proof of concept -...
TRANSCRIPT
PUSTEKDATA - LAPAN
Proof of Concept ESTIMASI KINERJA SPEKTRORADIOMETRIS KAMERA INDUSTRI JAI LQ-200CL PADA PENGGUNAAN LUAR RUANGAN DENGAN SUMBER ILUMINASI MATAHARI
Ahmad Maryanto, dkk Maret 2015
1
Abstrak
Kamera industry pada dasarnya adalah kamera yang diperuntukkan bagi
penggunaan dalam ruangan (in-door). Agar tetap memberikan hasil yang optimal,
penggunaan kamera in-door untuk keperluan luar ruangan (out-door) memerlukan
penyesuaian/pengaturan parameter akuisisi yang tepat, karena selain sumber
iluminasinya yang berbeda, varian obyek yang diliput juga lebih beragam dengan
jangkau dinamik obyek tampak (scene) yang juga lebih lebar. Studi ini mempelajari
kinerja tanggap daya cahaya kamera industry LQ-200CL dari JAI melalui estimasi
simulatif signal keluaran detector sebagai fungsi tingkat iluminasi matahari, yang
diwakili dengan sudut zenith matahari atau jam matahari setempat, untuk tiga
contoh obyek penutup lahan berbeda yaitu rumput hijau (Green Grass/GG) rumput
kering (Dry Grass/DG) dan tanah kekuningan (Light Yellowish Brown Loamy
Sand/YS) pada beberapa scenario pengaturan parameter kamera. Hasilnya
menunjukkan bahwa dengan waktu integrasi 2ms dan bukaan diafragma 5.6,
kamera dapat dioperasikan hingga jam 12 siang asal signal pada kanal merah dan
merah-infra dekat (NIR) direduksi hingga setengahnya atau lebih rendah lagi (
50%) agar keluarannya tidak melebihi batas atas jangkau kerja kamera. Di lain
pihak, untuk memperoleh tingkat keluaran kanal biru yang mencukupi, signal pada
kanal tersebut dapat diperkuat (amplifikasi) hingga 150% agar tidak terlalu mepet
dengan batas bawah jangkau kerja kamera.
2
Pendahuluan
Latar Belakang
Kamera JAI LQ-200CL adalah kamera 4-pita spectrum Vis-NIR yang pada
dasarnya dirancang untuk keperluan industry. Karena rentang kerja
spektrumnya yang menjangkau hingga daerah merah-infra dekat (NIR), maka
selain industry manufaktur, kamera ini juga dapat digunakan pada industry
pengolahan makanan/minuman atau produk pertanian yang pada umumnya
memerlukan piranti yang peka terhadap cahaya merah-infra dekat. Dalam
penerapannya, pada umumnya kamera digunakan sebagai bagian dari
mekanisme control mutu. Kamera dipasang di atas conveyor belt untuk
memindai produk yang lewat didepannya, menandai produk-produk yang tidak
memenuhi baku mutu, baik melalui analisis geometri (bentuk) maupun analisis
spektrometri (warna) untuk kemudian dilakukan isolasi dan penyortiran produk
cacat tersebut dari rantai proses yang sedang berjalan. Karena kemampuan
analisis geometric dan spektrometriknya itu, maka kamera sangat berpeluang
untuk diaplikasikan pada system penginderaan jauh kebumian, baik
penginderaan jauh udara (foto udara) maupun penginderaan jauh antariksa (foto
satelit).
Sungguhpun demikian, penggunaan kamera industry untuk aplikasi luar
ruangan perlu didahului dengan kajian menyeluruh dan mendalam akan
kemampuan adaptasinya terhadap lingkungan kerja yang berbeda dari
rancangan awal peruntukannya. Di lingkungan industry, kamera digunakan
untuk mengidentifikasi obyek yang pada umumnya sudah terdefinisi dan
seragam karakteristiknya, geometric maupun spektrometrik, sehingga proses
pengambilan gambar dapat dilakukan pada kondisi pencahayaan yang
sederhana dan tidak terlalu lebar sebaran spektrumnya. Keadaan ini jauh
berbeda dengan pemotretan luar ruangan, terlebih lagi pemotretan untuk
penginderaan jauh. Obyek penutup lahan sangat beragam, geometric maupun
spektroradiometrik, mulai dari obyek alamiah hayati/non-hayati hingga obyek
buatan, dari pemantul baur hingga pemantul specular yang sangat menyilaukan.
Matahari sebagai sumber iluminasi alamiah juga memiliki karakteristik yang
jauh berbeda dengan sumber-sumber optis buatan yang biasanya dipakai pada
pemotretan dalam ruang. Spectrum eksitan matahari membentang cukup lebar
dari daerah biru (~…nm) hingga merah-infra menengah? (~…nm) dengan total
rapat arus energy pada permukaan atas atmosfer sebesar …W/m2/nm. Dengan
demikian pada aplikasi penginderaan jauh luar ruangan, kamera akan
dihadapkan pada obyek yang sangat beragam dengan rentang dinamik obyek
tampak (scene) yang sangat lebar, bahkan mungkin lebih lebar dari jangkau
dinamik kamera itu sendiri.
Studi ini akan mempelajari kinerja tanggap daya cahaya kamera industry LQ-
200CL dari JAI pada aplikasi luar ruangan melalui estimasi simulatif signal
3
keluaran detector sebagai fungsi tingkat iluminasi matahari, yang diwakili
dengan sudut zenith matahari atau jam matahari setempat, untuk tiga contoh
obyek penutup lahan berbeda yaitu rumput hijau (Green Grass/GG) rumput
kering (Dry Grass/DG) dan tanah kekuningan (Light Yellowish Brown Loamy
Sand/YS) pada beberapa scenario pengaturan parameter kamera yang
dicobakan. Studi dimaksudkan untuk memberi dasar masukan yang cukup bagi
kepentingan adaptasi/pengaturan parameter kamera LQ-200CL dalam
penggunaannya sebagai sensor penginderaan jauh udara..
Rumusan Masalah
- Bagaimana rumusan analitis yang menghubungkan signal keluaran kamera
dengan karakteristik obyek dan karakteristik illuminator.
- Seberapa besar pengaruh ketinggian matahari atau waktu matahari local
pada saat pemotretan dilakukan terhadap keluaan kamera untuk 3 contoh
obyek penutup lahan yang dianggap muwakil (representative), pada
beberapa skema pengaturan parameter kamera yang dicobakan.
- Kombinasi pengaturan parameter kamera seperti apa yang dapat diterapkan
agar keluaran kamera pada tiap-tiap kanal/pita spectrum tetap optimal.
Tujuan dan Sasaran
- Tujuan: mempelajari perilaku keluaran kamera LQ-200CL pada tiap-tiap
pita spectrum yang ada terhadap perubahan tingkat iluminasi matahari
dengan 3 contoh obyek penutup lahan yang berbeda
- Sasaran: tersedianya bahan masukan yang memadai dalam mensiasati
penggunaan kamera industry LQ-200CL dari JAI (in door camera) untuk
aplikasi penginderaan jauh luar ruangan agar tetap memberikan data/citra
yang optimal.
Metodologi
Metode
- Merumuskan hubungan analitis keluaran detector (signal/tegangan listrik
terbangkit) dengan karakteristik obyek dan tingkat pencahayaan yang
menerangi obyek tersebut. Pendekatan/andaian: obyek luas, perlakuan
diperuntukkan bagi piksel sumbu (on axis pixel), mengabaikan radiansi
langit (upward-downward sky radiation), mengabaikan kilatan oleh
selongsong lensa/kamera
4
1. Signal terbangkit pada keluaran detector (konversi rapat arus energy
radian pada bidang citra (Ei) menjadi tegangan terbangkit (Vdet) oleh
sel-sel detector) [Ref. …]:
𝑉𝑑𝑒𝑡 = 𝐸𝑖𝑡𝑖𝑛𝑡𝑅𝑑𝑒𝑡 (1)
tint = waktu integrasi, Rdet = responsifitas detektor
2. Transfer energy radian dari obyek ke bidang citra (persamaan kamera).
Pendekatan/andaian: obyek sangat jauh sehingga bayangan jatuh tepat
pada bidang fokus, radiansi langit ke arah atas (upward sky radiation)
diabaikan, radiansi oleh kilatan di dalam kamera dan lensa (glare/flare)
diabaikan [Ref. …]:
𝐸𝑖 = 𝜋𝐿𝑜𝑇𝑢𝑇𝑜𝑇1 4𝑁2⁄ (2)
Lo = radiansi obyek, To = transmitansi system optis (lensa), Tu =
transmitansi medium antara (udara/atmosfer), T1 = transmittansi tapis,
N = f/D adalah bilangan focus (bukaan diafragma) dengan f = jarak
focus dan D = diameter lensa
3. Transfer energy oleh permukaan obyek (transformasi energy dari rapat
arus enegi datang (E) menjadi kecerahan/radiansi obyek (Lo)).
Pendekatan/andaian: radiansi langit ke arah bawah ataupun cahaya dari
ruang obyek (o)
pusat perspektif
bidang citra/bidang
pendeteksian, Ei, Rdet
sinyal optis
polikromatik
dari obyek, Lo
Obyek, ρ
pri
sma
dik
roik
T1
(sep
aras
i d
an s
elek
si
war
na)
kel
ua
ran
(ou
tpu
t),
DN
Sinyal listrik
analog (Vdet)
cahaya
matahari,
E0
Sis
tem
len
sa,
To
4x
CC
D
(ko
nv
ersi
opti
s-el
ektr
is)
4x
AM
P-A
DC
(pen
gu
atan
dan
ku
anti
sasi
)
ruang citra (i)
θz
Tθz
Tu
5
lingkungan (stray light) diabaikan, permukaan obyek dianggap
pemantul baur sempurna (Lambertian reflector) [Ref. …]
𝐿𝑜 = 𝜌𝐸
𝜋 (3)
dengan
𝐸 = 𝐸0 cos 𝜃𝑧𝑇𝜃𝑧
adalah iradiansi matahari yang jatuh pada permukaan obyek, dengan E0
= iradiansi matahari pada top of atmosphere (toa), z = sudut zenit
matahari, dan Tz = transmitansi atmosfer pada panjang lintasan optis
yang dilalui. Sudut zenit matahari adalah sudut yang terbentuk antara
garis normal (sumbu vertikal) dengan posisi matahari pada saat
dilakukan pengukuran, terhubung dengan waktu/jam matahari setempat
(H), koordinat lokasi tempat tersebut (,) dan deklinasi matahari pada
saat pengkuran dilakukan () oleh:
cos 𝜃𝑧 = sin sin 𝛿 + cos cos 𝛿 cos 𝐻
dengan H = - s, di mana s adalah bujur lokasi matahari pada saat
pengukuran dilakukan, sedangkan transmitansi atmosfer (Tz)
ditentukan oleh besaran ekstinsi ketebalan optis (’ext) yang nilainya
bergantung pada tebal atmosfer yang dilalui.
𝑇𝜃𝑧 = exp[−𝜏′𝑒𝑥𝑡 𝑠𝑒𝑐 𝜃𝑧]
4. Rumusan (penyederhanaan) hubungan signal terbangkit dengan
karakteristik obyek, sumber iluminasi dan karakteristik kamera dapat
dituliskan menjadi:
𝑉𝑑𝑒𝑡 =𝐸0 cos 𝜃𝑧exp [−𝜏′𝑒𝑥𝑡
sec 𝜃𝑧]
4𝑁2 𝜌𝑇𝑢𝑇𝑜𝑇1𝑡𝑖𝑛𝑡 𝑅𝑑𝑒𝑡 (4)
E0, Tz, , Tu, To, T1, Rdet adalah besaran fisik fungsi panjang
gelombang, karena itu untuk rentang panjang gelombang tertentu,
nilainya harus dihitung secara efektif dengan memasukkan keseluruhan
nilai dari setiap komponen panjang gelombang yang ada di dalam pita
spectrum tersebut, dapat didekati secara numeric menggunakan aturan
trapezoid.
- Membuat simulasi signal keluaran detector sebagai fungsi tingkat iluminasi
matahari (diwakili dengan waktu matahari setempat atau sudut zenith
matahari)
- Mengevaluasi grafik yang diperoleh dan mengidentifikasi variable-variabel
penentu yang bisa diatur untuk memperoleh signal keluaran yang optimal.
6
Alat/Bahan
- PC dan perangkat lunak spread sheet
- Onscreen digitizer (untuk digitasi data-data grafis yang diperlukan)
Data
- Data transmitans pita spectrum kamera [Ref. …]
- Data teknis/spesifikasi detector PerkinElmer RL2048 [Ref. ...]
o Responsifitas
7
o Tabel parameter kinerja kelistrikan
- Data teknis/spesifikasi jangkau kerja operasional detector [Ref. ...]
8
- Data irradiansi matahari [Ref. …]
- Data spectrum reflektans obyek contoh (rumput hijau/GG, rumput
kering/DG, tanah kekuningan/YS) [Ref. …]
- Data parameter atmosfer model (ekstinsi optis untuk ketebalan (0-2) km
dan (0-∞) km dari Elterman, 1964) untuk menurunkan besaran transmitansi
atmosfer [Ref. …]
0
10
20
30
40
50
60
70
400 500 600 700 800 900 1000
refl
ekta
ns
(%)
panjang gelombang (nm)
spektrum relektans obyek
GG
DG
YS
9
Implementasi dan Hasil
1. Tabulasi parameter fisik obyek, kamera, sumber iluminasi, dan medium antara
yang berkontribusi pada signal keluaran detector
Besaran Nilai
BandName Blu Grn Red Nir
LWL (nm) 392.00 491.00 579.00 762.00
UWL (nm) 487.00 573.00 672.00 912.00
BW (, nm) 95.00 82.00 93.00 150.00
CWL (nm) 439.50 532.00 625.50 837.00
T1 (%) 43.35 54.90 58.71 39.57
E0 (W*m-2*nm-1) 170.32 153.42 155.29 157.37
τ'ext (0-∞) 0.5018 0.3463 0.2776 0.1797
ρGG (%) 4.0551 8.3705 6.4256 49.2475
ρDG (%) 19.5043 28.4088 37.8654 55.8358
ρYS (%) 11.10 21.79 32.27 40.53
Rdet 13.6389 19.0541 23.8505 21.7959
Tu (0-2km) 0.7805 0.8251 0.8022 0.8756
To 0.85 0.85 0.85 0.85
Vsat (mV) 600 600 600 600
Vsat90 (mV) 540 540 540 540
Vclip (mV) 230 230 230 230
Catatan: LWL = lower wave length, UWL = upper wave lenth, BW = band
width, Vsat = signal keluaran jenuh, Vsat90 = 90% signal keluaran jenuh, Vclip =
batas atas signal operasional, T1 = transmitansi tapis dalam, Tu = transmitansi
atmosfer, To = transmitansi system optis (lensa)
2. Estimasi signal keluaran pada tiap-tiap pita spectrum (biru, hijau, merah, nir)
sebagai fungsi tingkat iluminai matahari untuk 3 contoh obyek penutup lahan:
rumput hijau (GG), rumput kering (DG), dan tanah kekuningan (YS)
10
6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00
0.0
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0
300.0
350.0
400.0
450.0
500.0
550.0
600.0
-90.0 -75.0 -60.0 -45.0 -30.0 -15.0 0.0
Tega
nga
nTe
rban
gkit
, Vd
et
(mV
)
SudutZenitMatahari, θz (◦)
GRAFIK TEGANGAN TERBANGKIT vs SUDUT ZENIT MATAHARIPITA BIRU (BLU) KAMERA JAI LQ-200CL
untuk 3 macam obyek pada 3 skenario bukaan kamera
VGGBluN40t2
VGGBluN56t2
VGGBluN80t2
VDGBluN40t2
VDGBluN56t2
VDGBluN80t2
VYSBluN40t2
VYSBluN56t2
VYSBluN80t2
VCLIP
VSAT90
6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00
0.0
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0
300.0
350.0
400.0
450.0
500.0
550.0
600.0
-90.0 -75.0 -60.0 -45.0 -30.0 -15.0 0.0
Tega
nga
nTe
rban
gkit
, Vd
et
(mV
)
SudutZenitMatahari, θz (◦)
GRAFIK TEGANGAN TERBANGKIT vs SUDUT ZENIT MATAHARIPITA HIJAU (GRN) KAMERA JAI LQ-200CL
untuk 3 macam obyek pada 3 skenario bukaan kamera
VGGGrnN40t2
VGGGrnN56t2
VGGGrnN80t2
VDGGrnN40t2
VDGGrnN56t2
VDGGrnN80t2
VYSGrnN40t2
VYSGrnN56t2
VYSGrnN80t2
VCLIP
VSAT90
11
6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00
0.0
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0
300.0
350.0
400.0
450.0
500.0
550.0
600.0
-90.0 -75.0 -60.0 -45.0 -30.0 -15.0 0.0
Tega
nga
nTe
rban
gkit
, Vd
et
(mV
)
SudutZenitMatahari, θz (◦)
GRAFIK TEGANGAN TERBANGKIT vs SUDUT ZENIT MATAHARIPITA MERAH (RED) KAMERA JAI LQ-200CL
untuk 3 macam obyek pada 3 skenario bukaan kamera
VGGRedN40t2
VGGRedN56t2
VGGRedN80t2
VDGRedN40t2
VDGRedN56t2
VDGRedN80t2
VYSRedN40t2
VYSRedN56t2
VYSRedN80t2
VCLIP
VSAT90
6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00
0.0
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0
300.0
350.0
400.0
450.0
500.0
550.0
600.0
-90.0 -75.0 -60.0 -45.0 -30.0 -15.0 0.0
Tega
nga
nTe
rban
gkit
, Vd
et
(mV
)
SudutZenitMatahari, θz (◦)
GRAFIK TEGANGAN TERBANGKIT vs SUDUT ZENIT MATAHARIPITA MERAH INFRA DEKAT (NIR) KAMERA JAI LQ-200CLuntuk 3 macam obyek pada 3 skenario bukaan kamera
VGGNirN40t2
VGGNirN56t2
VGGNirN80t2
VDGNirN40t2
VDGNirN56t2
VDGNirN80t2
VYSNirN40t2
VYSNirN56t2
VYSNirN80t2
VCLIP
VSAT90
12
3. Analisis grafik
o Untuk andaian waktu integrasi 2 ms pada kondisi matahari apapun
(termasuk tengah hari), 3 contoh obyek yang difoto tidak akan
mengakibatkan terjadinya signal berlebih (Vdet Vsat90, grafik signal
keluaran tidak melampaui garis merah) jika bukaan diafragma diatur pada
nilai N 5.6.
o Namun demikian, pada N = 5.6 tersebut keluaran detector akan mulai
melampaui batas operasional kamera (grafik signal keluaran melampaui
garis pink, dalam format digital DN mencapai nilai tertinggi, yaitu 255
untuk pilihan kuantiasasi data 8 bit atau 1023 untuk pilihan kuantisasi data
10 bit) yang berarti data sudah tidak dapat digunakan lagi, pada pemotretan
di atas jam 08.30 (lihat grafik untuk pita merah dan merah-infra dekat).
o Untuk mengatasi keadaan tersebut, perlu dilakukan pelemahan/reduksi
sinyal keluaran detector sebelum masuk ke piranti kuantisator (ADC) yang
bisa dilakukkan secara elektronik dengan mengtur GAIN yang disediakan
pada masing-masing kanal.
o Selain gain elektronik, reduksi signal keluaran detector juga dimungkinkan
dengan mengurangi waktu integrasi (tint) dan atau memperkecil bukaan
diafragma (memperbesar bilangan focus, N). Pada kebanyakan kamera
consumer (tidak pada kamera yang sedang dibicarakan), dua parameter ini
berpengaruh secara skalatif dan sama pada keseluruhan pita keluaran,
karena itu penetapannya harus benar-benar memperhatikan tanggap daya
cahaya terrendah dan derau signal pada pita spectrum tersebut.
o Pada pemotretan bergerak, durasi bukaan rana (lama waktu integrasi)
berasosiasi dengan jarak spasial yang ditempuh oleh wahana, jarak ini
merupakan batas atas resolusi spasial (tingkat kedetilan tertinggi) yang bisa
dicpai oleh system. Sebagai cotoh pada kasus ini, jika kamera diterbangkan
oleh satelit LEO dengan kecepatan di bumi VG = 7000 m/s, sementara waktu
integrasi minimal yang bisa diterapkan adalah 2ms, maka resolusi spasial
(GSD = GroundSamplingDistance) tertinggi yang bisa diharapkan dari
system ini adalah 7000 (m/s) x 0.002 (s) = 14 m. Jika kamera dioperasikan
dari pesawat terbang komersial (misalnya Boeing 747) dengan kecepatan
jelajah 920 km/jam ( 255 m/s) maka GSD maksimum yang bisa diharapkan
adalah 51cm
Kesimpulan dan Tindak Lanjut
Kesimpulan
1. Dengan mengetahui informasi reflektansi obyek dan data-data teknis
kamera secara lengkap dapat diperkirakan status signal keluaran yang akan
diberikan oleh kamera, jenuh atau belum jenuh, untuk tiap scenario
pengaturan parameter yang dipilih.
13
2. Dengan fasilitas pengaturan diafragma yang disediakan, dan kemampuan
pengaturan waktu integrasi dan gain per kanal, kamera industry JAI LQ-
200CL sangat mungkin untuk digunakan di luar ruangan dengan sumber
iluminasi matahari.
3. Untuk penggunaan sebagai kamera udara, kamera disarankan dioperasikan
dengan bilangan fokus N 5.6, tint = 2ms (sama untuk semua kanal
spectrum), gain 150% untuk kanal biru dan 50% untuk kanal merah dan
merah-infra dekat.
Tindak Lanjut/Saran
- Hasil-hasil kajian estimatif ini perlu dikonfirmasi dengan uji lapangan
dengan obyek yang lebih beragam
- Dalam penggunaanya sebagai instrumen/sensor penginderaan jauh, riwayat
perubahan pengaturan parameter kamera harus selalu tercatat agar dalam
proses analisis spektrometris data dapat menghasilkan informasi akhir yang
sahih (valid).
oooOooo