program studi pendidikan guru sekola dasar fakultas …
TRANSCRIPT
PERAN PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP PEMBENTUKAN
KARAKTER SISWA
Skripsi
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Nama : Nabilah Latief
Nim : 2014820113
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLA DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018
i
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR Skripsi April 2018
Nabilah Latief ( 2014820113 ) PERAN PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA xv+ 107 hal., 4 tabel, 1 gambar, 13 lampiran
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peranan pendidikan Islam terhadap pembentukan karakter siswa di SDIT Indra Bangsa Poris Gaga baru Cipondoh Tangerang. Metode penelitain yang digunakan deskriptif kualitatif dengan subjek penelitian wali murid, siswa, dan guru. Teknik pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman dokumentasi. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa peranan pendidikan Islam terhadap pembentukan karakter siswa berjalan dengan baik, ditunjukkan dengan adanya gejala-gejala ketercapaian siswa dalam mengimplementasikan karakter-karakter seperti bertoleransi, disiplin, dan cinta tanah air dalam kehidupan sehari-hari di sekolah maupun di rumah. Pendidikan karakter dapat di implementasikan melalui beberapa model, startegi, dan pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru . oleh karena itu, diharapkan agar pendidikan Islam dapat berjalan dengan seimbang dengan pendidikan karakter dan menjadi lebih berkembang kedepannya dalam rangka menyiapkan generasi penerus bangsa yang berkarakter serta berakhlak mulia untuk terus membangun bangsa di kemudian hari.
Kata Kunci : Pendidikan Islam, Karakter, Siswa
Daftar Pustaka : 21 (2006– 2017)
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Mamah, Buya dan (alm) Bapak Syahrul Latief yang senantiasa memberikan dukungan berupa materi
dan non-materi.
2. Nafilla (Kakak), Salman (Abang), Dini (Teteh), Khumairoh, Ibnu (Adik) yang senantiasa memberikan
kebahagiaan dan uluran tangan.
3. Teman-teman seperjuangan Moy, Anga, Esa, Tika, Ifti yang selalu ada dikala susah maupun duka.
4. Khusus untuk orang-orang yang telah membantu dan memberikan support tanpa henti yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu.
Terima kasihdan semoga keberkahan tercurahkan untuk kalian...
viii
MOTTO
“Many Of Life’s Failures Are People Who Did Not Realize How Close They Were To Success When They Gave
Up”
ix
KATA PENGANTAR
Bismilahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta kepada ummatnya yang selalu
melaksanakan ajarannya.
Skripsi ini sengaja penulis ajukan sebagai salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Fakultas Ilmu Pendidkan
Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini tentu masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, untuk itu penulis ingin
menyampaikan permohonan kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan
skripsi ini. Penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa
bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan yang baik ini penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian proposal ini, terutama kepada:
1. Bapak Dr. Iswan M.Si., dekan Fakutas Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk mengikuti studi di fakultas ini.
2. Bapak Azmi Al Bahij M.Si., ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakutas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Jakarta yang telah memberikan doorongan dan arahan kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.
3. Ibu Dr. Zulfitria, M.Pd., dosen pembimbing skripsi yang telah
mengarahkan dan meluruskan jalan pikiran penullis untuk
menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.
x
4. Ibu Mu’minah S.Pd., selaku kepala sekolah SDIT Indra Bangsa yang
telah mengizinkan penulis untuk berobservasi dan juga guru-guru
SDIT indra bangsa.
5. Orang tua penulis, yang telah banyak memberikan semangat baik
moral maupun materil dalam melanjutkan studi di universitas ini serta
penyelesaian studi dengan tepat waktu.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang
telah memberikan bantuan dan dukungan serta semangat kepada
penulis dalam rangka penyelesaian studi dan penyusunan proposal ini.
Akhirnya dengan segala ketulusan hati yang bersih dan ikhlas, penulis
berdoa semoga segala amal baik yang telah mereka berikan mendapat
pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.
Jakarta, 15 Agustus 2018
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii
LEMBAR PENGESAHAN iv
FAKTA INTEGRITAS v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH vi
PERSEMBAHAN vii
MOTTO viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Fokus Masalah 6 C. Rumusan Masalah 6 D. Tujuan Penelitian 6 E. Manfaat Penelitain 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 9 B. Kerangka Berpikir 32
BAB III. METODELOGI PENELITIAN
xii
A. Tempat dan Waktu Penelitian 34 B. Metode Penelitian 35 C. Desain Penelitian 36 D. Subjek Data 37 E. Teknik Pengumpulan Data 38 F. Teknik Analisis Data 43
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 47 B. Hasil Analisis Data 47 C. Interpretasi Hasil Penelitian 99
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 103 B. Saran 104
DAFTAR PUSTAKA 106
LAMPIRAN-LAMPIRAN 108
xiii
DAFTA TABEL
Hal.
Tabel 3.1 Kegiatan Waktu Dan Penelitian 34
Tabel 3.2 Pedoman Observasi 38
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrument 41
Tabel 4.1 Nama-Nama Orangtua, Siswa Dan Guru 47
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
Lampiran 1 Pedoman Observasi 109
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Orangtua 110
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Siswa 112
Lampiran4 Pedoman Wawancara Guru 114
Lampiran5 Surat Permohonan Penelitian 116
Lampiran6 Surat Balasan Penelitian 117
Lampiran7 Dokumentasi 118
Lampiran 8 Kartu Menonton Sidang 122
Lampiran 9 Kartu Bimbingan Skripsi 123
Lampiran 10 Surat Keteranagn Validasi Instrument Penelitian 124
Lampiran 11 Surat Keteranagn Validasi Instrument Penelitian 125
Lampiran 12 Biodata Sekolah 126
Lampiran 13 Daftar Riwayat Hidup 127
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama memiliki peran yang amat penting dalam sejarah
kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya
mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai, dan
bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran Agama bagi
kehidupan manusia maka internalisasi nilai-nilai Agama dalam
kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan yang ditempuh
melalui pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat.
Di dalam kitab suci umat Islam Al-qur’an disebutkan bahwa
Nabi Muhammad diutus oleh Allah ke muka bumi sebagai uswah
hasanah atau contoh yang baik, seperti ayat dibawah ini:
Artinya : Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
2
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat yang banyak mengingat
Allah (QS. Al Ahzab:21).
Pendidikan karakter bisa dimulai dengan pendidikan moral dan
etika. Dalam kaca mata Islam, moral dan etika merupakan bagian dari
pendidikan akhlak. Akhlak adalah isu terpenting dalam pendidikan
Islam, bahkan Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
diutus oleh sang pencipta untuk membenahi akhlak manusia
sebagaimana sabdanya, “Bahwasannya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang baik.” (H.r. Ahmad)
Kaitannya dengan pendidikan karakter yaitu, bahwa
menumbuhkan kembali akhlak mulia haruslah menjadi kompetensi
dalam proses pendidikan karakter setiap anak bangsa. Karena
memiliki akhlak mulia adalah bagian dari fitrah setiap manuisa. Potensi
yang menjadi bawaan lahir setiap manusia yang dilahirkan. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menegaskan bahwa setiap manusia
dilahirkan dalam keadaan fitrah. Fitrah ini apabila dijaga dan terjaga,
maka akan memunculkan karakter yang positif pada setiap manusia.
Namun, bila fitrah ini tidak terjaga, maka manusia akan kehilangan
karakter positifnya.
Di tengah arus globalisasi dan moderenitas seperti sekarang ini,
karakter dan moralitas bangsa menjadi satu dari sekian banyak
persoalan utama yang dialami oleh negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia. Bagi negara-negara kapitalis, Indonesia
3
merupakan pasar yang sangat potensial untuk memasarkan berbagai
produk budayanya.
Karakter bangsa yang kuat bisa diperoleh dari sistem
pendidikan yang baik dan tidak hanya mementingkan faktor
kecerdasan intelektual semata, melainkan juga pendidikan yang
dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan serta menghasilkan output
yang tidak sekadar mampu bersaing di dunia kerja, namun juga
mampu menghasilkan karya yang berguna bagi masyarakat, Agama,
bangsa, dan negara. Untuk mewujudkan hal itu, maka diperlukan
pendidikan yang mencakup dua unsur utama, yaitu keunggulan
akademik dan keunggulan non akademik (termasuk keunggulan
spiritual).
Fenomena-fenomena di atas menunjukkan bahwa karakter dan
moral bangsa Indonesia sudah mengalami dekadensi, sehingga
langkah cepat perlu segera diambil untuk mengantisipasi dampak-
dampak negatif. Salah satunya yaitu dengan menggaungkan kembali
“pendidikan karakter”. Banyak negara yang dalam menghadapi krisis
menempatkan pembangunan karakter sebagai fokus untuk
menemukan solusi.
Menurut Suhardi (2012: 319) untuk menjadi manusia yang
berkarakter, seseorang tidak cukup hanya memiliki pengetahuan
tentang nilai-nilai moral tanpa disertai adanya karakter bermoral.
Adapun yang termasuk dalam karakter bermoral, menurut Lickona
4
dalam Suhardi (2012: 319) adalah tiga komponen karakter
(components of goodcharacter), yakni pengetahuan tentang moral
(moral knowing), perasaan tentang moral (moral feeling), dan
perbuatan bermoral (moral actions). Ketiga hal ini diperlukan agar
seseorang mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus
nilai-nilai kebajikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti berpikir
positif, simpati, empati, jujur, religius, peduli, rendah hati, dan lain-lain.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan hamid dan sudira
(2013: 139) dalam jurnal yang berjudul “penanaman nilai-nilai karakter
siswa SMK Salafiyah prodi tkj Kajen margoyoso pati jawa tengah”
menunjukkan hasil bahwa nilai-nilai yang ditanamkan di SMK Salafiyah
adalah nilai-nilai karakter Islam berbasis pondok pesantren, proses
penanaman nilai-nilai pendidikan karakter di SMK Salafiyah melalui
konteks mikro dan konteks makro. Dari beberapa definisi tersebut di
atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa, pendidikan karakter
menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik
sehingga peserta didik menjadi faham (kognitif) tentang mana yang
benar dan yang salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan
biasa melakukannya (psikomotor). Dengan kata lain, pendidikan
karakter yang baik bukan hanya melibatkan aspek pengetahuan yang
baik (moral knowing), akan tetapi juga merasakan yang baik (moral
feeling) dan perilaku yang baik (moral action).
5
Berkarakter berarti memiliki karakter, mempunyai kepribadian,
berwatak. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah
seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan
negara pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi
(pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan
motivasinya (perasaannya).
Berikut ini adalah beberapa fakta mengenai penurunan akhlak
masyarakat yang didapati dari berbagai masyarakat:
1. 15-20% dari remaja usia sekolah di Indonesia sudah melakukan
hubungan seksual di luar nikah.
2. Hingga Juni 2009 telah tercatat 6332 kasus AIDS dan 4527 kasus
HIV positif di Indonesia, dengan 78,8% dari kasus-kasus baru yang
terlaporkan berasal dari usia 15-29 tahun,
3. Setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia di mana
20% di antaranya adalah aborsi yang dilakukan oleh remaja.
4. Berdasarkan data kepolisian, setiap tahun penggunaan narkoba
selalu naik. Korban paling banyak berasal dari kelompok remaja,
sekitar 14 ribu orang atau 19% dari keseluruhan pengguna.
5. Jumlah kasus kriminal yang dilakukan anak-anak dan remaja
tercatat 1.150 sementara pada 2008 hanya 713 kasus. Ini berarti
6
ada peningkatan 437 kasus. Jenis kasus kejahatan itu antara lain
pencurian, narkoba, pembunuhan dan pemerkosaan.
(http://globalsearch1.blogspot.co.id/2013/05/kondisi-akhlak-remaja-
saat-ini-dan.html)
Kaum terpelajar merupakan aset masa depan bangsa
Indonesia. Menyiapkan mereka dengan karakter unggul dan jiwa
kepemimpinan berarti menyiapkan sesosok manusia yang berkarakter
kuat yang dapat memberi contoh dan teladan bagi rakyat yang
dipimpinnya. Apabila para pelajar diabaikan karakternya, kegagalan
bangsa ini semakin dekat. Karena bangsa ini dipimpin oleh pemimpin
yang berkarakter buruk dan korup. Solusi dari krisis karakter bangsa
Indonesia tidak cukup hanya menjadi penyesalan. Ikhtiar bangkit untuk
kembali menata karakter bangsa yang unggul dan berjiwa
kepemimpinan menjadi prasyarat bagi kejayaan bangsa
Dari latar belakang di atas maka dapat disimpulkan bahwa
karakter-karakter di Indonesia kini sudah tidak sebaik lagi seperti
zaman dahulu, karena karakter anak bangsa sudah dipengaruhi oleh
perkembangan elektronik yang semakin canggih. Oleh karena itu
peran pendidikan Islam sangat mempengaruhi siswa dalam bertindak,
karena jika sesorang sudah mempunyai rasa takut dengan mempunyai
nilai-nilai Agama dalam dirinya maka seseorang itu tidak akan mau
berbuat yang sudah jelas salahnya. Hal ini mendorong penulis untuk
melihat lebih dalam apakah pendidikan Agama Islam beperan dalam
7
pembentukan karakter siswa dengan suatu penelitian yang berjudul
“PERAN PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP PEMBENTUKAN
KARAKTER SISWA”.
B. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan,
peneliti akan membatasi ruang lingkup masalah agar pemecahannya
terfokus dan jelas, maka masalah yang akan diteliti dibatasi pada nilai-
nilai karakter yiatu: amanah, rasa hormat, tanggung jawab, kepedulian,
keadilan, dan nasioanalis.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan,
maka permasalahan yang akan penulis bahas dalam skripsi ini adalah:
1. Bagaimana pendidikan Islam itu berperan terhadap pendidikan
karakter?
2. Nilai-nilai pendidikan Islam apa saja yang bisa membentuk karakter
siswa?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas,
maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Tujuan Umum
8
Tujuan umum yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana pendidikan Agama Islam dalam
pembentukan karakter siswa.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang akan dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui peran Agama Islam dalam membentuk
karakter siswa dan untuk mengetahui perilaku siswa di sekolah.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian
ini adalah:
1. SecaraTeoritis
Untuk menambah literatur keilmuan terutama dalam bidang
ilmu pendidikan Islam dalam membentuk karakter siswa.
2. Secara Praktis:
a. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi siswa
untuk selalu menumbuhkan akhlak atau perilaku yang baik
dalam kehidupan sehari-hari dengan mengaplikasikan
pendidikan karakter yang telah diajarkan sehingga dapat
diterapkannya.
b. Bagi sekolah
9
Sebagai bahan masukkan dan pengembangan
pelaksanaan pendidikan sebagai sarana wacana tentang
perlunya pendidikan agama Islam dalam pembentukan karakter
yang menjadi dasar terbentuknya akhlak mulia.
c. Bagi guru
Hasil penelitian diharapkan menjadi pertimbangan dalam
membentuk khasanah literatur mengenai pendidikan agama
Islam dalam pembentukan karakter siswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Pendidikan Islam
10
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Suhardi
(2012: 318) Pendidikan secara harfiah adalah proses, cara, atau
perbuatan mendidik. Pendidikan berasal dari kata dasar didik yang
berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan)
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Secara lebih rinci,
pendidikan dapat dimaknai sebagai proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU
Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 1, pendidikan diartikan
sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Pendidkan berfungsi untuk
mengembangkan kemamapuan serta meningkatkan mutu
kehidupan dan martabat manusia.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah suatu usaha untuk menjadikan seseorang ke yang lebih
baik dari yang tidak tahu apa-apa menjadi lebih tau lagi dari segi
ilmu ataupun dari sikap yang dimilikinya. Dan pendidikan juga
11
dapat meningkatkan kualitas seseorang menjadi lebih baik untuk
dirinya ataupun untuk masyarakat.
a. Pengertian Pendidikan Islam
Menurut Syafri (2012: 35) pendidikan Islam merupakan
upaya manusia untuk melahirkan generasi yang lebih baik,
generasi yang selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya. Menurut Abdurrahman An-Nahlawy, proses
pendidikan Islam berupaya mendidik manusia ke arah
sempurna sehingga manusia tersebut dapat memikul tugas
keholifahan di bumi ini dengan perilaku amanah. Maka upaya
melahirkan manusia yang amanah tersebut adalah sebuah amal
pendidikan Islam.
Menutut An-Nahlawy dalam Syafri (2012: 36) pendidikan
Islam harus memiliki tiga aspek; pertama, pendidikan pribadi
yang meliputi pendidikan tauhid kepada Allah dan nilai akidah.
Hal ini untuk menyiapkan diri menerima ajaran Islam. Kedua,
mencintai amal kebajikan dan keteguhan pada prinsip Islam
dalam situasi dan kondisi apapun. Ketiga, pendidikan sosial
masyarakat yang meliputi cinta kebenaran dan
mengamalkannya , serta sabar dan teguh menghadapi
tantangan. Jika ketiga aspek tersebut dapat diterapkan dengan
tepat, maka akan lahirlah manusia-manusia yang berakal,
cerdas, amanah, berilmu, dan bertaqwa.
12
Menurut Arifin (2014: 8) pedidikan Islam adalah suatu
sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan
yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah
menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik
duniawi maupun ukhrawi.
Menurut Asy-syaibany dalam Umar (2010: 27)
pendidikan Islam adalah proses tingkah laku individu pada
kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan
cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai
profesi diantara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.
Menurut Mujib (2008: 28) pendidikan Islam adalah
proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada
peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan,
bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan
potensi-potensi guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan
hidup di dunia dan akhirat.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup
seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh manusia, dan
suatu proses transformasi dan internalisasi ilmu-ilmu Islam.
Sebagaimana Islam telah menjadi pedoman kehidupan bagi
seluruh aspek kehidupan manusia, dalam segala aspeknya baik
di dunia maupun akhirat.
13
b. Tujuan Pendidikan Islam
Menurut Umar (2010: 64) Tujuan merupakan standar
usaha yang dapat ditentukan, serta mengarahkan usaha yang
akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-
tujuan lain. Di samping itu, tujuan dapat membatasi ruang gerak
usaha, agar kegiatan dapat terfokus pada apa yang dicita-
citakan. Tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya insan
kamil yang memiliki wawasan kaffah agar mampu menjalankan
tugas-tugas kehambaan, kekhalifahan, dan pewaris Nabi.
Tujuan tersebut dapat dijabarkan dalam uraian sebagai berikut:
1) Terbentuknya “insan kamil” (manusia paripurna) yang
mempunyai wajah-wajah qur’ani. Rumusan tentang wajah-
wajah qur’ani banyak sekali, namun Saefudin dalam Umar
(2010: 65), memberikan beberapa rumusan yaitu sebagai
berikut:
a) Wajah kekeluargaan dan persaudaraan yang
menumbuhkan sikap egalitarianism
b) Wajah yang penuh kemulian sebagai makhluk yang
berakal dan dimuliakan
c) Wajah yang kreatif menumbuhkan gasan-gagasan baru
dan bermanfaat bagi kemanusiaan
d) Wajah yang penuh keterbukaan yang menumbuhkan
prestasi kerja dan pengabdian bagi kemanusiaan
14
e) Wajah kasih saying menumbuhkan karakter dan aksi
solidaritas dan sinergi.
2) Terciptanya insan kaffah, yang menurut Hasan dalam
Umar(2010: 67) memiliki tiga dimensi kehidupan, yaitu
dimensi religius, budaya, dan ilmiah, yaitu sebagai berikut:
a) Dimensi religius, yaitu manusia merupakan makhluk
yang mengandung berbagai misteri dan tidak dapat
direduksikan kepada faktor materi semata-mata.
b) Dimensi budaya, manusia merupakan makhluk etis yang
mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap
kelestarian dunia seisinya.
c) Dimensi ilmiah, dimensi yang mendorong manusia untuk
selalu bersikap objektif dan realistis dalam menghadapi
tantangan zaman serta berbagai kehidupan manusia
terbina untuk bertingkah laku secara kritis dan rasional,
serta berusaha mengembangkan keterampilan dan
kreativitas berpikir.
3) penyadaran fungsi manusia sebagai hamba, khalifah Allah,
serta pewaris Nabi dan memberikan bekal yang memadai
dalam rangka pelaksanaan fungsi tersebut.
Menurut Sutrisno dan Albarobis (2012: 31) menyatakan
bahwa tujuan pendidikan Islam mencakup empat tujuan hidup
15
manusia seperti; mengabdi kepada Allah, menjadi khalifah di
bumi, mencari ridha Allah, dan meraih kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat. Kalau di rumuskan, berarti tujuan pendidikan
Islam adalah menyiapkan anak didik untuk menjadi hamba Allah
yang mampu mengemban tugas sebagai khalifah di bumi, yang
mengarahkan hidup dan matinya hanya untuk mencari ridha
Allah dalam meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, pendidikan
Islam pada hakikatnya adalah realisasi dari cita-cita ajaran
Islam itu sendiri, yang membawa misi bagi kesejateraan umat
manusia di dunia dan akhirat.
c. Fungsi Pendidikan Islam
Menurut Mujib dan Mudzakkir (2008: 68) fungsi
pendidikan Islam adalah menyediakan segala fasilitas yang
dapat memungkinkan tugas-tugas pendidikan Islam tersebut
tercapai dan berjalan dengan lancar. Penyediaan fasilitas ini
mengandung arti dan tujuan yang bersifat structural dan
institusional.
Arti dari tujuan struktur adalah menuntut terwujudnya
struktur organisasi pendidikan yang mengatur jalannya proses
kependidikan, baik dilihat dari segi vertikal maupun segi
horizontal. Faktor-faktor pendidikan bisa berfungsi secara
16
interaksional (saling mempengaruhi) yang bermuara pada
tujuan pendidikan yang diinginkan. Sebaliknya, arti tujuan
institusional mengandung implikasi bahwa proses kependidikan
yang terjadi di dalam struktur organisasi itu dilembagakan untuk
menjamin proses pendidikan yang berjalan secara konsisten
dan berkesinambungan yang mengikuti kebutuhan dan
perkembangan manusia dan cenderung kearah tingkat
kemampuan yang optimal.
2. Hakikat Karakter Siswa
a. Pengertian Karakter Siswa
Menurut Samani dan Hariyanto (2011: 43) menyatakan
bahwa karakter adalah nilai dasar yang membangun pribadi
seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun
pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang
lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut Majid dan Andayani (2013: 12) Karakter adalah
watak, sifat, atau hal-hal yang memang sangat mendasar yang
ada pada diri seseorang. Hal-hal yang sangat abstrak yang ada
17
pada diri seseorang. Apa pun sebutannya karakter ini adalah
sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan
perbuatannya. Ada Banyak yang memandang atau
mengartikannya identik dengan kepribadian. Watak dan
karakter berkenaan dengan kecendrungan penilaian tingkah
laku individu berdasarkan standar-standar moral dan etika.
Salahudin dan Alkrienciehie (2013: 45) Adapun
pendidikan berkarakter adalah pendidikan budi pekerti, yaitu
melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling),
dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona dalam
Salahudin dan Alkrienciehie (2013: 45) dengan tiga aspek
tersebut, jika pendidikan karakter diterapkan secara sistematis
dan berkelanjutan maka akan membuat anak akan menjadi
cerdas dalam emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal
penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan
karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil mengghadapi
segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk
berhasil secara akademis.
Menurut Salahudin dan Alkrienciehie (2013: 49)
menyatakan bahwa dalam ajaran islam, hakikat pendidikan
adalah mengembangkan nilai-nilai ilahiah pada manuisa (fitrah)
dengan bimbingan Al-Quran dan As-Sunnah (hadits) sehingga
18
menjadi manusia yang berakhlak mulia (insankamil). Pada
dasarnya, hakikat pendidikan adalah untuk membentuk karakter
suatu bangsa. Hal tersebut sangatditentukan oleh semangat,
motivasi, nilai-nilai dan tujuan dari pendidikan.
Menurut Kurniawan dan Hindarsih (2013: 24) salah satu
aspek penting dalam pendidikan karakter adalah proses
pembentukan kepribadian. Tujuan dari pendidikan ini adalah
untuk memunculakan kepribadian dan sikap hidup yang baik
pada anak didik. Inilah yang menunjukkan kekuatan karakter
yang menjadi identitas kepribadian seseorang. Kematangan
karakter ini kemudian dapat menjadi tolak ukur kualitas
kepribadian seseorang. Kematangan karakter ini kemudian
dapat menjadi tolak ukur kualitas kepribadian seseorang. Dan
ini sangat berkaitan dengan pola pendidikan karakter yang
berintegritas.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa karakter
ataupun pendiidkan karakter merupakan suatu pendidikan yang
berupaya dalam penanaman dan pembentukan karakter pada
diri seseorang. Dan karakter bisa juga didapatkan dari turunan
atau watak seseorang yang dapat di tiru dari banyaknya ruang
lingkup dalam proses pembentukan karakter
19
b. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter
Menurut Helmawati (2017: 21) menyatakan bahwa tujuan
dari pendidikan adalah untuk menyempurnakan akhlak. Tujuan
dari pendidikan karakter adalah untuk menjadikan manusia
seutuhnya, manuisa yang beradab dan bermartabat. Agar
manusia memiliki akhlak yang mulia, manusia perlu diasah
perasaan (hati), pikir (akal), dan raganya secara terpadu.
Dengan peneladanan dan pembiasaan serta motivasi dan
pengawasan akhlak akan terbentuk dengan baik.
Menurut Pendidikan Nasional (UU No. 20 Tahun 2003,
Pasal 3) dalam Helmawati (2017: 17) merujuk fungsi dan tujuan
menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, tujuan pendidikan karakter
pada intinya ialah untuk membentuk karakter peserta didik.
Menurut Mulyasa (2011: 9) menyatakan bahwa
pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses
dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan
karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu,
dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada
setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta
20
didik diharapkan mampu secara mandiri menigkatkan dan
menggunakan pengetahuannya,
mengkaji, dan mengintenalisasikan serta mempersonalisasikan
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam
perilaku sehari-hari.
Fungsi pendidikan karakter menurut Kementrian
Pendidikan Nasional dalam Salahudin dan Alkrienciehie (2013:
104)
1) Pengembangan potensi dasar, agar “berhati baik, berpikiran
baik dan berperilaku baik
2) Perbaikan perilau yang kurang baik dan penguatan perilaku
yang sudah baik
3) Penyaringan budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai
luhur Pancasila
Sedangkan menurut Zubaedi (2011: 18) pendidikan
karakter memiliki tiga fungsi utama. Pertama, fungsi
pembentukan dan pengembangan potensi. Pendidikan karakter
berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi peserta
didik agar berpikiran baik, berhati baik, dan berprilaku baik
sesuai dengan falsafah hidup. Kedua, fungsi perbaikan dan
penguatan pendidikan karakter berfungsi memperbiki dan
memperkuatperan keluarga, satuan pendidikan, masyarakat,
21
dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung
jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan
pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri, dan
sejahtera. Ketiga, fungsi penyaring pendidikan karakter
berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring
budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya
dan karakter bangsa yang bermartabat.
Menurut Salahudin dan Alkrienciehie (2013: 105) Tujuan
pendidikan harus selaras dengan tujuan yang menjadi landasan
dan dasar pendidikan. Karena tujuan pendidikan harus bersifat
universal dan selalu aktual pada segala masa dan zaman.
Konsep adanya pendidikan karakter pada dasarnya berusaha
mewujudkan peserta didik atau manusia yang berkarakter
(ahlak mulia) sehingga dapat menjadi manusia paripurna (insan
kamil).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
tujuan dan fungsi pendidikan karakter adalah dapat membentuk
karakter peserta didik dari segi akhlak ataupun watak, dalam
upaya mencerdaskan anak bangsa secara menyeluruh untuk
mendapatkan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga
dapat mengimplementasikannya di dalam kehidupan sehari-
hari.
22
c. Pilar-pilar Pendidikan Karakter
Pilar-pilar pendidikan karakter menurut Character Counts
dalam Yaumi (2014: 62) menyatakan bahwa terdiri atas enam
pilar, yang mencakup amanah (trustworthinees), rasa hormat
(respect), pertanggungjawaban (responsibility) keadilan
(fairness) kepedulian (caring) dan nasionalis, kewarganegaraan
(citizenship). Dan penjelasannya sebagai berikut:
1) Amanah (trustworthinees) adalah bersikap jujur dan dapat
diandalkan dalam menjalankan komitmen, tugas, dan
kewajiban. Karakteristik-karakteristik amanah adalah
sebagai berikut: Berlaku jujur, tidak boleh membohongi,
menipu atau mencuri, jadilah terpercaya – satunya kata dan
perbuatan, memiliki keberanian untuk melakukan hal yang
benar, membangun reputasi yang baik, dan setia – berpihak
kepada keluarga, teman-teman, dan negara.
2) Rasa hormat
Secara umum, rasa hormat (respect) merupakan cara
merasakan dan berperilaku. Rasa hormat adalah suatu
sikap penghargaan. Kekaguman, atau penghormatan
kepada pihak lain, rasa hormat sagat penting dalam
23
kehidupan sehari-hari.Karakteristik-karakteristik rasa hormat
adalah sebagai berikut: memperlakukan orang lain dengan
hormat, memiliki rasa toleransi atas berbagai perbedaan,
menggunakan bahasa dan perlakukan yang santun,
menjaga dan memerhatikan perasaan orang lain, tidak
mengancam, memukul atau menyakiti siapa pun, menjaga
kedamaian dan menghindari rasa marah, dan tidak
menghina orang lain karena tidak setuju atau sependapat
dengan pandangannya.
3) Tanggung jawab
Tanggung jawab (responsibility) adalah suatu tugas atau
kewajiban untuk melakukan atau menyelesaikan tugas
degan penuh kepuasan yang harus dipeuhi seseorang, dan
yang memiliki konsekuen hukuman terhadap
kegagalan.Karakteristik-karakteristik tanggung jawab adalah
sebagai berikut: melakukan sesuatu yang seharusnya
dilakukan, selalu menunjukkan ketekunan, kerajinan, dan
terus berusaha, selalu melakukan yang terbaik untuk dirinya
dan orang lain, dan selalu disiplin dan mengontrol diri dalam
keadaan apa pun
4) Keadilan
Adil merupakan suatu kata yang mudah diungkapkan namun
sangat sulit untuk dilakukan. Kesulitannya karena
24
melibatkan keadaan keikhlasan hati untuk membedakan
antara kepentingan individu atau kelompok sendiri dan
kepentingan individu dan kelompok lain. Karakteristik-
karakteristik keadilan adalah sebagai berikut: melakukan
tindakan untuk memutuskan sesuatu sesuai aturan,
berkeinginan untuk membagi dan mengambil peran secara
bergiliran, selalu berpikiran terbuka dan mendengarkan
orang lain, menghindari dan menjauhkan diri dari upaya
mengambil keuntungan dari orang lain, dan tidak melakukan
sesuatu dengan menyalahkan orang lain sembarangan
5) Kepedulian
Kepedulian adalah merasakan kekhawatiran tentang orang
lain atau sesuatu. Misalnya, ketika melihat teman dalam
keadaan susah atau sakit, muncul perasaan yang sama
seperti yang dirasakan oleh teman lalu mendapat dorongan
untuk merawatnya. Karakteristik-karakteristik keadilanadalah
sebagai berikut: berupaya untuk menjaga kebaikan bersama
orang lain, memiliki jiwa yang penuh kasih dan peduli,
mengekspresikan rasa syukur, memberi maaf dan
memaafkan orang lain, dan membantu orang yang
membutuhkan
25
6) Nasionalis
Kewarganegaraan (citizenship) atau disebut juga dengan
nasionalis menunjukkan hubungan antara seseorang dan
negara atau kesatuan negara. Kewarganegaraan meliputi
nilai-nilai madani atau sipil dan tugas yang menetapkan
bagaimana kita harus berperilaku sebagai bagian dari suatu
komunitas.Karakteristik-karakteristik nasionalisme adalah
sebagai berikut: Berbagilah untuk membuat sekolah dan
masyarakat menjadi semakin baik, bekerjasama dan
berkolaborasi, memberikan hak suara ketika dalam
pemilihan, jadilah tetangga yang baik, mematuhi hukum dan
peraturan, menghormati kekuasaan atau yang memegang
otoritas, dan menjaga dan memlihara lingkungan
d. Ciri Dasar Pendidikan Karakter
Menurut Forester dalam Majid dan Andayani (2013: 36)
sebagaimana, ada empat ciri dasar dalam pendidikan
karakter:
Pertama, keteraturan interior di mana setiap tindakan
diukur berdasarkan hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman
normatif setiap tindakan.
Kedua, koherensi yang memberi keberanian membuat
seseorang teguh pada prinsip, dan tidak mudah terombang-
ambing pada situasi baru atau takut resiko. Koherensi
26
merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama
lain. Tidak adanya koherensi dapat meruntuhkan kredibilitas
seseorang.
Ketiga, otonomi di sana seseorang menginternalisasikan
aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini
dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa
terpengaruh desakan pihak lain.
Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan
merupakan daya tahan seseorang guna menginginkan apa
yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi
penghormatan atas komitmen yang dipilih.
e. Tahap-tahap Pendidikan Karakter
Menurut Majid dan Andayani (2013: 20) secara teoritik
nilai moral/karakter berkembang secara psikologis dalam diri
individu mengikuti perkembangan usia dan konteks sosial.
Dalam kaitannya dengan usia, Piaget merumuskan
perkembangan kesadaran dan pelaksanaan aturan dengan
membagi menjadi beberapa tahapan dalam dua domain yakni
kesadaran mengenai aturan dan pelaksanaan aturan.
1) Tahap pada domain kesadaran aturan:
a) Usia 0-2 tahun: Aturan dirasakan sebagai hal yang
tidak bersifat memaksa
27
b) Usia 2-8 tahun: Aturan disikapi bersifat sacral dan
diterima tapa pemikiran
c) Usia 8-12 tahun: Aturan diterima sebagai hasil
kesepakatan
2) Tahapan pada domain pelaksanaan aturan:
a) Usia 0-2 tahun: Aturan dilakukan hanya bersifat
motorik
b) Usia 2-6 tahun: Aturan dilakukan dengan orientasi diri
sendiri
c) Usia 6-10 tahun: Aturan dilakukan sesuai
kesepakatan
d) Usia 10-12 tahun: Aturan dilakukan karena sudah
dihimpun
Bertolak dari teorinya tersebut, Piaget
menyimpulkan bahwa pendidikan di sekolah sekiranya
menitik beratkan pada pengembangan kemampuan
mengambil keputusan (decision making, skills) dan
memecahkan masalah (problem solving) dan membina
perkembangan moral dengan cara menuntut peserta
didik untuk mengembangkan aturan berdasarkan
keadilan/kepatutan.
Menurut Budimansyah dalam Majid dan Andayani
(2013: 21) dengan kata lain, pendidikan nilai berdasarkan
28
teori Piaget adalah pendidikan nilai moral atau nilai etis
yang dikembangkan berdasarkan psikologi
perkembangan moral kognitif.
3. Pusat Pendidikan Karakter
Kurniawan (2013: 42) masalah krisis karakter sudah bersifat
struktural maka pendidikan karakter semestinya tidak saja
diimplementasikan secara struktural, tetapi juga secara
kontekstual. Secara struktural artinya membangun karakter dapat
dimulai dari lingkungan keluarga sebagai lingkungan pendidikan
informal, selanjutnya sekolah dan perguruan tinggi sebagai
lingkungan pendidikan formal, dan kemudian di lingkungan
masyarakat sebagai lingkungan pendidikan nonformal. Sementara
aspek kontekstual terkait dengan nilai-nilai pokok yang diperlukan
untuk membentuk kekuatan karakter, yang mana nilai-nilai pokok
ini dapat diinternalisasikan pada pusat-pusat pendidikan karakter,
yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah/perguruan tinggi,
dan lingkungan masyarakat.
Menurut Kurniawan (2013: 42) pengembangan karakter
merupakan proses seumur hidup, dengan demikian
pengembangan karakter seorang peserta didik merupakan upaya
seumur hidup yang perlu melibatkan pusat-pusat pendidikan
karakter, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah/perguruan
tinggi, da lingkungan masyarakat. Pusat-pusat pendidikan karakter
29
ini harus berjalan secara terintegrasi dan terpadu. Orangtua, guru,
dosen, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan lain-lain
memiliki tanggung jawab yang sama besarnya dalam
melaksanakan pendidikan karakter.
Helmawati (2017: 20) lingkungan berpengaruh besar dalam
pembentukan karakter seorang individu. Selain lingkungan
keluarga dan lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat pun
memiliki pengaruh yang sangat besar bagi pengembangan
karakter. Walaupun di lingkungan keluarga dan di lingkungan
sekolah anak di didik untuk memiliki karakter buruk yang dominan,
maka anak yang banyak berinteraksi dengan lingkungan di
masyarakatnya akan terpengaruh menjadi tidak baik.
Oleh karena itu, sebelum menentukan dimana lingkungan
yang akan kita tinggali hendaknya orang tua memilih dengan cukup
selektif. Masyarakat yang buruk akan berdampak buruk bagi
keluarga, sedangkan lingkungan yang baik akan berpengaruh baik
pula pada keluarga.
a. Pendidikan Karakter Dalam Lingkungan Keluarga
Menurut Kurniawan (2013: 43) Lingkungan keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di
30
suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
bergantung.
Menurut Helmawati (2017: 33) keluarga adalah tempat
pertama dan utama dalam pembentukan karakter anak. Nilai-
nilai seperti baik dan buruk, benar atau salah, indah atau tidak
indah dikenalkan pertama-tama dalam keluarga
Tidak dapat dipungkiri peran penting keluarga dalam
membantu anak menjadi manusia seutuhnya. Keluarga adalah
fondasi pengembangan karakter (moral atau akhlak) dan
intelektual. Dengan demikian, baik atau tidaknya karakter anak-
anak tergantung pada seberapa baik karakter dan bagaimana
upaya orang tua dalam membimbing dan mengarahkan mereka.
Orang tua yang memiliki karakter yang baik dan mampu
menerapkan pada anak-anaknya tentu akan membuat anak-
ankanya memiliki karakter yang baik.
Hakikat pendidikan karakter adalah menerapkan disiplin
dalam setiap perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Karakter
disiplin pertama-tama dan utamanya harus dibiasakan dalam
kehidupan di lingkungan keluarga. Disiplin artinya taat pada
aturan yang ditetapkan. Sementara dalam ajaran Islam, disiplin
berisi aturan-aturan yang harus ditaati. Disiplin dalam
menjalankan ajaran Islam mampu membentuk dan
menumbuhkan karakter mulia pada anak.
31
b. Pendidikan Karakter Dalam Lingkungan Sekolah
Selain orang tua sebagai pendidik pertama dan utama,
guru merupakan pendidik pendamping bagi anak. Agar anak
memiliki karakter kuat, guru harus memiliki karakter yang kuat.
Tugas yang paling sulit bagi para pendidik adalah memelihara
dan mempertahankan karakter yang baik yang ada dalam diri
kita sehingga kita mampu menjadi teladan bagi anak-anak atau
peserta didik. Sebagai pendidik pendamping, guru harus
mampu meneruskan tujuan dan harapan orang tua dalam
pendidikan anak-anaknya.
Menurut Helmawati (2017: 92) guru sebagai pendidik di
lingkungan sekolah harus memiliki karakter yang kuat untuk
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang diputuskan
kepala sekolah. Agar proses pembentukan karakter berhasil di
sekolah, guru hendaknya menjalin hubungan yang baik yang
dijalin guru dengan peserta didiknya. Suatu hubungan yang
baik yang di jalin guru dengan peserta didik akan menjadi dasar
pengajaran yang efektif. sebab: 1) guru akan mampu membantu
peserta didik bahwa ia di perhatikan, dikasihi dan disayangi,
dicintai, dan setiap anak memiliki kemampuan yang unik
sebagai kelebihannya; 2) dapat memotivasi peserta didik untuk
melakukan dan menjadi yang terbaik (sesuai kemampuannya);
3) akan memudahkan komunikasi dan bekerja sama dalam
32
mengatasi hambatan dalam belajar; dan 4) dapat mengarahkan
peserta didik pada pengenalan sosok guru dengan
kepribadiannya yang dapat dijadikan teladan dan dapat
dicontohnya.
Menurut Kurniawan (2013: 47) menyatakan bahwa
pendidikan karakter di lingkungan sekolah seharusnya
membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif,
penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengalaman
nilai secara nyata. Oleh karena itu, pendidikan karakter yang
selama ini ada di lingkungan sekolah perlu segera dikaji dan di
cari alternatif-alternatif solusinya, serta perlu dikembangkan
secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan.
Pendidikan karakter di lingkungan sekola dapat
diintegrasikan dalam pembelajran pada setiap mata pelajaran.
Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-
niali pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan,
dieksplesitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya
pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi dan
pengalaman nyata dalam kehidupa peserta didik sehari-hari di
masyarakat.
c. Pendidikan Karakter Dalam Lingkungan Masyarakat
33
Menurut Helmawati (2017: 121) menyatakan bahwa
masyarakat adalah kumpulan dari keluarga-keluarga. Jika
keluarga-keluarga memiliki karakter yang baik, maka
masyarakat pun akan memiliki karakter-karakter yang baik.
Sebaliknya jika keluarga-keluarga memiliki karakter yang buruk,
maka masyarakatnya pun akan tampak berperilaku buruk atau
tidak berakhlak mulia.
Untuk menanamkan akhlak atau karakter mulia, maka
harus berawal dari keluarga. Dengan demikian, masyarakat
dapat dibentuk untuk memiliki karakter mulia. Karakter inilah
yang akhirnya akan menunjukkan martabat suatu kaum
(masyarakat bahkan bangsa dan negara)
Menurut Kurniawan (2013: 193) peran masyarakat tidak
bisa ditampik juga sangat dominan dalam mendukung dan
membangun kekuatan karakter. Karakter yang kuat pada
akhirnya akan bermanfaat positif dalam setiap interaksi sosial
seorang individu. Selanjutnya, individu dengan karakter kuat
tersebut akan memberikan sumbangsih bagi moral dan spiritual
yang berdayaguna bagi masyarakat sekitarnya.
Menurut Kurniawan (2013: 49) menyatakan bahwa
sebagai lingkungan pendidikan nonformal, masyarakat
semestinya juga turut berperan dalam terselenggaranya proses
pendidikan karakter. Setiap individu sebagai anggota dari
34
masyarakat tersebut harus bertanggung jawab dalam
menciptakan suasana yang nyaman dan mendukung.
Karena pentingnya peran masyarakat sebagai pusat
pendidikan karakter maka setiap individu sebagai anggota
masyarakat harus menciptakan suasana yang nyaman demi
keberlangsunan proses pendidikan yang terjadi di dalamnya. Di
Indonesia dikenal adanya konsep pendidikan berbasis
masyarakat (community based education) sebagai upaya untuk
memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan.
Dalam penyelenggaraan pendidikan karakter, di
butuhkan keterpaduan pusat pendidikan karakter, yaitu
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kesemuanya
perlu berada dalam suatu kekompakan melalui jalinan
komunikasi dan kolaborasi yang harmonis dalam mendukung
program-program pendidikan karakter.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter,
Akhlak, Moral, Budi Pekerti, dan Etik Manusia.
Menurut Gunawan (2012: 19) terdapat banyak factor yng
mempengaruhi karakter, akhlak, morl, budi pekerti, dan etika
manusia. Dari sekian banyak faktor tersebut, para ahli
35
menggolongkannya ke dalam dua bagian, yaitu factor intern dan
factor ekstern.
a. Faktor intern
Terdapat banyak hal yang mempengaruhi factor internal ini,
diantaranya adalah:
1) Insting atau Naluri
Insting adalah suatu sifat yang dapat menumbhkan
perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan berpikir
lebih dahulu kea rah tujun itu dan tidak didahului latihan
perbuatan itu.
Pengaruh naluri pada diri seseorang sangat
tergantung pada penyalurannya. Naluri dapat
menjerumuskan manusia kepada kehinaan (degradasi),
tetapi dapat juga mengangkat kepada derajat yang tinggi
(mulia).
2) Adat atau kebiasaan (Habit)
Salah satu faktor penting dalam tingkah laku manusia
adalah kebiasaan, karena sikap dan perilaku yang menjadi
akhlak (karakter) sangat erat sekali dengan kebiasaan, yang
dimaksud dengan kebiasaan adalah perbuatan yang selalu
diulang-ulng sehingga mudah untuk di kerjakan.
3) Kehendak atau kemauan
36
Kemauan ialah kemauan untuk melangsungkan
segala ide dan segala yang di maksud, walau disertai
dengan berbagai rintangan dan kesukaran-kesukaran,
namun sekali-kali tidak mau tunduk kepada rintangan-
rintangan tersebut.
4) Suara batin atau suara hati
Di dalam diri manusia terdapat sutu kekuatan yang
sewaktu-waktu memberikan peringtan (isyarat) jika tingkah
laku manusia berada diambang bahaya dan keburukan,
kekuatan tersebut adalah suara batin atau suar hati
(dhamir).
b. Faktor Ekstern
Selain faktor intern yang bersifat dari dalam yang dapat
mempengaruhi karakter terdapat juga faktor ekstern
1) Pendidikan
Betapa pentingnya faktor pendidikan itu, Karena
naluri yang terdapat pada seseorang dapat dibangun
dengan baik dan terarah. Oleh karena itu, pendidikan agama
perlu dimanifastikan melalui berbagai media baik pendidikan
formal di sekolah, pendidikan informal di lingkungan
37
keluarga, dan pendidikan non forma yang ada pada
masyarakat.
2) Lingkungan
Lingkungn adalah suatu yang melingkungi suatu
tubuh yang hidup, seperti tumbuh-tumbuhan, keadaan
tanah, udara, dan pergaulan manusia hidup selalu
berhubungan dengan manusia harus bergaul dan dalam
pergaulan itu saling mempengaruhi pikiran, sifat dn tingkah
laku
B. Kerangka Berpikir
Pendidikan karakter bukanlah pendidikan yang berbasis hafalan
dan pengetahuan verbalistis. Pendidikan karakter merupakan
pendidikan perilaku yang terbentuk melalui habitual action dan
keteladanan para pendidik, orang tua, para pemimpin, masyarakat
yang merupakan lingkungan luas bagi pengembangan karakter anak.
Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat memahami dengan jelas betapa pentingnya pendidikan bagi
kelangsungan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dengan begitu semua bisa tercerahkan serta bisa memberi
pencerahan kepada generasi penerus sehingga dapat
mengapikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
38
bernegara. Karena pendidikan tidak hanya menciptakan generasi yang
cerdas secara intelektual saja, tapi juga berakhlaqul karimah.
Bagan 2.1
Kerangka Berpikir
Strategi :
1. Sosialisasi/penyadaran 2. Pendidikan berkarakter 3. Pembiasaan dalam
berperilaku 4. Kerjasama antara
keluarga, lingkungan rumah, dan lingkungan sekolah
5.
1. Siswa berperilaku tidak sopan terhadap sesama teman atau guru
2. Melemahnya kemandirian diri siswa
3. Memudarnya kesadaran terhadapa nilai-nilai karakter didalam diri siswa
Siswa yang berkarakter
Penerapan nilai-nilai karakter
Permasalahan karakter siswa
1. Siswa mempunyai rasa amanah, rasa hormat, tanggung jawab, peduli, adil, nasionalis dan lain-lain
2. Siswa dapat dicontoh oleh teman-temannya
Membangun karakter siswa di lingkungan sekolah
Guru, orang tua dan lingkungan menjadi peran penting dalam pembentukan karakter siswa
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDIT Indra Bangsa yang
beralamat di jalan Poris Gaga Baru, Cipondoh, Tangerang. Alasan
dipilihnya SDIT Indra Bangsa dikarenakan di sekolah tersebut
belum pernah dilakukannya penelitian tentang peran pendidikan
islam terhadap pembentukan karakter siswa.
2. Waktu Peneltian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 8 bulan
terhitung sejak bulan November-Agustus 2018. Adapun rincian
waktu penelitian adalah sebagai berikut:
Siswa memiliki karakter yang baik, yang memegang nilai-nilai agama
40
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
B. Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2011: 2) secara umum metode penelitian
diartikan sebagai “cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu”. Maka, metode penelitian dapat diartikan
sebagai suatu cara yang dilakukan secara sistematis dan terorganisir
NO Kegiatan Bulan
Nov-Des
Des- Jan
Jan-Feb
Feb-Mar
Mar-April
April-Mei
Mei-Agust
1. Penyusunan Proposal
2. Penyusunan Instrumen
3. Uji coba Instrumen
4. Pengumpulan Data
5. Analisis Data
6. Penyusunan Laporan
7. Sidang Skripsi
8. Revisi Skripsi
41
dalam ilmiah untuk memperoleh data-data dan informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian untuk memperoleh tujuan penelitian yang
dipergunakan untuk suatu hal tertentu. Dengan adanya metode
penelitian, maka akan mempermudah peneliti dalam hal memperoleh
data dan mencapai tujuan penelitian.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Menurut
Sugiyono (2011: 9) metode penlitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya
adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci,
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan
snowbaal,teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif. Penelitian deskriptif ialah penelitian yang diarahkan
pada memperoleh gambaran pada saat ini. Penelitian ini tidak
mengadakan manipulasi pada variabel bebas, tetapi menggambarkan
suatu kondisi apa adanya.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan gambaran perencanaan yang
42
dilakukan oleh peneliti dalampenelitian. Adapun desain penelitian yang
dilakukan oleh peneliti secara umum ada tiga tahapan, yaitu sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahapan peneliti dalam
merencanakan penelitian dan membuat rancangan penelitian yang
akan dilaksanakan. Sebelumnya, peneliti menentukan tempat
penelitian dan menentukan fokus permasalahan dalam penelitian
yang dirancang dengan observasi awal dan melakukan wawancara
dalam menemukan permasalahan yang akan diteliti dan
selanjutnya menyusun rancangan penelitian dalam bentuk proposal
penelitian. Dalam hal ini, peneliti mengajukan proposal penelitian
tentang peran pendidikan Islam terhadap pembentukan karakter
siswa. Jadi, tujuan peneliti untuk mengetahui sejauh mana peran
pendidikan agama islam dalam pembentukan karakter siswa.
Selanjutnya, peneliti mengurus segala sesuatu yang dibutuhkan
dalam perizinan untuk penelitian ke SDIT Indra Bangsa.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaanmerupakan tahapan peneliti untuk
melakukan penelitian ke lapangan dengan memasuki situasi dan
kondisi lapangan. Pada tahapan ini, peneliti berperan dalam
43
mengumpulkan data dengan pedoman wawancara dan pedoman
observasi, serta studi dokumentasi dan studi pustaka untuk
melengkapi data penelitian.Pedoman wawancara dan pedoman
observasi telah dirancang sebelumnya dalam aspek-aspek yang
akan diteliti di lapangan, yaitu mengajukan pertanyaan dan
mengamati tentang peran pendidikan agama Islam terhadap
pembentukan karakter siswa serta faktor pendorong dan
penghambat pendidikan agama dalam menjalankan peran sebagai
karakter siswa di sekolah.
3. Tahap Pelaporandan Penyelesaian
Tahapan laporan merupakan tahapan akhir dalam penelitian
yang peneliti lakukan. Dalam tahapan pelaporan ini, peneliti
mengolahdata yang telah didapat melalui observasi, wawancara,
studi dokumentasi dan studi pustaka agar dapat dianalisis dengan
mudah sesuai dengan kaidah olahan data dan analisis data yang
digunakan dalam penelitian kualitatif. Selanjutnya, peneliti
menyimpulkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan.
D. Subjek Data
Menuru Sugiyono (2014: 54)penentuan subjek penelitianatau
subjek data pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Purposive
Sampling, yaitu teknik pengambilan subjek data dengan pertimbangan
tertentu. Subjek penelitian atau responden adalah orang yang diminta
44
untuk memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat,
maka penentuan subjek penelitian dalam penelitian ini digunakan
untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan secara jelas dan
mendalam.
Jadi, pengambilan subjek penelitian atau responden dengan
menggunakan purposive sampling dinyatakan cocok dengan masalah
penelitian yang peneliti bahas, yaitu penentuan subjek didasarkan atas
tujuan peneliti dalam mengungkap masalah yang diangkat dalam
penelitian.Subjek penelitian ditentukan berdasarkan orang yang
dianggap paling tahu tentang informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian, sehingga akan memudahkan peneliti dalam menelusuri
situasi yang diteliti. Peneliti menentukan subjek penelitianberdasarkan
permasalahan yang akan diteliti tentang peran pendidikan Islam
terhadap pembentukan karakter siswa. Subjek yang peneliti ambil ada
3 siswa, 3 orang tua murid dari siswa, dan 1 guru.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan
beberapa teknik pengumpulan data:
1. Observasi
Sebagai metode ilmiah, observasi biasa diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan dengan statistik fenomena yang
45
diselidiki. Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan langsung di
SDIT Indra Bangsa, Tangerang. Observasi ini digunakan untuk
mendapatkan data yang lebih objektif jika dilakukan pengamatan
secara langsung.
3.2 Pedoman Observasi
No. Aspek yang di amati Ya Tidak
A. Kegiatan Belajar Mengajar
1. Membiasakan diri mengawali atau mengakhiri KBM dengan berdoa.
2. Materi-materi yang disampaikan berkaitan dengan peran pendidikan Islam terhadap karakteristik siswa.
3. Kematangan peserta didik dalam mengikuti KBM terlihat dari konsentrasi siswa di dalam kelas.
4. Peserta didik dapat saling membantu temannya pada saat temannya kesulitan dalam menerima materi pelajaran.
5. Peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam kegiatan di sekolah.
6. Antara peserta didik saling menghormati dan menghargai satu sama lain.
B. Budaya Sekolah
1.
Perilaku kepala sekolah dan guru dapat memberikan contoh baik yang berkaitan dengan pendidikan karakter terhadap pembiasaan peserta didik di lingkungan sekolah.
2. Perilaku penjaga sekolah, penjaga kantin, dan penjaga kebersihan dapat memberikan contoh baik yang berkaitan dengan pendidikan karakter terhadap pembiasaan
46
peserta didik di lingkungan sekolah.
3. Antar warga sekolah saling menghargai dan menghormati satu sama lain.
4. Saling membantu apabila ada teman atau seseorang yang membutuhkan pertolangan dalam kesulitan.
5. Saling menjaga lingkungan sekolah.
6. Saling mengingati antara teman tentang kebersihan sekolah terhadap sampah-sampah yang dilihatnya.
7. Berbicara sopan dan santun sesama teman atau orang yang lebih dewasa.
8. Menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter di lingkungan sekolah.
2. Wawancara
Untuk memperoleh data yang memadai sebagai Cross
Ceks, peneliti juga menggunakan teknik wawancara. Wawancara
merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal
kepada orang-orang yang dapat memberikan informasi dan
memiliki relevansi dengan masalah penelitian. Wawancara dalam
penelitian ini diajukan kepada siswa, guru, dan kepala sekolah
mengenai peran pendidikan Islam terhadap karakter siswa di
sekolah.
Menurut Sugiyono dalam Anis dan Kandung (2014: 14)
membagi tiga macam teknik wawancara yaitu wawancara
terstruktur, wawancara semistruktur , dan tidak tersruktur
1. Wawancara terstruktur
47
Teknik ini biasanya digunakan dalam metode penelitian
kuantitatif. Dikatakan wawancara terstruktur karena peneliti
telah menentukan dan membatasi informasi apa yang akan di
dapat. Hal tersebut disebabkan karena peneliti sudah memiliki
panduan pertanyaan yang didasarkan pada instrument
penelitian berupa kuesioner dbuat berdasarkan breakdown kisi-
kisi variabel.
2. Wawancara semistruktur
Dalam teknik ini peneliti memiliki pedoman wawancara, ada
pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan namun pertanyaan
ini memiliki kemungkinan untuk berkembang. Teknik ini masuk
dalam kategori indepth interview.
3. Wawancara tidak terstruktur
Teknik ini juga masuk dalam kategori indepth interview, dimana
seorang peneliti memiliki keleluasaan untuk bertanya apapun
kepada narasumber. Jenis wawancara ini digunakan dalam
melakukan grand tour observation maupun pada proses
pendalaman dan penggalian data dari sumber data.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrument
Variabel Sub Indikator Sumber Jumlah
48
Variabel Data
karakter siswa
Amanah
1. Dapat dipercaya 2. Jujur.
Wawancara 1,2
Rasa hormat
1. Toleransi 2. Menjaga kedamaian 3. Menghargai pendapat
orang lain.
Wawancara 3,4,5
Tanggung jawab
1. Selalu menunjukkan ketekunan
2. Melakukan yang terbaik untuk dirinya dan orang lain
3. Disiplin
Wawancara 6,7,8
Adil
1. Melakukan tindakan untuk memutuskan sesuatu sesuai aturan
2. Berkeinginan untuk membagi dan mengambil peran secara bergiliran
3. Selalu berpikiran terbuka dan mendengarkan orang lain
4. Menghindari dan menjauhkan diri dari upaya mengambil keuntungan dari orang lain
5. Tidak melakukan sesuatau dengan menyalahkan orang lain
Wawancara 9,10, ,11
Peduli
1. Memiliki jiwa yang penuh kasih dan peduli
2. Mengekspresikan rasa syukur
3. Memberi maaf dan memaafkan orang lain
4. Membantu orang yang membutuhkan
5. Menjaga kebaikan bersama orang lain
Wawancara 12,13,1
4,15
Nasionali 1. Bekerjasama dan Wawancara 16,17,1
49
s berkolaborasi 2. Memberikan hak suara
ketika memilih 3. Mematuhi hukum dan
peraturan 4. Menjaga dan
memelihara lingkungan 5. Menghormati
kekuasaan atau memegang otoritas
8
3. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2006: 158) menyatakan bahwa
dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-
barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi,
peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan
harian, foto-foto, dan sebagainya.
Teknik ini, merupakan penelaahan terhadap referensi-
referensi yang berhubungan dengan fokus permasalahan
penelitian. Dokumen-dokumen yang dimaksud adalah dokumen
pribadi, dokumen resmi, referensi-referensi, dan foto-foto. Data ini
dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menguji, menafsirkan bahkan
untuk meramalkan jawaban dari fokus permasalahan penelitian.
Dokumentasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang struktur
organisasi, keadaan guru dan murid, serta kurikulum di SDIT Indra
Bangsa Tangerang.
50
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses akhir dalam penelitian untuk
melakukan olah data dan mendapatkan hasil kesimpulan dari
penelitian yang dilakukan. Menurut Sugiyono (2007: 337), analisis data
dalam penelitian kualitatif sebagai berikut: Analisis data dalam
penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode
tertentu, pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis
terhadap jawaban yang diwawancarai. Berdasarkan pernyataan
Sugiyono tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis data
yang dilakukan dalam penelitian kualitatif dilakukan secara terus
menerus sehingga diperoleh data yang kredibel.
Sedangkan menurut Afrizal (2015: 172) analisis data dalam
penelitian kualitatif adalah aktivitas yang dilakukan secara terus
menerus selama penelitian berlangsung, dilakukan mulai dari
pengumpulan data sampai pada tahap penulisan laporan. Oleh sebab
itu dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dan analisis data
bukanlah dua hal yang terpisah seperti yang lazim dilakukan dalam
penelitian kuantitatif. Hal ini berarti, pengumpulan data dan analisis
data dilakukan bersamaan. Selama proses penelitian, seorang peneliti
secara terus-menerus menganalisis datanya.
1. Analisis data di lapangan moel Miles dan Huberman
a. Data Reduction (reduksi data)
51
Menurut Sugiyono (2015: 339) reduksi data merupakan
proses berfikir sensitive yang memerlukan kecerdasan dan
keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Mereduksi
berarti meringkas, dan mengatagorisasi data untuk menentukan
aspek-aspek penting atau membuang yang tidak perlu sehingga
memberikan gambaran jelas dan mempermudah dalam
pengumpulan data.
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup
banyak, sehingga perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti
telah dikemukakan sebelumnya, semakin lama peneliti
kelapangan, maka jumlah data yang diperoleh akan semakin
banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu perlu segera
dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh
tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif
adalah pada temuan. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam
melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu yang
52
dipandang asing, tidak dikenal belum memiliki pola, justru itulah
yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi
data.
b. Data Display (penyajian data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data
bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, dan sejenisnya. Dan yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan
untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasrakan apa yang telah dipahami tersebut.
c. Conclusion Drawing (verification)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan
yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti
yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.
53
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah
dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Kesimpulan
dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Identitas orangtua, siswa dan guru
Penelitian ini dilaksanakan di SDIT Indra Bangsa, yang
beralamat di jalan poris gaga baru Cipondoh Tangerang. Penelitian ini
54
melibatkan orangtua, siswa dan guru yang diantaranya berjumlah 3
orang orangtua, 3 siswa SD kelas IV, dan 1 orang guru.
Table 4.1 Nama-nama Orangtua,siswa dan guru yang di Wawancarai
No Nama
Orangtua dan Guru
Nama Siswa
kelas Tanggal
penelitian
1. Dini Islami Jaelani IV 20 Februari 2018
2. Munawaroh Dinar IV 2 Maret 2018
3. Masroh willy IV 5Maret 2018
4. Robiatul Adawiyah - - 27 Maret 2018
B. Hasil Analisis Data
1. Hasil wawancara orangtua
Jumlah orangtua yang diwawancarai oleh peneliti sebanyak 3
orang wawancara ini dilaksanakan mulai tanggal 10 Januari 2018
sampai dengan 30 Maret 2018. Peneliti melakukan wawancara
dengan orangtua pelaku secara langsung, dengan berkunjung ke
kediaman anak yang telah diwawancarai di sekolah.
1) Apakah Bapak/ibu memberikan kepercayaan pada anak ibu untuk
menabungkan uang yang telah diberikan untuk di tabung di
Sekolah?
a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: iya, saya melatih anak
saya agar jujur dengan uang tabungan yang saya telah kasih
b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: Insya Allah saya sih
percaya sama anak saya
55
c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: iya, saya memberikan
kepercayaan sama anak saya
Peneliti mengambil kesimpulan dari jawaban orangtua di
atas bahwasannya semua orangtua pasti akan mempercayai
anak-anka nya. Karena jika orangtua mempercayai anaknya tidak
ada prasangka buruk maka anak pun akan mempercayai
orangtunya. Orangtua memberikan amanah berupa uang
tabungan kepada anak-anaknya menjadikan anak dapat dipercaya
oleh oarangtuanya.
Tetapi alangkah baiknya sebagai orangtua harus mengecek
buku tabungan yang dipegang oleh anaknya untuk memastikan
kebenaran yang terjadi, agar tidak terjadinya kesalah pahaman
diakhir pengambilan uang tabungan. Dan orangtua pun harus
selalu memberikan perhatian yang lebih kepada anak agar anak
merasa diperhatikan oleh orangtuanya.
2) Apakah anak Bapak/ibu mengerjakan pekerjaan rumah (PR)
secara jujur?
a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: iya, dia biasanya kalo
malem ngerjain PR nya
b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: kalau untuk PR kadang-
kadang saya nanya nya, ada PR apa enggak
56
c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: iya, dia ngerjain PR biasanya
sama saya atau sama bapaknya
Peneliti menyimpulkan bahwa anak tidak malas dalam
mengerjakan PR, anak-anak biasanya mengerjakan tugasnya
ketika mereka pulang sekolah ataupun dimalam hari. PR
merupakan tanggung jawab mereka dalam pengerjaannya namun
sebagai orangtua harus selalu mengingatkan ketika anak sudah
lupa akan tugasnya. Dengan adanya tugas di rumah memberikan
waktu yang berkualitas untuk anak dengan orangtuanya.
Dalam mengerjakan PR seharusnya oarangtua juga
mendampingi agar anak dapat bertanya apa yang belum mereka
mengerti, orangtua terutama ibu merupakan sekolah pertama bagi
anak-anaknya, tetapi seorang ayah berhak mengetahui serta
mengingatkan sang anak untuk belajar di rumah. Karena orangtua
harus bekerja sama dalam hal yang menunjang pendidikan sang
anak baik di sekolah maupun di rumah, karena selain guru
orangtua pun berperan penting dalam mendidikn anak.
Mengerjakan PR di rumah melatih anak dalam bersikap jujur yang
dimana sifat jujur ini harus tertanam di diri seorang anak dari kecil.
3) Bagaimana cara Bapak/ibu mengajarkan anak tentang toleransi
beragama yang ada di Indonesia?
57
a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: saya mengajarkan
kepada anak dengan menghargai perbedaan agama
seseorang
b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: saya punya tetanngga
yang beda agama, dari situ saya ngajarain ke anak saya klo
kita harus ngehargain agama orang lain
c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: dengan cara menghormati
agama lain
Dari jawaban di atas dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa,
sikap yang harus di miliki setiap manusia bila ingin hidupnya
berhasil ditengah-tengah masyarakat adalah sikap toleransi ini.
Yang di mana sikap toleransi ini juga hadir karena
keanekaragaman manusia, baik secara fisik, akal, perasaan,
pendapat, hingga perbedaan suku, warna kulit, ras, dan agama.
Sebagai orangtua harus mengajarkan kepada anak-
anaknya sikap toleransi yang dimana kita harus hormat atas apa
yang telah di pilih orang lain dengan keyakinannya. Sikap toleransi
mengajarkan kepada anak untuk saling menghormati sesama
manusia
4) Apakah Bapak/ibu pernah melihat anak ibu saling mencela dalam
ucapan sesama temannya?
a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: bukan mencela
mungkinya, hanya cekcok omongan aja
58
b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: enggak pernah
c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: enggak pernah liat kalau saling
mencela gitu
Dari jawaban orangtua di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
setiap orangtua tidak andil dalam memerhatikan anak-anaknya
ketika bermain. Ketika bermain seorang anak membutuhkan
pengawasan dari orangtuanya agar tidak terjadinya hal-hal yang
tidak di inginkan. Seandainya orangtua tidak andil dalam
mengawasi anak-anaknya orangtua bisa menanyakan kepada
anaknya mengenai kegiatan bermainnya pada hari itu, seperti
main dimana saja hari ini, apa saja yang kamu lakukan hari ini dll.
Kegiatan mencela merupakan hal yang dibenci sama Allah
SWT. Maka dari itu sebagai orangtua harus selalu mengingatkan
kepada anak-anaknya untuk menjaga lisannya dari hal-hal yang
tidak baik. Karena perkataan yang dikeluarkan dari mulut
seseorang itu bisa menjadi bahaya jika orang yang kita cela sakit
hati terhadap perkataan kita.
5) Apakah Bapak/ibu mengajarkan kepada anak untuk selalu
mendengarkan pendapat orang lain?
a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: iya, saya selalu
mengajarkan ke anak saya untuk menghargai pendapat orang
lain
59
b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: ya, ngajarinnya gitu kalau
orang lagi bicara dia mau memotong kadang saya suka
senggol untuk mendengarkannya dulu
c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: iya, ngajarinnya biasanya
langsung ngasih contoh aja sih misalnya kaya dia lagi
berbicara atau apa tapi tidak di dengar oleh orang lain berarti
dia harsu mau mendengarkan pendapat orang lain juga.
Dari jawaban orangtua dia atas peneliti menyimpulkan
bahwa, setiap orangtua mengajarkan kepada anak-anknya untuk
menghargai pendapat orang lain. Karena sebuah pendapat itu
sebuah argumentasi yang dinyatakan seseorang yang ingin
argumennya di hargai atau didengarkan oleh orang lain.
Menghargai pendapat orang lain mengajarkan kepada anak
rasa hormat atas apa yang dikemukakan oleh seseorang. Ketika
kita ingin dihargai oleh seseorang maka hargailah orang lain
terlebih dahulu dalam hal apapun, karena dalam pendapat orang
lain itu bisa saja ada masukan yang penting untuk diri kita,
kelompok lita, atau pun demi kemajuan kita bersama.
6) Apakah Bapak/ibu akan memberikan pekerjaan yang selanjutnya
ketika pekerjaan sebelumnya belum tuntas di kerjakan?
a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: enggak akan ngasih
pekerjaan yang baru kalau pekerjaan yang dikerjakannya aja
belum tuntas
60
b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: enggak
c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: enggak akan ngasih, soalnya
ga akan kelar kerjaannya
Peneliti menyimpulkan dari jawaban orangtua dia atas
bahwa, setiap orangtua tidak akan memberikan suatu pekerjaan
yang baru manakala pekerjaan yang sebelumnya saja belum
tuntas dikerjakan oleh anaknya. Dari jawaban di atas orangtua
juga mengajarkan kepada anaknya untuk selalu bersikap
tanggung jawab atas apa yang dikerjakannya agar mendapatkan
hasil yang baik atas apa yang telah dikerjakannya.
7) Apakah Bapak/ibu memberikan arahan kepada anak untuk
membantu teman yang kesulitan dalam pembelajaran?
a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: iya, saya selalu bilang ke
anak saya untuk saling tolong menolong dalam kebaikan
apalagi dalam pembelajaran
b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: ya, paling ngarahinnya
bantu teman kamu kalau lagi ada yang kesulitan yan nak
c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: iya
Dari jawaban di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa,
tolong menolong adalah sikap saling membantu untuk
meringankan beban (penderitaan, kesulitan) orang lain dengan
melakukan sesuatu yang kita bisa. Bantuan yang dimaksud dapat
berbentuk bantuan tenaga, waktu, ataupun dana. Kegiatan tolong
61
menolong harus kita lakukan ketika hal itu positif, jangan sampai
kita tolong menolong dalam kegiatan yang negative.
Semua orangtua pasti megajarkan kepada anak-anaknya
untuk saling tolong menolong karena manusia merupakan
makhluk individualis namun sekaligus makhluk sosial. Manusia
membutuhkan privasi namun tidak akan pernah mampu hidup
tanpa campur tangan dan pertolongan orang lain. Sikap tolong
menolong yang dilakuakan oleh anak ketika menolong temannya
yang kesulitan dalam pembelajaran merupakan sikap tanggung
jawabnya terhadap dirinya dan orang lain.
8) Apakah Bapak/ibu mengikutsertakan anak dalam pembuatan
peraturan-peraturan di rumah?
a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: bukan mengikutsertakan
sih ya, hanya ngebilangin aja kalau peraturan di rumah begini
begitu
b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: tidak mengikutsertakan
c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: tidak saya ikut sertakan,
soalnya kan peraturannya tidak tertulis hanya omongan saja
Dari jawaban orangtua di atas dapat disimpulkan bahwa,
orangtua tidak mengikutsertakan anak-anaknya dalam kegiatan
pembuatan peraturan-peraturan di rumah. Alangkah baiknya
setiap orangtua mengikutsertakan anak-anaknya dalam
62
pembuatan peraturan-peraturan di rumah karena agar anak
merasa nyaman terhadap peraturan peraturan yang telah
disepakatinya bersama dan anak juga mempunyai rasa tanggung
jawab atas apa yang telah di buatnya.
Dalam pembuatan peraturan-peraturan bersama
mengajarkan kepada anak sikap disiplin dalam menjalankan
peraturan-peraturan. Anak-anak juga merasa nyaman dan senang
dalam mengerjakan peraturan-peraturan yang telah disepakatinya
bersama dan tidak adanya rasa beban atas peraturan-peraturan
tersebut.
9) Apa yang akan Bapak/ibu lakukan ketika melihat anak sebaya
anak Bapak/ibu berkelahi? Dan bagaimana cara mengatasinya ?
a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: langsung meleraikannya
dan memanggil orang tuanya
b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: meleraikannya secara
langsung
c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: manggil orang tuanya kalau
rumahnya dekat rumah saya
Dari jawaban orangtua di atas dapat di simpulkan bahwa,
setiap orangtua yang melihat seorang anak berkelahi mereka
langsung meleraikannya ataupun memanggil orangtuanya untuk
menyelesaikan permasalahan yang telah terjadi. Jawaban dari
orangtua di atas merupakan tanggapan yang cepat atas apa yang
63
telah dilhatnya, dan dari setiap orangtua juga tidak mau
merasakan apa yang telah dilihatnya terjadi kepada anak-
anaknya.
10) Apakah Bapak/ibu memberikan giliran piket kepada anak-anak di
rumah?
a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: kalau Jaelani adiknya
masih kecil, palingan Jaelani ngerapihin kamarnya aja untuk
piket dia
b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: enggak
c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: iya, dia bergantian sama
kakak-kakaknya Cuma ngambil bagian buang sampah di TPS
aja
Peneliti mengambil kesimpulan bahwa, tidak semua
orangtua memberikan giliran piket kepada anak-anaknya. Mungkin
dirumahnya sudah mempunyai pekerja rumah tangga ataupun
orangtuanya sendiri yang melakukanya. Tujuan di lakukannya
giliran piket kepada anak bertujuan untuk bersikap adil orangtua
dan tidak membeda-bedakan setiap anaknya.
Terjadinya giliran piket dirumah mengajarkan anak untuk
bertanggung jawab atas tugasnya dan mandiri atas apa yang akan
dilakukannya. Tetapi tidak semua usia anak harus mengikuti
giliran piket yang ada di rumah.
64
11) Apakah Bapak/ibu memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengemukakan pendapat dalam kegiatan hal apapun?
a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: iya, palingan kaya
berpendapat kalau membeli sesuatu yang bagusnya tuh kaya
gimana
b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: iya
c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: iya, memberikan kesempatan
ke anak saya
Dari jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa, setiap
orangtua selalu memberikan kesempatan kepada anak-anaknya
dalam berpendapat dalam kegiatan hal apapun yang dilakukan di
rumah. Hasil dari berpendapat akan menimbulkan jiwa kepekaan
terhadap lingkungannya dan memiliki jiwa kepemimpinannya
terhadap diri anak.
Untuk menumbuhkan jiwa kepemimpinan anak harus
distimulus sesering mungkin, salah satunya dengan memberikan
kesempatan pada anak untuk mengungkapkan pendapatnya.
Namun orangtua tetap harus hati-hati dan teliti dengan apa yang
menjadi keinginan anak. Untuk beberapa masalah anak bisa
dilibatkan untuk diminta pendapatnya, namun tidak semua
pendapat anak harus dituruti.
Seorang anak masih memiliki keterbatasan dalam dalam
mengolah informasi. Mereka masih berpikir pra-operasional dan
65
bersifat egosentris. Jadi, terkadang pendapat yang mereka
utarakan adalah sesuatu yang dilihat dari sudut pandangnya
sendiri. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menstimulasi
anak mengeluarkan pendapat dengan baik adalah
mengikutsertakan anak pada sebuah forum diskusi, karena bisa
menjadi wadah yang tepat untuk melatih anak mengungkapkan
pendapatnya. Selain itu juga anak dapat berdebat dengan baik,
melatih berpikir kritis dan memiliki jiwa kepemimpinan lainnya.
12) Apakah Bapak/ibu mengajarkan rasa empati kepada anak ketika
melihat seseorang terkena musibah?
a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: iya, saya ngajarin rasa
empati itu untuk saling tolong menolong sesama teman
b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: iya, ngajarin
c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: iya, ngajarin dengan ngasih
contoh realnya aja
Dari jawaban orangtua di atas dapat disimpulkan bahwa,
setiap manusia pada dasarnya mempunyai rasa empati terhadap
seseorang yang terkena musibah. Empati sendiri merupakan
kelanjutan dari sikap simpati, yaitu perbuatan nyata untuk
mewujudkan rasa simpatinya. Rasa empati memungkinkan bagi
kita untuk menempatkan diri pada posisi orang-orang yang
menderita dan berbagi secara langsung dalam kesedihan mereka.
66
Rasa empati mengajarkan kepada anak tentang kepedulian
kita terhadap sesama yang membutuhkan pertolongan dari kita.
Seseorang yang sudah mempunyai rasa empati yang tinggi
menjadikannya seseorang yang memiliki jiwa yang penuh kasih
dan peduli. Sebagai orangtua harus mengajarkan kepada anak-
anaknya sikap empati, karena dari rasa empati tersebut anak akan
bisa merasakan apa yang orang lain rasakan.
13) Apakah Bapak/ibu mengajarkan kepada anak untuk selalu
bersyukur terhadapa apa yang dimilikinya ?
a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: iya, saya selalu ngajarain
ke anak saya untuk selalu bersyukur terhadap apa yang telah
kita miliki
b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: pasti ngajarin dong ke
anak saya
c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: iya, ngajarin kalau kita lagi di
atas rizkinya kan enak kalau kita lagi ada di bawah rezekinya
takutnya anak nya ga nerima. Makanya saya ajarkan untuk
selalu bersyukur
Dari jawaban orangtua di atas peneliti menyimpulkan bahwa,
setiap orangtua mengajarkan kepada anak-anaknya untuk selalu
bersyukur atas apa yang telah dimilikinya selama hidupnya.
Memang mudah untuk kita bersyukur akan hal-hal baik namun
seringkali kita merasa sulit untuk bersyukur akan hal-hal buruk.
67
Kita menganggap bahwa hal-hal buruk tersebut adalah sebuah
musibah yang dengannya membuat kita mengeluh dan lupa untuk
mengucap syukur atas nikmat-Nya yang telah diberikan kepada
kita.
Sebagai manusia tidak sepantasnya kita mengeluh dalam
keadaan apapun, karena Allah memberikan cobaan hidup bukan
karena tidak sayang kepada hamba-Nya tetapi karena Dia
menyayanagi hamba-Nya maka Allah berikan cobaan untuk
memperkuat keimanan kita kepada-Nya. Karena cobaan hidup
adalah pembelajaran untuk diri kita agar menjadi diri yang lebih
dewasa dan berkembang, karena dibalik itu semua pasti ada
hikmah yang bisa kita dapatkan dan percayalah bahwa rencana
Allah yang jauh lebih indah dari apa yang telah kita bayangkan
14) Apakah Bapak/ibu mengajarkan kepada anak untuk tolong
menolong terhadap sesama ? bagaimana cara mengajarkannya?
a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: iya, saya ngajarin ke anak
saya untuk saling tolong menolong terhadap sesama. Cara
mengajarkannya dengan cara langsung seperti melihat
pengemis pasti saya suruh anak saya yang ngasih uangnya
b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: iya, cara mengajarkannya
dengan melihat keseliling lingkungan rumah aja sih
68
c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: iya saya ngajarin ke anak saya
untuk tolong menolong. Cara mengajarkannya ke anak dengan
dengan memberikannya contoh dari saya
Peneliti menyimpulkan dari jawaban di atas bahwa, sikap
saling tolong menolong sudah kita bahas di soal no 7. Disini
peneliti hanya meng cross check pertanyaan yang hampir sama
dengan pertanyaan no 14. Pasti semua orangtua mengajarkan
sikap saling tolong menolong, karena menolong berarti kita
membantu orang lain yang mengalami kesulitan atau kesusahan.
Tolong menolong berarti kita saling membantu antara kita
dan orang lain. Ini semua tidak lepas karena kita makhluk sosial,
jika kita memiliki sikap yang suka menolong maka manfaatnya
adalah kita akan memiliki banyak teman. Tujuan menolong adalah
meringankan orang yang mengalami kesulitan.
15) Bagaimana cara Bapak/ibu mengajarkan kepada anak ketika
bertemu/berpapasan dengan orang yang lebih tua dari seusianya?
a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: saya biasnya ngasih
contoh ke anak saya misalnya ada kakak saya pasti saya kan
berjabat tangan nanti anak saya akan mengikuti tingkah laku
saya untuk berjabat tangan juga
b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: ngajarinnya dengan
memberi tahunya bahwa kalau ada yang lebih tua dari kita kita
harus memberi salam dan mencium tangannya
69
c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: anak saya udah tau ko kalau
ada yang lebih tua dari seusianya pasti dia langsung mencium
tangannya
Dari jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa, pada
hakikatnya semua manusia mempunyai rasa hormat kepada orang
yang lebih tua dari seusianya. Karena seorang anak akan meniru
atau mencontoh orang yang berada disekitarnya, jika orang
disekitarnya mempunyai sikap sopan dan santun maka anak
tersebut pun akan mempunyai sikap sopan dan santun dan begitu
pun kebalikannya.
Kita harus menanamkan rasa sopan dan santun kepada diri
kita, teman kita, keluarga kita karena dengan adanya rasa sopan
dan santun dalam diri kita maka kita akan selalu menghormati
orang yang lebih tua kepada kita kalau kita tidak menanamkan
rasa sopan santun ini kepada diri kita maka celakalah kita, jangan
kan mau menghormati orang lain, orang lain pun tidak mau
menghormati kita.
16) Apakah Bapak/ibu mengikutsertakan anak untuk kegiatan
bergotong royong/kerja bakti yang di adakan di lingkungan
sekolah/rumah?
a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: iya saya selalu mengajak
anak saya untuk ikutan gotong royong di sekitaran rumah
b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: iya
70
c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: kadang Willy kalau ada kerja
bakti gitu di lingkungan rumah dia pasti main bukannya ikutan
kerja, jadinya saya suka ga ngasih tau dia kalau ada kerja bakti
Dari jawaban di atas dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa,
kegiatan gotong royong merupakan budaya Indonesia yang sudah
ada. Sikap gotong royong itu seharusnya dimiliki oleh seluruh
masyarakat yang ada di Indonesia. Karena dengan adanya
kesadaran setiap manusia melakukan setiap kegiatan dengan
cara gotong royong, degan demikian segala sesuatu yang akan
dkerjakan dapat lebih mudah, cepat diselesaikan dan menerapkan
perilaku gotong royong maka hubungan persaudaraan atau
silaturahmi akan semakin erat.
Sikap gotong royong merupakn sikap nasionalis kita
terhadap sesama manusia, karena sikap tersebut mengajarkan
arti tentang bekerjasama dan berkolaborasi dengan baik.
Menanamkan rasa nasionalis terhadap diri anak merupakan sikap
yang tidak akan pernah terlupakan leh anak tersebut dan
mengikutsertakannya pula menjadi sebuah kenangan ataupun
sebuah rasa tanggung jawab yang dimilikinya.
17) Apa yang akan Bapak/ibu lakukan ketika melihat anak tidak
mematuhi peraturan yang telah disepakati bersama di dalam
keluarga? Dan apakah Bapak/ibu akan memberikan
konsekuensinya ketika tidak mematuhinya?
71
a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: langsung menegurnya sih
biasnya soalnya diakan pasti udah tau kalau dia melanggar
peraturan pasti saya langsung menegurnya terlebih dahulu
b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: memarahinya
c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: menegurnya kalau tidak bisa
ditegur berarti dikasih hukuman untuk pelanggarannya
Dari jawaban orangtua di atas dapat disimpulkan bahwa,
setiap orang tua mempunyai karakter yang berbeda-beda. Yang di
mana salah satu dari orangtua langsung memarahi anaknya ketika
mereka salah, alangkah baiknya orangtua menegur atau
mengingatkannya terlebih dahulu ketika mereka tidak bisa untuk di
ingatkan baru lah sebagai orangtua memberinya hukuma atas apa
yang telah di perbuatnya.
Setiap manusia ataupun setiap anak mempunyai karakter
yang berbeda-beda, sebagai oragtua harus mengetahui karakter
dari setiap anak-anaknya agar orang tua mengenal siapa diri
anaknya dan bagaimana cara menanganinya. Hal salah yang
dilakukan oleh anak adalah hal wajar bagi setiap anak-anak,
karena masa-masa mereka adalah masa bermain apalagi untuk
anak kelas IV. Terkecuali jika anak sudah melewatkan batas atas
apa yang telah di perbuatnya baru lah sesosok orangtua harus
mengingatkannya atau pun menegur dirinya.
72
18) Bagaimana cara Bapak/ibu mengajarkan kepada anak untuk
peduli terhadap lingkungan?
a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: ngajarin anak saya untuk
peduli lingkungan dengan cara merawat dan menjaga taman
yang di rumah terlebih dahulu, kalau sudah bisa menjaganya
pasti untuk lingkungan dia juga bisa merawatnya
b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: saya ngajarin anak saya
untuk peduli terhadap lingkungan biasanya dengan hal kecil
terlebih dahulu seperti membuang sampah ke tempat sampah
c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: cara peduli terhadap
lingkungan banyak ya, contohnya seperti menyiram tanaman,
membuang sampah pada tempatnya dan masih banyak lagi
Dari jawaban orangtua di atas dapat disimpulkan bahwa,
pengajaran pertama yang di rasakan oleh setiap anak adalah dari
seorang ibu. Karena dalam pepatah di katakana ‘Al-ummu
madrasatul ula’ maksudnya adalah ibu adalah sekolah utama bagi
anak-anaknya. Jadi apa yang di lakukan atau pun yang dia
ajarkan oleh seorang ibu kepada anaknya di waktu kecil maka
anak itu akan selalu teringat hal-hal yang diajarkan oleh ibunya,
dari hal yang positif ataupun hal yang negative.
Seorang ibu haruslah berusaha untuk terus mencerdaskan
diri, menjadi ibu yang layak dijadikan madrasah utama bagi anak-
ananya. Tak peduli apakah berkarya di luar atau di rumah, semua
73
ibu mempunyai tanggung jawab dan peran yang utama. Maka
jawaban di atas anak-anak sudah mempunyai rasa nasionalis
terhadap lingungannya untuk menjaga dan memeliharanya ketika
melihat hal-hal yang tidak sewajarnya.
2. Hasil wawancara siswa
1) Apakah kamu menabungkan uang kepada Bapak/ibu guru sesuai
dengan unag yang diberikan oleh orangtua mu?
a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: sesuai ka, biasanya
dikasih ibu 10 rb
b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: sesuai, kadang-
kadang tidak di kasih uang tabungan juga ka
c) Willy putra dari ibu masroh menjawab: iya ka, aku nabung
sesuai yang dikasih mamah
Dari jawaban siswa di atas dapat disimpulkan oleh peneliti
bahwa setiap siswa mempunyai rasa jujur yang dimana semua
siswanya memegang amanah yang diberikan oleh orangtuanya.
Diberikannya amanah kepada siswa seperti menabungkan uang
kepada guru di sekolah melatih siswa dalam bersikap jujur, agar
semua siswa mempunyai kepribadian yang jujur yang dapat di
percaya oleh orang lain.
Mengajarkan kepada seorang anak untuk bersifat jujur
sangat sulit jika kita melatihnya ketika mereka sudah dewasa.
74
Karena mereka sudah sulit untuk membentuk karakternya atas
apa yang kita inginkan. Maka dari itu ajarkan lah hal-hal yang
positif kepada anak-anak untuk membentuk karakternya menjadi
lebih baik, apalagi untuk bersikap jujur sangat lah sulit jika kita
tidak menanamkan sifat tersebut sewaktu dari mereka kecil.
2) Apakah kamu mengerjakan pekerjaan rumah (pr) secara jujur?
a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: kadang-kadang aku
ngerjain pr di kelas ka, kalau aku lupa ngerjain di rumah
b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: ya ka jujur, aku
ngerjain pr biasanya sama ayah
c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: jujur ka aku ngerjain pr
nya, biasanya aku ngerjain sama mamah
Dari jawaban di atas dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa,
siswa dapat mengerjakan pekerjaan rumah secra jujur. Tetapi ada
1 siswa yang mengerjakan pekerjaan rumahnya disekolah yang
dimana orangtua sangat lah berperan penting tehadap anak-
anaknya di rumah. seharusnya orang tua harus menanyakan
kepada anaknya tentang dia bersekolah, tentang kegiatannya di
sekolah, menanyakan pekerjaan rumahnya agar anak-anak
merasa di perhatikan oleh orang tuanya dan merasa senang
dalam bersekolah.
75
Dari jawaban di atas juga mengajarkan kepada anak tentang
komunikasi antara anak dan orangtua, karena sesosok anak
membutuhkan waktu yang banyak untuk sekedar berbincang-
bincang kepda orangtuanya. Komunikasi yang baik sangat penting
dalam hubungan antara orang tua dan anak, karena melalui
komunikasi orang tua dapat membangun hubungan yang
menyenangkan dan positif. Mengerjakan PR juga dapat
menjadikan quality time anatara anak dan orangtua, untuk
berinteraksi dengan baik.
3) Bagaimana cara kamu menghormati agama orang lain ketika
mereka sedang beribadah?
a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: tidak mengejek suku
agama
b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: tidak berisik dan
menghormatinya
c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: menghormati agama
lain
Peneliti menyimpulkan dari jawaban siswa di atas, bahwa
semua siswa menghargai dan meghormati agama dari setiap
orang yang berbeda dari mereka. Karena dalam Al-qur;an
menyatakan bahawa “lakum dinukum wa liyadiin” maksudnya
adalah, silahkan anda beribadah menurut menurut agama mu,
76
kami pun beribadah menurut agama kami. Kita saling
menghormati, tidak akan saling merusuhi. Kami tidak akan
mengganggu ritual ibadah anda, begitupun sebaliknya.
Perbedaan adalah energy yang menciptakan warna-warni
kehidupan. Dinamika kehidupan akan tercipta dengan adanya
perbedaan. Sebaliknya, kehidupan hanya akan berjalan monoton
tanpa adanya perbedaan disinilah salah satu letak hikmah
perbedaan Allah Swt. Menciptakan kita berbeda-beda agar kita
mampu saling mengenal, saling belajar, dan mengelola perbedaan
tersebut agar membawa kebaikan bagi kehidupan bersama.
Perbedaan menjadi bahan baku yang harus bisa dimanfaatkan
untuk memunculkan gagasan-gagasan penting untuk membangun
kehidupan bersama yang lebih baik.
4) Apakah kamu pernah mencela dalam ucapan sesama teman?
a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: pernah, biasanya kalau
dia ngomongnya suka ga jelas
b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: pernah
c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: pernah ka, tapi ga
sengaja
Dari jawaban siswa di atas dapat di simpulkan bahwa,
setiap anak mempunyai karakter yang berbeda-beda. Contohnya
adalah pada salah satu anak di atas yang menjawab pernah
mencela temannya dalam ucapan, maka dari itu kita sebagai
77
orang tua ataupun seorang guru harus mengajarkan kepada anak-
anak untuk tidak slaing mencela dalam ucapan. Karena dari saling
mencela yang akan menyebabkan anak tidak mampu tumbuh
sebagai pribadi yang percaya diri. Anak akan memiliki rasa malu
yang kuat, bersikap ragu-ragu, dan lebih suka menarik diri dari
pergaulan di kemudian hari.
Dengan kata lain, jika kita sebagai orangtua mengharapkan
anak-anak tumbuh sebagai pribadi yang baik, sehat, cerdas,
berbudi luhur, tentu kata-kata sikap, dan prilaku kita pun harus
sesuai dengan harapan tersebut agar kita bisa memberi contoh
yang baik pada anak-anak kita. Jika orangtua menampilkan diri
sebaliknya dan memberikan contoh yang tidak baik maka
perkembangan anak-anak pun akanterganggu, tidak sesuai
dengan harapan.
5) Apa yang akan kamu lakukan ketika teman berpendapat dalam
kegiatan berdiskusi/bermusyawarah?
a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: menghargai pendapatnya
b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: mendengarkan
teman ketika berpendapat
c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: mendengarkannya dan
menghargainya
Dari jawaban siswa di atas dapat disimpulkan bahwa, semua
siswa dapat menghargai pendapat orang lain ketika mereka
78
sedang berpendapat. Mereka sudah mempunyai rasa hormat
terhadap temannya sendiri untuk menghargai pendapat orang lain.
Menghargai pendapat orang lain itu sangatlah bermanfaat untuk
diri kita ataupun orang yang memberi pendapat, karena bukankah
saran itu mengandung ajakan untuk melakukan
perubahan/kebaikan menjadi lebih baik.
Jadi setiap saran yang diberikan orang lain haruslah dihargai
dan diterima kemudian ditelaah dengan baik. Pendapat yang
berbeda merupakan sesuatu yang wajar, hendaknya dihadapi
dengan sikap saling menghargai.
6) Apakah kamu akan mengerjakan pekerjaan yang selanjutnya
ketika pekerjaan sebelumnya belum tuntas?
a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: tidak, karena harus di
tuntaskan
b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: di tuntaskan dulu
ka pekerjaan sebelumnya
c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: tidak
Dari jawaban siswa di atas dapat disimpulkan bahwa, semua
siswa sudah mengetahui apa arti tanggung jawab terhadap
tugasnya. Semua siswa tidak akan mau mengerjakan pekerjaan
yang baru jika pekerjaan yang sebelumnya saja belum tuntas,
karena di dalam diri siswa sudah tertanam sikap tanggung jawab.
79
Dari jawaban di atas juga dapat kita pahami bahwa, dimana
orang yang bekerja keras belum tentu bekerja tuntas terhadap
pekerjaanya. Seberapapun keras anda bekerja tapi kalau tidak
tuntas, maka tidak akan tercapai apa yang anda lakukan, dan dari
hasilnya pun tidak memuaskan dan menghabiskan waktu saja.
7) Apakah kamu akan membantu teman yang mengalami kesulitan
dalam mengikuti pembelajaran di kelas?
a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: iya, membantu teman
yang kesulitan dalam pembelajaran
b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: membantu orang
yang kesusahan waktu belajar
c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: terkadang malah saya
ka yang di bantu sama temen kalau tidak mengerti
Penulis dapat menyimpulkan dari jawaban anak di atas
bahwa, semua siswa mempunyai rasa peduli terhadap temannya
yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Siswa juga
mempunyai rasa tanggung jawab dan ingin melakukan yang
terbaik terhadap dirinya dan orang lain.
Menolong teman yang kesulitan dalam pembelajaran adalah
perbuatan yang baik, namun terkadang masih ada segelintir orang
yang belum memahami bahwa dalam tolong menolong pun
terdapat etika yang harus diperhatukan. Baik bagi si penolong
ataupun si peminta tolong. Menjaga etika dalam tolong menolong
80
perlu dilakukan agar tindakan tolong menolong tidak menimbulkan
perasaan tidak enak bagi satu maupun kedua belah pihak.
8) Apakah kamu mengikutsertakan diri dalam pembuatan peraturan-
peraturan di rumah/sekolah?
a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: iya ka
b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: iya, soalnya
peraturan-peraturannya yang buat kita ka
c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: iya
Dari jawaban di atas dapat peneliti simpulkan bahwa,
pembuatan peraturan-peraturan yang ada di sekolah
mengikutsertakan siswa dalam pembuatan peraturannya. Karena
terkaitnya siswa dalam pembuatan peraturan sekolah ataupun
kelas menjadikan siswa bersikap tanggung jawab atas apa yang
telah disepakatinya bersama. Ketika mereka salah mereka sudah
tau konsekuensinya dan tidak akan mau mengulanginya.
Diikutsertakanya siswa dalam pembuatan peraturan-
peraturan kelas ataupun sekolah menjadikan siswa bersikap
disiplin atas peraturan-peraturan yang ada. Disiplin sangat penting
dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin menjadi prasyarat bagi
pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan berdisiplin
yang akan mengantar seseorang siswa sukses dalam belajar.
Disiplin yang dimiliki oleh siswa akan membantu siswa itu
sendiri dalam tingkah laku sehari-hari, baik di sekolah maupun di
81
rumah. siswa akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan
yang di hadapinya. Aturan yang terdapat di sekolah akan bisa
dilaksanakan dengan baik jika siswa sudah memiliki jiwa disiplin
yang ada dalam dirinya.
9) Apa yang akan kamu lakukan ketika melihat teman berkelahi?
a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: memisahkan, tidak boleh
berkelahi
b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: memanggil guru
karena berkelahi itu tidak boleh ka
c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: langsung meleraikan
keduanya ka
Peneliti menyimpulkan dari jawaban siswa di atas bahwa,
semua siswa bersikap cekatan atas apa yang dilihatnya. Rata-rata
dari mereka bersikap langsung meleraikannya dengan melakukan
tindakan untuk memutuskan sesuatu sesuai aturan.
Di dalam mengatasi pertentangan dan konflik yang sedang
kita hadapi ataupun teman, kita perlu menyelesaikannya dengan
melakukan pembicaraan dan dalam membicarakannya perlu di
perhatikan lingkungan apakah mendukung untuk kamu dapat
membicarakannya. Hal-hal yang paling penting adalah memberi
maaf pada teman kamu yang bermasalah dengan kamu, sehingga
ketika kamu saling memaafkan maka konflik yang sedang terjadi
bisa di atasi.
82
Emosi terkadang mengedepankan nafsu semata, dalam
mengatasi konflik yang kita hadapi kita tidak boleh langsung
menyalahkan teman yang menyebabkan konflik terjadi, akan tetapi
usahakan bahwa kita juga bisa mengoreksi diri siapa tahu kita
yang salah. Menjalin komunikasi yang baik dengan cara berbicara
yang sopan dan tidak kasar, agar dimengerti dan tersampaikan
keinginan masing-masing .
10) Apakah kamu pernah mengambil peran sebagai pemimpin do’a di
kelas sebelum pembelajaran di mulai?
a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: pernah dong ka memimpi
doa di depan teman-teman
b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: pernah ka,
biasanya seminngu satu kali
c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: iya, pernah ka
Dari jawaban di atas dapat di simpulkan bahwa, semua
siswa mengalami menjadi pemimpin do’a di kelas sebelum
pembelajaran di mulai. Disini guru mengajarkan sikap adil dan
percaya diri kepada sisiwa untuk menjadi pemimpin ketika
mereka memimpin do’a di kelas. Semua siswa juga berkeinginan
untuk membagi dan mengambil peran secara bergiliran terhadap
sesama temannya.
Setiap orang mempunyai jiwa kepemimpinan, namun tidak
semua orang langsung menunjukkan bakat-bakat
83
kepemimpinannya. Ada juga orang yang harus di latih agar
muncul jiwa kepemimpinannya. Anak pun sebaiknya dilatih
menjadi pemimpin sejak dini, agar kelak ia terbiasa untuk
mengelola diri dan lingkungannya dengan baik. Jadi melatih
siswa dalam memimpin doa menjadikan anak untuk menjadi
pemimpin yang sesungguhnya di kelak nanti.
11) Apakah kamu memberikan kesempatan kepada teman-teman
untuk mengemukakan pendapat dalam kegiatan hal apapun?
a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: iya ka, karena kita kan
harus menghargainya
b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: iya
c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: iya ka
Penulis dapat menyimpulkan bahwa, setiap siswa bisa
memberikan kesempatan kepada temannya untuk mengemukakan
pendapat adalah hal yang baik untuk dirinya ataupun orang lain.
Sebagai seorang siswa mereka memiliki kebebasan
mengemukakan pendapat yang bertanggung jawab, artinya
kebebasan yang dilandasi dengan menghargai hak-hak orang lain
serta mengindahkan tata nilai dan norma yang ada.
Menghargai ataupun memberikan kesempatan kepada teman
kita dalam berpendapat merupakan hal yang penting dalam
kehidupan. Karena adanya pendapat bisa membuat kita menjadi
84
lebih baik kedepannya, siswa juga akan berpikiran terbuka dan
mau mendengarkan orang lain.
12) Apakah kamu mempunyai rasa empati terhadap teman-teman
yang terkena musibah?
a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: iya ka, kasihan soalnya
b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: iya, kita harus
saling tolong menolong ka
c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: iya ka
Dari jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa, setiap
manusia memiliki rasa empati yang sudah tertanam di dalam
dirinya. Rasa empati merupakan salah satu kunci keberhasilan
dalam interaksi antar pribadi. Dan dari sinilah kita memiliki jiwa
saling tolong menolong sesama manusia.
Dengan empati, kita bisa saling memahami apa yang
dirasakan oleh orang lain. Saling memahami antar pribadi yang
timbul dari empati akan meningkatkan kesadaran akan saling
ketergantungan. Karenanya akan timbul keinginan saling
bekerjasama. Selanjutnya akan timbul keinginan untuk
mendahulukan kepentingan orang lain. Akhirnya terjaln rasa
belas kasihan dan tenggang rasa terhadap sesama manusia.
13) Apakah kamu akan selalu bersyukur terhadapa apa yang telah
kamu miliki?
a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: iya, selalu bersyukur ka
85
b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: bersyukur ka
c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: iya ka, karena ibu selalu
ngajarin
Dari jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa, semua
siswa sudah mengerti apa itu kata syukur atas apa yang telah
dimilikinya. Bersyukur merupakan sebuah kata yang sederhana
namun memiliki makna dan dampak yang sangat luar biasa.
Bersyukur menurut bahasa adalah suatu sifat yang penuh
kebaikan dan rasa menghormati serta mengagungkan atas
segala nikmat-Nya, baik diekspresikan dengan lisan,
dimantapkan dengan hati maupun dilaksanakan melalui
perbuatan.
Bersyukur membuat hidup menjadi terasa indah, membuat
yang sedikit terasa cukup , mengubah apa yang kita miliki
menjadi lebih berharga, mengubah masalah yang kita hadapi
menjadi hikmah yang bernilai. Akan tetapi beberapa dari
manusia seolah tak pernah bisa bersyukur atas apa yang dimiliki
dan apa yang sedang dialami. Dan bagaimana caranya kita akan
mendapatkan hal-hal yang lebih besar bila kita saja tidak
mensyukuri atas apa yang telah kita miliki.
14) Apakah kamu di ajarkan oleh gurumu untuk saling tolong
menolong terhadap sesama? Dan berikan contohnya?
86
a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: iya ka diajarin sama ibu
guru untuk tolong menolong
b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: iya diajarain
c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: kita kan emang harus
tolong menolong ka terhadap sesama
Dapat disimpulkan dari jawaban di atas bahwa, setiap
manusia memiliki naluri untuk saling tolong menolong terhadap
sesama manusia yang membutuhkan. Dengan cara
mengajaknya, melihatnya, dan membantunya maka anak-anak
akan memiliki naluri untuk menolong dengan orang yang
membutuhkan pertolongan.
Pendidikan anak haruslah diberikan sejak dini,
mendapatkan ilmu tidak hanya di bangku sekolah saja tetapi di
dalam lingkungan keluarga pun pendidikan harus di beriakan oleh
orang tua kepada anak-anaknya. Seperti pendidikan akhlak dan
budi pekerti yang di mana pendidikan ini harus di tanam dari usia
sejak dini. Pendidikan tersebut haruslah ditanamkan di diri anak
agar anak mempunyai kepribadian yang baik, menghargai
perbedaan, menghargai satu sama lain dan juga menjadi
kepribadian yang berguna bagi nusa, bangsa dan agamanya.
15) Apa yang akan kamu lakukan ketika bertemu dengan orang yang
lebih tua darimu?
a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: bersalaman
87
b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: mengucapkan
salam
c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: bersalaman sama
memberi salam ka
Peneliti dapat menyimpulkan dari jawaban siswa di atas
bahwasannya, semua siswa akan memberikan salam atau
berjabat tangan kepada seseorang yang lebih tua dari seusia
mereka ketika mereka bertemu atau berpapasan dengan orang
tersebut. Disini membuktikan bahwa semua siswa mempunyai
jiwa peduli, hormat, dan dapat menjaga kebaikan bersama orang
lain.
Mengucapkan salam dan berjabat tangan kepada sesame
Muslim adalah perkara yang terpuji dan disukai dalam Islam.
Dengan perbuatan ini kaum Muslimin dapat saling bersatu dan
berkasih sayang di antara mereka. Dan hukum bagi yang
mengucapkan salam adalah sunnah dan menjawab salam adalah
wajib. Karena perbuatan ini bisa mengampuni dosa-dosa kita
yang telah kita perbuat dan dalam ucapan salam juga
mengandung do’a kebaikan di dalamnya, oleh karena itu
selalulah kita mengucapkan salam mudah-mudahan Allah
mengabulkan do’a orang yang mengucapkan salam dan yang
menjawab salam.
88
16) Apakah kamu mengikutsertakan diri untuk kegiatan gotong
royong/kerja bakti yang diadakan di sekolah/di rumah?
a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: iya, aku suka ikut kerja
bakti di sekolah
b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: iya, ikut
berpartisipasi ka
c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: iya ka
Dari jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa, semua
siswa akan mengikuti kegiatan gotong royong ataupun kerja bakti
yang ada di sekolah ataupun lingkungan rumahnya. Kegiatan
gotong royong menunjukkan kebersamaan dan persatuan yang
harus selalu terjaga dengan baik. Dan kegiatan gotong royong
atau kerja bakti menunjukkan rasa kebersamaan sesama siswa
yang bertuuan untuk kepentingan bersama.
Jika kita lihat kegiatan gotong royong tampaknya hanya
terlihat seperti sesuatu hal yang mudah dan sederhana, namun
dibalik kesederhanaan tersebut, gotong royong menyimpan
berbagai nilai yang mampu memberikan nilai positif bagi siswa.
Nilai-nilai positif dalam bergotong royong di antaranya terciptanya
kebersamaan, persatuan, rela berkorban, tolong menolong, dan
terciptanya silaturahmi yang baik antar siswa dan guru.
17) Apakah kamu akan selalu mematuhi/menjalankan peraturan-
peraturan yang disepakati bersama di sekolah?
89
Dan apakah kamu akan menerima konsekuensinya ketika tidak
mematuhinya?
a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: mematuhinya ka,
kadang-kadang suka enggak juga ka kalau lupa
b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: iya ka aku selalu
mematuhinya
c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: mematuhi, kalau tidak
mematuhi ya dapet hukuman
Peneliti dapat menyimpulkan dari jawaban di atas bahwa,
semua siswa sudah tau mengenai peraturan-peraturan yang ada
di sekolah maupun di dalam kelas karena mereka juga yang
membuat peraturan-peraturan itu ada. Siswa juga sudah
mengetahui apabila mereka melanggar maka pasti aka nada
konsekuensinya terhadap hal yang telah di perbuatnya.
Aturan dan peraturan bukanlah tanda ketidakpercayaan,
tetapimerupakan tanda kepastian dan ketegasan untuk
melaksankan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan nilai dan
prinsip yang dimiliki. Jadi kita tidak lah boleh membenci aturan-
aturan yang mendisplinkan diri untuk patuh pada berbagai
kebijakan, sebab aturan dan peraturan bukanlah keuatan yang
mencoba membatasi kebebasan ataupun kemerdekaan jiwa
seseorang. Tetapi merupakan kekuatan yang menegakan
90
kebebasan dan kemerdekaan bersama di dalam ketegasan,
kepastian, dan tanggung jawab.
18) Bagaimana cara kamupeduli terhadap lingkungan di sekitarmu?
a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: dengan tidak membuang
sampah sembarangan, membersihkan selokan
b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: tidak membuang
sampah sembarangan, menyiram tanaman
c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: kalau peduli terhadap
lingkungan kita tidak boleh membuang sampah sembarangan
takut banjir
Peneliti dapat menyimpulkan dari jawaban siswa di atas
bahwa, semua siswa sudah mempunyai jiwa peduli terhadap
lingkungan di sekitarnya. Mereka bisa memberikan contoh akibat
dampak jika mereka tidak peduli terhadap lingkungannya. Dan
mereka juga sudah mempunyai jiwa nasionalis untuk menjaga
dan memlihara lingkungan di sekitar mereka.
Melestarikan lingkungan hidup dan peduli terhadapnya
bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah ataupun
pemimpin negara saja, melainkan tanggung jawab setiap insane
yang ada di muka bumi ini. Setiap orang harus melakukan usaha
untuk menyelamatkan lingkungan hidup disekitarnya sesuai
dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apapun usaha
91
yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya
bumi yang layak huni bagi generasi kita kedepannya.
Dan yang paling utama adalah tanamkan di dalam diri kita
masing-masing, bahwa bukan hanya kita saja yang akan
menikmati lingkungan di masa sekarang tetapi masih banyak
orang lagi setelah kita yang akan merasakan keindahan ala mini.
Maka kebiasaan-kebiasaan kecil yang rama lingkungan bisa
membuat perubahan besar jika dilakukan oleh banyak orang.
3. Hasil wawancara guru
1) Apakah Bapak/ibu guru percaya terhadap siswa/i mengenai uang
tabungan yang ditabungkan oleh siswa?
a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: ya saya percaya terhadap
siswa/i saya dalam menabungkan uang tabungannya.
Dari jawaban guru diatas, guru memberikan kepercayaan
yang besar kepada siswa/i nya agar menjadi orang yang dapat
dipercaya dalam hal apapun. Dan dengan guru memberikan
kepercayaan yang sepenuhnya kepada siswa/i dalam uang
tabungan menjadikan siswa/i tersebut amanah dalam
perbuatannya.
2) Apakah semua siswa/i mengerjakan pekerjaan rumah (pr) secara
jujur?
a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: iya mereka mengerjakan pr
secara mandiri dan tidak di kerjakan oleh orangtuanya.
92
Dari jawaban guru di atas, guru selalu mengecek pekerjaan
rumah yang di kerjakan oleh siswa/i nya, dimana semua siswa
tidak mengerjakan pekerjaan rumah di kelas melainkan di
rumahnya. Dengan mengerjakan pekerjaan rumah di rumah
melatih siswa dalam bersikap jujur dan amanah terhadap hal yang
di sampaikan oleh gurunya. sMengajarkan siswa bersikap jujur
memang sulit, tetapi apabila guru selalu menanamkan kepada
siswa dengan nilai-nilai kejujuran maka semua siswa akan
mempunyai sifat jujur yang telah di tanam di dirinya.
3) Apakah Bapak/ibu guru mengajarkan kepada siswa/i tentang
toleransi beragama yang ada di Indonesia?
a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: iya, karena Indonesia
memiliki banyak keragaman. Salah satunya keragaman agama
dimana agama Islam mengajarkan untuk bertoleransi terhadap
agama lain.
Dari jawaban guru dia atas, guru mengajarkan kepada siswa
tentang sikap toleransi terhadap keberagaman agama yang ada di
Indonesia. Toleransi terhadap keberagaman agama yang ada di
Indonesia melatih siswa untuk mempunyai rasa hormat terhadap
agama yang berbeda darinya. Karena kekayaan budaya yang ada
di Indonesia mengajarkan siswa untuk saling menghormati dan
bertoleransi terhadap perbedaanya. Bersikap toleransi
93
mengajarkan kepada siswa untuk tidak saling mencela dan
bersikap damai terhadap keberagaman agama yang ada.
4) Apakah Bapak/ibu guru pernah melihat siswa/i saling mencela
dalam ucapan sesama temannya? Dan bagaimana cara
mengatasinya?
a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: iya pernah, cara
mengatasinya dengan mengajarkan kepada siswa tersebut
bahwa Allah SWT telah menciptakan manuisa dengan
kesempurnaan. Oleh karena itu Allah SWT tidak suka kepada
orang yang suka mencela, karena bisa jadi orang yang di cela
itu lebih baik dari pada orang yang mencela.
Dari jawaban guru di atas: guru mengajarkan kepada siswa
untuk tidak saling mencela dalam hal ucapan. Karena mencela itu
sendiri membuat kerugian terhadap diri kita sendiri yang
menimbulkan perkelahian/perdebatan yang tidak ada artinya.
Perbuatan mencela sendiri merupakan dosa besar dan sifat ini
merupakan di antara sifat orang munafik dan orang kafir.
Dalam hadits dikatakan bahwa “cukuplah seseorang
berbuat keburukan jika dia merendahkan saudaranya sesame
muslim” (HR Muslim). Dalam hadits tersebut menjelaskan orang
yang dicela itu mungkin lebih baik/lebih mulia di sisi Allah dari
pada pihak yang mencela, karena orang mencela hanyalah
94
dilakukan oleh orang yang hatinya penuh dengan akhlak yang
tercela dan hina serta kosong dari akhlak mulia.
5) Apakah Bapak/ibu guru mengajaran kepada siswa/i untuk selalu
mendengarkan pendapat orang lain?
a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: iya, karena setiap orang
pasti pendapatnya ingin didengar oleh karena itu seandainya
pendapat kita ingin di dengar maka dengarkanlah pendapat
orang lain terlebih dahulu dan jangalah mencelanya.
Dari jawaban guru di atas: guru mengajarkan kepada
siswanya untuk bersikap hormat terhadap pendapat orang lain,
karena mengalahkan egois pribadi merupakan sikap dimana
belajar toleran terhadap pendapat orang lain. Seperti yang
dikatakan oleh orang bijak “jangan lihat siapa yang mengatakan,
tetapi perhatikan apa yang dikatakannya”, jadi perkataan yang
baik dan benar hendaklah diakui dengan benar. Sekalipun
kebenaran itu relatif sifatnya, namun kearifan pribadi sangat
diperlukan untuk mengakuinya demi untuk mengalahkan egoisme
dalam diri manusia yang selalu menguasai diri kita.
6) Apakah Bapak/ibu guru akan memberikan pekerjaan yang
selanjutnya ketika pekerjaan sebelumnya belum tuntas di
kerjakan?
95
a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: tidak, karena guru
mengajarkan kepada siswa untuk bekerja tuntas dalam hal
apapun termasuk dalam mengerjakan tugas.
Dari jawaban guru diatas, guru mengajarkan kepada siswa
untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Karena tanpa
tanggung jawab kita akan sulit mencapai puncak keberhasilan
tertinngi dalam hidup kita. Bertanggung jawab terhadap tugas
yang kita kerjakan merupakan ketekunan dalam diri untuk
menuntaskannya, karena tanngung jawab bukanlah sekedar kata-
kata yang memperkuat jati diri tapi tanggung jawab adalah
komitmen dan kewajiban untuk melaksanakan semua pekerjaan
melalui kompetensi diri yang hebat.
7) Apakah Bapak/ibu guru memberikan arahan kepada siswa/i untuk
membantu teman yang kesulitan dalam mengikuti pembelajaran?
a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: iya, karena guru
mengajarkan kepada siswa untuk saling tolong menolong
termasuk dalam hal belajar. Apabila ada siswa yang sudah
memiliki pemahaman yang tinggi boleh membantu
mengajarkan temanya.
Dari jawaban guru di atas, guru memberikan arahan
kepada siswanya untuk saling tolong menolong dalam hal
pembelajaran dalam artian menolong hal yang positif. Dengan
96
arahan tersebut siswa diajarkan untuk saling bertanggung jawab
dan ingin melakukan hal yang terbaik untuk dirinya dan orang lain.
8) Apakah Bapak/ibu guru mengikutsertakan siswa/i dalam
pembuatan peraturan-peraturan di kelas?
a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: iya, karena yang akan
menjalankan peraturan ya siswa tersebut maka siswa yang
membuat peraturan dan siswa yang menjalankannya.
Dibuatnya peraturan secara bersama agar mereka istiqomah
terhadap apa yang mereka buat.
Dari jawaban guru diatas, guru mengikutsertakan semua
siswanya untuk membuat peraturan-peraturan kelas yang akan
dijalankannya selama di kelas atau sekolah, agar semua siswa
mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin atas hal yang telah
dibuatnya. Mengikutsertakan siswa dalam pembuatan peraturan-
peraturan dikelas mengajak siswa untuk saling meningatkan
teman-temannya dalam menjalankan peraturan tersebut dan
membuat siswa merasa di hargai dan senang bisa berada dalam
suatu kegiatan.
9) Apa yang akan Bapak/ibu guru lakukan ketika melihat siswa/i
berkelahi? Dan bagaimana cara mengatasinya?
a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: langsung meleraikannya,
cara mengatasinya yaitu dengan mengajak siswa tersebut
untuk menceritakan permasalahan yang terjadi dan mencari
97
jalan keluar permasalahan sampai anak tersebut benar-benar
damai.
Dari jawaban guru di atas, guru menjelaskan tentang cara
mengatasi siswa ketika berkelahi. Ketika ada seorang siswa
berkelahi yang harus pertama kali kita lakukan adalah
meleraikannya jangan sampai seorang siswa berkelahi terlalu jauh
sehingga menimbulkan kebisingan kepada siswa yang lain atau
membuat ketidaknyamanan lingkungan sekolah.
Adanya keributan yang terjadi di lingkungan
sekolah,disebabkan kurangnya penanaman sikap keadilan,
disiplin, dll dalam diri siswa. Dari jawaban guru diatas sudah
sangat jelas sekali ketika melihat siswa berkelahi dan guru harus
bisa mencari tahu titik permasalahan keduanya sehingga
permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan kepala dingin,
dan meminta siswa tersebut untuk berdamai secara baik. Karena
perkelahian di lingkungan sekolah tidak seharusnya terjadi karena
perkelahian tersebut bisa dijadikan contoh kepada siswa/i yang
lain.
10) Apakah Bapak/ibu guru memberikan giliran kepada semua siswa/i
di kelas untuk memimpin do’a sebelum pembelajara di mulai?
a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: iya, karena guru ingin semua
siswanya bisa tampil dengan baik dan memiliki jiwa
98
kepemimpinan dengan cara memimpin teman-temannya
berdo’a.
Dari jawaban guru di atas, guru memberikan kepada
seluruh siswanya giliran memimpin doa sebelum pembelajaran
dimulai merupakan keadilan yang dirasakan seorang siswa. Guru
juga tidak membeda-bedakan siswa untuk memimpin do’a, guru
juga mengajarkan kepada seluruh siswa nya untuk tampil percaya
diri di depan teman-temannya dengan menjadikannya seorang
pemimpin disaat itu.
Menanamkan nila-nilai kepemimpinan di dalam diri siswa itu
sangatlah penting sekali, karena jiwa kepemimpinan seseorang
bebeda-beda ada yang harus berulang-ulang ditanamnya adapula
yang hanya satu kali ditanamnya dan menjadikan siswa
bertanggung jawab atas kinerjanya.
11) Apakah Bapak/ibu guru memberikan kesempatan kepada siswa/i
untuk mengemukakan pendapat?
a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: iya, agar siswa/i terbiasa
menyampaikan pendapat dengan rasa percaya diri.
Dari jawaban guru di atas, guru mengajarkan kepada siswa/i
dengan memberikan kesempatan kepada siswanya untuk
berpendapat. Berpendapat merupakan hal yang sangat sulit sekali
jika seorang guru tidak mengajarkan kepada siswanya atau
memberikan siswanya kesempatan dalam berpendapat. Karena
99
berpendapat dibutuhkannya rasa percaya diri yang tinggi dan
harus menerima konsekuensinya apabila pendapat itu kurang
disetujui oleh pihak-pihak yang lain.
12) Apakah Bapak/ibu guru mengajarkan rasa empati kepada siswa/i
yang terkena musibah?
a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: iya, karena manusia itu tidak
bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan bantuan orang lain
salah satunya dengan cara memiliki sifat empati kepada orang
yang terkena musibah.
Dari jawaban guru di atas, guru mengajarakan kepada
siswa nya untuk mempunyai rasa empati atau rasa kasihan
terhadap seseorang yang terkena musibah. Karena sikap tolong
menolong ini mengajarkan siswa tentang arti kepedulian terhadap
sesama manusia dengan memiliki jwa yang penuh kasih dan
peduli di dalam diri siswa.
Rasa peduli haruslah ditanam di didiri manusia sebagai
bekal dia besar nanti, karena seseorang hidup tidak bisa sendiri
harus membutuhkan orang lain yang membantu kehidupan kita
agar berjalan dengan baik. Rasa empati yang tinggi mengajarkan
siswa juga untuk bersyukur atas apa yang telah dimilikinya hari itu.
13) Apakah Bapak/ibu guru mengajarkan kepada siswa/i untuk selalu
bersyukur terhadap apa yang dimilikinya?
100
a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: iya, karena agar siswa/i
memiliki sifat peduli dan bersyukur terhadap apa saja yang
telah di milikinya.
Dari jawaban guru di atas, guru mengajarkan kepada siswa
nya untuk selalu bersyukur atas apa yang telah di milikinya atau
atas apa yang telah Allah berikan kepadanya. Mengucapkan rasa
syukur terhadap apa ayang telah kita miliki merupakn rasa peduli
terhadap diri kita dan rasa peduli juga terhadap orang lain, karena
apa yang sudah kita punya belum tentu orang itu mempunyai yang
sama seperti yang kta punya.
Selalu mengucapkan rasa syukur setiap hari sama saja kita
menghargai atas apa yang telah Allah berikan kepada kita.
Dengan diberikannya umur yang panjang saja membuat kita
merasa bertangung jawab atas umur yang telah kita miliki dan
tidak membuangnya dengan percuma.
14) Apakah Bapak/ibu guru mengajarkan kepada siswa/i untuk tolong
menolong terhadap sesama? Dan bagaimana cara
mengajarkannya?
a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: iya, cara mengajarkannya
yaitu dengan melakukan praktik langsung untuk memberikan
bantuan kepada orang yang membutuhkan. Contoh:
bersodaqoh, meminjamkan alat tulis kepada temannya.
101
Dari jawaban guru di atas, guru mengajarkan kepada siswa
nya untuk saling tolong menolong terhadap sesama manusia.
Sikap saling tolong menolong merupakan sikap peduli kita
terhadap orang lain yang membutuhkan pertolongan kita. Karena
balik lagi ke pertanyaan yang ada di atas kita hidup membutuhkna
orang lain agar hidup kita berjalan dengan baik kita tidak bisa
hidup sendiri saja.
Dalam Al quran disebutkan bahwa: dan tolong menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan
tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungghnya Allah maha berat
siksaan Nya (Qs Al maidah: 2). Sudah jelas bukan Allah menyuruh
umatnya untuk saling tolong menolong dalam hal kebaiakan.
15) Bagaimana cara Bapak/ibu guru mengajarkan kepada siswa/i
ketika bertemu/berpapasan dengan orang yang lebih tua dari
seusianya?
a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: yaitu dengan cara
mengajarkan kepada siswa untuk memberi salam dan berjabat
tangan kepada orang yang lebih tua dari seusianya.
Dari jawaban guru di atas, guru mengajarkan kepada
siswanya untuk memberi salam dan berjabat tangan kepada orang
yang lebih tua dari seusianya merupakan hal hormat kita terhadap
orang yang lebih tua dari seusia kita. Rasa hormat bukan saja kita
102
berjabat tangan ataupun meberi salam saja tetapi masih banyak
lagi rasa hormat yang harus kita lakukan, dan rasa hormat itu
bukan hanya sesama manusia saja tetapi terhadap semua benda
mati ataupun benda hdup mereka juga harus di hormati dengan
catatan penghormatan yang berbeda.
16) Apakah Bapak/ibu guru mengikutsertakan semua siswa/i untuk
kegiatan bergotong royong/kerja bakti yang di adakan di
lingkungan sekolah?
a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: iya, karena untuk
mengajarkan kepada siswa bahwa segala sesuatu kalau
dikerjakan secara bersama-sama maka akan lebih ringan dan
cepat selesai di kerjakannya.
Dari jawaban guru di atas, guru mengikutsertakan siswanya
untuk saling bergotong royong merupakan hal penting untuk
penanaman rasa nasionalisme terhadap diri siswa. Rasa
nasionalisme dengan bekerjasama atau berkolaborasi merupakan
hal yang di sukai oleh siswa di mana semua siswa turut andil
dalam kegiatan gotong royong.
17) Apa yang akan Bapak/ibu guru lakukan ketika melihat siswa/i
tidak mematuhi peraturan yang telah disepakati bersama di dalam
kelas? Dan apakah Bapak/ibu guru akan memberikan
konsekuensinya ketika tidak mematuhinya?
103
a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: akan mengingantkan
kembali kepada siswa tersebut peraturan-peraturan yang telah
di buat atas kesepakatan bersama.
Dari jawaban guru di atas, guru melakukan hal
mengingatkan kembali kepada siswa nya apabila ada yang
melanggar atas kesepakat yang telah di buatnya bersama itu
merupakan hal yang sangat bagus. Karena hal yang pertama yang
dilakukan oleh guru adalah mengingatkannya bukan langsung
memberinya hukuman. Karena kita sebagai seorang guru
seharusnya memberikan contoh-contoh yang biak untuk siswa/i
kita.
18) Bagaimana cara Bapak/ibu guru mengajarkan kepada siswa/i
untuk peduli terhadap lingkungan?
a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: yaitu dengan cara
melakukan praktik langsung kegiatan menjaga lingkungan
sekolah atau kelas seperti menyiram tanaman, membersihkan
selokan, serta memberikan pengarahan kepada siswa tentang
dampak yang terjadi apabila kita tidak memelihara lingkungan.
Dari jawaban guru di atas, guru mengajarkan kepada
siswa untuk peduli terhadap lingkungan disekitarnya. Karena jika
kita menjaga dan memlihara lingkungan kita maka kita sendiri
yang di untungkan oleh lingkungan kita. Mengajarkan siswa
secara langsung merupakan hal yang sangat baik yang bisa di
104
lakukan siswa agar siswa bisa langsung mempraktikannya dan
melihat kondisinya.
C. Interpretasi Hasil Data
Interpretasi hasil penelitian yang penulis maksud disini adalah hasil
akhir analisis data yang kemudia ditafsirkan dengan interpretasi data,
dimana pentingnya pendidikan Islam terhadap perkembangan karakter
siswa pada kela IV di SDIT Indra Bangsa Poris gaga baru Cipondoh
Tangerang. Berdasarkan hasil wawancara orangtua, siswa, dan guru
perannya pendidikan Islam sangat berperan penting terhadap
perkembangan karakter siswa di sekolah maupun di rumah. siswa jadi
mempunyai nilai-nilai atau batasan-batasan dari karakter tersebut yang
dimana dapat di terapka di kehidupan sehari-hari.
Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan orangtua, siswa,
dan guru semua bekerjasama dengan baik untuk kepentingan anak-
anaknya. Untuk orangtua sendiri mereka mengajarkan nilai-nilai karakter
yang akan di terapkannya di rumah mereka dengan apa yang sudah di
ajarkan di sekolah. Para orangtua sangat berperan penting terhadap
pembentukan karakter anak-anaknya dengan mendidiknya dengan nilai-
nilai agama. Para orangtua juga harus mengerti peraturan-peraturan
yang ada di sekolah agar kedua pondasi ini berjalan dengan baik dan
menpai hasil yang di inginkan oleh kedua belah pihak.
Kemudian hasil wawancara dengan siswa, mereka sudah mengerti
tentang nilai-nilai yang ada dalam Islam. Karena sekolah mereka juga
105
berperan yaitu sekolah Islam Terpadu, yang menjadi pondasi pertama
bagi anak-anak. Tetapi masih ada beberap siswa yang perlu bimbingan
dari orangtuanya agar tercapainya hasil yang diinginkan oleh sekolah
maupun orangtuanya sendiri. Karena nilai-nilai karakter ini akan tertanam
di diri siswa jika kita mengajarkannya dan menerapkannya dari sejak dini.
Dan orang-orang yang berada di lingkungan sekolah juga sangat
berperan penting terhadap pembentukan karakter siswa seperti
pembiasaan-pembiasaan yang baik dan terulang akan menjadi pengingat
bagi siswa.
Kemudian dari hasil wawancara dengan guru, guru tidak
menemukan masalah berat yang terdapat dalam proses pembelajaran
pada siswa untuk membentuk karakter mereka, hanya saja para siswa
harus terus diingatkan ketika mereka salah agar terbentuknya karakter
yang baik. Dan hanya beberapa siswa yang kurang termotivasi dan
bersemangat saat proses pembelajaran berlangsung maka dari itu perlu
dorongan dari pihak sekolah maupun pihak keluarga. Pembentukan
karakter pada siswa harus dijalankan juga ketika mereka berada di
rumah dengan nilai-nilai agama yang diberikan oleh orangtuanya atau
pihak tempat ngaji agar berlangsungya ketercapaian yang diinginkan
oleh orangtua ataupun sekolah.
Oleh sebab itu peran pendidikan Islam sangatlah berperan penting
terhadap pembentukan karakter siswa, baik di lingkungan sekolah
maupun lingkungan rumah. pada umumnya semua siswa sudah
106
mempunyai nilai-nilai karakter yang sudah ada di dirinya masing-masing
hanya saja kita sebagai guru ataupun orangtua harus terus
mengingatkan atau menanamkannya agar tidak terlupakan. Karena
pembentukan karakter terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di
lingkungannya.
Kemudian dari hasil catatan lapangan yang peneliti lakukan selama
observasi lingkungan sekolah sangatlah nyaman dan aman, dan kondisi
keadaan lngkungan sekolah tidak bermasalah. Keakraban yang terjadi
antara guru, siswa, pegawai sekolah, penjaga lingkungan pun terlihat
jelas. Mereka semua ikut berpartisipasi dalam membangun pembentukan
karakter siswa, yang dimana sangatlah penting sekali untuk bekal siswa
di besar nanti.
Sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa peran pendiidkan
Islam terhadap pembentukan karakter siswa di SDIT Indra Bangsa Poris
Gaga baru Cipondoh Tangerang, dapat dikatakan bahwa sekolah telah
memberikan pendidikan Islam ataupun ajaran-ajaran Islam yang sesuai
dengan syariat Islam kepada siswa dengan baik. Maka terjadilah
pembentukan karakter siswa yang diinginkan atas kerjasama yang baik
juga antara pihak sekolah, guru, dan orangtua.
107
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan Islam terhadap pembentukan karakter siswa di
SDIT Indra Bangsa telah dilaksanakan dengan baik dan penuh
dukungan baik dari pihak sekolah, siswa, dan wali murid sehingga
dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam memang sangat
berperan penting terhadap pembentukan karakter siswa dengan
pemebelajaran yang diberikan di sekolah ataupun penerapan nila-
nilai karakter itu sendiri. Karena dalam pendidikan Islam sendiri
juga menekankan penerapan karakter yang baik sehingga dapat
mewujudkan dan membentuk karakter siswa menjadi pribadi yang
mempunyai karakter toleransi, disiplin, serta cinta tanah air. Dan
berdasarkan rumusan masalah dari uraian penlitian “ peran
pendidikan Islam terhadap pembentukan karakter siswa dikelas IV
108
SDIT Indra Bangsa” yang sudah dilaksanakan, maka penliti dapat
disimpulkan sebagai berikut :
3. Peran pendidikan Islam sangatlah berpengaruh terhadap
pembentukan karakter siswa dalam hal pembelajaran mata
pelajaran agama Islam ataupun pelajaran yang lainnya. Karena
pendiidkan Islam secara tidak langsung mengajarkan kepada
siswa dalam pembentukan karakter tentang bertoleransi,
disiplin, dan cinta tanah air yang akan tertanam di dalam diri
siswa.
4. Pendidikan Islam dapat meninjau pembentukan karakter siswa
dengan adanya pembelajaran agama Islam yang ada di
sekolah. Pendidikan Islam juga membentuk sikap atau
kepribadian siswa dalam kehidupan sehari-hari, yang di
implementasikannya langsung dari nilai-nilai karakter yang telah
mereka ketahui.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang sudah dikemukakan di atas,
dapat disampaikan saran-saran yang perlu menjadi bahan
masukan dalam rangka pembentukan karakter siswa dalam
pendidikan Islam di SDIT Indra Bangsa, pada umumnya sebagai
berikut:
109
1. Sekolah diharapkan untuk lebih menanamkan nilai-nilai karakter
pada siswa agar nilai-nilai karakter tersebut tertanam dengan
baik pada diri siswa.
2. Sebaiknya orang-orang yang berada dilingkungan sekolah
memperkuat pentingnya pendidikan karakter pada siswa,
karena karakter seseorang muncul dari sebuah kebiasaan yang
berulang-ulang dalam waktu yang lama serta adanya teladan
dari lingkungan sekitar.
3. Sebaiknya guru-guru harus berkolaborasi dengan baik terhadap
karakter siswa agar dapat menghasilkan serta membentuk
karakter yang baik namun tetap memperhatikan nilai islami
dalam diri siswa.
4. Siswa diharapkan dapat mengimplementasikan nilai-nilai
karakter yang telah dibentuk dengan baik dalam kehidupan dan
pergaulannya sehari-hari.
5. Wali murid diharapkan terus memonitor serta mengikuti
perkembangan pembentukan karakter anak baik di sekolah
maupun di rumah, dan juga memberikan pengertian pada
siswa untuk terus membentuk karakternya dengan baik.
110
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal, 2015. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada Arifin, H.M, 2014. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsini, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Fuad, Anis dan Nugroho, Sapto, Kandung. 2014. Panduan Prkatis Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu Gunawan, Heri, 2012. Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasinya. Bandung: Alfabeta Hamid dan Sudira, 2013. Penanaman Nilai-nilai Karakter Siswa SMK Salafiyah Prodi Tkj Kajen Mmargoyoso Pati Jawa Tengah. Volume 3 nomor 2: 139. Helmawati, 2017. Pendidikan Karakter Sehari-hari. Bandung: Remaja Rosdakarya. Kurniawan, Syamsul. 2013. Pendidikan Karakter Konsepsi dan Implementasinya Secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat. Yogyakarta: Ar ruzz Media. Kurniawan, Yudha dan Hindarsih, Tri, Puji. Character Building Membangun Karakter Menjadi Pemimpin. Yogyakarta: Pro-U Media
111
Majid, Abdul dan Andayani, Dian, 2013. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mujib, Abdul dan Mudzakkir, jusuf, 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Group. Mulyasa, H.E, 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. Salahudin, Anas dan Alkriennciehie, 2013. Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agamadan Budaya. Bandung: Pustaka Setia. Samani, Muchlas dan Hariyanto, 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Suhardi, didik, 2012. Peran Smp Berbasis Pesantren Sebagai Upaya Penanaman Pendidikan Karakter Kepada Generasi Bangsa. Volume 2 nomor 3: 317.
Umar, Bukhari, 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah. Yaumi, Muhammad, 2014. Pendidikan karakter landasan, pilar, dan implementasi. Jakarta: Prenadamedia Group. Zubaedi, 2011. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi Dan Aplikasi Dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
112
Lampiran-1
Pedoman Observasi
No. Aspek yang di amati Ya Tidak
C. Kegiatan Belajar Mengajar
7. Membiasakan diri mengawali atau mengakhiri KBM dengan berdoa.
√
8. Materi-materi yang disampaikan berkaitan dengan peran pendidikan Islam terhadap karakteristik siswa.
√
9. Kematangan peserta didik dalam mengikuti KBM terlihat dari konsentrasi siswa di dalam kelas.
√
10. Peserta didik dapat saling membantu temannya pada saat temannya kesulitan dalam menerima materi pelajaran.
√
11. Peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam kegiatan di sekolah.
√
12. Antara peserta didik saling menghormati dan menghargai satu sama lain.
√
D. Budaya Sekolah
9. Perilaku kepala sekolah dan guru dapat memberikan contoh baik yang berkaitan dengan pendidikan karakter terhadap pembiasaan peserta didik di lingkungan sekolah.
√
10. Perilaku penjaga sekolah, penjaga kantin, dan penjaga kebersihan dapat memberikan contoh baik yang berkaitan dengan pendidikan karakter terhadap pembiasaan peserta didik di lingkungan sekolah.
√
11. Antar warga sekolah saling menghargai dan menghormati satu sama lain.
√
12. Saling membantu apabila ada teman atau seseorang yang membutuhkan pertolangan dalam kesulitan.
√
13. Saling menjaga lingkungan sekolah. √
14. Saling mengingati antara teman tentang kebersihan sekolah terhadap sampah-sampah yang dilihatnya.
√
15. Berbicara sopan dan santun sesama teman atau orang yang lebih dewasa.
√
16. Menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter di lingkungan sekolah.
√
Lampiran-2
113
Pedoman Wawancara Orangtua
No. Aspek Indikator Pertanyaan
1. Karakter siswa
1. Amanah
1. Apakah Bapak/ibu memberikan kepercayaan pada anak untuk menabungkan uang yang telah diberikan untuk di tabungdi sekolah ?
2. Apakah anak Bapak/ibu mengerjakan pekerjaan rumah (PR) secara jujur
2. Rasa hormat 1. Bagaimana cara Bapak/ibu mengajarkan anak tentang toleransi beragama yang ada di Indonesia?
3. Apakah Bapak/ibu pernah melihat anak ibu saling mencela dalam ucapan sesama temannya?
4. Apakah Bapak/ibu mengajarkan kepada anak untuk selalu mendengarkan pendapat orang lain?
3. Tanggung jawab
1. Apakah Bapak/ibu akan memberika pekerjaan yang selanjutnya ketika pekerjaan sebelumnya belum tuntas dikerjakan?
2. Apakah Bapak/ibu memberikan arahan kepada anak untuk membantu temannya yang kesulitan dalam pembelajaran?
3. Apakah Bapak/ibu mengikutsertakan anak dalam pembuatan peraturan-peraturan di rumah?
4. Keadilan 1. Apa yang akan Bapak/ibu lakukan ketika melihat anak sebaya Bapak/ibu berkelahi? Dan bagaimana cara mengatasinya?
2. Apakah Bapak/ibu memberikan giliran piket kepada anak-anak di rumah?
3. Apakah Bapak/ibu memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapat dalam hal apapun?
5. Kepedulian 1. Apakah Bapak/ibu mengajarkan rasa empati kepada anak ketika melihat seseorang terkena musibah?
2. Apakah Bapak/ibu mengajarkan
114
kepada anak untuk selalu bersyukur terhadap apa yang dimilikinya?
3. Apakah Bapak/ibumengajarkan kepada anak untuk tolong menolong terhadap sesama? Dan bagaimana cara mengatasinya?
4. Bagaimana cara Bapak/ibu mengajarkan kepada anak ketika bertemu/berpapasan dengan orang yang lebih tua dari seusianya?
6. Nasioanlis
1. Apakah Bapak/ibu mengikutsertakan anak untuk kegiatan gotong royong/kerja bakti yang diadakan di lingkungan rumah atau rumah?
2. Apa yang akan Bapak/Ibu lakukan ketika melihat anak tidak mematuhi peraturan yang telah disepakati bersama di dalam keluarga? Dan apakah Bapak/Ibu akan memberikan konsekuensinya ketika tidak mematuhinya?
3. Bagaimana cara Bapak/ibu mengajarkan kepada anak untuk peduli terhadap lingkungan?
Lampiran-3
Pedoman Wawancara Siswa
No. Aspek Indikator Pertanyaan
1. Karakter 1. Amanah 19) Apakah kamu menabungkan uang
115
siswa kepada Bapak/ibu sesuai dengan unag yang diberikan oleh Bapak/ibu
20) Apakah kamu mengerjakan pekerjaan rumah (pr) secara jujur??
2. Rasa hormat 1. Bagaimana cara kamu menghormati agama orang lain ketika mereka sedang beribadah?
2. Apakah kamu pernah mencela dalam ucapan sesama teman?
3. Apa yang akan kamu lakukan ketika teman berpendapat dalam kegiatan berdiskusi/bermusyawarah?
3. Tanggung jawab
1. Apakah kamu akan mengerjakan pekerjaan yang selanjutnya ketika pekerjaan sebelumnya belum tuntas?
2. Apakah kamu akan membantu teman yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran di kelas?
3. Apakah kamu mengikutsertakan diri dalam pembuatan peraturan-peraturan di rumah/sekolah?
4. Keadilan 1. Apa yang akan kamu lakukan ketika
melihat teman berkelahi? Dan
bagaimana cara mengatasinya?
2. Apakah kamu pernah mengambil
peran sebagai pemimpin do’a di
kelas sebelum pembelajaran
dimulai?
3. Apakah kamu memberikan
kesempatan kepada teman-teman
untuk mengemukakan pendapat
dalam kegiatan hal apapun?
5. Kepedulian 1. Apakah kamu mempunyai rasa empati terhadap teman yang terkena musibah?
2. Apakah kamu akan selalu bersyukur terhadap apa yang telah kamu miliki?
3. Apakah kamu diajarkan oleh gurumu untuk saling tolong menolong terhadap sesama? Dan berikan contohnya
4. Apa yang akan kamu lakukan ketika bertemu dengan orang yang lebih tua
116
darimu?
6. Nasioanlis 1. Apakah kamu mengikutsertakan diri untuk kegiatan gotong royong/kerja bakti yang diadakan di sekolah/di rumah?
2. Apakah kamu akan selalu mematuhi/menjalankan peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama di sekolah? Dan apakah kamu akan menerima konsekuensinya ketika tidak mematuhinya?
3. Bagaimana cara kamu peduli terhadap lingkungan?
Lampiran-4
Pedoman Wawancara Guru
No. Aspek Indikator Pertanyaan
1. Karakter siswa
1. Amanah
1. Apakah Bapak/ibu guru percaya terhadap siswa/i mengenai uang tabungan yang ditabungkan oleh siswa?
117
2. Apakah semua siswa/I mengerjakan pekerjaan rumah (pr) secara jujur?
3. Rasa hormat 1. Apakah Bapak/ibu guru mengajarkan kepada siswa/i tentang toleransi beragama yang ada di Indonesia?
2. Apakah Bapak/ibu guru pernah melihat siswa/i saling sesama temannya?
3. Apakah Bapak/ibu guru mengajarkan kepada siswa untuk selalu mendengarkan pendapat orang lain?
4. Tanggung jawab
1. Apakah Bapak/ibu guru akan memberikan pekerjaan yang selanjutnya ketika pekerjaan sebelumnya belum tuntas di kerjakan?
2. Apakah Bapak/ibu guru memberikan arahan kepada siswa/i untuk membantu teman yang kesulitan dalam mengikuti pembelajaran?
3. Apakah Bapak/ibu guru mengikutsertakan siswa/i dalam pembuatan peraturan-peraturan di kelas?
4. Keadilan 19) Apa yang akan Bapak/ibu guru lakukan ketika melihat siswa/i berkelahi? Dan bagaimana cara mengatasinya?
20) Apakah Bapak/ibu guru memberikan giliran kepada semua siswa/idi kelas untuk memimpin do’a sebelum pembelajaran di mulai?
21) Apakah Bapak/ibu guru memberikan kesempatan kepada siswa/i untuk mengemukakan pendapat?
5. Kepedulian 1. Apa yang akan Bapak/ibu guru lakukan ketika melihat salah satu siswa/i tidak jajan seperti teman-teman yang lain?
2. Bagaimana cara Bapak/ibu guru mengajarkan kepada siswa/i rasa syukur kepada yang kuasa dalam keadaan apapun?
3. Bagaimana cara Bapak/ibu guru
118
mengajarkan kepada siswa/I mengenai meminta maaf kepada orang lain terhadap hal salah yang telah diperbuatnya?
4. Bagaimana cara Bapak/ibu guru mengajarkan kepada siswa/i ketika bertemu/berpapasan dengan orang yang lebih tua dari seusianya?
6. Nasioanlis 1. Apakah Bapak/ibu guru mengikutsertakan semua siswa/i untuk kegiatan bergotong royong/kerja bakti yang di adakan di lingkungan sekolah/rumah?
2. Apa yang akan Bapak/ibu guru lakukan ketika melihat anak tidak mematuhi peraturan yang telah disepakati bersama di dalam kelas? Dan apakah Bapak/ibu guru akan memberikan konsekuensinya ketika tidak mematuhinya?
3. Bagaimana cara Bapak/ibu guru mengajarkan kepada siswa untuk peduli terhadap lingkungan?
lampiran-5
Surat Permohonan Penelitian
128
Lampiran-10
Surat Keteranagn Validasi Instrument Penelitian
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ecih Sukaisih
Instansi : UMJ
Jabatan : Dosen
Telah membaca dan mencermati kisi-kisi instrument penelitian berupa
pedoman wawancara dan rubik penilaian yang di gunakan dalam penelitian
skripsi dengan judul “Peran Pendidikan Islam Terhadap Pembentukan
Karakter Siswa” oleh peneliti.
Nama : Nabilah Latief
NIM : 2014820113
Prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Dengan ini menyatakan instrument pedoman wawancara dan rubik penilaian
tersebut ( √ )
Layak digunakan untuk mengambil data tanpa revisi
Layak digunakan untuk mengambil data dengan revisi sesuai saran
Tidak layak
Kritik dan saran :
1.
2.
3.
4.
129
Demikian surat keterangan ini di buat agar dapat di gunakan dalam
pengumpulan data di lapangan.
Jakarta, 19 April 2018
Validator,
Ecih
Sukaisih
130
Lampiran-11
Surat Keteranagn Validasi Instrument Penelitian
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Robiatuil Adawiyah S.Pd.I
Instansi : SDIT Indra Bangsa
Jabatan : Guru kelas
Telah membaca dan mencermati kisi-kisi instrument penelitian berupa
pedoman wawancara dan rubik penilaian yang di gunakan dalam penelitian
skripsi dengan judul “Peran Pendidikan Islam Terhadap Pembentukan
Karakter Siswa” oleh peneliti.
Nama : Nabilah Latief
NIM : 2014820113
Prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Dengan ini menyatakan instrument pedoman wawancara dan rubik penilaian
tersebut ( √ )
Layak digunakan untuk mengambil data tanpa revisi
Layak digunakan untuk mengambil data dengan revisi sesuai saran
Tidak layak
Kritik dan saran :
1.
2.
3.
4.
131
Demikian surat keterangan ini di buat agar dapat di gunakan dalam
pengumpulan data di lapangan.
Jakarta, 19 April 2018
Validator,
Robiatul Adawiyah
S.Pd.I
133
Lampiran-13
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Nabilah Latief
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 11 Agustus 1996
Agama : Islam
Alamat : Jl. KH. Mustofa Rt/Rw 002/004 No. 27 Poris
Plawad Utara Cipondoh, Tangerang
Tlp : 089637482786
RIWAYAT KELUARGA
Orang Tua:
1. Ayah : H. Muhammad Idup Indrawan S.Pd.I
2. Ibu : Hj. Mu’minah S.Pd
3. Kakak : Muhammad Iqbal, Salman Al farizi, Nafilla Latief
4. Adik : Muhammad Ibnu Malik, Siti Khumairoh Azzahro
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. 2002 – 2008 SDIT Al Ayaniah
2. 2008 – 2011 La Tansa Islamic Boarding School
3. 2011 – 2014 La Tansa Islamic Boarding School