proposal

12
DWI ADE NOVIANTORO 137795019 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN LAB VIRTUAL PHET SEBAGAI PELENGKAP LAB RIIL DALAM PEMBELAJARAN FISIKA JURUSAN MULTIMEDIA DI SMKN 1 NGANJUK A. LATAR BELAKANG Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP , MTs , atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. SMK sering disebut juga STM (Sekolah Teknik Menengah). Dalam kajian kurikulum SMK tahun 2007, uraian tentang kelompok mata pelajaran yang berisi deskripsi kelompok mata pelajaran spesifik SMK merujuk kepada Permendiknas 22 tahun 2006, meliputi tiga kelompok mata pelajaran, yaitu kelompok normatif, kelompok adaptif, dan kelompok produktif. Fisika adalah mata pelajaran yang termasuk dalam kelompok adaptif, yaitu mata pelajaran dasar yang mendukung program produktif. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah. IPA merupakan mata pelajaran yang berhubungan dengan fenomena yang terjadi di alam, dengan mempelajari seluk beluk alam dan fenomenanya, siswa diharapkan mampu memahami manfaat alam dalam kehidupan sehari-hari dan dapat bermanfaat bagi siswa dalam menjalani kehidupannya. Secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar, yaitu

Upload: arreyzone

Post on 27-Oct-2015

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

proposal unesa

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal

DWI ADE NOVIANTORO137795019

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

DENGAN LAB VIRTUAL PHET SEBAGAI PELENGKAP LAB RIIL

DALAM PEMBELAJARAN FISIKA JURUSAN MULTIMEDIA

DI SMKN 1 NGANJUK

A. LATAR BELAKANG

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan

formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan

menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan

dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. SMK sering disebut juga STM

(Sekolah Teknik Menengah). Dalam kajian kurikulum SMK tahun 2007, uraian tentang

kelompok mata pelajaran yang berisi deskripsi kelompok mata pelajaran spesifik SMK

merujuk kepada Permendiknas 22 tahun 2006, meliputi tiga kelompok mata pelajaran, yaitu

kelompok normatif, kelompok adaptif, dan kelompok produktif. Fisika adalah mata

pelajaran yang termasuk dalam kelompok adaptif, yaitu mata pelajaran dasar yang

mendukung program produktif.

Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), ilmu pengetahuan alam (IPA)

merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah. IPA merupakan mata pelajaran yang

berhubungan dengan fenomena yang terjadi di alam, dengan mempelajari seluk beluk alam

dan fenomenanya, siswa diharapkan mampu memahami manfaat alam dalam kehidupan

sehari-hari dan dapat bermanfaat bagi siswa dalam menjalani kehidupannya. Secara umum

IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar, yaitu biologi, fisika, dan kimia. Fisika merupakan salah

satu cabang IPA (sains) yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup

harmonis dengan alam. Fisika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan antara

lain : mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan

menguji hipotesis melalui percobaan, merancang instrumen percobaan, mengumpulkan ,

mengolah dan menafsirkan data serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan

tertulis (Tim BSNP : 2007).

Sains itu terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah. Menurut Rudy

Unesa(rudy-unesa.blogspot.com) dalam pembelajaran sains, proses ilmiah tersebut harus

dikembangkan pada siswa sebagai penglaman yang bermakna. Sains tidak hanya

Page 2: Proposal

DWI ADE NOVIANTORO137795019

mengutamakan hasil (produk) saja, tetapi proses juga sangat penting dalam membangun

pengetahuan siswa. Mengingat bahwa sains tidak hanya mengutamakan hasil (produk) saja,

dalam hal ini berarti siswa perlu untuk di ajak dan atau ikut terlibat dalam kegiatan

laboratorium. Maka dari itu kegiatan laboratorium dalam pembelajaran fisika sangat penting,

hal ini sesuai dengan Permendiknas No. 41 tahun 2007 yaitu dalam pelaksanaan

pembelajaran seharusnya guru memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di

laboratorium.

Berdasarkan pengalaman peneliti ketika PPL di SMK N 1 Nganjuk, kenyataan di

lapangan, praktik pembelajaran fisika di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) tersebut, siswa

dan guru cenderung mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan laboratorium fisika.

Demikian dikarenakan ketidak tersediaannya sarana laboratorium. Hal ini diungkapakan

salah seorang guru fisika di sekolah yang menyatakan bahwa di SMK tersebut hanya

memiliki termometer, jangka sorong, serta mikrometer skrup, itupun hasil suadaya guru-

guru fisika setempat. Hasil wawancara dengan salah seorang siswa menyatakan bahwa

mereka tidak pernah melakukan pembelajaran fisika dengan kegiatan laboratorium.

Karena pada dasarnya kegiatan laboratorium harus dilaksanakan, maka tidak ada

salahnya pembelajaran tersebut dapat dilengkapi dengan memanfaatkan laboratorium virtual

yang memungkinkan melakukan kegiatan praktikum tanpa tersedianya sarana laboratorium

sesungguhnya (laboratorium riil). Sesuai dengan yang dikatakan Mulyasa (2006 : 107)

bahwa fasilitas pendidikan pada umunya mencakup sumber belajar, sarana dan prasarana

yang menunjang lainya, serta penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran

dimaksud untuk memudahkan atau mengefektifitaskan kegiatan pembelajaran. Jadi

pemanfaatan laboratorium virtual bukan untuk menggantikan peran laboratorium yang

sebenarnya (laboratorium riil), namun sebagai alternatif solusi pelengkap atas minimnya

peralatan laboratorium fisika yang sesungguhnya di sekolah-sekolah.

Laboratorium Riil atau yang sering kita sebut Laboratorium Ilmu Pengtahuan Alam

merupakan sumber belajar, sarana dan prasarana yang menunjang terbentuknya proses

belajar mengajar yang baik dalam usaha mencapai tujuan pendidikan IPA. Menurut Adam

(2009), laboratorium adalah tempat melakukan percobaan dan penyelidikan

Laboratorium virtual yang dimanfatkan adalah simulasi interakif PhET Colorado.

PhET (Physics Education Technology) merupakan sebuah situs yang menyediakan simulasi

Page 3: Proposal

DWI ADE NOVIANTORO137795019

pembelajaran fisika yang dapat di download secara gratis untuk kepentingan pengajaran di

kelas atau dapat digunakan untuk kepentingan belajar individu. Simulasi interaktif PhET

Colorado merupakan media simulasi interaktif yang menyenangkan dan berbasis penemuan

(research based) yang berupa software dan dapat digunakan untuk memperjelas konsep-

konsep fisis atau fenomena yang akan diterangkan yang merupakan ciptaan dari komunitas

sains melalui PhET Project di University of Colorado, USA(PhET.colorado.edu).

Kelebihan dari simulasi PhET yakni dapat melakukan percobaan secara ideal, hal ini

tidak dapat dilakukan dengan menggunakn alat yang sesungguhnya. Dipilihnya simulasi

PhET ini karena simulasi ini berbasis program java yang memiliki kelebihan menurut

Madlazim (2007 : 2) yaitu easy java simulations (ejs) dirancang khusus untuk memudahkan

tugas para guru dalam membuat simulasi fisika dengan memanfaatkan komputer sesuai

dengan bidang ilmunya.

Segala apapun itu pasti memiliki kurang dan lebih. Memang tidak ada yang lebih

bermakna kecuali belajar dengan keadaan yang sebenarnya yaitu melakukan percobaan

secara riil dalam laboratorium sebagai pengalaman. Mengingat konsep belajar yang

dicanangkan oleh UNESCO dalam wujud empat pilar pendidikan salah satunya adalah

belajar melakukan sesuatu (“learning to do”). Dengan pembelajaran yang memanfaatkan

lab virtual PhET, pilar tersebut tidak dapat terpenuhi tapi memungkinkan untuk

melaksanakan kegiatan laboratorium tanpa adanya sarana prasarana laboratorium

sesungguhnya dan pada waktu dan tempat yang tidak terbatas.

Hal ini sangat menunjang pembelajaran fisika di jurusan multimedia yang basiknya

memang di lingkup pemanfaatan media lebih khusus disini yaitu laboratorium virtual.

Siswa-siswa jurusan tersebut akan lebih senang dan bergairah karena sesuai dengan apa

yang mereka pelajari, meskipun belajar fisika tetapi mereka tetap berkecimpung dalam dunia

multimedia.

Pada penelitian ini dipilihnya materi kelistrikan adalah ruang lingkup mata pelajaran

fisika di SMK, salah satunya adalah konsep kemagnetan dan kelistrikan. Pada materi

kelistrikan fenomena fisisnya abstrak, tidak terlihat secara kasat mata. Selama ini

pembuktian adanya arus listrik, hanya jika kita melihat lampu dapat menyala. Kita tidak

dapat mengamati aliran elektronnya, dengan menggunakan simulasi PhET hal yang tidak

terlihat tersebut misalkan aliran elektron akan dapat teramati dengan jelas (kongkret).

Page 4: Proposal

DWI ADE NOVIANTORO137795019

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya serta

keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat

(http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan). Pelaksanaan pendidikan dapat berjalan efektif dan

sesuai harapan dengan melaksanakan sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor

19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus

dikembangkan ádalah stándar proses. Standar proses menurut PP No.19 tahun 2005 meliputi

perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil

pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses

pembelajaran yang efektif dan efisien.

Dalam SMK telah disebutkan bahwa mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran

adaptif. Dikarenakan bukan merupakan mata pelajaran utama maka terkesan kurang

mendapatkan perhatian, sehingga pada praktiknya saat ini pelaksanaan pendidikan fisika di

SMK kurang sesuai dengan keadaan ideal yang telah diuraikan tersebut. Terlebih dalam

perencaan proses pembelajaran belum terlaksana secara maksimal. Padahal dapat disiasati

dengan memanfaatkan teknologi informasi yaitu menggunakan lab Virtual PhET seperti

dalam penelitian Rudy dkk disimpulkan bahawa proses pembelajaran melalui lab virtual

PhET cukup memberikan keterampilan berpikir yang baik kepada siswa. Terlebih selama ini

perangakat pembelajaran di SMK hanya berorientasi pada level kognitif belum

diimplementasikan dengan lab Virtual PhET. Sehingga dikhawatirkan tidak terwujudnya

proses pembelajaran sesuai harapan

Atas dasar tersebut maka perlu dilakukan penelitian yang dapat mewujudkan

perangkat pembelajaran berintegrasi pada PhET dengan judul “pengembangan perangkat

pembelajaran dengan lab virtual PhET sebagai pelengkap lab riil dalam pembelajaran

fisika jurusan multimedia di SMKN 1 Nganjuk”

B. RUMUSAN MASALAH

Atas dasar latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang muncul dalam penelitian ini

adalah “pengembangan perangkat pembelajaran dengan lab virtual PhET sebagai pelengkap

lab riil dalam pembelajaran fisika”

Dari rumusan masalah di atas maka pertanyaan penelitian yang muncul adalah :

Page 5: Proposal

DWI ADE NOVIANTORO137795019

1. Bagaimanakah kelayakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan di SMKN 1

Nganjuk?

2. Bagaimana keterlaksanaan perangkat pembelajaran dengan Lab virtual PhET sebagai

pelengkap lab riil dalam pembelajaran fisika di SMKN 1 Nganjuk ?

Yang meliputi antara lain :

a. Respons siswa terhadap perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan

b. Ketuntasan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran ini

c. Proses pelaksanaan pembelajaran dengan perangkat yang dikembangkan

Page 6: Proposal

DWI ADE NOVIANTORO137795019

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan kelayakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan di SMKN 1

Nganjuk.

2. Mendeskripsikan keterlaksanaan perangkat pembelajaran dengan lab virtual PhET

sebagai pelengkap lab riil dalam pembelajaran fisika di SMKN 1 Nganjuk.

Keterlaksanaan meliputi ; respons siswa, ketuntasan hasil belajar siswa, dan proses

pelaksanaan pembelajaran.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan informasi dan

pemikiran untuk mengembangkan perangkat pembelajaran yang lebih baik sehingga

mampu menunjang pembelajaran serta dapat digunakan untuk mengadakan penelitian

lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

- Memperkaya perangkat pembelajaran

- Sebagai masukan bagi sekolah bahwa dengan pembelajaran fisika berbasis

teknologi informasi maka siswa akan selalu bisa mengikuti perkembangan di era

globalisasi ini

b. Bagi Guru Bidang Studi

- Memudahkan guru mengajarkan konsep dalam pembelajaran

- Memberikan gambaran bagi guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam proses

pembelajaran

- Sebagai masukan bahwa teknologi informasi sangat berperan dalam proses

pengembangan pembelajaran fisika di SMK

c. Bagi Siswa

- Mempermudah siswa dalam memahami konsep yang dipelajari

- Menambah daya kreatifitas siswa

- Melatih keterampilan siswa

Page 7: Proposal

DWI ADE NOVIANTORO137795019

E. DEFINISI, ASUMSI, DAN KETERBATASAN

1. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda terhadap maksud penelitian ini, maka perlu

dijelaskan beberapa istilah sebagai berikut :

a. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanankan

pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan atau lapangan untuk setiap kompetensi

dasar yang meliputi: Silabus, RPP, Handout, LKS, Lembar Penilaian

b. Laboratorium Fisika

Laboratorium adalah tempat khusus yang dilengkapai dengan alat-alat laboratorium

dimana siswa melakukan percobaaan atau penalitian untuk melaksanakan ketramplan

proses sains yang dilatihkan secara indifidu ataupun secara kelompok dengan

bimbingan guru untuk berlatih memecahkan masalah yang diahadapi dengan

menggunakan panca indra, otak dan tenaga.

c. Lab Virtual PhET

Lab Virtual PhET yang dimaksud dalam penelitian ini adalah laboratorium maya

berupa software simulasi komputer PhET yang dikembangkan oleh Colorado

University berbasis program java yang memiliki kelebihan easy java simulations

(ejs) dirancang khusus untuk memudahkan tugas para guru dalam membuat simulasi

fisika dengan memanfaatkan komputer sesuai dengan bidang ilmunya.

2. Asumsi

Penelitian ini didasari beberapa asumsi sebagai berikut :

a. Para reviewer memberikan penilaian secara objektif dan sungguh-sungguh

b. Siswa mengerjakan tes dan mengisi angket yang diberikan oleh guru dengan jujur

karena dikerjakan sendiri oleh siswa dan diawasi oleh guru.

3. Keterbatasan

Dengan mengingat keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, maka peneliti

memberikan batasan-batasan sebagai berikut :

a. Empat tahap dalam Four-D yang digunakan dibatasi pada 3-D yaitu Define

(pendefinisian), Design (perancangan), dan Develop (pengembangan).

Page 8: Proposal

DWI ADE NOVIANTORO137795019

b. Validasi dalam penelitian ini dibatasi pada 2 orang dosen ahli fisika dan 1 orang guru

fisika SMK

c. Penelitian ini difokuskan pada sub pokok bahasan Kelistrikan arus searah kelas XI /

2

d. Uji coba terbatas penelitian ini dilakukan pada 18 siswa