proposal juni.docx

77
Penerapan Pendekatan Kontekstual Dengan Tugas Membuat Peta Konsep Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP N 1 Kamang Magek Proposal Oleh: JUNI PUTRI NIM: 2411.054

Upload: juni-putri

Post on 28-Nov-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: proposal juni.docx

Penerapan Pendekatan Kontekstual Dengan Tugas Membuat Peta Konsep Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP N 1 Kamang Magek

Proposal

Oleh:

JUNI PUTRINIM: 2411.054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN TARBIYAHSEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI 2013/2014

Page 2: proposal juni.docx

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah............................................................... 6

C. Batasan Masalah..................................................................... 6

D. Rumusan Masalah................................................................... 7

E. Asumsi.................................................................................... 7

F. Tujuan Penelelitian................................................................. 7

G. Definisi Operasional............................................................... 8

H. Manfaat Penelitian.................................................................. 8

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran Matematika...................................................... 10

B. Hakikat pengajaran dan pembelajaran kontekstual................ 14

C. Strategi belajar peta konsep (concept mapping)..................... 22

D. Hasil Belajar........................................................................... 25

E. Kerangka Konseptual............................................................. 27

F. Hipotesis................................................................................. 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian....................................................................... 29

B. Populasi dan Sampel............................................................... 30

C. Variabel dan Data Penelitian.................................................. 36

D. Prosedur Penelitian................................................................. 37

E. Instrument Penelitian.............................................................. 40

F. Teknik Analisis Data.............................................................. 44

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: proposal juni.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan manusia untuk

menumbuhkembangkan potensi-potensi yang dimiliki sejak lahir, baik jasmani

maupun rohani, sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan

kebudayaan. Pendidikan pada umumnya berarti daya upaya untuk memajukan

pertumbuhan iman, budi perkerti, akhlak, karakter, pikiran (intelek) dan jasmani

anak. Dalam islam, perintah yang pertama kali diperintahkan oleh Allah kepada

hamba-nya bukanlah perintah shalat, zakat, puasa, ataupun haji melainkan

membaca. Membaca berarti belajar, jadi Allah memerintahkan kepada hamba-

Nya adalah untuk belajar. Sebagai balasan Allah kepada hamba-Nya yang telah

belajar terdapat dalam firman-Nya dalam surat Al-mujaadalah ayat 111:

�وَن� �ْع�َم�ُل َت يٌر ِب َم�ا َخ� �ُه� ِب َج�اٍت� َو�الُل �َم� َد�َر� �ْع ُل �وا ال �َوَت �ِذ يَن� ُأ َو�ال

�َم� �ُك �وا ِم ْن �ِذ يَن� آِم�ْن �ُه� ال َف�ِع الُل �ٌر� ي ...

Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan

Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Islam tidak menyuruh kepada penganutnya untuk belajar agama saja,

tetapi juga ilmu umum. Ini berdasarkan hadits Rasulullah SAW yang

1 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya .(Bandung:CV Penertbit Diponegoro, 2005) hal. 434

Page 4: proposal juni.docx

diriwayatkan oleh Ibn Abdul Barr2 yang artinya: “Tuntutlah ilmu walau di

negeri cina”. Pada masa tersebut negeri cina merupakan negara yang maju

dalam dunia pendidikan dan teknologinya.

Salah satu cabang ilmu dalam dunia pendidikan adalah matematika.

Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mempunyai peranan

penting dalam dunia pendidikan. Dapat dikatakan Matematika sebagai jembatan

antar ilmu, karena matematika menghubungkan berbagai macam bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi misalnya ilmu fisika, kimia, biologi, kedokteran,

ekonomi, farmasi, dan teknologi informatika. Sehingga perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang terjadi tidak terlepas dari ilmu

matematika.

Mengingat pentingnya pelajaran matematika dalam kehidupan, maka

seorang guru diharapkan mampu mendidik, melatih, memotivasi, dan membuat

siswa senang belajar matematika, agar tujuan pelajaran matematika dapat

dicapai. Adapun tujuan pelajaran matematika tersebut dikemukakan oleh

Suherman, yaitu3:

1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di

dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan

bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur,

efektif dan efisien.

2 Salim Bahreisy, Irsyadul ‘ibad ilasabilirrasyad, (Surabaya: Darussaggaf, 1997), hal. 343 Erman Suherman, Strategi Pembelpelajaran Matematika Kontemporer ,(Bandung: JICA 2001), hal. 56

Page 5: proposal juni.docx

2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola

pikir matematika dalam kehidupan sehari- hari dan dalam mempelajari

berbagai ilmu pengetahuan.

Demi tercapainya tujuan pelajaran matematika di atas, banyak hal yang

dapat dilakukan. Salah satunya adalah usaha pemerintah dengan melakukan

pembaharuan dan penyempurnaan kurikulum. Selama perjalanannya, dunia

pendidikan Indonesia telah menerapkan enam kurikulum yaitu kurikulum 1968,

kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, revisi kurikulum 1994 dan

kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (meski belum sempat

disahkan oleh pemerintah, tetapi sempat berlaku disekolah piloting project),

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikeluarkan pemerintah

melalui Permen Diknas Nomor 22 tentang Standar Isi, Permen Diknas Nomor

23 tentang Standar Kompetensi Lulusan, dan Permen Diknas Nomor 24 tentang

Pelaksanaan kedua Permen Tersebut4. Dan terakhir kurikulum 2013 yang baru-

baru ini dikeluarkan oleh pemerintah.

Upaya pemerintah tersebut belum memberikan hasil yang maksimal

pada pelajaran matematika di sekolah. Berdasarkan observasi yang penulis

lakukan di SMP N 1 Kamang Magek, penulis melihat guru menjelaskan materi

secara klasikal, dimana guru menjelaskan materi dengan disertai contoh,

kemudian memberi latihan kepada siswa secara individu. Pada saat guru

menjelaskan materi, tidak semua siswa memperhatikan dengan baik. Ketika

guru memberikan soal- soal latihan, tidak semua siswa yang mengerjakannya.

4 Kunandar, Guru Profesional,(Jakarta:PT Rajagrafindo Persada, 2007), hal.107

Page 6: proposal juni.docx

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan beberapa orang

siswa, mereka berpendapat bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang

sulit dan menjenuhkan. Mereka merasa tidak ada yang menarik dari pelajaran

matematika. Oleh karena itu mereka menginginkan adanya pelajaran yang dapat

membuat mereka termotivasi untuk mengikuti pelajaran matematika. Sedangkan

berdasarkan wawancara penulis dengan guru yang mengajar matematika di

kelas VIII SMP N 1 Kamang Magek, beliau mengeluhkan kurangnya motivasi

siswa dalam mengikuti pelajaran matematika.

Permasalahan di atas menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa kelas

VIII SMP N 1 Kamang Magek. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil Ujian

Tengah Semester 1 matematika siswa Kelas VIII SMP N 1 Kamang Magek

tahun pelajaran 2013 - 2014.

Tabel 1. Persentase Ketuntasan Hasil Ujian Tengah Semester 1 Kelas VIII SMP N 1 Kamang Magek Tahun Pelajaran 2013 – 2014

KelasJumlah Siswa

(orang)Rata-Rata Persentase Ketuntasan

Tuntas (%)Tidak Tuntas

(%)VIII 1 17 60,18 41,18 58,82VIII 2 18 45,39 16,67 83,33VIII 3 20 59,30 45,00 55,00

(Sumber: Guru Matematika Kelas VIII SMP N 1 Kamang Magek Tahun Pelajaran 2013-2014)

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa rata-rata Ujian Tengah

Semester 1 siswa kelas VIII SMP N 1 Kamang Magek tahun pelajaran 2013 –

2014 dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah

yakni 65. Selain itu, rata- rata jumlah siswa yang tidak tuntas melebihi setengah

dari jumlah siswa di kelas.

Page 7: proposal juni.docx

Salah satu usaha yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi

permasalahan di atas adalah dengan memillih strategi pelajaran yang tepat.

Diantaranya dengan menggunakan strategi belajar yang dapat menarik minat

siswa untuk belajar matematika, seperti penugasan pembuatan peta konsep. Hal

ini sejalan dengan pendapat Nana Sudjana dan Ahmad Riyai yaitu dalam

metodologi pembelajaran ada dua aspek yang paling menonjol yakni metode

mengajar dan media pengajar sebagai alat bantu mengajar5.

Pemetaan konsep menurut Martin (1994), merupakan inovasi baru yang

penting untuk membantu anak menghasilkan pembelajaran bermakna dalam

kelas. Peta konsep menyediakan bantuan visual konkret untuk membantu

mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari. Peta konsep

membantu guru memahami macam-macam konsep yang ditanamkan di topik

lebih besar yang diajarkan. Pemahaman ini akan memperbaiki perencanaan dan

instruksi guru. Pemetaan yang jelas dapat membantu menghindari miskonsepsi

yang dibentuk siswa.6

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan

judul “Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Tugas Membuat Peta

Konsep Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematika pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 Kamang Magek”

B. Identifikasi Masalah

5Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, media pengpelajaran, (Bandung:Sinar Baru Algesindo, 2009), hal.16 Trianto, Mendeasain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2009), hal. 157

Page 8: proposal juni.docx

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka identifikasi

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Pelajaran masih berpusat pada guru.

2. Rendahnya motivasi siswa dalam belajar matematika.

3. Strategi pelajaran yang digunakan guru belum dapat menarik perhatian

siswa.

4. Hasil belajar matematika siswa rendah.

C. Batasan Masalah.

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dijelaskan, tidak semua masalah

diatas dilakukan penelitian, karena mengingat keterbatasan waktu, tenaga,

biaya, dan teori-teori yang mendukung. Maka batasan masalah dalam penelitian

ini adalah: Hasil belajar siswa Kelas VIII SMP N 1 Kamang Magek tahun

pelajaran 2013-2014.

D. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah hasil belajar matematika siswa

kelas VIII SMP N 1 Kamang Magek tahun pelajaran 2013 - 2014 dengan

menggunakan peta konsep akan lebih baik dari pada tanpa mengunakan peta

konsep?

Page 9: proposal juni.docx

E. Asumsi

Asumsi dalam penelitian ini adalah:

1. Penugasan pembuatan peta konsep sesuai dengan materi.

2. Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama dalam belajar dan

mengeluarkan pendapat.

3. Nilai yang diperoleh pada akhir penelitian mencerminkan kemampuan

akademis siswa.

F. Tujuan Penelitian.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk

mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 1 Kamang

Magek tahun pelajaran 2013 - 2014 dengan menggunakan peta konsep akan

lebih baik dari pada tanpa menggunakan peta konsep.

G. Defenisi Operasional

Peta konsep dapat diartikan sebagai ilustrasi grafis konkret yang

mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-

konsep lain pada kategori yang sama (Martin, 1994).

Hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar

yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Nilai diperoleh siswa setelah

melakukan atau mengikuti tes hasil belajar. Hasil belajar dapat dijadikan tolak

Page 10: proposal juni.docx

ukur untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan

memahami suatu pelajaran.

H. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Pendidik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

pendidik di dalam proses belajar mengajar agar pendidik dapat lebih

memahami kebutuhan siswanya sehingga memudahkan dalam

menangani siswanya yang mengalami masalah belajar, dengan

demikian hasil belajar yang optimal dapat dicapai.

b. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

sekolah dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa melalui motivasi

belajar dan strategi pembelajaran yang digunakan guru serta kerja sama

yang baik dengan pihak orang tua dalam rangka membina anak didik

agar dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik.

c. Bagi Orang Tua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

orang tua dalam memberikan dorongan untuk belajar dan dalam

menyediakan fasilitas belajar bagi anak, agar tercapai hasil belajar yang

optimal.

2. Manfaat Teoritis

Page 11: proposal juni.docx

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan penelitian

selanjutnya dengan menambah variabel lain yang berhubungan dengan

usaha mencapai tujuan pendidikan. Di samping itu, hasil penelitian ini juga

dapat dijadikan rujukan untuk penelitian sejenisnya.

Page 12: proposal juni.docx

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran matematika

Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Kecakapan,

pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang terbentuk dan berkembang

disebabkan oleh belajar. Jadi, belajar merupakan proses perubahan tingkah laku

pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan

lingkungannya yang memberikan manfaat bagi dirinya.

Hal di atas sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Cronbach

yaitu: “learning is shown by a change in behavior as a result of experience7”.

Dari pendapat Cronbach tersebut, terdapat kata “change” atau “perubahan”

yang dapat diartikan seseorang setelah mengalami proses belajar, akan

mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuan, keterampilan,

maupun aspek sikapnya. Sehingganya kriteria keberhasilan anak didik dalam

belajar ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu

yang belajar.

Slemato juga menyatakan bahwa:

“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk

memperoleh tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sehingga hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.”8

7 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2008) hal.20

8 Slemato, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta) hal.2

Page 13: proposal juni.docx

Hal ini didukung oleh pendapat Fontana dalam Erman yang menyatakan bahwa

“belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil

dari pengalaman.”9

Menurut Bruner, dalam proses belajar dapat dibeda tiga fase atau episode,

yakni:

a. Informasi

Dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang

menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan

memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang

telah kita ketahui sebelumnya.

b. Transformasi

Informasi yang telah diperoleh harus dianalisis, diubah atau

ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar

dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal itu bantuan guru

sangat diperlukan.

c. Evaluasi

Dari dua fase sebelumnya, kita nilai hingga manakah pengetahuan yang

kita peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami

gejala-gejala lain10

9 Erman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: UPI) hal. 8

10 Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) hal.9-10

Page 14: proposal juni.docx

Teori mengenai pembelajaran terdiri dari beberapa pandangan para ahli

pendidikan. Menurut Fontana pembelajaran merupakan upaya penataan

lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan

berkembang secara optimal11. Kemudian menurut konsep sosiologi,

pembelajaran adalah rekayasa sosio-psikologis untuk memelihara kegiatan

belajar tersebut sehingga tiap individu yang belajar akan belajar secara optimal

dalam mencapai tingkat kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota

masyarakat yang baik12. Sedangkan menurut konsep komunikasi pembelajaran

adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru, siswa dengan

siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi

kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan. Guru berperan sebagai komunikator,

siswa sebagai komunikasikan, dan materi yang dikomunikasikan berisi pesan

berupa ilmu pengetahuan13. Sementara itu menurut Oemar Hamalik

pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran14.

Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran menurut

Oemar Hamalik, yaitu:

1. Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang

merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran dalam suatu recana khusus.

11 Erman suherman..., hal. 812 Erman suherman..., hal. 913 Erman Suherman..., hal.914 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara,

2008) hal. 57

Page 15: proposal juni.docx

2. Kesalingtergantungan (interdependence) antara unsur-unsur sistem

pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat

esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem

pembelajaran.

3. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak

dicapai.15

Erman Suherman menjelaskan bahwa dalam pembelajaran matematika,

para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman

tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek

(abstraksi)16.Tujuan umum pembelajaran matematika pertama adalah

memberikan penekanan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa. Dan

tujuan kedua adalah memberikan penekanan pada keterampilan dalam

penerapan matematika, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

membantu mempelajari ilmu pengetahuan lainnya17.

Dalam pembelajaran matematika, seorang guru semestinya tidak hanya

sebatas mengajar pelajaran matematika sebagai penyajian materi-materi

matematika belaka. Topik-topik dalam matematika sebaiknya tidak disajikan

sebagai materi secara parsial, tetapi harus diintegrasikan antara satu topik

dengan topik lainnya, bahkan dengan bidang lain. Matematika harus

diperkenalkan dan disajikan kedalam kehidupan kita. Menyajikan matematika

hanya sebagai kumpulan fakta-fakta saja tidak akan menumbuhkan

15 Oemar Hamalik, … , hal. 6616 Erman Suherman , … ,hal. 5517 Erman Suherman , … , hal. 56-57

Page 16: proposal juni.docx

kebermaknaan dan hakekat matematika sebagai queen of the scince dan sebagai

pelayan ilmu lainnya.

B. Hakikat pengajaran dan pembelajaran kontekstual

a. Istilah dan pengertian

Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru

mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan

memotivasi siwa membuat hubungan antara pengetahuan dan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga

negara, dan tenaga kerja (US. Departement of Education the National

School-to-Work Office yang dikutip oleh Blanchard,2001).

Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa-

siswa TK sampai denagn SMU untuk menguatkan, memperluas, dan

menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam

berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat

memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang

disimulasikan (University of Washington, 2001).

CTL menekankan pada berpikir tingkat lebih tinggi, transfer

pengetahuan lintas disiplin, serta pengumpulan, penganalisisan dan

pensintesian informasi dan data dari berbagai sumber dan pandangan.

Teori pembelajaran kontekstual berfokus pada multiaspek lingkungan

belajar diantaranya ruang kelas, laboratorium (IPA, IPS, Bahasa,

Page 17: proposal juni.docx

Bengkel Kerja), laboratorium komputer, tempat bekerja maupun tempat-

tempat lainnya (ladang, sungai, pasar, dan sebagainya). Ini mendorong

para guru untuk memilih dan mendesain lingkungan belajar yang

dimungkinkan untuk mengaitkan berbagai bentuk pengalamn sosial,

budaya, fisika, dan psikologi dalam mencapai hasil belajar. Di dalam

suatu lingkungan yang demikian, siswa menemui hubungan yang sangat

bermakna antara ide-ide abstrak dan penerapan praktis di dalam konteks

dunia nyata; konsep dipahami melalui proses penemuan, pemberdayaan,

dan hubungan. (Cecep,2002: 7-9)

b. Strategi pembelajaran kontekstual

1. Menghubungkan (relating)

Relating adalah belajar dalam suatu konteks sebuah pengalaman

hidup yang nyata atau awal sebelum pengetahuan itu diperoleh

siswa. Guru menggunakan relating ketika mencoba

menghubungkan konsep baru dengan sesuatu yang telah

diketahui oleh siswa.

2. Mencoba (experiencing)

Pada bagian ini guru harus bisa memberikan kegiatan yang

hands-on kepada siswa sehingga dari kegiatan yang dilakukan

siswa tersebut siswa dapat membangun pengetahuannya.

3. Mengaplikasi (applying)

Page 18: proposal juni.docx

Pada kenyataannya siswa mengaplikasikan konsep-konsep ketika

mereka berhubungan dengan aktivitas penyelesaian masalah

yang hands-on dan proyek-proyek. Guru dapat memotivasi suatu

kebutuhan untuk memahami konsep dengan memberikan latihan

yang realitas dan relevan.

4. Bekerja sama (cooperating)

Pengalaman dalam bekerja sama tidak hanya menolong untuk

mempelajari suatu bahan pelajaran, hal ini juga secara konsisten

berkaitan dengan penitikberatan pada kehidupan nyata dalam

pengajaran kontekstual.

5. Proses transfer ilmu (transferring)

Transfering adalah strategi mengajar yang didefenisikan sebagai

menggunakan pengetahuan dalam sebuah konteks baru atau

situasi baru suatu hal yang belum teratasi/ diselesaikan dalam

kelas.

c. Elemen dan karakter CTL

CTL memiliki lima elemen belajar, yaitu :

1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge).

2. Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge).

3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge).

4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman (applying

knowledge).

Page 19: proposal juni.docx

5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge).

CTL juga memiliki karakteristik yang membedakan dengan model

pembelajaran lainnya, yaitu :

1. Kerja sama

2. Saling menunjang

3. Menyenangkan, mengasyikkan

4. Tidak membosankan

5. Belajar dengan bergairah

6. Pembelajaran terintegrasi

7. Menggunakan berbagai sumber siwa aktif

d. Komponen pembelajaran kontekstual

Menurut (Johnsons B. Elaine, 2002) komponen belajar kontekstual

yaitu18 :

1. Menjalin hubungan-hubungan yang bermakna (making meaningful

connections).

2. Mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berarti (doing significant

work).

3. Melakukan proses belajar yang diatur sendiri (self-regulated

learning).

4. Mengadakan kolaborasi (collaborating).

5. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thingking).

18 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengemabangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA, 2012), hal. 192

Page 20: proposal juni.docx

6. Memberikan layan secara individual (nurturing the individual).

7. Mengupayakan pencapaian standar yang tinggi (reaching high

standards).

8. Menggunakan asesmen autentik (using authentic assesment).

e. Prinsip pembelajaran kontekstual

Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan

oleh guru, yaitu :

1. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam CTL

yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi

sedikit yang hasilnya di perluas melalui konteks yang terbatas.

Dalam CTL strategi untuk membelajarkan siswa menghubungkan

antara setiap konsep dengan kenyataan merupakan unsur yang

diutamakan dibandingkan dengan penekanan terhadap seberapa

banyak pengetahuan yang harus diingat oleh siswa. Pembelajaran

akan dirasakan memiliki makna apabila secara langsung maupun

tidak langsung berhubungan dengan pengalaman sehari-hari yang

dialami oleh siswa itu sendiri

2. Menemukan (Inquiry)

Menemukan, merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya

menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan

keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan

Page 21: proposal juni.docx

bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta,

tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.

Dilihat dari segi kepuasan secara emosional, sesuatu hasil

menemukan sendiri nilai kepuasan lebih tinggi diabandingkan

dengan hasil pemberian.

3. Bertanaya (Questioning)

Unsur lain yang menjadi karakteristik utama CTL adalah

kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya. Pengetahuan yang

dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Oleh karena itu,

bertanya merupakan strategi utama dalam CTL.

Dalam implementasi CTL, pertanyaan yang diajukan oleh guru atau

siswa harus dijadikan alat atau pendekatan untuk menggali informasi

atau sumber belajar yang ada kaitannya dengan kehidupan nyata.

Dengan itu tugas guru adalah membimbing siswa melalui pertanyaan

yang diajukan untuk mencari dan menemukan kaitan antra konsep

yang dipelajari dalam kaitan dengan kehidupan nyata.

4. Masyarakat belajar (Learning Community)

Masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan

kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman

belajarnya penerapan learning community dalam pembelajaran di

kelas akan banyak bergantung pada model komunikasi pembelajaran

yang dikembangkan oleh guru, yaitu model komunikasi yang bukan

hanya hubungan antara guru dengan siswa atau sebaliknya, akan

Page 22: proposal juni.docx

tetapi secara luas dibuka jalur hubungan komunikasi pembelajaran

antara siswa dengan siswa yang lainnya.

Kebiasaan penerapan dan mengembangkan masyarakat belajar

dalam CTL sangat dimungkinkan dan dibuka dengan luas

memanfaatkan masyarakat belajar lain di luar kelas.

5. Pemodelan (Modelling)

Saat ini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa,

karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh

guru akan mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai

dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Oleh

karena itu, tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk

mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan

siwa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan

yang dimilki oleh para guru.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru

saja dipelajari. Deangan kata lain refleksi adalah berpikir ke

belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa

mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur

pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari

pengetahuan sebelumnya.

Melalui model CTL, pengalaman belajar bukan hanya terjadi dan

dimilki ketika seseorang siswa berada di dalam kelas, akan tetapi

Page 23: proposal juni.docx

jauh lebih penting dari itu adalah bagaimana membawa pengalaman

belajar tersebut ke luar dari kelas, yaitu pada saat ia dituntut untuk

menanggapi dan memecahkan permasalahan nyata yang dihadapi

sehari-hari.

7. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment)

Tahap terakhir dari pembelajaran kontekstual adalah melakukan

penilaian. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan

informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap

pengalaman belajar siswa. Denagn terkumpulnya berbagai data dan

informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari penerapan

penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru terhadap

proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa.

C. Strategi Belajar Peta Konsep (Concept Mapping)

a. Pengertian konsep dan peta konsep

Konsep atau pengertian merupakan kondisi utama yang diperlukan untuk

menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental

sebelumnya berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari kesimpulan stimulus

dan objek-objeknya (Djamarah dan Zain, 2002.17). Carrol (dalam Kardi,

1997: 2) mendefenisikan konsep sebagai suatu abstraksi dari serangkaian

pengalaman yang didefenisikan sebagai suatu kelompok objek atau

kejadian. Abstarksi, berarti suatu proses pemusatan perhatian seseorang

Page 24: proposal juni.docx

pada situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu, serta

mengabaikan elemen yang lain.

Sedangkan peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang

mengidentifikasi bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke

konsep-konsep lain pada kategori yang sama (Martin, 1994).

b. Cara membuat peta konsep

Pembuatan peta konsep dilakukan dengan membuat suatu sajian visual

atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting atau suatu topik

tertentu dihubungkan satu sama lain.

Langkah-langkah dalam membuat peta konsep sebagai berikut :

1. Memilih suatu bahan bacaan.

2. Menentukan konsep-konsep yang relevan.

3. Mengurutkan konsep-konsep dari yang inklusif ke yang kurang

inklusif.

4. Menyusun konsep-konsep ttersebut dalam suatu bagan, konsep yang

inklusif diletakkan dibagian atas atau puncaknpeta lalu dihubungkan

dengan kata penghubung.

c. Macam – macam peta konsep

Menurut Nur (2000b), peta konsep ada empat macam, yaitu:

1. Pohon jaringan (network tree)

Pohon jaringan cocok digunakan untuk menvisualisasikan hal-hal

berikut :

Page 25: proposal juni.docx

1) Menunjukkan sebab akibat

2) Suatu hierarki

3) Prosedur yang bercabang

4) Istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk

menjelaskan hubungan-hubungan.

2. Rantai kejadian (events chain)

Rantai kejadian cocok digunakan untuk menvisualisasikan hal-hhal

berikut :

1) Memberikan tahap-tahap dari suatu proses

2) Langkah-langkah dalam suatu prosedur linier

3) Suattu urutan kejadian

3. Peta konsep siklus (cycle concept map)

Peta konsep siklus cocok diterapkan untuk menunjukkan hubungan

bagaimana sutau rangkaian kejadian berinteraksi untuk

menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-ulang.

4. Peta konsep laba-laba (spider concept map)

Peta konsep laba-laba cocok untuk menvisualisasikan hal-hal berikut

:

1) Tidak menurut hierarki

2) Kategori yang tidak paralel

3) Hasil curah pendapat

d. Peta konsep sebagai alat evaluasi

Page 26: proposal juni.docx

Peta konsep dapat digunakan untuk mengetahui pengetahuan siswa

sebelum guru mengajarkan suatu topik, menolong siswa bagaimana

belajar, untuk mengungkapkan konsepsi salah (miskonsepsi) yang ada

pada anak, dan sebagai alat evaluasi.

Karena peta konsep bertujuan untuk memperjelas pemahaman suatu

bacaan, sehingga dapat dipakai sebagai alat evaluasi dengan cara

meminta siswa untuk membaca peta konsep dan menjelaskan hubungan

antara konsep satu dengan konsep yang lain dalam suatu peta konsep.

D. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar

yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu19. Hasil belajar dapat diungkapkan

dalam bentuk angka atau huruf yang dapat menggambarkan tingkat penguasaan

siswa terhadap apa yang telah dipelajari. Secara umum hasil belajar selalu di

pandang sebagai perwujudan yang di peroleh siswa melalui proses

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ada dua jenis penilaian yang dapat

digunakan yaitu penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dilakukan

selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang tujuannya untuk menilai sikap

siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan penilaian hasil

dilakukan berdasarkan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses

pembelajaran.

19 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001) hal. 3

Page 27: proposal juni.docx

Hasil belajar siswa dapat diketahui melalui proses evaluasi atau tes,

kemudian hasil tes dinilai oleh guru. Menurut Kunandar penilaian dalam

pembelajaran mencakup 3 aspek20 :

1. Ranah kognitif, berkenaan dengan kemampuan berfikir, termasuk

didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasikan,

menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi.

2. Ranah afektif, mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,

emosi, dan nilai.

3. Ranah psikomotor, mencakup imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan

naturalisasi.

Kunandar menjelaskan penilaian memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai

berikut:

1) Formatif, yaitu merupakan umpan balik bagi guru sebagai dasar untuk

memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial

bagi siswa yang belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.

2) Sumatif, yaitu dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi

pelajaran, menentukan angka nilai sebagai bahan keputusan kenaikan kelas

dan laporan perkembangan belajar siswa, serta dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa.

3) Diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang siswa (psikologis, fisik,

dan lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar.

20 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. (Jakarta, Raja Grafindo Persada. 2007), hal. 385

Page 28: proposal juni.docx

4) Seleksi dan penempatan, yaitu hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk

menyeleksi dan menempatkan siswa sesuai dengan minat dan

kemampuannya21.

Hasil belajar yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah hasil belajar

pada kognitif. Hasil belajar kognitif melalui tes di akhir pembelajaran.

E. Kerangka Konseptual

Dalam pembelajaran matematika banyak sekali faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa, salah satunya adalah rendahnya aktivitas dan

kurangnya minat siswa dalam belajar matematika. Banyak cara yang bisa

dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang mendorong minat siswa

untuk belajar matematika.

Salah satu cara untuk mengatasi kendala tersebut ialah penugasan

pembuatan peta konsep. Karena penugasan ini dianggap mampu meningkatkan

motivasi dan minat siswa dalam belajar matematika.

Setelah menerapkan penugasan pembuatan peta konsep pada kelas

ekperimen dan pembelajaran tanpa menggunakan penugasan pembuatan peta

konsep pada kelas kontrol. Penulis akan melihat hasil belajar kedua kelas

melalui tes hasil belajar. Kemudian penulis membandingkan hasil tes kedua

kelas tersebut. Untuk lebih jelas disajikan secara ringkas pada grafik berikut:

21 Kunandar, … , hal. 391

Hasil belajar Hasil belajar

Kelas eksperimen Kelas kontrol

Siswa

Page 29: proposal juni.docx

Gambar 1. Kerangka Konseptual

F. Hipotesis

Dari rumusan masalah dan pembahasan di atas maka hipotesis awal dari

penelitian ini adalah “hasil belajar siswa yang membuat peta konsep lebih baik

daripada hasil belajar siswa yang tidak membuat peta konsep pada siswa kelas

VIII SMP N 1 Kamang Magek”.

Penugasan pembuatan peta konsep

Tanpa penugasan pembuatan peta konsep

Page 30: proposal juni.docx

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian

adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan

penelitian yang mengungkap hubungan antara dua variable atau lebih

mencari pengaruh suatu variabel dengan variael lain.22

Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah “The Static

Group Comparison: Randomized Control-Group Only Design”,

yaitu penelitian yang dilakukan pada dua kelompok sampel, yaitu kelas

kontrol dan kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen pembelajaran

menggunakan penugasan pembuatan peta konsep, sedangkan dikelas

kontrol dilakukan proses pembelajaran tanpa penugasan pembuatan peta

konsep. Rancangan penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut:

Table 3 . Rancangan Penelitian

Kelas Perlakuan Tes

Eksperimen X T2

Kontrol - T2

Sumber: Sumadi (2003, hal: 100)

Keterangan:

22 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), Cet.ke-16, h. 88

Page 31: proposal juni.docx

X: Perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen yaitu pembelajaran

dengan penugasan pembuatan peta pikiran.

T2 : Tes akhir yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

B. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP N 1

Kamang Magek tahun ajaran 2013-2014

Tabel 4 : Jumlah Siswa Kelas VIII SMP N 1 Kamang Magek Tahun

Ajaran 2013-2014

No Kelas Jumlah Siswa

1 VIII1 17 orang

2 VIII2 18 orang

3 VIII3 16 orang

(Sumber : Guru Bidang Studi Matematika SMP N 1 Kamang Magek)

b. Sampel

Dalam penelitian ini dibutuhkan dua kelas sebagai sampel yaitu

kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan

dengan teknik random sampling. Untuk menentukan kelas sampel,

dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data nilai ujian tengah semester 1 siswa kelas VIII

SMP N 1 Kamang Magek.

b. Melakukan uji normalitas

Page 32: proposal juni.docx

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui data

berdistribusi normal atau tidak, sehingga langkah selanjutnya

tidak menyimpang dari kebenaran.

Hipotesis yang diajukan:

H0 : data populasi berdistribusi normal

H1 : data populasi tidak berdistribusi normal

Adapun langkah-langkah untuk melihat populasi

berdistribusi normal atau tidak, maka digunakan uji lillifors

sebagai berikut:

1) Data x1, x2, x3, … , xn diperoleh dan disusun dari data yang

terkecil sampai yang terbesar.

2) Data x1, x2, x3, … , xn dijadikan bilngan baku z1, z2, z3, … , zn

dengan menggunakan rumus :

z i=xi−X

s

3) Dengan penggunaan daftar distribusi normal baku dihitung

peluang F(zi) = P (z < zi).

4) Menghitung jumlah proporsi skor baku yang lebih kecil atau

sama zi yang dinyatakan dengan S(zi) dengan menggunakan

rumus:

S ( z i )=Banyaknya z1 , z2 , …, zn yang≤ zi

n

5) Menghitung selisih antara F(zi) dengan S(zi) kemudian tentukan

harga mutlaknya.

Page 33: proposal juni.docx

6) Ambil harga mutlak yang terbesar dari harga mutlah selisih itu

diberi simbol L0, L0 = maks |F ( zi )−S ( zi)|.

7) Kemudian bandingkan L0 dengan nilai kritis yang diperoleh dari

daftar nilai kritis untuk uji Liliefors pada taraf α = 0,05.

Kriterianya adalah terima H0 jika L0 ≤ Ltabel.23

c. Melakukan uji homogenitas variansi.

Uji homogenitas tujuannya adalah untuk mengetahui

apakah populasi mempunyai variansi homogen atau tidak. Uji

homogenitas dilakukan dengan uji Barlett dengan langkah-

langkah sebagai berikut:24

1) Membuat hipotesis, yaitu:

H0 : data populasi mempunyai variansi homogen

H1 : data populasi mempunyai variansi tidak homogen

2) Menghitung variansi masing-masing kelompok.

3) Menghitung variansi gabungan dari populasi menggunakan rumus:

s2=∑ (ni−1 ) Si

2

∑ (ni¿−1)¿ .

4) Menghitung harga satuan Barlett (B) dengan rumus:

B=( log s2 )∑ (ni¿−1)¿

23 Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: PT. Tarsito, 2005) h. 466-477

24 Sudjana, … , h. 261

Page 34: proposal juni.docx

5) Menghitung harga satuan Chi-kuadrat (X2) dengan rumus:

X2=( ln10){B−∑ ( ni−1 ) log Si2 }

6) Membandingkan X hitung2 dengan X tabel

2 dengan kriteria bila X hitung2 <

X tabel2 untuk taraf α maka terima H0 artinya populasi homogen.25

d. Melakukan uji kesamaan rata-rata.

Adapun langkah-langkah dalam menguji kesamaan rata-rata

populasi adalah:26

1) Membuat hipotesis

H0 : µ1 = µ 2 = µ3

H1 : Sekurang-kurangnya dua rata-rata tidak sama

2) Menentukan taraf nyata (α)

3) Menentukan wilayah kritiknya dengan menggunakan rumus f > f α

[ k – 1, N – K].

4) Menentukan perhitungan dengan bantuan tabel

25 Sudjana, … , h. 263

26 Ronal, E. Walpole, Pengantar Statistika. ( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka, 1993), h. 383

Page 35: proposal juni.docx

Tabel 5 : Data hasil belajar siswa kelas populasi.

Populasi

1 2 3 K

X11

X12

X1n

X21

X22

X2n

X31

X32

X3n

Xk1

Xk2

Xkn

Total T1 T2 T3 Tk T…

Nilai

TengahX1 X2 X3 Xk X…

Perhitungannya dengan menggunakan rumus :

∑i

k

¿T i

2

N -

T… .2

N

Jumlah Kuadrat Total (JKT) : ∑i=1

k

= ∑j=1

ni

=X i, j2 -

(T…)2

N

Jumlah Kuadrat untuk Nilai Tengah Kolom (JKK):

∑i=1

k

¿Ti

2

N-

T…2

N

Jumlah Kuadrat Galat (JKG) : JKT – JKK

Masukkan data hasil perhitungan ke tabel berikut :

Page 36: proposal juni.docx

Tabel 6. Analisis Ragam Bagi Data Hasil Belajar Siswa

Kelas Populasi.

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat

(JK)

Derajat

Bebas

(dk)

Kuadrat Tengah Fhitung

Nilai

tengah

kolom

JKK k-1 s12= JKK

k−1s1

2

s22

Galat JKG N-K s22= JKG

N−k

Total JKT N-K

5) Keputusannya.

Ho diterima jika f < f α [ k – 1, N – K]

Ho ditolak jika f >f α [ k – 1, N – K].

Analisis variansi dilakukan dengan cara teknik ANAVA

satu arah dengan f < f α [ k – 1, N – K].

e. Pengambilan Sampel

Apabila dari perhitungan di atas diperoleh populasi

berdistribusi normal, homogen serta memiliki kesamaan rata-rata,

maka pengambilan sampel dapat dilakukan secara acak, dengan cara

Page 37: proposal juni.docx

menulis nama kelas dan memasukkan ke dalam pipet, kemudian

penulis memilihnya secara acak. Kertas yang pertama terambil

merupakan kelas eksperimen, sedangkan pada kejadian pengambilan

kedua merupakan kelas kontrol.

C. Variabel dan Data Penelitian

1. Variabel

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian. Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel bebas: Perlakuan dengan penugasan pembuatan peta konsep

b. Variabel Terikat: Hasil belajar matematika siswa di kelas sampel

2. Data

a. Jenis data

Jenis data pada penelitian ini, yaitu:

1) Data primer, yaitu data hasil belajar siswa yang diperoleh selama

penelitian dilakukan.

2) Data sekunder, yaitu data jumlah siswa yang menjadi populasi dan

sampel dari data ujian tengah semester 1 SMP N 1 Kamang Magek

tahun pelajaran 2013-2014.

b. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah siswa kelas

VIII SMP N 1 Kamang Magek yang terdaftar pada semester ganjil

tahun pelajaran 2013-2014, dan guru bidang studi matematika .

Page 38: proposal juni.docx

D. Prosedur Penelitian

Secara umum prosedur penelitian terdiri dari 3 tahap, yaitu: tahap

persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan penelitian ini meliputi:

a. Melaksanakan observasi ke sekolah untuk melihat proses pembelajaran

yang diterapkan didalam kelas.

b. Mengurus izin penelitian.

c. Menenentukan jadwal penelitian.

d. Merencanakan pembelajaran dengan penugasan pembuatan peta konsep

e. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

f. Membuat kisi-kisi soal tes akhir

g. Menyusun soal tes akhir berdasarkan kisi- kisi yang telah dibuat

h. Validasi soal tes akhir.

i. Uji coba soal tes

2. Tahap Pelaksanaan

Dalam pelaksanaannya, penelitian ini terdiri dari dua kelas

sampel. Pada kelas sampel dilakukan pembelajaran matematika dengan

penugasan pembuatan peta konsep, dan kelas kontrol dengan

pembelajaran biasa tanpa penugasan pembuatan peta konsep. Adapun

Page 39: proposal juni.docx

langkah- langkah yang dilakukan pada masing- masing kelas dapat

dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Tahap Pelaksanaan pada kelas kontrol dan

eksperimen

Tahap Pelaksanaan

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pendahuluan

a. Guru melakukan apersepsi

dan motivasi

b. Siswa diberikan gambaran

umum materi pelajaran dan

menjelaskan apa yang akan

ditugaskan nantinya.

Pendahuluan

a. Guru melakukan apersepsi dan

motivasi.

b. Siswa diberikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai.

Kegiatan Inti

1. Guru menjelaskan materi

dengan peta konsep

2. Guru membimbing tanya

jawab.

3. Guru memberikan contoh

soal kepada siswa dan

mengerjakan secara

Kegiatan Inti

1. Guru beserta siswa membahas

soal yang telah dikerjakan siswa.

Guru menjelaskan materi kepada

siswa dengan metode ceramah

dan tanya jawab.

2. Guru memberikan contoh soal

kepada siswa dan mengerjakan

Page 40: proposal juni.docx

bersama-sama

dengan

siswa.

4. Setelah diberi contoh soal,

Guru meminta siswa

mengerjakan latihan.

secara bersama-sama dengan

siswa.

3. Setelah diberikan contoh soal,

siswa disuruh mengerjakan

latihan.

4. Guru beserta siswa membahas

soal yang telah dikerjakan siswa

Penutup

a. Siswa dengan bimbingan

guru menyimpulkan materi

yang telah dipelajari.

b. Guru memberi evaluasi

berupa tes tertulis

c. Guru memberikan tugas

kepada siswa.

d. Guru menyampaikan materi

yang akan dipelajari

selanjutnya.

Penutup

a. Siswa dengan bimbingan guru

menyimpulkan materi yang

telah dipelajari.

b. Guru memberi evaluasi berupa

tes tertulis

c. Guru memberikan tugas kepada

siswa.

d. Guru menyampaikan materi

yang akan dipelajari

selanjutnya.

3. Tahap penyelesaian

Pada tahap penyelesaian dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:

Page 41: proposal juni.docx

1. Memberikan tes pada kedua kelas sampel yang digunakan sebagai data

penelitian.

2. Mengolah data kedua kelas sampel, baik kelas eksperimen maupun kelas

kontrol.

3. Menarik kesimpulan dari data hasil analisis yang digunakan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan dalam mengumpulkan data. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan instrumen berupa tes hasil belajar.

Tes Hasil Belajar

Untuk memperoleh data, maka kedua kelas sampel diberikan tes.

Untuk mendapatkan tes yang baik maka dibuat kisi- kisi soal, dan membuat

soal berdasarkan kisi- kisi tersebut. Untuk menentukan kualitas soal yang

baik dilakukan beberapa hal:

a) Validitas tes

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu tes. Suatu tes yang sahih akan mempunyai validitas

yang tinggi, tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa

yang hendak diukur. Validitas yang diukur adalah validitas isi yaitu jika

tes tersebut dapat mengukur tujuan khusus tertentu yang sesuai dengan

materi pembelajaran yang diberikan.

Validasi soal tes menggunakan rumus korelasi product moment:27

27 Suharsimi Arikunto, Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara …, .h.72

Page 42: proposal juni.docx

r xy=N Σ xy− (Σ x )(Σ y)

√¿¿¿

Keterangan:

rxy = Koefisisen korelasi antara variabel x dan variabel y, dua

variable yang dikorelasikan

x = Skor butir

y = Skor tabel

N = Banyaknya siswa

Kriteria interprestasi “r” product moment:

- Antara 0.80 < r ≤ 1,00 : validitas sangat tinggi

- Antara 0,060 < r ≤ 0,80 : validitas tinggi

- Antara 0,40 < r ≤ 0,60 : validitas cukup

- Antara 0,20 < r ≤ 0,04 : validitas rendah

- Antara 0,00 < r ≤ 0,020 : validitas sangat rendah28

Berdasarkan hasil analisis validitas tes diperoleh nilai r masing-

masing item soal kemudian dicocokkan dengan kriteria interprestasi

product moment.

b) Reliabilitas tes

Reabilitas berhubungan dengan tingkat kepercayaan, dimana

suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi

28 Suharsimi, …, h. 75

Page 43: proposal juni.docx

apabila dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk melihat reabilitas tes

dipakai rumus29

rii = ( nn−1

)(1−∑i=1

n

σ2

σ t2 )

keterangan:

rii : reliabilitas yang dicari

σ 2 : jumlah varians skor tiap- tiap item

σ t2 : varians total

Rumus varians 30:

σ 2=∑ X2−¿¿¿

Nilai rii yang diperoleh disesuaikan dengan kriteria r product

moment pada tabel dengan ketentuan jika r11 > rtabel

maka tes tersebut reliabel

c) Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran soal adalah suatu bilangan

yang menunjukkan sulit mudahnya suatu soal. Soal

yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan

tidak terlalu sulit. Menurut Zainal Arifin, untuk

29 Suharsimi,..., h. 109

30 Suharsimi Arikunto,…, hal 110

Page 44: proposal juni.docx

menghitung tingkat kesukaran dapat digunakan

langkah-langkah berikut31:

1) Menghitung rata-rata skor untuk tiap butir soal

dengan rumus:

Rata−rata= Jumlah skor peserta didik tiap soalJumlah pesertadidik

2) Meghitung tingkat kesukaran dengan rumus:

Tingkat kesukaran= rata−rataskor maksimumtiap soal

3) Membandingkan tingkat kesukaran dengan kriteria

berikut:

0,00 – 0,30 = sukar

0,31 – 0,70 = sedang

0,71 – 1,00 = mudah

Membuat penafsiran tingkat kesukaran

dengan cara membandingkan koefisien tingkat

kesukaran dengan kriteria.

d) Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang

31 Zainal Arifin, … , h. 135

Page 45: proposal juni.docx

berkemampuan rendah. Menurut Zainal Arifin, untuk menentukan daya

pembeda soal dapat digunakan langkah-langkah berikut32:

a) Menghitung jumlah skor total tiap peserta didik.

b) Mengurutkan skor total mulai dari skor terbesar sampai dengan skor

terkecil.

c) Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah. Jika jumlah

peserta didik banyak (di atas 30) dapat ditetapkan 27 %

d) Menghitung rata-rata skor untuk masing-masing kelompok

(kelompok atas maupun kelompok bawah).

1) Menghitung daya pembeda soal dengan rumus:

DP= X KA+X KBSkor Maks

Keterangan :

DP = daya pembeda

X KA = rata- rata kelompok atas

X KB = rata-rata kelompok bawah

2) Membandingkan daya pembeda dengan kriteria sebagai

berikut:

0,40 ke atas = sangat baik

0,30 – 0,39 = baik

0,20 – 0,29 = cukup, soal perlu

diperbaiki

32 Zainal Arifin ,… , hal 133

Page 46: proposal juni.docx

0,19 ke bawah = soal kurang baik, soal harus

dibuang

F. Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh data hasil belajar, perlu dilakukan analisis dengan

menggunakan teknik- teknik yang dikemukakan oleh para ahli dan telah banyak

dipakai oleh peneliti- peneliti sebelumnya.

Tes Hasil Belajar

Untuk memperoleh tes yang baik, maka perlu dilakukan beberapa langkah

sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Melakukan uji normalitas terhadap masing-masing kelompok

data dengan menggunakan uji Lilliefors. Dalam uji normalitas akan

diuji hipotesis yaitu:

H0 : data populasi berdistribusi normal

H1 : data populasi tidak berdistribusi normal

Untuk pengujian hipotesis menurut Sudjana mengemukakan

langkah-langkah sebagai berikut:

i. Data x1, x2, x3, … , xn diperoleh dan disusun dari data yang

terkecil sampai yang terbesar.

ii. Data x1, x2, x3, … , xn dijadikan bilngan baku z1, z2, z3, … , zn

dengan menggunakan rumus :

Page 47: proposal juni.docx

z i=xi−X

s

iii. Dengan penggunaan daftar distribusi normal baku dihitung

peluang F(zi) = P (z < zi).

iv. Menghitung jumlah proporsi skor baku yang lebih kecil atau

sama zi yang dinyatakan dengan S(zi) dengan menggunakan

rumus:

S ( z i )=Banyaknya z1 , z2 , …, zn yang≤ zi

n

v. Menghitung selisih antara F(zi) dengan S(zi) kemudian tentukan

harga mutlaknya.

vi. Ambil harga mutlak yang terbesar dari harga mutlah selisih itu

diberi simbol L0, L0 = maks |F ( zi )−S ( zi)|

Kemudian bandingkan L0 dengan nilai kritis yang

diperoleh dari daftar nilai kritis untuk uji Liliefors pada taraf α =

0,05. Kriterianya adalah terima H0 jika L0 ≤ Ltabel.33

b. Uji Homogenitas

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah kedua kelas sampel

mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Untuk

mengujinya dilakukan uji-F, dalam hal ini akan diuji:

H0 : data populasi mempunyai variansi homogen

H1 : data populasi mempunyai variansi homogen

33 Sudjana, … , h. 466-477

Page 48: proposal juni.docx

Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis ini

adalah sebagai berikut:

F=S1

2

S22

Keterangan:

F : varians kelompok data

S12 : varians terbesar

S22 : varians terkecil

Kriteria pengujian adalah terima H0 jika Fhitung < Ftabel dan

tolak lainnya.

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah hasil

belajar kognitif matematika siswa kelas eksperimen lebih baik

daripada kelas kontrol.

Hipotesis yang akan diuji adalah :

H0 : µ1= µ2 : Hasil belajar matematika siswa yang mengikuti

penugasan pembuatan peta konsep sama

dengan siswa yang mengikuti pembelajaran

biasa.

H1: µ1> µ2 : Hasil belajar matematika siswa yang mengikuti

penugasan pembuatan peta konsep lebih baik

daripada siswa yang mengikuti pembelajaran

biasa.

Page 49: proposal juni.docx

µ1 dan µ2 merupakan rata- rata populasi hasil belajar kelas sampel. Jika

setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas diperoleh data

berdistribusi normal dan variansi homogen, maka dilakukan uji t34:

t=X1−X2

S √ 1n1

+ 1n2

dengan S=√ S12 ( n1−1 )+S2

2 (n2−1 )n1+n2−2

keterangan :

X1 : rata- rata kelas eksperimen

X2 : rata- rata kelas kontrol

S : variansi kedua kelas sampel

S12 : variansi kelas eksperimen

S22 : variansi kelompok kontrol

n1 : jumlah siswa kelas eksperimen

n2 : jumlah siswa kelas kontrol

Kriteria pengujian adalah tolak H 0 jika t hitung > t tabel,

sebaliknya terima H 0 jika t hitung < t tabel dengan derajat kebebasan (dk)

= n1 + n2 – 2 pada α = 0,05.

Jika data yang diperoleh berdistribusi normal tetapi variansi data

tidak homogen maka digunakan rumus berikut:

t '=X1−X2

√ S12

n1

+S2

2

n2

34 Sudjana, ..., h.249

Page 50: proposal juni.docx

Kriteria pengujian data adalah terima H 0 jika

−w1 t 1+w2 t2

w1+w2

< t'<w1 t1+w2 t2

w1+w2

Jika data yang diperoleh tidak normal, maka

digunakan uji U (Uji Mann-Whitney). Untuk menghitung nilai

statistik uji Mann-Whitney, rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut35:

U 1=n1n2+n1(n1+1)/2−∑ R1

U 2=n1n2+n2(n2+1)/2−∑ R2

Keterangan:

n1 = jumlah kasus kelompok 1

n2 = jumlah kasus kelompok 2

∑ R1 = jumlah jenjang/ rangking pada kelompok 1

∑ R2 = jumlah jenjang/ rangking pada kelompok 2

Catatan = hanya salah satu U saja yang dihitung, sebab U lainnya

dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: U 1= n1 n2 - U 2. Sedangkan U

yang digunakan adalah yang memiliki harga terkecil.

35 Bambang Soepeno, Statistik Terapan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal 191

Page 51: proposal juni.docx

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja

Rosdakarya. 2009

Arikunto, Suharsimi. Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2007

Bahreisy, Salim. Irsyadul ‘ibad ilasabilirrasyad. Surabaya: Darussaggaf. 1997

Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahnya. Jakarta: CV Penerbit Diponegoro. 1990

Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.2008

Kunandar. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2007

Nasution. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi aksara. 2000

Ronal, E. Walpole. Pengantar Statistika.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. 1993

Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.2011

Slameto. Belajar dan faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.1995

Page 52: proposal juni.docx

Soepeno,Bambang.Statistik Terapan.Jakarta: Rineka Cipta. 1997

Sudjana.Metode Statistik. Bandung: PT. Tarsito. 2002

Sudjana, Nana. Dasar- Dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung: Sinar Baru Algesindo. 2009 cet. Ke-10

Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Algesindo. 2009

Suherman, Erman. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA. 2001

Suryabrata, Sumadi.Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004

Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inofatif-Progresif. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group. 2009

Rusman. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012