program audit.docx

44
AUDITING I KeseluruhanPerencanaan Dan Program Audit Penyusun: Arif Nugroho NIM. 108694082 Putu Pradita NIM. 108694089 Yoga Azif NIM. 108694075 Dian Ayu NIM. 108694092

Upload: arif-nugroho

Post on 25-Oct-2015

77 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Auditing 2

TRANSCRIPT

Page 1: Program Audit.docx

AUDITING I

KeseluruhanPerencanaan

Dan Program Audit

Penyusun:

Arif NugrohoNIM.

108694082

Putu PraditaNIM.

108694089

Yoga AzifNIM.

108694075

Dian AyuNIM.

108694092

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS EKONOMI

Page 2: Program Audit.docx

AKUNTANSI

2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pembahasan ini akan mengilustrasikan betapa pentingnya perencanaandan

program audit dalam suatu proses audit. Langkah yang paling penting ini akan menentukan

keseluruhan program audit yang akan diikuti oleh auditor, termasuk semua prodedur audit,

ukuran sampel yang dipilih, serta waktunya.

Sebelum memulai melakukan audit, maka kita harus menyelesaikan tahap terahit

dalam fase I pengauditan, hal ini sangat terkait dengan pembuatan keputusan yang tepat

dalam membentuk perencanaan audit secara keseluruhan dan mengembangkan suatu

program audit yang terperinci, dengan mengembangkan efektifitas bukti maupun efisiensi

audit.

Pertama, keseluruhan perencanaan audit didiskusikan berarti memilih gabungan dari

kelima jenis pengujian yang akan menghasilkan audit yang selektif dan efisien. Hal ini

juga terkait dengan kelebihan dan kekurangan dari setiap jenis pengujian termasuk

pertimbangan biaya dari setiap jenis pengujian tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa sajakah jenis-jenis pengujian dalam program audit?

b. Bagaimanakah cara memilih jenis pengujian audit yang tepat untuk digunakan?

c. Seperti apakah bukti gabungan dalam program audit?

d. Bagaimanakah membedakan bukti gabungan disetiap lingkungan yang berbeda?

e. Bagaimanakah merencanakan suatu program audit?

1.3 Tujuan

Page 3: Program Audit.docx

Penulisanmakalahinijugadilakukanuntukmemenuhibeberapatujuan yang akan dicapai

dan diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.Tujuan tersebut antara lain adalah:

a. Menggunakan kelima jenis pengujian audit untuk menentukan apakah laporan

keuangan telah disajikan secara wajar.

b. Memilih jenis pengujian audit yang tepat.

c. Memahami bagaimana teknologi informasi memengaruhi pengujian audit.

d. Memahami konsep bukti gabungan dan bagaimana bukti gabunga tersebut harus

dibedakan disetiap lingkungan yang berbeda.

e. Merencanakan suatu program audit.

f. Membandingkan dan membedakan tujuan audit terkait transaksi dengan tujuan

audit terkait saldo untuk tujuan penyajian dan pengungkapan.

g. Menginttegrasikan keempat fase dalam proses pengauditan.

Page 4: Program Audit.docx

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Jenis-jenis Pengujian

Dalam mengembangkan rencana audit keseluruhan, auditor menggunakan lima jenis

pengujian untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar.

Pengujian pengendalian dilakukan untuk mendukung pengurangan pengukuran risiko

pengendalian, sementara auditor menggunakan prosedur analitis dan pengujian terperinci

saldo untuk memenuhi risiko deteksi. Pengujian substantif transaksi memengaruhi risiko

pengendalian maupun risiko deteksi yang direncanakan, karena mereka menguji efektivitas

pengendalian internal serta jumlah nominal transaksi.

1.1.1 Prosedur Pengukuran Risiko

Prosedur pengukuran risiko dilakukan untuk menilai risiko salah saji

material dalam laporan keuangan. Auditor melakukan pengujian pengendalian,

pengujian substantif transaksi, prosedur analitis, serta pengujian atas perincian

saldo dalam melakuan penilaian terhadap salah saji material sebagaimana

diharuskan dalam PSA 26 (SA 350). Gabungan dari keempat jenis prosedur audit

lanjutan ini akan memberikan dasar bagi opini auditor.

Bagian terbesar dari prosedur pengukuran risiko dilakukan untuk

mendapatkan suatu pemahaman atas pengendalian internal, serta digunakan untuk

mengukur risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait transaksi.

1.1.2 Pengujian Pengendalian

Page 5: Program Audit.docx

Pemahaman auditor terhadap pengendalian internal digunakan untuk

mengukur risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit transaksi. Untuk

mendapatkan bukti yang tepat dan mencukupi untuk mendukung pengukuran

tersebut, auditor melakukan pengujian pengendalian. Pengujian pengendalian,

baik secara manual dan otomatis, dapat mencakup jenis bukti berikut ini :

a. Melakukan tanya jawab yang memadai dengan personel klien.

b. Memeriksa dokumen, catatan dan laporan.

c. Mengamati aktivitas terkait pengendalian.

d. Mengerjakan ulang prosedur-prosedur klien.

Auditor melakukan penelusuran system sebagai bagian dari prosedur untuk

mendapatkan pemahaman sebagai upaya membantunya dal menentukan apakah

pengendalian sudah diterapkan. Penelusuran biasanya diterapkan pada satu atau

beberapa transaksi dan mengikuti transaksi tersebut disepanjang pemrosesannya.

Pengujian pengendalian juga digunakan untuk menentukan apakah

penggunaaan pengendalian tersebut telah efektif dan biasanya digunakan untuk

menguji sebuah sampel transaksi. Prosedur yang dilakukan untuk mendapakan

pemahaman ats pengendalian internal biasanya tidak memberikan bukti tepat yang

memadai untuk mendukung bahwa pengendalian telah berjalann efektif. Jumlah

bukti tambahan yang diharuskan untuk menguji pengendalian bergantung pada

dua hal berikut :

a. Keluasan bukti yang didapatkan dalam memperoleh pemahaman atas

pengendalian internal.

b. Pengurangan risiko pengendalian yang direncanakan.

Salah satu cara dimana auditor dapat membuktikan pencatatan transaksi

adalah dengan melakukan pengujian pengendalian. Jika pengendalian telah

diterapkan dalam transaksi penjualan dan penerimaaan kas, auditor dapat

melakukan pengujian pengandalaian untuk menentukan apakah keenam tujuan

audit terkait transaksi untuk sikls tersebut telah terpenuhi.

Page 6: Program Audit.docx

1.1.3 Pengujian Substantif Transaksi

Pengujian substantive merupakan prosedur yang dirancang untuk menguji

salah saji rupiah yang secara langsung berpengaruh pada ketepatan saldo laporan

keuangan. Auditor mengandalkan tiga jenis pengujian substantif. Ketiga jenis itu

adalah pengujian substantif transaksi, prosedur analitis substantif, serta pengujian

terperinci saldo.

Pengujian substantif transaksi digunakan untuk menentukan apakah keenam

tujuan audit terkait transaksi telah terpenuhi untuk setiap kelompok transaksi.

Pengujian pengendalian maupun pengujian substantif transaksi dilakukan untuk

transaksi-transaksi dalam siklus tersebut, bukan di saldo akhir akun-akunnya.

Auditor memverifikasi pencatatan dan pengikhtisaran transaksi penjualan dan

penerimaan kas dengan melakukan pengujian substantif transaksi.

Auditor dapat melakukan pengujian pengendalian secaar terpisah dari semua

pengujian lainnya, namun sering kali lebi efisien untuk melakukan bersamaan

dengan pengujian substantif transaksi.

1.1.4 Prosedur Analitis

Prosedur analitis melibatkan perbandingan-perbandingan jumlah yang

tercatat dengan ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Standar audit

mengharuskan prosedur analitis dilakukan selama perencanaan dan penyesaaln

audit. Prosedur analitis juga dapat dilakukan untuk mengaudit saldo akun. Dua

tujuan utama dari prosedur analitis dalam mengaudit saldo akun adalah untuk :

a. Menandai adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan.

b. Memberikan bukti substantif.

Prosedur analitis yang dilakukan selama tahap perencanaan audit biasanya

berbeda dari yang dilakukan dalam tahap pengujian. Standar audit menyatakan

bahwa prosedur analitis merupakan salah satu jenis pengujian substantif ketika

dilakukan untuk memberikan bukti mengenai suatu saldo akhir akun.

1.1.5 Pengujian Terperinci Saldo

Page 7: Program Audit.docx

Pengujian terperinci saldo memfokuskan pada saldo akhir buku besar baik

untuk akun-akun neraca maupun laba rugi. Penekanan utama dalam sebagian

besar pengujian atas perincian saldo adalah pada neraca. Pengujian saldo akhir

sangat penting karena bukti yang biasanya didapatkan dari suatu sumber yang

independen dipandang sangat dipercaya. Seperti halnya untuk transaksi, pengujian

auditor atas perincian saldo juga harus memenuhi semua tujuan audit terkait saldo

untuk setiap akun-akun neraca yang signifikan. Pengujian terperinci saldo

membantu menciptakan ketepatan moneter akun-akun yang tekait, sehingga

merupakan pengujian substantif.

1.1.6 Ikhtisar Jenis-jenis Pengujian

Pengujian pengendalian membantu auditor dalam mengevaluasi apakah

pengendalian terhadap transaksi dalam siklus tersebut telah cukup efektif untuk

mendukung pengurangan penilaian risiko pengendalian, sehingga memungkinkan

pengurangan pengujian substantif. Pengendalian pengujian juga membentuk dasar

laporan auditor atas pengendalian internal terhadap laporan keuangan untuk klien-

klien yang merupakan perusahaan publik. Pengujian substantif transaksi

digunakan untuk memverifikasi transakasi yang dicatat dalam jurnal dan

dipindahbukukan ke dalam buku besar. Prosedur analitis menekankan pada

keyakinan keseluruhan atas transaksi-transaksi dan saldo-saldo buku besar.

Pengujian atas perincian saldo menekankan pada saldo akhir dalam buku besar.

Dengan menggabungkan jenis pengujian audit, auditor mendapatkan

keyakinan keseluruhan yang lebih tinggi untuk transaksi dan akun dalam siklus

enjualan dan penagihan dibandingkan dengan keyakinan yang didapatkan dari

setiap pengujian lainnya. Untuk meningkatkan keyakinan keseluruhan pada suatu

siklus, auditor dapat meningkatkan keyakinan yang didapatkan dari setiap

pengujian lainnya.

1.2 Memilih Jenis Pengujian Yang Tepat Untuk Dilakukan

Biasanya, auditor menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan audit atas

laporan keuangan, namun beberapa jenis pengujian mendapatkan penekanan yang lebih

Page 8: Program Audit.docx

dibandingkan dengan yang lain, bergantung pada kondisi. Ingat kembali bahwa prosedur

analitis diharuskan dalam semua audit untuk menilai risiko salah saji material sementara

keempat jenis pengujian lainnya dilakukan untuk menghadapi risiko yang teridentifikasi

untuk memberikan dasar bagi opini auditor. Perlu dicatat bahwa hanya prosedur penilaian

resiko, khususnya prosedur untuk mendapatkan pemahaman, pengendalian, dan pengujian

pengendalian digunakan dalam audit pengendalian internal laporan keuangan.

Beberapa factor yang mempengaruhi pilihan auditor terhadap jenis pengujian yang

dipilih, termasuk ketersediaan kedelapan bukti audit, biaya relative untuk setiap pengujian,

efektivitas pengendalian internal serta resiko bawaan. Hanya dua faktor pertama yang akan

dibahas lebih lanjut karena dua siasanya telah dibahas pada bab-bab sebelumnya.

1.2.1 Ketersediaan Jenis Bukti Prosedur Audit Lanjutan

Masing-masing dari empat jenis prosedur audit lanjutan hanya melibatkan

beberapa jenis bukti audit (konfirmasi, dokumentasi, dan seterusnya). Tabel

dibawah ini mengikhtisarkan hubungan antara prosedur audit lanjutan dengan

jenis bukti audit. Kita dapat melakukan beberapa pengamatan berikut mengenai

tabel tersebut.

Makin banyak jenis bukti, jumlah totalnya adalah enam, digunakan untuk

menguji perincian saldo dibandingkan untuk setiap jenis pengujian lainnya.

Hanya pengujian terperinci saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik dan

konfirmasi.

Tanya jawab dengan klien dilakukan untuk setiap jenis pengujian.

Dokumentasi digunakan di setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis.

Pengerjaan ulang digunakan di setiap jenis pengujaian kecuali prosedur

analitis, dengan satu pengecualian. Ketika auditor memeriksa dokumentasi

sebagai bagian dari pengusulan atas transaksi untuk mendapatkan

pemahaman atas pengendalian internal, auditor seringkali “mengerjakan

ulang” pengendalian untuk meyakinkan bahwa pengendalian telah

ditetapkan.

Page 9: Program Audit.docx

Penghitungan ulang digunakan untuk memverifikasi akurasi matematis atas

transaksi ketika melakukan pengujian substantive transaksi dan saldo akun

ketika melakukan pengujian atas perincian saldo.

Prosedur Audit Lanjutan

Jenis Bukti

Pem

erik

saan

F

isik

Kon

firm

asi

Dok

umen

tasi

Obs

erva

si

Tan

ya J

awab

K

lian

Pen

erja

a /u

lang

Pro

sedu

r A

nali

tis

Pen

ghit

unga

n U

lang

Pengujian atas Pengendalian (termasuk prosedur untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal)

√ √ √ √

Pengujian substantive atas transasksi

√ √ √ √

Prosedur analitis √ √Pengujian terperinci atas saldo √ √ √ √ √ √

1.2.2 Biaya-biaya Relatif

Ketika auditor harus memutuskan jenis pengujian apakah yang harus dipilih

untuk mendapatkan bukti yang tepat, biaya bukti tersebut penting untuk

dipertimbangkan. Jenis-jenis pengujian yang disusun dalam daftar berikut

berdasarkan urutan biaya yang terendah ke yang tertinggi.

Prosedur analitis.

Prosedur penilaian risiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan

pemahaman atas pengendalian internal.

Pengujian pengendalian.

Pengujian substantive transaksi.

Pengujian terperinci saldo.

Prosedur analitis memakai biaya yang paling rendah karena relative lebih

mudah untuk membuat perhitungan dan perbandingan-perbandingan. Sering kali,

informasi yang penting mengenai kemungkinan salah saji dapat diperoleh hanya

dengan membandingkan dua atau tiga angka.

Prosedur penilaian risiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan

pemahaman atas pengendalian internal, tidak semahal pengujian audit lainnya

karena auditor dapat dengan mudah melakukan tanya jawab dan pengamatan serta

Page 10: Program Audit.docx

melakukan perencanaan prosedur analisis. Juga, pengujian terhadap sesuatu

seperti dokumen yang mengikhtisarkan kegiatan operasi bisnis dan manajemen

klien serta struktur tata kelolanya relative lebih murah dibandingkan dengan

pengujian audit lainnya.

Karena pengujian pengendalian juga melibatkan Tanya jawab, pengamatan

dan pemeriksaan, biaya relatifnya juga rendah dibandingkan dengan pengujian

substantive. Namun demikian, pengujian pengendalian juga lebih mahal

dibandingkan dengan prosedur penilaian resiko karena lebih luas daripada

pengujian yang diharuskan untuk mendapatkan bukti bahwa pengendalian telah

berjalan dengan efektif, khususnya ketika pengujian pengendalian internal

tersebut melibatkan pengerjaan ulang. Sering kali, auditor dapat melakukan

sejumlah besar pengujian pengendalian dengan cepat menggunakan perangkat

lunak audit. Perangkat lunak semacam itu dapat menguji pengendalian dalam

system akuntansi komputerisasi milik klien, seperti system piutang dagang

terkomputerisasi yang secara otomatis mengesahkan penjualan kepada pelanggan

yang ada dengan membandingkan jumlah penjualan yang diminta dan saldo

piutang dagang yang ada dengan batas kredit pelanggan.

Pengujian substantive transaksi lebih mahal dibandingkan dengan pengujian

pengendalian yang tidak melibatkan pengerjaan ulang, karena yang sebelumnya

sering kali melibatkan penghitungan ulang dan penelusuran. Namun, dalam

lingkungan yang terkomputerisasi, auditor sering kali dapat melakukan pengujian

substantive transaksi dengan cepat untuk suatu sampel transasksi yang besar.

Pengujian terperinci saldo hamper selalu lebih mahal dibandingkan dengan

jenis prosedur lainnya karena biaya prosedur seperti pengiriman konfirmasi dan

perhitungan persediaan. Karena biaya yang tinggi untuk menguji perincian saldo

auditor biasanya mencoba untuk membuat perencanaan audit dengan

meminimalkan penggunaan kedua prosedur tersebut.

Biasanya, untuk setiap jenis bukti berbeda dalam situasi yang berbeda.

Sebagai contoh, biaya yang dikeluarkan auditor untuk menguji perhitungan

persediaan (pengujian substantive perincian saldo persediaan) sering kali

Page 11: Program Audit.docx

bergantung pada jenis dan jumlah rupiah persediaan tersebut, lokasinya, serta

banyaknya jenis-jenis persediaan.

1.2.3 Hubungan Pengujian Pengendalian Dengan Pengujian Substantif

Untuk memahami pengujian pengendalian dan pengujian substantive

dengan lebih baik, mari kita pelajari perbedaan keduanya. Suatu pengecualian

dalam pengujian pengendalian hanya mengidikasikan kemungkinan salah saji

yang mempengaruhi nilai rupiah dari laporan keuangan, sedangkan suatu

pengecualian dalam pengujian substantive transasksi atau pengujian terperinci

saldo merupakan suatu salah saji dalam laporan keuangan. Pengecualian dalam

pengujian pengendalian dinamakan deviasi uji pengendalian.

Dari Bab 8, Anda mungkin masih ingat tiga tingkat kekurangan

pengendalian : kekurangan, kekurangan signifikan dan kelemahan material.

Auditor sangat mungkin meyakini salah saji rupiah yang material terjadi dalam

laporan keuangan ketika deviasi uji pengendaliaan dianggap sebagai kekurangan

signifikan atau kelemahan material. Sehingga, selanjutnya auditor harus

melakukan pengujian substantive transaksi atau pengujian terperinci saldo untuk

menentukan apakah salah saji rupiah yang material telah terjadi.

Anggaplah pengendalian klien mengharuskan seorang petugas independen

untuk memverifikasi kuantitas, harga, dan penjumlahan dari setiap faktur

penjualan, yang mana setelahnya petugas tersebut harus menuliskan inisial dalam

salinan faktur penjualan untuk menandai verifikasi telah dilakukan. Salah satu

prosedur pengujian pengendalian yang dilakukan adalah untuk memeriksa sebuah

sampel salinan faktur penjualan untuk inisial orang yang memverifikasi informasi

tersebut. Jika tidak ada inisial pada sejumlah besar dokumen, maka auditor harus

mempertimbangkan dampaknya terhadap audit pengendalian internal laporan

keuangan dan menindaklanjutinya dengan melakukan pengujian substantive untuk

audit laporan keuangan. Hal itu dapat dilakukan dengan memperluas pengujian

salinan faktur penjualan untuk memasukkan harga, penjumlahan, dan jumlah total

(pengujian substantive transakssi) atau dengan menambah ukuran sampel untuk

konfirmasi saldo akun piutang dagang (pengujian substantive perincian saldo).

Page 12: Program Audit.docx

Meskipun pengendalian tidak berjalan dengan efektif, faktur tersebut mungkin

tetap benar, khususnya jika orang yang awalnya menyiapkan faktur penjualan

tersebut telah melakukan pekerjaan dengan hati-hati dan kompeten.

Di sisi lain, jika tidak ada dokumen, atau hanya beberapa dokumen yang

tidak memiliki inisial, maka pengendalian akan dianggap efektif sehingga auditor

dapat mengurangi pengujian substantive transasksi dan pengujian terperinci saldo.

Namun, beberapa pengerjaan ulang dan penghitungan ulang pengujian substantive

tetap diperlukan untuk memberikan keyakinan bahwa petugas yang melakukan

verifikasi tidak menuliskan inisal dalam dokumen tanpa benar-benar melakukan

prosedur pengendalian atau melakukannya dengan alasan-alasan.

Karena kebutuhan untuk menyelesaikan beberapa pengujian pengerjakaan

ulang dan penghitungan ulang, banyak auditor yang melakukannya sebagai bagian

dari pengujian atas pengendalian awal. Auditor lainnya akan menunggu hingga

mereka mengetahui hasil dari pengujian pengendalian dan kemudian menentukan

ukuran sampel total yang diperlukan.

1.2.4 Hubungan Pengujian Analitis dan Pengujian Substantif

Seperti halnya pengujian pengendalian, prosedur analitis hanya

mengindikasikan kemungkinan salah saji yang berpengaruh pada nilai rupiah

laporan keuangan. Fluktuasi yang tidak biasa dalam hubungan-hubungan sebuah

akun dengan akun lainnya, atau dengan informasi nonkeuangan, dapat

mengindikasikan adanya peningkatan kemungkinan terjadinya salah saji tanpa

perlu memberikan bukti langsung atas saji material tersebut. Ketika prosedur

analitis mengidentifikasikan fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus melakukan

pengujian substantive transaksi fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus

melakukan pengujian substantive transasksi atau pengujian terperinci saldo untuk

menentukan apakah salah saji rupiah benar-benar telah terjadi. Jika auditor

melakukan prosedur analitis substantive dan meyakini bahwa kemungkinan

terjadinya salah saji itu kecil, pengujian substantive lainnya dapat dikurangi.

Untuk akun-akun dengan saldo yang kecil dan yang hanya memiliki potensi salah

saji yang kecil, seperti misalnya akun perlengkapan dan akun-akun beban dibayar

Page 13: Program Audit.docx

di muka, auditor sering membatasi pengujian mereka hanya sampai ke prosedur

analitis substantive jika mereka menyimpulkan bahwa akun-akun tersebut sudah

disajikan secara wajar.

1.2.5 Dilema Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif

Terdapat dilema antara pengujian pengendalian dengan pengujian

substantive. Selama perencanaan, auditor harus memutuskan apakah akan menilai

resiko pengendalian di bawah maksimum. Jika mereka melakukannya, mereka

kemudian harus melakukan pengujian pengendalian untuk menentukan apakah

tingkat resiko pengendalian yang dinilai tersebut dapat dibenarkan. (Mereka harus

selalu melakukan pengujian pengendalian dalam suatu audit pengendalian internal

laporan keuangan). Jika pengujian pengendalian mendukung penilaian resiko

pengendalian, resiko deteksi yang direncanakan dalam model resiko audit

meningkat, sehingga pengujian substantive yang direncanakan dapat dikurangi.

Gambar dibawah ini menunjukkan hubungan antara pengujian substantive dan

pengukuran resiko pengendalian termasuk pengujian pengendalian, pada beberapa

tingkat efektivitas pengendalian internal yang berbeda.

Bagian ini merupakan keyakinan maksimum yang didapatkan dari penilaian

resiko pengendalian dan pengujian pengendalian. Pada setiap titik di sebelah kiri

titik A, resiko pengendalian yang diukur adalah 1.0 karena auditor awalnya

menilai pengendalian internalnya efektif berdasarkan pada pelaksanaan prosedur

penilaian resiko. Setiap titik disebelah kanan titik B, menghasilkan tidak adanya

pengurangan dalam resiko pengendalian karena KAP telah menetapkan penilaian

resiko pengendalian yang minimum. Perhatikan gambar dibawah ini, tanpa

melihat tingkat keyakinan audit yang didapatkan dari pengukuran resiko

pengendalian dan pengujian pengendalian, audit atas laporan keuangan selalu

mengharuskan dilakukannya beberapa prosedur substantive. Karena audit laporan

keuangan dan audit pengendalian internal laporan keuangan harus diintegrasikan,

audit terhadap perusahaan-perusahaan publik kemungkinan akan diwakili oleh

titik B.

Page 14: Program Audit.docx

KE

YA

KIN

AN

A

UD

IT

Pemahaman auditor terhadap pengendalian internal dilakukan sebagai suatu

bagian dari prosedur pengukuran resiko yang memberikan dasar bagi penilaian

awal auditor terhadap pengendalian internal klien. Mengasumsikan bahwa auditor

memutuskan bahwa rancangan pengendalian internal telah efektif dan

pengendalian telah diterapkan, auditor memilih suatu titik pada bagian yang

konsisten dengan penilaian resiko pengendalian yang diputuskan auditor untuk

mendukung pengujian pengendalian. Anggaplah auditor beranggapan bahwa

efektivitas pengendalian internal klien berada di titik C. Pengujian pengendalian

di tingkat C1 akan meluas untuk mendukung penilaian resiko pengendalian yang

rendah. Auditor kemudian mungkin memutuskan melalui pelaksanaan pengujian

pengendalian bahwa Penilaian risiko pengendalian awal yang rendah di titik C

didukung dan bahwa pengendalian internal tidak berjalan dengan efektif.

Sehingga auditor kemudian merevisi penilaian risiko pengendalian menjadi

maksimum (dititik C3) dan keyakinan audit akan didapatkan melalui pengujian

substantive. Di setiap titik diantara keduanya seperti C2, merupakan situasi di

mana keyakinan audit yang didapatkan dari pengujian pengendalian kurang dari

tingkat maksimum keyakinan yang digambarkan di titik C1 jika C2 dipilih,

keyakinan audit dari pengujian pengendalian adalah C3-C2 dan dari pengujian

substantive adalah C-C2. Auditor kemungkinan akan memilih C1, C2, atau C3

berdasarkan biaya relative pengujian pengendalian dan pengujian substantive.

Hubungan Antara Prosedur Analitis Lanjutan dan Bukti

Keyakinan

yang dapat

diterima

C3

C2 Keyakian audit dari risikopengendalian danpengujian pengendalian

C1

keyakinan auditdari pengujian

Page 15: Program Audit.docx

substantif

Tidak ada A C BKayakinan

EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL

Pengendalian lemah pengendalian kuat

C3Pengendalian tidak dapat diandalkan

C2 Beberapa Pengendalian dapat diandalkan

C1Dapat diandalkan sepenuhnya

1.3 Dampak Teknologi Informasi Terhadap Pengujian Audit

PSA 07 (SA 326) dan PSA 69 (SA 319) memberikan panduan bagi para auditor dari

entitas-entitas yang menyebarkan, memproses dan menyimpan atua mengakses informasi

penting secara elektronik. Contoh bukti elektronik mencakup catatan transfer data

elektronik (electronic data interchange – EDI). Bukti pelaksanaan pengendalian otomatis,

seperti perbandingan computer atas permintaan penjualan dengan batas kredit pelanggan,

juga dapat berupa format elektronik.

Standar audit mengakui bahwa ketika sejumlah besar bukti audit muncul dalam

bentuk elektronik, akan tidak praktis atau tidak mungkin untuk mengurangi resiko deteksi

hingga ke tingkat yang dapat diterima dengan hanya melakukan pengujian substantive.

Sebagai contoh, kemungkinan pemasukan atau perubahan informasi yang tidak tepat dapat

menjadi lebih besar jika informasi hanya disimpan dalam bentuk elektronik. Dalam kondisi

semacam itu, auditor harus melakukan pengujian pengendalian untuk mendapatkan bukti

yang mendukung tingkat risiko pengendalian yang dinilai berada di bawah tingkat

maksimum untuk asersi-asersi laporangn keuangan yang terpengaruhi. Meskipun beberapa

pengujian substantive masih dibutuhkan, auditor dapat secara signifikan mengurangi

pengujian substantive jika hasil pengujian pengendalian mendukung efektivitas

pengendalian. Dalam audit atas suatu perusahaan public, pengendalian yang dilakukan oleh

computer (yang disebut dengan pengendalian otomatis) harus diuji jika auditor

Page 16: Program Audit.docx

menganggapnya sebagai pengendalian kunci untuk mengurangi kemungkinan salah saji

material dalam laporan keuangan.

Karena konsistensi bahwa dalam pemrosesan yang berdasarkan teknologi informasi,

auditor mungkin dapat mengurangi pengujian pengendalian otomatis. Sebagai contoh,

pengendalian yang berbasis perangkat lunak hampir dipastikan berfungsi secara konsisten

kecuali jika programnya dirubah. Jika auditor memutuskan bahwa pengendalian otomatis

berjalan dengan tepat, auditor dapat memfokuskan pada pengujian selanjutnya untuk

menilai apakah setiap perubahan yang terjadi akan membatasi efektivitas pengendalian.

Pengujian semacam itu dapat mencakup penentuan apakah telah terjadi perubahan terhadap

program dan apakah perubahan tersebut telah diotorisasi dan diuji sebelum

diimplementaskan. Pendekatan ini dapat mengakibatkan efisiensi audit yang signifikan

ketika auditor memutuskan bahwa pengendalian otomatis yang diuji di periode audit

sebelumnya belum berubah dan terus menjadi pengendalian yang efektif. Jika keberadaan

pengendalian umum yang efektif akan menyebabkan efisiensi audit yang signifikan,

Standar 2 PCAOB mengharuskan auditor perusahaan public untuk menguji pengendalian

setiap tahun.

Untuk menguji penendalian otomatis atau data, auditor mungkin memerlukan teknik

audit yang dibantu oleh computer atau menggunakan laporan yang dihasilkan oleh

teknologi informasi untuk menguji efektivitas pengendalian umum teknologi informasi

seperti pengendalian untuk perubahan program-program dan pengendalian atas akses.

Ketika auditor menguji pengendalian manual yang berdasarkan pada laporan yang

dihasilkan oleh teknologi informasi, auditor harus mempertimbangkan baik efektivitas

hasil penelaahan manajemen maupun pengendalian terhadap akurasi informasi dalam

laporan tersebut.

1.4 Bukti Gabungan

Pilihan jenis pengujian mana yang akan digunakan dan seberapa luas pengujian

tersebut dilakukan dapat berbeda antara audit yang memiliki tingkat efektivitas

pengendalian dan resiko bawaan yang berbeda. Bahkan dalam sebuah pengauditan,

perbedaan dapat terjadi dari satu siklus ke siklus lainnya. Untuk mendapatkan bukti yang

tepat dengan memadai untuk menghadapi resiko-resiko yang teridentifikasi melalui

Page 17: Program Audit.docx

prosedur penilaian resiko, auditor menggunakan kombinasi antara keempat jenis pengujian

lainnya. Kombinasi ini sering kali dinamai dengan bukti gabungan (evidence mix), yang

digambarkan pada Tabel 11-3 untuk empat pengauditan yang berbeda. Di setiap kasus,

anggaplah bukti yang tepat dan memadai telah didapatkan. Dalam setiap audit, anda harus

mampu menentukan deskripsi klien dari bukti gabungan pada Tabel 11-3.

Analisis Audit 1. Klien ini merupakan sebuah perusahaan besar dengan pengendalian

internal yang rumit dan resiko bawaan yang rendah. Sehingga, auditor melakukan

pengujian pengendalian yang luas dan sangat mengandalkan pada pengendalian internal

klien untuk mengurangi pengujian substantife lainnya. Hal ini menyebabkan pengujian

substantive transaksi dan pengujian terperinci saldo diminimalkan. Karena penekanan pada

pengujian pengendalian dan prosedur analitis substantif, audit ini dapat dilakukan dengan

biaya yang digunakan dalam audit terintegrasi laporan keuangan dan pengendalian internal

laporan keuangan perusahaan public.

Analisis Audit 2. Perusahaan ini berukurang sedang, dengan beberapa pengendalian dan

beberapa resiko bawaan. Auditor telah memutuskan untuk melakukan pengujian atas

semua jenis pengujian sedang, kecuali untuk prosedur analitis substantif, yang

kemungkinan akan dilakukan secara melus. Lebih banyak pengujian yang luas yang akan

dibutuhkan jika risiko bawaan yang khusus ditemukan.

Analisis Audit 3. Perusahaan ini berukuran sedang, namun memiliki beberapa

pengendalian yang efektif dan beberapa risiko bawaan yang signifikan. Mungkin

manajemen memutuskan bahwa pengendalian internal yang lebih baik memakan biaya

yang cukup besar. Karena kurangnya pengendalian internal yang efektif, kita dapat

menganggap perusahaan ini kemungkinan bukan perusahaan public. Tidak ada pengujian

atas pengendalian yang dilakukan karena bergantung pada pengendalian internal tidak

tepat ketika pengendaliannya tidak efektif untuk suatu perusahaan nonpublic. Auditor

menekankan pada pengujian terperinci saldo dan pengujian substantif transaksi, namun

beberapa prosedur analitis substantif juga dilakukan. Prosedur analitis substantif biasanya

dilakukan untuk mengurangi pengujian substantif karena mereka akan memberikan bukti

pengenal kemungkinan salah saji material. Jika auditor nya sudah memperkirakan akan

menemukan salah satu saji material dalam saldo akun-akun, prosedur analitis tambahan

Page 18: Program Audit.docx

menjadi tidak murah lagi. Biaya audit kemungkinan akan menjadi relative tinggi karena

jumlah pengujian subtantif yang lebih terperinci.

Analisis Audit 4. Rencana awal untuk audit ini adalah mengikuti pendekatan yang

digunakan dalam Audit 2. Namun, auditor kemungkinan menemukan deviasi uji

pengendalian yang luas, dana salah saji yang signifikan ketika melakukan pengujian

subtantif transaksi dan prosedur analitis subtantif. Pengujian terperinci saldo yang meluas

dilakukan untuk menutupi hasil pengujian lainnya yang tidak dapat diterima. Biaya audit

ini lebih besar karena pengujian pengendalian dan pengujian substantif transasksi

dilakukan namun tidak dapat digunakan untuk mengurangi pengujian terperinci saldo.

Tabel 11-3 Variasi dalam Bukti Gabungan

Pengujian Pengendalian

Pengujian Terperinci Transaksi

Prosedur Analitis

Pengujian Terperinci Saldo

Audit 1 E S E SAudit 2 M M E MAudit 3 N E M EAudit 4 M E E E

1.5 Merancang Program Audit

Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menentukan penekanan

yang tepat pada setiap empat jenis pengujian lainnya, prosedur audit spesifik untuk setiap

jenis pengujian harus dirancang. Prosedur audit ini kemudian digabungkan untuk

membentuk suatu program audit. Setelah bukti gabungan disetujui, auditor yang bertugas

menyiapkan program audit atau memodifikasi program yang sudah ada untuk memenuhi

semua tujuan audit. Auditor tersebut harus mempertimbangkan hal-hal seperti materialitas,

bukti gabungan, risiko bawaab, risiko pengendalian, dan risiko-risiko kecurangan lainnya,

demikian pula dengan kebutuhan untuk suatu audit terintegrasi bagi perusahaan publik.

Perlu diingat bahwa auditor juga merancang program audit untuk memenuhi tujuan

audit terkait penyajian dan pengungkapan. Sebagai tambahan di bagian progam audit yang

berisi prosedur penilaian risiko yang dilakukan dalam tahap perencanaan, program audit

bagi sebagian besar pengauditan dirancang dalam tiga bagian utama. Ketiga bagian itu

Page 19: Program Audit.docx

Memahami pengendalian internal

Menilai risiko pengendalian yang direncanakan

Menentukan keluasan pengujian pengendalian

Merancang pengujian pengendalian dan pengujian

substantif transaksi untuk memenuhi tujuan audit

terkain transaksi

Ukuran Sampel

Prosedur audit

Waktu

Unsur yang dipilih

adalah pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi, prosedur analitis, dan

pengujian perincian saldo.Masing-masing siklus transaksi akan dievaluasi dengan

menggunakan seperangkat subprogram audit yang terpisah.

1.5.1 Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi

Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi

biasanya termasuk bagian deskripsi yang mendokumentasikan pemahaman

terhadap pengendalian internal yang didapatkan selama melakukan prosedur

penilaian risiko. Auditor menggunakan informasi ini untuk

mengembangkanprogram audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif

transaksi.

(Hubungan Antara Prosedur Analitis Lanjutan dan Bukti)

Prosedur audit mencakup pengujian pengendalian dan pengujian substantif

transaksi yang berbeda, bergantung pada penilaian risiko pengendalian. Ketika

pengendaliannya efektif dan risiko pengendalian dinilai rendah, auditor

Page 20: Program Audit.docx

memberikan penekanan yang lebih besar pada pengujian pengendalian. Beberapa

pengujian substantif transaksi juga akan dimasukkan.

Prosedur Audit

Ketika merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif

transaksi, auditor menekankan pada pemenuhan tujuan audit terkait transaksi.

Auditor mengikuti pendekatan empat langkah untuk mengurangi penilaian risiko

pengendalian.

a. Menerapkan tujuan audit terkait transaksi untuk kelompok-kelompok

transaksi yang sedang diuji, seperti penjualan.

b. Mengidentifikasi pengendalian kunci yang dapat mengurangi risiko

pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait.

c. Mengmbangkan pengujian pengendalian yang tepat untuk semua

pengendalian internal yang digunakan untuk mengurangi penilaian awal

risiko pengendalian dibawah tingkat maksimum (pengendalian-

pengendalian kunci).

d. Untuk kemungkinan jenis-jenis salah saji yang terkait dengan masing-

masing tujuan audit terkait transaksi, merancang pengujian substantif

transaksi yang tepat, dengan mempertimbangkan kekurangan-kekurangan

dalam pengendalian internal dan ekspektasi hasil pengujian pengendalian.

1.5.2 Prosedur Analitis

Dikarenakan prosedur analitis relatif tidak mahal, banyak auditor yang

melakukannya padas semua pengauditan. Prosedur analitis yang dilakukan selama

pegujian substanti. Selama perencanaan , auditor dapat menghitung persentase

margin kotor untuk penjualan total, sementara selama pengujian substantif akun

piutang dagang, auditor dapat menghitung persentase margin kotor berdasarkan

bulan atau berdasarkan lini usaha, atau mungkin keduanya. Penghitungan

prosedur analitis berdasarkan j8umlah bulanan biasanya lebih efektif dalam

mendeteksi salah saji dibandingkan dengan perhitungan berdasarkan jumlah

tahunan, dan perbandingan berdasarkan lini usaha biasanya lebih efektif daripada

Page 21: Program Audit.docx

perbandingan berdasarkan hubungan-hubungan yang sudah diprediksikan dengan

data nonkeuangan, auditor sering kali menggunakan informasi tersebut untuk

prosedur analitis.

Ketika auditor merencanakan untuk menggunakan prosedur analitis untuk

memberikan keyakinan substantif mengenai suatu saldo akun, data yang

digunakan dalam perhitungan tersebut harus dapat diandalkan. Hal ini juga

berlaku untuk semua data, khususnya untuk data nonkeuangan.

1.5.3 Pengujian Terperinci Saldo

Untuk merancang prosedur audit pengujian terperinci saldo, auditor

menggunakan suatu metodologi yang berorientasi pada tujuan audit terkait saldo.

Jika auditor memverifikasi akun piutang dagang. misalnya, prosedur audit yang

direncanakan harus memadai untuk memenuhi setiap tujuan audit terkait saldo.

Dalam merencanakan program audit pengujian terperinci saldo untuk memenuhi

tujuan tersebut, banyak auditor yang mengikuti sebuah metodologi seperti yang

ditunjukkan di Figur 11-6 untuk akun piutang dagang. Rancangan prosedur ini

biasanya merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan proses perencanaan

karena sifatnya yang sangat subjektif dan memerlukan pertimbangan profesional

yang besar.

Figur 11-5.(Pendekatan Empat Langkah dalam Merancang Pengujian

Pengendalian dariPengujian Substantif Transaksi)

Page 22: Program Audit.docx

Waktu

Prosedur audit

Ukuran sampel

Unsur yang dipilih

Menerapkan tujuan audit terkait transaksi pada suatu kelompok transaksi (Langkah 1)

Mengidentifikasi pengendalian-pengendalian kunci dan membuat penilaian awal pengendalian (Langkah 2)Merancang pengujian atas pengendalian (Langkah 3)

Prosedur audit

Ukuran sampel

Unsur yang dipilih

Waktu

Merancang pengujian substantif transaksi (Langkah 4)

Mengidentifikasi Risiko-Risiko Bisnis Klien yang Berpengaruh pada Akun

Piutang Dagang

Sebagai bagian dari mendapatkan pemaharnan atas bisnis dan industri klien,

auditor mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko-risiko bisnis klien yang

signifikan untuk menentukan apakah risiko-risiko tersebut mengakibatkan

meningkatnya risiko salah saji material dalam laporan keuangán. Jika setiap risiko

bisnis klien yang teridentifikasi memengaruhi piutang dagang, risiko tersebut

harus dimasukkan ke dalamevaluasi auditor dalam risiko bawaan atau risiko

pengendalian. Risiko-risiko tersebut kemudian akan berpengaruh pada keluasan

Page 23: Program Audit.docx

Identifikasi risiko-risiko bisnis klien yang berpengaruhpadaakaunpiutangdagang

Menetapkan salah saji yang dapat diterima dan mengukur risiko bawaan untuk akun piutang dagang

Mengukur risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan

Identifikasi risiko-risiko bisnis klien yang berpengaruhpadaakunpiutangdagang.

Merancang dan melakukan pengujian pengendalian serta pengujian subtantif transaksi untuk siklus

penjualan dan penagihan

Merancang pengujian terperinci saldo akun piutang dagang untuk memenuhi tujuan audit terkait saldo

Prosedur auditUkuran sampel

Unsur yang dipilih

bukti yang tepat. Figur 11-6 (Metodologi untuk Merancang Pengujian atas Saldo –

Piutang)

Merancang Pengujian Terperinci Akun Piutang Dagang untuk Memenuhi

Tujuan Audit Terkait Saldo

Pengujian terperinci saldo yang direncanakan termasuk prosedur audit,

ukuran sampel, unsur yang dipilih dan penentuan waktu. Prosedur harus dipilih

dan dirancang untuk setiap akun dan setiap tujuan audit terkait-saldo dalam setiap

akun.

Kesulitan yang dihadapi auditor dalarn merancang pengujian terperinci

saldo adalah kebutuhan untuk memprediksi hasil dan pengujian pengendalian,

pengujian substantif transaksi, dan prosedur analitis substantif sebelum pengujian-

pengujian tersebut dilakukan. Hal ini penting karena auditor harus merancang

Page 24: Program Audit.docx

pengujian terperinci saldo selama fase perencanaan, namun ketepatan rancangan

tersebut bergantung pada hasil pengujian-pengujian lainnya. Jika basil dan

pengujian pengendalin, pengujian substantif transaksi, dan prosedur analitis

substantif tidak konsisten dengan prediksi, auditor harus mengubah pengujian

terperinci saldo ketika audit berlangsung.

Salah satu bagian yang paling menantang dalam pengauditan adalah pada

penerapan faktor-faktor yang berpengaruh pada pengujian terperinci saldo dengan

tepat. Setiap faktor merupakan hal yang subjektjf. Selain itu, dampak dan setiap

faktor pada pengujian terperinci saldo juga sama subjektifnya.

Menilai Risiko Pengendalian Siklus Penjualan dan Penagihan

Pengendalian yang efektif akan mengurangi risiko pengendalian, demikian

pula jumlah bukti yang diperlukan untuk pengujian substantif transaksi dan

pengujian terperinci saldo akan berkurang. Sebaliknya, pengendalian yang tidak

memadai akan menaikkan jumlah bukti substantif yang diperlukan.

Merancang dan Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian

Substantif Transaksi SiklusPenjualan dan penagihan

Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi dirancang

dengan harapan bahwa beberapa hasil tertentu akan didapatkan. Hasil ini akan

berpengaruh pada rancangan pengujian terperinci transaksi.

Merancang dan Melakukan Prosedur Analitis Saldo Akun Piutang Dagang

Auditor melakukan prosedur analitis substantif untuk akun-akun seperti

piutang dagang untuk dua tujuan. Yaitu, untuk mengidentifikasi kemungkinan

salah saji dalam saldo akun tersebut dan untuk mengurangi pengujian audit yang

terperinci.

Merancang Pengujian Terperinci Akun Piutang Dagang untuk Memenuhi

Tujuan Audit Terkait Saldo

Pengujian terperinci saldo yang direncanakan termasuk prosedur audit,

ukuran sampel, unsur yang dipilih dan penentuan waktu. Prosedur harus dipilih

Page 25: Program Audit.docx

Menetapkan tujuan audit terkait saldo pada suatu

saldo akun

Menetapkan salah saji yang dapat diterima

Membuat penilaian

materialitas awal

Menetapkan risiko audit yang dapat

diterima

Mengukur risiko bawaan

Mengukur risiko bisnis klien

Merancang pengujian terperinci saldoProsedur auditUkuransampel

Unsur yangdipilihWaktu

Merancang prosedur analitis

Menetapkan tujuan audit terkait transaksi pada

suatu kelompok transaksi

Merancang pengujian subtantif transaksi

Prosedur auditUkuransampel

Unsur yangdipilihWaktu

Merancang pengujian atas pengendalian

Prosedur auditUkuransampel

Unsur yangdipilihWaktu

dan dirancang untuk setiap akun dan setiap tujuan audit terkait saldo dalam setiap

akun.

Kesulitannya terletak pada kebutuhan untuk memprediksi hasil dari

pengujian pengendalian, pengujian substantif transaksi, dan prosedur analitis

substantif sebelum pengujian-pengujian tersebut dilakukan karena auditor harus

merancang pengujian terperinci saldo selama fase perencanaan, namun ketepatan

rancangan tersebut bergantung pada hasil pengujian-pengujian lainnya. Jika

hasilnya tidak konsisten dengan prediksi, auditor harus mengubah pengujian

terperinci saldo ketika audit berlangsung.

Salah satu bagian yang paling menantang dalam pengauditan adalah pada

penerapan faktor-faktor yang berpengaruh pada pengujian terperinci saldo dengan

tepat. Setiap faktor merupakan hal yang subjektif, begi juga dengan dampaknya

pada pengujian terperinci saldo.

1.5.4 Tingkat Disagregasi Kegiatan Perencanaan

Identifikasi pengendalian-pengendalian kunci untuk membuat penilaian awal

risiko pengendalian

Page 26: Program Audit.docx

Tingkat disagregasi ini terbentang mulai dan keseluruhan audit hingga ke

tujuan audit terkait saldo untuk setiap akun. Sebagai contoh, prosedur pengukuran

risiko yang terkait untuk mendapatkan informasi latar belakang mengenai bisnis

dan industri klien yang relevan dengan pengauditan. Auditor pertama kali akan

menggunakan informasi tersebut dalam mengukur risiko audit yang dapat diterima

untuk kontrak kerja secara keseluruhan. Auditor kemudian akan menggunakan

informasi mengenai bisnis dan industri klien yang ia dapatkan melalui prosedur

pengukuran risiko untuk menilai risiko bawaan untuk tujuan audit tertentu.

Ketika audit berlangsung, auditor akan menggunakan informasi tersebut

ketika membuat keputusan mengenai pengujian terperinci saldo. Demikian pula,

auditor akan mengukur risiko kecurangan untuk keseluruhan pengauditan terlebih

dahulu, kemudian akan mempertimbangkan apakah setiap kecurangan yang

muncul yang dapat berpengaruh pada pengukuran risiko kecurangan pada akun-

akun tertentu dan prosedur audit serta ukuran sampel untuk pengujian terperinci

saldo untuk akun-akun yang terpengaruhi.

1.5.5 Ilustrasi Program Audit

Standar audit mengharuskan auditor untuk menggunakan program audit

tertulis. Sebagian besar prosedur memenuhi lebih dari satu tujuan, dan bahwa

lebih dari satu prosedur audit digunakan untuk setiap tujuan. Prosedur audit dapat

ditambahkan atau dihapuskan jika dipandang perlu oleh auditor. Untuk sebagian

besar prosedur audit, ukuran sampel unsur yang dipilih serta pernilihan waktu

juga dapat diubah.

Pengujian pengendalian, pengujian substantif transaksi serta prosedur

analitis substantif. Sebagaimana diindikasikan, jika asumsi-asumsi tersebut benar

secara material, program audit yang direncanakan kemungkinan perlu direvisi.

Sebagai contoh, prosedur analitis yang dilakukan mendekati akhir audit dapat

mengindikasikan potensi salah saji untuk beberapa tujuan audit terkait saldo.

Program audit sering kali terkomputerisasi. Bentuk yang paling sederhana

adalah dengan mengetik program audit dalam program pengolah kata dan

menyimpannya dalam arsip dan tahun yang satu ke tahun berikutnya untuk

Page 27: Program Audit.docx

memfasilitasi perubahan dan pemutakhiran. Pendekatan yang lebih canggih adalah

dengan menggunakan perangkat lunak audit yang membantu auditor berpikir

melalui pertimbangan rencana dan rnemilih prosedur yang tepat dari suatu basis

data prosedur audit. Prosedur-prosedur tersebut kernudian diorganisasikan ke

dalarn suatu program audit.

1.6 Hubungan Tujuan Audit Terkait Transaksi dengan Tujuan Audit Terkait Saldo

Serta Tujuan Audit Terkait Penyajian dan Pengungkapan

Pengujian terperinci saldo harus dirancang untuk memenuhi tujuan audit terkait saldo

untuk setiap akun dan keluasan pengujian tersebut dapat dikurangi ketika tujuan audit

terkait transaksi telah terpenuhi dengan melalui pengujian pengendalian atau pengujian

substantif transaksi. Berikut adalah beberapa hal yang diandalkan auditor untuk memenuhi

tujuan audit terkait saldo:

Nilai realisasi

Hak dan kewajiban

Pengujian substantif saldo tambahan juga hampir sama untuk tujuan audit terkait

saldo lainnya bergantung pada hasil-hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif

transaksi.

Auditor juga melakukan prosedur audit untuk mendapatkan keyakinan mengenai

empat tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan. Pendekatan auditor untuk

mendapatkan bukti terkait dengan tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan juga

konsisten.

Auditor melakukan pengujian pengendalian untuk mendukung pengurangan

penilaian risiko pengendalian untuk keempat tujuan audit terkait penyajian dan

pengungkapan. Auditor juga melakukan prosedur substantif untuk mendapatkan keyakinan

bahwa sernua tujuan audit telah tercapai untuk informasi dan jumlah yang dimasukkan

dalam pengungkapan tersebut.

Page 28: Program Audit.docx

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam mengembangkan rencana audit keseluruhan, auditor menggunakan lima jenis

pengujian untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Pengujian

pengendalian dilakukan untuk mendukung pengurangan pengukuran risiko pengendalian,

sementara auditor menggunakan prosedur analitis dan pengujian terperinci saldo untuk

memenuhi risiko deteksi. Pengujian substantif transaksi memengaruhi risiko pengendalian

maupun risiko deteksi yang direncanakan, karena mereka menguji efektivitas pengendalian

internal serta jumlah nominal transaksi.

Biasanya, auditor menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan audit atas

laporan keuangan, namun beberapa jenis pengujian mendapatkan penekanan yang lebih

dibandingkan dengan yang lain, bergantung pada kondisi. Ingat kembali bahwa prosedur analitis

diharuskan dalam semua audit untuk menilai risiko salah saji material sementara keempat jenis

pengujian lainnya dilakukan untuk menghadapi risiko yang teridentifikasi untuk memberikan

dasar bagi opini auditor. Perlu dicatat bahwa hanya prosedur penilaian resiko, khususnya

prosedur untuk mendapatkan pemahaman, pengendalian, dan pengujian pengendalian digunakan

dalam audit pengendalian internal laporan keuangan.

Page 29: Program Audit.docx