar mengajar adalah dengan persentase. Untuk menghitung rata-rata

persentase setiap aspek aktivitas siswa dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Frekuensi setiap aspek aktivitas siswa pada masing-masing

pertemuan, dihitung dengan menjumlahkan frekuensi setiap aspek

yang muncul pada setiap siswa yang diamati.

2. Persentase setiap aspek aktivitas siswa pada masing-masing

pertemuan, dihitung dengan membagi jumlah frekuensi setiap aspek

dengan jumlah frekuensi semua aspek pada semua siswa yang

diamati.

3. Rata-rata persentase setiap aspek aktivitas siswa, dihitung dengan

membagi jumlah persentase, setiap aspek untuk semua pertemuan

dengan banyak pertemuan.

Adapun penentuan kategori aspek aktivitas siswa berdasarkan

kriteria berikut.

Tabel 3.1 Kategori Aspek Aktivitas Siswa

No Skor Rata-Rata Kategori

1 1,0 – 1,4 Sangat Tidak Baik

2 1,5 – 2,4 Tidak Baik

3 2,5 – 3,4 Baik

4 3,5 – 4,0 Sangat Baik

Sumber: Djaya (dalam Kendran, 2015:69)

b. Data hasil belajar yang dikumpulkan kemudian yang dianalisis secara

kualitatif yang didukung oleh data kuantitatif. Data kuantitatif disini

diperoleh dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu skor rata-rata,

persentase, standar deviasi, nilai minimun dan nilai maksimum yang

dicapai siswa setiap siklus serta kategori hasil belajar. Dalam penelitian

ini batas ketuntasan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu tuntas

dan tidak tuntas berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata

pelajaran fisika kelas X1 SMA Negeri 2 Polewali.

Tabel 3.2 Kriteria Kelulusan

Kriteria KelulusanKualifikasi

Individu Klasikal

Tuntas

Tidak Tuntas

2. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah apabila terjadinya

peningkatan pemahaman konsep fisika, baik dari segi hasil tes setiap akhir

siklus maupun dari segi keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses

pembelajaran. Selain itu juga, dilihat dari ketuntasan belajar fisika yakni

menjadi keberhasilan penelitian ini adalah 80% peserta didik memperoleh

skor 65 ke atas.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Mulyati. 2005. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Universitas Negeri

Malang. Malang.

Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. PT

Rineka Cipta . Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.

Rineka Cipta. Jakarta.

Hamalik, O. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Rustaman, N. 2002. Perencanaan dan Penilaian Praktikum di Perguruan Tinggi.

http://file.upi.edu/Direktori/KD-SUME DAN G/197212262005011002 .

Diakses pada tanggal 20 Maret. 2013.

Rustaman, N. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang. UM Press.

Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi

Aksara. Jakarta.

Rumimat, Toto dkk. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Rajawali Press. Jakarta

Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Prenada Media Group. Jakarta.

Wahyuni, A. 2004. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 11 SLTP

Negeri 14 Makassar Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Skripsi:

FMIPA Universitas Negeri Makassar.