proposal hukum
TRANSCRIPT
-
8/13/2019 Proposal Hukum
1/12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahSeiring dengan tuntutan perkembangan zaman, membawa masyarakat pada suatu
tatanan hidup yang serba cepat dan praktis. Kemajuan ilmu pengetahuan merupakan penentu
bagi suatu peradaban yang modren.
Keberhasilan yang dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tentu saja
membawa suatu negara pada kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyatnya. Namun tidak
dapat dipungkiri kemajuan di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan diringi dengan
meningkatnya penyimpangan dan kejahatan dibidang ekonomi dan sosial. Ini dapat dilihat di
negara maju ataupun dinegara yang sedang berkembang, jenis penyimpangan dan kejahatan
semakin banyak ragamnya.
Semakin tinggi pradaban suatu bangsa maka semakin maju pula ilmu pengetahuan
yang berkembang dalam bangsa tersebut. Apabila kemajuan ilmu pengetahuan tidak
diimbangi dengan semangat kemanusiaan, maka berpengaruh pada akses yang negatif.
Munculnya tindak pidana baru pada bidang ilmu pengetahuan yang berkembang tersebut.
Yang menimbulkan gangguan ketenteraman, ketenangan dan sering kali menimbulkan
kerugian materil maupun immateril bagi masyarakat.
Tindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku penyimpangan yang hidup
dalam masyarakat. Yang artinya tindak pidana akan selalu ada selama manusia masih ada di
muka bumi ini. Hukum sebagai sarana bagi penyelesaian problematika ini diharapkan dapat
memberikan solusi yang tepat. Oleh karena itu perkembangan hukum khususnya hukum
pidana perlu ditingkatkan dan diupayakan secara terpadu. Kodifikasi, unifikasi bidang-
-
8/13/2019 Proposal Hukum
2/12
bidang hukum tertentu serta penyusunan Undang-undang baru sangat dibutuhkan untuk
menjawab semua tantangan dari semakin meningkatnya perkembangan tindak pidana.
Ilmu kesehatan adalah salah satu bidang ilmu yang mengalami perkembangan paling
cepat saat ini. Begitu pula dengan perkembangan tindak pidana dibidang ilmu kesehatan.
Adapun tindak pidana yang terjadi di bidang ilmu kesehatan antara lain : malpraktek,
pemalsuan obat, mengedarkan obat tanpa izin dan transplantasi organ manusia.
Masalah kesehatan merupakan keprihatinan serius di setiap negara, baik negara maju
maupun sedang berkembang. karena kesehatan merupakan salah satu faktor yang
menentukan kemajuan suatu negara dan merupakan hak asasi manusia. Negara memiliki
kewajiban kepada rakyatnya untuk menyediakan layanan kesehatan dan menetapkan aturan-
aturan hukum yang terkait dengan kepentingan perlindungan kesehatan.
Secara awam kesehatan dapat diartikan ketiadaan penyakit. Menurut WHO (World
Health Organization) kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis1. Dapat disimpulkan
kesehatan itu sangat penting dalam kelangsungan hidup masyarakat. Jadi apabila terjadi
tindak pidana di bidang kesehatan akan menyerang langsung masyarakat baik secara materil
maupun immateril. Hukum kesehatan ini sebenarnya sudah lama diperkenalkan, namun
dalam perkembanganya hukum kesehatan ini masih kurang mendapat perhatian oleh para
sarjana hukum di indonesia. Ini dapat dilihat dari masih jarangnya ditemukan buku-buku
yang membahas tentang hukum kesehatan.
Salah satu kejahatan dalam hukum kesehatan yang marak terjadi pada saat ini adalah
kejahatan dibidang farmasi. Farmasi adalah suatu profesi yang berhubungan dengan seni dan
1Titon Slamet Kurnia, Hak Atas Drajat Kesehatan Optimal Sebagai HAM di Indonesia, Bandung,
2007 hal 13
-
8/13/2019 Proposal Hukum
3/12
ilmu dalam penyediaan bahan sumber alam dan bahan sintetis yang cocok dan menyenagkan
untuk didistribusikan dan digunakan dalam pengobatan dan pencegahan suatu penyakit2.
Masih segar di ingatan, hebohnya kasus formalin dalam makanan, ditariknya produk
pengusir nyamuk HIT karena dikhawatirkan mengandung bahan yang berbahaya bagi
keamanan dan keselamatan konsumen. Juga kasus minuman isotonik yang mengandung zat
pengawet berbahaya yang disinyalir oleh Lembaga Komite Masyarakat Anti
Bahan Pengawet (KOMBET). Adapun zat berbahaya yang terkandung dalam
minuman isitonik tersebut adalah natrium benzoat dan kalium sorbet yang dapat
menyebabkan penyakit yang dalam ilmu kedokteran disebut Sytemic Lupus Erythematosus,
yaitu penyakit yang mematikan yang dapat menyerang seluruh tubuh dan sistem internal
manusia itu sendiri. Sekarang heboh jamu berbahaya, kosmetik berbahaya, makanan-
minuman mengandung susu produk RRC (Republik Rakyat China) yang berbahaya, beras
mengandung bahan pengawet berbahaya dan seterusnya.
Konsumen di Indonesia masih cenderung pasif meskipun sudah ada Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang mengatur tentang hak-hak
konsumen, kewajiban pelaku usaha serta memberikan bentuk-bentuk perlindungan hukum
yang diberikan kepada konsumen. Konsumen masih belum sepenuhnya menyadari hak-
hak mereka, sedangkan pelaku usaha juga belum sepenuhnya memenuhi kewajibannya.
Kondisi tersebut cenderung untuk mendorong lahirnya berbagai bentuk pelanggaran pelaku
usaha terhadap hak konsumen namun pelaku usaha yang bersangkutan tidak memperoleh
sanksi hukum yang mengikat. Oleh karena itu pemerintah selaku pihak yang berwenang
untuk menegakkan hukum perlindungan konsumen harus bersifat proaktif dalam
melindungi hak-hak konsumen di Indonesia. Terkait dengan sediaan farmasi yang akan
2Moh. Anief,Farmasetika, Yogyakarta 1993 hal 11
-
8/13/2019 Proposal Hukum
4/12
dibahas oleh penulis, upaya pemerintah untuk melindungi konsumen adalah melalui
pembentukkan lembaga yang bertugas untuk mengawasi pada suatu produk serta
memberikan perlindungan kepada konsumen
Di Indonesia telah dibentuk suatu badan yang bertugas untuk mengawasi peredaran
obat dan makanan, yakni Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). BPOM
dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 166 Tahun 2000 jo Keppres
Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang mengatur
mengenai pembentukan lembaga- lembaga pemerintah nondepartemen. LPND adalah
lembaga pemerintah pusat yang dibentuk untuk menjalankan tugas pemerintahan tertentu
dari presiden serta bertanggung jawab langsung pada presiden. BPOM merupakan salah satu
LPND yang mempunyai tugas yang terkait dengan pengawasan obat dan makanan.3
Tetapi lembaga yang bertugas mengawasi belum optomal dalam melakukan tugasnya, ini
terbukti dengan masih banyaknya ditemui obat dan makanan yang tidak sesuai dengan
standar kesehatan masih beredar di masyarakat.
Untuk mencapai kesembuhan jasmani dan rohani dari suatu penyakit, tidak bisa lepas
dari suatu pengobatan optimal dan benar. Namun apabila obat yang diedarkan oleh pihak
yang di tunjuk oleh Undang-Undang berhak mengedarkan obat, mengedarkan obat dengan
melakukan penyimpangan sudah tentu obat tersebut tidak dapat digunakan dalam proses
penyembuhan . Karena mungkin saja obat tersebut tidak memenuhi standar racikan obat,
kadaluarsa dan aturan pakai. Obat seperti ini apabila digunakan dapat menimbulkan penyakit
baru bagi penggunanya bahkan dapat menimbulkan kematian.
3www.tesishukum.com, Tanggung Jawab Badan Pengawas Makana Dan Obat, terakhir kali di akses
12 februari 2010
http://www.tesishukum.com/http://www.tesishukum.com/http://www.tesishukum.com/ -
8/13/2019 Proposal Hukum
5/12
Suatu perbuatan yang dapat menimbulkan sakit pada orang lain atau bahkan
menimbulkan kematian merupakan kejahatan dalam Undang-undang. Perbuatan jahat
merupakan suatu perbuatan yang harus dipidana. Dalam hal ini yang bertanggung jawab
adalah pihak yang ditunjuk Undang-undang berhak mengedarkan obat dan memberikan
pelayanan kesehatan pada masyarakat.
Kebutuhan masyarakat atas perlindungan kesehatan merupakan hal yang tidak bisa
ditawar lagi, Karena langsung menyerang kebutuhan masyarakat yang primer. Sudah menjadi
kewajiban pemerintah untuk menegakan aturan perundang-undangan yang ada untuk
menanggulangi permasalahan yang semakin kompleks dalam hukum kesehatan ini.
Oleh sebab itu penulis mencoba mengkaji mengenai tindak pidana mengedarkan
sediaan farmasi yang tidak memiliki izin edar untuk mengetahui bagaimana sebenarnya
tindak pidana ini. Dalam hal ini penulis mencoba mengkaji pengaturan tindak pidana
mengedarkan sediaan farmasi yang tidak memiliki izin edar dalam hukum positif Indonesia,
faktor-faktor yang melatarbelakangi perbuatan ini serta upaya penanggulanganya.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil
judul PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG
KESEHATAN DALAM TINDAK PIDANA MENGEDARKAN SEDIAAN FARMASI
YANG TIDAK MEMILIKI IZIN EDAR (Analisa Putusan No.
1461/Pid.B/2011/PN.JKT.Tim).
B. Identifikasi MasalahDari uraian diatas adapun permasalahan yang akan dibahas penulis yaitu :
1. Apakah penerapan Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan terhadaptindak pidana mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin edar (Studi Putusan No.
-
8/13/2019 Proposal Hukum
6/12
1461/Pid.B/2011/PN.JKT.Tim)?
2. Apakah upaya penanggulangan tindak pidana mengedarkan sediaan farmasi yang tidakmemiliki izin edar?
C. Perumusan MasalahDari uraian diatas adapun perumusan masalah yang akan dibahas penulis yaitu :
1. Bagaimanakah penerapan Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan terhadappenegakan tindak pidana mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin edar (Studi Putusan
No. 1461/Pid.B/2011/PN.JKT.Tim)?
2.
Bagaimanakah upaya penanggulangan tindak pidana mengedarkan sediaan farmasi yang
tidak memiliki izin edar?
D. Tujuan Dan Manfaat PenulisanAdapun tujuan yang khusus dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui penerapan UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan terhadaptindak pidana mengedarkan sediaan farmasi yang tidak memiliki izin edar (Studi Putusan
No. 1461/Pid.B/2011/PN.JKT.Tim)
2. Untuk mengetahui upaya penanggulangan tindak pidana mengedarkan sediaan farmasiyang tidak memiliki izin edar.
Selain tujuan-tujuan tersebut diatas, penulisan skripsi ini diharapkan bermanfaat untuk
berbagai hal diantaranya:
a. Secara teoritisHasil penelitiaan ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu hukum, Khususnya
hukum pidana yang terkait dengan tindak pidana kesehatan di bidang farmasi.
-
8/13/2019 Proposal Hukum
7/12
b. Secara praktisPenelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1) Bagi aparat penegak hukum, sebagai sumbanagan pemikiran untuk penanganantindak pidana mengedarkan sediaan farmasi yang tidak memiliki izin edar.
2) Akademisi dan praktisi hukum untuk memberi masukan dan gambaran mengenaitindak pidana mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin edar khususnya di kota
Jakarta Timur.
E. Kerangka TeoriDalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum jelas cita-cita bangsa
Indonesia yang sekaligus merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia. Tujuan nasional
tersebut adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi serta
keadilan sosial.
Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakanlah upaya pembangunan
yang berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh
terarah dan terpadu, termasuk di antaranya pembangunan kesehatan.
Menurut Sudarto Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satuunsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.4
Menurut Kanter, EY & Sianturi., setiap kegiatan dan upaya untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip
nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan, dan berkelanjutan yang sangat penting
artinya bagi pembentukan sumber daya manusia Indonesia, peningkatan ketahanan dan daya
4Sudarto.Hukum Pidana I. Semarang : Yayasan Sudarto, 1990. Hal. 54
-
8/13/2019 Proposal Hukum
8/12
saing bangsa, serta pembangunan nasional.5
Menurut Poernomo, Bambang Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yangsetinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya penyembuhan penyakit, kemudian secara
berangsur-angsur berkembang ke arah keterpaduan upaya kesehatan untuk seluruh
masyarakat dengan mengikutsertakan masyarakat secara luas yang mencakupupaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang bersifat menyeluruh terpadu danberkesinambungan.
6
Menurut Saleh Roeslan, Roeslan Perkembangan teknologi kesehatan yangberjalan seiring dengan munculnya fenomena globalisasi telah menyebabkan banyaknya
perubahan yang sifat dan eksistensinya sangat berbeda jauh dari teks yang tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan7.
Pesatnya kemajuan teknologi kesehatan dan teknologi informasi dalam era global
ini ternyata belum terakomodatif secara baik oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan.
Perencanaan dan pembiayaan pembangunan kesehatan yang tidak sejiwa dengan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, yaitu menitikberatkan pada pengobatan (kuratif),
menyebabkan pola pikir yang berkembang di masyarakat adalah bagaimana cara mengobati
bila terkena penyakit. Hal itu tentu akan membutuhkan dana yang lebih besar bila
dibandingkan dengan upaya pencegahan. Konsekuensinya, masyarakat akan selalu
memandang persoalan pembiayaan kesehatan sebagai sesuatu yang bersifat
konsumtif/pemborosan. Selain itu, sudut pandang para pengambil kebijakan juga masih
belum menganggap kesehatan sebagai suatu kebutuhan utama dan investasi berharga di
dalam menjalankan pembangunan sehingga alokasi dana kesehatan hingga kini masih
tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara lain.
Menurut Fuat Usfa & TongatBerbicara tentang hukum pidana tidak akan terlepas
5Kanter, EY & Sianturi. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapanya. Jakarta :Storia
Grafika, 2002. Hal. 436Poernomo, Bambang.Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta : Ghalia Indonesia, hal. 32
7Saleh, Roeslan. Perbuatan Pidana Dan Pertanggungjawaban Pidana. Jakarta : Aksara baru,
hal. 52
-
8/13/2019 Proposal Hukum
9/12
dari masalah pokok yang menjadi titik perhatianya. Masalah pokok dalam hukum pidana
tersebut meliputi masalah tindak pidana (perbuatan jahat), kesalahan dan pidana serta
korban.8
Menurut Adami Chazawi Istilah tindak pidana adalah berasal dari istilah yangdikenal dalam hukum pidana Belanda yaitu strafbaar feit. Istilah ini terdapat dalam
WvS Belanda dan demikian juga dalam Wvs Hindia Belanda (KUHP), tetapi tidak adapenjelasan resmi tentang apa yang dimaksud denganstrafbaar feit itu.
9
Strafbaar feit, terdiri dari 3 kata, yakni straf, baar dan feit. Berbagai istilah yang
digunakan sebagai terjemahan dari strafbaar feit itu, ternyata straf diterjemahkan
sebagai pidana dan hukum. Perkataan baar diterjemahkan dengan dapat dan boleh,
sedangkan untuk kata feit diterjemahkan dengan tindak, peristiwa, pelanggaran dan
perbuatan.
Tindak pidana merupakan suatu peristiwa dasar dalam hukum pidana. Tindak
pidana merupakan suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat
atau kejahatan (crime) yang bisa diartikan secara yuridis atau kriminologis. Isi dari
pengertian tindak pidana tersebut dalam kenyataanya tidak ada kesatuan pendapat diantara
para sarjana.
Larangan untuk mengedarkan obat bagi pihak yang tidak memiliki keahlian dan
kewenangan ini juga daapt dilihat dalam ketentuan Pasal 98 ayat (2) UU Nomor 36 Tahun
2009 bahwa orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dilarang mengadakan,
menyimpan, mengolah, mempromosikan dan mengedarkan obat dan bahan yang berkhasiat
obat.
F. Metode Penelitian1. Pendekatan Masalah
8Fuat Usfa & Tongat,Pengantar Hukum Pidana, UMM Press,, Malang ,2004 ,hal 31
9Adami Chazawi,Pengantar Hukum Pidana Bag 1, Grafindo, Jakarta ,2002, hal 67
-
8/13/2019 Proposal Hukum
10/12
Penelitian yang digunakan untuk menjawab persoalan dalam skripsi ini adalah dengan
menggunakan metode Yuridis Normatif dan Yuridis Empiris. Penelitian yuridis normatif
dinamakan juga dengan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal
2. Sumber Dan Pengumpulan DataJenis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah:
a. Data primer yaitu data yang dilakukan melalui studi lapangan. 26Dilakukan dengan menggali dan memahami secara mendalam persepsi mengenai
Tindak Pidana Mengedarkan Sediaan Farmasi Tanpa Izin Edar studi Putusan
No. 1461/Pid.B/2011/PN.JKT.Tim sehingga dapat dijadikan untuk menjawab
permasalahan dalam skripsi ini. Studi lapangan ini dilakukan melalui pembahasan
mengenai kasus No. 1461/Pid.B/2011/PN.JKT.Tim. Jadi lapangan pokok bahasan
dalam skripsi ini yaitu : Pengadilan Negeri Jakarta Timur.
Data skunder, diperoleh melalui studi pustaka yaitu dengan melakukan penelitian
terhadap berbagai sumber pustaka buku-buku, dokumen-dokumen resmi hasil
penelitian yang berwujud laporan, peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan tindak pidana mengedarkan sedian farmasi tanpa izin edar.10
G. Sistematika PenulisanSisitematika penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa bab, dimana masing-masing bab
diuraikan permasalahanya secara tersendiri, namun dalam konteks yang saling terkait antara
satu dengan yang lainnya. Secara sistematika penulis penulis menempatkan materi
pembahasan keseluruhanya dalam beberapa bab berikut ini:
BAB I PENDAHULUAN
10Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1984 hal 12
-
8/13/2019 Proposal Hukum
11/12
Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang permasalahan, identifikasi
masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, kerangka teori,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA
Dalam bab ini penulis membahas mengenai pengertian tindak pidana, unsur-unsur
tindak pidana, jenis-jenis tindak pidana dan sebab-sebab terjadinya tindak pidana
BAB III TINDAK PIDANA MENGEDARKAN SEDIAAN FARMASI TANPA IZIN
EDAR DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA
Dalam bab ini membahas mengenai Pengertian Sediaan Farmasi Macam-macam
Sediaan Farmasi, Sediaan Farmasi Berdasarkan Undang-undang No. 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495, Berdasarkan Undang-
Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063), Sediaan Farmasi Berdasarkan Undang-Undang No. 5
Tahun 1997 Tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1997 nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3671) Dan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 5062) dan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.72 Tahun
1998 Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3781)
-
8/13/2019 Proposal Hukum
12/12
BAB IV PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG
KESEHATAN DALAM TINDAK PIDANA MENGEDARKAN SEDIAAN
FARMASI YANG TIDAK MEMILIKI IZIN EDAR (Analisa Putusan No.
1461/Pid.B/2011/PN.JKT.Tim)
Dalam bab ini membahas mengenai Kasus Posisi Analisa Kasus, Upaya
Penanggulangan Tindak Pidana Mengedarkan Sediaan Farmasi
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini akan diambil kesimpulan yang disertai