profil ketenagakerjaan

Upload: suyanto-yanto

Post on 04-Apr-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 profil ketenagakerjaan

    1/17

    PROFIL KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI RIAU

    Oleh : SYAMSUL BAHRI.SH.Msi *)

    I. PENDAHULUAN

    Peningkatan Sumber Daya Manusia sebagai salah satu subjek

    pembangunan dan sekaligus bagian dari cita-cita bangsa Indonesia

    yang diamanatkan oleh UUD 1945 tentulah mempunyai arti yang

    sangat penting (Signitifikan). Signitifikasinya subjek peningkatan

    sumber daya manusia dalammeningkatkan taraf hidupnya bukan

    saja dilihat dalam konteks manusia (dalam hal ini tenaga kerja)

    sebagai faktor terpenting dalam mencapai cita-cita tersebut,

    melainkan dan terutama diliat pada penegasan kualifikasi daya

    (energy) yang melekat pada tenaga kerja tersebut yang memiliki

    kemampuan (competency) untuk membangun.

    Setiap tenaga kerja dalam kehidupan pribadinya maupun

    dalam kedudukannya sebagai anggota masyarakat, serta dalamperanannya didalam status pekerjaan perlulah memiliki daya

    ataupun kemampuan untuk membangun. Tenaga kerja yang

    memiliki daya seperti itu tentulan akan mampu mendapatkan

    pendidikan dan palatihan yang baik dan sebagai manfaatnya ia

    dapat merebut peluang kerja yang tersedia dimasyarakat, ataupun

    justru dia dapat menciptakan lapangan kerja sendiri, itu tentu

    berdampak sangat positif bagi anggota masyarakat lainnya yangmemerlukan lapangan kerja. Jadi nampak bahwa peningkatan

    Sumber Daya Manusia berkedudukan tidak saja sebagai objek,

    melainkan juga sekaligus sebagai subjek.

    Untuk itu perlu dimantapkan keterpaduan semua pihak terkait

    (baik pemerintah, swasta maupun anggota masyarakat sendiri).

    Untuk keberhasilan itu semua perlu diterapkan suatu konsep dan

    system peningkatan Sumber Daya Manusia yang tepat, yang dikenal

    1

  • 7/30/2019 profil ketenagakerjaan

    2/17

    2

    sebagai pelatihan tersebut diatas maka subjek peningkatan Kualitas

    SDM di provinsi Riau dapat diberikan deskripsi singkat sebagai

    berikut :

    1. Bahwa arti pentingnya peningkatan SDM pada tataran di

    masyarakat kita kuncinya DAYA (ENERGY) yakni kekuatan yang

    melekat pada diri tenaga kerja yang memiliki kemampuan

    (competency) untuk membangun, dalam arti untuk maju positif.

    2. Bahwa untuk keberhasilan terwujudnya manusia yang

    memiliki daya seperti itu perlu diterapkan secara terpadu

    pembinaan dan peningkatan dayaguna (efficiency) tenaga kerja

    sehingga memberikan manfaat positif bagi tenaga kerja itu

    sendiri dan bagi masyrakat , bangsa dan negaranya. Peningkatan

    SDM yang tepat adalah melalui pelatihan keterampilan Tenaga

    kerja bagi calon tenaga kerja dan peningkatan produktivitas

    bagai yang sudah/pernah bekerja.

    3. Konsekwensi logis dari butir 1 dan 2 tersebut ialah bahwa

    setiap pengambil kebijakan harus merasa terpanggil (bahkan

    komited) untuk secara bijak (wisc) senantiasa berupaya

    meningkatkan motivasi terhadap faktor peningkatan SDM di

    daerah ini, terutama bagi tenaga kerja tempatan, sehingga

    kualitas SDM didaerahnya senantiasa termotivasi untuk maju

    positif sehingga kualitasnya semakin meningkat dan dapat

    merebut peluang (opportunity) kerja bahkan juga peluang

    berusaha wirausaha (business opportunuty) yang berarti

    menciptakan lapangan kerja bagi anggota masyarakat dimana

    tenaga kerja berada.

    Memperhatikan butir-butir diatas, nampak bahwa sebebnarnya

    substansi peningkatan SDM itu mencakup bahasan yang sangat luas

    seperti kependudukan, kesehatan, soal gizi, calorie intake, umur

    harapan hidup, kemiskinana, pendidikan, ketenagakerjaan dan

  • 7/30/2019 profil ketenagakerjaan

    3/17

    3

    sebagainya. Namun bahasan dalam masalah ini khusus untuk Tim

    BENCHMARKING Peningkatan PTK Otonomi/Era Baru harus

    difokuskan pada hal-hal yang menyangkut strategi pembangunan

    sektor ketenagakerjaan di Provinsi Riau .

    Disini akan ditelaah tantangan-tantangan yang dihadapi

    dalam peningkatan SDM, termasuk aplikasi dan pengembangannya

    yang cocok di propinsi Riau dalam era globalisasi abad XXI yang

    didukung pula oleh era otonomi daerah.

    II. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN TENAGA KERJA

    Permasalahan Tenaga kerja di provinsi Riau saat ini masih

    berporos pada kualitas SDM, rendahnya mutu dan produktivitas,

    penyebaran dan pendayagunaan tenaga kerja yang tidak merata,

    belum terciptanya hubungan industrial yang harmonis, belum

    sepenuhnya terlaksanan perlindungan terhadap tenaga kerja dan

    yang paling santer saat ini kurangnya pemberdayaan terhadap

    tenaga kerja tempatan.

    Rendahnya kualitas dan mutu serta produktivitas tenaga kerja

    ditandai dengan ingkat pendidikan yang ditamatkan oleh angkatan

    kerja saat ini, dimana sampai tamatan SD mencapai 63,45%, untuk

    tamatan SLTP 14,50 %, tamatan SLTA sebesar 18,86%. Sedangkan

    tingkat Akademi dan Universitas sebesar 3,11%.

    Disamping itu penyebaran dan pendayagunaan tenaga kerja

    yang tidak merata dapat dilihat pada tempat terkosentrasinya

    tenaga kerja yang bekerja pada derah tertentu terdapat kesempatan

    kerja yang tidak dapat dipenuhi oleh tenaga kerja yang ada.

    Akibat tingkat pendidikan dan pengaruh kondisi kebebasan

    untuk mengeluarkan pendapat membawa korelasi terhadap

    hubungan industrial, hal ini dapat dilihat banyaknya kasus yang

    ditangani tentang hubungan industrial seperti kasus unjuk rasa,

  • 7/30/2019 profil ketenagakerjaan

    4/17

    4

    mogok dan kasus lainnya yang diproses oleh Mediator maupun

    yang dibawa ke pengadilan Hubungan Industrial.

    Semakin maju proses pengolahan bahan oleh industri yang

    mempergunakan teknologi tinggi disatu sisi membawa dampak

    positif dimana tingkat produktifitas tinggi, namun tidak pula

    membawa dampak negatif dimana kesempatan kerja semakin

    menyempit. Begitu pula kemajuan teknologi bila tidak dibarengi

    dengan aspek lain seperti perlindungan tenaga kerja dalam bentuk

    kecelakaan dalam bekerja, keselamatan dan kesehatan kerja.

    Disamping itu juga pengaruh lingkungan kerja sangat dominan

    terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, dimanan bagi industri

    yang belum bebas dari faktor pembuangannya seperti debu, asap,

    bau tidak sedap dan lainnya.

    Berdasarkan hal tersebut diatas dapat ditarik identifikasi

    permasalahan pokok yang dihadapi oleh ketenaga kerjaa di Propinsi

    Riau saat ini adalah sebagai berikut :

    1. Masih rendahnya kualitas tenaga kerja yang ditandai dengan

    tingkat ketrampilan yang dimilki belum mampu bersaing secara

    kompetitif.

    2. Tidak meratanya penyebaran dan pendayagunaan tenaga kerja

    antar daerah.

    3. Produktivitas tenaga kerja masih rendah yang dapat dilihat dari

    tingkat mutu dan penghasilan.

    4. Hubungan industrial yang harmonis dan sejahtera belum

    terlaksana secara gradual.

    5. Belum sepenuhnya perlindungan terhadap persyaratn kerja,

    kecelakaan kerja, keselamatan kerja dan kesehatan kerja.

    6. Belum tersusunnya perencanaan tenaga kerja secara siginifikan

    mengahadapi era informasi dan globalisasi.

    III. KEBIJAKAN DAN LANGKAH PEMECAHAN MASALAH TENAGA KERJA DI

    RIAU.

  • 7/30/2019 profil ketenagakerjaan

    5/17

    5

    1. Kebijakan Makro, Sektor dan Daerah.

    Upaya penciptaan lapangan kerja yang berkelanjutan

    memerlukan proses pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan

    yang lebih berorientasi pada kepentingan pekerja, dan tindakan

    yang diperlukan untuk menciptakan lapangan kerja melalui

    program-program penciptaan lapangan kerja secara langsung,

    yang didukung dengan sistem informasi dan perencanaan tenaga

    kerja. Proses pertumbuhan ekonomi yang memperhatikan

    kepentingan tenaga kerja memungkinkan tercapainya laju

    pertumbuhan output yang diinginkan.

    Ditinjau dari ketersediaan Sumber Daya Alam, kekayaan

    dan ketersediaan sumber daya daerah di Riau saat ini cukup

    tersedia dengan pemberdayaan UKM daerah yang berarti kualitas

    SDM harus mendapat kesempatan yang luas untuk meningkatkan

    kapasitas dan kemampuan tenaga kerja guna mendorong

    peningkatan produktivitas kerja di daerah. Nabum tidak semua

    sumber daya daerah dapat dimanfaatkan oleh masyarakat

    daerah. Dalam situasi demikian perlu diupayakan bagi

    penyerapan tenaga kerja melalui peningkatan ketrampilan yang

    menjangkau seluruh daerah.

    2. Penciptaan Lapangan Kerja Langsung

    Tenaga Kerja tidak dapat lagi dipandang semata-matasebagai salah satu faktor produksi, tetapi lebih luas dari itu, yaitu

    sebagai mitra kerja dalam berusaha. Pada gilirannya hubungn

    industrial yang harmonis dan kemitraan akan memberikan

    dampak positif terhadap kebijaksanaan sistem pengupahan,

    sekaligus memberikan rasa bentuk ketenangan bagi pekerja.

    Dengan demikian maka perkembangan suatu kegiatan ekonomi

    menjadi tanggung jawab bersama antara pemilik modal dan

  • 7/30/2019 profil ketenagakerjaan

    6/17

    6

    pekerja yang pada akhirnya para pengusaha dapat memahami

    akan kepentingan tenaga kerja terutama tenaga kerja tempatan.

    3. Pembangunan Sektoral yang Membantu peluang Kesempatan

    Kerja.

    Sektor pertanian dapat menjadi tumpuan harapan bagi

    banyak angkatan kerja yang ada. Dalam kaitan itu pembangunan

    sektor pertanian dan sektor yang mendukung (agrobisnis) dan

    mengolah hasil-hasil pertanian ( agro industri ) perlu

    dikembangkan di Propinsi Riau.

    Dalam pengembangannnya, pemerintah daerah dapat

    menjadi pendorong dan pembina terhadap masyarakat agar

    usaha di sektor pertanian dapat dikembangkan menjadi usaha

    produktif. Kegiatan penelitian dengan memanfaatkan IPTEK dapat

    dikembangkan agar diperoleh tingkat produksi yang optimal dari

    sektor pertanian.

    Agregasi pembangunan pertanian yang berbudaya industri

    di pedesaan memantapkan proses industrialisasi pedesaan yang

    mendorong pertumbuhan sentra-sentra pengembangan

    komoditas unggulan berskala ekonomi yang mampu mendorong

    menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan eksport. Dalam

    mempercepat proses pemulihan ekonomi dibutuhkan

    peningkatan kulitas SDM agar dapat meningkatkan kualitas

    pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan yang pada

    gilirannya, penciptaan lapangan usaha yang kompetitif dapat

    diakomodasikan.

    Pelatihan di tingkat pedesaan diarahkan kepada pelatihan

    untuk meningkatkan ketrampilan dan kemampuan dalam

    mengelola SDA di wilayah / lokasi, keberadaan masyarakat dan

    usaha yang akan dirintisnya. Sedangkan pelatihan di perkotaan

    diarahkan kepada pelatihan untuk sektor industri dan jasa yang

    abnyak berkembang diwilayah perkotaan saat ini.

  • 7/30/2019 profil ketenagakerjaan

    7/17

    7

    4. Mempersiapkan Tenaga Kerja yang Berkualitas

    Pengembangan pembinaan dan peningkatan kualitas dan

    produktivitas tenaga kerja di diseminasikan keseluruh sektor,

    daerah dan lapisan masyarakat, dalam pemberdayaan dengan

    sistem disentralisasi ini mendorong masyarakat untuk

    berpartisipasi secara aktif dan juga turut menyebarluaskan arti

    pentingnya kualitas dan produktivitas SDM dalam masa

    persaingan, terlebi lagi dalam kondisi ekonomi yang sedang lesu.

    Peningkatan ketrampilan tenaga kerja sangat penting

    dalam mendukung perubahan struktur produksi sebagai

    konsekwensi dari kecendrungan kuat liberalisasi dan globalisasi.

    Mengacu kepada perubahan kebutuhan dunia kerja yang semakin

    cepat dan beragam, diperlukan pelatihan yang luwes/fleksibel.

    Standar kualifikasi kemampuan dan standar program pelatihan

    dibatasi pada hal-al pokok yang berlaku umum secara sektoral

    dan daerah. Sedangkan hal-hal yang bersifat spesifik

    dikembangkan sebagai muatan lokal dan bersifat non standart.

    Kualitas standar internasional tetap menjadi acuan. Bentuk-

    bentuk kemitraan antara pemerintah dan swasta dalam

    penyelenggaraan pelatihan lebih didorong untuk menjamin

    efektivitas dan efisiensi.

    Selanjutnya diperlukan kebijakan keterkaitan dan

    kesepadanan melalui peningkatan kerjasama antara lembaga

    pelatihan dengan perusahaan. Sementara itu kesepadanan

    pengakuan dan penghargaan pelatihan dengan pendidikan formal

    dan pengalaman kerja, ditingkatkan malalui pengembangan

    standarisasi, akreditasi dan sertifikasi yang bersifat sektoral dan

    regional.

  • 7/30/2019 profil ketenagakerjaan

    8/17

    8

    5. Pemberian Perlindungan dan Kesejahteraan Pekerja

    Kebijaksanaan bagia angkatan kerja yang sudah bekerja

    perlu diberikan selaras dengan arah pembangunan sistem

    hubungan industrial yang dapat diterima oleh seluruh lapisan

    masyarakat industri yang secara khusus bagai masyarakat

    industri yang secara langsung terlibat dalam proses produksi

    barang dan jasa, perluasan jangkauan dan kemampuan

    berundinag agar menghasilkan syarat-syarat kerja yang

    berkualitas, pengawasan dan pembinaan keselamatan dan

    kesehatan kerja yang didukung oleh sumber daya yang memadai,

    disamping penegakan hukum agar masyarakat luas mengetahui

    dinamika hukum ketenaga kerjaan.

    Keseluruhan kebijaksanaan dalam pembangunan ketenaga

    kerjaan ini dilandasi oleh informasi ketenagakerjaan yang selaras

    dengan transformasi struktur perekonomian dengan ketersediaan

    tenaga kerja yang berkualitas sesuai dengan perkembangan

    aktivitas perekonomian daerah Riau maupun Nasional.

    IV. STRATEGI PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN DI PROPINSI

    RIAU

    1. Perencanaan Tenaga Kerja Otonomi.

    Pembangunan bidang ketenagakerjaan, aspek perencanaandan informasi penting artinya. Untuk itu perlu dilakukan

    perencanaan tenaga kerja baik pada tingkat propinsi maupun

    tingkat kabupataen/kota, serta menyediakan informasi

    ketenagakerjaan secara makro yang lebih akurat dan tepat

    waktu. Beberapa upaya dilakukan untuk memperoleh suatu

    perencanaan tenaga kerja dan sistem informasi ketenagakerjaan

    yang lebih baik melalui kerjasama yang lebih intensif dengan

    instansi terkait dalam menyususn perencanaan tenagakerja,

  • 7/30/2019 profil ketenagakerjaan

    9/17

    9

    melaksanakan penelitian dan studi pelacakan untuk menentukan

    target yang akan dilaksanakan, baik persediaan maupun

    kebutuhan tentang pelatihan, penggunaan tenaga kerja.

    Pendekatan baru dalam pembuatan perencanaan tenaga

    kerja otonomi adalah disusunnya Active Labor Market Policy atau

    Kebijakan pasar kerja aktif dalam upaya mengurangi

    pengangguran, menciptakan perluasan kesempatan kerja dan

    jaminan sosial tenaga kerja.

    2. Penyusunan dan Pengembangan Sistem Informasi Pasar Kerja

    Dalam rangka penyusunan dan pengembangan sistem

    informasi pasar kerja akan dilaksanakan dengan memanfaatkan

    teknologi dibidang informasi. Langkah yang direkomendasikan

    dalam upaya memperkokoh institusi pasar kerja melalui :

    a. Memperkuat mekanisme yang ada agar koordinasi lebih efektif

    antar instansi, unit maupun bagian.

    b. Memperkokoh proses kelembagaan disentralisasi, untuk

    menyempurnakan pada tingkat propinsi maupun

    kabupaten/kota.

    c. Mengembangkan sumber daya manusia yang mengelola

    sistem informasi secara berkala.

    d. Memperkuat dialog sosial antar mitra kerja tripartit di daerah.

    3. Perluasan Kesempatan Kerja dan Padat Karya

    Sebagai tugas penting yang khusus dihadapi oleh

    masyarakat dan pemerintah saat ini adalah menciptakan

    kesempatan kerja, perluasan kesempatan kerja ditekankan

    melaluiprogram padat karya, khususnya untuk mengatasi

    masalah yang timbul disektor-sektor yang terkena PHK dengan

    membangun infrstruktur di pedesaan dan pinggiran perkotaan

    dengan sistem padat karya. Penekanan juga dilaksanakan pada

    perluasan kesempatan kerja mandiri melalui kegiatan yang

  • 7/30/2019 profil ketenagakerjaan

    10/17

    10

    berkelanjutan dan produktif serta memberikan pendapatan bagi

    para peserta program.

    4. Pemberdayaan dan Optimalisasi Sumber Daya Pelatihan Daerah.

    Kemampuan dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber

    daya pelatihan daerah untuk mempercepat proses peningkatan

    kualitas dan produktivitas tenaga kerja dilakukan melalui :

    a. Pengembangan standarisasi dan sertifikasi kompetensi tenaga

    kerja, dengan pendekatan sektor dan profesi yang dilakukan

    secara desentralisasi dan paralel disemua sektor, dengan

    partisipasi aktif asosiasi profesi, perusahaan, pekerja dan para

    pakar.

    b. Peningkatan relevansi, kualitas dan efesiensi pelatihan kerja,

    melalui pembinaan program, fasilitas dan sarana, instruktur

    dan tenaga ahli pelatihan, sistem dan metode, pendataan,

    kelompok dan akreditasi.

    c. Pengembangan jaring kerjasama pelatihan antar sektor baik di

    tingkat pusat, daerah untuk keperluan koordinasi dan sinergi

    pelatihan.

    d. Peningkatan kerjasama dengan negara tentangga sebagai

    pengguna tenaga kerja dari Riau perlu diadakan standarisasi

    dan sertifikasi kompetensi, peningkatan kemampuan lembaga

    pelatihan maupun pemagangan.

    5. Pelatihan Peningkatan dan Pemasyarakatan Produktivitas.

    Salah satu dampak dari globalisasi, menuntut peningkatan

    produktivitas yang semaksimal mungkin dari para tenaga kerja,

    sejalan dengan itu pembangunan ketenagakerjaan di Riau akan

    memperhatikan peningkatan kesadaran dan motivasi terhadap

    produktivitas, efesiensi, efektivitas, disiplin dan etos kerja

    produktif serta berdaya saing tinggi. Upaya yang akan

    dilaksanakan melalui :

  • 7/30/2019 profil ketenagakerjaan

    11/17

    11

    a. Pemasyarakatan nilai dan budaya produktif melalui kampanye

    produktivitas, penghargaan produktivitas seminar penyuluhan

    dan kegiatan sejenis.

    b. Pengembangan kader dan tenaga ahli produktivitas.

    c. Pengembangan kelembagaan, pelayanan peningkatan

    produktivitas.

    d. Pengembangan teknik dan metode peningkatan

    produktivitas.

    6. Peningkatan Bursa Tenaga Kerja Terpadu

    Untuk memperbaiki layanan ketenagakerjaan dan

    mengatasi berbagai masalah dalam pemberdayaan bursa tenaga

    kerja, direncanakan program sebagai berikut :

    a. Memberikan bantuan dan tanggapan yang cepat terhadap

    tenaga kerja yang terkena PHK.

    b. Diupayakan meningkatkan kemampuan petugas kantor bursa

    tenaga kerja dalam melakukan pencatatan dan pengolahan

    data.

    c. Mendirikan suatu pusat dokumentasi, mengorganisir kelompok

    pencari kerja dan pameran ketenagakerjaan.

    d. Membuat jaringan komunikasi yang on line dengan seluruh

    Dinas data bursa tenaga kerja dapat dihasilkan dan dikirim

    tepat waktu.

    7. Penempatan Tenaga Kerja ke Luar Negeri.

    Untuk memperluas kesempatan kerja ke Luar Negeri maka

    diupayakan program kegiatan :

    a. Menyederhanakan prosedur yang dapat mengurangi biaya

    rekruitmen dan pengiriman.

    b. Memperketat TKI yang akan dikirimi keluar negeri dengan

    kerjasama instansi terkait terutama TKI dari propinsi lain yang

    sering menimbulkan masalah bagi Pemda.

    c. Mengupayakan jalur resmi menjadi pilihan oleh Tki melalui

    penyuluhan dan penegakan prosedur yang berlaku.

  • 7/30/2019 profil ketenagakerjaan

    12/17

    12

    8. Implementasi Hubungan Industrial dalam Iklim Keterbukaan

    Untuk melindungi kepentingan pekerja dan pengusaha

    perlu disusun aturan kerja yang memadai dan disepakati

    berbagai pihak. Selanjutnya aturan baru tersebut

    dimasyarakatkan kepada pekerja dan pengusaha. Beberapa

    upaya yang akan dilakukan yakni :

    a. Reformasi Serikat Pekerja.

    b. Pendidikan Perburuhan

    c. Pemasyarakatan Kaedah Baru di Bidang Hubungan Industrial

    dalam Era Keterbukaan.

    9. Perlindungan dan Peningkatan Kehidupan Serta Kesejahteraan

    Pekerja.

    Aspek-aspek yang menjadi perhatian utama adalah

    pemenuhan hak pekerja, keselamatan dan kesehatan kerja dan

    perluasan keahlian, termasuk perlindungan TKI di luar negeri.

    Strategi yang diperlukan adalah :

    a. Perlindungan tenaga kerja anak, orang muda dan wanita.

    b. Jaminan Sosial dan Syarat Kerja

    c. Perlindungan Pengupahan

    d. Perlindungan tenaga kerja ke luar negeri

    e. Pengawasan Norma keselamatan dan kesehatan kerja

    f. Penegakan hukum dan pengawasan ketenagakerjaa.

    IV. KONDISI SEKTOR INDUSTRI DI PROVINSI RIAU

    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981

    1.a.Jumlah Perusahaan skala Besar jml TK>100 Org = 432

    Perusahaan

    b.Jumlah Tenaga Kerja = 127.215

    Orang

  • 7/30/2019 profil ketenagakerjaan

    13/17

    13

    2. a.Jumlah Perusahaan Menengah jml TK26-99 Org = 1.906

    Perusahaan

    b.Jumlah Tenaga Kerja = 117.447

    Orang

    3 a.Jumlah Perusahaan Kecil jml TK1-25 Org = 1.619

    Perusahaan

    b.Jumlah Tenaga Kerja = 296.959

    Orang

    ISU PERMASALAHAN TENAGA KERJA ( KECELAKAAN KERJA DAN

    PENYAKIT AKIBAT KERJA)

    Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan

    instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan

    hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan

    kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib

    dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi,

    bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).

    Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya

    pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang

    menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus

    dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi

    keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang.

    Bagaimana K3 dalam perspektif hukum? Ada tiga aspek

    utama hukum K3 yaitu norma keselamatan, kesehatan kerja, dan

    kerja nyata. Norma keselamatan kerja merupakan sarana atau

    alat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang tidak

    diduga yang disebabkan oleh kelalaian kerja serta lingkungan

    kerja yang tidak kondusif. Konsep ini diharapkan mampu

    menihilkan kecelakaan kerja sehingga mencegah terjadinya cacat

    atau kematian terhadap pekerja, kemudian mencegah terjadinya

    kerusakan tempat dan peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah

  • 7/30/2019 profil ketenagakerjaan

    14/17

    14

    pencemaran lingkungan hidup dan masyarakat sekitar tempat

    kerja.Norma kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen yang

    mampu menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja

    setinggi-tingginya.

    K3 dapat melakukan pencegahan dan pemberantasan

    penyakit akibat kerja, misalnya kebisingan, pencahayaan (sinar),

    getaran, kelembaban udara, dan lain-lain yang dapat

    menyebabkan kerusakan pada alat pendengaran, gangguan

    pernapasan, kerusakan paru-paru, kebutaan, kerusakan jaringan

    tubuh akibat sinar ultraviolet, kanker kulit, kemandulan, dan lain-

    lain. Norma kerja berkaitan dengan manajemen perusahaan. K3

    dalam konteks ini berkaitan dengan masalah pengaturan jam

    kerja, shift, kerja wanita, tenaga kerja kaum muda, pengaturan

    jam lembur, analisis dan pengelolaan lingkungan hidup, dan lain-

    lain. Hal-hal tersebut mempunyai korelasi yang erat terhadap

    peristiwa kecelakaan kerja.

    Eksistensi K3 sebenarnya muncul bersamaan dengan

    revolusi industri di Eropa, terutama Inggris, Jerman dan Prancis

    serta revolusi industri di Amerika Serikat. Era ini ditandai adanya

    pergeseran besar-besaran dalam penggunaan mesin-mesin

    produksi menggantikan tenaga kerja manusia. Pekerja hanya

    berperan sebagai operator. Penggunaan mesin-mesin

    menghasilkan barang-barang dalam jumlah berlipat ganda

    dibandingkan dengan yang dikerjakan pekerja sebelumnya.

    Revolusi IndustriNamun, dampak penggunaan mesin-mesin

    adalah pengangguran serta risiko kecelakaan dalam lingkungan

    kerja. Ini dapat menyebabkan cacat fisik dan kematian bagi

    pekerja. Juga dapat menimbulkan kerugian material yang besar

    bagi perusahaan. Revolusi industri juga ditandai oleh semakin

    banyak ditemukan senyawa-senyawa kimia yang dapat

    membahayakan keselamatan dan kesehatan fisik dan jiwa

  • 7/30/2019 profil ketenagakerjaan

    15/17

    15

    pekerja (occupational accident) serta masyarakat dan lingkungan

    hidup.

    Pada awal revolusi industri, K3 belum menjadi bagian

    integral dalam perusahaan. Pada era in kecelakaan kerja hanya

    dianggap sebagai kecelakaan atau resiko kerja (personal risk),

    bukan tanggung jawab perusahaan. Pandangan ini diperkuat

    dengan konsep common law defence (CLD) yang terdiri atas

    contributing negligence (kontribusi kelalaian), fellow servant rule

    (ketentuan kepegawaian), dan risk assumption (asumsi resiko)

    (Tono, Muhammad: 2002). Kemudian konsep ini berkembang

    menjadi employers liability yaitu K3 menjadi tanggung jawab

    pengusaha, buruh/pekerja, dan masyarakat umum yang berada

    di luar lingkungan kerja.Dalam konteks bangsa Indonesia,

    kesadaran K3 sebenarnya sudah ada sejak pemerintahan kolonial

    Belanda. K3 baru menjadi perhatian utama pada tahun 70-an

    searah dengan semakin ramainya investasi modal dan

    pengadopsian teknologi industri nasional (manufaktur).

    Perkembangan tersebut mendorong pemerintah melakukan

    regulasi dalam bidang ketenagakerjaan, termasuk pengaturan

    masalah K3. Hal ini tertuang dalam UU No. 1 Tahun 1070 tentang

    Keselamatan Kerja, sedangkan peraturan perundang-undangan

    ketenagakerjaan sebelumnya seperti UU Nomor 12 Tahun 1948

    tentang Kerja, UU No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-

    ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja tidak menyatakan

    secara eksplisit konsep K3 yang dikelompokkan sebagai norma

    kerja.Setiap tempat kerja atau perusahaan harus melaksanakan

    program K3. Tempat kerja dimaksud berdimensi sangat luas

    mencakup segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di

    permukaan tanah, dalam air, di udara maupun di ruang angkasa.

    Pengaturan hukum K3 dalam konteks di atas adalah sesuai

    dengan sektor/bidang usaha. Misalnya, UU No. 13 Tahun 1992

  • 7/30/2019 profil ketenagakerjaan

    16/17

    16

    tentang Perkerataapian, UU No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu

    Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), UU No. 15 Tahun 1992 tentang

    Penerbangan beserta peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya.

    Selain sekor perhubungan di atas, regulasi yang berkaitan

    dengan K3 juga dijumpai dalam sektor-sektor lain seperti

    pertambangan, konstruksi, pertanian, industri manufaktur

    (pabrik), perikanan, dan lain-lain.Di era globalisasi saat ini,

    pembangunan nasional sangat erat dengan perkembangan isu-

    isu global seperti hak-hak asasi manusia (HAM), lingkungan

    hidup, kemiskinan, dan buruh. Persaingan global tidak hanya

    sebatas kualitas barang tetapi juga mencakup kualitas pelayanan

    dan jasa. Banyak perusahaan multinasional hanya mau

    berinvestasi di suatu negara jika negara bersangkutan memiliki

    kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan hidup. Juga

    kepekaan terhadap kaum pekerja dan masyarakat miskin. Karena

    itu bukan mustahil jika ada perusahaan yang peduli terhadap K3,

    menempatkan ini pada urutan pertama sebagai syarat investasi.

    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1990 Tentang

    Jamsostek

    1. Perusahaan aktif dlm kepesertaan Jamsostek = 2.339

    Perusahaan

    2. Jumlah Tenaga kerja aktif Sbg peserta Jamsostek = 254.824

    Orang

    3. Perusahaan kurang aktif dlm Kepesertaan s.d.a = 2.338

    Perusahaan

    4. Jumlah Tenaga kurang aktif sbg peserta s.d.a = 853.828

    Orang

    V. PENUTUP

    Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Riau mempunyai kondisi

    specifik ,dengan jumlah Perusahaan 8.663 Perusahaan ,dengan

  • 7/30/2019 profil ketenagakerjaan

    17/17

    17

    jenis perusahaan yang beragam misal Sektor Industri Migas

    ,Industri Manufakturing , Industri Pulp ,Sektor Pertanian dan

    Perkebunan dan sektor Pariwisata ,sektor Informal semestinya

    angka pengangguran di Provinsio Riau cukup kecil

    namun Riau sebagai Provinsi Surplus dan kaya Sumber Daya Alam

    berupa Hasil Tambang (Migas dan Batubara) Hasil hutan dan Hasil

    Perkebunan (Kelapa Sawit dan Karet) justru mendapatkan beban

    tambahan dipundaknya berupa membanjirnya angka migrasi dari

    Provinsi tetangga Terdekat,sehingga angka pengangguran bukan

    berkurang tapi terdapat kecenderungan semakin bertambah.Ibarat

    Kapal Bermuatan Gula Provinsi Riau didatangi Semut-semut yang

    mencari penghidupan dari daerah sekitar.

    Sehingga menjadi suatu hal yang wajar ketika Provinsi dengan

    pertumbuhan ekonomi diatas 6 % dan terkenal dengan provinsi kaya

    ,menjadi daerah tujuan kalangan perantau untuk mengadu nasib di

    Bumi Lancang Kuning Tercinta ini .

    *) Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Persayaratan

    Kerja ,Disnakertransduk Provinsi Riau makalah disampaikan dalam acara

    Kuliah Pakar Blok 18 Keselamatan dan Kesehatan Kerja FK Universitas Riau

    17 Mei 2010