program mitra - agfor semangat juang kaum pendatang in bakti news... · 15 16 aktif bekerja di awua...

4
13 , A wua Jaya sebuah nama Unit Pemukiman Transmigrasi yang terletak di Kecamatan Asinua, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Jika berkendara dari ibu kota kabupaten menuju Asinua, maka keberadaan Awua Jaya akan mudah dikenali dari rumah penduduknya yang nyaris seragam. Dinding berwarna putih-biru, kusen kayu berlapis cat biru, dan atap seng menandakan bahwa bangunan tersebut adalah rumah jatah transmigran. Transmigran di Awua Jaya banyak yang berasal dari Pulau Jawa. Mereka memiliki tujuan utama yang sama, yakni mengadu nasib demi penghidupan yang lebih baik. Beberapa memutuskan meninggalkan tanah Jawa setelah kampungnya diluluhlantahkan oleh letusan Gunung Merapi. Beberapa lainnya merasa putus asa mencari pekerjaan di Jawa. Sedangkan sebagian menyerah karena lahan pertanian di Jawa sudah sedemikian sempitnya. Saat pertama kali menginjakkan kaki di Awua Jaya tahun 2011, Wahyuddin asal Magelang merasa terkejut. “Di sini masih sepi sekali, tidak ada apa-apa. Rasanya saya seperti memasuki tanah Jawa 50 tahun lalu. Masih ketinggalan betul, terutama karena di Jawa kami biasa apa-apa Semangat Juang Kaum Pendatang Oleh ENGGAR PARAMITA Fotografer YUSUF AHMAD BaKTINews No. Januari - Februari 2015 109 Program Mitra - AgFor

Upload: truongdang

Post on 26-Jul-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

13

,Awua Jaya sebuah nama Unit Pemukiman Transmigrasi yang terletak di Kecamatan Asinua, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Jika berkendara dari ibu kota kabupaten menuju Asinua, maka keberadaan Awua Jaya akan mudah dikenali dari rumah

penduduknya yang nyaris seragam. Dinding berwarna putih-biru, kusen kayu berlapis cat biru, dan atap seng menandakan bahwa bangunan tersebut adalah rumah jatah transmigran. Transmigran di Awua Jaya banyak yang berasal dari Pulau Jawa. Mereka memiliki tujuan utama yang sama, yakni mengadu nasib demi penghidupan yang lebih baik. Beberapa memutuskan meninggalkan tanah Jawa setelah kampungnya diluluhlantahkan oleh letusan Gunung Merapi. Beberapa lainnya merasa putus asa mencari pekerjaan di Jawa. Sedangkan sebagian menyerah karena lahan pertanian di Jawa sudah sedemikian sempitnya. Saat pertama kali menginjakkan kaki di Awua Jaya tahun 2011, Wahyuddin asal Magelang merasa terkejut. “Di sini masih sepi sekali, tidak ada apa-apa. Rasanya saya seperti memasuki tanah Jawa 50 tahun lalu. Masih ketinggalan betul, terutama karena di Jawa kami biasa apa-apa

Semangat Juang Kaum

PendatangOleh ENGGAR PARAMITAFotografer YUSUF AHMAD

mudah, seperti transportasi dan juga sumber informasi. Waktu saya ke sini, jangankan sinyal HP, listrik saja belum ada,” katanya. Transmigran lain, Susilo, mengatakan ia dan istrinya sempat tidak kerasan, karena kondisi yang bertolak belakang dengan kampung asalnya. Beruntung, kendala-kendala tersebut tidak menggoyahkan keinginan Wahyuddin dan Susilo untuk memperbaiki taraf hidup.

Dengan semangat pantang menyerah, para transmigran menggunakan jatah lahan untuk bertani dan berkebun. Mereka membuka lahan dan mencoba menanam berbagai komoditas. Mereka mengaku, kesulitan kerap muncul karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman bertani, serta akses bibit unggul. Sejak akhir tahun 2012, AgFor Sulawesi yang didukung oleh Department of Foreign Affairs, Trade and Development Canada, mulai

BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 14 No. 109 Januari - Februari 2015BaKTINews

Program Mitra - AgFor

13

,Awua Jaya sebuah nama Unit Pemukiman Transmigrasi yang terletak di Kecamatan Asinua, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Jika berkendara dari ibu kota kabupaten menuju Asinua, maka keberadaan Awua Jaya akan mudah dikenali dari rumah

penduduknya yang nyaris seragam. Dinding berwarna putih-biru, kusen kayu berlapis cat biru, dan atap seng menandakan bahwa bangunan tersebut adalah rumah jatah transmigran. Transmigran di Awua Jaya banyak yang berasal dari Pulau Jawa. Mereka memiliki tujuan utama yang sama, yakni mengadu nasib demi penghidupan yang lebih baik. Beberapa memutuskan meninggalkan tanah Jawa setelah kampungnya diluluhlantahkan oleh letusan Gunung Merapi. Beberapa lainnya merasa putus asa mencari pekerjaan di Jawa. Sedangkan sebagian menyerah karena lahan pertanian di Jawa sudah sedemikian sempitnya. Saat pertama kali menginjakkan kaki di Awua Jaya tahun 2011, Wahyuddin asal Magelang merasa terkejut. “Di sini masih sepi sekali, tidak ada apa-apa. Rasanya saya seperti memasuki tanah Jawa 50 tahun lalu. Masih ketinggalan betul, terutama karena di Jawa kami biasa apa-apa

Semangat Juang Kaum

PendatangOleh ENGGAR PARAMITAFotografer YUSUF AHMAD

mudah, seperti transportasi dan juga sumber informasi. Waktu saya ke sini, jangankan sinyal HP, listrik saja belum ada,” katanya. Transmigran lain, Susilo, mengatakan ia dan istrinya sempat tidak kerasan, karena kondisi yang bertolak belakang dengan kampung asalnya. Beruntung, kendala-kendala tersebut tidak menggoyahkan keinginan Wahyuddin dan Susilo untuk memperbaiki taraf hidup.

Dengan semangat pantang menyerah, para transmigran menggunakan jatah lahan untuk bertani dan berkebun. Mereka membuka lahan dan mencoba menanam berbagai komoditas. Mereka mengaku, kesulitan kerap muncul karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman bertani, serta akses bibit unggul. Sejak akhir tahun 2012, AgFor Sulawesi yang didukung oleh Department of Foreign Affairs, Trade and Development Canada, mulai

BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 14 No. 109 Januari - Februari 2015BaKTINews

Program Mitra - AgFor

15 16

aktif bekerja di Awua Jaya. AgFor Sulawesi memfasilitasi pembentukan kelompok tani dan melakukan pendampingan. Pelatihan teknis tentang cara membuat pembibitan, menyemai, membudidayakan tanaman, mengelola kebun campur, membuat pupuk, menjadi fokus kegiatan kelompok selain studi banding di kebun petani lain.

Kelompok yang diberi nama 'Cahaya Gemilang ini beranggotakan 25 orang, dan diketuai oleh Wahyuddin. Berkat ketekunan para anggota, kini mereka mampu menghasilkan bibit sendiri dan mengelola kebun campur yang telah ditanami antara lain dengan kakao, karet, merica, durian, cengkeh, pala, dan jeruk dengan baik.

Para anggota berharap agar kelak kebun mereka dapat menjadi sumber penghasilan utama. Mereka juga berambisi menjadi penangkar bibit bersertifikat. Dengan segala keuletan, kebulatan tekad, serta semangat dalam menata masa depan, kami yakin mimpi mereka akan segera terwujud.

No. Januari - Februari 2015 109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

Penulis adalah Communication Officer untuk Proyek AgFor Sulawesi – World Agroforestry Center dan dapat dihubungi melalui email [email protected]

INFORMASI LEBIH LANJUT

15 16

aktif bekerja di Awua Jaya. AgFor Sulawesi memfasilitasi pembentukan kelompok tani dan melakukan pendampingan. Pelatihan teknis tentang cara membuat pembibitan, menyemai, membudidayakan tanaman, mengelola kebun campur, membuat pupuk, menjadi fokus kegiatan kelompok selain studi banding di kebun petani lain.

Kelompok yang diberi nama 'Cahaya Gemilang ini beranggotakan 25 orang, dan diketuai oleh Wahyuddin. Berkat ketekunan para anggota, kini mereka mampu menghasilkan bibit sendiri dan mengelola kebun campur yang telah ditanami antara lain dengan kakao, karet, merica, durian, cengkeh, pala, dan jeruk dengan baik.

Para anggota berharap agar kelak kebun mereka dapat menjadi sumber penghasilan utama. Mereka juga berambisi menjadi penangkar bibit bersertifikat. Dengan segala keuletan, kebulatan tekad, serta semangat dalam menata masa depan, kami yakin mimpi mereka akan segera terwujud.

No. Januari - Februari 2015 109BaKTINews No. Januari - Februari 2015109 BaKTINews

Penulis adalah Communication Officer untuk Proyek AgFor Sulawesi – World Agroforestry Center dan dapat dihubungi melalui email [email protected]

INFORMASI LEBIH LANJUT