proposal
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tingkat persaingan dunia usaha di Indonesia sangat ketat, karena setiap
perusahaan senantiasa berusaha untuk dapat meningkatkan pangsa pasar dan
meraih konsumen baru. Perusahaan harus dapat menentukan strategi pemasaran
yang tepat agar usahanya dapat bertahan dan memenangi persaingan, sehingga
tujuan dari perusahaan tersebut dapat tercapai. Pada dasarnya semakin banyak
pesaing maka semakin banyak pula pilihan bagi konsumen untuk dapat memilih
produk yang sesuai dengan harapannya. Sehingga konsekuensi dari perubahan
tersebut adalah konsumen menjadi lebih cermat dan pintar menghadapi setiap
produk yang diluncurkan.
Dalam proses penyampaian produk kepada konsumen dan untuk mencapai
tujuan perusahaan yang berupa penjualan produk yang optimal, maka kegiatan
pemasaran dijadikan tolak ukur oleh setiap perusahaan. Sebelum meluncurkan
produknya perusahaan harus mampu melihat atau mengetahui apa yang
dibutuhkan oleh konsumen. Jika seorang pemasar mampu mengidentifikasi
kebutuhan konsumen dengan baik, mengembangkan produk berkualitas,
menetapkan harga, serta mempromosikan produk secara efektif, maka produk–
produknya akan laris dipasaran (David W Cravens,1996). Sehingga sudah
sewajarnya jika segala kegiatan perusahaan harus selalu dicurahkan untuk
memenuhi kebutuhan konsumen dan kemudian konsumen akan memutuskan
membeli produk tersebut. Dan pada akhirnya tujuan perusahaan yaitu memperoleh
laba akan tercapai ( Stanton, 1996 )
Perusahaan harus mampu mengenal apa yang menjadi kebutuhan dan
harapan konsumen saat ini maupun yang akan datang. Konsumen sebagai individu
dalam mendapatkan atau membeli barang telah melalui proses-proses atau
tahapan-tahapan terlebih dahulu seperti mendapat informasi baik melalui iklan
atau referensi dari orang lain kemudian membandingkan produk satu dengan
produk lain sampai akhirnya pada keputusan membeli produk itu. Perilaku
konsumen tersebut merupakan fenomena yang sangat penting dalam kegiatan
pemasaran perusahaan, yaitu perilaku konsumen dalam melakukan pembelian
(Basu Swastha dan Irawan, 2001).
Demikian juga terjadi pada perusahaan otomotif di Indonesia, khususnya
sepeda motor. Dengan banyaknya perusahaan otomotif yang ada di Indonesia,
maka konsumen akan lebih selektif dalam menentukan merek sepeda motor yang
digunakan sebagai alat transportasi. Munculnya produsen sepeda motor dari Cina
semakin memperketat persaingan industri sepeda motor di Indonesia. Namun
hingga saat ini sepeda motor Jepang tetap menjadi pilihan utama bagi masyarakat
Indonesia karena berbagai macam keunggulan yang dimilikinya, tetapi tidak
menutup kemungkinan masyarakat beralih ke sepeda motor India khususnya para
remaja.
Pada tahun 2006, muncul pendatang baru industri otomotif roda dua di
Indonesia yaitu motor bajaj. Meskipun Bajaj memiliki segudang teknologi dan
inovasi, tetapi belum memiliki image yang kuat di tanah air. Bajaj, mereka datang
dari negara dunia ke tiga, dan Bajaj masih terlalu identik dengan Bajay (kendaraan
berwarna merah beroda tiga), bagaikan mendaki gunung Himalaya, PT Bajaj
Motor Indonesia selaku ATPM Bajaj harus melakukan sesuatu untuk membangun
image mereka terutama di mata konsumen awam. Jika tidak segala macam
keunggulan teknologi dan kecanggihan yang di miliki Bajaj dapat terbuang sia-
sia.
Kehidupan masyarakat modern saat ini turut mempengaruhi pola perilaku
masyarakat dalam pembelian. Kehidupan modern seringkali di identikkan dengan
gaya hidup yang selalu mengikuti trend atau perkembangan jaman. Dalam kondisi
seperti ini, keputusan memilih merek turut berperan dalam gaya hidup modern,
sehingga keinginan untuk membeli produk yang bermerek turut mewarnai pola
konsumsi seseorang. Lannon (1996) dalam Muafi (2003) menambahkan bahwa,
“kehidupan masyarakat modern memiliki implikasi pada peran merek, artinya
konsumen tidak sekedar menginginkan produk, tetapi juga merek”. Merek yang
telah mapan biasanya dijadikan symbol sebagai suatu produk yang sukses,
sehingga ekuitas merek turut berpengaruh terhadap kondisi emosional konsumen.
Meskipun di pasar banyak beredar produk-produk yang sejenis terutama produk
pesaing, semuanya itu akan tergantung dari ekuitas konsumen terhadap merek.
Artinya jika konsumen telah memahami benar tentang merek yang diyakininya,
maka kepribadian merek dibenak konsumen akan semakin kuat.
Ekuitas merek merupakan persepsi total konsumen terhadap merek yang
dapat dibentuk melalui informasi baik dari, pendapat teman atau pengalaman
sendiri. Jika konsumen memiliki persepsi yang baik terhadap merek akan
mempengaruhi terbentuknya pilihan produk yang akan dibeli, selanjutnya akan
membentuk sikap positif yang pada gilirannya akan mempengaruhi keputusan
pembelian. Hal ini sejalan dengan pendapat Sodik (2004) bahwa informasi yang
diperoleh dan diproses konsumen akan membentuk preferensi seseorang terhadap
suatu obyek. Preferensi akan membentuk sikap konsumen terhadap suatu obyek
yang pada gilirannya sikap ini seringkali secara langsung akan mempengaruhi
apakah konsumen akan membeli suatu produk atau tidak.
Dalam strategi pemasaran produknya MJ Motor menggunakan bauran
pemasaran yang terdiri atas empat variabel yaitu strategi produk (product),
strategi harga (price), strategi promosi (promotion), strategi distribusi
(placement). Masing-masing variabel akan saling berkaitan dan perusahaan harus
dapat memilih kombinasi atau memilih variabel yang terbaik dari keempat
variabel tersebut. Dalam pelaksanaan pengembangan penjualan dapat disesuaikan
dengan selera konsumen, dengan harapan agar konsumen merasa puas atas produk
dan jasa yang telah diberikan atau diperjual belikan.
Dalam persaingan seperti sekarang ini, perusahaan dituntut untuk
menawarkan produk yang berkualitas dan mempunyai nilai lebih, sehingga
tampak berbeda dengan produk pesaing. Kualitas merupakan salah satu factor
yang menjadi pertimbangan konsumen sebelum membeli suatu produk. Kualitas
ditentukan oleh sekumpulan kegunaan dan fungsinya, termasuk di dalamnya daya
tahan, ketidaktergantungan pada produk lain atau komponen lain, eksklusifitas,
kenyamanan, wujud luar (warna, bentuk, pembungkusan, dan sebagainya). (Hani
Handoko, 2000) Dengan kualitas yang bagus dan terpercaya, maka produk akan
senantiasa tertanam dibenak konsumen, karena konsumen bersedia membayar
sejumlah uang untuk membeli produk yang berkualitas.
Di samping kualitas produk, tinjauan terhadap harga juga semakin penting,
karena setiap harga yang ditetapkan perusahaan akan mengakibatkan tingkat
permintaan terhadap produk berbeda. Dalam sebagian besar kasus, biasanya
permintaan dan harga berbanding terbalik, yakni semakin tinggi harga, semakin
rendah permintaan terhadap produk. Demikian sebaliknya, semakin rendah harga,
semakin tinggi permintaan terhadap produk ( Kotler, 2007 ). Oleh karena itu,
penetapan harga yang tepat perlu mendapat perhatian yang besar dari perusahaan.
Pada hakekatnya harga ditentukan oleh biaya produk. Jika harga yang
ditetapkan oleh perusahaan tepat dan sesuai dengan daya beli konsumen, maka
pemilihan suatu produk tertentu akan dijatuhkan pada produk tersebut (Basu
Swastha dan Irawan, 2001). Bila konsumen bersedia menerima harga tersebut,
maka produk tersebut akan diterima oleh masyarakat. Perusahaan menetapkan
harga karena berbagai pertimbangan, namun ada baiknya jika dalam penetapan
harga tersebut disesuaikan juga dengan nilai, manfaat, dan kualitas produk.
MJ Motor dalam menjual produknya juga memperhatikan harga dengan
kualitas produknya. Untuk lebih menarik konsumen, MJ Motor memberikan
potongan langsung dan hadiah langsung kepada konsumen yang membeli sepeda
motor Bajaj Pulsa DTS-i secara tunai, atau lebih dikenal dengan cash back. MJ
Motor juga menerima pembayaran secara berjangka (cicilan) yang jangka
waktunya antara 12 bulan - 48 bulan. Konsumen berhak memilih jangka waktu
pembayaran sesuai dengan uang muka yang telah disetorkan.
Munculnya pesaing baru yang lokasinya berdekatan dengan MJ Motor juga
akan menghambat tingkat penjualan sepeda motor. Hal ini menyebabkan
konsumen dapat membandingkan produk sebelum memilih dan membeli produk
yang sesuai dengan keinginan dan harapannya. Sehingga berdampak langsung
pada tingkat penjualan sepeda motor Bajaj Pulsar di MJ Motor
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis akan melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Pengaruh Kualitas Produk dan Harga Terhadap Kepuasan
Konsumen Pada Produk Motor Bajaj Pulsar 180 DTS-i (Studi Kasus Di MJ Motor
Jakarta).
1.2 Rumusan Masalah
Banyak faktor yang menyebabkan suatu produk dapat tetap bertahan di
pasar atau tidak. Hal ini tidak lepas dari strategi perusahaan dalam menciptakan
produk yang baik di mata konsumen. Konsumen tidak sekedar menginginkan
produk tetapi juga nilai dan manfaat yang diberikan oleh suatu produk. Harga
suatu produk merupakan pertimbangan konsumen untuk memutuskan membeli
suatu produk yang diinginkan, karena konsumen ingin mendapatkan produk yang
sesuai dengan kebutuhan dan harapannya.
Dari latar belakang diatas, dirumuskan masalah sebagai berikut:
a. Apakah kualitas produk mempengaruhi kepuasan konsumen motor bajaj
pulsar 180 DTS-i
b. Apakah harga motor bajaj pulsar 180 DTS-I mempengaruhi kepuasan
konsumen motor bajaj pulsar 180 DTS-i
c. Apakah kualitas produk dan harga secara simultan mempengaruhi kepuasan
konsumen motor bajaj pulsar 180 DTS-i
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan konsumen
motor bajaj pulsar 180 DTS-i
b. Menganalisis pengaruh harga motor bajaj pulsar 180 DTS-i terhadap
kepuasan konsumen motor bajaj pulsar 180 DTS-i
c. Menganalisis pengaruh kualitas produk dan harga terhadap kepuasan
konsumen motor bajaj pulsar 180 DTS-i
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian in diharapkan akan memberi manfaat, yaitu:
a. Bagi perkembangan Ilmu Pengatahuan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan yang
bermanfaat bagi pengembangan ilmu penelitian dalam bidang Manajemen
Pemasaran kaitannya dengan kepuasan konsumen.
b. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan informasi yang bermanfaat
sebagai bahan evaluasi terhadap efektifitas dan efisiensi dalam menerapkan
strategi pemasaraan yang efektif.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan yang penulis
dapatkan di bangku kuliah di dalam kondisi praktis yang ada di masyarakat,
terutama dibidang pemasaran tentang faktor produk dan harga terhadap kepuasan
konsumen.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran utuh secara menyeluruh mengenai penulisan
penelitian ini, maka penulisan disusun sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN akan diuraikan tentang latar belakang masalah
yang menjadi dasar pemikiran atau latar belakang penelitian ini untuk selanjutnya
disusun rumusan masalah dan diuraikan tentang tujuan serta manfaat penelitian,
kemudian diakhiri dengan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA akan diuraikan mengenai landasan teori
yang menjadi dasar dalam perumusan hipotesis dan analisis penelitian ini. Setelah
itu diuraikan dan digambarkan kerangka pemikiran dari penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN akan diuraikan mengenai variabel
penelitian dan definisi operasional, penentuan populasi dan sampel, jenis dan
sumber data, metode pengumpulan data, kerangka berfikir dan hipotesis serta
metode analisis yang digunakan dalam menganalisis data yang telah diperoleh.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN akan diuraikan tentang gambaran
umum perusahaan, responden yang menjadi obyek penelitian, analisis data dan
pembahasan.
BAB V : PENUTUP akan berisi simpulan hasil penelitian dan saran-saran.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kualitas Produk
2.1.1 Pengertian Produk
Pengertian produk ( product ) menurut Kotler (2007) adalah segala sesuatu
yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan,
atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Secara
konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang
bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui
pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan
kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu produk dapat pula
didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui
hasil produksinya. Produk dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar
pengambilan keputusan pembelian.
2.1.2 Atribut Produk
Menurut Kotler (2007) beberapa atribut yang menyertai dan melengkapi
produk (karakteristik atribut produk) adalah:
a. Merek (branding)
Merek (brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau
kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau
jasa dari satu atau kelompok penjual dan membedakannya dari produk pesaing.
Pemberian merek merupakan masalah pokok dalam strategi produk. Pemberian
merek itu mahal dan memakan waktu, serta dapat membuat produk itu berhasil
atau gagal. Nama merek yang baik dapat menambah keberhasilan yang besar pada
produk (Kotler, 2007). Dalam penelitian ini keputusan nama merek menggunakan
nama keluarga karena usaha industri ini masih tergolong dalam industri rumah
tangga dan merupakan usaha yang turun temurun.
b. Pengemasan (packing)
Pengemasan (packing) adalah kegiatan merancang dan membuat wadah atau
pembungkus suatu produk. Pengemasan melibatkan merancang dan membuat
wadah atau pembungkus suatu produk.
c. Kualitas Produk (Product Quality)
Kualitas Produk (Product Quality) adalah kemampuan suatu produk untuk
melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan keandalan, ketepatan kemudahan
operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai lainnya. Untuk meningkatkan kualitas
produk perusahaan dapat menerapkan program ”Total Quality Manajemen
(TQM)". Selain mengurangi kerusakan produk, tujuan pokok kualitas total adalah
untuk meningkatkan nilai konsumen dalam hal ini adalah kepuasan konsumen.
2.1.3 Tingkatan Produk
Pada dasarnya tingkatan produk adalah sebagai berikut:
a. Produk Inti (Core Product)
Produk inti terdiri dari manfaat inti untuk pemecahan masalah yang dicari
konsumen ketika mereka membeli produk atau jasa.
b. Produk Aktual (Actual Product)
Seorang perencana produk harus menciptakan produk aktual (actual
product) disekitar produk inti. Karakteristik dari produk aktual diantaranya,
tingkat kualitas, nama merek, kemasan yang dikombinasikan dengan cermat untuk
menyampaikan manfaat inti (Kotler, 2007).
c. Produk Tambahan
Produk tambahan harus diwujudkan dengan menawarkan jasa pelayanan
tambahan untuk memuaskan konsumen, misalnya dengan menanggapi dengan
baik claim dari konsumen dan melayani konsumen lewat telepon jika konsumen
mempunyai masalah atau pertanyaan. (Kotler, 2007).
2.1.4 Klasifikasi Produk
Menurut Fandy Tjiptono (2000) klasifikasi produk bisa dilakukan atas
berbagai macam sudut pandang. Berdasarkan berwujud tidaknya, produk dapat
diklasifikasikan kedalam dua kelompok utama yaitu barang dan jasa. Ditinjau dari
aspek daya tahannya, terdapat dua macam barang, yaitu:
a. Barang Tidak Tahan Lama (Nondurable Goods)
Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis
dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Contohnya adalah sabun,
minuman dan makanan ringan, kapur tulis, gula dan garam.
b. Barang Tahan Lama (Durable Goods)
Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa bertahan
lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya untuk pemakaian normal
adalah satu tahun atau lebih). Contohnya antara lain TV, lemari es, mobil dan
komputer.
Selain berdasarkan daya tahannya, produk pada umumnya juga
diklasifikasikan berdasarkan siapa konsumennya dan untuk apa produk tersebut
dikonsumsi. Berdasarkan kriteria ini, produk dapat dibedakan menjadi barang
konsumen (costumer's goods) dan barang industri (industrial's goods). Barang
konsumen adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir
sendiri (individu dan rumah tangga), bukan untuk tujuan bisnis. Umumnya barang
konsumen dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu:
a. Convinience Goods
Convinience goods merupakan barang yang pada umumnya memiliki
frekuensi pembelian tinggi (sering beli), dibutuhkan dalam waktu segera, dan
hanya memerlukan usaha yang minimum (sangat kecil) dalam pembandingan dan
pembeliannya. Contohnya sabun, pasta gigi, baterai, makanan, minuman, majalah,
surat kabar, payung dan jas hujan.
b. Shopping Goods
Shopping goods adalah barang-barang dalam proses pemilihan dan
pembeliannya dibandingkan oleh konsumen diantara berbagai alternatif yang
tersedia. Kriteria perbandingan tersebut meliputi harga, kualitas dan model
masing-masing barang. Contohnya alat-alat rumah tangga (TV, mesin cuci tape
recorder), furniture (mebel), pakaian.
c. Specially Goods
Specially goods adalah barang-barang yang memiliki karakteristik dan
identifikasi merek yang unik di mana sekelompok konsumen bersedia melakukan
usaha khusus untuk membelinya. Contohnya adalah barang-barang mewah
dengan merek dan model spesifik.
d. Unsought Goods
Unsought goods merupakan barang-barang yang diketahui konsumen atau
kalaupun sudah diketahui tetapi pada umumnya belum terfikirkan untuk
membelinya. Contohnya asuransi jiwa, batu nisan, tanah kuburan (Tjiptono,
2000).
2.1.5 Kualitas Produk
Menurut Kottler ( 2007 ) kualitas adalah karakteristik dari produk dalam
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan yang telah ditentukan dan
bersifat laten. Sedangkan menurut Garvin dan A. Dale Timpe (1990) kualitas
adalah keunggulan yang dimiliki oleh produk tersebut. Kualitas dalam pandangan
konsumen adalah hal yang mempunyai ruang lingkup tersendiri yang berbeda
dengan kualitas dalam pandangan produsen saat mengeluarkan suatu produk yang
biasa dikenal kualitas sebenarnya. Kualitas produk dibentuk oleh beberapa
indikator antara lain kemudahan penggunaan, daya tahan, kejelasan fungsi,
keragaman ukuran produk, dan lain-lain. Zeithalm (1988) dalam (Nugroho Setiadi
2002)
Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka diperlukan suatu
standarisasi kualitas. Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar produk yang
dihasilkan memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga konsumen tidak akan
kehilangan kepercayaan terhadap produk yang bersangkutan. Pemasar yang tidak
memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan akan menanggung tidak loyalnya
konsumen sehingga penjualan produknya pun akan cenderung menurun. Jika
pemasar memperhatikan kualitas, bahkan diperkuat dengan periklanan dan harga
yang wajar maka konsumen tidak akan berpikir panjang untuk melakukan
pembelian terhadap produk.
Kualitas mempunyai arti sangat penting dalam keputusan pembelian
konsumen. Apabila kualitas produk yang dihasilkan baik maka konsumen
cenderung melakukan pembelian ulang sedangkan bila kualitas produk tidak
sesuai dengan yang diharapkan maka konsumen akan mengalihkan pembeliannya
pada produk sejenis lainnya. Sering kali dibenak konsumen sudah terpatri bahwa
produk perusahaan tertentu jauh lebih berkualitas daripada produk pesaing dan
konsumen akan membeli produk yang mereka yakini lebih berkualitas. Meskipun
konsumen mempunyai persepsi yang berbeda terhadap kualitas produk, tetapi
setidaknya konsumen akan memilih produk yang dapat memuaskan
kebutuhannya.
Konsumen senantiasa melakukan penilaian terhadap kinerja suatu produk,
hal ini dapat dilihat dari kemampuan produk menciptakan kualitas produk dengan
segala spesifikasinya sehingga dapat menarik minat konsumen untuk melakukan
pembelian terhadap produk tersebut. Berdasarkan bahasan di atas dapat dikatakan
bahwa kualitas yang diberikan suatu produk dapat mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen terhadap produk yang ditawarkan.
2.2 Harga
Harga menurut Kotler (2007) adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk
sebuah produk atau jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah sejumlah nilai yang
konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan
suatu barang atau jasa. Harga merupakan hal yang diperhatikan konsumen saat
melakukan pembelian. Sebagian konsumen bahkan mengidentifikasikan harga
dengan nilai. Menurut Basu Swasta (2001), harga merupakan sejumlah uang
(ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan
sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.
Harga seringkali digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut
dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat harga tertentu, bila manfaat yang
dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya akan meningkat pula (Tjiptono,
2001). Dalam penentuan nilai suatu barang atau jasa, konsumen membandingkan
kemampuan suatu barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhannya dengan
kemampuan barang atau jasa subtitusi.
Harga merupakan salah satu atribut penting yang dievaluasi oleh konsumen
sehingga manajer perusahaan perlu benar-benar memahami peran tersebut dalam
mempengaruhi sikap konsumen. Harga sebagai atribut dapat diartikan bahwa
harga merupakan konsep keanekaragaman yang memiliki arti berbeda bagi tiap
konsumen, tergantung karakteristik konsumen, situasi dan produk (John C.
Mowen dan Michael Minor, 2002). Dengan kata lain, pada tingkat harga tertentu
yang telah dikeluarkan, konsumen dapat merasakan manfaat dari produk yang
telah dibelinya. Dan konsumen akan merasa puas apabila manfaat yang mereka
dapatkan sebanding atau bahkan lebih tinggi dari nominal uang yang mereka
keluarkan.
Banyak hal yang berkaitan dengan harga yang melatarbelakangi mengapa
konsumen memilih suatu produk untuk dimilikinya. Konsumen memilih suatu
produk tersebut karena benar-benar ingin merasakan nilai dan manfaat dari
produk tersebut, karena melihat kesempatan memiliki produk tersebut dengan
harga yang lebih murah dari biasanya sehingga lebih ekonomis, kerena ada
kesempatan untuk mendapatkan hadiah dari pembelian produk tersebut, atau
karena ingin dianggap konsumen lain bahwa tahu banyak tentang produk tersebut
dan ingin dianggap loyal.
Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan
para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi (Tjiptono, 2001).
Peranan alokasi dari harga adalah fungsi harga dalam membantu para pembeli
untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang
diharapkan berdasarkan kekuatan membelinya. Dengan demikian adanya harga
dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan kekuatan
membelinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga
dari berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang
dikehendaki. Peranan informasi dari harga adalah fungsi harga dalam "mendidik"
konsumen mengenai faktor produk, misalnya kualitas. Hal ini terutama
bermanfaat dalam situasi di mana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai
faktor produk atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang sering berlaku
adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi (Tjiptono,
2001).
Penyesuaian khusus terhadap harga dapat dilakukan dengan penetapan harga
berdasarkan nilai yaitu harga menawarkan kombinasi yang tepat dari mutu dan
jasa yang baik dengan harga yang pantas. Penetapan harga berdasarkan nilai
berarti merancang ulang merek yang sudah ada untuk menawarkan produk yang
lebih bermutu dan memiliki nilai merek di mata konsumen pada tingkat harga
tertentu atau produk bermutu sama dengan harga yang lebih murah. Dari
fenomena ini konsumen memperoleh nilai lebih dengan memperoleh produk
dengan harga yang ekonomis disertai dengan manfaat yang besar.
Berdasarkan dari bahasan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa harga yang
dipatok secara rasional dan sepadan dengan manfaat produk diberikan dapat
mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap suatu produk.
2.3 Kepuasan Konsumen
2.3.1 Pengertian Konsumen
Manusia memiliki akal budi kemampuan untuk kreatif dan inovatif dalam
menciptakan sesuatu, sehingga manusia secara alamiah harus memenuhi semua
kebutuhan itu dengan cara membeli maupun menukar barang atau jasa yang
diinginkan. Terciptalah manusia sebagai pembeli yang dalam dunia industri
disebut konsumen untuk melakukan transaksi dalam rangka memenuhi semua
kebutuhan.
Arti Konsumen menurut Dharmmesta dan Handoko (1997) yaitu individu-
individu yang melakukan pembelian untuk memenuhi kebutuhan pribadinya atau
konsumsi rumah tangga. Seiring dengan pernyataan Pamitra (2001) bahwa
konsumen adalah individu pembuatan keputusan yang menyebabkan seseorang
harus terlibat atau tidak dalam pembelian suatu produk.
Menurut Supranto (2001:21) konsumen adalah setiap individu yang
menerima suatu jenis barang atau jasa dari beberapa orang lain atau kelompok
orang. Lupiyoadi (2001:134) mendefinisikan Konsumen adalah seorang individu
yang secara continue dan berulang kali datang ke tempat yang sama untuk
memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu
jasa dan memuaskan produk atau jasa tersebut.
Individu atau kumpulan individu yang dipengaruhi oleh aspek-aspek
eksternal dan internal yang mengarah untuk memilih dan mengkonsumsi barang
atau jasa yang diinginkan disebut sebagai konsumen (Umar, 2003:11) Berbeda
menurut Jerome dkk (1993:215) konsumen adalah individu yang mengetahui
semua fakta dan secara logis membandingkan sejumlah pilihan dalam kaitannya
dengan biaya dan nilai yang diterima untuk memperoleh kepuasan terbesar dari
waktu dan dana yang dikeluarkan.
Menurut Gasperz dalam (Nasution, 2004:101) konsumen adalah semua
orang yang menuntut perusahaan untuk memenuhi suatu standar kualitas tertentu
yang akan memberikan pengaruh pada performansi perusahaan dan manajemen
perusahaan.
Dari semua pendapat para ahli diatas dapat disimpukan bahwa konsumen
adalah individu yang melakukan pembelian kebutuhan yang bisa membuat puas
dengan membandingkan beberapa aspek seperti harga, standar kualitas barang
atau jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan pribadi dan rumah tangga.
2.3.2 Kepuasan Konsumen
Peluang usaha di Indonesia saat ini semakin menjamur, sehingga banyak
perusahaan baik milik Negara maupun dari swasta berupaya meraih keuntungan
sebesar-besarnya dengan merangkul berbagai kalangan masyarakat. Dalam rangka
menciptakan iklim konsumen yang loyal pada suatu produk atau jasa yang
dihasilkan sebuah perusahaan harus adanya usaha untuk melahirkan kepuasan
konsumen. Selanjutnya akan dijelaskan berbagai hal yang menyangkut kepuasan
konsumen.
Menurut Engel (1994:409) Kepuasan adalah evaluasi paska konsumsi
untuk memilih beberapa alternatif dalam rangka memenuhi harapan. Kotler
(2002:42) menyatakan bahwa perasaan senang atau kecewa seseorang yang
muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja
atau hasil dari suatu produk dan harapan-harapannya.
Menurut Supranto (2001:44) istilah kepuasan konsumen merupakan label
yang digunakan oleh konsumen untuk meringkas suatu himpunan aksi atau
tindakan yang terlihat, terkait dengan produk atau jasa. Contohnya bila seorang
konsumen tersenyum saat melihat produk atau jasa yang sedang dipromosikan
maka seseorang itu telah merasakan kepuasan pada produk atau jasa yang dilihat.
Dipertegas oleh Kotler (2004:10) yang menyatakan bahwa kepuasan
konsumen yaitu tingkatan dimana anggapan kinerja (perceived performance)
produk akan sesuai dengan harapan seorang konsumen. Bila kinerja produk jauh
lebih rendah dibandingkan harapan konsumen, pembelinya tidak puas. Sebaliknya
bila kinerja sesuai dengan harapan atau melebihi harapan, pembelinya merasa
puas atau merasa puas atau merasa amat gembira.
Seiring dengan pendapat diatas Purnomo (2003:195) mengartikan
kepuasan konsumen sebagai “Perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil
yang diharapkan”, maksudnya bahwa kepuasan konsumen tercipta jika konsumen
merasakan output atau hasil pekerjaan sesuai dengan harapan, atau bahkan
melebihi harapan konsumen.
Oliver dalam (Barnes, 2003:64) menyatakan kepuasan adalah tanggapan
konsumen atas terpenuhinya kebutuhan yang berarti bahwa penilaian konsumen
atas barang atau jasa memberikan tingkat kenyamanan yang terkait dengan
pemenuhan suatu kebutuhan, termasuk pemenuhan kebutuhan yang tidak sesuai
harapan atau pemenuhan yang melebihi harapan konsumen.
Kepusaan konsumen adalah rangkuman kondisi psikologis yang dihasilkan
ketika emosi yang mengelilingi harapan yang tidak cocok dilipat gandakan oleh
perasaan-perasaan yang terbentuk dalam konsumen tentang pengalaman
pengkonsumsian (Oliver dalam Peter dan Olson, 1996:157)
Definisi kepuasan konsumen juga dipaparkan oleh Tse dan Wilson (dalam
Nasution, 2004:104) bahwa kepuasan atau ketidakpuasan konsumen adalah
respon konsumen terhadap evaluasi ketidaksesuaian atau diskonfirmasi yang
dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan
setelah pemakaian. Artinya bahwa konsumen akan merasa puas bila hasilnya
sesuai dengan yang diharapkan dan sebaliknya konsumen akan merasa tidak puas
bila hasilnya tidak sesuai dengan harapan, sebagai contoh seorang konsumen puas
dengan kinerja sebuah bank maka konsumen tersebut tidak akan terus menabung
maka sebaliknya bila tidak puas maka akan menutup rekening di bank tersebut
dan pindah ke bank yang lain.
Sesuai dengan pendapat Kuswadi (2004:16) kepuasan konsumen yaitu
perbedaan antara harapan konsumen dan persepsi konsumen terhadap apa yang
diberikan perusahaan. Menurut Amir (2005: 13) kepuasan konsumen adalah
sejauh mana manfaat sebuah produk dirasakan (perceived) sesuai dengan apa
yang diharapkan konsumen. Kemudian secara sederhana kepuasan konsumen
adalah sebuah produk atau jasa yang dapat memenuhi atau melampaui harapan
konsumen, bisanya konsumen merasa puas (Gerson, 2002: 5), contohnya seorang
konsumen akan selalu membeli di toko A karena memenuhi semua kebutuhan
atau harapannya.
Dari berbagai pendapat yang dilontarkan para ahli, disimpulkan definisi
kepuasan konsumen adalah respon dari perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen
dengan membandingkan antara kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapan.
Apabila hasil yang dirasakan dibawah harapan, maka konsumen akan kecewa,
kurang puas bahkan tidak puas, namun sebaliknya bila sesuai dengan harapan,
konsumen akan puas dan bila kinerja melebihi harapan, konsumen akan sangat
puas.
Secara konseptual, kepuasan konsumen dapat dilihat seperti gambar
berikut. (Sumber : Tjiptono Fandy (2002), Strategi Pemasaran. Yogyakarta :
Penerbit Andi Offset, P. 28)
Gambar 2. Konsep Kepuasan Konsumen
2.3.3 Teori Kepuasan dan Ketidakpuasan
2.4
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Menurut Apollo Daito (2007), yang dimaksud dengan objek penelitian
adalah nama-nama variabel penelitian yang mengacu pada identifikasi masalah,
hipotesis dan definisi-definisi variable yang digunakan.
Objek penelitian ini terdiri dari kualitas produk, harga dan kepuasan
konsumen motor bajaj pulsar 180 DTS-i di Jakarta.
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian analisa deskriptif untuk
memberikan gambaran tentang bagaimana hubungan kualitas produk dan harga
terhadap kepuasan konsumen motor bajaj pulsa 180 DTS-i. Kualitas produk dan
harga yang seperti apa yang dapat memberikan kepuasan kepada konsumen
motor bajaj pulsa 180 DTS-i.
3.2.2 Variabel dan Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitas produk,
harga dan kepuasan konsumen.
Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu variabel
bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Tipe skala
pengukuran yang digunakan adalah skala likert dimana data diperoleh dari
kuesioner .
3.2.3 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang dianggap berpengaruh terhadap
variabel yang lain. Terdapat 2 (dua) variabel bebas dalam penelitian ini dan tiap
variabel memiliki dimensi yang berbeda untuk menggambarkan masing-masing
variabel tersebut. Adapun penjelasan dari kedua variabel independen tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Kualitas Produk (X1)
Kualitas pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai penampilan teknis
(technical performance ) individu praktisi pelayanan kesehatan. Dalam perspektif
yang lebih luas kualitas pelayanan meliputi interaksi praktis medis dengan pasien,
kontribusi pasien dalam pelayanan, kenyamanan pelayanan, akses terhadap
fasilitas pelayanan.
b. Harga (X2)
Komunikasi interpersonal diterjemahkan sebagai komunikasi yang terjadi
antara dua orang atau lebih, di mana komunikator sebagai sumber komunikasi
yang mengirim pesan dan komunikate sebagai penerima pesan. Pesan tersebut
diterima oleh komunikate sebagai stimulus dan komunikate memberikan jawaban
berupa respons, demikian juga bisa terjadi sebaliknya.
3.2.5 Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang tergantung atau dapat dipengaruhi
oleh variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepuasan
konsumen.
Variabel Kepuasan konsumen (Y) merupakan perasaan senang, lega
sebagai suatu ekspresi dimana keinginan dan harapan dari pasien terpenuhi
(Kottler, 2009).
3.3 Metode Penarikan Sampling/Populasi
3.3.1 Populasi Penelitian
Apollo Daito (2007:69) menyatakan, populasi adalah kelompok
keseluruhan orang, peristiwa, atau sesuatu yang ingin diselidiki oleh peneliti.
Populasi pada penelitian ini adalah konsumen motor bajaj pulsa 180 DTS-i
pada MJ Motor yang bertempat di Jakarta.
3.3.2 Sampel
Apollo Daito (2007:70) menyatakan, Sampel adalah beberapa anggota
atau bagian yang dipilih dari populasi.
Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen motor bajaj pulsa 180 DTS-
i di Jakarta.
3.3.3 Sampling (Pengambilan Sampel)
Menurut Apollo Daito (2007:70), Sampling adalah proses memilih
suatu jumlah unsur populasi yang mencukupi dari populasi, sehingga dengan
mempelajari sampel dan memahami karakteristiknya memungkinkan untuk
menggeneralisasikan karakteristik tersebut pada seluruh anggota populasi.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive
sampling dengan kriteria sebagai berikut : (1) konsumen motor bajaj pulsa 180
DTS-i yang sudah memiliki motor tersebut, (2) konsumen motor bajaj pulsa 180
DTS-i yang akan membeli motor tersebut.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik
pengumpulan data dengan kuesioner. Yaitu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk memperoleh informasi tentang kepuasan konsumen
dalam kualitas produk dan harga.
3.5 Desain Penelitian
Desain penelitian dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti berikut:
Gambar 3.1 Desain Penelitian untuk Menentukan Pengaruh Variabel
3.6 Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan, selanjutnya dikelompokkan dan kemudian
dianalisis berdasarkan metode kualitatif, yaitu data ditabulasi dengan memberikan
bobot frekuensi dan persentase. Selanjutnya di interpretasikan dengan
memberikan uraian deskriptif sesuai dengan fakta atau keadaan lokasi penelitian.
Penelitian ini menggunakan metode korelasional yaitu dengan mencari
pengaruh yang terjadi antara variabel-variabel bebas yaitu kualitas produk dan
harga terhadap variabel terikat yaitu Kepuasan Konsumen.
Gambar 3.2 Model Penelitian
Studi korelasi ini akan menggunakan analisis korelasi dan regresi dengan
menggunakan aplikasi SPSS. Dalam uji regresi, penulis menggunakan regresi
linier berganda untuk mencari pengaruh antar variabel, dengan rumus :
Keterangan :
Y : Variabel dependen (Kepuasan Konsumen)
a : Koefisien Konstanta
b : Koefisien Regresi
X1 : Variabel Independen (Kualitas Produk)
X2 : Variabel Independen (Harga)
: Error term
Dalam penelitian ini, ada beberapa model yang digunakan, yaitu: Normality
Test, Korelasi Linier Sederhana (Simple Linear Correlation), Regresi Berganda
(Multiple Regression), Uji F (F-Test), Pengujian Hipotesis, Pengujian
multikolinearitas (Multicollinearity), Pengujian autokorelasi (Autocorrelation),
Pengujian Heteroskedastisitas (Heteroscedasticity).
3.7 Definisi Operasional Variabel
Tabel di bawah menjelaskan definisi operasional dari masing-masing
variabel yang terdapat dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
David W. Cravens, 1996, Pemasaran Strategis, Edisi II, Erlangga, Jakarta
William J Stanton, 1996, Prinsip Pemasaran, Jilid I, Edisi 7, Erlangga, Jakarta
Basu Swastha dan Irawan, 2001, Manajemen Pemasaran Modern, Liberty,Yogyakarta
Philip Kotler dan Gary Amstrong, 1997, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Erlangga,Jakarta