proposal
TRANSCRIPT
![Page 1: Proposal](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100601/557202084979599169a2d52a/html5/thumbnails/1.jpg)
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan UU nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, perbankan
Indonesia mengenal dua jenis bank, yaitu bank umum dan bank perkreditan
rakyat dengan tidak membedakan antara bank-bank yang beroperasi secara
konvensional dengan bank-bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah
Islam. Oleh karena itu, semua ketentuan umum bank konvensional pada
dasarnya juga diberlakukan terhadap bank yang beroperasi berdasarkan syariat
Islam. Undang-undang tersebut memberi kebebasan kepada bank dalam
menentukan jenis imbalan yang akan diberikan kepada nasabah, baik berupa
bunga ataupun keuntungan bagi hasil. Undang-undang tersebut menjadi
landasan legal formal bagi pendirian bank syariah pertama di Indonesia yaitu
Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang didasarkan pada prinsip-prinsip syariah
Islam.
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia sangat pesat. Terbukti
sejak terjadi krisis ekonomi dunia di tahun 1997-1998, aktivitas usaha
perbankan syariah mengalami pertumbuhan yang positif.
Menurut Antonio (2001), perkembangan perbankan syariah pada era
reformasi ditandai dengan disetujuinya UU nomor 10 tahun 1998 tentang
perubahan atas UU nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. Dalam undang-
undang ini diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang
dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang
1
![Page 2: Proposal](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100601/557202084979599169a2d52a/html5/thumbnails/2.jpg)
tersebut memberikan kesempatan bagi bank-bank konvensional untuk
membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi
bank syariah.
Sejak diterbitkannya UU nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan
syariah sebagai landasan legal formal yang secara khusus mengatur berbagai
hal mengenai perbankan syariah di tanah air, maka kecepatan pertumbuhan
industri ini diperkirakan akan melaju lebih kencang lagi. Hal ini terlihat dari
indikator penghimpunan dana dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 33,5%
per tahun untuk tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 (Bank Indonesia, 2012).
Peristiwa krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia pada tahun
1998 merupakan momentum yang tepat untuk menyatakan bahwa perbankan
syariah memiliki kemampuan bertahan yang lebih baik daripada perbankan
yang menggunakan sistem konvensional. Ketika kinerja perbankan Indonesia
secara keseluruhan mengalami penurunan bahkan mengakibatkan beberapa
bank harus dilikuidasi, kinerja perbankan syariah justru tetap menunjukkan
kinerja yang positif. Ketika Bank Indonesia menetapkan CAR (Current
Adequacy Ratio) bank minimum sebesar 4 persen, Bank Muamalat Indonesia
yang ketika itu merepresentasikan sistem perbankan syariah justru memiliki
CAR sebesar 12 persen (Bank Muamalat, 2002). Hal ini sangat berbeda dengan
yang dialami oleh bank konvensional seperti Bank Danamon yang memilki
2
![Page 3: Proposal](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100601/557202084979599169a2d52a/html5/thumbnails/3.jpg)
CAR minus 77,56 persen padahal Bank Danamon adalah bank terbesar kelima
di Indonesia pada tahun 1998 lalu (Bank Danamon, 2001).
Bank syariah dengan sistem bagi hasil dirancang untuk terbinanya
kebersamaan dalam menanggung risiko usaha dan berbagi hasil usaha antar
pemilik dana (shohibul maal) yang menyimpan uangnya di lembaga, lembaga
selaku pengelola dana (mudharib) dan masyarakat yang membutuhkan dana
yang biasa berstatus peminjam dana atau pengelola usaha (Muhammad, 2005).
Pada posisi pengerahan dana masyarakat, shahibul maal berhak atas bagi hasil
dari usaha lembaga keuangan sesuai dengan porsi yang telah disepakati
bersama. Bagi hasil yang diterima shahibul maal akan naik dan turun secara
wajar sesuai dengan keberhasilan usaha lembaga keuangan dalam mengelola
dana yang dipercayakan kepadanya. Tidak ada biaya yang perlu digeserkan
karena bagi hasil bukan konsep biaya.
Bank syariah selaku mudharib harus dapat mengelola dana yang
dipercayakan kepadanya dengan hati-hati dan memperoleh penghasilan yang
maksimal. Dalam mengelola dana ini, bank syariah sebenarnya ada 4 (empat)
jenis pendapatan, yaitu: pendapatan bagi hasil, margin keuntungan, imbalan
jasa pelayanan, sewa tempat penyimpanan harta (khusus pada bank yang telah
memenuhi syarat) dan biaya administrasi. Pada pendapatan bagi hasil, besar
kecilnya pendapatan tergantung kepada pilihan yang tepat dari jenis usaha yang
dibiayai. Memberikan porsi bagi hasil yang lebih besar kepada mudharib akan
3
![Page 4: Proposal](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100601/557202084979599169a2d52a/html5/thumbnails/4.jpg)
memotivasi mudharib untuk lebih giat lagi berusaha, demikian pula sebaliknya.
Oleh karena itu, porsi 50 : 50 dipandang cukup adil. Lain halnya pada
pendapatan mark-up, pilihan terletak pada apakah ingin sekaligus untung besar
per transaksi tetapi menjadi mahal dan tidak laku atau keuntungan per transaksi
kecil tetapi dengan volume yang besar karena murah dan laku keras.
Pendapatan bank syariah dapat dioptimalkan dengan mengambil kebijakan
keuntungan kecil per transaksi untuk memperbanyak jumlah transaksi yang
dibiayai.
Menurut Agustianto (2008) tak bisa dibantah, bahwa bunga (interest)
telah menimbulkan dampak buruk bagi perekonomian banyak negara dan fakta
itu terjadi dimana-mana. Bunga memainkan peranan penting dalam
mengakibatkan timbulnya krisis. Sistem ekonomi ribawi telah menimbulkan
ketidakadilan dalam masyarakat terutama bagi para pemilik modal yang pasti
menerima keuntungan tanpa menanggung resiko.
Keburukan bunga juga disebabkan karena bunga menambah biaya
produksi bagi para businessman yang menggunakan modal pinjaman. Semua
dampak negative sistem ekonomi ribawi ini secara gradual, tapi pasti akan
mengkroposkan sendi-sendi ekonomi umat. Krisis ekonomi tentunya tidak
terlepas dari pengadopsian sistem ekonomi ribawi.
Adanya kenaikan tingkat suku bunga pada bank-bank umum akan
mempengaruhi peran intermediasi dunia perbankan dalam perekonomian
Indonesia. Bank-bank umum (konvensional) dalam operasinya sangat
4
![Page 5: Proposal](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100601/557202084979599169a2d52a/html5/thumbnails/5.jpg)
tergantung pada tingkat suku bunga yang berlaku, karena keuntungan bank
konvensional baerasal daris selisih antara unga pinjaman dengan bunga
simpanan. Sedangkan dalam bank syariah tidak mengenal sistem bunga, yang
ada adalah prinsip bagi hasil (profit sharing) antara bank dengan nasabah dalam
pengelolaan dananya.
Walaupun demikian, dengan adanya kenaikan tingkat suku bunga pada
bank-bank umum baik langsung maupun tidak langsung akan membawa
dampak terhadap kinerja bank syariah. Dengan naiknya tingkat suku bunga
maka akan diikuti oleh naiknya suku bunga simpanan dan suku bunga
pinjamnan pada bank konvensional. Sehingga orang akan cenderung untuk
menyimpan dananya di bank konvensional daripada di bank syariah karena
bunga simpanan di bank konvensional naik yang pada akhirnya tingkat
pengembalian yang akan diperoleh oleh nasabah penyimpan dana akan
mengalami peningkatan.
Produk-produk dan pelayanan yang diberikan bank syariah semakin
menanamkan kepercayaan di hati masyarakat sehingga bank syariah semakin
berkembang dan dapat turut memajukan perekonomian Indonesia, selain itu
banyak manfaat yang diperoleh setelah kehadiran bank-bank syariah di dunia
perbankan pada umumnya, baik manfaat untuk nasabah, masyarakat maupun
perbankan syariah itu sendiri.
Seiring perkembangan perbankan syariah di Indonesia, kajian-kajian
dan penelitian-penelitian mengenai perbankkan syariah umumnya dan perilaku
5
![Page 6: Proposal](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100601/557202084979599169a2d52a/html5/thumbnails/6.jpg)
kinerja keuangan secara khusus terus dilakukan sebagai sarana sosialisasi dan
sarana kajian tentang perbankkan syariah. Di antaranya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Hasanah (2007) dengan judul “Analisis Hubungan Kinerja
Keuangan Terhadap Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Bank Syariah”.
Penelitian ini menggunakan PT Bank Syariah Mandiri, Tbk sebagai objek
penelitiannya. Dengan menggunakan alat analisis korelasi, diperoleh simpulan
bahwa dari keenam variabel bebas (yaitu Return On Assets, Return On Equity,
Financing to Deposit Ratio, Net Interest Margin, Biaya Operasional
Pendapatan Operasional, Giro Wajib Minimum), hanya dua variabel yang
berpengaruh dengan korelasi positif yaitu variabel BOPO dan NIM.
Selanjutnya Ellisa (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Hubungan Kinerja Keuangan Terhadap Tingkat Bagi Hasil Bank Syariah”.
Penelitian ini juga menggunakan PT Bank Syariah Mandiri, Tbk. sebagai objek
penelitiannya. Dengan menggunakan alat analisis korelasi, diperoleh
kesimpulan bahwa variabel bebas ROA, BOPO, dan CAR berkorelasi kuat
dengan arah korelasi positif terhadap tingkat bagi hasil.
Kemudian Widiyanti (2011) juga melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Tingkat Bagi Hasil Simpanan
Mudharabah Pada BMI Tahun 2000-2009. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah FDR (Financing Deposit to Ratio), BOPO (Biaya
Operasional Terhadap Pendapatan Operasional), CAR (Capital Adequancy
Ratio), dan ROA (Return On Asset). Metode analisis yang digunakan adalah
6
![Page 7: Proposal](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100601/557202084979599169a2d52a/html5/thumbnails/7.jpg)
dengan menggunakan asumsi klasik, selanjutnya diolah dengan menggunakan
regresi. Hasil dari penelitian ini memberikan penjelasan bahwa tingkat bagi
hasil mudharabah Bank Muamalat tergolong baik walaupun dilihat dari sisi
FDR masih ada kekurangan. Tapi dilihat dari variabel lainnya, Bank Muamalat
Indonesia masih layak menjadi bank syariah yang tergolong tingkat bagi hasil
simpanan mudhrabah baik.
Atas dasar pertimbangan tersebut, maka akan sangat bermanfaat untuk
mengetahui kinerja keuangan yang diukur melalui rasio-rasio keuangan seperti:
rasio profitabilitas (ROA dan ROE), rasio likuiditas (LDR dan GWM), rasio
efisiensi (BOPO dan NIM) dan rasio kecukupan modal (CAR). Rasio-rasio
tersebut digunakan untuk melihat pengaruh dengan tingkat bagi hasil simpanan
mudharabah bank syariah. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini diberi
judul “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Tingkat Bagi Hasil
Dan Tingkat Suku Bunga Pada Simpanan Mudharabah Bank Muamalat
Indonesia Periode 2005-2010.”
7
![Page 8: Proposal](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100601/557202084979599169a2d52a/html5/thumbnails/8.jpg)
B. PERMASALAHAN
“Bagaimana pengaruh variabel kinerja keuangan profitabilitas,
likuiditas, efisiensi, dan kecukupan modal terhadap tingkat bagi hasil dan
tingkat suku bunga pada simpanan mudharabah Bank Muamalat Indonesia
Periode 2005-2010?”
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan bank syariah terhadap
tingkat bagi hasil dan tingkat suku bunga pada simpanan mudharabah;
2. Untuk mengetahui variabel kinerja keuangan yang berpengaruh dengan
tingkat bagi hasil bank syariah;
3. Untuk mengetahui perhitungan tingkat bagi hasil dan rasio keuangan pada
bank syariah;
4. Untuk membandingkan tingkat bagi hasil dengan tingkat suku bunga, mana
yang lebih menguntungkan bagi bank syariah.
8
![Page 9: Proposal](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100601/557202084979599169a2d52a/html5/thumbnails/9.jpg)
D. HIPOTESA
Berdasarkan teori-teori yang telah dinyatakan serta didukung oleh
perkembangan penelitian, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H01 : Rasio profitabilitas (ROA dan ROE) tidak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat bagi hasil simpanan mudharabah.
Ha1 : Rasio profitabilitas (ROA dan ROE) berpengaruh signifikan terhadap
tingkat bagi hasil simpanan mudharabah.
H02 : Rasio likuiditas (LDR dan GWM) tidak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat bagi hasil simpanan mudharabah.
Ha2 : Rasio likuiditas (LDR dan GWM) berpengaruh signifikan terhadap
tingkat bagi hasil simpanan mudharabah.
H03 : Rasio efisiensi (BOPO dan NIM) tidak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat bagi hasil simpanan mudharabah.
Ha3 : Rasio efisiensi (BOPO dan NIM) berpengaruh signifikan terhadap
tingkat bagi hasil simpanan mudharabah.
H04 : Rasio kecukupan modal (CAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap
tingkat bagi hasil simpanan mudharabah.
Ha4 : Rasio kecukupan modal (CAR) berpengaruh signifikan terhadap
tingkat bagi hasil simpanan mudharabah.
9
![Page 10: Proposal](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100601/557202084979599169a2d52a/html5/thumbnails/10.jpg)
E. RUANG LINGKUP
Penelitian ini mempunyai ruang lingkup sebagai berikut:
1. Bagi hasil dibatasi pada bagi hasil simpanan mudharabah;
2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
triwulan PT Bank Muamalat Indonesia dari tahun 2005 sampai dengan
tahun 2010;
3. Rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank adalah rasio
profitabilitas (ROA dan ROE), rasio likuiditas (LDR dan GWM), rasio
efisiensi (BOPO dan NIM) dan rasio kecukupan modal (CAR).
F. ASUMSI
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Laporan keuangan telah disajikan secara berkala dan dipublikasikan;
2. Sistem akuntansi telah ditetapkan oleh perusahaan dan sesuai dengan SOP
(Standard Operating Procedure) yang berlaku;
3. Kebijakan akuntansi yang diambil oleh perusahaan adalah tetap dari tahun
ke tahun;
4. Bagi hasil telah hitung dan dibagikan secara kompetitif;
5. Tingkat suku bunga adalah sesuai dengan besarnya BI rate yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
10
![Page 11: Proposal](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100601/557202084979599169a2d52a/html5/thumbnails/11.jpg)
G. MANFAAT
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis,
praktisi, dan akademisi.
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pengetahuan dan
pemahaman mengenai laporan keuangan dalam menilai kinerja keuangan
suatu bank syariah dan juga sistem ekonomi Islam secara umum.
2. Bagi Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi
pelaku perbankan syariah untuk meningkatkan kinerja keuangan sehingga
dapat memberikan tingkat bagi hasil yang kompetitif dan tetap sesuai
syariah.
3. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas
wawasan mengenai analisa laporan keuangan untuk menilai pengaruh
kinerja keuangan terhadap tingkat bagi hasil bank syariah dan juga sebagai
bahan referensi tambahan bagi akademisi lain yang akan meneliti dengan
penelitian yang berbeda, namun dengan tema yang serupa.
11
![Page 12: Proposal](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100601/557202084979599169a2d52a/html5/thumbnails/12.jpg)
H. DEFINISI OPERASIONAL
1. Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah.
2. Bagi hasil merupakan sistem yang dilakukan perjanjian atau ikatan
bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut
diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat
antara kedua belah pihak atau lebih.
3. Tingkat suku bunga adalah harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang
memiliki simpanan) dan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada
bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).
4. Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis perkongsian, dimana pihak
pertama (shahib al-mal) menyediakan dana, dan pihak kedua (mudharib)
bertanggung jawab atas pengelolaan usaha. Hasil usaha dibagikan sesuai
dengan nisbah (porsi bagi hasil) yang telah disepakati bersama secara awal.
5. Kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat
mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.
6. Return on Asset (ROA) adalah rasio yang menggambarkan kemampuan
bank dalam mengelola dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan asset
yang menghasilkan keuntungan.
7. Return on Equity (ROE) adalah rasio untuk mengukur kemampuan modal
modal sendiri dalam memperoleh keuntungan bersih.
12
![Page 13: Proposal](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100601/557202084979599169a2d52a/html5/thumbnails/13.jpg)
8. Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah menunjukkan kesehatan bank dalam
memberikan pembiayaan.
9. Giro Wajib Minimum (GWM) adalah rasio antara saldo giro dari seluruh
kantor bank yang tercatat pada Bank Indonesia setiap hari dengan rata-rata
harian jumlah dana pihak ketiga (DPK) bank.
10. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) adalah menunjukkan
tingkat efisiensi kinerja operasional bank.
11. Net Profit Margin (NIM) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi bank dalam usahanya dengan membandingkan antara
pendapatan bagi hasil bersih dengan rata-rata aktiva produktif.
12. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa jauh aktiva bank yang menggunakan resiko ikut
dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber
di luar bank.
I. KERANGKA PEMIKIRAN
Penelitian ini menganalisis pengaruh kinerja keuangan yang terdiri dari
rasio profitabilitas dengan elemen ROA dan ROE, rasio likuiditas dengan
elemen LDR dan GWM, rasio efisiensi dengan elemen BOPO dan NIM, serta
rasio kecukupan modal dengan elemen CAR terhadap tingkat bagi hasil dan
tingkat suku bunga Keseluruhan variabel diukur dalam satuan rasio
13
![Page 14: Proposal](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100601/557202084979599169a2d52a/html5/thumbnails/14.jpg)
Tingkat Bagi Hasil
Tingkat Suku Bunga
Rasio Likuiditas
LDR
GWM
Rasio Efisiensi
BOPO
NIM
Rasio Kecukupan Modal
CAR
Rasio Profitabilitas
ROA
ROE
Kinerja KeuanganPT. Bank Muamalat
Indonesia Tbk
(persentase). Tingkat suku bunga berdasarkan BI rate dari salah satu bank
konvensional sebagai pembanding, yaitu Bank Mandiri tbk, dan kemudian
membandingan pengaruh kinerja keuangan terhadap tingkat bagi hasil dan
pengaruh kinerja keuangan terhadap tingkat suku bunga pada simpanan
mudharabah PT Bank Muamalat Indonesia mana yang lebih menguntungkan.
Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.1.
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
14
![Page 15: Proposal](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100601/557202084979599169a2d52a/html5/thumbnails/15.jpg)
J. METODE PENGUMPULAN DATA
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Metode Pengumpulan Data Sekunder
Dalam penelitian ini data sekunder didapatkan melalui laporan
keuangan Bank Muamalat Indonesia yang telah dipublikasikan melalui
website: www.muamalatbank.com dibatasi hanya untuk laporan kwartalan
dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010. Laporan keuangan PT. Bank
Mandiri Tbk.
2. Metode Penelitian Lapangan
Metode ini dilakukan untuk memperoleh keterangan dan gambaran
yang lebih jelas mengenai kinerja dan laporan keuangan bank yang
diperoleh dari penjelasan oleh pihak yang berwenang serta menganalisa
data-data lain yang berhubungan dan mendukung penelitian ini.
3. Metode Penelitian Kepustakaan
Metode ini menggunakan buku-buku serta literature yang
berhubungan dengan penelitian ini guna memperoleh pemahaman
mengenai konsep dan teori yang terkandung didalamnya. Diantaranya
Bank Syariah dari teori ke praktik, Akuntansi Perbankan Syariah, Dasar-
dasar Manajemen Bank Syariah, dan sebagainya.
15
![Page 16: Proposal](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100601/557202084979599169a2d52a/html5/thumbnails/16.jpg)
K. METODE ANALISIS DATA
Dalam penelitian ini dilakukan analisis data untuk melihat apakah
kinerja keuangan berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil simpanan
mudharabah. Model analisis data yang digunakan adalah metode analisis
regresi sederhana dan analisis regresi berganda dengan alat bantu SPSS 17.0.
Analisis regresi sederhana yaitu pengujian untuk satu variabel
dependen (Y) dan satu variabel independen (X) dengan melakukan estimasi
persamaan dari suatu garis lurus.
Analisis regresi berganda yaitu pengujian yang digunakan untuk
meramalkan suatu variabel dependen Y terhadap dua atau lebih variabel
independen: X1, X2, X3, X4 dalam satu persamaan linear.
1. Variabel bebas (independen), yaitu variabel yang mempengaruhi variabel
yang lain.
a. X1 : rasio profitabilitas (ROA dan ROE)
b. X2 : rasio likuiditas (LDR dan GWM)
c. X3 : rasio efisiensi (BOPO dan NIM)
d. X4 : rasio kecukupan modal (CAR)
2. Variabel tidak bebas (dependen), yaitu variabel yang kondisinya
dipengaruhi oleh variabel yang lain.
Y : tingkat bagi hasil
16