konsumerisme mahasiswa pendatang di kota …repository.umrah.ac.id/4152/1/olga...

18
1 KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA TANJUNGPINANG Olga Virgian 1 , Sri Wahyuni 2 , Rahma Syafitri 3 [email protected] Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Saat ini banyak anak-anak pendatang di luar daerah Kota Tanjungpinang yang datang untuk menuntut ilmu karena di daerah-daerah asal mereka belum ada perguruan tinggi, khususnya perguruan tinggi negeri. Anak-anak dari luar daerah Provinsi Kepulauan Riau ini banyak memilih Tanjungpinang sebagai tempat menimba ilmu. Mahasiswa pendatang tersebut awalnya melakukan penyesuaian diri. Para mahasiswa pendatang memperlihatkan gaya hidup tidak sesuai dengan kehidupan sesungguhnya untuk diakui keberadaan dan statusnya. Mereka membeli barang-barang yang harganya mahal. Pada awal kedatangannya mahasiswa membawa kebiasaannya, mulai cara berpakaian, cara bersikap, cara berbicara dan kebiasaan lainnya. Mereka awalnya menjalani hidup dengan apa adanya seperti yang di bawa mereka dari daerah asal mereka.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Konsumerisme Mahasiswa Pendatang Di Kota Tanjungpinang. Penelitian data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi dengan sumber data yaitu data primer dan data skunder. Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian Deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa mahasiswa pendatang di Kota Tanjungpinang banyak yang menganut konsumerisme karena membeli suatu barang lebih melihat nilai tanda, tanpa melihat nilai guna dari barang tersebut. Nilai suatu barang sudah bergeser menjadi tanda yang digunakan mahasiswa pendatang yang dijadikan tanda diri atau jati diri mereka. Mereka ingin dikatakan trendy, modern dan lain sebagainya. Ingin dianggap ada dan mampu dengan lingkungannya, sehingga barang yang dibeli mengalami pergeseran nilai. Kelahiran nilai tanda tersebut diikuti oleh nilai simbol, sehingga aktivitas konsumsi pada dasarnya bukan dilakukan karena kebutuhan, namun lebih kepada alasan simbolis: kehormatan, status, dan prestise Kata Kunci : Mahasiswa Pendatang, Konsumerisme 1 Mahasiswa Sosiologi Universitas Maritim Raja Haji Tanjungpinang 2 Dosen Sosiologi Universitas Maritim Raja Haji Tanjungpinang 3 Dosen Sosiologi Universitas Maritim Raja Haji Tanjungpinang

Upload: others

Post on 13-Nov-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA …repository.umrah.ac.id/4152/1/Olga Virgian-120569201008... · 2019. 8. 13. · 1 KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA TANJUNGPINANG

1

KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA

TANJUNGPINANG

Olga Virgian1, Sri Wahyuni

2, Rahma Syafitri

3

[email protected]

Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Saat ini banyak anak-anak pendatang di luar daerah Kota Tanjungpinang

yang datang untuk menuntut ilmu karena di daerah-daerah asal mereka belum ada

perguruan tinggi, khususnya perguruan tinggi negeri. Anak-anak dari luar daerah

Provinsi Kepulauan Riau ini banyak memilih Tanjungpinang sebagai tempat

menimba ilmu. Mahasiswa pendatang tersebut awalnya melakukan penyesuaian

diri. Para mahasiswa pendatang memperlihatkan gaya hidup tidak sesuai dengan

kehidupan sesungguhnya untuk diakui keberadaan dan statusnya. Mereka

membeli barang-barang yang harganya mahal. Pada awal kedatangannya

mahasiswa membawa kebiasaannya, mulai cara berpakaian, cara bersikap, cara

berbicara dan kebiasaan lainnya. Mereka awalnya menjalani hidup dengan apa

adanya seperti yang di bawa mereka dari daerah asal mereka.Tujuan penelitian ini

untuk mengetahui Konsumerisme Mahasiswa Pendatang Di Kota Tanjungpinang.

Penelitian data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi dengan

sumber data yaitu data primer dan data skunder. Pada penelitian ini penulis

menggunakan jenis penelitian Deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian

maka dapat diambil kesimpulan bahwa mahasiswa pendatang di Kota

Tanjungpinang banyak yang menganut konsumerisme karena membeli suatu

barang lebih melihat nilai tanda, tanpa melihat nilai guna dari barang tersebut.

Nilai suatu barang sudah bergeser menjadi tanda yang digunakan mahasiswa

pendatang yang dijadikan tanda diri atau jati diri mereka. Mereka ingin dikatakan

trendy, modern dan lain sebagainya. Ingin dianggap ada dan mampu dengan

lingkungannya, sehingga barang yang dibeli mengalami pergeseran nilai.

Kelahiran nilai tanda tersebut diikuti oleh nilai simbol, sehingga aktivitas

konsumsi pada dasarnya bukan dilakukan karena kebutuhan, namun lebih kepada

alasan simbolis: kehormatan, status, dan prestise

Kata Kunci : Mahasiswa Pendatang, Konsumerisme

1 Mahasiswa Sosiologi Universitas Maritim Raja Haji Tanjungpinang

2 Dosen Sosiologi Universitas Maritim Raja Haji Tanjungpinang

3 Dosen Sosiologi Universitas Maritim Raja Haji Tanjungpinang

Page 2: KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA …repository.umrah.ac.id/4152/1/Olga Virgian-120569201008... · 2019. 8. 13. · 1 KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA TANJUNGPINANG

2

PENDAHULUAN

Banyak masyarakat yang datang dari desa maupun daerah kecil lainnya

untuk datang ke Kota mencari kehidupan yang lebih layak. Salah satu yang ikut

mengalami dampak perubahan adalah mahasiswa pendatang. Banyak masyarakat

yang berstatuskan sebagai mahasiswi melakukan perantauan, dimana mereka

meninggalkan tempat tinggal asalnya demi untuk menuntut ilmu dikota lainnya.

Para pendatang lambat laun akan mengikuti gaya hidup diperkotaan, hal

ini tidak hanya untuk menyamakan dirinya dengan mahasiswa tempatan tetapi

menginginkan adanya pengakuan dari lingkungannya bahwa mahasiswa

pendatang sama halnya dengan mahasiswa tempatan.

Tanjungpinang dengan memiliki heterogenitas masyarakat dari berbagai

suku/etnis jika dikelola dengan lebih baik akan mampu memiliki keunggulan

bersaing dengan kota besar lainnya. Kota Tanjungpinang merupakan ibukota

Provinsi Kepulauan Riau dengan fungsi sebagai pusat pelayanan administrasi dan

pemerintahan provinsi, pusat pendidikan, perdagangan dan jasa, pengembangan

pariwisata dan kebudayaan melayu serta sebagai pusat pelayanan transportasi di

Provinsi Kepulauan Riau. Salah satu dari yang sedang dikembangkan adalah pusat

pendidikan, Kota Tanjungpinang selayaknya menjadi pusat pertumbuhan

penyelenggaraan pendidikan berbasis nilai-nilai perguruan tinggi. Sebagai daerah

ibukota Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang juga menjadi magnet di bidang

pendidikan. Banyak orang tua dari daerah sekitar mengirim anak-anak mereka

bersekolah ke Tanjungpinang khususnya untuk bersekolah di jenjang perguruan

tinggi,

Page 3: KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA …repository.umrah.ac.id/4152/1/Olga Virgian-120569201008... · 2019. 8. 13. · 1 KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA TANJUNGPINANG

3

Jika dilihat dari data maka diketahui bahwa Tanjungpinang memiliki

perguruan tinggi yang cukup beragam mulai dari negeri hingga swasta dengan

jurusan yang berbeda-beda dan bervariasi sehingga pilihan menjadi beragam

tergantung kemauan mereka untuk memilih perguruan tinggi mana yang akan

menjadi tempat belajar mereka. Mahasiswa yang datang di Kota Tanjungpinang

pun beragam, tidak hanya dari Tanjungpinang tetapi juga dari luar daerah.

Saat ini banyak anak-anak pendatang di luar daerah Kota Tanjungpinang

yang datang untuk menuntut ilmu karena di daerah-daerah asal mereka belum ada

perguruan tinggi, khususnya perguruan tinggi negeri. Anak-anak dari luar daerah

Provinsi Kepulauan Riau ini banyak memilih Tanjungpinang sebagai tempat

menimba ilmu. Mahasiswa pendatang tersebut awalnya melakukan penyesuaian

diri. Penyesuaian diri adalah bagaimana mahasiswa dapat mencapai keseimbangan

hidup dalam memenuhi kebutuhan hidup yang sesuai dengan budaya serta

lingkungan baru. Kemudian beradaptasi dengan budaya dan lingkungan baru,

mahasiswa pendatang sangat membutuhkan penyesuaian diri terhadap budaya dan

lingkungan baru yang berbeda dengan budaya asalnya.

Mahasiswa akan dianggap mengikuti perkembangan jaman apabila telah

membeli dan memakai barang-barang dengan merk terkenal. Sebagian mahasiswi

pendatang yang berada dalam tingkat ekonomi menengah kebawah juga

mengikuti gaya hidup konsumtif akibat tuntutan pergaulan. Sehingga sebagian

besar mahasiswa masa kini hanya mementingkan penampilan saja. Uang saku

mahasiswi lebih dipentingkan untuk membeli berbagai macam barang bermerk

Page 4: KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA …repository.umrah.ac.id/4152/1/Olga Virgian-120569201008... · 2019. 8. 13. · 1 KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA TANJUNGPINANG

4

untuk mengikuti trend terkini dibanding untuk membeli perlengkapan kampus

yang lebih penting seperti buku-buku pendukung perkuliahan.

Sebagai pendatang, mahasiswa pendatang dituntut untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungan setempat. Penyesuaian akan berjalan baik bila mahasiswa

pendatang mampu beradaptasi dan mengurangi gesekan nilai dan kebiasaan yang

berlaku pada masyarakat asli yang telah lama menetap di daerah tersebut, yaitu

dengan cara penyesuaian, cepat bergaul, bersikap sopan santun, ramah,

berkomunikasi memahami dan menghargai nilai dan kebiasaan yang dianut

masyarakat setempat. Hal ini dimaksud agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam

pergaulan diantara mereka, karena apa yang dianggap baik oleh mahasiswa

pendatang berdasarkan budaya tempat asalnya, belum tentu dapat diterima dan

dianggap baik dan sopan oleh masyarakat setempat. Misalnya dalam hal

berpenampilan, berinteraksi atau berperilaku.

Tidak hanya itu mahasiswa saat ini juga memanfaatkan media sosial untuk

menunjukan gaya hidupnya, seperti dalam penelitian Iga Anjani Seha (2017)

tentang Pencitraan Diri Mahasiswa Pengguna Media Sosial Path ditemukan

bahwa upaya mahasiswa dalam melakukan pencitraan diri di media sosial path

yaitu, Pertama melalui foto profil dengan menggunakan nama asli sebagai nama

profil dengan menggungah foto dengan camera 360, agar terlihat ganteng, cantik,

keren dan menarik, menggunakan atau menggungah foto editan agar terlihat lebih

putih, tidak berjerawat. mahasiswa juga menggunakan foto yang diambil dari

jarak jauh, agar terlihat tubuhnya lebih bagus, selain itu mahasiswa juga

menggungah foto dengan penampilan menarik agar terlihat seperti orang kaya.

Page 5: KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA …repository.umrah.ac.id/4152/1/Olga Virgian-120569201008... · 2019. 8. 13. · 1 KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA TANJUNGPINANG

5

Kedua upaya pencitraan diri melalui update lokasi yaitu mahasiswa mengaupdate

lokasi yang jarang didatangi orang, mahasiswa juga selalu mengapdate tempat

tempat yang sering dikunjungi orang (cafe- cafe) agar merasa tidak ketinggalan,

mahasiswa juga mengapdate tempat tempat berkelas (Mall, rumah makan) hal

tersebut dilakukan untuk menaikkan status sosial, mahasiswa juga mengapdate

kampus terkenal karena merasa bangga kalau dikatahui orang banyak bahwa

mereka adalah mahasiswa.

Kemudian dalam penelitian Herima (2018) tentang Hiperrealitas Pengguna

Instagram Di Lingkungan Fisip Universitas Maritim Raja Ali Haji ditemukan

bahwa pengguna Instagram terikat secara emosional dengan realitas yang mereka

dapatkan di dunia Instagram. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan mereka

kecanduan. Pengguna Instagram berusaha untuk menampilkan kesan yang

sifatnya selalu positif bagi diri mereka secara pribadi. Mereka berusaha

menghindari terlihat atau dinilai negatif oleh pengguna lainnya. Secara sadar

maupun tidak, aman untuk disimpulkan bahwa informan berusaha tampil

sempurna dalam realitas yang mereka ciptakan di dunia Instagram ini.

Perilaku mahasiswa pendatang juga cenderung mengikuti perkembangan

zaman yang ada dilingkungan tempat ia tinggal dan ada pula yang tetap

mempertahankan gaya hidup mereka. Selain itu, peneliti ingin melihat sejauh

mana gaya hidup dan bagaimana kecenderung gaya hidupnya mahasiswa

pendatang dari berbagai daerah. Adapun Kecenderungan gaya hidup mahasiswa

ini berubah ketika mereka mulai mengikuti zaman dengan melihat siaran-siaran

yanga ada di televisi maupun melihat dunia kota secara langsung. Tetapi adapula

Page 6: KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA …repository.umrah.ac.id/4152/1/Olga Virgian-120569201008... · 2019. 8. 13. · 1 KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA TANJUNGPINANG

6

yang gaya hidupnya seperti biasa, sebagaimana yang sudah menjadi kebiasaannya

di tempat tinggal mereka. Selain itu,dari tindakan perilaku sosial mahasiswa

pendatang akan menghasilkan pola interaksi yang dijalani mahasiswa tersebut.

Terlepas dari itu, peneliti hanya sekedar ingin tahu perilkau sosial dalam hal gaya

hidup dan pola interaksi sosial mahasiswa pendatang tersebu.

Fenomena yang terjadi adalah para mahasiswa pendatang memperlihatkan

gaya hidup tidak sesuai dengan kehidupan sesungguhnya untuk diakui keberadaan

dan statusnya. Mereka membeli barang-barang yang harganya mahal. Pada awal

kedatangannya mahasiswa membawa kebiasaannya masing-masing-masing, mulai

cara berpakaian, cara bersikap, cara berbiara dan kebiasaan lainnya. Mereka

awalnya menjalani hidup dengan apa adanya seperti yang di bawa mereka dari

daerah asal mereka. Karena ketidakmampuan keluarga, banyak Mahasiswa

pendatang yang berkuliah di Tanjungpinang memilih tinggal di asrama yang

fasilitasnya disediakan oleh pemerintah untuk anak anak pendatang sesuai dengan

daerahnya masing-masing yang berkuliah di Tanjungpinang. Salah satu alasan

mereka mau tinggal di asrama tersebut karena tidak dipunggut biaya, sehingga

uang yang dikirim bisa mereka pergunakan untuk keperluan seperti membeli

makan, membeli baju dan perlengkapan sehari-hari. Rata rata mahasiswa yang

tinggal di Asrama tersebut berasal dari keluarga yang kurang mampu dan setiap

bulannya hanya mendapatkan kiriman dari orang tua secara pas pasan, tidak

sebanding dengan apa yang dikeluarkan untuk kehidupan diperkotaan yang serba

mahal,apalagi mereka yang selalu ingin tampil modis dalam segala hal.

Page 7: KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA …repository.umrah.ac.id/4152/1/Olga Virgian-120569201008... · 2019. 8. 13. · 1 KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA TANJUNGPINANG

7

Hal ini mengarah pada perilaku konsumerisme. Perilaku hidup konsumtif

memiliki banyak dampak negatifnya. Dampak negatif dari perilaku pola hidup

konsumtif terjadi pada seseorang yang tidak memiliki keseimbangan antara

pendapatan dengan pengeluarannya (boros). Dalam hal ini, perilaku tadi telah

menimbulkan masalah ekonomi pada keluarganya.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan metode deskriptof dengan pendekatan

kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti yaitu,

observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Alat penelitian yang

digunakan adalah pedoman wawancara, yang menjadi fokus dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui Konsumerisme Mahasiswa Pendatang Di Kota

Tanjungpinang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Saat ini banyak anak-anak pendatang di luar daerah Kota Tanjungpinang

yang datang untuk menuntut ilmu karena di daerah-daerah asal mereka belum ada

perguruan tinggi, khususnya perguruan tinggi negeri. Anak-anak dari luar daerah

Provinsi Kepulauan Riau ini banyak memilih Tanjungpinang sebagai tempat

menimba ilmu. Mahasiswa pendatang tersebut awalnya melakukan penyesuaian

diri. Penyesuaian diri adalah bagaimana mahasiswa dapat mencapai keseimbangan

hidup dalam memenuhi kebutuhan hidup yang sesuai dengan budaya serta

lingkungan baru. Kemudian beradaptasi dengan budaya dan lingkungan baru,

mahasiswa pendatang sangat membutuhkan penyesuaian diri terhadap budaya dan

lingkungan baru yang berbeda dengan budaya asalnya.

Page 8: KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA …repository.umrah.ac.id/4152/1/Olga Virgian-120569201008... · 2019. 8. 13. · 1 KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA TANJUNGPINANG

8

Mahasiswa pendatang ini banyak yang akhirnya menganut konsumerisme.

Pada umumnya, fenomena perilaku konsumtif mahasiswa adalah perilaku yang

mencerminkan “serba instan” atau perilaku yang tidak mengindahkan proses,

bahkan tidak peduli dengan proses. Perilaku konsumtif juga sering dilawankan

dengan perilaku produktif. Bahkan, konsumtif cenderung mengarah pada gaya

hidup glamor, boros, dan hedon. Perilaku konsumtif ini kemudian dianggap lazim

dialami pada masa-masa remaja, terutama pada mahasiswa. Remaja terkesan

senang dengan perilaku yang berbau konsumtif dan hedon

(kesenangan/kenikmatan). Mereka senang mengeluarkan uang demi mendapatkan

barang yang sedang populer dan tidak mau ketinggalan zaman. Mereka juga

mudah termakan iklan yang banyak bermunculan di berbagai media. Padahal,

mereka tidak begitu mementingkan barang yang ditawarkan tersebut. Semua

barang tersebut hampir tidak ada kaitannya dengan prestasi mahasiswa.

Memang yang dibeli adalah barang-barang yang tidak memiliki nilai

penting dalam prestasi belajar, seperti mereka rela mengeluarkan uang untuk

membeli barang mahal, merubah penampilan, dan lain sebagainya, hal ini

kebanyakan karena gensi dan ingin ikut-ikutan. Bahkan fasilitas di dapatkan tidak

hanya dari orang tua mereka mengandalkan orang lain seperti pacar untuk

memenuhi kebutuhan mereka. Kemudian yang terjadi adalah kebutuhan lain untuk

menunjang penampilan dan gengsinya, seperti untuk membeli pulsa ponsel, baju,

asesoris mengikuti fashion trend, bergaul, menonton bioskop, dan makan di luar.

Semua itu berpotensi membentuk perilaku konsumtif.

Page 9: KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA …repository.umrah.ac.id/4152/1/Olga Virgian-120569201008... · 2019. 8. 13. · 1 KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA TANJUNGPINANG

9

Kebanyakan mahasiswa yang merubah hidupnya menganut konsumerisme

karena ingin terlihat berbeda, kemudian merasa ingin menjadi lebih baik, ikut-

ikutan serta gensi dengan teman lainnya. Mereka senang mengeluarkan uang demi

mendapatkan barang yang sedang populer dan tidak mau ketinggalan zaman.

Mereka juga mudah termakan iklan yang banyak bermunculan di berbagai media.

Padahal, mereka tidak begitu mementingkan barang yang ditawarkan tersebut.

Semua barang tersebut hampir tidak ada kaitannya dengan prestasi mahasiswa

seperti bedak atau skincare mahal, kemudian jam mahal hal ini tentu tidak ada

hubungannya dengan prestasi belajar mereka

Mahasiswa yang membeli barang atau jasa bukan karena kebutuhannya

tetapi lebih kepada rasa keinginan dan kesenangan membeli sebuah barang

tersebut untuk memuaskan hasrat konsumsi mahasiswa tersebut. Menurut Jean

Baudrillard dalam Martono (2012 : 130) dijelaskan bahwa masyaralat konsumsi

merupakan konsep kunci untuk menunjukan gejala konsumerisme yang sangat

luar biasa dan telah menjadi bagian dari kehidupan modern. Konsumerisme

merupakan suatu paham di mana seorang atau kelompok melakukan dan

menjalankan proses pemakaian barang hasil produksi secara berlebihan, tidak

sadar, dan berkelanjutan. Jika mereka menjadikan hal konsumtif tersebut sebagai

gaya hidup, sudah dipastikan mereka menganut konsumerisme, karena gaya hidup

merupakan pola hidup yang menentukan cara seorang memilih untuk

menggunakan waktu, uang, dan energi serta merefleksikan nilai, rasa, dan

kesukaan.

Page 10: KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA …repository.umrah.ac.id/4152/1/Olga Virgian-120569201008... · 2019. 8. 13. · 1 KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA TANJUNGPINANG

10

Di Kota Tanjungpinang banyak mahasiswa pendatang yang mengalami

banyak perubahan sejak berada di Tanjungpinang, banyak mahasiswa yang

akhirnya menganut konsumerisme. Hal ini dikarenakan adanya sikap ingin ikut-

ikutan, gengsi dan ingin tanpak berbeda dengan yang lain.

Mahasiswa pendatang sebagian besar sudah menjadi penganut

konsumerisme, karena mengikuti trend yang ada di Kota Tanjungpinang, melihat

pergaulan dan gaya hidup anak remaja di Kota Tanjungpinang. Mereka mulai

menggunakan barang-barang mahal, menyisihkan uang jajan mereka untuk

memenuhi kebutuhannya, kemudian ada yang bekerja, ada yang akhirnya

menggunakan uang beasiswa untuk kepentingan pribadi, ada yang akhirnya

meminta uang saku lebih kepada orang tua demi memenuhi kebutuhannya.

Seorang konsumen seperti halnya mahasiswa ini berfikir akan berusaha

memaksimalkan kepuasan dalam menggunakan pendapatannya untuk membeli

barang dan jasa. Setiap individu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya melalui

aktifitas konsumsi pada tingkat kepuasan yang maksimal.

Hal ini didukung pendapat Jean Baudrillard (2009: 31–32) konsumsi

adalah integrasi sosial meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, baik materiil,

spiritual, jasmani, rohani, bahkan konsumsi dapat juga bersifat semu atau palsu.

Pandangan tersebut yang membedakan perspektif Baudrillard dengan para

ekonom sebelumnya yang hanya memandang konsumsi sebagai pemenuhan

kebutuhan berdasarkan manfaat (utility) suatu objek/barang. Dengan mengacu

pada pandangan Baudrillard dalam melihat realitas kehidupan manusia di abad

Page 11: KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA …repository.umrah.ac.id/4152/1/Olga Virgian-120569201008... · 2019. 8. 13. · 1 KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA TANJUNGPINANG

11

kontemporer tersebut, analisis masyarakat konsumen tidak dapat dilepaskan dari

analisis budaya.

Kebutuhan mahasiswa terdiri dari alat tulis kerja, buku paket kuliah,

transportasi dari rumah ke kampus dan sebaliknya serta alat penunjang lainnya

yang menjadi keperluan masa perkuliahan, untuk memenuhi kebutuhan tersebut

tentu ada pengeluaran yang dilakukan. Pemenuhan kebutuhan memang sangat

penting artinya untuk mengantarkan individu pada kehidupan yang selaras dengan

lingkungannya. Pada umumnya setiap orang khususnya mahasiswa akan

melakukan kegiatan konsumsi dan suka terhadap hal-hal yang berbau konsumtif

seperti suka berbelanja. Pendapat ini didukung oleh Alam S. (2008: 37) yang

menyatakan bahwa kegiatan konsumsi adalah pembelanjaan barang dan jasa yang

dipakai langsung untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Membeli sesuatu untuk

memenuhi kebutuhan sebenarnya tidak menjadi masalah bahkan sudah menjadi

hal yang biasa atau lumrah pada kehidupan seharihari, selama membeli itu benar-

benar ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang pokok atau benar-

benar dibutuhkan atau kebutuhan primer. Seperti contoh membeli handphone

untuk alat komunikasi.

Namun yang akan menjadi permasalahan ketika dalam usaha memenuhi

kebutuhan tersebut seseorang atau lebih khusus pada mahasiswa mengembangkan

perilaku yang mengarah ke pola konsumtif. Anggasari (dalam Hotpascaman

2010:2) “Perilaku konsumtif adalah tindakan membeli barang yang kurang atau

tidak diperhitungkan sehingga sifatnya menjadi berlebihan.” Pola perilaku

konsumtif yang dimaksud yakni adalah pola pembelian dan pemenuhan kebutuhan

Page 12: KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA …repository.umrah.ac.id/4152/1/Olga Virgian-120569201008... · 2019. 8. 13. · 1 KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA TANJUNGPINANG

12

yang lebih mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan dan cenderung

dikuasai oleh hasrat keduniawian dan kesenangan semata. Apabila dikaitkan

dengan contoh sebelumnya, membeli hanphone untuk komunikasi adalah wajar,

namun berberbeda halnya apabila membeli handphone dengan mengikuti trend,

trend berganti handphone selalu berganti pula, bahakan memiliki handphone lebih

dari dua buah. Sebagai mahasiswa sebaikanya memanfaatkan uang tersebut untuk

keperluan yang lebih seperti membeli buku penunjangperkuliahan, mencari bahan

referensi dan lain sebagainya.

Dalam sikap konsumerisme mahasiswa tersebut harusnya melihat dari

beberapa hal yaitu nilai guna dan nilai tanda. Namun mahasiswa pendatang saat

ini tidak lagi melihat nilai guna dari sebuah barang, bahkan mengabaikan nilai

guna dalam barang yang mereka beli. Baudrillard (2004) Pada masyarakat

konsumsi orang-orang membeli barang bukan karena nilai kemanfaatannya

namun lebih dikarenakan faktor gaya hidup. Terlepas dari nilai guna dan manfaat

dari suatu barang, masyarakat konsumsi membeli dikarenakan atas makna yang

melekat dari produk tersebut. Sehingga masyarakat konsumsi tidak pernah mampu

memenuhi kebutuhannya, tidak pernah merasa puas, dan akhirnya akan menjadi

pemborosan

Mahasiswa pendatang yang menganut konsumerisme tidak memahami tentang

nilai barang yang dia beli hanya melihat dari segi kepuasan saja. Parma (2007),

mengatakan bahwa perilaku konsumtif pada remaja putri cenderung dipengaruhi

oleh faktor rasional dan faktor emosional. Remaja yang berperilaku konsumtif

Page 13: KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA …repository.umrah.ac.id/4152/1/Olga Virgian-120569201008... · 2019. 8. 13. · 1 KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA TANJUNGPINANG

13

menggunakan faktor emosionalnya saja, misalnya dengan hanya

memperhitungkan gengsi dan perstise, sedangkan remaja yang memperhatikan

faktor rasional cenderung memperhitungkan manfaat serta harga produk yang

berwujud mode. Mahasiswa yang ingin dianggap keberadaanya oleh lingkungan

dengan berusaha menjadi lingkungan tersebut. Kebutuhan untuk diterima dan

menjadi sama dengan orang lain mengikuti berbagai atribut yang sedang popular.

Salah satu caranya adalah berperilaku konsumtif (Jumiati, 2009).

Mahasiswa pendatang tersebut diketahui menganut konsumerisme karena

mahasiswa pendatang tersebut tidak melihat nilai guna tetapi melihat nilai tanda

saat membeli barang-barang tersebut. Saat ini mahasiswa tersebut membeli barang

tidak lagi didasari lagi sebuah nilai guna atau sebuah fungsi dari pemakaian

barang yang bersangkutan melainkan mendasarkan nilainya pada nilai tanda. Nilai

suatu produk dipandang dari citra (image) yang diartikan oleh produk tersebut

pada konsumennya, dan citra yang didapatkan berkaitan dengan identitas dari

konsumen produk tersebut, dan identitas berkaitan dengan ukuran sosial tertentu.

nilai suatu barang sudah bergeser menjadi tanda yang digunakan mahasiswa

pendatang yang dijadikan tanda diri atau jati diri mereka. Mahasiswa tersebut

membeli barang karena barang yang dibeli sedang marak atau banyak disukai

orang, mereka biasanya mengikuti gaya artis yang mereka lihat atau selebgram

yang mereka ikuti di instagram. Mahasiswa tersebut akan membeli barang

walaupun barang tersebut kualitas KW atau barang tiruan. Hal ini karena mereka

ingin dikatakan trendy, modern dan lain sebagainya. Ingin dianggap ada dan

mampu dengan lingkungannya, sehingga barang yang dibeli mengalami

Page 14: KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA …repository.umrah.ac.id/4152/1/Olga Virgian-120569201008... · 2019. 8. 13. · 1 KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA TANJUNGPINANG

14

pergeseran nilai. Kelahiran nilai tanda tersebut diikuti oleh nilai simbol, sehingga

aktivitas konsumsi pada dasarnya bukan dilakukan karena kebutuhan, namun

lebih kepada alasan simbolis: kehormatan, status, dan prestise. Lebih jauh dalam

pandangan masyarakat konsumsi, nilai simbol menjadi motif utama aktivitas

konsumsi. Objek komoditas dibeli karena makna simbolik yang ada di dalamnya,

bukan karena nilai guna atau manfaatnya (Hidayat, 2012: 69). Konsumen

menginternalisasi kegiatan konsumsi, kemudian mengubah pengalaman mereka

ke dalam semua aktifitas manusia lainnya dan beberapa aspek eksistensi sosial.

Adanya nilai tanda bagi mahasiswa pendatang terhadap barang-barang

yang dibelinya, nilai tanda suatu barang lebih menonjol dibandingkan nilai suatu

barang tersebut. Konsumsi bukan hanya sebatas sebagai suatu aktifitas memenuhi

kebutuhan hidup. Lebih dari itu konsumsi menjadi aktifitas yang memicu

munculnya stratifikasi sosial, sehingga barang konsumsi juga diciptakan sesuai

kelas atau kemampuan konsumen. Dimana semakin tinggi tingkat konsumsi

berpengaruh pada tingginya mobilitas hidup individu maupun kelompok (Burke,

2003: 93-94).

Konsumen membeli barang tidak hanya ditentukkan oleh mutu produk,

harga, dan selera tetapi ada rentetan motivasi yang lebih kompleks, tentu saja pada

akhirnya upaya manusia mencari kebahagian hidup. Jean Baudrillard sampai pada

simpulan bahwa aspek teori konsumsi terdapat aspek ketakutan terhadap

kolektivitas, bahwa semua barang jasa produk dalam pasar menjadi tatanan tanda

yang menentukan pemetaan status social dan kedudukan dalam masyarakat.

Page 15: KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA …repository.umrah.ac.id/4152/1/Olga Virgian-120569201008... · 2019. 8. 13. · 1 KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA TANJUNGPINANG

15

Setelah dilakukan observasi dan wawancara di lapangan maka diketahui

bahwa mahasiswa pendatang yang ada di Kota Tanjungpinang cenderung

membeli barang-barang dan mengetahui barang serta fashion setelah ada di Kota

Tanjungpinang, hal ini dapat dilihat mereka belanja setelah ada di Kota

Tanjungpinang seperti di beberapa olshop yang sering di datangi yaitu untuk

fashion para mahasiswa pendatang ini dari 5 informan menjawab Sinya Stuff,

Summercrown, kemudian membeli barang seperti jam di kota Tanjungpinang di

toko jam 10, di toko watch, dan beberapa toko lain yang langsung dibeli di Kota

Tanjungpinang, untuk handphone juga langsung dibeli di toko seperti toko legend,

dan cunter-counter resmi yang memang hanya ada di Kota Tanjungpinang karena

memang tidak ada di daerahnya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa

mahasiswa pendatang di Kota Tanjungpinang banyak yang menganut

konsumerisme karena membeli suatu barang lebih melihat nilai tanda, tanpa

melihat nilai guna dari barang tersebut, hal ini dapat dilihat dari hal berikut :

Mahasiswa pendatang ini banyak yang akhirnya menganut konsumerisme.

Pada umumnya, fenomena perilaku konsumtif mahasiswa adalah perilaku yang

mencerminkan “serba instan” atau perilaku yang tidak mengindahkan proses,

bahkan tidak peduli dengan proses. Perilaku konsumtif juga sering dilawankan

dengan perilaku produktif. Bahkan, konsumtif cenderung mengarah pada gaya

hidup glamor, boros, dan hedon. Perilaku konsumtif ini kemudian dianggap lazim

dialami pada masa-masa remaja, terutama pada mahasiswa. Remaja terkesan

Page 16: KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA …repository.umrah.ac.id/4152/1/Olga Virgian-120569201008... · 2019. 8. 13. · 1 KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA TANJUNGPINANG

16

senang dengan perilaku yang berbau konsumtif dan hedon

(kesenangan/kenikmatan). Mereka senang mengeluarkan uang demi mendapatkan

barang yang sedang populer dan tidak mau ketinggalan zaman. Mereka juga

mudah termakan iklan yang banyak bermunculan di berbagai media. Padahal,

mereka tidak begitu mementingkan barang yang ditawarkan tersebut. Semua

barang tersebut hampir tidak ada kaitannya dengan prestasi mahasiswa

Mahasiswa yang membeli barang atau jasa bukan karena kebutuhannya

tetapi lebih kepada rasa keinginan dan kesenangan membeli sebuah barang

tersebut untuk memuaskan hasrat konsumsi mahasiswa tersebut. Menurut Jean

Baudrillard dalam Martono (2012 : 130) dijelaskan bahwa masyaralat konsumsi

merupakan konsep kunci untuk menunjukan gejala konsumerisme yang sangat

luar biasa dan telah menjadi bagian dari kehidupan modern. Konsumerisme

merupakan suatu paham di mana seorang atau kelompok melakukan dan

menjalankan proses pemakaian barang hasil produksi secara berlebihan, tidak

sadar, dan berkelanjutan. Jika mereka menjadikan hal konsumtif tersebut sebagai

gaya hidup, sudah dipastikan mereka menganut konsumerisme, karena gaya hidup

merupakan pola hidup yang menentukan cara seorang memilih untuk

menggunakan waktu, uang, dan energi serta merefleksikan nilai, rasa, dan

kesukaan.

Di Kota Tanjungpinang banyak mahasiswa pendatang yang mengalami

banyak perubahan sejak berada di Tanjungpinang, banyak mahasiswa yang

akhirnya menganut konsumerisme. Mahasiswa pendatang sebagian besar sudah

menjadi penganut konsumerisme, karena mengikuti trend yang ada di Kota

Page 17: KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA …repository.umrah.ac.id/4152/1/Olga Virgian-120569201008... · 2019. 8. 13. · 1 KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA TANJUNGPINANG

17

Tanjungpinang, melihat pergaulan dan gaya hidup anak remaja di Kota

Tanjungpinang. Mereka mulai menggunakan barang-barang mahal, menyisihkan

uang jajan mereka untuk memenuhi kebutuhannya, kemudian ada yang bekerja,

ada yang akhirnya menggunakan uang beasiswa untuk kepentingan pribadi, ada

yang akhirnya meminta uang saku lebih kepada orang tua demi memenuhi

kebutuhannya.

Kemudian mahasiswa tidak memahami tentang apa yang disebut

kebutuhan, mereka terjebak dalam konsumerisme karena tidak dapat membedakan

anatara kebutuhan dan keinginan membeli barang-barang tersebut, Karena

cenderung ingin membeli barang yang dianggap butuh tersebut mereka

menghilangkan nilai dari barang tersebut. Seperti hp yang tadinya untuk alat

berkomunikasi sekarang bergeser karena gengsi dan ikut-ikutan ingin dilihat lebih

modern. Tidak hanya itu ingin selalu berpenampilan yang dapat menarik perhatian

orang lain terutama teman sebaya. Pada remaja putri, mereka biasanya lebih

konsen kepada penampilan, kemudian dengan barang-barang mewah, seperti

handphone kemudian menggunakan kosmetik untuk menambah penampilan daya

tarik fisiknya agar terlihat cantik. Sehingga kebanyakkan membelanjakan uangnya

atau berperilaku konsumtif untuk keperluan tersebut.

Nilai suatu barang sudah bergeser menjadi tanda yang digunakan

mahasiswa pendatang yang dijadikan tanda diri atau jati diri mereka. Mereka

ingin dikatakan trendy, modern dan lain sebagainya. Ingin dianggap ada dan

mampu dengan lingkungannya, sehingga barang yang dibeli mengalami

pergeseran nilai. Kelahiran nilai tanda tersebut diikuti oleh nilai simbol, sehingga

Page 18: KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA …repository.umrah.ac.id/4152/1/Olga Virgian-120569201008... · 2019. 8. 13. · 1 KONSUMERISME MAHASISWA PENDATANG DI KOTA TANJUNGPINANG

18

aktivitas konsumsi pada dasarnya bukan dilakukan karena kebutuhan, namun

lebih kepada alasan simbolis: kehormatan, status, dan prestise.

DAFTAR PUSTAKA

Baudrillard, Jean. 2009. Masyarakat Konsumsi. Kreasi Wacana: Yogyakarta

Bagong Suyanto.2013. Sosiologi Ekonomi Kapitalisme dan Konsumsi di Era

Masyarakat PostModernisme, (Jakarta: Kencana, 2013), Hal 138-143.

Burke, P. 2003. Sejarah dan Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Obor.

Chaney, D. 2011. Lifestyles: sebuah Pengantar komprehensif. Yogyakarta:

Jalasutra

Featherstone, Mike. 2005. Posmodernisme dan Budaya Konsumen,. Yogyakarta:

Pustaka Belajar.

Hurlock, E. B. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Jakarta. Erlangga

Herima. 2018. Hiperrealitas Pengguna Instagram Di Lingkungan Fisip Universitas

Maritim Raja Ali Haji. Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu

Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji

Tanjungpinang. SKRIPSI

Iga Anjani Seha. 2017. Pencitraan Diri Mahasiswa Pengguna Media Sosial Path.

Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang. SKRIPSI

Kamla Bhasin. 1996. Menggugat Patriarki, Pengantar tentang Persoalan Dominasi

terhadap Kaum Perempuan. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Marisa Liska. 2011. Konsumerisme Sebagai Faktor Penarik Terjadinya Fenomena

Enjokousai Dalam Masyarakat Jepang Kontemporer. SKRIPSI.

FIB. UI