proposal

21
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan harga saham selalu menarik untuk diprediksi dan dianalisis. Keberhasilan dan ketepatan prediksi perkembangan harga saham merupakan salah satu hal yang sangat diharapkan oleh para investor pasar modal. Hal-hal yang diprekdisi dan dianalisis meliputi saham mana yang akan mengalami kenaikan harga, berapa besar kenaikan harga tersebut, berapa lama kenaikan tersebut akan bertahan hingga kita dapat memaksimalkan return kita. Menganalisa bagaimana suatu pasar bereaksi terhadap informasi untuk mencapai keseimbangan harga baru merupakan hal penting yang perlu diketahui oleh investor. Berdasarkan penelitian di pasar modal, terdapat beberapa penyimpangan dalam perilaku keuangan(behavioral finance) yang dapat mempengaruhi harga saham. Penyimpangan tersebut antara lain january effect (Tinic and West, 1984), size effect (Schwert, 1983), P/E effect (Basu, 1977), day of the week effect (Gibbon and Hess, 1981), overreaction (De Bondt and Thaler, 1987). 1

Upload: arie-adiguna

Post on 02-Jan-2016

53 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan harga saham selalu menarik untuk diprediksi dan dianalisis.

Keberhasilan dan ketepatan prediksi perkembangan harga saham merupakan salah

satu hal yang sangat diharapkan oleh para investor pasar modal. Hal-hal yang

diprekdisi dan dianalisis meliputi saham mana yang akan mengalami kenaikan harga,

berapa besar kenaikan harga tersebut, berapa lama kenaikan tersebut akan bertahan

hingga kita dapat memaksimalkan return kita. Menganalisa bagaimana suatu pasar

bereaksi terhadap informasi untuk mencapai keseimbangan harga baru merupakan hal

penting yang perlu diketahui oleh investor.

Berdasarkan penelitian di pasar modal, terdapat beberapa penyimpangan

dalam perilaku keuangan(behavioral finance) yang dapat mempengaruhi harga

saham. Penyimpangan tersebut antara lain january effect (Tinic and West, 1984), size

effect (Schwert, 1983), P/E effect (Basu, 1977), day of the week effect (Gibbon and

Hess, 1981), overreaction (De Bondt and Thaler, 1987). Penyimpangan yang akan

dikaji dalam penelitian ini adalah overreaction.

Jika pasar bereaksi dengan cepat untuk mencapai keseimbangan baru yang

sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar tersebut

adalah pasar efisien. Menurut Tandelilin (2001:5) dalam Iswandari (2001) terdapat

hubungan yang searah dan linier antara resiko dan return yang diharapkan dari suatu

investasi. Dalam prakteknya, ada investor pasar modal yang bereaksi berlebihan,

bersifat irasional terhadap suatu informasi baik berupa berita positif (good news)

maupun berita negatif (bad news). Investor biasanya memberi bobot tinggi untuk

berita positif, dan memberi bobot sangat rendah apabila menerima berita negative.

1

Page 2: Proposal

Overreaction ditunjukkan dengan adanya abnormal return. Implikasi yang

terjadi di bursa adalah terjadinya pembalikan harga saham sebagai respon atas adanya

informasi yang diterima investor yang membuktikan bahwa pasar telah bereaksi

berlebihan. Saham-saham yang biasanya diminati pasar yang mempunyai return

tinggi, akan menjadi kurang diminati. Sedangkan saham-saham yang bernilai rendah

dan kurang diminati akan mulai dicari oleh pasar. Kondisi ini akan mengakibatkan

return saham yang sebelumnya tinggi menjadi rendah, dan return yang sebelumnya

rendah akan menjadi tinggi. Menurut Rahmawati dan Suryani (2005), keadaan ini

akan menyebabkan terjadinya abnormal return positif dan negatif. Fenomena harga

saham yang tidak normal membuktikan bahwa pasar beraksi secara berlebihan dalam

menanggapi suatu informasi, yang pada akhirnya pasar akan menyadari dan terjadi

koreksi pada periode selanjutnya.

Reaksi pasar tersebut sesuai dengan overreaction hypothesis, yang berasumsi

bahwa investor bereaksi berdasarkan penekanan informasi terakhit yang mana

investor cenderung overreact terhadap informasi tersebut. Menurut De Bondt and

Thaler (1987), untuk meneliti keadaan overreaction tersebut digunakan 2 kelompok

saham yaitu portfolio winner dan portfolio loser. Portfolio loser adalah saham yang

konsisten turun berdasarkan informasi negative yang diterima dan memiliki abnormal

return negatif. Portfolio winner adalah saham yang konsisten naik berdasarkan

informasi posotif yang diterima dan memiliki abnormal return positif.

Menurut Wibowo dan Sukarno (2004) menyatakan bahwa saham winner tidak

menunjukkan adanya overreaction, sedangkan saham loser terjadi reversal terhadap

informasi negative yang diterima pasar. Menurut Rahmawati dan Suryani (2005)

menyatakan bahwa terdapat indikasi overreaction ditandai dengan portfolio loser

mengungguli portfolio winner, dimana over reaction ini tidak terjadi dalam long term

dan konstan, tetapi secara separatis.

2

Page 3: Proposal

Pengujian signifikansi perbedaan average abnormal return antara saham loser

dan winner yang menggunakan uji independent sample t test menyatakan bahwa tidak

ada perbedaan yang signifikan antara average abnormal return seluruh saham loser

dan winner dan peneliti menambahkan satu tools untuk menguji overreaction dengan

mengkalkulasi enonomic value menggunakan Ohlson’s (1995) Residual Income

Model (RIM). Peneliti menggunakan RIM untuk membantu memperkirakan value

sebenarnya dari ekuitas yang nantinya akan dibandingkan dengan harga saham.

Untuk meniliti permasalahan ini, peneliti akan menggunakan data saham dari sector

barang konsumsi, dan data yang akan digunakan antara tahun 2010-2012 yang

terdapat pada Bursa Efek Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui apakah benar terjadi pembalikan kinerja portfolio loser yang ditunjukkan

dengan terjadinya abnormal return positif dan sebaliknya pada periode 2010-2012

pada saham sector barang konsumsi.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terjadi overreaction di Bursa Efek Indonesia terutama pada saham

sector barang konsumsi tahun 2010-2012?

2. Apakah ada perbedaan average abnormal return antara portfolio loser dan

winner?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penilitan ini adalah,

1. Untuk mengetahui ada atau tidak overreaction di Bursa Efek Indonesia

terutama pada saham sector barang konsumsi tahun 2010-2012.

3

Page 4: Proposal

2. Untuk mengetahui bukti terdapatnya perbedaan average abnormal return

antara portfolio loser dan winner.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penulisan penelitian ini adalah:

1. Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat menambah literature dan melengkapi

penelitian terdahulu sehubungan dengan ada atau tidaknya overreaction pada

Bursa Efek Indonesia pada saham sector barang konsumsi.

2. Manfaat Bagi Investor

Penelitian diharapkan mampu bahan pembelajaran, memberikan informasi

atau sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan dalam strategi

berinvestasi di Bursa Efek Indonesia terutama pada saham sector barang

konsumsi.

4

Page 5: Proposal

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 PASAR MODAL

Menurut Sukmawati dan Hermawan (2002), pasar modal atau bursa efek

secara sederhana adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual efek yang terdaftar

di bursa itu. Pembeli dan penjual datang untuk mengadakan transaksi jual-beli efek.

Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 memberikan pengertian pasar modal

yang lebih spesifik yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan

perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya

serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Ada beberapa macam bentuk efisiensi pasar modal, pasar dikatakan efisien

jika harga sekuritas tidak terlalu jauh menyimpang dari nilai intrinsiknya. Nilai

instrinsik dalam hal ini dikatikan dengan informasi yang terdapat dalam laporan

keuangan perusahaan penerbit saham. Menurut Husnan (2003:256), secara formal

pasar modal yang efisien merupakan pasar yang harga sekuritasnya telah

mencerminkan semua informasi yang relevan. Menurut Sukmawati & Hermawan

(2002) menyatakan bahwa ide tentang efisiensi pasar ini dapat dibagi menjadi tiga

bentuk berdasarkan jenis informasi yang digunakan dalam membuat keputusan-

keputusan pasar. Tiga bentuk tersebut adalah:

1) Efisiensi Pasar Bentuk Lemah (weak form)

Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga harga sekuritas saat ini

betul-betul menggambarkan seluruh informasi yang terkandung dalam harga sekuritas

di masa-masa lalu. Informasi masa lalu merupakan informasi yang sudah terjadi. Jika

pasar efisien dalam bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat

dipergunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar yang

5

Page 6: Proposal

efisien dalam bentuk lemah investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu

untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal (abnormal return).

2) Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat (semi strong form)

Pasar dikatakan efisien dalam bentuk setengah kuat jika harga-harga surat

berharga betul-betul menggambarkan seluruh informasi yang dipublikasikan. Jadi tak

seorang pun investor yang mampu memperoleh tingkat pengembalian yang

berlebihan dengan hanya menggunakan sumber-sumber informasi yang

dipublikasikan. Termasuk jenis informasi ini adalah laporan tahunan perusahaan atau

informasi yang disajikan dalam prospektus, informasi mengenai posisi perusahaan

pesaing, maupun harga saham historis.

3) Efisiensi Pasar Bentuk Kuat (strong form)

Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara

penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia, termasuk informasi yang privat.

Jika pasar modal efisien dalam bentuk ini maka tidak ada individual atau group dari

investor yang dapat memperoleh keuntungan yang tidak normal (abnornal return)

2.2 REAKSI PASAR

Beberapa teori menyebutkan bahwa investor akan bereaksi terhadap berita

mengenai suatu event, baik event yang dapat mempengaruhi keuangan ataupun tidak

mempengaruhi keuangan yang tidak terduga dan tidak diantisipasi sebelumnya. Event

yang tidak diantisipasi mempengaruhi seluruh ekonomi yang ada dan mempengaruhi

harga saham secara signifikan, baik naik maupun turunnya harga saham. Reaksi pasar

tersebut diukur dengan munculnya abnormal return yang signifikan.

Investor umumnya mengambil tindakan dan keputusan yang berbeda dalam

menyikapi suatu informasi baik dari segi waktu, frekuensi, maupun kuantitas

pembelian saham. Misalnya, melakukan penjualan saham secara spontan ketika pasar

6

Page 7: Proposal

bergerak di luar perkiraannya atau investor membeli saham yang baru saja mengalami

keuntungan tanpa memperhatikan nilai fundamental saham tersebut.

2.3 OVERREACTION HYPOTHESIS

Overreaction hypothesis menyatakan bahwa pasar telah bereaksi secara

berlebihan terhadap suatu informasi. Menurut De Bondt (1987), para pelaku pasar

cenderung merespon terlalu berlebihan terhadap informasi yang dianggap bagus

(good news) sehingga harga saham menjadi melambung, sebaliknya pelaku pasar

cenderung merespon terlalu berlebihan terhadap informasi buruk (bad news) sehingga

mengakibatkan harga turun drastic. Koreksi terhadap informasi tersebut pada periode

berikutnya jika terjadi dalam jangka waktu pendek, signifikan dan berulang maka

inilah yang disebut overreaction.

De Bondt and Thaler (1987) membagi portfolio dalam 2 kelompok yaitu

winner dan loser. Portfolio winner adalah kelompok portfolio yang konsisten

mendapatkan earning positif dalam kurun waktu tertentu yang ditandai dengan

abnormal return positif, yang diakibatkan oleh kenaikan harga saham secara

konsisten. Portfolio loser adalah kelompok portfolio yang secara konsisten mendapat

earning negative dalam kurun waktu tertentu yang ditandai dengan adanya abnormal

return negative. Saat pelaku pasar bereaksi berlebihan terhadap informasi tak terduga

sebelumnya, maka saham yang tergolong loser akan mengungguli winner, sehingga

orang akan cenderung melakukan strategi membeli saham loser dan menjual saham

winner.

Sukmawati dan Hermawan (2002) menguji overreaction yang terjadi di BEI

dan mendapati bahwa resiko winner maupun loser tidak konstan sepanjang waktu.

Sukmawati dan Hermawan (2002) dalam penelitiannya menemukan bahwa portfolio

loser terbukti mengungguli portfolio winner yang terjadi secara separatis selama

beberapa waktu. Adanya overreaction yang mendorong adanya strategi untuk

7

Page 8: Proposal

membeli saham loser dan menjual saham winner, sebaliknya membeli saham winner

dan menjual saham loser juga dapat dilakukan untuk memperoleh abnormal return.

2.4 OHLSON’S RESIDUAL INCOME MODEL (RIM)

Ohlson’s Residual Income Model merupakan salah satu cara untuk

menghitung valuasi saham. Ohlson menghubungkan market value suatu perusahaan

terhadap earnings di masa depan, book value of equity, dan deviden. Peneiliti

menggunakan metode ini untuk mengestimasi economic value dari perusahaan dan

membandingkannya dengan harga saham saat terjadi lonjakan harga. Value yang

lebih rendah dari harga saham dibandingkan dengan nilai ekonomi menunjukkan

overreaction dari pasar modal.

8

Page 9: Proposal

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 DESAIN PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang

menitik beratkan pada pengujian hipotesis, penggunaan data-data yang terukur dan

alat analisis. Data utama dari penelitian ini adalah data sekunder yaitu sumber data

penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung atau dengan kata lain melalui

media perantara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

berupa data harga saham dan laporan keuangan. Tujuan penelitian adalah untuk

mengetahui ada atau tidak overreaction di Bursa Efek Indonesia terutama pada saham

sector barang konsumsi tahun 2010-2012.

3.2 POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah purposive sampling, yakni pemilihan sampel berdasarkan

karakteristik yang ditentukan oleh peneliti. Sesuai dengan batasan yang telah

disampaikan sebelumnya maka sampel yang diambil adalah saham sector barang

konsumsi yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang memiliki karakteristik

perusahaan yg masuk dalam sector barang konsumsi yang sudah terdaftar di BEI

sejak tahun 2010 hingga 2012, saham tersebut harus dapat dikategorikan dalam

potfolio winner ataupun loser.

9

Page 10: Proposal

3.3 VARIABLE PENELITIAN

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Abnormal

Return, Avarage Abnormal Return dan Cumulative Abnormal Return. Variable untuk

menghitung valuasi saham yang akan dibandingkan dengan menggunakan Ohlson’s

Residual Income Model untuk mencari economic value dari saham adalah market

value, book value to equity, cost of capital, expected earnings.

3.4 DEFINISI OPERASIONAL

Variable-variable yang akan diteliti pada penelitian ini didefinisikan sebagai

berikut:

a) Menghitung Abnormal Return (AR)

Merupakan excess dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return

normal atau selisih antara return sesungguhnya dengan return ekspektasi.

ARi,t = Rit – Rmt

ARi,t = abnormal return bulan ke-t

Rit = return rata-rata saham i pada bulan ke t

Rmt = return pasar bulan ke t

it

b) Menghitung Return Sesungghunya

Menghitung return sesungguhnya dari masing-masing saham dalam suatu

periode.

Rit = Pit - Pit – 1

Pit – 1

Rit = return sesungguhnya

Pit = closing price saham i pada waktu ke t

10

Page 11: Proposal

Pit – 1= closing price saham i pada waktu ke t-1

c) Menghitung Market Return

Rmt = IHSGt – IHSGt – 1

IHSGt – 1

Rmt = return pasar

IHSGt = closing price market pada waktu t

IHSGt – 1 = closing price market pada waktu t-1

d) Menghitung Cumulative Abnormal Return (CAR)

Digunakan untuk melihat market overreaction, jika pasar bereaksi positif,

maka hasilnya akan positif dan sebaliknya

CARit = ∑a=t 3

t

ARia

CARit = akumulasi abnormal return saham i waktu ke t

ARia = abnormal return untuk sekuritas ke i pada waktu t

e) Menghitung Average Abnormal Return

Rata-rata abnormal return untuk waktu t.

AARt = ∑i−1

n

ARt−1

n

AARt = average abnormal return saham pada waktu t

ARit = abnormal return I pada waktu t

n = jumlah bulan

f) Menghitung Valuasi menggunakan Ohlson’s Residual Model

11

Page 12: Proposal

EVt = economic value pada waktu ke t

Bt = book value of equity pada waktu ke t

r = cost of equity

Xt = earnings pada waktu ke t

3.5 METODE PENGUMPULAN DATA

Penelitian sekarang menggunakan data dokumenter berupa laporan keuangan

dan harga saham dari perusahaan-perusahaan yang sesuai dengan kriteria pemilihan

sampel. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari

website Bursa Efek Indonesia (http:/www.idx.co.id).

3.6 TEKNIK ANALISIS DATA

Perhitungan portfolio winner dan loser berdasarkan perhitungan Average

Abnormal Return dari masing-masing saham yang telah diolah dan diranking, dengan

kriteria Average Abnormal Return positif masuk dalam kategori winner dan

sebaliknya.

Data yang telah diperoleh akan diuji dengan pengujian statistik. Uji normalitas

bertujuan untuk menguji apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak.

Untuk menguji apakah distrbusi data normal atau tidak, salah satu cara termudah

untuk melihat normalitas adalah melihat histogram yang membandingkan antara

observasi data dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Selain itu alat uji

yang bisa digunakan adalah metode uji Kolmogorov-Sminov. Uji Kolmogorov-

12

Page 13: Proposal

Sminov adalah metode yang uang umum digunakan untuk menguji normalitas data.

Jika nilai Kolmogorov-Sminov tidak signifikan (varibel memiliki tingkat signifikan

diatas, α = 5%) maka semua data terdistribusi secara normal.

Jika data berdistribusi normal, maka pengujian selanjutnya adalah

menggunakan t test. Untuk melakukan uji beda rata-rata dengan t test, data yang

digunakan adalah data yang bertipe kuantitatif. Jika tidak berdistribusi normal, maka

akan dilakukan pengujian menggunakan Mann-Whitney dengan mencari z hitung.

Untuk lebih memastikan adanya overreaction dalam penelitian ini, peneliti

menambahkan tools Ohlson’s Residual Model guna membandingkan economic value

dari saham dengan harga saham. Value yang lebih rendah dari harga saham

dibandingkan dengan nilai ekonomi menunjukkan overreaction dari pasar modal.

13

Page 14: Proposal

REFERENSI

De Bondt, W., And Thaler, R. 1987, Further Evidence on Investor Overreaction and

Stock Market Seasonality, Journal of Finance 42, 557-581.

Husnan, Suad, 1998, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi 3.

Unit Penerbit dan Percetakan (UPP).

Iswandari, Lucia, 2001, Pembalikkan Harga Di Bursa Efek Jakarta, KOMPAK.

September No.3, 299-321.

Rahmawati, dan Suryani Tri, 2005, Over reaksi pasar terhadap harga saham

perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi

VIII 15-16 September,64-74.Solo.

Sukmawati, dan Hermawan, 2002, Overraction Hypothesis dan Price Earning ratio

Anomaly Saham-saham Sektor Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, Jurnal

Riset Akuntansi, Manajemen, dan Ekonomi. Februari Vol.2 No.1.

Susiyanto, Muhammad, 1997, Market’s Overreaction In The Indonesian Stock

Market, KELOLA. Vol.6 No.16.

Wibowo, A., dan Sukarno, A. (2004). “Reaksi Pasar Berlebihan dan Pengaruh

Ukuran Perusahaan Terhadap Pembalikan Harga Saham di Bursa Efek

Jakarta”. Wahana. Vol. 7. No. 1 , Februari: 57-72.

14