program studi pendidikan guru sekola dasar fakultas …

150
PERAN PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Nama : Nabilah Latief Nim : 2014820113 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLA DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2018

Upload: others

Post on 04-Jan-2022

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERAN PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP PEMBENTUKAN

KARAKTER SISWA

Skripsi

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Nama : Nabilah Latief

Nim : 2014820113

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLA DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2018

i

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR Skripsi April 2018

Nabilah Latief ( 2014820113 ) PERAN PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA xv+ 107 hal., 4 tabel, 1 gambar, 13 lampiran

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peranan pendidikan Islam terhadap pembentukan karakter siswa di SDIT Indra Bangsa Poris Gaga baru Cipondoh Tangerang. Metode penelitain yang digunakan deskriptif kualitatif dengan subjek penelitian wali murid, siswa, dan guru. Teknik pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman dokumentasi. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa peranan pendidikan Islam terhadap pembentukan karakter siswa berjalan dengan baik, ditunjukkan dengan adanya gejala-gejala ketercapaian siswa dalam mengimplementasikan karakter-karakter seperti bertoleransi, disiplin, dan cinta tanah air dalam kehidupan sehari-hari di sekolah maupun di rumah. Pendidikan karakter dapat di implementasikan melalui beberapa model, startegi, dan pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru . oleh karena itu, diharapkan agar pendidikan Islam dapat berjalan dengan seimbang dengan pendidikan karakter dan menjadi lebih berkembang kedepannya dalam rangka menyiapkan generasi penerus bangsa yang berkarakter serta berakhlak mulia untuk terus membangun bangsa di kemudian hari.

Kata Kunci : Pendidikan Islam, Karakter, Siswa

Daftar Pustaka : 21 (2006– 2017)

ii

iii

iv

v

vi

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Mamah, Buya dan (alm) Bapak Syahrul Latief yang senantiasa memberikan dukungan berupa materi

dan non-materi.

2. Nafilla (Kakak), Salman (Abang), Dini (Teteh), Khumairoh, Ibnu (Adik) yang senantiasa memberikan

kebahagiaan dan uluran tangan.

3. Teman-teman seperjuangan Moy, Anga, Esa, Tika, Ifti yang selalu ada dikala susah maupun duka.

4. Khusus untuk orang-orang yang telah membantu dan memberikan support tanpa henti yang tidak

bisa saya sebutkan satu persatu.

Terima kasihdan semoga keberkahan tercurahkan untuk kalian...

viii

MOTTO

“Many Of Life’s Failures Are People Who Did Not Realize How Close They Were To Success When They Gave

Up”

ix

KATA PENGANTAR

Bismilahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, penulis panjatkan ke hadirat

Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar

Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta kepada ummatnya yang selalu

melaksanakan ajarannya.

Skripsi ini sengaja penulis ajukan sebagai salah satu syarat dalam

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Fakultas Ilmu Pendidkan

Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini tentu masih

banyak kekurangan dan kelemahannya, untuk itu penulis ingin

menyampaikan permohonan kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan

skripsi ini. Penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa

bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan yang baik ini penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian proposal ini, terutama kepada:

1. Bapak Dr. Iswan M.Si., dekan Fakutas Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk mengikuti studi di fakultas ini.

2. Bapak Azmi Al Bahij M.Si., ketua Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar Fakutas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Jakarta yang telah memberikan doorongan dan arahan kepada penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.

3. Ibu Dr. Zulfitria, M.Pd., dosen pembimbing skripsi yang telah

mengarahkan dan meluruskan jalan pikiran penullis untuk

menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.

x

4. Ibu Mu’minah S.Pd., selaku kepala sekolah SDIT Indra Bangsa yang

telah mengizinkan penulis untuk berobservasi dan juga guru-guru

SDIT indra bangsa.

5. Orang tua penulis, yang telah banyak memberikan semangat baik

moral maupun materil dalam melanjutkan studi di universitas ini serta

penyelesaian studi dengan tepat waktu.

6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang

telah memberikan bantuan dan dukungan serta semangat kepada

penulis dalam rangka penyelesaian studi dan penyusunan proposal ini.

Akhirnya dengan segala ketulusan hati yang bersih dan ikhlas, penulis

berdoa semoga segala amal baik yang telah mereka berikan mendapat

pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.

Jakarta, 15 Agustus 2018

Penulis

xi

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii

LEMBAR PENGESAHAN iv

FAKTA INTEGRITAS v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH vi

PERSEMBAHAN vii

MOTTO viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Fokus Masalah 6 C. Rumusan Masalah 6 D. Tujuan Penelitian 6 E. Manfaat Penelitain 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 9 B. Kerangka Berpikir 32

BAB III. METODELOGI PENELITIAN

xii

A. Tempat dan Waktu Penelitian 34 B. Metode Penelitian 35 C. Desain Penelitian 36 D. Subjek Data 37 E. Teknik Pengumpulan Data 38 F. Teknik Analisis Data 43

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data 47 B. Hasil Analisis Data 47 C. Interpretasi Hasil Penelitian 99

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 103 B. Saran 104

DAFTAR PUSTAKA 106

LAMPIRAN-LAMPIRAN 108

xiii

DAFTA TABEL

Hal.

Tabel 3.1 Kegiatan Waktu Dan Penelitian 34

Tabel 3.2 Pedoman Observasi 38

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrument 41

Tabel 4.1 Nama-Nama Orangtua, Siswa Dan Guru 47

xiv

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir 32

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

Lampiran 1 Pedoman Observasi 109

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Orangtua 110

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Siswa 112

Lampiran4 Pedoman Wawancara Guru 114

Lampiran5 Surat Permohonan Penelitian 116

Lampiran6 Surat Balasan Penelitian 117

Lampiran7 Dokumentasi 118

Lampiran 8 Kartu Menonton Sidang 122

Lampiran 9 Kartu Bimbingan Skripsi 123

Lampiran 10 Surat Keteranagn Validasi Instrument Penelitian 124

Lampiran 11 Surat Keteranagn Validasi Instrument Penelitian 125

Lampiran 12 Biodata Sekolah 126

Lampiran 13 Daftar Riwayat Hidup 127

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama memiliki peran yang amat penting dalam sejarah

kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya

mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai, dan

bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran Agama bagi

kehidupan manusia maka internalisasi nilai-nilai Agama dalam

kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan yang ditempuh

melalui pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah, maupun

masyarakat.

Di dalam kitab suci umat Islam Al-qur’an disebutkan bahwa

Nabi Muhammad diutus oleh Allah ke muka bumi sebagai uswah

hasanah atau contoh yang baik, seperti ayat dibawah ini:

Artinya : Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri

tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap

2

(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat yang banyak mengingat

Allah (QS. Al Ahzab:21).

Pendidikan karakter bisa dimulai dengan pendidikan moral dan

etika. Dalam kaca mata Islam, moral dan etika merupakan bagian dari

pendidikan akhlak. Akhlak adalah isu terpenting dalam pendidikan

Islam, bahkan Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam

diutus oleh sang pencipta untuk membenahi akhlak manusia

sebagaimana sabdanya, “Bahwasannya aku diutus untuk

menyempurnakan akhlak yang baik.” (H.r. Ahmad)

Kaitannya dengan pendidikan karakter yaitu, bahwa

menumbuhkan kembali akhlak mulia haruslah menjadi kompetensi

dalam proses pendidikan karakter setiap anak bangsa. Karena

memiliki akhlak mulia adalah bagian dari fitrah setiap manuisa. Potensi

yang menjadi bawaan lahir setiap manusia yang dilahirkan. Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menegaskan bahwa setiap manusia

dilahirkan dalam keadaan fitrah. Fitrah ini apabila dijaga dan terjaga,

maka akan memunculkan karakter yang positif pada setiap manusia.

Namun, bila fitrah ini tidak terjaga, maka manusia akan kehilangan

karakter positifnya.

Di tengah arus globalisasi dan moderenitas seperti sekarang ini,

karakter dan moralitas bangsa menjadi satu dari sekian banyak

persoalan utama yang dialami oleh negara-negara berkembang,

termasuk Indonesia. Bagi negara-negara kapitalis, Indonesia

3

merupakan pasar yang sangat potensial untuk memasarkan berbagai

produk budayanya.

Karakter bangsa yang kuat bisa diperoleh dari sistem

pendidikan yang baik dan tidak hanya mementingkan faktor

kecerdasan intelektual semata, melainkan juga pendidikan yang

dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan serta menghasilkan output

yang tidak sekadar mampu bersaing di dunia kerja, namun juga

mampu menghasilkan karya yang berguna bagi masyarakat, Agama,

bangsa, dan negara. Untuk mewujudkan hal itu, maka diperlukan

pendidikan yang mencakup dua unsur utama, yaitu keunggulan

akademik dan keunggulan non akademik (termasuk keunggulan

spiritual).

Fenomena-fenomena di atas menunjukkan bahwa karakter dan

moral bangsa Indonesia sudah mengalami dekadensi, sehingga

langkah cepat perlu segera diambil untuk mengantisipasi dampak-

dampak negatif. Salah satunya yaitu dengan menggaungkan kembali

“pendidikan karakter”. Banyak negara yang dalam menghadapi krisis

menempatkan pembangunan karakter sebagai fokus untuk

menemukan solusi.

Menurut Suhardi (2012: 319) untuk menjadi manusia yang

berkarakter, seseorang tidak cukup hanya memiliki pengetahuan

tentang nilai-nilai moral tanpa disertai adanya karakter bermoral.

Adapun yang termasuk dalam karakter bermoral, menurut Lickona

4

dalam Suhardi (2012: 319) adalah tiga komponen karakter

(components of goodcharacter), yakni pengetahuan tentang moral

(moral knowing), perasaan tentang moral (moral feeling), dan

perbuatan bermoral (moral actions). Ketiga hal ini diperlukan agar

seseorang mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus

nilai-nilai kebajikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti berpikir

positif, simpati, empati, jujur, religius, peduli, rendah hati, dan lain-lain.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan hamid dan sudira

(2013: 139) dalam jurnal yang berjudul “penanaman nilai-nilai karakter

siswa SMK Salafiyah prodi tkj Kajen margoyoso pati jawa tengah”

menunjukkan hasil bahwa nilai-nilai yang ditanamkan di SMK Salafiyah

adalah nilai-nilai karakter Islam berbasis pondok pesantren, proses

penanaman nilai-nilai pendidikan karakter di SMK Salafiyah melalui

konteks mikro dan konteks makro. Dari beberapa definisi tersebut di

atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa, pendidikan karakter

menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik

sehingga peserta didik menjadi faham (kognitif) tentang mana yang

benar dan yang salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan

biasa melakukannya (psikomotor). Dengan kata lain, pendidikan

karakter yang baik bukan hanya melibatkan aspek pengetahuan yang

baik (moral knowing), akan tetapi juga merasakan yang baik (moral

feeling) dan perilaku yang baik (moral action).

5

Berkarakter berarti memiliki karakter, mempunyai kepribadian,

berwatak. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah

seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan

negara pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi

(pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan

motivasinya (perasaannya).

Berikut ini adalah beberapa fakta mengenai penurunan akhlak

masyarakat yang didapati dari berbagai masyarakat:

1. 15-20% dari remaja usia sekolah di Indonesia sudah melakukan

hubungan seksual di luar nikah.

2. Hingga Juni 2009 telah tercatat 6332 kasus AIDS dan 4527 kasus

HIV positif di Indonesia, dengan 78,8% dari kasus-kasus baru yang

terlaporkan berasal dari usia 15-29 tahun,

3. Setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia di mana

20% di antaranya adalah aborsi yang dilakukan oleh remaja.

4. Berdasarkan data kepolisian, setiap tahun penggunaan narkoba

selalu naik. Korban paling banyak berasal dari kelompok remaja,

sekitar 14 ribu orang atau 19% dari keseluruhan pengguna.

5. Jumlah kasus kriminal yang dilakukan anak-anak dan remaja

tercatat 1.150 sementara pada 2008 hanya 713 kasus. Ini berarti

6

ada peningkatan 437 kasus. Jenis kasus kejahatan itu antara lain

pencurian, narkoba, pembunuhan dan pemerkosaan.

(http://globalsearch1.blogspot.co.id/2013/05/kondisi-akhlak-remaja-

saat-ini-dan.html)

Kaum terpelajar merupakan aset masa depan bangsa

Indonesia. Menyiapkan mereka dengan karakter unggul dan jiwa

kepemimpinan berarti menyiapkan sesosok manusia yang berkarakter

kuat yang dapat memberi contoh dan teladan bagi rakyat yang

dipimpinnya. Apabila para pelajar diabaikan karakternya, kegagalan

bangsa ini semakin dekat. Karena bangsa ini dipimpin oleh pemimpin

yang berkarakter buruk dan korup. Solusi dari krisis karakter bangsa

Indonesia tidak cukup hanya menjadi penyesalan. Ikhtiar bangkit untuk

kembali menata karakter bangsa yang unggul dan berjiwa

kepemimpinan menjadi prasyarat bagi kejayaan bangsa

Dari latar belakang di atas maka dapat disimpulkan bahwa

karakter-karakter di Indonesia kini sudah tidak sebaik lagi seperti

zaman dahulu, karena karakter anak bangsa sudah dipengaruhi oleh

perkembangan elektronik yang semakin canggih. Oleh karena itu

peran pendidikan Islam sangat mempengaruhi siswa dalam bertindak,

karena jika sesorang sudah mempunyai rasa takut dengan mempunyai

nilai-nilai Agama dalam dirinya maka seseorang itu tidak akan mau

berbuat yang sudah jelas salahnya. Hal ini mendorong penulis untuk

melihat lebih dalam apakah pendidikan Agama Islam beperan dalam

7

pembentukan karakter siswa dengan suatu penelitian yang berjudul

“PERAN PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP PEMBENTUKAN

KARAKTER SISWA”.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan,

peneliti akan membatasi ruang lingkup masalah agar pemecahannya

terfokus dan jelas, maka masalah yang akan diteliti dibatasi pada nilai-

nilai karakter yiatu: amanah, rasa hormat, tanggung jawab, kepedulian,

keadilan, dan nasioanalis.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan,

maka permasalahan yang akan penulis bahas dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana pendidikan Islam itu berperan terhadap pendidikan

karakter?

2. Nilai-nilai pendidikan Islam apa saja yang bisa membentuk karakter

siswa?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas,

maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Tujuan Umum

8

Tujuan umum yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui bagaimana pendidikan Agama Islam dalam

pembentukan karakter siswa.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang akan dicapai dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui peran Agama Islam dalam membentuk

karakter siswa dan untuk mengetahui perilaku siswa di sekolah.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian

ini adalah:

1. SecaraTeoritis

Untuk menambah literatur keilmuan terutama dalam bidang

ilmu pendidikan Islam dalam membentuk karakter siswa.

2. Secara Praktis:

a. Bagi siswa

Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi siswa

untuk selalu menumbuhkan akhlak atau perilaku yang baik

dalam kehidupan sehari-hari dengan mengaplikasikan

pendidikan karakter yang telah diajarkan sehingga dapat

diterapkannya.

b. Bagi sekolah

9

Sebagai bahan masukkan dan pengembangan

pelaksanaan pendidikan sebagai sarana wacana tentang

perlunya pendidikan agama Islam dalam pembentukan karakter

yang menjadi dasar terbentuknya akhlak mulia.

c. Bagi guru

Hasil penelitian diharapkan menjadi pertimbangan dalam

membentuk khasanah literatur mengenai pendidikan agama

Islam dalam pembentukan karakter siswa.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Pendidikan Islam

10

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Suhardi

(2012: 318) Pendidikan secara harfiah adalah proses, cara, atau

perbuatan mendidik. Pendidikan berasal dari kata dasar didik yang

berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan)

mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Secara lebih rinci,

pendidikan dapat dimaknai sebagai proses pengubahan sikap dan

tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU

Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 1, pendidikan diartikan

sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Pendidkan berfungsi untuk

mengembangkan kemamapuan serta meningkatkan mutu

kehidupan dan martabat manusia.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

adalah suatu usaha untuk menjadikan seseorang ke yang lebih

baik dari yang tidak tahu apa-apa menjadi lebih tau lagi dari segi

ilmu ataupun dari sikap yang dimilikinya. Dan pendidikan juga

11

dapat meningkatkan kualitas seseorang menjadi lebih baik untuk

dirinya ataupun untuk masyarakat.

a. Pengertian Pendidikan Islam

Menurut Syafri (2012: 35) pendidikan Islam merupakan

upaya manusia untuk melahirkan generasi yang lebih baik,

generasi yang selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi

larangan-Nya. Menurut Abdurrahman An-Nahlawy, proses

pendidikan Islam berupaya mendidik manusia ke arah

sempurna sehingga manusia tersebut dapat memikul tugas

keholifahan di bumi ini dengan perilaku amanah. Maka upaya

melahirkan manusia yang amanah tersebut adalah sebuah amal

pendidikan Islam.

Menutut An-Nahlawy dalam Syafri (2012: 36) pendidikan

Islam harus memiliki tiga aspek; pertama, pendidikan pribadi

yang meliputi pendidikan tauhid kepada Allah dan nilai akidah.

Hal ini untuk menyiapkan diri menerima ajaran Islam. Kedua,

mencintai amal kebajikan dan keteguhan pada prinsip Islam

dalam situasi dan kondisi apapun. Ketiga, pendidikan sosial

masyarakat yang meliputi cinta kebenaran dan

mengamalkannya , serta sabar dan teguh menghadapi

tantangan. Jika ketiga aspek tersebut dapat diterapkan dengan

tepat, maka akan lahirlah manusia-manusia yang berakal,

cerdas, amanah, berilmu, dan bertaqwa.

12

Menurut Arifin (2014: 8) pedidikan Islam adalah suatu

sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan

yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah

menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik

duniawi maupun ukhrawi.

Menurut Asy-syaibany dalam Umar (2010: 27)

pendidikan Islam adalah proses tingkah laku individu pada

kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan

cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai

profesi diantara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.

Menurut Mujib (2008: 28) pendidikan Islam adalah

proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada

peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan,

bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan

potensi-potensi guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan

hidup di dunia dan akhirat.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup

seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh manusia, dan

suatu proses transformasi dan internalisasi ilmu-ilmu Islam.

Sebagaimana Islam telah menjadi pedoman kehidupan bagi

seluruh aspek kehidupan manusia, dalam segala aspeknya baik

di dunia maupun akhirat.

13

b. Tujuan Pendidikan Islam

Menurut Umar (2010: 64) Tujuan merupakan standar

usaha yang dapat ditentukan, serta mengarahkan usaha yang

akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-

tujuan lain. Di samping itu, tujuan dapat membatasi ruang gerak

usaha, agar kegiatan dapat terfokus pada apa yang dicita-

citakan. Tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya insan

kamil yang memiliki wawasan kaffah agar mampu menjalankan

tugas-tugas kehambaan, kekhalifahan, dan pewaris Nabi.

Tujuan tersebut dapat dijabarkan dalam uraian sebagai berikut:

1) Terbentuknya “insan kamil” (manusia paripurna) yang

mempunyai wajah-wajah qur’ani. Rumusan tentang wajah-

wajah qur’ani banyak sekali, namun Saefudin dalam Umar

(2010: 65), memberikan beberapa rumusan yaitu sebagai

berikut:

a) Wajah kekeluargaan dan persaudaraan yang

menumbuhkan sikap egalitarianism

b) Wajah yang penuh kemulian sebagai makhluk yang

berakal dan dimuliakan

c) Wajah yang kreatif menumbuhkan gasan-gagasan baru

dan bermanfaat bagi kemanusiaan

d) Wajah yang penuh keterbukaan yang menumbuhkan

prestasi kerja dan pengabdian bagi kemanusiaan

14

e) Wajah kasih saying menumbuhkan karakter dan aksi

solidaritas dan sinergi.

2) Terciptanya insan kaffah, yang menurut Hasan dalam

Umar(2010: 67) memiliki tiga dimensi kehidupan, yaitu

dimensi religius, budaya, dan ilmiah, yaitu sebagai berikut:

a) Dimensi religius, yaitu manusia merupakan makhluk

yang mengandung berbagai misteri dan tidak dapat

direduksikan kepada faktor materi semata-mata.

b) Dimensi budaya, manusia merupakan makhluk etis yang

mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap

kelestarian dunia seisinya.

c) Dimensi ilmiah, dimensi yang mendorong manusia untuk

selalu bersikap objektif dan realistis dalam menghadapi

tantangan zaman serta berbagai kehidupan manusia

terbina untuk bertingkah laku secara kritis dan rasional,

serta berusaha mengembangkan keterampilan dan

kreativitas berpikir.

3) penyadaran fungsi manusia sebagai hamba, khalifah Allah,

serta pewaris Nabi dan memberikan bekal yang memadai

dalam rangka pelaksanaan fungsi tersebut.

Menurut Sutrisno dan Albarobis (2012: 31) menyatakan

bahwa tujuan pendidikan Islam mencakup empat tujuan hidup

15

manusia seperti; mengabdi kepada Allah, menjadi khalifah di

bumi, mencari ridha Allah, dan meraih kebahagiaan hidup di

dunia dan akhirat. Kalau di rumuskan, berarti tujuan pendidikan

Islam adalah menyiapkan anak didik untuk menjadi hamba Allah

yang mampu mengemban tugas sebagai khalifah di bumi, yang

mengarahkan hidup dan matinya hanya untuk mencari ridha

Allah dalam meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, pendidikan

Islam pada hakikatnya adalah realisasi dari cita-cita ajaran

Islam itu sendiri, yang membawa misi bagi kesejateraan umat

manusia di dunia dan akhirat.

c. Fungsi Pendidikan Islam

Menurut Mujib dan Mudzakkir (2008: 68) fungsi

pendidikan Islam adalah menyediakan segala fasilitas yang

dapat memungkinkan tugas-tugas pendidikan Islam tersebut

tercapai dan berjalan dengan lancar. Penyediaan fasilitas ini

mengandung arti dan tujuan yang bersifat structural dan

institusional.

Arti dari tujuan struktur adalah menuntut terwujudnya

struktur organisasi pendidikan yang mengatur jalannya proses

kependidikan, baik dilihat dari segi vertikal maupun segi

horizontal. Faktor-faktor pendidikan bisa berfungsi secara

16

interaksional (saling mempengaruhi) yang bermuara pada

tujuan pendidikan yang diinginkan. Sebaliknya, arti tujuan

institusional mengandung implikasi bahwa proses kependidikan

yang terjadi di dalam struktur organisasi itu dilembagakan untuk

menjamin proses pendidikan yang berjalan secara konsisten

dan berkesinambungan yang mengikuti kebutuhan dan

perkembangan manusia dan cenderung kearah tingkat

kemampuan yang optimal.

2. Hakikat Karakter Siswa

a. Pengertian Karakter Siswa

Menurut Samani dan Hariyanto (2011: 43) menyatakan

bahwa karakter adalah nilai dasar yang membangun pribadi

seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun

pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang

lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam

kehidupan sehari-hari.

Menurut Majid dan Andayani (2013: 12) Karakter adalah

watak, sifat, atau hal-hal yang memang sangat mendasar yang

ada pada diri seseorang. Hal-hal yang sangat abstrak yang ada

17

pada diri seseorang. Apa pun sebutannya karakter ini adalah

sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan

perbuatannya. Ada Banyak yang memandang atau

mengartikannya identik dengan kepribadian. Watak dan

karakter berkenaan dengan kecendrungan penilaian tingkah

laku individu berdasarkan standar-standar moral dan etika.

Salahudin dan Alkrienciehie (2013: 45) Adapun

pendidikan berkarakter adalah pendidikan budi pekerti, yaitu

melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling),

dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona dalam

Salahudin dan Alkrienciehie (2013: 45) dengan tiga aspek

tersebut, jika pendidikan karakter diterapkan secara sistematis

dan berkelanjutan maka akan membuat anak akan menjadi

cerdas dalam emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal

penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan

karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil mengghadapi

segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk

berhasil secara akademis.

Menurut Salahudin dan Alkrienciehie (2013: 49)

menyatakan bahwa dalam ajaran islam, hakikat pendidikan

adalah mengembangkan nilai-nilai ilahiah pada manuisa (fitrah)

dengan bimbingan Al-Quran dan As-Sunnah (hadits) sehingga

18

menjadi manusia yang berakhlak mulia (insankamil). Pada

dasarnya, hakikat pendidikan adalah untuk membentuk karakter

suatu bangsa. Hal tersebut sangatditentukan oleh semangat,

motivasi, nilai-nilai dan tujuan dari pendidikan.

Menurut Kurniawan dan Hindarsih (2013: 24) salah satu

aspek penting dalam pendidikan karakter adalah proses

pembentukan kepribadian. Tujuan dari pendidikan ini adalah

untuk memunculakan kepribadian dan sikap hidup yang baik

pada anak didik. Inilah yang menunjukkan kekuatan karakter

yang menjadi identitas kepribadian seseorang. Kematangan

karakter ini kemudian dapat menjadi tolak ukur kualitas

kepribadian seseorang. Kematangan karakter ini kemudian

dapat menjadi tolak ukur kualitas kepribadian seseorang. Dan

ini sangat berkaitan dengan pola pendidikan karakter yang

berintegritas.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa karakter

ataupun pendiidkan karakter merupakan suatu pendidikan yang

berupaya dalam penanaman dan pembentukan karakter pada

diri seseorang. Dan karakter bisa juga didapatkan dari turunan

atau watak seseorang yang dapat di tiru dari banyaknya ruang

lingkup dalam proses pembentukan karakter

19

b. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter

Menurut Helmawati (2017: 21) menyatakan bahwa tujuan

dari pendidikan adalah untuk menyempurnakan akhlak. Tujuan

dari pendidikan karakter adalah untuk menjadikan manusia

seutuhnya, manuisa yang beradab dan bermartabat. Agar

manusia memiliki akhlak yang mulia, manusia perlu diasah

perasaan (hati), pikir (akal), dan raganya secara terpadu.

Dengan peneladanan dan pembiasaan serta motivasi dan

pengawasan akhlak akan terbentuk dengan baik.

Menurut Pendidikan Nasional (UU No. 20 Tahun 2003,

Pasal 3) dalam Helmawati (2017: 17) merujuk fungsi dan tujuan

menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, tujuan pendidikan karakter

pada intinya ialah untuk membentuk karakter peserta didik.

Menurut Mulyasa (2011: 9) menyatakan bahwa

pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses

dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan

karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu,

dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada

setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta

20

didik diharapkan mampu secara mandiri menigkatkan dan

menggunakan pengetahuannya,

mengkaji, dan mengintenalisasikan serta mempersonalisasikan

nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam

perilaku sehari-hari.

Fungsi pendidikan karakter menurut Kementrian

Pendidikan Nasional dalam Salahudin dan Alkrienciehie (2013:

104)

1) Pengembangan potensi dasar, agar “berhati baik, berpikiran

baik dan berperilaku baik

2) Perbaikan perilau yang kurang baik dan penguatan perilaku

yang sudah baik

3) Penyaringan budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai

luhur Pancasila

Sedangkan menurut Zubaedi (2011: 18) pendidikan

karakter memiliki tiga fungsi utama. Pertama, fungsi

pembentukan dan pengembangan potensi. Pendidikan karakter

berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi peserta

didik agar berpikiran baik, berhati baik, dan berprilaku baik

sesuai dengan falsafah hidup. Kedua, fungsi perbaikan dan

penguatan pendidikan karakter berfungsi memperbiki dan

memperkuatperan keluarga, satuan pendidikan, masyarakat,

21

dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung

jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan

pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri, dan

sejahtera. Ketiga, fungsi penyaring pendidikan karakter

berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring

budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya

dan karakter bangsa yang bermartabat.

Menurut Salahudin dan Alkrienciehie (2013: 105) Tujuan

pendidikan harus selaras dengan tujuan yang menjadi landasan

dan dasar pendidikan. Karena tujuan pendidikan harus bersifat

universal dan selalu aktual pada segala masa dan zaman.

Konsep adanya pendidikan karakter pada dasarnya berusaha

mewujudkan peserta didik atau manusia yang berkarakter

(ahlak mulia) sehingga dapat menjadi manusia paripurna (insan

kamil).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

tujuan dan fungsi pendidikan karakter adalah dapat membentuk

karakter peserta didik dari segi akhlak ataupun watak, dalam

upaya mencerdaskan anak bangsa secara menyeluruh untuk

mendapatkan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga

dapat mengimplementasikannya di dalam kehidupan sehari-

hari.

22

c. Pilar-pilar Pendidikan Karakter

Pilar-pilar pendidikan karakter menurut Character Counts

dalam Yaumi (2014: 62) menyatakan bahwa terdiri atas enam

pilar, yang mencakup amanah (trustworthinees), rasa hormat

(respect), pertanggungjawaban (responsibility) keadilan

(fairness) kepedulian (caring) dan nasionalis, kewarganegaraan

(citizenship). Dan penjelasannya sebagai berikut:

1) Amanah (trustworthinees) adalah bersikap jujur dan dapat

diandalkan dalam menjalankan komitmen, tugas, dan

kewajiban. Karakteristik-karakteristik amanah adalah

sebagai berikut: Berlaku jujur, tidak boleh membohongi,

menipu atau mencuri, jadilah terpercaya – satunya kata dan

perbuatan, memiliki keberanian untuk melakukan hal yang

benar, membangun reputasi yang baik, dan setia – berpihak

kepada keluarga, teman-teman, dan negara.

2) Rasa hormat

Secara umum, rasa hormat (respect) merupakan cara

merasakan dan berperilaku. Rasa hormat adalah suatu

sikap penghargaan. Kekaguman, atau penghormatan

kepada pihak lain, rasa hormat sagat penting dalam

23

kehidupan sehari-hari.Karakteristik-karakteristik rasa hormat

adalah sebagai berikut: memperlakukan orang lain dengan

hormat, memiliki rasa toleransi atas berbagai perbedaan,

menggunakan bahasa dan perlakukan yang santun,

menjaga dan memerhatikan perasaan orang lain, tidak

mengancam, memukul atau menyakiti siapa pun, menjaga

kedamaian dan menghindari rasa marah, dan tidak

menghina orang lain karena tidak setuju atau sependapat

dengan pandangannya.

3) Tanggung jawab

Tanggung jawab (responsibility) adalah suatu tugas atau

kewajiban untuk melakukan atau menyelesaikan tugas

degan penuh kepuasan yang harus dipeuhi seseorang, dan

yang memiliki konsekuen hukuman terhadap

kegagalan.Karakteristik-karakteristik tanggung jawab adalah

sebagai berikut: melakukan sesuatu yang seharusnya

dilakukan, selalu menunjukkan ketekunan, kerajinan, dan

terus berusaha, selalu melakukan yang terbaik untuk dirinya

dan orang lain, dan selalu disiplin dan mengontrol diri dalam

keadaan apa pun

4) Keadilan

Adil merupakan suatu kata yang mudah diungkapkan namun

sangat sulit untuk dilakukan. Kesulitannya karena

24

melibatkan keadaan keikhlasan hati untuk membedakan

antara kepentingan individu atau kelompok sendiri dan

kepentingan individu dan kelompok lain. Karakteristik-

karakteristik keadilan adalah sebagai berikut: melakukan

tindakan untuk memutuskan sesuatu sesuai aturan,

berkeinginan untuk membagi dan mengambil peran secara

bergiliran, selalu berpikiran terbuka dan mendengarkan

orang lain, menghindari dan menjauhkan diri dari upaya

mengambil keuntungan dari orang lain, dan tidak melakukan

sesuatu dengan menyalahkan orang lain sembarangan

5) Kepedulian

Kepedulian adalah merasakan kekhawatiran tentang orang

lain atau sesuatu. Misalnya, ketika melihat teman dalam

keadaan susah atau sakit, muncul perasaan yang sama

seperti yang dirasakan oleh teman lalu mendapat dorongan

untuk merawatnya. Karakteristik-karakteristik keadilanadalah

sebagai berikut: berupaya untuk menjaga kebaikan bersama

orang lain, memiliki jiwa yang penuh kasih dan peduli,

mengekspresikan rasa syukur, memberi maaf dan

memaafkan orang lain, dan membantu orang yang

membutuhkan

25

6) Nasionalis

Kewarganegaraan (citizenship) atau disebut juga dengan

nasionalis menunjukkan hubungan antara seseorang dan

negara atau kesatuan negara. Kewarganegaraan meliputi

nilai-nilai madani atau sipil dan tugas yang menetapkan

bagaimana kita harus berperilaku sebagai bagian dari suatu

komunitas.Karakteristik-karakteristik nasionalisme adalah

sebagai berikut: Berbagilah untuk membuat sekolah dan

masyarakat menjadi semakin baik, bekerjasama dan

berkolaborasi, memberikan hak suara ketika dalam

pemilihan, jadilah tetangga yang baik, mematuhi hukum dan

peraturan, menghormati kekuasaan atau yang memegang

otoritas, dan menjaga dan memlihara lingkungan

d. Ciri Dasar Pendidikan Karakter

Menurut Forester dalam Majid dan Andayani (2013: 36)

sebagaimana, ada empat ciri dasar dalam pendidikan

karakter:

Pertama, keteraturan interior di mana setiap tindakan

diukur berdasarkan hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman

normatif setiap tindakan.

Kedua, koherensi yang memberi keberanian membuat

seseorang teguh pada prinsip, dan tidak mudah terombang-

ambing pada situasi baru atau takut resiko. Koherensi

26

merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama

lain. Tidak adanya koherensi dapat meruntuhkan kredibilitas

seseorang.

Ketiga, otonomi di sana seseorang menginternalisasikan

aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini

dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa

terpengaruh desakan pihak lain.

Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan

merupakan daya tahan seseorang guna menginginkan apa

yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi

penghormatan atas komitmen yang dipilih.

e. Tahap-tahap Pendidikan Karakter

Menurut Majid dan Andayani (2013: 20) secara teoritik

nilai moral/karakter berkembang secara psikologis dalam diri

individu mengikuti perkembangan usia dan konteks sosial.

Dalam kaitannya dengan usia, Piaget merumuskan

perkembangan kesadaran dan pelaksanaan aturan dengan

membagi menjadi beberapa tahapan dalam dua domain yakni

kesadaran mengenai aturan dan pelaksanaan aturan.

1) Tahap pada domain kesadaran aturan:

a) Usia 0-2 tahun: Aturan dirasakan sebagai hal yang

tidak bersifat memaksa

27

b) Usia 2-8 tahun: Aturan disikapi bersifat sacral dan

diterima tapa pemikiran

c) Usia 8-12 tahun: Aturan diterima sebagai hasil

kesepakatan

2) Tahapan pada domain pelaksanaan aturan:

a) Usia 0-2 tahun: Aturan dilakukan hanya bersifat

motorik

b) Usia 2-6 tahun: Aturan dilakukan dengan orientasi diri

sendiri

c) Usia 6-10 tahun: Aturan dilakukan sesuai

kesepakatan

d) Usia 10-12 tahun: Aturan dilakukan karena sudah

dihimpun

Bertolak dari teorinya tersebut, Piaget

menyimpulkan bahwa pendidikan di sekolah sekiranya

menitik beratkan pada pengembangan kemampuan

mengambil keputusan (decision making, skills) dan

memecahkan masalah (problem solving) dan membina

perkembangan moral dengan cara menuntut peserta

didik untuk mengembangkan aturan berdasarkan

keadilan/kepatutan.

Menurut Budimansyah dalam Majid dan Andayani

(2013: 21) dengan kata lain, pendidikan nilai berdasarkan

28

teori Piaget adalah pendidikan nilai moral atau nilai etis

yang dikembangkan berdasarkan psikologi

perkembangan moral kognitif.

3. Pusat Pendidikan Karakter

Kurniawan (2013: 42) masalah krisis karakter sudah bersifat

struktural maka pendidikan karakter semestinya tidak saja

diimplementasikan secara struktural, tetapi juga secara

kontekstual. Secara struktural artinya membangun karakter dapat

dimulai dari lingkungan keluarga sebagai lingkungan pendidikan

informal, selanjutnya sekolah dan perguruan tinggi sebagai

lingkungan pendidikan formal, dan kemudian di lingkungan

masyarakat sebagai lingkungan pendidikan nonformal. Sementara

aspek kontekstual terkait dengan nilai-nilai pokok yang diperlukan

untuk membentuk kekuatan karakter, yang mana nilai-nilai pokok

ini dapat diinternalisasikan pada pusat-pusat pendidikan karakter,

yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah/perguruan tinggi,

dan lingkungan masyarakat.

Menurut Kurniawan (2013: 42) pengembangan karakter

merupakan proses seumur hidup, dengan demikian

pengembangan karakter seorang peserta didik merupakan upaya

seumur hidup yang perlu melibatkan pusat-pusat pendidikan

karakter, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah/perguruan

tinggi, da lingkungan masyarakat. Pusat-pusat pendidikan karakter

29

ini harus berjalan secara terintegrasi dan terpadu. Orangtua, guru,

dosen, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan lain-lain

memiliki tanggung jawab yang sama besarnya dalam

melaksanakan pendidikan karakter.

Helmawati (2017: 20) lingkungan berpengaruh besar dalam

pembentukan karakter seorang individu. Selain lingkungan

keluarga dan lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat pun

memiliki pengaruh yang sangat besar bagi pengembangan

karakter. Walaupun di lingkungan keluarga dan di lingkungan

sekolah anak di didik untuk memiliki karakter buruk yang dominan,

maka anak yang banyak berinteraksi dengan lingkungan di

masyarakatnya akan terpengaruh menjadi tidak baik.

Oleh karena itu, sebelum menentukan dimana lingkungan

yang akan kita tinggali hendaknya orang tua memilih dengan cukup

selektif. Masyarakat yang buruk akan berdampak buruk bagi

keluarga, sedangkan lingkungan yang baik akan berpengaruh baik

pula pada keluarga.

a. Pendidikan Karakter Dalam Lingkungan Keluarga

Menurut Kurniawan (2013: 43) Lingkungan keluarga

adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di

30

suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling

bergantung.

Menurut Helmawati (2017: 33) keluarga adalah tempat

pertama dan utama dalam pembentukan karakter anak. Nilai-

nilai seperti baik dan buruk, benar atau salah, indah atau tidak

indah dikenalkan pertama-tama dalam keluarga

Tidak dapat dipungkiri peran penting keluarga dalam

membantu anak menjadi manusia seutuhnya. Keluarga adalah

fondasi pengembangan karakter (moral atau akhlak) dan

intelektual. Dengan demikian, baik atau tidaknya karakter anak-

anak tergantung pada seberapa baik karakter dan bagaimana

upaya orang tua dalam membimbing dan mengarahkan mereka.

Orang tua yang memiliki karakter yang baik dan mampu

menerapkan pada anak-anaknya tentu akan membuat anak-

ankanya memiliki karakter yang baik.

Hakikat pendidikan karakter adalah menerapkan disiplin

dalam setiap perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Karakter

disiplin pertama-tama dan utamanya harus dibiasakan dalam

kehidupan di lingkungan keluarga. Disiplin artinya taat pada

aturan yang ditetapkan. Sementara dalam ajaran Islam, disiplin

berisi aturan-aturan yang harus ditaati. Disiplin dalam

menjalankan ajaran Islam mampu membentuk dan

menumbuhkan karakter mulia pada anak.

31

b. Pendidikan Karakter Dalam Lingkungan Sekolah

Selain orang tua sebagai pendidik pertama dan utama,

guru merupakan pendidik pendamping bagi anak. Agar anak

memiliki karakter kuat, guru harus memiliki karakter yang kuat.

Tugas yang paling sulit bagi para pendidik adalah memelihara

dan mempertahankan karakter yang baik yang ada dalam diri

kita sehingga kita mampu menjadi teladan bagi anak-anak atau

peserta didik. Sebagai pendidik pendamping, guru harus

mampu meneruskan tujuan dan harapan orang tua dalam

pendidikan anak-anaknya.

Menurut Helmawati (2017: 92) guru sebagai pendidik di

lingkungan sekolah harus memiliki karakter yang kuat untuk

mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang diputuskan

kepala sekolah. Agar proses pembentukan karakter berhasil di

sekolah, guru hendaknya menjalin hubungan yang baik yang

dijalin guru dengan peserta didiknya. Suatu hubungan yang

baik yang di jalin guru dengan peserta didik akan menjadi dasar

pengajaran yang efektif. sebab: 1) guru akan mampu membantu

peserta didik bahwa ia di perhatikan, dikasihi dan disayangi,

dicintai, dan setiap anak memiliki kemampuan yang unik

sebagai kelebihannya; 2) dapat memotivasi peserta didik untuk

melakukan dan menjadi yang terbaik (sesuai kemampuannya);

3) akan memudahkan komunikasi dan bekerja sama dalam

32

mengatasi hambatan dalam belajar; dan 4) dapat mengarahkan

peserta didik pada pengenalan sosok guru dengan

kepribadiannya yang dapat dijadikan teladan dan dapat

dicontohnya.

Menurut Kurniawan (2013: 47) menyatakan bahwa

pendidikan karakter di lingkungan sekolah seharusnya

membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif,

penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengalaman

nilai secara nyata. Oleh karena itu, pendidikan karakter yang

selama ini ada di lingkungan sekolah perlu segera dikaji dan di

cari alternatif-alternatif solusinya, serta perlu dikembangkan

secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan.

Pendidikan karakter di lingkungan sekola dapat

diintegrasikan dalam pembelajran pada setiap mata pelajaran.

Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-

niali pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan,

dieksplesitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya

pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi dan

pengalaman nyata dalam kehidupa peserta didik sehari-hari di

masyarakat.

c. Pendidikan Karakter Dalam Lingkungan Masyarakat

33

Menurut Helmawati (2017: 121) menyatakan bahwa

masyarakat adalah kumpulan dari keluarga-keluarga. Jika

keluarga-keluarga memiliki karakter yang baik, maka

masyarakat pun akan memiliki karakter-karakter yang baik.

Sebaliknya jika keluarga-keluarga memiliki karakter yang buruk,

maka masyarakatnya pun akan tampak berperilaku buruk atau

tidak berakhlak mulia.

Untuk menanamkan akhlak atau karakter mulia, maka

harus berawal dari keluarga. Dengan demikian, masyarakat

dapat dibentuk untuk memiliki karakter mulia. Karakter inilah

yang akhirnya akan menunjukkan martabat suatu kaum

(masyarakat bahkan bangsa dan negara)

Menurut Kurniawan (2013: 193) peran masyarakat tidak

bisa ditampik juga sangat dominan dalam mendukung dan

membangun kekuatan karakter. Karakter yang kuat pada

akhirnya akan bermanfaat positif dalam setiap interaksi sosial

seorang individu. Selanjutnya, individu dengan karakter kuat

tersebut akan memberikan sumbangsih bagi moral dan spiritual

yang berdayaguna bagi masyarakat sekitarnya.

Menurut Kurniawan (2013: 49) menyatakan bahwa

sebagai lingkungan pendidikan nonformal, masyarakat

semestinya juga turut berperan dalam terselenggaranya proses

pendidikan karakter. Setiap individu sebagai anggota dari

34

masyarakat tersebut harus bertanggung jawab dalam

menciptakan suasana yang nyaman dan mendukung.

Karena pentingnya peran masyarakat sebagai pusat

pendidikan karakter maka setiap individu sebagai anggota

masyarakat harus menciptakan suasana yang nyaman demi

keberlangsunan proses pendidikan yang terjadi di dalamnya. Di

Indonesia dikenal adanya konsep pendidikan berbasis

masyarakat (community based education) sebagai upaya untuk

memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan

pendidikan.

Dalam penyelenggaraan pendidikan karakter, di

butuhkan keterpaduan pusat pendidikan karakter, yaitu

lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kesemuanya

perlu berada dalam suatu kekompakan melalui jalinan

komunikasi dan kolaborasi yang harmonis dalam mendukung

program-program pendidikan karakter.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter,

Akhlak, Moral, Budi Pekerti, dan Etik Manusia.

Menurut Gunawan (2012: 19) terdapat banyak factor yng

mempengaruhi karakter, akhlak, morl, budi pekerti, dan etika

manusia. Dari sekian banyak faktor tersebut, para ahli

35

menggolongkannya ke dalam dua bagian, yaitu factor intern dan

factor ekstern.

a. Faktor intern

Terdapat banyak hal yang mempengaruhi factor internal ini,

diantaranya adalah:

1) Insting atau Naluri

Insting adalah suatu sifat yang dapat menumbhkan

perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan berpikir

lebih dahulu kea rah tujun itu dan tidak didahului latihan

perbuatan itu.

Pengaruh naluri pada diri seseorang sangat

tergantung pada penyalurannya. Naluri dapat

menjerumuskan manusia kepada kehinaan (degradasi),

tetapi dapat juga mengangkat kepada derajat yang tinggi

(mulia).

2) Adat atau kebiasaan (Habit)

Salah satu faktor penting dalam tingkah laku manusia

adalah kebiasaan, karena sikap dan perilaku yang menjadi

akhlak (karakter) sangat erat sekali dengan kebiasaan, yang

dimaksud dengan kebiasaan adalah perbuatan yang selalu

diulang-ulng sehingga mudah untuk di kerjakan.

3) Kehendak atau kemauan

36

Kemauan ialah kemauan untuk melangsungkan

segala ide dan segala yang di maksud, walau disertai

dengan berbagai rintangan dan kesukaran-kesukaran,

namun sekali-kali tidak mau tunduk kepada rintangan-

rintangan tersebut.

4) Suara batin atau suara hati

Di dalam diri manusia terdapat sutu kekuatan yang

sewaktu-waktu memberikan peringtan (isyarat) jika tingkah

laku manusia berada diambang bahaya dan keburukan,

kekuatan tersebut adalah suara batin atau suar hati

(dhamir).

b. Faktor Ekstern

Selain faktor intern yang bersifat dari dalam yang dapat

mempengaruhi karakter terdapat juga faktor ekstern

1) Pendidikan

Betapa pentingnya faktor pendidikan itu, Karena

naluri yang terdapat pada seseorang dapat dibangun

dengan baik dan terarah. Oleh karena itu, pendidikan agama

perlu dimanifastikan melalui berbagai media baik pendidikan

formal di sekolah, pendidikan informal di lingkungan

37

keluarga, dan pendidikan non forma yang ada pada

masyarakat.

2) Lingkungan

Lingkungn adalah suatu yang melingkungi suatu

tubuh yang hidup, seperti tumbuh-tumbuhan, keadaan

tanah, udara, dan pergaulan manusia hidup selalu

berhubungan dengan manusia harus bergaul dan dalam

pergaulan itu saling mempengaruhi pikiran, sifat dn tingkah

laku

B. Kerangka Berpikir

Pendidikan karakter bukanlah pendidikan yang berbasis hafalan

dan pengetahuan verbalistis. Pendidikan karakter merupakan

pendidikan perilaku yang terbentuk melalui habitual action dan

keteladanan para pendidik, orang tua, para pemimpin, masyarakat

yang merupakan lingkungan luas bagi pengembangan karakter anak.

Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan di atas, maka

dapat memahami dengan jelas betapa pentingnya pendidikan bagi

kelangsungan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dengan begitu semua bisa tercerahkan serta bisa memberi

pencerahan kepada generasi penerus sehingga dapat

mengapikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

38

bernegara. Karena pendidikan tidak hanya menciptakan generasi yang

cerdas secara intelektual saja, tapi juga berakhlaqul karimah.

Bagan 2.1

Kerangka Berpikir

Strategi :

1. Sosialisasi/penyadaran 2. Pendidikan berkarakter 3. Pembiasaan dalam

berperilaku 4. Kerjasama antara

keluarga, lingkungan rumah, dan lingkungan sekolah

5.

1. Siswa berperilaku tidak sopan terhadap sesama teman atau guru

2. Melemahnya kemandirian diri siswa

3. Memudarnya kesadaran terhadapa nilai-nilai karakter didalam diri siswa

Siswa yang berkarakter

Penerapan nilai-nilai karakter

Permasalahan karakter siswa

1. Siswa mempunyai rasa amanah, rasa hormat, tanggung jawab, peduli, adil, nasionalis dan lain-lain

2. Siswa dapat dicontoh oleh teman-temannya

Membangun karakter siswa di lingkungan sekolah

Guru, orang tua dan lingkungan menjadi peran penting dalam pembentukan karakter siswa

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDIT Indra Bangsa yang

beralamat di jalan Poris Gaga Baru, Cipondoh, Tangerang. Alasan

dipilihnya SDIT Indra Bangsa dikarenakan di sekolah tersebut

belum pernah dilakukannya penelitian tentang peran pendidikan

islam terhadap pembentukan karakter siswa.

2. Waktu Peneltian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 8 bulan

terhitung sejak bulan November-Agustus 2018. Adapun rincian

waktu penelitian adalah sebagai berikut:

Siswa memiliki karakter yang baik, yang memegang nilai-nilai agama

40

Tabel 3.1

Jadwal Kegiatan Penelitian

B. Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2011: 2) secara umum metode penelitian

diartikan sebagai “cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan

dan kegunaan tertentu”. Maka, metode penelitian dapat diartikan

sebagai suatu cara yang dilakukan secara sistematis dan terorganisir

NO Kegiatan Bulan

Nov-Des

Des- Jan

Jan-Feb

Feb-Mar

Mar-April

April-Mei

Mei-Agust

1. Penyusunan Proposal

2. Penyusunan Instrumen

3. Uji coba Instrumen

4. Pengumpulan Data

5. Analisis Data

6. Penyusunan Laporan

7. Sidang Skripsi

8. Revisi Skripsi

41

dalam ilmiah untuk memperoleh data-data dan informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian untuk memperoleh tujuan penelitian yang

dipergunakan untuk suatu hal tertentu. Dengan adanya metode

penelitian, maka akan mempermudah peneliti dalam hal memperoleh

data dan mencapai tujuan penelitian.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Menurut

Sugiyono (2011: 9) metode penlitian kualitatif adalah metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan

untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya

adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci,

pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan

snowbaal,teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan),

analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif

lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis deskriptif. Penelitian deskriptif ialah penelitian yang diarahkan

pada memperoleh gambaran pada saat ini. Penelitian ini tidak

mengadakan manipulasi pada variabel bebas, tetapi menggambarkan

suatu kondisi apa adanya.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan gambaran perencanaan yang

42

dilakukan oleh peneliti dalampenelitian. Adapun desain penelitian yang

dilakukan oleh peneliti secara umum ada tiga tahapan, yaitu sebagai

berikut:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahapan peneliti dalam

merencanakan penelitian dan membuat rancangan penelitian yang

akan dilaksanakan. Sebelumnya, peneliti menentukan tempat

penelitian dan menentukan fokus permasalahan dalam penelitian

yang dirancang dengan observasi awal dan melakukan wawancara

dalam menemukan permasalahan yang akan diteliti dan

selanjutnya menyusun rancangan penelitian dalam bentuk proposal

penelitian. Dalam hal ini, peneliti mengajukan proposal penelitian

tentang peran pendidikan Islam terhadap pembentukan karakter

siswa. Jadi, tujuan peneliti untuk mengetahui sejauh mana peran

pendidikan agama islam dalam pembentukan karakter siswa.

Selanjutnya, peneliti mengurus segala sesuatu yang dibutuhkan

dalam perizinan untuk penelitian ke SDIT Indra Bangsa.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaanmerupakan tahapan peneliti untuk

melakukan penelitian ke lapangan dengan memasuki situasi dan

kondisi lapangan. Pada tahapan ini, peneliti berperan dalam

43

mengumpulkan data dengan pedoman wawancara dan pedoman

observasi, serta studi dokumentasi dan studi pustaka untuk

melengkapi data penelitian.Pedoman wawancara dan pedoman

observasi telah dirancang sebelumnya dalam aspek-aspek yang

akan diteliti di lapangan, yaitu mengajukan pertanyaan dan

mengamati tentang peran pendidikan agama Islam terhadap

pembentukan karakter siswa serta faktor pendorong dan

penghambat pendidikan agama dalam menjalankan peran sebagai

karakter siswa di sekolah.

3. Tahap Pelaporandan Penyelesaian

Tahapan laporan merupakan tahapan akhir dalam penelitian

yang peneliti lakukan. Dalam tahapan pelaporan ini, peneliti

mengolahdata yang telah didapat melalui observasi, wawancara,

studi dokumentasi dan studi pustaka agar dapat dianalisis dengan

mudah sesuai dengan kaidah olahan data dan analisis data yang

digunakan dalam penelitian kualitatif. Selanjutnya, peneliti

menyimpulkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

D. Subjek Data

Menuru Sugiyono (2014: 54)penentuan subjek penelitianatau

subjek data pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Purposive

Sampling, yaitu teknik pengambilan subjek data dengan pertimbangan

tertentu. Subjek penelitian atau responden adalah orang yang diminta

44

untuk memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat,

maka penentuan subjek penelitian dalam penelitian ini digunakan

untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan secara jelas dan

mendalam.

Jadi, pengambilan subjek penelitian atau responden dengan

menggunakan purposive sampling dinyatakan cocok dengan masalah

penelitian yang peneliti bahas, yaitu penentuan subjek didasarkan atas

tujuan peneliti dalam mengungkap masalah yang diangkat dalam

penelitian.Subjek penelitian ditentukan berdasarkan orang yang

dianggap paling tahu tentang informasi yang dibutuhkan dalam

penelitian, sehingga akan memudahkan peneliti dalam menelusuri

situasi yang diteliti. Peneliti menentukan subjek penelitianberdasarkan

permasalahan yang akan diteliti tentang peran pendidikan Islam

terhadap pembentukan karakter siswa. Subjek yang peneliti ambil ada

3 siswa, 3 orang tua murid dari siswa, dan 1 guru.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan

beberapa teknik pengumpulan data:

1. Observasi

Sebagai metode ilmiah, observasi biasa diartikan sebagai

pengamatan dan pencatatan dengan statistik fenomena yang

45

diselidiki. Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan langsung di

SDIT Indra Bangsa, Tangerang. Observasi ini digunakan untuk

mendapatkan data yang lebih objektif jika dilakukan pengamatan

secara langsung.

3.2 Pedoman Observasi

No. Aspek yang di amati Ya Tidak

A. Kegiatan Belajar Mengajar

1. Membiasakan diri mengawali atau mengakhiri KBM dengan berdoa.

2. Materi-materi yang disampaikan berkaitan dengan peran pendidikan Islam terhadap karakteristik siswa.

3. Kematangan peserta didik dalam mengikuti KBM terlihat dari konsentrasi siswa di dalam kelas.

4. Peserta didik dapat saling membantu temannya pada saat temannya kesulitan dalam menerima materi pelajaran.

5. Peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam kegiatan di sekolah.

6. Antara peserta didik saling menghormati dan menghargai satu sama lain.

B. Budaya Sekolah

1.

Perilaku kepala sekolah dan guru dapat memberikan contoh baik yang berkaitan dengan pendidikan karakter terhadap pembiasaan peserta didik di lingkungan sekolah.

2. Perilaku penjaga sekolah, penjaga kantin, dan penjaga kebersihan dapat memberikan contoh baik yang berkaitan dengan pendidikan karakter terhadap pembiasaan

46

peserta didik di lingkungan sekolah.

3. Antar warga sekolah saling menghargai dan menghormati satu sama lain.

4. Saling membantu apabila ada teman atau seseorang yang membutuhkan pertolangan dalam kesulitan.

5. Saling menjaga lingkungan sekolah.

6. Saling mengingati antara teman tentang kebersihan sekolah terhadap sampah-sampah yang dilihatnya.

7. Berbicara sopan dan santun sesama teman atau orang yang lebih dewasa.

8. Menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter di lingkungan sekolah.

2. Wawancara

Untuk memperoleh data yang memadai sebagai Cross

Ceks, peneliti juga menggunakan teknik wawancara. Wawancara

merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal

kepada orang-orang yang dapat memberikan informasi dan

memiliki relevansi dengan masalah penelitian. Wawancara dalam

penelitian ini diajukan kepada siswa, guru, dan kepala sekolah

mengenai peran pendidikan Islam terhadap karakter siswa di

sekolah.

Menurut Sugiyono dalam Anis dan Kandung (2014: 14)

membagi tiga macam teknik wawancara yaitu wawancara

terstruktur, wawancara semistruktur , dan tidak tersruktur

1. Wawancara terstruktur

47

Teknik ini biasanya digunakan dalam metode penelitian

kuantitatif. Dikatakan wawancara terstruktur karena peneliti

telah menentukan dan membatasi informasi apa yang akan di

dapat. Hal tersebut disebabkan karena peneliti sudah memiliki

panduan pertanyaan yang didasarkan pada instrument

penelitian berupa kuesioner dbuat berdasarkan breakdown kisi-

kisi variabel.

2. Wawancara semistruktur

Dalam teknik ini peneliti memiliki pedoman wawancara, ada

pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan namun pertanyaan

ini memiliki kemungkinan untuk berkembang. Teknik ini masuk

dalam kategori indepth interview.

3. Wawancara tidak terstruktur

Teknik ini juga masuk dalam kategori indepth interview, dimana

seorang peneliti memiliki keleluasaan untuk bertanya apapun

kepada narasumber. Jenis wawancara ini digunakan dalam

melakukan grand tour observation maupun pada proses

pendalaman dan penggalian data dari sumber data.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrument

Variabel Sub Indikator Sumber Jumlah

48

Variabel Data

karakter siswa

Amanah

1. Dapat dipercaya 2. Jujur.

Wawancara 1,2

Rasa hormat

1. Toleransi 2. Menjaga kedamaian 3. Menghargai pendapat

orang lain.

Wawancara 3,4,5

Tanggung jawab

1. Selalu menunjukkan ketekunan

2. Melakukan yang terbaik untuk dirinya dan orang lain

3. Disiplin

Wawancara 6,7,8

Adil

1. Melakukan tindakan untuk memutuskan sesuatu sesuai aturan

2. Berkeinginan untuk membagi dan mengambil peran secara bergiliran

3. Selalu berpikiran terbuka dan mendengarkan orang lain

4. Menghindari dan menjauhkan diri dari upaya mengambil keuntungan dari orang lain

5. Tidak melakukan sesuatau dengan menyalahkan orang lain

Wawancara 9,10, ,11

Peduli

1. Memiliki jiwa yang penuh kasih dan peduli

2. Mengekspresikan rasa syukur

3. Memberi maaf dan memaafkan orang lain

4. Membantu orang yang membutuhkan

5. Menjaga kebaikan bersama orang lain

Wawancara 12,13,1

4,15

Nasionali 1. Bekerjasama dan Wawancara 16,17,1

49

s berkolaborasi 2. Memberikan hak suara

ketika memilih 3. Mematuhi hukum dan

peraturan 4. Menjaga dan

memelihara lingkungan 5. Menghormati

kekuasaan atau memegang otoritas

8

3. Dokumentasi

Menurut Arikunto (2006: 158) menyatakan bahwa

dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-

barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi,

peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,

majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan

harian, foto-foto, dan sebagainya.

Teknik ini, merupakan penelaahan terhadap referensi-

referensi yang berhubungan dengan fokus permasalahan

penelitian. Dokumen-dokumen yang dimaksud adalah dokumen

pribadi, dokumen resmi, referensi-referensi, dan foto-foto. Data ini

dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menguji, menafsirkan bahkan

untuk meramalkan jawaban dari fokus permasalahan penelitian.

Dokumentasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang struktur

organisasi, keadaan guru dan murid, serta kurikulum di SDIT Indra

Bangsa Tangerang.

50

F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses akhir dalam penelitian untuk

melakukan olah data dan mendapatkan hasil kesimpulan dari

penelitian yang dilakukan. Menurut Sugiyono (2007: 337), analisis data

dalam penelitian kualitatif sebagai berikut: Analisis data dalam

penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data

berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode

tertentu, pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis

terhadap jawaban yang diwawancarai. Berdasarkan pernyataan

Sugiyono tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis data

yang dilakukan dalam penelitian kualitatif dilakukan secara terus

menerus sehingga diperoleh data yang kredibel.

Sedangkan menurut Afrizal (2015: 172) analisis data dalam

penelitian kualitatif adalah aktivitas yang dilakukan secara terus

menerus selama penelitian berlangsung, dilakukan mulai dari

pengumpulan data sampai pada tahap penulisan laporan. Oleh sebab

itu dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dan analisis data

bukanlah dua hal yang terpisah seperti yang lazim dilakukan dalam

penelitian kuantitatif. Hal ini berarti, pengumpulan data dan analisis

data dilakukan bersamaan. Selama proses penelitian, seorang peneliti

secara terus-menerus menganalisis datanya.

1. Analisis data di lapangan moel Miles dan Huberman

a. Data Reduction (reduksi data)

51

Menurut Sugiyono (2015: 339) reduksi data merupakan

proses berfikir sensitive yang memerlukan kecerdasan dan

keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Mereduksi

berarti meringkas, dan mengatagorisasi data untuk menentukan

aspek-aspek penting atau membuang yang tidak perlu sehingga

memberikan gambaran jelas dan mempermudah dalam

pengumpulan data.

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup

banyak, sehingga perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti

telah dikemukakan sebelumnya, semakin lama peneliti

kelapangan, maka jumlah data yang diperoleh akan semakin

banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu perlu segera

dilakukan analisis data melalui reduksi data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data

yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh

tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif

adalah pada temuan. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam

melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu yang

52

dipandang asing, tidak dikenal belum memiliki pola, justru itulah

yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi

data.

b. Data Display (penyajian data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data

bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan

antar kategori, dan sejenisnya. Dan yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif

adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan

untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasrakan apa yang telah dipahami tersebut.

c. Conclusion Drawing (verification)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila

tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan

yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti

yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel.

53

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif

mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan

sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah

dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam

penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan

berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Kesimpulan

dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan

temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Identitas orangtua, siswa dan guru

Penelitian ini dilaksanakan di SDIT Indra Bangsa, yang

beralamat di jalan poris gaga baru Cipondoh Tangerang. Penelitian ini

54

melibatkan orangtua, siswa dan guru yang diantaranya berjumlah 3

orang orangtua, 3 siswa SD kelas IV, dan 1 orang guru.

Table 4.1 Nama-nama Orangtua,siswa dan guru yang di Wawancarai

No Nama

Orangtua dan Guru

Nama Siswa

kelas Tanggal

penelitian

1. Dini Islami Jaelani IV 20 Februari 2018

2. Munawaroh Dinar IV 2 Maret 2018

3. Masroh willy IV 5Maret 2018

4. Robiatul Adawiyah - - 27 Maret 2018

B. Hasil Analisis Data

1. Hasil wawancara orangtua

Jumlah orangtua yang diwawancarai oleh peneliti sebanyak 3

orang wawancara ini dilaksanakan mulai tanggal 10 Januari 2018

sampai dengan 30 Maret 2018. Peneliti melakukan wawancara

dengan orangtua pelaku secara langsung, dengan berkunjung ke

kediaman anak yang telah diwawancarai di sekolah.

1) Apakah Bapak/ibu memberikan kepercayaan pada anak ibu untuk

menabungkan uang yang telah diberikan untuk di tabung di

Sekolah?

a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: iya, saya melatih anak

saya agar jujur dengan uang tabungan yang saya telah kasih

b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: Insya Allah saya sih

percaya sama anak saya

55

c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: iya, saya memberikan

kepercayaan sama anak saya

Peneliti mengambil kesimpulan dari jawaban orangtua di

atas bahwasannya semua orangtua pasti akan mempercayai

anak-anka nya. Karena jika orangtua mempercayai anaknya tidak

ada prasangka buruk maka anak pun akan mempercayai

orangtunya. Orangtua memberikan amanah berupa uang

tabungan kepada anak-anaknya menjadikan anak dapat dipercaya

oleh oarangtuanya.

Tetapi alangkah baiknya sebagai orangtua harus mengecek

buku tabungan yang dipegang oleh anaknya untuk memastikan

kebenaran yang terjadi, agar tidak terjadinya kesalah pahaman

diakhir pengambilan uang tabungan. Dan orangtua pun harus

selalu memberikan perhatian yang lebih kepada anak agar anak

merasa diperhatikan oleh orangtuanya.

2) Apakah anak Bapak/ibu mengerjakan pekerjaan rumah (PR)

secara jujur?

a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: iya, dia biasanya kalo

malem ngerjain PR nya

b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: kalau untuk PR kadang-

kadang saya nanya nya, ada PR apa enggak

56

c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: iya, dia ngerjain PR biasanya

sama saya atau sama bapaknya

Peneliti menyimpulkan bahwa anak tidak malas dalam

mengerjakan PR, anak-anak biasanya mengerjakan tugasnya

ketika mereka pulang sekolah ataupun dimalam hari. PR

merupakan tanggung jawab mereka dalam pengerjaannya namun

sebagai orangtua harus selalu mengingatkan ketika anak sudah

lupa akan tugasnya. Dengan adanya tugas di rumah memberikan

waktu yang berkualitas untuk anak dengan orangtuanya.

Dalam mengerjakan PR seharusnya oarangtua juga

mendampingi agar anak dapat bertanya apa yang belum mereka

mengerti, orangtua terutama ibu merupakan sekolah pertama bagi

anak-anaknya, tetapi seorang ayah berhak mengetahui serta

mengingatkan sang anak untuk belajar di rumah. Karena orangtua

harus bekerja sama dalam hal yang menunjang pendidikan sang

anak baik di sekolah maupun di rumah, karena selain guru

orangtua pun berperan penting dalam mendidikn anak.

Mengerjakan PR di rumah melatih anak dalam bersikap jujur yang

dimana sifat jujur ini harus tertanam di diri seorang anak dari kecil.

3) Bagaimana cara Bapak/ibu mengajarkan anak tentang toleransi

beragama yang ada di Indonesia?

57

a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: saya mengajarkan

kepada anak dengan menghargai perbedaan agama

seseorang

b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: saya punya tetanngga

yang beda agama, dari situ saya ngajarain ke anak saya klo

kita harus ngehargain agama orang lain

c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: dengan cara menghormati

agama lain

Dari jawaban di atas dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa,

sikap yang harus di miliki setiap manusia bila ingin hidupnya

berhasil ditengah-tengah masyarakat adalah sikap toleransi ini.

Yang di mana sikap toleransi ini juga hadir karena

keanekaragaman manusia, baik secara fisik, akal, perasaan,

pendapat, hingga perbedaan suku, warna kulit, ras, dan agama.

Sebagai orangtua harus mengajarkan kepada anak-

anaknya sikap toleransi yang dimana kita harus hormat atas apa

yang telah di pilih orang lain dengan keyakinannya. Sikap toleransi

mengajarkan kepada anak untuk saling menghormati sesama

manusia

4) Apakah Bapak/ibu pernah melihat anak ibu saling mencela dalam

ucapan sesama temannya?

a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: bukan mencela

mungkinya, hanya cekcok omongan aja

58

b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: enggak pernah

c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: enggak pernah liat kalau saling

mencela gitu

Dari jawaban orangtua di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

setiap orangtua tidak andil dalam memerhatikan anak-anaknya

ketika bermain. Ketika bermain seorang anak membutuhkan

pengawasan dari orangtuanya agar tidak terjadinya hal-hal yang

tidak di inginkan. Seandainya orangtua tidak andil dalam

mengawasi anak-anaknya orangtua bisa menanyakan kepada

anaknya mengenai kegiatan bermainnya pada hari itu, seperti

main dimana saja hari ini, apa saja yang kamu lakukan hari ini dll.

Kegiatan mencela merupakan hal yang dibenci sama Allah

SWT. Maka dari itu sebagai orangtua harus selalu mengingatkan

kepada anak-anaknya untuk menjaga lisannya dari hal-hal yang

tidak baik. Karena perkataan yang dikeluarkan dari mulut

seseorang itu bisa menjadi bahaya jika orang yang kita cela sakit

hati terhadap perkataan kita.

5) Apakah Bapak/ibu mengajarkan kepada anak untuk selalu

mendengarkan pendapat orang lain?

a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: iya, saya selalu

mengajarkan ke anak saya untuk menghargai pendapat orang

lain

59

b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: ya, ngajarinnya gitu kalau

orang lagi bicara dia mau memotong kadang saya suka

senggol untuk mendengarkannya dulu

c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: iya, ngajarinnya biasanya

langsung ngasih contoh aja sih misalnya kaya dia lagi

berbicara atau apa tapi tidak di dengar oleh orang lain berarti

dia harsu mau mendengarkan pendapat orang lain juga.

Dari jawaban orangtua dia atas peneliti menyimpulkan

bahwa, setiap orangtua mengajarkan kepada anak-anknya untuk

menghargai pendapat orang lain. Karena sebuah pendapat itu

sebuah argumentasi yang dinyatakan seseorang yang ingin

argumennya di hargai atau didengarkan oleh orang lain.

Menghargai pendapat orang lain mengajarkan kepada anak

rasa hormat atas apa yang dikemukakan oleh seseorang. Ketika

kita ingin dihargai oleh seseorang maka hargailah orang lain

terlebih dahulu dalam hal apapun, karena dalam pendapat orang

lain itu bisa saja ada masukan yang penting untuk diri kita,

kelompok lita, atau pun demi kemajuan kita bersama.

6) Apakah Bapak/ibu akan memberikan pekerjaan yang selanjutnya

ketika pekerjaan sebelumnya belum tuntas di kerjakan?

a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: enggak akan ngasih

pekerjaan yang baru kalau pekerjaan yang dikerjakannya aja

belum tuntas

60

b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: enggak

c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: enggak akan ngasih, soalnya

ga akan kelar kerjaannya

Peneliti menyimpulkan dari jawaban orangtua dia atas

bahwa, setiap orangtua tidak akan memberikan suatu pekerjaan

yang baru manakala pekerjaan yang sebelumnya saja belum

tuntas dikerjakan oleh anaknya. Dari jawaban di atas orangtua

juga mengajarkan kepada anaknya untuk selalu bersikap

tanggung jawab atas apa yang dikerjakannya agar mendapatkan

hasil yang baik atas apa yang telah dikerjakannya.

7) Apakah Bapak/ibu memberikan arahan kepada anak untuk

membantu teman yang kesulitan dalam pembelajaran?

a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: iya, saya selalu bilang ke

anak saya untuk saling tolong menolong dalam kebaikan

apalagi dalam pembelajaran

b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: ya, paling ngarahinnya

bantu teman kamu kalau lagi ada yang kesulitan yan nak

c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: iya

Dari jawaban di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa,

tolong menolong adalah sikap saling membantu untuk

meringankan beban (penderitaan, kesulitan) orang lain dengan

melakukan sesuatu yang kita bisa. Bantuan yang dimaksud dapat

berbentuk bantuan tenaga, waktu, ataupun dana. Kegiatan tolong

61

menolong harus kita lakukan ketika hal itu positif, jangan sampai

kita tolong menolong dalam kegiatan yang negative.

Semua orangtua pasti megajarkan kepada anak-anaknya

untuk saling tolong menolong karena manusia merupakan

makhluk individualis namun sekaligus makhluk sosial. Manusia

membutuhkan privasi namun tidak akan pernah mampu hidup

tanpa campur tangan dan pertolongan orang lain. Sikap tolong

menolong yang dilakuakan oleh anak ketika menolong temannya

yang kesulitan dalam pembelajaran merupakan sikap tanggung

jawabnya terhadap dirinya dan orang lain.

8) Apakah Bapak/ibu mengikutsertakan anak dalam pembuatan

peraturan-peraturan di rumah?

a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: bukan mengikutsertakan

sih ya, hanya ngebilangin aja kalau peraturan di rumah begini

begitu

b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: tidak mengikutsertakan

c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: tidak saya ikut sertakan,

soalnya kan peraturannya tidak tertulis hanya omongan saja

Dari jawaban orangtua di atas dapat disimpulkan bahwa,

orangtua tidak mengikutsertakan anak-anaknya dalam kegiatan

pembuatan peraturan-peraturan di rumah. Alangkah baiknya

setiap orangtua mengikutsertakan anak-anaknya dalam

62

pembuatan peraturan-peraturan di rumah karena agar anak

merasa nyaman terhadap peraturan peraturan yang telah

disepakatinya bersama dan anak juga mempunyai rasa tanggung

jawab atas apa yang telah di buatnya.

Dalam pembuatan peraturan-peraturan bersama

mengajarkan kepada anak sikap disiplin dalam menjalankan

peraturan-peraturan. Anak-anak juga merasa nyaman dan senang

dalam mengerjakan peraturan-peraturan yang telah disepakatinya

bersama dan tidak adanya rasa beban atas peraturan-peraturan

tersebut.

9) Apa yang akan Bapak/ibu lakukan ketika melihat anak sebaya

anak Bapak/ibu berkelahi? Dan bagaimana cara mengatasinya ?

a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: langsung meleraikannya

dan memanggil orang tuanya

b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: meleraikannya secara

langsung

c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: manggil orang tuanya kalau

rumahnya dekat rumah saya

Dari jawaban orangtua di atas dapat di simpulkan bahwa,

setiap orangtua yang melihat seorang anak berkelahi mereka

langsung meleraikannya ataupun memanggil orangtuanya untuk

menyelesaikan permasalahan yang telah terjadi. Jawaban dari

orangtua di atas merupakan tanggapan yang cepat atas apa yang

63

telah dilhatnya, dan dari setiap orangtua juga tidak mau

merasakan apa yang telah dilihatnya terjadi kepada anak-

anaknya.

10) Apakah Bapak/ibu memberikan giliran piket kepada anak-anak di

rumah?

a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: kalau Jaelani adiknya

masih kecil, palingan Jaelani ngerapihin kamarnya aja untuk

piket dia

b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: enggak

c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: iya, dia bergantian sama

kakak-kakaknya Cuma ngambil bagian buang sampah di TPS

aja

Peneliti mengambil kesimpulan bahwa, tidak semua

orangtua memberikan giliran piket kepada anak-anaknya. Mungkin

dirumahnya sudah mempunyai pekerja rumah tangga ataupun

orangtuanya sendiri yang melakukanya. Tujuan di lakukannya

giliran piket kepada anak bertujuan untuk bersikap adil orangtua

dan tidak membeda-bedakan setiap anaknya.

Terjadinya giliran piket dirumah mengajarkan anak untuk

bertanggung jawab atas tugasnya dan mandiri atas apa yang akan

dilakukannya. Tetapi tidak semua usia anak harus mengikuti

giliran piket yang ada di rumah.

64

11) Apakah Bapak/ibu memberikan kesempatan kepada anak untuk

mengemukakan pendapat dalam kegiatan hal apapun?

a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: iya, palingan kaya

berpendapat kalau membeli sesuatu yang bagusnya tuh kaya

gimana

b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: iya

c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: iya, memberikan kesempatan

ke anak saya

Dari jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa, setiap

orangtua selalu memberikan kesempatan kepada anak-anaknya

dalam berpendapat dalam kegiatan hal apapun yang dilakukan di

rumah. Hasil dari berpendapat akan menimbulkan jiwa kepekaan

terhadap lingkungannya dan memiliki jiwa kepemimpinannya

terhadap diri anak.

Untuk menumbuhkan jiwa kepemimpinan anak harus

distimulus sesering mungkin, salah satunya dengan memberikan

kesempatan pada anak untuk mengungkapkan pendapatnya.

Namun orangtua tetap harus hati-hati dan teliti dengan apa yang

menjadi keinginan anak. Untuk beberapa masalah anak bisa

dilibatkan untuk diminta pendapatnya, namun tidak semua

pendapat anak harus dituruti.

Seorang anak masih memiliki keterbatasan dalam dalam

mengolah informasi. Mereka masih berpikir pra-operasional dan

65

bersifat egosentris. Jadi, terkadang pendapat yang mereka

utarakan adalah sesuatu yang dilihat dari sudut pandangnya

sendiri. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menstimulasi

anak mengeluarkan pendapat dengan baik adalah

mengikutsertakan anak pada sebuah forum diskusi, karena bisa

menjadi wadah yang tepat untuk melatih anak mengungkapkan

pendapatnya. Selain itu juga anak dapat berdebat dengan baik,

melatih berpikir kritis dan memiliki jiwa kepemimpinan lainnya.

12) Apakah Bapak/ibu mengajarkan rasa empati kepada anak ketika

melihat seseorang terkena musibah?

a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: iya, saya ngajarin rasa

empati itu untuk saling tolong menolong sesama teman

b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: iya, ngajarin

c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: iya, ngajarin dengan ngasih

contoh realnya aja

Dari jawaban orangtua di atas dapat disimpulkan bahwa,

setiap manusia pada dasarnya mempunyai rasa empati terhadap

seseorang yang terkena musibah. Empati sendiri merupakan

kelanjutan dari sikap simpati, yaitu perbuatan nyata untuk

mewujudkan rasa simpatinya. Rasa empati memungkinkan bagi

kita untuk menempatkan diri pada posisi orang-orang yang

menderita dan berbagi secara langsung dalam kesedihan mereka.

66

Rasa empati mengajarkan kepada anak tentang kepedulian

kita terhadap sesama yang membutuhkan pertolongan dari kita.

Seseorang yang sudah mempunyai rasa empati yang tinggi

menjadikannya seseorang yang memiliki jiwa yang penuh kasih

dan peduli. Sebagai orangtua harus mengajarkan kepada anak-

anaknya sikap empati, karena dari rasa empati tersebut anak akan

bisa merasakan apa yang orang lain rasakan.

13) Apakah Bapak/ibu mengajarkan kepada anak untuk selalu

bersyukur terhadapa apa yang dimilikinya ?

a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: iya, saya selalu ngajarain

ke anak saya untuk selalu bersyukur terhadap apa yang telah

kita miliki

b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: pasti ngajarin dong ke

anak saya

c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: iya, ngajarin kalau kita lagi di

atas rizkinya kan enak kalau kita lagi ada di bawah rezekinya

takutnya anak nya ga nerima. Makanya saya ajarkan untuk

selalu bersyukur

Dari jawaban orangtua di atas peneliti menyimpulkan bahwa,

setiap orangtua mengajarkan kepada anak-anaknya untuk selalu

bersyukur atas apa yang telah dimilikinya selama hidupnya.

Memang mudah untuk kita bersyukur akan hal-hal baik namun

seringkali kita merasa sulit untuk bersyukur akan hal-hal buruk.

67

Kita menganggap bahwa hal-hal buruk tersebut adalah sebuah

musibah yang dengannya membuat kita mengeluh dan lupa untuk

mengucap syukur atas nikmat-Nya yang telah diberikan kepada

kita.

Sebagai manusia tidak sepantasnya kita mengeluh dalam

keadaan apapun, karena Allah memberikan cobaan hidup bukan

karena tidak sayang kepada hamba-Nya tetapi karena Dia

menyayanagi hamba-Nya maka Allah berikan cobaan untuk

memperkuat keimanan kita kepada-Nya. Karena cobaan hidup

adalah pembelajaran untuk diri kita agar menjadi diri yang lebih

dewasa dan berkembang, karena dibalik itu semua pasti ada

hikmah yang bisa kita dapatkan dan percayalah bahwa rencana

Allah yang jauh lebih indah dari apa yang telah kita bayangkan

14) Apakah Bapak/ibu mengajarkan kepada anak untuk tolong

menolong terhadap sesama ? bagaimana cara mengajarkannya?

a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: iya, saya ngajarin ke anak

saya untuk saling tolong menolong terhadap sesama. Cara

mengajarkannya dengan cara langsung seperti melihat

pengemis pasti saya suruh anak saya yang ngasih uangnya

b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: iya, cara mengajarkannya

dengan melihat keseliling lingkungan rumah aja sih

68

c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: iya saya ngajarin ke anak saya

untuk tolong menolong. Cara mengajarkannya ke anak dengan

dengan memberikannya contoh dari saya

Peneliti menyimpulkan dari jawaban di atas bahwa, sikap

saling tolong menolong sudah kita bahas di soal no 7. Disini

peneliti hanya meng cross check pertanyaan yang hampir sama

dengan pertanyaan no 14. Pasti semua orangtua mengajarkan

sikap saling tolong menolong, karena menolong berarti kita

membantu orang lain yang mengalami kesulitan atau kesusahan.

Tolong menolong berarti kita saling membantu antara kita

dan orang lain. Ini semua tidak lepas karena kita makhluk sosial,

jika kita memiliki sikap yang suka menolong maka manfaatnya

adalah kita akan memiliki banyak teman. Tujuan menolong adalah

meringankan orang yang mengalami kesulitan.

15) Bagaimana cara Bapak/ibu mengajarkan kepada anak ketika

bertemu/berpapasan dengan orang yang lebih tua dari seusianya?

a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: saya biasnya ngasih

contoh ke anak saya misalnya ada kakak saya pasti saya kan

berjabat tangan nanti anak saya akan mengikuti tingkah laku

saya untuk berjabat tangan juga

b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: ngajarinnya dengan

memberi tahunya bahwa kalau ada yang lebih tua dari kita kita

harus memberi salam dan mencium tangannya

69

c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: anak saya udah tau ko kalau

ada yang lebih tua dari seusianya pasti dia langsung mencium

tangannya

Dari jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa, pada

hakikatnya semua manusia mempunyai rasa hormat kepada orang

yang lebih tua dari seusianya. Karena seorang anak akan meniru

atau mencontoh orang yang berada disekitarnya, jika orang

disekitarnya mempunyai sikap sopan dan santun maka anak

tersebut pun akan mempunyai sikap sopan dan santun dan begitu

pun kebalikannya.

Kita harus menanamkan rasa sopan dan santun kepada diri

kita, teman kita, keluarga kita karena dengan adanya rasa sopan

dan santun dalam diri kita maka kita akan selalu menghormati

orang yang lebih tua kepada kita kalau kita tidak menanamkan

rasa sopan santun ini kepada diri kita maka celakalah kita, jangan

kan mau menghormati orang lain, orang lain pun tidak mau

menghormati kita.

16) Apakah Bapak/ibu mengikutsertakan anak untuk kegiatan

bergotong royong/kerja bakti yang di adakan di lingkungan

sekolah/rumah?

a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: iya saya selalu mengajak

anak saya untuk ikutan gotong royong di sekitaran rumah

b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: iya

70

c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: kadang Willy kalau ada kerja

bakti gitu di lingkungan rumah dia pasti main bukannya ikutan

kerja, jadinya saya suka ga ngasih tau dia kalau ada kerja bakti

Dari jawaban di atas dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa,

kegiatan gotong royong merupakan budaya Indonesia yang sudah

ada. Sikap gotong royong itu seharusnya dimiliki oleh seluruh

masyarakat yang ada di Indonesia. Karena dengan adanya

kesadaran setiap manusia melakukan setiap kegiatan dengan

cara gotong royong, degan demikian segala sesuatu yang akan

dkerjakan dapat lebih mudah, cepat diselesaikan dan menerapkan

perilaku gotong royong maka hubungan persaudaraan atau

silaturahmi akan semakin erat.

Sikap gotong royong merupakn sikap nasionalis kita

terhadap sesama manusia, karena sikap tersebut mengajarkan

arti tentang bekerjasama dan berkolaborasi dengan baik.

Menanamkan rasa nasionalis terhadap diri anak merupakan sikap

yang tidak akan pernah terlupakan leh anak tersebut dan

mengikutsertakannya pula menjadi sebuah kenangan ataupun

sebuah rasa tanggung jawab yang dimilikinya.

17) Apa yang akan Bapak/ibu lakukan ketika melihat anak tidak

mematuhi peraturan yang telah disepakati bersama di dalam

keluarga? Dan apakah Bapak/ibu akan memberikan

konsekuensinya ketika tidak mematuhinya?

71

a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: langsung menegurnya sih

biasnya soalnya diakan pasti udah tau kalau dia melanggar

peraturan pasti saya langsung menegurnya terlebih dahulu

b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: memarahinya

c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: menegurnya kalau tidak bisa

ditegur berarti dikasih hukuman untuk pelanggarannya

Dari jawaban orangtua di atas dapat disimpulkan bahwa,

setiap orang tua mempunyai karakter yang berbeda-beda. Yang di

mana salah satu dari orangtua langsung memarahi anaknya ketika

mereka salah, alangkah baiknya orangtua menegur atau

mengingatkannya terlebih dahulu ketika mereka tidak bisa untuk di

ingatkan baru lah sebagai orangtua memberinya hukuma atas apa

yang telah di perbuatnya.

Setiap manusia ataupun setiap anak mempunyai karakter

yang berbeda-beda, sebagai oragtua harus mengetahui karakter

dari setiap anak-anaknya agar orang tua mengenal siapa diri

anaknya dan bagaimana cara menanganinya. Hal salah yang

dilakukan oleh anak adalah hal wajar bagi setiap anak-anak,

karena masa-masa mereka adalah masa bermain apalagi untuk

anak kelas IV. Terkecuali jika anak sudah melewatkan batas atas

apa yang telah di perbuatnya baru lah sesosok orangtua harus

mengingatkannya atau pun menegur dirinya.

72

18) Bagaimana cara Bapak/ibu mengajarkan kepada anak untuk

peduli terhadap lingkungan?

a) Ibu Dini islami orangtua dari Jaelani: ngajarin anak saya untuk

peduli lingkungan dengan cara merawat dan menjaga taman

yang di rumah terlebih dahulu, kalau sudah bisa menjaganya

pasti untuk lingkungan dia juga bisa merawatnya

b) Ibu Munawaroh orangtua dari Dinar: saya ngajarin anak saya

untuk peduli terhadap lingkungan biasanya dengan hal kecil

terlebih dahulu seperti membuang sampah ke tempat sampah

c) Ibu Masroh orangtua dari Willy: cara peduli terhadap

lingkungan banyak ya, contohnya seperti menyiram tanaman,

membuang sampah pada tempatnya dan masih banyak lagi

Dari jawaban orangtua di atas dapat disimpulkan bahwa,

pengajaran pertama yang di rasakan oleh setiap anak adalah dari

seorang ibu. Karena dalam pepatah di katakana ‘Al-ummu

madrasatul ula’ maksudnya adalah ibu adalah sekolah utama bagi

anak-anaknya. Jadi apa yang di lakukan atau pun yang dia

ajarkan oleh seorang ibu kepada anaknya di waktu kecil maka

anak itu akan selalu teringat hal-hal yang diajarkan oleh ibunya,

dari hal yang positif ataupun hal yang negative.

Seorang ibu haruslah berusaha untuk terus mencerdaskan

diri, menjadi ibu yang layak dijadikan madrasah utama bagi anak-

ananya. Tak peduli apakah berkarya di luar atau di rumah, semua

73

ibu mempunyai tanggung jawab dan peran yang utama. Maka

jawaban di atas anak-anak sudah mempunyai rasa nasionalis

terhadap lingungannya untuk menjaga dan memeliharanya ketika

melihat hal-hal yang tidak sewajarnya.

2. Hasil wawancara siswa

1) Apakah kamu menabungkan uang kepada Bapak/ibu guru sesuai

dengan unag yang diberikan oleh orangtua mu?

a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: sesuai ka, biasanya

dikasih ibu 10 rb

b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: sesuai, kadang-

kadang tidak di kasih uang tabungan juga ka

c) Willy putra dari ibu masroh menjawab: iya ka, aku nabung

sesuai yang dikasih mamah

Dari jawaban siswa di atas dapat disimpulkan oleh peneliti

bahwa setiap siswa mempunyai rasa jujur yang dimana semua

siswanya memegang amanah yang diberikan oleh orangtuanya.

Diberikannya amanah kepada siswa seperti menabungkan uang

kepada guru di sekolah melatih siswa dalam bersikap jujur, agar

semua siswa mempunyai kepribadian yang jujur yang dapat di

percaya oleh orang lain.

Mengajarkan kepada seorang anak untuk bersifat jujur

sangat sulit jika kita melatihnya ketika mereka sudah dewasa.

74

Karena mereka sudah sulit untuk membentuk karakternya atas

apa yang kita inginkan. Maka dari itu ajarkan lah hal-hal yang

positif kepada anak-anak untuk membentuk karakternya menjadi

lebih baik, apalagi untuk bersikap jujur sangat lah sulit jika kita

tidak menanamkan sifat tersebut sewaktu dari mereka kecil.

2) Apakah kamu mengerjakan pekerjaan rumah (pr) secara jujur?

a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: kadang-kadang aku

ngerjain pr di kelas ka, kalau aku lupa ngerjain di rumah

b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: ya ka jujur, aku

ngerjain pr biasanya sama ayah

c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: jujur ka aku ngerjain pr

nya, biasanya aku ngerjain sama mamah

Dari jawaban di atas dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa,

siswa dapat mengerjakan pekerjaan rumah secra jujur. Tetapi ada

1 siswa yang mengerjakan pekerjaan rumahnya disekolah yang

dimana orangtua sangat lah berperan penting tehadap anak-

anaknya di rumah. seharusnya orang tua harus menanyakan

kepada anaknya tentang dia bersekolah, tentang kegiatannya di

sekolah, menanyakan pekerjaan rumahnya agar anak-anak

merasa di perhatikan oleh orang tuanya dan merasa senang

dalam bersekolah.

75

Dari jawaban di atas juga mengajarkan kepada anak tentang

komunikasi antara anak dan orangtua, karena sesosok anak

membutuhkan waktu yang banyak untuk sekedar berbincang-

bincang kepda orangtuanya. Komunikasi yang baik sangat penting

dalam hubungan antara orang tua dan anak, karena melalui

komunikasi orang tua dapat membangun hubungan yang

menyenangkan dan positif. Mengerjakan PR juga dapat

menjadikan quality time anatara anak dan orangtua, untuk

berinteraksi dengan baik.

3) Bagaimana cara kamu menghormati agama orang lain ketika

mereka sedang beribadah?

a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: tidak mengejek suku

agama

b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: tidak berisik dan

menghormatinya

c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: menghormati agama

lain

Peneliti menyimpulkan dari jawaban siswa di atas, bahwa

semua siswa menghargai dan meghormati agama dari setiap

orang yang berbeda dari mereka. Karena dalam Al-qur;an

menyatakan bahawa “lakum dinukum wa liyadiin” maksudnya

adalah, silahkan anda beribadah menurut menurut agama mu,

76

kami pun beribadah menurut agama kami. Kita saling

menghormati, tidak akan saling merusuhi. Kami tidak akan

mengganggu ritual ibadah anda, begitupun sebaliknya.

Perbedaan adalah energy yang menciptakan warna-warni

kehidupan. Dinamika kehidupan akan tercipta dengan adanya

perbedaan. Sebaliknya, kehidupan hanya akan berjalan monoton

tanpa adanya perbedaan disinilah salah satu letak hikmah

perbedaan Allah Swt. Menciptakan kita berbeda-beda agar kita

mampu saling mengenal, saling belajar, dan mengelola perbedaan

tersebut agar membawa kebaikan bagi kehidupan bersama.

Perbedaan menjadi bahan baku yang harus bisa dimanfaatkan

untuk memunculkan gagasan-gagasan penting untuk membangun

kehidupan bersama yang lebih baik.

4) Apakah kamu pernah mencela dalam ucapan sesama teman?

a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: pernah, biasanya kalau

dia ngomongnya suka ga jelas

b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: pernah

c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: pernah ka, tapi ga

sengaja

Dari jawaban siswa di atas dapat di simpulkan bahwa,

setiap anak mempunyai karakter yang berbeda-beda. Contohnya

adalah pada salah satu anak di atas yang menjawab pernah

mencela temannya dalam ucapan, maka dari itu kita sebagai

77

orang tua ataupun seorang guru harus mengajarkan kepada anak-

anak untuk tidak slaing mencela dalam ucapan. Karena dari saling

mencela yang akan menyebabkan anak tidak mampu tumbuh

sebagai pribadi yang percaya diri. Anak akan memiliki rasa malu

yang kuat, bersikap ragu-ragu, dan lebih suka menarik diri dari

pergaulan di kemudian hari.

Dengan kata lain, jika kita sebagai orangtua mengharapkan

anak-anak tumbuh sebagai pribadi yang baik, sehat, cerdas,

berbudi luhur, tentu kata-kata sikap, dan prilaku kita pun harus

sesuai dengan harapan tersebut agar kita bisa memberi contoh

yang baik pada anak-anak kita. Jika orangtua menampilkan diri

sebaliknya dan memberikan contoh yang tidak baik maka

perkembangan anak-anak pun akanterganggu, tidak sesuai

dengan harapan.

5) Apa yang akan kamu lakukan ketika teman berpendapat dalam

kegiatan berdiskusi/bermusyawarah?

a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: menghargai pendapatnya

b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: mendengarkan

teman ketika berpendapat

c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: mendengarkannya dan

menghargainya

Dari jawaban siswa di atas dapat disimpulkan bahwa, semua

siswa dapat menghargai pendapat orang lain ketika mereka

78

sedang berpendapat. Mereka sudah mempunyai rasa hormat

terhadap temannya sendiri untuk menghargai pendapat orang lain.

Menghargai pendapat orang lain itu sangatlah bermanfaat untuk

diri kita ataupun orang yang memberi pendapat, karena bukankah

saran itu mengandung ajakan untuk melakukan

perubahan/kebaikan menjadi lebih baik.

Jadi setiap saran yang diberikan orang lain haruslah dihargai

dan diterima kemudian ditelaah dengan baik. Pendapat yang

berbeda merupakan sesuatu yang wajar, hendaknya dihadapi

dengan sikap saling menghargai.

6) Apakah kamu akan mengerjakan pekerjaan yang selanjutnya

ketika pekerjaan sebelumnya belum tuntas?

a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: tidak, karena harus di

tuntaskan

b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: di tuntaskan dulu

ka pekerjaan sebelumnya

c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: tidak

Dari jawaban siswa di atas dapat disimpulkan bahwa, semua

siswa sudah mengetahui apa arti tanggung jawab terhadap

tugasnya. Semua siswa tidak akan mau mengerjakan pekerjaan

yang baru jika pekerjaan yang sebelumnya saja belum tuntas,

karena di dalam diri siswa sudah tertanam sikap tanggung jawab.

79

Dari jawaban di atas juga dapat kita pahami bahwa, dimana

orang yang bekerja keras belum tentu bekerja tuntas terhadap

pekerjaanya. Seberapapun keras anda bekerja tapi kalau tidak

tuntas, maka tidak akan tercapai apa yang anda lakukan, dan dari

hasilnya pun tidak memuaskan dan menghabiskan waktu saja.

7) Apakah kamu akan membantu teman yang mengalami kesulitan

dalam mengikuti pembelajaran di kelas?

a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: iya, membantu teman

yang kesulitan dalam pembelajaran

b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: membantu orang

yang kesusahan waktu belajar

c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: terkadang malah saya

ka yang di bantu sama temen kalau tidak mengerti

Penulis dapat menyimpulkan dari jawaban anak di atas

bahwa, semua siswa mempunyai rasa peduli terhadap temannya

yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Siswa juga

mempunyai rasa tanggung jawab dan ingin melakukan yang

terbaik terhadap dirinya dan orang lain.

Menolong teman yang kesulitan dalam pembelajaran adalah

perbuatan yang baik, namun terkadang masih ada segelintir orang

yang belum memahami bahwa dalam tolong menolong pun

terdapat etika yang harus diperhatukan. Baik bagi si penolong

ataupun si peminta tolong. Menjaga etika dalam tolong menolong

80

perlu dilakukan agar tindakan tolong menolong tidak menimbulkan

perasaan tidak enak bagi satu maupun kedua belah pihak.

8) Apakah kamu mengikutsertakan diri dalam pembuatan peraturan-

peraturan di rumah/sekolah?

a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: iya ka

b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: iya, soalnya

peraturan-peraturannya yang buat kita ka

c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: iya

Dari jawaban di atas dapat peneliti simpulkan bahwa,

pembuatan peraturan-peraturan yang ada di sekolah

mengikutsertakan siswa dalam pembuatan peraturannya. Karena

terkaitnya siswa dalam pembuatan peraturan sekolah ataupun

kelas menjadikan siswa bersikap tanggung jawab atas apa yang

telah disepakatinya bersama. Ketika mereka salah mereka sudah

tau konsekuensinya dan tidak akan mau mengulanginya.

Diikutsertakanya siswa dalam pembuatan peraturan-

peraturan kelas ataupun sekolah menjadikan siswa bersikap

disiplin atas peraturan-peraturan yang ada. Disiplin sangat penting

dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin menjadi prasyarat bagi

pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan berdisiplin

yang akan mengantar seseorang siswa sukses dalam belajar.

Disiplin yang dimiliki oleh siswa akan membantu siswa itu

sendiri dalam tingkah laku sehari-hari, baik di sekolah maupun di

81

rumah. siswa akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan

yang di hadapinya. Aturan yang terdapat di sekolah akan bisa

dilaksanakan dengan baik jika siswa sudah memiliki jiwa disiplin

yang ada dalam dirinya.

9) Apa yang akan kamu lakukan ketika melihat teman berkelahi?

a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: memisahkan, tidak boleh

berkelahi

b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: memanggil guru

karena berkelahi itu tidak boleh ka

c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: langsung meleraikan

keduanya ka

Peneliti menyimpulkan dari jawaban siswa di atas bahwa,

semua siswa bersikap cekatan atas apa yang dilihatnya. Rata-rata

dari mereka bersikap langsung meleraikannya dengan melakukan

tindakan untuk memutuskan sesuatu sesuai aturan.

Di dalam mengatasi pertentangan dan konflik yang sedang

kita hadapi ataupun teman, kita perlu menyelesaikannya dengan

melakukan pembicaraan dan dalam membicarakannya perlu di

perhatikan lingkungan apakah mendukung untuk kamu dapat

membicarakannya. Hal-hal yang paling penting adalah memberi

maaf pada teman kamu yang bermasalah dengan kamu, sehingga

ketika kamu saling memaafkan maka konflik yang sedang terjadi

bisa di atasi.

82

Emosi terkadang mengedepankan nafsu semata, dalam

mengatasi konflik yang kita hadapi kita tidak boleh langsung

menyalahkan teman yang menyebabkan konflik terjadi, akan tetapi

usahakan bahwa kita juga bisa mengoreksi diri siapa tahu kita

yang salah. Menjalin komunikasi yang baik dengan cara berbicara

yang sopan dan tidak kasar, agar dimengerti dan tersampaikan

keinginan masing-masing .

10) Apakah kamu pernah mengambil peran sebagai pemimpin do’a di

kelas sebelum pembelajaran di mulai?

a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: pernah dong ka memimpi

doa di depan teman-teman

b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: pernah ka,

biasanya seminngu satu kali

c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: iya, pernah ka

Dari jawaban di atas dapat di simpulkan bahwa, semua

siswa mengalami menjadi pemimpin do’a di kelas sebelum

pembelajaran di mulai. Disini guru mengajarkan sikap adil dan

percaya diri kepada sisiwa untuk menjadi pemimpin ketika

mereka memimpin do’a di kelas. Semua siswa juga berkeinginan

untuk membagi dan mengambil peran secara bergiliran terhadap

sesama temannya.

Setiap orang mempunyai jiwa kepemimpinan, namun tidak

semua orang langsung menunjukkan bakat-bakat

83

kepemimpinannya. Ada juga orang yang harus di latih agar

muncul jiwa kepemimpinannya. Anak pun sebaiknya dilatih

menjadi pemimpin sejak dini, agar kelak ia terbiasa untuk

mengelola diri dan lingkungannya dengan baik. Jadi melatih

siswa dalam memimpin doa menjadikan anak untuk menjadi

pemimpin yang sesungguhnya di kelak nanti.

11) Apakah kamu memberikan kesempatan kepada teman-teman

untuk mengemukakan pendapat dalam kegiatan hal apapun?

a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: iya ka, karena kita kan

harus menghargainya

b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: iya

c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: iya ka

Penulis dapat menyimpulkan bahwa, setiap siswa bisa

memberikan kesempatan kepada temannya untuk mengemukakan

pendapat adalah hal yang baik untuk dirinya ataupun orang lain.

Sebagai seorang siswa mereka memiliki kebebasan

mengemukakan pendapat yang bertanggung jawab, artinya

kebebasan yang dilandasi dengan menghargai hak-hak orang lain

serta mengindahkan tata nilai dan norma yang ada.

Menghargai ataupun memberikan kesempatan kepada teman

kita dalam berpendapat merupakan hal yang penting dalam

kehidupan. Karena adanya pendapat bisa membuat kita menjadi

84

lebih baik kedepannya, siswa juga akan berpikiran terbuka dan

mau mendengarkan orang lain.

12) Apakah kamu mempunyai rasa empati terhadap teman-teman

yang terkena musibah?

a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: iya ka, kasihan soalnya

b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: iya, kita harus

saling tolong menolong ka

c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: iya ka

Dari jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa, setiap

manusia memiliki rasa empati yang sudah tertanam di dalam

dirinya. Rasa empati merupakan salah satu kunci keberhasilan

dalam interaksi antar pribadi. Dan dari sinilah kita memiliki jiwa

saling tolong menolong sesama manusia.

Dengan empati, kita bisa saling memahami apa yang

dirasakan oleh orang lain. Saling memahami antar pribadi yang

timbul dari empati akan meningkatkan kesadaran akan saling

ketergantungan. Karenanya akan timbul keinginan saling

bekerjasama. Selanjutnya akan timbul keinginan untuk

mendahulukan kepentingan orang lain. Akhirnya terjaln rasa

belas kasihan dan tenggang rasa terhadap sesama manusia.

13) Apakah kamu akan selalu bersyukur terhadapa apa yang telah

kamu miliki?

a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: iya, selalu bersyukur ka

85

b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: bersyukur ka

c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: iya ka, karena ibu selalu

ngajarin

Dari jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa, semua

siswa sudah mengerti apa itu kata syukur atas apa yang telah

dimilikinya. Bersyukur merupakan sebuah kata yang sederhana

namun memiliki makna dan dampak yang sangat luar biasa.

Bersyukur menurut bahasa adalah suatu sifat yang penuh

kebaikan dan rasa menghormati serta mengagungkan atas

segala nikmat-Nya, baik diekspresikan dengan lisan,

dimantapkan dengan hati maupun dilaksanakan melalui

perbuatan.

Bersyukur membuat hidup menjadi terasa indah, membuat

yang sedikit terasa cukup , mengubah apa yang kita miliki

menjadi lebih berharga, mengubah masalah yang kita hadapi

menjadi hikmah yang bernilai. Akan tetapi beberapa dari

manusia seolah tak pernah bisa bersyukur atas apa yang dimiliki

dan apa yang sedang dialami. Dan bagaimana caranya kita akan

mendapatkan hal-hal yang lebih besar bila kita saja tidak

mensyukuri atas apa yang telah kita miliki.

14) Apakah kamu di ajarkan oleh gurumu untuk saling tolong

menolong terhadap sesama? Dan berikan contohnya?

86

a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: iya ka diajarin sama ibu

guru untuk tolong menolong

b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: iya diajarain

c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: kita kan emang harus

tolong menolong ka terhadap sesama

Dapat disimpulkan dari jawaban di atas bahwa, setiap

manusia memiliki naluri untuk saling tolong menolong terhadap

sesama manusia yang membutuhkan. Dengan cara

mengajaknya, melihatnya, dan membantunya maka anak-anak

akan memiliki naluri untuk menolong dengan orang yang

membutuhkan pertolongan.

Pendidikan anak haruslah diberikan sejak dini,

mendapatkan ilmu tidak hanya di bangku sekolah saja tetapi di

dalam lingkungan keluarga pun pendidikan harus di beriakan oleh

orang tua kepada anak-anaknya. Seperti pendidikan akhlak dan

budi pekerti yang di mana pendidikan ini harus di tanam dari usia

sejak dini. Pendidikan tersebut haruslah ditanamkan di diri anak

agar anak mempunyai kepribadian yang baik, menghargai

perbedaan, menghargai satu sama lain dan juga menjadi

kepribadian yang berguna bagi nusa, bangsa dan agamanya.

15) Apa yang akan kamu lakukan ketika bertemu dengan orang yang

lebih tua darimu?

a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: bersalaman

87

b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: mengucapkan

salam

c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: bersalaman sama

memberi salam ka

Peneliti dapat menyimpulkan dari jawaban siswa di atas

bahwasannya, semua siswa akan memberikan salam atau

berjabat tangan kepada seseorang yang lebih tua dari seusia

mereka ketika mereka bertemu atau berpapasan dengan orang

tersebut. Disini membuktikan bahwa semua siswa mempunyai

jiwa peduli, hormat, dan dapat menjaga kebaikan bersama orang

lain.

Mengucapkan salam dan berjabat tangan kepada sesame

Muslim adalah perkara yang terpuji dan disukai dalam Islam.

Dengan perbuatan ini kaum Muslimin dapat saling bersatu dan

berkasih sayang di antara mereka. Dan hukum bagi yang

mengucapkan salam adalah sunnah dan menjawab salam adalah

wajib. Karena perbuatan ini bisa mengampuni dosa-dosa kita

yang telah kita perbuat dan dalam ucapan salam juga

mengandung do’a kebaikan di dalamnya, oleh karena itu

selalulah kita mengucapkan salam mudah-mudahan Allah

mengabulkan do’a orang yang mengucapkan salam dan yang

menjawab salam.

88

16) Apakah kamu mengikutsertakan diri untuk kegiatan gotong

royong/kerja bakti yang diadakan di sekolah/di rumah?

a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: iya, aku suka ikut kerja

bakti di sekolah

b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: iya, ikut

berpartisipasi ka

c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: iya ka

Dari jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa, semua

siswa akan mengikuti kegiatan gotong royong ataupun kerja bakti

yang ada di sekolah ataupun lingkungan rumahnya. Kegiatan

gotong royong menunjukkan kebersamaan dan persatuan yang

harus selalu terjaga dengan baik. Dan kegiatan gotong royong

atau kerja bakti menunjukkan rasa kebersamaan sesama siswa

yang bertuuan untuk kepentingan bersama.

Jika kita lihat kegiatan gotong royong tampaknya hanya

terlihat seperti sesuatu hal yang mudah dan sederhana, namun

dibalik kesederhanaan tersebut, gotong royong menyimpan

berbagai nilai yang mampu memberikan nilai positif bagi siswa.

Nilai-nilai positif dalam bergotong royong di antaranya terciptanya

kebersamaan, persatuan, rela berkorban, tolong menolong, dan

terciptanya silaturahmi yang baik antar siswa dan guru.

17) Apakah kamu akan selalu mematuhi/menjalankan peraturan-

peraturan yang disepakati bersama di sekolah?

89

Dan apakah kamu akan menerima konsekuensinya ketika tidak

mematuhinya?

a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: mematuhinya ka,

kadang-kadang suka enggak juga ka kalau lupa

b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: iya ka aku selalu

mematuhinya

c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: mematuhi, kalau tidak

mematuhi ya dapet hukuman

Peneliti dapat menyimpulkan dari jawaban di atas bahwa,

semua siswa sudah tau mengenai peraturan-peraturan yang ada

di sekolah maupun di dalam kelas karena mereka juga yang

membuat peraturan-peraturan itu ada. Siswa juga sudah

mengetahui apabila mereka melanggar maka pasti aka nada

konsekuensinya terhadap hal yang telah di perbuatnya.

Aturan dan peraturan bukanlah tanda ketidakpercayaan,

tetapimerupakan tanda kepastian dan ketegasan untuk

melaksankan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan nilai dan

prinsip yang dimiliki. Jadi kita tidak lah boleh membenci aturan-

aturan yang mendisplinkan diri untuk patuh pada berbagai

kebijakan, sebab aturan dan peraturan bukanlah keuatan yang

mencoba membatasi kebebasan ataupun kemerdekaan jiwa

seseorang. Tetapi merupakan kekuatan yang menegakan

90

kebebasan dan kemerdekaan bersama di dalam ketegasan,

kepastian, dan tanggung jawab.

18) Bagaimana cara kamupeduli terhadap lingkungan di sekitarmu?

a) Jaelani putra dari ibu Dini menjawab: dengan tidak membuang

sampah sembarangan, membersihkan selokan

b) Dinar putra dari ibu Munawaroh menjawab: tidak membuang

sampah sembarangan, menyiram tanaman

c) Willy putra dari ibu Masroh menjawab: kalau peduli terhadap

lingkungan kita tidak boleh membuang sampah sembarangan

takut banjir

Peneliti dapat menyimpulkan dari jawaban siswa di atas

bahwa, semua siswa sudah mempunyai jiwa peduli terhadap

lingkungan di sekitarnya. Mereka bisa memberikan contoh akibat

dampak jika mereka tidak peduli terhadap lingkungannya. Dan

mereka juga sudah mempunyai jiwa nasionalis untuk menjaga

dan memlihara lingkungan di sekitar mereka.

Melestarikan lingkungan hidup dan peduli terhadapnya

bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah ataupun

pemimpin negara saja, melainkan tanggung jawab setiap insane

yang ada di muka bumi ini. Setiap orang harus melakukan usaha

untuk menyelamatkan lingkungan hidup disekitarnya sesuai

dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apapun usaha

91

yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya

bumi yang layak huni bagi generasi kita kedepannya.

Dan yang paling utama adalah tanamkan di dalam diri kita

masing-masing, bahwa bukan hanya kita saja yang akan

menikmati lingkungan di masa sekarang tetapi masih banyak

orang lagi setelah kita yang akan merasakan keindahan ala mini.

Maka kebiasaan-kebiasaan kecil yang rama lingkungan bisa

membuat perubahan besar jika dilakukan oleh banyak orang.

3. Hasil wawancara guru

1) Apakah Bapak/ibu guru percaya terhadap siswa/i mengenai uang

tabungan yang ditabungkan oleh siswa?

a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: ya saya percaya terhadap

siswa/i saya dalam menabungkan uang tabungannya.

Dari jawaban guru diatas, guru memberikan kepercayaan

yang besar kepada siswa/i nya agar menjadi orang yang dapat

dipercaya dalam hal apapun. Dan dengan guru memberikan

kepercayaan yang sepenuhnya kepada siswa/i dalam uang

tabungan menjadikan siswa/i tersebut amanah dalam

perbuatannya.

2) Apakah semua siswa/i mengerjakan pekerjaan rumah (pr) secara

jujur?

a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: iya mereka mengerjakan pr

secara mandiri dan tidak di kerjakan oleh orangtuanya.

92

Dari jawaban guru di atas, guru selalu mengecek pekerjaan

rumah yang di kerjakan oleh siswa/i nya, dimana semua siswa

tidak mengerjakan pekerjaan rumah di kelas melainkan di

rumahnya. Dengan mengerjakan pekerjaan rumah di rumah

melatih siswa dalam bersikap jujur dan amanah terhadap hal yang

di sampaikan oleh gurunya. sMengajarkan siswa bersikap jujur

memang sulit, tetapi apabila guru selalu menanamkan kepada

siswa dengan nilai-nilai kejujuran maka semua siswa akan

mempunyai sifat jujur yang telah di tanam di dirinya.

3) Apakah Bapak/ibu guru mengajarkan kepada siswa/i tentang

toleransi beragama yang ada di Indonesia?

a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: iya, karena Indonesia

memiliki banyak keragaman. Salah satunya keragaman agama

dimana agama Islam mengajarkan untuk bertoleransi terhadap

agama lain.

Dari jawaban guru dia atas, guru mengajarkan kepada siswa

tentang sikap toleransi terhadap keberagaman agama yang ada di

Indonesia. Toleransi terhadap keberagaman agama yang ada di

Indonesia melatih siswa untuk mempunyai rasa hormat terhadap

agama yang berbeda darinya. Karena kekayaan budaya yang ada

di Indonesia mengajarkan siswa untuk saling menghormati dan

bertoleransi terhadap perbedaanya. Bersikap toleransi

93

mengajarkan kepada siswa untuk tidak saling mencela dan

bersikap damai terhadap keberagaman agama yang ada.

4) Apakah Bapak/ibu guru pernah melihat siswa/i saling mencela

dalam ucapan sesama temannya? Dan bagaimana cara

mengatasinya?

a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: iya pernah, cara

mengatasinya dengan mengajarkan kepada siswa tersebut

bahwa Allah SWT telah menciptakan manuisa dengan

kesempurnaan. Oleh karena itu Allah SWT tidak suka kepada

orang yang suka mencela, karena bisa jadi orang yang di cela

itu lebih baik dari pada orang yang mencela.

Dari jawaban guru di atas: guru mengajarkan kepada siswa

untuk tidak saling mencela dalam hal ucapan. Karena mencela itu

sendiri membuat kerugian terhadap diri kita sendiri yang

menimbulkan perkelahian/perdebatan yang tidak ada artinya.

Perbuatan mencela sendiri merupakan dosa besar dan sifat ini

merupakan di antara sifat orang munafik dan orang kafir.

Dalam hadits dikatakan bahwa “cukuplah seseorang

berbuat keburukan jika dia merendahkan saudaranya sesame

muslim” (HR Muslim). Dalam hadits tersebut menjelaskan orang

yang dicela itu mungkin lebih baik/lebih mulia di sisi Allah dari

pada pihak yang mencela, karena orang mencela hanyalah

94

dilakukan oleh orang yang hatinya penuh dengan akhlak yang

tercela dan hina serta kosong dari akhlak mulia.

5) Apakah Bapak/ibu guru mengajaran kepada siswa/i untuk selalu

mendengarkan pendapat orang lain?

a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: iya, karena setiap orang

pasti pendapatnya ingin didengar oleh karena itu seandainya

pendapat kita ingin di dengar maka dengarkanlah pendapat

orang lain terlebih dahulu dan jangalah mencelanya.

Dari jawaban guru di atas: guru mengajarkan kepada

siswanya untuk bersikap hormat terhadap pendapat orang lain,

karena mengalahkan egois pribadi merupakan sikap dimana

belajar toleran terhadap pendapat orang lain. Seperti yang

dikatakan oleh orang bijak “jangan lihat siapa yang mengatakan,

tetapi perhatikan apa yang dikatakannya”, jadi perkataan yang

baik dan benar hendaklah diakui dengan benar. Sekalipun

kebenaran itu relatif sifatnya, namun kearifan pribadi sangat

diperlukan untuk mengakuinya demi untuk mengalahkan egoisme

dalam diri manusia yang selalu menguasai diri kita.

6) Apakah Bapak/ibu guru akan memberikan pekerjaan yang

selanjutnya ketika pekerjaan sebelumnya belum tuntas di

kerjakan?

95

a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: tidak, karena guru

mengajarkan kepada siswa untuk bekerja tuntas dalam hal

apapun termasuk dalam mengerjakan tugas.

Dari jawaban guru diatas, guru mengajarkan kepada siswa

untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Karena tanpa

tanggung jawab kita akan sulit mencapai puncak keberhasilan

tertinngi dalam hidup kita. Bertanggung jawab terhadap tugas

yang kita kerjakan merupakan ketekunan dalam diri untuk

menuntaskannya, karena tanngung jawab bukanlah sekedar kata-

kata yang memperkuat jati diri tapi tanggung jawab adalah

komitmen dan kewajiban untuk melaksanakan semua pekerjaan

melalui kompetensi diri yang hebat.

7) Apakah Bapak/ibu guru memberikan arahan kepada siswa/i untuk

membantu teman yang kesulitan dalam mengikuti pembelajaran?

a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: iya, karena guru

mengajarkan kepada siswa untuk saling tolong menolong

termasuk dalam hal belajar. Apabila ada siswa yang sudah

memiliki pemahaman yang tinggi boleh membantu

mengajarkan temanya.

Dari jawaban guru di atas, guru memberikan arahan

kepada siswanya untuk saling tolong menolong dalam hal

pembelajaran dalam artian menolong hal yang positif. Dengan

96

arahan tersebut siswa diajarkan untuk saling bertanggung jawab

dan ingin melakukan hal yang terbaik untuk dirinya dan orang lain.

8) Apakah Bapak/ibu guru mengikutsertakan siswa/i dalam

pembuatan peraturan-peraturan di kelas?

a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: iya, karena yang akan

menjalankan peraturan ya siswa tersebut maka siswa yang

membuat peraturan dan siswa yang menjalankannya.

Dibuatnya peraturan secara bersama agar mereka istiqomah

terhadap apa yang mereka buat.

Dari jawaban guru diatas, guru mengikutsertakan semua

siswanya untuk membuat peraturan-peraturan kelas yang akan

dijalankannya selama di kelas atau sekolah, agar semua siswa

mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin atas hal yang telah

dibuatnya. Mengikutsertakan siswa dalam pembuatan peraturan-

peraturan dikelas mengajak siswa untuk saling meningatkan

teman-temannya dalam menjalankan peraturan tersebut dan

membuat siswa merasa di hargai dan senang bisa berada dalam

suatu kegiatan.

9) Apa yang akan Bapak/ibu guru lakukan ketika melihat siswa/i

berkelahi? Dan bagaimana cara mengatasinya?

a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: langsung meleraikannya,

cara mengatasinya yaitu dengan mengajak siswa tersebut

untuk menceritakan permasalahan yang terjadi dan mencari

97

jalan keluar permasalahan sampai anak tersebut benar-benar

damai.

Dari jawaban guru di atas, guru menjelaskan tentang cara

mengatasi siswa ketika berkelahi. Ketika ada seorang siswa

berkelahi yang harus pertama kali kita lakukan adalah

meleraikannya jangan sampai seorang siswa berkelahi terlalu jauh

sehingga menimbulkan kebisingan kepada siswa yang lain atau

membuat ketidaknyamanan lingkungan sekolah.

Adanya keributan yang terjadi di lingkungan

sekolah,disebabkan kurangnya penanaman sikap keadilan,

disiplin, dll dalam diri siswa. Dari jawaban guru diatas sudah

sangat jelas sekali ketika melihat siswa berkelahi dan guru harus

bisa mencari tahu titik permasalahan keduanya sehingga

permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan kepala dingin,

dan meminta siswa tersebut untuk berdamai secara baik. Karena

perkelahian di lingkungan sekolah tidak seharusnya terjadi karena

perkelahian tersebut bisa dijadikan contoh kepada siswa/i yang

lain.

10) Apakah Bapak/ibu guru memberikan giliran kepada semua siswa/i

di kelas untuk memimpin do’a sebelum pembelajara di mulai?

a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: iya, karena guru ingin semua

siswanya bisa tampil dengan baik dan memiliki jiwa

98

kepemimpinan dengan cara memimpin teman-temannya

berdo’a.

Dari jawaban guru di atas, guru memberikan kepada

seluruh siswanya giliran memimpin doa sebelum pembelajaran

dimulai merupakan keadilan yang dirasakan seorang siswa. Guru

juga tidak membeda-bedakan siswa untuk memimpin do’a, guru

juga mengajarkan kepada seluruh siswa nya untuk tampil percaya

diri di depan teman-temannya dengan menjadikannya seorang

pemimpin disaat itu.

Menanamkan nila-nilai kepemimpinan di dalam diri siswa itu

sangatlah penting sekali, karena jiwa kepemimpinan seseorang

bebeda-beda ada yang harus berulang-ulang ditanamnya adapula

yang hanya satu kali ditanamnya dan menjadikan siswa

bertanggung jawab atas kinerjanya.

11) Apakah Bapak/ibu guru memberikan kesempatan kepada siswa/i

untuk mengemukakan pendapat?

a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: iya, agar siswa/i terbiasa

menyampaikan pendapat dengan rasa percaya diri.

Dari jawaban guru di atas, guru mengajarkan kepada siswa/i

dengan memberikan kesempatan kepada siswanya untuk

berpendapat. Berpendapat merupakan hal yang sangat sulit sekali

jika seorang guru tidak mengajarkan kepada siswanya atau

memberikan siswanya kesempatan dalam berpendapat. Karena

99

berpendapat dibutuhkannya rasa percaya diri yang tinggi dan

harus menerima konsekuensinya apabila pendapat itu kurang

disetujui oleh pihak-pihak yang lain.

12) Apakah Bapak/ibu guru mengajarkan rasa empati kepada siswa/i

yang terkena musibah?

a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: iya, karena manusia itu tidak

bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan bantuan orang lain

salah satunya dengan cara memiliki sifat empati kepada orang

yang terkena musibah.

Dari jawaban guru di atas, guru mengajarakan kepada

siswa nya untuk mempunyai rasa empati atau rasa kasihan

terhadap seseorang yang terkena musibah. Karena sikap tolong

menolong ini mengajarkan siswa tentang arti kepedulian terhadap

sesama manusia dengan memiliki jwa yang penuh kasih dan

peduli di dalam diri siswa.

Rasa peduli haruslah ditanam di didiri manusia sebagai

bekal dia besar nanti, karena seseorang hidup tidak bisa sendiri

harus membutuhkan orang lain yang membantu kehidupan kita

agar berjalan dengan baik. Rasa empati yang tinggi mengajarkan

siswa juga untuk bersyukur atas apa yang telah dimilikinya hari itu.

13) Apakah Bapak/ibu guru mengajarkan kepada siswa/i untuk selalu

bersyukur terhadap apa yang dimilikinya?

100

a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: iya, karena agar siswa/i

memiliki sifat peduli dan bersyukur terhadap apa saja yang

telah di milikinya.

Dari jawaban guru di atas, guru mengajarkan kepada siswa

nya untuk selalu bersyukur atas apa yang telah di milikinya atau

atas apa yang telah Allah berikan kepadanya. Mengucapkan rasa

syukur terhadap apa ayang telah kita miliki merupakn rasa peduli

terhadap diri kita dan rasa peduli juga terhadap orang lain, karena

apa yang sudah kita punya belum tentu orang itu mempunyai yang

sama seperti yang kta punya.

Selalu mengucapkan rasa syukur setiap hari sama saja kita

menghargai atas apa yang telah Allah berikan kepada kita.

Dengan diberikannya umur yang panjang saja membuat kita

merasa bertangung jawab atas umur yang telah kita miliki dan

tidak membuangnya dengan percuma.

14) Apakah Bapak/ibu guru mengajarkan kepada siswa/i untuk tolong

menolong terhadap sesama? Dan bagaimana cara

mengajarkannya?

a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: iya, cara mengajarkannya

yaitu dengan melakukan praktik langsung untuk memberikan

bantuan kepada orang yang membutuhkan. Contoh:

bersodaqoh, meminjamkan alat tulis kepada temannya.

101

Dari jawaban guru di atas, guru mengajarkan kepada siswa

nya untuk saling tolong menolong terhadap sesama manusia.

Sikap saling tolong menolong merupakan sikap peduli kita

terhadap orang lain yang membutuhkan pertolongan kita. Karena

balik lagi ke pertanyaan yang ada di atas kita hidup membutuhkna

orang lain agar hidup kita berjalan dengan baik kita tidak bisa

hidup sendiri saja.

Dalam Al quran disebutkan bahwa: dan tolong menolonglah

kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan

tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan

bertakwalah kamu kepada Allah, sesungghnya Allah maha berat

siksaan Nya (Qs Al maidah: 2). Sudah jelas bukan Allah menyuruh

umatnya untuk saling tolong menolong dalam hal kebaiakan.

15) Bagaimana cara Bapak/ibu guru mengajarkan kepada siswa/i

ketika bertemu/berpapasan dengan orang yang lebih tua dari

seusianya?

a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: yaitu dengan cara

mengajarkan kepada siswa untuk memberi salam dan berjabat

tangan kepada orang yang lebih tua dari seusianya.

Dari jawaban guru di atas, guru mengajarkan kepada

siswanya untuk memberi salam dan berjabat tangan kepada orang

yang lebih tua dari seusianya merupakan hal hormat kita terhadap

orang yang lebih tua dari seusia kita. Rasa hormat bukan saja kita

102

berjabat tangan ataupun meberi salam saja tetapi masih banyak

lagi rasa hormat yang harus kita lakukan, dan rasa hormat itu

bukan hanya sesama manusia saja tetapi terhadap semua benda

mati ataupun benda hdup mereka juga harus di hormati dengan

catatan penghormatan yang berbeda.

16) Apakah Bapak/ibu guru mengikutsertakan semua siswa/i untuk

kegiatan bergotong royong/kerja bakti yang di adakan di

lingkungan sekolah?

a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: iya, karena untuk

mengajarkan kepada siswa bahwa segala sesuatu kalau

dikerjakan secara bersama-sama maka akan lebih ringan dan

cepat selesai di kerjakannya.

Dari jawaban guru di atas, guru mengikutsertakan siswanya

untuk saling bergotong royong merupakan hal penting untuk

penanaman rasa nasionalisme terhadap diri siswa. Rasa

nasionalisme dengan bekerjasama atau berkolaborasi merupakan

hal yang di sukai oleh siswa di mana semua siswa turut andil

dalam kegiatan gotong royong.

17) Apa yang akan Bapak/ibu guru lakukan ketika melihat siswa/i

tidak mematuhi peraturan yang telah disepakati bersama di dalam

kelas? Dan apakah Bapak/ibu guru akan memberikan

konsekuensinya ketika tidak mematuhinya?

103

a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: akan mengingantkan

kembali kepada siswa tersebut peraturan-peraturan yang telah

di buat atas kesepakatan bersama.

Dari jawaban guru di atas, guru melakukan hal

mengingatkan kembali kepada siswa nya apabila ada yang

melanggar atas kesepakat yang telah di buatnya bersama itu

merupakan hal yang sangat bagus. Karena hal yang pertama yang

dilakukan oleh guru adalah mengingatkannya bukan langsung

memberinya hukuman. Karena kita sebagai seorang guru

seharusnya memberikan contoh-contoh yang biak untuk siswa/i

kita.

18) Bagaimana cara Bapak/ibu guru mengajarkan kepada siswa/i

untuk peduli terhadap lingkungan?

a) Ibu Robiatul adawiyah menjawab: yaitu dengan cara

melakukan praktik langsung kegiatan menjaga lingkungan

sekolah atau kelas seperti menyiram tanaman, membersihkan

selokan, serta memberikan pengarahan kepada siswa tentang

dampak yang terjadi apabila kita tidak memelihara lingkungan.

Dari jawaban guru di atas, guru mengajarkan kepada

siswa untuk peduli terhadap lingkungan disekitarnya. Karena jika

kita menjaga dan memlihara lingkungan kita maka kita sendiri

yang di untungkan oleh lingkungan kita. Mengajarkan siswa

secara langsung merupakan hal yang sangat baik yang bisa di

104

lakukan siswa agar siswa bisa langsung mempraktikannya dan

melihat kondisinya.

C. Interpretasi Hasil Data

Interpretasi hasil penelitian yang penulis maksud disini adalah hasil

akhir analisis data yang kemudia ditafsirkan dengan interpretasi data,

dimana pentingnya pendidikan Islam terhadap perkembangan karakter

siswa pada kela IV di SDIT Indra Bangsa Poris gaga baru Cipondoh

Tangerang. Berdasarkan hasil wawancara orangtua, siswa, dan guru

perannya pendidikan Islam sangat berperan penting terhadap

perkembangan karakter siswa di sekolah maupun di rumah. siswa jadi

mempunyai nilai-nilai atau batasan-batasan dari karakter tersebut yang

dimana dapat di terapka di kehidupan sehari-hari.

Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan orangtua, siswa,

dan guru semua bekerjasama dengan baik untuk kepentingan anak-

anaknya. Untuk orangtua sendiri mereka mengajarkan nilai-nilai karakter

yang akan di terapkannya di rumah mereka dengan apa yang sudah di

ajarkan di sekolah. Para orangtua sangat berperan penting terhadap

pembentukan karakter anak-anaknya dengan mendidiknya dengan nilai-

nilai agama. Para orangtua juga harus mengerti peraturan-peraturan

yang ada di sekolah agar kedua pondasi ini berjalan dengan baik dan

menpai hasil yang di inginkan oleh kedua belah pihak.

Kemudian hasil wawancara dengan siswa, mereka sudah mengerti

tentang nilai-nilai yang ada dalam Islam. Karena sekolah mereka juga

105

berperan yaitu sekolah Islam Terpadu, yang menjadi pondasi pertama

bagi anak-anak. Tetapi masih ada beberap siswa yang perlu bimbingan

dari orangtuanya agar tercapainya hasil yang diinginkan oleh sekolah

maupun orangtuanya sendiri. Karena nilai-nilai karakter ini akan tertanam

di diri siswa jika kita mengajarkannya dan menerapkannya dari sejak dini.

Dan orang-orang yang berada di lingkungan sekolah juga sangat

berperan penting terhadap pembentukan karakter siswa seperti

pembiasaan-pembiasaan yang baik dan terulang akan menjadi pengingat

bagi siswa.

Kemudian dari hasil wawancara dengan guru, guru tidak

menemukan masalah berat yang terdapat dalam proses pembelajaran

pada siswa untuk membentuk karakter mereka, hanya saja para siswa

harus terus diingatkan ketika mereka salah agar terbentuknya karakter

yang baik. Dan hanya beberapa siswa yang kurang termotivasi dan

bersemangat saat proses pembelajaran berlangsung maka dari itu perlu

dorongan dari pihak sekolah maupun pihak keluarga. Pembentukan

karakter pada siswa harus dijalankan juga ketika mereka berada di

rumah dengan nilai-nilai agama yang diberikan oleh orangtuanya atau

pihak tempat ngaji agar berlangsungya ketercapaian yang diinginkan

oleh orangtua ataupun sekolah.

Oleh sebab itu peran pendidikan Islam sangatlah berperan penting

terhadap pembentukan karakter siswa, baik di lingkungan sekolah

maupun lingkungan rumah. pada umumnya semua siswa sudah

106

mempunyai nilai-nilai karakter yang sudah ada di dirinya masing-masing

hanya saja kita sebagai guru ataupun orangtua harus terus

mengingatkan atau menanamkannya agar tidak terlupakan. Karena

pembentukan karakter terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di

lingkungannya.

Kemudian dari hasil catatan lapangan yang peneliti lakukan selama

observasi lingkungan sekolah sangatlah nyaman dan aman, dan kondisi

keadaan lngkungan sekolah tidak bermasalah. Keakraban yang terjadi

antara guru, siswa, pegawai sekolah, penjaga lingkungan pun terlihat

jelas. Mereka semua ikut berpartisipasi dalam membangun pembentukan

karakter siswa, yang dimana sangatlah penting sekali untuk bekal siswa

di besar nanti.

Sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa peran pendiidkan

Islam terhadap pembentukan karakter siswa di SDIT Indra Bangsa Poris

Gaga baru Cipondoh Tangerang, dapat dikatakan bahwa sekolah telah

memberikan pendidikan Islam ataupun ajaran-ajaran Islam yang sesuai

dengan syariat Islam kepada siswa dengan baik. Maka terjadilah

pembentukan karakter siswa yang diinginkan atas kerjasama yang baik

juga antara pihak sekolah, guru, dan orangtua.

107

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan Islam terhadap pembentukan karakter siswa di

SDIT Indra Bangsa telah dilaksanakan dengan baik dan penuh

dukungan baik dari pihak sekolah, siswa, dan wali murid sehingga

dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam memang sangat

berperan penting terhadap pembentukan karakter siswa dengan

pemebelajaran yang diberikan di sekolah ataupun penerapan nila-

nilai karakter itu sendiri. Karena dalam pendidikan Islam sendiri

juga menekankan penerapan karakter yang baik sehingga dapat

mewujudkan dan membentuk karakter siswa menjadi pribadi yang

mempunyai karakter toleransi, disiplin, serta cinta tanah air. Dan

berdasarkan rumusan masalah dari uraian penlitian “ peran

pendidikan Islam terhadap pembentukan karakter siswa dikelas IV

108

SDIT Indra Bangsa” yang sudah dilaksanakan, maka penliti dapat

disimpulkan sebagai berikut :

3. Peran pendidikan Islam sangatlah berpengaruh terhadap

pembentukan karakter siswa dalam hal pembelajaran mata

pelajaran agama Islam ataupun pelajaran yang lainnya. Karena

pendiidkan Islam secara tidak langsung mengajarkan kepada

siswa dalam pembentukan karakter tentang bertoleransi,

disiplin, dan cinta tanah air yang akan tertanam di dalam diri

siswa.

4. Pendidikan Islam dapat meninjau pembentukan karakter siswa

dengan adanya pembelajaran agama Islam yang ada di

sekolah. Pendidikan Islam juga membentuk sikap atau

kepribadian siswa dalam kehidupan sehari-hari, yang di

implementasikannya langsung dari nilai-nilai karakter yang telah

mereka ketahui.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang sudah dikemukakan di atas,

dapat disampaikan saran-saran yang perlu menjadi bahan

masukan dalam rangka pembentukan karakter siswa dalam

pendidikan Islam di SDIT Indra Bangsa, pada umumnya sebagai

berikut:

109

1. Sekolah diharapkan untuk lebih menanamkan nilai-nilai karakter

pada siswa agar nilai-nilai karakter tersebut tertanam dengan

baik pada diri siswa.

2. Sebaiknya orang-orang yang berada dilingkungan sekolah

memperkuat pentingnya pendidikan karakter pada siswa,

karena karakter seseorang muncul dari sebuah kebiasaan yang

berulang-ulang dalam waktu yang lama serta adanya teladan

dari lingkungan sekitar.

3. Sebaiknya guru-guru harus berkolaborasi dengan baik terhadap

karakter siswa agar dapat menghasilkan serta membentuk

karakter yang baik namun tetap memperhatikan nilai islami

dalam diri siswa.

4. Siswa diharapkan dapat mengimplementasikan nilai-nilai

karakter yang telah dibentuk dengan baik dalam kehidupan dan

pergaulannya sehari-hari.

5. Wali murid diharapkan terus memonitor serta mengikuti

perkembangan pembentukan karakter anak baik di sekolah

maupun di rumah, dan juga memberikan pengertian pada

siswa untuk terus membentuk karakternya dengan baik.

110

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, 2015. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada Arifin, H.M, 2014. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsini, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Fuad, Anis dan Nugroho, Sapto, Kandung. 2014. Panduan Prkatis Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu Gunawan, Heri, 2012. Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasinya. Bandung: Alfabeta Hamid dan Sudira, 2013. Penanaman Nilai-nilai Karakter Siswa SMK Salafiyah Prodi Tkj Kajen Mmargoyoso Pati Jawa Tengah. Volume 3 nomor 2: 139. Helmawati, 2017. Pendidikan Karakter Sehari-hari. Bandung: Remaja Rosdakarya. Kurniawan, Syamsul. 2013. Pendidikan Karakter Konsepsi dan Implementasinya Secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat. Yogyakarta: Ar ruzz Media. Kurniawan, Yudha dan Hindarsih, Tri, Puji. Character Building Membangun Karakter Menjadi Pemimpin. Yogyakarta: Pro-U Media

111

Majid, Abdul dan Andayani, Dian, 2013. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mujib, Abdul dan Mudzakkir, jusuf, 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Group. Mulyasa, H.E, 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. Salahudin, Anas dan Alkriennciehie, 2013. Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agamadan Budaya. Bandung: Pustaka Setia. Samani, Muchlas dan Hariyanto, 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Suhardi, didik, 2012. Peran Smp Berbasis Pesantren Sebagai Upaya Penanaman Pendidikan Karakter Kepada Generasi Bangsa. Volume 2 nomor 3: 317.

Umar, Bukhari, 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah. Yaumi, Muhammad, 2014. Pendidikan karakter landasan, pilar, dan implementasi. Jakarta: Prenadamedia Group. Zubaedi, 2011. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi Dan Aplikasi Dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

112

Lampiran-1

Pedoman Observasi

No. Aspek yang di amati Ya Tidak

C. Kegiatan Belajar Mengajar

7. Membiasakan diri mengawali atau mengakhiri KBM dengan berdoa.

8. Materi-materi yang disampaikan berkaitan dengan peran pendidikan Islam terhadap karakteristik siswa.

9. Kematangan peserta didik dalam mengikuti KBM terlihat dari konsentrasi siswa di dalam kelas.

10. Peserta didik dapat saling membantu temannya pada saat temannya kesulitan dalam menerima materi pelajaran.

11. Peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam kegiatan di sekolah.

12. Antara peserta didik saling menghormati dan menghargai satu sama lain.

D. Budaya Sekolah

9. Perilaku kepala sekolah dan guru dapat memberikan contoh baik yang berkaitan dengan pendidikan karakter terhadap pembiasaan peserta didik di lingkungan sekolah.

10. Perilaku penjaga sekolah, penjaga kantin, dan penjaga kebersihan dapat memberikan contoh baik yang berkaitan dengan pendidikan karakter terhadap pembiasaan peserta didik di lingkungan sekolah.

11. Antar warga sekolah saling menghargai dan menghormati satu sama lain.

12. Saling membantu apabila ada teman atau seseorang yang membutuhkan pertolangan dalam kesulitan.

13. Saling menjaga lingkungan sekolah. √

14. Saling mengingati antara teman tentang kebersihan sekolah terhadap sampah-sampah yang dilihatnya.

15. Berbicara sopan dan santun sesama teman atau orang yang lebih dewasa.

16. Menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter di lingkungan sekolah.

Lampiran-2

113

Pedoman Wawancara Orangtua

No. Aspek Indikator Pertanyaan

1. Karakter siswa

1. Amanah

1. Apakah Bapak/ibu memberikan kepercayaan pada anak untuk menabungkan uang yang telah diberikan untuk di tabungdi sekolah ?

2. Apakah anak Bapak/ibu mengerjakan pekerjaan rumah (PR) secara jujur

2. Rasa hormat 1. Bagaimana cara Bapak/ibu mengajarkan anak tentang toleransi beragama yang ada di Indonesia?

3. Apakah Bapak/ibu pernah melihat anak ibu saling mencela dalam ucapan sesama temannya?

4. Apakah Bapak/ibu mengajarkan kepada anak untuk selalu mendengarkan pendapat orang lain?

3. Tanggung jawab

1. Apakah Bapak/ibu akan memberika pekerjaan yang selanjutnya ketika pekerjaan sebelumnya belum tuntas dikerjakan?

2. Apakah Bapak/ibu memberikan arahan kepada anak untuk membantu temannya yang kesulitan dalam pembelajaran?

3. Apakah Bapak/ibu mengikutsertakan anak dalam pembuatan peraturan-peraturan di rumah?

4. Keadilan 1. Apa yang akan Bapak/ibu lakukan ketika melihat anak sebaya Bapak/ibu berkelahi? Dan bagaimana cara mengatasinya?

2. Apakah Bapak/ibu memberikan giliran piket kepada anak-anak di rumah?

3. Apakah Bapak/ibu memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapat dalam hal apapun?

5. Kepedulian 1. Apakah Bapak/ibu mengajarkan rasa empati kepada anak ketika melihat seseorang terkena musibah?

2. Apakah Bapak/ibu mengajarkan

114

kepada anak untuk selalu bersyukur terhadap apa yang dimilikinya?

3. Apakah Bapak/ibumengajarkan kepada anak untuk tolong menolong terhadap sesama? Dan bagaimana cara mengatasinya?

4. Bagaimana cara Bapak/ibu mengajarkan kepada anak ketika bertemu/berpapasan dengan orang yang lebih tua dari seusianya?

6. Nasioanlis

1. Apakah Bapak/ibu mengikutsertakan anak untuk kegiatan gotong royong/kerja bakti yang diadakan di lingkungan rumah atau rumah?

2. Apa yang akan Bapak/Ibu lakukan ketika melihat anak tidak mematuhi peraturan yang telah disepakati bersama di dalam keluarga? Dan apakah Bapak/Ibu akan memberikan konsekuensinya ketika tidak mematuhinya?

3. Bagaimana cara Bapak/ibu mengajarkan kepada anak untuk peduli terhadap lingkungan?

Lampiran-3

Pedoman Wawancara Siswa

No. Aspek Indikator Pertanyaan

1. Karakter 1. Amanah 19) Apakah kamu menabungkan uang

115

siswa kepada Bapak/ibu sesuai dengan unag yang diberikan oleh Bapak/ibu

20) Apakah kamu mengerjakan pekerjaan rumah (pr) secara jujur??

2. Rasa hormat 1. Bagaimana cara kamu menghormati agama orang lain ketika mereka sedang beribadah?

2. Apakah kamu pernah mencela dalam ucapan sesama teman?

3. Apa yang akan kamu lakukan ketika teman berpendapat dalam kegiatan berdiskusi/bermusyawarah?

3. Tanggung jawab

1. Apakah kamu akan mengerjakan pekerjaan yang selanjutnya ketika pekerjaan sebelumnya belum tuntas?

2. Apakah kamu akan membantu teman yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran di kelas?

3. Apakah kamu mengikutsertakan diri dalam pembuatan peraturan-peraturan di rumah/sekolah?

4. Keadilan 1. Apa yang akan kamu lakukan ketika

melihat teman berkelahi? Dan

bagaimana cara mengatasinya?

2. Apakah kamu pernah mengambil

peran sebagai pemimpin do’a di

kelas sebelum pembelajaran

dimulai?

3. Apakah kamu memberikan

kesempatan kepada teman-teman

untuk mengemukakan pendapat

dalam kegiatan hal apapun?

5. Kepedulian 1. Apakah kamu mempunyai rasa empati terhadap teman yang terkena musibah?

2. Apakah kamu akan selalu bersyukur terhadap apa yang telah kamu miliki?

3. Apakah kamu diajarkan oleh gurumu untuk saling tolong menolong terhadap sesama? Dan berikan contohnya

4. Apa yang akan kamu lakukan ketika bertemu dengan orang yang lebih tua

116

darimu?

6. Nasioanlis 1. Apakah kamu mengikutsertakan diri untuk kegiatan gotong royong/kerja bakti yang diadakan di sekolah/di rumah?

2. Apakah kamu akan selalu mematuhi/menjalankan peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama di sekolah? Dan apakah kamu akan menerima konsekuensinya ketika tidak mematuhinya?

3. Bagaimana cara kamu peduli terhadap lingkungan?

Lampiran-4

Pedoman Wawancara Guru

No. Aspek Indikator Pertanyaan

1. Karakter siswa

1. Amanah

1. Apakah Bapak/ibu guru percaya terhadap siswa/i mengenai uang tabungan yang ditabungkan oleh siswa?

117

2. Apakah semua siswa/I mengerjakan pekerjaan rumah (pr) secara jujur?

3. Rasa hormat 1. Apakah Bapak/ibu guru mengajarkan kepada siswa/i tentang toleransi beragama yang ada di Indonesia?

2. Apakah Bapak/ibu guru pernah melihat siswa/i saling sesama temannya?

3. Apakah Bapak/ibu guru mengajarkan kepada siswa untuk selalu mendengarkan pendapat orang lain?

4. Tanggung jawab

1. Apakah Bapak/ibu guru akan memberikan pekerjaan yang selanjutnya ketika pekerjaan sebelumnya belum tuntas di kerjakan?

2. Apakah Bapak/ibu guru memberikan arahan kepada siswa/i untuk membantu teman yang kesulitan dalam mengikuti pembelajaran?

3. Apakah Bapak/ibu guru mengikutsertakan siswa/i dalam pembuatan peraturan-peraturan di kelas?

4. Keadilan 19) Apa yang akan Bapak/ibu guru lakukan ketika melihat siswa/i berkelahi? Dan bagaimana cara mengatasinya?

20) Apakah Bapak/ibu guru memberikan giliran kepada semua siswa/idi kelas untuk memimpin do’a sebelum pembelajaran di mulai?

21) Apakah Bapak/ibu guru memberikan kesempatan kepada siswa/i untuk mengemukakan pendapat?

5. Kepedulian 1. Apa yang akan Bapak/ibu guru lakukan ketika melihat salah satu siswa/i tidak jajan seperti teman-teman yang lain?

2. Bagaimana cara Bapak/ibu guru mengajarkan kepada siswa/i rasa syukur kepada yang kuasa dalam keadaan apapun?

3. Bagaimana cara Bapak/ibu guru

118

mengajarkan kepada siswa/I mengenai meminta maaf kepada orang lain terhadap hal salah yang telah diperbuatnya?

4. Bagaimana cara Bapak/ibu guru mengajarkan kepada siswa/i ketika bertemu/berpapasan dengan orang yang lebih tua dari seusianya?

6. Nasioanlis 1. Apakah Bapak/ibu guru mengikutsertakan semua siswa/i untuk kegiatan bergotong royong/kerja bakti yang di adakan di lingkungan sekolah/rumah?

2. Apa yang akan Bapak/ibu guru lakukan ketika melihat anak tidak mematuhi peraturan yang telah disepakati bersama di dalam kelas? Dan apakah Bapak/ibu guru akan memberikan konsekuensinya ketika tidak mematuhinya?

3. Bagaimana cara Bapak/ibu guru mengajarkan kepada siswa untuk peduli terhadap lingkungan?

lampiran-5

Surat Permohonan Penelitian

119

Lampiran-6

Surat Balasan Penelitian

120

121

Lampiran-7

Dokumentasi

122

123

124

125

126

Lampiran-8

Kartu Menonton Sidang

127

Lampiran-9

Kartu Bimbingan Skripsi

128

Lampiran-10

Surat Keteranagn Validasi Instrument Penelitian

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ecih Sukaisih

Instansi : UMJ

Jabatan : Dosen

Telah membaca dan mencermati kisi-kisi instrument penelitian berupa

pedoman wawancara dan rubik penilaian yang di gunakan dalam penelitian

skripsi dengan judul “Peran Pendidikan Islam Terhadap Pembentukan

Karakter Siswa” oleh peneliti.

Nama : Nabilah Latief

NIM : 2014820113

Prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Dengan ini menyatakan instrument pedoman wawancara dan rubik penilaian

tersebut ( √ )

Layak digunakan untuk mengambil data tanpa revisi

Layak digunakan untuk mengambil data dengan revisi sesuai saran

Tidak layak

Kritik dan saran :

1.

2.

3.

4.

129

Demikian surat keterangan ini di buat agar dapat di gunakan dalam

pengumpulan data di lapangan.

Jakarta, 19 April 2018

Validator,

Ecih

Sukaisih

130

Lampiran-11

Surat Keteranagn Validasi Instrument Penelitian

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Robiatuil Adawiyah S.Pd.I

Instansi : SDIT Indra Bangsa

Jabatan : Guru kelas

Telah membaca dan mencermati kisi-kisi instrument penelitian berupa

pedoman wawancara dan rubik penilaian yang di gunakan dalam penelitian

skripsi dengan judul “Peran Pendidikan Islam Terhadap Pembentukan

Karakter Siswa” oleh peneliti.

Nama : Nabilah Latief

NIM : 2014820113

Prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Dengan ini menyatakan instrument pedoman wawancara dan rubik penilaian

tersebut ( √ )

Layak digunakan untuk mengambil data tanpa revisi

Layak digunakan untuk mengambil data dengan revisi sesuai saran

Tidak layak

Kritik dan saran :

1.

2.

3.

4.

131

Demikian surat keterangan ini di buat agar dapat di gunakan dalam

pengumpulan data di lapangan.

Jakarta, 19 April 2018

Validator,

Robiatul Adawiyah

S.Pd.I

132

Lampiran-12

Biodata Sekolah

133

Lampiran-13

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Nabilah Latief

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 11 Agustus 1996

Agama : Islam

Alamat : Jl. KH. Mustofa Rt/Rw 002/004 No. 27 Poris

Plawad Utara Cipondoh, Tangerang

Tlp : 089637482786

RIWAYAT KELUARGA

Orang Tua:

1. Ayah : H. Muhammad Idup Indrawan S.Pd.I

2. Ibu : Hj. Mu’minah S.Pd

3. Kakak : Muhammad Iqbal, Salman Al farizi, Nafilla Latief

4. Adik : Muhammad Ibnu Malik, Siti Khumairoh Azzahro

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 2002 – 2008 SDIT Al Ayaniah

2. 2008 – 2011 La Tansa Islamic Boarding School

3. 2011 – 2014 La Tansa Islamic Boarding School

134