proposal karya tulis ilmiah pemberian terapi range of

74
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF MOTION (ROM) PADA PASIEN POST ORIF FRAKTUR CRURIS UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT ATIKA NUR FADHILLA P27220016 059 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN TAHUN 2019

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN TERAPI RANGE OF MOTION (ROM)

PADA PASIEN POST ORIF FRAKTUR CRURIS

UNTUK MENINGKATKAN

KEKUATAN OTOT

ATIKA NUR FADHILLA

P27220016 059

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2019

Page 2: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

i

PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN TERAPI RANGE OF MOTION (ROM)

PADA PASIEN POST ORIF FRAKTUR CRURIS

UNTUK MENINGKATKAN

KEKUATAN OTOT

Proposal Karya Tulis ini Disusun Sebagai Salah Satu

Persyaratan Menyelesaikan Progam Pendidikan DIII Keperawatan

ATIKA NUR FADHILLA

P27220016 059

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI D III KEPERAWATAN

TAHUN 2019

Page 3: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF
Page 4: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF
Page 5: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF
Page 6: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa karena rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan

Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pemberian

TerapiRange Of Motion (Rom) Pada Pasien Post Orif Fraktur Cruris

Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Tahun 2018”ini dapat

terselesaikan.

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu

persyaratan melanjutkan KTI dan kelulusan program studi DIII

Keperawatan di Politeknik Kesehatan Surakarta. Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini dapat tersusun karena adanya bimbingan,

pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan

saran yang membangun diperlukan untuk menyempurnakan

Karya Tulis Ilmiah ini. Maka pada kesempatan kali ini, penulis

menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada yang

terhormat:

1. Satino, SKM., M.ScN, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Surakarta yang telah memberikan kesempatan

untuk menimba ilmu di Politeknik Kesehatan Surakarta.

2

Page 7: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

2. Widodo, MN, selaku Ketua Jurusan Keperawatan yang telah

memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di Politeknik

Kesehatan Surakarta3. Addi Mardi Harnanto, MN, selaku sekretaris Jurusan

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk

menimba ilmu di Politeknik Kesehatan Surakarta.4. Sunarsih Rahayu,Skep.,Ns.,Mkep selaku Ketua Program Studi

DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk

menimba ilmu di Politeknik Kesehatan Surakarta.5. Sugiyarto.SST, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah

banyak memberikan arahan, bimbingan, saran dan motivasi

dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.6. Seluruh dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar

dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.7. Orang tua saya, Ibu Wahyuni dan Bapak Setyo Handoko yang

telah memberikan dorongan baik moral maupun materil yang

tak terhingga besarnya selama penyusunan Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini.8. Adik saya, Abdurrahman Thariq Alkindiy yang selalu

memberikan semangat dan menanti keberhasilan penulis.9. Keluarga “3B D3 Keperawatan” yang saling memberi

semangat dan motivasi. 10. Teman-teman mahasiswa Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Surakarta yang memberikan dukungan moril dan

spiritual.

3

Page 8: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran

yang membangun diperlukan untuk menyempurnakan Karya Tulis

Ilmiah ini.

Semoga studi kasus ini dapat bermanfaat aamiin.

Surakarta,

Oktober2018

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL DALAM................................................................iPERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................................iiLEMBARPERSETUJUAN....................................................................................iiiLEMBAR PENGESAHAN..................................................................iiKATAPENGANTAR..............................................................................................v.DAFTAR ISI...............................................................viiDAFTAR TABEL............................................................................viiiBAB I PENDAHULUAN....................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................4B. Rumusan Masalah............................................................4C. Tujuan..............................................................................4

1. Tujuan Umum...............................................................42. Tujuan Khusus..............................................................4

D.Manfaat............................................................................51. Masyarakat...................................................................52. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan 53. Penulis..........................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................7A. Konsep Dasar...................................................................7

1. Fraktur..........................................................................72. Konsep mobilisasi ......................................................20

4

Page 9: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

3. Konsep asuhan Keperawatan dengan Pemberian TerapiROM Pasif dalam menigkatkan kekuatan otot pada pasien post ORIF fraktur cruris...................................23

4. Prosedur ROM (Range of Motion)...............................30B. Kerangka Teori...............................................................37C. Kerangka Konsep Penelitian...........................................38

BAB III METODE STUDI KASUS.....................................................39A. Rancangan Studi Kasus..................................................39B. Subjek Studi Kasus.........................................................39C.Definisi

Operasional...............................................................................40

E. Tempat dan Waktu.........................................................40F. Pengumpulan Data.........................................................40

5. Instrumen studi kasus................................................42G.Metode Analisa Data......................................................43H.Etika Studi Kasus............................................................43

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABELHalaman

Tabel 2.2Intervensi keperawatan................................................27Tabel 2.3Jenis terapi ROM...........................................................32Tabel 2.4Tabel gerakan ROM pasif...............................................33Tabel 3.1 Definisi operasional...............................................................................40

5

Page 10: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Standar Operasional Prosedur ROMLampiran 2: Format Penilaian Kekuatan OtotLampiran 3: Lembar Observasi Kekuatan OtotLampiran 4: LembarAnalisa DataLampiran 5:Lembar Diagnosa KeperawatanLampiran 6: Lembar Catatan PerkembanganLampiran 7: LembarCatatanKeperawatanLampiran 8: Penjelasan untuk Mengikuti PenelitianLampiran 9: Lembar Persetujuan Menjadi Pasien KelolaanLampiran10 :Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Studi Kasus

6

Page 11: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia perkembangan ilmu pengetahuan semakin maju dan

semakin pesatnya kemajuan teknologi memberikan berbagai kemudahan

salah satunya tercapainya sarana dan prasarana dari berbagai bidang

contohnya transportasi. Dampak dari kemajuan transportasi tersebut

adalah kecelakaan yang disebabkan oleh kesalahan pengendara dan

banyaknya pelanggaran yang mengakibatkan permasalahan seperti cedera

dan patah tulang. Fraktur adalah salah satu ancaman dari dampak negatif

kemajuan transportasi yang menyebabkan gangguan biologis dan

menimbulkan respon nyeri.

World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2011-

2012 terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita

fraktur akibat kecelakaan lalu lintas (WHO, 2011). Menurut Kemenkes RI

2011, dari sekian banyak kasus fraktur di indonesia, fraktur pada

ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevelensi yang paling

tinggi diantara lainnya yaitu sekitar 46,2 %. Dari 45.987 orang dengan

kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 19.629 orang

mengalami fraktur pada tulang femur (Kemenkes RI, 2011). Peristiwa

kematian akibat kecelakaan lalu lintas di seluruh dunia sebesar 1,25 juta

Page 12: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

2

pada tahun 2013 dimana angka tersebut menetap sejak tahun 2007 (WHO,

2015).

Demikian pula di Indonesia sendiri cedera kecelakaan lalu lintas

dan kematian yang terjadi sudah menjadi masalah sangat serius. Prevelensi

cedera nasional sekitar 8,2 %, dengan prevelensi tertinggi ditemukan di

Sulawesi Selatan yaitu sebanyak (12,8 %) dan terendah di Jambi (4,5%)

Prevelensi cedera hasil Riskesdas 2013 meningkat dibandingkan

Riskesdas 2007, penyebab akibat kecelakaan adalah sepeda motor 40,6 %,

terbanyak laki-laki dan rata-rata berusia produktif 15-24 tahun (Riskesdas,

2013). Proporsi cedera karena kecelakaan transportasi darat (sepeda motor

dan kendaraan lain) meningkat dari 25,9 % (Badan Penelitian Dan

Pengembangan Kesehatan Tahun 2008) menjadi 47,7 % (Badan Penelitian

Dan Pengembangan Kesehatan 2013). Data stastistik transportasi darat

indonesia yang bersumber dari Korlantas POLRI melaporkan bahwa

jumlah kejadian kecelakaan yang tinggi terdapat diprovinsi Jawa Tengah,

Jawa Barat, dan Jawa Timur pada tahun 2013-2014 terjadi penurunan

jumlah kecelakaaan namun proporsi kejadian meninggal dan luka berat

tidak mengalami perubahan setiap tahunnya. Fraktur merupakan istilah

dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total

atau sebagian. Secara ringkas dan umum, fraktur adalah patah tulang yang

disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut tenaga fisik,

keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan lunak disekitar tulang akan

Page 13: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

3

menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak lengkap.

Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang

patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh

ketebalan tulang. Pada beberapa keadaan trauma muskuloskeletal, fraktur

dan dislokasi terjadi bersamaan. Hal ini terjadi apabila disamping

kehilangan hubungan yang normal antara kedua permukaan tulang disertai

pula fraktur persendian tersebut (Noor, 2016).

World Health Organization (WHO) yang dikutip oleh Haynes et al

(2009) menunjukkan bahwa selama lebih dari satu abad, perawatan bedah

telah menjadi komponen yang sangat penting dari perawatan kesehatan di

seluruh dunia. Diperkirakan setiap tahunnya terdapat 234 juta tindakan

pembedahan yang dilakukan diseluruh dunia. Tindakan pembedahan yang

dilakukan mengakibatkan timbulnya luka pada bagian tubuh pasien

sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman yaitu nyeri. Nyeri dapat

memperpanjang proses penyembuhan karena akan mengganggu

kembalinya aktivitas pasien dan menjadi salah satu alasan pasien untuk

tidak ingin bergerak atau melakukan mobilisasi dini dikarenakan pasien

merasa takut dan ragu . Pasien pasca operasi diharapkan dapat melakukan

mobilisasi sesegera mungkin untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan

dan menurunkan insiden komplikasi pasca operasi.

Salah satu masalah yang terjadi pada pasien post Open Reduction and

Internal Fixation (ORIF) fraktur cruris adalah keterbatasan untuk

menggerakkan ekstremitas bawah yang dapat menyebabkan kecacatan

Page 14: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

4

fisik maka diharuskan melakukan rentang gerak berupa Range of motion

(ROM) untuk meningkatkan kemampuan otot dan sendi . Rentang gerak

diperlukan untuk meningkatkan kekuatan otot. Lingkup rentang gerak itu

sendiri mencakup exercise atau range of motion (ROM). Range of motion

(ROM) yang artinya ruang lingkup gerak sendi. Arti dari ROM adalah

segenap gerakan sendi yang dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh

sendi yang bersangkutan. ROM adalah latihan yang dapat dilakukan oleh

perawat, pasien, atau anggota keluarga dengan menggerakkan tiap-tiap

sendi secara penuh jika memungkinkan tanpa menyebabkan nyeri.

Dengan ini peneliti tertarik untuk meneliti betapa pentingnya

dilakukan Range Of Motion (ROM) untuk meningkatkan kekuatan otot

pada pasien post ORIF fraktur cruris karena dapat mempercepat

penyembuhan dan juga mencegah komplikasi pada pasien agar pasien juga

untuk meningkatkan mobilitas pasien.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran pemberian terapi Range Of Motion (ROM) untuk

meningkatkan kekuatan otot pada pasien post ORIF fraktur cruris?

Page 15: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

5

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Menggambarkan terapi Range of Motion (ROM) untuk meningkatkan

kekuatan otot pada pasien post ORIF fraktur cruris.

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan pengkajian terapi Range Of Motion (ROM) pada

pasien fraktur cruris.

b. Menggambarkan diagnosa keperawatan pasien dengan Range Of

Motion (ROM) pada pasien fraktur cruris.

c. Menggambarkan intervensi keperawatan Range Of Motion (ROM)

pada pasien fraktur cruris.

d. Menggambarkan implementasi keperawatan Range Of Motion

(ROM) pada pasien fraktur.

e. Menggambarkan evaluasi Range Of Motion (ROM) pada pasien

fraktur cruris.

f. Menggambarkan manfaat Range Of Motion (ROM) pada pasien

fraktur cruris untuk meningkatkan kekuatan otot pada pasien.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Pasien

Meningkatkan pengetahuan pasien fraktur dalam meningkatkan

kekuatan otot dengan terapi Range Of Motion (ROM).

Page 16: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

6

2. Institusi Pelayanan Keperawatan

Dapat digunakan untuk perbandingan dengan karya tulis ilmiah yang

lain dan juga dapat menjadi bahan bacaan dalam menunjang proses

belajar mengajar.

3. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan prosedur terapi

range of motion (ROM) dalam meningkatkan kekuatan otot pada

pasien post ORIF fraktur cruris.

Page 17: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Fraktur

a. Definisi Fraktur Cruris

Fraktur cruris atau tibia-fibula adalah terputusnya hubungan tulang

tibia-fibula. Secara klinis dapat berupa fraktur terbuka bila disertai

kerusakan pada jaringan lunak yaitu meliputi otot, kulit, jaringan saraf,

dan pembuluh darah (Noor, 2012).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan pada tulang pada

umumnya disebabkan oleh tekanan atau trauma. Selain itu, fraktur

merupakan rusaknya kontinuitas tulang dapat disebabkan oleh tekanan

eksternal yang datang lebih besar dibandingkan dengan yang dapat

diserap oleh tulang (Asikin, 2016).

Fraktur adalah istilah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan,

baik yang bersifat total maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh

trauma atau tenaga fisik (Thomas, 2011).

b. Klasifikasi Fraktur

Klasifikasi fraktur dapat dibagi dalam klasifikasi penyebab,

klasifikasi jenis, klasifikasi klinis, dan klasifikasi radiologis.

Page 18: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

8

1) Klasifikasi penyebab

a) Fraktur Traumatik

Penyebabnya adalah trauma yang mendadak mengenai

tulang dengan kekuatan yang besar. Tulang tidak mampu

menahan trauma tersebut sehingga menjadi fraktur.

b) Fraktur Patologis

Penyebabnya adalah kelemahan tulang sebelumnya akibat

kelainan patologis di dalam tulang. Fraktur patologis terjadi

pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah karena

tumor atau proses patologis lainnya. Tulang sering kali

menunjukkan penurunan densitas. Penyebab yang paling

sering dari fraktur-fraktur semacam ini adalah tumor, baik

primer maupun metastasis.

c) Fraktur Stres

Disebabkan oleh trauma yang terus-menerus pada suatu

tempat tertentu.

d) Klasifikasi Jenis

(1) Fraktur tertutup (close fracture)

Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak

ditembus oleh fragmen tulang sehingga lokasi fraktur

tidak tercemar oleh lingkungan atau tidak mempunyai

hubungan dengan dunia luar.

Page 19: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

9

(2) Fraktur terbuka (open fracture)

Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai

hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan

jaringan lunak, dapat berbentuk dari dalam (from within)

atau dari luar (from without).

(3) Fraktur dengan kompliksi (complicated fracture)

Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai

dengan komplikasi misalnya mal-union, delayed union,

non-union, serta infeksi tulang.

e) Klasifikasi Radiologis

Klasifikasi fraktur berdasarkan radiologis yaitu penilaian

lokalisasi/ letak fraktur, meliputi : diafisial, metafisial,

intraartikular, dan fraktur dengan dislokasi.

Fraktur radiologis berdasarkan sudut patah.

(1) Fraktur Transversal

Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap

sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam ini,

segmen-segmentulang yang patah direposisi atau

direduksi kembali ke tempatnya semula, maka segmen-

segmen itu akan stabil, dan biasanya dikontrol dengan

bidai atau gips.

Page 20: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

10

(2) Fraktur kuminutif

Adalah serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan

jaringan dimana terdapat lebih dari dua dragmen tulang.

(3) Fraktur oblik

Adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut

terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit

diperbaiki.

(4) Fraktur segmental

Adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang

menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai

darahnya. Fraktur semacam ini sulit ditangani. Biasanya,

satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah akan

sulit sembuh dan mungkin memerlukan pengobatan

secara bedah.

(5) Fraktur impaksi

Fraktur impaksi atau fraktur kompresi terjadi ketika dua

tulang menumbuk tulang yang berada diantaranya,

seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya (sering

disebut dengan brust fracture). Fraktur pada korpus

vertebra ini dapat di diagnosis dengan radiogram.

Pandangan lateral dari tulang punggung menunjukkan

pengurangan tinggi vertical dan sedikit membentuk

sudut pada satu beberapa vertebra.

Page 21: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

11

c. Etiologi

Tekanan berlebihan/ trauma langsung pada tulang, dapat

menyebabkan suatu retakan. Ini mengakibatkan kerusakan pada otot

sekeliling dan jaringan, mendorong ke arah perdarahan, edema, dan

kerusakan jaringan lokal. Pada awalnya setelah rusak, perdarahan di

area menyebabkan pembentukan hematoma. Sel penyebab radang

masuk area. Jaringan pembutiran menggantikan hematoma. Perubahan

seluler melanjut dan suatu union yang disebut sebagai callus pun

berkembang. Osteoblast terus masuk ke area. Jaringan berserat dalam

area yang patah berubah menjadi tulang. Lokasi retak mungkin hanya

retakan pada tulang, tanpa memindahkan tulang manapun. Fraktur yang

tidak terjadi di sepanjang tulang dianggap sebagai fraktur tidak

sempurna. Fraktur dapat juga terjadi pada semua tulang patah menjadi

dua/ lebih potong , yang dikenal sebagai fraktur lengkap. Jaringan otot

sekitar yang melekat diatas dan di bawah area fraktur di dalam suatu

otot akan terus menciptakan tegangan pada titik pertemuan tulang dan

semakin menarik potongan sehingga bengkok (Asikin, 2016).

Fraktur disebabkan oleh sejumlah hal, yaitu trauma (kekerasan

langsung dan kekerasan tidak langsung). Stres berulang, serta tulang

yang lemah secara abnormal.

Page 22: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

12

Berdasarkan penyebab :

1) Kekerasan langsung

Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik

terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering kali bersifat fraktur

terbuka dengan garis patah melintang atau miring.

2) Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang

jauh dari tempat kekerasan. Bagian yang patah biasanya merupakan

bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan

(Noor, 2016).

d. Patofisiologi

Kondisi anatomis dari tulang tibia yang terletak dibawah subkutan

memberikan dampak terjadinya risiko fraktur terbuka lebih sering

dibandingkan tulang panjang lainnya apabila mendapatkan suatu

trauma. Mekanisme cedera dari fraktur cruris dapat terjadi akibat adanya

daya putar atau puntir dapat menyebabkan fraktur spiral pada kedua

tulang kaki dalam tingkat yang berbeda. Daya angulasi menimbulkan

fraktur melintang atau oblik pendek, biasanya pada tingkat yang sama.

Pada cedera tak langsung, salah satu dari fragmen tulang dapat

menembus kulit. Cedera langsung akan menembus atau merobek kulit

diatas fraktur. Kecelakaan sepeda motor adalah penyebab yang paling

sering menyebabkan terjadinya fraktur.

Page 23: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

13

Tulang bersifat rapuh, namun cukup memiliki kekuatan dan gaya

pegas untuk menahan tekanan. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan

pembuluh darah, serta saraf dalam korteks, sumsum tulang, dan jaringan

lunak yang membungkus tulang menjadi rusak. Akibatnya, terjadilah

perdarahan dan membentuk hematoma dirongga medula tulang.

Jaringan tulang akan langsung berdekatan ke bagian tulang yang patah.

Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respons

inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan

leukosit, serta infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan

dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya (Noor, 2016).

e. Manifestasi Klinik

1) Deformitas atau kelainan bentuk merupakan suatu keluhan yang

menyebabkan pasien meminta pertolongan layanan kesehatan.

2) Rentang gerak abnormal membutuhkan tulang yang utuh agar otot

menarik dan menciptakan gerakan jika fraktur terjadi dekat sendi,

bengkak dapat membatasi rentang gerak.

3) Bengkak/ edema pada lokasi karena reaksi radang akibat kerusakan

jaringan.

4) Pemendekan kaki dan perputaran eksternal adalah hal biasa setelah

retak (fraktur).

Page 24: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

14

f. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan radiologi terdiri dari Rontgen, CT scan, atau MRI.

Pemeriksaan yang penting untuk dijadikan sebagai penunjang yaitu

pencitraan menggunakan foto rontgen. Untuk mendapatkan

gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka

diperlukan proyeksi tambahan (khusus) jika terdapat indikasi untuk

memperlihatkan patologi yang dicari karena adanya superposisi.

2) Pemeriksaan Rontgen : menentukan lokasi/ luasnya fraktur/ trauma,

dan jenis fraktur

3) Scan tulang, tomogram, CT Scan/ MRI : memperlihatkan tingkat

keparahan fraktur, juga dapat untuk mengidentifikasi kerusakan

jaringan lunak.

4) Arteriogram : dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskular.

5) Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (homokonsentrasi)

atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ

jauh pada multipel trauma). Peningkatan jumlah SDP adalah proses

stres normal setelah trauma.

6) Kreatinin : trauma otot meningkat beban kreatinin untuk klirens

ginjal.

7) Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,

tranfusi multipel atau cedera hati (Asikin, 2016).

Page 25: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

15

g. Komplikasi

1) Komplikasi awal

a) Kerusakan Vaskular

Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan nadi tidak

teraba, CRT menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang

lebar, dan ekstremitas teraba dingin yang disebabkan oleh

tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada bagian

yang sakit, tindakan reduksi, pembedahan.

b) Sindrom Kompartemen

Sindrom Kompartemen merupakan komplikasi serius yang

terjadi karena otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah terjebak

dalam jaringan parut. Kondisi ini disebabkan oleh edema atau

perdarahan yang menekan otot saraf, dan pembuluh darah.

Selain itu, juga disebabkan oleh adanya tekanan dari luar,

misalnya bidai dan pembebetan yang terlalu kuat.

c) Fat Embolism Syndrome

Fat Embolism Syndrome (FES) merupakan komplikasi serius

yang kali terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi

karena sel lemak yang dihasilkan sumsum tulang kuning masuk

aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah

rendah yang ditandai dengan gangguan pernapasan, takikardia,

hipertensi, takipnea, dan demam.

Page 26: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

16

d) Infeksi

Sistem pertahanan tubuh akan rusak jika terdapat trauma pada

jaringan. Pada trauma ortopedik, infeksi dimulai pada kulit

(superfisial) dan pada lapisan kulit bagian dalam. Kondisi ini

biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka. Selain itu, juga

dapat disebabkan oleh penggunaan bahan lain dalam

pembedahan, misalnya pin dan plat.

e) Avaskular Nekrosis

Avaskular Nekrosis (AVN) terjadi karena terganggunya aliran

darah ke tulang yang dapat menyebabkan nekrosis tulang dan

diawali dengan adanya volkman’s ischemia.

f) Syok

Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya

permeabilitas kapiler yang dapat menyebabkan menurunnya

oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

2) Komplikasi dalam waktu lama

1) Delayed Union

Merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan

waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Hal ini

disebabkan oleh penurunan suplai darah ke tulang, kerusakan

jaringan lunak yang berat, atau periosteum robek.

Page 27: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

17

2) Non Union

Merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi

sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Jika

tidak dilakukan intervensi. Non-union ditandai dengan adanya

pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk

celah antara fraktur atau pseudoartrosis.

3) Mal-union

Merupakan penggabungan fragmen tulang dalam posisi yang

tidak seharusnya (anguasi, rotasi, atau pemendekan). Pada mal-

union dilakukan pembedahan dan remobilisasi yang baik

(Asikin, 2016).

h. Penatalaksanaan

1) Fraktur Terbuka

Fraktur terbuka merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi

kontaminasi oleh bakteri dan disertai dengan perdarahan yang hebat.

Sebelum kuman meresap terlalu jauh, sebaiknya dilakukan :

a) Pembersihan luka

b) Eksisi (pengangkatan jaringan)

c) Hecting situasi (jahitan situasi)

d) Antibiotik

Page 28: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

18

2) Seluruh Fraktur

a) Rekognisi/ pengenalan

Riwayat kejadian harus jelas untuk menentukan diagnosis dan

tindakan selanjutnya.

b) Reduksi/ manipulasi/ reposisi

Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali

seperti semula secara optimum. Selain itu, dapat juga diartikan

sebagai reduksi fraktur (setting tulang), yaitu mengembalikan

fragmen tulang pada kesejajarannya dann rotasi anatomis.

Reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka dapat dilakukan

untuk mereduksi fraktur. Metode tertentu yang dipilih

bergantung dengan sifat fraktur, namun prinsip yang

mendasarinya tetap sama.

(1) Reduksi tertutup

Reduksi tertutup dilakukan saat kontur tulang berada cukup

sejajar dan dapat dipertahankan dengan imobilisasi. Pada

sebagian besar kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan

Page 29: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

19

mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (bagian

ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi

manual.

(2) Traksi

Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi

dan imobilisasi.

saat fragmen tulang tidak berada pada tempatnya, berat

digunakan untuk memberikan traksi pada sumbu panjang

tulang. Traksi meregangkan dan melemaskan otot yang

menarik tulang keluar dari tempatnya, sehingga fragmen

distal dapat sejajar dengan fragmen proksimal.

(3) Hold Reduction

Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang

sehingga kembali seperti posisi anatomi semula yaitu

melakukan imobilisasi fraktur. Pembatasan pergerakan

dibutuhkan untuk mendorong penyembuhan jaringan lunak

dan memungkinkan gerakan bebas dari bagian yang tidak

terkena.

(4) Rehabilitasi

Menghindari artrofi dan kontraktur dapat dilakukan dengan

fisioterapi. Segala upaya diarahkan pada penyembuhan

tulang dan jaringan lunak. Reduksi dan imobilisasi harus

dipertahankan sesuai kebutuhan. Status neurovaskular

Page 30: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

20

(misalnya pengkajian peredaran darah, nyeri, perabaan,

serta gerakan) perlu dipantau dan segera memberi tahu ahli

edah ortopedi jika terdapat tanda gangguan neurovaskular.

i. Perawatan klien fraktur tertutup

1) Klien dengan fraktur tertutup (sederhana) harus diusahakan untuk

dapat kembali ke aktivitas sesegera mungkin. Penyembuhan fraktur

dan pengembalian kekuatan penuh, serta mobilitas dibutuhkan

waktu sampai berbulan-bulan.

2) Klien diajarkan bagaimana mengontrol pembengkakan dan nyeri

berhubungan dengan fraktur, serta trauma jaringan lunak.

3) Klien di dorong untuk aktif dalam batas imobilisasi fraktur. Tirah

baring diusahakan seminimal mungkin.

4) Latihan segera dimulai untuk mempertahankan kesehatan otot yang

tidak cedera, serta meningkatkan kekuatan otot yang dibutuhkan

untuk pemindahan dan menggunakan alat bantu (misalnya tongkat

dan walker).

5) Klien diajarkan tentang bagaimana menggunakan alat tersebut

dengan aman

6) Perencanaan dilakukan untuk membantu klien menyesuaikan

lingkungan rumahnya sesuai kebutuhan dan bantuan keamanan

pribadi, jika diperlukan.

Page 31: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

21

7) Pengajaran klien diantaranya perawatan diri, informasi obat-obatan,

pemantauan terjadinya masalah, dan perlunya melanjutkan supervisi

perawatan kesehatan (Asikin, 2016).

2. Konsep mobilisasi

a. Pengertian Mobilisasi

Mobilisasi adalah kemampuan untuk bergerak dengan bebas,

mudah, berirama, terarah di lingkungan dan merupakan bagian dari

kehidupan (Kozier, dkk, 2010).

Mobilisasi dini merupakan aktivitas yang dilakukan pasien post

pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan

pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai

dengan pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan

berjalan keluar kamar (Ibrahim, 2013).

Mobilisasi sangat diperlukan untuk meningkatkan kemandirian,

kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit

degeneratif, dan untuk mempertahankan aktualisasi diri. Lingkup

mobilisasi mencakup exercise atau range of motion (ROM) , ambulasi,

dan body mechanic (Kozier, 2000 dalam Mubarak, 2015).

ROM adalah seluruh gerakan sendi yang dalam keadaan normal

dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan. ROM dapat dilakukan

oleh perawat, pasien, atau anggota keluarga dengan menggerakkan tiap-

tiap sendi secara penuh jika memungkinkan tanpa menyebabkan nyeri.

Page 32: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

22

1) Tujuan mobilisasi menurut Brunner dan Suddarth (2002) dalam

Mubarak (2015), tujuan dari Mobilisasi ROM adalah :

a) Mempertahankan fungsi tubuh dan mencegah kemunduran serta

mengembalikan rentang gerak aktivitas tertentu sehingga

penderita dapat kembali normal dan dapat memenuhi kebutuhan

aktivitas dan latihan keseharian.

b) Memperlancar peredaran darah

c) Membantu pernapasan menjadi lebih kuat

d) Mempertahankan tonus otot, memelihara, dan meningkatkan

pergerakan persendian.

e) Memperlancar eliminasi urine

f) Melatih/ ambulasi

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya pergerakan atau

mobilisasi

a) Gangguan muskuloskeletal

Meliputi osteoporosis, artrofi, kontraktur, kekakuan dan sakit

sendi, fraktur ekstremitas, serta Hernia Nukleus Pulposus

(HNP).

b) Gangguan kardiovaskuler

Meliputi hipotensi postural, vasodilatasi vena, dan gagal

jantung.

Page 33: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

23

c) Gangguan sistem respirasi

Meliputi penurunan pengembangan paru, seperti pada

pneumutoraks, hidrotoraks, dan hematoraks.

d) Gangguan sistem persarafan

Meliputi trauma medula spinalis, stroke, dan penurunan

kesadaran

e) Gangguan metabolisme

Meliputi keseimbangan cairan dan elektrolit, hipertiroid, dan

hiperparatiroid, anemia, serta penyakit hati menahun, seperti

sirosis hepatis (Tarwoto dan Wartonah, 2015).

3. Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian (Menurut Mubarak, 2015)

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses

keperawatan. Tahap ini terdiri dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang.

1) Anamnesis

a) Identitas klien

Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang

digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,

golongan darah, nomor rekam medis, tanggal masuk rumah

sakit (tanggal MRS), dan diagnosis medis.

Page 34: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

24

b) Riwayat penyakit sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan penyebab

fraktur yang nantinya dapat membantu dalam membuat rencana

tindakan terhadap klien. Data ini dapat berupa kronologi

terjadinya penyakit tersebut, sehingga dapat ditentukan

kekuatan tulang dan bagian tubuh yang terkena. Selain itu,

dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan dapat

diketahui luka kecelakaan lainnya.

Pengkajian riwayat pasien meliputi alasan pasien yang

menyebabkan terjadi keluhan atau gangguan dalam mobilitas

dan mobilisasi, serta adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan,

tingkat mobilitas dan immobilisasi, daerah terganggunya

mobilitas dan mobilisasi, dan lamanya terjadinya mobilitas.

Page 35: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

25

c) Riwayat penyakit dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur

dan memberikan petunjuk berapa lama tulang tersebut akan

menyambung. Penyakit tertentu, misalnya kanker tulang dan

penyakit paget yang menyebabkan fraktur patologis sering kali

sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes mellitus

juga dapat menghambat proses penyembuhan tulang.

d) Riwayat penyakit keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang

merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur,

misalnya diabetes mellitus, osteoporosis, dan kanker tulang.

e) Kemampuan Fungsi Motorik

Tingkat kekuatan otot, kekuatan otot adalah kemampuan otot

untuk berkontraksi dan menghasilkan gaya. Ada banyak hal

yang bisa mempengaruhi kekuatan otot, seperti operasi, cidera,

atau penyakit tertentu. Malas berolahraga juga dapat

menurunkan kekuatan otot yang dapat membuat anda rentan

mengalami cidera saat beraktifitas (Kozier, 2010).

Page 36: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

26

Tabel kekuatan otot : (menurut Fitria, 2015)

Gambar tabel 2.1 kekuatan otot

Nilai Kategori

Nilai 0 Paralisis total atau tidak ditemukan adanya kontraksi pada otot

Nilai 1

Kontraksi otot yang terjadinya hanya berupa perubahan tonus otot,

dapat diketahui dengan palpasi dan tidak menggerakkan sendi.

Nilai 2

Otot hanya mampu menggerakkan persendian tetapi kekuatannya

tidak dapat melawan pengaruh gravitasi.

Nilai 3

Dapat menggerakkan sendi, otot juga dapat melawan pengaruh

gravitasi tetapi tidak kuat terhadap tahanan yang diberikan pemeriksa

Nilai 4

Kekuatan otot seperti pada derajat 3 disertai dengan kemampuan otot

terhadap tahanan ringan.

Nilai 5 Kekuatan otot normal

2) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan radiologi terdiri dari Rontgen, CT scan, atau MRI.

Pemeriksaan yang penting untuk dijadikan sebagai penunjang yaitu

pencitraan Menggunakan foto rontgen. Untuk mendapatkan

gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit,

maka diperlukan proyeksi tambahan (khusus) jika terdapat indikasi

untuk memperlihatkan patologi yang dicari.

b. Diagnosa keperawatan

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

neuromuskular, nyeri, dan perubahan integritas dan struktur tulang.

Page 37: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

27

c. Intervensi Keperawatan

Gambar tabel 2.2 intervensi keperawatan.

Diagnosa Keperawatan

NANDA

Hasil yang dicapai (NOC) Intervensi (NIC)

Hambatan mobilitas fisik

Yang berhubungan

dengan:

1. Kehilangan

integritas struktur

tulang; penurunan

kekuatan atau

kendali otot

2. Nyeri atau

ketidaknyamanan;

keengganan untuk

memulai gerakan

3. Program

pembatasan gerakan

imobilisasi

ektremitas

Definisi :

Keterbatasan dalam

gerakan fisik atau satu

atau lebih ekstremitas

secara mandiri dan

terarah.

Fungsi skeletal:

1. Mempertahankan

posisi fungsi

2. Meningkatkan

kekuatan dan fungsi

bagian tubuh yang

terkena dan

kompensatori

Mobilitas :

1. Mencapai kembali

dan mempertahankan

mobilitas pada

tingkat setinggi

mungkin.

2. Menunjukkan teknik

yang memungkinkan

pengembalian

aktivitas, terutama

aktivitas kehidupan

sehari-hari.

Perawatan tirah

baring :

Independen :

1. Kaji tingkat

mobilitas yang

disebabkan

oleh cedera

dan/ terapi dan

catat persepsi

klien tentang

mobilitas.

2. Instruksikan

klien dalam

latihan RPS

aktif, atau

bantu dalam

latihan RPS

pasif pada

ekstremitas

yang terkena

dan tidak

terkena

3. Anjurkan

penggunaan

latihan

isometrik,

yang dimulai

dengan

ekstremitas

yang tidak

terkena.

4. Instruksikan

dan anjurkan

penggunaan

rekstok

gantung dan

“posisi pasca”

untuk fraktur

Page 38: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

28

Kesiapan meningkatkan

perawatan diri

Yang berhubungan

dengan kelemahan fisik

Definisi :

Gangguan kemampuan

untuk melakukan ADL

pada diri.

Self care : Activity of

Daily Living (ADLs).

Kriteria hasil :

1. Klien terbebas dari

bau badan

2. Menyatakan

keamanan terhadap

kemampuan untuk

melakukan ADLs

3. Dapat melakukan

ADLs dengan

bantuan

ekstremitas

bawah

5. Bantu

mobilitas

dengan alat

kursi roda,

walker, kruk,

dan tongkat

sesegera

mungkin

instruksikan

penggunaan

yang aman

alat bantu

mobilitas.

Self Care

assistane : ADLs

1. Monitor

kemampuan

klien untuk

perawatan

diri yang

mandiri

2. Monitor

kebutuhan

klien untuk

alat-alat

bantu untuk

kebersihan

diri,

berpakaian,

berhias,

toileting dan

makan.

3. Sediakan

bantuan

sampai klien

mampu

secara utuh

melakukan

self-care

4. Motivasi

klien untuk

melakukan

Page 39: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

29

Defisiensi pengetahuan

Yang berhubungan

dengan

1. Kurang paparan

atau mengingat

salah pengertian

terhadap

informasi

2. Tidak mengetahui

sumber informasi

Definisi

Ketiadaan atau defisiensi

informasi kognitif yang

berkaitan dengan topik

tertentu.

Pengetahuan program

pengobatan

1. Menyatakan

pemahaman

tentang kondisi,

prognosis, dan

komplikasi

potensial.

2. Dengan benar

melakukan

prosedur yang

diperlukan dan

menjelaskan alasan

tindakan tersebut

aktivitas

sehari-hari

yang normal

sesuai

kemampuan.

Penyuluhan

proses penyakit

independen

1. Perkuat

metode

mobilitas

dan

ambulasi

sesuai

instruksi

ahli terapi

fisik jika

diindikasik

an

2. Tulis

aktivitas

yang dapat

dilakukan

oleh klien

secara

mandiri

dan

aktivitas

yang

memerluk

an bantuan

3. Identifikas

i layanan

komunitas

yang

tersedia.

Page 40: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

30

d. Implementasi keperawatan

Pelaksanaan tindakan keperawatan ini merupakan realisasi dari

rencana tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien.

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang spesifik, tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana

tindakan disusun dan diharapkan untuk membantu pasien mencapai

tujuan yang diharapkan yang mencakup peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi

koping (Nursalam, 2014).

e. Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah tindakan menilai seberapa jauh diagnosa

keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaanya berhasil dicapai.

Evaluasi dilakukan bersama pasien sehingga perawat dapat

mengambil keputusan untuk mengakhiri rencana tindakan

keperawatan (pasien mengalamai kesulitan untuk mencapai tujuan)

dan meneruskan rencana tindakan (pasien memerlukan waktu

yang lebih lama untuk mencapai tujuan) (Nursalam, 2014).

4. Indikasi pelaksanaan Terapi range of motion (ROM)

a. Definisi

Range of motion (ROM) adalah gerakan dalam keadaan normal

dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan. Latihan range of motion

adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau

memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan

Page 41: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

31

persendiaan secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot

dan tonus otot (Suratun, dkk, 2009).

b. Manfaat range of motion

Menurut Potter & Parry (2010) manfaat dari ROM adalah:

1) Menentukan nilai kemampuan sendi otot dan tulang dalam

melakukan pergerakan.

2) Mengkaji tulang sendi dan otot

3) Mencegah terjadinya kekakuaan sendi

4) Memperlancar sirkulasi darah

5) Memperbaiki tonus otot

6) Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

7) Meningkatklan mobilitas sendi

c. Indikasi pelaksanaan ROM

Indikasi pelaksanaan ROM pada pasien dengan bed rest total di tempat

tidur dalam jangka waktu yang lama, pasien yang setelah imobilisasi

karena suatu keadaan tertentu.

d. Jenis ROM

Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang

mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh yaitu

sagital, frontal, dan transversal. Potongan sagital adalah garis yang

melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh menjadi

bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi

dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan belakang. Potongan

Page 42: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

32

transversal adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi

bagian atas dan bawah. Terdapat tiga rentang gerak yaitu sebagai

berikut:

1) Rentang gerak pasif

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot

dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif

misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.

2) Rentang gerak aktif

Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi

dengan cara menggunakan otot-ototnya secar aktif misalnya

berbaring pasien menggerakkan kakinya (Mubarak, 2015).

e. Jenis terapi ROM

Gambar tabel 2.3 jenis gerakan ROM

No Jenis gerakan Keterangan

1

fleksi Gerakan menekuk

persendian

2 Ekstensi Gerakan meluruskan

persendian

3

Abduksi

Gerakan satu anggota

tubuh ke arah mendekati

aksis tubuh

4

Adduksi

Gerakan satu anggota

tubuh ke arah menjauhi

aksis tubuh

5

Dorso fleksi

Gerakan telapak kaki ke

arah depan atau atas

6

Plantar fleksi

Gerakan telapak kaki ke

bawah atau ke belakang

Page 43: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

33

7

Elevasi

Gerakan tulang belikat

ke atas

8

Depresi

Gerakan tulang belikat

ke bawah

9

Inversi

Gerakan sendi kaki ke

arah dalam

10

Eversi

Gerakan sendi ke arah

luar

11

Rotasi

Gerakan sendi dengan

cara memutar pada

sumbu vertikal tulang

12

Oposisi

Gerakan melingkar pada

ibu jari

13

Supinasi

Gerakan telapak tangan

dimana permukaan

tangan bergerak ke atas

14 Pronasi Gerakan telapak tangan

dimana permukaan

tangan bergerak ke

bawah

ROM pasif terdiri dari gerakan pada persendiaan sebagai berikut:

Menurut Potter & Parry (2010),

Gambar 2.4 tabel gerakan ROM pasif

Gerakan Penjelasan Rentang

Siku

Fleksi

Menggerakkan

siku sehingga lengan

bahu bergerak ke

depan

150º

Ekstensi

sendi bahu dan tangan

sejajar bahu.

Meluruskan siku

Dengan meluruskan

tangan

150º

Page 44: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

34

Lengan

bawah

Supinasi

Memutar lengan

bawah dan tangan

sehingga telapak

tangan

70-90º

Pronasi

Menghadap ke atas

Memutar lengan

bawah sehingga

telapak tangan

menghadap ke bawah

70-90º

120-130º

Lutut

Fleksi

Menggerakkan tumit

ke arah belakang paha.

120-130º

Ekstensi

Mengembalikan

tungkai ke lantai

10º

Kaki

Inversi

Memutar telapak kaki

ke samping dalam.

10º

Eversi

Memutar telapak kaki

ke samping luar

10º

f. SOP range of motion (ROM)

1) Latihan ROM pasif

a) Pengertian

Latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang

menggerakkan persendian klien sesuai dengan rentang

geraknya.

b) Tujuan

Menjaga fleksibilitas dari masing-masing persendian

Page 45: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

35

c) Indikasi

(1) Kelemahan otot

(2) Fase rehabilitasi medik

(3) Klien dengan tirah baring lama

d) Kontra indikasi

(1) Trombus/ emboli pada pembuluh darah

(2) Kelainan sendi/ tulang

(3) Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung)

(4) Klien dengan peningkatan tekanan intrakranial

2) Attention

a) Monitor keadaan umum klien dan tanda-tanda vital sebelum dan

setelah latihan

b) Tanggap terhadap respon ketidaknyamanan klien

c) Ulangi gerakan sebanyak 3 kali

3) Prosedur pelaksanaan

a) Cuci tangan untuk mencegah transfer organisme

b) Jaga privasi klien dengan menutup pintu atau memasang

sekelsel

c) Beri penjelasan kepada klien mengenai apa yang akan anda

ajarkan dan minta klien untuk dapat bekerja sama.

d) Atur ketinggian tempat tidur yang sesuai agar memudahkan

perawat dalam bekerja, terhindar dari masalah pada penjajaran

tubuh dan pergunakan selalu prinsip-prinsip mekanika tubuh.

Page 46: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

36

e) Posisikan klien dengan posisi supinasi dekat dengan perawat,

buka bagian tubuh yang akan digerakkan.

f) Rapatkan kedua kaki dan letakkan kedua lengan pada masing-

masing sisi tubuh.

g) Kembalikan pada posisi awal setelah masing-masing gerakan.

Ulangi masing-masing gerakan tiga kali.

h) Selama latihan pergerakan, kaji kemampuan untuk menoleransi

gerakan, rentang gerak (ROM) dari masing-masing persendian

yang bersangkutan

i) Setelah latihan pergerakan, kaji denyut nadi dan ketahanan

tubuh terhadap latihan.

j) Catat dan laporkan setiap masalah yang tidak diharapkan atau

perubahan pada pergerakan klien, misalnya adanya kakuan dan

kontraktur

(Lukman,Nurna, 2009).

Page 47: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

37

37

B. Kerangka Teori

Trauma putar, dengan gaya angulasi, cedera tidak langsung pada kaki

Salahsatu fragmen tulang yang patah dapat menembus kulit cedera langsung akan

menembus atau merobek kulit di atas fraktur.

Fraktur kruris terbuka

Terputusnya

hubungan tulang

Kerusakan jaringan lunak

Ketidakmampuan

melakukan pergerakan

kaki

Terapi imobilisasi

gips sirkular terapi

bedah fiksasi

interna dan

eksterna. Hambatan

mobilitas

risiko

tinggi

trauma

Ketidaktahuan

teknik mobilisasi

Risiko

malunion,d

elayed

union, non

union,

footdrop

Respons

psikologis

Kerusakan saraf

spasme otot

Kerusakan otot,

kulit

Kerusakan vaskular

Kerusakan arteri dan

kehilangan banyak

darah

Risiko tinggi

syok

hipovolemik

Pembengkakan

lokal

Risiko sindrom

kompartemen

Kerusakan

integritas

kulit

Resiko tinggi

infeksi

Nyeri

Pasca

bedah

Respon lokal

: nyeri,

parestesia,

perfusi

distal.

CRT >3

detik, denyut

nadi (-),

pucat.

Ansietas

gangguan citra

tubuh

Port de

entree

Pemenuhan informasi

Sumber : (Muttaqin, 2012)

Terapi

fasiotomi

Gambar 2.1 kerangka teori

Page 48: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

38

C. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.2 kerangka konsep penelitian

Kekuatan Otot

Menurun

Manajemen ROM Kekuatan Otot

Meningkat

Page 49: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

39

BAB III

METODOLOGI PENULISAN

A. Rancangan Studi Kasus

Jenis dan rancangan penulisan ini menggunakan metode studi

kasus. Tindakan keperawatan pada pasien, penulis menggunakan metode

deskriptif. Penelitian bertujuan untuk menggambarkan suatu asuhan

keperawatan dengan gangguan mobilitas fisik mulai dari pengkajian,

diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Serta untuk

menggambarkan pemberian terapi range of motion (ROM) dalam

pemenuhan kebutuhan mobilitas pada pasien post ORIF fraktur cruris.

B. Subjek Studi Kasus

Kriteria sampel

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik yang bersifat umum sebagai

subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan yang

akan diteliti. Contohnya yaitu : penelitian tentang pengaruh mobilisasi

pada klien pascaoperasi terhadap kekuatan otot pada pasien post ORIF

fraktur cruris maka yang akan menjadin pertimbangan dalam

kriteria inklusi adalah jenis anestesi yang diberikan , umur klien,

karena faktor tersebut akan mempengaruhi hasil intervensi.

Page 50: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

41

2. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi adalah mengeluarkan/ menghilangkan subjek untuk

memenuhi kriteria inklusi dari hasil studi (Nursalam, 2013).

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Sub

variabel

Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur

1.

2

3

Fraktur

cruris

Gangguan

mobilitas

fisik

Range of

motion

terputusnya hubungan

tulang tibia-fibula

adalah keadaan individu

mengalami/ berisiko

mengalami keterbatasan

fisik

gerakan dalam keadaan

normal dapat dilakukan

oleh sendi yang

bersangkutan. Latihan

range of motion adalah

latihan yang dilakukan

untuk mempertahankan

atau memperbaiki

tingkat kesempurnaan

kemampuan

menggerakkan

persendian secara normal

observasi

dan catatan

medis

observasi

tingkat

kekuatan

otot

nilai

kekuatan

otot

Page 51: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

42

dan lengkap untuk

meningkatkan massa otot

dan tonus otot

D. Tempat Dan Waktu

Pengambilan studi kasus ini akan dilaksanakan pada bulan Februari

sampai Mei 2019 di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

E. Pengumpulan Data

1. Metode pengumpulan data

Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus

ini adalah :

a. Metode observasi

Observasi dilakukan dalam studi kasus ini adalah melihat seberapa

mampu pasien melakukan mobilisasi, perubahan warna kulit,

oedema, deformitas, dan juga dengan penilaian kekuatan otot

dengan skala 1-5.

b. Metode wawancara

Teknik wawancara yang lazim digunakan adalah wawancara

dengan menggunakan kuesioner dan wawancara berbekal

Page 52: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

42

daftar pertanyaan dan dilakukan secara indepth atau intens,

sehingga disebut sebagai wawancara mendalam (Wibowo, 2014).

Wawancara yang dilakukan penulis dalam studi kasus ini dengan

cara alloanamnesa dengan keluarga pasien dan autoanamnesa

dengan pasien.

c. Metode pengukuran atau pemeriksaan

1) Pada studi kasus ini penulis melakukan kemampuan mobilisasi

pasien.

2) Pada studi kasus ini penulis melakukan pengukuran kekuatan

otot dari skala 1-5.

3) Pada studi kasus ini penulis melakukan range of motion (ROM)

untuk meningkatkan kekuatan otot pada pasien.

d. Dokumentasi

Studi kasus ini menggunakan catatan medik untuk memperoleh

data pasien dan hasil pemeriksaan (rontgen), program pengobatan

terapi yang diberikan.

2. Instrumen studi kasus

Instrumen yang digunakan pada studi kasus ini, antara lain :

a. Format asuhan keperawatan

b. Penilaian kekuatan otot skala 1-5.

c. SOP ROM

Page 53: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

43

F. Metode Analisa Data

Membandingkan perubahan/ pemenuhan kebutuhan mobilitas fisik setelah

diberikan terapi range of motion (ROM) antara dua pasien.

G. Etika Penelitian

Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang

sangat penting dalam penelitian mengingat penelitian keperawatan akan

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika harus

diperhatikan (Hidayat, 2009). Etika studi kasus ini meliputi :

1. Informed Consent (persetujuan)

Dalam studi kasus ini penulis melakukan komunikasi terapeutik dan

lembar Informed Consent untuk meminta persetujuan klien.

2. Annonimity (tanpa nama)

Dalam studi kasus ini penulis tidak mencantumkan nama responden

pada lembar alat ukur dan lembar asuhan keperawatan hanya

menuliskan inisial pada lembar pengumpulan data.

3. Confidentially (kerahasiaan)

Penulis menjamin kerahasiaan informasi responden hanya data tertentu

yang dilaporkan sebagai hasil studi kasus.

Page 54: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

44

4. Ethical Clearence

Rancanganpenelitian yang telah memenuhi kaidah etik penelitian dapat

dibuktikan dengan adanya surat ethical clearance yang dapat diberikan

oleh komisi etik penelitian dan surat izin yang sudah disahkan oleh

institusi Pendidikan kepadaKepalaBidang Pendidikan dan Pelatihan

RSKB Karima Utama Surakarta. Selanjutnya, suratethical clearance

dan suratpengantar penelitian untuk pengambilan data dapat diterima

untuk diteruskan kepada Kepala Ruang bangsal RSUP Dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten. Surat ini bertujuan untuk melindungi subjek

penelitian dari bahaya fisik, psikis (tertekan dan penyesalan), sosial

dan konsekuensi hukum (dituntut) sebagai akibat turut berpatisipasi

dalam suatu penelitian.

Page 55: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

DAFTAR PUSTAKA

Asikin, M.,Nasir, M., Podding, I. T.,&Susaldi . (2016). Keperawatan

Medikal Bedah Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Balai Penerbit

Erlangga.

Lukman & Ningsih, N. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Mubarak, W. I. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Ed 1.

Jakarta: Salemba Medika.

Noor, Z. (2016). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta Selatan:

Salemba Medika.

Nursalam. (2013). Metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta :

Salemba Medika

Nursalam. (2015) . Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :

Salemba Medika.

Noorisa, R., Apriliawati, D., Aziz, A., Bayusentono, S.(2017). The

Characteristic of Patients with Femoral Fracture in

department of Orthopaedic and Traumatology RSUD dr.

Soetomo Surabaya2013-2016.E journal of Orthopaedi &

Traumatology Surabaya. Volume 6. No 1 :Tersedia di

http://journal.unair.ac.id/journaloforthopaedicandtraumatologysur

abaya-media-104.html. Diunduh pada 11 Oktober 2018pukul

20.30WIB.

Reni, P, G., Armayanti,. (2014). Pemberian latihan rentang gerak

terhadap fleksibilitas anggota gerak sendi. Fakultas Imu

Keperawatan Unand. Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1,

Oktober 2014 : Tersedia di

http://ners.fkep.unand.ac.id/index.php/ners/article/download/41/36

diunduh pada senin 29 oktober 2018 pukul 19.13.

Sarimawar, D., Retno, W., Kristina, T., Doni, L., Joko, I., (2016).

Gambaran kecelakaan lalu lintas di Indonesia, 2010-2014.

Description of traffic Accident in Indonesia.Jakarta

Tersedia dihttp://media.neliti.com di unduh pada tanggal 11

Oktober 2018 pukul 14.36

Page 56: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

Wibowo. (2014). Metodologi praktis dibidang kesehatan. Jakarta : Balai

Penerbit Rajawali Pers.

Yasmara, D., Nursiswati, Arafat, R. (2016). Rencana Asuhan Keperawatanm

Medikal-Bedah Diagnosis Nanda-I 2015-2017 Intervensi Nic Hasil

Noc. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI Tahun2013.

Jakarta. Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS).2013).Tersedia di

http://www.depkes.go.id/resources/download/general/hasil%2520riskes

das%25202013.pdf diunduh pada selasa 13 november 2018 pukul 17.52

WIB

World Health Organization (2015). Global status report on road safety 2015

tersedia di

http://www.who.inh/violenceinjuryprevention/road_safety_status/2015/

en diunduh pada selasa 13 november 2018 pukul 20.56 WIB

Page 57: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

Lampiran 1

PROSEDUR PEMBERIAN TERAPI RANGE OF MOTION (ROM)

MEMBERIKAN TERAPI RANGE OF MOTION (ROM)

STANDAROPERASIONAL

PROSEDUR

NO DOKUMEN NO REVISI

PENGERTIAN Latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang menggerakkanpersendian klien sesuai dengan rentang geraknya.

TUJUAN Menjaga fleksibilitas dari masing-masing persendian.INDIKASI Kelemahan otot

Fase rehabilitasi medikKlien dengan tirah baring lama

PETUGAS PerawatKONTRAINDIKASI

Tromboli/ emboli pada pembuluh darahKelainan sendi/ tulangKlien dengan tirah baring lama

PROSEDURPELAKSANAA

N

1) Fase Pra Interaksia) Membaca catatan pasien

2) Fase Orientasia) Memberikan salam dan tersenyum kepada pasien/keluargab) Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukanc) Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukand) Menjelaskan waktu yang akan digunakan untuk

pelaksanaan tindakane) Menjaga privasi pasien dengan memasang tirai (bila perlu)f) Mengatur posisi klien sesuai indikasi

3) Fase Kerjaa) Cuci tanganb) Jaga privasi klien dengan menutup skalselc) Beri penjelasan kepada klien mengenai apa yang diajarkan

dan minta klien untuk dapat bekerja samad) Atur ketinggian tempat tidur yang sesuaie) Posisikan klien sesuai anjuranf) Buka bagian tubuh yang akan digerakkan

4) Fase Terminasia) Merapikan alat yang digunakan dan mengembalikan pada

Page 58: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

tempatnyab) Mengkaji respon pasien setelah pemberian terapi Range

Of Motion (ROM)c) Mencuci tangand) Mendokumentasikan tindakan dengan mencatat secara

jelas sesuai ketentuan institusiDOKUMENTERKAIT

Reni, P, G., Armayanti,. (2014). Pemberian latihan rentang gerak terhadap fleksibilitas anggota gerak sendi. Fakultas Ilmu Keperawatan Unand. Ners Jurnal Keperawatan Volume 10 Nomer 1, Oktober 2014 tersedia di http://ners.fkep.unand.ac.id/index.php/ners/article/download/41/36

Page 59: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

Lampiran 2

Format Penilaian Kekuatan Otot

Nama Paien :

Umur :

Hari/tanggal :

Bagian tubuh yang dilakukan ROM :

Keadaan Fungsi Otot Nilai Hasil (√)

Tidak terdapat kontraksi otot 0

Sedikit gerakan/tegangan 1

Terdapat gerakan, tetapi tidak mampu menahan

gravitasi

2

Terdapat gerakan dan mampu menahan gravitasi 3

Mampu melawan gravitasi dan sedikit tahanan 4

Mampu melawan gravitasi dan tahanan yang

kuat.

5

Page 60: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

No

Hari, tanggal

Hasil Observasi Kekuatan Otot

Keterangan Pagi Sore

Page 61: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

Lampiran 4

ANALISA DATA

NAMA PASIEN : ...............

UMUR : ...............

DATA KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH

Page 62: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

Lampiran 5

NO DIAGNOSA

KEPERAWATAN

INTERVENSI RASIONAL

Page 63: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

Lampiran 6

CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA PASIEN : ...............

UMUR : ...............

NO TANGGAL

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

CATATAN

PERKEMBANGAN

TANDA

TANGAN

Page 64: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

Lampiran 7

CATATAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : ...............

UMUR : ...............

TANGGAL

JAM

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

CATATAN KEPERAWATAN TANDA

TANGAN

Page 65: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF
Page 66: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

Lampiran 8

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Program Studi D III

Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta :

Nama : Atika Nur Fadhilla

NIM : P27220016059

Bermaksud mengadakan studi kasus dengan judul “Pemberian Terapi

Range of Motion (ROM) Pada Pasien Post ORIF Fraktur Cruris Untuk

Meningkatkan Kekuatan Otot”. Untuk terlaksananya kegiatan tersebut, saya

meminta kesediaan saudara untuk berpartisipasi dan bersedia menjadi pasien

kelolaan dengan cara mengikuti terapi ROM yang akan saya berikan untuk

meingkatkan kekuatan otot pasca ORIF. Identitas dan seluruh informasi dari

saudara akan saya jamin kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk

kepentingan studi kasus. Apabila saudara berkenan untuk menjadi pasien

kelolaan, mohon kiranya saudara terlebih dahulu bersedia menandatangani lembar

persetujuan menjadi pasien kelolaan (informed consent).

Demikianlah permohonan saya, atas perhatian serta kerjasama saudara

dalam studi kasus ini, saya ucapkan terima kasih.

Pembuat Studi Kasus

Atika Nur Fadhilla

Page 67: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

Lampiran 9

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PASIEN KELOLAAN

(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Pekerjaan :

Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi pasien kelolaan studi

kasus yang dilakukan oleh Atika Nur Fadhilla (P27220016059), mahasiswa

Program Studi D III Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta yang berjudul

“Pemberian Terapi Range of Motion (ROM) Pada Pasien Post ORIF Fraktur

Cruris Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot”. Saya mengerti dan memahami

bahwa studi kasus ini tidak akan berdampak negatif bagi saya, oleh karena itu

saya bersedia untuk menjadi pasien kelolaan pada studi kasus ini.

Surakarta,................2019

Responden

( )

Page 68: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF

Lampiran 10

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Studi Kasus

No. Jenis

Kegiatan

Tahun 2018 Tahun 2019

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

1. Pengajuan

judul

2. Penyusunan

proposal,

presentasi

proposal

3. Perijinan

4. Pengumpulan

data

5. Analisis data

6. Penulisan

hasil

7. Laporan hasil

8. Ujian/seminar

hasil

Page 69: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF
Page 70: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF
Page 71: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF
Page 72: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF
Page 73: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF
Page 74: PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF