profilpuslitbangpuslitbanghut.or.id/data_content/attachment/buku_profil_web.pdf · prof. dr. m....
TRANSCRIPT
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANBADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASIPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN
PuslitbangProfil PuslitbangProfil
Editor:Sri Wilarso Budi
Asep HidayatMaman Turjaman
Hutan Tropis Indonesia
Press
Hutan Tropis IndonesiaPT Penerbit IPB PressHutan Tropis Indonesia
ISSN 0216 - 0439
Volume 14 Nomor 2, Desember Tahun 2017
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANMinistry of Environment and Forestry
BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN INOVASIForestry Research Development and Innovation AgencyPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN
Forest Research and Development CentreBOGOR - INDONESIA
ISSN 0216 - 0439E-ISSN 2540 - 9689
EditorProf. Dr. M. BismarkProf. Dr. Erdy Santoso
PenerbitFORDA PRESS
yang Tersisa
Mem
ban
gu
n H
asil Hutan
yang
Tersisa FO
RD
A P
RE
SS
Diterbitkan oleh:
FORDA PRESS
Anggota IKAPI No. 257/JB/2014 Jalan Gunung Batu No. 5 Bogor, Jawa Barat Telp./Fax. +62251 7520093 E-mail: [email protected]
Penerbitan dan Pencetakan dibiayai oleh:
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN
Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16118, Indonesia Telp.: +62-251 8633234/+62-251 7520067; Facs: +62-251 8638111
Daftar Isi ------------------------------------------------2
Sambutan Kepala Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi --------------------3
Kata Pengantar ---------------------------------------5
Sejarah ---------------------------------------------------6
Organisasi ----------------------------------------------8
Sumberdaya Manusia ----------------------------10
Kelompok Peneliti ---------------------------------11
Kerjasama -------------------------------------------12
Tupoksi dan Kegiatan Riset 2015-2019 ---15
Program dan Kegiatan --------------------------16
Sarana dan Prasarana ----------------------------21
Persemaian dan Koleksi Tanaman Hutan Tropis - KOFFCO ----------------------------------21
Laboratorium Mikrobiologi/INTROF-CC -22
Laboratorium Hama dan Penyakit ----------23
Laboratorium Tanah ------------------------------23
Herbarium Hutan Tropis ------------------------24
Laboratorium Sutera Alam ---------------------25
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) dan Hutan Penelitian (HP) ------26
Kartu Identitas Pohon (KIP) -------------------30
Stasiun Riset -----------------------------------------36
Isu Aktual ---------------------------------------------38
Sistem Inovasi Kelitbangan Terpadu (SINDU) ----------------------------------------------39
Regim HAKI -----------------------------------------40
Publikasi -----------------------------------------------42
Editor:Sri Wilarso Budi
Asep HidayatMaman Turjaman
Hutan Tropis Indonesia
Press
Hutan Tropis IndonesiaPT Penerbit IPB PressHutan Tropis Indonesia
Editor:Sri Wilarso Budi
Asep HidayatMaman Turjaman
Hutan Tropis Indonesia
Press
Hutan Tropis IndonesiaPT Penerbit IPB PressHutan Tropis IndonesiaDaftar Isi
PUSLITBANG HUTAN, 20182
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas terbitnya buku profil Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan.
Prof il ini merupakan potret kekinian bisnis kelitbangan pengelolaan dan produktivitas hutan. Dalam pelaksanaannya, bisnis ini didukung oleh sumber daya manusia (manajemen, peneliti dan non peneliti), sarpras (data base, KHDTK, hutan penelitian, dan laboratorium), serta dana (APBN, hibah kerjasama) untuk menghasilkan IPTEK dan inovasi yang terdaftar di dalam rejim Haki.
Koleksi berbagai jenis pohon di KHDTK dan Hutan Penelitian memberikan kebanggaan tersendiri atas keberhasilan pembangunan miniatur hutan tropis. Keindahan dan kenyamanan hutan yang dibentuk memberikan peluang untuk mengembangkan wisata IPTEK di kawasan ini.
Pada gilirannya miniatur hutan ini dapat membuka peluang penelitian yang lebih mendalam terhadap plasma nutfah, mikroba hutan tropis, perhitungan karbon interaksi ekosistem, sumber benih, sumber air yang berkualitas, serta penelitian turunannya.
Pencantuman kelompok bisnis dan sistem inovasi kelitbangan terpadu (Sindu) akan memberikan peluang dalam mengembangkan jejaring kerjasama dengan menggunakan teknologi informasi.
Pada akhirnya saya ucapkan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan atas komitmen dan karya besar yang telah dihasilkan. Tidak lupa ucapan terimakasih disampaikan kepada tim penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi atas tersusunnya buku ini.
Semoga Allah SWT selalu memberikan bimbingan dan kekuatan kita semua untuk terus berprestasi membangun kiprah Badan Litbang dan Inovasi yang lebih baik.
Kepala Badan,
Dr. Ir. Agus Justianto, M.Sc
Sambutan Kepala Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi
COMPANY PROFILE, 2018 3
Profil Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan
PenangggungjawabDr. Kirsfianti L. Ginoga
EditorIr. Harisetijono, M.Sc
Sekretariat RedaksiBintoro, S.KomAyun Windyoningrum, S.Hut, M.ScZamal Wildan, S.Kom
AlamatJl. Gunung Batu No. 5 Kotak Pos 165 Bogor 16610, Jawa Barat
Telp. +62 251 8633234, 7520067 Fax. +62251 8638111
Website: www.hutan.litbang.menlhk.go.id, www.puslitbanghut.or.id
PUSLITBANG HUTAN, 20184
Alhamdulillah, Puji Syukur kepada Allah SWT, akhirnya buku Profil Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan (Puslitbanghut) Tahun 2017 dapat terbit tepat pada waktunya. Buku ini menggambarkan profil Puslitbanghut yang sejak Tahun 2015 merupakan penggabungan dari dua pusat penelitian (satuan kerja), yaitu Pusat Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Hutan. Karena itu Puslitbanghut mengelola Sumber Daya Peneliti dan non Peneliti, serta sarana dan prasarana riset yang cukup besar di lingkup Badan Litbang dan Inovasi, Kementrian Kehutanan dan Lingkungan Hidup.
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.18 /MenLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Puslitbanghut bertugas melaksanakan penelitian, pengembangan dan inovasi di bidang pengelolaan hutan. Agenda penelitian, pengembangan dan inovasi bidang pengelolaan hutan diarahkan untuk mendukung kebijakan dan aksi target alokasi lahan untuk Tanah Objek Reformasi Agraria, Perubahan Iklim, Perhutanan Sosial, Pengelolaan Kawasan Konservasi untuk Kontribusi Ekonomi, Revitalisasi HTI, Restorasi Bentang Lahan, Ketahanan Pangan, Bioenergi dan Air, serta Pengendalian Pencemaran (sampah dan limbah) di tingkat lokal, nasional dan global.
Kegiatan penel i t ian di Pusl i tbanghut dikelompokan dalam 8 (delapan) kelompok penelitian, yaitu keanekaragaman hayati, silvikulture, pengaruh hutan, perlindungan hutan, nilai hutan dan biometrika, botani dan ekologi hutan, mikrobiologi hutan, dan perhutanan social. Kedelapan kelompok penelitian
tersebut bertujuan untuk mendukung program lingkungan hidup dan kehutanan yang berkelanjutan.
Buku Profil ini memberikan informasi tentang bagaimana bisnis proses penelitian, pengembangan dan inovasi Puslitbanghutan dilaksanakan selama tahun 2017, dilengkapi dengan gambaran sejarah, organisasi, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, jejaring kerjasama, output penelitian, pengembangan dan inovasi, serta pelayanan yang diberikan bagi para pengguna secara tepat waktu, tepat sasaran, baik langsung dan tidak langsung.
Dengan membaca buku profil ini peran dan posisi Pusat Litbang Hutan dalam mendukung kebijakan dan implementasi aksi program pemerintah pusat dan daerah, dengan akademisi, lembaga ilmiah lain, dunia usaha, dan media dapat dipahami secara luas. Buku profil ini memotret secara lengkap, ringkas dan bernas apa, bagaimana, di mana, dan mengapa Puslitbanghut perlu dipertimbangkan dalam pengambilan kebijakan dan pelaksanaan aksi lingkungan hidup dan kehutanan global, nasional dan daerah.
Akhirul kalam, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkonstribusi dalam penyusunan buku Profil ini. Untuk penyempurnaan buku ini, diharapkan saran dan masukan agar kedepan lebih baik lagi dalam substansi, diseminasi dan hilirisasi hasil litbang.
Bogor, Januari 2018Kepala Pusat,
Dr. Kirsfianti L. Ginoga.
Kata Pengantar
COMPANY PROFILE, 2018 5
Kegiatan penelitian kehutanan dirintis oleh Pemerintah Belanda
Balai Penyelidikan Kehutanan atauProefstation voor het Boswezen secara resmi dibentuk yangberkedudukan di Jalan Sawojajar,Bogor
Masa pendudukanSekutu, terdapat duaBalai, yaitu BalaiPenyelidikan KehutananRepublik Indonesia yangberkedudukan di Solodan Balai PenyelidikanKehutanan yang dikelolaoleh Sekutu,berkedudukan di Bogor
PenyelidikanKehutanan yang membawahi dua Balai, yaitu Balai Penyelidikan Hutan (sebagai cikal bakalPusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam) dan Balai PenyelidikanHasil Hutan
Usaha perintisantersebut diperbaikioleh beberapa tokohilmuwan yangdidukung olehVhabinoi, suatuAsosiasi ProfesionalKehutanan di HindiaBelanda.
Namanya berubah menjadi Bosbouw Proefstation yang pada tahun 1930 berkedudukan di Jalan Gunung Batu No. 5, Bogor (hingga saat ini).
(Setelah penyerahankedaulatan) Terjadipenggabungan antaraBalai Penyelidikan Solodan Bogor menjadi Balai Penyelidikan Kehutanan Bogor.Melalui keputusan Menteri Pertanian No. 86/Um/56 tanggal 20 Juli 1956, Balai Penyelidikan Kehutanan dikembangkan menjadiBalai Besar
Balai Besar PenyelidikanKehutanan diubahnamanya menjadiLembaga PusatPenyelidikan Kehutanan dan nama kedua balai di bawahnya menjadi Lembaga Penyelidikan Hutan dan Lembaga Penyelidikan Hasil Hutan
1892
1909 1929
1950
1957
1913
1947
1956
Sejarah
PUSLITBANG HUTAN, 20186
Banyak perubahan terjadidalam struktur organisasi dan fungsi kerja seiring dengan perubahanstruktur DepartemenKehutanan, antara lainketika DepartemenKehutanan berubah menjadi Departemen Kehutanan danPerkebunan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dirubahkembali menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam didasarkan kepada Keputusan Menteri Kehutanan No. 123/Kpts-II/2001 tanggal 4 April 2001 dan diperbaharui dengan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.71/Menhut-II/2006
Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi berubah menjadi Puslitbang Hutan No. P.18/MenLHK-II/ 2015 tanggal 14 April 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Struktur organisasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan ditingkatkan menjadi Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, yang dilengkapi dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan di Bogor, serta beberapa Balai Penelitian Kehutanan di luar Jawa
Berubah menjadi Puslitbang Konservasi danRehabilitasi (Puskonser) melalui Permenhut No. P.40/Menhut-II/2010 tanggal 20 Agustus 2010 tentang Organisasi dan Tata KerjaKementerian Kehutanan.
1983
1892
1959 2001
2015
COMPANY PROFILE, 2018 7
KELOMPOK PENELITI PEMBINAAN HUTAN
Dr. Ika Heriansyah, S.Hut., M.Agr
KELOMPOK PENELITI PENGARUH HUTAN
Dr. I. Wayan Susi D, S.Hut., M.Si
KELOMPOK PENELITI PERLINDUNGAN HUTAN
Neo Endra Lelana, S.Si., M.Si.
KELOMPOK PENELITI NILAI HUTAN DAN BIOMETRIKA
Dr. Haruni Krisnawati, S.Hut., M.Si
KELOMPOK PENELITI KEHUTANAN MASYARAKAT
Dra. Lincah Andadari, M.Si.
KELOMPOK PENELITI KONSERVASI DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Dr. Ir. Hendra Gunawan, M.Si
KELOMPOK PENELITI BOTANI DAN EKOLOGI HUTAN
Ir. Adi Susilo, M.Sc
KELOMPOK PENELITI MIKROBIOLOGI HUTAN
Dr. Ir. Maman Turjaman, D.E.A
Organisasi
KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN
Dr. Ir. Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc
SUBBIDANG PROGRAM DAN ANGGARAN
Kritina Yuniarti, S.Hut
BIDANG PROGRAM DAN EVALUASI
Dr. Yayuk Siswiyanti, S.Hut., M.Si
SUBBIDANG EVALUASI DAN PELAPORAN
Mujiyati, S.Sos., M.Si.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.18 /MenLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
PUSLITBANG HUTAN, 20188
KOORDINATOR RPPI 4. SUMBER PANGAN ALTERNATIF
Dr. Ir. Murniati, M.Si
KOORDINATOR RPPI 6. OBAT-OBATAN ALTERNATIF TANAMAN HUTAN
Dr. Ir. Maman Turjaman, D.E.A
KOORDINATOR RPPI 5. SUMBER ENERGI ALTERNATIF
Dr. Dra. Enny Widyati
KOORDINATOR RPPI 1, KONSERVASI BIODIVERSITAS
Dr. Ir. R. Garsetiasih, M.P
KOORDINATOR RPPI 2. KONSERVASI SUMBER DAYA AIR
Dr. I. Wayan Susi D, S.Hut, M.Si
KOORDINATOR RPPI 3. PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN
Dr. Ir. Darwo, M.Si
Koordinator RPPI
SUBBAGIAN TATA USAHA DAN KEPEGAWAIAN
Asep Diriyanto, SH
SUBBAGIAN KEUANGAN DAN PERLENGKAPAN
Cece Hediana, SE
BAGIAN TATA USAHA
Silvy Agtriariny, S.Hut
SUBBIDANG PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI
Bintoro, S.Kom
BIDANG PENGEMBANGAN DATA DAN TINDAK LANJUT PENELITIAN
Ir. Harisetijono, M.Sc
SUBBIDANG TINDAK LANJUT HASIL PENELITIAN
Ayun Widyoningrum, S.Hut., M.Sc.
SUBBIDANG KERJA SAMA
H. Suwandi, SP, M.Si
BIDANG KERJASAMA DAN DISEMINASI
Dr. Esrom Hamonangan, S.Si., MEE
SUBBIDANG DISEMINASI
Drs. Ibnu Sidratul M, M.Si
COMPANY PROFILE, 2018 9
Sumber daya manusia di Pusat Litbang Hutan pada tahun 2017 sejumlah 235 orang. Alokasi distribusi
sumber daya manusia secara rinci dapat dilihat pada gambar diatas.
Sumberdaya Manusia
PUSLITBANG HUTAN, 201810
Kelompok Bisnis
Kelompok PenelitiNilai Hutan dan Biometrika
Kelompok PenelitiPembinaan Hutan
Kelompok PenelitiBotani dan Ekologi Hutan
Kelompok PenelitiKonservasi dan
Keanekaragaman Hayati
Kelompok PenelitiPerlindungan Hutan
Kelompok PenelitiPengaruh Hutan
Kelompok PenelitiKehutanan Masyarakat
Kelompok PenelitiMikrobiologi Hutan
Kelompok Bisnis Pengaruh Hutan
Kelompok Bisnis Pembinaan Hutan
Kelompok Bisnis Kehutanan Masyarakat
Kelompok Bisnis Mikrobiologi Hutan
Kelompok Bisnis Konservasi dan
Keanekaragaman Hayati
Kelompok Bisnis Perlindungan Hutan
Kelompok Bisnis Nilai Hutan dan Biometrika
Kelompok Bisnis Botani dan Ekologi Hutan
COMPANY PROFILE, 2018 11
KerjasamaUntuk memperkuat kegiatan kelitbangan di Puslitbang Hutan, telah dilaksanakan beberapa kerjasama dalam negeri maupun luar negeri.
Dalam dan Luar Negeri
PUSLITBANG HUTAN, 201812
NoMitra dan Judul
Kerjasama
Nomor MoU/Koordinator Proyek/
Lokasi KegiatanSumber Dana Waktu Tujuan Penelitian
Kerjasama Dalam Negeri
1 PT. CIBALIUNG SUMBERDAYA Pandeglang Banten Tentang : Penangkaran Rusa Timor (Rusa timorensis) untuk pember-dayaan masyarakat
No. Pk.4/VIII/ P3KR-1/2012No.744/09/MoU-CSD/XII/2012
Pihak Kedua 5 Tahun 19 Desember 2012
s/d 15 Desember 2017
Mendapatkan umpan balik dari penggunaan IPTEK, melestarikan dan memanfaatkan hasil penangkaran rusa Timur guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat
2 Dinas Kehutanan kabupaten Sumba TimurTentang: Penangkaran Rusa Timor (Rusa timorensis Blainville,1822)
No. Pk.01/VIII/ P3KR-1/ 2013No. DK.522.000/ 1284/VI/ ST/2013
Pihak Kedua 5 tahun 27 Agust 2013
s/d 27 Agust 2018
Untuk mendapatkan umpan balik dari penggu-na IPTEK, melestarikan dan memanfaatkan hasil penangkaran rusa Timor di Kab. Sumba Timur
3 Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB)Tentang: Kerjasama penelitian dan pemanfaatan hasil penelitian teknologi pengujian non-destruktif untuk deteksi gaharu
N0. 356/IT.3/PM/ 2016No. Pks.2/P3H/ HDS/ HMS/1/4/ 2016 Tanggal 15 April 2016
Sharing Budget
3 Tahun15 April 2016
S/D15 April 2018
Untuk mendukung penelitian dan pemanfaatan hasil penelitian Teknologi pengujian non-de-struktif untuk deteksi gaharu
4 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhutani (Cepu)Tentang: Penelitian pengendalian hama dan penyakit tanaman sengon
No. Pks.3/P3H/HDS/ KUM.3/5/2016No. 09/SJ/PLB/2016
Sharing Budget
2 Tahun23 Mei 2016
s/d15 April 2018
Upaya pengelolaan hutan lestari, menuju kele-starian dan produksi yang termanfaatkan
5 Kerjasama antara Pusat Litbang Hutan, Pusat Litbang Sosek JakPI dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Yogjakarta
Pks.19/P3H/HSD/KUM.3/M/2016 dan Pks.2/P3Sekpi/HSD/Ren.3/11/2016 dan Pks.575/01362
Sharing Budget
3 tahun4 Nopember 2016 s/d
4 November 2018
Penerapan Teknologi Budidaya Ulat Sutera dan Pemanfaatannya di KPHP Yogjakarta
6 Kerja sama antara Pusat Litbang Hutan dengan Badan Retorasi Gambut (BRG)
Pks.3/KaBRG-D4/5/2017 dan Pks. 10/P3H/HSD/ KLN.0/5/2017
Dana Pihak BRG
1 tahun8 Mei 2017
s/d 31 Desember 2017
Riset Pengelolaan Sumber Daya air di Lahan Gambut, Hutan Lindung Mendawak, Kaliman-tan Barat, Riset Paludikultur di Jambi dan Pilot Project Paludikulur dan Agroforestri
7 Kerja sama antara Pusat Litbang Hutan dengan PT. Mayangkara Tanaman Industri (PT.MTI)
Perjanjian kerjasama No-mor: Pks.15/P3H/HKSD/KUM.3/6/2017 dan SPN.0007/MTI-Wadirut/Legal-VI/2017
Sharing Budget
5 tahun 16 Juni 2017
s/d 16 Juni 2022
Pilot Project Penelitian Pengelolaan Hutan Tanaman Industri (HTI) di lahan gambut
8 Kerja sama antara Pusat Litbang Hutan dengan PT. Wana Sumbur Lestari (PT.SWL)
Perjanjian kerjasama No-mor: Pks.16/P3H/HKSD/KUM.3/6/2017 dan SPN.0003/MTI-Wadirut/Legal-VI/2017
Sharing Budget
5 tahun 16 Juni 2017
s/d 16 Juni 2022
Pilot Project Penelitian Pengelolaan Hutan Tanaman Industri (HTI) di lahan gambut
9 Kerja sama antara Pusat Litbang Hutan dengan PT Bank BRISyariah
Pihak KeduaPT. BRISya-riah
Pengelolaan Sumber Mata Air di Aboretum Pusat Litbang Hutan
10 Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) BandungTentang: Pariwisata
11 Universitas Sumatera Utara (USU)Tentang: Sumberdaya Manusia dalam Lingkungan Kampus
COMPANY PROFILE, 2018 13
NoMitra dan Judul
Kerjasama
Nomor MoU/Koordinator Proyek/
Lokasi KegiatanSumber Dana Waktu Tujuan Penelitian
Kerjasama Luar Negeri
1 KFS-AFoCo Regional Project Compo-nent 3–Judul Kegiatan Facilitating the Participatory Planning of Communi-ty-Based Forest Management Using GIS and Remote Sensing Technologies in Forest Resources Management in the Philippines, Indonesia and Thailand
5 tahunOktober 2015
s/dDesember 2019
Tujuan utama dari proyek ini yaitu : Berkontri-busi dalam perbaikan hutan dan pengemban-gan sumber daya hutan di kawasan ASEAN khususnya di area hutan berbatasan dengan pemukiman masyarakat.
2 Follow up research on rehabilitation of degraded forest and land (Indo-nesia-Komatsu Indonesia (Ir. Atok Subiakto, M.App,Sc.)
No registrasi : 7089101 3 tahun1 April 2015 s/d31 Maret 2018
Tujuan umum dari kerjasama anatara Badan Lit-bang kehutanan dengan Komatsu adalah untuk melakukan penelitian lanjutan pada konservasi jenis pohon punah serta rehabilitasi hutan dan lahan terdegradasi, dan wilayah pertambangan menggunakan jenis pohon asli (termasuk species Meranti) dan untuk menyebarluaskan teknologi cutting menembus sektor kehutanan
3 Forest Landscape Restoration (FLR) FAO
PUSLITBANG HUTAN, 201814
Tupoksi dan KegiatanRiset2015-2019
Berdasarkan Surat Keputusan, Puslitbang Hutan bertanggungjawab pada pelaksanaan enam Rencana Penelitian dan Pengembangan Integratif (RPPI), yakni:
1. RPPI 1. Konservasi Keanekaragaman Hayati;
2. RPPI 2. Konservasi Sumber Daya Air;
3. RPPI 3. Peningkatan Produktivitas Hutan (Kayu dan HHBK);
4. RPPI 4. Sumber Pangan Alternatif;
5. RPPI 5. Sumber Energi Alternatif; dan
6. RPPI 6. Obat-obatan Alternatif Tanaman Hutan.
COMPANY PROFILE, 2018 15
Program & Kegiatan Penelitian, Pengembangan, InovasiPengelolaan Hutan
NO. KEGIATAN LITBANG SATKER
RPPI 1. Konservasi Keanekaragaman Hayati
A. Eksplorasi dan Pemanfaatan Microorganisme
1 Bioprospeksi mikroba hutan rawa gambut (Target Judul Terlibat)
Banjarbaru
2 Potensi mikroba hutan tropis untuk restorasi ekosistem hutan semi arid
P3H
3 Pengaruh pH dan suhu inkubasi pada aktifitas sistem enzim selulase isolat fungi Basidiomycetes koleksi INTROF-CC
P3H
4 Teknologi restorasi lahan bekas tambang nikel melalui pemanfaatan mikroba simbiotik
Makasar
5 Reklamasi lahan pasca tambang nikel melalui fito remediasi dan bioremediasi
Manado
B Manajemen Kawasan/Ekosistem (Hutan Konservasi, Lindung, Hutan Produksi dan Kawasan Ekosistem Essensial)
6 Status dan alternatif resolusi konflik akibat gangguan satwa liar Gajah di Sumatera
P3H
7 Kajian tehnik pencegahan dan pengendalian “gangguan Gajah liar” berbasis masyarakat di provinsi NAD
P3H
8 Potensi satwa penggunaan dan konflik lahan pada DAS Besitang di Sumatera Utara
Aek Nauli
9 Kajian konflik Buaya muara (Crocodillus porosus) dengan manusia di NTT (Target Judul Terlibat)
Kupang
10 Penilaian kawasan ekosistem esensial habitat Bekantan di Kalimantan Selatan
P3H
11 Potensi tingkat kerawanan dan pola kebakaran ekosistem gambut sebagai upaya pencegahan kebakaran hutan
P3H
12 Kajian evaluasi fungsi suaka alam dan hutan lindung di Jawa
P3H
13 Pola akses masyarakat desa hutan terhadap kawasan konservasi
P3H
14 Efektifitas rehabilitasi dan restorasi lahan bekas tambang pada hutan pinjam pakai
P3H
15 Model optimasi pemanfaatan ekosistem mangrove dengan model optimasi silvofishery
P3H
16 Kajian Karakteristik Ekosistem dan Kesesuaian Pengelolaan dan Pengusahaan KPHL Hulu Sungai Selatan
Banjarbaru
17 Pengelolaan keanekaragaman hayati flora pada KPHP Sorong Selatan
Manokwari
NO. KEGIATAN LITBANG SATKER
18 Teknologi konservasi dan rehabilitasi sumberdaya alam pulau terluyar dalam rangka meningkatkan taraf hidup melalui kelembagaan masyarakat
Manado
19 Valuasi dan kelembagaan jasa air untuk pembiayaan konservasi biodiversitas didaerah tangkapan air Danau Rawa Pening
Solo
20 Model restorasi dan pemanfaatan ekosistem mangrove berkelanjutan
Makasar
21 Tehnik paludiculture untuk restorasi ekosistem gambut terdegradasi
P3H
22 Model pengelolaan jasling air, keanekaragaman hayati satwa liar dan wisata di Taman Nasional Babul
Makasar
23 Restorasi lahan bekas tambang batubara Samboja
24 Restorasi lahan pasca tambang batubara pada kawasan hutan di kabupaten Berau
Samarinda
25 Teknik rehabilitasi lahan pasca tambang bahan galian golongan C di KHDTK Labanan
Samarinda
26 Model konservasi ekosistem mangrove di HPP Barat Muara Kaeli (Target Judul Terlibat)
Samarinda
27 Skema insentif bagi masyarakat yang mengelola lahan gambut tanpa bakar
P3H
C Teknologi Konservasi In-situ dan eks-situ Flora
28 Ekologi dan Konservasi Jenis Dipterokarpa Potensial dan Terancam Punah
Samarinda
29 Konservasi dan bioteknologi untuk jenis kayu Kuku, Kayu Merah dan Eboni
Yogyakarta
30 Teknologi konservasi ek-situ Ulin (Eusideroxylon zwageri) di KHDTK HP Samboja
Samboja
31 Ekologi dan konservasi genetik (eks-situ) jenis - jenis Dipterokarpa terancam punah
P3H
D Teknologi konservasi in-situ dan Eks-situ Satwa Liar
32 Potensi pengembangan satwa liar endemik Papua Manokwari
33 Karakteristik ekologi dan sosial sekitar habitat pelepasliaran Orang utan di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh
Aek Nauli
34 Metode quick assessment untuk dasar penetapan kuota pemanfaatan Labi - labi (Amyda cartylaginea) dan Ular Sanca Batik (Phyton reticulatus) secara lestari
P3H
2015-2019
PUSLITBANG HUTAN, 201816
NO. KEGIATAN LITBANG SATKER
35 Penilaian viabilitas habitat dan populasi (PHVA) Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) sebagai dasar pembinaan habitat, peningkatan populasi dan mitigasi konflik
P3H
36 Teknologi konservasi dan restorasi habitat satwa langka prioritas (Bekantan, Nasalis larvatus)
Samboja
37 Pemulihan populasi dan pemanfaatan satwa liar di Nusa Tenggara Timur
Kupang
38 Konservasi in-situ dan eks-situ Anoa (Bubalus spp.) Manado
39 Keragaman genetik Banteng dan Rusa timor menggunakan penanda DNA
Yogyakarta
40 Teknologi Konservasi Satwa Langka Orangutan (Pongo pygmaeus)
Samboja
41 Karakteristik habitat Badak Sumatera di Kutai Barat, Kalimantan Timur
Samboja
42 Kajian evaluasi rehabilitasi Orangutan di Kalimantan Samboja
43 Penelitian kajian pembangunan Sanctuary Orangutan di Kalimantan Timur
Samboja
RPPI 2. Konservasi Sumber Daya Air
A. Data dan kualitas air DAS prioritas
44 Kajian kualitas air permukaan dan air tanah dari berbagai penutupan lahan
Solo
B. Daya dukung DAS
45 Kajian daya dukung DAS di kawasan hutan Pinus (KHDTK Gombong) dan hutan Jati (KHDTK Cemoro-Modang)
Solo
46 Daya dukung DAS pada berbagai tipologi di DAS Garang, DAS Luk Ulo dan DAS Juwana, DAS Solo (Target Judul Terlibat)
Solo
47 Analisis daya dukung DAS pada berbagai tipologi Makasar
48 Analisis daya dukung DAS Mapili (tata air, lahan dan sosek) pada berbagai tipologi (Target Judul Terlibat)
-
C. Implementasi pengelolaan DAS mikro
49 Pengelolaan DAS Mikro di daerah tangkapan air waduk Gajah Mungkur (UD)
Solo
50 Restorasi dan strategi pengelolaan kolaboratif pada berbagai das garang, DAS Luk Ulo dan DAS Juwana (Target Judul Terlibat)
Solo
Konservasi Sumberdaya air Taman Wisata Alam (TWA)
51 Konservasi sumberdaya air TWA Telaga Warna dan Pengilon melalui pendekatan pembangunan arboretum spesies flora endemik pegunungan (UD)
Solo
D. Mikrohidro dan pengelolaan sumberdaya air mandiri berbasis desa (Pengembangan)
52 Mikrohidro untuk menggiatkan partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan dan pengembangan usaha produktif desa hutan
Makasar
53 Model pengelolaan Sumberdaya Air Mandiri Berbasis Desa (PAM-BD)
Makasar
E. Neraca Air optimal di DAS/Sub DAS Prioritas
54 Kajian potensi air permukaan pada berbagai penutupan lahan
Solo
NO. KEGIATAN LITBANG SATKER
F. Pemilihan jenis berdasarkan biofisik, iklim dan preferensi jenis oleh masyarakat serta pengembangan pola kelembagaan untuk HTR, HKM, HD, Agroforestri dan lain-lain di DAS/Sub DAS Prioritas
55 Kesesuaian jenis pohon (faktor biofisik, iklim dan preferensi masyarakat pada DAS Citarum)
P3H
56 Penelitian dan pengembangan restorasi hutan lahan basah dengan pola kemitraan di Sumatera Selatan dan Jambi
Palembang
G. Pengelolaan Daerah Tangkapan Air (DTA) (Pengembangan)
57 Klasifikasi biofisik model-model konservasi mata air (KOSMA) berbasis masyarakat
Kupang
58 Konservasi sumberdaya air dengan model agroforestry pada lahan masyarakat dan KPH di Sumatera Utara
Aek Nauli
H. Pengelolaan DAS Pulau-pulau Kecil
59 Pengelolaan DAS pada pulau-pulau kecil Solo
60 Sistem perencenaan dan kelembagaan DAS dan karakteristik DAS PULAU Rote (Target Judul Terlibat)
Solo
I. Pengelolaan Tata air gambut
61 Kajian dan analisis tata air gambut dalam rangka mendukung pencegahan kebakaran hutan dan lahan di provinsi Sumatera Selatan (Target Judul Terlibat)
Palembang
62 Kajian dan analisis tata air gambut dalam rangka mendukung pencegahan kebakaran hutan dan lahan di provinsi Kalimantan Tengah (Target Judul Terlibat)
Banjarbaru
J. Pola sosial ekonomi dan kelembagaan sekitar DAS prioritas
63 Kajian dan analisis sosial ekonomi dan kelembagaan sekitar DAS prioritas (Target judul terlibat)
Solo
K. Teknologi identifikasi potensi kerawanan bencana banjir/tanah longsor
64 Analisis risiko dan kerawanan wilayah terhadap banjir bandang
P3H
L. Teknologi konservasi tanah dan air pada DAS beriklim kering
65 Teknik dan kelembagaan konservasi air di wilayah kering Solo
M. Teknologi konservasi tanah dan air untuk perlindungan mata air
66 Tehnik konservasi tanah dan air untuk perlindungan mata air (Target Judul Terlibat)
Solo
67 Teknologi biopot dan direct seeding untuk rehabilitasi lahan kritis
Ciheuleut Bogor
Teknologi mitigasi bencana banjir/tanah longsor dan kekeringan
68 1. Kajian teknik mitigasi bencana tanah longsor di pulau Jawa 2. Kajian teknik mitigasi bencana banjir dan kekeringan di beberapa DAS (Cisadane, Siak dan Serang)
Solo
69 Teknik mitigasi bencana banjir, tanah longsor dan kekeringan di Pulau Jawa tahun 2016 (Target Judul Terlibat)
Solo
70 Analisi kapasitas airan sungai-sungai dan daerah rawan banjir di kota Manado
Manado
71 Identifikasi penyebab banjir di kota Manado (DAS Tondano) (Target Judul Terlibat)
Manado
N. Tutupan Lahan Optimal untuk Kelestarian tata air di DAS/Sub DAS Prioritas
COMPANY PROFILE, 2018 17
NO. KEGIATAN LITBANG SATKER
72 Luas optimal tutupan lahan pada 2 DAS prioritas (DAS Citarum dan DAS Brantas)
P3H
73 Konservasi sumberdaya air berbasis landskap hutan Palembang
74 Model pengembangan tutupan lahan mendukung tata air optimal di DAS Asahan bagian hulu (Target Judul Terlibat)
Aek Nauli
75 Luasan tutupan lahan optimal dalam mendukung tata air dan neraca optimal di DAS Limboto (Target Judul Terlibat)
Manado
Pelaksanaan RPPI 3. Peningkatan Produktivitas Hutan (Kayu dan HHBK)
A. Kuantifikasi pertumbuhan dan hasil tegakan (Paket IPTEK pemulihan dan peningkatan produktivitas hutan alam bekas tebangan)
76 Formulasi dan tehnik penilaian pemulihan tegakan hutan alam setelah penebangan
Samarinda
77 Peningkatan produktivitas jenis Shorea leprosula hasil seleksi DNA (Target Judul Terlibat)
Samarinda
78 Kuantifikasi pertumbuhan dan hasil pada ekosistem hutan alam (Target Judul Terlibat)
P3H
B. Kuantifikasi Pertumbuhan dan Hasil Tegakan (Paket IPTEK peningkatan hutan tanaman (HTI, HTR, HR) penghasil kayu pertukangan dan kayu pulp
79 Analisis kualitas tapak terhadap produktivitas hutan tanaman
P3H
C. Kuantifikasi produksi (Paket IPTEK budidaya dan peningkatan produktivitas HHBK prioritas non FEM)
80 Kuantifikasi potensi, budidaya dan pengusahaan rumput ketak (Lygodium circinatum (Burn.F) Swartz)
Mataram
D. Pemuliaan dan bioteknologi (Paket Iptek budidaya dan peningkatan produktivitas HHBK prioritas non FEM)
81 Pemuliaan jenis-jenis unggulan daerah Istimewa Yogyakarta UD ( Target Judul Terlibat)
Yogyakarta
82 Pemuliaan dan bioteknologi jenis Gaharu dan Cendana Yogyakarta
83 Peningkatan produktivitas HHBK jenis Jernang (Daemonorops spp.), Kapur (Dryobalanops aromatica) dan Cendana Aceh (Santalum sp.) melalui pengembangan bibit unggul dan tehnik silvikultur dan tehnik silvikultur
Aek Nauli
84 Pengembangan kemenyan di Sumatera Utara; Analisis sosial ekonomi, ekologi dan silvikultur (Pengembangan UD)
Aek Nauli
E. Pemuliaan dan bioteknologi (Paket IPTEK peningkatan produktivitas hutan tanaman HTI, HTR, HR) penghasil kayu pertukangan dan kayu pulp
85 Pemuliaan jenis kayu pulp (Akasia dan Jabon) Yogyakarta
86 Pemuliaan jenis kayu pertukangan pertukangan (Jati, Mahoni, Gmelina, Nyawai, Manglid dan Tisuk)
Yogyakarta
87 Aplikasi penanda DNA untuk mendukung produktivitas hutan tanaman (Target Judul Terlibat)
Yogyakarta
88 Peningkatan produktivitas hutan tanaman melalui mutasi dan seleksi jenis Jati Muna, Jabon putih dan Gaharu
Ciheuleut Bogor
F. Perlindungan hutan (Paket IPTEK peningkatan produktivitas hutan tanaman HTI, HTR, HR. penghasil kayu pertukangan dan kayu pulp)
89 Pengendalian karat Puru pada Sengon melalui pendekatan teknologi benih
Ciheuleut Bogor
NO. KEGIATAN LITBANG SATKER
90 Formulasi pestisida nabati dari famili Meliaceae dan agen hayati dari mikroba Endofit
P3H
91 Pemetaan, sidik cepat dan pengendalian hama dan/penyakit jenis tanaman komersial (Sengon, Jabon, Gmelina dan Akasia)
P3H
92 Pemuliaan Sengon yang toleran terhadap karat tumor dan boktor
Yogyakarta
93 Pengendalian hama dan penyakit tanaman Sengon P3H
G. Sistem dan Teknik Silvikultur (Paket IPTEK pemulihan dan peningkatan produktivitas hutan alam bekas tebangan)
94 Karakteristik biometrik jenis-jenis dipterokarpa dalam ekosistem hutan alam
Samarinda
95 Teknik pemulihan hutan rawang di KPHP Mandailing natal (Target Judul Terlibat)
Aek Nauli
96 Tehnik pemulihan dan peningkatan produktivitas di hutan alam tidak produktif
P3H
97 Pengaruh pemberian kapsul mikoriza pada anakan Shorea penghasil tengkawang
Samarinda
98 Tehnik pengembangan pasak bumi untuk menghasilkan benih
Samarinda
H. Teknik Budidaya (Paket IPTEK budidaya dan peningkatan produktivitas HHBK prioritas non FEM)
99 Model pengelolaan persuteraan alam (UD) Makasar
100 Difusi teknologi budidaya dan pasca panen bambu di Priangan Timur, Jawa Barat:Unggulan Daerah (Target Judul Terlibat)
Ciamis
101 Teknik budidaya dan peningkatan nilai tambah produk Dipterocarpus retusus di KPHP Batu Lanteh
Mataram
102 Budidaya tanaman penghasil pewarna alami (Indigofera tinctoria)
P3H
103 Budidaya rotan komersial di KPHP Dolago Tanggunung Sulawesi Tengah
P3H
104 Budidaya tanaman penghasil senyawa aromatis (Nilam) P3H
105 Budidaya eksitu Masohi (Massoia aromatica Becc.) dengan pendekatan social forestry
P3H
106 Teknik peningkatan produktivitas dan mutu pakan dan kokon Ulat Sutera
P3H
107 Peningkatan produktivitas tanaman Masoi di Papua Manokwari
108 Akselerasi generasi hamiparasit Cendana (Santalum album Linn.)
Mataram
I. Teknik Perbenihan dan Pembibitan (Paket IPTEK peningkatan produktivitas hutan tanaman HTI, HTR, HR) penghasil kayu pertukangan dan kayu pulp
109 Peningkatan produktivitas jenis-jenis kayu lokal Sulawesi (UD)
Makasar
110 Teknologi perbenihan untuk meningkatkan produksi benih jenis Mahoni dan Gmelina
Ciheuleut Bogor
J. Teknik Silvikultur (Paket IPTEK peningkatan produktivitas hutan tanaman HTI, HTR, HR penghasil kayu pertukangan dan kayu pulp)
111 Tehnik silvikultur dan potensi pemanfaatan Nyawai (Ficus variegeta Blume)
Banjarbaru
PUSLITBANG HUTAN, 201818
NO. KEGIATAN LITBANG SATKER
112 Silvikultur jenis lokal potensial (Native species) pada lahan kritis/lahan marginal
Kuok
113 Tehnik silvikultur intensif jenis Mahoni P3H
114 Tehnik silvikultur, perlindungan dan kuantifikasi pertumbuhan tanaman penghasil kayu pulp jenis binuang bini
P3H
115 Peningkatan produktivitas kayu pertukangan sebagai komoditas usaha di KPHP (Pengembangan)
Plembang
116 Tehnik silvikultur dan kuantifikasi pertumbuhan jenis kayu pertukangan (jenis Trema)
P3H
Teknologi agroforestri (Paket Iptek Budidaya dan peningkatan produktifitas HHBK prioritas non FEM)
117 Uji coba beberapa pola agroforestri tanaman Cendana,Gaharu dan Kayu Papi
Kupang
118 Potensi pengembangan HHBK jenis ketak dalam pola agroforestri untuk mendukung pengelolaan kawasan lindung
Ciamis
K. Teknologi Agroforestri (Paket Iptek pemulihan dan peningkatan produktivitas hutan alam bekas tebangan)
119 Optimasi produktivitas lahan hutan alam melalui pola agroforestri di KHDTK Labanan
Samarinda
L. Teknologi agroforestri (Paket Iptek peningkatan produktivitas hutan tanaman HTI, HTR dan HR, penghasil kayu pertukangan dan kayu pulp)
120 Penerapan model agroforestri jenis kayu pertukangan jenis Sengon dan Manglid
Ciamis
121 Kajian kontribusi Sosek HTI terhadap masyarakat (Target Judul Terlibat)
P3H
RPPI 4. Sumber Pangan Alternatif dari hutan
A. Jenis-jenis Pohon Penghasil Pangan (JPPP) dan Jenis-jenis Tanaman Bawah Tahan Naungan penghasil Pangan (JTBPP) Potensial, Proses Domestikasinya, Termasuk Teknik Peningkatan Produktivitas dan Pengelolaannya
122 Strategi pelestarian buah-buahan potensial dari hutan pada masyarakat Batak sebagai sumber pangan
Aek Nauli
123 Model agroforestri tanamana hutan penghasil sumber pangan (Umbi-umbian) untuk mendukung ketahanan pangan
Ciamis
124 Pengelolaan hutan Sagu (Metroxylon spp.) : Perencanaan, Organisasi, pelaksanaan dan pemanfaatan sagu
Aek Nauli
125 Peningkatan produktifitas tanaman sagu di Papua Manokwari
126 Kajian fenologi, uji coba tehnik perbanyakan dan budidaya serta pengelolaan JPPP potensial (Target judul terlibat)
Makasar
127 Teknologi peningkatan produktifitas sistem agroforestri berbasis pangan (Target Judul Terlibat) (P3H)
P3H
128 Teknologi peningkatan produktivitas sistem agroforestri berbasis pangan (Target Judul Terlibat) (BPK Makasar)
Makasar
129 Pembinaan hutan di areal terbuka/kosong di KHDTK Labanan
Samarinda
B. Optimalisasi Pemanfaatan dan Teknologi Budidaya Jenis-Jenis Mangrove Penghasil Pangan
130 Kajian potensi sumber pangan jenis-jenis mangrove Kupang
C. Strategi Konservasi dan Teknik Budidaya beberapa Jenis Jamur Sumber Pangan
NO. KEGIATAN LITBANG SATKER
131 Budidaya fungi ektomikoriza Pelawan P3H
D. Teknik Budidaya Lebah Madu, Strategi Peningkatan Usaha dan Mutu Madu serta Basis Data Karakteristik Madu Indonesia
132 Pengelolaan lebah madu dan diversifikasi produk lebah : Karakteristik madu hutan berdasarkan jenis pakan lebah di provinsi Riau
Kuok
133 Peningkatan usaha budidaya dan mutu madu Trigona spp.
Mataram
134 Pengembangan basis data karakteristik madu sebagai upaya perlindungan konsumen produk madu Indonesia
P3H
135 Pemanfaatan serangga sebagai sumber protein alternatif di Jawa - Bali
P3H
RPPI 5. Sumber Energi Alternatif dari hutan
A. Paket IPTEK Pengelolaan Biodiesel dari Hutan
136 Pemuliaan dan Bioteknologi Jenis Nyamplung dan Malapari untuk Biofuel
Yogyakarta
137 Penerapan Model Agroforestry Tanaman Hutan Penghasil Biofuel (Nyamplung dan Malapari)
Ciamis
138 Teknik Peningkatan Produksi Buah dan Kandungan Minyak Nyamplung (Calophyllum inophulum)
P3H
139 Penyusunan peta sebaran nyamplung dan malapari (Produktivitas minyak) (Target Judul Terlibat)
P3H
140 Tehnik rekayasa alat pemanen buah nyamplung dan malapari yang efektif dan efisien (Target Judul Terlibat)
P3HH
141 Peningkatan daya simpan minyak malapari dan nyamplung (efisiensi proses) (Target Judul Terlibat)
P3HH
142 Formulasi kelembagaan pengembangan HT nyamplung dan malapari
P3SEKPI
143 Tehnik produksi bibit untuk hutan tanaman industri Nyamplung dan Malapari (target judul terlibat)
Ciheuleut Bogor
144 Peningkatan daya simpan minyak malapari dan nyamplung (efisiensi proses) (Target Judul Terlibat)
Aek Nauli
145 Peningkatan daya simpan minyak malapari dan nyamplung (efisiensi proses) (Target Judul Terlibat)
Mataram
146 Peningkatan daya simpan minyak malapari dan nyamplung (efisiensi proses) (Target Judul Terlibat)
Manokwari
147 Tehnik perbenihan dan pembibitan jenis alternatif penghasil energi terbarukan
Ciheuleut Bogor
148 Tehnik budidaya nipah dan lontar pada skala demplot hutan tanaman (Target Judul Terlibat)
Kupang
149 Tehnik efisiensi proses produksi nira menjadi bioetanol nipah dan lontar (Target Judul Terlibat)
P3HH
150 Analisis ekonomi produksi bioetanol asal nipah dan lontar pada skala industri (Target Judul Terlibat)
P3SEKPI
151 Formulasi kelembagaan pengembangan HT bioetanol nipah dan lontar serta analisis profit sharing (Target Judul Terlibat)
P3SEKPI
152 Pemuliaan dan bioteknologi Caliandra callothyrsus dan akor (Acacia auriculiformis) untuk bahan kayu energi
Yogyakarta
153 Penelitian dan pengembangan energi Biomassa sebagai sumber energi terbarukan
Palembang
154 Peningkatan produksi lahan dengan pola agroforestry berbasis kayu energi di KPH Batu Lanteh Sumbawa, NTB
Ciamis
COMPANY PROFILE, 2018 19
NO. KEGIATAN LITBANG SATKER
155 Tehnik silvikultur, perlindungan dan kuantifikasi pertumbuhan jenis tanaman kayu energi
P3H
156 Dinamika pertumbuhan kayu energi P3H
157 Demplot pemanfaatan biomassa untuk pembangkit listrik desa tenaga biomassa (PLDTBm) dan atau pelet kompor (Target Judul Terlibat)
P3HH
158 Formulasi kelembagaan/kemitraan dan sistem insentif pada pengembangan HT kayu energi serta pemanfaatannya pada skala desa (Target Judul Terlibat)
P3SEKPI
RPPI 6. Obat-obatan Alternatif Tanaman Hutan
A. Menyediakan Informasi Teknologi Budidaya Jenis Tumbuhan Hutan Berkhasiat Obat
159 Budidaya Tumbuhan Obat Potensi di Kebun Percobaan Sipiso Piso Sumatera Utara
Aek Nauli
160 Teknologi Pengembangan Gaharu di Kalimantan Selatan Banjarbaru
161 Teknologi dan kelembagaan pengembangan Gemor (Notaphoebe coriacea, Kostem)
Banjarbaru
162 Teknologi Budi Daya Tanaman Hutan Obat Berpotensi (tidak ada dalam RPPI)
Aek Nauli
163 Penerapan Model Agroforestry Tanaman Hutan Penghasil Obat Jenis Jamblang Putih
Ciamis
164 Teknik Budi Daya & Pemanfaatan Faloak Sebagai Tanaman Obat
Kupang
165 Peningkatan Produktivitas HHBK Jenis Pranajiwa (Euchresta horsfieldii) dan Bidara Laut (Strynosch lucida) Sebagai Sumber Obat Potensial di Bali & NTB
Mataram
166 Budi Daya Intensif Tanaman Penghasil Senyawa Aromatis (Kilemo) di KPH Jawa
P3H
167 Pemuliaan Jenis Kayu Putih Tingkat Lanjut untuk Peningkatan Produktivitas Minyak Kayu Putih
Yogyakarta
168 Teknologi Konservasi dan Pemanfaatan akar Kuning (Kajian Potensi dan Karakteristik Habitat Fibraurea tinctoria / Coscinium fenestratum di Kalimantan)
Samboja
169 Potensi Mikroba Endofitik dari pohon Penghasil Gaharu sebagai bahan Alternatif Obat
P3H
B. Menyediakan paket informasi ekonomi, pasar dan kelembagaan
170 Strategi konservasi, budidaya dan tata niaga rotan jernang sebagai komoditas HHBK unggulan
Palembang
Pengembangan, TLHP & Kajian Isu Aktual
A. Koleksi Spesimen Herbarium Sebagai Acuan Nama Ilmiah Dan Sumber Data Serta Informasi Keanekaragaman Flora Hutan
171 Pengelolaan Fasilitas Herbarium Di Laboratorium Botani
B. Model Pengembangan Reklamasi Areal Bekas Tambang Batubara Di PT. KALTIM PRIMA Coal (KPC)
172 Model pengembangan reklamasi areal bekas tambang batubara di PT. KALTIM PRIMA COAL (KPC)
P3H
C. Pemeliharaan Koleksi Ulat Sutra
173 Pemeliharaan Koleksi Ulat Sutra Untuk Pengembangan Pesutraan Alam
D. Pengelolaan Fasilitas Penangkaran Rusa
174 Pengelolaan Fasilitas Penangkaran Rusa P3H
E. Prosedur operasi baku pengendalian hama dan penyakit pada tanaman sengon
NO. KEGIATAN LITBANG SATKER
175 Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman Sengon P3H
F. Rekomendasi Kebijakan
176 Kajian HTI Bambu P3H
Pilot Proyek Litbang di KPH Bualemo
A. 1. Data dan informasi lahan calon lokasi penanaman beserta informasi tegakan sebagai pohon pemanjat di Boalemo 2. Kesepahaman parapihak dalam pengembangan rotan jernang secara ex-situ di Boalemo 3. Data dan informasi pengolahan dan pemasaran serta
177 Penerapan Teknologi Budidaya dan Pemanfaatan Rotan Jernang di KPH Boalemo
P3H
B. 1. Pembuatan kebun Murbei jenis unggul 2 ha. 2. Pembuatan pemeliharaan rumah ulat Sutera satu unit 3. Pemeliharaan ulat Sutera Jenis Hibrid unggul satu periode 4. Alih teknologi budidaya murbei dan ulat sutera serta penanganan kokon 5. Publikasi
178 Pilot Project Penerapan Teknologi Persuteraan Alam di KPHP Model Unit V Boalemo
P3H
Pilot Proyek Litbang di KPH Jenebarang
A. SOP (Standard Operasional Prosedure) budidaya bambu, revitalisasi tegakan rumpun, memilih jenis bambu dengan produk bambu dan analisa usaha di Sulawesi Selatan,
179 PILOT PROYEK PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA DAN PEMANFAATAN BAMBU
P3H
Pilot Proyek Litbang di KPH Kubu Raya
A. Koordinasi lintas sektoral KPH Kubu Raya
180 Kajian Tiga Desa Definitif Dalam Kawasan Hutan Lindung di KPHL Kubu Raya
B. Mengungkapkan informasi ilmiah mengenai : ~ Risalah Desa Kuala Karang, Kecamatan Teluk Pakedai, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat. ~ Sumber pendapatan masyarakat. ~ Persepsi masyarakat terhadap hutan mangrove. ~ Sikap masyarakat terh
181 Kajian Tiga Desa Definitif yang Berada dalam Kawasan Hutan Lindung di KPHL Kubu Raya
Stasiun Riset Taman Nasional Baluran
A. Pengelolaan Stasiun Riset Di Taman Nasional
182 Pengembangan Riset Taman Nasional Baluran
Terbentuknya Stasiun Riset di Taman NasionaL Ujung Kulon
A. Terbentuknya Stasiun Riset di Taman Nasional Ujung Kulon
183 Rancangan Pengelolaan Stasiun Riset Taman Nasional Ujung Kulon
Terbentuknya Stasiun Riset Gunung Salak
A. Pengembangan Stasiun Riset Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak
184 Terbentuknya Stasiun Riset Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak
B. Perencanaan Stasiun Riset di TN Gunung Halimun Salak
185 Perencanaan Stasiun Riset di TN Gunung Halimun Salak
PUSLITBANG HUTAN, 201820
Sarana dan prasarana litbang sangat penting dalam menunjang proses untuk mendapatkan data dan informasi kelitbangan. Beberapa sarpras yang ada di kantor Gunung Batu untuk menunjang kegiatan Puslitbang Hutan antara lain:1. Persemaian dan koleksi tanaman hutan tropis-
KOFFCO.2. Laboratorium Mikrobiologi/Indonesian Tropical
Forest Culture Collections (INTROF-CC).
3. Laboratorium Hama dan Penyakit.4. Laboratorium Tanah.5. Herbarium Hutan Tropis.6. Sutera Alam.7. Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK)
dan Hutan Penelitian
Sarana dan Prasarana
Persemaian dan koleksi tanaman hutan tropis - KOFFCO
COMPANY PROFILE, 2018 21
Laboratorium Mikrobiologi/ Indonesian Tropical Forest Culture Collections (INTROF-CC)
Kegiatan Riset: Pemanfaatan koleksi mikroba, Skrining mikroba untuk menghasilkan senyawa bioaktif baru dan enzim dengan aktivitas tertentu, Ekstrasi produk alami untuk kesehatan dan pangan, Bioassay mikroba sebagai agen biokontrol, Prospek mikroba untuk perbaikan lingkungan.
Visi:Menjadi Pusat Unggulan Iptek Mikroba Hutan Tropis
Misi:• Meningkatkan mutu koleksi & database mikroba hutan tropis• Meningkatkan kualitas Litbang & Inovasi mikroba hutan tropis• Meningkatan pelayanan dan pemanfaatan dalam mendukung
industri berbasis mikroba• Peningkatan networking dan benefit sharing
PUSLITBANG HUTAN, 201822
Laboratorium Hama dan Penyakit
Laboratorium Tanah
Kegiatan riset: • Identifikasi cendawan secara mikroskopis
untuk mengetahui jenis cendawan secara morfologi.
• Identif ikasi sampel dengan teknik molekuler.
• pemeliharaan koleksi hama spesimen kering dan spesimen basah.
COMPANY PROFILE, 2018 23
Herbarium Hutan TropisHerbarium Botani Hutan berdasarkan Index Herbariorum (Lanjouw dan Stafleu, 1952), didirikan pada jaman Kolonial Belanda tahun 1917. Herbarium Botani Hutan mengkoleksi tumbuhan hutan terlengkap di Indonesia.
Terdapat koleksi tumbuhan berguna Indonesia yang dikoleksi oleh Heyne sekitar tahun 1926 sebanyak 3.435 jenis, 1.394 marga, 397 suku. Koleksi Heyne terdiri dari tumbuhan bawah, rotan, bambu dan pohon. Sampai dengan tahun 2012 terdapat 83.132 spesimen, meliputi 55.697 spesimen pohon dan 27.435 spesimen bukan pohon dari kawasan hutan seluruh kepulauan Nusantara.
Herbarium Botani Hutan di kelola oleh Kelompok Peneliti Botani dan Ekologi Tumbuhan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Bogor.
PUSLITBANG HUTAN, 201824
Foto Murbei Suli 01 Kokon PS 01 di Boalemo. Gorontalo
Persuteraan alam merupakan salah satu komoditi hasil hutan bukan kayu yang dapat dipilih untuk memberdayakan masyarakat di sekitar hutan, disamping tanaman murbeinya baik untuk rehabilitasi lahan. Budidaya tanaman murbei dapat dilakukan secara monokultur maupun campuran atau disebut sistem wanatani (agroforestry).
Tanaman murbei merupakan pakan utama ulat sutera jenis Bombyx mori L. dan kualitas pakan ini berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ulat dan kualitas kokon yang dihasilkan. Ulat yang diberi daun murbei dengan nutrisi yang baik akan lebih tahan terhadap serangan penyakit dan menghasilkan kokon 20% lebih banyak.
Badan Litbang dan Inovasi Kementerian LHK telah menghasilkan jenis murbei unggul dan jenis hibrid ulat sutera dengan produktivitas tinggi, pada tahun 2013 berdasarkan SK.793/Menhut-II/2013 dan SK.794/Menhut-II/2013 telah diluncurkan hasil pemuliaan murbei baru varietas (SULI 01) dan jenis hibrid ulat sutera (PS.01). Jenis murbei SULI
01 produksi daunnya 30% sebesar 37,18 ton/pangkas/ha, lebih tinggi dibandingkan jenis M. cathayana sebesar 26,16 ton/pangkas/ha (Andadari et.al., 2016) . Jenis murbei SULI 01 sudah diaplikasikan di lahan petani wilayah Jawa Barat antara lain Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Garut. Penggunaan murbei unggul akan dapat meningkatkan daya
saing serta membantu dalam pengembangan sutera secara umum.
Produk yang dihasilkan oleh Hibrid ulat sutera hasil pemuliaan Badan Litbang dan Inovasi yaitu hibrid unggul Pusprohut Singgle Cross (PS 01) sudah diaplikasi di kalangan petani di daerah pengembangan sutera khususnya daerarah-daerah binaan BLI.
Laboratorium
COMPANY PROFILE, 2018 25
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) dan Hutan Penelitian (HP)
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Areboretum, dan Hutan Penelitian (HP) merupakan aset penting Puslitbang Hutan sebagai show window litbang bidang pengelolaan hutan. Puslitbang Hutan mengelola 4 KHDTK, yaitu KHDTK Carita, KHDTK Yanlapa, KHDTK Cikampek dan KHDTK. Haurbentes serta 7 HP, yaitu HP. Dramaga, HP. Cikole, HP. Arcamanik, HP. Pasirhantap, HP. Pasirawi, HP. Sobang, dan HP. Gunung Dahu yang tersebar di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten. Tujuan awal pembangunan KHDTK/HP adalah sebagai lokus litbang dan introduksi jenis tumbuhan hutan baik jenis asli Indonesia maupun asing. Seiring dengan perkembangan waktu, fungsi KHDTK/HP berkembang menjadi sumber benih, tempat diklat, penangkaran satwa, obyek wisata ilmiah/wisata alam, dll.
ResearchEducation
Collaborationwith community and
stakeholder
Tourism• Nature and landscape• Religion and culture• Socio anthropology
PUSLITBANG HUTAN, 201826
Cikampek
Luas 51.1 ha telah memiliki koleksi 33 jenis asli Indonesia dan 28 jenis eksotis yang berpotensi sebagai penyedia benih tanaman hutan
Dibangun Tahun 1937
Merupakan bagian dari wilayah pengembangan kawasan industri Karawang, Purwakarta dan Bekasi
Pendorong Ekonomi Lokal
Tegakan ribuan pohon mendorong pengembangan Iptek dan akses mudah untuk kegiatan wisata dan pendidikan lingkungan dan pelatihan vokasi namun infrastruktur masih minim
Potensi untuk Alih Teknologi dan Wisata Iptek
Pembangunan Arboretum dan Pusat Perbenihan
COMPANY PROFILE, 2018 27
Untuk mendukung aktivitas riset dalam kawasan ini telah dibangun 1 rumah mess penjaga, 1 rumah mess peneliti, dan 1 Information Center.
Dengan beragamnya jenis dan ribuan pohon yang telah tumbuh dominan, kawasan ini telah menjadi oase bagi Kabupaten Karawang ditengah-tengah pesatnya pembangunan pabrik dan perumahan,
Membangun Sarana untuk Vokasi
Membangun sarana koleksi benih
Kawasan strategis untuk penyebarluasan hasil riset dan peluang ekonomi Kabupaten Karawang
Mengembangkan Wisata Ilmiah
Tekanan penduduk dan industri terhadap kawasan hutan
Preservasi Hutan Kota
Menjaga Koleksi
tanaman kehutanan
di Jawa Barat Meningkatkan fungsi
KHDTK Cikampek sebagai Arboretum koleksi tanaman
kehutanan di Jawa Barat
Pohon produksi benih berpotensi untuk perse-
maian, riset dan alih teknologi
Sumberdaya hutan sebagai area alih teknologi bagi maha-siswa vokasi
Tujuan
PUSLITBANG HUTAN, 201828
Bogor Forest Science Park
Sumberdaya hutan untuk area Pendidikan, pelatihan, peningkatan kapasitas pengelolaan hutan
Pelatihan Vokasi
Miniatur hutan tropis dengan 88 tumbuhan asli Indonesia, 42 jenis eksotik, bambu, murbei, rusa
Dibangun 1956
Kawasan strategis untuk penyebarluasan hasil riset Biodiversitas dan bagian KSPN Puncak-Gede Pangrangro dan sekitarnya
Wisata Ilmiah
Tekanan penduduk terhadap kawasan hutan dan menjaga manfaat ekologis, penyerap polutan, timbal, penghasil oksigen dan pengatur tata air (hidroekologis)
Preservasi Hutan Kota
Fasilitas infrastruktur (4A, 6C) masih minim untuk
memberikan manfaat lebih banyak pada masyarakat
Pelayanan Masyarakat
Pendorong Ekonomi Masyarakat
Peluang kerja dan ekonomi masyarakat sekitar Bogor dan pengembangan wilayah serta alternatif selain Kebun Raya Bogor
COMPANY PROFILE, 2018 29
Kartu Identitas Pohon (KIP)
Untuk Identifikasi Benefit Pohon Masa Depan
The Identification for Future Benefit of Plant
Dengan KIP diharapkan manfaat dan status pohon ke depan
dapat diketahui untuk aksi dan kebijakan yang tepat dalam
melindungi, memanfaatkan dan melestarikannya
PUSLITBANG HUTAN, 201830
KHDTK Carita
KHDTK Carita, terletak di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten berdiri tahun 1955 seluas 3.000 Ha dengan ketinggian 50 mdpl dengan curah hujan 3.959 mm/tahun. Kawasan ini terletak pada perbukitan yang langsung bersebelahan dengan pantai yang indah, terdapat jalan raya dan merupakan kawasan wisata.
COMPANY PROFILE, 2018 31
KHDTK Haurbentes
KHDTK Haurbentes, terletak di Kabu-paten Bogor, Provinsi Jawa Barat berdiri tahun 1940 seluas 100 Ha dengan ketinggian 250 mdpl dengan curah hujan 4.276 mm/tahun. Jenis dipterocarpaceae merupakan tanaman yang mendominasi di kawasan ini yang berumur diatas 50 tahun.
KHDTK Yanlapa
KHDTK Yanlapa, terletak di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat berdiri tahun 1953 seluas 47 Ha dengan ketinggian 100 mdpl dengan curah hujan 2.712 mm/tahun.
PUSLITBANG HUTAN, 201832
HP Pasir Hantap
Hutan Penelitian Pasir Hantap, terletak di Kabupaten Sukabumi,
Provinsi Jawa Barat berdiri tahun 1937 seluas 35 Ha dengan ketinggian
650 mdpl dengan curah hujan 3.163 mm/tahun.
HP Pasir Awi
Hutan Penelitian Pasir Awi, terletak di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat berdiri tahun 1938 seluas 14,25 Ha dengan ketinggian 150 mdpl dengan curah hujan 4.016 mm/tahun.
COMPANY PROFILE, 2018 33
HP Cikole
Hutan Penelitian Cikole, terletak di Kabupaten Bandung Utara, Provinsi Jawa Barat berdiri tahun 1954 seluas 39,8 Ha dengan ketinggian 1.500 mdpl dengan curah hujan 2.429 mm/tahun. Hutan penelitian yang berudara sejuk dan berada tidak jauh dari pemukiman dan kawasan wisata Tangkuban Perahu.
HP Arcamanik
Hutan Arcamanik, merupakan kawasan penelitian seribu bambu terletak di Kabupaten Bandung Utara, Provinsi Jawa Barat berdiri tahun 1954 seluas 16,27 Ha dengan ketinggian 1.600 mdpl dengan curah hujan 2.566 mm/tahun.
PUSLITBANG HUTAN, 201834
HP Sobang
Hutan Penelitian Sobang, terletak di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Jawa Barat berdiri tahun 2000 seluas 167,45 Ha dengan ketinggian 100 mdpl dengan curah hujan 2.500 mm/tahun.
HP Gunung DahuHutan Penelitian Gunung Dahu merupakan hutan Meranti terletak di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat berdiri tahun 1997 seluas 250 Ha dengan ketinggian 650 mdpl dengan curah hujan 2.500 mm/tahun.
Terdapat objek wisata alam Panorama Pabangbon (PAPA), wisata alam ini dikelola oleh Perum Perhutani.
COMPANY PROFILE, 2018 35
Stasiun RisetSebagai Basis Pendukung Pengelolaan Taman Nasional BerkelanjutanApa dan Mengapa
Stasiun riset merupakan basis pelaksanaan penelitian nasional dan internasional yang akan dilaksanakan di Taman Nasional untuk menunjang pengelolaan Taman Nasional yang berkelanjutan. Terdapat keterkaitan yang sangat erat antara keberadaan stasiun riset dengan keberhasilan pengelolaan taman nasional yang berkelanjutan. Keterkaitan ini dapat dilihat dengan dikeluarkannya Pedoman Penilaian Efektifitas Pengelolaan Kawasan Konservasi di Indonesia melalui Peraturan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Nomor P.15/KSDAE-SET/2015. Pedoman ini bertujuan untuk memantau dan menilai efektifitas pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia dan dijadikan acuan dalam upaya peningkatan kualitas pengelolaannya.
Elemen dari stasion riset ini mencakup : i) Identifikasi kebutuhan riset, 2) Baseline data potensi riset, standar opersional prosedur (SOP) pelaksanaan penelitian, 3) master plan pelaksanaan penelitian, 4) stakeholder dalam pengelolaan station riset, 5) infrastruktur yang diperlukan untuk riset, termasuk hardware dan software, serta, 6) SDM yang mengelola stasiun riset
di dalam Taman Nasional.
Mengapa stasiun riset ini diperlukan: 1) menggali ni-lai konservasi , sum-berdaya genetik, dan potensi nilai ekonomi taman nasional, 2) database potensi nilai Taman Nasional, 3) memberikan arah penelitian yang inte-grat ive, tematik,
komprehensif sesuai kebutuhan Taman Nasional, 4) sebagai sarana promosi Taman Nasional dalam menunjang kebijakan pariwisata nasional, 5) memberikan dukungan status kebijakan untuk Tanaman Satwa Liar (TSL) dan obat-obatan.
Dalam kurun waktu 2015-2019 direncakan akan dibangun 12 Stasiun Riset, yang merupakan model untuk stasiun riset berikutnya. Sampai tahun 2016, baru 4 station riset yang dibangun, untuk tahun 20017 sedang dibangun 3 stasiun riset.
Hasil kajian selama dua tahun 2015-2016, terhadap 4 Taman nasional, dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel terlihat bahwa banyak sekali kebutuhan riset pada Taman Nasional, dengan tingkat prioritas riset yang berbeda sesuai dengan karakteristik bio-fisik dan kondisi social ekonomi, mulai dari kebutuhan riset yang amat tinggi sampai kurang dibutuhkan. Untuk baseline data yang sudah tersedia juga bervariasi dari kurang baik sampai baik. Standar Operasional Pelaksanaan penelitian umumnya sudah dibuat walaupun ada yang belum optimal.
Master plan kegiatan penelitian umumnya belum tersedia, padahal hal ini penting untuk merancang penelitian ke depan.
2015 •TN Gunung Halimun Salak
•TN Baluran •TN Ujung Kulon
2016 •TN Bromo Tengger Semeru
2017 •TN Rinjani •TN Bantimurung Bulusaraung
•TN Merbabu
2018 •TN Tesso Nelo •TN Zamrud •TN Sebangau •TN Tanjung Puting
2019 •TN Laiwangi Wanggameti
•TN Bogani Nani Wartabone
•TN Teluk Cendrawasih
Gambar 2. Lokasi Stasiun Riset di Taman Nasional 2015-2019
StasiunRiset
Identifikasi Kebutuhan
Riset
Baseline Data
SOP
SDM
Stakehoder
Infrastruktrur
Gambar 2. Unsur Pendukung Stasiun Riset pada Taman Nasional
PUSLITBANG HUTAN, 201836
UraianTN Gunung
Halimum Salak
TN Ujung Kulon TN Baluran
TN Bromo Tengger Semeru
Identifikasi Kebutuhan Riset1. Konservasi
keanekaragaman hayatiSangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
2. Obat-Obatan Sangat Tinggi Sedang Sedang Tinggi
3. Sumberdaya genetik Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi
4. Wisata alam Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
5. Pendidikan dan pelatihan Sedang Sedang Sedang Sangat Tinggi
6. Resolusi Konflik Sangat Tinggi Sedang Tinggi Sangat Tinggi
7. Pemberdayaan masyarakat
Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
8. Pengendalian Invasife species
Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi
9. Restorasi eksositem Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi
10. Kelestarian sumberdaya air
Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
11. Kearifan local Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
12. Sumberdaya energy baru dan terbarukan
Sangat Tinggi Sedang Sedang Sangat Tinggi
13. Jasa lingkungan karbon Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi
14. Hama dan penyakit Sedang Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sedang
15. Budidaya TSL Tinggi Sedang Tinggi Sangat Tinggi
16. Pelestarian/Konservasi in Situ
Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi
17. Penangkaran in dan eks situ
Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sedang
18. Sosial Ekonomi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi
19. Budaya Religi Tinggi Kurang Kurang Sangat Tinggi
20. Pengelolaan berbasis zonasi
Sangat Tinggi Sedang Sangat Tinggi Sangat Tinggi
Data Base1. Potensi Flora dan Fauna Baik Baik Baik Sedang
2. Potensi Wisata Alam Kurang Sedang Sedang Baik
UraianTN Gunung
Halimum Salak
TN Ujung Kulon TN Baluran
TN Bromo Tengger Semeru
3. Peta Pengelolaan Konflik Baik Sedang Baik Baik
4. Potensi Sumberdaya Genetik
Sedang Sedang Sedang Sedang
5. Potensi Obat-obatan Baik Sedang Sedang Kurang
6. Potensi ekonomi Baik Baik Baik Baik
7. Database Invasife Spesies Baik Baik Baik Sedang
SOP
1. Perencanaan Kegiatan Penelitian
Ada Ada Ada Ada
2. Pelaksanaan Penelitian Ada Ada Ada Ada
3. Kerjasama Penelitian Ada Ada Ada Belum ada
4. Peran stakeholeder dalam kegiatan penelitian
Belum Optimal
Ada Ada Belum optimal
5. Penggunaan Peralatan Penelitian
Ada Ada Ada Belum ada
6. Pengambilan Pengangangkutan Sampel Penelitian
Optimal Belum optimal
Belum optimal
Belum Optimal
7. Master Plan Penelitian Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada
Kelembagaan atau peran stakeholder dalam pengembangan stasiun riset1. Pengelolaan Stasiun Riset Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada
2. Organisasi Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada
3. Potensi Pendanaan Memadai Memadai Memadai Belum memadai
4. Komunikasi Baik Baik Baik Kurang
Infrastruktur
1. Gedung/Bangunan Baik Baik Kurang Kurang
2. Peralatan Baik Baik Sedang Kurang
3. Software & Hardware Baik Sedang Kurang Kurang
4. SDM Kurang Kurang Kurang Kurang
Tabel 1. Ringkasan Rancangan Pengembangan Stasiun Riset Tahun 2015-2016
Tantangan dan SolusiTantangan dan solusi untuk pengembangan stasiun riset pada Taman Nasional kedepan adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan rasa memiliki dan kesadaran akan pentingnya stasiun riset dan memanfaatkan hasil pembangunan Stasiun Riset dalam pengelolaan dan pemanfaatan Taman Nasional secara berkelanjutan
2. Penguatan kebijakan pengelolaan TN berbasis Iptek dan Inovasi
3. Potensi peningkatan nilai tambah konservasi dan ekonomi dalam pengelolaan Taman Nasional dari dibangunnya Stasiun Riset
4. Potensi pengembangan jaringan penelitian nasional dan internasional
5. Dukungan pendanaan yang memadai dari pengembangan jaringan kerjasama penelitian
6. Peningkatan kemampuan SDM melaui penguatan kapasitas penelitian dan pelatihan
7. Peningkatan jaminan Alih teknologi antar stakeholder8. Peningkatan promosi dan diseminasi Hasil Penelitian
stasiun riset.
COMPANY PROFILE, 2018 37
P. Pejantan
Ekosistem Unik Pulau Pejantan
Tercatat enam tipe ekosistem yang
sangat berbeda satu sama lain dan saling
berinteraksi, yaitu ekosistem terumbu
karang, goa, mangrove, hutan
pantai, hutan hujan daratan rendah, dan vegetasi di atas batu
granit.
Pulau Pejantan, sebuah pulau kecil yang terletak
pada posisi geografis antara 107o11’52,454” BT–
107o15’25,456” BT dan antara 0o05’50,295” LU– 0o
08’53,294” LU, berdasarkan SK 76/MenLHK-II/2015
P. Pejantan memiliki luas 927,34 ha yang terdiri dari
Hutan Produksi dan Areal Penggunaan Lain. Pulau
ini dihuni oleh 40 orang penduduk (12 KK) termasuk
suku Melayu yang berprofesi sebagai nelayan, dengan
fasilitas pendidikan yang minim.
Isu Aktual
PUSLITBANG HUTAN, 201838
Menguatkan sistem manajemen proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pemanfaatan, kegiatan penelitian, pengembangan dan inovasi, berbasis web.
Lebih mudah, cepat, akurat, transparan�dalam kegiatan kelitbangan
Sederhanapositif
Sistem input alur proses bersifat sederhana namun memberikan dampak positif yang luar biasa.
Ringkasbernas
Informasi Inovasi ringkas dan bernas dise-suaikan dengan tujuan penelusuran
Aksesibeldiseminasi cepat
Merupakan laporan pertanggung jawaban secara akademis kepada publik
Terstrukturrencana
Meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dukungan terhadap RPPI, Renstra BLI, Renstra
KemenLHK dan Sistem Litbang Nasional
Mandiriinput
Para koordinator peneliti/peneliti dapat menginput secara mandiri di manapun dan kapanpun
Sistem Inovasi Kelitbangan Terpadu
COMPANY PROFILE, 2018 39
Regim HAKI Inovasi dan IPTEKPuslitbang Hutan
No Produk IPTEK Jenis HKI Peneliti Nomor Pencatatan No Permohonan No. Sertifikasi
A HAK CIPTA
1 Buku “Nilai Penting Taman Nasional” Hak Cipta M.Bismark ; Renny Sawitri
HKI.2-01-000006937 No. C00201504901Tgl. 31 Desember 2015
077715Tgl. 1-4-2016
2 Buku “Fragmentasi Hutan” Hak Cipta Hendra Gunawan; Lilik Budi Prasetyo
HKI.2-01-000007085 No. C00201504902Tgl. 31 Desember 2015
077842Tgl. 27-4-2016
3 Buku “Valuasi Teknologi Gaharu Budidaya”
Hak Cipta Erdy Santoso HKI.2-01-000007086 No.C00201504903Tgl. 31 Desember 2015
077843Tgl. 27-4-2016
4 Buku “Bio-Ekologi dan Konservasi Karnivora Spesies Kunci yang Terancam Punah”
Hak Cipta Hendra Gunawan; Hadi S.Alikodra.
HKI.2-01-000007087 No.C00201504904Tgl. 31 Desember 2015
077844Tgl. 27-4-2016
5 Atlas jenis-jenis pohon andalan setempat untuk rehabilitasi hutan dan lahan di Indonesia
Hak Cipta PratiwiBudi H.NarendraTiti KalimaSukaesih PradjadinataGM. Eko Hartoyo
HKI. 2-01-000007892 C00201600730Tgl. 03 Maret 2016
078566Tgl. 15-6-2016
6 Buku “Restorasi ekosistem Gunung Merapi Pasca Erupsi”
Hak Cipta Hendra GunawanMarfuah WardhaniMade Hesti L TataSukaesih PradjadinataSugiarti
HKI.2-01-000007894 C00201600732Tgl. 03 Maret 2016
078568Tgl. 15-6-2016
7 Buku “Rekam jejak gaharu inokulasi” Hak Cipta Hesti Lestari TataAdi Susmianto
- C00201604605Tgl11-11-2016
083830Tgl. 11–11-2016
8 Buku “Monograf model-model Alometrik untuk pendugaan biomassa pohon pada berbagai tipe ekosistem hutan di Indonesia”
Hak Cipta Haruni KrisnawatiWahyu Catur AdinugrohoRinaldi Immanudin
- C00201604606Tgl.11-11-2016
083831Tgl. 11–11-2016
9 Buku “Sistem monitoring dan evaluasi keanekaragaman hayati di taman ke hati”.
Hak Cipta Hendra GunawanSugiarti RahimVivin S. SihombingAnita RiantiPujo Setio
- C00201604607Tgl.11-11-2016
083832Tgl. 11–11-2016
10 Buku “Prospek Paludikultur Ekosistem Gambut Indonesia”
Hak Cipta Hesti Lestari TataAdi Susmianto
- C00201604608Tgl.11-11-2016
083833
11 Buku “Bioekologi dan Konservasi Banteng di Indonesia”
Hak Cipta R.GarsetiasihReny SawitriAnita Rianti
ID P00085759 C00201700647Tgl.24-2-2017
85759
12 Buku “Dipterocarps: Walk Through The Remnant Forest in Riau-Sumatera”
Hak Cipta Atok SubiaktoHenti Hendalastuti RachmatKesuma Wijaya
ID P00085760 C00201700648Tgl.24-2-2017
85760
PUSLITBANG HUTAN, 201840
No Produk IPTEK Jenis HKI Peneliti Nomor Pencatatan No Permohonan No. Sertifikasi
13 Buku “Konservasi Trenggiling Jawa (Manis javanica Desmarest, 1822)”
Hak Cipta Reny SawitriMariana Takandjandji
ID P00085761 C00201700649Tgl.24-2-2017
85761
14 Membangun Taman, Melestarikan Keanekaragaman
Hak Cipta Hendra GunawanSugiarti
C00201702666Tgl. 06 Juli 2017
087879Tgl 22-9-2017
15 Pengenalan Jenis Meranti Sumatera (Shorea spp) Melalui morfologi Daun
Hak Cipta Marfuah Wardani C00201702667Tgl. 06 Juli 2017
087880Tgl 22-9-2017
16 Taxus Sumatrana terpendam dari zamrud Sumatra
Hak Cipta Asep Hidayat Henti Hendalastuti RachmatAtok Subiakto
C00201702668Tgl. 06 Juli 2017
087881Tgl 22-9-2017
17 Pengembangan Cluster Produksi Gaharu Berbasis Teknologi Mikrob
Hak Cipta Maman Turjaman C00201702669Tgl. 06 Juli 2016
087882Tgl 22-9-2017
18 Bioekologi dan Konservasi Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798)
Hak Cipta Sofian Iskandar C00201702670Tgl. 06 Juli 2017
087883Tgl 22-9-2017
B PATEN
1 Produksi Gaharu Buatan Hak Paten Erdy Santoso ID P0031630 P00200800775Tgl. 4 Desember 2008
0031630 Tgl. 31-8- 2012
2 Metode dan Komposisi untuk Mengendalikan Penyakit Karat Tumor (Karat Puru) pada Tanaman Sengon (Falcataria moluccana (Miq) Barneby & J.W. Grimes atau Paraserianthes falcataria
Hak Paten Dra. Illa Angraeni HKI-3-HI.05.02.01.P00200900277-TATgl. ..-2-2009
P00200900277-TATgl. 02-06-2017
IDP000047562Tgl. 31-8-2017
3 Bibit ulat sutera (Bombyx mori L) Hibrid PS-01 untuk meningkatkan produksi kokon bermutu.
Hak Paten Lincah Andadari - P00201603261Tgl.16 Mei 2016
dalam proses
4 Teknik pemerangkapan rusa menggunakan kandang jepit portable.
Hak Paten Pujo Setio HKI.3-HI.05.01.02.P00201603260
P00201603260Tgl.16 Mei 2016.
dalam proses
5 Penyiapan pakan unggul ulat sutera dengan teknik hybrid murbei Suli 01
Hak Paten Lincah Andadari HKI.3-HI.05.01.02. P00201603259
P00201603259Tgl.16 Mei 2016
dalam proses
6 Teknik perbanyakan bibit stek pucuk jenis, Dipterocarpa
Hak Paten Atok Subiakto HKI.3-HI.05.01.02.P00201607716
P00201607716Tgl.11 Nopember 2016
dalam proses
7 Philabel alat ukur diameter kecil dan label.
Hak Paten Atok Subiakto - - -
8 Inokulan Bubuk Berbasis Mikroba Endofit Pemicu Pembentuk Gaharu Buatan
Hak Paten Maman TurjamanAsep HidayatNajmulahAryanto
C PENGAJUAN HAK CIPTA BARU
Sekali Menanam, Panen Setiap Saat Hak Cipta Irma YeniSri SugihartiSan Afri Awang
COMPANY PROFILE, 2018 41
Publikasi
Diterbitkan oleh:
FORDA PRESS
Anggota IKAPI No. 257/JB/2014
Jalan Gunung Batu No. 5 Bogor, Jawa Barat
Telp./Fax. +62251 7520093
E-mail: [email protected]
Penerbitan dan Pencetakan dibiayai oleh:
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN
Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16118, Indonesia
Telp.: +62-251 8633234/+62-251 7520067; Facs: +62-251 8638111
Konservasi Trenggiling Jaw
a (Manis javanica D
esmarets, 1822) FO
RD
A PR
ESS, 2016
Konservasi
(Manis javanica Desmarets, 1822)
BOGOR, 2016
Penerbit:
FORDA PRESS
Reny Sawitri
Mariana Takandjandji
Lahan Air&Berkelanjutan
Pengelolaan
dengan Melibatkan Masyarakat
BUNGA RAMPAI
&Berkelanjutan
Pengelolaan
dengan Melibatkan Masyarakat
BUNGA RAMPAI
BOGOR, 2016
Penerbit:
FORDA PRESS
Diterbitkan oleh:
FORDA PRESS
Anggota IKAPI No. 257/JB/2014
Jalan Gunung Batu No. 5 Bogor, Jawa Barat
Telp./Fax. +62251 7520093
E-mail: [email protected]
Penerbitan dan Pencetakan dibiayai oleh:
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN
Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16118, Indonesia
Telp.: +62-251 8633234/+62-251 7520067; Facs: +62-251 8638111
Bunga Rampai Pengelolaan Lahan & Air Berkelanjutan dengan M
elibatkan Masyarakat FORDA PRESS, 2016
ISSN 0216 - 0439
Volume 14 Nomor 2, Desember Tahun 2017
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Ministry of Environment and Forestry
BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN INOVASI
Forestry Research Development and Innovation Agency
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN
Forest Research and Development Centre
BOGOR - INDONESIA
ISSN 0216 - 0439
E-ISSN 2540 - 9689
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN
BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
PATOGENISITAS ISOLAT Botryodiplodia spp. TERHADAP BIBIT
JABON (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq)
PERKEMBANGAN BUNGA DAN BUAH PIRDOT (Saurauia bracteosa
DC.) DI ARBORETUM AEK NAULI
KERAGAMAN DAN ESTIMASI PARAMETER GENETIK BIBIT
MAHONI DAUN LEBAR (Swietenia macropylla King.) DI INDONESIA
GROWTH AND MORPHOLOGICAL CHANGES AS AN EARLY
INDICATION OF IN VITRO PLOIDIZATION OF Tectona grandis
MODEL PENDUGAAN VOLUME POHON KARET SAAT
PEREMAJAAN DI SEMBAWA, SUMATERA SELATAN
Terakreditasi
SK Kepala LIPI No. 818/E/2015
677/AUE/P2MI-LIPI/07/2015
Vol. 14 No. 2, Desember 2017
tanamantanaman
ISSN
E-ISSN : 2442-8930: 1829-6327
(Development of Agarwood Production Cluster Based on Microbe Technology)
Penerbit:FORDA PRESS
BOGOR, 2016
Maman Turjaman
Diterbitkan oleh:
FORDA PRESS
Anggota IKAPI No. 257/JB/2014 Jalan Gunung Batu No. 5 Bogor, Jawa Barat Telp./Fax. +62251 7520093 E-mail: [email protected]
Penerbitan dan Pencetakan dibiayai oleh:
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN
Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16118, Indonesia Telp.: +62-251 8633234/+62-251 7520067; Facs: +62-251 8638111
PENG
EMB
ANG
AN C
LUSTER PRO
DU
KSI GAH
ARU B
ERBASIS TEK
NO
LOG
I MIK
ROB
| FORD
A PRESS, 20
16
BerbasisTeknologiMikrob
Hesti Lestari Tata Adi Susmianto
BOGOR, 2016
Penerbit:FORDA PRESS
Diterbitkan oleh:FORDA PRESS
Anggota IKAPI No. 257/JB/2014 Jalan Gunung Batu No. 5 Bogor, Jawa Barat Telp./Fax. +62251 7520093 E-mail: [email protected]
Penerbitan dan Pencetakan dibiayai oleh:PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN
Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16118, Indonesia
Telp.: +62-251 8633234/+62-251 7520067; Facs: +62-251 8638111
PRO
SPEK
PALU
DIK
ULT
UR
EK
OSIST
EM
GA
MB
UT
IND
ON
ESIA FO
RD
A PR
ESS, 2016
Ekosistem Gambut Indonesia
ProspekPedoman Alih Teknologi
B u d i d a y a Tanaman Hutan
untuk Mendukung Program Perhutanan Sosial
Pedoman Alih Teknologi
B u d i d a y a Tanaman Hutan
untuk Mendukung Program Perhutanan Sosial
Editor: Prof. Dr. Nina MindawatiDr. Kirsfianti L. GinogaDr. Bambang Supriyanto
Bogor, Desember 2017
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN Telp. (0251) 8633234, 7520067; Facs. 8638111
Website: www.hutan.litbang.menlhk.go.id atau www.puslitbanghut.or.id
Pedoman Alih Teknologi Budidaya Tanam
an Hutan untuk Mendukung Program
Perhutanan Sosial
PUSLITBANG HUTAN, 201842
Pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang telah dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) selama tahun 2016-2017 telah berhasil menurunkan jumlah titik panas di Indonesia. Data tahunan
jumlah hotspot dan luas karhutla pada tahun 2016 dan 2017 menurun secara signifikan, dibandingkan dengan kejadian kebakaran pada tahun 2015.
Gambar 1. Data hotspot (Terra/Aqua Lapan) tahun 2016-2017 (sumber: sipongi.menlhk.go.id)
Setelah kejadian bencana karhutla tahun 2015, penurunan jumlah hotspot dan luas kebakaran pada tahun 2016-2017 secara signifikan adalah upaya kerja keras dan sinergi koordinasi dari berbagai pihak dalam upaya pencegahan kebakaran. Selain didukung oleh musim kemarau basah selama tahun 2016.
Berbagai upaya telah dilakukan selama tahun 2016-2017 untuk mencegah kebakaran. Upaya pencegahan tersebut meliputi:
1. Sistem deteksi dini karhutla, salah satunya melalui website “Sipongi” (sipongi.menlhk.go.id). Pemasangan alat “Sesame” (Sensory Data Transmission Service Assisted) di beberapa lokasi, juga merupakan sistem mitigasi kebakaran gambut.
2. Membangun sumur bor dan pompa air di beberapa lokasi rawan karhutla. BRG melaporkan, sampai dengan awal Januari 2017, kelompok masyarakat di Riau, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, telah membangun 433 unit sumur bor.1
3. Membangun sekat kanal, yang bertujuan untuk membasahkan kembali gambut (rewetting) dan mencegah kebakaran. Target pembangunan sekat kanal sebanyak 5.600 unit pada tahun 2017. Sekat kanal pada area konsesi merupakan kewajiban para pemegang izin konsesi. Sedangkan pemerintah berkewajiban membangun sekat kanal pada kawasan Negara.
1] http://www.antaranews.com/berita/604700/langkah-awal-perjalanan-panjang-restorasi-gambut-indonesia
Bogor, Agustus 2017KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANBADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASIPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTANJl . Gunung Batu No. 5; Telp. (0251) 8633234, 7520067; Facs. 8638111
w w w.hutan.l itbang.menl hk.go.id atau pusl itbanghut.or.id
Pengendalian Kebakaran Hutan & Lahan
Oleh: Hesti L. Tata & Kirsfianti L. Ginoga
Media Brief 1
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan telah berhasil melakukan penangkaran rusa timor (Rusa timorensis Blainville, 1822) di areal kawasan Hutan Penelitian Dramaga, Bogor sejak Tahun 2008. IPTEK penangkaran rusa timor yang telah diperoleh, diaplikasi melalui pengembangan breeding center dan demplot penangkaran rusa. Diharapkan kegiatan pengembangan penangkaran rusa dapat dijadikan solusi yang tepat guna dan berhasil guna sehingga user (pengguna) dapat mengadopsi teknologi yang telah diperoleh.
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan, Kabupaten Indramayu melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) di bidang lingkungan, berkeinginan
untuk mengembangkan, melestarikan dan memanfaatkan hasil penangkaran rusa timor yang merupakan salah satu jenis rusa asli Indonesia. Selain untuk tujuan pelestarian jenis, penangkaran rusa timor juga merupakan sarana pendukung bagi kegiatan ekowisata.
Selain kegiatan penangkaran rusa, penanaman pohon dan konservasi mangrove (Gambar 1) juga merupakan salah satu kegiatan CSR PT. Pertamina RU VI Balongan. Diharapkan kegiatan yang dilakukan, dapat membangun hubungan yang harmonis dan kondusif serta memberikan nilai tambah kepada semua stakeholder untuk mendukung pertumbuhan perusahaan.
Bogor, Oktober 2017KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANBADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASIPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTANJl . Gunung Batu No. 5; Telp. (0251) 8633234, 7520067; Facs. 8638111
w w w.hutan.l itbang.menl hk.go.id atau pusl itbanghut.or.id
Oleh: Ir. Mariana Takandjandji, MSi
Penangkaran
di IndramayuRusa Tim�
Gambar 1. Wisata Mangrove Karangsong, Indramayu
Media Brief 1
RationaleEkosistem mangrove sangat unik dan strategis dalam konteks pembangunan berkelanjutan rendah karbon dan untuk itu keberadaannya perlu dipertahankan. Mempertahankan dan memanfaatkan sumberdaya mangrove sesuai dengan daya dukung, daya pulih dan daya lentingnya berarti mengimplementasikan pembangunan berkelanjutan di wilayah mangrove dan sekitarnya. Sudah terbukti bahwa mangrove dapat menyediakan hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu dan jasa ekosistem hutan untuk pembangunan ekonomi, kehidupan masyarakat lokal dan kualitas lingkungan hidup. Sebaliknya, eksploitasi mangrove yang berlebihan dan tidak bertanggungjawab serta konversi mangrove besar-besaran untuk tambak, pemukiman dan pemanfaatan lainnya telah terbukti menimbulkan
malapetaka ekologi (ecological disaster) yang serius yang ongkos pemulihannya sangat besar dan harus ditanggung oleh publik. Mangrove sejatinya menyimpan 3-5 kali lebih besar karbon dibanding hutan dataran rendah tropis dan 80-90% simpanan karbon tersebut berada pada sedimen (karbon organik tanah). Kemampuan mangrove menjerap dan menyimpan karbon tentulah sangat tinggi dan dengan demikian berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim. Untuk itu, pengelolaan mangrove dapat diposisikan pada strategi pembangunan yang kompatibel terhadap perubahan iklim, yakni interface strategi mitigasi, strategi adaptasi dan co-benefi t yang diperoleh dari gabungan strategi mitigasi dan adaptasi.
Fakta MangroveWhere land meets sea, adalah suatu fakta unik kehadiran ekosistem mangrove dalam planet bumi ini. Keunikan ini tidak tergantikan oleh tipe ekosistem manapun. Oleh karenanya, kerusakan mangrove menjadi keprihatinan banyak orang dan upaya konservasi dan restorasinya mengundang banyak keterlibatan berbagai kalangan. Mangrove sebagai formasi hutan yang secara spesifi k beradaptasi pada kondisi lingkungan zona pasang surut air laut di daerah tropis dan subtropis perlu dicegah dari praktek-praktek pengrusakan
dan penyusutan sumber daya mangrove tersebut. Hutan mangrove mempunyai peran untuk menjaga kualitas wilayah pesisir dengan segala entitas kehidupan masyarakat yang hidup di atasnya, keseimbangan ekosistem pesisir dan menjaga produktifi tas dan keseimbangan ekosistem perairan laut. Kompleksitas ekosistem mangrove yang berada pada daerah transisi daratan dan lautan secara langsung berpengaruh pada integritas ekosistem lautan, daratan dan kehidupan masyarakat pesisir.
Bogor, Oktober 2017KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANBADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASIPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTANJl . Gunung Batu No. 5; Telp. (0251) 8633234, 7520067; Facs. 8638111
w w w.hutan.l itbang.menl hk.go.id atau pusl itbanghut.or.id
Oleh: Agus Tampubolon
MANGROVE Memelihara Bentang Kehidupan, Lahan dan Laut
Gambar 1. Rantai makanan mangrove (Warren, 2017)
Media Brief 1
Ekowisata pada saat sekarang ini menjadi aktivitas ekonomi yang penting yang memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk mendapatkan pengalaman mengenai alam dan budaya untuk dipelajari dan memahami betapa pentingnya konservasi keanekaragaman hayati dan budaya lokal. Pada saat yang sama ekowisata dapat memberikan generating income untuk kegiatan konservasi dan keuntungan ekonomi pada masyarakat yang tingal di sekitar lokasi ekowisata.
Ekowisata dikatakan mempunyai nilai penting bagi konservasi dikarenakan ada beberapa hal antara lain:
1. Memberikan nilai ekonomi bagi daerah yang mempunyai tujuan kegiatan konservasi pada daerah yang dilindungi.
2. Memberikan nilai ekonomi yang dapat digunakan untuk program konservasi di daerah yang dilindungi.
3. Menimbulkan penambahan pendapatan secara langsung dan tidak langsung kepada masyarakat disekitar lokasi ekowisata.
4. Dapat mengembakan konstituen yang mendukung konservasi baik tingkat lokal, nasional dan internasional.
5. Mendorong pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan, dan
6. Mengurangi ancaman terhadap keanekaragaman hayati.
Perencanaan pengelolaan hutan mangrove berbasis ekowisata dapat memberikan keuntungan optimal bagi pemangku kepentingan dan nilai kepuasan optimal bagi pengguna dan pengujung dalam jangka panjang berdasarkan atraksi, aksesibilitas dan amenitas yang ditawarkan. Namun demikian, perlu perencanaan yang baik dan harus mengacu kepada rencana pengelolaan umum (General Mangement Plan) dan rencana daerah konservasi (Site Conservation Plan). Rencana pengelolaan umum ini menjelaskan tujuan umum dan tujuan khusus yang telah disusun untuk sistem konservasi pada daerah yang dilindungi. Pada rencana ini terdapat pewilayahan, strategi, program dan aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk mencapai tujuan umum dan tujuan khusus.
Selain dari sisi nilai tambah ekowisata, ada kemungkinan dalam implementasi program tersebut apabila tidak direncanakan dengan baik maka akan sebaliknya, rencana awal mendukung terhadap kelestarian lingkungan hidup malah menjadi mendorong terjadinya kerusakan lingkungan hidup di daerah tersebut.
Bogor, Oktober 2017KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANBADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASIPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTANJl . Gunung Batu No. 5; Telp. (0251) 8633234, 7520067; Facs. 8638111
w w w.hutan.l itbang.menl hk.go.id atau pusl itbanghut.or.id
Oleh: Dr. Endang KarlinaMangrove
PAKAR EKOWISATA
LEMBAGA PEMERINTAH
PENDUDUK LOKAL
PROSES PERENCANAAN
KEBERLANJUTAN TUJUAN
EKOWISATA
DUKUNGAN PERATURAN
PERUNDANGAN
TOUR OPERATOR
LEMBAGA SWADAYA
MASYARAKAT
Gambar 1. Perencanaan Ekowisata Pada Daerah Dilindungi/Konservasi
Oleh karena itu dalam pengembangan ekowisata perlu adanya rencana pengelolaan yang mengacu kepada tujuan utama yaitu mendorong dilakukannya pengawetan lingkungan hidup, sehingga ekowisata perlu di rencanakan pengelolaannya dengan mengintergrasikan dalam pendekatan sistem untuk konservasi yang menggunakan desain konservasi.
Perencanaan kawasan ekowisata mangrove yang merupakan bagian dari kawasan lindung harus lebih fokus pada kasus-kasus dan alternatif strategi untuk mengatasi ancaman-ancaman terhadap kegiatan konservasi yang dilakukan dan mungkin salah satunya adalah kegiatan ekowisata.
Media Brief 1
Anggapan bahwa menanam jenis dipterokarpa yang semula diangap
sulit untuk dilaksanakan ternyata dapat dilakukan seperti halnya dengan
jenis pohon komersial lainnya. Pusat Litbang Hutan telah mengembangkan
IPTEK penanaman meranti dan membangun beberapa plot uji
penanaman meranti seperti di Carita, Banten dan Haurbentes, Jabar. Plot uji terbaru menggunakan bahan tanaman asal stek telah dibangun tahun 1997 di
Gn. Dahu Leuwiliang, Bogor.
Secara teknis, pembangunan hutan tanaman meranti sangat
dimungkinkan. Tabel 1 menyajikan pertumbuhan yang menjanjikan
Shorea leprosula dan S. selanica pada plot uji di Gn. Dahu Leuwiliang. Secara
ekonomis, kayu meranti yang telah dikenal secara luas baik pada pasar
domestik maupun pasar internasional merupakan komoditi perdagangan
yang sangat menjanjikan. Tabel 2 menyajikan nilai kayu meranti yang
dibandingkan dengan kayu jenis pohon cepat tumbuh.
Kayu kalimantan yang umumnya jenis-jenis dipterokarpa seperti meranti, kruing dan kapur merupakan kayu yang populer dan paling banyak digunakan untuk konstruksi bangunan. Tidak seperti jati dan mahoni yang kayunya diperoleh dari hutan tanaman, kayu kalimantan masih dipanen
dari hutan alam. Pemanenan hutan alam yang tidak mengindahkan azas kelestarian menyebabkan keberadaan hutan alam termasuk taman nasional semakin terancam. Saatnya telah tiba untuk mulai mengalihkan sumber kayu kalimantan dari hutan alam ke hutan tanaman.
Bogor, Maret 2017KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANBADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASIPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTANJl . Gunung Batu No. 5; Telp. (0251) 8633234, 7520067; Facs. 8638111
w w w.hutan.l itbang.menl hk.go.id atau pusl itbanghut.or.id
(Dipterokarpa)
Mengembalikan Kejayaan
Media Brief 1
Bogor, Juni 2017KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANBADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASIPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTANJl . Gunung Batu No. 5; Telp. (0251) 8633234, 7520067; Facs. 8638111
w w w.hutan.l itbang.menl hk.go.id atau pusl itbanghut.or.id
TopografiKondisi lahan yang dimiliki oleh KHDTK Cikampek termasuk
pada areal lahan yang bertopografi berbukit dengan kemiringan lereng rata-rata 16% dan terletak pada ketinggian 50 m di atas permukaan laut.
Tanah Berdasarkan peta tanah tinjau Provinsi Jawa Barat tahun 1966,
dengan skala 1:250.000, tanah KHDTK Cikampek termasuk jenis tanah asosiasi latosol merah, latosol coklat kemerahan laterit, dengan bahan induk tulfolkan intermedier, fisiografi volkan dan bukit lipatan.
IklimKHDTK Cikampek termasuk tipe iklim C, klasifikasi Schmidt
dan Ferguson dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember, Januari dan April dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei sampai September, dengan temperatur suhu berkisar antara 25oC – 27oC.
AksesibilitasUntuk menuju KHDTK Cikampek dapat dijangkau dengan
mudah. Dari ibukota Jakarta kita dapat mengunjungi KHDTK ini dengan jarak waktu tempuh antara 2-3 jam melalui jalan tol Cikampek keluar di Gerbang Tol Cikampek Timur dilanjutkan sekitar 2,5 km dengan kondisi jalan yang mulus beraspal.
EkologisTipe hutan pada KHDTK Cikampek merupakan hutan hujan
tropika basah, dan ditumbuhi tanaman secara dominan oleh vegetasi alam dari jenis Dipterocarpaceae seperti merawan dan meranti. Tetapi jenis tanaman yang bukan Dipterocarpaceae juga tumbuh dan bisa ditemukan di KHDTK ini seperti jenis akasia, jabon, mengkakal, kahaya, angasana, nyawai dll. Untuk fauna juga dapat ditemukan seperti kera ekor panjang, bajing tanah bergaris tiga, musang, babi hutan, perkutut, jenis-jenis ular dll. Dalam perkembangannya sampai tahu 2016 di KHDTK Cikampek telah diintroduksi tanaman sebanyak 63 jenis yang terdiri 3 jenis dari famili Difterocarfaceae, 60 jenis dari jenis non Difterocarfaceae dan 3 jenis bambu yaitu bambu apus, bambu tali dan bambu mayan dimana 28 jenis merupakan jenis exotic (penyebaran alaminya di
luar Indonesia) dan 33 jenis merupakan asli Indonesia.
Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Cikampek merupakan satu dari empat KHDTK penelitian yang dikelola Puslitbang Hutan, Badan Litbang dan Inovasi. Berada di Desa Cikampek Timur, Kabupaten Karawang, KHDTK yang dibangun tahun 1937 seluas 51,1 hektar ini telah menjadi kebun koleksi dari beragam jenis asli Indonesia maupun jenis eksotik.
Kawasan hutan penelitian ini dibangun dengan tujuan untuk: 1) Percobaan introduksi jenis-jenis pohon, 2) Penentuan tempat kegiatan penelitian, dan 3) Pelestarian eksitu. Kondisi iklim maupun topografinya sangat mendukung sebagai area penelitian.
KHDTK CikampekOase Hijau Kabupaten Karawang
Media Brief 1
Komoditi gaharu kini menjadi pesona dan daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing khususnya yang berasal dari Timur Tengah, Afrika Utara, Tiongkok, India, Korea, dan Jepang. Seperti diberitakan di media massa minggu lalu bahwa kedatangan Raja Salman di Masjid Istiqlal, fasilitas khusus toilet di masjid harus disemprot dengan pewangi ruangan aroma kayu gaharu, Raja tidak berkenan menggunakan pengharum dari bahan kimia (alkohol). Gaharu ini menebarkan aroma wangi jika dibakar, sehingga banyak dimanfaakan untuk incense (aromatherapi), penyedap masakan, assesoris ibadah (tasbih, dupa, makmul, kalung, gelang, dan patung), minyak gaharu sebagai bahan dasar industri parfum bermerk, obat nyamuk, dan
lain-lain. Indonesia yang memiliki biodiversitas jenis-jenis pohon penghasil gaharu paling banyak (15 jenis Aquilaria dan >7 jenis Gyrinops), sekarang menjadi destinasi wisata untuk mencari produk-produk gaharu yang khas dari Indonesia.
Inovasi pengembangan budidaya gaharu di Indonesia semakin semarak, sejak BLI melakukan riset gaharu pertama di Indonesia pada tahun 1984. Gaharu yang bernilai ekonomi tinggi dan terkenal sejak 15 abad yang lalu merupakan komoditi hasil hutan bukan kayu (HHBK) andalan sektor kehutanan yang sekarang banyak ditanam di berbagai wilayah Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulawesi, dan Maluku. Perpaduan pola tanam gaharu yang disisipkan pada pohon karet,
Teknologi Mikroba Hutan
Hutan tropika Indonesia yang berisi beranekaragam jenis pohon, tumbuhan bawah, liana dan vegetasi lain karena ada asosiasi yang erat dan kuat dengan berbagai jenis mikroba hutan yang menopang aliran dan siklus nutrisi di lantai-lantai hutan. Mikroba hutan mengontrol banyak proses vital dalam memelihara dan daya hidup hutan tropika yang memiliki saling ketergantungan. Kelompok mikroba hutan yang terdiri dari berbagai fungsi sebagai mikroba simbiotik mikoriza, mikroba PGPR, mikroba penambat nitrogen, mikroba dekomposer, mikroba patogen, mikroba saprofit saling mengisi di rantai makanan hutan. Mikroba hutan merupakan bioprospek yang menjanjikan untuk menyediakan sumber pangan, energy, dan obat-obatan untuk kesehatan manusia. Salah satu komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang berinteraksi dengan mikroba hutan adalah pohon penghasil gaharu bernilai ekonomi tinggi dan menghasilkan devisa.
Bogor, Maret 2017KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANBADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASIPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTANJl . Gunung Batu No. 5; Telp. (0251) 8633234, 7520067; Facs. 8638111
w w w.hutan.l itbang.menl hk.go.id atau pusl itbanghut.or.id
Multi Manfaat
Media Brief 1
Bogor, April 2017KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANBADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASIPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTANJl . Gunung Batu No. 5; Telp. (0251) 8633234, 7520067; Facs. 8638111
w w w.hutan.l itbang.menl hk.go.id atau pusl itbanghut.or.id
Persuteraan alam merupakan salah satu komoditi hasil hutan bukan kayu yang dapat dipilih untuk memberdayakan masyarakat di sekitar hutan, disamping tanaman murbeinya baik untuk rehabilitasi lahan. Budidaya tanaman murbei dapat dilakukan secara monokultur maupun campuran atau disebut sistem wanatani (agroforestry).
Permasalahan utama dalam usaha persuteraan alam di Indonesia adalah masih rendahnya produksi kokon per satuan luas sehingga penghasilan yang didapatkan belum optimal. Produksi kokon Indonesia rata-rata 25,03 kg/boks (1 boks berisi 25 ribu telur), adapun produksi kokon di China yang sebagai produsen tertinggi di dunia dapat
mencapai 39.97 kg/boks (Harbi et.al, 2015). Selain itu kualitas kokon yang dihasilkan banyak petani belum dapat memenuhi kriteria kokon sebagaimana yang diinginkan oleh pengrajin sehingga impor benang masih berlangsung di beberapa daerah.
Tanaman murbei merupakan pakan utama ulat sutera jenis Bombyx mori L. dan kualitas pakan ini berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ulat dan kualitas kokon yang dihasilkan. Ulat yang diberi daun murbei dengan nutrisi yang baik akan lebih tahan terhadap serangan penyakit dan menghasilkan kokon 20% lebih banyak.
Badan Litbang dan Inovasi Kementerian LHK telah menghasilkan jenis murbei unggul dan jenis hibrid ulat sutera dengan produktivitas tinggi, pada tahun 2013 berdasarkan SK.793/Menhut-II/2013 dan SK.794/Menhut-II/2013 telah diluncurkan hasil pemuliaan murbei baru varietas (SULI 01) dan jenis hibrid ulat sutera (PS.01). Jenis murbei SULI 01 produksi daunnya 30% sebesar 37,18 ton/pangkas/ha, lebih tinggi dibandingkan jenis M. cathayana sebesar 26,16 ton/pangkas/ha (Andadari et.al., 2016) . Jenis murbei SULI 01 sudah diaplikasikan di lahan petani wilayah Jawa Barat antara lain Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Garut. Penggunaan murbei unggul akan dapat meningkatkan daya
saing serta membantu dalam pengembangan sutera secara umum.
Produk yang dihasilkan oleh petani sutera alam sebagian besar dalam bentuk kokon, meskipun pada beberapa daerah ada yang menjualnya dalam bentuk benang. Dalam perdagangan kokon, penentuan harga didasarkan kepada kualitas kokon yang meliputi bobot kokon, rasio kulit kokon dan rasio kokon cacat. Bobot kokon dan rasio kokon cacat dipengaruhi oleh cara pemeliharaan ulat, sementara rasio kulit kokon dipengaruhi oleh jenis bibit ulat. Rasio kulit kokon merupakan faktor yang penting karena berhubungan erat dengan hasil benang sutera.
Hibrid ulat sutera hasil pemuliaan Badan Litbang dan Inovasi yaitu hibrid unggul Pusprohut Singgle Cross (PS 01) sudah diaplikasi di kalangan petani di daerah pengembangan sutera khususnya daerarah-daerah binaan BLI. Bibit PS 01 saat ini memang belum tersebar secara komersil karena dalam proses produksinya memerlukan kapasitas yang lebih besar kalau untuk memenuhi kebutuhan petani dan produksi belum diserahkan ke produsen telur komersial (masih dalam proses diskusi dengan berbagai pihak). Memperhatikan keunggulan dari kokon hibrid PS 01, respon petani sangat positif dan menginginkan agar hibrid PS 01 cepat menjadi komersil.
Oleh: Lincah Andadari, Minarningsih, Rosita Dewi
dengan Penggunaan Murbei dan Hibrid Ulat Sutera Unggul
Meningkatkan Produktivitas
Sutera Alam
Media Brief 1
Bogor, Maret 2017KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANBADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASIPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTANJl . Gunung Batu No. 5; Telp. (0251) 8633234, 7520067; Facs. 8638111
w w w.hutan.l itbang.menl hk.go.id atau pusl itbanghut.or.id
Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut meratifikasi Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological Diversity/CBD) melalui UU No. 5 tahun 1994 berkewajiban melakukan upaya nyata dalam menanggulangi kerusakan habitat dan ekosistem alaminya dari ancaman jenis asing invasif ( JAI). Terutama pencapaian Aichi Biodiversity Target nomor 9 yang juga tercantum dalam Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) 2011 – 2020. Salah satu faktor utama yang penurunan keanekaragaman hayati adalah menurunnya jumlah spesies baik flora dan fauna yang berada di daratan (terrestrial) dan perairan/akuatik (laut, sungai, danau, dll). Kelangsungan hidup seluruh spesies yang ada dimuka bumi ini sangat dipengaruhi oleh kondisi habitat alami, tingkat pemanfaatan, kompetisi dengan jenis asing/eksotik dan penyakit. Khususnya untuk spesies terrestrial, ekosistem daratan juga akan dipengaruhi berinteraksi dengan ekosistem perairan terutama dalam hal media penyebaran. Di lingkup negara di Asia Tenggara, data dan informasi tentang JAI masih sangat minim. Data terakhir dari Global Invasion Species Database (GISD), ada 100 jenis yang paling invasif mencakup seluruh taxa. Data ini dikelola oleh IUCN Invasive Species Specialist Group (ISSG). Beberapa JAI yang ada dalam daftar 100 jenis asing yang paling invasif di dunia tersebut sudah menyebar secara cepat pada ekosistem yang terdegradasi atau rusak di Indonesia. Berdasarkan data kekinian dari Kementerian
Lingkungan Hidup (2012) tercatat ada 2.809 jenis invasive mulai dari jamur, bakteri, virus, ikan, burung, mamalia, serangga, moluska hingga tumbuhan. Sebagian besar JAI ini berupa tumbuhan yakni sebanyak sedikitnya 2.184 jenis.
Tidak diketahui kapan pertama kali masuknya jenis asing di Indonesia, namun demikian diperkirakan jenis asing masuk sejak jaman kolonial melalui tukar menukar komoditi pertanian, perdagangan dan pertukaran spesimen kebun raya untuk kepentingan pemanfaatan jenis. Proses invasi sendiri terjadi akibat kompetisi antar spesies yang bisa saja pada spesies asing maupun lokal. Dapat dikatakan bahwa tidak semua jneis asing akan menjadi invasif dan sebaliknya jenis lokal pun bisa menjadi invasif ketika semua peryaratan untuk menjadi invasif terpenuhi, misalnya habitat yang mendukung proses kompetisi alami. Jika kompetisi terjadi antara spesies yang memiliki tingkat reproduksi cepat dengan spesies yang tingkat reproduksi lambat maka terjadi penuruan populasi di alam secara cepat. Invasi tidak hanya terjadi akibat masuknya suatu spesies ke dalam wilayah suatu negara namun juga bisa terjadi antar pulau di dalam suatu wilayah negara.
Dalam kasus kepunahan spesies di dunia, introduksi spesies asing dalam bentuk predasi dan kompetisi antar spesies memberikan andil sebesar kurang lebih 15%, selebihnya adalah modifikasi/hilangnya habitat (50%), pemanfaatan berlebihan (20%) dan lain-lain (15%).
Ancaman Jenis Spesies AsingTerhadap Pariwisata NasionalInvasif
Oleh: Dr. Titiek Setyawati ([email protected])
Media Brief 1
Hutan Mangrove
Hutan Mangrove, salah satu ekosistem perairan dengan sejumlah jasa lingkungan, fungsi dan kondisi ekologi yang spesifi k. Hutan Mangrove memiliki peran yang signifi kan dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, termasuk sumber mata pencaharian, ketahanan pangan dan perlindungan dari badai dan banjir.
Salah satu perannya adalah dalam kegiatan mitigasi perubahan iklim, yaitu sebagai karbon sekuester dimana hutan mangrove merupakan salah satu tipe eksosistem hutan yang mempunyai cadangan karbon sangat besar, 1.083±378 tonC/ha (1), 78% tersimpan di tanah. Terjadinya pertumbuhan pohon dan tanaman mangrove dengan memanfaatkan hasil fotosintesis, ditambah dengan kondisi tanah anaerobik dan selalu tergenang air sehingga memperlambat proses dekomposisi, merupakan faktor yang menyebabkan ekosistem hutan mangrove menghasilkan cadangan karbon yang besar dan tersimpan dalam waktu lama.
Dilain pihak, hutan mangrove juga berpotensi sebagai penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) khususnya karbondioksida (CO2) sebagai dampak dari perubahan penggunaan lahan. Pembukaan tambak terbuka, penebangan, pemukiman berdampak pada semakin menurunnya tutupan hutan mangrove. Emisi GRK tidak hanya terjadi akibat hilangnya pohon-pohon penyusun hutan mangrove, tetapi terbukanya hutan mangrove mengakibatkan teroksidasinya cadangan karbon yang tersimpan sangat besar di dalam tanah.
Pada tahun 1990, dilaporkan 3.5 juta hektar (2) sepanjang 99.000 km garis pantai Indonesia tertutupi oleh hutan mangrove. Indonesia menjadi negara terluas yang mempunyai tutupan hutan mangrove, sekitar 26-29% dari tutupan hutan mangrove global(3). Tutupan hutan mangrove di Indonesia semakin turun hingga pada tahun 2016 tercatat seluas 2.9 juta hektar (2).
Bogor, Oktober 2017KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANBADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASIPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTANJl . Gunung Batu No. 5; Telp. (0251) 8633234, 7520067; Facs. 8638111
w w w.hutan.l itbang.menl hk.go.id atau pusl itbanghut.or.id
(1) Murdiyarso, D., Purbopuspito, J., Kauff man, J.B., Warren, M.W., Sasmito, S.D., Donato, D.C., Manuri, S., Krisnawati, H., Taberima, S. & Kurnianto, S. (2015). The potential of Indonesian mangrove forests for global climate change mitigation. Nature Climate Change, 5, 1089 - 1092.
(2) Dirjen Planologi dan Tata Lingkungan. 2017. Peta Tutupan Hutan 2016. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan(3) Hamilton, S.E & Casey, D. (2016). Creation of a high spatio-temporal resolution global database of continuous mangrove forest cover for the
21st century (CGMFC-21). Global Ecology and Biogeography, 25, 729–738
Oleh: Dr. Haruni Krisnawati
Media Brief 1
Sejarah Mangrove KarangsongPantai utara Desa Karangsong, Indramayu, sebelum tahun 1960an masih berupa jalur hijau hutan mangrove. Pada tahun 1962 mulai ada pembukaan tambak memanfaatkan tanah timbul di Desa Karangsong dan terus berkebang sehingga pada 1968 mulai terjadi konversi hutan mangrove secara masif yang menyebabkan hilangnya mangrove di Desa Karangsong pada tahun 1982. Pada tahun 2008, secara keseluruhan Kabupaten Indamayu masih memiliki hutan mangrove 17.782,06 ha, namun hanya tersebar di tujuh kecamatan yaitu Balongan, Sindang, Cantigi, Losarang, Kandanghaur, Sukra dan Patrol.
Pada tahun 2008, dengan diinisiasi oleh PT. Pertamina RU VI Balongan dan Kelompok Pantai Lestari, dimulai rehabilitasi pantai di Desa Karangsong dengan tujuan memulihkan kembali jalur hijau mangrove pantai utara Indramayu untuk melindungi daratan dari abrasi, pemulihan perairan yang tercemar tumpahan minyak dan pemberdayaan perekonomian masyarakat setempat. Hingga tahun 2016
mangrove yang ditanam secara swadaya oleh masyarakat bersama Pertamina di pantai utara Indramayu telah mencapai luas 103,19 hektar yang meliputi Kecamatan Balongan, Indramayu, Cantigi dan Pasekan.
Hingga awal 2017, jumlah spesies yang telah ditanam mencapai 22 sepsies dari 19 genus dan 15 famili dengan Indeks keanekaragaman jenis (diversity index) 1,92. Dari 22 spesies tersebut dapat digolongkan ke dalam jenis vegetasi mangrove 36,4%, jenis vegetasi pantai (36,4%) dan jenis lainnya (27,3%).
Pada tahun 2016, biomasa dan kandungan karbon di hutan mangrove Karangsong didominasi oleh jenis A. marina sebesar 29,532 ton/ha (setara 14,766 ton C/ha atau 54,191 ton CO2/ha), dan oleh jenis R. mucronata sebesar 4,838 ton/ha (2,419 ton C/ha setara 8,878 CO2/ha). Total biomasa di hutan mangrove Karangsong pada tahun 2016 sebesar 37,541 ton/ha (setara 19,818 ton C/ha atau 72,731 ton CO2/ha) atau termasuk kategori sedang.
Bogor, Oktober 2017KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANBADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASIPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTANJl . Gunung Batu No. 5; Telp. (0251) 8633234, 7520067; Facs. 8638111
w w w.hutan.l itbang.menl hk.go.id atau pusl itbanghut.or.id
Oleh : Dr. Hendra GunawanEmail : [email protected]
Fakta & Data
KARANGSONG
Ekowisata MangroveArea rehabilitasi mangrove di Desa Karangsong terus tumbuh dan berkembang menjadi sebuah ekosistam mangrove yang mampu memberikan fungsi ekologis sebagai habitat berbagai jenis satwa dan biota, fungsi hidrologis sebagai penyerap dan penjernih polutan perairan serta melindungi pantai dari abrasi. Pada tahun 2015, hutan mangrove mulai dikembangkan sebagai obyek wisata agar dapat memberikan fungsi sosial ekonomi bagi masyarakat sekitarnya.
Sejak dibuka sebagai tujuan wisata pada pertengahan tahun 2015, jumlah pengunjung ekowisata mangrove Karangsong cenderung meningkat. Dalam satu semester di tahun 2015 ekowisata mangrove Karangsong dikunjungi oleh 72.975 orang; tahun 2016, jumlah pengunjung mencapai 90.518 orang, sementara pada semester pertama ( Januari–Juli) tahun 2017 jumlah pengunjung sudah mencapai 59.613 orang. Dengan harga tiket masuk sebesar Rp.15.000,- dan multiplier efect dari kegiatan ekowisata,
hutan mangrove Karangsong telah memberikan sumbangan ekonomi yang signifi kan dan mampu menjadi penggerak perekonomian masyarakat pesisir di sekitarnya.
Sebagian besar pengunjung ekowisata mangrove terkesan dan mendapat pengalaman menarik dari ekowisata mangrove Karangsong, yaitu 50% mengatakan baru mengenal hutan mangrove, 23% mengenal fl ora dan fauna mangrove, 15% memperoleh pengetahuan baru, 4% baru pertama kali naik perahu.
Media Brief 1
Latar BelakangEkosistem mangrove yang ada di wilayah pesisir mempunyai manfaat yang tak ternilai bagi masyarakat serta lingkungan di sekitarnya. Wilayah ini merupakan sumber pendapatan masyarakat dari produksi biota perairan, sumber mineral, jalur transportasi, serta sebagai wilayah yang mampu menetralisir polusi hasil kegiatan industri dan aktivitas manusia. Beragamnya manfaat yang terkandung dalam ekosistem pesisir menyebabkan semakin tingginya tekanan dan tuntutan yang dihadapi untuk menyediakan berbagai kebutuhan manusia (pangan, papan, jasa) baik saat ini maupun di masa mendatang. Akibatnya, pemanfaatan sumber daya alam, dalam hal ini mangrove ibarat dua sisi mata uang, dimana di satu sisi bertujuan memperoleh manfaat ekonomi semaksimal mungkin dan di sisi lain dituntut untuk harus tetap menjaga kelestarian SDA yang ada. Namun, fakta menunjukkan, hingga saat ini peran yang begitu besar dari hutan mangrove tidak didukung oleh upaya untuk menjaga kelestariannya. Dari sekitar 3,7 juta hektar kawasan mangrove di Indonesia, sekitar 1,8 juta hektar kini rusak parah akibat deforestasi. Kerusakan mangrove terutama disebabkan oleh konversi menjadi tambak dan peruntukan lain yang terjadi di banyak wilayah di Indonesia.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut melalui kegiatan baik yang bersifat preventif
maupun curatif, namun hingga saat ini capaian keberhasilannya masih rendah. Penyebab utama rendahnya capaian keberhasilan upaya restorasi dan konservasi adalah terjadinya kompetisi kepentingan antara tujuan ekonomi dengan tujuan ekologi. Untuk itu dalam pengelolaan mangrove, diperlukan suatu pendekatan yang rasional yang mampu mengakomodasikan kepentingan ekonomi dengan kepentingan ekologi secara harmoni melalui pelibatan masyarakat secara langsung.
Pola insentif Bio-rights yang diimplementasikan melalui mekanisme pendanaan (kredit mikro) merupakan salah satu strategi untuk memadukan upaya peningkatan manfaat ekonomi sumberdaya mangrove dengan upaya pencegahan tindakan kontraproduktif terhadap lingkungan melalui kegiatan restorasi dan konservasi. Bio-rights mendorong masyarakat untuk terlibat secara aktif dalam upaya restorasi dan konservasi ekosistem mangrove yang ada di sekitarnya. Selanjutnya, apabila upaya konservasi menunjukkan keberhasilan (sesuai jangka waktu yang telah disepakati antara pemberi dan penerima kredit mikro), maka kredit akan berubah status menjadi bantuan (hibah) murni (Eijk dan Kumar, 2008). Tulisan singkat ini bertujuan untuk menguraikan implementasi skema insentif Bio-rights dalam upaya konservasi sumberdaya mangrove.
Bogor, Oktober 2017KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANBADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASIPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTANJl . Gunung Batu No. 5; Telp. (0251) 8633234, 7520067; Facs. 8638111
w w w.hutan.l itbang.menl hk.go.id atau pusl itbanghut.or.id
Oleh: Dr. Sri Suharti
Skema Insentif Bio-rightsUntuk Konservasi Mangrove
Partisipatif
Skema Insentif Bio-rightsSkema insentif Bio-rights pertama kali dikembangkan oleh Wetlands International, Alterra Green World Research dan sejumlah organisasi terkait di akhir tahun 1990-an. Pendekatan ini dikembangkan sebagai respon terhadap berbagai permasalahan sosial, ekonomi dan lingkungan yang sangat kompleks sehingga sulit diatasi dengan menggunakan pendekatan pengelolaan sumberdaya alam secara konvensional (Eijk dan Kumar, 2008). Skema Bio-rights hadir sebagai alternatif solusi yang bertujuan untuk menggabungkan pengentasan kemiskinan dengan konservasi lingkungan.
Bio-rights merupakan skema insentif yang hampir serupa dengan sistem ‘Pembiayaan untuk Jasa Lingkungan’ (Payments for Environmental Services/PES). Dalam pelaksanaannya, skema ini melalui tiga tahapan utama yang menekankan pada keterl ibatan masyarakat. • Tahap 1. Pengalokasian dana
pinjaman berupa kredit mikro kepada masyarakat yang dapat digunakan untuk mengembangkan kegiatan untuk menciptakan pendapatan secara berkelanjutan.
• Tahap 2. Pengembalian dana
pinjaman beserta bunganya bukan dalam bentuk uang, melainkan dalam bentuk pelayanan konservasi l ingkungan, seperti kegiatan penghijauan kembali, perlindungan habitat dan penggunaan lahan secara lestari.
• Tahap 3. Jika kegiatan terkait upaya konservasi lingkungan (tahap 2) berhasil, maka dana pinjaman (kredit mikro) akan diubah menjadi bantuan (hibah murni) yang selanjutnya akan digulirkan kepada anggota masyarakat lain untuk pembangunan berkelanjutan.
Implementasi Skema Bio-rightsSkema Bio-rights tidak diimplementasikan pada level indiidu, melainkan dalam tingkat kelompok. Contoh kasus implementasi skema Bio-rights diinisiasi oleh Wetland International
pada masyarakat di Desa Pesantren, Kecamatan Ulu Jami, Kabupaten Pemalang. Pada tahap awal, kelompok masyarakat yang terlibat sepakat untuk memfokuskan diri pada kegiatan
Media Brief 1
Bogor, Oktober 2017KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANBADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASIPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTANJl . Gunung Batu No. 5; Telp. (0251) 8633234, 7520067; Facs. 8638111
w w w.hutan.l itbang.menl hk.go.id atau pusl itbanghut.or.id
Stasiun RisetSebagai Basis Pendukung Pengelolaan Taman Nasional Berkelanjutan
Apa dan MengapaStasiun riset merupakan basis pelaksanaan penelitian nasional dan internasional yang akan dilaksanakan di Taman Nasional untuk menunjang pengelolaan Taman Nasional yang berkelanjutan. Terdapat keterkaitan yang sangat erat antara keberadaan stasiun riset dengan keberhasilan pengelolaan taman nasional yang berkelanjutan. Keterkaitan ini dapat dilihat dengan dikeluarkannya Pedoman Penilaian Efektifitas Pengelolaan Kawasan Konservasi di Indonesia melalui Peraturan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Nomor P.15/KSDAE-SET/2015. Pedoman ini bertujuan untuk memantau dan menilai efektifitas pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia dan dijadikan acuan dalam upaya peningkatan kualitas pengelolaannya.
Elemen dari stasion riset ini mencakup : i) Identifikasi kebutuhan riset, 2) Baseline data potensi riset, standar opersional prosedur (SOP) pelaksanaan penelitian, 3) master plan pelaksanaan penelitian, 4) stakeholder dalam pengelolaan station riset, 5) infrastruktur yang diperlukan untuk riset, termasuk hardware dan software, serta, 6) SDM yang mengelola stasiun riset
di dalam Taman Nasional.
Mengapa stasiun riset ini diperlukan: 1) menggali ni-lai konservasi, sum-berdaya genetik, dan potensi nilai ekonomi taman nasional, 2) database potensi nilai Taman Nasional, 3) memberikan arah penelitian yang inte-grat ive, tematik,
komprehensif sesuai kebutuhan Taman Nasional, 4) sebagai sarana promosi Taman Nasional dalam menunjang kebijakan pariwisata nasional, 5) memberikan dukungan status kebijakan untuk Tanaman Satwa Liar (TSL) dan obat-obatan.
Dalam kurun waktu 2015-2019 direncakan akan dibangun 12 Stasiun Riset, yang merupakan model untuk stasiun riset berikutnya. Sampai tahun 2016, baru 4 station riset yang dibangun, untuk tahun 20017 sedang dibangun 3 stasiun riset.
Hasil kajian selama dua tahun 2015-2016, terhadap 4 Taman nasional, dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel terlihat bahwa banyak sekali kebutuhan riset pada Taman Nasional, dengan tingkat prioritas riset yang berbeda sesuai dengan karakteristik bio-fisik dan kondisi social ekonomi, mulai dari kebutuhan riset yang amat tinggi sampai kurang dibutuhkan. Untuk baseline data yang sudah tersedia juga bervariasi dari kurang baik sampai baik. Standar Operasional Pelaksanaan penelitian umumnya sudah dibuat walaupun ada yang belum optimal.
Master plan kegiatan penelitian umumnya belum tersedia, padahal hal ini penting untuk merancang penelitian ke depan.
2015 •TN Gunung Halimun Salak
•TN Baluran •TN Ujung Kulon
2016 •TN Bromo Tengger Semeru
2017 •TN Rinjani •TN Bantimurung Bulusaraung
•TN Merbabu
2018 •TN Tesso Nelo •TN Zamrud •TN Sebangau •TN Tanjung Puting
2019 •TN Laiwangi Wanggameti
•TN Bogani Nani Wartabone
•TN Teluk Cendrawasih
Gambar 2. Lokasi Stasiun Riset di Taman Nasional 2015-2019
StasiunRiset
Identifikasi Kebutuhan
Riset
Baseline Data
SOP
SDM
Stakeholder
Infrastruktur
Gambar 2. Unsur Pendukung Stasiun Riset pada Taman Nasional
Info Brief 1
Latar Belakang Hutan mangrove merupakan ekosistem yang sangat luas karena tersebar di 112 negara dengan total panjang kawasan hutan sampai 181. 000 km2. Hutan mangrove mempunyai ‘niche’ ekologi yang unik untuk kehidupan mikroba di daerah salinitas tinggi. Mikroba berfungsi dalam proses siklus nutrisi dan juga mendukung penyangga kehidupan lingkungan ekosistem mangrove.
Bioprospek mikroba hutan di hutan mangrove adalah salah satu bidang penelitian keanekaragaman hayati yang cukup sulit dilaksanakn, diperlukan eksplorasi jangkauan
kawasan yang luas untuk memahami proses biogeografi , ekologi termasuk jejaring antar komunitas species biologi di hutan mangrove. Proses yang paling sulit ada pada tahapan kegiatan isolasi dan mengidentifi kasi mikroba jenis baru dan potensial untuk dilkembangkan lebih lanjut yang memiliki senyawa biokimia yang belum dapat dideteksi. Media brief ini menjelaskan kemajuan riset keanekaragaman mikroba hutan dan interaksinya dengan vegetasi mangrove terutama jenis-jenis bakteri potensial, fungi dan aktinomisetes di ekosistem mangrove (Gambar 1).
Bogor, Oktober 2017KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANBADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASIPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTANJl . Gunung Batu No. 5; Telp. (0251) 8633234, 7520067; Facs. 8638111
w w w.hutan.l itbang.menl hk.go.id atau pusl itbanghut.or.id
Oleh: Dr. Maman Turjaman (email: [email protected])
Gambar 1. Siklus nutrisi antar komunitas mangrove termasuk peranan mikroba hutan (bakteri, fungi, aktinomisetes) dalam menjaga produktivitas ekosistem mangrove (Komiyama et al., 2008).
Bioprospek
di HutanMikrobaMangrove
Media Brief 1
Media Brief & Info Brief
COMPANY PROFILE, 2018 43
Jl. Gunung Batu No. 5 Kotak Pos 165 Bogor 16610,
Jawa Barat
Website: puslitbanghut.or.id
Telp. +62 251 8633234, 7520067
Fax. +62251 8638111
E-mail: [email protected]
PuslitbangProfil PuslitbangProfil
COMPANY PROFILE, 2018