proposal penelitian

30
Proposal Penelitian Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dalam Pembelajaran Penjaskes Sebagai Upaya Untuk Memperbaiki Proses dan Hasil Belajar Sisa kelas V SD Negeri 99 Bengkulu (CLASSROOM ACTION RESEARC) OLEH SIRMANUDDIN NPM : PROGRAM SARJANA (S.1) GURU DALAM JABATAN

Upload: dofi-hendro-fogi

Post on 25-Jul-2015

107 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Penelitian

Proposal Penelitian

Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dalam Pembelajaran Penjaskes Sebagai Upaya Untuk

Memperbaiki Proses dan Hasil Belajar Sisa kelas V SD Negeri 99 Bengkulu

(CLASSROOM ACTION RESEARC)

OLEHSIRMANUDDIN

NPM :

PROGRAM SARJANA (S.1) GURU DALAM JABATAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

UNIVERSITAS BENGKULU2012

Page 2: Proposal Penelitian

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirobil’alaminPuji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah menciptakan alam

semesta jagad raya ini beserta isinya,melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul ”Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dalam Pembelajaran Penjaskes Sebagai Upaya Untuk Memperbaiki Proses Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 99 Bengkulu” proposal ini di susun gina memenuhi salah satu syarat untuk melakukan penelitian tindakan kelas.

Selama penulisan proposal ini,penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik berupa moril mapun materil,karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1.2.

Penulis menyadari proposal ini masih jauh dari sempurna,untuk kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.Akhirnya dengan segala kerendahan hati,semoga proposal ini dapat bermanfaat bagisemua pihak.

Bengkulu,12 juni 2012Penulis,

Page 3: Proposal Penelitian

I.PENDAHULUANI.I Latar Belakang

Pembelajaran merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa,di dalam maupun di luar kelas dengan menggunakan berbagai sumber sebagai bahan kajian.Pembelajaran juga merupakan deskripsi yang menguraikan bagaimana sesuatu hendaknya diajarkan sehingga mudah dijangkau dan bermanfaat bagi peserta didik.Adapun bahan yang dikaji harus dikuasai oleh guru atau pengajar sehingga mudah diajarkan (Poedjiadi,2005).

Keberhasilan suatu kegiatan belajar-mengajar ditentukan oleh factor-factor ,antara lain guru,siswa dan bagaimana kegiatan mengajar tersebut berlangsung.Kenyataan yang banyak terjadi akhir-akhir ini,guru lebih banyak mendominasi kegiatan belajar-mengajar.Guru aktif menyampaikan pengetahuannya kepada siswa sedangkan siswa hanya pasif menerima apa yang telah diberikan oleh gurunnya sehingga proses belajar-mengajar disini adalah kegiatan belajar-mengajar yang berpusat pada guru.Siswa akan lebih memahami konsep apabila ia yang mencari tahu sendiri dan melihat langsung objeknya. Proses pembelajaran akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya,bukan hanya mengetahunya (Depdinas,2002).

Siswa akan lebih cepat lupa jikasiswa hanya mendengar apa yang diajarkan oleh gurunya saja,sebaliknya siswaakan lebih mudah mengerti jika siswa ikut terjun langsung dalam kegiatan belajar.Hal ini dapat dipenuhijika proses pembelajaran itu tidak berpusat pada guru tapi berpusat pada siswa.Menurut piaget dalam Masih (2005),mengatakan bahwa “ Agar anak berfikir sendiri,harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri”.Hal ini berarti bahwa kegiatan belajar-mengajar yang berpusat kepada guru yang menjadikan siswa pasif dan berkemungkinanbesar menjadikan siswa kurang berfikir aktif.Dalam belajar,berfikir adalah hal utama yang harus diprhatikan.Untuk itu adalah tugas bagi seorang guru untuk menciptakan kondisi belajar yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk berbuat sendiri.Guru harus memilih strategi mengajar yang meningkatkan keaktifan siswa.

Untuk meningkatkankeaktifan berfikir siswa dalam belajar,pemerintah melalui Direktorat Pendidikan mengambil kebijakan untuk mengembangkan strategi belajar-mengajar yang dapat mengembangkan aktifitas siswa dan tidak menharuskan siswa menghafal fakta-fakta tapi mendorong siswa untuk mengkontruksi pengetahuannya agar kesadaran siwwa dapat lebih

Page 4: Proposal Penelitian

ditingkatkan,serta potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang secara optimal.Paradigma pembelajaran yang sedang berlangsung perlu disempurnakan,khususnya terkait dengan cara sajian pelajaran dan suasana pembelajaran.Paradigma baru ini dirumuskan sebagai siswa aktif mengonstruksi,guru membantu dengan sebuah kata kunci : memahami pikiran anak untuk membantu anak belajar.Paradigma baru ini dikenal dengan nama pendekatan Kontekstua.

Depdiknas (2002) mengungkapkan bahwa pendekatan Kontekstual adalah sebuah strategi belajar-mengajar yang dikembangkan agar tujuan belajar-mengajar lebih produktif dan bermakna.Selain itu melalui pembelajaran Kontekstual siswa diharapkan dapat belajar melalui mengalami dan bukan menhafal.Pendekatan Kontekstual atau Coubtextual Teaching and Learning tepat dilakukan dalam kegiatan belajar-mengajar (KBM).

Pendekatan Kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan pengetahuan dimilikinnya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.Dalam kelas Kontekstual guru membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran,guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi,tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama untuk menentukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas.Pembelajaran Kontekstual dapat diartikan sebagai konsep belajar bermakna dimana strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil,proses pembelajaran berlangsung alami dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa (Nurhadi,2002).

Hasil wawancara awal peneliti dengan guru Penjaskes SD Negeri 99 Bengkulu pada kelas V,menunjukkan proses pembelajaran yang melibatkan siswa terjun langsung secara aktif dalam pembelajaran masih sangat minim.Hal ini dikarenakan kurangnya motivasi siswa dalam belajar.Disamping faktor dari siswa tersebut,terdapat faktor eksternal yang kurang mendukung proses belajar-mengajar,diantaranya adalah : buku-buku yang tersedia di perpustakaan sekolah,kelengkapan peralatan laboratorium sangat kurang,kondisi ruangan kelas kurang kondusif untuk kegiatan belajar-mengajar dan pengajaran di dalam kelas masih terfokus pada guru sehingga ceramah

Page 5: Proposal Penelitian

menjadi pilihan utama yang paling sering digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran.

Cara mengajar yang telah dilakukan selama ini SD Negeri 99 Bengkulu belum mampu mencapai tujian pembelajaran Penjaskes yang baik sesuai dengan tuntunan sistem pembelajran dewasa ini. Pada dasarna tujuan sistem pembelajaran dewasa ini menuntu 3 kempuan siswa,yaitu : kemampuan kognetif,afektif dan psikomotor.Dalam pembelajaran seyogyannya nilai-nilai tersebut dapat mewarnai kegiatan belajar-mengajar,sehingga dapat meningkatkan kesadaran siswa untuk melaksanakannya setelah menguasai bahan ajar tertentu (poedjiadi,2005).

Secara kongkrit,nilai hasil ujian tengah semester siswa kelas Va yaitu berjumlah 34 orang,hanya 40% siswa yang mencapai ketuntasan belajar,sedangkan sisannya yaitu 60% siswa belum mencapai ketuntasan belajar.Menurut kriteria ketuntasan belajar (KBM) SD Negeri 99 Bengkulu proses belajar-mengajar di katakan tuntas secara klasikal apabila 85% dari jumlah seluruh siswa mendapat nilai 6,5 keatas.Dengan demi kian dapat dikatan bahwa sistem pembelajaran yang terjadi belum optimal.Dalam sitem pembelajaran ini perlu di lakukanmodifikasi dalam sitem pembelajarannya.

Dalam rangka modifikasi sitem pembelajaran untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa tersebut makan peneliti berkolaborasi dengan guru kelas di kelas V SD Negeri 99 Bengkulu melakukan penelitian mengenai sitem pembelajaran yang lebih menuntut partisipasi siswa dalam rangkaian prosesnnya dan agara siswa mampu mengaitkan apa yang mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari.Untuk itu peneliti bersama dengan guru Penjaskes SD Negeri 99 Bengkulumemperoleh kesepakatan untuk mencoba memperbaiki proses belajar-mengajar dengan mengadakan penelitian tindakan kelas menggunakan pendekattan kontekstual melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.Dalam hal ini pendekatan dan model tersebut di atas di terapkan pada mata pembelajaran penjaskes.

Pembelajaran kooperatif tipe student teams acievement devision (STAD) merupakan model belajar kooperatif yang paling sederhana dan telah lama digunakan dalam enelitian di sekolah-sekolah.Model belajar kooperatif tipe STAD juga lebih sesuai di pakai untuk semua jenjang kelas,berbagai materi ajar,dibandingkan dengan bentuk-bentuk strategi belajar kooperatif

Page 6: Proposal Penelitian

lannya(Slavin,1995 dalam warvala 2006).Pada pembelajaran kooperatif model ini guru membagi siswa dalam kelompok beranggota 4-5 orang.Setiap kelompok harus heterogen,terdiri dari laki-laki dan perempuan,memiliki kemampuan kognetif rendah,sedang,dan tinggi.Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pembelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran (Ibrahim,2000).

I.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas maka didapat rumusan masalah sebagai berikut :1.Bagaimana penerapan pendekatan kontekstual melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa di kelas V SD Negeri 99 Bengkulu?2.Apakahpenerapan pendekatan kontekstual melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas V SD Negeri 99 Bengkulu?

1.3 Tujuan PenelitianTujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah :1.Untuk mengetauhi aktifitas guru dan siswa si kelas V SD Negeri 99 Bengkulu pada pembelajaran penjaskes dengan penerapan kontekstual melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD 2.Untuk mengetahui proses dan hasil belajar penjaskes siswa dengan penerapan pendekatan kontekstual melalui model pembelajar kooperatif tipe STAD di kelas V SD Negeri 99 Bengkulu

1.4 Manfaat Penelitiana.Guru

yaitu sebagai bahan masukkan bagi guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran penjaskesb.Siswa

yaitu untuk meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa mengikuti kegiatan belajar-mengajar.

Page 7: Proposal Penelitian

c.Penelitiyaitu sebagai pengalaman dan bakal pengetahuan dalam belajar

mengajar dengan menerapkan pendekatan kontekstual melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran.d.Sekolah

manfaat bagi sekolah yaitu untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan dan sebagai bahan masukan bagi peningkatan pengajaran penjaskes dengan menggunakan pendekatan kontekstual melalui model kooperatif tipe STAD.

II.TINJAUAN PUSTAKA2.1. Pebdidikan Penjaskes di SD

Menurut norman camble dalam Bahar 1994 penjaskes merupakan sekumpulan pengetauan praktis yang bermanfaat bagi kehidupan manusia .selanjutnya Purnells dalam Bahar 1994 juga mengatakan penjaskes adalah pengetahuan manusia yang lurus yang di dapati secara observasi dan eksprimen secara sistematis serta di jelaskan dengan aturan-aturan,hukum-hukum,prinsip-prinsif dan hipotesa-hipotesa.

Penjaskes merupakan sekumpulan pengetahuan praktis yang sitematis dan saling berkaitan yang di peroleh dari proses observasi dan eksperimendan dapat di aplikasikan bagi kehidupan.Pendidikan penjaskes di SD bertujuan agar siswa menguasai konsep-konsep penjaskes dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan metode-metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang di hadapainya sehingga lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan penciptanya (Subiyanto, 1999)

2.2.Pendekatan Pembelajaran KontekstualMenurut Nurhadi (2002) Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching

and Learning/CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang di milikinya dengan penerapanya dalam kehidupan siswa sehari-hari.Dengan konsep itu,hasil pembelajaran di harapkan lebih bermakna bagi siswa.Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami.

Page 8: Proposal Penelitian

Dalam konteks pembelajaran kontekstual siswa perlu mengerti apa makna belajar,apa manfaatnya,dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.Atas dasar pengertian tersebut,pembelajaran dengan pendekatan Kontekstual mempunyai karakteristik (Muslich,2007) sebagai berikut : (1) Pembelajaran dilakukan dalam konteks autentik,yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah, (2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna, (3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa, (4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok,berdiskusi,dan saling mengoreksi antar teman, (5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk mencapai rasa kebersamaan,kerja sama,dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam, (6)Pembelajaran dilaksanakan dengan aktif,kreatif,produktif dan mementingkan kerja sama, (7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan.Ada tujuh komponen CTL menurut Nurhadi (2002),yaitu :

1.Konstruktivisme (Contructivism)Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (Filosofi) pembelajaran

kontekstual,yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit.Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.Dengan demikian pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstuksi” bukan “menerima” pengetahuan.Dalam proses pembelajaran,sisa membangun pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar-mengajar.Untuk itu tugas guru adalah dengan memfasilitasi proses tersebut dengan : (1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa (2) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri (3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

2.Menemukan (inquiry)Menemukan merupakan bagian inti dari pembelajaran

kontekstual.Pendekatan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta,tapi hasil dari menemukan sendiri.Siklus inkuiri adalah (1) Observasi(Observation),(2) bertanya

Page 9: Proposal Penelitian

(Questioning), (3) mengajukan dugaan (hipotesis), (4)mengumpulkan data (Data gathering) dan (5) menyimpulkan (Conclussion).

3.Bertanya (Questioning)Bertanya merupakan strategi pembelajaran yang berbasis CTL.Bertanya

dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru mendorong,membimbing,dan menilai kemampuan berfikir siswa.Kegiatan bertanya berguna untuk :

a. Menggali informasib. Mengecek pemahaman siswac. Membangkitkan respon kepada siswa d. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswae. Mengetahui hal-hal yang sudah diketaui siswaf. Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki gurug. Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari sisah. Menyegarkan kembali pengetahuan siswa

4.Masyarakat Belajar (learning Community)Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran

diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.Dalam menerapkan pembelajaran Kontekstual,guru disarankan perlu melaksanakan pembelajaran dengan kelompok-kelompok belajar.Masyarakat belajar bisa terjadi bila ada komunikasi dua arah.Seseorang yang terlibat dalam masyarakat belajar saling memberi informasi yang diperlukan oleh temannya sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan oleh teman belajarnya

5.Pemodelan (modeling)Maksud dari pemodelan adalah bahwa dalam sebuah pembelajaran

keterampilan atau pengetahuan tertentu,ada model yang bisa ditiru.Misalnya cara mengoperasikan sesuatu atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu.Dalam pendekatan CTL guru bukan satu-satunya model.Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga model dapat didatangkan dari luar.

Page 10: Proposal Penelitian

6.Refleksi (Reflecation)Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari ,atau

berfikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu.Refleksi merupakan respon terhadap sesuatu kejadian,aktifitas,atau pengetahuan yang baru diterima.

7.Penilaian yang sebenarnya (Authentic assessment)Assessment adalah proses mengumpulkan berbagai data yang bisa

memberikan gamabaran perkembangan belajar siswa.Gambaran perkembangan siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran dengan benar.Karena assessment menekankan proses pembelajaran,maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan yang nyata yang dilakukan siswa pada saat melakukan roses pembelajaran.Hal-hal yang dapat digunakan dalam menilai prestasi siswayakni :proyek/kegiatan dan laporan siswa,pr,kuis,karya siswa,prestasi/penampilan siswa,demonstrasi,jurnal,hasil tes,dan karya tulis.Secara garis besar penerapan pebdekatan kontekstual dalam kelas dapat dilakukan drngan langkah-langkah sebagai berikut.

(1) Kembangkan pemikiran bahwa anak belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,menemukan sendiri serta mengonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya,(2) Lakukan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik,(3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertana (4) Ciptakan “masyarakat belajar”(belajar dalam kelompok-kelmpok),(5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran,(6) Lakukan refleksi diakhir pembelajaran,(7)Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara (Nurhadi,2002).

2.3 Model pembelajaran kooperatif kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar

dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda.dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajran (Depdiknas,2004).Model pembelajaran ini merupakan tehknik-tehknik kelas peraktis yang dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu siswanya

Page 11: Proposal Penelitian

belajar pda setiap mata pembelajaran,mulai dari keterampilan-keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks

menurut lie ( 2002) model pembelajaran koorperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran koorperatif yang menbedakan dengan pembagian kelompok asal-asalan. Pelaksanaan prosedur yang benar akan memungkinkan pendidik mengelolah kelas dengan lebih efektif. Model pembelajaran koorperatif memiliki ciri-ciri antara lain (1) siswa dalam kelempok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya (2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,rendah dan sedang.Selain ungggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, model pembelajaran kooperatif sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama (Ibrahim,2000)Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sitem pengelompokan/tim kecil,yaitu 4-6 orang.sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok setiap kelompok akan memperoleh penghargaan,jika kelompok mampu menujukan prestasi yang di syaratkan dengan demikan stiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan pasif ketergantungan semacam inilah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dalam setiap kelompok.Setiap individu akan saling membantu,mereka akan mempunyai motifasi untuk keberhasilan kelompok sehingga setiap individu memiliki keempat yang sama untuk memberikan kontribusi untuk keberhasilan kelompok.

Menurut lie(1998) pembelajaran kooperatif memiliki 5 prinsip dasar antara lain

1. Adanya saling ketergantungan posotif antara anggota kelompok2. Adanya tanggung jawab perseorangan artinya setiap anggota kelompok

harus melaksanakan tuganya dengan baik.3. Adanya tatatp muka, dimana setiap siswa dalam kelompok harus

diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi.4. Harus ada komunikasi antara anggota kelompok, dalam hal ini siswa

harus dibekali dengan tekhnik berkomunikasi.5. Adanya evaluasi proses kelompok, yang dijadwalkan dan dilaksanakan

oleh guru.

Page 12: Proposal Penelitian

Menut Depdiknas ( 2004), terdapat enam langkah utama didalam pembelajaran koorperatif. Pembelajaran dimulai dari guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa belajar. Kemudian diikuti dengan penyajian informasi. Selanjutnya siswa dikelompokkan kedalam tim-tim belajar, tahap ini diikuti dengan bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir dalam pembelajarna koorperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, evaluasi tentang apa yang mereka pelajari dan memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Keenam fase pembelajaran koorperatif dirangkum kedalam tabel berikut :

Fase Kegiatan guruFase 1 Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotovasi siswa belajar

Fase 2Menyampaikan informasi

Guru menyajiakan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bacaan

Fase 3Mengorganisasiakan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan pada siswa bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien

Fase 4 Membimbing kelompok kerja belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang meateri yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Page 13: Proposal Penelitian

Dalam pembelajaran koorperatif tidak hanya mempelajari materi, tetapi juga mempelajari keterampilan khusus yang disebut keterampilan koorperatif. Keterampilan koorperatif berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membagi tugas anggota kelompok selama kegiatan. Keterampilan-keterampilan koorperatif tersebut antara lain terbagi menjadi keterampilan tingkat awal, keterampilan tingkat menengah dan keterampilan tingkat terakhir, dengan rincian sebagai berikut.1. Keterampilan tingkat awal meliputi

a) Memberikan kesepakatan yaitu menyamakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan kerja dalam kelompok.

b) Menghargai konstribusi yaitu memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau dikerjakan orang lain.

c) Mengambil giliran dan berbagi tugas artinya setiap anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas tentang jawab tertentu dalam kelompok.

d) Berada dalam kelompok artinya setiap anggota kelompok tetap dalam kelompok selama kegitan berlangsung.

e) Berada dalam tugas artinya bahwa meneruskan tugas menjadi tanggung jawab masing-masing anggota, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.

f) Mendorong partisipasi artinya mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi dalam anggota kelompok.

g) Mengundan orang lain.h) Menyelesaikan tugas pada waktunya.i) Menghormati perbedaan individu

2.Keterampilan tingkat menengaha) Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukkan penghargaan

dan simpati,b) Mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara yang dapat diterima,c) Mendengar dengan aktif,d) Bertanya,e) Membuat rangkuman,

Page 14: Proposal Penelitian

f) Menafsirkan,g) Mengatur dan mengorganisir serta mengurangi ketegangan

3.Keterampilan tingkat mahir

a) Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasib) Memeriksa dengan cermatc) Menanyakan kebenarand) Menetapkan tujuan dan berkompromi(Ludgren,1994)Dalam proses pembelajaran kooperatif menurut ibrahim,dkk(2002) ada

beberapa hal yang membedakan antara kelompok pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran biasa yang disajikan dalam tabel dibawah ini antara lain

Tabel Perbedaan Antara Kelompok Pembelajaran Kooperatif Dengan Kelompok Pembelajaran Biasa (Ibrahim,2002)

No Cooperatif Learning Kelompok Biasa1 Kepemimpinan bersama satu pemimpin Satu pemimpin2 Saling ketergantungan yang positif tidak

saling ketergantunganTidak saling ketergantungan

3 Keanggotaan yang heterogen Keanggotaan yang homogen

4 Mempelajari keterampilan-keterampilan kooperatif

Asumsi adanya keterampilan-keterampilan yang sosial uang efektif

5 Tanggung jawab terhadap hasil belajar pada seluruh anggota kelompok

Tanggung jawab atas hasil belajar

6 Menekankan pada tugas dan hubungan kooperatif

Di arahkan guru

7 Satu kelompok Beberapa hasil individu8 Satu hasil kelompok Beberapa hasil individu9 Evaluasi berdasarkan kelompok dan individu Evaluasi individu

2.5.Tipe student Teams-Achievement Division (STAD)

Page 15: Proposal Penelitian

STAD atau tim siswa –kelompok prestasi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.Slavin 2005 menyampaikan bahwa dalam menerapkan tehknik kooperatif STAD aktifitas guru-siswa dalam pembelajaran meliputi 5 komponen utama yaitu (1) prestasi kelas (2) pembentukan kelompok (3) pelaksanaan kuis (4) penentuan peningkatan penempatan sekor individu (5)pemberian pengakuan atau penghargaan pada kelompok.Menurut Depdiknas 2004 langkah-langkah pembelajaran di dalam STAD meliputi (1) siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4-5 orang setiap kelompok harus heterogen (2) guru menyajikan pelajaran dan siswa belajar di dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut (3) seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dan pada saat kuis ini mereka tidak boleh saling membantu (4) skor siswa dibandingkan dengan beberapa sekor yang lalu mereka sendiri,dan poin diberikan berdasarkan pada seberapa jauh sisa menyamai atau melampaui prestasi yang lalu.Poin anggota tim di jumlahkan untuk mendapatkan skor tim,dan tim yang mencapai kriteria tertentu dapat diberikan penghargaan.Aadapun cara pemberian skor peningkatan individu terlihat pada tabel dibawah ini :

Tabel skor peningkatan individu (ibrahim 2000)

Skor kuis Skor peningkatan1.sempurna tidak memandang

beberapa pun skor dasar2.lebih dari 10 poin di atas skor dasar

3.skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar

4.10 poin di bawah sampai 1 poin dibawah skoe dasar

5.lebih dari 10 poin dibawah skor dasar

30 poin

30 poin20 poin

10 poin

5 poin

Setelah kegiatan perhitungan skor peningkatan individu selesai,langkah selanjutnya adalah pemberian penghargaan kepada kelompok.Penghargaan kelompok di dasarkan pada peningkatan poin individu yang diperoleh,poin kelompok diperoleh dari jumlah total skor peningkatan individu dibagi dengan

Page 16: Proposal Penelitian

banyaknya anggota kelompok.Terdapat tiga tingkat penghargaan yang diberikan untuk penghargaan kelompok yaitu :

1. Kelompok dengan poin rata-rata 15,sebagai kelompok baik2. Kelompok dengan poin rata-rata 20,sebagai kelompok hebat3. Kelompok dengan poin rata-rata 25,sebagai kelompok super

2.4 Hasil belajarHasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan

tindak mengajar.dari sisi guru tindak belajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.Sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya puncak proses belajar (Dimyati 1994)

Fungsi hasil belajar tidak hanya mengetahui sejauh mana kemajuan siswa setelah melakukan aktifitas ,tetapi yang lebih penting adalah sebagai alat untuk memotifasi setiap sisa agar giat belajar. Menurut sujanah ( 1998 ) faktor internal besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Hasil belajar siswa 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah adalah kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran atau hasil belajar. Untuk memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan diperlukan strategi mengajar yang dilakukan oleh guru agar dapat mempengaruhi siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

III. METODOLOGI PENELITIAN3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yaitu suati pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja diimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan ( Ari Kunto 2006 ). Tahap penelitian ini menggunakan dua siklus, masing-masign siklus terdiri dari tiga tahap.

1. Tahap perencanaan2. Tahap pelaksanaan dan observasi 3. Tahap refleksi ( Arikunto 2006 )4.

Page 17: Proposal Penelitian

3.2 Subjek PenelitianSubjek penelitian ini adalah siswa dan guru kelas V SDN 99 Tahun Ajaran

2011/2012. 3.3 Definisi Operasional3.3.1 Pendekatan Kontekstual adalah konsep belajara yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan.

3.3.2 Model Student Teams-Achievement Division( STAD ) atau tim siswa kelompok prestasi adalah salah satu tipe pembelajaran koorperatif yang paling seserhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4 – 6 orang yang heterogen. Guru menyajikan pengajaran kemiudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluru anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.

3.3.3 Hasil belajar adalah capaian yang didapat oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar yang dapat dilihat dari hasil tes siswa setelah kegiatan pembelajaran melalui penerapan pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran koorperatif tipe STAD.

3.4 InstrumenInstrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Lembar observasiobservasi ini digunakan pada saat pembaelajaran berlangsung.

b. Lembar tesPada penilaian ini lembar tes yang akan diberikan adalah berupa tes tertulis yang terdiri atas sepuluh soal tes pilihan ganda pada setiap siklusnya. Soal tes disusun mengacu pada standar kompetensi dan tujuan pembelajaran.

3.5 Prosedur penelitianPenelitian tindakan kelas ini telah dilakukan dalam 2 siklus setiap siklus terdiri dari 3 tahap yaitu :

1. Tahap perencanaan ( planning )2. Tahap pelaksanaan tindakan ( action ) dan observasi ( observasion )

Page 18: Proposal Penelitian

3. Tahap refleksi ( reflection ) ( Arikunto 2006 ).

1. Siklus Ia. Tahap perencanaan

pada tahap ini guru melakukan persiapan tindakan pembelajaran berupa : 1. Menyusun silabus pembelajaran dengan mengacu pada silabus

Depdiknas .2. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran 3. Membuat lembar kegiatan siswa (LKS)4. Mempersiapkan materi pembelajaran 5. Pembuatan lembar obserfasi guru6. Pembuatan indikator lembar obserfasi guru7. Pembutan lembar observasi siswa 8. Pembuatan indikator lembar observasi siswa 9. Pembuatan alat observasi / tes10.Membagi siswa menjadi kedalam 6 kelompok yaitu satu kelompok

berjumlah 5 – 6 orang

b. Tahap pelaksanaan tindakanKegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran dengan penerapan pendekatan kontekstual melalui model pembelajaran koorperatif tipe STAD sesuai dengan rencana pembelajran yang disusun.

c. Tahap observasiTahap observasi merupakan tahap untuk mengamati pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran. Observasi dilakukan terhadap peneliti dan siswa dengan menggunakan lembar observasi dimana pengamat memberikan peniliaian terhadap aspek-aspek yang diamati.

d. Tahap refleksiBerdasarkan hasil observasi dan hasil evaluasi maka pada tahap ini dapat dilakukan refleksi dan evaluasi tingkat kebrhasilanya. Melalui

Page 19: Proposal Penelitian

refleksi dan evaluasi, peneliti mengidentifikasi hal-hal yang sudah tercapai dan belum tercapai pada siklus I sebagai acuan untuk melakukan perbaikan pada siklus selanjutnya yaitu siklus II.

2. Siklus IIa.Tahap perencanaan

Pada tahap ini, guru melakukan persiapan tindakan pembelajaran berupa :

1. Menyusun silabus pembelajaran dengan mengacu pada silabus Depdiknas

2. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran 3. Membuat lembar kerja siswa ( LKS )4. Mempersiapkan materi pembelajaran5. Pembuatan observasi atau tes

b.Tahap pelaksanaan tindakankegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan

pembelajaran dengan penerapan pendekatan kontekstual melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusunc.tahap obserasi

tahap observasi merupakan tahap untuk mengamati pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran.Observasi dilakukan terhadap peneliti dan siswa dengan menggunakan lembar observasi dimana pengamat memberikan penilaian terhadap aspek-aspek yang diamatid.Tahap refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan hasil evaluasi maka pada tahap ini dapat dilakukan refleksi dan evaluasi tingkat keberhasilanya ,untuk mengetahui apa yang sudah dicapai dan apa yang bekum dicapai dalam pelaksanaan siklus II sehingga diperoleh suatu rekomendasi

3.6 Teknik Analisa Dataa.Data tes

hasil tes yang diperoleh di analisis dengan rata-rata nilai dan kriteria ketuntasan belajar ,dimana proses belajar-mengajar dikatakan berhasil apabila 85% dari siswa dikelas yang memperoleh nilai 6,5 keatas. Untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa pada siklus I dan II

Page 20: Proposal Penelitian

serta presentase ketuntasan belajar,maka digunakan rumus sebagai berikut :

KB = Ns x 100%

N

Keterangan :KB = persentase ketuntasan belajarNs = jumlah siswa yang mendapat nilai 6,5 keatasN = Jumlah seluruh siwa( KKM SD Negeri 99 Bengkulu 2012)

b.Data observasidata observasi digunakan untuk merepleksi siklus yang telah

dilakukan dan diolah secara deskriptif berdasarkan tabel observasi.Pada tabel observasi telah terdapat tabel dengan kriteria pengamatan dengan kata kerja ya atau tidak dari tiap indicator yang di amati

Page 21: Proposal Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S.2006.penelitian tindakan kelas.jakarta:bumi aksaraDepdikbud.1994 petunjuk pelaksanaan penilaian.jakarta : DepdikbudDepdiknas.2002 kurikulum hasil belajar.jakarta:DepdiknasHamalik,Oemar ,2001 proses belajar mengajar.jakarta bumi aksaraIbrahim,M.dkk.2002.pembelajaran kooperatif.surabaya:university pressLie,anita,2002 kooperatife learning.jakarta:gramediaMuslich,masnur.2007.ktsp.jakarta :bumi aksaraNurhadi,2002 pendekatan kontekstual

Malang :universitas negeri malang

Pembelajaran kooperatif terhadap pemahaman dan keterampilan berfikir keritis siswa kelas V SD Negeri 99 Bengkulu