program studi pendidikan matematika fakultas … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan...

90
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN STRUKTURAL “NUMBERED HEADS TOGETHER” PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Banyudono Tahun Ajaran 2008/2009) Skripsi Disusun oleh: FITRIA SARI KUSUMASTUTI K 1304026 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i

Upload: trandien

Post on 15-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

70

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

DENGAN PENDEKATAN STRUKTURAL “NUMBERED HEADS

TOGETHER” PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI

KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Banyudono Tahun Ajaran 2008/2009)

Skripsi

Disusun oleh:

FITRIA SARI KUSUMASTUTI

K 1304026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

i

Page 2: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

ii

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

DENGAN PENDEKATAN STRUKTURAL “NUMBERED HEADS

TOGETHER” PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI

KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 BanyudonoTahun Ajaran 2008/2009)

Oleh:

FITRIA SARI KUSUMASTUTI

K 1304026

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan

Ilmu Penegtahuan Alam

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

ii

Page 3: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing skripsi untuk

dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Penegtahuan Alam Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. Budi Usodo, M.Pd

NIP. 19680517 199303 1 002

Pembimbing II

Yemi Kuswardi, S.Si, M.Pd

NIP. 19721024 199802 2 001

Surakarta, Juli 2010

Page 4: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan

diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari : Senin

Tanggal : 2 Agustus 2010

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang

Tanda Tangan

Ketua : Sutopo S.Pd, M.Pd ( )

Sekretaris : Henny Ekana Ch. S.Si, M.Pd ( )

Anggota I : Drs. Budi Usodo, M.Pd ( )

Anggota II :Yemi Kuswardi, S.Si, M.Pd ( )

Disahkan Oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd

NIP. 19600727 198702 1 001

Page 5: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

v

ABSTRAK

Fitria Sari Kusumastuti, EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN STRUKTURAL “NUMBERED

HEADS TOGETHER” PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU

DARI KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Penelitian

Dilakukan di SMP Negeri 1 Banyudono Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi,

Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret

Surakarta, 2010.

Tujuan Penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui apakah penggunaan

model pembelajaran matematika dengan pendekatan struktural “Numbered Heads

Together” dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik

daripada penggunaan model pembelajaran konvensional pada materi Aritmetika

Sosial. (2) Untuk mengetahui apakah siswa dengan kreativitas belajar matematika

tinggi memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa

dengan kreativitas belajar matematika sedang dan rendah dan siswa dengan

kreativitas belajar matematika sedang memperoleh prestasi belajar matematika

yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas belajar matematika rendah pada

materi Aritmetika Sosial. (3) Untuk mengetahui manakah diantara model

pembelajaran matematika dengan pendekatan struktural “Numbered Heads

Together” dan model pembelajaran konvensional yang dapat menghasilkan

prestasi belajar matematika yang lebih baik pada materi Aritmetika Sosial jika

ditinjau dari kreativitas belajar matematika tinggi, kreativitas belajar matematika

sedang dan kreativitas belajar matematika rendah.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu. Populasi

penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Banyudono tahun ajaran

2008/2009, yang terdiri dari 6 kelas dengan banyaknya siswa 240. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 2 kelas dengan banyaknya siswa kedua

kelas tersebut adalah 80 siswa. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster

random sampling. Uji coba instrumen dilaksanakan di SMP Negeri 1 Teras.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi yang

berupa data nilai matematika pada Ujian Tengah Semester I Kelas VII tahun

pelajaran 2008/2009. Metode angket untuk data kreativitas belajar siswa dan

Page 6: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

vi

metode tes untuk data prestasi belajar matematika siswa pada materi Aritmetika

Sosial. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan

sel tak sama.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Penggunaan model

pembelajaran matematika dengan pendekatan struktural “Numbered Heads

Together” dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik

daripada penggunaan model pembelajaran konvensional pada materi Aritmetika

Sosial (Fa = 4,875 > 3,972 = Ftabel pada taraf signifikansi 5%). (2) Tidak terdapat

perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan kreativitas belajar matematika

tinggi, kreativitas belajar matematika sedang dan kreativitas belajar matematika

rendah pada materi Aritmetika Sosial (Fb = 0,060 < 3,122 = Ftabel pada taraf

signifikansi 5%). (3) Model pembelajaran matematika dengan pendekatan

struktural “Numbered Heads Together” lebih baik daripada model pembelajaran

konvensional pada setiap kategori kreativitas belajar matematika siswa (Fab =

0,037< 3,122 = Ftabel pada taraf signifikansi 5%).

Page 7: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

vii

ABSTRACT

Fitria Sari Kusumastuti, EKSPERIMENTATION OF COOPERATIVE

LEARNING MODEL WITH "NUMBERED HEADS TOGETHER"

STRUCTURAL APPROACH TO THE MATHEMATICS LEARNING VIEWED

FROM STUDENT'S MATHEMATICS LEARNING CREATIVITY (The

Research was conducted in 1st Government's Junior High School in Banyudono at

Year 2008/2009). Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty,

Sebelas Maret University, 2010.

This research aims are: (1) to know whether the usage of mathematics

learning model with “Numbered Heads Together” structural approach gives better

mathematics learning achievement than the usage of conventional learning model

in social arithmetic matery. (2) To know whether students with high mathematics

learning creativity gain better mathematics learning achievement than students

with medium and low mathematics learning creativity, and also whether students

with medium mathematics learning creativity gain better mathematics learning

achievement than students with low mathematics learning creativity in social

arithmetic matery. (3) To know wich one gives better mathematics learning

achievement between mathematics learning model with “Numbered Heads

Together” structural approach and conventional learning model especially in

social arithmetic matery viewed from high, medium and low mathematics learning

creativity.

This research used quasi eksperimental method. The population of this

research was all the first years students of 1st Government's Junior High School in

Banyudono wich consist of 6 clases with 240 students. The sample used in this

research was from 2 clases with 80 students. It was taken by cluster randon

sampling. While the try out of instrument was carried out in 1st Government's

Junior High School in Teras. The collecting data technique was document

technique to know value data of Mathematics Mid Semester 1 Test (UTS) at year

2008/2009. The questionnaire instrument was to know the student's mathematics

learning achievement in social arithmetic matery. Data analysis technique used

two ways variance analysis with different cell.

Page 8: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

viii

The result of this research are: (1) The usage of of mathematics learning

model with “Numbered Heads Together” structural approach gives better

mathematics learning achievement than the usage of conventional learning model

in social arithmetic matery (Fa = 4,875 > 3,972 = Ftabel in 5% significant level).

(2) There is no difference mathematics learning achievement among students with

high mathematics learning creativity, medium mathematics learning creativity and

low mathematics learning creativity in social arithmetic matery (Fb = 0,060 <

3,122 = Ftabel in 5% significant level). (3) Mathematics learning model with

“Numbered Heads Together” structural approach is better than conventional

learning model on each category of mathematics learning creativity (Fab = 0,037 <

3,122 = Ftabel in 5% significant level ).

Page 9: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

ix

MOTTO

”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain

dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.

(Qs. Al Insyirah: 6-8)

Page 10: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

x

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya yang tersusun dengan penuh kesungguhan

dan ketulusan hati ini, Kupersembahkan kepada:

Almarhum Ayah yang senantiasa menjadi

panutan dalam setiap langkahku.

Ibuku yang telah memberikan dorongan dan

motivasi baik materiil dan spirituil.

Mbak Ita dan Mas Arsyad yang telah

mencurahkan kasih sayangnya.

Dek Vera, dek Ayu dan dek Bintang yang selalu

memberikan dukungan dan motivasinya.

Mahasiswa P. Math „04 atas kebersamaan yang

indah.

UNS yang selalu kubanggakan.

Page 11: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

xi

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang lebih indah untuk diucapkan selain ungkapan rasa

syukur kepada Allah SWT yang mengatur setiap desah nafas setiap makhluk di

bumi ini. Betapa tidak, atas limpahan nikmat dan kemurahan-Nya skripsi yang

berjudul “ Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan

Struktural “Numbered Heads Together” pada Pembelajaran Matematika Ditinjau

dari Kreativitas Belajar Matematika Siswa (Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1

Banyudono Tahun Ajaran 2008/2009)” dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak

terlepas dari bimbingan, saran, dukungan, dan dorongan dari berbagai pihak yang

sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini . Ucapan terima kasih penulis

sampaikan kepada segenap pihak antara lain:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan FKIP UNS yang telah

memberikan ijin menyusun skripsi ini.

2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, Ketua Jurusan P. MIPA FKIP UNS yang

telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.

3. Triyanto, S.Si, M.Si, Ketua Program P. Matematika FKIP UNS yang telah

memberikan ijin menyusun skripsi

4. Henny Ekana Chrisnawati, S.Si. M.Pd sebagai Koordinator Skripsi P.

Matematika FKIP UNS yang telah memberikan kemudahan dalam pengajuan

ijin menyusun skripsi ini

5. Drs. Budi Usodo, M.Pd sebagai Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, kepercayaan, dukungan dan saran yang sangat membantu dalam

penulisan skripsi ini.

6. Yemi Kuswardi S.Si, M.Pd sebagai Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, kepercayaan, dukungan dan saran yang sangat membantu dalam

penulisan skripsi ini.

7. Drs. Samsudin, M.Pd, Kepala SMP Negeri 1 Banyudono yang telah

memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

Page 12: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

xii

8. Drs. Chris Bekti Sarasto Kepala SMP Negeri 1 Teras yang telah memberikan

ijin untuk melaksanakan uji coba instrumen penelitian /try out.

9. Drs. Paiman Guru bidang studi matematika SMP Negeri 1 Banyudono yang

telah memberikan kesempatan, kepercayaan, bimbingan, dan tularan ilmu

selama melakukan penelitian .

10. Agung Kuncoro Budi, S.Pd Guru bidang studi Matematika SMP Negeri 1

Teras yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan untuk melakukan

try out.

11. Ayah dan ibuku yang selalu memberikan doa restu, kasih sayang dan

dukungan yang tak ternominalkan.

12. Kakak dan adik-adikku terima kasih untuk pengertian, dorongan, kasih

sayang dan motivasinya.

13. Om Noto dan Bulik Yayuk yang selalu memberikan semangat dan motivasi.

14. Yani Tri Purwanti yang selalu memberikan semangat dan motivasi.

15. Maya Rahayu tempatku berbagi dan bertukar pikiran.

16. Rika, Puji dan Muslimah atas kasih sayang dan kebersamaannya.

17. Teman-teman dan ade-ade Kos Intan tempat persinggahan dalam suka dan

duka.

18. Teman-teman mahasiswa P. Math ’04 atas kebersamaan dalam setiap langkah

menapaki luasnya ilmu matematika.

19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu.

Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan

memberikan kontribusi serta masukan bagi dunia pendidikan guna mencapai

tujuan pendidikan yang optimal.

Surakarta, Juli 2010

Penulis

Page 13: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv

ABSTRAK ....................................................................................................... v

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... ix

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... x

KATA PENGANTAR .................................................................................... xi

DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................. 5

C. Pemilihan Masalah ................................................................. 6

D. Pembatasan Masalah .............................................................. 7

E. Perumusan Masalah ............................................................... 8

F. Tujuan Penelitian ................................................................... 8

G. Manfaat Penelitian ................................................................. 9

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 10

A. Tinjauan Pustaka .................................................................... 10

1. Prestasi Belajar Matematika ............................................ 10

a. Pengertian Belajar .................................................... 10

b. Pengertian Prestasi Belajar ..................................... 10

c. Pengertian Matematika ............................................ 11

d. Pengertian Prestasi Belajar Matematika…………... 12

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi………. 12

Page 14: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

xiv

2. Model Pembelajaran ....................................................... 13

a. Pengertian Model Pembelajaran …………………. 13

b. Model Pembelajaran Konvensional...... ................... 14

c. Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan

Struktural ................................................................. 15

3. Kreativitas Belajar Siswa................................................. 17

a. Pengertian Kreativitas................................................ 17

b. Ciri-ciri Kemampuan Berpikir Kreatif....................... 18

c. Pengertian Kreativitas Belajar Siswa.......................... 19

4. Tinjauan Tentang Materi Aritmetika Sosial..................... 19

B. Kerangka Berpikir…………………………………………... 22

C. Perumusan Hipotesis………………………………………… 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………….. 26

A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………….. 26

1. Tempat Penelitian……………………………………….. 26

2. Waktu Penelitian………………………………………… 26

B. Metode Penelitian……………………………………………. 27

1. Pendekatan Penelitian........................................................ 27

2. Rancangan Penelitian......................................................... 28

C. Populasi dan Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel............ 29

1. Populasi............................................................................... 29

2. Sampel................................................................................. 29

3. Teknik Pengambilan Sampel............................................... 29

D. Teknik Pengambilan Data ......................................................... 30

1. Variabel Penelitian.............................................................. 30

a. Variabel Bebas.............................................................. 30

b. Variabel Terikat............................................................ 31

2. Metode Pengambilan Data................................................. 31

1. Metode Dokumentasi.................................................. 31

2. Metode Tes.................................................................. 32

3. Metode Angket............................................................ 32

Page 15: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

xv

3. Instrumen Penelitian........................................................... 33

a. Perencanaan.................................................................. 33

b. Penulisan Butir Soal..................................................... 34

c. Penyuntingan................................................................ 34

d. Uji Coba....................................................................... 35

E. Teknik Analisis Data................................................................ 41

1. Uji Keseimbangan............................................................. 41

2. Uji Prasyarat Analisis....................................................... 42

a. Uji Normalitas……………………………………... 42

b. Uji Homogenitas…………………………………... 43

3. Uji Hipotesis……………………………………………. 44

4. Uji Komparasi Ganda…………………………………… 50

BAB IV HASIL PENELITIAN……………………………………………. 53

A. Deskripsi Data………………………………………………… 53

1. Data Hasil Uji Coba Instrumen........................................... 53

a. Hasil Uji Coba Angket Kreativitas Belajar

Matematika Siswa....................................................... 53

b. Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar............................. 54

2. Data Skor Prestasi Belajar Matematika Siswa.................... 56

3. Data Skor Kreativitas Belajar Matematika Siswa............... 56

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data…………………………. 57

1. Pengujian Persyaratan Eksperimen………………………. 57

2. Pengujian Analisis………………………………………... 58

a. Uji Normalitas………………………………………... 58

b. Uji Homogenitas……………………………………... 59

C. Pengujian Hipotesis…………………………………………... 59

1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama............ 59

2. Uji Komparasi Ganda……………………………………. 60

D. Pembahasan Hasil Analisis Data……………………………... 61

1. Hipotesis Pertama………………………………………... 61

2. Hipotesis Kedua…………………………………………. 62

Page 16: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

xvi

3. Hipotesis Ketiga…………………………………………. 63

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN................................. 65

A. Kesimpulan .............................................................................. 65

B. Implikasi ................................................................................... 65

C. Saran.......................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 69

Page 17: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ……………………..……………………….. 28

Tabel 3.2 Notasi dan Tata Letak Data Anava Dua Jalan Sel Tak Sama ............ 46

Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan ................................................................. 46

Tabel 3.4 Rangkuman Anava Dua Jalan Sel Tak Sama...................................... 48

Tabel 3.5 Hipotesis untuk Komparasi Rataan Antar Kolom................................. 51

Tabel 3.6 Hipotesis Komparasi Rataan Antar Sel pada Kolom yang Sama........ 51

Tabel 3.7 Hipotesis Komparasi Rataan Antar Sel pada Baris yang Sama......... 52

Tabel 4.1 Ringkasan Hasil Uji Coba Instrumen ................................................. 55

Tabel 4.2 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Siswa pada Materi

Aritmetika Sosial Kelompok Eksperimen dan Kontrol ..................... 56

Tabel 4.3 Penentuan Kategori Angket Kreativitas Belajar Matematika Siswa ... 56

Tabel 4.4 Sebaran Kategori Angket Kreativitas Belajar Matematika Siswa ...... 57

Tabel 4.5 Rataan dan Variansi Nilai UTS Semester I.......................................... 57

Tabel 4.6 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas ......................... 57

Tabel 4.7 Hasil Analisis Uji Normalitas ............................................................. 58

Tabel 4.8 Hasil Analisis Uji Homogenitas .......................................................... 59

Tabel 4.9 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ........ 60

Tabel 4.10 Rerata Skor Prestasi Belajar Matematika ......................................... 60

Page 18: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pembelajaran.................................................................. 71

Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa...................................................................... 93

Lampiran 3 Kuis............................................................................................... 110

Lampiran 4 Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Matematika................................... 114

Lampiran 5 Soal Tes Prestasi Belajar………………………………………...116

Lampiran 6 Pembahasan Soal Tes Prestasi Belajar…………………………..124

Lampiran 7 Lembar Jawab Tes Prestasi Belajar Matematika………………...136

Lampiran 8 Kisi-Kisi Angket Kreativitas Belajar Matematika………………137

Lampiran 9 Angket Kreativitas Belajar Matematika....................................... 139

Lampiran 10 Lembar Jawab Angket ………………………………………… 148

Lampiran 11a Lembar Validitas Isi Angket Kreativitas Belajar Matematika

oleh validator 1………………………………………………... 149

Lampiran 11b Lembar Validitas Isi Angket Kreativitas Belajar Matematika

oleh validator 2……………………………………………….. 150

Lampiran 12a Lembar Validitas Isi Tes Prestasi Belajar Matematika

oleh validator 1……………………………………………….. 151

Lampiran 12b Lembar Validitas Isi Tes Prestasi Belajar Matematika

oleh validator 2……………………………………………….. 153

Lampiran 13 Uji Konsistensi Internal Tes Prestasi Belajar Matematika........ 155

Lampiran 14 Uji Reliabilitas dan Tingkat Kesukaran Tes Prestasi

Belajar Matematika.................................................................... 159

Lampiran 15 Uji Konsistensi Internal Angket

Kreativitas Belajar Matematika................................................ 163

Lampiran 16 Uji Reliabilitas Angket Kreativitas belajar Matematika.......... 167

Lampiran 17 Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Matematika.............................. 171

Lampiran 18 Soal Tes Prestasi Belajar.......................................................... 173

Lampiran 19 Pembahasan Soal Tes Prestasi Belajar .................................... 179

Lampiran 20 Lembar Jawab Tes Prestasi Belajar........................................... 188

Lampiran 21 Kisi-Kisi Angket Kreativitas Belajar Matematika................... 189

Page 19: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

xix

Lampiran 22 Angket Kreativitas Belajar Matematika................................... 191

Lampiran 23 Lembar Jawab Angket Kreativitas Belajar Matematika............ 198

Lampiran 24 Nilai Ujian Tengah Semester I tahun 2008/2009 ..................... 199

Lampiran 25 Uji Normalitas Kelompok Eksperimen

(Sebelum Penelitian)................................................................... 201

Lampiran 26 Uji Normalitas Kelompok Kontrol

(Sebelum Penelitian)................................................................... 203

Lampiran 27 Uji Keseimbangan Kelompok Kontrol dan Eksperimen .......... 205

Lampiran 28 Data Induk Penelitian ............................................................... 207

Lampiran 29 Tabel Tata Letak Data Anava Dua Jalan

Dengan Sel tak Sama .............................................................. 209

Lampiran 30 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Siswa

Kelas Eksperimen...................................................................... 211

Lampiran 31 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Siswa

Kelas Kontrol............................................................................. 213

Lampiran 32 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Matematika Siswa

Ditinjau dari Model Pembelajaran............................................. 215

Lampiran 33 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Siswa

Kelompok Kreativitas Belajar Tinggi....................................... 218

Lampiran 34 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Siswa

Kelompok Kreativitas Belajar Sedang....................................... 220

Lampiran 35 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Siswa

Kelompok Kreativitas Belajar Rendah....................................... 223

Lampiran 36 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Matematika Siswa

Ditinjau dari Kreativitas Belajar................................................ 225

Lampiran 37 Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama .................. 228

Lampiran 38 Surat Perijinan .......................................................................... 232

Lampiran 39 Tabel-Tabel Statistik................................................................. 239

Page 20: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada saat dilahirkan manusia telah dilengkapi oleh aspek-aspek yang

berkaitan dengan jasmani maupun rohaninya. Namun pada saat itu aspek-aspek

yang berkaitan dengan jasmani maupun rohani tersebut masih bersifat potensial.

Untuk mengubah hal-hal yang masih bersifat potensial tersebut agar dapat

berfungsi sebagaimana mestinya maka diperlukan suatu bantuan, bimbingan, dan

pengarahan dari pihak-pihak yang bertanggung jawab. Dengan kata lain, setiap

manusia yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan memerlukan

suatu pendidikan.

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan

bangsa dan mempunyai andil yang besar dalam mencetak generasi-generasi yang

berpengetahuan dan berkompetensi yang nantinya akan menjadi aset dalam

pembangunan. Pendidikan mempunyai tujuan yang terarah pada peningkatan

kemampuan, keterampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai pengembangan

peserta didik yang berpegang pada norma di masyarakat. Proses pendidikan dapat

berlangsung di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Guru sebagai

pendidik di sekolah mempunyai tugas memberi bimbingan yang diarahkan pada

perkembangan dan kecerdasan daya intelektual peserta didik yang meliputi

kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.

Dalam pendidikan sekolah, setiap peserta didik atau siswa mempunyai

kewajiban untuk mengikuti pembelajaran yang ada di sekolah. Salah satunya

adalah pembelajaran matematika. Namun sampai saat ini matematika masih

menjadi masalah bagi sebagian siswa karena mereka menganggap bahwa

matematika sebagai mata pelajaran yang membingungkan dan sulit dipelajari.

Tidak jarang siswa yang pada mulanya menyukai matematika, beberapa waktu

kemudian menjadi acuh tak acuh dalam proses belajar mengajar. Akhirnya siswa

hanya menghafal materi pelajaran matematika untuk memenuhi syarat ujian saja.

Akibatnya sering terjadi kekeliruan dalam pemahaman konsep dan berdampak

1

Page 21: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

2

terhadap rendahnya prestasi belajar matematika. Mungkin salah satu

penyebabnya adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak sesuai.

Model pembelajaran sangat penting dalam menentukan keberhasilan

proses belajar mengajar. Dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat akan

mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran. Model pembelajaran

yang baik adalah model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai, materi yang akan disampaikan, kondisi siswa, dan sarana yang

tersedia. Suatu model pembelajaran mempunyai spesifikasi tersendiri artinya

suatu model pembelajaran yang cocok untuk suatu materi tertentu belum tentu

cocok jika diterapkan pada materi yang lainnya. Apabila seorang guru dalam

pemilihan model pembelajaran kurang tepat dapat mempengaruhi prestasi belajar.

Hal ini dikarenakan prestasi belajar siswa tidak lepas dari bagaimana siswa

mengalami proses belajar.

Model pembelajaran yang masih banyak digunakan adalah model

pembelajaran konvensional dengan ciri pembelajaran yang sangat teoritik dan

mekanistik (I Gusti Putu Sudiarta: 2005). Dalam model pembelajaran

konvensional, guru dianggap sebagai sumber ilmu, guru secara aktif

menyampaikan materi dan memberi contoh soal beserta penyelesaiannya.

Sedangkan siswa cukup memperhatikan, mendengar dan mencatat materi yang

disampaikan kemudian mengerjakan soal latihan yang diberikan guru. Siswa

menjadi kurang aktif dalam pembelajaran sehingga menyebabkan siswa terkadang

mengalami kesulitan belajar. Banyak siswa yang kurang mengkomunikasikan

kesulitan yang dialami kepada teman lainnya. Akibatnya pemahaman siswa

mengenai konsep materi yang dipelajari kurang optimal.

Berdasarkan hasil angket yang disebarkan di SMP Negeri 1 Banyudono

diperoleh informasi bahwa banyak siswa yang merasa tidak senang belajar

matematika karena mengalami kesulitan dalam mempelajarinya. Prestasi belajar

matematika para siswa pun lebih rendah jika dibandingkan dengan prestasi belajar

mata pelajaran lainnya. Banyak siswa yang mengalami kesulitan pada materi

Aritmetika Sosial.

Page 22: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

3

Menurut informasi dari guru matematika SMP Negeri 1 Banyudono, salah

satu materi yang dianggap cukup sulit oleh siswa kelas VII semester I SMP

Negeri 1 Banyudono adalah Aritmetika Sosial. Materi Aritmetika Sosial terdiri

atas beberapa sub materi, diantaranya: (1) harga pembelian, harga penjualan,

untung, dan rugi, (2) presentase untung dan rugi, (3) rabat (diskon), bruto, neto

dan tara, (4) bunga tabungan dan pajak. Materi Aritmetika Sosial merupakan salah

satu materi yang kebanyakan diterapkan dalam soal cerita. Terdapat beberapa

jenis kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Pertama,

siswa tidak mampu menerjemahkan soal cerita sehingga siswa tidak mampu

memahami hal apa yang dimaksud dalam soal cerita. Kedua, siswa tidak mampu

mengidentifikasi tentang apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal.

Ketiga, siswa tidak tahu bagaimana urutan mengerjakan soal karena siswa tidak

mampu menghubungkan soal dengan teori yang ada. Keadaan ini mungkin

disebabkan oleh model pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat. Dengan

model pembelajaran konvensional, siswa menjadi kurang aktif dan hanya

bergantung kepada guru sebagai sumber belajar. Siswa juga tidak dilibatkan

secara langsung dalam memperoleh konsep materi. Banyak siswa yang

mengalami kesulitan belajar dan kurang mengkomunikasikan kesulitan yang

dialami dengan teman lainnya sehingga pemahaman siswa tentang konsep materi

Aritmetika Sosial kurang optimal.

Berkaitan dengan hal di atas, perlu diupayakan suatu pembelajaran yang

dapat melibatkan siswa secara aktif dan meningkatkan pemahaman siswa

mengenai materi pelajaran. Penggunaan keterampilan–keterampilan kooperatif

secara efektif penting untuk mengembangkan sikap kerjasama, tanggung jawab

dan mampu bersaing secara ketat. Sifat dan sikap demikian akan membentuk

pribadi yang berhasil dalam menghadapi tantangan pendidikan yang lebih tinggi

yang berorientasi pada kelompok. Model pembelajaran seperti ini disebut sebagai

model pembelajaran kooperatif. Salah satu alternatif model pembelajaran dalam

menyampaikan materi Aritmetika Sosial adalah model pembelajaran kooperatif

dengan pendekatan struktural “Numbered Heads Together”.

Page 23: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

4

Dalam model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural

“Numbered Heads Together” ini siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang

beranggotakan tiga sampai lima orang selama beberapa pertemuan. Dengan model

ini siswa dapat menggali kemampuannya sendiri dan diarahkan untuk

bekerjasama, saling membantu memecahkan masalah, dan diharapkan siswa yang

berkemampuan lebih akan membantu siswa lain yang mempunyai kemampuan di

bawahnya sehingga dapat menyesuaikan diri dalam kelompok tersebut. Kesulitan

pemahaman materi yang tidak dapat diselesaikan secara kelompok dapat

didiskusikan bersama-sama dengan guru. Setelah diskusi kelompok selesai, guru

menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa menunjuk terlebih

dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya itu. Dengan cara ini menjamin

keterlibatan total semua siswa sehingga merupakan upaya yang sangat baik untuk

meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.

Model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered

Heads Together” ini diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman

siswa terhadap materi pelajaran yang ada, karena terdapat interaksi antar siswa

dalam kelompoknya maupun interaksi antar siswa dengan guru. Interaksi dalam

kelompok akan berjalan dengan baik jika dalam kelompok mempunyai

kemampuan yang heterogen. Siswa yang kurang paham akan lebih leluasa untuk

bertanya kepada teman satu kelompoknya yang sudah paham sehingga dapat

meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi yang dipelajari.

Selain dipengaruhi model pembelajaran, keberhasilan proses belajar

mengajar siswa juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu kreativitas belajar siswa.

Dengan kreativitas belajar yang dimiliki, siswa akan mampu memberikan

gagasan-gagasan baru dalam pikiran dan menggali berbagai informasi mengenai

materi yang dipelajari sehingga siswa tidak hanya bergantung kepada guru. Model

pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads

Together” yang didukung oleh kreativitas belajar siswa yaitu mengemukakan

gagasan untuk memecahkan suatu masalah, saling berbagi pengetahuan dengan

teman satu kelompok dan menggali informasi mengenai materi yang dipelajari

akan mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar. Kreativitas siswa

Page 24: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

5

dalam berbagi kepada teman-teman lainnya mengenai penyelesaian dari

permasalahan yang diberikan dapat meningkatkan pemahaman konsep dari siswa

itu sendiri serta dapat membantu siswa lain yang mengalami kesulitan pada

permasalahan yang diberikan tadi. Sehingga dengan demikian tujuan

pembelajaran akan tercapai dengan optimal.

B. Identifikasi Masalah

Berdasar latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Banyak siswa yang menganggap bahwa matematika itu membingungkan

dan sulit dipelajari sehingga siswa hanya menghafal materi pelajaran untuk

memenuhi syarat ujian. Hal ini berakibat sering terjadi kekeliruan dalam

pemahaman konsep dan berdampak pada rendahnya prestasi belajar

matematika siswa. Oleh karena itu, perlu diupayakan suatu model

pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai konsep

materi yang dipelajari.

2. Model pembelajaran sangat penting dalam menentukan keberhasilan

proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa tidak lepas dari bagaimana

siswa mengalami proses belajar. Model pembelajaran yang masih sering

digunakan guru adalah model pembelajaran konvensional. Guru sangat

mendominasi dalam pelajaran sedangkan siswa kurang aktif dalam kegiatan

pembelajaran sehingga menyebabkan siswa kurang menguasai konsep materi

pelajaran. Oleh karena itu, apabila model pembelajaran yang digunakan guru

diperbaiki apakah prestasi belajar siswa menjadi lebih baik.

3. Selain dipengaruhi oleh model pembelajaran, keberhasilan proses belajar

mengajar juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu kreativitas belajar siswa.

Kreativitas belajar dapat meliputi kreatif menyampaikan gagasan untuk

memecahkan suatu masalah, saling berbagi pengetahuan dengan teman satu

kelompok dan menggali informasi mengenai materi yang dipelajari. Dengan

kreativitas belajar yang dimiliki akan dapat meningkatkan pemahaman siswa

mengenai materi yang dipelajari. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih lanjut

Page 25: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

6

mengenai kreativitas belajar siswa dengan prestasi belajar yang diperoleh siswa

tersebut.

4. Banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika dan kurang

mengkomunikasikan kesulitan yang dialami dengan teman lainnya sehingga

pemahaman siswa tentang konsep materi kurang optimal. Penggunaan model

pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads

Together” dimungkinkan dapat meningkatkan kerja sama siswa dalam

mengatasi kesulitan materi yang dialami sehingga dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa menjadi lebih baik.

C. Pemilihan Masalah

Berdasar identifikasi masalah, agar permasalahan yang dikaji dapat terarah

dan mendalam, masalah yang dipilih dalam penelitian ini adalah masalah yang

diidentifikasi nomor 2, 3 dan 4 yaitu:

1. Model pembelajaran sangat penting dalam menentukan keberhasilan proses

belajar mengajar. Prestasi belajar siswa tidak lepas dari bagaimana siswa

mengalami proses belajar. Model pembelajaran yang masih sering digunakan

guru adalah model pembelajaran konvensional. Guru sangat mendominasi

dalam pelajaran sedangkan siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran

sehingga menyebabkan siswa kurang menguasai konsep materi pelajaran. Oleh

karena itu, apabila model pembelajaran yang digunakan guru diperbaiki apakah

prestasi belajar siswa menjadi lebih baik.

2. Selain dipengaruhi oleh model pembelajaran, keberhasilan proses belajar

mengajar juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu kreativitas belajar siswa.

Kreativitas belajar dapat meliputi kreatif menyampaikan gagasan untuk

memecahkan suatu masalah, saling berbagi pengetahuan dengan teman satu

kelompok dan menggali informasi mengenai materi yang dipelajari. Dengan

kreativitas belajar yang dimiliki akan dapat meningkatkan pemahaman siswa

mengenai materi yang dipelajari. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih lanjut

mengenai kreativitas belajar siswa dengan prestasi belajar yang diperolehnya.

Page 26: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

7

3. Banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar dan kurang

mengkomunikasikan kesulitan yang dialami dengan teman lainnya sehingga

pemahaman siswa tentang konsep materi kurang optimal. Penggunaan model

pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads

Together” dimungkinkan dapat meningkatkan komunikasi siswa mengenai

kesulitan yang dialami sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

menjadi lebih baik.

D. Pembatasan Masalah

Berdasar identifikasi masalah, agar permasalahan yang dikaji dapat terarah dan

mendalam, masalah dalam penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada model

pembelajaran kooperatif pendekatan struktural “Numbered Heads Together”

untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional untuk kelas

kontrol pada materi Aritmetika Sosial.

2. Kreativitas belajar siswa dalam penelitian ini dibatasi pada kreativitas belajar

matematika yang meliputi megemukakan gagasan untuk memecahkan suatu

masalah, saling berbagi dengan anggota satu kelompok dan menggali informasi

mengenai materi yang dipelajari. Kreativitas siswa dibedakan dalam tiga

kategori yaitu kreativitas tinggi, kreativitas sedang, dan kreativitas rendah.

3. Prestasi belajar matematika siswa dalam penelitian ini dibatasi pada prestasi

belajar siswa yang dicapai setelah proses belajar mengajar pada materi

Aritmetika Sosial.

E. Perumusan Masalah

Berdasar identifikasi masalah dan pembatasan masalah, masalah-masalah dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan

struktural “Numbered Heads Together” dapat menghasilkan prestasi belajar

matematika yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran

konvensional pada materi Aritmetika Sosial?

Page 27: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

8

2. Apakah siswa dengan kreativitas belajar matematika tinggi memperoleh

prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas

belajar matematika sedang dan rendah dan siswa dengan kreativitas belajar

matematika sedang memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih baik

daripada siswa dengan kreativitas belajar matematika rendah pada materi

Aritmetika Sosial?

3. Manakah diantara model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan

struktural “Numbered Heads Together” dan model pembelajaran konvensional

yang dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik pada

materi Aritmetika Sosial jika ditinjau dari kreativitas belajar matematika siswa

tinggi, kreativitas belajar matematika siswa sedang dan kreativitas belajar

matematika siswa rendah.

F. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka tujuan

penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif melalui

pendekatan struktural “Numbered Heads Together” dapat menghasilkan

prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada penggunaan model

pembelajaran konvensional pada materi Aritmetika Sosial.

2. Untuk mengetahui apakah siswa dengan kreativitas belajar matematika tinggi

memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa

dengan kreativitas belajar matematika sedang dan rendah dan siswa dengan

kreativitas belajar matematika sedang memperoleh prestasi belajar matematika

yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas belajar matematika rendah

pada materi Aritmetika Sosial .

3. Untuk mengetahui manakah diantara model pembelajaran kooperatif dengan

pendekatan struktural “Numbered Heads Together” dan model pembelajaran

konvensional yang dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih

baik pada materi Aritmetika Sosial jika ditinjau dari kreativitas belajar

Page 28: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

9

matematika siswa tinggi, kreativitas belajar matematika siswa sedang dan

kreativitas belajar matematika siswa rendah.

G. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para guru, calon guru, dan siswa

pada umumnya. Manfaat yang penulis harapkan sebagai berikut:

1. Memberikan informasi kepada guru atau calon guru matematika tentang

penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural

“Numbered Heads Together” pada materi Aritmetika Sosial untuk

meningkatkan prestasi belajar matemetika siswa.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan sehubungan dengan model pembelajaran yang digunakan dalam

proses belajar mengajar.

3. Sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan bagi penelitian sejenis.

Page 29: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

1

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Prestasi Belajar Matematika

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan diri

seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar belajar dapat ditunjukkan

dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan

tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek

lain yang ada pada individu yang belajar.

Beberapa ahli telah menyusun definisi belajar yang perumusannya

sebagai berikut:

a) Menurut Piaget, belajar adalah perilaku berinteraksi antara individu dengan

lingkungan sehingga terjadi perkembangan intelek individu (Damyati,

1999: 38).

b) Belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan

dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan

ini relatif dan berbekas (Winkel, 1999:53).

c) Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya (Syaiful Bahri, 2002:13).

Dari berbagai definisi tentang belajar di atas, pengertian belajar pada

penelitian ini adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai akibat dari

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.

b. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 895) “Prestasi belajar

adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui

mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes atau angka nilai yan

10

Page 30: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

11

diberikan oleh guru”. Menurut Zainal Arifin (1990: 3) “Prestasi adalah hasil

kemampuan, ketrampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”.

Zainal Arifin (1990: 3) juga menuliskan bahwa prestasi belajar

mempunyai lima fungsi utama, yaitu:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang

telah dikuasai anak didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasatan hasrat ingin tahu.

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi

pendidikan.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan

anak didik).

Dari pengertian-pengertian di atas, pengertian prestasi belajar pada

penelitian ini adalah hasil usaha yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti

proses belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka maupun simbol.

c. Pengertian Matematika

Purwoto (2003: 12) menyatakan bahwa matematika adalah pengetahuan

tentang pola keteraturan pengetahuan tentang unsur yang terorganisasi mulai

dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya

ke dalil.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 723) “Matematika adalah

ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional

yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”.

Di bawah ini diberikan beberapa pengertian tentang matematika, antara

lain:

1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dengan terorganisir

secara sistematik.

2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan

dengan bilangan.

4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah

tentang ruang dan bentuk.

5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.

6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

(Soedjadi, 2000: 11)

Page 31: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

12

Samo (2008) menyatakan bahwa

“Mathematics is known as one of the gate keepers for succes in all fields of

life. It is a common saying that mathematics is mother of all subjects. That’s

why it is considered to be more than subject and is concevied as a key of

solving problem. The first question wich arises in our mind as as a teacher that

why should we teach mathematics to our student? One of the main objectives

of teaching and learning mathematics is to prepare students for practical life.

Students can develop their knowledge, skills, logical and analytical thinking

while learning mathematics and all these can lead them for enhancing their

ciriosity and to develop their ability to solve problem in almost all fields of

life”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, pegertian matematika dalam

penelitian ini adalah cabang ilmu pengetahuan eksak tentang unsur yang

terorganisasi mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke aksioma dan

postulat dan akhirnya ke dalil .

d. Pengertian Prestasi Belajar Matematika

Berdasarkan pengertian prestasi belajar dan matematika yang telah

diuraikan di atas, pengertian prestasi belajar matematika dalam penelitian ini

adalah hasil usaha yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar

matematika yang menghasilkan perubahan pada diri seseorang berupa

penguasaan, ketrampilan baru yang dinyatakan dengan angka atau simbol.

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi

Menurut Muhibbin Syah (2006: 132-139) faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar secara global dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa ) yaitu keadaan atau kondisi

jasmani dan rohani siswa. Faktor ini meliputi dua aspek yaitu:

a) Aspek fisiologis (jasmaniah)

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat

kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi

semangat dan intensitas dalam mengikuti pelajaran.

b) Aspek psikologis (rohaniah)

Yang termasuk dalam faktor-faktor psikologis adalah tingkat kecerdasan

atau intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, motivasi

siswa, kedisiplinan, dan lain-lain.

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yaitu kondisi lingkungan di sekitar

siswa. Faktor ini meliputi dua aspek, yaitu:

a) Faktor lingkungan sosial yang meliputi sekolah, masyarakat, dan

keluarga siswa.

Page 32: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

13

b) Faktor lingkungan non sosial, seperti gedung sekolah dan letaknya,

rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan

cuaca , dan waktu belajar yang diginakan siswa.

3) Faktor pendekatan mengajar (approach to learning) yaitu segala jenis upaya

belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk

melakukan kegiatan pembelajaran dan menyampaikan materi-materi

pelajaran.

Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (1993: 249-253) faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1) Faktor yang berasal dari luar diri siswa

Faktor ini dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

a) Faktor non sosial yang meliputi keadaan udara, cuaca, waktu (pagi,

siang atau malam), gedung sekolah dan letaknya, serta alat-alat belajar.

b) Faktor sosial

Yang dimaksud dengan faktor sosial adalah faktor manusia (sesama

manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun tidak langsung hadir.

2) Faktor yang berasal dari dalam diri siswa

Faktor ini dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

a) Faktor fisiologis

Yang termasuk dalam faktor fisiologis adalah tonus jasmani pada

umumnya dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.

b) Faktor psikologis

Faktor ini meliputi adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia

secara lebih luas, adanya kreativitas siswa dan keinginan untuk selalu

maju serta adanya motivasi siswa.

2. Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Joyce dan Weil (2000) yang dikutip oleh Syaiful Sagala (2007:

176) “Model pembelajaran adalah suatu deskripsi dan lingkungan belajar yang

menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain-desain

pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku kerja, program

multimedia, dan bantuan belajar melalui program komputer”.

Menurut Joyce dan Weil (2000) “Ada empat kategori yang penting

diperhatikan dalam model pembelajaran yakni model informasi, model

personal, model interaksi dan model tingkah laku”.

Menurut Depdiknas (2005: 5) “Model pembelajaran mempunyai empat

ciri khusus yaitu (1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh

penciptanya, (2) tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (3)tingkah laku

Page 33: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

14

mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara

berhasil, dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran

itu dapat tercapai”.

Dari pengertian di atas, pengertian model pembelajaran dalam penelitian

ini adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam

melakukan kegiatan pembelajaran yang mempunyai empat ciri khusus yaitu

(1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, (2) tujuan

pembelajaran yang akan dicapai, (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan

agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan (4)lingkungan

belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

b. Model Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran konvensional sama artinya dengan model

pembelajaran tradisional. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:

529) “Konvensional adalah tradisional”. Dan juga menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2002: 1208) “Tradisional adalah sikap cara berpikir dan

cara bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan

yang ada secara turun-temurun”.

Berdasarkan pengertian di atas, pengertian model pembelajaran

konvensional dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang hanya

berpegang pada adat kebiasaan yang ada dan biasa digunakan sehari-hari.

Dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, model pembelajaran yang biasa

digunakan adalah model pembelajaran dengan metode ceramah.

Menurut Purwoto (2003: 67) “Metode ceramah merupakan metode

mengajar yang paling banyak digunakan guru”. Pengertian metode ceramah

menurut Purwoto (2003: 67) “Metode ceramah adalah suatu cara penyampaian

informasi dengan lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu

ruangan”.

Pada model pembelajaran yang menggunakan metode ceramah, kegiatan

berpusat kepada guru dan komunikasi yang terjadi searah dari guru kepada

siswa. Guru mendominasi seluruh kegiatan, sedang siswa hanya

memperhatikan dan membuat catatan seperlunya. Guru menyampaikan materi

Page 34: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

15

dan memberi contoh soal beserta penyelesaiannya. Kemudian siswa

mengerjakan soal yang langkahnya seperti yang telah dicontohkan oleh guru.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran konvensional dalam

penelitian ini adalah:

1) Guru membuka pelajaran dan mengorganisasikan kelas untuk belajar.

2) Guru mengemukakan pokok-pokok materi yang akan dibahas.

3) Guru memancing pengalaman peserta didik yang sesuai dengan materi

yang akan dipelajarinya.

4) Guru menyampaikan materi pelajaran.

5) Guru memberikan latihan soal untuk dikerjakan siswa di dalam kelas.

6) Guru membahas latihan soal tersebut.

7) Guru melaksanakan penilaian untuk mengukur perubahan tingkah laku

peserta didik.

8) Guru menutup pelajaran dengan mengambil kesimpulan dari semua

pelajaran yang telah diberikan dan memberikan keempatan kepada siswa

untuk menanggapi materi yang telah diberikan.

c. Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Pendekatan Struktural

Untuk membangkitkan keaktifan dan kreativitas belajar siswa dalam

proses belajar mengajar diperlukan pemilihan model pembelajaran yang tepat.

Banyak usaha yang telah dilakukan guru untuk kegiatan pembelajaran yang

mengaktifkan siswa, salah satunya dengan model pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

yang menggunakan teori konstruktivisme. Pandangan konstruktivisme tentang

pembelajaran mengatakan bahwa siswa diberi kesempatan agar menggunakan

strateginya sendiri dalam belajar secara sadar dan guru membimbing siswa ke

tingkat pengetahuan yang lebih baik.

Ide pokok teori pembelajaran konstruktivisme adalah siswa secara aktif

membangun pengetahuan mereka sendiri. Karena siswa merupakan kunci

pembelajaran maka strategi konstruktivisme sering disebut pembelajaran yang

terpusat pada siswa atau Student Centered Instruction.

Page 35: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

16

Menurut Ballantine, J dan Larres P (2007) bahwa ”Student found the

cooperative learning approach beficial in developing their generic skills”.

Di dalam model pembelajaran kooperatif diharapkan siswa saling bekerja

sama satu dengan yang lainnya, berdiskusi, berdebat menilai kemampuan,

pengetahuan dan kekurangan anggota lainnya sampai setiap siswa dalam

kelompok tersebut dapat memastikan bahwa seluruh anggota dalam kelompok

tersebut telah menguasai konsep yang diajarkan.

Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam model

pembelajaran kooperatif yang dikembangkan Spencer Kagan dengan

menekankan pada suatu struktur untuk mengetahui pola interaksi siswa.

Struktur ini mengatur siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil atau

mengedepankan ciri kooperatif daripada penghargaan pribadi. Salah satu

struktur yang telah berhasil dalam meningkatkan kemampuan akademis siswa

adalah “ Numbered Heads Together”.

“Numbered Heads Together” adalah pendekatan yang dikembangkan

oleh Spencer Kagan (1993) dengan melibatkan lebih banyak siswa dalam

mereview mata pelajaran dan memeriksa penguasaan mereka akan materi

pelajaran.

Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan guru sebagai berikut:

1) Penomoran (Numbering)

Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok dengan 3 sampai 5

anggota dan memberi nomor sehimgga masing-masing siswa dalam

kelompok memiliki nomor yang berbeda antara 1 sampai 5.

2) Memberi Pertanyaan (Questioning)

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan ini dapat

bervariasi dalam bentuk pertanyaan yang spesifik ataupun dalam bentuk

pernyataan.

3) Berpikir Bersama (Heads Together)

Siswa berpikir bersama-sama dalam kelompok untuk menemukan

jawabannya dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui

jawaban tersebut.

4) Menjawab Pertanyaan (Answering)

Guru memanggil kelompok tertentu dan siswa dari tiap kelompok yang

memiliki nomor tersebut mengangkat tangannya dan memberikan jawaban

pada seluruh anggota kelas.

(Arends, 2000: 36)

Page 36: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

17

Berdasarkan langkah-langkah di atas peneliti menggunakan

pengembangan sebagai berikut:

a) Guru mengorganisasikan kelas untuk belajar dan mengarahkan siswa

untuk mempersiapkan ringkasan yang telah diberikan pada pertemuan

sebelumnya untuk dipelajari di rumah.

b) Guru mengingatkan siswa pada materi prasyarat dan memberi penjelasan

secara singkat tentang materi yang akan dipelajari siswa.

c) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok dengan 3 sampai 5

anggota dan memberi mereka nomor sehingga masing-masing siswa dalam

kelompok memiliki nomor yang berbeda antara 1 sampai 5.

d) Guru membagikan LKS yang berisi pertanyaan dan mengarahkan siswa

untuk mengerjakan LKS.

e) Siswa berpikir bersama-sama dalam kelompoknya untuk mendiskusikan

dan bekerja sama, saling mermbantu memecahkan pertanyaan yang ada

pada LKS.

f) Guru memanggil nomor tertentu dan siswa dari setiap kelompok yang

memiliki nomor tersebut mengangkat tangannya dan memberikan jawaban

pada seluruh anggota kelas.

g) Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan membimbing siswa untuk

menyimpulkan materi dan memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah.

3. Kreativitas Belajar Siswa

a. Pengertian Kreativitas

Pendapat Seidel yang dikutip oleh Julius Chandra (1994: 15) “Kreativitas

adalah kemampuan untuk menghubungkan dan mengaitkan, kadang-kadang

dengan cara yang ganjil namun mengesankan dan ini merupakan dasar

pendayagunaan kreatif dari daya rohani manusia dalam bidang atau lapangan

manapun”. Sedangkan pendapat Woolfolk (1984) yang dikutip oleh Sri

Suwarsi dkk (2003: 53) “Kreativitas merupakan kemampuan individu untuk

menghasilkan suatu (hasil) yang baru atau asli atas pemecahan suatu

masalah”. Pendapat lain dikemukakan oleh Conny R Semiawan yang dikutip

Page 37: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

18

oleh Reni Akbar Hawadi (2001: 4) “Kreativitas merupakan kemampuan untuk

memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan

masalah”. Utami Munandar (1992: 50) mengemukakan “Kreativitas adalah

kemempuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan

orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi

(mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan”.

Dari beberapa definisi di atas, pengertian kreativitas dalam penelitian ini

adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan

menerapkannya dalam pemecahan masalah.

b. Ciri-ciri Kemampuan Berpikir Kreatif

Menurut Reni Akbar Hawadi (2001: 15) ciri-ciri kemampuan

berpikir kreatif sebagai berikut:

1) Keterampilan berpikir lancar (fluency)

Merupakan kemampuan untuk memproduksi gagasan baru.

2) Keterampilan berpikir luwes (flexibility)

Merupakan kemampuan untuk mengajukan macam-macam gagasan

untuk memecahkan persoalan.

3) Keterampilan berpikir orisinal (orisinality)

Merupakan kemampuan untuk melahirkan gagasan-gagasan baru secara

asli.

4) Keterampilan merinci atau mengelaborasi.

Merupakan kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara rinci.

5) Keterampilan mengevaluasi

Merupakan kemampuan untuk meninjau kembali persoalan melalui cara

yang perspektif dan berbeda dengan yang sudah ada.

Senada dengan ciri-ciri berpikir kreatif tersebut Julius Chandra

(1994:49) mengungkapkan segi-segi mental orang kreatif sebagai berikut:

1) Hasrat untuk mengubah hal-hal yang sebaiknya menjadi lebih baik.

2) Kepekaan bersifat terbuka dan tanggap segala sesuatu.

3) Minat untuk menggali lebih dalam dari yang tampak di permukaan.

4) Rasa ingin tahu dan semangat untuk tidak berhenti mempertanyakan.

5) Mendalam dalam berpikir.

6) Konsentrasi, mampu menekuni suatu permasalahan sehingga mampu

menguasai seluruh bagiannya.

7) Siap mencoba malaksanakan, bersedia mencurahkan tenaga dan waktu

untuk mencari dan mengembangkan.

8) Kesabaran untuk memecahkan permasalahan.

9) Optimisme yang memerlukan antusiasme (kegairahan) dan rasa percaya

diri.

Page 38: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

19

10) Mampu bekerja sama, sanggup berikhtiar secara produktif bersama orang

lain.

Menurut Utami Munandar (1992: 34) ciri-ciri kreativitas sebagai

berikut:

1) Dorongan ingin tahu besar.

2) Sering mengajukan pertanyaan yang baik.

3) Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.

4) Bebas dalam menyatakan pendapat.

5) Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah

terpengaruh orang lain.

6) Daya imajinasi kuat.

7) Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan,

dan sebagainya; dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara

orisinal )

8) Dapat bekerja sendiri.

9) Senang mencoba hal-hal baru.

10) Kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan

(kemampuan elaborasi).

c. Pengertian Kreativitas Belajar Siswa

Berdasarkan definisi kreativitas dan ciri-ciri kreativitas di atas,

pengertian kreativitas belajar matematika siswa dalam penelitian ini adalah

kemampuan siswa untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan

menerapkannya dalam pemecahan masalah yang meliputi gagasan untuk

memecahkan suatu masalah, saling berbagi pengetahuan dengan teman satu

kelompok dan menggali informasi mengenai materi yang dipelajari.

4. Aritmetika Sosial

a. Harga Pembelian, Harga Penjualan, Untung, dan Rugi

Dalam kegiatan perdagangan terdapat penjual barang dan pembelinya.

Penjual menyerahkan barang kepada pembeli, sedangkan pembeli

menyerahakan uang sebagai pengganti barang yang diterimanya.

Untuk memperoleh barang-barang yang akan dijual, pembeli membeli

dari pabrik, grosir, atau tempat lainnya. Harga barang dari pabrik, grosir, atau

tempat lainnya disebut disebut harga pembelian atau modal. Sedangkan uang

yang diterima oleh pedagang dari hasil penjualan barang itu disebut harga

penjualan. Dengan demikian, kegiatan perdagangan selalu berkaitan dengan

harga pembelian atau modal yang menjadi dasar perhitungan.

Page 39: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

20

Dalam perdagangan terdapat dua kemungkinan yang akan dialami oleh

pedagang, yaitu:

1) Pedagang itu akan mendapat untung, atau

2) Pedagang itu akan mengalami rugi

Penjual dikatakan untung jika harga penjualan lebih tinggi daripada harga

pembelian.

Untung = harga penjualan – harga pembelian

Penjual dikatakan mengalami rugi jika harga penjualan lebih rendah

daripada harga pembelian.

Rugi = harga pembelian – harga penjualan

b. Persentase Untung dan Rugi

Dalam perdagangan, untung atau rugi sering kali dinyatakan dengan

persen. Misalkan Pak Heru memperoleh untung 10%.

Persentase untung =pembelianah

untung

arg 100%

Persentase rugi =pembelianah

rugi

arg 100%

Menentukan harga pembelian dan herga penjualan berdasarkan

persentase untung atau rugi yang diketahui.

Harga Penjualan = Harga Pembelian + Persentase Untung Harga

Pembelian

Harga Penjualan = Harga Pembelian – Persentase Untung Harga

Pembelian

c. Rabat (Diskon), Bruto, Tara, dan Neto

Rabat

Rabat artinya potongan harga atau lebih dikenal dengan istilah diskon.

Diskon biasanya diberikan oleh suatu toko atau grosir tertentu untuk menarik

pembeli karena harga barang yang dijual terkesan lebih murah. Misalnya ada

sebuah toko kain yang melakukan obral dengan diskon 10% sampai 30%.

Page 40: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

21

Harga Bersih = Harga Kotor – Diskon

Harga Bersih adalah harga jual setelah dipotong diskon

Harga kotor adalah harga jual sebelum dipotong diskon

Bruto, Tara, dan Neto

Bruto adalah berat kotor atau berat kemasan beserta isinya.

Neto adalah berat bersih atau berat isi tanpa kemasan.

Tara adalah berat kemasan.

Neto = Bruto – Tara

Jika diketahui persen tara dan bruto, maka untuk mencari tara menggunakan

rumus:

Tara = Persen Tara Bruto

Untuk setiap pembelian yang mendapatkan potongan berat (tara) dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Harga Bersih = Neto Harga per Satuan Berat

d. Bunga Tabungan dan Pajak

Bunga Tabungan

Jika menyimpan uang di bank, maka uang tersebut akan bertambah

karena mendapat bunga. Jenis bunga tabungan yng akan dipelajari adalah

bunga tunggal, artinya yang mendapat bunga hanya modalnya saja,

sedangkan bunganya tidak akan berbunga lagi. Bunga tabungan basanya

dihitung dalam persen yang berlaku untuk jangka waktu satu tahun. Bunga

15% per tahun artinya tabungan akan mendpat bunga 15% jika telah disimpan

di bank selam satu tahun.

Bunga 1 tahun = persen bunga x modal

Bunga b bulan = 12

b persen bunga modal

= 12

b bunga 1 tahun

Page 41: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

22

Pajak

Pajak merupakan suatu kewajiban dari warga negara untuk menyerahkan

sebagian kekayaan kepada Negara menurut peraturan-peraturan yang

ditetapkan oleh pemerintah, tetapi tanpa mendapat jasa balik dari Negara

secara langsung. Hasil dari pajak digunakan untuk kesejahteraan umum.

Pegawai tetap dari perusahaan swasta atau pegawai negeri dikenakan

pajak dari penghasilan kena pajak yang disebut Pajak Penghasilan (PPh).

Harga barang di grosir, toko swalayan, dealer atau tempat lainnya

harganya ditambah dengan pajak yang disebut dengan Pajak Pertambahan

Nilai (PPN).

PPh = persen PPh penghasilan1 tahun

PPN = persen PPN harga barang

(M. Cholik Adinawan, 2006: 149)

B. Kerangka Berpikir

Keberhasilan proses belajar dalam mencapai tujuan pengajaran dapat

dilihat dari prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa menunjukkan taraf belajar

siswa dalam menguasai materi pelajaran. Banyak faktor yang mempengaruhi

keberhasilan proses belajar mengajar, diantaranya adalah model pembelajaran dan

kreativitas belajar siswa.

1. Penggunaan model pembelajaran cukup besar pengaruhnya untuk

mendapatkan prestasi belajar siswa yang optimal. Model pembelajaran sangat

bervariasi dan setiap model mempunyai kelebihan atau kekurangan. Pemilihan

model pembelajaran yang tidak tepat akan menghambat proses belajar

mengajar. Oleh karenanya, guru harus dapat memilih dan menggunakan model

pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran agar tujuan pembelajaran

tercapai. Model pembelajaran yang selama ini sering digunakan adalah model

pembelajaran konvensional dimana siswa hanya duduk diam ketika guru

mengajar. Guru sangat mendominasi dalam proses pembelajaran sedangkan

siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Dengan proses belajar yang

seperti ini siswa tidak mempunyai pengalaman sendiri untuk lebih menguasai

Page 42: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

23

konsep materi. Salah satu materi pelajaran matematika untuk siswa SMP kelas

VII semester I adalah Aritmetika Sosial. Untuk mempelajari materi Aritmetika

Sosial tidak cukup dilakukan dengan mendengar atau menghafal saja,

melainkan dibutuhkan penguasaan konsep dan berlatih memecahkan masalah

yang berkaitan dengan materi tersebut. Pada materi Aritmetika Sosial ini siswa

mengalami kesulitan untuk mengerjakan soal cerita dan tidak mampu

menghubungkan soal dengan teori yang ada. Banyak hal yang menyebabkan

siswa mengalami kesulitan mempelajari materi ini misalnya siswa kurang

menguasai materi prasyaratnya, siswa kurang menguasai konsep materi, siswa

tidak ikut aktif dalam proses pembelajaran dan terkadang siswa hanya

mengorganisir sendiri apa yang diperolehnya tanpa mengkomunikasikannya

dengan siswa lain karena guru menggunakan model pembelajaran

konvensional. Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang

dapat meningkatkan kemampuan individual siswa dan dapat mengarahkan

siswa untuk bekerjasama. Melalui model pembelajaran kooperatif dengan

pendekatan struktural “Numbered Heads Together” diharapkan siswa dapat

menggali kemampuannya sendiri dan diarahkan untuk bekerjasama serta

saling membantu dalam memecahkan masalah dengan diskusi kelompok. Jika

terdapat kesulitan pemahaman materi yang tidak dapat dipecahkan secara

kelompok dapat didiskusikan bersama-sama dengan bimbingan guru.

Sehingga dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan

pendekatan struktural “Numbered Heads Together” dalam proses belajar

mengajar diduga dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih

baik daripada model pembelajaran konvensional.

2. Dalam proses pembelajaran, kreativitas belajar siswa memegang peranan

cukup penting dalam memahami materi Aritmetika Sosial. Kreativitas belajar

yang dimakud adalah kreatif untuk mengemukakan gagasan dalam

menyelesaikan permasalahan, menggali informasi mengenai materi yang

dipelajari dan saling berbagi pengetahuan dengan teman satu kelompok. Siswa

dengan kreativitas belajar tinggi akan lebih antusias dan bersungguh-sungguh

dalam belajar matematika. Siswa dengan kreativitas belajar tinggi akan lebih

Page 43: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

24

cepat memahami materi karena mereka terbiasa untuk mengerjakan latihan

soal, mengemukakan gagasan ketika menghadapi suatu permasalahan dan

mencari buku referensi lain yang berkaitan dengan materi Aritmetika Sosial.

Sedangkan siswa dengan kreativitas belajar sedang dan rendah kurang antusias

dalam proses belajar dan hanya mengandalkan guru sebagai sumber belajar

sehingga kurang dapat memahami materi secara optimal. Oleh karena itu,

siswa dengan kreativitas belajar tinggi akan memperoleh prestasi belajar

matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas belajar

matematika sedang dan rendah dan siswa dengan kreativitas belajar sedang

akan memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa

dengan kreativitas belajar matematika rendah pada materi Aritmetika Sosial.

3. Berbeda dengan model pembelajaran konvensional yang kurang mengaktifkan

siswa dalam proses pembelajaran, penggunaan model pembelajaran kooperatif

dengan pendekatan struktural “Numbered Heads Together” menitikberatkan

pada keaktifan dan kreativitas belajar siswa. Dalam model pembelajaran

kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads Together”

mengarahkan siswa untuk berbagi dengan temannya mengenai konsep materi

ataupun mengenai permasalahan yang diberikan oleh guru. Hal ini dapat

membantu siswa yang belum paham dan bagi siswa yang berbagi dapat lebih

memperdalam materi yang dipelajari. Siswa dengan kreativitas belajar tinggi

dapat memahami materi secara optimal karena mereka terbiasa untuk

mengerjakan latihan soal, mengemukakan gagasan ketika menghadapi suatu

permasalahan dan mencari buku referensi lain yang berkaitan dengan materi.

Oleh karena itu, siswa dengan kreativitas belajar matematika tinggi akan

memperoleh prestasi belajar yang sama baik jika diberi model pembelajaran

kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads Together” maupun

model pembelajaran konvensional. Sedangkan siswa dengan kreativitas

belajar matematika sedang dan rendah yang belum memahami materi yang

dipelajari dapat bekerjasama dengan siswa yang telah paham dalam

kelompoknya sehingga dapat meningkatkan pemahaman mereka mengenai

materi yang dipelajari. Oleh karena itu, siswa dengan kreativitas belajar

Page 44: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

25

matematika sedang dan rendah memperoleh prestasi belajar matematika yang

lebih baik jika diberi model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan

struktural “Numbered Heads Together” dibandingkan dengan model

pembelajaran konvensional.

C. Perumusan Hipotesis

Berdasar pada kerangka berpikir dan tinjauan pustaka yang telah

diuraikan maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural

“Numbered Heads Together” dapat menghasilkan prestasi belajar matematika

yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran konvensional pada

materi Aritmetika Sosial.

2. Siswa dengan kreativitas belajar matematika tinggi memperoleh prestasi

belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas belajar

matematika sedang dan rendah dan siswa dengan kreativitas belajar

matematika sedang akan memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih

baik daripada siswa dengan kreativitas belajar matematika rendah pada materi

Aritmetika Sosial.

3. Siswa dengan kreativitas belajar tinggi akan memperoleh prestasi belajar yang

sama baik jika diberi model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan

struktural “Numbered Heads Together” maupun model pembelajaran

konvensional. Sedangkan siswa dengan kreativitas belajar sedang dan rendah

memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih baik jika diberi model

pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads

Together” dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

Page 45: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

11

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Banyudono

pada kelas VII semester I tahun pelajaran 2008/2009.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap dari bulan Oktober sampai bulan

Desember 2008. Adapun tahap-tahap yang akan penulis laksanakan adalah:

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan dilaksanakan pada bulan Juni-September 2008.

Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan antara lain:

1) Mengumpulkan data mengenai pemasalahan yang akan diteliti dengan

mengadakan wawancara dengan guru di sekolah SMP Negeri 1

Banyudono mengenai kesulitan dalam mempelajari materi dan beberapa

hal yang berkaitan dengan pembelajaran pada materi tersebut.

2) Pengajuan proposal

3) Penyusunan instrumen penelitian yaitu tes prestasi belajar dan angket yang

kemudian divalidasi oleh dua orang validator yaitu guru SMP Negeri 1

Banyudono dan dosen. Tujuan dari validasi ini adalah untuk mengetahui

validasi isi dari instrumen tersebut.

4) Pemohonan ijin penelitian di SMP Negeri 1 Banyudono.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan ini dilaksanakan dari 17 November-2 Desember 2008.

Pada tahap ini penulis melakukan penelitian yaitu:

1) Pengujian kondisi awal dari kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk

mengetahui apakah kelas kontrol dan kelas eksperimen dalam keadaan

seimbang.

2) Pengajaran di kelas kontrol dan kelas eksperimen di SMP Negeri 1

Banyudono.

26

Page 46: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

27

3) Uji coba instrumen pada sekolah yang mempunyai kondisi yang sama atau

hampir sama dengan subjek yang akan dikenai penelitian. Uji coba

instrumen dilaksanakan di SMP Negeri 1 Teras pada tanggal 13 dan 14

November 2008.

4) Penghitungan konsistensi internal tiap butir soal pada angket dan tes

prestasi belajar dan reliabilitasnya dari hasil uji coba di SMP Negeri 1

Teras. Hal ini dilakukan untuk menentukan butir soal yang memenuhi

syarat instrumen.

5) Pelaksanaan tes di SMP Negeri 1 Banyudono pada kelas kontrol dan kelas

ekperimen. Tes prestasi belajar dilaksanakan pada tanggal 1 Desember

2008 dan tes angket dilaksanakan pada tanggal 24 November 2008.

c. Tahap Penyelesaian

Pada tahap ini penulis mulai dengan penyusun laporan dan mengolah

data yang diperoleh dari hasil penelitian. Tahap ini dilaksanakan pada bulan

Januari 2009.

B. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu karena peneliti

tidak mungkin melakukan kontrol atau manipulasi pada semua variabel yang

relevan kecuali beberapa dari variabel yang diteliti. Hal ini sesuai dengan

pendapat Budiyono (2003: 82) bahwa tujuan penelitian eksperimental semu

adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi

yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang

tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasikan semua variabel

yang relevan.

Manipulasi variabel dalam penelitian ini dilakukan pada variabel bebas

yaitu model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered

Heads Together” pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional

pada kelas kontrol. Untuk variabel bebas yang lain yaitu kreativitas belajar siswa

dijadikan sebagai variabel yang ikut mempengaruhi variabel terikat.

Page 47: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

28

2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial sederhana 2 3, untuk

mengetahui pengaruh dua variabel bebas terhadap variabel terikat.

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Model Pembelajaran (A) Kreativitas belajar (B )

Tinggi

(b1)

Sedang

(b2)

Rendah

(b3)

Model pembelajaran kooperatif

dengan pendekatan struktural

“NHT” (a1)

ab11 ab12 ab13

Model pembelajaran

konvensional (a2)

ab21 ab22 ab23

Keterangan:

ab11: sekelompok siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif dengan

pendekatan struktural “Numbered Heads Together” dengan kategori

kreativitas belajar tinggi

ab12: sekelompok siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif dengan

pendekatan struktural “Numbered Heads Together” dengan kategori

kreativitas belajar sedang

ab13: sekelompok siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif dengan

pendekatan struktural “Numbered Heads Together” dengan kategori

kreativitas belajar rendah

ab21: sekelompok siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional dengan

kategori kreativitas belajar tinggi

ab22: sekelompok siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional dengan

kategori kreativitas belajar sedang

ab23: sekelompok siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional dengan

kategori kreativitas belajar rendah

Page 48: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

29

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1.Populasi

Suharsimi Arikunto (1998: 115) mengemukakan bahwa “Populasi

adalah keseluruhan obyek peneliti“. Dalam penelitian ini populasinya adalah

siswa kelas VII SMP N 1 Banyudono tahun pelajaran 2008/2009 dengan jumlah

siswa 240 siswa yang terdiri dari 6 kelas, yaitu dari kelas VII-A, VII-B, VII-C,

VII-D, VII-E, dan VII-F.

2. Sampel

Dalam penelitian ini sampel diambil dua kelas dari enam kelas yang ada

di SMP N 1 Banyudono, diharapkan bahwa hasil yang diperoleh sudah dapat

menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Hal ini disebabkan di samping

memerlukan biaya yang besar, juga membutuhkan waktu yang lama. Sebagian

populasi yang diambil untuk diteliti tersebut dinamakan sampel. Suharsimi

Arikunto (1998: 117) menyatakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti. Hasil penelitian terhadap sampel ini akan digunakan untuk

melakukan generalisasi terhadap seluruh populasi yang ada.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik cluster

random sampling. Dalam hal ini setiap kelas pada kelas VII SMP N 1 Banyudono

merupakan sub populasi atau cluster.

Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak dua kelas, yaitu

kelas VII-B sebagai kelas eksperimen dan VII-D sebagai kelas kontrol. Jumlah

siswa kelas VII-B adalah 40 siswa dan jumlah siswa kelas VII-D adalah 41 siswa.

Pengambilan dua kelas dilakukan secara acak dengan kemampuan siswa

yang seimbang. Untuk mengetahui bahwa keadaan kelas seimbang dengan

dilakukan uji keseimbangan.

Page 49: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

30

D. Teknik pengambilan Data

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat.

a. Variabel bebas :

1). Model pembelajaran

a). Definisi operasional: Model pembelajaran yaitu kerangka konseptual

yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan

pembelajaran yang mempunyai empat ciri khusus yaitu (1) rasional

teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, (2) tujuan

pembelajaran yang akan dicapai, (3) tingkah laku mengajar yang

diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan

(4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu

dapat tercapai, dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran

kooperatif melalui pendekatan struktural ”Numbered Heads Together”

pada materi Aritmetika Sosial.

b). Skala Pengukuran: skala nominal.

c). Indikator:

(1). Kelompok eksperimen diberikan model pembelajaran dengan

pendekatan struktural ”Numbered Heads Together”.

(2). Kelompok kontrol diberikan model pembelajaran konvensional.

2). Kreativitas belajar

a). Definisi operasional: kreativitas belajar adalah kemampuan siswa

untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam

pemecahan masalah yang ada dalam kegiatan belajar. Kreativitas

belajar siswa meliputi gagasan untuk memecahkan suatu masalah,

saling berbagi pengetahuan dengan teman satu kelompok dan

menggali informasi mengenai materi yang dipelajari. Untuk

mengetahui kreativitas belajar siswa dalam belajar pada materi

Aritmetika Sosial, baik di sekolah maupun di rumah yang diambil

menggunakan angket kreativitas belajar yang memuat pertanyaan

mengenai kegiatan menyampaikan gagasan dalam pemecahan suatu

Page 50: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

31

masalah, berdiskusi dengan teman satu kelompok, mengerjakan soal

latihan di sekolah dan tugas di rumah.

b) Skala pengukuran : skala interval yang diubah ke dalam skala ordinal,

yang terdiri dari tiga kategori, yaitu:

1. kreativitas belajar tinggi, jika skor X X +2

1 s

2. kreativitas belajar sedang, jika X 2

1 s skor X X +

2

1s

3. kreativitas belajar rendah, jika skor X X 2

1 s

c) Indikator: skor angket kreativitas belajar matematika siswa.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar matematika:

Definisi operasional: prestasi belajar matematika adalah prestasi belajar

matematika adalah hasil usaha yang telah dicapai siswa setelah mengikuti

proses belajar matematika dalam periode tertentu yang ditunjukkan oleh nilai

matematika dari siswa pada materi Aritmetika Sosial.

(1) Skala pengukuran: skala interval.

(2) Indikator: nilai tes prestasi belajar matematika pada materi Aritmetika

Sosial.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

ada tiga macam yaitu metode dokumentasi, metode angket, dan metode tes.

a. Metode dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 234) “Metode dokumentasi yaitu

mencari data mengenai hal hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,

buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan

sebagainya”. Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk

mengumpulkan data adalah nilai UTS mata pelajaran matematika kelas VII

semester I tahun ajaran 2008/2009. Data yang diperoleh digunakan untuk

Page 51: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

32

menguji keseimbangan rataan kemampuan awal kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol.

b. Metode tes

Pada penelitian ini bentuk tes yang digunakan adalah soal pilihan ganda

yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang prestasi belajar

matematika siswa kelas VII semester ke-1. Suharsimi Arikunto (2002: 127)

berpendapat bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain

yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelejensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Tes yang dibuat

dalam penelitian ini berisi tentang materi Aritmetika Sosial.

c. Metode angket

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:128), “Angket atau kuesioner adalah

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal hal lain yang ia

ketahui”.

Angket dalam penelitian ini memuat pertanyaan-pertanyaan (item)

tentang kreativitas belajar matematika siswa yang berupa soal pilihan ganda

dengan empat alternatif jawaban. Item dalam angket ini berupa item positif dan

item negatif. Item positif adalah pertanyaan yang mengarah kepada hal-hal

positif sedangkan item negatif adalah pertanyaan yang mengarah kepada hal-hal

negatif.

Pemberian skor untuk item positif :

Skor 4 untuk alternatif jawaban Selalu

Skor 3 untuk alternatif jawaban Sering

Skor 2 untuk alternatif jawaban Jarang

Skor 1 untuk alternatif jawaban Tidak pernah

Pemberian skor untuk item negatif :

Skor 1 untuk alternatif jawaban Selalu

Skor 2 untuk alternatif jawaban Sering

Skor 3 untuk alternatif jawaban Jarang

Skor 4 untuk alternatif jawaban Tidak pernah

Page 52: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

33

Langkah-langkah dalam penyusunan angket:

1). Menentukan indikator.

2). Menyusun kisi-kisi pembuatan instrumen.

3). Menjabarkan indikator-indikator ke dalam item-item angket.

4). Melakukan validasi isi.

5). Melakukan uji coba.

3. Instrumen Penelitian

Suharsimi Arikunto (1998: 155) menyatakan bahwa prosedur

pengembangan instrumen dalam penelitian sebagai berikut:

a. Perencanaan

1) Tujuan dilakukan tes adalah untuk mengetahui penguasaan peserta didik

dalam materi Aritmetika Sosial dan tujuan digunakan angket adalah untuk

mengetahui tingkat kreativitas belajar siswa.

2) Pembuatan tabel spesifikasi atau kisi-kisi

Menurut Jahja Umar (1996: 13) “Kisi-kisi tes adalah deskripsi

mengenai ruang lingkup dan isi dari apa yang akan diujikan, serta

memberikan perincian mengenai soal-soal yang diperlukan oleh tes

tersebut.

Kisi-kisi umumnya ditampilkan dalam bentuk matriks yang

menunjukkan proporsi dan jumlah angka mutlak dari setiap aspek butir

soal yang membentuk suatu instrumen.

Kisi-kisi suatu tes mengandung komponen-komponen:

a). Pokok/Sub Pokok Bahasan yang diuji

b). Kemampuan yang diuji (aspek ranah kognitif)

c). Standar Kompetensi

d). Kompetensi Dasar

e). Materi

f). Indikator

Page 53: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

34

Kisi-kisi suatu angket mengandung komponen-komponen:

a). Aspek yang diuji

b). Indikator

c). Pertanyaan (item) positif

d). Pertanyaan (item) negatif

b. Penulisan butir soal

Penulisan butir soal merupakan salah satu langkah penting untuk dapat

menghasilkan instrumen yang baik. Penulisan butir soal adalah penjabaran

indikator, jenis dan tingkat perilaku yang hendak diukur menjadi pertanyaan-

pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perinciannya dalam kisi-kisi.

Mutu setiap butir soal akan menentukan instrumen secara keseluruhan.

c. Penyuntingan

Penyuntingan instrumen adalah melengkapi instrumen dengan

pedoman mengerjakan, surat pengantar, kunci jawaban, dan lain-lain yang

perlu. Suatu instrumen terdiri dari beberapa butir soal.

Dalam menyusun butir tes sehingga menjadi suatu perangkat tes

haruslah mempertimbangkan beberapa hal yang memungkinkan peserta tes

dapat mengerahkan kemampuan terbaiknya dalam mengerjakan tes tersebut.

Ini berarti bahwa pertimbangan utama dalam penyuntingan tes adalah peserta

tes.

Asmawi Zainul dan Noehi Nasoetion (1995: 116) menyatakan bahwa

hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyuntingan instrumen sebagai

berikut:

1) Tes bentuk objektif sebaiknya tidak dilaksanakan secara lisan.

2) Butir tes disusun mulai dari pokok bahasan yang paling awal ke pokok

bahasan yang paling akhir.

3) Tingkat kesukaran dimulai dari yang termudah meningkat terus sampai

kepada yang sukar, dalam arti bahwa butir soal yang mudah diletakkan

pada awal naskah sedangkan butir soal yang sukar diletakkan pada akhir

naskah.

4) Butir tes yang setipe hendaknya dikelompokkan dalam satu kelompok.

Page 54: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

35

5) Petunjuk pengerjaan tes harus ditulis secara jelas.

6) Penyusunan butir tes hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga tidak

menimbulkan kesan berdesak-desak.

7) Butir tes disusun sedemikian hingga stem dan seluruh optionnya terletak

dalam satu halaman yang sama.

8) Menghindari peletakan kunci jawaban dalam suatu pola tertentu.

d. Uji coba

Uji coba instrumen pada prinsipnya adalah upaya untuk mendapatkan

informasi mengenai sejauh mana sebuah soal dapat mengukur apa yang

hendak diukur. Tujuan uji coba ini adalah untuk mengetahui apakah instrumen

yang telah disusun memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik, yaitu

validitas, konsistensi internal dan reliabilitas.

Cara untuk mengetahui bahwa instrumen yang dibuat memenuhi

syarat- syarat tersebut adalah:

1) Metode Tes

a) Uji Validitas Isi

Pada penelitian ini uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas

isi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji validitas isi

adalah: membuat kisi-kisi butir tes, menyusun soal-soal butir tes,

kemudian menelaah butir tes. Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa

untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas yang tinggi,

yang biasanya dilakukan adalah melalui expert judgement (penilaian

yang dilakukan oleh para pakar). Langkah berikutnya, para penilai

menilai apakah masing-masing butir tes yang telah disusun cocok atau

relevan dengan kisi- kisi yang ditentukan.

Lebih lanjut lagi tentang langkah-langkah memvalidasi isi butir

soal menurut Budiyono (2003: 59) adalah penilai menilai apakah kisi-

kisi yang dibuat oleh pengembang tes telah menunjukkan bahwa

klasifikasi kisi-kisi telah mewakili isi (substansi) yang akan diukur.

Page 55: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

36

Dalam penelitian ini validitas isi dilakukan oleh para pakar yaitu

seorang guru matematika SMP Negeri 1 Banyudono dan seorang guru

matematika SMP Negeri 1 Teras.

Kriteria penelaahan dalam validasi isi meliputi:

a). Segi materi

(1). Soal sesuai dengan indikator.

(2). Pengecoh sudah berfungsi.

(3). Hanya ada satu kunci jawaban yang paling tepat.

b). Segi konstruksi

(1). Butir soal dirumuskan dengan singkat, jelas dan tegas.

(2). Batasan dalam soal dapat digunakan untuk menjawab soal.

c). Segi bahasa

(1). Soal menggunakan bahasa sesuai dengan kaidah bahasa

Indonesia.

(2). Soal menggunakan bahasa yang komunikatif.

(Jahja Umar, 1996: 23)

b) Konsistensi Internal

Budiyono (2003: 65) menyatakan bahwa konsistensi internal

masing-masing butir dilihat dari skor-skor butir tersebut dengan skor

totalnya. Indeks konsistensi internal sering disebut daya pembeda.

Untuk instrumen yang berupa tes prestasi belajar, maka butir yang

indeks konsistensi internalnya tinggi dapat membedakan antara siswa

yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Untuk mengetahui

konsistensi internal setiap butir ke-i digunakan rumus korelasi momen

produk dari Karl Pearson sebagai berikut :

Page 56: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

37

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan:

xyr : indeks daya pembeda untuk butir ke-i

n : banyaknya subjek yang dikenai tes

X : skor untuk butir ke–i

Y : total skor dari subjek

dalam penelitian ini butir soal tes prestasi dikatakan mempunyai

konsistensi internal yang baik jika xyr 0.3

(Budiyono, 2003 : 65)

c) Tingkat Kesukaran

Menurut Asmawi Zainul dan Noehi Nasoetion (1994: 157)

menyatakan bahwa tingkat kesukaran butir soal ialah proporsi peserta

tes menjawab benar terhadap butir soal tersebut. Tingkat kesukaran butir

soal tidak menunjukkan bahwa butir soal tersebut baik atau tidak baik

namun hanya menunjukkan bahwa butir soal tersebut sukar atau mudah

untuk kelompok peserta tes tertentu. Rumus untuk menghitung tingkat

kesukaran adalah sebagai berikut:

tespesertajumlah

benarmenjawabyangpesertajumlahp

Dengan p = tingkat kesukaran butir soal

Sedangkan tingkat kesukaran perangkat soal dapat dirumuskan

sebagai berikut:

N

bp nnaskahujia

dengan p = tingkat kesukaran naskah soal

b = jumlah tingkat kesukaran butir soal

N = jumlah butir soal

Page 57: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

38

Tingkat kesukaran butir soal dan perangkat soal dapat dibagi

menjadi 3 kelompok yaitu:

0.00-0.25 Sukar

0.26-0.75 sedang

0.76-1.00 mudah

d) Uji Reliabilitas

Instrumen dikatakan reliabel jika dapat memberikan hasil yang

sama jika digunakan untuk mengukur hal yang sama pada waktu dan

tempat yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiyono

(2003:65) yang menyatakan “Suatu instrumen disebut reliabel apabila

hasil pengukuran dengan alat tersebut adalah sama atau hampir sama

jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama

pada waktu yang berlainan dengan kondisi yang sama pada waktu yang

sama”.

Pada penelitian ini tes prestasi belajar yang digunakan adalah tes

obyektif, dengan setiap jawaban benar diberi skor 1 dan setiap jawaban

salah diberi skor 0. Sehingga untuk menghitung indeks reliabilitas tes ini

digunakan rumus dari Kuder-Richardson (KR–20) sebagai berikut :

2

2

111

t

iit

s

qps

n

nr

Keterangan:

11r : indeks reliabilitas instrumen

n : banyaknya instrumen

ip : proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar pada butir ke-i

iq : 1–pi

2

ts :variansi total

dalam penelitian ini suatu instrumen dikatakan reliabel jika 11r 0.70

(Budiyono, 2003 : 69)

Page 58: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

39

2) Metode Angket

a) Uji Validitas Isi

Pada penelitian ini uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas

isi, langkah-langkah yang dilakukan dalam uji validitas angket adalah :

membuat kisi-kisi angket, menyusun soal-soal angket, kemudian

menelaah angket, Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa untuk

menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas yang tinggi, yang

biasanya dilakukan adalah melalui expert judgement (penilaian yang

dilakukan oleh para pakar). Penelaahan dilakukan oleh pakar atau

validator yaitu seorang guru matematika SMP Negeri 1 Banyudono dan

seorang guru matematika SMP Negeri 1 Teras. Langkah berikutnya,

para penilai menilai apakah masing-masing butir tes yang telah disusun

cocok atau relevan dengan kisi- kisi yang ditentukan.

Kriteria penelaahan untuk validasi isi sebagai berikut:

1) Pertanyaan sesuai dengan indikator.

2) Batasan dalam pertanyaan sudah relevan dengan pilihan jawaban.

3) Pertanyaan menggunakan bahasa sesuai dengan kaidah bahasa

Indonesia.

(Suharsimi Arikunto, 2002: 143)

b) Uji Konsistensi Internal

Konsistensi internal masing masing butir dilihat dari korelasi

antara skor butir butir tersebut dengan skor totalnya.

Untuk menghitung konsistensi internal butir, digunakan rumus

korelasi momen produk dari Karl Pearson sebagai berikut:

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

Page 59: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

40

Keterangan:

xyr : indeks konsistensi internal untuk butir ke-i

n : banyaknya subjek yang dikenai tes

X : skor untuk butir ke–i

Y : total skor dari subjek

Dalam penelitian ini butir angket dikatakan konsisten jika 11r 0.3

(Budiyono, 2003: 65)

c) Uji Reliabilitas

Pada penelitian ini, untuk uji reliabilitas angket digunakan rumus

Alpha, sebab skor butir angket bukan 1 dan 0. Hal ini sesuai dengan

pendapat Suharsimi Arikunto (1998:192) yang menyatakan bahwa

“Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang

skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian”.

Adapun rumus Alpha yang dimaksud adalah sebagai berikut :

2

2

11

11

t

i

s

s

n

nr

Keterangan:

11r : indeks reliabilitas instrumen

n : banyaknya butir instrumen 2

is : variansi butir ke-i, i = 1, 2, 3, 4,...,n

2

ts : variansi skor skor yang diperoleh subyek uji coba

dalam penelitian ini suatu instrumen dikatakan reliabel jika 11r 0.70

(Budiyono, 2003: 70)

Page 60: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

41

E. Teknik Analisis Data

1. Uji Keseimbangan

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kondisi awal kedua kelompok

(kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) dalam keadaan seimbang atau

tidak, sebelum kelompok eksperimen mendapat perlakuan. Data yang digunakan

sebagai uji keseimbangan adalah data nilai UTS siswa pada semester satu kelas

VII tahun ajaran 2008/2009 yang tesnya dilaksanakan pada bulan September

2008. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rataan yang

berarti atau tidak dari kedua sampel penelitian. Statistik uji yang digunakan adalah

uji-t dengan langkah-langkah uji adalah sebagai berikut :

a. Menentukan hipotesis

0 1 2:H (kedua populasi seimbang)

1 1 2:H (kedua populasi tidak seimbang)

b. Tingkat signifikansi : 0,05

c. Statistik uji

)2(~11

)(21

21

21

nnt

nns

XXt

p

2 22 1 1 2 2

1 2

( 1) ( 1)

2p

n s n ss

n n

keterangan :

t : harga statistik yang diuji )2(~ 21 nntt

1X : rata-rata nilai UTS kelas VII semester 1 kelas eksperimen

2X : rata-rata nilai UTS kelas VII semester 1 kelas kontrol

2

1s : variansi dari kelas eksperimen

2

2s : variansi dari kelas control

Page 61: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

42

1n : cacah anggota kelas eksperimen

2n : cacah anggota kelas kontrol

2

ps : variansi gabungan

ps : deviasi baku gabungan

d. Daerah kritik : DK = {2

| ttt atau 2

tt }.

e. Keputusan uji : jika t DK, H0 ditolak

f. Kesimpulan

1) Jika H0 tidak ditolak maka kedua populasi seimbang.

2) Jika H0 ditolak maka kedua populasi tidak seimbang .

(Budiyono, 2004 : 156-158)

2.Prasyarat Analisis

Sebelum uji anava dilakukan harus dilakukan uji prasyarat analisis yaitu :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil

berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pada penelitian ini, untuk uji

normalitas digunakan metode Lilliefors. Prosedur ujinya adalah sebagai berikut

1) Hipotesis

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

2) Tingkat signifikansi : = 0,05

3) Statistik uji

L = Maks |)()(| ii zSzF

Keterangan :

)()( ii zZPzF

)1,0(~ NZ

)( izS : proporsi cacah izz terhadap seluruh cacah iz

iz = s

XX i ;

Page 62: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

43

s : standar deviasi sampel;

X : rataan sampel

4) Daerah kritik

DK = {LL nL ; } dengan n adalah ukuran sampel

Untuk beberapa dan n, nilai nL ; dapat dilihat pada tabel nilai kritik uji

Lilliefors.

5) Keputusan uji

H0 ditolak jika L DK atau Ho diterima jika L DK

6) Kesimpulan berdasarkan keputusan uji yang diperoleh

(Budiyono, 2004: 170-171)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah populasi penelitian

mempunyai variansi yang sama. Pada penelitian ini, untuk uji homogenitas

digunakan metode Bartlett dengan statistik uji chi kuadrat, sebagai berikut :

1) Hipotesis

H0 : 22

3

2

2

2

1 ... k (populasi-populasi homogen)

H1 : tidak semua variansi sama (populasi-populasi tidak homogen)

2) Tingkat signifikansi : = 0.05

3) Statistik uji

2 =

c

203.2( f log RKG

2log jj sf )

Keterangan :

)1(~ 22 k

k : banyaknya populasi

f : derajat kebebasan untuk RKG = N–k

fj : derajat kebebasan untuk sj2 dengan fj = nj1

2

js : variansi tiap-tiap populasi dengan kj .,..,2,1

N : banyaknya seluruh pengukuran

Page 63: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

44

nj : banyaknya pengukuran pada sampel ke-j

c = 1 + )1k(3

1

jj f

1

f

1

RKG =

j

j

f

SS

SSj =

2

jj

j

2

j2

j s1nn

XX

4) Daerah kritik

DK = }|{ 1;222

k

Untuk beberapa dan (k-1), nilai 1;2

k dapat dilihat pada tabel nilai

chi kuadrat dengan derajat kebebasan (k-1).

5) Keputusan uji

H0 ditolak jika DK2 atau Ho tidak ditolak jika DK2 .

6) Kesimpulan berdasarkan keputusan uji yang diperoleh.

(Budiyono, 2004: 175-178)

3.Uji Hipotesis

Dalam pengujian hipotesis teknik analisa data yang digunakan adalah

analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, dengan model data sebagai

berikut:

ijkijjiijkX )(

Keterangan :

ijkX : data amatan ke–i dan kolom ke-j

: rerata dari seluruh data amatan (rerata besar/ grand mean);

i : efek baris ke-i pada variabel terikat;

Page 64: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

45

j : efek kolom ke-j pada variabel terikat;

ij)( : kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat

ijk : deviasi data amatan terhadap rataan populasinya ( ij ) yang

berdistribusi normal dengan rataan 0. Deviasi amatan terhadap

rataan populasi juga disebut galat (error);

i = 1, 2; i = 1 untuk model pembelajaran kooperatif melalui

pendekatan struktural ”Numbered Heads Together”

i = 2 untuk model pembelajaran konvensional.

j = 1, 2, 3; j = 1 untuk kreativitas belajar siswa tinggi.

j = 2 untuk kreativitas belajar siswa sedang.

j = 3 untuk kreativitas belajar siswa rendah.

k : banyaknya data amatan pada setiap sel

(Budiyono, 2004 : 176-177)

Page 65: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

46

Tabel 3.2

Notasi dan Tata Letak Data Anava Dua Jalan Sel Tak Sama.

Kelas

Kreativitas Siswa

Total Tinggi

(b1)

Sedang

(b2)

Rendah

(b3)

Eksperimen

(a1)

Data Amatan

X11

X21

. . .

Xn1

X12

X22

. . .

Xn2

X13

X23

. . .

Xn3

Cacah Data n11 n12 n13 N1

Jumlah Data T11 T12 T13 G1

Rataan 11X 12X

13X 1X

Jumlah Kuadrat 2

11X 2

12X 2

13X 2

1X

Suku Koreksi

11

2

11

n

T

12

2

12

n

T

13

2

13

n

T

j j

j

n

T

1

2

1

Variansi SS11 SS12 SS13 j

jSS1

Kontrol

(a2)

Data Amatan

X11

X21

. . .

Xn1

X12

X22

. . .

Xn2

X13

X23

. . .

Xn3

Cacah Data n21 n22 n23 N2

Jumlah Data T21 T22 T23 G2

Rataan 21X 22X 23X 2X

Jumlah Kuadrat 2

21X 2

22X 2

23X 2

2X

Suku Koreksi

21

2

21

n

T

22

2

22

n

T

23

2

23

n

T

j j

j

n

T

2

2

2

Variansi SS21 SS22 SS23 j

jSS2

Variansi = Jumlah Kuadrat – Suku Koreksi

Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan

Faktor A Faktor B

Total b1 b2 b3

a1 ab11 ab12 ab13 A1

a2 ab21 ab22 ab23 A2

Total B1 B2 B3 G

Page 66: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

47

Sel abij memuat Xij1, Xij2, . . ., Xijn ; dengan nij : cacah observasi pada sel abij

a1 : pengajaran dengan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan

struktural “Numbered Heads Together”

a2 : pengajaran dengan model pembelajaran konvensional

b1 : kreativitas siswa tinggi

b2 : kreativitas siswa sedang

b3 : kreativitas siswa rendah

A1 : jumlah data pada baris ke-1

A2 : jumlah data pada baris ke-2

B1 : jumlah data pada kolom ke-1

B2 : jumlah data pada kolom ke-2

B3 : jumlah data pada kolom ke-3

G : jumlah seluruh data amatan

Prosedur dalam pengujian menggunakan analisis variansi dua jalan dengan

sel tak sama, yaitu:

a. Hipotesis

1) HoA : i = 0 untuk semua i = 1, 2

H1A : i 0 untuk paling sedikit satu harga i

2) HoB : j = 0 untuk semua j = 1, 2, 3

H1B : j 0 untuk paling sedikit satu harga j

3) HoAB : )( ij = 0 untuk semua i = 1, 2; j = 1, 2, 3

H1AB : )( ij 0 untuk paling sedikit satu harga (i,j)

Ketiga hipotesis tersebut ekuivalen dengan ketiga pasang hipotesis berikut :

1) HoA : Tidak ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat

H1A : Ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat

2) HoB : Tidak ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat

H1B : Ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat

Page 67: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

48

j,i ijn

1

pq

3) HoAB : Tidak ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat

H1AB : Ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat

b. Dipilih tingkat signifikansi = 0,05

c. Statistik Uji

Untuk menguji hipotesis disajikan komputasi pada tabel berikut ini :

Tabel 3.4

Rangkuman Anava Dua Jalan dengan Sel Tak Sama

Sumber JK dk RK Fobs Fα p

Metode (A)

Aktivitas siswa (B)

Interaksi (AB)

Galat

JKA

JKB

JKAB

JKG

p – 1

q – 1

(p–1)(q–1)

N – pq

dkA

JKA

dkB

JKB

dkAB

JKAB

dkG

JKG

Fa =RKG

RKA

Fb =RKG

RKB

Fab=RKG

RKAB

F*

F*

F*

-

<α atau > α

<α atau > α

<α atau > α

-

Total JKT N – 1 - - - -

Keterangan :

p : probabilitas amatan

F* : nilai F yang diperoleh dari tabel

ijn : banyaknya data amatan pada sel-ij

p: jumlah baris (jumlah model), q: jumlah kolom (jumlah kategori kreativitas)

hn : rataan harmonik frekuensi seluruh sel, hn =

N : banyaknya seluruh data amatan. N = j,i

ijn

dengan ijk

k

ijk

k

ijkijn

X

XSS

2

2

ijAB : rataan pada sel-ij

Page 68: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

49

iA : jumlah rataan pada baris ke-i dengan iA =j

ijAB

jB : jumlah rataan pada kolom ke-j dengan jB = i

ijAB

G : jumlah rataan semua sel dengan G = j,i

ijAB

JKA = hn {i

2i

q

A

pq

G2

}

JKB = hn { pq

G2

}

JKAB = hn { pq

G2

+ j

2j

p

B 2

j,i

ijAB i

2i

q

A

j

j

p

B2

}

JKG = j,i

ijSS

JKT= JKA + JKB + JKAB + JKG

dengan : G2 : Kuadrat jumlah rerata pengamatan semua sel

Ai2 : Jumlah kuadrat rerata pengamatan pada baris ke-i

Bj2 : Jumlah kuadrat rerata pengamatan pada baris ke-j

2

ijAB : Jumlah kuadrat rerata pengamatan pada sel ke-ij

d. Daerah Kritik

DK = {Fa Fa pq-N 1,-p ;F }

DK = {Fb Fb pq-N 1,-q ;F }

DK = {Fab Fab pq-N 1),-1)(q-(p ;F }

e. Keputusan Uji

1) H0A ditolak jika Fa DK.

2) H0B ditolak jika Fab DK.

3) H0AB ditolak jika Fab DK.

f. Kesimpulan berdasarkan keputusan uji yang diperoleh

(Budiyono, 2004 : 227-230)

Page 69: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

50

4. Uji Komparasi Ganda

Untuk mengetahui perbedaan rerata antar baris, antar kolom, antar sel-sel

pada kolom, antar sel-sel pada baris maka digunakan uji komparasi ganda dengan

metode Scheffe’.

Langkah-langkah yang ditempuh pada metode Scheffe’ sebagai berikut :

a. Identifikasi semua pasangan komparasi rataan yang ada dengan merumuskan

hipotesis sesuai yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.

b. Menentukan tingkat signifikansi .

c. Mencari nilai statistik uji F.

d. Menentukan daerah kritik

e. Menentukan keputusan uji untuk masing-masing komparasi ganda.

f. Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang ada.

Metode Scheffe’ untuk Anava dua jalan dengan sel tak sama meliputi :

1) Uji Scheffe’ untuk Komparasi Rataan Antar Baris

a). Hipotesis

H0 : 21

H1 : 21

b). Dipilih tingkat signifikan

c). Statistik uji

ji

ji

ji

nnRKG

XXF

11

)( 2

dengan:Fi-j : nilai Fobs pada pembanding baris ke-i dan baris ke-j

iX : rataan pada baris ke-i

jX : rataan pada baris ke-j

RKG : rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan anava

ni : ukuran sampel baris ke-i

nj : ukuran sampel baris ke-j

d). Daerah Kritik: {F F pq-N 1,-p ;)1( Fp }

Page 70: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

51

e). Keputusan uji

H0 ditolak jika jiF DK

2) Uji Scheffe’ untuk Komparasi Rataan Antar Kolom

a). Hipotesis

Tabel 3.5 Hipotesis untuk Komparasi Rataan Antar Kolom

H0 H1

21

31

32

21

31

32

b). Dipilih tingkat signifikan

c). Statistik uji

ji

ji

ji

nnRKG

XXF

11

)( 2

d). Daerah Kritik: {F F pq-N 1,-q ;)1( Fq }

e). Keputusan uji

H0 ditolak jika jiF DK

3) Uji Scheffe’ untuk Komparasi Rataan Antar Sel Pada Kolom yang Sama

a). Hipotesis

Tabel 3.6 Hipotesis Komparasi Rataan Antar Sel Pada Kolom yang Sama

H0 H1

2111

2212

2313

2111

2212

2313

b). Dipilih tingkat signifikan

c). Statistik uji

d).

kjij

kjij

kjij

nnRKG

XXF

11

)( 2

Page 71: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

52

dengan:

Fij-kj : nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan pada sel kj

ijX : rataan pada sel ij

kjX : rataan pada sel kj

RKG : rataan kuadarat galat, yang diperoleh dari perhitungan anava

nij : ukuran sel ij

nkj : ukuran sel kj

e). Daerah Kritik: {F F pq-N 1,-pq ;)1( Fpq }

f). Keputusan uji

H0 ditolak jika kjijF DK

4) Uji Scheffe’ untuk Komparasi Rataan Antar Sel Pada Baris yang Sama

a). Hipotesis

Tabel 3.7 Hipotesis komparasi rataan antar sel pada baris yang sama

H0 H1

1211

1311

1312

2221

2321

2322

1211

1311

1312

2221

2321

2322

b). Dipilih tingkat signifikan

c). Statistik uji

kjij

kjij

kjij

nnRKG

XXF

11

)( 2

d). Daerah Kritik: {F F pq-N 1,-pq ;)1( Fpq }

e). Keputusan uji

H0 ditolak jika kjijF DK

(Budiyono, 2004 : 213-215)

Page 72: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Data dalam penelitian ini meliputi data skor uji coba dan skor pada

sampel penelitian yang masing-masing terdiri dari:

data skor tes prestasi belajar matematika siswa pada materi Aritmetika

Sosial

data nilai angket kreativitas belajar matematika siswa

Setelah kedua data tersebut diperoleh selanjutnya data tersebut diuji.

Berikut ini uraian tentang data yang diperoleh.

1. Data Hasil Uji Coba Instrumen

Instrumen yang diujicobakan dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu

berupa angket kreativitas belajar matematika siswa dan tes prestasi belajar

matematika siswa pada materi Aritmetika Sosial.

a. Hasil Uji Coba Angket Kreativitas Belajar Matematika Siswa.

1) Validitas isi angket uji coba

Uji Validitas isi dilakukan oleh dua orang validator yaitu guru

matematika SMP N 1 Banyudono Drs. Paiman dan guru matematika

SMP N 1 Teras Agung Kuncoro Budi, S. Pd. Berdasarkan uji validitas

isi yang dilakukan validator dari 40 butir angket kreativitas semuanya

dinyatakan valid karena memenuhi kriteria yang ditentukan dan dapat

digunakan untuk instumen penelitian. Untuk data hasil validasi dapat

dilihat pada Lampiran 11a halaman 149 dan Lampiran 11b halaman

150.

2) Konsistensi internal angket uji coba

Angket yang diujicobakan terdiri dari 40 butir. Dari hasil uji

konsistensi internal dengan rumus korelasi produk moment diperoleh

29 butir yang konsisten dengan rhit dari 29 butir tersebut lebih dari 0,3.

Sedang 11 butir dinyatakan tidak konsisten karena 11 butir tersebut

53

Page 73: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

54

mempunyai rhit kurang dari 0,3. Perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran 15 halaman 163.

3) Reliabilitas angket

Dalam menghitung reliabilitas angket digunakan rumus Alpha.

Dari perhitungan diperoleh bahwa 899,011 r . Karena

70,0899,011 r maka angket kreativitas belajar matematika siswa

dinyatakan reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 16 halaman 167.

Dari ketiga persyaratan diatas diperoleh 29 butir angket yang dapat

digunakan sebagai penelitian. Sebelas butir tidak digunakan karena tidak

memenuhi syarat yaitu butir ke 3, 5, 6, 9, 14, 18, 20, 22, 27, 30 dan 32.

Instrumen ini dapat digunakan sebagai pengambil data kreativitas belajar

matematika siswa karena semua indikator sudah terwakili oleh butir yang ada

atau tidak ada indikator yang hilang dari akibat sebelas soal yang tidak

dipakai.

b. Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar

1) Validitas isi soal uji coba tes prestasi belajar.

Tes prestasi belajar matematika pada materi Aritmetika Sosial

terdiri dari 30 butir soal. Melalui dua orang validator yaitu guru SMP

N 1 Banyudono Drs. Paiman dan guru matematika SMP N 1 Teras

Agung Kuncoro Budi, S. Pd diperoleh 30 soal dinyatakan valid secara

validitas isi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Hasil validasi

dapat dilihat pada Lampiran 12a halaman 151 dan Lampiran 12b

halaman 153.

2) Konsistensi internal soal uji coba

Tes prestasi belajar yang diujicobakan terdiri dari 30 butir soal

tes obyektif. Dari hasil uji konsistensi internal menggunakan rumus

korelasi produk moment diperoleh 21 soal yang konsisten dengan rhit

dari 21 soal tersebut lebih dari 0,3. Sedangkan sembilan soal

dinyatakan tidak konsisten dengan rhit dari sembilan soal tersebut

Page 74: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

55

kurang dari 0,3. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 13 halaman 155.

3) Reliabilitas soal uji coba

Dengan menggunakan rumus KR-20, diperoleh 825,011 r .

Karena 70,0825,011 r tes prestasi belajar pada materi Aritmetika

Sosial dinyatakan reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat

pada Lampiran 14 halaman 159.

4) Tingkat Kesukaran Butir Soal

Setelah melakukan perhitungan mengenai tingkat kesukaran

butir soal diperoleh tiga kategori sebagai berikut:

a) kategori mudah untuk butir soal 4, 9, 13, 15 dan 30

b) kategori sedang untuk butir soal 3, 6, 7, 10, 12, 14, 17, 20, 21, 22

dan 27

c) kategori sukar untuk butir soal 11, 19, 24, 26 dan 28

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14 halaman

159.

Dari keempat persyaratan tersebut diperoleh 21 butir soal yang

dapat digunakan sebagai instrumen penelitian dan sembilan soal tidak

digunakan yaitu butir soal 1, 2, 5, 8, 16, 18, 23, 25 dan 29. Jika dilihat dari

indikator pada instrumen setelah dilakukan uji coba, instrumen ini dapat

digunakan untuk mengambil data prestasi belajar siswa karena semua

indikator sudah terwakili walaupun terdapat sembilan soal yang tidak dipakai.

Tabel 4.1 Ringkasan Hasil Uji Coba Intrumen

Instrumen

Jumlah Soal Nomor butir

soal tidak

digunakan

Reliabilitas

Sebelum uji

coba(butir)

Setelah uji

coba(butir)

Soal Tes 30 21 1, 2, 5, 8, 16, 18,

23, 25, 29 0,825

Angket 40 29 3, 5, 6, 9, 14, 18,

20, 22, 27, 30, 32 0,899

Page 75: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

56

2. Data Skor Prestasi Belajar Matematika

Dari data prestasi belajar matematika siswa kemudian ditentukan

ukuran tendensi sentralnya yang meliputi rataaan ( X ), median (Me), Modus

(Mo) dan ukuran dispersi meliputi jangkauan (J) serta simpangan baku yang

dapat dirangkum dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.2 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Siswa pada Materi Aritmetika

Sosial Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Kelompok

Ukuran Tendensi Sentral Ukuran Dispersi

X Mo Me Skor

Min

Skor

Maks J S

Eksperimen 6,396 6,66 6,66 3,81 9,05 5,24 1,436

Kontrol 5,502 5.71 5,24 3,33 8,57 5,24 1,509

3. Data Skor Kreativitas Belajar Matematika Siswa

Data tentang kreativitas belajar matematika siswa diperoleh dari

angket tentang kreativitas belajar matematika siswa, selanjutnya data tersebut

dikelompokkam dalam tiga kategori berdasarkan rata-rata gabungan ( gabX )

dan setengah dari standar deviasi ( gabs2

1). Dari hasil perhitungan kedua

kelompok diperoleh 80,150gabX dan 6,976gabs

Tabel 4.3 Penentuan Kategori Angket Kreativitas Belajar Matematika Siswa.

Kategori Ketentuan Rentang Skor(X)

Tinggi gabsXX2

1 638,83X

Sedang gabgab sXXsX2

1

2

1 638,83662,76 X

Rendah gabsXX2

1 662,76X

Page 76: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

57

Berdasarkan data yang telah terkumpul dapat disajikan kategori

kreativitas siswa sebagai berikut ini :

Tabel 4.4 Sebaran Kategori Kreativitas Belajar Matematika Siswa

Kelompok Jumlah Siswa untuk Tiap Kategori Aktivitas

Tinggi (siswa) Sedang (siswa) Rendah (siswa)

Eksperimen 8 23 8

Kontrol 8 26 7

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 28 tentang data induk

penelitian halaman 207.

B. Pengujian Persyaratan

1. Pengujian Persyaratan Eksperimen

Uji persyaratan eksperimen menggunakan uji keseimbangan. Uji

keseimbangan ini diambil dari nilai UTS matematika siswa pada semester I kelas

VII tahun 2008/2009 kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Table 4.5 Rataan dan Variansi Nilai UTS Semester I

Kelompok Jumlah (siswa) Rataan Variansi

Eksperimen 40 69,65 8,20

Kontrol 41 67,76 15,82

(Nilai UTS semester 1 dapat dilihat pada Lampiran 24 halaman 199)

Sebelum dilakukan uji keseimbangan perlu dilakukan uji normallitas

terlebih dahulu dengan tujuan menunjukkan bahwa sampel berasal dari populasi

yang berdistribusi normal. Uji normalitas menggunakan metode Liliefors dengan

taraf signifikan 0,05. Dari metode tersebut diperoleh statistik uji sebagai berikut :

Tabel 4.6 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas

Sampel Lhit Ltab Keputusan Uji

Kelompok Eksperimen 0,081 0,140 Ho tidak ditolak

Kelompok Kontrol 0,080 0,138 Ho tidak ditolak

Dari Tabel 4.6 tampak bahwa Lhit untuk masing-masing sampel tidak

melebihi dari Ltab sehingga keputusan adalah Ho tidak ditolak dengan kesimpulan

bahwa masing-masing sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 25 halaman 201 untuk

Page 77: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

58

normalitas kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol pada Lampiran 26 halaman

203.

Hasill uji keseimbangan keadaan awal dengan menggunakan uji-t

diperoleh 709,0obst bukan anggota daerah kritik

{ 960,1960,1| tatauttDK } maka Ho tidak ditolak. Hal ini berarti

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari dua populasi yang

memiliki keadaan awal sama sehingga bisa disimpulkan kedua kelompok tersebut

dalam keadaan seimbang. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran

27 halaman 205.

2. Persyaratan Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan metode Lilliefors. Taraf signifikan yang

digunakan adalah 0,05 diperoleh harga statistik uji berikut ini :

Tabel 4.7 Hasil Analisis Uji Normalitas

Sumber n Lmaks Ltab Keputusan Uji Kesimpulan

Eksperimen 39 0,072 0,141 Ho tidak ditolak Normal

Kontrol 41 0,128 0,138 Ho tidak ditolak Normal

Kreativitas Tinggi 16 0,087 0,221 Ho tidak ditolak Normal

Kreativitas Sedang 49 0,112 0,126 Ho tidak ditolak Normal

Kreativitas rendah 15 0,174 0,228 Ho tidak ditolak Normal

Dari tabel 4.7 terlihat bahwa semua harga Lmaks bukan merupakan

anggota daerah kritik untuk masing-masing sumber, sehingga dapat

disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Perhitungan selengkapnya untuk uji normalitas prestasi belajar matematika

siswa kelas eksperimen, uji normalitas prestasi belajar matematika siswa kelas

kontrol, uji normalitas prestasi belajar matematika kelompok kreativitas

belajar tinggi, uji normalitas prestasi belajar matematika kelompok kreativitas

sedang dan uji normalitas prestasi belajar matematika kelompok kreativitas

rendah berturut-turut dapat dilihat pada Lampiran 30 halaman 210, Lampiran

31 halaman 212, Lampiran 33 halaman 217, Lampiran 34 halaman 219 dan

Lampiran 35 halaman 222.

Page 78: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

59

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas menggunakan metode Bartlett. Taraf signifikan yang

digunakan adalah 0,05 diperoleh hasil uji homogenitas sebagai berikut ini :

Tabel 4.8 Hasil Analisis Uji Homogenitas

Sumber k obs

2 tabel2 Keputusan Uji Kesimpulan

Model

Pembelajaran

2 -0,748 3,841 H0 tidak ditolak Homogen

Kreativitas belajar 3 0,206 5,991 H0 tidak ditolak Homogen

Dari Tabel 4.8 terlihat bahwa nilai obs

2 bukan merupakan anggota

daerah kritik, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi

yang homogen. Perhitungan homogenitas berdasarkan model pembelajaran

(baris) dapat dilihat pada Lampiran 32 halaman 214 dan homogenitas

berdasarkan kategori kreativitas (kolom) pada Lampiran 36 halaman 224.

C. Pengujian Hipotesis

1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama

Dari hasil analisis variansi dua jalan pada Tabel 4.9 diperoleh

keputusan sebagai berikut ini :

a. Pada efek utama baris (A), H0A ditolak.

Ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat. Hal ini berarti

kedua model pembelajaran memberikan pengaruh yang tidak sama

terhadap prestasi belajar matematika pada materi Aritmetika Sosial.

b. Pada efek utama kolom (B), H0B tidak ditolak.

Tidak ada perbedaan pengaruh antar kolom terhadap variabel terikat. Hal

ini berarti ketiga kategori kreativitas belajar matematika siswa yaitu tinggi,

sedang dan rendah memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi

belajar matematika siswa pada materi Aritmetika Sosial.

c. Pada efek utama interaksi (AB), H0AB tidak ditolak.

Tidak ada interaksi antara baris dan kolom terhadap variabel terikat yaitu

antara penggunaan model pembelajaran dan kreativitas belajar siswa

terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi Aritmetika Sosial.

Page 79: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

60

Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama disajikan pada

tabel berikut :

Tabel 4.9 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama

Sumber JK dK RK Fobs F Keputusan

Uji

Model

Pembelajaran (A) 11,744 1 11,744 4,875 3,972 H0Aditolak

Kreativitas

Belajar (B) 0,289 2 0,145 0,060 3,122

H0B tidak

ditolak

Interaksi (AB) 0,178 2 0,088 0,037 3,122

H0AB tidak

ditolak

Galat (G) 178,269 74 2,409 - - -

Total 190,480 79 - - - -

(Perhitungan uji hipotesis dapat dilihat pada Lampiran 37 halaman 227 dengan

tata letak data pada Lampiran 29 halaman 209.

2. Uji Komparasi Ganda

a. Uji Komparasi Rataan Antar Baris.

Uji komparasi rataan antar baris dilakukan untuk mengetahui

pengaruh model pembelajaran yang manakah yang lebih baik pada model

pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran yang digunakan pada

penelitian ini terdiri dari dua model sehingga untuk mengetahui model yang

memberikan pengaruh lebih baik yang merupakan perlakuan pada baris anava

tidak perlu menggunakan uji komparasi rataan antar baris akan tetapi cukup

menggunakan perbandingan rataan marginalnya.

Tabel 4.10 Rerata Skor Prestasi Belajar Siswa

Metode Kreativitas Rataan

Marginal Tinggi Sedang Rendah

Model Pembelajaran

Kooperatif dengan

pendekatan struktural

“Numbered Heads

Together”

6,368 6,354 6,545 6,422

Model Pembelajaran

Konvensional

5,414 5,623 5,576 5,538

Rataan Marginal 5,891 5,989 6,061

Page 80: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

61

Dari rataan marginal pada Tabel 4.10 rataan marginal pada baris

model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered

Heads Together” lebih besar dari rataan marginal pada baris model

pembelajaran konvensional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads

Together” memberikan pengaruh yang lebih baik daripada model

pembelajaran konvensional.

b. Uji Komparasi Rataan Antar Kolom.

Dari hasil anava pada Tabel 4.9 dihasilkan bahwa tidak ada

perbedaan pengaruh antar kolom (H0B tidak ditolak), yaitu tidak ada

perbedaan pengaruh kategori kreativitas belajar tinggi, sedang, rendah

terhadap variabel terikat sehingga tidak perlu dilakukan uji komparasi rataan

antar kolom.

c. Uji Komparasi Rataan Antar Sel Pada Baris yang sama.

Dari anava dua jalan dengan frekuensi sel tak sama yang terangkum

dalam Tabel 4.9 diperoleh bahwa H0AB tidak ditolak. Ini berarti tidak ada

interaksi antara model pembelajaran dan kreativitas belajar matematika siswa.

Karena H0AB ditolak maka tidak perlu dilakukan uji komparasi rataan antar sel

pada baris yang sama.

d. Uji Komparasi Rataan antar sel Pada Kolom yang sama

Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada Tabel 4.9

dihasilkan bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan

kreativitas belajar matematika siswa (H0AB tidak ditolak) maka tidak perlu

dilakukan uji komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama.

D. Pembahasan Hasil Analisis Data

1. Hipotesis Pertama

Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama

diperoleh 74:1:05,0972,3875,4 FFobs , dari hasil tersebut menunjukkan bahwa

obsF merupakan anggota daerah kritik, sehingga H0A ditolak yang berarti bahwa

Page 81: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

62

penggunaan model kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads

Together” menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada model

pembelajaran konvensional terhadap prestasi belajar matematika siswa pada

materi Aritmetika Sosial.

Dengan melihat rataan marginal dari kedua model tersebut yaitu rataan

marginal pada model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural

“Numbered Heads Together” adalah 6,422 > 5,538 yang merupakan rataan

marginal dari model pembelajaran konvensional, dapat disimpulkan bahwa

penggunaan model kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads

Together” menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada model

pembelajaran konvensional terhadap prestasi belajar matematika siswa pada

materi Aritmetika Sosial.

2. Hipotesis Kedua

Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama

diperoleh 74:2:05,0122,3060,0 FFobs , sehingga obsF bukan merupakan

anggota dari daerah kritik. Akibatnya H0B tidak ditolak yang berarti suatu

tingkatan kreativitas belajar matematika tidak berpengaruh terhadap prestasi

belajar matematika pada materi Aritmetika Sosial.

Tidak terpenuhinya hipotesis kedua ini mungkin dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain :

a Dimungkinkan pada waktu pengisian angket siswa kurang memperhatikan apa

yang ditanyakan sehingga jawaban siswa yang dituliskan kemungkinan juga

berbeda dengan kondisi yang sebenarnya terjadi pada diri masing-masing

individu siswa. Hal ini mengakibatkan nilai angket pada siswa tersebut kurang

menggambarkan tingkat kreativitasnya.

b Pengambilan data angket dilaksanakan setelah kedua kelas selesai

mendapatkan perlakuan yaitu kelas kontrol menggunakan model pembelajaran

konvensional dan kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran

kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads Together”. Di

samping itu, terdapat beberapa butir angket yang tidak sesuai dengan kondisi

Page 82: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

63

siswa di kelas kontrol sehingga beberapa butir angket tersebut tidak dapat

digunakan untuk mengukur tingkat kreativitas belajar matematika siswa.

3. Hipotesis Ketiga

Dari hasil analisis valiansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh

74:2:05,0122,3037,0 FFobs , sehingga obsF bukan anggota daerak kritik yang

mengakibatkan H0AB tidak ditolak. Hal ini berarti model pembelajaran kooperatif

dengan pendekatan struktural “Numbered Heads Together” lebih baik daripada

model pembelajaran konvensional pada setiap kategori kreativitas belajar

matematika siswa.

Dari hasil pengujian untuk hipotesis pertama menyatakan bahwa

pembelajaran matematika pada materi Aritmetika Sosial dengan model

pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads

Together” lebih baik daripada dengan model pembelajaran konvensional dan

pada hasil pengujian hipotesis kedua menyatakan bahwa suatu tingkatan

kreativitas belajar matematika tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar

matematika pada materi Aritmetika Sosial. Hal ini berarti pada semua kategori

kreativitas belajar baik tinggi, sedang maupun rendah menghasilkan prestasi

belajar yang lebih baik dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

dengan pendekatan struktural “Numbered Heads Together” daripada

menggunakan model pembelajaran konvensional. Pada kategori kreativitas tinggi

siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan

struktural “Numbered Heads Together” mempunyai prestasi belajar yang lebih

baik daripada siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran konvensional,

demikian juga pada kategori kreativitas sedang prestasi siswa pada kelompok

model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads

Together” lebih baik daripada kelompok pada model pembelajaran konvensional

hal ini juga berlaku pada kategori kreativitas rendah prestasi siswa yang diberi

perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif dengan

pendekatan struktural “Numbered Heads Together” lebih baik daripada prestasi

siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran konvensional.

Page 83: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

64

Adapun hasil pengamatan yang dilakukan pada saat penelitian, tidak

terujinya hipotesis ketiga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

a Kegiatan diskusi belum terjadi secara optimal karena tiap kelompok

memang bekerja sama namun masih didominasi oleh siswa yang memiliki

kreativitas belajar tinggi dan ketertarikan pada model pembelajaran yang

baru.

b Kegiatan diskusi tidak sepenuhnya dapat berlangsung seperti yang

diharapkan karena terkadang siswa dengan kreativitas belajar tinggi tidak

mau berbagi dengan siswa dengan kreativitas belajar sedang dan rendah dan

siswa dengan kreativitas belajar rendah kurang aktif bertanya kepada teman

kelompoknya untuk memahami konsep materi sehingga penguasaan materi

didominasi oleh siswa dengan kreativitas belajar tinggi.

Page 84: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

65

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teori dan analisis hasil penelitian yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hasil sebagai

berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural

“Numbered Heads Together” menghasilkan prestasi belajar matematika siswa

yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran konvensional pada

materi Aritmetika Sosial siswa kelas VII semester I SMP Negeri 1

Banyudono tahun ajaran 2008/2009.

2. Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan kreativitas

belajar matematika tinggi, kreativitas belajar matematika sedang dan

kreativitas belajar matematika rendah pada materi Aritmetika Sosial siswa

kelas VII semester I SMP Negeri 1 Banyudono tahun ajaran 2008/2009.

3. Model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered

Heads Together” lebih baik daripada model pembelajaran konvensional pada

setiap kategori kreativitas belajar matematika siswa.

B. Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian ini,

maka implikasi dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads

Together” menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada pembelajaran

dengan model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran kooperatif

dengan pendekatan struktural “Numbered Heads Together” mempunyai

karakteristik dapat mengaktifkan siswa dan meningkatkan kreativitas belajar

siswa karena dalam model pembelajaran ini guru hanya memberikan sedikit

apersepsi kemudian memberikan LKS pada siswa untuk didiskusikan bersama

kelompoknya masing-masing, sehingga siswa harus bekerjasama untuk

menyelesaikan LKS dan latihan-latihan soal.

65

Page 85: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

66

Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan

pendekatan struktural “Numbered Heads Together” lebih baik dari model

pembelajaran konvensional karena dengan berdiskusi dalam kelompoknya dapat

menjalin kerjasama serta bertukar pikiran tentang materi Aritmetika Sosial sesuai

dengan pemahaman masing-masing kemudian disatukan untuk menemukan

perumusan penyelesaian masalah-masalah Aritmetika Sosial. Bagi siswa yang

belum paham dapat bertanya kepada siswa yang paham dan bagi siswa yang

paham dapat lebih memperdalam materi yang dipelajari. Tiap kelompok diberikan

waktu yang sama untuk menyelesaikan LKS. Setiap siswa akan terlibat aktif

dalam proses pembelajaran karena semua siswa mempunyai peluang untuk

mewakili kelompoknya mempresentasikan hasil diskusinya. Selanjutnya hasil

diskusi tersebut akan didiskusikan bersama-sama dengan kelompok yang lain

dengan cara guru memanggil nomor anggota tertentu dari salah satu kelompok

untuk menyampaikan hasil diskusi mewakili kelompoknya kemudian kelompok

lain menanggapi. Dengan begitu, siswa mengerti apakah hasil diskusi mereka

salah atau benar sehingga pemahaman mereka lebih mendalam.

Dengan diskusi yang mereka lakukan maka siswa akan lebih mudah

memahami penyelesaian masalah Aritmetika Sosial, sehingga siswa belajar

dengan memahami bukan menghafal. Selain itu pemberian latihan-latihan soal

pada tiap LKS memberikan kesempatan siswa untuk menerapkan apa yang telah

mereka temukan untuk menyelesaikan masalah-masalah Aritmetika Sosial.

Kelompok yang mengalami kesulitan dalam meyelesaikan LKS akan dibimbing

guru, namun guru hanya memberikan pengarahan bukan jawaban dari LKS

tersebut, jadi siswa dituntut untuk berpikir bersama dalam menemukan bentuk-

bentuk penyelesaian masalah Aritmetika Sosial.

Adanya presentasi dari beberapa kelompok tentang hasil diskusi mereka

membuat siswa berani mengungkapkan apa yang telah mereka pikirkan dan

mereka temukan. Selain itu, kelompok yang lain bisa membandingkan hasil

diskusi mereka sehingga mengetahui mana yang benar dan mana yang salah

dengan penegasan jawaban dari guru.

Page 86: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

67

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat kreativitas belajar

matematika siswa tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar. Hal ini mungkin

disebabkan pemberian soal latihan yang kurang bagi siswa yang mempunyai

kreativitas tinggi akibatnya mereka memperoleh soal latihan yang hampir sama

dengan siswa dengan tingkat kreativitas sedang maupun rendah.

Hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa penggunaan model

pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads

Together” memberikan hasil yang lebih baik daripada pembelajaran dengan model

pembelajaran konvensional sehingga dapat digunakan sebagai masukan bagi guru

dan calon guru dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar di kelas

terutama pada materi Aritmetika Sosial, lebih luasnya dapat digunakan sebagai

model pembelajaran pada materi yang lainnya dengan memperhatikan beberapa

faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan model pembelajaran yaitu:

kesesuaian materi, kemampuan guru, kemampuan siswa, lingkungan belajar siswa

dan fasilitas.

C. Saran

Dalam upaya mencari alternatif pembelajaran matematika maka penulis

menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Kepada Guru Mata Pelajaran Matematika

a. Guru SMP Negeri 1 Banyudono

Dari hasil penelitian menyatakan bahwa pembelajaran pada materi

Aritmetika Sosial dengan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan

struktural “Numbered Heads Together” menghasilkan prestasi belajar yang

lebih baik lebih baik daripada pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran konvensional, sehingga pada materi Aritmetika Sosial

sebaiknya menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan

struktural “Numbered Heads Together” agar prestasi belajar siswa lebih

maksimal.

Page 87: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

68

b. Guru sekolah lain pada jenjang SMP

Dalam penyampaian materi terutama materi pada jenjang SMP

hendaknya memperhatikan kondisi bahwa kemampuan siswa dalam satu kelas

sangat heterogen. Sehingga perlu memperhatikan pemilihan model

pembelajaran yang tepat sesuai materi yang dipelajari sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

2. Kepada Sekolah

Dari hasil penelitian ini, kepala sekolah diharapkan memberikan masukan

kepada guru mata pelajaran matematika untuk menggunakan model pembelajaran

kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads Together” sebagai

salah satu alternatif model pembelajaran pada materi Aritmetika Sosial.

3. Kepada Siswa

Untuk mempelajari materi Aritmetika Sosial dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads

Together” siswa sebaiknya meningkatkan kerjasama dengan teman satu kelompok

mereka dalam menyelesaikan LKS sehingga pemahaman mereka bisa maksimal.

4. Kepada Para Peneliti

Para peneliti dapat mengadakan penelitian lebih lanjut dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural

“Numbered Heads Together” namun dengan terlebih dahulu membiasakan siswa

dengan model pembelajaran ini sehingga potensi siswa dapat digunakan

semaksimal mungkin dan siswa tidak mengawali kebingungan di awal

pembelajaran.

Hasil penelitian ini hanya terbatas pada materi Aritmetika Sosial kelas VII

SMP, sehingga peneliti dapat mencoba untuk menerapkannya pada materi yang

lain.

Page 88: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

69

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. 2000. Learning to Teach. USA: Mc Graw-Hill.

Asmawi Zainul dan Noehel Nasoetion. 1995. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta:

Depdikbud.

Ballantine, J dan Larres P. 2007. Cooperative Learning: A Pedagogy to Improve

Students Skill? Journal Articles, Report Evalutie, Education and

Training, v94, n2,p12,6-127.

Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press.

. . 2004. Statistika untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.

Damyati dan Mudjiono. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. 2005. Model-Model Pembelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas.

I Gusti Putu Sudiarta. 2005. Paradigma Baru Pembelajaran Matematika.

Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja No.2 TH.

XXXVIII, 322.

Jahja Umar, dkk. 1997. Bahan Penataran Pengujian Pendidikan. Jakarta:

Depdikbud.

Julius Candra. 1994. Kreativitas. Yogyakarta: Kanisius.

Marwan A.M, dkk. 1994. Terampil dalam Matematika 1 A. Surakarta: Tiga

Serangkai.

Muhibbin Syah. 2006. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Muslimin Ibrahim, dkk. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA.

Purwoto. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: UNS Press.

R. Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Dirjen

Dikti Depdiknas.

Reni Akbar Hawadi, dkk. 2001. Kreativitas. Jakarta: Grasindo.

69

Page 89: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

70

Samo. 2008. Student‟s Perceptions About The Symbols, Letters and Sign In

Algebra and How Do These Affect Their Learning of Algebra: A Case

Study in A Governmemt Girls Secondary School Karachi. Journal of

Mathematical Research. Diunduh tanggal 17 Januari 2010 dari

http://pdfdatabase.com/index.php?q:free+jurnal+matematika+internasion

al//Samo.pdf.

Sawiji, dkk. 2007. LKS Matematika Prestasi. Klaten: Agung.

S.C. Utami Munandar. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak

Sekolah. Jakarta: Grasindo.

Sri Suwarsi, dkk. 2003. Dasar-Dasar Kewirausahaan. Surakarta: UNS Press.

Sri Lestari. 2007. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Melalui

Pendekatan Struktural “Numbered Heads Together” pada Pokok

Bahasan Fungsi Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa. Surakarta: UNS.

Suharsimi Arikunto. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumadi Suryabrata. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Syaiful Sagala. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Winkel, W.S. 1999. Psikologi pengajaran. Jakarta: Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Page 90: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 i . ii eksperimentasi model pembelajaran kooperatif

27