proposal
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan harga saham selalu menarik untuk diprediksi dan dianalisis.
Keberhasilan dan ketepatan prediksi perkembangan harga saham merupakan salah
satu hal yang sangat diharapkan oleh para investor pasar modal. Hal-hal yang
diprekdisi dan dianalisis meliputi saham mana yang akan mengalami kenaikan harga,
berapa besar kenaikan harga tersebut, berapa lama kenaikan tersebut akan bertahan
hingga kita dapat memaksimalkan return kita. Menganalisa bagaimana suatu pasar
bereaksi terhadap informasi untuk mencapai keseimbangan harga baru merupakan hal
penting yang perlu diketahui oleh investor.
Berdasarkan penelitian di pasar modal, terdapat beberapa penyimpangan
dalam perilaku keuangan(behavioral finance) yang dapat mempengaruhi harga
saham. Penyimpangan tersebut antara lain january effect (Tinic and West, 1984), size
effect (Schwert, 1983), P/E effect (Basu, 1977), day of the week effect (Gibbon and
Hess, 1981), overreaction (De Bondt and Thaler, 1987). Penyimpangan yang akan
dikaji dalam penelitian ini adalah overreaction.
Jika pasar bereaksi dengan cepat untuk mencapai keseimbangan baru yang
sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar tersebut
adalah pasar efisien. Menurut Tandelilin (2001:5) dalam Iswandari (2001) terdapat
hubungan yang searah dan linier antara resiko dan return yang diharapkan dari suatu
investasi. Dalam prakteknya, ada investor pasar modal yang bereaksi berlebihan,
bersifat irasional terhadap suatu informasi baik berupa berita positif (good news)
maupun berita negatif (bad news). Investor biasanya memberi bobot tinggi untuk
berita positif, dan memberi bobot sangat rendah apabila menerima berita negative.
1
Overreaction ditunjukkan dengan adanya abnormal return. Implikasi yang
terjadi di bursa adalah terjadinya pembalikan harga saham sebagai respon atas adanya
informasi yang diterima investor yang membuktikan bahwa pasar telah bereaksi
berlebihan. Saham-saham yang biasanya diminati pasar yang mempunyai return
tinggi, akan menjadi kurang diminati. Sedangkan saham-saham yang bernilai rendah
dan kurang diminati akan mulai dicari oleh pasar. Kondisi ini akan mengakibatkan
return saham yang sebelumnya tinggi menjadi rendah, dan return yang sebelumnya
rendah akan menjadi tinggi. Menurut Rahmawati dan Suryani (2005), keadaan ini
akan menyebabkan terjadinya abnormal return positif dan negatif. Fenomena harga
saham yang tidak normal membuktikan bahwa pasar beraksi secara berlebihan dalam
menanggapi suatu informasi, yang pada akhirnya pasar akan menyadari dan terjadi
koreksi pada periode selanjutnya.
Reaksi pasar tersebut sesuai dengan overreaction hypothesis, yang berasumsi
bahwa investor bereaksi berdasarkan penekanan informasi terakhit yang mana
investor cenderung overreact terhadap informasi tersebut. Menurut De Bondt and
Thaler (1987), untuk meneliti keadaan overreaction tersebut digunakan 2 kelompok
saham yaitu portfolio winner dan portfolio loser. Portfolio loser adalah saham yang
konsisten turun berdasarkan informasi negative yang diterima dan memiliki abnormal
return negatif. Portfolio winner adalah saham yang konsisten naik berdasarkan
informasi posotif yang diterima dan memiliki abnormal return positif.
Menurut Wibowo dan Sukarno (2004) menyatakan bahwa saham winner tidak
menunjukkan adanya overreaction, sedangkan saham loser terjadi reversal terhadap
informasi negative yang diterima pasar. Menurut Rahmawati dan Suryani (2005)
menyatakan bahwa terdapat indikasi overreaction ditandai dengan portfolio loser
mengungguli portfolio winner, dimana over reaction ini tidak terjadi dalam long term
dan konstan, tetapi secara separatis.
2
Pengujian signifikansi perbedaan average abnormal return antara saham loser
dan winner yang menggunakan uji independent sample t test menyatakan bahwa tidak
ada perbedaan yang signifikan antara average abnormal return seluruh saham loser
dan winner dan peneliti menambahkan satu tools untuk menguji overreaction dengan
mengkalkulasi enonomic value menggunakan Ohlson’s (1995) Residual Income
Model (RIM). Peneliti menggunakan RIM untuk membantu memperkirakan value
sebenarnya dari ekuitas yang nantinya akan dibandingkan dengan harga saham.
Untuk meniliti permasalahan ini, peneliti akan menggunakan data saham dari sector
barang konsumsi, dan data yang akan digunakan antara tahun 2010-2012 yang
terdapat pada Bursa Efek Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah benar terjadi pembalikan kinerja portfolio loser yang ditunjukkan
dengan terjadinya abnormal return positif dan sebaliknya pada periode 2010-2012
pada saham sector barang konsumsi.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terjadi overreaction di Bursa Efek Indonesia terutama pada saham
sector barang konsumsi tahun 2010-2012?
2. Apakah ada perbedaan average abnormal return antara portfolio loser dan
winner?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penilitan ini adalah,
1. Untuk mengetahui ada atau tidak overreaction di Bursa Efek Indonesia
terutama pada saham sector barang konsumsi tahun 2010-2012.
3
2. Untuk mengetahui bukti terdapatnya perbedaan average abnormal return
antara portfolio loser dan winner.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari penulisan penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat menambah literature dan melengkapi
penelitian terdahulu sehubungan dengan ada atau tidaknya overreaction pada
Bursa Efek Indonesia pada saham sector barang konsumsi.
2. Manfaat Bagi Investor
Penelitian diharapkan mampu bahan pembelajaran, memberikan informasi
atau sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan dalam strategi
berinvestasi di Bursa Efek Indonesia terutama pada saham sector barang
konsumsi.
4
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 PASAR MODAL
Menurut Sukmawati dan Hermawan (2002), pasar modal atau bursa efek
secara sederhana adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual efek yang terdaftar
di bursa itu. Pembeli dan penjual datang untuk mengadakan transaksi jual-beli efek.
Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 memberikan pengertian pasar modal
yang lebih spesifik yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Ada beberapa macam bentuk efisiensi pasar modal, pasar dikatakan efisien
jika harga sekuritas tidak terlalu jauh menyimpang dari nilai intrinsiknya. Nilai
instrinsik dalam hal ini dikatikan dengan informasi yang terdapat dalam laporan
keuangan perusahaan penerbit saham. Menurut Husnan (2003:256), secara formal
pasar modal yang efisien merupakan pasar yang harga sekuritasnya telah
mencerminkan semua informasi yang relevan. Menurut Sukmawati & Hermawan
(2002) menyatakan bahwa ide tentang efisiensi pasar ini dapat dibagi menjadi tiga
bentuk berdasarkan jenis informasi yang digunakan dalam membuat keputusan-
keputusan pasar. Tiga bentuk tersebut adalah:
1) Efisiensi Pasar Bentuk Lemah (weak form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga harga sekuritas saat ini
betul-betul menggambarkan seluruh informasi yang terkandung dalam harga sekuritas
di masa-masa lalu. Informasi masa lalu merupakan informasi yang sudah terjadi. Jika
pasar efisien dalam bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat
dipergunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar yang
5
efisien dalam bentuk lemah investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu
untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal (abnormal return).
2) Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat (semi strong form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk setengah kuat jika harga-harga surat
berharga betul-betul menggambarkan seluruh informasi yang dipublikasikan. Jadi tak
seorang pun investor yang mampu memperoleh tingkat pengembalian yang
berlebihan dengan hanya menggunakan sumber-sumber informasi yang
dipublikasikan. Termasuk jenis informasi ini adalah laporan tahunan perusahaan atau
informasi yang disajikan dalam prospektus, informasi mengenai posisi perusahaan
pesaing, maupun harga saham historis.
3) Efisiensi Pasar Bentuk Kuat (strong form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara
penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia, termasuk informasi yang privat.
Jika pasar modal efisien dalam bentuk ini maka tidak ada individual atau group dari
investor yang dapat memperoleh keuntungan yang tidak normal (abnornal return)
2.2 REAKSI PASAR
Beberapa teori menyebutkan bahwa investor akan bereaksi terhadap berita
mengenai suatu event, baik event yang dapat mempengaruhi keuangan ataupun tidak
mempengaruhi keuangan yang tidak terduga dan tidak diantisipasi sebelumnya. Event
yang tidak diantisipasi mempengaruhi seluruh ekonomi yang ada dan mempengaruhi
harga saham secara signifikan, baik naik maupun turunnya harga saham. Reaksi pasar
tersebut diukur dengan munculnya abnormal return yang signifikan.
Investor umumnya mengambil tindakan dan keputusan yang berbeda dalam
menyikapi suatu informasi baik dari segi waktu, frekuensi, maupun kuantitas
pembelian saham. Misalnya, melakukan penjualan saham secara spontan ketika pasar
6
bergerak di luar perkiraannya atau investor membeli saham yang baru saja mengalami
keuntungan tanpa memperhatikan nilai fundamental saham tersebut.
2.3 OVERREACTION HYPOTHESIS
Overreaction hypothesis menyatakan bahwa pasar telah bereaksi secara
berlebihan terhadap suatu informasi. Menurut De Bondt (1987), para pelaku pasar
cenderung merespon terlalu berlebihan terhadap informasi yang dianggap bagus
(good news) sehingga harga saham menjadi melambung, sebaliknya pelaku pasar
cenderung merespon terlalu berlebihan terhadap informasi buruk (bad news) sehingga
mengakibatkan harga turun drastic. Koreksi terhadap informasi tersebut pada periode
berikutnya jika terjadi dalam jangka waktu pendek, signifikan dan berulang maka
inilah yang disebut overreaction.
De Bondt and Thaler (1987) membagi portfolio dalam 2 kelompok yaitu
winner dan loser. Portfolio winner adalah kelompok portfolio yang konsisten
mendapatkan earning positif dalam kurun waktu tertentu yang ditandai dengan
abnormal return positif, yang diakibatkan oleh kenaikan harga saham secara
konsisten. Portfolio loser adalah kelompok portfolio yang secara konsisten mendapat
earning negative dalam kurun waktu tertentu yang ditandai dengan adanya abnormal
return negative. Saat pelaku pasar bereaksi berlebihan terhadap informasi tak terduga
sebelumnya, maka saham yang tergolong loser akan mengungguli winner, sehingga
orang akan cenderung melakukan strategi membeli saham loser dan menjual saham
winner.
Sukmawati dan Hermawan (2002) menguji overreaction yang terjadi di BEI
dan mendapati bahwa resiko winner maupun loser tidak konstan sepanjang waktu.
Sukmawati dan Hermawan (2002) dalam penelitiannya menemukan bahwa portfolio
loser terbukti mengungguli portfolio winner yang terjadi secara separatis selama
beberapa waktu. Adanya overreaction yang mendorong adanya strategi untuk
7
membeli saham loser dan menjual saham winner, sebaliknya membeli saham winner
dan menjual saham loser juga dapat dilakukan untuk memperoleh abnormal return.
2.4 OHLSON’S RESIDUAL INCOME MODEL (RIM)
Ohlson’s Residual Income Model merupakan salah satu cara untuk
menghitung valuasi saham. Ohlson menghubungkan market value suatu perusahaan
terhadap earnings di masa depan, book value of equity, dan deviden. Peneiliti
menggunakan metode ini untuk mengestimasi economic value dari perusahaan dan
membandingkannya dengan harga saham saat terjadi lonjakan harga. Value yang
lebih rendah dari harga saham dibandingkan dengan nilai ekonomi menunjukkan
overreaction dari pasar modal.
8
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 DESAIN PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang
menitik beratkan pada pengujian hipotesis, penggunaan data-data yang terukur dan
alat analisis. Data utama dari penelitian ini adalah data sekunder yaitu sumber data
penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung atau dengan kata lain melalui
media perantara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
berupa data harga saham dan laporan keuangan. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui ada atau tidak overreaction di Bursa Efek Indonesia terutama pada saham
sector barang konsumsi tahun 2010-2012.
3.2 POPULASI DAN SAMPEL
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling, yakni pemilihan sampel berdasarkan
karakteristik yang ditentukan oleh peneliti. Sesuai dengan batasan yang telah
disampaikan sebelumnya maka sampel yang diambil adalah saham sector barang
konsumsi yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang memiliki karakteristik
perusahaan yg masuk dalam sector barang konsumsi yang sudah terdaftar di BEI
sejak tahun 2010 hingga 2012, saham tersebut harus dapat dikategorikan dalam
potfolio winner ataupun loser.
9
3.3 VARIABLE PENELITIAN
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Abnormal
Return, Avarage Abnormal Return dan Cumulative Abnormal Return. Variable untuk
menghitung valuasi saham yang akan dibandingkan dengan menggunakan Ohlson’s
Residual Income Model untuk mencari economic value dari saham adalah market
value, book value to equity, cost of capital, expected earnings.
3.4 DEFINISI OPERASIONAL
Variable-variable yang akan diteliti pada penelitian ini didefinisikan sebagai
berikut:
a) Menghitung Abnormal Return (AR)
Merupakan excess dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return
normal atau selisih antara return sesungguhnya dengan return ekspektasi.
ARi,t = Rit – Rmt
ARi,t = abnormal return bulan ke-t
Rit = return rata-rata saham i pada bulan ke t
Rmt = return pasar bulan ke t
it
b) Menghitung Return Sesungghunya
Menghitung return sesungguhnya dari masing-masing saham dalam suatu
periode.
Rit = Pit - Pit – 1
Pit – 1
Rit = return sesungguhnya
Pit = closing price saham i pada waktu ke t
10
Pit – 1= closing price saham i pada waktu ke t-1
c) Menghitung Market Return
Rmt = IHSGt – IHSGt – 1
IHSGt – 1
Rmt = return pasar
IHSGt = closing price market pada waktu t
IHSGt – 1 = closing price market pada waktu t-1
d) Menghitung Cumulative Abnormal Return (CAR)
Digunakan untuk melihat market overreaction, jika pasar bereaksi positif,
maka hasilnya akan positif dan sebaliknya
CARit = ∑a=t 3
t
ARia
CARit = akumulasi abnormal return saham i waktu ke t
ARia = abnormal return untuk sekuritas ke i pada waktu t
e) Menghitung Average Abnormal Return
Rata-rata abnormal return untuk waktu t.
AARt = ∑i−1
n
ARt−1
n
AARt = average abnormal return saham pada waktu t
ARit = abnormal return I pada waktu t
n = jumlah bulan
f) Menghitung Valuasi menggunakan Ohlson’s Residual Model
11
EVt = economic value pada waktu ke t
Bt = book value of equity pada waktu ke t
r = cost of equity
Xt = earnings pada waktu ke t
3.5 METODE PENGUMPULAN DATA
Penelitian sekarang menggunakan data dokumenter berupa laporan keuangan
dan harga saham dari perusahaan-perusahaan yang sesuai dengan kriteria pemilihan
sampel. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari
website Bursa Efek Indonesia (http:/www.idx.co.id).
3.6 TEKNIK ANALISIS DATA
Perhitungan portfolio winner dan loser berdasarkan perhitungan Average
Abnormal Return dari masing-masing saham yang telah diolah dan diranking, dengan
kriteria Average Abnormal Return positif masuk dalam kategori winner dan
sebaliknya.
Data yang telah diperoleh akan diuji dengan pengujian statistik. Uji normalitas
bertujuan untuk menguji apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak.
Untuk menguji apakah distrbusi data normal atau tidak, salah satu cara termudah
untuk melihat normalitas adalah melihat histogram yang membandingkan antara
observasi data dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Selain itu alat uji
yang bisa digunakan adalah metode uji Kolmogorov-Sminov. Uji Kolmogorov-
12
Sminov adalah metode yang uang umum digunakan untuk menguji normalitas data.
Jika nilai Kolmogorov-Sminov tidak signifikan (varibel memiliki tingkat signifikan
diatas, α = 5%) maka semua data terdistribusi secara normal.
Jika data berdistribusi normal, maka pengujian selanjutnya adalah
menggunakan t test. Untuk melakukan uji beda rata-rata dengan t test, data yang
digunakan adalah data yang bertipe kuantitatif. Jika tidak berdistribusi normal, maka
akan dilakukan pengujian menggunakan Mann-Whitney dengan mencari z hitung.
Untuk lebih memastikan adanya overreaction dalam penelitian ini, peneliti
menambahkan tools Ohlson’s Residual Model guna membandingkan economic value
dari saham dengan harga saham. Value yang lebih rendah dari harga saham
dibandingkan dengan nilai ekonomi menunjukkan overreaction dari pasar modal.
13
REFERENSI
De Bondt, W., And Thaler, R. 1987, Further Evidence on Investor Overreaction and
Stock Market Seasonality, Journal of Finance 42, 557-581.
Husnan, Suad, 1998, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi 3.
Unit Penerbit dan Percetakan (UPP).
Iswandari, Lucia, 2001, Pembalikkan Harga Di Bursa Efek Jakarta, KOMPAK.
September No.3, 299-321.
Rahmawati, dan Suryani Tri, 2005, Over reaksi pasar terhadap harga saham
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi
VIII 15-16 September,64-74.Solo.
Sukmawati, dan Hermawan, 2002, Overraction Hypothesis dan Price Earning ratio
Anomaly Saham-saham Sektor Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, Jurnal
Riset Akuntansi, Manajemen, dan Ekonomi. Februari Vol.2 No.1.
Susiyanto, Muhammad, 1997, Market’s Overreaction In The Indonesian Stock
Market, KELOLA. Vol.6 No.16.
Wibowo, A., dan Sukarno, A. (2004). “Reaksi Pasar Berlebihan dan Pengaruh
Ukuran Perusahaan Terhadap Pembalikan Harga Saham di Bursa Efek
Jakarta”. Wahana. Vol. 7. No. 1 , Februari: 57-72.
14