proposal fixxxxxx akhir
DESCRIPTION
proposal tentang pengaruh pemberian zat penurun gula darahTRANSCRIPT
PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH ZAT HIPOGLIKEMIK
PADA BAWANG MERAH ( Allium cepa ) TERHADAP
PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS WISTAR
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Fisiologi Hewan Dosen Pengampu
:
Dra. Aditya Marianti, M.Si
Dra. Wiwi Isnaeni, M.S
Disusun oleh
Intan Rachmawati 4411412041
Umi Salmah Al Hasyimia 4411412056
Mohammad Nurhadi 4411412057
Darmawati 4411412059
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lebih dari 80% kematian karena diabetes terjadi di negara-negara
berpenghasilan rendah. Indonesia merupakan negara nomor 4 di dunia yang
penduduknya menderita diabetes mellitus (Depkes, 2011). Badan Kesehatan
Dunia memprediksi kenaikan penderita diabetes mellitus di Indonesia sekitar 8,4
juta pada tahun 2000 dan akan terus meningkat hingga berada di jumlah sekitar
21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Dari data yang diperoleh dari WHO (World Health
Organization) pada tahun 2004 lebih dari 220 juta penduduk dunia mengidap
diabetes, diperkirakan 3,4 juta orang meninggal dari konsekuensi gula darah tinggi
(Septi, 2013).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu gangguan kesehatan atau
penyakit dimana tubuh penderita tidak biisa secara otomatis mengendalikan
tingkat konsentrasi gula (glukosa) dalam darahnya. Penderita diabetes tidak bisa
memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup, sehinnga terjadi kelebihan gula
di dalam tubuh. Kelebihan gula kronis di dalam darah (hiperglikemia) tersebut
akan menjadi racun bagi tubuh. Penyakit DM merupakan penyakit degeneratif
yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius (Katno dkk).
Hiperglikemia kronis dapat menimbulkan kerusakan, gangguan fungsi pada
beberapa organ tubuh, khususnya mata, saraf, ginjal, dan komplikasi lain akibat
gangguan mikro dan makro vaskuler.
Meningkatnya kadar glukosa dalam plasma darah melebihi batas normal
menjadi salah satu dasar diagnosis diabetes mellitus. Hal ini disebabkan kelainan
metabolisme paling utamanya, yaitu kelainan pada metabolisme karbohidrat.
Hiperglikemia dapat menyebabkan komplikasi kronis, termasuk penyakit
kardiovaskuler, kegagalan kronis ginjal, serta neuropati*. Pasien yang kedapatan
menderita diabetes mellitus harus benar-benar dapat mengatur pola makan
khususnya dalam konsumsi karbohidrat (Catharina, 2010).
Pada zaman dahulu masyarakat Indonesia sudah mengenal dan
memanfaatkan tumbuhan sebagai obat untuk megobati beberapa penyakit. Dewasa
ini, pengaetahuan tentang tumbuhan obat merupakan budaya bangsa yang
diwariskan secara turun-temurun. Sebagian masyarakat lebih hal tersebut
memlmenyukai pengobatan dengan tumbuhan obat daripada obat paten hasil
sintesis. Mereka mayakini bahwa tumbuhan obat lebih aman dikonsumsi dan
kurang menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, sehingga memilih
menggunakan obat herbal untuk menyembuhkan penyakitnya (Sariyana, 2013).
Salah satu tujuan utama terapi medis bagi pasien diabetes melitus meliputi
pengontrolan kadar glukosa darah mendekati normal dengan cara pemberian obat
hipoglikemik oral dan insulin. Namun, hal tersebut memiliki kelemahan antara
lainefek samping yang tidak diinginkan, harga obat hipoglikemik oral yang kurang
terjangkau oleh masyarakat luas. Alasan inilah yang menyebabkan meningka tn ya
ketertarikan pada penggunaan sumber alami yang berasal dari tumbuhan sebagai
salah satu menejemen alternatif dalam menangani pasien diabetes melitus
khususnya dalam mengatasi kondisi hiperglikemia.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan Bawang merah
(Allium cepa) memiliki kandungan quercetin dalam kadar yang cukup tinggi.
Quercetin adalah salah satu senyawa jenis flavonoid, bagian dari kelompok
polifenol yang kandungannya terdapat pada berbagai tumbuhan dan diketahui
memiliki berbagai potensi yang berguna bagi kesehatan. Penelitian yang telah ada
menunjukkan potensi quercetin sebagai agen hipoglikemik.Quercetin merupakan
inhibitor enzim α-amilase yang berfungsi dalam pemecahan karbohidrat. Diantara
jenis flavonol, subkelas dari flavonoid, quercetin memiliki potensi inhibisi enzim
paling kuat. Dengan adanya inhibisi pada enzim ini, proses pemecahan dan
absorbsi karbohidrat akan terganggu, sehingga kadar glukosa darah pada
hiperglikemia dapat diturunkan (Wulandari, 2010).
Berdasarkan penjabaran tersebut, maka perlu dilakukan penelit ian
mengenai khasiat Bawang merah (Allium cepa) dalam menurunkan kadar glukosa
darah serta menentukan dosis efektif bawang merah dalam menurunkan kadar
glukosa darah.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian bawang
merah yang mengandung zat hipoglikemik terhadap penurunan kadar glukosa
darah pada tikus wistar.
1.3 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi pada masyarakat
mengenai pengaruh pemberian bawang merah terhadap penurunan kadar glukosa
darah sehingga dapat digunakan sebagai obat alternatif bagi penderita diabetes
melitus.
1.4 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh pemberian bawang merah terhadap penurunan kadar
glukosa darah pada tikus wistar yang diberi beban hiperglikemia?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kadar Glukosa Darah
Glukosa merupakan senyawa aldosa dengan enam atom karbon sebagai suatu
monosakarida. Glukosa merupakan produk akhir pencernaan karbohidrat dan sumber
energi utama untuk organisasi hidup.
a. Pembentukan dan Metabolisme Glukosa
Glukosa darah berasal dari makanan, glukoneogenesis, dan glikogenolis is.
Makanan ketika dikunyah akan bercampur dengan saliva yang terdiri atas enzim
pencernaan ptialin yang terutama diekskresi oleh kelenjar parotis. Enzim ini
menghidrolisis karbohidrat menjadi disakarida dan polimer glukosa kecil lainnya.
Selanjutnya, pencernaan karbohidrat dilakukan oleh amilase pankreas yang mengandung
sejumlah besar alpha amilase. Enterosit pada vili usus halus mengandung enzim laktase,
sukrase, maltase, alpha dekstrinase. Enzim–enzim ini mampu memecah disakarida dan
unsur polimer glukosa kecil menjadi monosakarida, galaktosa, fruktosa, dan glukosa.
Glukosa dan galaktosa diserap oleh transpor aktif sekunder sementara fruktosa diserap
ke dalam darah melalui difusi terfasilitasi.
Glukosa dibentuk melalui proses glukoneogenesis dari berbagai senyawa
glukogenik. Senyawa ini terdiri dari dua golongan, yaitu senyawa yang meliputi konversi
netto langsung menjadi glukosa tanpa daur ulang yang berarti seperti beberapa asam
amino dan propionat. Serta senyawa yang merupakan hasil metabolisme parsial glukosa
dalam jaringan tertentu yang diangkut ke dalam hati dan ginjal untuk disintesis kembali
menjadi glukosa, seperti senyawa laktat dan gliserol bebas (Panjuatiningrum, 2009).
Glikogenolisis berarti pemecahan glikogen yang disimpan sel untuk membentuk
kembali glukosa di dalam sel. Setiap molekul glukosa yang berurutan pada masing –
masing cabang polimer glikogen dilepaskan melalui proses fosforilasi yang dikatalis oleh
enzim fosforilase.
b. Glukosa Darah
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar gula darah antara lain : 1) makanan, 2) latihan,
3) penyakit yang sedang dialami, 4) medikasi untuk control DM, 5) obat-obatan lainnya, 6)
alcohol, 7) tipe dan teknik injeksi insulin, 8) terapi komplementer, 9) stress fisik dan
emosional, 10) rekurasi teknik monitor, 11) usia, 12) penyakit renal, liver dan pancreas,
13) penyakit endokrin lain dan 14) nutrisi parenteral.
2. Bawang Merah (Allium cepa)
Bawang merah (Allium Cepa var. ascalonicum) merupakan sayuran umbi yang
multiguna, dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sayuran, penyedap masakan,
disamping sebagai obat tradisional karena efek antiseptik senyawa anilin dan alisin yang
dikandungnya (Rachmad, 2010).
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Devisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Liliidae
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies
: Allium cepa var. Aggregatum L.
Dewasa ini kesehatan dalam tubuh sangat penting, karena kesehatan tidak lagi
mendekati, sebaliknya penyakit yang datang menggerogoti tubuh seperti halnya polusi.
Kini bawang merah memberikan solusi yang merupakan salah satu alternatif yang dapat
digunakan sebagai obat kesehatan. Adapun fungsi dari bawang merah yaitu membantu
mengatasi batuk (dahak), menurunkan suhu tubuh, mengobati kencing manis (Diabetes
Mellitus), dapat menurunkan kadar kolesterol, memacu enzim pencernaan, peluruh haid,
dan peluruh air seni (Rachmad, 2010).
Bawang merah memiliki kandungan quercetin dalam kadar yang cukup
tinggi.Quercetin adalah salah satu senyawa jenis flavonoid, bagian dari kelompok
polifenol yang kandungannya terdapat pada berbagai tumbuhan dan diketahui memilik i
berbagai potensi yang berguna bagi kesehatan. Penelitian yang telah ada menunjukkan
potensi quercetin sebagai agen hipoglikemik.Quercetin merupakan inhibitor enzim
αamilase yang berfungsi dalam pemecahan karbohidrat. Diantara jenis flavonol, subkelas
dari flavonoid, quercetin memiliki potensi inhibisi enzim paling kuat. Dengan adanya
inhibisi pada enzim ini, proses pemecahan dan absorbsi karbohidrat akan terganggu,
sehingga kadar glukosa darah pada hiperglikemia dapat diturunkan (Catharina, 2010).
3. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula di dalam darah meningkat.
Kebanyakan dari kasus hiperglikemia biasanya akan berlanjut menjadi penyakit yang
disebut diabetes melitus dengan ditunjang pemeriksaan klinis seperti kadar gula darah
puasa di atas 126 mg/dL dan kadar gula darah 2 jam setelah makan di atas 200 mg/dL
(Hans Tandra, 2009). Diabetes melitus adalah suatu kelainan yang terjadi akibat tubuh
kekurangan hormon insulin, akibatnya glukosa tetap beredar di dalam aliran darah dan
sukar menembus dinding sel, ditandai dengan poliuria, polidipsi, dan poliphagia (Nabyl,
2009). Penyakit diabetes bila tidak cepat diatasi akan dapat berkembang menjadi
gangguan yang lebih parah karena dapat menyebabkan bermacam-macam komplikas i
yaitu kerusakan saraf, kerusakan ginjal, kerusakan mata, penyakit jantung, stroke,
impotensi, dan hipertensi (Hans Tandra, 2009).
Hiperglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah lebih dari ambang
batas ginjal menyaring gula yaitu 10 mmol/l atau 180 mg/dl dan merupakan tanda (gejala
klinis) diabetes. Gejala yang dirasakan pengidapnya hampir tidak ada kecuali bila
pengidap berlatih untuk merasakannya. Gejala yang terlihat sebelum manifes dapat
ditandai oleh adanya semut yang mengerumun pada air seni dan mudah ngantuk. Setelah
manifes, gejala muncul dimulai dengan terasa mudah haus, sering kencing, minum,
makan, gatal (pruritus), berkeringat dll. Pada Jangka Panjang penderita mengalami berat
badan menurun, gangren dan mudah merasa lelah.
Sebenarnya hiperglikemianya sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali bila hebat
sekali hingga darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang nyata berbahaya
adalah glikosuria yang timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis
sangat bertambah disertai hilangnya berbagai macam elektrolit. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada seorang diabetesi yang
tidak diobati.
Hiperglikemia bila berkepanjangan dan tidak dikontrol dengan baik, dapat
menyebabkan darah menjadi lahan subur bagi bakteri. Oleh karenanya diabetesi yang
mengalami luka atau borok sukar sembuh walaupun luka tersebut diisolasi dari udara
terbuka. Kondisi “luka” ini dapat terjadi di berbagai bagian dalam tubuh yang lemah
pertahanannya terhadap bakteri.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan mulai
Hari/ tanggal : Senin, 8 Oktober 2014
Waktu : 09.00 – 18.00 WIB
Tempat : Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi FMIPA Unnes
B. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
- glukostick
- suntikan
- Timbangan analitik
- Sonde Lambung
- Timbangan Tikus
- kandang tikus
b. Bahan
- Tikus wistar
- Perasan bawang merah
- Glukosa
- Makanan tikus (pour ayam)
C. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi : tikus Wistar
2. Sampel : tikus wistar jantan berat berjumlah 8 dengan berta badan rata-rata
200 gram.
D. VARIABEL PENELITIAN
a. Variabel bebas : variasi dosis air perasan bawang merah
b. Variabel terikat : penurunan kadar glukosa darah tikus wistar yang dibebani
glukosa
c. Varibel kontrol : berat badan tikus, pakan tikus, glukosa, umur tikus.
E. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental dengan
rancangan sederhana (Pre and Post Test Control Group Design).
F. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan 4 kelompok percobaan dengan jumlah masing-mas ing
kelompok 2 ekor tikus.
a. Kelompok 1 : kelompok kontrol
b. Kelompok 2 : kelompok perlakuan 1 (dosis bawang merah = 1,08 gr/200 gBB)
c. Kelompok 3 : kelompok perlakuan 2 ( dosis bawang merah = 2,16 gr/200
gBB)
d. Kelompok 4 : kelompok perlakuan 3 ( dosis bawang merah = 4,32 gr/200
gBB)
Alur Penelitian
G. PROSEDUR KERJA
1. Penyiapan hewan uji
Tikus diaklimatisasi selama 1 x 24 jam dikandang hewan FMIPA UNNES.
Aklimatisasi bertujuan agar tikus beradaptasi dengan lingkungan baru dan
meminimalisasi efek stres pada tikus yang dapat berpengaruh pada metabolisme
dan dapat mengganggu penelitian. Dalam aklimatisasi, dilakukan perlakuan tidak
memberikan makan (puasa) selama 18 jam.
2. Penentuan dosis
a. Dosis glukosa
Dosis glukosa yang dipakai pada uji toleransi glukosa oral pada manusia biasa
adalah 75 gram dengan faktor konversi 0,018 maka perhitungan dosis glukosa
untuk tikus wistar (200 gram) adalah sebagai berikut:
Dosis tikus = 75 x 0,018 = 1,35 gr/200 gram.
b. Dosis air perasan bawang merah
Sebagai bahan uji digunakan air perasan bawang merah yang diperoleh dari
Pasar. Kemudian diberikan pemberian air perasan bawang merah dengan dosis
konversi dari manusia ke tikus. Dosis tersebut tidak melebihi LD50 pemakaian
bawang merah. Dosis bawang merah untuk manusia = 60 gr. Faktor konversi
manusia ke tikus 200 gr menurut Lauren-Baccarach = 0,018 gr. Dosis tikus
200 gr = 60 gr x 0,018 gr = 1,08 gr.
3. Penghitungan kadar glukosa darah
Kadar glukosa darah dihitung sebelum dibebani glukosa dan setelah dibebani
glukosa selama 6 hari untuk mengetahui kadar glukosa darah sebelum diberi
perlakuan. Kemudian untuk perlakuan kelompok I,II dan III kadar gula darah
dihitung pada saat tikus diberi perasan bawang merah setelah 30 menit.
4. Analisis data
Data yang diperoleh dianalisis dengan anova satu jalur dan dilanjutkan t tingkat
kepercayaan.