proposal penelitian
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pembesaran prostat jinak merupakan salah satu topik yang utama dibidang urologi. Prevalensi
pasien yang mengalami pembesaran prostat jinak meliputi 10% pada usia 30 tahun, 20% pada
usia 40 tahun, 50-60% pada usia 60 tahun serta 80%-90% pada usia 70 – 80 tahun. Penyakit ini
menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien. Salah satu indikator subyektif pada pasien dengan
pembesaran prostat jinak ialah gejala LUTS (lower urinary tract symptoms. LUTS dapat di
klasifikasikan menjadi gejala penyimpanan (storage/ irritative), gejala berkemih
(voiding/obstruktive) serta gejala usai berkemih (post micturrition). Gejala gangguan berkemih
(obstruktive) meliputi pancaran lemah, pancaran kencing yang terputus-putus, usaha mengejan
saat bekemih, kencing menetes di akhir berkemih. Gejala obstruktive ini menandakan urin tidak
dapat mengalir dengan lancar. Urin yang tidak mengalir lancar tersebut dapat menyebabkan
infeksi saluran kemih(ISK).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah yang diterapkan untuk berbagai kondisi klinis mulai
dari tanpa gejala adanya bakteri dalam urin sampai dengan infeksi berat ginjal dengan sepsis.
Bakteri yang paling sering ialah E.coli. Selain itu dapat pula disebabkan Klebsiella, Proteus, and
Enterobacter spp. and enterococci. Diagnosis Infeksi saluran kemih (ISK) diperoleh dari
pemeriksaan urinalisis dan kuiltur urin. Spesimen dapar diambil melalui porsi tengah urin.
Pemberian obat dapat berdasakan data empiris, namun diharapkan sesuai data hasil kultur urin.
2. RUMUSAN MASALAH
Pola kulur sensitivitas urin pada pasien pembesaran prostat jinak
3. TUJUAN PENELITIAN
i. Tujuan umum
Mengetahui pola kulur sensitivitas urin pada pasien pembesaran prostat jinak tahun 2009-
2011 di RSUP dr Sardjito yogyakarta.
ii. Tujuan khusus
Menganalisa pola kulur sensitivitas urin pada pasien pembesaran prostat jinak tahun 2009-
2011 di RSUP dr Sardjito yogyakarta
4. MANFAAT PENELITIAN
i. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan
Menambah data tentang pola kulur sensitivitas urin pada pasien pembesaran prostat jinak
tahun 2009-2011 di RSUP dr Sardjito yogyakarta
ii. Bagi pelayanan kesehatan
Mengetahui pola kulur sensitivitas urin pada pasien pembesaran prostat jinak tahun 2009-
2011 di RSUP dr Sardjito yogyakarta
iii. Bagi penelitian
Sebagai salah satu rujukan bagi penelitian mengenai pola kulur sensitivitas urin pada pasien
pembesaran prostat jinak tahun 2009-2011 di RSUP dr Sardjito yogyakarta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS
1. KERANGKA TEORI
2. KERANGKA KONSEP
3. HIPOTESIS
autologous serum 20% dengan benzalkonium chloride 0,02%
00640000,02%00,02%Autologous serum
20% terkontaminasi bakteri
autologous serum 20% tanpa benzalkonium chloride 0,02%
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. METODA PENELITIAN
i. Rancangan penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimental, dengan skema sebagai berikut :
0 minggu I minggu II minggu III
A OA0 OA1 OA2 OA3
TM
B OB0 OB1 OB2 OB3
A : Tetes mata autologous serum 20% dengan benzalkonium chloride
B : Tetes mata autologous serum 20% tanpa benzalkonium chloride
ii. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di Unit Rawat Inap dan Unit Rawat Jalan Rumah Sakit dr. Kariadi dan RS.
Williambooth Semarang, dimulai bulan Februari 2010 sampai terpenuhi jumlah sampel
iii. Subyek penelitian
Subjek penelitian adalah semua penderita yang mendapatkan tatalaksana autologous serum 20
% di Unit Rawat Inap dan Unit Rawat Jalan SMF Mata Rumah Sakit dr. Kariadi dan RS
Williambooth Semarang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
iv. Kriteria inklusi
o Penderita kelainan permukaan bola mata yang mendapatkan tatalaksana
autologous serum 20%
o Bersedia mengikuti prosedur penelitian
v. Kriteria eksklusi
Hb < 8 mg/dL
Alergi terhadap salah satu komponen tetes mata autologous serum 20%
dengan dan tanpa benzalkonium chloride.
vi. Kriteria drop out
Hasil kultur pertama menunjukkan pertumbuhan kuman
Tidak kontrol sesuai jadwal yang ditentukan
5. POPULASI DAN SAMPEL
6. VARIABEL PENELITIAN
7. ALAT DAN BAHAN
-
8. CARA PENGUMPULAN DATA
Penderita yang memenuhi kriteria inklusi diberi penjelasan mengenai penelitian yang
akan dilakukan dan menandatangani surat persetujuan untuk mengikuti penelitian
Data-data mengenai penderita dikumpulkan sesuai dengan variabel yang diperlukan
Dilakukan kultur pada agar darah dari spesimen hasil swab ujung botol obat tetes mata
autologous serum 20% dan spesimen cairan autologous serum 20%
Pemeriksaan kultur dilakukan pada hari pertama pembuatan tetes mata autologous
serum, minggu I, minggu II, minggu III.
Seluruh data dikumpulkan , diolah dan dianalisis secara statistik
9. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
10. DEFINISI OPERASIONAL
11. ETIKA PENELITIAN
12. ALUR PENELITIAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Sauer R, Bluther K, Seitz B. Steritily of non-preserved autologous serum drops for treatment of
peristent epithelial defects. Ophthalmologe. 2004:101(7):705-9. (on line).
Url:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14999414
2. Rahman MQ, Tejwani D, Wilson Ja, Butcher I, Ramaesh K. Microbial contamination of
preservative free eye drops in multiple application containers. British Journal of
Ophthalmology. 2006; 90:139-41. (on line). Url:http://www.bjophthalmol.com
3. Noecker R. Effects of common ophthalmic preservatives in ocular health. Advances in therapy.
2001;18:205-15. (on line).
Url:http://www.springerlink.com/content/ap437q45382s5125/fulltext.pdf
4. Mahajan PS. Autologous serum in eye disorders. JK Science. 2009;11:111-13. (on line).
Url:http://www.jkscience.org
5. Quinto GG, Campos M, Behrens A. Autologous serum for ocular surface diseases. Arq Bras
Oftalmol. 2008; 71(6 supl):47-54. (on line). Url: http:// www.scielo/71/6/47
6. Lopez-Garcia Js, Garcia-Lozano J, Rivas L, Martinez-Garchitorena J. Use of autologous serum
in ophthalmic practice. Arch Soc Esp Oftamol. 2007; 82:9-20). (on line).
Url:http://www.aseo.org
7. Prabhasawat p, Chitikavanich S, Leelaporn A. Sterility of non-preservative eye drops. J Med
Assoc Thai. 2005;88(Suppl9):S6-10. (on line).
Url:http://www.si.mahidol.ac.th/Th/publication/2005/Vol88_No9_6.pdf
8. Kumala P. Bakteri dan penyakit. In : Komala S, editor. Atlas berwarna mikrobiologi
kedokteran. Jakarta: Hipokrates, 1996: 76-7
9. Liu L, Hartwig D, Harloff S, Herminghaus P, Wedel T, Geerling G. An optimised protocol for
the production of autologous serum eyedrops. Graefe’s Arch Clin Exp Ophthalmol.
2005;243:706-14. (on line).
Url:http://www.springerlink.com/content/xvj23252l178006h/fulltext.pdf
10. Dorland
11. Yamada C, King KE, Ness PM. Autologous serum eyedrops : literature review and
complications for transfusion medicine specialists. Transfusion. 2008;48:1245-55. (on line).
Url:http://
12. Bradley JC, Simoni J, Bradley RH, McCartney DL, Brown SM. Time- and temperature-
dependent stability of growth factor peptides in human autologous serm eye drops. Cornea.
2009;28:200-5. (on line). Url:http://nealmathews.com/Documents/Time%20and
%20T9emperature%20%20Dependent%20Stability%20of%20Growth%20Factor%20Peptides
%20Human%20Autologous%20Serum%20Eye%20Drops.Cornea%20-2009.pdf
13. Edelhausee HF, Ubels JL. The cornea and the sclera. In: Kaufman PL, Alm A, eds. Adler’s
physiology of the eye. Tenth edition. St. Louis: Mosby. 2003;96
14. Pfister RR, Burnstein N. The effect of ophthalmic drugs, vehicles, and preservatives on corneal
epithelium: a scanning electron microscope study. Investigative Ophthalmology. 1976:15;250-2
15. Tsubota et al. Treatment of dry eye by autologous serum application in Sjogren syndrome.
British Journal Ophthalmology. 1999;83(4):390-5. (on line).
Url:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1723012/pdf/v083p00390.pdf
16. Fazeli MR, Nejad HB, Mehrgan H, Elahian L. Microbial contamination of preserved
ophthalmic drops in outpatient departments: possibility of an extended period of use. DARU.
2004; 12(4):151-5. (on line). Url:http://www.sid.ir/En/VEWSSID/J_pdf/85820040405.pdf