proposal kegiatan magang perikanan ugm

16
PROPOSAL KEGIATAN MAGANG PENANGANAN BAHAN BAKU RAJUNGAN ( PORTUNUS PELAGICUS ) DI PT. TONGA TIUR PUTRA, CIREBON, JAWA BARAT Disusun Oleh : Reza Dwi Afandi (12480) Istiqomah (12487) Rinto Felly Hartana (12488) Ade Rahma Sasmita (12491) Rani Artanti (12501) Fitria Meilia Fatah (12520) JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013

Upload: reza-dwi-afandi

Post on 26-Nov-2015

1.398 views

Category:

Documents


170 download

TRANSCRIPT

  • PROPOSAL KEGIATAN MAGANG

    PENANGANAN BAHAN BAKU RAJUNGAN ( PORTUNUS

    PELAGICUS )

    DI PT. TONGA TIUR PUTRA,

    CIREBON, JAWA BARAT

    Disusun Oleh :

    Reza Dwi Afandi (12480)

    Istiqomah (12487)

    Rinto Felly Hartana (12488)

    Ade Rahma Sasmita (12491)

    Rani Artanti (12501)

    Fitria Meilia Fatah (12520)

    JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2013

  • LEMBAR PENGESAHAN

    PROPOSAL KEGIATAN MAGANG

    PENANGANAN BAHAN BAKU RAJUNGAN (PORTUNUS PELAGICUS)

    DI PT. TONGA TIUR PUTRA,

    CIREBON, JAWA BARAT

    Jogjakarta, 4 Juni 2013

    Pembimbing Magang Ketua Magang

    Mgs.muh PrimaPutra M.Si Rinto Felly Hartana

    NIP.19850331 201212 1 001 NIM. 11/318186/PN/12488

  • DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN i

    DAFTAR ISI ii

    I. PENDAHULUAN 1

    A. Latar Belakang 1

    B. Tujuan 2

    C. Waktu 2

    D. Tempat 2

    II. TINJAUAN PUSTAKA 3

    A.Komoditas Rajungan 3

    B. Pengelompokan Mutu Daging Rajungan 4

    C. Poses penanganan bahan baku daging rajungan 6

    D. Sanitasi dan Higiene 6

    E. Kebersihan dan Kesehatan Karyawan 9

    III. METODE DAN RENCANA PELAKSANAAN 10

    A. Metodologi 10

    B. Rencana Pelaksanaan magang 10

    RENCANA ISI LAPORAN 11

    DAFTAR PUSTAKA 12

    LAMPIRAN

  • PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Di antara berbagai jenis krustasea di Indonesia, Rajungan (Portunus pelagicus),

    merupakan jenis yang mempunyai nilai ekspor tinggi dalam bentuk rajungan beku, maupun

    kemasan daging rajungan dalam kaleng (BUSINESS NEWS 1989; MOOSA & JUWANA

    1996, SIHOMBING 2004).Selain dagingnya, cangkang rajungan kering juga di ekspor

    sebagai bahan chitosan.Chitosan dapat digunakan sebagai bahan pengawet makanan karena

    bersifat antibakterial (HARDJITO 2006).Rajungan merupakan salah satu komoditas

    perikanan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan dieskpor terutama ke Amerika dan

    seperti China, Jepang, Hongkong, Korea Selatan, Malaysia dan sejumlah negara Eropa

    lainnya. Rajungan dalam bentuk segar di ekspor ke Singapura dan Jepang. Sedangkan

    rajungan dalam bentuk olahan kaleng diekspor ke Belanda. Hingga saat ini seluruh kebutuhan

    ekspor rajungan masih mengandalkan hasil tangkapan nelayan di laut, sehingga

    dikhawatirkan akan mempengaruhi populasi rajungan di alam.

    Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan hasil perikanan dari laut yang banyak di

    jual pada pasar-pasar di negara-negara Asia Tenggara. Dari tahun 1990 sampai dengan 1995

    dapat dilaporkan data penangkapan rajungan di wilayah Western Central Pacific (Australia,

    Indonesia, dan Thailand) berkisar dengan kisaran sekitar 36.700 ton sampai 48.000 ton (FAO

    yearbook of Fishery Statistics). Pada umumnya rajungan di jual di pasar dalam negeri (baca :

    lokal) dalam bentuk beku ataupun segar (frozen or fresh) dan untuk keperluan ekspor di jual

    dalam bentuk daging yang sudah di kalengkan (crab-flesh canning) (Anonim,

    1998).Rajungan (P. pelagicus) merupakan salah satu komoditas perikanan ekonomis tinggi

    untuk keperluan ekspor ke negara-negara Amerika, Eropa, Asia dan Australia (Anonim,

    2009a). Menurut Raharjo (2008), ekspor rajungan ke Amerika Serikat mengalami penurunan

    drastis sejak September 2008 seiring dengan menurunnya permintaan akibat krisis keuangan

    yang menimpa negara adidaya tersebut.Untuk menyiasati keadaan yang seperti itu perlu

    adanya upaya mengalihkan pasar ekspor ke negara lain selain Amerika Serikat seperti negara

    Dubai (Timur Tengah), agar perusahaan industri pengolahan rajungan masih bisa melakukan

    produksi. Tanpa pula melupakan mengutamakan keamanan pangan (food safety) khususnya

    proses penanganan bahan baku.

  • Menurut Colleer dan Sussams (1990), salah satu persyaratan mutu yang menjadi

    pertimbangan dan ikut menentukan suatu produk diterima atau di tolak konsumen adalah

    keamanan pangan (food safety). Pengawasan mutu proses penanganan bahan baku perikanan

    khususnya rajungan, waktu demi waktu harus di tingkatkan agar sesuai dengan persyaratan

    internasional sehingga dengan mudah dapat di terima oleh konsumen internasional.

    PT. Tonga Tiur Putra merupakan perusahaan yang bergerak dalam bisnis pengalengan

    rajungan. Perusahaan ini menerapkan sistem rantai dingin dalam melakukan proses

    penanganan bahan baku rajungan. Hal ini di maksudkan untuk mengendalikan mutu bahan

    baku rajungan agar perusahaan tidak mengalami kerugian yang berarti.

    Oleh karena itu dengan melaksanakan magang di PT. Tonga Tiur Putra, diharapkan

    penulis mengetahui dan menambah pengalaman serta pengetahuan tentang proses

    penanganan bahan baku rajungan yang baik sehingga produk insya ALLAH dapat diterima

    oleh konsumen.

    B. Tujuan

    1. Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam proses penanganan bahan baku

    rajungan di PT. Tonga Tiur Putra, Cirebon, Jawa Barat.

    2. Mengetahui dan memahami proses penanganan bahan baku rajungan di PT. Tonga

    Tiur Putra, Cirebon, Jawa Barat.

    3. Mengetahui masalah-masalah yang timbul selama proses penanganan bahan baku

    rajungan serta cara untuk mengatasinya.

    C. Manfaat

    Melalui pelaksanaan magang ini diharapkan mahasiswa mampu meningkatkan

    pengetahuannya serta pengalaman kerja tentang proses penanganan bahan baku rajungan

    beserta hambatan-hambatannya dan cara mengatasinya, sehingga hal tersebut dapat dijadikan

    sebuah dasar pijakan untuk melangkah demi menyongsong masa depan yang lebih baik.

    D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

    Magang ini akan dilaksanakan selama 14 hari, di mulai pada tanggal 9Juni 2013

    sampai dengan 22Juni 2013 di PT. Tonga Tiur Putra, Cirebon, Jawa Barat.

  • TINJAUAN PUSTAKA

    A. Komoditas Rajungan (Portunus pelagicus)

    Rajungan (Portunus pelagicus) dan kepiting merupakan hasil laut yang sangat

    digemari masyarakat dan harganya cukup mahal.Rajungan dan kepiting lebih berupa

    makanan lezat (delicacy) yang dimakan pada saat-saat santai, seperti di restoran dari pada

    sebagai lauk atau sebagai sumber protein utama (Juwana dan Kasijan, 2000).

    Daging rajungan dan kepiting mampunyai komposisi gizi yang tinggi, hal ini dapat

    dilihat dari hasil analisa kimia (proksimat) daging kepiting dan rajungan antara jantan dan

    betina (BBPMHP, 1995).

    Standar mutu rajungan yang biasanya digunakan di perusahaan pengalengan rajungan

    adalah jenis Portunus pelagicus, rajungan dalam keadaan hidup atau segar, tidak kopong dan

    tidak dalam keadaan moulting, tidak terdapat bau asing (bau minyak tanah, solar, amonia, dan

    lain-lain), daging tidak dalam keadaan lunak atau hancur (Wibowo dan Yunizal, 1998).

    Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan hasil perikanan dari laut yang banyak di

    jual pada pasar-pasar di negara-negara Asia Tenggara. Dari tahun 1990 sampai dengan 1995

    dapat dilaporkan data penangkapan rajungan di wilayah Western Central Pacific (Australia,

    Indonesia, dan Thailand) berkisar dengan kisaran sekitar 36.700 ton sampai 48.000 ton (FAO

    yearbook of Fishery Statistics). Pada umumnya rajungan di jual di pasar dalam negeri (baca :

    lokal) dalam bentuk beku ataupun segar (frozen or fresh) dan untuk keperluan ekspor di jual

    dalam bentuk daging yang sudah di kalengkan (crab-flesh canning) (Anonim, 1998).

    Rajungan (P. pelagicus) merupakan salah satu komoditas perikanan ekonomis tinggi

    untuk keperluan ekspor ke negara-negara Amerika, Eropa, Asia dan Australia (Anonim,

    2009a). Menurut Raharjo (2008), ekspor rajungan ke Amerika Serikat mengalami penurunan

    drastis sejak September 2008 seiring dengan menurunnya permintaan akibat krisis keuangan

    yang menimpa negara adidaya tersebut.

    Untuk menyiasati keadaan yang seperti itu perlu adanya upaya mengalihkan pasar

    ekspor ke negara lain selain Amerika Serikat seperti negara Dubai (Timur Tengah), agar

    perusahaan industri pengolahan rajungan masih bisa melakukan produksi. Tanpa pula

    melupakan mengutamakan keamanan pangan (food safety) khususnya proses penanganan

    bahan baku.

    Menurut Colleer dan Sussams (1990), salah satu persyaratan mutu yang menjadi

    pertimbangan dan ikut menentukan suatu produk diterima atau di tolak konsumen adalah

  • keamanan pangan (food safety). Pengawasan mutu proses penanganan bahan baku perikanan

    khususnya rajungan, waktu demi waktu harus di tingkatkan agar sesuai dengan persyaratan

    internasional sehingga dengan mudah dapat di terima oleh konsumen internasional.

    P. pelagicus (Rajungan) adalah kepiting yang berenang dan mempunyai sepasang

    kaki renang yang dimodifikasi untuk mendayung.Karapasnya bertekstur kasar dan lebar yang

    mempunyai proyeksi tertinggi di setiap sudutnya. Capitnya panjang dan ramping. Rajungan

    merupakan binatang aktif, namun ketika sedang tidak aktif atau dalam keadaan tidak

    melakukan pergerakan, rajungan akan diam di dasar perairan sampai kedalaman 35 meter dan

    hidup membenamkan diri dalam pasir di daerah pantai berlumpur, hutan bakau, dan batu

    karang. Akan tetapi sekali-kali rajungan juga dapat terlihat berenang dekat permukaan

    (Anonim cit Mirzads, 2009).

    Di perairan Indonesia dijumpai ada 1.400 jenis.Jenis-jenis yang umum dijumpai di

    perairan Teluk Jakarta adalah rajungan (P. pelagicus) dan kepiting (Scylla serrata).Di

    antaranya yang berukuran cukup besar dan bisa dimakan adalah dari jenis Charybdis feriatus

    dan Thalamitta prymna (Anonim, 2004).

    Rajungan yang bernama latinP. pelagicus, merupakan jenis kepiting yang sangat

    popular dimanfaatkan sebagai sumber pangan dengan harga yang cukup mahal. Rajungan

    merupakan kepiting yang memiliki habitat alami hanya di laut (Anonim, 2007).

    Daging kepiting dan rajungan mempunyai nilai gizi tinggi.Kandungan protein

    rajungan lebih tinggi daripada kepiting.Kandugan karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi,

    vitamin A, dan vitamin B1. Rata-rata per 100 gram daging kepiting dan rajungan berturut-

    turut sebesar 14,1 gram, 210 mg, 1,1 mg, 200 SI, dan 0,05 mg/100 g (Anonim, 2007).

    P. pelagicus merupakan jenis yang mempunyai nilai ekspor tinggi dalam bentuk

    rajungan beku atau di kemasan dalam kaleng (Anonim, 2004).

    B. PENGELOMPOKAN MUTU DAGING RAJUNGAN

    Rajungan yang masih segar memiliki penampakan yang bersih, tidak beraroma busuk,

    dagingnya putih mengandung lemak berwarna kuning, dan bebas dari bahan pengawet.

    Daging rajungan yang mulai membusuk terlihat dari warna kulitnya yang pucat, terbuka dan

    merenggang, daging pun mengering, dan tak terdapat lagi cairan dalam kulit, warna daging

    berubah kehitam-hitaman dan berbau busuk (Anonim, 2007).

    Menurut BBPMHP (1995) daging rajungan yang diperoleh biasanya digolongkan menjadi

    tiga tingkatan mutu, yaitu:

  • a. Mutu 1 (daging super/jumbo), yaitu daging badan yang terletak di bagian bawah

    (berhubungan dengan kaki renang) berbentuk gumpalan besar berwarna putih.

    b. Mutu 2 (daging reguler), yaitu daging badan yang berupa serpihanserpihan, terletak

    disekat sekat rongga badan berwarna putih.

    c. Mutu 3 (daging merah/clawmeat), yaitu daging rajungan yang berada dikaki dan

    capit, berwarna putih kemerahan.

    Menurut Phillips-Seafood (2005), daging rajungan dapat digolongkan menjadi lima jenis

    daging (Gambar 3), yaitu:

    a. Jumbo lump atau kolosal (daging putih) yang merupakan jaringan terbesar yang

    berhubungan dengan kaki renang.

    b. Backfin (daging putih) yang merupakan jumbo kecil dan pecahan dari daging jumbo.

    Special (daging putih) yang merupakan daging yang berada disekitar badan yang

    berupaserpihan-serpihan.

    d. Clawmeat (daging merah) yang merupakan daging dari bagian kaki sampai capit dari

    rajungan.

    e. Claw Finger (daging merah) yang merupakan bagian dari capit rajungan bersama

    dengan bagian shell yang dapat digerakkan.

    Rendemen total daging rajungan yang diperoleh dari pengolahan sebesar 25-30 % dari berat

    utuh dan besarnya rendemen ini dipengaruhi juga oleh kesegaran daging rajungan serta cara

    pengambilan dagingnya (picking). Rendemen daging antara kepiting dan rajungan tidak

    berbeda,akan tetapi rendemen rajungan antara jantan dan betina menunjukkan perbedaan,

    dimana rendemen daging rajungan jantan rata-rata lebih besar bila dibandingkan dengan

    betinanya. Dari total berat daging rajungan, biasanya rendemen dari daging rajungan terdiri

    dari: 10,1% (mutu 1);8,6% (mutu 2); dan 10,5% (mutu 3). Sedangkan untuk daging kepiting

    terdiri dari 5,3% (mutu 1); 10,5% (mutu 2) dan 12,7% (mutu 3) (BBPMHP, 1995)

  • C. PROSES PENANGANAN BAHAN BAKU DAGING RAJUNGAN

    Rajungan seperti halnya produk perikanan lainnya merupakan bahan pangan yang

    mudah rusak dan membusuk (perishable). Rajungan yang baru ditangkap dalam beberapa

    jam saja bila tidak diberi perlakuan atau penanganan yang tepat maka mutunya akan

    menurun. Penanganan harus segera dilakukan sejak ditangkap dengan perlakuan suhu rendah

    dan memperhatikan faktor kebersihan dan kesehatan (Anggawati, 2002). Menurut

    Purwaningsih et al. (2005) daging rajungan rebus dingin dengan nilai organoleptik 6,5

    (kriteria 1-9), batas maksimum penyimpanan di dalam suhu kamar adalah 5 jam.

    Penanganan dan pengolahan rajungan pasca tangkap oleh nelayan atau pengumpul

    meliputi pencucian, perebusan atau pengukusan, pengambilan daging (picking) dan

    pengepakan.Selanjutnya daging rajungan umumnya didistribusikan ke industri pengalengan

    untuk diproses menjadi rajungan pasteurisasi dalam kaleng. Proses penanganan dan

    pengolahan di industri pengalengan meliputi penerimaan bahan baku daging rajungan,

    sortasi, pengisian daging dalam kaleng, penimbangan, penutupan kaleng, pasteurisasi,

    pengepakan dan penyimpanan dingin (Windika, 2007).

    D. SANITASI DAN HIGIENE

    Sanitasi menggunakan zat kimia dan atau metode fisika bertujuan untuk

    menghilangkan sebagian besar mikroba yang tertinggal pada permukaan alat dan mesin

    pengolah makanan. Sanitas pangan ditujukan untuk mencapai kebersihan yang prima dalam

  • tempat produksi, persiapan penyimpanan, dan penyajian makanan dan air sanitasi pangan

    merupakan aspek esensial dalam setiap mempersiapkan makanan, khususnya dalam cara

    penanganan pangan (Winarno 2002)Program sanitasi dijalankan sama sekali bukan untuk

    mengatasi masalah kotornya lingkungan atau kotornya pemprosesan bahan, tetapi untuk

    menghilangkan kontaminan dari makanan dan mesin pengolahan makanan serta mencegah

    terjadinya kontaminasi silang atau kontaminasi kembali (Winarno 2002).Sanitasi merupakan

    bagian penting dalam proses pengolahan pangan yang harus dilaksanakan dengan baik.

    Sanitasi dapat didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan

    atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit

    tersebut (Purnawijayanti 2001).

    Higiene dan Sanitasi Makanan

    Ditinjau dari ilmu kesehatan lingkungan, istilah higiene dan sanitasi mempunyai tujuan

    yang sama dan erat kaitannya antara satu dengan lainnya yaitu melindungi, memelihara, dan

    mempertinggi derajat kesehatan manusia (individu maupun masyarakat). Tetapi dalam

    penerapannya, istilah higiene dan sanitasi memiliki perbedaan yaitu higiene lebih

    mengarahkan aktivitasnya kepada manusia (individu maupun masyarakat), sedangkan

    sanitasi lebih menitikberatkan pada faktor-faktor lingkungan hidup manusia (Azwar, 1990).

    1. Pengertian Higiene

    Higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari kondisi lingkungan

    terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh

    lingkungan kesehatan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga

    terjamin pemeliharaan kesehatan. Misalnya, minum air yang direbus, mencuci tangan

    sebelum memegang makanan, dan pengawasan kesegaran ataupun mutu daging (Azwar,

    1990).Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan

    subyeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan

    tangan, mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring, serta membuang bagian

    makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan (Depkes RI,

    2004).

    2. Pengertian Sanitasi

    Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan

    terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia seperti

  • pembuatan sumur yang memenuhi persyaratan kesehatan, pengawasan kebersihan pada

    peralatan makan, serta pengawasan terhadap makanan (Azwar, 1990).Sanitasi adalah upaya

    kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subyeknya,

    misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan

    tempat sampah untuk mewadahi sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan (Depkes

    RI, 2004).

    Sanitasi makanan merupakan upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan

    keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada manusia

    (Chandra, 2006). Sedangkan menurut Oginawati (2008), sanitasi makanan adalah upaya

    pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh dan berkembang biaknya jasad renik

    pembusuk dan patogen dalam makanan yang dapat merusak makanan dan membahayakan

    kesehatan manusia.

    Menurut Chandra (2006) dan Oginawati (2008), tujuan dari sanitasi makanan antara lain:

    a) Menjamin keamanan dan kebersihan makanan

    b) Mencegah penularan wabah penyakit

    c) Mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan masyarakat

    d) Mengurangi tingkat kerusakan atau pembusukan pada makanan

    e) Melindungi konsumen dari kemungkinan terkena penyakit yang disebarkan oleh

    perantara-perantara makanan

    Selain itu menurut Chandra (2006) dan Oginawati (2008), di dalam upaya sanitasi

    makanan, terdapat 6 tahapan yang harus diperhatikan yaitu:

    a) Keamanan dan kebersihan produk makanan yang diproduksi

    b) Kebersihan individu dalam pengolahan produk makanan

    c) Keamanan terhadap penyediaan air bersih

    d) Pengelolaan pembuangan air limbah dan kotoran

    e) Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses pengolahan, penyajian

    dan penyimpanan

    f) Pencucian, pembersihan, dan penyimpanan alat-alat atau perlengkapanPengertian

    Higiene Sanitasi Makanan

  • Higiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang,

    tempat, dan perlengkapannya yang dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.

    Persyaratan higiene sanitasi adalah ketentuan-ketentuan teknis yang ditetapkan terhadap

    produk rumah makan dan restoran, dan perlengkapannya yang meliputi persyaratan

    bakteriologis, kimia, dan fisika (Depkes RI, 2003).

    E. KEBERSIHAN DAN KESEHATAN KARYAWAN

    Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan

    harus diperhatikan, karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikologis

    seseorang. Kebersihan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan.Hal ini

    sangat dipengaruhi diantaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang

    terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan.Jika seorang sakit, biasanya disebabkan oleh

    kebersihan yang kurang diperhatikan.Hal ini terjadi karena kita menggangap masalah

    kebersihan adalah masalah yang kurang penting, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus

    dapat mempengaruhi kesehatan secara umum (Mubarak & Chayatin, 2008).

    Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, personal artinya perorangan dan

    hygiene berarti sehat.Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan

    dan kesehatan seseorang atau kebersihan diri untuk mensejahterakan fisik dan

    psikologis.(Tarwoto, 2006).Adapun pentingnya personal hygene dalam kehidupan manusia

    yaitu meningkatkan derajat kesehatan seseorang, memelihara kebersihan diri, memperbaiki

    personal hygiene yang kurang, pencegah penyakit, meningkatkan percaya diri dan

    menciptakan keindahan.(Tarwoto, 2006).

  • METODE DAN RENCANA PELAKSANAAN

    1. Metodologi

    Metodologi yang digunakan dalam magang ini adalah :

    1. Pengamatan langsung dan ikut dalam proses penanganan produk di Tonga Tiur Putra

    2. Wawancara dengan pekerja dan karyawan PT Tonga Tiur Putra

    3. Pengumpulan data skunder yang diperolah di PT Tonga Tiur Putra

    4. Studi Pustaka

    2. Rencana Pelaksanaan Magang

    Jadwal kegiatan pelaksanaan magang :

    Kegiatan Juni Juli

    1 2 3 4 1 2 3 4

    Survey

    Perizinan V V

    Proposal V V

    Pelaksanaan V V

    Laporan V

  • RENCANA ISI LAPORAN

    HALAMAN JUDUL

    LEMBAR PENGESAHAN

    KATA PENGANTAR

    DAFTAR ISI

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    B. Tujuan

    C. Manfaat

    D. Metodologi dan Tata Laksana

    E. Waktu dan Tempat

    II. KONDISI UMUM

    A. Sejarah Perusahaan

    B. Visi dan Misi Perusahaan

    C. Struktur Organisasi

    D. Sarana dan Prasarana

    III. BAHAN BAKU DAN BAHAN PENUNJANG

    A. Jenis dan Asal Bahan Baku

    B. Sistem Penyediaan dan Ketersediaan Bahan Baku

    C. Spesifikasi Bahan Baku

    D. Bahan Penunjang

    IV. PROSES PRODUKSI

    A. Jenis Produk

    B. Alur Proses Produksi

    V. SANITASI DAN HIGIENE

    VI. PEMBAHASAN

    VII. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN

    B. SARAN

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • Daftar Pustaka

    Anggawati. A. M. 2002. Kumpulan Hasil-Hasil Penilitian Pasca Panen Perikanan.Pusat

    Riset Pengolahan Produk Dan Sosial Ekonomi Departemen Kelautan Dan Perikanan.

    Jakarta.

    Azwar, A. 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Penerbit Mutiara Sumber

    Widya.Jakarta.

    Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Jakarta.

    Depkes RI, 1996. Modul Penyehatan Makanan dan Minuman untuk Petugas Puskesmas,

    Pengambilan Contoh dan Spesimen Makanan. Ditjen PPM dan PLP. Jakarta.

    __________, 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

    942/MENKES/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi

    Makanan Jajanan. Jakarta.

    __________, 2004.Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman.Ditjen PPM dan PL. Jakarta.

    Mubarak, Wahit & Chayatin.(2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar manusia Teori dan Aplikasi

    dalam Praktik.EGC. Jakarta.

    Oginawati, K. 2008. Sanitasi Makanan dan Minuman. Penerbit Institut Teknologi Bandung

    Press. Bandung.

    Purnawijayanti, Hiasinta. A. 2001. Sanitasi, higiene dan keselamtan kerja dalam pengolahan

    makanan.Kanisius.Yogyakarta.

    Purwaningsih, S., Josephine W., D.S. Lestari.2005. Pengaruh Lama Penyimpanan Daging

    Rajungan (Portunus pelagicus) Rebus Pada Suhu Kamar. Buletin Teknologi Hasil

    Perikanan 7(1):42-50

    Tarwoto dan Wartonah.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan

    Edisi3. Salemba Medika. Jakarta.

    Winarno, F.G. dan Surono. 2002. GMP cara pengolahan pangan yang baik. M-Brio Press,

    Bogor.

  • Windika Utama, P.T. 2007. HACCP Based Integrated Quality Management

    Program:Pasteurized Crab Meat. Semarang