propinsi sumatera selatan - bi.go.id · pusat dalam rangka pengembangan ... bab vi perkembangan...
TRANSCRIPT
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Propinsi Sumatera Selatan
Kantor Bank Indonesia Palembang
Triwulan IV - 2008
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya ”Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008” dapat
dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa
indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran,
dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank
Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami,
hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada
masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih
meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar
bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya
serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam
pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada
umumnya.
Palembang, Februari 2009
Ttd
Endoong Abdul Gani
Pemimpin
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
ii
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GRAFIK ix
INDIKATOR EKONOMI xiii
RINGKASAN EKSEKUTIF 1
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 11
1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Tahunan 11
SUPLEMEN 1 KONDISI USAHA DI TENGAH KRISIS: PERSPEKTIF PENGUSAHA 13
1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Triwulanan 17
1.3. Perkembangan PDRB Dari Sisi Penggunaan 25
1.4. Struktur Ekonomi 28
1.5. Perkembangan Ekspor Impor 29
1.5.1. Perkembangan Ekspor 29
1.5.2. Perkembangan Impor 32
SUPLEMEN 2 PENGARUH MELEMAHNYA HARGA KOMODITAS DUNIA TERHADAP PDRB PERKEBUNAN SUMATERA BAGIAN SELATAN 34
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI KOTA PALEMBANG 42
2.1. Inflasi Tahunan 42
2.2. Upaya Tim Pengendali Inflasi Daerah 45
2.3. Inflasi Bulanan 47
2.4. Pemantauan Harga oleh Bank Indonesia Palembang 51
SUPLEMEN 3 PROYEKSI INFLASI PALEMBANG TAHUN 2009 55
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
iv
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 59
3.1. Kondisi Umum 59
3.2. Kelembagaan 60
3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) 61
3.3.1. Penghimpunan DPK 61
3.3.2. Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota 62
3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan 63
3.4.1. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral 63
3.4.2. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan 64
3.4.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten 65
3.4.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) 67
3.5. Perkembangan Suku Bunga Perbankan di Sumatera Selatan 68
3.5.1. Perkembangan Suku Bunga Simpanan 68
3.5.2. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman 69
3.5.3 Perkembangan Spread Suku Bunga 70
3.6. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan 70
3.7. Kelonggaran Tarik 71
3.8. Resiko Likuiditas 72
3.9. Perkembangan Bank Umum Syariah 72
Suplemen 4 RINGKASAN PENELITIAN PERATURAN DAERAH DAN PERATURAN PUSAT DALAM RANGKA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) UNGGULAN DAERAH PROPINSI SUMATERA SELATAN 74
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 79
4.1. Realisasi APBD Tahun 2008 79
4.2. APBD Tahun 2009 82
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 87
5.1. Perkembangan Kliring 87
5.2. Perkembangan Perkasan 89
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
v
5.3. Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau 91
BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN 93
6.1. Ketenagakerjaan 93
6.2. Pengangguran 95
6.3. Pendapatan per Kapita 97
6.4. Jumlah Penduduk Miskin Sumatera Selatan 99
6.5. Nilai Tukar Petani 99
6.3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 101
Suplemen 5 INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN PALEMBANG MENINGKAT 103
BAB VII OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH 113
7.1. Pertumbuhan Ekonomi 113
7.2. Inflasi 116
7.3. Perbankan 117
DAFTAR ISTILAH
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
vi
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
Daftar Tabel
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy) Sektoral PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) 12
Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Triwulanan (qtq) Sektoral PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) 18
Tabel 1.3 Realisasi Luas Tanam (LT) dan Luas Panen (LP) Propinsi Sumatera Selatan (dalam Ha) 24
Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Menurut Penggunaan Tahun 2007-2008 (%) 25
Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Menurut Penggunaan Tahun 2007-2008 (%) 27
Tabel 1.6 Struktur Ekonomi Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007-2008 28
Tabel 1.7 Struktur Ekonomi Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007-2008 29
Tabel 1.8 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Propinsi Sumatera Selatan (USD) 30
Tabel 1.9 Perkembangan Bulanan Nilai Ekspor Komoditas Utama Propinsi Sumatera Selatan (Juta USD) 30
Tabel 2.1 Statistika Deskriptif Inflasi Tahunan Palembang dan Nasional Januari 2003 – Desember 2008 45
Tabel 2.2 Pokok-pokok Upaya Pengendalian Inflasi yang dikoordinasikan melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah 46
Tabel 3.1 Pertumbuhan DPK Perbankan Propinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta) 62
Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan (Rp Triliun) 63
Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Propinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta) 66
Tabel 3.4 Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Selatan (Rp Juta) 73
Tabel 4.1 Perbandingan Realisasi APBD Sumsel Tahun 2008/2007 (Rp Miliar) 79
Tabel 4.2 Realisasi APBD Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2008 80
Tabel 4.3 APBD Sumsel 2009 & Realisasi APBD Tahun 2008 (Rp Miliar) 83
Tabel 4.4 Realisasi APBD Sumsel 2008 & APBD Sumsel Tahun 2009 84
Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Propinsi Sumatera Selatan 88
Daftar Tabel
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
viii
Tabel 5.2 Kegiatan Perkasan di Sumsel (Rp Miliar) 89
Tabel 5.3 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau (Rp Miliar) 91
Tabel 6.1 Banyaknya Pekerja per Sektor Ekonomi 93
Tabel 6.2 Tingkat Pengangguran di Propinsi Sumsel Tahun 2007-2008 (persen) 96
Tabel 6.3 Pendapatan Per Kapita Propinsi Sumsel Tahun 2007-2008 Atas Dasar
Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2000 (Rupiah) 98
Tabel 6.4 Jumlah Penduduk Miskin Sumsel Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2004-2007 99
Tabel 6.5 Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan Jan-Ags 2008 100
Tabel 6.6 Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani 101
Tabel 6.7 IPM 2005-2006 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan 102
Tabel 7.1 Leading Economic Indicator Propinsi Sumsel Triwulan IV 2008 114
Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara 115
Tabel 7.3 Prediksi Beberapa Indikator Perekonomian pada Triwulan I 2009 118
Daftar Grafik
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
ix
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Dengan Migas 11
Grafik 1.2 Perkembangan Jumlah Konsumsi BBM Propinsi Sumsel 16
Grafik 1.3 PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Dengan Migas 17
Grafik 1.4 Perkembangan Penumpang Angkutan Laut Pelabuhan Boom Baru Propinsi Sumatera Selatan 19
Grafik 1.5 Perkembangan Konsumsi Semen Propinsi Sumsel 19
Grafik 1.6 Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional 20
Grafik 1.7 Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional 20
Grafik 1.8 Perkembangan Harga Batu Bara di Pasar Internasional 21
Grafik 1.9 Perkembangan Harga Minyak Bumi di Pasar Internasional 21
Grafik 1.10 Perkembangan Konsumsi Listrik Propinsi Sumatera Selatan (juta KWH) 21
Grafik 1.11 Perkembangan Curah Hujan di Sumatera Selatan 23
Grafik 1.12 Pertumbuhan Triwulanan Kinerja Sub Sektor Pertanian Triwulan IV 2008 (%) 23
Grafik 1.13 Kontribusi Sektor Ekonomi ADHK 2000 Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008 23
Grafik 1.14 Perkembangan Kegiatan Usaha 26
Grafik 1.15 Perkembangan Situasi Bisnis 27
Grafik 1.16 Struktur Ekonomi Propinsi Sumatera Selatan 28
Grafik 1.17 Perkembangan Nilai Ekspor Propinsi Sumatera Selatan 31
Grafik 1.18 Perkembangan Volume Ekspor Propinsi Sumatera Selatan 31
Grafik 1.19 Perkembangan Ekspor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan 31
Grafik 1.20 Pangsa Ekspor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Sept-Nov 2008 32
Grafik 1.21 Perkembangan Nilai Impor Propinsi Sumatera Selatan 32
Grafik 1.22 Perkembangan Volume Impor Propinsi Sumatera Selatan 32
Grafik 1.23 Perkembangan Impor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal 33
Daftar Grafik
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
x
Grafik 1.24 Pangsa Impor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Sept-Nov 2008 33
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Palembang 41
Grafik 2.2 Inflasi Tahunan (yoy) Kota Palembang per Kelompok Pengeluaran Triwulan IV 2008 42
Grafik 2.3 Perkembangan Harga Komoditas Strategis di Pasar Internasional 43
Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Tahunan per Kelompok Barang dan Jasa di Palembang 44
Grafik 2.5 Perbandingan Inflasi Tahunan Palembang dan Nasional 45
Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Palembang 47
Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Palembang per Kelompok Barang dan Jasa 48
Grafik 2.8 Inflasi Bulan desember 2008 (mtm) per Sub Kelompok pada Kelompok Bahan Makanan di Palembang 49
Grafik 2.9 Event Analysis Inflasi Kota Palembang Desember 2007 - Desember 2008 49
Grafik 2.10 Perbandingan Inflasi Bulanan dan Ekspektasi Harga Konsumen 3 Bulan YAD 50
Grafik 2.11 Perbandingan Inflasi Bulanan (mtm) Palembang dan Nasional Tahun 2007-2008 (persen) 50
Grafik 2.12 Pergerakan Harga Bulanan Sesuai SPH 51
Grafik 2.13 Pergerakan Harga Beras di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg) 52
Grafik 2.14 Pergerakan Harga Minyak Goreng di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg) 52
Grafik 2.15 Pergerakan Harga Daging Sapi di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg) 53
Grafik 2.16 Pergerakan Harga Emas di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/gram) 53
Grafik 2.17 Pergerakan Inflasi Bulanan dan Tingkat Harga Sesuai SPH di Kota Palembang (Sept 2007-Sept 2008) 54
Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Propinsi Sumatera Selatan 59
Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Propinsi Sumatera Selatan 60
Grafik 3.3 Pertumbuhan DPK Perbankan di Propinsi Sumatera Selatan 61
Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Tw IV 2008 di Propinsi Sumatera Selatan 61
Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tw IV 2008 64
Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan 65
Daftar Grafik
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
xi
Grafik 3.7 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Tw IV 2008 65
Grafik 3.8 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Propinsi Sumatera Selatan Tw IV 2008 Berdasarkan Wilayah 66
Grafik 3.9 Penyaluran Kredit UMKM Perbankan Propinsi Sumatera Selatan Menurut Penggunaan 67
Grafik 3.10 Penyaluran Kredit UMKM Menurut Plafond Kredit 68
Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Perbankan Sumatera Selatan 68
Grafik 3.12 Perkembangan Suku Bunga Kredit Perbankan Sumatera Selatan 69
Grafik 3.13 Perkembangan Spread Suku Bunga Perbankan Sumatera Selatan 70
Grafik 3.14 Perkembangan NPL Perbankan Sumatera Selatan 70
Grafik 3.15 Komposisi NPL Menurut Sektor Ekonomi 71
Grafik 3.16 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumatera Selatan 71
Grafik 3.17 Perkembangan Resiko Likuiditas Perbankan Sumsel 72
Grafik 4.1 Perbandingan Anggaran & Realisasi APBD Tahun 2008 Propinsi Sumatera Selatan 82
Grafik 4.2 Rasio Sumber Pembiayaan Realisasi APBD Tahun 2008 Propinsi Sumatera Selatan 82
Grafik 5.1 Perkembangan Triwulanan Perputaran Kliring Sumsel 87
Grafik 5.2 Perkembangan Bulanan Jumlah Perputaran Kliring Sumsel 88
Grafik 5.3 Perkembangan Jumlah Cek/Bilyet Giro Kosong Sumsel 88
Grafik 5.4 Perkembangan Kegiatan Perkasan Sumsel 2007-2008 90
Grafik 5.5 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh oleh KBI Palembang 90
Grafik 5.6 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau Secara Bulanan Tahun 2007-2008 92
Grafik 6.1 Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Sumsel Triwulan IV 2008 94
Grafik 6.2 Persentase Pengangguran Terselubung (Setengah Pengangguran) Menurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Sumsel Triwulan IV 2008 96
Grafik 6.3 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini 97
Grafik 6.4 Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Yang Lalu 98
Grafik 6.5 Indeks Harga yang Diterima, Indeks Harga yang Dibayar dan Nilai Tukar Petani 100
Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan 113
Grafik 7.2 Proyeksi Inflasi Tahunan Sumatera Selatan 116
Daftar Grafik
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
xii
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionallay blank
Indikator Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
xiii
INDIKATOR EKONOMI
A. INFLASI DAN PDRB
TW IV TW I TW II TW III TW IV
170.24 175.54 112.66* 116.26* 115.92*
8.20 10.87 13.96* 14.19* 11.15*
14,115 14,059 14,356 15,231 14,434
2,697 2,693 2,880 3,340 2,654
3,411 3,368 3,385 3,419 3,444
2,530 2,504 2,514 2,621 2,498
69 69 70 71 70
1,083 1,068 1,083 1,124 1,138
1,958 1,949 1,998 2,118 2,038
682 682 690 738 776
562 585 589 606 607
1,122 1,141 1,147 1,193 1,208
7.01 8.17 4.97 5.23 2.26(2.48) (0.40) 2.12 6.09 (5.23)
Sept 07-Nov 07 Des 07-Feb 08 Mar 08-Mei 08 Jun 08-Ags 08 Sep 08-Nov 08
730.22 688.95 744.16 710.66 730.23
52.43 35.47 56.18 55.59 81.74
Volume ekspor nonmigas (ribu ton) 841.54 763.43 845.84 696.28 736.43
104.38 94.25 98.14 64.70 126.12
*) Tahun dasar 2007
2008
Pertumbuhan PDRB- Tahunan (yoy) %- Triwulanan (qtq) %
Nilai impor nonmigas (USD Juta)
Nilai ekspor nonmigas (USD Juta)
Volume impor nonmigas (ribu ton)
Ekspor Impor
INDIKATOR
- Bangunan
- Pertambangan & penggalian
- Industri pengolahan
- Listrik, gas dan air bersih
MAKROIndeks Harga Konsumen
Laju Inflasi
2007
- Keuangan, persewaan dan jasa
- Jasa
- Tahunan (yoy)
- Pengangkutan dan komunikasi
- Perdagangan, hotel dan restoran
PDRB - harga konstan (miliar Rp)
- Pertanian
Indikator Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
xiv
B. PERBANKAN
versi SEKDA2007Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV*
Total PerbankanTotal Aset (Triliun Rp) 32.89 31.04 33.87 35.64 37.11
- - DPK (Triliun Rp) 24.14 23.20 24.77 26.54 28.84 - Tabungan 10.18 10.17 11.05 11.16 10.92 - Giro 4.76 4.49 5.15 5.31 5.14 - Deposito 9.20 8.54 8.57 10.07 12.78
- - Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan Penggunaan 16.58 17.22 20.41 21.97 21.97 - Modal Kerja 8.05 7.72 9.59 10.24 9.79 - Investasi 3.27 3.64 4.30 4.57 4.83 - Konsumsi 5.26 5.86 6.52 7.15 7.35
- - Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan Sektor ekonomi 16.58 17.22 20.41 21.97 21.97Pertanian 2.04 2.13 2.59 2.84 2.93 Pertambangan 0.03 0.04 0.29 0.27 0.34 Perindustrian 2.48 2.36 3.07 3.06 2.72 Perdagangan 3.69 3.77 4.42 4.90 4.92 Listrik, Gas dan Air 0.42 0.39 0.38 0.37 0.45 Konstruksi 1.19 1.18 1.42 1.57 1.56 Pengangkutan 0.25 0.25 0.27 0.26 0.27 Jasa Dunia Usaha 0.99 1.01 1.18 1.30 1.22 Jasa Sosial Masyarakat 0.22 0.23 0.27 0.23 0.22 Lain-lain 5.26 5.86 6.52 7.16 7.36
- - Kredit UMKM (Juta Rp) 10.61 11.33 12.95 14.30 14.48 - Modal Kerja 4.24 4.31 5.08 5.67 5.71 - Investasi 1.16 1.20 1.39 1.54 1.53 - Konsumsi 5.21 5.82 6.47 7.08 7.24
LDR 68.67% 74.23% 82.40% 82.76% 76.17%
NPL Gross 1.73% 1.94% 2.05% 1.77% 1.85%NPL Nett 0.42% 0.48% 0.77% 0.40% 0.75%NPL Kredit UMKM 2.39% 2.65% 2.74% 2.32% 2.15%
% Kelongaran Tarik 14.59% 14.21% 13.20% 14.46% 17.85%
*) Data Sekda s.d November 2008
INDIKATOR2008
Indikator Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
xv
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV*BPR/BPRSTotal Aset (Triliun Rp) 0.34 0.39 0.39 0.41 0.40
DPK (Triliun Rp) 0.26 0.31 0.31 0.33 0.30 - Tabungan 0.09 0.11 0.11 0.12 0.11- Deposito 0.17 0.20 0.19 0.20 0.19
Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan Penggunaan 0.21 0.22 0.26 0.28 0.29 - Modal Kerja 0.11 0.12 0.13 0.15 0.15- Investasi 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03- Konsumsi 0.08 0.08 0.09 0.10 0.11LDR 79.24% 71.66% 83.59% 86.72% 94.19%Nominal NPL (Triliun Rp) 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 NPL 8.06% 7.41% 7.34% 6.89% 6.25%
Perbankan SyariahTotal Aset (Triliun Rp) 0.80 0.84 0.92 1.03 1.09DPK (Triliun Rp) 0.52 0.54 0.55 0.59 0.61 - Tabungan 0.27 0.28 0.32 0.33 0.33 - Giro 0.04 0.05 0.05 0.05 0.05 - Deposito 0.21 0.21 0.18 0.22 0.23 Pembiayaan (Triliun Rp) 0.64 0.74 0.84 0.95 0.97
FDR 123.44% 137.42% 151.47% 159.82% 158.71%
*) Data LBU November 2008
INDIKATOR2007 2008
C. SISTEM PEMBAYARAN
2007Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
1. Perputaran Kliring:
a. Nominal (Rp juta) 5,674,793 6,043,615 6,820,688 7,256,214 5,837,900 b. Warkat (lembar) 178,616 184,740 193,385 200,315 155,642
2. Perputaran perharia. Nominal (Rp juta) 94,580 100,727 108,265 113,378 100,653 b. Warkat (lembar) 2,977 3,079 3,070 3,130 2,683
3. Penolakan cek/BGa. Nominal (Rp juta) 50,898 49,211 63,882 84,384 80,756 b. Warkat (lembar) 1,705 1,589 1,731 2,707 2,803 Jumlah hari 60 60 63 64 58
4. Penolakan cek/BG> Nominal (%) 0.90% 0.81% 0.94% 1.16% 1.38%> Warkat (%) 0.95% 0.86% 0.90% 1.35% 1.80%
5. Mutasi kas (juta rupiah)a. Aliran uang masuk/inflow 1,776,091 1,092,299 986,835 1,416,709 1,101,367 b. Aliran uang keluar/outflow 2,848,477 1,414,098 2,693,779 2,500,109 2,053,075
Net Flow: Inflow (Outflow) (1,072,387) (321,799) (1,706,945) (1,083,400) (951,708)
KETERANGAN 2008
Indikator Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
xvi
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
Perekonomian Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008 telah terpengaruh krisis finansial global melalui penurunan harga komoditas unggulan di pasar internasional. Pertumbuhan ekonomi melemah dan diperkirakan akan terus melemah pada triwulan berikutnya. Kinerja perbankan mencerminkan respon pelaku-pelaku ekonomi terhadap krisis dengan menghindari risiko dan mempertahankan suku bunga. Perkembangan sistem pembayaran juga menunjukkan indikasi penurunan aktivitas ekonomi secara signifikan. Kesejahteraan masyarakat mengalami tendensi penurunan melalui penurunan PDRB per kapita, nilai tukar petani yang mencapai defisit, dan perkembangan ketenagakerjaan yang tidak begitu baik bila faktor musiman diperhitungkan. Kendati demikian, tekanan inflasi yang menurun, baik dari sisi permintaan maupun penawaran, telah membantu mempertahankan daya beli masyarakat. Terlepas dari berbagai hambatan perekonomian yang sebagian besar merupakan faktor eksternal, kondisi perekonomian dan tingkat kestabilan harga di Sumatera Selatan pada triwulan I 2009 diperkirakan masih ditopang permintaan domestik yang tetap terjaga sebagai dampak dari penurunan harga BBM, penurunan BI rate, dan aktivitas pentas politik sehubungan dengan akan diselenggarakannya Pemilihan Umum Legislatif..
RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN IV 2008
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
2
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Laju pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008 diperkirakan sebesar 2,26% (dengan migas) atau 2,80% (tanpa migas). Laju pertumbuhan ekonomi tahunan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,23% (dengan migas), dan sebesar 6,10% (tanpa migas). Penyebab utama penurunan ini adalah harga komoditas dunia yang menurun dan menurunkan nilai ekspor komoditas unggulan Sumatera Selatan. Kontraksi pertumbuhan paling tinggi terjadi di sektor pertanian dan industri pengolahan masing-masing sebesar 1,60% (yoy) dan 1,25% (yoy). Hal ini konsisten dengan menurunnya harga produk-produk sektor tersebut yang anjlok di pasar komoditas internasional pada triwulan IV 2008. Di lain pihak, pertumbuhan masih dapat ditopang oleh sektor pengangkutan dan telekomunikasi yang tumbuh sebesar 13,79%, sektor keuangan, persewaan, dan jasa keuangan sebesar 7,97%, serta sektor jasa-jasa sebesar 7,72%.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 (secara kumulatif) mengalami peningkatan sebesar 5,10% (yoy). Meskipun angka pertumbuhannya berada di atas 5%, namun tercatat masih lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan kumulatif tahun 2007 yang tercatat sebesar 5,84% (yoy). Total PDRB Sumatera Selatan pada tahun 2008 tercatat sebesar Rp58,08 triliun.
Secara triwulanan (qtq), pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan diperkirakan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 5,23% (dengan migas) atau sebesar 6,85% (tanpa migas). Seperti terkonfirmasi oleh Survei Konsumen Palembang, pertumbuhan perekonomian saat ini disertai dengan menurunnya keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian. Selain itu, kontraksi tersebut juga terpengaruh oleh faktor siklikal yang biasa terjadi pada triwulan IV.
Kinerja ekonomi sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh paling tinggi yakni sebesar 5,18% dibandingkan triwulan sebelumnya. Relatif baiknya sektor ini terutama didorong oleh peningkatan sub sektor telekomunikasi yang tumbuh mencapai 6,53% (qtq) dan sub sektor pengangkutan tercatat tumbuh sebesar
Laju pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008 diperkirakan sebesar 2,26% (dengan migas) atau 2,80% (tanpa migas).
Pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Selatan secara tahunan (yoy) dari sisi penggunaan didominasi oleh konsumsi dan investasi.
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
3
4,25% (qtq). Hal ini didorong oleh: (1) terjadinya lonjakan permintaan jasa telekomunikasi ditengah bertambahnya operator seluler dan meningkatnya kompetisi antar operator, (2) meningkatnya frekuensi arus barang dan jasa serta penumpang terkait dengan perayaan Idul Fitri, dan moment libur panjang pada perayaan natal serta tahun baru. Pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Selatan secara tahunan (yoy) dari sisi penggunaan didominasi oleh konsumsi dan investasi. Pertumbuhan konsumsi tercatat sebesar 1,99% (yoy). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi swasta nirlaba, serta konsumsi pemerintah masing-masing tercatat sebesar 1,17%, 4,58% dan 7,86%. Kontribusi konsumsi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tercatat paling tinggi yakni mencapai 68,66%.
Berdasarkan kelompok sektor, PDRB Sumatera Selatan masih ditopang oleh sektor primer yakni sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 42,25%. Pangsa sektor primer tersebut sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 44,38%. Penurunan pangsa di sektor primer ini terjadi pada sektor pertanian dari sebesar 21,93% menjadi 18,39%. Sektor sekunder mengalami peningkatan pangsa menjadi 25,68% dari triwulan sebelumnya yang sebesar 25,05%. Pangsa sektor tersier juga sedikit meningkat dari sebesar 30,58% pada triwulan sebelumnya menjadi 32,08%. Ekspor Sumatera Selatan selama tiga bulan terakhir (data hingga Sept-Nov 2008) tercatat sebesar USD653,21 juta atau menurun sebesar 10,55% (yoy). Sementara itu dibandingkan periode triwulan sebelumnya (qtq), nilai ekspor tercatat menurun sebesar 8,08 % dari sebesar USD710,63 juta. Berdasarkan komoditas, pangsa nilai ekspor terbesar dicatat oleh komoditas karet yakni sebesar 73,98 %.
Realisasi impor periode triwulan IV tercatat sebesar USD81,74 juta, meningkat sebesar 55,92% (yoy). Dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq) terjadi peningkatan impor sebesar 47,05% dari sebesar USD55,59 juta. Peningkatan nilai impor secara triwulanan ini terkait dengan meningkatnya impor pupuk dan bahan kimia yang banyak digunakan untuk menunjang sektor pertanian.
PDRB Sumatera Selatan masih ditopang oleh sektor primer yakni sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 44 38 persen
Ekspor Sumatera Selatan menurun, sedangkan Impor meningkat secara tahunan
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
4
Perkembangan Inflasi
Inflasi tahunan kota Palembang pada triwulan IV 2008 mencapai 11,15 persen (yoy), mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 14,19 persen. Inflasi Kota Palembang secara bulanan (mtm) pada bulan Desember 2008 tercatat sebesar 0,19 persen. Penurunan inflasi ini disebabkan oleh jatuhnya harga komoditas yang menyebabkan penurunan pendapatan dan daya beli masyarakat, dan kebijakan pemerintah dalam hal penurunan harga BBM.
Berdasarkan kelompok barang, kelompok bahan makanan mencatat inflasi tahunan yang tertinggi yaitu 15,90%. Urutan kedua dan ketiga dicatat oleh kelompok perumahan, air, listrik & bahan bakar serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau mg-masing sebesar 13,66% dan 12,86%. Di sisi lain, inflasi terendah terjadi pada kelompok transportasi dan komunikasi serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga masing-masing sebesar 4,38% dan 6,70%. Berdasarkan Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KBI Palembang, terdapat tendensi penurunan harga barang/komoditas sebesar 10,42% dibandingkan triwulan sebelumnya. Setelah mengalami tren kenaikan harga secara terus-menerus sejak awal tahun 2008, tendensi penurunan harga terjadi pada bulan Oktober dan November 2008, mengikuti penurunan harga komoditas di pasar internasional yang menurunkan pendapatan per kapita propinsi Sumatera Selatan.
Perkembangan Perbankan Daerah
Total aset perbankan Sumatera Selatan meningkat sebesar 12,82% (yoy) atau sebesar 4,13% (qtq) menjadi Rp37,11 triliun. Peningkatan yang tinggi tersebut berasal dari peningkatan DPK bank Pemerintah yang secara triwulanan meningkat sebesar 12,52%. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat sebesar 19,46% (yoy) atau 8,66% (qtq) menjadi Rp28,84 triliun. Peningkatan DPK tersebut terutama dikontribusikan oleh peningkatan simpanan berjangka yang meningkat sebesar 38,91% (yoy) dan 26,91% (qtq), yang antara lain disebabkan oleh : (1) adanya krisis
Inflasi tahunan tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan yakni sebesar 15,90%.
Kinerja perbankan di Propinsi Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008 (November 2008) dilihat dari beberapa variabel menunjukkan perkembangan positif sekaligus menunjukkan respon masyarakat dan investor akibat krisis global
Inflasi tahunan kota Palembang pada Triwulan IV 2008 menurun menjadi 11,15% (yoy).
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
5
global yang membuat investor cenderung menghindari risiko, (2) adanya peningkatan suku bunga simpanan, (3) adanya peningkatan jaminan simpanan dari LPS sampai dengan Rp2 Miliar. Peningkatan yang masif tersebut juga membuat komposisi DPK didominasi oleh simpanan berjangka. Penyaluran kredit/pembiayaan mengalami peningkatan sebesar 32,51% (yoy) atau sebesar 0,02% (qtq). Meningkatnya penyaluran kredit/pembiayaan ini terutama terkait dengan peningkatan kredit di sektor pertambangan dan sektor pertanian masing-masing sebesar 1.066,94% dan 49,64% (yoy). Kendati pertumbuhan triwulanan sangat lemah, namun secara tahunan, tidak terdapat satu sektor ekonomi pun yang mengalami penurunan jumlah kredit. Kredit investasi mengalami peningkatan tertinggi yaitu sebesar 47,78% (yoy) menjadi sebesar Rp4,83 triliun. Kredit modal kerja dan kredit konsumsi mencatat pertumbuhan masing-masing sebesar 21,56% dan 39,78% (yoy). Kendati demikian, penyaluran kredit/pembiayaan untuk modal kerja tercatat mengalami penurunan sebesar 4,42% (qtq). Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat sebesar 76,17%, menurun dari triwulan sebelumnya yang sebesar 82,76%. Realisasi kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) tercatat mengalami peningkatan sebesar 36,55% (yoy) atau 1,32% (qtq). Berdasarkan penggunaan, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kredit konsumsi sebesar 39,00%(yoy) atau 2,29% (qtq). Kemudian diikuti oleh kredit modal kerja dan kredit investasi masing-masing sebesar 34,79% dan 31,95% (yoy). Berdasarkan plafon kredit, realisasi penyaluran kredit kecil mencatat pertumbuhan tertinggi baik secara tahunan maupun triwulanan. Rata-rata suku bunga simpanan mengalami penurunan, sedangkan rata-rata suku bunga pinjaman mengalami peningkatan. Rata-rata suku bunga simpanan tercatat sebesar 9,18%, sedangkan rata-rata tingkat suku bunga pinjaman tercatat sebesar 15,85%. Hal ini menyebabkan spread suku bunga kembali ke kisaran 6,67% setelah pada triwulan sebelumnya mencapai 2,05%. Berdasarkan lamanya simpanan, suku bunga simpanan 1 bulan masih tercatat sebagai suku bunga paling tinggi yakni sebesar 10,08%, sedangkan suku bunga simpanan 24 bulan tercatat sebagai yang terendah yaitu sebesar 7,00%. Hal ini menunjukkan ekspektasi
Sebaran suku bunga semakin melebar setelah sebelumnya menyempit hingga mencapai 2,05%
Perkembangan kredit secara triwulanan sangat lambat, hanya sebesar 0,02% (perbankan) dan 1,32% (UMKM)
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
6
penurunan suku bunga di masa depan. Suku bunga kredit yang tertinggi dan mencatat peningkatan tertinggi pada triwulan IV 2008 adalah suku bunga kredit modal kerja yaitu sebesar 17,18%. NPL dan undisbursed loan mengalami peningkatan, sedangkan rasio likuiditas menurun. NPL gross pada triwulan IV 2008 (November 2008) tercatat sebesar 1,85% dari total kredit yang disalurkan, meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 1,77%. Sementara itu, NPL net tercatat sebesar 0,75 % dari total kredit, meningkat dari triwulan yang lalu yang sebesar 0,40 %. NPL gross terbesar masih bersumber dari sektor perdagangan, hotel dan restoran (29,51%) dan sektor konstruksi (20,92%). Undisbursed loan (kredit yang belum direalisasikan oleh debitur) pada triwulan IV 2008 tercatat sebesar 17,85% dari plafon kredit yang disetujui oleh perbankan, meningkat baik secara tahunan maupun triwulanan. Risiko likuiditas bank umum masih tergolong sangat likuid dengan rasio likuiditas sebesar 113,52%. Namun demikian, rasio tersebut menurun baik dibandingkan tahun sebelumnya maupun triwulan sebelumnya yang masing-masing tercatat sebesar 179,90 % dan 128,19 %. Perkembangan perbankan umum Syariah menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Pada triwulan IV 2008 (data November 2008) total aset tercatat sebesar Rp1.089,66 miliar, meningkat sebesar 35,47% (yoy) atau sebesar 5,43% (qtq). Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp613,50 miliar, meningkat 18,12% (yoy) atau sebesar 3,45% (qtq). Penyaluran pembiayaan secara tahunan (yoy) juga mengalami peningkatan yang tinggi yakni sebesar 50,45% (yoy) namun hanya meningkat 1,77% (qtq) dengan pangsa terbesar dicapai oleh piutang murabahah, yaitu sebesar 61,17%. Finance to Deposit Ratio (FDR) meningkat dari sebesar 127,83% pada triwulan sebelumnya menjadi 157,23%.
Perkembangan Keuangan Daerah
Realisasi penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2008 mencapai 94,80%. pencapaian penerimaan pada tahun ini secara nominal mengalami peningkatan sebesar 16,16% dibandingkan realisasi penerimaan APBD pada tahun 2007. Realisasi penerimaan
Realisasi penerimaan APBD Sumatera Selatan 2008 mencapai 94,80%.
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
7
dari komponen Dana Perimbangan tercatat sebesar Rp1.390,32 miliar atau menyumbang sebesar 56,04% dari total realisasi penerimaan.
Realisasi belanja Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2008 mencapai 82,91%, dengan realisasi belanja terbesar pada pos belanja langsung yang mencapai 59,28% dari total belanja dan terealisasi sebesar 85,85% dari anggaran tahun 2008. Pada pos belanja langsung, komponen belanja modal masih tercatat sebagai pengeluaran paling besar yang mencapai 56,70%. Besarnya pengeluaran untuk belanja modal mengindikasikan bahwa tingginya komitmen pemerintah daerah yang direpresentasikan dengan bergulirnya berbagai proyek pembangunan infrastruktur yang tersebar di seluruh pelosok wilayah Sumatera Selatan.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Perputaran kliring di Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008 menunjukkan penurunan baik secara tahunan maupun triwulanan yang mengindikasikan menurunnya transaksi non tunai. Jumlah warkat yang dikliringkan tercatat sebanyak 155.642 lembar dengan nominal sebesar Rp5,84triliun. Volume warkat menurun 12,86% (yoy) dan 22,30% (qtq). Secara triwulanan, jumlah nominal kliring menurun 19,55% (qtq) meskipun secara tahunan meningkat tipis sebesar 2,87% (yoy).
Kegiatan perkasan KBI Palembang mencatat terjadinya penurunan baik inflow maupun outflow, yang mengindikasikan menurunnya transaksi tunai. Inflow tercatat sebesar Rp1,10 triliun, menurun sebesar 37,99% (yoy) atau 22,26% (qtq). Outflow tercatat sebesar Rp2,05 triliun, menurun sebesar 27,92% (yoy) atau 17,88% (qtq). Net-outflow selama triwulan IV 2008 sebesar Rp0,95 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya maupun tahun sebelumnya.
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Jumlah pengangguran mengalami peningkatan dari 206,971 orang menjadi 207,288 orang. Jumlah angkatan kerja tercatat sebanyak 3.453.238 orang atau meningkat sebesar 0,18% dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya jumlah angkatan
Realisasi belanja Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan tercatat sebesar 82,91%
Perkembangan sistem pembayaran menunjukkan penurunan transaksi tunai dan non tunai.
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
8
kerja yang relatif tidak sepenuhnya dapat diikuti oleh penyerapan tenaga kerja ke dalam sektor-sektor usaha yang ada terkait dengan situasi bisnis yang kurang kondusif akibat adanya krisis finansial global. Berdasarkan sektor ekonomi, konsentrasi tenaga kerja masih terdapat di sektor pertanian yang menyerap 55,49% tenaga kerja. Daya serap sektor sekunder (manufaktur) pada triwulan IV sebesar 9,33%. Sektor industri memberi kontribusi paling besar dalam sektor manufaktur ini yakni mencapai 5,61%, kemudian disusul sektor konstruksi sebesar 3,52%. Kontribusi sektor tersier (jasa) tercatat meningkat menjadi 34,12%. Sektor perdagangan masih merupakan sektor dengan daya serap terbesar setelah pertanian. Secara umum dapat disebutkan bahwa sampai saat ini transformasi tenaga kerja dari sektor primer yang produktivitasnya rendah ke sektor sekunder dan tersier yang produktivitasnya lebih tinggi masih berjalan lamban. Pendapatan regional per kapita atas dasar harga berlaku (dengan migas) Propinsi Sumatera Selatan menurun drastis sebesar 12,96% (qtq) menjadi sebesar Rp.3.807.053. Jika tanpa memperhitungkan komponen migas, pendapatan per kapita juga menurun sebesar 8,05% yaitu dari Rp2.890.656 menjadi Rp2.657.878. Dengan mengeliminasi faktor perubahan harga, pendapatan perkapita atas dasar harga konstan 2000 (dengan migas) pada triwulan IV mencapai Rp1.697.078. Angka ini mengalami penurunan sebesar 5,53% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1.796.483. Hasil survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Palembang mengkonfirmasi terjadinya penurunan pendapatan perkapita masyarakat Sumatera Selatan. Nilai tukar petani pada triwulan IV 2008 (November 2008) mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya sampai pada level defisit yaitu dari sebesar 102,24 menjadi sebesar 96,45. Penurunan nilai tukar terjadi karena penurunan indeks harga yang diterima petani melebihi kenaikan indeks harga yang dibayar petani. Indeks yang diterima petani mengalami koreksi cukup tajam dari 116,79 pada triwulan sebelumnya menjadi 110,97, sedangkan indeks yang dibayar petani mengalami sedikit kenaikan dari 114,23 menjadi 115,05.
Pendapatan perkapita (dengan migas) anjlok sebesar 12,96% (qtq)
Nilai tukar petani menurun hingga level defisit
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
9
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2009 diperkirakan berada pada kisaran 0,29 ± 1% (yoy) atau secara triwulanan diperkirakan terkontraksi sebesar 2,32 ± 1% (qtq). Selain faktor siklikal, angka proyeksi pertumbuhan triwulanan didasarkan pada beberapa faktor yakni realisasi belanja pemerintah daerah yang masih sangat rendah di awal tahun, penurunan tingkat permintaan masyarakat dibandingkan triwulan sebelumnya serta melemahnya permintaan dunia atas komoditas unggulan propinsi Sumatera Selatan. Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan masih dapat ditopang oleh permintaan domestik. Stimulus pada permintaan domestik diperkirakan berasal dari: (1) adanya kegiatan-kegiatan politik terkait dengan Pemilihan Umum 2009 yang berpotensi mempertahankan tingkat permintaan dari kelompok grass-root, (2) sinyal dari pemerintah untuk mempercepat realisasi APBD pada triwulan pertama, sehingga stimulus pertumbuhan yang berasal dari kebijakan pemerintah diprediksi lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, (3) dimulainya musim panen yang menyerap tenaga kerja secara temporer, (4) relatif rendahnya tingkat inflasi dan adanya penurunan harga BBM yang dapat mempertahankan daya beli masyarakat. Diperkirakan inflasi tahunan pada triwulan I 2009 akan turun menjadi 9,88 ± 1% (yoy), sedangkan inflasi triwulanan diperkirakan akan mencapai 2,01 ± 1% (qtq). Tekanan inflasi yang berasal dari perubahan biaya juga diperkirakan akan menurun yang disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: (1) permintaan domestik yang menurun menyusul adanya penurunan daya beli masyarakat sehubungan dengan krisis global, (2) nilai tukar Rupiah yang relatif stabil pada masa krisis global dan adanya ekspektasi apresiasi Rupiah pada tahun 2009, (3) penurunan harga BBM oleh pemerintah. Walaupun perekonomian masih lesu, kinerja perbankan pada triwulan I 2009 diperkirakan akan cukup baik. Hal ini didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut: (1) penurunan BI rate sebesar 75 basis poin (akumulasi) dalam dua bulan berturut-turut berikut ekspektasi penurunan yang lebih lanjut dimasa depan diperkirakan akan tetap meningkatkan ekspansi kredit sebesar 7,44% ± 1% (qtq)
Pertumbuhan ekonomi tw I 2009 diprediksi sebesar 0,29±1% (yoy)
Inflasi tw I 2009 diprediksi sebesar 9,88±1% (yoy)
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
10
(2) meskipun persentase NPL diperkirakan akan meningkat sehubungan dengan menurunnya pendapatan masyarakat, hal tersebut diprediksi hanya akan bersifat temporer terkait dengan ekspektasi penurunan suku bunga di masa depan, (3) pencapaian Indonesia atas indikator-indikator makroekonomi tahun 2008 yang relatif baik dan stabil dibandingkan negara-negara lainnya, berikut tingkat suku bunga yang relatif tinggi, dapat membuat penanaman modal di Indonesia cukup atraktif di mata investor asing pada tahun 2009.
1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Tahunan
Laju pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008
diperkirakan sebesar 2,26% (dengan migas) atau 2,80% (tanpa migas). Laju pertumbuhan
ekonomi tahunan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,23% (dengan migas) dan sebesar 6,10%
(tanpa migas). Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 tercatat sebesar
Rp58,08 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 5,10% dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Grafik 1.1 PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Propinsi Sumsel ADHK 2000 Dengan Migas
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan Menurunnya laju pertumbuhan ekonomi Sumsel terkonfirmasi dari hasil survei bisnis
yang mengisyaratkan terjadinya penurunan aktivitas ekonomi di Sumatera Selatan sebagai
dampak langsung maupun tidak langsung dari krisis finansial global, yang tercermin dari
menurunnya permintaan dan omset penjualan/produksi perusahaan. Sementara itu, pelaku
usaha di industri pengolahan berbasis sumber daya alam (SDA) dan berorientasi pasar
ekspor, khususnya karet, batu bara, dan minyak bumi, pada triwulan IV 2008 sedang
menghadapi situasi penurunan harga komoditas di pasar dunia. Berdasarkan hasil estimasi,
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1
14.1214 .06
14.36
15 .23
14 .43
2 .26
5.234 .97
8 .177 .01
13 .40
13 .60
13 .80
14 .00
14 .20
14 .40
14 .60
14 .80
15 .00
15 .20
15 .40
Tw. IV Tw. I Tw. II Tw . III Tw . IV
2007 2008
Rp
Trili
un
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pers
en
Nomina l PDRB Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy)
Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Propinsi Sumatera
Selatan Atas Dasar Harga Konstan
(ADHK) 2000 pada triwulan IV 2008
diperkirakan sebesar Rp14,43 triliun
(dengan migas) atau Rp11,08 triliun
(tanpa migas). Sementara itu PDRB
atas dasar harga berlaku tercatat
sebesar Rp32,09 triliun (dengan
migas) atau Rp22,49 triliun (tanpa
migas).
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
12
pengaruh harga komoditas dunia tersebut terbukti sensitif dalam mempengaruhi PDRB
sektoral (lihat Suplemen 2. Pengaruh melemahnya harga komoditas dunia terhadap
PDRB perkebunan Sumatera Bagian Selatan)
Dampak krisis juga dirasakan oleh pelaku usaha melalui nilai tukar Rupiah yang
terdepresiasi terhadap US Dollar yang menyebabkan meningkatnya harga bahan baku yang
diimpor. Para pelaku usaha memprediksikan bahwa krisis finansial global masih akan
berdampak terhadap perekonomian tahun 2009. Kondisi tersebut mempengaruhi secara
negatif pencapaian usaha, keputusan investasi, dan penyerapan tenaga kerja di tahun
2009. Secara konsisten, tidak terdapat rencana investasi yang akan dilakukan di tahun
2009, para pelaku usaha ingin terlebih dahulu mencermati perkembangan perekonomian,
khususnya kestabilan nilai tukar (lihat Suplemen 1. Kondisi Usaha di Tengah Krisis:
Perspektif Pengusaha).
Kinerja perekonomian sektoral
ditandai oleh pertumbuhan tahunan
tertinggi pada sektor pengangkutan
dan komunikasi yang tumbuh
sebesar 13,79%, yang pada tahun
sebelumnya (triwulan IV 2007)
tercatat tumbuh sebesar 14,77%.
Kemudian diikuti oleh sektor
keuangan, persewaan, dan jasa
keuangan sebesar 7,97%, serta
sektor jasa-jasa sebesar 7,72%.
Sebaliknya, sektor ekonomi yang
mengalami penurunan/kontraksi
pertumbuhan secara tahunan
adalah sektor pertanian dan sektor
industri pengolahan yakni masing-
masing sebesar 1,60% dan 1,25%.
Kontraksi pertumbuhan yang terjadi pada kedua sektor tersebut diyakini sebagai dampak
penurunan harga-harga komoditas ekspor Sumatera Selatan karena krisis global.
Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy) Sektoral
PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) 2007 2008 Lapangan
Usaha Tw. IV Tw. I Tw.II Tw. III Tw. IV
Pertanian 10.26 12.18 3.37 3.44 -1.60
Pertambangan dan Penggalian
1.55 2.49 0.64 2.05 0.97
Industri Pengolahan
2.95 5.55 4.68 4.91 -1.25
Listrik, Gas & Air Bersih
7.95 7.22 6.83 4.00 0.68
Bangunan 8.16 7.59 6.10 5.85 5.13
Perdagangan, Hotel & Restoran
10.50 10.52 7.21 6.90 4.05
Pengangkutan & Komunikasi
14.77 15.55 12.80 13.63 13.79
Keu., Persewaan & Jasa Perusahaan
10.05 9.94 7.90 8.76 7.97
Jasa-jasa 13.96 14.64 12.76 10.74 7.72
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
13
KONDISI USAHA DI TENGAH KRISIS: PERPEKTIF PENGUSAHA*
Aktivitas ekonomi di Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008 mengalami penurunan sebagai dampak langsung maupun tidak langsung dari krisis global. Hal tersebut tercermin dari menurunnya permintaan dan omset perusahaan yang secara simultan mempengaruhi pendapatan masyarakat. Walaupun demikian, pada triwulan IV 2008 dampak tersebut secara umum masih relatif kecil karena masih terdapat kontrak penjualan dengan harga lama dan adanya fluktuasi konsumsi domestik dalam jangka pendek, sehingga masih dapat disiasati dengan efisiensi penggunaan energi tanpa menambah jumlah pengangguran secara signifikan. Namun, pemakaian tenaga kerja lepas sudah mulai dikurangi untuk meminimalkan biaya operasional. Dampak krisis global diprediksi akan masih terasa sampai dengan Semester I 2009.
Dampak krisis juga dirasakan oleh pelaku usaha melalui nilai tukar Rupiah yang terdepresiasi terhadap US Dollar, sehingga menyebabkan meningkatnya harga bahan baku impor. Namun, pada triwulan IV 2008 efek tersebut juga belum sepenuhnya dirasakan mengingat kontrak masih didasarkan atas harga pada periode-periode sebelumnya.
Para pelaku usaha berekspektasi bahwa krisis finansial global masih menyebabkan lesunya keadaan perekonomian tahun 2009. Umumnya pelaku usaha mengatakan, tidak terdapat rencana investasi yang secara pasti akan dilakukan pada 2009, pelaku usaha ingin terlebih dahulu mencermati perkembangan perekonomian, khususnya kestabilan nilai tukar. Harga jual dan margin pada tahun 2009 juga diperkirakan akan menurun.
Permintaan domestik beberapa pelaku usaha mengalami perubahan yang bervariasi. Penjualan barang kebutuhan pokok masih menunjukkan peningkatan tahunan dalam batas wajar, sebaliknya penjualan produk otomotif dan elektronik mengalami penurunan drastis. Beberapa department store mengalami penurunan omset penjualan berkisar 40%-50%. Sementara itu, penjualan produk pakaian dan semen cenderung tetap, dan sektor industri pengolahan mengalami sedikit penurunan permintaan domestik. Permintaan terhadap jasa pergudangan secara umum mengalami penurunan dalam kategori normal pada kisaran 10%. Meningkatnya suku bunga kredit dan penurunan pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju yang biasanya sebagai pembeli barang-barang ekspor dari Sumatera Selatan telah mengakibatkan adanya stagnasi aliran barang-barang/turnover barang menjadi menurun.
Jumlah penggunaan tenaga kerja di beberapa pelaku usaha tidak mengalami perubahan yang berarti. Efisiensi dalam pemakaian tenaga kerja disiasati melalui pengaturan jam kerja tenaga kerja paruh waktu, namun belum menyebabkan PHK bagi tenaga kerja tetap. Menurut Disnakertrans Sumatera Selatan, sampai saat ini belum terlihat gejolak signifikan pada bidang ketenagakerjaan di Sumatera Selatan terkait dengan krisis global. Menurut Disnakertrans, masih terdapat peluang kerja di luar negeri, misalnya di Afrika Selatan yakni di bidang kontruksi, sehubungan negara tersebut akan menjadi tuan rumah Piala Dunia, sedangkan di Jepang masih membutuhkan tenaga suster/perawat dalam jumlah yang cukup banyak namun hanya dapat terpenuhi sebagian kecil karena kendala bahasa dan biaya keberangkatan.
Suplemen 1
*) Diperoleh dari hasil Business Survey yang merupakan kegiatan pemantauan kondisi usaha dengan mewawancarai langsung pelaku usaha
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
14
Kondisi investasi perusahaan pelaku usaha tidak mengalami perubahan. Salah satu pelaku usaha mengemukakan bahwa pada tahun 2008 investasi yang dilakukan tidak optimal karena adanya kenaikan suku bunga kredit. Untuk tahun 2009, hanya beberapa pelaku usaha yang berencana meningkatkan investasi, namun sulit untuk memastikan investasi tersebut karena sangat bergantung dari perkembangan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar.
Secara umum, tidak terdapat kendala teknis dari pembiayaan perbankan bagi dunia usaha. Walaupun beberapa pelaku usaha mengkhawatirkan adanya perubahan suku bunga kredit terkait dengan BI rate yang sempat mengalami kenaikan beberapa waktu lalu.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
15
Selama triwulan IV 2008, sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami
pertumbuhan yang cukup signifikan terutama ditopang oleh sub sektor komunikasi yang
tumbuh sebesar 23,13%. Pertumbuhan di sub sektor komunikasi terutama didorong oleh
terus bertambahnya operator, semakin beragamnya layanan komunikasi dan gencarnya
para operator komunikasi selular melakukan promo yang menjurus kepada perang tarif
layanan jasa telekomunikasi. Selain itu juga, para operator berupaya memperluas jangkauan
layanan mereka hingga ke seluruh wilayah Sumatera Selatan.
Sub sektor pengangkutan tumbuh sebesar 8,00%, atau mengalami peningkatan
pertumbuhan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
7,06%. Kondisi usaha di sub sektor pengangkutan tumbuh cukup baik pada triwulan ini
terutama terkait dengan meningkatnya frekuensi arus barang dan jasa sehubungan
dengan perayaan Idul Fitri, Natal, dan liburan akhir tahun ini.
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa
masing-masing tercatat tumbuh sebesar 7,97% dan 7,72%. Namun demikian, apabila
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan sebelumnya ternyata
mengalami perlambatan yang disebabkan oleh lesunya perekonomian secara makro.
Sektor bangunan serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR)
masing-masing tercatat tumbuh sebesar 5,13% dan 4,05%. Dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, pertumbuhan tahunan di kedua sektor tersebut tercatat mengalami
perlambatan terutama pada sub sektor perdagangan besar dan eceran yang pada triwulan
sebelumnya tercatat tumbuh sebesar 6,90%. Sementara itu, sub sektor hotel & restoran
pada triwulan IV 2008 mengalami pertumbuhan tahunan yang relatif tinggi dibandingkan
dengan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya, masing-masing sebesar 16,33%
dan 14,71%.
Sektor pertambangan dan penggalian tercatat mengalami pertumbuhan
tahunan sebesar 0,97%, menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya tercatat
sebesar 2,05%. Rendahnya pertumbuhan tahunan di sektor ini terutama disebabkan oleh
stagnannya pertumbuhan tahunan sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi yang
tercatat sebesar 0,23%. Relatif kecilnya pertumbuhan sektor ini erat kaitannya dengan
semakin terbatasnya kegiatan eksplorasi & produksi, sementara sumur-sumur minyak yang
saat ini diandalkan semakin menurun produktivitasnya.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
16
Sektor listrik, gas dan air bersih (LGA) mencatat pertumbuhan relatif rendah
yaitu sebesar 0,68%. Rendahnya pertumbuhan ekonomi di sektor ini terutama disebabkan
oleh terkontraksinya pertumbuhan di sub sektor listrik yakni sebesar 1,25% jauh di bawah
pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,64%. Secara keseluruhan, sub
sektor penopangnya yakni sektor listrik, air, dan gas, mengalami perlambatan pertumbuhan
pada triwulan ini. Namun di sisi lain, sub sektor gas kota dan sub sektor air bersih tercatat
mengalami pertumbuhan sebesar 4,17% dan 9,60%.
Selain kelima sektor ekonomi di atas, dua sektor unggulan Sumatera Selatan yakni
sektor pertanian dan sektor industri pengolahan tercatat mengalami kontraksi pertumbuhan
masing-masing di atas 1%. Kondisi sektor industri pengolahan tercatat mengalami
kontraksi pertumbuhan secara tahunan sebesar 1,25%. Kontraksi pertumbuhan yang terjadi
terutama disebabkan oleh turunnya pertumbuhan ekonomi tahunan sub sektor industri
pengolahan tanpa migas yang mencapai 2,15%. Semakin banyaknya kompetitor yang
bergerak dalam industri ini dan tidak diimbangi oleh jumlah bahan baku yang semakin
terbatas, merupakan salah satu penyebab beberapa perusahaan mengalami kerugian.
Selain itu, krisis global juga telah menurunkan produksi industri pengolahan.
Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang mengalami kontraksi paling
tinggi yakni sebesar 1,60% atau mengalami penurunan yang cukup signifikan apabila
dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
Grafik 1.2Perkembangan Jumlah Konsumsi BBM
Propinsi Sumsel
139.92154.56141.45
132.00134.74
167.61161.78 167.05189.68 190.25
54.2757.3762.97 31.1046.36
-20406080
100120140160180200
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2007 2008
Rib
u Li
ter
Premium Solar M. Tanah
Sumber: Pertamina UPMS II Palembang
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
17
3,44%. Kondisi krisis yang berkepanjangan telah menyebabkan hampir seluruh sektor
industri di dunia mengalami kelesuan yang pada gilirannya menyebabkan permintaan
bahan baku industri dari negara berkembang seperti Indonesia mengalami penurunan. Di
sektor tanaman bahan makanan, pada triwulan IV ini sebagian besar daerah produsen
beras masih belum memasuki masa musim panen. Musim panen diperkirakan akan terjadi
pada akhir triwulan I 2009. Tercatat tiga sub sektor penopang sektor pertanian mengalami
kontraksi pertumbuhan, yaitu sub sektor kehutanan, sub sektor tanaman perkebunan, dan
sub sektor bahan makanan yang masing-masing terkontraksi sebesar 2,17%, 2,96%, serta
4,02%. Trend menurunnya pertumbuhan sub sektor perkebunan telah terdeteksi sejak
akhir triwulan III 2008 yang ditandai dengan turunnya harga komoditas unggulan Sumatera
Selatan secara berangsur-angsur di pasar internasional seperti CPO dan karet. Krisis di AS
telah menyebabkan para importir sawit menahan pembelian sehingga harga Tandan Buah
Segar (TBS) di tingkat petani mengalami penurunan.
1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Triwulanan
Secara triwulanan (qtq), pertumbuhan
ekonomi Sumatera Selatan
diperkirakan mengalami kontraksi
pertumbuhan sebesar 5,23% (dengan
migas) atau sebesar 6,85% (tanpa
migas). Beberapa indikator seperti
jumlah arus penumpang dan barang,
konsumsi listrik, serta perkembangan
konsumsi semen mengkonfirmasi hal
tersebut.
Kinerja ekonomi sektor
pengangkutan dan komunikasi
tumbuh paling tinggi yakni sebesar 5,18% dibandingkan triwulan sebelumnya. Relatif
baiknya sektor ini terutama didorong oleh peningkatan sub sektor telekomunikasi yang
tumbuh mencapai 6,53%, melebihi pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang hanya
sebesar 5,77%.
Grafik 1.3 PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB
Propinsi Sumsel ADHK 2000 Dengan Migas
14.47
14.12 14.06
14.36
15.23
6.09
2.12
(0.40)
(2.48)
5.83
13.40
13.60
13.80
14.00
14.20
14.40
14.60
14.80
15.00
15.20
15.40
Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III
2007 2008
Rp
Trili
un
(3.00)
(2.00)
(1.00)
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
Pers
en
Nominal PDRB Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy)
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
18
Bertambahnya jumlah operator
dan perang tarif di tengah
persaingan industri komunikasi
seluler diyakini telah menjadi
pemicu lonjakan permintaan.
Selain penyedia layanan telepon
tetap (fixed phone) yang telah
lama hadir, pada saat ini
setidaknya terdapat 4 operator
seluler berbasis teknologi Global
System for Mobile (GSM) dan 5
operator seluler berbasis teknologi
Code Division Multiple Access
(CDMA) yang melayani kebutuhan
komunikasi masyarakat Sumatera
Selatan.
Sub sektor pengangkutan tercatat tumbuh sebesar 4,25% (qtq). Meningkatnya
frekuensi arus barang dan jasa serta penumpang terkait dengan perayaan Idul Fitri yang
jatuh pada awal bulan Oktober, moment libur panjang pada perayaan natal dan liburan
sekolah serta perayaan tahun baru menjadi penyebab tumbuhnya kinerja triwulanan sub
sektor pengangkutan, baik angkutan darat, laut maupun udara.
Kondisi sektor bangunan sampai dengan triwulan IV 2008 masih cukup baik
dengan tingkat pertumbuhan triwulanan sebesar 1,29%. Kondisi pertumbuhan triwulanan
pada saat ini cenderung menurun dibandingkan dengan pertumbuhan triwulanan pada
triwulan sebelumnya sebesar 3,78%. Menurunnya kinerja sektor bangunan ini sangat erat
kaitannya dengan krisis ekonomi yang mempengaruhi kinerja para pengembang, terkait
dengan meningkatnya harga bahan bangunan hingga 40%, yang mengharuskan para
pengembang untuk mengkalkulasi ulang realisasi bisnisnya.
Tabel 1.2Laju Pertumbuhan Triwulanan (qtq) Sektoral
PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) 2007 2008 Lapangan
Usaha Tw. III Tw. I Tw.II Tw. III Tw. IV
Pertanian (16.47) (0.16) 6.95 15.97 (20.54)
Pertambangan dan Penggalian
1.80 (1.25) 0.48 1.02 0.73
Industri Pengolahan
1.25 (1.04) 0.40 4.29 (4.70)
LGA 1.92 (0.60) 1.41 1.22 (1.33)
Bangunan 1.99 (1.38) 1.41 3.78 1.29
PHR (1.18) (0.48) 2.54 6.01 (3.82)
Pengangkutan & Komunikasi
5.03 (0.06) 1.25 6.91 5.18
Keu., Persewaan & Jasa Perusahaan
0.99 4.01 0.74 2.78 0.26
Jasa-jasa 4.07 1.74 0.49 4.08 1.23
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
19
Berdasarkan data dari Asosiasi Semen Indonesia, sampai dengan bulan triwulan IV
2008 terjadinya penurunan penjualan semen sebesar 9,16% (qtq). Berdasarkan hasil Survei
Kegiatan Dunia Usaha, kondisi penjualan perumahan di sektor bangunan pada triwulan IV
ini mengalami penurunan dalam kisaran angka 10% yang disebabkan karena masih
tingginya suku bunga KPR.
Sektor jasa-jasa mencatat pertumbuhan triwulanan sebesar 1,23% atau
mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan triwulanan pada triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 4,08%. Dari jasa pelabuhan penyeberangan diperoleh informasi
mengenai terjadinya peningkatan permintaan layanan penyeberangan namun tidak
ditunjang dengan cukup tersedia kapal yang dapat melayani jalur penyeberangan
Palembang-Mentok sehingga menyebabkan terjadinya antrian, penumpukkan barang dan
penumpang, serta keterlambatan distribusi barang ke Pulau Bangka. Di sektor jasa lainnya,
penyedia jasa pergudangan juga mengemukakan bahwa sejak akhir triwulan III 2008 telah
terjadi penurunan turn-over keluar-masuk barang di gudang. Turunnya turn-over
menyebabkan barang-barang cenderung mengalami stagnasi akibat krisis global.
Penurunan turn-over pada akhirnya akan menggerus profit margin perusahaan.
Grafik 1.4 Perkembangan Penumpang Angkutan Laut
Pelabuhan Boom Baru Propinsi Sumsel
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2007 2008
Ora
ng
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
Ton
Arus Penumpang (Axis Kiri) Arus Barang Bongkar Arus Barang Muat
Sumber : PT. Pelindo II Boom Baru, diolah
Grafik 1.5 Perkembangan Konsumsi Semen
Propinsi Sumsel
271,458263,997 266,162
304,015
276,168
(1.55) (2.75)0.82
14.22
(9.16)240,000
250,000
260,000
270,000280,000
290,000
300,000
310,000
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2007 2008
Ton
(15)
(10)
(5)
-5
10
15
20
Pers
en
Jumlah (ton) Pertumbuhan (qtq)
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
20
Sektor pertambangan dan penggalian dan sektor keuangan, persewaan, dan
jasa merupakan sektor ekonomi yang juga mengalami pertumbuhan triwulanan walaupun
tidak begitu besar yakni masing-masing sebesar 0,73% dan 0,26%. Namun demikian,
pertumbuhan secara triwulanan pada triwulan ini lebih rendah bila dibandingkan
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang masing-masing mencatat pertumbuhan
sebesar 1,02% dan 2,78%.
Tendensi penurunan harga batu bara dan juga minyak bumi yang merupakan salah
satu komoditas unggulan Sumsel di pasar internasional semakin memperberat kondisi
usaha pelaku bisnis ditengah kondisi stagnanasi kapasitas produksi yang dialami kedua
komoditas tersebut. Kinerja pertumbuhan produksi batu bara saat ini masih stagnan
dengan produksi per tahun sebesar 10 juta ton. Optimalisasi kapasitas produksi tidak
terpakai sebesar 2 juta ton, tidak dapat dilaksanakan karena terbatasnya pengangkutan ke
pelabuhan. Kondisi pertumbuhan sub sektor pertambangan minyak bumi juga masih relatif
stagnan. Menurunnya harga minyak di pasar internasional diperkirakan akan
mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan yang bergerak di sub sektor ini, apalagi
dari sisi produksi juga mengalami tendensi penurunan sebagai akibat penurunan
produktivitas sumur-sumur minyak di Sumatera Selatan.
Grafik 1.6 Perkembangan Harga Karet
di Pasar Internasional
260.72
228.88248.63
285.23
317.88328.94
220.59
262.95
0
50
100
150
200
250
300
350
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2007 2008
USD/
kg
Sumber: Bloomberg
Grafik 1.7Perkembangan Harga CPO
di Pasar Internasional
716.62 749.56
865.65
1077.91 1095.81
836.97
454.68
556.60
0
200
400
600
800
1,000
1,200
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2007 2008
USD/
Met
rik T
on
Sumber: Bloomberg
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
21
Selain kelima sektor di atas, empat sektor ekonomi lainnya yakni sektor listrik, gas,
dan air bersih, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor industri pengolahan, dan
sektor pertanian tercatat mengalami penurunan pertumbuhan apabila dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya.
Sektor listrik, gas, dan air
bersih mencatat kontraksi pertumbuhan
triwulanan sebesar 1,33% atau
mengalami perlambatan pertumbuhan
dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat tumbuh sebesar 1,22%.
Kontraksi pertumbuhan di sektor ini
terutama disebabkan oleh menurunnya
konsumsi masyarakat terhadap gas
sehingga pertumbuhan di sub sektor gas
mengalami kontraksi sebesar 7,64 %.
Sub sektor listrik pun tercatat mengalami
penurunan sebesar 1,58%.
Grafik 1.8 Perkembangan Harga Batu Bara
di Pasar Internasional
44.25 43.9250.30
72.81
101.10
114.94
79.86
40.98
0
20
40
60
80
100
120
140
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2007 2008
USD
/Met
rik T
on
Sumber: Bloomberg
Grafik 1.9Perkembangan Harga Minyak Bumi
di Pasar Internasional
124.07
63.21
118.33
0
20
40
60
80
100
120
140
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2006 2007 2008
USD/
Barr
el
Sumber: Bloomberg
Grafik 1.10Perkembangan Konsumsi Listrik
Propinsi Sumatera Selatan (juta KWH)
-
100
200
300
400
500
600
700
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2007 2008
Sosial Rumah TanggaBisnisIndustriPemerintahTotal
Sumber : PLN Sumbagsel
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
22
Krisis global diperkirakan menjadi penyebab kontraksi pertumbuhan yang cukup
tinggi di sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) akibat rendahnya daya beli
masyarakat terutama yang berada di pedesaan yang sangat tergantung pada sektor
pertanian sebagai mata pencahariannya. Berdasarkan informasi dari beberapa swalayan di
wilayah Sumatera Selatan diperoleh informasi telah terjadi penurunan rata-rata omset
penjualan sebesar 25% s.d 80%. Penurunan omset khususnya terjadi pada swalayan atau
toko yang menjual produk home appliances dan fashion, khususnya yang berada di luar
Palembang dan mempunyai customer base kalangan petani perkebunan. Penurunan omset
penjualan sudah terasa sejak Oktober 2008 menyusul penurunan harga karet dan sawit
yang begitu tajam yang menyebabkan penurunan pendapatan sebagian masyarakat.
Sektor Industri Pengolahan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 4,70%
dibandingkan triwulan sebelumnya. Kontraksi pertumbuhan di sub sektor industri
pengolahan tanpa migas bahkan mencapai 5,93%. Omset penjualan perusahaan-
perusahaan di industri pengolahan ini mengalami penurunan dalam kisaran 10% akibat
rendahnya harga di pasar internasional. Menurut informasi dari Gabungan Pengusaha
Kelapa Sawit Indonesia, industri pengolahan sawit di Sumatera Selatan saat ini juga sedang
mengalami stagnasi usaha. Hal tersebut disebabkan karena menurunya permintaan CPO
belakangan ini sehingga menyebabkan tangki penimbunan stok berada dalam kapasitas
maksimal dan tidak dapat lagi menerima pasokan bahan baku dari petani. Kondisi tersebut
telah memaksa dirumahkannya sekira 9.800 pegawai harian lepas. Kendala yang dihadapi
oleh sebagian besar pelaku usaha sawit diantaranya adalah : (1) Harga pupuk yang terus
melambung, terutama pupuk impor, (2) Biaya bahan bakar produksi yang relatif masih
tinggi. Dari industri pengolahan karet, tingkat produksi karet alam cenderung menurun
akibat musim hujan (musim gugur daun) sehingga menyebabkan pasokan bahan baku
industri berkurang. Semakin banyaknya kompetitor yang bergerak dalam industri yang tidak
diimbangi oleh jumlah pasokan bahan baku yang semakin terbatas, menyebabkan kenaikan
harga bahan baku karet yang diakui oleh para pengusaha akan menekan profit margin.
Sektor pertanian diperkirakan mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi
triwulanan tertinggi dibanding triwulan III 2008 yakni sebesar 20,54% yang disebabkan
karena menurunnya pertumbuhan triwulanan yang tinggi pada sub sektor tanaman
perkebunan dan sub sektor tanaman bahan makanan yang masing-masing turun sebesar
28,43% dan 27,25%.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
23
Kondisi curah hujan yang tinggi
dalam beberapa waktu terakhir mendorong
produksi buah sawit sehingga
meningkatkan volume produksi di sub
sektor ini. Namun demikian penurunan
harga komoditas sawit di pasar
internasional serta gejolak keuangan di AS
telah menyebabkan harga komoditas sub
sektor ini mengalami penurunan di tingkat
domestik serta menghambat pertumbuhan
secara keseluruhan.
Pada awal triwulan IV 2008, Gabungan Pengusaha Karet Indonesia menyatakan
bahwa secara umum kondisi perkaretan di Sumatera Selatan ini masih cukup baik,
meskipun memang terdapat penurunan produksi dan ekspor yang dipengaruhi oleh faktor
musiman dimana sedang berlangsung musim hujan dan gugur daun, atau masa paceklik
untuk bahan baku. Dalam rangka mengantisipasi dampak dari krisis keuangan di AS,
Gapkindo mengemukakan : (1) menghimbau petani untuk mengurangi frekuensi sadap dari
sehari sekali menjadi 2 hari sekali atau dari 2 hari sekali menjadi 3 hari sekali, sehingga stok
getah karet dapat disimpan di pohon, dan (2) memberi informasi kepada pasar bahwa
Gapkindo Sumatera Selatan akan mengurangi ekspor untuk memberikan opini kepada
pasar agar harga tidak dipermainkan.
Grafik 1.11 Perkembangan Curah Hujan
di Sumatera Selatan
050
100150200250300350400450500
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
tS
ep Okt
Nov
Des Ja
nFe
bM
arA
prM
eiJu
nJu
lA
ugS
ep Oct
Nov
2007 2008
mm
02468101214161820
hari
Curah Hujan Hari Hujan
Sumber: Stasiun Klimatologi Kenten
Grafik 1.12 Pertumbuhan Triwulanan
Kinerja Sub Sektor Pertanian Triwulan IV 2008 (%)
-27.25
5.16
-28.43
-0.60
0.18
Tabama
Perkebunan
Peternakan
Kehutanan
Perikanan
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Grafik 1.13 Kontribusi Sektor Ekonomi ADHK 2000
Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
1 8 .3 9 %
2 3 .8 6 %
1 7 .3 1 %
1 4 .1 2 %
0 .4 8 %
7 .8 9 %
8 .3 7 %
4 .2 1 %
5 .3 8 %
P e r ta n ia n P e r ta m b a n g a nIn d u s t r i L G AB a n g u n a n P H RA n g k u ta n K e u . S e w aJ a s a - ja s a
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
24
Rata-rata harga CPO dunia pada triwulan IV tercatat sebesar USD454,68/metrik ton,
menurun sebesar 47,48% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy).
Apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, harga CPO tercatat mengalami
penurunan sebesar 45,68% dari sebesar USD836,97/metrik ton menjadi sebesar
USD454,68/metrik ton. Sementara itu, harga karet dunia juga menunjukkan trend
penurunan, dimana pada triwulan ini tercatat sebesar USD220,59/kg atau menurun sebesar
11,28% dibandingkan dengan rata-rata harga pada triwulan IV 2007 sebesar
USD248,63/kg atau menurun sebesar 32,94% dibandingkan harga pada triwulan
sebelumnya sebesar USD328,94/kg.
Sub sektor yang mengalami pertumbuhan secara triwulanan pada sektor pertanian
adalah sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya. Sub sektor ini mengalami pertumbuhan
sebesar 5,16% dibandingkan triwulan sebelumnya.
Rendahnya kinerja pertumbuhan triwulanan sub sektor tanaman bahan makanan
pada triwulan IV 2008 karena periode tersebut merupakan masa tanam. Menurut informasi
dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Selatan diperoleh keterangan
bahwa luas tanam dan luas panen padi di Sumatera Selatan pada tahun 2008 masing-
masing tercatat sebesar 738.210 Ha dan 730.133 Ha.
Tabel 1.3Realisasi Luas Tanam (LT) dan Luas Panen (LP) Propinsi Sumatera Selatan (dalam Ha)
LT LP LT LP LT LP LT LP LT LP
1 Palem bang 45 47 5,484 5 845 5,723 86 1,233 6,460 7,0082 M usi Banyuasin 4,765 22,004 17,305 23,050 1,772 13,438 41,181 5,796 65,023 64,2883 Banyuasin 29,391 101,004 31,108 47,725 6,534 29,479 126,721 6,374 193,754 184,5824 Ogan Ilir 267 2,120 36,368 815 8,127 33,684 2,081 10,552 46,843 47,1715 Ogan Kom ering Ilir 7,958 44,487 51,690 18,155 9,454 48,674 43,697 12,099 112,799 123,4156 OKU Tim ur 24,255 41,916 39,552 29,934 5,675 35,750 46,820 5,266 116,302 112,8667 Ogan Kom ering Ulu 1,188 5,086 1,637 3,229 361 1,509 8,792 639 11,978 10,4638 OKU Selatan 4,050 5,416 6,396 3,132 1,134 4,644 6,139 1,179 17,719 14,3719 M uara Enim 4,192 16,262 20,737 7,868 3,360 18,752 22,863 8,685 51,152 51,567
10 Lahat 6,050 13,932 6,564 7,307 4,190 6,665 18,285 4,088 35,089 31,99211 M usi Rawas 11,438 20,861 10,010 14,303 11,940 7,196 21,232 12,067 54,620 54,42712 Pagar Alam 1,556 1,664 1,587 1,748 1,442 1,435 1,679 1,370 6,264 6,21713 Prabumulih 0 799 502 430 23 303 234 222 759 1,75414 Lubuk Linggau 948 784 1,263 1,013 1,141 1,206 623 1,084 3,975 4,08715 Empat Lawang 5,721 5,763 2,177 4,673 2,578 3,650 4,997 1,840 15,473 15,926
Jum lah 101,824 282,145 232,380 163,387 58,576 212,108 345,430 72,494 738,210 730,133
SASARANNo Kabupaten/ Kota Tw I Tw III
TotalTw IV
REALISASITw II
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sumatera Selatan
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
25
1.3 Perkembangan PDRB dari Sisi Penggunaan
Pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Selatan secara tahunan (yoy) dari sisi
penggunaan masih didominasi oleh konsumsi dan investasi. Pertumbuhan konsumsi
tercatat sebesar 1,99% (yoy). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi swasta
nirlaba, serta konsumsi pemerintah masing-masing tercatat sebesar 1,17%, 4,58% dan
7,86%. Namun demikian, seperti terkonfirmasi oleh Survei Konsumen Palembang, keyakinan
konsumen terhadap kondisi perekonomian pada triwulan IV 2008 berada pada kisaran
pesimis yakni di bawah 100 (lihat Suplemen 4. Indeks Keyakinan Konsumen Palembang
Meningkat).
Tabel 1.4
Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Menurut Penggunaan Tahun 2007 –2008 (%)
2007
IV I II III IV
1. Konsumsi Rumah Tangga 6.92 7.36 7.04 9.52 1.17
2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 7.77 8.36 8.38 7.47 4.58
3. Konsumsi Pemerintah 9.15 9.31 12.08 11.92 7.86
4. Investasi 0.16 (0.15) (14.38) (12.63) 38.03
5. Ekspor Barang dan Jasa 10.60 13.82 11.99 8.90 (5.71)
6. Impor Barang dan Jasa 8.88 9.67 8.66 8.58 8.46
TOTAL 7.01 8.17 4.97 5.23 2.26
Penggunaan2008
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Dari kegiatan perdagangan, ekspor tercatat mengalami kontraksi pertumbuhan
ekonomi sebesar 5,71%, mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahunan
pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,90%. Sementara itu, impor mencatat
pertumbuhan tahunan sebesar 8,46%, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 8,58%.
Turunnya nilai ekspor sangat erat kaitannya dengan memburuknya kegiatan usaha
para pelaku usaha di Sumatera Selatan pada triwulan ini. Kondisi krisis ekonomi global yang
berimbas pada menurunnya permintaan dunia terhadap komoditas/produk unggulan
Sumatera Selatan menyebabkan sebagian besar para pelaku usaha yang bergantung pada
sektor tersebut mengalami kerugian yang cukup besar.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
26
Grafik 1.14 Perkembangan Kegiatan Usaha
Sumber : SKDU KBI Palembang
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV 2008 mengindikasikan
terjadinya penurunan kegiatan usaha dari triwulan dari persepsi kalangan dunia usaha
dibanding triwulan sebelumnya yang tercermin dengan penurunan nilai Saldo Bersih
Tertimbang (SBT)1 menjadi -9,07% dibandingkan dengan triwulan III 2008 yang
sebelumnya tercatat sebesar 18.98% (lihat grafik 1.14)
Ditinjau dari sektor ekonomi, sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan
hotel dan restoran mengalami penurunan. Sektor pertanian bersaldo nol, sedangkan sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan memiliki SBT 0,75%. Penurunan kegiatan usaha
di triwulan IV terlihat dari penurunan indikator usaha seperti volume produksi maupun
pesanan.
Secara triwulanan (qtq), komponen yang mengalami pertumbuhan paling tinggi
adalah investasi yang tercatat meningkat sebesar 19,01%. Berdasarkan keterangan dari
Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) Propinsi Sumsel, pertumbuhan investasi tersebut
tidak terlepas dari adanya kucuran dana realisasi penanaman modal beberapa investor yang
bergerak di sektor pertanian (perkebunan), sektor pertambangan, sektor bangunan, serta
sektor telekomunikasi pada akhir tahun 2008 ini.
Meningkatnya investasi tidak terlepas dari semakin membaiknya situasi dan kondisi
bisnis di Sumatera Selatan. Secara umum situasi bisnis pada triwulan IV 2008 mengalami
1 SBT adalah selisih antara jawaban meningkat (optimis) dengan jawaban menurun (pesimis) yang dikalikan dengan bobot masing-masing sektor ekonomi.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
27
sedikit kenaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal tersebut terindikasikan
melalui nilai saldo bersih sebesar 28,57% untuk triwulan ini, diatas angka triwulan lalu yang
tercatat sebesar 26,09%.
Grafik 1.15 Perkembangan Situasi Bisnis
Sumber : SKDU KBI Palembang
Kondisi investasi pada triwulan I 2009 juga berpeluang membaik seiring dengan
membaiknya kondisi perekonomian dunia yang diperkirakan mulai pulih pada triwulan I
2009. Hal tersebut yang mendasari keyakinan bahwa kegiatan investasi akan akan sedikit
membaik.
Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Propinsi Sumatera Selatan
ADHK 2000 Menurut Penggunaan Tahun 2007 –2008 (%) 2007
IV I II III IV
1. Konsumsi Rumah Tangga 2.67 (0.60) 2.22 4.98 (5.15)
2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 3.76 (0.06) 1.78 1.82 0.97
3. Konsumsi Pemerintah 5.16 (2.34) 3.89 4.89 1.35
4. Investasi (24.67) 9.47 (6.58) 13.42 19.01
5. Ekspor Barang dan Jasa 2.59 (1.57) 4.69 3.01 (11.17)
6. Impor Barang dan Jasa 2.06 2.15 1.61 2.50 1.95
TOTAL (2.48) (0.40) 2.12 6.09 (5.23)
Penggunaan2008
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
28
1.4. Struktur Ekonomi
Berdasarkan kelompok sektor, PDRB Sumsel masih ditopang oleh sektor primer yakni
sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar
42,25%. Pangsa sektor primer tersebut sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 44,38%. Penurunan pangsa di sektor primer ini terjadi pada sektor
pertanian dari sebesar 21,93% menjadi 18,39%.
Sektor sekunder mengalami
peningkatan pangsa menjadi 25,68%
dari triwulan sebelumnya sebesar
25,05%. Peningkatan pangsa di sektor
sekunder tersebut disebabkan oleh
peningkatan pangsa pada seluruh sub
sektor. Sektor industri pengolahan, sektor
LGA, serta sektor bangunan masing-
masing mengalami peningkatan pangsa
sebesar 0,10%, 0,02%, dan 0,51%.
Tabel 1.6 Struktur Ekonomi Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007 – 2008
2007
IV I II III IV
1. Pertanian 19.11% 19.16% 20.06% 21.93% 18.39%
2. Pertambangan 24.17% 23.96% 23.58% 22.45% 23.86%
Sektor Primer 43.28% 43.12% 43.64% 44.38% 42.25%
3. Industri 17.92% 17.81% 17.51% 17.21% 17.31%
4. Listrik, Gas, Air 0.49% 0.49% 0.49% 0.46% 0.48%
5. Bangunan 7.67% 7.60% 7.54% 7.38% 7.89%
Sektor Sekunder 26.09% 25.89% 25.54% 25.05% 25.68%
6. Perdagangan 13.87% 13.86% 13.92% 13.91% 14.12%
7. Pengangkutan 4.83% 4.85% 4.81% 4.85% 5.38%
8. Keuangan 3.98% 4.16% 4.10% 3.98% 4.21%
9. Jasa-Jasa 7.95% 8.12% 7.99% 7.84% 8.37%
Sektor Tersier 30.64% 30.99% 30.82% 30.58% 32.08%
T o t a l 100% 100% 100% 100% 100%
Sektor2008
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
Grafik 1.16 Struktur Ekonomi Propinsi Sumatera Selatan
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Tw. IV 2007 Tw. I 2008 Tw. II 2008 Tw. III 2008 Tw. IV 2008
Pers
en
Primer Sekunder Tersier
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
29
Pangsa sektor tersier sedikit meningkat dari sebesar 30,58% pada triwulan
sebelumnya menjadi 32,08%. Hal tersebut disebabkan karena terjadinya peningkatan
pangsa dari seluruh sub sektor pada sektor ini.
Dari sisi penggunaan, secara struktural konsumsi masih memperlihatkan peran
yang dominan pada PDRB Sumatera Selatan dengan kontribusi sebesar 68,66%, yang
meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 68%.
Kontribusi konsumsi rumah tangga tercatat sebesar 59,24%, meningkat apabila
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 59,19%. Demikian pula dengan konsumsi
pemerintah meningkat menjadi sebesar 8,26% dari sebesar 7,72% pada triwulan III-2008.
Adapun konsumsi swasta nirlaba tercatat mengalami peningkatan pangsa dari sebesar
1,09% menjadi 1,16%.
Tabel 1.7
Struktur Ekonomi Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007 – 2008
2007
IV I II III IV
84.31 85.58 84.32 84.63 89.54
68.84 68.57 68.76 68.00 68.66
1. Konsumsi Rumah Tangga 59.88 59.76 59.82 59.19 59.24
2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 1.14 1.14 1.14 1.09 1.16
3. Konsumsi Pemerintah 7.83 7.68 7.81 7.72 8.26
15.47 17.01 15.56 16.63 20.88
15.69 14.42 15.68 15.37 10.46
44.59 44.07 45.18 43.87 41.12
28.91 29.65 29.50 28.50 30.66b. Impor Barang dan Jasa
I. Komponen Internal
II. Komponen Eksternal
Penggunaan
a. Komponen Konsumsi
b. PMTDB
a. Ekspor Barang dan Jasa
2008
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
1.5. Perkembangan Ekspor Impor
1.5.1. Perkembangan Ekspor
Ekspor Sumatera Selatan selama tiga bulan terakhir (Sept-November 2008) tercatat sebesar
USD653,21 juta atau menurun sebesar 10,55% dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya (yoy) yang sebesar USD730,22 juta. Sementara itu dibanding periode triwulan
sebelumnya (qtq), nilai ekspor tercatat menurun sebesar 8,08 % dari sebesar USD710,63
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
30
juta. Berdasarkan komoditas, pangsa nilai ekspor terbesar dicatat oleh komoditas karet
adalah sebesar 73,98%.
Tabel 1.9 Perkembangan Bulanan Nilai Ekspor Komoditas Utama Propinsi Sumatera Selatan
(Juta USD)
2007Jan- Nov 07 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Jan-Nov 08 YoY (%)
Total Ekspor 2,422.66 253.59 239.71 279.51 200.80 263.86 268.56 223.17 218.89 288.13 167.09 197.99 2,601.30 7.37 Karet 1,285.25 127.24 158.49 160.10 159.24 189.18 153.39 190.58 170.35 234.74 136.22 112.31 1,791.86 39.42 Batubara 22.02 2.23 1.83 2.90 5.48 3.87 5.78 3.56 9.20 7.46 4.78 11.05 58.13 163.94 Sawit 318.29 92.03 56.75 99.13 15.02 47.41 93.56 7.16 25.60 22.81 13.02 60.73 533.22 67.53 Lain-lain 797.10 32.10 22.63 17.38 21.06 23.39 15.83 21.87 13.75 23.12 13.07 13.90 218.08 (72.64)
2008
Sumber : DSM Bank Indonesia
Sampai dengan November 2008, nilai ekspor Sumsel tercatat sebesar USD 2.601,30
juta atau meningkat sebesar 7,37% dibandingkan dengan posisi yang sama pada tahun
sebelumnya sebesar USD2.422,66
Berdasarkan volume, ekspor pada periode September-November 2008 tercatat
sebesar 726,43 ribu ton atau menurun sebesar 12,49% dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar 841,54 ribu ton atau meningkat sebesar
5,77% periode Juni-Agustus 2008 (qtq) yang tercatat sebesar 696,28 ribu ton.
Tabel 1.8Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Propinsi Sumatera Selatan (USD)
Sept 07-Nov 07 Des 07-Feb 08 Mar 08-Mei 08 Jun 08-Ags 08 Sept 08-Nov 09
Total Ekspor 730,220,771 688,945,339 744,155,718 710,630,374 653,212,746
Karet 377,628,590 401,333,994 508,521,822 514,331,784 483,273,250
Batubara 7,731,700 7,855,573 12,250,891 18,537,224 23,287,647
Sawit 113,696,698 193,606,184 161,562,467 126,317,476 96,563,950
Lain-lain 231,163,783 86,149,588 61,820,538 51,443,890 50,087,899
Sumber : DSM Bank Indonesia
08
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
31
Grafik 1.17 Perkembangan Nilai Ekspor Propinsi
Sumatera Selatan
730.22
688.95
744.16
710.63
653.21
25.56
20.11
11.068.03
(10.55)
11.01
(5.65)
8.01
(4.51)(8.08)
600
620
640
660
680
700
720
740
760
Sept 07-Nov07
Des 07-Feb08
Mar 08-Mei 08 Jun 08-Ags08
Sept 08-Nov08
USD
Juta
(15)
(10)
(5)
-
5
10
15
20
25
30
Per
sen
Nilai EksporPertumbuhan Tahunan (yoy)Pertumbuhan Triwulanan (qtq)
Sumber : DSM Bank Indonesia
Grafik 1.18 Perkembangan Volume Ekspor Propinsi
Sumatera Selatan
841.54
763.43
845.84
696.28736.43
3.40
(5.78)
(17.50)
(30.04)
(12.49)(15.45)
(9.28)
10.79
(17.68)
5.77
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
Sept 07-Nov07
Des 07-Feb08
Mar 08-Mei 08 Jun 08-Ags08
Sept 08-Nov08
Ribu
Ton
(35)
(30)
(25)
(20)
(15)
(10)
(5)
-
5
10
15
Pers
en
Volume EksporPertumbuhan Tahunan (yoy)Pertumbuhan Triwulanan (qtq)
Sumber : DSM Bank Indonesia
Grafik 1.19 Perkembangan Ekspor Propinsi Sumatera
Selatan Berdasarkan Negara Tujuan
497.24 539.25 546.19 538.52469.50
119.20 23.77 33.87 32.8043.24
31.5329.53 32.58 29.31
31.26
24.8522.02 33.57 34.04
41.48
57.4074.38
97.94 75.9667.74
-
100
200
300
400
500
600
700
800
Sept 07-Nov 07Des 07-F
eb 08Mar 08-M
ei 08Jun 08-
Ags 08Sept 08-Nov 08
USD
Jut
a
Singapura Malaysia China USA Lainnya
Sumber : DSM Bank Indonesia
Grafik 1.20Pangsa Ekspor Propinsi Sumatera Selatan
Berdasarkan Negara Tujuan Sept-Nov 2008
Lainnya10.37%
China4.79%
Malaysia6.62%
USA6.35%
Singapura
71.88%
Sumber : DSM Bank Indonesia
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
32
Berdasarkan negara tujuan ekspor, pada triwulan ini negara Singapura merupakan
tujuan utama ekspor Sumatera Selatan dengan pangsa sebesar 71,88%, diikuti oleh
Malaysia sebesar 6,62 %, Amerika Serikat sebesar 6,35%, dan China sebesar 4,79%.
1.5.2. Perkembangan Impor
Realisasi impor periode triwulan ini tercatat sebesar USD81,74 juta, meningkat sebesar
55,92% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar
USD52,43 juta. Dibandingkan periode Juni-Agustus 2008 terjadi peningkatan impor sebesar
47,05% dari sebesar USD55,59 juta. Peningkatan nilai impor secara triwulanan ini terkait
dengan meningkatnya impor pupuk dan bahan kimia yang banyak digunakan untuk
menunjang sektor pertanian.
Berdasarkan negara asal, pangsa impor Sumatera Selatan yang terbesar masih
berasal dari negara China yakni sebesar 10,17%, diikuti oleh Malaysia sebesar 10,48%
diikuti oleh China sebesar 10,17%, dan Singapura sebesar 3,86%.
Grafik 1.21 Perkembangan Nilai Impor Propinsi
Sumatera Selatan
52.43
35.47
56.18
81.74
55.59
(46.98)
(4.48)
25.45
(32.35)
(1.05)
33.02
60.91
55.9258.39
47.05
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Sept 07-Nov 07 Des 07-Feb 08 Mar 08-Mei 08 Jun 08-Ags 08 Sep 08-Nov 08
US
D Ju
ta
(60)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
Pers
en
Nilai ImporPertumbuhan Tahunan (yoy)Pertumbuhan Triwulanan (qtq)
Sumber : DSM Bank Indonesia
Grafik 1.22 Perkembangan Volume Impor Propinsi
Sumatera Selatan
104.3894.25 98.14
64.70
126.12
(14.35)
20.46
(9.29)
20.84
46.33
(9.70)
4.12
(34.07)
94.94
(3.06)
-
20
40
60
80
100
120
140
Sept 07-Nov 07Des 07-Feb 08Mar 08-Mei 08Jun 08-Ags 08Sep 08-Nov 08
Rib
u To
n
(60)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
100
120
Pers
en
Volume ImporPertumbuhan Tahunan (yoy)Pertumbuhan Triwulanan (qtq)
Sumber : DSM Bank Indonesia
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
33
Grafik 1.23 Perkembangan Impor Propinsi Sumatera
Selatan Berdasarkan Negara Asal
11.192.32
14.40 11.98 8.31
3.88
4.93
6.521.49
1.34
5.15
5.41
12.38
11.768.57
1.83
2.46
2.289.22
3.15
30.37
20.35
20.60 21.1460.38
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Sept 07-Nov 07Des 07-Fe
b 08Mar 08-Mei 08
Jun 08-Ags 08
Sep 08-Nov 08
USD
Jut
a
China USA Malaysia Singapura Lainnya
Sumber : DSM Bank Indonesia
Grafik 1.24 Pangsa Impor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Sept-Nov 2008
Lainnya73.86%
China10.17%
Malaysia10.48%
USA1.63%
Singapura
3.86%
Sumber : DSM Bank Indonesia
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
34
PENGARUH MELEMAHNYA HARGA KOMODITAS DUNIA TERHADAP
PDRB PERKEBUNAN SUMATERA BAGIAN SELATAN
Kasus gagal bayar subprime mortgage yang terjadi di AS menyebabkan tergerusnya aset-aset finansial global yang telah saling terkait satu sama lain pada era bubble economy. Nilai aset yang jatuh sedemikian rupa membuat perusahaan-perusahaan berkelas internasional bangkrut dan juga merugikan investor dalam jumlah besar. Hal ini berpengaruh pada memburuknya nilai kekayaan, realokasi portofolio dan flight to quality, serta lesunya permintaan berbagai komoditas akibat daya beli yang menurun. Sebagai konsekuensinya, harga berbagai komoditas di pasar dunia mengalami penurunan. Hal ini berimbas pada nilai tambah sektor riil, termasuk juga komoditas unggulan ekspor di Sumatera Bagian Selatan. Penurunan harga CPO, karet, dan berbagai komoditas unggulan lainnya menyebabkan penurunan PDRB, khususnya PDRB Perkebunan di Sumbagsel. Menurunnya penjualan produk hilir dari karet yang juga sebagai akibat dari menurunnya permintaan dunia, mempunyai andil besar dalam menurunnya ekspor karet Sumbagsel.
Gambar 1. Transmisi Krisis Global terhadap PDRB Perkebunan Sumbagsel
Suplemen 2
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
35
Walaupun secara bersamaan nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi akibat derasnya capital outflow, hal ini tidak dapat mempertahankan nilai tambah ekspor komoditi, khususnya sawit dan karet. Untuk menjelaskan secara formal sensitivitas antara perubahan harga karet dan sawit dunia terhadap PDRB perkebunan, perlu juga dimasukkan beberapa variabel penjelas tambahan untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh variabel lainnya terhadap PDRB perkebunan, sehingga kemungkinan koefisien yang dihasilkan bias atau inefisien semakin kecil. Sesuai dengan pola transmisi di atas, setidaknya satu variabel lain, yaitu nilai tukar, harus disertakan. Melemahnya permintaan dunia tidak hanya terjadi pada CPO dan karet, namun juga terjadi pada berbagai komoditi lainnya. Sehingga seringkali harga antar komoditi mempunyai korelasi yang kuat.
Tabel 1. Matriks Korelasi Harga Komoditas Unggulan Sumbagsel di Pasar Internasional
COAL COFFEE CPO IDR RUB TIMAH WTI
COAL 1.00 0.45 0.44 0.22 0.33 0.60 0.72
COFFEE 1.00 0.94 0.02 0.83 0.88 0.90
CPO 1.00 -0.03 0.75 0.83 0.89
IDR 1.00 -0.18 -0.14 0.16
RUB 1.00 0.89 0.75
TIMAH 1.00 0.88
WTI 1.00
Merujuk pada Gujarati, dua variabel memiliki tingkat korelasi yang kuat jika mempunyai angka korelasi di atas 0.8. Maka, harga kopi mempunyai korelasi yang kuat dengan harga CPO, karet, timah, dan minyak. Kemudian harga CPO mempunyai korelasi yang kuat dengan harga timah dan minyak. Selain itu, harga karet juga mempunyai korelasi yang kuat dengan harga timah.
Berdasarkan korelasi tersebut, tidak seluruh harga komoditi dapat digunakan secara bersamaan dalam regresi. Harga komoditas yang dipergunakan hanya CPO dan karet sebagai komoditas unggulan di Sumbagsel, tingkat korelasi keduanya di bawah 0.8.
Merujuk pada pola data, berbeda dengan propinsi lainnya, PDRB perkebunan Sumsel sangat sensitif terhadap faktor musiman. Sehingga, variabel dummy perlu disertakan untuk memperkecil residual dan mencegah parameter variabel independen yang tidak efisien. Karena data yang digunakan adalah panel, maka variabel dummy tersebut harus di terapkan di seluruh cross-section, namun tanpa dikenakan restriksi antar cross-section.
Untuk simplifikasi model, variabel independen disederhanakan menjadi hanya harga komoditas dan nilai tukar. Dengan kata lain, seluruh variabel lainnya yang secara simultan mempengaruhi PDRB perkebunan dianggap sudah terwakili oleh kedua variabel tersebut atau mengikuti pola stokastik error. Hal ini dimungkinkan, walaupun tidak sempurna, jika mempertimbangkan kerangka pikir di atas. Data yang digunakan masing-masing sebagai berikut : (1) data PDRB perkebunan riil yang diperoleh dari BPS, (2) rerata harga dunia CPO dan karet yang diperoleh dari Bloomberg, dan (3) rerata nilai tukar IDR/USD yang diperoleh dari Bank Indonesia. Cross-section yang digunakan adalah Sumatera Selatan, Bandar
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
36
Lampung, dan Bangka Belitung, sedangkan time series yang digunakan adalah kuartalan sejak Q1 2005 sampai dengan Q3 2008. Tidak diikutsertakannya Bengkulu dikarenakan data PDRB Bengkulu tidak memilah sektor pertanian sampai dengan sektor perkebunan. Berdasarkan penjelasan di atas, spesifikasi model yang digunakan secara formal adalah sebagai berikut:
Model 1, Koefisien umum:
Model 1, Koefisien spesifik:
Model 2, Koefisien umum:
Model 2, Koefisien spesifik:
Dimana Y merupakan PDRB perkebunan riil, Pcpo merupakan harga CPO dunia, Prub harga karet dunia, ER adalah nilai tukar, D merupakan variabel dummy kuartalan, dan u adalah stokastik error. Nilai µ=0 untuk model pertama dan 1 untuk model kedua. K=3 adalah jumlah dummy, dan t adalah waktu. a, b, c, d, dan e merupakan parameter. Nilai D1, D2, dan D3 adalah 1 berturut-turut pada kuartal 2, 3, dan 4, serta bernilai 0 pada observasi lainnya. Hal ini untuk mengakomodasi faktor musiman yang mempengaruhi PDRB perkebunan. Huruf m mendenotasikan cross-section, dan huruf t mendenotasikan waktu. Elemen perkalian antara harga dan nilai tukar dapat dijelaskan sebagai harga di dalam nilai tukar domestik, dalam hal ini Rupiah.
Regresi dilakukan dengan menggunakan metode data panel. Karena jumlah cross-section yang lebih kecil dibandingkan jumlah parameter, dank arena terdapat spesifikasi koefisien yang spesifik menurut cross-section, maka penggunaan efek acak (random effect) tidak dimungkinkan. Karena itu, metode yang digunakan adalah efek tetap (fixed effect) tanpa terlebih dahulu memilih metode dengan menggunakan uji Hausman.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
37
Tabel 2. Hasil Estimasi Model 1
Koefisien umum Koefisien spesifik Variabel
Sumsel Lampung Babel Sumsel Lampung Babel
harga CPO 0.18549* 0.20862** 0.11730*** 0.23054
Harga karet 0.12615*** 0.09552** 0.08680*** 0.19613*
Nilai tukar 0.88528* -0.13796 0.18274 2.61105**
Dummy Q2 0.34593*** -0.02853 0.05831 0.33136*** -0.02691* 0.071263
Dummy Q3 0.62846*** -0.03362 0.16579 0.61295*** -0.02671 0.174397
Dummy Q3 0.31145*** -0.03652 0.10435 0.31387*** -0.03009*** 0.095505
R2 0.982330 0.984255
DW stat 1.580979 2.124439
S.E 0.087406 0.082507
* Signifikan pada nilai kritis 10% ** Signifikan pada nilai kritis 5% *** Signifikan pada nilai kritis 1%
Grafik 2. Perbandingan Nilai Actual dan Fitted PDRB Sektor Perkebunan Sumbagsel Berdasarkan Model 1
Sumatera Selatan Lampung Bangka-Belitung
600000
800000
1000000
1200000
1400000
1600000
1800000
2000000
05:1 05:3 06:1 06:3 07:1 07:3 08:1 08:3
YREAL_PAL (Baseline) Actuals
YREAL_PAL
700000
750000
800000
850000
900000
950000
05:1 05:3 06:1 06:3 07:1 07:3 08:1 08:3
YREAL_LAM (Baseline) Actuals
YREAL_LAM
160000
200000
240000
280000
320000
360000
05:1 05:3 06:1 06:3 07:1 07:3 08:1 08:3
YREAL_BAB (Baseline) Actuals
YREAL_BAB
Estimasi tersebut menghasilkan statistik R yang cukup tinggi, menunjukkan bahwa lebih dari 98% variasi pada data dapat diterangkan oleh model. Angka DW statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada kedua regresi.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa secara keseluruhan, penurunan harga CPO internasional sebesar 1% akan menurunkan PDRB perkebunan Sumbagsel sebesar 0.19%. Penurunan harga karet internasional akan menurunkan PDRB perkebunan Sumbagsel sebesar 0.13%. Lebih sensitifnya perubahan harga CPO dalam mempengaruhi PDRB dapat disebabkan karena adanya perbedaan elastisitas permintaan antara komoditas CPO dan karet. Kemudian, dapat diperkirakan pula bahwa depresiasi Rupiah sebesar 1% akan
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
38
meningkatkan PDRB perkebunan Sumbagsel sebesar 0.88% karena menjadikan komoditi ekspor Sumbagsel menjadi lebih kompetitif di pasar internasional.
Secara spesifik menurut propinsi, penurunan harga CPO sebesar 1% akan menurunkan PDRB perkebunan Sumatera Selatan dan Bandar Lampung masing-masing sebesar 0.21% dan 0.12%. Sedangkan penurunan harga karet sebesar 1% akan menurunkan PDRB perkebunan Sumatera Selatan, Bandar Lampung, dan Bangka Belitung masing-masing sebesar 0.1%, 0.09%, dan 0.2%. Sedangkan untuk variabel nilai tukar, depresiasi Rupiah sebesar 1% akan meningkatkan PDRB perkebunan Bangka Belitung sebesar 2.61%.
Selain itu, hasil estimasi mengindikasikan bahwa faktor musiman sangat signifikan dalam mempengaruhi pola PDRB perkebunan di Sumatera Selatan. Regresi dengan koefisien spesifik menjelaskan bahwa terdapat sedikit faktor musiman pada pola pergerakan PDRB perkebunan Bandar Lampung.
Tabel 3. Hasil estimasi model 2
Koefisien umum Koefisien spesifik Variabel
Sumsel Lampung Babel Sumsel Lampung Babel
harga CPO*
Nilai tukar
0.18011* 0.21276*** 0.11750*** 0.210059
Harga karet*
Nilai tukar
0.11572*** 0.10355** 0.08719*** 0.156434
Dummy Q2 0.33917*** -0.03529 0.05155 0.33657*** -0.0267* 0.045521
Dummy Q3 0.62178*** -0.0403 0.15911 0.61809*** -0.02647 0.148966
Dummy Q3 0.31419*** -0.03377** 0.10710 0.31175*** -0.03019*** 0.105952
R2 0.987295 0.988106
DW stat 1.501594 1.612991
S.E 0.088298 0.091546
* Signifikan pada nilai kritis 10% ** Signifikan pada nilai kritis 5% *** Signifikan pada nilai kritis 1% Berbeda dengan sebelumnya, pada model kedua ini, diasumsikan pergerakan nilai tukar Rupiah sebagai variabel yang blended dengan harga. Dengan kata lain, dalam mengambil keputusan atas impor, importir hanya memperdulikan nilai riil yang harus dibayarkan, tanpa memperdulikan fluktuasi dan ekspektasi perubahan nilai tukar pada triwulan berikutnya.
Berdasarkan hasil estimasi, penurunan harga CPO dalam Rupiah sebesar 1% akan menurunkan PDRB perkebunan SUmbagsel sebesar 0.18%, sedangkan penurunan harga karet dalam Rupiah sebesar 1% akan menurunkan PDRB perkebunan Sumbagsel sebesar 0.11%. Kemudian secara spesifik, penurunan harga CPO dalam Rupiah sebesar 1% akan menurunkan PDRB perkebunan Sumsel dan Bandar Lampung masing-masing sebesar 0.21% dan 0.12%, sedangkan penurunan harga karet dalam Rupiah sebesar 1% akan
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
39
menurunkan PDRB perkebunan Sumatera Selatan dan Bandar Lampung masing-masing sebesar 0.1% dan 0.09%. Seperti model sebelumnya, faktor musiman juga tampak signifikan di Sumatera Selatan dan Bandar Lampung, dengan momentum pertumbuhan tertinggi pada kuartal ketiga untuk Sumatera Selatan dan kuartal pertama untuk Bandar Lampung.
Grafik 3. Perbandingan Nilai Actual dan Fitted PDRB Sektor Perkebunan Sumbagsel Berdasarkan Model 2
Sumatera Selatan Lampung Bangka-Belitung
600000
800000
1000000
1200000
1400000
1600000
1800000
2000000
05:1 05:3 06:1 06:3 07:1 07:3 08:1 08:3
YREAL_PAL (Baseline) Actuals
YREAL_PAL
720000
760000
800000
840000
880000
920000
960000
05:1 05:3 06:1 06:3 07:1 07:3 08:1 08:3
YREAL_LAM (Baseline) Actuals
YREAL_LAM
160000
200000
240000
280000
320000
360000
05:1 05:3 06:1 06:3 07:1 07:3 08:1 08:3
YREAL_BAB (Baseline) Actuals
YREAL_BAB
Berdasarkan seluruh regresi yang telah dilakukan, hasil koefisien yang dihasilkan adalah konsisten antara satu regresi dengan regresi lainnya. Kesimpulan umum yang dihasilkan adalah: Pertama, perubahan harga CPO lebih berpengaruh terhadap perubahan PDRB perkebunan Sumbagsel dibandingkan perubahan harga karet. Namun, perbedaan sensitivitas ini dapat dipengaruhi oleh tingkat korelasi yang berbeda antara harga CPO dan harga karet terhadap harga komoditi lain yang juga signifikan dalam mempengaruhi PDRB perkebunan Sumsel. Kedua, depresiasi Rupiah mampu meningkatkan PDRB perkebunan jika diperhatikan melalui data rata-rata triwulanan. Ketiga, terdapat faktor musiman yang signifikan dalam mempengaruhi PDRB perkebunan di Sumsel dan Bandar Lampung.
Menurunnya permintaan dunia secara drastis mengancam sektor perkebunan di Sumbagsel. Padahal, Sumbagsel masih sangat bergantung pada sektor perkebunan. Di saat pasar secara natural tidak dapat memenuhi harapan industri, maka peran pemerintah dan bank sentral sangat krusial dalam menjaga kelangsungan industri tersebut pada jangka pendek, baik misalnya melalui pelonggaran ketentuan perkreditan melalui pengurangan bobot risiko. Sementara itu, dalam jangka panjang, Sumbagsel harus mendiversifikasi sektor penyumbang PDRB dan mengoptimalkan perdagangan antar daerah.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
40
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
2.1. Inflasi Tahunan
Inflasi1 tahunan kota Palembang pada triwulan IV 2008 adalah sebesar 11,15% (yoy), atau
mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan inflasi pada Tw-III lalu yang mencapai
14,19%. Namun demikian angka tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan inflasi
pada triwulan yang sama tahun 2007 yang hanya sebesar 10,87%.
Penurunan tekanan inflasi tersebut tidak
terlepas dari krisis finansial global yang
berdampak pada penurunan harga
komoditi internasional, yang secara
langsung menurunkan nilai tambah
komoditi ekspor unggulan propinsi
Sumatera Selatan. Anjloknya harga
komoditi menyebabkan penurunan
pendapatan dan daya beli masyarakat
terutama yang menggantungkan mata
pencahariannya pada usaha perkebunan
khususnya karet dan kelapa sawit.
Menurunnya inflasi pada triwulan IV 2008
didukung juga oleh kebijakan pemerintah
yang telah menurunkan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM) pada awal Desember
2008.
Berdasarkan kelompok barang, kelompok bahan makanan mengalami inflasi
tahunan tertinggi yaitu 15.90%. Urutan kedua dan ketiga dicatat oleh kelompok 1 Penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Indonesia sejak 1 Juli 2008 menggunakan tahun dasar 2007 (sebelumnya tahun dasar 2002) yang didasarkan pada hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2007. Cakupan kota bertambah dari 45 kota menjadi 66 kota. Paket komoditas secara nasional naik dari 744 pada tahun 2002 menjadi 774 di tahun 2007, sementara paket komoditas untuk kota Palembang juga bertambah dari 314 komoditas menjadi 360 komoditas.
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy)
Palembang
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan *) Tahun Dasar 2007 = 100
6.55 6.84
9.24 8.21
10.87
13.96 14.19
11.15
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2007 2008
Pers
en
PERKEMBANGAN INFLASI KOTA PALEMBANG 2
Perkembangan Inflasi Kota Palembang �
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
42
perumahan, air, listrik & bahan bakar serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok &
tembakau yaitu masing-masing sebesar 13,66% dan 12,86%. Di sisi lain, inflasi terendah
terjadi pada kelompok transportasi dan komunikasi serta kelompok pendidikan, rekreasi
dan olahraga masing-masing sebesar 4,38% dan 6,70%.
Grafik 2.2 Inflasi Tahunan (yoy) Kota Palembang
per Kelompok Pengeluaran Triwulan IV 2008
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
Seperti pada triwulan III 2008, penyebab inflasi tahunan di kelompok bahan
makanan antara lain karena tingginya inflasi pada sub kelompok kacang-kacangan, sub
kelompok lemak dan minyak serta sub kelompok daging & hasil-hasilnya. Keterkaitan yang
erat antara harga komoditi kacang-kacangan di pasar dunia yang mempengaruhi harga
komoditi tersebut di pasar nasional umumnya dan juga Sumatera Selatan khususnya
menyebabkan peningkatan harga yang terjadi di pasar internasional berpengaruh pula
terhadap kenaikan harga komoditi tersebut di Sumatera Selatan, begitupun sebaliknya.
Pada pasar internasional, harga beberapa komoditi mengalami penurunan cukup
tajam sebagai dampak lanjutan dari terjadinya krisis perumahan di Amerika Serikat.
Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pada triwulan IV 2008 harga terigu mengalami
penurunan dari 7,48 USD/bushel menjadi 4,70 USD/bushel, atau mengalami penurunan
sebesar 42,44% (yoy). Harga beras mengalami penurunan dari 614,15 USD/metrik ton
menjadi 547,21 USD/metrik ton. Kemudian, harga emas mengalami penurunan dari
868,54 USD/oz menjadi 797,17 USD/oz, dan harga kedelai mengalami penurunan dari
13,16 USD/bushel menjadi 8,65 USD/bushel, atau mengalami penurunan sebesar 15,42%
(yoy).
������
������
��������
����
����
����
����
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
Pers
en
Umum
Bahan Makanan
Makanan Jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Perkembangan Inflasi Kota Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
43
Grafik 2.3
Perkembangan Harga Komoditas Strategis (yoy) di Pasar Internasional
Perkembangan Harga Terigu
Sumber : Bloomberg, diolah�
4.835.43
8.17 10.17 8.297.48
4.70
10.33 21.22
70.41
124.12
71.80
37.71
(42.44)(60)(40)(20)-20 40 60 80 100 120 140
0
2
4
6
8
10
12
Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
Per
sen
US
D/B
ushe
l
Harga Terigu
Perkembangan Harga Beras
Sumber : Bloomberg, diolah�
315.19
332.92337.49
396.55
696.45614.15
547.21
9.36 13.03 16.41
32.80
120.96
84.47
62.14
-
20
40
60
80
100
120
140
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Per
sen
US
D/M
etri
k To
n
Harga Beras
Perkembangan Harga Emas
Sumber : Bloomberg, diolah �
667.58681.70
790.07924.95
897.30
868.54
797.17
6.46
9.78
28.56
42.23
34.41
27.41
0.90 -
5 10
15
20
25
30
35
40 45
0100200300400500600700800900
1000
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Per
sen
US
D/O
Z
Harga Emas
Perkembangan Harga Kedelai
Sumber : Bloomberg, diolah
�
7.438.27
10.23
12.7713.59
13.16
8.6531.15
50.98
66.06 81.21 82.90
59.20
(15.42)(40)
(20)
-
20
40
60
80
100
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Per
sen
US
D/B
ushe
l
Harga Kedelai
Perkembangan Inflasi Kota Palembang �
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
44
Bila dibandingkan dengan triwulan III 2008, inflasi tahunan di seluruh kelompok
mengalami penurunan kecuali untuk kelompok pendidikan yang meningkat menjadi
6,70%. Kelompok barang yang mengalami penurunan inflasi tahunan paling drastis hingga
menjadi 15,90% dari yang semula 24,97% adalah kelompok bahan makanan. Hal tersebut
terkait dengan penurunan harga komoditi dunia dalam 3 bulan terakhir pada tahun 2008.
Selain itu, cuaca juga mendukung pencapaian panen di beberapa sentra produksi beras.
Penurunan laju inflasi juga diikuti oleh kelompok barang lainnya yang disebabkan oleh
mulai menurunnya permintaan seiring adanya penurunan daya beli masyarakat.
Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Tahunan per Kelompok Barang dan Jasa
di Palembang
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
*) Tahun Dasar 2007 = 100
Inflasi tahunan kota Palembang secara historis lebih fluktuatif dibandingkan
nasional yang ditunjukkan oleh angka standar deviasi Palembang dan Nasional masing-
masing sebesar 4,34% dan 3,62%. Rata-rata inflasi kota Palembang dan inflasi nasional
pada periode Januari 2003 sampai dengan Desember 2008 masing-masing sebesar
10,57% dan 8,89%, sehingga Kota Palembang memiliki kecenderungan tingkat inflasi
lebih tinggi dari nasional dengan selisih rata-rata 1,75%.
11.15
15.90
12.8613.66
7.699.34
6.704.38
-
5�
10�
15�
20�
25�
30�
Tw�IV�07 Tw�I�08 Tw�II�08* Tw�III�08* Tw�IV�08*
Per
sen
Umum Bahan�Makanan
Makanan�Jadi Perumahan
Sandang Kesehatan�
Pendidikan Transportasi�&�Komunikasi
Perkembangan Inflasi Kota Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
45
Grafik 2.5 Perbandingan Inflasi Tahunan Palembang
dan Nasional
Sumber: Biro Pusat Statistik
Tabel 2.1 Statistika Deskriptif Inflasi Tahunan
Palembang dan Nasional, Januari 2003 - Desember 2008
Palembang Nasional Selisih
Rata-rata 10.57% 8.89% 1.75% Standar Deviasi 4.34 3.62 1.22
Maksimum 19.92% 17.11% 4.53%
Minimum 4.13% 5.11% -0.98% Sumber: BPS, diolah
2.2 Upaya Tim Pengendali Inflasi Daerah
Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2008 telah
melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:
1.� Pemaparan mengenai upaya pengendalian inflasi di daerah oleh Tim Direktorat Riset
Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia dan pembahasan mengenai langkah-
langkah yang telah ditempuh setiap instansi dalam rangka pengendalian inflasi, telah
dilaksanakan pada 26 Maret 2008 dengan beberapa substansi yang diperoleh pada
diskusi tersebut adalah sebagai berikut:
a.� Harga beras dipengaruhi oleh kondisi/harga di propinsi tetangga dan tata niaga
yang tidak sehat.
b.� Infrastruktur juga disinyalir sebagai faktor yang berpengaruh terhadap
pembentukan inflasi. Berkaitan dengan hal tersebut, Dinas Perhubungan Propinsi
Sumatera Selatan telah memiliki program rutin yang diyakini dapat menekan inflasi,
diantaranya adalah pengaturan distribusi barang dan survei-survei volume beban
kendaraan.
2.� Penjelasan dari kepala pasar tradisional mengenai perkembangan pasokan barang,
banyaknya pedagang, tendensi kenaikan harga, dan informasi terkait dengan aktivitas
pasar lainnya yang telah dilaksanakan pada 13 Mei 2008. Beberapa hal yang diperoleh
dari penjelasan tersebut adalah sebagai berikut:
������
�����
�����
������
������
������
������
� ��� � ��� � ��� � ��� � ��� � ���
��� ���� ���� ��� ���� ����
������
Palembang Nasional
Perkembangan Inflasi Kota Palembang �
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
46
a.� Tidak terdapat penimbunan di pasar tradisional. Penentu naik turunnya harga
adalah faktor musiman, terutama untuk komoditas yang tidak tahan lama seperti
sayuran dan buah-buahan.
b.� Rencana kenaikan harga BBM bukan faktor utama penyebab naiknya harga suatu
komoditas, namun isu tersebut digunakan oleh oknum untuk menimbun komoditas
yang bisa bertahan lama, seperti beras, terigu dan minyak goreng.
3.� Identifikasi upaya-upaya yang telah dilakukan oleh dinas-dinas dan instansi terkait
dalam rangka pengendalian inflasi beserta kendala yang dihadapi, serta formulasi
rekomendasi kebijakan untuk Gubernur Sumatera Selatan dalam rangka pengendalian
inflasi yang telah dilaksanakan pada 14 Mei 2008.
4.� Identifikasi upaya-upaya dalam rangka mengantisipasi kenaikan harga-harga pada
bulan puasa, lebaran, Natal, dan tahun baru yang telah dilaksanakan pada 26 Agustus
2008.
Tabel 2.2 Pokok-Pokok Upaya Pengendalian Inflasi yang Dikoordinasikan melalui
Tim Pengendalian Inflasi Daerah Area Langkah-langkah yang diambil
Pasokan •� Pengadaan (pembelian) beras •� Pemetaan lokasi pangkalan mitan. •� Menjaga ketahanan stok Sembako •� Konversi mitan ke LPG. •� Tindakan pemutusan hubungan usaha bagi pangkalan yang melakukan
penimbunan. •� Mengusulkan peningkatan kuota Sumatera Selatan atas tabung LPG 12 Kg. •� Pembinaan ke petani nelayan melalui pendamping pembudidaya
Distribusi •� Mempercepat penyaluran raskin •� Mengatur rute jaringan lintas angkutan barang di Palembang. •� Memberikan prioritas angkutan barang sembako di pelabuhan 35 Ilir. •� Mempermudah Perijinan untuk distributor •� Koordinasi dengan pihak terkait antara lain dengan pihak pelabuhan •� Meningkatkan jumlah distributor •� Pengaturan operasional Pelabuhan Penyeberangan 35 Ilir
Harga •� Monitoring harga Sembako setiap hari pada 7 pasar yang berbeda •� Operasi pasar minyak goreng dan kedelai •� Himbauan penurunan margin •� Menghapus pungutan-pungutan di jalan •� Pengawasan tarif angkutan •� Merencanakan formula penyesuaian tarif angkutan dalam kota. •� Penetapan HET sembako dilakukan apabila terjadi kenaikan yg signifikan. •� Koordinasi dengan pengusaha angkutan darat (khususnya ekspedisi angkutan
barang) untuk mengenakan tarif angkutan yang realistis.
Perkembangan Inflasi Kota Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
47
Area Langkah-langkah yang diambil Pembiayaan •� Bantuan modal usaha melalui APBN beserta bimbingan teknis di lapangan
•� Pembinaan pembiayaan/penguatan modal investasi di 14 kabupaten/kota. Infrastruktur •� Peningkatan kelas jalan
•� Pengerukan alur pelayaran di Sungai Musi •� Perbaikan infrastruktur jalan raya dan jembatan. •� Pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi dan rawa. •� Mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan jaringan yang sudah ada (sarana
dan SDM). •� Pembangunan dermaga, dermaga sungai dan suku cadang timbangan
2.3. Inflasi bulanan
Inflasi bulanan kota Palembang pada bulan
Desember 2008 tercatat sebesar 0.19% (m-
t-m), mengalami peningkatan apabila
dibandingkan bulan November 2008 yang
mengalami deflasi sebesar 0.40 %.
Walaupun pada bulan Desember 2008
terjadi lonjakan permintaan sehubungan
dengan perayaan Hari Raya Natal dan
Tahun Baru, namun pada awal bulan
tersebut pemerintah telah menurunkan
harga BBM, sehingga inflasi bulanan
Desember 2008 hanya mengalami sedikit
peningkatan dibandingkan November 2008
dan lebih rendah dibandingkan Desember
tahun 2007 yang tercatat sebesar 1,61%.
Inflasi bulanan yang tertinggi pada bulan Desember 2008 terjadi pada kelompok
sandang dan bahan makanan masing-masing sebesar 2,06% dan 1,34%. Perayaan hari
Natal, tahun baru, libur panjang, dan promosi pada akhir tahun telah menyebabkan
tingginya permintaan domestik pada kelompok sandang dan bahan makanan. Hal tersebut
berdampak pada naiknya harga-harga pada kedua kelompok barang tersebut. Kelompok
bahan makanan sempat mengalami inflasi bulanan yang tinggi pada bulan Desember 2008
setelah sebelumnya mencatat deflasi pada bulan Oktober dan November.
Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm)
Palembang
�Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
*) Tahun Dasar 2007 = 100
�
���
����
���
���
���
���
���
���
��������
����
���
����
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
���
���
���
���
���
���
���
���
���
��
!"�
#$%
���
Pers
en
Perkembangan Inflasi Kota Palembang �
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
48
Tingginya inflasi kelompok bahan makanan di bulan Desember 2008
dikontribusikan terutama oleh kenaikan harga cabe merah, beras dan kentang. Cabe merah
telah memberikan sumbangan inflasi yang signifikan, yaitu 0,16%. Di bulan yang sama sub
kelompok bumbu-bumbuan tercatat mengalami inflasi tertinggi di antara kelompok bahan
makanan, yaitu sebesar 9,73%, disusul oleh sub kelompok sayur-sayuran serta sub
kelompok lemak dan minyak masing-masing sebesar 3,01% dan 2,59%. Rendahnya inflasi
pada kelompok transportasi terkait dengan penurunan harga BBM yang dilakukan
pemerintah pada bulan Desember 2008. Penurunan harga BBM tersebut dilakukan
pemerintah seiring dengan penurunan harga minyak di pasar internasional hingga sempat
berada dibawah USD 40/barrel setelah sebelumnya sempat menyentuh level USD
140/barrel.
Grafik 2.7
Perkembangan Inflasi Bulanan Palembang) per Kelompok Barang dan Jasa
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
*) Tahun Dasar 2007 = 100
(5)
-
5�
10�
15�
20�
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun*
Jul*
Aug
*
Sep
*
Okt
*
Nov
*
Des
*
2007 2008
Per
sen
UmumBahan�MakananMakanan�JadiPerumahanSandangKesehatan�PendidikanTransportasi�&�Komunikasi
Perkembangan Inflasi Kota Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
49
Grafik 2.8 Inflasi Bulan Desember 2008 (mtm) per Sub Kelompok
pada Kelompok Bahan Makanan di Palembang
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
Grafik 2.9 Event Analysis Inflasi Kota Palembang
Desember 2007 – Desember 2008
�Sumber: Diolah dari BPS Propinsi Sumatera Selatan�
�������������
&����'
����������
����
&����'
�����
����
2.59�
�����
(2.00)
-
2.00�
4.00�
6.00�
8.00�
10.00�
12.00�������
BAHAN�MAKANAN
Padi-padian,�Umbi-umbian�dan�Hasilnya
Daging�dan�Hasil-hasilnya
Ikan�Segar
Ikan�Diawetkan
Telur,�Susu�dan�Hasil-hasilnya
Sayur-sayuran
1.61
0.91
0.35
1.83
2.38
1.56
3.41
1.32
0.791.05
-0.09
-0.4
0.19
8.21 8.98 8.67
10.87
14.24
15.19
13.96 14.48
14.01 14.19
12.81 12.03
11.15
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
2007 2008
Pers
en
Pers
en
mtm (axis kiri) yoy (axis kanan)
Kenaikan harga BBM
Natal, tahun baru, Penurunan harga BBM
Jatuhnya harga komoditas akibat krisis global
Hari raya Idul fitri
Kenaikan harga rokok dan kacang-kacangan
Kenaikan harga kedelai
Panen padi
Perkembangan Inflasi Kota Palembang �
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
50
Tingginya bobot kelompok bahan makanan pada perhitungan inflasi menyebabkan
pergerakan inflasi umum secara bulanan mengikuti pola pergerakan harga kelompok bahan
makanan. Hal tersebut terjadi pada triwulan IV 2008. Secara umum inflasi kota Palembang
memiliki pola pergerakan yang searah dengan inflasi nasional. Namun, data historis
menunjukkan bahwa inflasi kota Palembang lebih fluktuatif dibandingkan dengan inflasi
nasional. Pengaruh peningkatan harga komoditas sampai dengan pertengahan tahun 2008
terlihat lebih sensitif meningkatkan inflasi Palembang dibandingkan inflasi nasional, dan
penurunan harga komoditas sekitar triwulan IV 2008 juga terlihat lebih sensitif menurunkan
inflasi Palembang dibandingkan inflasi nasional. Kemudian, pengaruh kenaikan harga BBM
pada bulan Mei 2008 juga lebih sensitif meningkatkan inflasi Palembang dibandingkan
inflasi nasional, namun hal ini tidak tampak terjadi sebaliknya ketika pemerintah
menurunkan harga BBM pada akhir tahun, dimana inflasi bulanan Palembang tercatat
sebesar 0,19%, sedangkan inflasi bulanan nasional lebih rendah yakni sebesar 0,04%.
Grafik 2.10 Perbandingan Inflasi Bulanan dan
Ekspektasi Harga Konsumen 3 Bulan YAD
Sumber: BPS dan Survei Konsumen BI
Grafik 2.11 Perbandingan Inflasi Bulanan (mtm)
Palembang dan Nasional Tahun 2007-2008
Sumber: Badan Pusat Statistik
0
50
100
150
200
250
300
(2.00)
(1.00)
-
1.00
2.00
3.00
4.00
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agt
Sep
Okt
Nop Des ��
������ �����
�����������
�
inflasi bulanan Survei Konsumen ���
��������
����
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agt
Sep
Okt
Nov Des
2007 2008
Pers
en
Palembang Nasional
Perkembangan Inflasi Kota Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
51
Berdasarkan hasil survei konsumen yang dilaksanakan setiap bulan oleh KBI
Palembang di Palembang, terdapat pergerakan yang seiring antara laju inflasi bulanan
dengan jumlah konsumen yang memprediksikan kenaikan harga pada 3 bulan yang akan
datang dengan laju inflasi. Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa masyarakat masih
bersikap adaptif dalam pembentukan ekspektasinya2.
2.4. Pemantauan Harga oleh Bank Indonesia Palembang �Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KBI Palembang secara umum dapat
disimpulkan bahwa terjadi tendensi penurunan harga barang/komoditas sebesar 10,42%
dibandingkan posisi triwulan sebelumnya. Setelah mengalami tren kenaikan harga secara
terus-menerus sejak awal tahun 2008, tendensi penurunan harga terjadi pada bulan
Oktober dan November 2008, mengikuti penurunan harga komoditas di pasar internasional
yang menurunkan pendapatan per kapita sebesar 12,96% secara triwulanan pada triwulan
IV 2008.
Namun demikian, kenaikan harga karena faktor musiman terlihat menjelang akhir
tahun, yang secara jelas ditunjukkan oleh meningkatnya harga cabe merah dan harga
daging sapi. Berbeda dengan kedua jenis barang tersebut, harga minyak goreng dan
daging ayam menunjukkan penurunan secara tipis.
Grafik 2.12 Pergerakan Tingkat Harga Bulanan Sesuai SPH
�Sumber : SPH KBI Palembang�
�������������������������������������������������2�Hal ini dikenal sebagai adaptive expectation, dimana ekspektasi inflasi pada suatu periode dibentuk berdasarkan inflasi periode sebelumnya.�
-
10,000�
20,000�
30,000�
40,000�
50,000�
60,000�
70,000�
80,000�
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Rup
iah/
Kg
BerasDaging�AyamDaging�SapiBawang�MerahCabe�Merah
Perkembangan Inflasi Kota Palembang �
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
52
Bila dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq), harga beras mengalami penurunan
masing-masing sebesar 6,03 % di pasar Cinde dan sebesar 10,42 % di pasar Lemabang.
Grafik 2.13
Pergerakan Harga Beras di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg)
Grafik 2.14 Pergerakan Harga Minyak Goreng di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg)
Pasar Cinde
Sumber : SPH KBI Palembang �
-1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
st
Sept
Okt
Nov Des
2007 2008
Pasar Lemabang
Sumber : SPH KBI Palembang
�
-1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
st
Sept
Okt
Nov Des
2007 2008
Pasar Cinde
�Sumber : SPH KBI Palembang�
-2,000 4,000 6,000 8,000
10,000 12,000 14,000
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
stSe
ptO
ktN
ov Des
2007 2008
Pasar Lemabang
�Sumber : SPH KBI Palembang
�
11,000 11,500 12,000 12,500 13,000 13,500 14,000 14,500 15,000 15,500
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
stSe
ptO
ktN
ov Des
2007 2008
Perkembangan Inflasi Kota Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
53
Di kedua pasar tersebut, harga daging sapi mengalami perlambatan kenaikan,
bahkan sedikit menurun pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2008 setelah
sebelumnya mempunyai tendensi peningkatan pada akhir triwulan III 2008.
Grafik 2.15
Pergerakan Harga Daging Sapi di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/kg)
Grafik 2.16
Pergerakan Harga Emas di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Gram)
Pasar Cinde
Sumber : SPH KBI Palembang��
-
10,000�20,000�
30,000�
40,000�
50,000�60,000�
70,000�
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
st
Sep
t
Okt
Nov
Des
2007 2008
Pasar Lemabang
Sumber : SPH KBI Palembang �
-10,000�20,000�30,000�40,000�50,000�60,000�70,000�
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
stS
ept
Okt
Nov
Des
2007 2008
Pasar Cinde
�Sumber : SPH KBI Palembang�
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
st
Sept
Okt
Nov Des
2007 2008
Pasar Lemabang
Sumber : SPH KBI Palembang�
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
stSe
ptO
ktN
ov Des
2007 2008
Perkembangan Inflasi Kota Palembang �
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
54
Hasil SPH juga menunjukkan sedikit peningkatan harga emas di pasar Cinde dan
Lemabang pada bulan Desember 2008. Namun, pada periode triwulan IV 2008, pola
pergerakan harga emas pada kedua pasar tersebut berbeda. Di pasar Cinde, harga emas
sempat menurun drastis pada bulan Oktober 2008 setelah sebelumnya memperlihatkan
tendensi kenaikan drastis pada bulan September 2008 sedangkan di pasar Lemabang,
harga emas cenderung meningkat secara gradual pada triwulan IV 2008.
Hasil SPH yang dilakukan oleh KBI Palembang secara independen di Kota
Palembang menunjukkan pola pergerakan harga yang cukup konvergen dengan hasil survei
inflasi yang dilakukan secara bulanan oleh BPS. Hal ini menunjukkan bahwa hasil SPH Kota
Palembang dapat dijadikan sebagai salah satu petunjuk dalam memperkirakan
perkembangan inflasi di kota Palembang.
Grafik 2.17
Pergerakan Inflasi Bulanan dan Tingkat Harga Sesuai SPH di Kota Palembang (Sept 2007 – Sept 2008)
�Keterangan : Data dan informasi diolah dari BPS Propinsi Sumatera Selatan dan SPH Bank Indonesia Palembang
(6)
(4)
(2)
-
2�
4�
6�
8�
-1
0
1
2
3
4
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
st
Sep
t
Okt
Nov
Des
2008
Per
sen
Per
sen
Inflasi�BPS,�Bulanan�(Axis�Kiri)
Inflasi�SPH,�Bulanan�(Axis�Kanan)
Perkembangan Inflasi Kota Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
55
PROYEKSI INFLASI PALEMBANG TAHUN 2009
Secara umum, pada tahun 2009, tekanan inflasi dari sisi domestik diprediksi mengalami penurunan terkait dengan beberapa hal, yaitu: (1) adanya penurunan harga komoditas unggulan Sumatera Selatan sejak Oktober 2008 yang berpengaruh terhadap menurunnya pendapatan masyarakat, (2) adanya penurunan harga BBM domestik yang ditetapkan oleh pemerintah, (3) adanya ekspektasi apresiasi Rupiah yang berpotensi menurunkan biaya bahan baku impor. Di sisi lain, kegiatan-kegiatan politik yang terkait dengan Pemilu legislatif dan Pemilihan Capres/Cawapres pada tahun 2009 dapat memicu kenaikan harga. Namun, hal ini diperkirakan tidak terlalu signifikan dalam mempengaruhi inflasi. Dalam memperkirakan inflasi Kota Palembang tahun 2009, dilakukan pertimbangan melalui isu kualitatif dan metode kuantitatif. Adanya perubahan tahun dasar pembentukan Indeks Harga Konsumen (IHK) menjadi 2007=100 dari yang semula 2002=100 dapat menyebabkan nilai inflasi tahunan yang tidak konsisten. Sejak bulan Juni tahun 2008, BPS tidak lagi menyediakan data IHK dengan tahun dasar 2002. Padahal, proyeksi dengan metode ekonometrik mengharuskan adanya jumlah observasi yang cukup panjang. Untuk itu, dilakukan penyesuaian IHK seperlunya sebelum dilakukan proses estimasi. Proyeksi IHK dan Inflasi Palembang 2009 menggunakan sampel 2002:1 sampai dengan 2008:4 melalui basis atheoretical ARIMA dengan 4 penyesuaian data yang berbeda, yaitu:
•� Model 1: Dengan data IHK yang menggunakan SBH 2002, dilakukan penyesuaian IHK mulai 2008:2 dengan menggunakan angka inflasi yoy berdasarkan SBH 2007. Proyeksi mengacu pada perubahan qtq keluaran baseline IHK.
•� Model 2: Dengan data IHK yang menggunakan SBH 2002, dilakukan penyesuaian IHK mulai 2008:2 dengan menggunakan angka inflasi yoy berdasarkan SBH 2007. Proyeksi mengacu pada keluaran baseline IHK.
•� Model 3: Dengan data IHK yang menggunakan SBH 2002. Proyeksi mengacu pada perubahan qtq keluaran baseline IHK, dengan penyesuaian angka yoy untuk proyeksi 2009:1 berdasarkan angka estimasi multiplier yoy antara SBH 2002 dan SBH 2007.
•� Model 4: Dengan data IHK yang menggunakan SBH 2002. Proyeksi mengacu pada keluaran baseline IHK, dengan penyesuaian angka yoy untuk proyeksi 2009:1 berdasarkan angka estimasi multiplier yoy antara SBH 2002 dan SBH 2007.
Hasil proyeksi setiap triwulan dapat dilihat pada grafik 1, grafik 2, dan grafik 3.
Suplemen 3
Perkembangan Inflasi Kota Palembang �
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
56
Grafik 1. Proyeksi IHK per Triwulan Tahun 2009
�Sumber: hasil estimasi berdasarkan data BPS
����
������
Tw 4 - 08 Tw 1 - 09 Tw 2 - 09 Tw 3 - 09 Tw 4 - 09
model 1 115.92 117.80 120.29 123.10 125.20
model 2 115.92 117.89 120.41 122.72 124.65
model 3 115.92 118.56 122.91 125.18 125.62
model 4 115.92 118.74 122.92 124.59 125.90
110.00
112.00
114.00
116.00
118.00
120.00
122.00
124.00
126.00
128.00 Harga komoditas sedikit naik, sektor riil stagnan, masih ada pengaruh BBM turun, kampanye parpol
putaran pertama kampanye capres/ cawapres
putaran kedua kampanye capres/ cawapres, idul fitri
capres/ cawapres sudah terpilih, mulai terdapat efek pernurunan BI rate sejak Tw 4 2008
Grafik 2. Proyeksi Inflasi Tahunan (yoy) per Triwulan Tahun 2009
�Sumber: Hasil Estimasi
Tw I -09
Tw 2 -09
Tw 3 -09
Tw 4 -09
model 1 9.54 7.91 6.76 8.01
model 2 9.62 7.94 6.32 7.86
model 3 10.10 9.09 7.66 8.37
model 4 10.24 9.10 7.15 8.61
6.00
6.50
7.00
7.50
8.00
8.50
9.00
9.50
10.00
10.50
11.00
������
Grafik 3. Proyeksi Inflasi Triwulanan (qtq) per Triwulan Tahun 2009
�Sumber: Hasil Estimasi
Tw I - 09Tw 2 -
09Tw 3 -
09Tw 4 -
09
model 1 1.62 2.11 2.33 1.71
model 2 1.70 2.14 1.92 1.58
model 3 2.28 3.67 1.84 0.35
model 4 2.43 3.52 1.35 1.05
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
ProyeksiInflasi qtq
Perkembangan Inflasi Kota Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
57
Pada triwulan I 2009, diprediksi terjadi penurunan inflasi yoy dibandingkan triwulan sebelumnya, yang disebabkan oleh adanya penurunan konsumsi domestik karena menurunnya aktivitas sektor riil dan adanya pengaruh lanjutan dari penurunan harga BBM. Sehingga pada triwulan I 2009, Inflasi secara tahunan (yoy) diproyeksikan sebesar 9,88 ± 1%. Pada triwulan II 2009, diprediksi akan terjadi peningkatan inflasi triwulanan yang disebabkan oleh adanya kampanye capres/cawapres putaran pertama, namun terjadi penurunan inflasi secara tahunan karena tingginya inflasi pada triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Sehingga, inflasi tahunan pada periode tersebut diproyeksikan sebesar 8,51% ± 1%. Pada triwulan III 2009, inflasi secara triwulanan relatif tidak berubah dibandingkan sebelumnya. terjadi tekanan inflasi yang disebabkan oleh adanya kampanye Capres/Cawapres putaran kedua, dan adanya hari raya Idul Fitri pada minggu ketiga bulan September. Sehingga, inflasi tahunan pada periode tersebut diproyeksikan sebesar 6,97% ± 1%. Pada triwulan IV 2009, akan terdapat tekanan inflasi melalui tingginya realisasi pengeluaran pemerintah dan adanya hari raya Natal serta libur akhir tahun. Di sisi lain, efek riil adanya penurunan BI rate pada akhir tahun 2008 akan mulai muncul dan menurunkan proteksi terhadap inflasi. Pada akhir tahun 2009, inflasi diproyeksikan sebesar 8,21% ± 1%.
Perkembangan Inflasi Kota Palembang �
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
58
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
�
�
3.1. Kondisi Umum
Kinerja perbankan di Propinsi Sumatera Selatan secara tahunan (yoy) pada triwulan IV 2008
(November 2008) dilihat dari beberapa indikator (total aset, penghimpunan dana dan
penyaluran kredit/pembiayaan yang diberikan) masih menunjukkan perkembangan positif.
Total aset perbankan Sumatera Selatan meningkat sebesar 12,82% dari triwulan yang sama
pada tahun sebelumnya (yoy), yaitu dari Rp32,89 triliun menjadi Rp37,11 triliun.
Peningkatan aset perbankan terutama disebabkan meningkatnya jumlah penghimpunan
dana dan laba yang diperoleh perbankan.
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga
(DPK) yang terdiri dari simpanan deposito,
tabungan, dan giro meningkat sebesar
19,46% dari Rp24,14 triliun pada
triwulan yang sama tahun sebelumnya
menjadi Rp28,84 triliun. Peningkatan DPK
pada triwulan IV 2008 tersebut terutama
disumbang oleh peningkatan simpanan
deposito sebesar 38,91% dibandingkan
triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Penyaluran kredit/ pembiayaan
mengalami peningkatan dari Rp16,58
triliun pada triwulan yang sama pada
tahun sebelumnya menjadi Rp21,97
triliun atau meningkat sebesar 32,51%.
Penyaluran Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) secara tahunan (yoy) tercatat
mengalami peningkatan sebesar Rp4,23 triliun atau sebesar 36,55% dari Rp10,61 triliun
menjadi sebesar Rp14,84 triliun. Sementara itu, secara triwulanan (qtq), realisasi kredit
MKM mengalami peningkatan sebesar Rp0,19 triliun atau sebesar 1,32%
Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Propinsi Sumatera Selatan
�
32.89 31.04
33.87 35.64
37.11
24.14 23.20 24.77
26.54 28.84
16.58 17.22
20.41 21.97 21.97
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2007 2008
Rp
Trili
un
Aset DPK Kredit
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3
Perkembangan Perbankan Daerah�
�
60� Kajian Ekonomi Regional Propinsi�
Secara triwulanan (
peningkatan yang cukup
kredit/pembiayaan. Total aset meningkat sebesar
sebelumnya. Jumlah DPK meningkat sebesar
Dilihat dari pangsanya, peningkatan total ase
peningkatan kinerja bank peme
triwulanan meningkat sebesar
secara triwulanan meningkat sebesar
kredit perbankan Sumatera Selatan
sebelumnya.
Peningkatan DPK tersebut dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu: (1) adanya krisis
global yang membuat investor cenderung menghinda
bunga simpanan, dan (3) adanya peningkatan jaminan simpanan
Simpanan (LPS) sampai dengan Rp2 Milyar.
menghindari resiko investasi menyebabkan
yang diyakini lebih terjamin dan berisiko lebih rendah.
Loan to Deposit Ratio
IV 2008 tercatat sebesar 76,17%
sempat mencapai 82,76%,
sebelumnya sebesar 69,77%
sedikit peningkatan dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari sebesar
1,85%, namun meningkat dibandingkan tahun sebel
3.2. Kelembagaan
Jumlah bank yang beroperasi di Propinsi
Sumatera Selatan sampai dengan
triwulan IV 2008 berjumlah
dengan jumlah kantor bank sebanyak
441 kantor yang terdiri dari 4
Wilayah Bank Umum Konvensional, 1
Kantor Pusat Bank Pemerintah Daerah, 18
Kantor Pusat BPR/S, 56 Kantor
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008�
Secara triwulanan (qtq), kinerja perbankan Sumatera Selatan
kup baik dilihat dari beberapa indikator kecuali
aset meningkat sebesar 4,13% dibandingkan triwulan
sebelumnya. Jumlah DPK meningkat sebesar 8,66% dibandingkan triwulan sebelumnya.
Dilihat dari pangsanya, peningkatan total aset perbankan terutama
peningkatan kinerja bank pemerintah, dimana total aset bank pemerintah secara
wulanan meningkat sebesar 5,56%, dan penghimpunan DPK bank Pemerintah yang
wulanan meningkat sebesar 12,52%. Tidak seperti total aset dan DPK
perbankan Sumatera Selatan hanya meningkat sebesar 0,02% dibandingkan triwulan
tersebut dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu: (1) adanya krisis
global yang membuat investor cenderung menghindari resiko, (2) adanya peningkatan suku
(3) adanya peningkatan jaminan simpanan dari Lembaga Penjamin
sampai dengan Rp2 Milyar. Perilaku investor yang sangat khawatir dan
menyebabkan terjadi pemindahan DPK ke bank pemerintah,
yang diyakini lebih terjamin dan berisiko lebih rendah.�
Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di wilayah Sumatera Selatan pada triwulan
76,17%, menurun dari LDR pada triwulan sebelumnya yang
, namun secara triwulanan meningkat dibanding
%. Selain itu, rasio Non-Performing Loan (NPL) menunjukkan
dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari sebesar 1,77
dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,73
Jumlah bank yang beroperasi di Propinsi
Sumatera Selatan sampai dengan
berjumlah 52 Bank
jumlah kantor bank sebanyak
yang terdiri dari 4 Kantor
Konvensional, 1
ah Daerah, 18
Kantor Cabang
Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATMdi Propinsi Sumatera Selatan
�
���
���
���
52 2369
283
66
JML KP / KWL KC KCP
� �
Sumatera Selatan mengalami
kecuali pada
dibandingkan triwulan
dibandingkan triwulan sebelumnya.
terutama berasal dari
emerintah secara
, dan penghimpunan DPK bank Pemerintah yang
aset dan DPK, penyaluran
dibandingkan triwulan
tersebut dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu: (1) adanya krisis
ri resiko, (2) adanya peningkatan suku
Lembaga Penjamin
Perilaku investor yang sangat khawatir dan
bank pemerintah,
pada triwulan
dari LDR pada triwulan sebelumnya yang
namun secara triwulanan meningkat dibanding tahun
(NPL) menunjukkan
77% menjadi
umnya yang tercatat sebesar 1,73%.
Jumlah Kantor Bank dan ATM di Propinsi Sumatera Selatan�
�
66
468
KK ATM
�
Kajian Ekonomi Regional Propinsi�
Bank Umum Konvensional, 7 Kantor Cabang Bank
BPR/S, 237 Kantor Cabang Pembantu
Pembantu Bank Umum Syariah, serta 66
Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tercatat sebanyak
�
3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ket
3.3.1 Penghimpunan DPK
DPK secara tahunan (yoy) mengalami peningkat
meningkat dari Rp4,76 triliun menjadi
sebesar 8,00%. Simpanan deposito meningkat dari Rp9,20
atau meningkat sebesar 38,91
menjadi Rp10,92 triliun atau meningkat sebesar
Secara triwulanan (qtq), penghimp
tabungan. Jumlah giro men
Jumlah tabungan menurun sebesar
simpanan berjangka mengalami peningkatan
Grafik 3.3 Pertumbuhan DPK Perbankandi Propinsi Sumatera Selatan
�
4.76� 4.49�5.15�
10.18� 10.17�11.05�
9.20�8.54�
-
2.00�
4.00�
6.00�
8.00�
10.00�
12.00�
14.00�
Tw�IV Tw�I Tw�II
2007
Rp
Trili
un
Giro Tabungan
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Konvensional, 7 Kantor Cabang Bank Umum Syariah dan 4 Kantor Cabang
Kantor Cabang Pembantu Bank Umum Konvensional, 21 Kantor
antu Bank Umum Syariah, serta 66 Kantor Kas Bank Umum dan BPR. Jumlah
Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tercatat sebanyak 468 unit.
3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)
) mengalami peningkatan. Simpanan giro tercatat
6 triliun menjadi sebesar Rp5,14 triliun atau terjadi p
nan deposito meningkat dari Rp9,20 triliun menjadi Rp
38,91%. Simpanan tabungan meningkat dari Rp10,18
triliun atau meningkat sebesar 7,23%.
ecara triwulanan (qtq), penghimpunan DPK mengalami peningkatan kecuali untuk
umlah giro menurun sebesar 3,31% dibandingkan triwulan sebelumnya.
sebesar 2,12 % dibandingkan triwulan sebelumnya, dan jumlah
simpanan berjangka mengalami peningkatan 26,91% dibandingkan triwulan sebelumnya.
�
Pertumbuhan DPK Perbankan di Propinsi Sumatera Selatan
5.15� 5.31� 5.14�
11.05� 11.16� 10.92�
8.57�10.07�
12.78�
Tw�II Tw�III Tw�IV
2008
Deposito
Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Triwulan
di Propinsi Sumatera Selatan
�
17.81%
44.33%
Giro Tabungan Deposito
Perkembangan Perbankan Daerah
61�
4 Kantor Cabang
Bank Umum Konvensional, 21 Kantor Cabang
Kantor Kas Bank Umum dan BPR. Jumlah
tercatat sedikit
terjadi peningkatan
triliun menjadi Rp12,78 triliun
n tabungan meningkat dari Rp10,18 triliun
unan DPK mengalami peningkatan kecuali untuk
dibandingkan triwulan sebelumnya.
dibandingkan triwulan sebelumnya, dan jumlah
dibandingkan triwulan sebelumnya.
DPK Perbankan Triwulan IV 2008 di Propinsi Sumatera Selatan
�
17.81%
37.86%
Deposito
Perkembangan Perbankan Daerah �
�
62� Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008� �
�
Berdasarkan pangsa masing-masing simpanan terhadap total DPK yang berhasil
dihimpun, simpanan deposito mempunyai pangsa terbesar yaitu sebesar 44,33 % diikuti
oleh tabungan sebesar 37,86 % dan simpanan giro sebesar 17,81 %. Sejak tahun
sebelumnya, komposisi DPK selalu didominasi oleh tabungan.
�
3.3.2. Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota
Saat ini sistem pelaporan bank yang dikelola Bank Indonesia Palembang masih
mengelompokkan daerah berdasarkan 11 kabupaten/kota. Berdasarkan laju pertumbuhan
secara tahunan (yoy). Laju pertumbuhan penghimpunan DPK Musi Rawas tercatat
mengalami pertumbuhan paling tinggi yakni sebesar 727,12 % dari sebesar Rp3,61 miliar
menjadi Rp29,82 miliar. Penghimpunan DPK di Kota Palembang sebagai Ibukota propinsi
Sumatera Selatan tercatat tumbuh sebesar 16,58% dari sebesar Rp17,11 triliun menjadi
sebesar Rp19,95 triliun. Kabupaten yang tercatat mengalami peningkatan DPK secara
tahunan yang terendah adalah Kabupaten Musi Banyuasin dengan peningkatan sebesar
4,51%.
Tabel 3.1
Pertumbuhan DPK Perbankan Propinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta)
�
2007 2008
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Prabumulih 959,248 906,349 970,880 1,007,161 1,026,505
Pagar Alam 329,253 305,480 366,532 410,353 401,972
Lubuklinggau 1,143,114 1,241,037 1,391,816 1,377,708 1,319,165
Baturaja 602,944 673,660 741,031 773,940 746,281
Palembang 17,108,535 16,485,719 17,262,656 18,607,803 19,945,556
Ogan Komering Ulu 471,945 488,806 478,699 504,927 493,274
Ogan Komering Ilir 633,587 777,485 892,291 739,407 865,711
Musi banyuasin 846,279 751,344 1,052,942 945,175 884,447
Musi Rawas 3,606 4,181 9,606 60,818 29,823
Lematang Ilir Ogan Tengah 1,469,022 981,977 979,473 1,427,797 2,435,346
Lahat 574,938 581,692 621,094 686,748 692,248
Berbeda dengan pertumbuhan tahunan, kabupaten Musi Rawas yang mencatat
pertumbuhan tahunan tertinggi justru mengalami penurunan penghimpunan DPK cukup
signifikan dari Rp60,82 miliar menjadi Rp29,82 miliar atau menurun sebesar 50,96%. DPK
Kota Palembang mengalami peningkatan dari Rp18,61 triliun atau meningkat sebesar
Perkembangan Perbankan Daerah
�
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008 63��
7,19%. Wilayah yang mencatat peningkatan dalam menghimpun DPK paling tinggi adalah
Kabupaten Lematang Ilir Ogan Tengah yang tercatat mengalami peningkatan dari Rp1,24
triliun menjadi Rp2,44 triliun atau meningkat sebesar 97,03%.
Berdasarkan pangsa, DPK Kota Palembang tercatat sebagai daerah dengan pangsa
DPK terbesar yakni sebesar 69,16% dari total DPK Sumatera Selatan, kemudian daerah
yang mempunyai pangsa paling kecil adalah kabupaten Musi Rawas dengan pangsa
sebesar 0,1%.
3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan
3.4.1. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral
Laju pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan tercatat mengalami peningkatan sebesar
32,51% dari tahun sebelumnya. Meningkatnya penyaluran kredit/pembiayaan dari Rp16,58
triliun menjadi Rp21,97 triliun ini antara lain terkait dengan peningkatan kredit di sektor
pertambangan dan sektor pertanian dengan pertumbuhan tahunan masing-masing sebesar
1066,94% dan 43,36%.
Tabel 3.2
Perkembangan Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan (Rp Triliun)
�
2007 2008 Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Pertanian 2.04 2.13 2.59 2.84 2.93
Pertambangan 0.03 0.04 0.29 0.27 0.34
Perindustrian 2.48 2.36 3.07 3.06 2.72
Perdagangan 3.69 3.77 4.42 4.90 4.92
LGA 0.42 0.39 0.38 0.37 0.45
Konstruksi 1.19 1.18 1.42 1.57 1.56
Pengangkutan 0.25 0.25 0.27 0.26 0.27
Jasa Dunia Usaha 0.99 1.01 1.18 1.30 1.22
Jasa Sosial 0.22 0.23 0.27 0.23 0.22
Lain-lain 5.26 5.86 6.52 7.16 7.36
Total Kredit 16.58 17.22 20.41 21.97 21.97
�
�
�
Perkembangan Perbankan Daerah�
�
64� Kajian Ekonomi Regional Propinsi�
Kredit pada sektor lain
mengalami peningkatan sebesar
39,81% dibandingkan tahun
sebelumnya. Kredit pada
perdagangan mengalami peningkatan
sebesar 33,10% dibandingkan tahun
sebelumnya. Pertumbuhan kredit yang
cukup baik juga dialami oleh sektor
dunia usaha, sektor konstruksi
sektor perindustrian masing
sebesar 23,70%, 30,64%
9,49%. Pada triwulan IV tahun 2008
ini, tidak terdapat satu sektor
pun yang mengalami penurunan
jumlah kredit secara tahunan.
Menurut komposisinya, selain sektor lain
sektor perdagangan, yaitu sebesar 22,38
pertanian dan sektor perindustrian ma
Kemudian, pada urutan berikutnya adalah penyaluran kredit pada sektor konstruksi dan
sektor jasa dunia usaha masing
air, sektor pengangkutan, sektor pertambangan
mempunyai pangsa yang kecil, y
1,00%.
3.4.2. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan
Seluruh penyaluran kredit/pembiayaan menurut penggunaan mengalami
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (
mengalami peningkatan paling tinggi yakni sebesar
Kredit modal kerja mencatat pertumbuhan sebesar
tercatat tumbuh sebesar 39,78
Secara triwulanan (qtq
mengalami penurunan sebesar
peningkatan tertinggi yakni sebesar
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008�
sektor lain-lain
alami peningkatan sebesar
dibandingkan tahun
sebelumnya. Kredit pada sektor
perdagangan mengalami peningkatan
dibandingkan tahun
sebelumnya. Pertumbuhan kredit yang
cukup baik juga dialami oleh sektor
sektor konstruksi, dan
ing-masing
%, dan
. Pada triwulan IV tahun 2008
ini, tidak terdapat satu sektor ekonomi
mengalami penurunan
Menurut komposisinya, selain sektor lain-lain, penyaluran kredit didominasi pada
erdagangan, yaitu sebesar 22,38% dan disusul oleh penyaluran kredit pada sektor
pertanian dan sektor perindustrian masing-masing sebesar 13,33% dan 12,36
Kemudian, pada urutan berikutnya adalah penyaluran kredit pada sektor konstruksi dan
saha masing-masing sebesar 7,09% dan 5,56%. Sektor listrik, gas dan
air, sektor pengangkutan, sektor pertambangan dan sektor jasa sosial masyarakat
mempunyai pangsa yang kecil, yakni masing-masing sebesar 2,05%, 1,21%, 1,53
3.4.2. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan
Seluruh penyaluran kredit/pembiayaan menurut penggunaan mengalami
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Kredit investasi tercatat
ling tinggi yakni sebesar 47,78% menjadi sebesar Rp4,
catat pertumbuhan sebesar 21,56%, sedangkan kredit konsumsi
39,78%.
qtq), penyaluran kredit/pembiayaan untuk modal kerja tercatat
engalami penurunan sebesar 4,42% setelah pada triwulan sebelumnya mencatat
an tertinggi yakni sebesar 20,10%. Kredit investasi mencatat peningkatan
Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral
Propinsi Sumatera Selatan Triwulan
�
13.33%
22.38%
2.05%
7.09%
1.21%5.56%
1.00%
33.49%
Pertanian Pertambangan
Perindustrian Perdagangan
Listrik, Gas dan Air Konstruksi
Pengangkutan Jasa Dunia Usaha
Jasa Sosial Masyarakat Lain-lain
� �
lain, penyaluran kredit didominasi pada
dan disusul oleh penyaluran kredit pada sektor
dan 12,36%.
Kemudian, pada urutan berikutnya adalah penyaluran kredit pada sektor konstruksi dan
. Sektor listrik, gas dan
dan sektor jasa sosial masyarakat
, 1,53%, dan
Seluruh penyaluran kredit/pembiayaan menurut penggunaan mengalami peningkatan
). Kredit investasi tercatat
menjadi sebesar Rp4,83 triliun.
redit konsumsi
), penyaluran kredit/pembiayaan untuk modal kerja tercatat
setelah pada triwulan sebelumnya mencatat
nvestasi mencatat peningkatan
Penyaluran Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
�
1.53%
12.36%
22.38%
Pertambangan
Perdagangan
Konstruksi
Jasa Dunia Usaha
�
Kajian Ekonomi Regional Propinsi�
tertinggi, yakni sebesar 5,60
peningkatan sebesar 2,80%.
Dari segi komposisi, penyaluran kredit berdasarkan penggunaan pada triwulan IV
2008 ini masih didominasi oleh kredit m
kredit konsumsi yakni sebesar 31,95
20,74%.
3.4.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten
Menurut daerah penyaluran kredit, wilayah
tercatat mengalami peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan secara tahunan (
signifikan yakni masing-masing sebesar
pertumbuhan penyaluran kredit/pembiayaan yang paling rendah adalah
dengan pertumbuhan sebesar
�
�
�
�
Grafik 3.6Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan
Propinsi Sumatera Selatan
�
8.05� 7.72�
9.59�
3.27� 3.64�4.30�
5.26�5.86�
-
2.00�
4.00�
6.00�
8.00�
10.00�
12.00�
Tw�IV Tw�I Tw�II
2007
Rp
Trili
un
Modal�kerja Investasi
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
5,60%, kemudian disusul oleh kredit investasi yang
Dari segi komposisi, penyaluran kredit berdasarkan penggunaan pada triwulan IV
2008 ini masih didominasi oleh kredit modal kerja, yakni sebesar 47,31%, kemudian diikuti
it konsumsi yakni sebesar 31,95%, dan kredit investasi dengan pangsa sebesar
3.4.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten
Menurut daerah penyaluran kredit, wilayah Lematang Ilir Logan Tengah dan wilayah
tercatat mengalami peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan secara tahunan (
masing sebesar 88,10% dan 83,38%. Wilayah yang mengalami
pertumbuhan penyaluran kredit/pembiayaan yang paling rendah adalah Kota Palembang
dengan pertumbuhan sebesar 24,53%.
Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan
Propinsi Sumatera Selatan
�
9.59�10.24� 9.79�
4.30� 4.57� 4.83�
6.52�7.15� 7.35�
Tw�II Tw�III Tw�IV
2008
Investasi Konsumsi
Grafik 3.7 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan
Menurut PenggunaanPropinsi Sumatera Selatan T
2008
21.96%
33.47%
Modal kerja Investasi
Perkembangan Perbankan Daerah
65�
yang mengalami
Dari segi komposisi, penyaluran kredit berdasarkan penggunaan pada triwulan IV
, kemudian diikuti
asi dengan pangsa sebesar
dan wilayah Lahat
tercatat mengalami peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan secara tahunan (yoy) yang
ilayah yang mengalami
Kota Palembang
Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan
Menurut Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV
�
44.56%
Investasi Konsumsi
Perkembangan Perbankan Daerah�
�
66� Kajian Ekonomi Regional Propinsi�
Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan PerbankanPropinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta)
�
Prabumulih
Pagar Alam
Lubuklinggau
Baturaja
Palembang
Ogan Komering Ulu
Ogan Komering Ilir
Musi banyuasin
Musi Rawas
Lematang Ilir Ogan Tengah
Lahat
lainnya �
Secara triwulanan (qtq), penyaluran kredit/pembiayaan di wilayah Lematang Ilir Ogan
Tengah tercatat mengalami peningkatan tertinggi yakni sebesar
penyaluran kredit/pembiayaan di wilayah pagar alam yang mengalami pertumbuhan
sebesar 7,27%. Wilayah Musi
sebesar 2,02%. Penyebaran kredit/pembiayaan berdasarkan wilayah di Propinsi
Selatan didominasi oleh kota Palembang dengan pangsa kredit sebesar
Komposisi Penyaluran Kredi
5.26%
5.78%
8.11%2.79%
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008�
Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan
Propinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta) 2007 2008
Tw IV Tw I Tw II Tw III 677,125 661,416 856,965 869,557
148,918 160,856 216,527 249,659
466,554 474,199 582,124 659,163
223,067 209,347 353,318 375,782
10,397,330 10,601,396 12,321,469 13,188,073
860,923 883,257 1,038,884 1,144,495
843,993 899,331 1,071,326 1,218,853
1,429,902 1,504,852 1,720,060 1,818,250
383,468 400,277 608,707 598,916
707,656 928,589 1,069,057 1,203,594
357,603 433,798 544,211 638,464
82,793 62,809 26,388 374
), penyaluran kredit/pembiayaan di wilayah Lematang Ilir Ogan
Tengah tercatat mengalami peningkatan tertinggi yakni sebesar 10,59%, dan disusul oleh
penyaluran kredit/pembiayaan di wilayah pagar alam yang mengalami pertumbuhan
. Wilayah Musi Banyuasin tercatat mengalami penurunan penyaluran kredit
. Penyebaran kredit/pembiayaan berdasarkan wilayah di Propinsi
didominasi oleh kota Palembang dengan pangsa kredit sebesar 58,94%
Grafik 3.8
Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Propinsi Sumatera Selatan TriwulanBerdasarkan Wilayah
4.05%1.22%
3.10% 1.71%
58.94%
2.79% 6.06%
2.99%
0.00% Prabumulih Pagar Alam Lubuklinggau Baturaja Palembang Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Musi banyuasin Musi Rawas Lematang Ilir Ogan Tengah Lahat lainnya
� �
Tw IV
890,409
267,813
680,947
375,314
12,947,657
1,155,366
1,269,910
1,781,536
612,925
1,331,093
655,777
317
), penyaluran kredit/pembiayaan di wilayah Lematang Ilir Ogan
, dan disusul oleh
penyaluran kredit/pembiayaan di wilayah pagar alam yang mengalami pertumbuhan
tercatat mengalami penurunan penyaluran kredit
. Penyebaran kredit/pembiayaan berdasarkan wilayah di Propinsi Sumatera
%.
an Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir
Lematang Ilir Ogan Tengah
�
Kajian Ekonomi Regional Propinsi�
3.4.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Realisasi kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) secara tahunan (
mengalami peningkatan sebesar Rp4,23
menjadi sebesar Rp14,84 triliun.
oleh kredit konsumsi sebesar
investasi masing-masing sebesar
Sementara itu, secara triwulanan (
peningkatan sebesar Rp0,18
Pertumbuhan tersebut didominasi oleh pertumbu
Menurut penggunaan, kredit yang diberikan banyak digunakan untuk konsumsi
dan modal kerja. Kredit konsumsi tercatat sebesar Rp
sebesar 50,00%. Kredit Modal Kerja tercatat sebesar Rp5,
sebesar 39,43%.
Penyaluran Kredit UMKM PerbankanPropinsi Sumatera Selatan
�
Berdasarkan plafon kredit,
tertinggi baik secara tahunan
realisasi penyaluran kredit mikro (plafon sd. Rp50 juta)
juta), dan menengah (Rp501 juta s.d. Rp5 miliar) masing
58,94%, dan 28,93%. Secara triwulanan (qtq), perkembangan rea
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
Tw IV
2007
4.24
1.16
5.21
Rp
Tri
liun
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
3.4.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Realisasi kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) secara tahunan (yoy
sebesar Rp4,23 triliun atau sebesar 36,55% dari Rp10,
menjadi sebesar Rp14,84 triliun. Berdasarkan penggunaan, pertumbuhan tertinggi dicapai
oleh kredit konsumsi sebesar 39,00%. Kemudian diikuti oleh kredit modal kerja dan kredit
masing sebesar 34,79% dan 31,95%.
Sementara itu, secara triwulanan (qtq), realisasi kredit MKM
triliun atau sebesar 1,32% dibanding triwulan sebelumnya.
Pertumbuhan tersebut didominasi oleh pertumbuhan kredit konsumsi sebesar 2,29
Menurut penggunaan, kredit yang diberikan banyak digunakan untuk konsumsi
dan modal kerja. Kredit konsumsi tercatat sebesar Rp7,24 triliun atau dengan pangsa
. Kredit Modal Kerja tercatat sebesar Rp5,71 triliun atau dengan pangsa
Grafik 3.9 Penyaluran Kredit UMKM Perbankan
Propinsi Sumatera Selatan Menurut Penggunaan
kredit, realisasi penyaluran kredit kecil mencatat pertumbuhan
tertinggi baik secara tahunan maupun triwulanan. Secara tahunan (yoy), perkembangan
realisasi penyaluran kredit mikro (plafon sd. Rp50 juta), kecil (plafon Rp51 juta s.d. Rp500
juta), dan menengah (Rp501 juta s.d. Rp5 miliar) masing-masing tercatat sebesar
ecara triwulanan (qtq), perkembangan realisasi penyaluran kredit
Tw I Tw II Tw III Tw IV
2008
4.24 4.31 5.08 5.67 5.71
1.16 1.20 1.39 1.54 1.53
5.21 5.82 6.47 7.08 7.24
Modal kerja Investasi Konsumsi
Perkembangan Perbankan Daerah
67�
3.4.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
yoy) tercatat
dari Rp10,61 triliun
Berdasarkan penggunaan, pertumbuhan tertinggi dicapai
. Kemudian diikuti oleh kredit modal kerja dan kredit
realisasi kredit MKM mengalami
dibanding triwulan sebelumnya.
sebesar 2,29%.
Menurut penggunaan, kredit yang diberikan banyak digunakan untuk konsumsi
atau dengan pangsa
1 triliun atau dengan pangsa
realisasi penyaluran kredit kecil mencatat pertumbuhan
), perkembangan
, kecil (plafon Rp51 juta s.d. Rp500
masing tercatat sebesar 24,75%,
lisasi penyaluran kredit
Perkembangan Perbankan Daerah �
�
68� Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008� �
�
mikro menurun sebesar 0,60%, sedangkan kredit kecil dan kredit menengah masing-
masing meningkat sebesar 4,32% dan 0,13%.
Grafik 3.10
Penyaluran Kredit UMKM Menurut Plafond Kredit
�
3.5. Perkembangan Suku Bunga Perbankan di Sumatera Selatan
Suku bunga perbankan yang terdiri dari suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman
pada triwulan IV 2008 tercatat mengalami pertumbuhan yang bertolak belakang. Suku
bunga simpanan tercatat mengalami penurunan, sedangkan suku bunga kredit tercatat
mengalami peningkatan.
3.5.1. Perkembangan Suku Bunga
Simpanan
Suku bunga simpanan yang terdiri dari
suku bunga simpanan 1 bulan, 3 bulan, 6
bulan, 12 bulan, dan 24 bulan, secara
rata-rata mengalami peningkatan
dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya (yoy) namun
mengalami penurunan dibandingkan
triwulan sebelumnya (qtq).
4.13 4.47 4.77
5.18 5.15
3.27 3.60
4.36 4.98 5.19
3.21 3.26
3.82 4.14 4.14
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2007 2008Mikro Kecil Menengah
Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Simpanan
Perbankan Sumatera Selatan
�
�
8.18 7.83 7.65
12.91
9.18
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2007 2008
������
1 Bln 3 Bln 6 Bln
12 Bln 24 Bln Rata2
Perkembangan Perbankan Daerah
�
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008 69��
Rata-rata suku bunga simpanan tercatat sebesar 9,18%, menurun dibandingkan
tingkat suku bunga simpanan pada triwulan sebelumnya (qtq) yang sebesar 12,91%.
Namun, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) tercatat
meningkat dari sebesar 8,18%. Walaupun mengalami tingkat penurunan suku bunga yang
tertinggi dibandingkan dengan suku bunga simpanan lainnya, namun berdasarkan lamanya
simpanan, suku bunga simpanan 1 bulan masih tercatat sebagai suku bunga paling tinggi
yakni sebesar 10,08%.
Suku bunga simpanan yang terendah dicatat oleh suku bunga simpanan 24 bulan,
yakni sebesar 7,00%. Hal ini mencerminkan adanya ekspektasi penurunan suku bunga di
masa depan.
3.5.2. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman
Perkembangan tingkat suku bunga pinjaman yang terdiri dari suku bunga kredit modal
kerja, kredit investasi, maupun konsumsi, secara rata-rata mengalami penurunan
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) maupun dibandingkan
triwulan sebelumnya (qtq).
Rata-rata tingkat suku bunga
pinjaman tercatat sebesar 15,85%,
meningkat apabila dibandingkan dengan
tingkat suku bunga pinjaman pada
triwulan sebelumnya (qtq) yang sebesar
14,96% maupun apabila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya (yoy) yang
tercatat sebesar 15,81%. Berdasarkan
penggunaan, suku bunga kredit yang
tertinggi dan mencatat peningkatan
tertinggi pada triwulan IV 2008 adalah
suku bunga kredit modal kerja, yaitu
sebesar 17,18%. Kredit investasi tercatat
sebagai kredit dengan suku bunga
terendah, yaitu 14,45%.
Grafik 3.12
Perkembangan Suku Bunga Kredit Perbankan
Sumatera Selatan
�
15.81 15.40 15.56 14.96
15.85
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2007 2008
Pers
en
Modal Kerja Investasi
Konsumsi Rata2
Perkembangan Perbankan Daerah �
�
70� Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008� �
�
3.5.3. Perkembangan Spread Suku Bunga
Spread suku bunga perbankan, yaitu
selisih antara suku bunga kredit dan suku
bunga simpanan perbankan tercatat
mengalami peningkatan signifikan pada
triwulan IV 2008 menjadi 6,67% setelah
pada triwulan sebelumnya mengalami
penurunan drastis dari 7,91% menjadi
2,05%. Hal ini mencerminkan keadaan
perbankan yang kembali normal pada
triwulan IV 2008 setelah sempat
mengalami mengalami sedikit gejolak
pada triwulan III akibat krisis finansial
global.
3.6. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan
Berdasarkan data LBU KBI Palembang,
jumlah Non-Performing Loan (NPL)
perbankan Sumatera selatan pada
triwulan IV 2008 adalah sebesar
Rp294,97 miliar, menurun sebesar 0,31%
(qtq) namun meningkat sebesar 22,24%
(yoy). NPL gross (belum
memperhitungkan PPAP) pada triwulan IV
2008 (November 2008) tercatat sebesar
1,85% dari total kredit yang disalurkan,
sementara pada triwulan sebelumnya
tercatat sebesar 1,77%. Sementara itu,
NPL net sudah memperhitungkan PPAP)
tercatat sebesar 0,75 % dari total kredit
meningkat dari NPL Net pada triwulan
yang lalu tercatat sebesar 0,40 %.
Grafik 3.13
Perkembangan Spread Suku Bunga Perbankan Sumatera Selatan
�
7.63 7.58 7.91
2.05
6.67
��������������������������������������� ����
�� ��� �� �� �� ��� �� ���� �� ���
���� ����������
Grafik 3.14
Perkembangan NPL Perbankan Sumatera Selatan
�
����
����
���������
0.000.050.100.150.200.250.300.350.40
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2007 2008
������
NPL nominal (axis kanan)Persentase NPL grossPersentase NPL net
�
Kajian Ekonomi Regional Propinsi�
Dilihat dari sektor ekonominya,
persentase NPL gross terbesar masih
bersumber dari sektor perdagangan,
hotel dan restoran yakni sebesar
meskipun menurun dari triwulan
sebelumnya yang mencapai
Sektor konstruksi tercatat menyumbang
NPL sebesar 20,92%, Sektor lain
tercatat menyumbang NPL sebesar
18,90%, sedangkan sektor pertanian
yang juga merupakan salah satu sektor
unggulan Sumatera Selatan
menyumbang NPL sebesar
meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang sebesar 15,05
3.7. Kelonggaran Tarik
Dari LBU KBI Palembang diperoleh
informasi bahwa undisbursement loan
(kredit yang belum direalisasikan oleh
debitur) pada triwulan IV 2008 tercatat
sebesar Rp2,85 triliun atau 17,85%
plafon kredit yang disetujui oleh
perbankan, meningkat dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yang tercatat
sebesar Rp2,04 triliun atau
maupun dibandingkan dengan
sebelumnya yang tercatat sebesar
triliun atau 14,46%. Hal ini terutama
disebabkan oleh suku bunga yang
meningkat dan adanya ekspektasi
penurunan suku bunga di masa depan.
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Dilihat dari sektor ekonominya,
terbesar masih
bersumber dari sektor perdagangan,
hotel dan restoran yakni sebesar 29,51%,
meskipun menurun dari triwulan
sebelumnya yang mencapai 31,94 %.
Sektor konstruksi tercatat menyumbang
ektor lain-lain
tercatat menyumbang NPL sebesar
, sedangkan sektor pertanian
yang juga merupakan salah satu sektor
Sumatera Selatan tercatat
menyumbang NPL sebesar 16,47%,
meningkat dibandingkan triwulan
15,05%.
Dari LBU KBI Palembang diperoleh
undisbursement loan
(kredit yang belum direalisasikan oleh
2008 tercatat
17,85% dari
plafon kredit yang disetujui oleh
dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yang tercatat
Rp2,04 triliun atau 15,53%,
dengan triwulan
tercatat sebesar Rp2,42
Hal ini terutama
disebabkan oleh suku bunga yang
adanya ekspektasi
penurunan suku bunga di masa depan.
Grafik 3.16 Perkembangan Undisbursed Loan
Perbankan Sumatera Selatan
1.80
2.00
2.20
2.40
2.60
2.80
3.00
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2007 2008
��������
Nominal Kelonggaran Tarik
Persentase Kelongaran Tarik
Grafik 3.15 Komposisi NPL menurut Sektor Ekonomi
16.47%
20.92%
29.51%
3.34%
4.74%0.55%
18.90%
Pertanian PertambanganIndustri ListrikKonstruksi PerdaganganAngkutan Jasa UmumJasa Sosial Lain-lain
Perkembangan Perbankan Daerah
71�
Undisbursed Loan Perbankan Sumatera Selatan
�
12.00%13.00%14.00%15.00%16.00%17.00%18.00%19.00%
Tw IV
Nominal Kelonggaran Tarik
Persentase Kelongaran Tarik
Komposisi NPL menurut Sektor Ekonomi
0.01%5.55%0.00%
20.92%
PertambanganListrikPerdaganganJasa Umum
lain
Perkembangan Perbankan Daerah �
�
72� Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008� �
�
3.8. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas bank umum di Propinsi
Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008
tergolong sangat likuid dengan besaran
angka rasio likuiditas sebesar 113,52%.
Namun demikian, rasio tersebut tercatat
menurun baik dibandingkan dengan rasio
likuiditas tahun sebelumnya maupun
triwulan sebelumnya yang masing-masing
tercatat sebesar 179,90% dan 128,19%.
Jumlah aktiva likuid < 1 bulan tercatat
sebesar Rp34,89 triliun atau menurun
sebesar 16,15% dari tahun sebelumnya
yang tercatat sebesar Rp41,61 triliun. Di
sisi lain, jumlah pasiva likuid < 1 bulan
tercatat sebesar Rp30,74 triliun atau
meningkat sebesar 32,90% dari tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar
Rp23,13 triliun.
3.9. Perkembangan Bank Umum Syariah
Perkembangan bank umum Syariah menunjukkan kinerja yang menggembirakan dilihat
dari indikator aset, penghimpunan DPK maupun penyaluran pembiayaan. Pada triwulan IV
2008 (hingga November 2008) total aset tercatat sebesar Rp1.089,66 miliar, meningkat
sebesar 35,47% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat
sebesar Rp804,34 miliar atau secara triwulanan meningkat sebesar 5,43% dibandingkan
posisi triwulan sebelumnya (qtq) yang tercatat sebesar Rp1.033,51 miliar. Penghimpunan
DPK tercatat sebesar Rp613,50 miliar, meningkat 18,12% dibanding triwulan IV 2007 (yoy)
yang sebesar Rp519,39 miliar atau meningkat sebesar 3,45% dibandingkan triwulan
sebelumnya (qtq) yang tercatat sebesar Rp593,06 miliar. Dana investasi tidak terikat
mendominasi pangsa penghimpunan DPK yakni sebesar 90,04% atau sebesar Rp552,41
miliar yang terdiri dari komponen tabungan mudharabah sebesar Rp314,13 miliar dengan
Grafik 3.17 Perkembangan Resiko Likuiditas
Perbankan Sumatera Selatan
�
41.61
40.34
39.22
29.52
34.89
23.13 21.31 23.17 23.02
30.74
179.90%
189.27%
169.26%
128.19%
113.52%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
180%
200%
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Tw�IV Tw�I Tw�II Tw�III Tw�IV
Rp
Trili
un
Aktiva�Likuid�<�1�bulan
Pasiva�Likuid�<�1�bulan
Rasio�Likuiditas
Perkembangan Perbankan Daerah
�
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008 73��
pangsa sebesar 51,20% dari total DPK dan deposito mudharabah sebesar Rp238,28 miliar
atau dengan pangsa sebesar 38,84%.
Sejalan dengan peningkatan aset dan penghimpunan DPK, penyaluran pembiayaan
secara tahunan (yoy) juga mengalami peningkatan yang tinggi yakni sebesar 50,45%
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau hanya meningkat tipis sebesar
1,77% dibandingkan posisi triwulan sebelumnya (qtq). Dari total penyaluran pembiayaan
yang mencapai Rp964,60 miliar, pangsa terbesar dicapai oleh piutang murabahah sebesar
61,17% atau sebesar Rp590,09 miliar, diikuti oleh pembiayaan mudharabah sebesar
Rp264,48 miliar dengan pangsa 27,42% dan pembiayaan musyarakah sebesar Rp71,91
miliar dengan pangsa 7,45%. Sementara itu, piutang qardh dan piutang istishna pangsanya
masih relatif kecil yakni masing-masing sebesar 3,49% dan 0,47%.
Pertumbuhan penyaluran pembiayaan yang lebih besar dibanding pertumbuhan
penghimpunan DPK menyebabkan angka Finance to Deposit Ratio (FDR) meningkat dari
sebesar 127,83% pada triwulan sebelumnya menjadi 157,23%.
Tabel 3.4 Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Selatan (Rp Juta)
INDIKATOR 2007 2008 Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV*
Total Aset 804,344 842,396 915,243 1,033,505 1089,660 Dana Pihak Ketiga 519,390 536,641 553,707 593,064 613,504 1. Simpanan Wadiah 48,678 54,798 54,640 57,580 61,097 - Giro Wadiah 44,131 49,697 50,329 48,754 44,564 - Tabungan Wadiah 4,547 5,101 4,311 8,826 16,533
2. Dana Investasi tidak terikat 470,712 481,843 499,067 535,484 552,407 - Tabungan Mudharabah 260,706 271,919 314,323 320,200 314,131 - Deposito Mudharabah 210,006 209,924 184,744 215,284 238,276
Komposisi Pembiayaan 641,126 737,437 838,681 947,832 964,599 - Piutang Murabahah 367,477 411,351 477,313 567,266 590,088 - Piutang Istishna 6,563 6,544 6,285 4,619 4,490 - Piutang Qardh 17,618 28,717 26,143 32,108 33,640 - Pembiayaan Mudharabah 219,873 253,071 268,576 274,888 264,475 - Pembiayaan Musyarakah 29,595 37,754 60,364 68,951 71,906
*) Data s.d November 2008
Perkembangan Perbankan Daerah �
�
74� Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008� �
�
RINGKASAN PENELITIAN PERATURAN DAERAH DAN PERATURAN PUSAT DALAM RANGKA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
(UMKM) UNGGULAN DAERAH PROPINSI SUMATERA SELATAN
Bank Indonesia Palembang bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya pada Desember 2008 telah menyelesaikan satu penelitian yang berjudul Kajian Identifikasi Peraturan Daerah dan Peraturan Pusat Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Unggulan Daerah di Provinsi Sumatera Selatan. Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengidentifikasi peraturan pemerintah pusat dan daerah yang dinilai kurang mendukung pengembangan UMKM yang terkait dengan komoditi unggulan di Sumatera Selatan. Berbagai kalangan menilai bahwa pengembangan UMKM menghadapi berbagai kendala dalam hal pendirian dan pengembangan usaha, antara lain perizinan, retribusi, dan kesulitan akses kredit/pembiayaan ke lembaga keuangan.
Total sampel penelitian yang diwawancarai dan mengisi kuesioner sebanyak 254 responden dengan penentuan responden secara judgemental sampling. Distribusi responden per wilayah survei terdiri dari 10 kabupaten/kota: Banyuasin dan Musi Banyuasin sebanyak 45 responden, Muara Enim dan Prabumulih sebanyak 41 responden, Lahat dan Pagar Alam sebanyak 41 responden, Ogan Komering Ilir dan Ogan Ilir sebanyak 43 responden, Ogan Komering Ulu Timur sebanyak 41 responden, dan Kota Palembang sebanyak 43 responden.
Metode pengumpulan data melalui: (i) pengisian kuesioner dan (ii) focus group discussion (FGD). Pengumpulan data difokuskan pada komoditas-komoditas unggulan berskala UMKM di masing-masing kabupaten, sehingga dapat diidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan komoditas-komoditas tersebut. FGD dilakukan di 7 kota masing-masing: (i) Pangkalan Balai, (ii) Muara Enim, (iii) Kayu Agung, (iv) Lahat, (v) Palembang, (vi) Inderalaya, dan (vii) Martapura.
Tabel. 1 Area Penelitian dan Masing-Masing Komoditi Unggulan
No. Kabupaten/Kota Komoditas Unggulan
1 Banyuasin Kelapa Sawit 2 Musi Banyuasin Kelapa Sawit 3 Ogan Komering Ilir Sapi 4 Ogan Ilir Sapi 5 Lahat Kopi 6 Pagar Alam Kopi 7 Ogan Komering Ulu Timur Padi 8 Muara Enim Karet 9 Prabumulih Karet 10 Kota Palembang Ayam
Suplemen 4
Perkembangan Perbankan Daerah
�
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008 75��
Data yang dihimpun oleh kuesioner kemudian diolah mellalui metode statistik dekriptif yang hasilnya kemudian dibawa ke FGD di Kabupaten/Kota. Penelitian tersebut menghasilkan beberapa kesimpulan yang berintikan kendala dan beberapa peraturan yang dinilai menghambat UMKM sebagai berikut:
1.� Sertifikasi dan Labelisasi Benih/Bibit. Terdapat beberapa peraturan yang dinilai kurang mendukung antara lain:
a.� Perda Pemprov No. 4 tahun 2002 tentang Retribusi Jasa Pelayanan dan Pengawasan Mutu Barang.
b.� Perda No. 19 tahun 2004 tentang Retribusi, Registrasi usaha Prevenian, Sertifikasi dan Pengujian Benih Tanaman serta Penggunaan sarana proteksi tanah.
c.� Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No.36/Permentan/OT.140/2/2007 Tentang Perizinan Usaha Perkebunan.
d.� Permentan No.39/OT/140/8/2007 Tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Unggul.
Perda dan Perpus ini dinilai tidak kondusif bagi UMKM dalam usaha penangkar benih karet, sawit, dan padi. Isu strategis dalam berusaha adalah mahalnya harga bijih/bibit sawit, adanya bejih/bibit illegal (palsu).
2.� Sertifikasi Lahan. Keterbatasan dana bantuan sertifikasi lahan, birokrasi dalam pengurusan sertifikat, mahalnya biaya pengurusan sertifikat, dan lemahnya koordinasi lintas sektoral menyebabkan sebagian besar UMKM tidak bankable, karena terkendala agunan pinjaman.
3.� Skim Kredit UMKM. Skim Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) belum tersosialisasi dengan baik kepada masyarakat dan UMKM.
4.� Distribusi Pupuk. Sering terjadi kelangkaan pupuk pada saat musim tanam hal ini mengganggu hasil panen. Kelangkaan pupuk terjadi antara lain karena lemahnya fungsi perencanaan, koordinasi, dan pengawasan dalam mata rantai distribusi pupuk bersubsidi.
5.� Perizinan Usaha. Untuk usaha mikro dan kecil umumnya tidak memerlukan izin usaha. Namun bagi UMKM yang mau akses ke perbankan umumnya memerlukan perizinan, seperti: SIUP, TDP, SITU, dan NPWP. Proses memperoleh perizinan usaha rumit, lama dan biayanya mahal.
Rekomendasi
A. Kepada Pemerintah Propinsi
1.� Peraturan Pusat yang menyangkut sertifikasi benih dan pembibitan yang selanjutnya diatur dalam Perda Propinsi secara bertahap perlu dilimpahkan kepada Kabupaten/Kota, karena untuk lebih mendekatkan dan mempercepat pelayanan kepada masyarakat sesuai semangat otonomi daerah.
2.� Dalam jangka pendek Pemerintah Propinsi perlu membuka kantor perwakilan administrasi di kabupaten yang mengurus dokumen sertifikasi dan labelisasi bibit karet serta program pelatihan SDM terkait sertifikasi benih/bibit.
Perkembangan Perbankan Daerah �
�
76� Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008� �
�
3.� Pemda perlu mengusulkan kepada Menteri Perdagangan dan Menteri Pertanian untuk menerbitkan produk hukum yang mengharuskan perusahaan penghasil bijih sawit untuk memberikan layanan khusus pengadaan bijih sawit bagi UMKM.
4.� Dalam distribusi pupuk bersubsidi perlu ditingkatkan fungsi perencanaan, koordinasi, pengawasan, dan penegakan hukum (law enforcement) agar kasus kelangkaan pupuk di daerah dapat diatasi.
5.� Pemerintah Propinsi perlu memfasilitasi pengembangan sentra pengadaan bijih/benih/bibit unggul bersertifikat secara perwilayahan.
6.� Pemerintah Propinsi perlu memperbanyak sentra penangkaran benih/bibit berlabel yang dikelola oleh kelompok tani.
B. Kepada Pemerintah Kabupaten/Kota
1.� Pemerintah Kabupaten/Kota perlu meningkatkan forum koordinasi lintas dinas, lintas
sektoral dengan pemerintah propinsi dan pemerintah pusat dalam pembinaan dan pengembangan UMKM di daerahnya.
2.� Pemerintah Kabupaten/Kota perlu meningkatkan alokasi dana bantuan sertifikasi tanah bagi UMKM dalam APBD tahunannya.
3.� Pemerintah Kabupaten/Kota perlu meningkatkan kegiatan sosialisasi perda terkait UMKM baik melalui program temu wicara/pelatihan UMKM maupun informasi melalui media cetak dan elektronika.
4.� Bagi Pemerintah Kabupaten yang belum memiliki LPKD (Lembaga Penjamin Kredit Daerah) perlu mempertimbangkan berdirinya lembaga seperti itu di daerahnya agar aksesibilitas UMKM kepada sektor perkreditan dapat ditingkatkan dalam rangka mendukung pengembangan UMKM di daerahnya.
5.� Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota perlu mempertimbangkan kemungkinan pembuatan Perda-Perda baru, yaitu:
a.� Perda yang khusus mengatur Pembinaan dan Pengembangan usaha UMKM;
b.� Perda yang mengatur tentang fasilitasi dan insentif bagi perusahaan yang memproduksi benih/bijih/bibit berkualitas, termasuk pengadaan lahannya.
c.� Perda pengembangan usaha perkopian (perkebunan dan industri pengolahan skala UMKM) di Lahat dan Pagar Alam;
d.� Perda tentang Pengembangan Usaha Padi (usaha penangkaran benih lokal, harga gabah pada saat panen raya, dan pengadaan pupuk);
e.� Perda tentang Pengembangan Usaha Sapi di Ogan Komering Ilir dan Ogan Ilir (sebagai insentif bagi usaha pembiakan sapi);
f.� Perda tentang Rumah Potong Hewan di Ogan Komering Ilir dan Ogan Ilir;
g.� Perda tentang Pengembangan Usaha Ternak Ayam;
h.� Perda yang menyangkut Penjaminan Kredit dari Pemkab/Pemkot bagi UMKM untuk akses kepada perbankan;
Perkembangan Perbankan Daerah
�
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008 77��
i.� Perda Tentang Pendirian Pusat atau Balai Pembibitan di kabupaten/kota, untuk menghasilkan benih/bibit dan pelatihan sertifikasi bagi petani;
j.� Perda Tentang Pengaturan Pelayanan Perizinan Satu Atap;
k.� Pendirian Badan Usaha Milik Daerah yang berfungsi menampung pembelian beras dan/atau kopi dan sawit pada saat panen raya;
C. Kepada Pemerintah Pusat
1.� Pemerintah Pusat perlu meningkatkan alokasi bantuan dana untuk Program sertifikasi lahan bagi UMKM, agar jumlah UMKM yang bankable meningkat.
2.� Pemerintah Pusat perlu meningkatkan sosialisasi dan pemberian informasi mengenai Peraturan Pusat kepada UMKM.
3.� Perum Bulog perlu meningkatkan pembelian beras pada musim panen raya.
4.� Pemerintah Pusat perlu mempertimbangkan kemudahan impor biji benih sawit bersertifikat untuk UMKM.
5.� Pemerintah Pusat perlu mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya mengatasi kelangkaan pupuk bersubsidi.
Perkembangan Perbankan Daerah �
�
78� Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008� �
�
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
4.1. Realisasi APBD Tahun 2008
Berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan, realisasi
penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Propinsi Sumatera Selatan
pada tahun 2008 mencapai 94,80%, sedangkan realisasi belanja pemerintah kurang dari
90%.
Realisasi penerimaan APBD Sumatera Selatan tahun 2008 tersebut tidak begitu jauh
berbeda dibandingkan dengan realisasi pada tahun sebelumnya yang mencapai 95,31%.
Namun demikian, pencapaian penerimaan pada tahun ini secara nominal mengalami
peningkatan sebesar 16,16% dibandingkan realisasi penerimaan APBD pada tahun 2007.
Realisasi penerimaan dari komponen Dana Perimbangan tercatat sebesar
Rp1.390,32 miliar atau menyumbang sebesar 56,04% dari total realisasi penerimaan.
Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) tercatat sebesar Rp1.080,23 miliar atau
mencapai 43,54% dari total penerimaan, diikuti oleh realisasi lain-lain pendapatan yang sah
sebesar Rp10,36 miliar dengan pangsa sebesar 0,42%.
Tabel 4.1Perbandingan Realisasi APBD Sumsel Tahun 2008/2007 (Rp Miliar)
Anggaran Realisasi % Anggaran Realisasi %Penerimaan 2,241.04 2,135.83 95.31 2,617.01 2,480.91 94.80 PAD 897.16 847.97 94.52 1,040.32 1,080.23 103.84 Dana Perimbangan
1,335.85 1,280.90 95.89 1,568.03 1,390.32 88.67
Lain-lain 8.04 6.96 86.62 8.65 10.36 119.69 Belanja 2,557.66 2,328.23 91.03 2,718.47 2,253.92 82.91 Pembiayaan 296.60 192.40 64.87 101.46 101.05 99.59 Surplus/Defisit - - - - 328.04 -
TA. 2007 TA. 2008
Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan, diolah
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Keuangan Daerah
80
Perbandingan antara PAD dengan Dana Perimbangan daerah Sumatera Selatan saat
ini adalah 1 : 1,29 yang artinya besar PAD hanya sebesar 0,78% dari Dana Perimbangan
yang diterima, sehingga pada masa yang akan datang diperlukan terobosan untuk memacu
Pendapatan Asli Daerah secara proporsional dengan kondisi masyarakat maupun dunia
usaha sehingga geliat sektor riil dan pertumbuhan ekonomi dapat tetap terjaga.
Tabel 4.2 Realisasi APBD Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2008
No Uraian Anggaran (Juta Rp)
Realisasi (Juta Rp) (%)
1 Pendapatan 2,617,007.90 2,480,910.47 94.80
1.1 PAD 1,040,323.65 1,080,228.02 103.84
- Pajak Daerah 897,944.35 982,694.98 109.44 - Retribusi Daerah 12,324.67 12,859.22 104.34
- Hasil Pengelolaan Yang Dipisahkan 42,059.64 25,902.10 61.58
- Lain-lain PAD Yang Sah 87,995.00 58,771.71 66.79
1.2 Dana Perimbangan 1,568,030.17 1,390,324.71 88.67
- Bagi Hasil Pjk/ Non Pajak 1,022,254.03 799,067.23 78.17
- Dana Alokasi Umum (DAU) 545,776.13 591,257.48 108.33
- Dana Alokasi Khusus (DAK) - - #DIV/0!
- Dana Perimbangan dari Propinsi - - 0.00
1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 8,654.08 10,357.74 119.69
- Pendapatan Hibah 8,644.85 10,348.51 119.71
- Bantuan Keuangan dari Pemda Lain - -
- Dana Tunjangan Pendidikan 9.23 9.23 99.99
2 Belanja 2,718,469.71 2,253,922.56 82.91
Belanja Tidak Langsung 1,162,103.63 917,733.03 78.97
Belanja Langsung 1,556,366.08 1,336,189.52 85.85
-101,461.81 226,987.91 -223.72
3 Pembiayaan 101,461.81 101,048.46 99.59
- Penerimaan Daerah 101,461.81 101,048.46 99.59
- Pengeluaran Daerah 0.00 0.00
0.00 328,036.36
Surplus/Defisit
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Keuangan Daerah
81
Dari empat komponen pembentuk Pendapatan Asli Daerah, yaitu : (1) Pajak Daerah,
(2) Retribusi Daerah, (3) Hasil Perusahaan Daerah & Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan, serta (4) lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, hanya komponen
pajak daerah dan retribusi daerah yang realisasinya mencapai lebih dari 100%, yakni
masing-masing sebesar 109,44% dan 104,34%.
Saat ini terdapat beberapa jenis pajak daerah yang umumnya ditetapkan dengan
peraturan daerah (termasuk Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan) yaitu : (1) Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB), (2) Pajak Hotel dan Restoran, (3) Pajak Hiburan dan Tontonan,
(4) Pajak Reklame, (5) Pajak Penerangan Jalan, dan (6) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
(BBNKB). Berbagai jenis pajak daerah ini merupakan sumber utama PAD, sehingga ke
depan pos-pos ini perlu dioptimalkan, namun perlu diantisipasi agar tidak menimbulkan
gejolak baru di masyarakat dan mendistorsi kegiatan perekonomian di daerah. Langkah
yang perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan penerimaan pajak dalam jangka pendek
adalah memfokuskan pada intensifikasi pemungutan pajak yaitu mengoptimalkan jenis-
jenis pungutan pajak daerah dan retribusi daerah yang sudah ada.
Selain itu, optimalisasi perusahaan daerah maupun kekayaan daerah merupakan
salah satu alternatif yang penting dilakukan dalam rangka peningkatan PAD mengingat
realisasi pos ini pada tahun 2008 hanya mencapai 61,58%. Ke depan, rendahnya realisasi
komponen tersebut perlu mendapat perhatian dari pihak terkait karena pemberdayaan
setiap sumber daya yang dimiliki oleh daerah dalam era otonomi daerah sekarang ini
merupakan syarat mutlak terwujudnya kemandirian dalam menggerakkan roda pemerintah
untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera.
Realisasi belanja Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2008 mencapai
82,91%, dengan realisasi belanja terbesar pada pos belanja langsung yang mencapai
59,28% dari total belanja dan terealisasi sebesar 85,85% dari anggaran tahun 2008. Pada
pos belanja langsung, komponen belanja modal masih tercatat sebagai pengeluaran paling
besar yang mencapai 56,70%. Besarnya pengeluaran untuk belanja modal mengindikasikan
bahwa tingginya komitmen pemerintah daerah yang direpresentasikan dengan bergulirnya
berbagai proyek pembangunan infrastruktur yang tersebar di seluruh pelosok wilayah
Sumatera Selatan.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Keuangan Daerah
82
Realisasi penerimaan pembiayaan daerah dari sisa lebih pembiayaan anggaran
(SILPA) tahun sebelumnya tercatat sebesar 99,59% atau terealisasi sebesar Rp101,05 miliar.
Sehingga dengan juga memperhitungkan jumlah surplus pada realisasi APBD, pada tahun
anggaran 2008 terdapat sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA) sebesar Rp328,04 miliar
atau meningkat sebesar 224,63% dari SILPA tahun sebelumnya.
4.2. APBD Tahun 2009
Berdasarkan data Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan, penerimaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009
direncanakan sebesar Rp2.681,67 miliar atau meningkat sebesar 8,09% dari realisasi tahun
sebelumnya yang mencapai Rp2.480,91 miliar. Adapun belanja pemerintah daerah
direncanakan sebesar Rp2.751,67 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 22,08% dari
realisasi tahun 2008 yang mencapai Rp2.253,92 miliar.
Grafik 4.1 Perbandingan Anggaran & Realisasi APBD
Tahun 2008 Propinsi Sumatera Selatan
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
Penda
patan PAD
Dana P
erimba
ngan
Belanja
Rp
Milia
r
Anggaran
Realisasi Tahun 2008
Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan
Grafik 4.2 Rasio Sumber Pembiayaan Realisasi APBD
Tahun 2008 Propinsi Sumatera Selatan
PAD41.84%
Dana Perimban
gan53.85%
Lain-lain Pendapat
an yg Sah
0.40%
Pembiayaan
Daerah3.91%
Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Keuangan Daerah
83
Target penerimaan APBD Sumatera Selatan tahun 2009 masih ditopang oleh
komponen Dana Perimbangan sebesar 55,96% atau sebesar Rp1.500,61 miliar, meningkat
sebesar 7,93% dari realisasi tahun sebelumnya. Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD)
tercatat sebesar Rp1.171,64 miliar atau mencapai 43,69% dari total penerimaan APBD
Sumsel, diikuti oleh pendapatan lain-lain yang sah sebesar Rp9,42 miliar dengan pangsa
sebesar 0,35%.
Dana Perimbangan merupakan andalan utama sumber pembiayaan pembangunan
wilayah Sumatera Selatan dengan pangsa sebesar 55,96% dari total penerimaan, namun
kontribusinya menurun sebesar 0,08% apabila dibandingkan dengan realisasi tahun
sebelumnya.
Menyikapi rendahnya penerimaan dari hasil perusahaan daerah dan pengelolaan
kekayaan alam yang dipisahkan pada realisasi APBD tahun sebelumnya, Pemerintah Propinsi
Sumatera Selatan telah menetapkan anggaran penerimaan dari komponen tersebut sebesar
Rp40,60 miliar atau meningkat sebesar 56,74% dibandingkan realisasi tahun 2008, namun
dilihat kontribusinya hanya sebesar 1,51% dari total penerimaan pada anggaran 2009.
Tabel 4.3APBD Sumsel 2009 & Realisasi APBD Tahun 2008 (Rp Miliar)
Anggaran Realisasi % AnggaranPenerimaan 2,617.01 2,480.91 94.80 2,681.67 PAD 1,040.32 1,080.23 103.84 1,171.64 Dana Perimbangan
1,568.03 1,390.32 88.67 1,500.61
Lain-lain 8.65 10.36 119.69 9.42 Belanja 2,718.47 2,253.92 82.91 2,751.67 Pembiayaan 101.46 101.05 99.59 70.00 Surplus/Defisit - 328.04 - -
TA. 2008 TA. 2009
Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan, diolah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Keuangan Daerah
84
Tabel 4.4 Realisasi APBD Sumsel 2008 & APBD Sumsel Tahun 2009
No Uraian Realisasi 2008 (Juta Rp)
Anggaran 2009 (Juta Rp)
Peningkatan (%)
1 Pendapatan 2,480,910.47 2,681,672.32 8.09
1.1 PAD 1,080,228.02 1,171,643.28 8.46
- Pajak Daerah 982,694.98 1,035,104.83 5.33 - Retribusi Daerah 12,859.22 12,968.45 0.85
- Hasil Pengelolaan Yang Dipisahkan 25,902.10 40,600.00 56.74
- Lain-lain PAD Yang Sah 58,771.71 82,970.00 41.17
1.2 Dana Perimbangan 1,390,324.71 1,500,609.79 7.93
- Bagi Hasil Pjk/ Non Pajak 799,067.23 993,253.91 24.30
- Dana Alokasi Umum (DAU) 591,257.48 507,355.88 -14.19
- Dana Alokasi Khusus (DAK) - -
- Dana Perimbangan dari Propinsi - -
1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 10,357.74 9,419.25 -9.06
- Pendapatan Hibah 10,348.51 9,410.02 -9.07
- Bantuan Keuangan dari Pemda Lain - -
- Dana Tunjangan Pendidikan 9.23 9.23 0.01
2 Belanja 2,253,922.56 2,751,672.32 22.08
Belanja Tidak Langsung 917,733.03 1,213,428.89 32.22
Belanja Langsung 1,336,189.52 1,538,243.43 15.12
226,987.91 -70,000.00 -130.84
3 Pembiayaan 101,048.46 70,000.00 -30.73
- Penerimaan Daerah 101,048.46 70,000.00 -30.73
- Pengeluaran Daerah 0.00 0.00
328,036.36 0.00
Surplus/Defisit
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan
Secara umum alokasi APBD tahun 2009 berada di atas realisasi APBD tahun 2008
baik dari sisi pendapatan maupun sisi belanja pemerintah. Beberapa pos baik di sisi
pendapatan maupun belanja mengalami penurunan anggaran. Di sisi pendapatan, Dana
Alokasi Umum dan pendapatan masing-masing menurun sebesar 14,19% dan 9,06%. Di
sisi belanja, pos belanja hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja modal masing-masing
mengalami penurunan sebesar 69,53%, 3,09%, dan 15,98%.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Keuangan Daerah
85
Pos pengeluaran untuk belanja daerah pada tahun 2009 meningkat sebesar
22,08% dibandingkan realisasi tahun 2008. Komponen belanja tidak langsung meningkat
paling signifikan mencapai 32,22% sedangkan komponen biaya langsung tercatat
meningkat sebesar 15,12%. Pada komponen biaya langsung, sub komponen biaya
pegawai tercatat meningkat secara signifikan yakni mencapai 179,34% dibandingkan
realisasi APBD tahun 2008. Peningkatan gaji PNS yang secara gradual akan dilakukan pada
tahun 2009 didentifikasi merupakan salah satu penyebab naiknya pos tersebut.
Grafik 4.3 Perbandingan Realisasi APBD 2008 &
APBD 2009 Propinsi Sumatera Selatan
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
Penda
patan
PAD
Dana P
erim
bang
an
Belanja
Rp
Mili
ar
Realisasi APBD 2008
Rencana APBD 2009
Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan
Grafik 4.4 Rasio Sumber Pembiayaan APBD Tahun 2009
Propinsi Sumatera Selatan
Pembiayaan
Daerah2.54%
Lain-lain Pendapat
an yg Sah
0.34%
Dana Perimban
gan54.53%
PAD42.58%
Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Perkembangan Keuangan Daerah
86
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
87
Sebagai konsekuensi terjadinya pesimisme ekonomi akibat krisis finansial global,
perkembangan sistem pembayaran, dilihat dari sisi tunai dan non tunai menunjukkan
adanya indikasi penurunan frekuensi maupun nilai aktivitas ekonomi melalui penurunan
tingkat perputaran kliring dan net outflow di Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008.
5.1. Perkembangan Kliring
Perputaran kliring di Sumatera Selatan
pada triwulan IV 2008 menunjukkan
penurunan dari segi jumlah warkat
maupun nominalnya baik secara tahunan
maupun triwulanan. Jumlah warkat yang
dikliringkan tercatat sebanyak 155.642
lembar dengan nominal sebesar
Rp5,84triliun. Secara tahunan (yoy),
volume warkat menurun 12,86%
dibanding triwulan IV 2007 yang tercatat
sebanyak 178.616 lembar dan secara
nominal meningkat 2,87% dari sebesar
Rp5,67 triliun.
Aktivitas kliring merupakan salah satu indikator geliat perekonomian yang
merupakan proxy intensitas transaksi ekonomi yang bersifat non tunai. Secara triwulanan
(qtq) terjadi penurunan volume warkat sebesar 22,30% dari sebanyak 200.315 lembar dan
berdasarkan nilai nominalnya menurun 19,55% dari sebesar Rp7,26 triliun, yang
menunjukkan dampak krisis finansial global terhadap aktivitas perekonomian Sumsel pada
triwulan IV 2008, baik dari sisi frekuensi transaksi maupun nilai transaksi secara triwulanan.
Grafik 5.1 Perkembangan Triwulanan Perputaran Kliring
Sumsel
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 5
Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
88
Sementara itu, cek/bilyet giro (BG) kosong yang dikliringkan tercatat sebanyak
2.803 lembar dengan nominal sebesar Rp80,76 miliar. Angka tersebut dilihat dari jumlah
warkat dan nilai nominalnya mengalami penurunan secara triwulanan dan peningkatan
secara tahunan.
Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) jumlah warkat cek/BG
kosong meningkat sebesar 64,40% dari sebanyak 1.705 lembar, sedangkan dari sisi
nominal tercatat meningkat sebesar 58,66% dari sebesar Rp50,90 miliar. Dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya, jumlah cek/BG kosong yang dikliringkan meningkat sebesar
3,55% dari sebanyak 2.707 lembar dan dari sisi nominal menurun sebesar 4,30% dari
sebesar Rp84,38 miliar.
Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong
Propinsi Sumatera Selatan
2007
IV I II III IVPerputaran Kliring
1. Lembar Warkat 178,616 186,973 194,299 200,315 155,642
2. Nominal (Triliun Rp) 1.93 1.97 1.78 5.67 5.84
Cek/Bilyet Giro Kosong
1. Lembar Warkat 1,705 1,589 1,731 2,707 2,803
2. Nominal (Miliar Rp) 50.90 49.21 63.88 84.38 80.76
Ketarangan2008
Grafik 5.3 Perkembangan Jumlah Cek/Bilyet Giro
Kosong Sumsel
40
240
440
640
840
1,040
1,240
1.50
6.50
11.50
16.50
21.50
26.50
31.50
36.50
des feb apr juni agt okt des
2007 2008
lem
bar
Mili
ar
nominal lembar
Grafik 5.2 Perkembangan Bulanan Jumlah
Perputaran Kliring Sumsel
40.00
45.00
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
1.50
1.70
1.90
2.10
2.30
2.50
2.70
des feb apr juni agt okt des
2007 2008
ribu
lem
bar
Trili
un
nominal lembar
Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
89
Secara bulanan, aktivitas kliring tertinggi terjadi pada bulan Desember 2008 dengan
jumlah warkat sebanyak 60.419 lembar dengan nominal sebesar Rp2,17 triliun. Pada bulan
Oktober tercatat sebanyak 51.300 lembar senilai Rp.1,94 triliun dan di bulan November
turun drastis menjadi 43.923 lembar senilai Rp1,73 triliun. Sementara itu, dari jumlah
cek/bilyet giro kosong, aktivitas perputaran warkat maupun nominal yang tertinggi terjadi
pada bulan Desember 2008 yakni sebanyak 1.078 lembar senilai Rp32,65 miliar, sedangkan
pada bulan November 2008 tercatat sebanyak 780 lembar senilai Rp20,70 miliar dan pada
bulan September 2008 sebanyak 945 lembar senilai Rp27,41 miliar.
5.2. Perkembangan Perkasan
Kegiatan perkasan yang juga merupakan salah satu proxy dari aktivitas perekonomian
melalui transaksi tunai. Dalam triwulan IV 2008 kegiatan perkasan di KBI Palembang
mencatat inflow sebesar Rp1,10 triliun, menurun sebesar 37,99% dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar Rp1,78 triliun. Apabila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq), jumlah tersebut menunjukkan penurunan
sebesar 22,26%. Pada periode yang sama, outflow tercatat sebesar Rp2,05 triliun atau
menurun sebesar 27,92% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy), dan
tercatat mengalami penurunan sebesar 17,88% dari sebesar Rp1,41 triliun apabila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq). Dengan membandingkan angka inflow
dan outflow maka terjadi net-outflow selama triwulan IV 2008 sebesar Rp0,95 triliun,
sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya tercatat net-outflow sebesar Rp1,07
triliun. Net-outflow pada triwulan ini juga tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang sebesar Rp 1,83 miliar.
Tabel 5.2
Kegiatan Perkasan di Sumsel (Rp Miliar)
2007
IV I II III IVInflow 1,776.09 1,092.30 986.83 1,416.71 1,101.37
Outflow 2,848.48 1,414.10 2,693.78 2,500.11 2,053.08
Net Inflow (Net Outflow) (1,072.39) (321.80) (1,706.94) (1,083.40) (951.71)
Keterangan2008
Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
90
Menurunnya transaksi outflow
dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya mengindikasikan minimnya
kebutuhan masyarakat terhadap uang
dalam bentuk tunai pada bulan Oktober
2008. Pada periode Oktober 2008 jumlah
uang yang didistribusikan ke masyarakat
tercatat sebesar Rp0,10 triliun, jauh di
bawah jumlah distribusi uang pada bulan
September yang tercatat sebesar Rp1,65
triliun. Namun, pada bulan November
2008 dan Desember 2008, nilai outflow
dan inflow mulai kembali seperti
biasanya.
Melalui kegiatan perkasan,
dilakukan pula penarikan uang lusuh di
KBI Palembang sebagai wujud dari clean
money policy Bank Indonesia. Secara
triwulanan, pada triwulan IV 2008, uang
lusuh yang ditarik tercatat menurun
26,72% dari Rp620,36 miliar menjadi
Rp454,60 miliar. Penarikan uang lusuh
tersebut juga menurun 16,03%
dibandingkan triwulan yang sama tahun
sebelumnya, yang tercatat sebesar
Rp541,37 miliar.
Menurut proporsinya terhadap inflow, nilai penarikan uang lusuh juga mengalami
penurunan sebesar 27,06% secara triwulanan dan sebesar 8,34% secara tahunan.
Perkembangan tersebut juga mendukung adanya indikasi berkurangnya frekuensi transaksi
tunai dalam perekonomian pada triwulan IV 2008.
Grafik 5.4Perkembangan Kegiatan Perkasan Sumsel
2007- 2008
(1,500.00)
(1,000.00)
(500.00)
‐
500.00
1,000.00
1,500.00
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
2007 2008
Mili
ar
Outflow Inflow Net Inflow
Grafik 5.5 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh
oleh KBI Palembang
-
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
700.00
0
10
20
30
40
50
60
70
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2007 2008
Mili
ar
Pers
en
Nilai (axis kanan) % terhadap inflow
Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
91
5.3. Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau
Selain kegiatan perkasan yang dilaksanakan di Kota Palembang, di Sumatera Selatan juga
terdapat kegiatan kas titipan yang dilaksanakan di Kota Lubuk Linggau. Kas titipan tersebut
dilaksanakan mulai tahun 2005 yang ditandai dengan penandatangan Memorandum of
Understanding (MoU) antara Bank Indonesia Palembang dengan PT. Bank Rakyat Indonesia
Cabang Lubuk Linggau yang ditunjuk sebagai bank penyelenggara kas titipan.
Pertimbangan penyelenggaraan kas titipan di Lubuk Linggau dilatarbelakangi oleh relatif
tingginya kebutuhan terhadap uang tunai serta jarak yang cukup jauh dari Kota
Palembang.
Tabel 5.3 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau
(Rp Miliar) 2007
IV I II III IV
Inflow 367.48 338.46 173.29 414.01 317.50
Outflow 429.65 346.68 417.78 451.38 220.32
Net Inflow (Net Outflow) (62.16) (8.22) (244.49) (37.37) 97.18
Keterangan2008
Aktivitas kas titipan pada triwulan IV 2008 tercatat semakin menurun. Kegiatan
inflow tercatat sebesar Rp317,50 miliar atau menurun sebesar 48,72% dibandingkan
periode yang sama pada tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar Rp367,48 miliar,.
Demikian pula apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq) tercatat mengalami
penurunan sebesar 51,19%. Outflow tercatat sebesar Rp220,32 miliar, mengalami
penurunan sebesar 13,60% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang
tercatat sebesar Rp429,65 miliar. Secara triwulanan (qtq), besar outflow tercatat mengalami
peningkatan sebesar 23,31% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
Rp451,38 miliar. Secara keseluruhan, pada triwulan ini tercatat net-inflow sebesar Rp97,18
miliar, berbeda dari triwulan-triwulan sebelumnya yang selalu mencatat net outflow.
Kondisi net inflow yang tercatat memberikan indikasi menurunnya aktivitas perekonomian
di Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008.
Secara bulanan (mtm) jumlah inflow pada bulan Oktober 2008 mengalami
peningkatan tajam, sedangkan outflow mengalami penurunan yang sangat signifikan,
sehingga tercatat net inflow sebesar Rp162,95 milyar. Hal ini menunjukkan berkurangnya
Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
92
transaksi perekonomian di Sumsel. Pada bulan November dan Desember, aktivitas kas
titipan kembali mencatat net outflow.
Grafik 5.6 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau Secara Bulanan
Tahun 2007-2008
(150)
(100)
(50)
-
50
100
150
200
250 D
es
Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
Jul
Aug
Sep Oct
Nov
Dec
2007 2008
Rp
Mili
ar
Outflow Inflow Net Inflow (Net Outflow)
Penurunan harga komoditi unggulan ekspor propinsi Sumatera Selatan sebagai akibat dari
adanya krisis finansial global telah berdampak pada penurunan kesejahteraan masyarakat.
Hal ini tercermin dari penurunan PDRB per kapita dan Nilai Tukar Petani (NTP) secara cukup
signifikan. Meskipun tingkat pengangguran belum mengalami penurunan yang tinggi,
namun terdapat tendensi mulai meningkatnya pengangguran sebagai konsekuensi krisis
tersebut.
6.1. Ketenagakerjaan
Secara umum, kondisi ketenagakerjaan di Propinsi Sumatera Selatan tidak mengalami
banyak perubahan dibandingkan dengan triwulan-triwulan sebelumnya. Meskipun
beberapa indikator ketenagakerjaan selama beberapa triwulan terakhir menunjukkan
sedikit fluktuasi, namun secara umum tidak menunjukkan perubahan yang signifikan.
Berbagai permasalahan dasar masih mewarnai kondisi ketenagakerjaan di daerah ini,
seperti lambannya transformasi tenaga kerja dari sektor primer ke sektor sekunder,
produktivitas tenaga kerja yang masih relatif rendah, serta masih tingginya angka
pengangguran.
Tabel 6.1 Banyaknya Pekerja per Sektor Ekonomi
2007Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah1. Pertanian 1,933,405 1,978,361 1,970,189 1,835,852 1,801,303 2. Pertambangan 22,453 25,639 29,792 33,915 34,247 3. Industri 113,422 132,342 161,239 183,085 182,179 4. Listrik, Gas dan Air 19,801 9,467 7,600 5,631 6,381 5. Kontruksi 81,094 108,761 111,071 113,373 114,285 6. Perdagangan 482,544 471,520 482,370 492,940 521,337 7. Transportasi 117,880 149,554 149,028 148,126 146,000 8. Lembaga Keuangan 18,780 19,910 25,018 38,357 40,166 9. Jasa 277,032 266,703 278,780 388,752 400,052
Jumlah 3,066,411 3,162,257 3,215,087 3,240,031 3,245,950
SEKTOR2008
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN 6
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008
94
Jumlah angkatan kerja propinsi Sumatera Selatan tercatat sebesar 3,453,238 orang
atau meningkat sebesar 0,18 persen dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebanyak
3,447,002 orang. Peningkatan angkatan kerja tersebut selain terkait dengan peningkatan
jumlah penduduk usia kerja, juga disebabkan oleh semakin bertambahnya jumlah
penduduk yang menyelesaikan jenjang pendidikan yang ditempuh dan siap memasuki
dunia kerja. Dugaan tersebut dikonfirmasi oleh data peningkatan jumlah penduduk yang
bekerja dari 3.240.031 orang menjadi 3.245.950 orang, atau sebesar 0,18%. Namun,
jumlah penduduk yang menganggur mengalami peningkatan dari 206,971 orang menjadi
207,288 orang. Meningkatnya jumlah angkatan kerja yang relatif tidak sepenuhnya dapat
diikuti oleh penyerapan tenaga kerja ke dalam sektor-sektor usaha yang ada terkait dengan
situasi bisnis yang kurang kondusif akibat adanya krisis finansial global.
Sementara itu, berdasarkan sektor ekonomi, distribusi sektoral menunjukkan bahwa
konsentrasi tenaga kerja masih terdapat di sektor pertanian yang menyerap 55,49% tenaga
kerja, meskipun angka ini sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 56,66%, namun tetap membuktikan bahwa sektor pertanian masih tetap menjadi
tumpuan utama bagi sebagian besar masyarakat Sumatera Selatan.
Grafik 6.1 Persentase Tenaga Kerja
Menurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
55.49
1.06
5.61
0.20
3.52
16.06
4.50
1.24
12.32
Pertanian
Pertambangan
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, dan Air
Bangunan
Perdagangan
Pengangkutan
Keuangan
Jasa-jasa
Dalam satu tahun terakhir
jumlah penduduk yang bekerja di
sektor pertanian mengalami
fluktuasi. Meskipun demikian,
fluktuasinya relatif kecil dari waktu
ke waktu dan perubahannya relatif
lamban serta cenderung mengalami
penurunan. Ini menunjukkan
lambannya transformasi tenaga
kerja dari sektor primer ke sektor
sekunder maupun tersier serta
menunjukkan sekaligus bahwa
sektor pertanian masih menjadi
andalan bagi penduduk sebagai
mata pencaharian.
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
95
Di tengah kondisi ekonomi yang masih terbatas lapangan kerja di sektor-sektor
formal, sektor pertanian tetap menjadi pilihan penduduk karena sifatnya yang fleksibel dan
tidak membutuhkan keahlian yang tinggi. Para pekerja di sektor ini lebih mudah untuk
keluar masuk jika ada peluang kerja yang lebih baik.
Daya serap sektor sekunder (manufaktur) pada triwulan IV sebesar 9,33%, mengalami
kenaikan sebesar 0,01 persen dibandingkan dengan angka pada triwulan sebelumnya yang
mencapai 9,32 persen. Sektor industri memberi kontribusi paling besar dalam sektor
manufaktur ini yakni mencapai 5,61%, kemudian disusul sektor konstruksi sebesar 3,52%.
Dibandingkan triwulan sebelumnya daya serap sektor industri relatif stabil, begitu juga dengan
sektor konstruksi. Dua sektor lainnya yaitu sektor pertambangan dan sektor listrik, gas dan air,
mempunyai daya serap yang relatif kecil. Secara umum dapat dikatakan bahwa daya serap
tenaga kerja sektor-sektor tersebut relatif masih rendah.
Kontribusi sektor tersier (jasa) tercatat meningkat dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, yaitu dari 32,97% menjadi 34,12%. Peningkatan di sektor tersebut bersumber
dari adanya peningkatan kontribusi sektor-sektor terkait, kecuali sektor transportasi yang
memiliki kontribusi tetap pada dua triwulan terakhir, yaitu sebesar 4,50%. Sektor
perdagangan masih merupakan sektor dengan daya serap terbesar setelah pertanian.
Secara umum dapat disebutkan bahwa sampai saat ini transformasi tenaga kerja
dari sektor primer yang produktivitasnya rendah ke sektor sekunder dan tersier yang
produktivitasnya lebih tinggi masih berjalan lamban. Sektor-sektor ekonomi belum
sepenuhnya mampu menyediakan kesempatan kerja bagi pencari kerja yang jumlahnya
terus meningkat. Kondisi tersebut mengakibatkan masih tingginya pengangguran di
Sumatera Selatan.
6.2. Pengangguran
Masalah pengangguran merupakan masalah yang melekat pada aspek
ketenagakerjaan. Penduduk yang menganggur a d a l a h p e n d u d u k y a n g sedang
mencari pekerjaan ditambah penduduk yang sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja),
yang mendapat pekerjaan tetapi belum mulai bekerja, serta yang tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan.
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008
96
Tabel 6.2 Tingkat Pengangguran di Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007 – 2008 (persen)
2007 2008
IV I II III IV
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 9.34 8.45 7.77 6.00 6.00
Tingkat Setengah Pengangguran 34.94 34.47 34.20 38.37 38.80
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Grafik 6.2 Persentase Pengangguran Terselubung
(Setengah Pengangguran) Menurut Lapangan Pekerjaan
di Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Berdasarkan sektor ekonominya, persentase tingkat setengah pengangguran
terbesar terjadi pada sektor pertanian yakni sebesar 57,21% terkait dengan karakteristik
sektor pertanian yang sangat dipengaruhi oleh musim sehingga beban kerjanya juga
mengikuti siklus musim.
Tingkat setengah pengangguran secara konvensional biasanya diukur berdasarkan
jam kerja. Seseorang dikatakan sebagai setengah pengangguran jika dia bekerja kurang
dari jam kerja normal (< 35 jam seminggu). Meskipun jumlah jam kerja per minggu tidak
sepenuhnya dapat memberikan gambaran tingkat produktivitas, terutama bagi mereka
yang memang menghendaki jam kerja rendah, namun demikian jam kerja yang rendah
merupakan salah satu indikasi pemanfaatan tenaga kerja yang kurang optimal.
57.21
7.22
16.61
44.30
7.83
25.05
7.29
3.70
30.50
PertanianPertambanganIndustri PengolahanListrik, Gas, dan Air
BangunanPerdagangan
PengangkutanKeuangan
Jasa-jasa
Selama kurun waktu triwulan IV
2007 hingga triwulan IV 2008 ini
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di
Sumatera Selatan menunjukkan
kecenderungan menurun yang
ditunjukkan dengan semakin kecilnya
persentase Tingkat Pengangguran
Terbuka menjadi sekitar 6,00 persen
pada saat ini.
Namun, tingkat setengah
pengangguran mengalami sedikit
peningkatan. Tingkat pengangguran
berubah dari sebesar 38,37 menjadi
38,80 pada triwulan ini.
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
97
Grafik 6.3 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini
83.00
53.33
76.33
79.70
75.30
63.33
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Aug Se
p
Oct
Nov
Dec
2007 2008
6.3. Pendapatan per Kapita
Pendapatan regional per kapita atas dasar harga berlaku (dengan migas) Propinsi
Sumatera Selatan tercatat sebesar Rp.3.807.053 atau menurun sebesar 12,96% dibanding
triwulan sebelumnya yang sebesar Rp.4.373.686. Jika tanpa memperhitungkan komponen
migas, pendapatan per kapita juga menurun sebesar 8,05% yaitu dari Rp2.890.656 menjadi
Rp2.657.878.
Dengan mengeliminasi faktor perubahan harga, maka didapat besaran pendapatan
perkapita atas dasar harga konstan tahun 2000. Pada Tw-IV ini, pendapatan perkapita
atas dasar harga konstan 2000 (dengan migas) mencapai Rp1.697.078. Angka ini
mengalami penurunan sebesar 5,53% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar Rp1.796.483. Sementara itu, pendapatan per kapita regional atas dasar
konstan tanpa migas mengalami penurunan sebesar 7,15% dari Rp1.398.508
menjadi Rp1.298.584.
Meningkatnya jumlah
pengangguran di Sumatera Selatan
terkonfirmasi dari hasil survei konsumen
yang diselenggarakan di kota
Palembang. Dari hasil survei tersebut,
konsumen rumah tangga menilai
ketersediaan lapangan kerja saat ini
menjadi lebih buruk. Setelah mengalami
peningkatan pada bulan Oktober hingga
mencapai 79,70, namun kemudian
indeks ketersediaan lapangan kerja
berangsur-angsur turun hingga
mencapai 63,33 pada bulan Desember.
Nilai tersebut juga jauh lebih rendah dari
Desember tahun lalu yang mencapai
83,00.
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008
98
Tabel 6.3 Pendapatan Per Kapita Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007-2008
Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2000 (Rupiah) 2007
IV I II III IV
Harga Berlaku
Dengan migas 3,656,596 3,692,181 4,050,657 4,373,686 3,807,053
Tanpa migas 2,385,407 2,414,467 2,606,623 2,890,656 2,657,878
Harga Konstan
Dengan migas 1,680,196 1,668,895 1,698,719 1,796,483 1,697,078
Tanpa migas 1,278,896 1,274,409 1,303,124 1,398,508 1,298,584
PDRB2008
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
Grafik 6.4Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan
6 Bulan Yang Lalu
141.3
133.3
120.0 123.0
143.7 148.00
140.33
132.33
90
100
110
120
130
140
150
Des Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun Jul
Aug Sep
Oct
Nov
Dec
2007 2008
Inde
ks
Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu
Ekspektasi penghasilan 6 bulan yad
relatif sedikit meningkat dibandingkan indeks penghasilan saat ini pada bulan
September yang sebesar 120,00. Hal yang patut diperhatikan adalah konsumen di
Sumatera Selatan memandang pesimis terhadap ekspektasi penghasilan pada enam
bulan yang akan datang. Hal tersebut dapat terlihat dari menurunnya indeks
ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang dari 148,00 pada bulan Oktober
2008 menjadi 132,33 pada bulan Desember 2008.
Hasil survei konsumen
yang secara bulanan dilakukan
oleh Bank Indonesia
Palembang terhadap
konsumen rumah tangga di
Sumatera selatan
mengkonfirmasi terjadinya
penurunan pendapatan
perkapita masyarakat
Sumatera Selatan secara
triwulanan.
Indeks penghasilan saat
ini pada bulan Desember
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
99
6.4. Jumlah Penduduk Miskin Sumatera Selatan
Walaupun Propinsi Sumatera Selatan termasuk salah satu propinsi yang kaya di Indonesia,
tetapi jumlah penduduk miskinnya termasuk tinggi. Jumlah penduduk miskin tertinggi di
Propinsi Sumatera Selatan terdapat di Kabupaten Musi Banyuasin, yaitu sebanyak 165.600
orang, sedangkan jumlah penduduk miskin terendah adalah di Kota Prabumulih yaitu
sebanyak 10.000 orang (data tahun 2007).
Tabel 6.4 Jumlah Penduduk Miskin Sumatera Selatan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2004-2007
Jumlah Penduduk Miskin (dalam ribuan) No Kabupaten/Kota 2004 2005 2006 2007
1. OKU 201,4 45,2 46,1 40,6 2. OKI 218,9 161,6 174,1 152,7 3. Muaraenim 138,3 140,3 140,7 128,5 4. Lahat 160,2 162,6 163,1 94,9 5. Musi Rawas 164 166,4 166,9 160,3 6. Musi Banyuasin 164,4 171,3 171,8 165,6 7. Banyuasin 147,3 149,5 149,9 136,8 8. OKU Selatan - 58,8 67,8 61,2 9. OKU Timur - 102,8 103,1 90,7
10. Ogan Ilir - 85,5 82,7 79,6 11. Empat Lawang - - - 49,7 12. Palembang 124,1 125,9 126,3 124,4 13. Prabumulih 15,8 15,5 12,3 10 14. Pagaralam 16,9 15,2 13,7 11,2 15. Lubuklinggau 28 28,4 28,5 25,6
Sumatera Selatan 1.379 1.429 1.446,9 1.331,8
Sumber : Sakernas BPS
6.5. Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan indikator untuk menunjukkan kemampuan daya beli
petani. Perkembangan NTP selama Januari 2008 sampai November 2008 cukup fluktuatif.
NTP pada Tw-IV 2008 (November 2008) mengalami penurunan dari Tw-III 2008 sampai
pada level defisit yaitu dari sebesar 102,24 menjadi sebesar 96,45. Penurunan nilai tukar
terjadi karena penurunan indeks harga yang diterima petani melebihi kenaikan indeks harga
yang dibayar petani. Indeks yang diterima petani mengalami koreksi cukup tajam dari
116,79 pada triwulan sebelumnya menjadi 110,97, sedangkan indeks yang dibayar petani
mengalami sedikit kenaikan dari 114,23 menjadi 115,05.
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008
100
Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani mengalami peningkatan dari 115,07
menjadi 115,61. Konsumsi petani paling tinggi masih digunakan untuk konsumsi
pendidikan, rekreasi dan olah raga yang indeksnya mencapai 122,71. Konsumsi terendah
para petani ada pada makanan jadi yang terlihat dari indeksnya sebesar 109,40.
Grafik 6.5 Indeks Harga yang Diterima, Indeks Harga yang Dibayar dan Nilai Tukar Petani
108.22 110.97
103.89
115.05
104.17
96.45
90
95
100
105
110
115
120
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov
2008
Inde
ks
Indeks Diterima Petani Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Tabel 6.5 Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan Jan-Ags 2008
Sektor, Kelompok dan Sub Kelompok Jan Mar Jun Agt Sep Okt Nop
%Nop thd Okt
Konsumsi Rumah Tangga 104.14 106.6 111.13 113.47 115.09 115.07 115.61 0.47
1. Bahan Makanan 102.62 105.4 110.32 113.65 115.63 115.45 115.84 0.34
2. Makanan Jadi 103.77 106.1 108.10 109.48 110.26 109.05 109.40 0.32
3. Perumahan 102.75 105.3 112.26 114.09 117.84 121.6 121.44 -0.13
4. Sandang 111.10 116.1 116.07 117.63 117.36 113.55 114.20 0.57
5. Kesehatan 107.74 109.2 113.95 113.82 113.82 113.94 116.05 1.85 6. Pendidikan,Rekreasi dan Olahraga 116.77 118.1 118.27 119.12 119.12 119.12 122.71 3.01 7. Transportasi dan Komunikasi 100.29 99.44 110.15 111.12 111.12 111.12 111.20 0.07
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
101
Biaya produksi dan penambahan modal petani mengalami sedikit peningkatan. Hal
ini tercermin dari kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan modal dari sebesar
112,43 menjadi 113,69. Peningkatan indeks tertinggi terjadi pada upah buru tani dari
114,14 menjadi 118,76. Terkait dengan penurunan harga BBM, pengeluaran pada
transportasi tercatat mengalami penurunan indeks sebesar 0,76% dari 117,21 menjadi
sebesar 116,32.
Tabel 6.6 Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani
Sektor,Kelompok dan Sub Kelompok Jan Mar Jun Ags Sep Okt Nop
%Nop thd Okt
Biaya Produksi dan Penambahan Modal 103.22 103.6 109.39 111.21 111.55 112.43 113.69 1.12 1. Bibit 97.09 95.22 115.61 115.66 115.67 115.64 115.87 0.20 2. Obat-obatan dan pupuk 100.07 101.3 108.01 109.79 111.44 112.77 112.61 -0.14 3. Sewa lahan, pajak dan lainnya 104.94 104.9 106.14 106.83 106.99 107.18 107.29 0.10 4. Transportasi 102.42 99.11 116.16 117.29 116.14 117.21 116.32 -0.76 5. Penambahan barang modal 102.68 103.8 107.48 108.25 108.76 109.04 108.92 -0.11 6. Upah buruh tani 107.92 109 109.37 113.14 113.33 114.14 118.76 4.05
6.6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah
pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup
untuk semua negara seluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasikan apakah
sebuah wilayah adalah wilayah maju, wilayah berkembang atau wilayah terbelakang, serta
untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Sumatera Selatan, 15 kabupaten dan kota
yang berada di wilayah Sumatera Selatan tercatat memiliki IPM antara 65 hingga 74 pada
tahun 2006. Kota Palembang sebagai ibu kota propinsi tercatat sebagai wilayah yang
memiliki angka IPM paling tinggi yakni sebesar 74,30. Secara umum, wilayah perkotaan
rata-rata memiliki IPM yang tinggi sebagaimana juga ditunjukkan oleh IPM kota Prabumulih
dan Pagaralam yang menduduki peringkat dua dan tiga dengan IPM sebesar 71,70 dan
71,10.
Secara garis besar tidak terdapat perubahan yang begitu signifikan antara peringkat
IPM tahun 2005 dengan IPM 2006. Hanya terdapat beberapa kota yang mengalami
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008
102
penurunan maupun peningkatan ranking IPM. Kabupaten Empat Lawang yang merupakan
daerah pemekaran baru tercatat memiliki angka IPM 66,60 atau menempati peringkat ke-
14.
Tabel 6.7 IPM 2006-2007 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan
Juni 2005 Juni 2006 2005 2006 2005 2006 2005 2006
1 Palembang 1,338,793 1,369,239 114.15 137.04 18,299,536 21,610,411 73.60 74.30 2 Prabumulih 130,340 132,752 114.23 138.15 12,527,589 14,029,649 71.10 71.70 3 Pagaralam 114,562 115,553 118.06 142.03 6,220,869 6,869,367 69.90 71.10 4 OKU 255,246 259,292 114.20 137.53 12,511,678 14,087,874 69.90 70.90 5 OKU Selatan 317,277 322,307 113.67 136.94 4,325,679 5,222,268 68.80 70.00 6 Muara Enim 632,222 643,924 115.05 137.41 15,480,019 20,485,483 68.70 69.10 7 OKI 626,828 672,192 114.42 137.93 5,405,682 6,109,002 68.80 69.00 8 Musi Banyuasin 469,175 484,245 115.30 139.40 36,012,743 39,159,940 68.70 69.00 9 Lahat 545,754 550,478 116.94 141.17 7,674,760 10,130,237 67.60 68.40
10 Banyuasin 733,828 757,398 115.99 139.31 7,966,130 9,280,813 67.20 68.10 11 Lubuklinggau 174,452 178,074 117.54 141.19 6,597,214 7,286,987 66.30 68.00 12 Ogan Ilir 356,983 365,333 113.33 136.69 5,567,214 6,118,237 66.00 67.20 13 OKU Timur 556,010 564,824 113.14 138.53 4,685,796 5,433,742 65.40 67.50 14 Empat lawang - - - - - 5,890,034 - 66.60 15 Musi Rawas 474,430 484,281 118.49 142.42 8,682,544 9,676,459 65.00 65.60
PDRB/KAPITA (ADHB IPMKabupaten/KotaNo
Penduduk IKK
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
103
INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN PALEMBANG MENINGKAT I. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Triwulan IV - 2008
Tingkat Keyakinan Konsumen Palembang selama triwulan IV - 2008 secara umum sedikit mengalami peningkatan dibanding dengan triwulan III - 2008. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan IV - 2008 mencapai 106.18 atau meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 94.81, sedangkan rata-rata Indeks Keyakinan Ekonomi Saat ini (IKESI) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) masing-masing mencapai 97.52 dan 114.85, meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 87.59 dan 102.04. Dibandingkan dengan indeks triwulan yang sama tahun 2007, IKK, IKESI, dan IEK mengalami penurunan. Hal tersebut mencerminkan keyakinan konsumen kota Palembang memburuk dibanding triwulan yang sama tahun lalu.
Grafik 1 IKK, IKESI, IEK periode 2007-2008
97.28
89.89
104.67
-
20
40
60
80
100
120
140
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni Juli
Agu
st
Sep
Okt
Nov Des
2007 2008
Inde
ks
IKK IKE IEK
Opt
imis
Pesim
is
Selama triwulan IV - 2008, beberapa hal yang menjadi concern bagi konsumen
Palembang antara lain; tingkat penghasilan, ketersediaan tenaga kerja, perkiraan harga barang dan jasa (lihat grafik 2).
Grafik 2 Pembentuk Keyakinan Konsumen periode 2007-2008
123.0132.3
63.3
75.083.3
106.7
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agust
Sep
Okt
Nov
Des
2007 2008
Indek
s
Penghasilan saat inidibandingkan 6 bln yang lalu
Ekspektasi penghasilan 6bulan yad
Ketersediaan lapangan kerjasaat ini
Ketersediaan lapangan kerja6 bulan yad
Ketepatan waktu pembelian(konsumsi) barang tahan lama
Kondisi ekonomi 6 bulan yad
Opt
imis
Pesim
is
Suplemen 5
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008
104
II. Keyakinan Konsumen Bulan Oktober 2008
IKK pada bulan Oktober 2008 tercatat sebesar 114.94, sedangkan IKESI dan IEK masing-masing 106.67 dan 123.22. Angka Indeks Penghasilan saat ini dibandingkan dengan 6 bulan yang lalu sebesar 133.3, indeks Ekspektasi Penghasilan 6 bulan yang akan datang sebesar 148. Indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini sebesar 79.7, indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 6 bulan yang akan datang sebesar 109, indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama sebesar 107, dan indeks Kondisi Ekonomi 6 bulan yang akan datang sebesar 112.7.
2.1 Pendapat Responden terhadap Kondisi Ekonomi
Dari 300 responden, sebanyak 47.33 % atau 142 responden berpendapat bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih buruk dibandingkan dengan kondisi 6 bulan yang lalu, 35 % atau 105 responden berpendapat kondisi ekonomi saat ini sama dengan kondisi 6 bulan yang lalu, dan hanya 17.67 % atau 53 responden yang berpendapat kondisi ekonomi lebih baik. Dengan demikian, menurut sebagian besar responden kondisi ekonomi pada bulan Juli 2008 lebih buruk dibandingkan 6 bulan yang lalu (lihat Tabel 1).
Tabel 1 Pendapat Konsumen Terhadap Kondisi Ekonomi Saat Ini
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Kondisi Ekonomi Saat Ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan
Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 47 88 114 249 Rp3-5 juta 3 14 25 42 >Rp 5 juta 3 3 3 9 Jumlah Responden 53 105 142 300
2.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja
Angka indeks mengenai ketersediaan lapangan kerja merupakan indeks yang terendah yakni 79.7. Sebagian besar atau sekitar 45 % responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih buruk daripada kondisi 6 bulan yang lalu. Sementara itu, jumlah responden yang berpendapat ketersediaan lapangan pekerjaan sama seperti 6 bulan silam sebanyak 30.33 % atau 91 responden, sedangkan yang berpendapat lebih baik hanya 24.67 % atau 74 responden. Indeks ketersediaan lapangan kerja dalam satu tahun terakhir selalu berada dalam level pesimis. Hal ini menunjukkan bahwa masalah ketenagakerjaan merupakan aspek yang mendapatkan perhatian serius di mata konsumen (lihat Tabel 2).
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
105
Tabel 2 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden
Rp 1juta-Rp3 Juta 59 76 114 249 Rp3-5 juta 15 12 15 42 >Rp 5 juta 0 3 6 9 Jumlah Responden 74 91 135 300
2.3 Pendapat Responden terhadap Penghasilan
Sebanyak 52 % atau 156 responden berpendapat bahwa penghasilan mereka cenderung tetap dibandingkan 6 bulan yang lalu. Sementara 40.67 % atau 122 responden berpendapat lebih baik, dan yang menyatakan lebih buruk sebanyak 7.33 % atau 22 responden. Berdasarkan informasi tersebut, maka sebagian besar responden penghasilannya tidak mengalami perubahan (lihat Tabel 3).
Tabel 3 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Penghasilan Saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan
Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 101 132 16 249 Rp3-5 juta 18 18 6 42 >Rp 5 juta 3 6 0 9 Jumlah Responden 122 156 22 300
2.4 Perkiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang
Harga barang/jasa pada 3 bulan yang akan datang diperkirakan akan mengalami peningkatan. Hal tersebut tercermin dari 81.67 % atau 245 responden berpendapat bahwa harga barang dan jasa pada 3 bulan mendatang akan mengalami kenaikan. Sebanyak 9.33 % atau 28 responden berpendapat akan stabil dan 9 % atau 27 responden berpendapat akan mengalami penurunan harga barang dan jasa di 3 bulan mendatang (lihat Tabel 4).
Tabel 4 Pendapat Konsumen Terhadap Perkiraan Harga Barang/Jasa 6 Bulan Yang Akan Datang
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Prakiraan Harga Barang/Jasa Secara Umum pada 6 bulan yang akan
datang Pengeluaran per Bulan Naik Tetap Turun Jumlah Responden
Rp 1juta-Rp3 Juta 199 25 25 249 Rp3-5 juta 38 2 2 42 >Rp 5 juta 8 1 0 9 Jumlah Responden 245 28 27 300
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008
106
III. Keyakinan Konsumen Bulan November 2008
IKK pada bulan November 2008 tercatat sebesar 106.33, sedangkan IKESI dan IEK masing-masing 96 dan 116.67. Indeks Penghasilan saat ini dibandingkan dengan 6 bulan yang lalu sebesar 120, indeks Ekspektasi Penghasilan 6 bulan yang akan datang sebesar 140.3, indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini sebesar 75.3, indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 6 bulan yang akan datang sebesar 99.7, indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama sebesar 92.7, dan indeks Kondisi Ekonomi 6 bulan yang akan datang sebesar 110.
3.1 Pendapat Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi
Sebanyak 55.67 % atau 167 responden berpendapat bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih buruk dibandingkan dengan kondisi 6 bulan yang lalu, 31.33 % atau 94 responden berpendapat kondisi ekonomi saat ini sama dengan kondisi 6 bulan yang lalu, dan hanya 13 % atau 39 responden yang berpendapat kondisi ekonomi lebih baik. Dengan demikian, menurut sebagian besar responden kondisi ekonomi pada bulan November 2008 lebih buruk dibandingkan 6 bulan yang lalu (lihat Tabel 5).
Tabel 5 Pendapat Konsumen Terhadap Kondisi Ekonomi Saat Ini
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Kondisi Ekonomi Saat Ini dibanding 6 bulan yang lalu
Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden
Rp 1juta-Rp3 Juta 34 82 143 259 Rp3-5 juta 4 10 22 36 >Rp 5 juta 1 2 2 5 Jumlah Responden 39 94 167 300
3.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja
Angka indeks mengenai ketersediaan lapangan kerja merupakan indeks yang terendah yakni 75.3. Sebagian besar atau sekitar 46.67 % responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih buruk daripada kondisi enam bulan yang lalu. Sementara itu, jumlah responden yang berpendapat ketersediaan lapangan pekerjaan sama seperti 6 bulan silam sebanyak 31.33 % atau 94 responden, sedangkan yang berpendapat lebih baik hanya 22 % atau 66 responden. Indeks ketersediaan lapangan kerja dalam satu tahun terakhir selalu berada dalam level pesimis. Hal ini menunjukkan bahwa masalah ketenagakerjaan merupakan aspek yang mendapatkan perhatian serius di mata konsumen (lihat Tabel 6).
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
107
Tabel 6 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden
Rp 1juta-Rp3 Juta 58 77 124 259 Rp3-5 juta 8 14 14 36 >Rp 5 juta 0 3 2 5 Jumlah Responden 66 94 140 300
3.3 Pendapat Responden terhadap Penghasilan
Sebanyak 53.33 % atau 160 responden berpendapat bahwa penghasilan mereka cenderung tetap dibandingkan 6 bulan yang lalu. Sementara 33.33 % atau 100 responden berpendapat lebih baik, dan yang menyatakan lebih buruk sebanyak 13.33 % atau 40 responden. Berdasarkan informasi tersebut, maka sebagian besar responden penghasilannya tidak mengalami perubahan di bandingkan 6 bulan yang lalu (lihat Tabel 7).
Tabel 7 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Penghasilan Saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan
Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 89 136 34 259 Rp3-5 juta 10 21 5 36 >Rp 5 juta 1 3 1 5 Jumlah Responden 100 160 40 300
3.4 Perkiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang
Harga barang/jasa pada 3 bulan yang akan datang diperkirakan akan mengalami peningkatan. Hal tersebut tercermin dari 60 % atau 180 responden berpendapat bahwa harga barang dan jasa pada 3 bulan mendatang akan mengalami kenaikan dan sebanyak 26 % atau 78 responden berpendapat akan stabil dan hanya 14 % atau 42 responden yang berpendapat akan turun (lihat Tabel 8).
Tabel 8 Pendapat Konsumen Terhadap Perkiraan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Yang Akan Datang
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Prakiraan Harga Barang/Jasa Secara Umum pada 3 bulan yang akan
datang Pengeluaran per Bulan Naik Tetap Turun Jumlah Responden
Rp 1juta-Rp3 Juta 153 67 39 259 Rp3-5 juta 23 10 3 36 >Rp 5 juta 4 1 0 5 Jumlah Responden 180 78 42 300
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008
108
IV. Keyakinan Konsumen Bulan Desember 2008
IKK pada bulan Desember tercatat sebesar 98.83, sedangkan IKESI dan IEK masing-masing 89.89 dan 104.67. Indeks Penghasilan Saat Ini dibandingkan dengan 6 bulan yang lalu sebesar 123, Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 bulan Yang Akan Datang sebesar 132.3, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini sebesar 63.3, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 6 bulan Yang Akan Datang sebesar 75, Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama sebesar 83.3, dan Indeks Kondisi Ekonomi 6 bulan Yang Akan Datang sebesar 106.7.
4.1 Pendapat Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi
Sebanyak 55 % atau 165 responden berpendapat bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih buruk dibandingkan dengan kondisi 6 bulan yang lalu, 26.67 % atau 80 responden berpendapat kondisi ekonomi saat ini sama dengan kondisi 6 bulan yang lalu, dan hanya 18.33 % atau 55 responden yang berpendapat kondisi ekonomi lebih baik. Dengan demikian, pendapat konsumen tentang buruknya kondisi perkonomian belum mengalami perubahan selama triwulan IV - 2008 bahkan terus mengalami penurunan (lihat Tabel 9).
Tabel 9 Pendapat Konsumen Terhadap Kondisi Ekonomi Saat Ini
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Kondisi Ekonomi Saat Ini dibanding 6 bulan yang lalu
Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden
Rp 1juta-Rp3 Juta 51 64 140 255 Rp3-5 juta 3 11 21 35 >Rp 5 juta 1 5 4 10 Jumlah Responden 55 80 165 300
4.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja
Sebagian besar atau sekitar 51.67 % responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini lebih buruk dengan kondisi enam bulan yang lalu. Sementara itu, jumlah responden yang berpendapat ketersediaan lapangan pekerjaan tidak mengalami berubah daripada kondisi 6 bulan silam sebanyak 33.33 % atau 100 responden, sedangkan yang berpendapat lebih baik hanya 15 % atau 45 responden. Indeks ketersediaan lapangan kerja dalam satu tahun terakhir selalu berada dalam level pesimis. Tidak berbeda dengan pendapat konsumen terhadap kondisi perekonomian, kondisi ketenagakerjaan pun dinilai mengalami penurunan menurut sebagian besar konsumen sepanjang triwulan IV – 2008 (lihat Tabel 10).
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
109
Tabel 10 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan saat ini dibanding 6 bulan yang lalu
Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden
Rp 1juta-Rp3 Juta 38 86 131 255 Rp3-5 juta 6 11 18 35 >Rp 5 juta 1 3 6 10 Jumlah Responden 45 100 155 300 4.3 Pendapat Responden terhadap Penghasilan
Sebanyak 50.33 % atau 151 responden berpendapat bahwa penghasilan mereka cenderung tetap dibandingkan 6 bulan yang lalu. Sementara 36.33 % atau 109 responden berpendapat lebih baik, dan yang menyatakan lebih buruk sebanyak 13.33 % atau 40 responden. Berdasarkan informasi tersebut, maka sebagian besar responden penghasilannya tidak mengalami perubahan atau dengan kata lain konstan (lihat Tabel 11).
Tabel 11 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Penghasilan Saat ini dibanding 6 bulan yang lalu
Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden
Rp 1juta-Rp3 Juta 90 132 33 255 Rp3-5 juta 14 16 5 35 >Rp 5 juta 5 3 2 10 Jumlah Responden 109 151 40 300
4.4 Prakiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang
Harga barang/jasa pada 3 bulan mendatang diperkirakan akan mengalami peningkatan oleh sebagian besar konsumen. Hal tersebut tercermin dari 52 % atau 156 responden berpendapat bahwa harga barang dan jasa pada 3 bulan mendatang akan mengalami kenaikan, sebanyak 36.67 % atau 110 responden berpendapat akan stabil dan 11.33 % atau 34 responden yang menyatakan harga akan turun (lihat Tabel 12).
Tabel 12 Pendapat Konsumen Terhadap Perkiraan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Yang Akan Datang
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Prakiraan Harga Barang/Jasa Secara Umum pada 3 bulan yang akan
datang Pengeluaran per Bulan Naik Tetap Turun Jumlah Responden
Rp 1juta-Rp3 Juta 128 96 31 255 Rp3-5 juta 21 12 2 35 >Rp 5 juta 7 2 1 10 Jumlah Responden 156 110 34 300
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008
110
V. Profil Responden
5.1 Profil Responden Bulan Oktober 2008
Profil responden pada bulan Oktober 2008 secara rinci dapat dilihat pada tabel 13. 5.2 Profil Responden Bulan November 2008
Profil responden pada bulan November 2008 secara rinci dapat dilihat pada tabel 14. 5.3 Profil Responden Bulan Desember 2008
Profil responden pada bulan Desember 2008 secara rinci dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 13 Profil Responden Survei Konsumen Kota Palembang
Periode Bulan Oktober 2008 Pengeluaran per Bulan
Profil Responden Rp 1juta-Rp3 Juta
Rp3-5 juta
>Rp 5 juta
Total
SMA 69 14 1 84 Akademi/D.III 29 7 2 38 Sarjana/S1 55 11 1 67
Pendidikan
Pasca Sarjana 4 0 2 6 Laki-Laki
Subtotal 157 32 6 195 SMA 34 5 1 40 Akademi/D.III 21 0 0 21 Sarjana/S1 36 3 1 40
Pendidikan
Pasca Sarjana 1 2 1 4
Jenis Kelamin
Perempuan
Subtotal 92 10 3 105 SMA 103 19 2 124 Akademi/D.III 50 7 2 59 Sarjana/S1 91 14 2 107
Total responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
Pasca Sarjana 5 2 3 10 Total Responden 249 42 9 300
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008
111
Tabel 14
Profil Responden Survei Konsumen Kota Palembang Periode Bulan November 2008
Pengeluaran per Bulan Profil Responden Rp 1juta-
Rp3 Juta Rp3-5 juta
>Rp 5 juta Total
SMA 82 6 1 89 Akademi/D.III 25 4 0 29 Sarjana/S1 49 10 1 60
Pendidikan
Pasca Sarjana 5 4 2 11 Laki-Laki
Subtotal 161 24 4 189 SMA 38 4 0 42 Akademi/D.III 19 2 0 21 Sarjana/S1 35 6 1 42
Pendidikan
Pasca Sarjana 6 0 0 6
Jenis Kelamin
Perempuan
Subtotal 98 12 1 111 SMA 120 10 1 131 Akademi/D.III 44 6 0 50 Sarjana/S1 84 16 2 102
Total responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
Pasca Sarjana 11 4 2 17 Total Responden 259 36 5 300
Tabel 15 Profil Responden Survei Konsumen Kota Palembang
Periode Bulan Desember 2008
Pengeluaran per Bulan Profil Responden
Rp 1juta-Rp3 Juta
Rp3-5 juta
>Rp 5 juta Total
SMA 70 6 1 77 Akademi/D.III 27 0 0 27 Sarjana/S1 35 8 7 50
Pendidikan
Pasca Sarjana 5 4 1 10 Laki-Laki
Subtotal 137 18 9 164 SMA 62 4 1 67 Akademi/D.III 20 2 0 22 Sarjana/S1 31 8 0 39
Pendidikan
Pasca Sarjana 5 3 0 8
Jenis Kelamin
Perempuan
Subtotal 118 17 1 136 SMA 132 10 2 144 Akademi/D.III 47 2 0 49 Sarjana/S1 66 16 7 89
Total responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
Pasca Sarjana 10 7 1 18 Total Responden 255 35 10 300
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008
112
Tabel 16
Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Palembang 2007 2008
Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust
Sep Okt Nov Des
Indeks Keyakinan Konsumen
112.06
106.89 99.72 98.89 87.11 91.22 79.94 91.78 94.83 97.83 114.9
4 106.33 97.28
Kondisi Ekonomi Saat Ini
109.56
101.67 94.67 92.44 83.67 93.00 84.00 85.33 86.22 91.22 106.6
7 96.00 89.89
Ekspektasi Konsumen
114.56
112.11 104.78 105.3
3 90.56 89.44 75.89 98.22 103.44 104.44 123.22 116.67 104.6
7
7.1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi propinsi Sumatera Selatan masih tetap tergantung pada sektor
primer yaitu terutama sektor pertanian dan industri pengolahan yang berbasis pada sumber
daya alam. Pada triwulan I diperkirakan kinerja sektor pertanian masih akan mengalami
penurunan dibanding triwulan yang sama tahun 2007, hal ini disebabkan dengan harga
komoditas unggulan Sumsel di pasar internasional yang masih rendah akibat adanya krisis
finansial global.
Sesuai dengan karakteristik siklikal, pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan
triwulan I 2009 diperkirakan akan mengalami kontraksi pertumbuhan. Berdasarkan proyeksi
dan mempertimbangkan kondisi ekonomi terkini, diperkirakan pertumbuhan ekonomi
tahunan (yoy) pada triwulan I 2009 akan berada pada kisaran 0,29 ± 1%. Sedangkan
secara triwulanan (qtq) pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan terkontraksi pada kisaran
2,32 ± 1%. Angka proyeksi pertumbuhan triwulanan didasarkan pada beberapa faktor
yakni realisasi belanja pemerintah daerah yang masih sangat rendah di awal tahun,
penurunan tingkat permintaan masyarakat dibandingkan triwulan sebelumnya serta
melemahnya permintaan dunia atas komoditas unggulan propinsi Sumatera Selatan.
Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
*Hasil proyeksi KBI Palembang
������
�����
����
������
������
�����
������
�����
������
������
����
�
����
������
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I*
2007 2008 2009
���������
����
PDRB riil (axis kanan) Pertumbuhan (yoy) Pertumbuhan (qtq)
OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH
7
Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah
�
114� � Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008��
Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV 2008 yang
dilakukan KBI Palembang, diperkirakan akan terjadi penurunan nilai penjualan pada
triwulan I 2009. Akan tetapi berdasarkan hasil survei diperkirakan pula bahwa akan terjadi
peningkatan volume produksi karena dimulainya musim panen. Volume pesanan dan harga
jual pada umumnya diperkirakan meningkat pada triwulan I 2009. Di sisi lain, penggunaan
tenaga kerja diperkirakan relatif tetap.
Tabel 7.1
Leading Economic Indicator Propinsi Sumsel Triwulan IV 2008
Aspek Pertumbuhan Ekspektasi triwulan mendatang
Keterangan
Kegiatan Usaha (umum)
Turun Kegiatan usaha pada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan hotel dan restoran mengalami penurunan, kegiatan usaha pada sektor pertanian stabil, kegiatan usaha pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sedikit meningkat
Volume produksi
Turun Meningkat Penurunan terjadi khususnya pada sektor industri pengolahan, ekspektasi meningkat karena adanya musim panen
Nilai penjualan Tetap, melambat Menurun Akibat penurunan permintaan
Kapasitas produksi
Tetap, melambat Terjadi pada hampir seluruh sektor ekonomi yang mengalami penurunan produksi akibat adanya penurunan permintaan
Tenaga kerja Meningkat Tetap Penambahan tenaga kerja temporer dalam menghadapi masa panen
Volume pesanan
Meningkat namun melambat
Meningkat Sebagai akibat dari menurunnya permintaan dunia untuk beberapa komoditi Pesanan domestik di sektor perdagangan juga menurun
Harga jual Meningkat namun melambat
Meningkat
Kondisi keuangan
Meningkat Karena efisiensi biaya dan penurunan harga solar industri
Akses kredit Meningkat
Situasi bisnis Meningkat
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Palembang
Kinerja ekspor produk-produk unggulan Sumsel pada triwulan I 2009 diperkirakan
akan mengalami penurunan yang disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: (1) masih rendahnya
Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah
�
�
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008 115��
pertumbuhan ekonomi negara-negara importir (2) faktor musiman yang masih
berpengaruh pada penurunan produksi karet yang pada gilirannya membatasi kinerja
industri pengolahan karet (3) adanya kendala bahan baku yang membatasi tingkat
produktivitas, (4) kapasitas produksi yang sulit untuk ditingkatkan, (5) peremajaan mesin
juga masih terkendala oleh investasi, serta (6) implementasi kebijakan maupun peraturan
pemerintah yang kurang mendukung kinerja ekspor.
Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara
Negara Proyeksi 2009 (%) Negara Proyeksi 2009 (%)
Negara Maju 0,5 Singapura 3,5
Amerika Serikat 0,1 Hongkong 3,5
Uni Eropa 0,2 Taiwan 2,5
Jepang 0,5 RRC 9,3
Inggris -0,1 Thailand 4,5
Belanda 1,0 Malaysia 4,8
Korea Selatan 3,5 Vietnam 5,5
Sumber: International Monetary Fund (IMF)
Efisiensi produksi yang dilakukan oleh pengusaha sehubungan dengan melemahnya
permintaan dunia dan masih rendahnya harga komoditas di pasar internasional, pada Tw I
2009 akan berpotensi terjadi: (1) meningkatnya tingkat pengangguran pada sektor-sektor
yang terkait erat dengan komoditas sawit dan karet (2) Menurunnya tingkat investasi tetap,
sehingga juga menurunkan nilai tambah sektor bangunan.
Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan masih dapat
ditopang oleh permintaan domestik. Stimulus pada permintaan domestik diperkirakan
berasal dari: (1) adanya kegiatan-kegiatan politik terkait dengan Pemilihan Umum 2009
yang berpotensi mempertahankan tingkat permintaan dari kelompok grass-root, (2) Sinyal
dari pemerintah untuk mempercepat realisasi APBD pada triwulan pertama, sehingga
stimulus pertumbuhan yang berasal dari kebijakan pemerintah diprediksi lebih tinggi
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, (3) Dimulainya musim panen yang
menyerap tenaga kerja secara temporer, (4) relatif rendahnya tingkat inflasi dan adanya
penurunan harga BBM yang dapat mempertahankan daya beli masyarakat.
Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah
�
116� � Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008��
7.2. Inflasi
Mempertimbangkan kondisi perekonomian terkini dan pergerakan harga serta ketersediaan
barang dan jasa, perkembangan inflasi pada triwulan I 2009 diperkirakan akan berada pada
level yang relatif rendah dibanding triwulan IV 2008, dengan catatan tidak terdapat
perubahan harga pada barang-barang administered price. Penurunan tingkat inflasi
diperkirakan akan berasal dari kelompok bahan makanan terkait dengan permintaan
domestik yang menurun menyusul adanya penurunan daya beli masyarakat sehubungan
dengan krisis global. Selain kelompok bahan makanan, kelompok makanan juga
diperkirakan akan mengalami sedikit tekanan inflasi terkait dengan permintaan masyarakat
sehubungan dengan adanya perayaan tahun baru Imlek.
Tekanan inflasi dari sisi penawaran juga diperkirakan menurun pada kelompok
bahan makanan terutama beras. Hal ini terkait bahwa pada sub sektor tanaman bahan
makanan terutama padi, di beberapa sentra produksi beras, diperkirakan akan mulai
memasuki musim panen pada akhir triwulan I, meskipun terdapat faktor yang berpotensi
membatasi meningkatnya pasokan yaitu tingginya curah hujan yang menyebabkan banjir
dan mengakibatkan puso.
Inflasi pada kelompok transportasi
secara triwulanan pada triwulan I 2009
diperkirakan akan mendekati nol karena
adanya kebijakan pemerintah dalam
menurunkan harga BBM pada Desember
2008 dan Januari 2009, dan adanya
penurunan tarif angkutan umum menyusul
penurunan harga tersebut.
Pada masa yang akan datang,
tekanan inflasi yang berasal dari perubahan
biaya juga diperkirakan akan menurun yang
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: (1)
nilai tukar Rupiah yang relatif stabil pada
masa krisis global dan adanya ekspektasi
apresiasi Rupiah pada tahun 2009, (2)
penurunan harga BBM oleh pemerintah.
Grafik 7.2
Proyeksi Inflasi Tahunan Sumatera Selatan
�
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
*Hasil proyeksi KBI Palembang
������
���
������
�����
������
�����
���
���������������������
������������������������������������
�� �
�
�� �
��
�� �
���
�� �
��
�� �
�
�� �
��
�� �
���
�� �
��
�� �
�
�� �
��
�� �
���
�� �
��
�� �
��
���� ���� ���� ����
����������
Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah
�
�
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008 117��
Diproyeksikan inflasi tahunan pada triwulan I 2009 akan berada pada level yang
lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Hal yang masih perlu diwaspadai hingga saat ini
adalah ketersediaan pasokan barang dan jasa dan faktor distribusi karena adanya
ekspektasi kenaikan harga beberapa barang tertentu beberapa bulan ke depan.
Berdasarkan proyeksi dan dengan mempertimbangkan perkembangan harga serta
determinan utama inflasi di Sumatera Selatan, maka diperkirakan inflasi tahunan (yoy) pada
triwulan I 2009 akan turun menjadi 9,88 ± 1%, sedangkan inflasi triwulanan (qtq)
diperkirakan akan mencapai 2,01 ± 1%.
7.3. Perbankan
Berdasarkan kondisi perekonomian, diperkirakan kinerja perbankan pada triwulan I 2009
akan mengalami sedikit peningkatan dibandingkan triwulan IV 2008, baik dari
penghimpunan dana pihak ketiga maupun penyaluran kredit.
Penurunan BI rate sebesar 75 basis poin (akumulasi) dalam dua bulan berturut-turut
berikut ekspektasi penurunan yang lebih lanjut dimasa depan diperkirakan akan tetap
meningkatkan ekspansi penyaluran kredit. Berdasarkan proyeksi teknikal dan dengan
mempertimbangkan kondisi perekonomian terkini berikut ekspektasi di masa depan,
diperkirakan pertumbuhan kredit pada triwulan I 2009 akan mencapai 7,44% ± 1% (qtq).
Hal ini diharapkan akan memberikan iklim yang kondusif bagi pengembangan sektor riil
dari sisi pembiayaan.
Kemudian, berkaitan dengan adanya efisiensi produksi dan potensi meningkatnya
pengangguran akibat penurunan harga komoditas di pasar internasional, persentase NPL
diperkirakan akan meningkat pada berbagai jenis kredit menurut penggunaan. Namun, hal
tersebut diperkirakan hanya akan bersifat temporer terkait dengan ekspektasi penurunan
suku bunga di masa depan.
Pencapaian Indonesia atas indikator-indikator makroekonomi tahun 2008 yang
relatif baik dan stabil dibandingkan negara-negara lainnya, berikut tingkat suku bunga yang
relatif tinggi, dapat membuat penanaman modal di Indonesia cukup atraktif di mata
investor asing pada tahun 2009. Namun, mengingat prospek bisnis yang belum baik
sehubungan dengan masih lesunya pasar komoditas dunia, penanaman modal tersebut
hanya akan bersifat jangka pendek dan banyak terhenti di sektor finansial. Hal ini
berpotensi menimbulkan peningkatan DPK dan penurunan Loan to Deposit Ratio (LDR)
pada perbankan.
Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah
�
118� � Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008��
Tabel 7.3
Prediksi Beberapa Indikator Perekonomian pada Triwulan I 2009
Indikator Prediksi Faktor penyebab
Ekspor Rendah Harga komoditas dunia relatif rendah
Impor Rendah Harga komoditas dunia relatif rendah
Pertumbuhan Rendah Harga komoditas dunia relatif rendah, namun masih terdapat
permintaan domestik
Inflasi Rendah Penurunan harga BBM
Pengangguran Moderat Adanya efisiensi produksi sehubungan dengan menurunnya
permintaan dunia, namun terdapat musim panen
Investasi Rendah Penyesuaian rencana bisnis dan produksi sehubungan dengan
menurunnya permintaan dunia
Konsumsi domestik Moderat Terdapat potensi stimulus dari kegiatan politik dan kebijakan
pemerintah, walaupun penghasilan masyarakat menurun
Kredit perbankan Moderat Prediksi tingginya NPL dan penurunan suku bunga kredit
*Prediksi mempertimbangkan kondisi terkini, ekspektasi, dan karakteristik siklikal secara relatif terhadap keadaan normal
�
�
�
�
�
�
�
�
�
DAFTAR ISTILAH
Mtm
Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya
Qtq
Quarter to quarter perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya
Yoy
Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya
Share Of Growth
Kontribusi suatu sektor ekonomi terhadap total pertumbuhan PDRB
Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal
Sektor ekonomi dominan
Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan
Migas
Minyak dan Gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas
Omzet
Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi
Share effect
Kontribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktifitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
Dana Perimbangan Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.
Indeks Pembangunan Manusia
Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah
Andil inflasi
Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan
Bobot inflasi
Besaran yang menunjukan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut
Ekspor
Dalah keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil mau
Impor
Seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil
PDRB atas dasar harga berlaku
Penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian
PDRB atas dasar harga konstan
Merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya
Bank Pemerintah
Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito
Loan to Deposits Ratio (LDR)
Rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun
Cash inflows
Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu
Cash Outflows
Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu
Net Cashflows
Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya
Aktiva Produktif
Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia(SBI), dan surat-surat berharga lainnya.
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
Pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bamk berdasarkan risiko dari masing-masing aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya. Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada perorangan
Kualitas Kredit
Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio antara modal (modal inti dan modalpelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
Financing to Deposit Ratio (FDR)
Rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum konvensional
Inflasi Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent) Kliring
Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu
Kliring Debet
Kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada penyelenggara kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menagani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional
Non Performing Loans/Financing (NPLs/Ls)
Kredit atau pembiayaan yang termasuk dalam kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
Suatu pencadangan untuk mengantisipasi kerugia yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin besar PPAP yang dibentuk, misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong Kurang Lancar adalah 15 % dari jumlah Kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi agunan), sedangkan untuk kedit Macet, PPAP yang harus dibentuk adalah 100% dari totsl kredit macet (setelah dikurangi agunan)
Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)
Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ybs.
Rasio Non Performing Loans (NPLs) – NET
Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan penyisihan penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS)
Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)
Sistem kliring bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.