program puskesmas

47
Manajemen Puskesmas dan Posyandu Latar Belakang. Kesehatan merupakan kebutuhan pokok manusia oleh karena itu kesehatan adalah hak azasi manusia. Keberhasilan pembangunan kesehatan secara makro akan mempengaruhi kinerja pembangunan sektor lain seperti pembangunan ekonomi, pendidikan, sosial, pertahanan dan keamanan, secara mikro akan meningkatkan derajat kesehatan individu. Derajat kesehatan yang optimal akan mewujudkan sumber daya manusia yang sehat dan kuat baik jasmani maupun rohani. Sumber daya manusia yang demikian ini dibutuhkan dalam kita memasuki abad 21. Abad yang ditandai dengan persaingan yang ketat baik ditingkat nasional, regional maupun internasional. Pembangunan kesehatan terus harus diupayakan untuk dapat meningkatkan kualitas, dan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1969-1971 Departemen Kesehatan menata kembali strategi pembangunan kesehatan jangka panjang melalui PAKERNAS I untuk merumuskan rencana pembangunan kesehatan jangka panjang sebagai awal Repelita I. Kemudian dari sinilah konsep Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) mulai diperkenalkan. Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen (subsistem) yang saling terkait / tergantung satu sama lain dan bekerja untuk mencapai suatu tujuan, Sistem dapat dianggap sebagai suatu sistem tertutup atau sistem terbuka. Sistem terbuka

Upload: fadly-carnady-lase

Post on 19-Jan-2016

98 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fix

TRANSCRIPT

Page 1: Program Puskesmas

Manajemen Puskesmas dan Posyandu

Latar Belakang.

Kesehatan merupakan kebutuhan pokok manusia oleh karena itu kesehatan adalah hak azasi

manusia. Keberhasilan pembangunan kesehatan secara makro akan mempengaruhi kinerja

pembangunan sektor lain seperti pembangunan ekonomi, pendidikan, sosial, pertahanan dan

keamanan, secara mikro akan meningkatkan derajat kesehatan individu. Derajat kesehatan yang

optimal akan mewujudkan sumber daya manusia yang sehat dan kuat baik jasmani maupun

rohani. Sumber daya manusia yang demikian ini dibutuhkan dalam kita memasuki abad 21. Abad

yang ditandai dengan persaingan yang ketat baik ditingkat nasional, regional maupun

internasional. Pembangunan kesehatan terus harus diupayakan untuk dapat meningkatkan

kualitas, dan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat.

Pada tahun 1969-1971 Departemen Kesehatan menata kembali strategi pembangunan kesehatan

jangka panjang melalui PAKERNAS I untuk merumuskan rencana pembangunan kesehatan

jangka panjang sebagai awal Repelita I. Kemudian dari sinilah konsep Pusat Kesehatan

Masyarakat (puskesmas) mulai diperkenalkan.

Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen (subsistem) yang saling terkait /

tergantung satu sama lain dan bekerja untuk mencapai suatu tujuan, Sistem dapat dianggap

sebagai suatu sistem tertutup atau sistem terbuka. Sistem terbuka sangat dipengaruhi oleh suatu

perubahan lingkungan dan harus beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Dalam konsep

sistem, ada hubungan hirarkhi antara berbagai subsistem yang lebih rendah dan supra sistem

yang lebih tinggi. Dalam sistem Kesehatan Propinsi, maka sistem Kesehatan Nasional

merupakan suprasistem dan sistem Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan subsistem. Sistem

akan berfungsi optimal bila sub sistemnya berfungsi sebagaimana seharusnya. Secara hubungan

dengan lingkungan, dimana suatu sistem harus berhadapan dengan lingkungan maka system

menerima berbagai masukan (input), kemudian berproses menghasilkan luaran (output) serta

hasil akhir adalah outcome (dampak)

Page 2: Program Puskesmas

Ruang lingkup dan batasan puskesmas

Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor

kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya

merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas

Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap

Puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang

dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas Pembantu dan

Puskesmas Keliling. Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih,

wilayah kerja Puskesmas bisa meliputi 1 Kelurahan. Puskesmas di ibukota Kecamatan dengan

jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan “ Puskesmas Pembina “ yang berfungsi

sebagai pusat rujukan bagi Puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.

Program pokok Puskesmas dan kegiatan terpadu program Puskesmas

Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan masyarakat

terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga

sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya. Setiap kegiatan pokok Puskesmas

dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa ( PKMD ).

Disamping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok Puskesmas seperti tersebut di atas,

Puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program kesehatan tertentu oleh

Pemerintah Pusat (contoh: Pekan Imunisasi Nasional ). Dalam hal demikian, baik petunjuk

pelaksanaan maupun perbekalan akan diberikan oleh Pemerintah Pusat bersama Pemerintah

Daerah. Keadaan darurat mengenai kesehatan dapat terjadi, misalnya karena timbulnya wabah

penyakit menular atau bencana alam. Untuk mengatasi kejadian darurat seperti di atas bias

mengurangi atau menunda kegiatan lain.

Page 3: Program Puskesmas

Program yang dilaksanakan di Puskesmas ada 2 kategori :

a. Program Pokok

Penyelenggaraan program pokok meliputi upaya kesehatan wajib yang ditetapkan berdasarkan

komitmen nasional, regional, dan global, serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan yang wajib diselenggarakan oleh

Puskesmas adalah promosi kesehatan, pelayanan pengobatan, kesehatan ibu dan anak,

pemberantasan penyakit menular, kesehatan lingkungan, dan gizi. Rincian informasi yang

dikumpulkan adalah apakah masing-masing upaya kesehatan wajib tersebut diselenggarakan atau

tidak.

Program pokok yang dilaksanakan di Puskesmas sebagai berikut :

a. Promosi Kesehatan: adalah informasi mengenai apakah program promosi

kesehatan diselenggarakan oleh Puskesmas yang bersangkutan atau tidak.

b. Pelayanan Pengobatan: adalah informasi mengenai apakah program pelayanan

pengobatan diselenggarakan oleh Puskesmas yang bersangkutan atau tidak.

c. Kesehatan Ibu dan Anak/Keluarga Berencana (KIA/KB): adalah informasi

mengenai apakah program kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana

diselenggarakan oleh Puskesmas yang bersangkutan atau tidak.

d. Pemberantasan Penyakit Menular (PPM) adalah; informasi mengenai apakah

program pemberantasan penyakit menular diselenggarakan oleh Puskesmas yang

bersangkutan atau tidak.

e. Kesehatan Lingkungan (Kesling): adalah informasi mengenai apakah program

kesehatan lingkungan diselenggarakan oleh Puskesmas yang bersangkutan atau

tidak.

f. Gizi: adalah informasi mengenai apakah program gizi diselenggarakan oleh

Puskesmas yang bersangkutan atau tidak.

Page 4: Program Puskesmas

b. Program Pengembangan

Penyelenggaraan program pengembangan adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan

permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan

kemampuan Puskesmas. Program pengembangan yang diselenggarakan Puskesmas di antaranya

perawatan kesehatan masyarakat (PHN), usaha kesehatan sekolah, usaha kesehatan usila, usaha

kesehatan kerja, usaha kesehatan gigi dan mulut masyarakat desa (UKGMD), usaha kesehatan

jiwa, usaha kesehatan mata, imunisasi, usaha kesehatan tradisional, laboratorium kesehatan

sederhana. Program pengembangan tersebut sebagai berikut :

a. Perawatan Kesehatan Masyarakat (PHN) adalah informasi mengenai apakah program

perawatan kesehatan masyarakat (PHN) diselenggarakan oleh Puskesmas yang

bersangkutan atau tidak.

b. Upaya Kesehatan Sekolah: adalah informasi mengenai apakah program upaya kesehatan

sekolah diselenggarakan oleh Puskesmas yang bersangkutan atau tidak.

c. Upaya Kesehatan Usia Lanjut adalah informasi mengenai apakah program upaya

kesehatan usia lanjut diselenggarakan oleh Puskesmas yang bersangkutan atau tidak.

d. Upaya Kesehatan Kerja adalah informasi mengenai apakah program upaya kesehatan

kerja diselenggarakan oleh Puskesmas yang bersangkutan atau tidak.

e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat Desa (UKGMD) adalah informasi

mengenai apakah program upaya kesehatan gigi dan mulut masyarakat desa (UKGMD)

diselenggarakan oleh Puskesmas yang bersangkutan atau tidak.

f. Upaya Kesehatan Jiwa adalah informasi mengenai apakah program upaya kesehatan jiwa

diselenggarakan oleh Puskesmas yang bersangkutan atau tidak.

g. Upaya Kesehatan Mata adalah informasi mengenai apakah program upaya kesehatan

mata diselenggarakan oleh Puskesmas yang bersangkutan atau tidak.

h. Upaya Kesehatan Olahraga

Penerapan sistem manajemen di puskesmas

Untuk dapat melaksanakan usaha pokok Puskesmas secara efisien, efektif, produktif, dan

berkualitas, pimpinan Puskesmas harus memahami dan menerapkan prinsip-prinsip manajemen.

Page 5: Program Puskesmas

Manajemen bermanfaat untuk membantu pimpinan dan pelaksana program agar kegiatan

program Puskesmas dilaksanakan secara efektif dan efisien. Penerapan manajemen kesehatan di

Puskesmas terdiri dari Micro Planning (MP) yaitu peraencanaan tingkat Puskesmas.

Pengembangan program puskesmas selama lima tahundisusun dalam Micro Palanning.

Lokakarya Mini Puskesmas (LKMP) yaitu bentuk penajabaran Micro Planning ke dalam paket-

paket kegiatan program yang dilaksanakan oleh staf, baik secara individu maupun berkelompok.

LKMP dilaksanakan setiap tahun. Local Area Monitoring (LAM) atau PIAS-PWS (Pemantauan

Ibu dan Anak- Pemantauan Wilayah Setempat) adalah sistem pencatatan dan pelaporan untuk

pemantauan penyakit pada ibu dan anak atau untuk penyakit menular yang dapat dicegah dengan

imunisasi.

Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP) adalah kompilasi pencatatan

program yang dilkukan secara terpadu setiap bulan. Stratifikasi Puskesmas merupakan kegiatan

evaluasi program yang dilakukukan setiap tahun untuk mengetahu pelaksanaan manajemen

progaram Puskesmas secara menyeluruh. Penilaian dilakukan oleh tim dari Dinas Kesehatan

Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dan SP2TP dimanfaatkan oleh Puskesmas untuk penilaian

stratifikasi. Supervisi rutin oleh pimpinan Puskesmas dan rapat-rapat rutin untuk koordinasi dan

memantau kegiatan program. Supervisi oleh pimpinan, monitoring dan evaluasi merupakan

penjabaran fungsi manajemen (pengawasan dan pengendalian) di Puskesmas.

Bagan di bawah menjelaskan fungsi manajemen yang dijabarkan di puskesmas

Kegiatan Pelayanan Kesehatan Kegiatan ManajemenPelayanan kesehatan umum :

1. Kunjungan rumah

2. Penyuluhan kesehatan

3. Usaha kesehatan sekolah

4. Uji kualitas air minum penduduk

1. Perencanaan

2. Manajemen personalia

3. Pelatihan staf, dukun, kader, guru

4. Supervisi, monitoring dan evaluasi

5. Manajemen keunagan

6. Manajemen logistic

7. Monitoring program

8. Kerja sama/koordinasi

9. Kerjasama dengan kelompok

Page 6: Program Puskesmas

kelompok masyarakat

10. Pencatatan pelaporan

11. Kepemimpinan

Perawatan kesehatan ibu :

1. ANC

2. Pertolongan persalinan

3. Perawatan ibu masa nifas

4. KB

Perawatan anak :

1. Menyusui

2. Penimbangan anak Balita

3. Imunisasi

4. Pemberian Oralit

Pada bagan di atas untuk menunjukan perbedaan antara kegiatan pelayanan kesehatan (health

services) dengan komponen kegiatan penunjang manajemen pelayanan (management support

service). Di bagian kiri adalah contoh komponen pelayanan kesehatan dasar untuk pelayanan

kesehatan umum, perawatan ibu, dan anak, upaya pengobatan dan sebagainya. Contoh tersebut

dapat dikenbangkan sesuai dengan kegiatan prorgam Puskesmas. Di bagian kanan adalah contoh

komponen penunjang manajemen. Semua program pelayanan kesehatan dasar di sebelah kiri

mempunyai komponen penunjang manajemen yang sama. Dengan mengembangkan komponen

penunjang manajemen, komponen pelayanan kesehatan dasar akan dapat dilaksanakan secara

efektif, efisien, rasional dan berkualitas.

Dalam upaya menunjang pengembangan program pokok  Puskesmas, Puskesmas juga

mempunyai empat subsistem manajemen yaitu:

Page 7: Program Puskesmas

Subsistem manajemen keuangan

a. Pengertian

Tatanan yang menghimpun berbagai upaya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan

sumberdaya keuangan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat

kesehatan masyarakat. Sistem keuangan kesehatan dalam era desentralisasi (otonomi) maka ini

tidak lagi semua tergantung pada kemampuan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Kemampuan pemerintah dalam pembiayaan pembangunan kesehatan sangat rendah.

b. Tujuan

Tersedianya  pembiayaan kesehatan  dengan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara

adil dan termanfaatkan secara efisien dan efektif.

c. Prinsip

Penggalian dana dilaksanakan secara bertanggungjawab sesuai peraturan perundangan

yang berlaku

Pengalokasian anggaran didasarkan pada paradigma sehat, komitmen global/ nasional/

regional, regulasi dan program prioritas

Pembelanjaan harus transparan, akuntabel, efisien dan mengacu pada peraturan

perundangan yang berlaku

d. Sumber: Masyarakat (perorangan dan kelompok dunia usaha, serta dari lembaga non

pemerintah) dan Pemerintah: (APBN, APBD Prov, APBD kab/kota masing-masing sekurang-

kuragnya 15% dari total anggaran pendapatan).

Subsistem Managemen Logistik

Page 8: Program Puskesmas

Logistik yang tersedia di Pukesmas direncanakan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan

program pokok Puskesmas. Setiap program membutuhkan dukungan logistik yang jumlah dan

jenisnya berbeda-beda. Misalnya program P2M membutuhkan termos, kulkas, jarum dan spuit,

termomater, alat semprot nyamuk untuk pembarantasan vektor, vaksin dan sebagainya. Program

KB membutuhkan alat-alat kontrasepsi, spekulum, obat-obat efek samping, sarung tangan,

yodium dan sebagainya. Jenis dan jumlah logistik ditentukan berdasarkan kebutuhan Puskesmas

setahun, disusun dalam suatu perencanaan. Kebutuhan ini disusun dalam Lokakarya Mini

Puskesmas (LKMP). Standar minimal jumlah peralatan Puskesmas untuk setiap program harus

ditentukan oleh pimpinan dan staf  T.U.

Kebutuhan logistic Puskesmas di satu Kabupaten/Kota biasanya disediakan oleh pihak kantor

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan BKKBN (khusus untuk kebutuhan program KB). Jumlah

dan jenisnya disesuaikan dengan perencanaan yang telah diajukan oleh masing-masing

Puskesmas. Dana proyek untuk pengadaan logistik dan obat-obatan di Puskesmas biasanya sudah

dialokasikan setiap tahun.

Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan penerimaan dan pengeluaran barang harus dibuat oleh petugas dalam bentuk

inventaris Puskesmas. Demikian pula dengan penerimaan dan pemakaian obat-obatan. Pimpinan

Puskesmas mempunyai wewenang dan wajib memeriksa administrasi barang dan obat secara

rutin. Penyusunan perencanaan kebutuhan logistik dan obat didasarkan pada pencatatan barang

dan obat yang habis dan yang masih tersedia (pola konsumsi). Khusus untuk manajemen obat,

penyimpanan dan pengeluarannya mengikuti system first in and first out (FIFO) untuk

mencegah obat kadaluarsa.

Subsistem Manajemen Personalia

Staf adalah sumber daya manusia (SDM) yang utama yang dimiliki Puskesmas. Oleh karena itu,

SDM Puskesmas perlu dibina dan dikembangkan baik motivasi, inisiatif dan keterampilannya

agar mereka dapat bekerja lebih produktif. Sesuai dengan system manajemen modern, staf

Puskesmas merupakan faktor produksi utama untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang

bermutu. Untuk meningkatkan motivasi kerja staf, system intensif perlu diterapkan sesuai

Page 9: Program Puskesmas

dengan ketentuan yang disepakati bersama. Sistem kerja yang bersifat integratif dan

berkelompok juga dapat dikembangkan di Puskesmas. Selain itu, pemberian penghargaan oleh

pimpinan kepada staf yang berprestasi juga akan membantu untuk meningkatkan motivasi

mereka. Keterbukaan pimpinan dalam pengelolaan keuangan Puskesmas juga akan lebih

meningkatkan rasa kebersamaan staf dalam melaksanakan tugas-tugas pokoknya.

Untuk Puskesmas yang jumlah tenaganya masih terbatas, Puskesmas menganut sistem kerja

integratif. Tiap-tiap staf diberikan satu tugas pokok dan tugas-tugas tambahan lainnya. Tugas

tambahan ini merupakan tugas yang bersifat integratif. Contoh: staf yang mendapat tugas pokok

menangani program KIA, KB atau gizi masih dapat diberikan tugas tambahan lainnya seperti

mengorganiasasikan kegiatan Posyandu, kunjungan ke sekolah, ke rumah penderita dalam

rangka PHN, penyuluhan kepada kelompok-kelompok masyarakat di wilayah binaan.

Keterbatasan jumlah tenaga yang tesedia di Puskesmas juga dapat diatasi dengan melaksanakan

beberapa program prioritas sesuai dengan masalah kesehatan masyarakat yang potensial

berkembang di wilayah kerja Puskesmas. Program pokok yang wajib dilaksanakan di puskesmas

adalah pengobatan, KIA, PKM, P2M, Kesehatan lingkungan, gizi dan lab. Puskesmas tidak

diwajibkan untuk melaksanakan semua program pokok Puskesmas yang ada pada Buku

Pedoman Kerja Puskesmas.

Untuk manajemen personalia di Puskesmas, dokter selaku manajer Puskesmas tidak diberikan

wewenang untuk mengangkat staf kecuali Puskesmas dapat menyisihkan dana sendiri untuk

membayar honor staf. Ia berhak mengusulkan kebutuhan staf (jumlah dan jenis) ke Dinkes

Kabupaten/Kota. Untuk mengatasi keterbatasan jumlah staf, dokter sebagai pimpinan Puskesmas

wajib memberikan bimbingan teknis kepada staf agar mereka lebih terampil mengatur dan

melaksanakan tugas pokok dan tugas integratifnya. Pimpinan Puskesmas juga wajib

mengembangkan motivasi kerja, merencanakan tugas-tugas dan mensupervisi kegiatan mereka.

Untuk menilai perstasi kerja staf, dokter Puskesmas wajib memantau pelaksanaan kegiatan

harian staf. Salah satu cara yang dapat dikembangkan oleh pimpinan Puskesmas adalah dengan

mengevaluasi buku laporan harian staf atau mengadakan supervisi langsung kepada staf dan unit

kerjanya masing-masing.

Page 10: Program Puskesmas

Pertemuan antara pemimpin dengan staf sebaiknya diadakan secara rutin. Pertemuan rutin (rapat

bulanan dan mingguan) yang merupakan penjabaran fungsi actuating, perlu diarahkan untuk

mengkaji kemajuan dan hambatan pelaksanaan program untuk mencapai tujuan operasional

program yang sudah disepakati. Pertemuan rutin juga dapat dimanfaatkan untuk

mengembangkan koordinasi tugas-tugas lintas program, penyampaian hasil supervisi pimpinan

terhadap pelaksanaan kegiatan program di lapangan, atau untuk mengumumkan kebijaksanaan

pimpinan, dan umpan balik dari staf terhadap penerapan kebijakan pimpinan.

Subsistem manajemen pencatatan dan pelaporan program

Setiap progam akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan perlu dicatat, dianalisis dan dibuat

laporan. Data yang disajikan adalah informasi tentang pelaksanaan progam dan perkembangan

masalah kesehatan masyarakat. Informasi yang ada perlu dibahas, dikoordinasikan,

diintegrasikan agar menjadi pengetahuan bagi semua staf puskesmas.

Pencatatan kegiatan harian progam puskesmas dapat dilakukan di dalam dan di luar gedung.

Pelaporan yang dibuat dari dalam gedung Puskesmas adalah semua data yang diperoleh dari

pencatatan kegiatan harian progam yang dilakukan dalam gedung puskesmas seperti tekanan

darah, laboratorium, KB dan lain-lain. Data yang berasal dari luar gedung adalah data yang

dibuat berdasarkan catatan harian yang dilaksanakan diluar gedung Puskesmas seperti Kegiatan

progam yandu, kesehatan lingkungan, UKS, dan lain-lain.

Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikompilasi menjadi laporan terpadu

puskesmas atau yang disbut dengan system pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas

(SP2TP). SP2TP ini dikirim ke dinas kesehatan Kabupaten atau kota setiap awal bulan,

kemudian DINKES kabupaten atau kota mengolahnya dan mengirimkan umpan baliknya ke

DINKES propinsi dan Depkes pusat. Umpan balik tersebut harus dikirimkankembali secara rutin

ke Puskesmas untuk dapat dijadikan evaluasi keberhasilan progam. Namun sejak otonomi daerah

dilaksanakan puskesmas tidak punya kewajiban lagi mengirimkan laporan ke DEPKES pusat

tetapi dinkes kabupaten/kota lah yang berkewajiban menyampaikan laporan rutinnya ke depkes

pusat.

Page 11: Program Puskesmas

Analisis data hasil kegiatan progam puskesmas akan diolah dengan menggunakan statistic

sederhana dan distribusi masalah dianalisis menggunakan pendekatan epidemiologis deskriptif.

Data tersebut akan disusun dalam bentuk table dan grafik informasi kesehatan dan digunakan

sebagai masukkan untuk perencanaan pengembangan progam puskesmas. Data yang digunakan

dapat bersumber dari pencatatan masing-masing kegiatan progam kemudian data dari pimpinan

puskesmas yang merupakan hasil supervisi lapangan.

Standar keberhasilan program puskesmas

Dinkes Kabupaten / Kota dan propinsi secara rutin menetapkan target atau standart keberhasilan

masing-masing kegiatan progam. Standart pelaksanaan progam merupakan standart untuk kerja

(Standart Performance). Staf standart untuk kerja merupakan ukuran kualitatif keberhasilan

progam. Tingkat keberhasilan progam secara kuantitatif diukur dengan membandingkan target

yang sudah ditetapkan dengan output (cakupan pelayanan) kegiatan progam.

Secara kualitatif keberhasilan progam diukur dengan membandingkan standart prosedur kerja

untuk masing-masing kegiatan progam dengan penampilan (kemampuan) staf dalam

melaksanakan kegiatan masing-masing progam. Cakupan progam dapat dianalisis secara

langsung oleh staf puskesmas dengan menganalisis data harian setiap kegiatan progam.

Perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat (effect progam) dan dampak progam

(impact) seperti tingkat kematian, kesakitan (termasuk gangguan gizi), tingkat kelahiran dan

kecacatan tidak diukur secara langsung oleh puskesmas. Dampak progam diukur setiap lima

tahun melalui survei kesehatan rumah tangga (SKRT) atau surkesmas (Survei Kesehatan

Nasional) Depkes. Khusus untuk perkembangan masalah gizi dipantau setiap lima tahun, tetapi

hanya sampai tingkat kabupaten. Standart pelayanan minimal progam kesehatan pokok mulai

diterapkan oleh Depkes tahun 2003 untuk menjamin bahwa dilaksanakan tugas utama

pemerintah menyediakan pelayanan kesehatan masyarakat yang essensial di daerah.

Page 12: Program Puskesmas

Imunisasi dasar

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Jadi Imunisasi adalah suatu tindakan

untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh manuasia.

Sedangkan kebal adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai daya kemampuan mengadakan

pencegahan penyakit dalam rangka menghadapi serangan kuman tertentu. Kebal atau resisten

terhadap suatu penyakit belum tentu kebal terhadap penyakit lain. (Depkes RI, 1994)

Dalam ilmu kedokteran, imunitas adalah suatu peristiwa mekanisme pertahanan tubuh

terhadap invasi benda asing hingga terjadi interaksi antara tubuh dengan benda asing tersebut.

Adapun tujuan imunisasi adalah merangsang sistim imunologi tubuh untuk membentuk antibody

spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan

Imunisasi (PD3I).

Departemen Kesehatan RI (2004), menyebutkan imunisasi adalah suatu usaha yang

dilakukan dalam pemberian vaksin pada tubuh seseorang sehingga dapat menimbulkan

kekebalan terhadap penyakit tertentu.

Program Imunisasi

Di Indonesia, program imunisasi telah dimulai sejak abad ke 19 untuk membasmi penyakit

cacar di Pulau Jawa. Kasus cacar terakhir di Indonesia ditemukan pada tahun 1972 dan pada

tahun 1974 Indonesia secara resmi dinyatakan Negara bebas cacar. Tahun 1977 sampai dengan

tahun 1980 mulai diperkenal kan imunisasi BCG, DPT dan TT secara berturut-turut untuk

memberikan kekebalan terhadap penyakit-penyakit TBC anak, difteri, pertusis dan tetanus

neonatorum. Tahun 1981 dan 1982 berturut-turut mulai diperkenalkan antigen polio dan campak

yang dimulai di 55 buah kecamatan dan dikenal sebagai kecamatan Pengembangan Program

Imunisasi (PPI). (Depkes RI, 2000)

Pada tahun 1984, cakupan imunisasi lengkap secara nasional baru mencapai 4%. Dengan

strategi akselerasi, cakupan imunisasi dapat ditingkatkan menjadi 73% pada akhir tahun 1989.

Strategi ini terutama ditujukan untuk memperkuat infrastruktur dan kemampuan manajemen

program. Dengan bantuan donor internasional (antara lain WHO, UNICEF, USAID) program

Page 13: Program Puskesmas

berupaya mendistribusikan seluruh kebutuhan vaksin dan peralatan rantai dinginnya serta

melatih tenaga vaksinator dan pengelola rantai dingin . Pada akhir tahun 1989, sebanyak 96%

dari semua kecamatan di tanah air memberikan pelayanan imunisasi dasar secara teratur.

Dengan status program demikian, pemerintah bertekad untuk mencapai Universal Child

Immunization (UCI) yaitu komitmen internasional dalam rangka Child Survival pada akhir tahun

1990. Dengan penerapan strategi mobilisasi social dan pengembangan Pemantauan Wilayah

Setempat (PWS), UCI ditingkat nasional dapat dicapai pada akhir tahun 1990. Akhirnya lebih

dari 80% bayi di Indonesia mendapat imunisasi lengkap sebelum ulang tahunnya yang pertama.

(Depkes RI, 2000)

Pentingnya Imunisasi dan Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam mencegah penyakit dan

merupakan bagian kedokteran preventif yang mendapatkan prioritas. Sampai saat ini ada tujuh

penyakit infeksi pada anak yang dapat menyebabkan kematian dan cacat, walaupun sebagian

anak dapat bertahan dan menjadi kebal. Ketujuh penyakit tersebut dimasukkan pada program

imunisasi yaitu penyakit tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak dan hepatitis-B.

Standar keberhasilan program puskesmas

Dinkes Kabupaten / Kota dan propinsi secara rutin menetapkan target atau standart keberhasilan

masing-masing kegiatan progam. Standart pelaksanaan progam merupakan standart untuk kerja

(Standart Performance). Staf standart untuk kerja merupakan ukuran kualitatif keberhasilan

progam. Tingkat keberhasilan progam secara kuantitatif diukur dengan membandingkan target

yang sudah ditetapkan dengan output (cakupan pelayanan) kegiatan progam.

Secara kualitatif keberhasilan progam diukur dengan membandingkan standart prosedur kerja

untuk masing-masing kegiatan progam dengan penampilan (kemampuan) staf dalam

melaksanakan kegiatan masing-masing progam. Cakupan progam dapat dianalisis secara

langsung oleh staf puskesmas dengan menganalisis data harian setiap kegiatan progam.

Perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat (effect progam) dan dampak progam

(impact) seperti tingkat kematian, kesakitan (termasuk gangguan gizi), tingkat kelahiran dan

Page 14: Program Puskesmas

kecacatan tidak diukuar secara langsung oleh puskesmas. Dampak progam diukur setiap lima

tahun melalui survei kesehatan rumah tangga (SKRT) atau surkesmas (Survei Kesehatan

Nasional) Depkes. Khusus untuk perkembangan masalah gizi dipantau setiap lima tahun, tetapi

hanya sampai tingkat kabupaten. Standart pelayanan minimal progam kesehatan pokok mulai

diterapkan oleh Depkes tahun 2003 untuk menjamin bahwa dilaksanakan tugas utama

pemerintah menyediakan pelayanan kesehatan masyarakat yang essensial di daerah.

Pelayanan kesehatan  terpadu (yandu) adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan

yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas. Pelaksanaan pelayana program terpadu

dilakukan dib alai dusun, balai kelurahan, RW, dan sebagainya yang disebut dengan Pos

Pelayanan Terpadu (Posyandu). Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Posyandu antara lain:

KIA (Keseehatan Ibu dan Anak), KB (Keluarga Berencana),P2M (Imunisasi dan

Penanggulangan Diare), dan Gizi (penimbangan balita). Sedangkan sasaran penduduk posyandu

ialah ibu hamil, ibu menyusui, pasangan usia subur (PUS),dan balita.

Program yandu merupakan strategi pemerintah dalam menurunkan angka kematian bayi (Infant

mortality- IMR), angka kelahiran (Birth Rate-BR), dan angka kematian ibu (Maternal Mortality

Rate-MMR). Turunnya IMR, BR, dan MMR di suatu wilayah merupakan standar keberhasilan

pelaksanaan program terpadu di wilayah tersebut.Untuk mempercepat penurunan IMR, BR, dan

MMR tsb,secara nasional diperlukan tumbuhnya peran serta masyarakat dalam mengelola dan

memanfaatkan posyandu karena posyandu adalah milik masyarakat.Untuk mengembangkan

peran serta masyarakat di posyandu dapat dilakukan dengan penerapan asas-asas manajemen

kesehatan.

Sistem merupakan suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu sama lain dan mempunyai

suatu tujuan yang jelas. Komponen suatu sistem terdiri dari input, proses, output, effect,

outcome, dan mekanisme umpan baliknya.

Input

Yaitu sumber daya atau masukan yang dikonsumsikan oleh suatu system yang disingkat dengan

6M yaitu:

Page 15: Program Puskesmas

1. Man adalah kelompok penduduk sasaran yang akan diberikan pelayanan, Staf

Puskesmas, kecamatan, kelurahan, kader, pemuka masyarakat, dan sebagainya.

2. Money adalah dana yang dapat digali dari swadaya masyarakat dan yang disubsidi oleh

pemerintah.

Masyarakat: perorangan dan kelompk dunia usaha, serta dari lembaga non pemerintah

Pemerintah: APBN, APBD Prov, APBD kab/kota masing-masing sekurang-kuragnya

15% dari total anggaran pendapatan.

3. Material adalah vaksin, jarumsuntik, KMS, alat timbang, obat-obatan, dan sebagainya.

4. Method adalah cara penyimpanan vaksin,cara menimbang, cara memberikan vaksin, cara

mencampur oralit, dan sebagainya.

5. Minute adalah waktu yang disediakan oleh staf Puskesmas untuk melaksanakan kegiatan

yandu dan waktu yang disediakan oleh ibu untuk suatu kegiatan dan sebagainya.

6. Market adalah masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti lokasi

kegiatan yandu, transport, system kepercayaan masyarakat di bidang kesehatan ,dan

sebagainya.

Proses

Fungsi manajemen yang dipakai ialah perencanaan, pengorganisasian, penggerakan-pelaksanaan

dan pengawasan. Tiga prinsip pokok penerapan asas-asas manajemen pada pengembangan

program kesehatan adalah upaya peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya untuk

menunjang pelaksanaan program,peningkatan efektifitas pelaksanaan kegiatan untuk mencapai

target program, dan setiap pengambilan keputusan dapat dilakukan secara rasional  karena sudah

didasari pemanfaatan data secara tepat.

Page 16: Program Puskesmas

Untuk lebih jelasnya bagaimana penerapan keempat fungsi manajemen tersebut pada program

pelayanan terpadu, berikut ini akan dijelaskan keempat fungsi manajemen tersebut

1. Perencanaan

Dari keempat rangkaian fungsi manajemen tersebut, perencanaan merupakan fungsi yang

terpenting karena awal dan arah dari proses manajemen posyandu secara keseluruhan.

Perencanaan program yandu dimulai di tingkat Puskesmas yang bersifat operasional karena

langsung dilaksanakan di lapangan. Perencanaan program yandu terdiri dari lima langkah

penting yakni:

1. Menjelaskan berbagai masalah

Untuk dapat menjelaskan masalah program yandu diperlukan upaya analisis situasi. 

Sasaran analisis situasi adalah berbagai aspek penting pelaksanaan program yandu di

berbagai wilayah Puskesmas.  Dari analisis situasi akan dihasilkan berbagai macam data

yang terdiri dari berbagai aspek.

Aspek epidemiologis yakni kelompok penduduk sasaran (who) yang menderita kejadian

tersebut, dimana, kapan masalah tersebut terjadi. Misalnya: data jenis penyakit yang

dapat dicegah dari imunisasi.Aspek demografis berdasarkan kelompok umur, jumlah

kelahiran dan kematian.Aspek geografis semua informasi karakteristik wilayah yang

dapat mempengaruhi masalah tersebut.

Aspek sosial ekonomi adalah pendapatan, tingkat pendidikan, norma sosial, dan sistem

kepercayaan masyarakat.

Aspek organisasi pelayanan meliputi motivasi kerja staf dan kader, keterampilan,

persediaan vaksin, alat dan sebagainya.

2. Menentukan prioritas masalah

Prioritas masalah secara praktis dapat ditetapkan berdasarkan pengalaman staf, dana, dan

mudah tidaknya masalah dipecahkan. Prioritas masalah dijadikan dasar untuk menentukan

tujuan.

3. Menetapkan tujuan dan indikator keberhasilan

Contoh tujuan program

Meningkatkan cakupan vaksinasi

Page 17: Program Puskesmas

Mengintensifkan imunisasi campak di wilayah binaan.

Mengkaji hambatan dan kendala

Sebelum menentukan tolak ukur, perlu dipelajari hambatan-hambatan program kesehatan

yang pernah dialami atau diperkirakan baik yang bersumber dari masyarakat, lingkungan,

Puskesmas maupun dari sektor lainnya.

4.Menyusun rencana kerja operasional

Dengan Rencana Kerja Operasional akan memudahkan pimpinan mengetahui sumber daya yang

dibutuhkan dan sebagai alt pemantau. Contoh format RKO:

1. jenis kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan

2. Lokasi kegiatan

3. Metode pelaksanaan

4. Sasaran penduduk

5. Penanggung Jawab

6. Dana dan sarana

7. Waktu Pelaksanaanya

Pengorganisasian

Dari struktur organisasi Puskesmas dapat diketahui mekanisme pelimpahan wewenang dari

pimpinan kepada staf sesuai tugas yang diberikan. Masing-masing kelompok terdiri dari 2 atau 3

staf yang tiap staf disesuaikan dengan jumlah yang tersedia dan jumlah kelompok yang

diperlukan. Setiap kelompok dikoordinasikan oleh satu orang senior. Mereka bersama kader

akan memberikan pelayanan di Posyandu, membuat laporan, menganalisis cakupan dan

mengevaluasi pelaksanaan program di lapangan. Tugas-tugas mereka hendaknya dibuat jelas dan

sederhana disesuaikan dengan rata-rata tingkat pendidikan mereka.

Penggerakan-pelaksanaan

Keberhasilan pengembangan fungsi manajemen ini amat dipengaruhi oleh keberhasilan

pimpinan Puskesmas menumbuhkan motivasi kerja staf dan semangat kerja sama antara staf

Page 18: Program Puskesmas

dengan staf lainnya di Puskesmas (lintas program), antara staf puskesmas dengan masyarakat,

dan antara staf puskesmas dengan pimpinan instansi di tingkat kecamatan (lintas sektoral).

Mekanisme komunikasi yang dikembangkan oleh pimpinan puskesmas dengan stafnya, demikian

pula antara pimpinan puskesmas dengan camat dan pimpinan sektor lainnya di tingkat

kecamatan, termasuk dengan aparat di tingkat desa akan sangat berpengaruh pada keberhasilan

fungsi manajemen ini. Melalui loka karya mini puskesmas, kesepakatan kerjasama lintas

program dan sektoral dapat dirumuskan. Perwujudan kerjasama lintas sektoral akan ditentukan

oleh peranan camat dan ketua penggerak PKK di tingkat kecamatan. Keterampilan untuk

mengembangkan hubungan antar manusia sangat diperlukan dalam penerapan fungsi manajemen

ini.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk melaksanakan program yandu adalah:

Kembangkan mekanisme kerjasama yang positif antara dinas-dinas sektoral di tingkat

kecamatan, antara staf puskesmas sendiri dan organisasi formal dan informasi di tingkat

desa/ dusun.

Gali potensi masyarakat dan kembangkan kerjasama yang ada (terutama dengan PKK)

untuk dapat menunjang kegiatan program yandu.

Kembangkan motivasi kader dan staf kesehatan sebagai anggota kelompok kerja program

yandu, sehingga peran serta mereka yang optimal dapat ditingkatkan untuk menunjang

pelaksanaan program yandu. Dalam hal ini hubungan antar manusia (HAM) perlu terus

dibina dan dikembangkan untuk menjamin tumbuhnya suasana kerja yang harmonis dan

merangsang inisiatif anggota kelompok kerja posyandu.

Pengawasan dan Pengendalian

Setelah fungsi pergerakan dan pelaksanaan program yandu, maka fungsi selanjutnya yang

dilakukan adalah fungsi pengawasan dan pengendalian. Dalam hal ini, pimpinan Puskesmas dan

koordinator program Yandu dapat mengevaluasi keberhasilan program dengan menggunakan

Rencana Kerja Operasional sebagai tolak ukur/ standar dan membandingkan hasil kegiatan

program di masing-masing posyandu.

Page 19: Program Puskesmas

Aspek-aspek yang diawasi selama program yandu di lapangan adalah:

Keterampilan kader melakukan penimbangan program yandu

Membuat pencatatan program yandu

Membuat pelaporan program yandu

Untuk tanggung jawab pengawasan program yandu tetap di tangan pimpinan puskesmas tetapi

wewenang pengawasan di lapangan dilimpahkan pada koordinator program.

Beberapa langkah penting dalam fungsi Wasdal program yandu ini adalah:

1. Menilai apakah ada kesenjangan antara target dan standard dengan cakupan dan

kemampuan staf dan kader untuk melaksanakan tugas-tugasnya (aspek pengawasan).

2. Analisis faktor-faktor penybab timbulnya kesenjangan tersebut.

3. Merencanakan dan melaksanakan langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan yang

muncul berdasarkan factor- faktor penyebab yang sudah diidentifikasi (aspek

pengendalian).

Pengawasan dan pengendalian program yandu dilaksanakan secara rutin dengan menggunakan

tolok ukur keberhasilan program atau RKO sebagai pedoman kerja dan hasilnya akan dapat

digunakan sebagai umpan balik atau informasi untuk memperbaiki proses perencanaan program

yandu. Pimpinan puskesmas hendaknya selalu mengadakan pemantauan secara menyeluruh

terhadap pelaksanaan program dengan menggunakan laporan staf, analisis cakupan program,

laporan masyarakat dan hasil observasi atau supervisi di lapangan sebagai bahan penilaian.

Penilaian Keberhasilan Program

Pada penjelasan fungsi sebelumnya bahwa untuk mengetahui keberhasilan program yandu,

kajian output (cakupan) masing-masing program yang dibandingkan dengan targetnya adalah

salah satu cara yang dapat dipakai sebagai bahan penilaian.

Cakupan program adalah hasil langsung (output) kegiatan program yandu yang dapat dapat

dihitung segera setelah pelaksanaan kegiatan program. Perhitungan cakupan ini dapat dilakukan

Page 20: Program Puskesmas

dengan menggunakan statistik sederhana yaitu jumlah orang yang mendapatkan pelayanan dibagi

dengan jumlah penduduk sasaran setiap program. Jumlah penduduk sasaran dapat dihitung

secara langsung oleh staf puskesmas melalui pencatatan data jumlah penduduk sasaran yang ada

di Desa atau dusun. Penduduk sasaran program yandu lebih sering dihitung berdasarkan

perkiraan (estimasi). Estimasinya dtetapkan oleh dinas kesehatan tingkat I atau Kanwil Depkes.

Jumlah penduduk sasaran nyata sering jauh lebih rendah dari jumlah penduduk yang dihitung

dengan menggunakan estimasi sehingga hasil analisis cakupan program di puskesmas selalu jauh

lebih rendah.

Dalam usaha peningkatan effiensi dan efektivitas penatalaksanaan program yandu, staf

puskesmas perlu dilatih keterampilan dan ditingkatkan kepekaannya mengkaji masalah program

dan masalah kesehatan masyarakat yang berkembang di wilayah binaannya. Keterampilan

seperti ini dapat dilatih secara langsung pada saat supervisi. Mereka juga diarahkan untuk

mencari upaya pemecahan masalah sesuai dengan kewenangan yang diberikan dengan

melibatkan tokoh dan kelompok masyarakat setempat. Semua kegiatan tersebut diatas adalah

bagian dari proses manajemen program yandu.

Pengamatan terhadap persiapan pelaksanaan program yandu, kegiatan di lapangan dan

evaluasinya terhadap laporan program merupakan cara terbaik untuk mengetahui penerapan

manajemen Program Yandu di Puskesmas.

Output; merupakan produk program misalnya jumlah anak yang di imunisasi, dan ibu hamil

yang diimunisasi.

Macam – macam imunisasi

Tuberkulosis

Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman

TB (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit TBC ini dapat menyerang semua golongan umur

dan diperkirakan terdapat 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang per

tahun. Di negara-negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang

Page 21: Program Puskesmas

sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TBC berada di Negara

berkembang. (Depkes RI, 1992).

Difteri

Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae

merangsang saluran pernafasan terutama terjadi pada balita. Penyakit difteri mempunyai kasus

kefatalan yang tinggi. Pada penduduk yang belum divaksinasi ternyata anak yang berumur 1-5

tahun paling banyak diserang karena kekebalan (antibodi) yang diperolah dari ibunya hanya

berumur satu tahun.

Pertusis

Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Bordotella

pertusis pada saluran pernafasan. Penyakit ini merupakan penyakit yang cukup serius pada bayi

usia dini dan tidak jarang menimbulkan kamatian. Seperti halnya penyakit infeksi saluran

pernafasan akut lainnya, pertusis sangat mudah dan cepat penularannya.

Tetanus

Penyakit tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman bakteri Clostridium

tetani. Kejadian tetanus jarang dijumpai di negara yang telah berkembang tetapi masih banyak

terdapat di negara yang sedang berkembang, terutama dengan masih seringnya kejadian tetanus

pada bayi baru lahir (tetanus neonatorum). Penyakit terjadi karena kuman Clostridium tetani

memasuki tubuh bayi lahir melalui tali pusat yang kurang terawat. Kejadian seperti ini sering

kali ditemukan pada persalinan yang dilakukan oleh dukun kampong akibat memotong tali pusat

memakai pisau atau sebilah bambu yang tidak steril. Tali pusat mungkin pula dirawat dengan

berbagai ramuan, abu, daun-daunan dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk mencegah kejadian

tetanus neonatorum ini adalah dengan pemberian imunisasi.

Poliomielitis

Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus polio. Berdasarkan hasil surveilans AFP

(Acute Flaccide Paralysis) dan pemeriksaan laboratorium, penyakit ini sejak tahun 1995 tidak

Page 22: Program Puskesmas

ditemukan di Indonesia. Namun kasus AFP ini dalam beberapa tahun terkahir kembali

ditemukan di beberapa daerah di Indonesia.

Campak

Penyakit campak (Measles) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus campak, dan

termasuk penyakit akut dan sangat menular, menyerang hampir semua anak kecil. Penyebabnya

virus dan menular melalui saluran pernafasan yang keluar saat penderita bernafas, batuk dan

bersin (droplet). Penyakit ini pada umumnya sangat dikenal oleh masyarakat terutama para ibu

rumah tangga. Dibeberapa daerah penyakit ini dikaitkan dengan nasib yang harus dialamai oleh

semua anak, sedangkan di daerah lain dikaitkan dengan pertumbuhan anak.

Hepatitis B

Penyakit hepatitis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus hepatitis B.

Penyakit ini masih merupakan satu masalah kesehatan di Indonesia karena prevalensinya cukup

tinggi. Prioritas pencegahan terhadap penyakit ini yaitu melalui pemberian imunisasi hepatitis

pada bayi dan anak-anak. Hal ini dimaksudkan agar mereka terlindungi dari penularan hepatitis

B sedini mungkin dalam hidupnya. Dengan demikian integrasi imunisasi Hepatitis B ke dalam

imunisasi dasar pada kelompok bayi dan anak-anak merupakan langkah yang sangat diperlukan.

Tujuan Pelaksanaan Imunisasi

Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya infeksi penyakit yang dapat

menyerang anak-anak. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian imuniasi sedini mungkin kepada

bayi dan anak-anak.

Menurut Depkes RI (2001), tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah penyakit

dan kematian bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh wabah yang sering muncul. Pemerintah

Indonesia sangat mendorong pelaksanaan program imunisasi sebagai cara untuk menurunkan

angka kesakitan, kematian pada bayi, balita/ anak-anak pra sekolah.

Page 23: Program Puskesmas

Jadwal Pemberian Imunisasi

Vaksinasi BCG

Vaksinasi BCG diberikan pada bayi umur 0-12 bulan secara suntikan intrakutan dengan

dosis 0,05 ml. Vaksinasi BCG dinyatakan berhasil apabila terjadi tuberkulin konversi pada

tempat suntikan. Ada tidaknya tuberkulin konversi tergantung pada potensi vaksin dan dosis

yang tepat serta cara penyuntikan yang benar. Kelebihan dosis dan suntikan yang terlalu dalam

akan menyebabkan terjadinya abses ditempat suntikan. Untuk menjaga potensinya, vaksin BCG

harus disimpan pada suhu 20 C. (Depkes RI, 2005)

Vaksinasi DPT

Kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus adalah dengan pemberian vaksin

yang terdiri dari toksoid difteri dan toksoid tetanus yang telah dimurnikan ditambah dengan

bakteri bortella pertusis yang telah dimatikan. Dosis penyuntikan 0,5 ml diberikan secara

subkutan atau intramuscular pada bayi yang berumur 2-12 bulan sebanyak 3 kali dengan interval

4 minggu. Reaksi spesifik yang timbul setelah penyuntikan tidak ada. Gejala biasanya demam

ringan dan reaksi lokal tempat penyuntikan. Bila ada reaksi yang berlebihan seperti suhu yang

terlalu tinggi, kejang, kesadaran menurun, menangis yang berkepanjangan lebih dari 3 jam,

hendaknya pemberian vaksin DPT diganti dengan DT. (Depkes RI, 2005)

Vaksinasi Polio

Untuk kekebalan terhadap polio diberikan 2 tetes vaksin polio oral yang mengandung viruis

polio yang mengandung virus polio tipe 1, 2 dan 3 dari Sabin. Vaksin yang diberikan melalui

mulut pada bayi umur 2-12 bulan sebanyak 4 kali dengan jarak waktu pemberian 4 minggu.

(Depkes RI, 2005)

Vaksinasi Campak

Vaksin yang diberikan berisi virus campak yang sudah dilemahkan dan dalam bentuk bubuk

kering atau freezeried yang harus dilarutkan dengan bahan pelarut yang telah tersedia sebelum

digunakan. Suntikan ini diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml pada anak umur 9-12

Page 24: Program Puskesmas

bulan. Di negara berkembang imunisasi campak dianjurkan diberikan lebih awal dengan maksud

memberikan kekebalan sedini mungkin, sebelum terkena infeksi virus campak secara alami.

Pemberian imunisasi lebih awal rupanya terbentur oleh adanya zat anti kebal bawaan yang

berasal dari ibu (maternal antibodi), ternyata dapat menghambat terbentuknya zat kebal campak

dalam tubuh anak, sehingga imunisasi ulangan masih diberikan 4-6 bulan kemudian. Maka untuk

Indonesia vaksin campak diberikan mulai abak berumur 9 bulan. (Depkes RI, 2005)

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Anak

Jenis Imunisasi

Umur (bulan)

Lahir 1 2 3 4 5 6 9 10

Program Pengembangan Imunisasi (PPI), diwajibkan

BCG BCG

Hepatitis B Hepatitis B1

Hepatitis B2 Hepatitis B3

DPT DPT1

DPT2

DPT3

Polio Polio 1 Polio 2

Polio 3

Polio 4

Campak Campak

Page 25: Program Puskesmas

Untuk tercapainya program tersebut perlu adanya pemantauan yang dilakukan oleh semua

petugas baik pimpinan program, supervisor dan petugas imunisasi vaksinasi. Tujuan pemantauan

menurut Azwar (2003) adalah untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan kerja, mengetahui

permasahan yang ada. Hal ini perlu dilakukan untuk memperbaiki program.

Hal-hal yang perlu dilakukan pemantauan (dimonitor) sebagaimana disebutkan oleh

Sarwono (1998) adalah sebagai berikut :

Pemantauan ringan adalah memantau hal-hal sebagai berikut apakah pelaksanaan

pemantauan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, apakah vaksin ckup tersedia,

pengecekan lemari es normal, hasil imunisasi dibandingkan dengan sasaran yang telah

ditetapkan, peralatan yang cukup untuk penyuntikan yang aman dan sterl, apakah diantara 6

penyakit yang dapat discegah dengan imunisasi dijumpai dalam seminggu.

Cara memantau cakupan imunisasi dapat dilakukan melalui cakupan dari bulan ke bulan

dibandingkan dengan garis target, dapat digambarkan masing-masing desa. Untuk mengetahui

keberhasilan program dapat dengan melihat seperti, bila garis pencapaian dalam 1 tahun terlihat

antara 75-100% dari target, berarti program sangat berhasil. Bila garis pencapaian dalam 1 tahun

terlihat antara 50-75% dari target, berarti prgram cukup berhasil dan bila garis pencapaian dalam

1 tahun dibawah 50% dari target berabrti program belum berhasil. Bila garis pencapaian dalam 1

tahun terlihat dibawah 25% dari target berarti program sama sekali tidak berhasil. Untuk tingkat

kabupaten dan provinsi, maka penilaian diarahkan pada penduduk tiap kecamatan dan

kabupaten.

Disamping itu, pada kedua tingkat ini perlu mempertimbangkan pula memonotoring evaluasi

pemakaian vaksin.

Dampak

Imunisasi bertujuan untuk merangsang system imunologi tubuh untuk membentuk antibody

spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit. (Musa, 1985). Walaupun

Page 26: Program Puskesmas

cakupan imunisasi tidak sama dengan 100% tetapi sudah mencapai 70% maka anal-anak yang

tidak mendapatkan imunisasi pun akan terlindungi oleh adanya suatu “herd immunity”.

Berdasarkan hasil penelitian Ibrahim (1991), menyatakan bahwa bila imunisasi dasar

dilaksanakan dengan lengkap dan teratur, maka imunisasi dapat menguragi angka kesakitan dan

kematian balita sekitar 80-95%. Pengertian teratur dalam hal ini adalah teratur dalam mentaati

jadwal dan jumlah frekuensi imunisasi, sedangkan yang dimaksud imunisasi dasar lengkap

adalah telah mendapat semua jenis imunisasi dasar (BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali dan

Campak 1 kali) pada waktu anak berusia kurang dari 11 bulan. Imunisasi dasar yang tidak

lengkap, maksimal hanya dapat memberikan perlindungan 25-40%. Sedangkan anak yang sama

sekali tidak diimunisasi tentu tingkat kekebalannya lebih rendah lagi.

Pemberian tetanus toksoid pada ibu hamil dapat mencegah terjadinya tetanus neonatorum

pada bayi baru lahir yang ditolong dengan tidak steril dan pemotongan tali pusat memakai alat

tidak steril. Imunisasi terhadap difteri dan pertusis dimulai sejak umur 2-3 bulan dengan selang

4-8 minggu sebanyak 3 kali akan memberikan perlindungan mendekati 100% sampai anak

berusia 1 tahun. Imunisasi campak diberikan 1 kali akan memberikan perlindungan seumur

hidup. Imunisasi poliomyelitis dapat memberikan perlindungan seumur hidup apabila telah

diberikan 4 kali. (Ibrahim, 1991).

Vaksin sebagai suatu produk biologis dapat memberikan efek samping yang tidak

diperkirakan sebelumnya dan tidak selalu sama reaksinya antara penerima yang satu dengan

penerima lainnya. Efek samping imunisasi yang dikenal sebagai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

(KIPI) atau Adverse Events Following Immunization (AEFI) adalah suatu kejadian sakit yang

terjadi setelah menerima imunisasi yang diduga berhubungan dengan imunisasi. Penyebab

kejadian ikutan pasca imunisasi terbagi atas empat macam, yaitu kesalahan program/tehnik

pelaksanaan imunisasi, induksi vaksin, faktor kebetulan dan penyebab tidak diketahui. Gejala

klinis KIPI dapat dibagi menjadi dua yaitu gejala lokal dan sistemik. Gejala lokal seperti nyeri,

kemerahan, nodelle/ pembengkakan dan indurasi pada lokasi suntikan. Gejala sistemik antara

lain panas, gejala gangguan pencernaan, lemas, rewel dan menangis yang berkepanjangan.

(Depkes, 2000)

Page 27: Program Puskesmas

Karakteristik Ibu

Penyebaran masalah kesehatan berbeda untuk tiap individu, kelompok dan masyarakat

dibedakan atas tiga macam yaitu : Ciri-ciri manusia/karakteristik, tempat dan waktu. Menurut

Azwar,Azrul (1999) salah satu faktor yang menentukan terjadinya masalah kesehatan di

masyarakat adalah ciri manusia atau karakteristik .Yang termasuk dalam unsur karakteristik

manusia antara lain: umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan,status sosial

ekonomi,ras/etnik,dan agama.Sedangkan dari segi tempat disebutkan penyebaran masalah

kesehatan dipengaruhi oleh keadaan geografis, keadaan penduduk dan keadaan pelayanan

kesehatan.Selanjutnya penyebaran masalah kesehatan menurut waktu dipenaguruhi oleh

kecepatan perjalanan penyakit dan lama terjangkitnya suatu penyakit. Begitu juga halnya dalam

masalah status imunisasi dasar bayi juga dipengaruhi oleh karakteristik ibu dan faktor

tempat,dalam hal ini adalah jarak rumah dengan puskesmas/tempat pelayanan kesehatan. Pada

penelitian ini ,karakteristik ibu yang peneliti diteliti adalah :

1. Umur

Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama.Umur

mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya risk serta sifat resistensi.

Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan/penyakit dan pengambilan keputusan

dipengaruhi oleh umur individu tersebut.

Beberapa studi menemukan bahwa usia ibu, ras,pendidikan, dan status sosial ekonomi

berhubungan dengan cakupan imunisasi dan opini orang tua tentang vaksin berhubungan dengan

status imunisasi anak mereka.( Ali, Muhammad, 2002) .

2. Pendidikan

Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku, semakin tinggi

pendidikan seseorang maka dalam memilih tempat-tempat pelayanan kesehatan semakin

diperhitungkan. Suatu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dan pendidikan dapat

mendewasakan seseorang serta berperilaku baik, sehingga dapat memilih dan membuat

keputusan dengan lebih tepat.

Page 28: Program Puskesmas

3. Status Sosial Ekonomi

Terdapatnya penyebaran masalah kesehatan yang berbeda berdasarkan status sosial ekonomi

pada umumnya dipengaruhi oleh 2 (dua) hal, yaitu

a).Karena terdapatnya perbedaan kemampuan ekonomis dalam mencegah penyakit atau

mendapatkan pelayanan kesehatan,

b).Karena terdapatnya perbedaan sikap hidup dan perilaku hidup yang dimiliki..Status sosio

ekonomi erat hubungannya dengan pekerjaan/jenisnya, pendapatan keluarga, daerah tempat

tinggal/geografis, kebiasaan hidup dan lain sebagainya.Status ekonomi berhubungan erat pula

dengan faktor psikologi dalam masyarakat.

4. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Program Imunisasi

Pengetahuan adalah seluruh pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki

manusia tentang dunia dan segala isinya termasuk manusia dan kehidupan. Pengetahuan

mencakup penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu, termasuk

praktek atau kemauan teknis dalam memecahkan berbagai persoalan hidup yang belum

dibuktikan secara sistimatis

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap objek tertentu melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.. Evaluasi ini terkait dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Tanggung jawab keluarga terutama para ibu terhadap imunisasi bayi/ balita sangat

memegang peranan penting sehingga akan diperoleh suatu manfaat terhadap keberhasilan

imunisasi serta peningkatan kesehatan anak. Pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh

komponen-komponen pendorong yang menggambarkan faktor-faktor individu secara tidak

langsung berhubungan dengan penggunaan pelayanan kesehatan yang mencakup beberapa

faktor, terutama faktor pengetahuan ibu tentang kelengkapan status imunisasi dasar bayi atau

anak. Komponen pendukung antara lain kemampuan individu menggunakan pelayanan

Page 29: Program Puskesmas

kesehatan yang diperkirakan berdasarkan pada faktor pendidikan, pengetahuan, sumber

pendapatan atau penghasilan. (Depkes RI, 2000)

Pengetahuan ibu dapat diperoleh dari pendidikan atau pengamatan serta informasi yang

didapat seseorang. Pengetahuan dapat menambah ilmu dari seseorang serta merupakan proses

dasar dari kehidupan manusia. Melalui pengetahuan, manusia dapat melakukan perubahan-

perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas yang

dilakukan para ibu seperti dalam pelaksanaan imunisasi bayi tidak lain adalah hasil yang

diperoleh dari pendidikan.

Berdasarkan hasil penelitian Cahyono,K.D.,(2003) memberikan gambaran bahwa anak

mempunyai kesempatan lebih besar untuk tidak diimunisasi lengkap bagi yang ibunya tinggal di

perdesaan, berpendidikan rendah,kurang pengetahuan, tidak memiliki KMS (Kartu Menuju

Sehat), tidak punya akses ke media massa ( surat kabar/majalah, radio, TV), dan ayahnya

berpendidikan SD ke bawah. Semakin banyak jumlah anak, semakin besar kemungkinan seorang

ibu tidak mengimunisasikan anaknya dengan lengkap.

Semakin tinggi tingkat pendidikan atau pengetahuan seseorang maka semakin

membutuhkan pusat-pusat pelayanan kesehatan sebagai tempat berobat bagi dirinya dan

keluarganya. Dengan berpendidikan tinggi, maka wawasan pengatehuan semakin bertambah dan

semakin menyadari bahwa begitu penting kesehatan bagi kehidupan sehingga termotivasi untuk

melakukan kunjungan ke pusat-pusat pelayanan kesehatan yang lebih baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian drop out

atau tidak lengkapnya status imunisasi bayi adalah : pengetahuan ibu tentang imunisasi , faktor

jumlah anak balita, faktor kepuasan ibu terhadap pelayanan petugas imunisasi, faktor

keterlibatan pamong dalam memotivasi ibu dan faktor jarak rumah ke tempat pelayanan

imunisasi.

Page 30: Program Puskesmas

Kesimpulan

Peningkatan cakupan imunisasi melalui pendidikan orang tua telah menjadi strategi populer

di berbagai negara. Strategi ini berasumsi bahwa anak-anak tidak akan diimunisasi secara benar

disebabkan orang tua tidak mendapat penjelasan yang baik atau karena memiliki sikap yang

buruk tentang imunisasi. Program imunisasi dapat berhasil jika ada usaha yang sungguh-sungguh

dan berkesinambungan pada orang- orang yang memiliki pengetahuan dan komitmen yang tinggi

terhadap imunisasi. Jika suatu program intervensi preventif seperti imunisasi ingin dijalankan

secara serius dalam menjawab perubahan pola penyakit dan persoalan pada anak dan remaja,

maka perbaikan dalam evaluasi perilaku kesehatan masyarakat dan peningkatan pengetahuan

sangat diperlukan. Faktor pendukung bagi seorang ibu untuk melakukan imunisasi dasar pada

bayi antara lain kemampuan individu menggunakan pelayanan kesehatan yang diperkirakan

berdasarkan pada faktor pendidikan, pengetahuan, sumber pendapatan atau

penghasilan.Kepercayaan dan perilaku kesehatan ibu juga hal yang penting, karena penggunaan

sarana kesehatan oleh anak berkaitan erat dengan perilaku dan kepercayaan ibu tentang

kesehatan dan mempengaruhi status imunisasi. Masalah pengertian dan keikutsertaan orang tua

dalam program imunisasi tidak akan menjadi halangan yang besar jika pendidikan kesehatan

yang memadai tentang hal itu diberikan.Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah

penting. Karenanya suatu pemahaman tentang program ini amat diperlukan untuk kalangan

tersebut.

Page 31: Program Puskesmas

Daftar Pustaka

1. Muninjaya aag. Manajemen Kesehatan edisi 2. Jakarta: EGC, 2004

2. Picket g,hanlon jj. Kesehatan Masyarakat.admistrasi dan praktik. Edisi 9. Jakarta: EGC,

2009

3. Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie, Laporan Tahunan Subdin P2P Dinkes Kab. Pidie,

2006

4. Ali,Muhammad , Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja

Tentang Imunisasi, Medan,2002.http://library.usu.ac.id/modules.php . op=modload [16

Januari,2008]

5. Cahyono, K.D, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketidaklengkapan Imunisasi Anak

Usia 12-23 Bulan Di Indonesia Tahun 2003 (berdasarkan Data SDKI 2002-2003) .

http   :   // www.youngstatistician.com . [ 15 Januari, 2008]

6. Dinas Provinsi NAD, Rencana Strategis Pembangunan Kesehatan Prov.NAD Tahun

2006-2010,Banda Aceh,2006

7. Ibrahim,D.P., Hubungan Karakteristik Ibu dengan Status Imunisasi Campak Anak Umur

9-36 Bulan di Sulawesi Selatan Tahun 1991.(published

2001).http://digilib.litbang.depkes.go.id/go [ 21 januari 2008 ]

8. Kartono, Psikologi Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001

9. Notoatmodjo, Soekidjo, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta, 2003

10. Ramli,R.M,Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Drop Out/ Tidak Lengkap Hasil Imunisasi

di Desa Kesongo Semarang Jawa Tengah Tahun 1988 : Skripsi-1988.

http://www.journal.unair.ac.id/ [15 Januari,2008)

11. Supraptini,dkk, Cakupan Imunisasi Balita dan ASI Ekslusif di Indonesia ,Hasil Survei

Kesehatan Nasional 2001.http://digilib.litbang.depkes.go.id/go [ 21 januari 2008 ]

Page 32: Program Puskesmas

12. Syahrul,Fariani,dkk, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi Ibu Hamil

di Kabupaten Lumajang. Jurnal Penelitian Medika Eksakta Vol. 3 No. 1 April 2002: 80-

88, Jakarta,2002.http://www.pdpersi.co.id.[17Januari,2008]

13. Aktivitas Millennium Challenge Corporation Indonesia : Proyek Program Immunisasi

Rutin,Desember 2007. http://indonesia.usaid.gov.[21 Januari 2008]