proposal
TRANSCRIPT
![Page 1: Proposal](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032623/55cf99c3550346d0339f0cbd/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh dunia
berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI bahkan ibu
yang buta huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian
dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah
selalu mudah (Roeli, 2000).
Pada masa sekarang ini, penting sekali untuk menentukan keadaan
obyektif pada mana untuk seorang ibu terdorong untuk menyusui atau tidak
menyusui. Penyampaian informasi mengenai keuntungan-keuntungan ASI
tampaknya sudah cukup untuk mengubah kecendrungan bagi kalangan ibu
cukup pendidikan dalam masyarakat industri. Tidak hanya karena peluang
memperoleh keterampilan dan pengetahuan lebih baik, tetapi kondisi mereka
menempatkan mereka pada posisi lebih baik untuk menyusui. Terutama pada
golongan inilah kebiasaan menyusui telah jelas meningkat selama tahun-tahun
terakhir ini. Diantara keadaan-keadaan obyektif yang dibutuhkan untuk
memudahkan berkembangnya kebiasaan menyusui di semua lapisan
masyarakat, terletak pada prasarana untuk mengurangi halangan-halangan dan
hambatan terhadap motivasi menyusui. Keadaan yang mengurangi jumlah ibu
yang memilih menyusui dan keadaan yang mempersukar ibu untuk menyusui
(menyusui dan kesehatan, DEPKES/UNICEF/PERDHAKI).
![Page 2: Proposal](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032623/55cf99c3550346d0339f0cbd/html5/thumbnails/2.jpg)
Ibu menyusui agar dapat memberikan ASI sesuai dengan
kebutuhan bayinya maka dianjurkan untuk mengonsumsi makanan
dalam jumlah yang sesuai. Apabila makanan yang dikonsumsi kura
mencukupi kebutuhannya maka produksi ASI akan terhambat. Akibatnya
volume ASI yang diproduksi tidak mencukupi kebutuhan bayinya sehing bayi
cepat lapar dan menjadi mudah rewel (Krisnatuti, 2005)
Ibu menyusui dengan gizi yang baik, mampu menyusui bayi
minimal 6 bulan. Sebaliknya pada ibu yang gizinya kurang baik
tidak
mampu menyusui bayinya dalam jangka waktu selama itu, bahkan ada
yang
air susunya tidak keluar (Proverawati, 2009).
Kendala terhadap pemberian ASI telah teridentifikasi, hal ini mencakup
faktor-faktor seperti kurangnya informasi dari pihak perawat kesehatan bayi,
praktik-praktik rumah sakit yang merugikan seperti pemberian air dan suplemen
bayi tanpa kebutuhan medis, kurangnya perawatan tindak lanjut pada periode
pasca kelahiran dini, kurangnya dukungan dari masyarakat luas (Maribeth
Hasselquist, 2006).
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai
masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat
sederhana, seperti cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusui, isapan
yang mengakibatkan puting terasa nyeri dan masih banyak lagi masalah lain.
Untuk itu seorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya dalam
merawat bayi termasuk dalam menyusui. Orang yang dapat membantunya
![Page 3: Proposal](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032623/55cf99c3550346d0339f0cbd/html5/thumbnails/3.jpg)
terutama adalah orang yang berpengaruh besar dalam hidupnya atau
disegani seperti suami, keluarga atau kerabat atau kelompok ibu-ibu pendukung
ASI dan dokter atau tenaga kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan menyusui
diperlukan pengetahuan mengenai tehnik-tehnik menyusui yang benar
(Soetjingsih, 1997).
B. Perumusan Masalah
Dari uraian masalah di atas maka penulis membuat rumusan masalah
“Bagaimana gambaran permasalahan yang dialami ibu menyusui berkaitan
dengan kegiatan menyusui di klinik laktasi pontianak”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran permasalahan yang dialami ibu menyusui
berkaitan dengan kegiatan menyusui di klinik laktasi pontianak.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap
permasalahan dalam menyusui pada klinik laktasi pontianak.
b. Untuk mengetahui gambaran tingkat psikologi ibu terhadap
permasalahan dalam menyusui pada klinik laktasi pontianak.
c. Untuk mengetahui gambaran keadaan payudara ibu terhadap
permasalahan dalam menyusui pada klinik laktasi pontianak.
![Page 4: Proposal](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032623/55cf99c3550346d0339f0cbd/html5/thumbnails/4.jpg)
d. Untuk mengetahui gambaran pekerjaan ibu terhadap permasalahan
dalam menyusui pada klinik laktasi pontianak.
D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai gambaran
permasalahan yang dialami ibu menyusui berkaitan dengan kegiatan
menyusui di klinik laktasi pontianak.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan dan manfaat
bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Bagi peneliti, memberikan pengalaman yang cukup berharga dalam
melaksanakan penelitian di lapangan sesuai dengan ilmu yang didapat
dari Poltekkes Pontianak jurusan Gizi.
![Page 5: Proposal](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032623/55cf99c3550346d0339f0cbd/html5/thumbnails/5.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Menyusui
Menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi,
dimana bayi memiliki refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan ASI.
Menyusui merupakan proses alamiah yang keberhasilannya tidak diperlukan
alat-alat khusus dan biaya yang mahal namun membutuhkan kesabaran, waktu,
dan pengetahuan tentang menyusui serta dukungan dari lingkungan keluarga
terutama suami ( Roesli, 2000), Lawrence (1994) dalam Roesli (2001),
menyatakan bahwa menyusui adalah pemberian sangat berharga yang dapat
diberikan seorang ibu pada bayinya. Dalam keadaan miskin, sakit atau kurang
gizi, menyusui merupakan pemberian yang dapat menyelamatkan kehidupan
bayi. Hal tersebut sejalan dengan Suryaatmaja dalam Soetjiningsih (1997), yang
mengatakan menyusui adalah realisasi dari tugas yang wajar dan mulia seorang
ibu.
Menyusui merupakan proses seorang bayi dalam menerima air susu
yang dihasilkan oleh payudara ibunya (Ebrahim, 1986 ). Menyusui merupakan
proses pemberian makanan untuk bayi yang ideal dan berfungsi untuk tumbuh
kembang bayi serta memiliki pengaruh biologis dan kejiwaan yang baik untuk
kesehatan ibu dan bayi (Chalik, dkk, 1990).
Menurut Kepmenkes RI No.237/Menkes/SK/IV/1997, ASI merupakan
![Page 6: Proposal](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032623/55cf99c3550346d0339f0cbd/html5/thumbnails/6.jpg)
makanan yang paling baik bagi tumbuh kembang bayi, oleh sebab itu
penggunaan ASI harus selalu dilindungi dan ditingkatkan secara terus menerus.
ASI merupakan makanan paling sempurna bagi bayi, dimana ASI banyak
mengandung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang
bayi (Media Informasi Kesehatan, 2007).
Manfaat menyusui bagi ibu yaitu :
1. ASI bersifat portabel dan praktis, dimana ASI dapat diberikan di mana
saja dan kapan saja dalam keadaan siap diminum, serta dalam suhu
yang tepat serta tidak merepotkan dan menghemat waktu
2. Mempercepat pengembalian ukuran rahim karena menyusui perlu energi
maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil
3. Lebih ekonomis yaitu dengan memberi ASI akan menghemat
pengeluaran
untuk membeli susu formula (Roesli, 2000).
4. Hormon saat menyusui menimbulkan rasa tenang dan nyaman (Depkes
RI, 2005) sehingga dapat mengurangi rasa stres dan depresi, ini
dibuktikan pada buku Groer MW, tahun 2005 yang menunjukkan bahwa
ibu menyusui lebih banyak memiliki mood positif ( Roesli, 2008 ).
5. Memperkuat hubungan kasih (Depkes RI, 2005).
6. Mengurangi resiko terjadinya kanker payudara dan rahim, dibeberapa
penelitian diketahui bahwa menyusui bayi hingga umur dua tahun akan
menurunkan angka kejadian kanker payudara sampai 25%, dan
resiko kanker indung telur akan berkurang sampai 20-25% (Roesli, 2000).
![Page 7: Proposal](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032623/55cf99c3550346d0339f0cbd/html5/thumbnails/7.jpg)
Hal ini diperkuat dengan penelitian yang ditulis pada buku Martin
R, et al, tahun 2005, menunjukkan bahwa menyusui berpengaruh pada
penurunan resiko timbulnya kanker payudara serta penelitian yang ditulis
dalam buku OkamuraC, et al, tahun 2006, menunjukkan bahwa resiko
timbulnya kanker rahim lebih besar pada perempuan yang tidak menyusui
7. Dapat mengurangi resiko diabetes, ini diperkuat pada penelitian di
Harvard yang ditulis pada buku Stuebe AM, et al, tahun 2005 diketahui
bahwa menyusui dapat mengurangi resiko ibu dari diabetes sebesar 15%
8. Dapat memperkuat tulang dan mengurangi resiko patah tulang
pada usia
lanjut (Depkes RI, 2005). Berdasarkan penelitian yang ditulis dalam buku
Karlsson MK, et al, tahun 2005 diketahui bahwa perempuan yang
memiliki periode menyusui yang panjang memiliki kepadatan mineral
tulang lebih tinggi sehingga dapat mengurangi resiko rheumatoid artritis
(Roesli, 2008).
9. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan, ibu menyusui mengalami
peningkatan kadar oksitosin berfungsi untuk kontriksi pembuluh darah.
10. Dapat menunda kehamilan, dimana 98% perempuan tidak akan hamil
pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil
sampai bayi berusia 12 bulan (Roesli, 2000).
![Page 8: Proposal](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032623/55cf99c3550346d0339f0cbd/html5/thumbnails/8.jpg)
B. Permasalahan Ibu Menyusui
1. Keadaan payudara
a. Puting susu nyeri
Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui.
Perasaan sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut
bayi dan puting susu ibu benar, perasaan nyeri akan hilang.
Cara menangani :
a) Pastikan posisi ibu menyusui sudah benar.
b) Mulailah menyusui pada puting susu yang tidak sakit guna
membantu mengurangi sakit pada puting susu yang sakit.
c) Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI oleskan di puting susu
dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai puting
susu kering
(Kristiyansari, 2009).
b. Mastitis atau abses payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi
merah, bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas,suhu tubuh
meningkat. Di dalam terasa ada masa padat (lump) dan diluarnya kulit
menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah
persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut.
Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI dihisap/dikeluarkan atau
pengisapan yang
![Page 9: Proposal](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032623/55cf99c3550346d0339f0cbd/html5/thumbnails/9.jpg)
tidak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara
dengan jari atau karena tekanan baju/BH.
Tindakan yang dapat dilakukan :
a) Kompres hangat/panas dan pemijatan
b) Rangsangan oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit yaitu
stimulasi puting susu, pijat leher, punggung, dll
c) Pemberian antibiotik : Flucloxacilin atau erythromycin selama 7-10
hari
d) Bila perlu bisda diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang
rasa nyeri
e) Kalau terjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena mungkin
perlu tindakan bedah.
c. Thrush ( jamur mulut )
Thrush ( jamur mulut ) sudah sering terjadi dan gampang
berpindah dari bayi ke ibu. Dapat disebabkan oleh banyak hal, jadi perlu
dipertimbangkan saat mencari solusi. Namun demikian, masalah-masalah
yang lebih sering muncul disebabkan oleh posisi menyusui yang salah.
Bila ibu rentan terhadap thrust dan telah menjalani pengobatan antibiotic
atau bila putting susu luka, periksakan kemungkinan adanya thrust setiap
harinya. ( menyusui,jane Chumbley ).
![Page 10: Proposal](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032623/55cf99c3550346d0339f0cbd/html5/thumbnails/10.jpg)
d. Saluran Air Susu Tersumbat
Bila payudara terasa panas, bertanda merah atau ada benjolan
yang sakit dan tubuh terasa demam mengigil, dan ada gejala flu, ibu
sangat mungkin mengalami penymbatan saluran air susu. Artinya,
saluran air susu tidak mengalami pengosongan dengan baik dan air susu
menumpuk.Hal ini terjadi bila bayi tidak dapat menghisap dengan baik
saat awal menyusui. Juga dapat disebabkan oleh tekanan oleh sebagian
payudara seperti bra terlalu ketat, adanya pelindung payudara atau posisi
menyusu yang salah. Penyumbatan saluran dapat menyebabkan mastitis
yang tidak menular, jadi jangan tunda penanggulangannya dan segera
usahakan air susu mengalir. ( menyusui,jane Chumbley ).
2. Pekerjaan Ibu
Seringkali alasan pekerjaan membuat seorang ibu berhenti
menyusui. Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat dianjurkan pada
ibu menyusui yang bekerja :
a) Susuilah bayi sebelum ibu bekerja
b) ASI dikeluarkan untuk persediaan di rumah sebelum berangkat
bekerja
c) Pengosongan payudara di tempat kerja setiap 3-4 jam
d) ASI dapat disimpan di lemari pendingin dan dapat diberikan pada
bayi saat ibu bekerja dengan cangkir
e) Pada saat ibu di rumah sesering mungkin bayi disusui dang anti
jadwal menyusuinya sehingga banyak menyusui di malam hari
![Page 11: Proposal](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032623/55cf99c3550346d0339f0cbd/html5/thumbnails/11.jpg)
f) Ketrampilan mengelurakan ASI dan merubah jadwal menyusui
sebaiknya telah mulai dipraktekkan sejak satu bulan sebelum
kembali bekerja
g) Minum dan makan makanan yang bergizi dan cukup selama
bekerja dan selama menyusui bayinya (Suradi,2004).
3. Psikologi Ibu
a. Ibu sakit
1) Ibu yang menderita hepatitis (HBsAg + atau HIV/AIDS)
Untuk kedua penyakit ini ditemukan berbagai pendapat.
Yang pertama bahwa ibu yang menderita hepatitis atau AIDS
tidak diperkenankan menyusui bayinya, karena dapat menularkan
virus kepada bayinya melalui ASI. Namun demikian pada kondisi
negara-negara berkembang, dimana kondisi ekonomi masyarakat
dan lingkungan yang buruk, keadaan pemberian makanan
pengganti ASI justru lebih membahayakan kesehatan dan
kehidupan bayi.
Karenanya WHO tetap menganjurkan bagi kondisi
masyarakat yang mungkin tidak akan sanggup memberikan PASI
yang adekuat dalam jumlah dan kualitasnya, maka menyusui
adalah jauh lebih dianjurkan daripada dibuang (Suradi,2004).
![Page 12: Proposal](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032623/55cf99c3550346d0339f0cbd/html5/thumbnails/12.jpg)
2) Ibu dengan TBC Paru
Kuman TBC tidak melalui ASI sehingga bayi boleh
nenyusu. Ibu perlu diobati secara adekuat dan diajarkan
pencegahan penularan pada bayi dengan menggunakan masker.
Bayi tidak langsung diberi BCG oleh karena efek proteksinya tidak
langsung terbentuk. Walaupun sebagian obat anti TBC melalui
ASI, bayi tetap diberi
INH dengan dosis penuh sebagai profilaksis. Setelah 3
bulan pengobatan secara adekuat biasanya ibu sudah tidak
menularkan lagi dan setelah itu pada bayi dilakukan uji mantoux.
Bila hasilnya negative terapi INH dihentikan dan bayi diberi
vaksinasi BCG (Suradi,2004).
3) Ibu dengan diabetes
Bayi dan ibu dengan diabetes sebaiknya diberikan ASI,
namun perlu dimonitor kadar gula darahnya (Kristiyansari,2009).
b. Kecemasan Ibu karena Bayi sering menangis
Menangis untuk bayi adalah cara berkomunikasi dengan
orang-orang disekitarnya. Karena itu bila bayi sering menangis
perlu dicari sebabnya, dan sebabnya tidak selalu karena kurang
ASI.
1) Perhatikan mengapa bayi menangis, apakah karena laktasi belum
berjalan baik, atau sebab lain seperti ngompol, sakit, merasa jemu,
ingin digendong dan disayang.
2) Keadaan itu merupakan hal yang biasa dan ibu tidak perlu cemas,
karena kecemasan ibu dapat mengganggu proses laktasi itu sendiri,
dan akibatnya produksi ASI bisa berkurang.
![Page 13: Proposal](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032623/55cf99c3550346d0339f0cbd/html5/thumbnails/13.jpg)
3) Cobalah atasi dengan memeriksa pakaian bayi, mungkin perlu
diganti karena basah, coba mengganti posisi bayi menjadi tengkurap
atau digendong dan dibelai.
4) Mungkin bayi belum puas menyusu karena posisi bayi tidak benar
saat menyusu akibatnya ASI tak sempurna keluarnya.
5) Bayi menangis mempunyai maksud menarik perhatian terutama ibu
karena suatu hal, oleh karenanya janganlah membiarkan bayi
menangis terlalu lama, ia akan menjadi lelah, kemampuan menyusu
kurang, kecuali itu ibu juga menjadi kesal, sehingga
mengganggu proses laktasi. Sering bayi hanya mempunyai masalah
psikologis ingin merasa aman dan menginginkan perhatian ibu.
Secara sistematis sebab bayi menangis dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
a. Bayi merasa tidak “aman”. Ia justru membutuhkan banyak dekapan
dan “ditemani selalu”
b. Bayi merasa sakit seperti : panas. kolik, hidung tersumbat dll.
c. Bayi basah seperti : mengompol, BAB tak lekas diganti dll.
d. Bayi kurang gizi. Kurang sering menyusu, kurang lama menyusu,
menyusu tidak efisien (Kristiyansari,2009).
![Page 14: Proposal](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032623/55cf99c3550346d0339f0cbd/html5/thumbnails/14.jpg)
c. Bayi bingung puting
Bingung puting (nipple confusion) adalah suatu keadaan
yang terjadi karena bayi mendapat susu formula dalam botol
berganti-ganti dengan menyusu pada ibu. Peristiwa ini terjadi
karena mekanisme menyusu pada puting ibu berbeda dengan
mekanisme menyusu pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan
kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah. Sebaliknya pada
menyusu botol bayi secara pasif dapat memperoleh susu buatan.
Yang menentukan pada menyusu botol adalah faktor dari “si
pemberi” antara lain kemiringan botol atau tekanan gravitasi susu,
besar lubang dan ketebalan karet dot.
Tanda-tanda bayi bingung puting :
a) Bayi menghisap putting seperti menghisap dot
b) Menghisap secara terputus-putus dan sebentar-sebentar
c) Bayi menolak menyusu
Karena itu untuk menghindari bayi bingung puting :
a) Jangan mudah mengganti ASI dengan susu formula
tanpa indikasi (medis) yang kuat
b) Kalau terpaksa harus memberikan susu formula
berikan sendok atau pipet dan bahkan cangkir, jangan sekali-kali
menggunakan botol dan dot atau bahkan member kempeng
(Suradi,2004).
![Page 15: Proposal](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032623/55cf99c3550346d0339f0cbd/html5/thumbnails/15.jpg)
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Dari berbagai gambaran permasalahan yang dialami ibu menyusui
berkaitan dengan kegiatan menyusui di klinik laktasi pontianak, maka untuk
mengetahui dibuat kerangka konsep seperti bagan di bawah ini :
Variable independent variable dependent
Pengetahuan ibu
Pekerjaan ibu
Keadaan payudara
Psikologi ibuPermasalahan
dalam menyusui
![Page 16: Proposal](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032623/55cf99c3550346d0339f0cbd/html5/thumbnails/16.jpg)
B. Hipotesis
1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan gambaran permasalahan
yang dialami ibu menyusui berkaitan dengan kegiatan menyusui di klinik
laktasi pontianak.
2. Ada hubungan antara psikologi ibu dengan gambaran permasalahan yang
dialami ibu menyusui berkaitan dengan kegiatan menyusui di klinik laktasi
pontianak.
3. Ada hubungan antara keadaan payudara ibu dengan gambaran
permasalahan yang dialami ibu menyusui berkaitan dengan kegiatan
menyusui di klinik laktasi pontianak.
4. Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan gambaran permasalahan yang
dialami ibu menyusui berkaitan dengan kegiatan menyusui di klinik laktasi
pontianak.
C. Definisi Operasional
1. Permasalahan dalam menyusui
Adalah masalah yang dialami ibu menyusui yang dapat membuat
terhambatnya pertumbuhan bayi dan kesehatan ibu sendiri.
2. Psikologi Ibu
Adalah keadaan dimana ibu merasa gundah saat menyusui.
Psikologis ibu dlm menyusui sangat besar pengaruhnya terhadap proses
menyusui dan produksi ASI. Ibu yg stress,ibu yg khawatir ASInya kurang
bisa menyebabkan produksi ASI ikut terhambat , hal ini karena
![Page 17: Proposal](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032623/55cf99c3550346d0339f0cbd/html5/thumbnails/17.jpg)
sebenarnya yang berperan besar dlm memproduksi ASI yaitu
otak, otaklah yg mengendalikan dan mengatur pengeluaran ASI.
3. Keadaan Payudara Ibu
Adalah keadaan dimana payudara ibu mengalami gangguan
sehingga merasa berat untuk mengeluarkan ASI. Pada awal pertama
menyusui jika posisi bayi atau ibu tidak sesuai maka payudara ibu akan
sedikit sakit dan merasa malas untuk manyusui. Adapun jika terjadi
peradangan di payudara ibu juga akan susah untuk menyusui.
4. Pekerjaan Ibu
Adalah keadaan dimana ibu merasa lelah mengeluarkan asi ketika
setelah bekerja.Biasanya ibu enggan menyusui sehabis pulang bekerja
sehingga bayi diberi susu formula saja.
![Page 18: Proposal](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032623/55cf99c3550346d0339f0cbd/html5/thumbnails/18.jpg)
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu suatu penelitian
yang menggambarkan secara objektif tentang keadaan sebenarnya dari objek
yang diteliti.
B. Sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari kuesioner atau
daftar pertanyaan yang meliputi identitas dan permasalahan pada ibu menyusui
pada kegiatan laktasi. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari
klinik laktasi pontianak yang berada di jalan apel yang meliputi data social
budaya, agama, dan pelayanan kesehatan.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian dilakukan di Jalan Apel di Klinik Laktasi Propinsi
Kalimantan Barat.
2. Waktu
Pengumpulan data dilakukan selama 3 minggu.
![Page 19: Proposal](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032623/55cf99c3550346d0339f0cbd/html5/thumbnails/19.jpg)
D. Instrumen Penelitian
Kuesioner atau daftar pertanyaan sebagai alat pengumpul data primer.
E. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi penelitian adalah semua ibu yang menyusui dan datang
ke klinik laktasi Jalan Apel propinsi Kalimantan Barat.
2. Sampel
Sampel penelitian adalah total populasi dengan kriteria ibu
menyusui yang mendatangi klinik laktasi.
F. Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan , segera dilakukan langkah-langkah :
1. Editing : untuk memeriksa kelengkapan kuesioner
2. koding : memberikan kode setiap jawaban di
kuesioner
3. Entry : pemasukan data awal ke dalam computer untuk
diolah lebih lanjut.
G. Analisis data
Analisa data dilakukan menggunakan analisa univariat yaitu analisa yang
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari variable
independent dan analisa bivariat yaitu analisa yang dilakukan dengan tujuan
menjelaskan hubungan antara variable independent dengan variable
independent menggunakan program SPSS for windows.
![Page 20: Proposal](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032623/55cf99c3550346d0339f0cbd/html5/thumbnails/20.jpg)
LAMPIRAN
KUESIONER
A. Identitas
1. Nomor Responden :
2. Tanggal wawancara :
3. Nama Responden :
4. Alamat :
5. Umur Ibu :
6. Pekerjaan :
7. Pendidikkan terakhir ibu :
8. Nama Bayi :
9. Umur bayi :
10. Lama bekerja diluar rumah per hari jam
![Page 21: Proposal](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032623/55cf99c3550346d0339f0cbd/html5/thumbnails/21.jpg)
B. Pertanyaan
1. Berapa lama bayi ibu mendapatkan
ASI ?
a. < 4 bulan
b. 4 bulan – 6 bulan
c. > 6 bulan
2. Apakah ada tempat penitipan anak yang
tersedia di tempat kerja atau di sekitar
lingkungan kerja ?
a. ya
b. tidak
3. Apakah ibu mempunyai ruangan kerja sendiri ?
a. ya
b. tidak
4. Apakah ada fasilitas ruangan khusus untuk
menyusui di tempat kerja ibu ?
a. ya
b. tidak
5. Apakah tempat kerja ibu mengizinkan
membawa anak ?
a. ya
b. tidak
6. Apakah ibu membawa anak ke tempat kerja ?
a. Sering ( 3 kali atau lebih dalam
seminggu )
b. kadang-kadang ( kurang dari 3 kali
dalam seminggu )
c. tidak pernah
7. Ketika ibu membawa ke tempat kerja, apakah
ibu menyusui anak ibu ?
a. ya
b. tidak
![Page 22: Proposal](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032623/55cf99c3550346d0339f0cbd/html5/thumbnails/22.jpg)
8. Jika ibu menyusui anak ibu di tempat kerja,
bagaimana cara menyusui anak di tempat
kerja?
a. menetek
b. melalui asi perlahan
9. Jika anak ibu tidak dibawa ketempat kerja,
bagaimana ibu memberikan asi ?
a. melalui asi perlahan
b. ibu pulang kerumah dan memberikan
asi secara langsung
c. Tidak diberikan ASI selama jam kerja
10. Manfaat menyusui adalah sebagai berikut,
kecuali…..
a. Bayi akan merasa nyaman
b. Mempererat hubungan antara ibu dan
bayi
c. Memperlambat kembalinya alat
kandungan
ibu seperti keadaan semula
11. Posisi yang tepat untuk menyusui bayi kembar
adalah……
a. Posisi telungkup
b. Posisi tidur terlentang
c. Posisi duduk
12. Posisi menyusui yang terbaik setelah
melahirkan adalah …….
a. Posisi duduk
b. Posisi tidur terlentang
c. Posisi miring
13. Posisi yang benar jika memilih posisi
menyusui dengan duduk adalah..
a. Punggung bersandar
b. Kaki ditekuk
![Page 23: Proposal](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032623/55cf99c3550346d0339f0cbd/html5/thumbnails/23.jpg)
c. Kaki menggantung
14. Waktu pemberian ASI setelah melahirkan
adalah……
a. Segera setelah lahir
b. 1 jam setelah melahirkan
c. 2 jam setelah melahirkan
15. Frekuensi menyusui bayi yang benar
adalah….
a. Setiap 4 jam sekali
b. Setiap 6 jam sekali
c. Tidak perlu dijadwal
16. Langkah – langkah yang harus dilakukan ibu
sebelum menyusui
kecuali…….
a. Mempersiapkan perlengkapan
menyusui
b. Mencari posisi yang nyaman untuk
c. Langsung menyusui bayi tanpa
menyusui membersihkan kalang payudara
17. Posisi bayi pada saat menyusu adalah,
kecuali…….
a. Perut bayi tidak menempel dengan
perut bayi
b. Perut bayi menempel dengan perut
ibu
c. Punggung bayi harus luru
18. Ciri- ciri ibu menyusui bayinya dengan benar
adalah…
a. Bayi tampak tenang
b. Putting tidak nyeri
c. Semua jawaban diatas benar
![Page 24: Proposal](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032623/55cf99c3550346d0339f0cbd/html5/thumbnails/24.jpg)
19. Manfaat pemberian ASI antara
lain………
a. Mempererat hubungan antara ibu dan
anak
b. Ekonomis dan higienis
c. Semua jawaban diatas benar
20. keadaan payudara yang baik seperti
……..
a. terasa nyaman dan tak nyeri
b.payudara tampak merah
c. putting datar atau terbenam
21. Permasalahan payudara apakah yang pernah
ibu rasakan ……
a. putting susu nyeri
b. peradangan payudara ( mastitis)
c. saluran air susu tersumbat
22. Apakah ibu pernah mengalami sakit ? jika iya
penyakit apa ………
a. ya
b. tidak