profil kesehatan kota bandar lampung tahun 2014 · profil kesehatan berisi tentang visi dan misi...

126
PROFIL KESEHATAN KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014

Upload: others

Post on 09-Jan-2020

18 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PROFIL KESEHATAN

KOTA BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2014

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 21

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dankehendak-Nya sehingga Profil Kesehatan Kota Bandar LampungTahun 2014 selesai disusun.

Profil Kesehatan Kota Bandar lampung Tahun 2014 berisi datatahun 2013 merupakan gambaran kondisi kesehatan di wilayahKota Bandar Lampung yang diharapkan dapat dipergunakansebagai masukan dalam perencanaan pembangunan kesehatan diKota Bandar Lampung.

Profil kesehatan berisi tentang visi dan misi Dinas Kesehatan,gambaran umum wilayah, gambaran pencapaian program, saranaprasarana kesehatan dan pola penyakit yang didapatkan darikompilasi laporan seluruh sarana kesehatan di Kota BandarLampung dan disajikan dalam bentuk grafik dan tabel.

Kami menyadari bahwa penyusunan profil ini masih banyakkekurangan dalam penyajian data, kelengkapan data, akurasidata serta ketepatan waktu penyajian. Untuk itu gunakesempurnaan penyusunan profil dimasa datang kritik dan saranpembaca kami harapkan.

Demikian, atas bantuan berbagai pihak dalam penyusunan profilini kami ucapkan terimakasih dan semoga bermanfaat.

Kota Bandar Lampung, Agustus2015

Kepala Dinas KesehatanKota Bandar Lampung

dr. Amran. M.KesPembina Utama Muda, IV/c

NIP. 19630716 198910 1 002

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 22

DAFTAR ISI

HalamanKata PengantarBAB I Pendahuluan1.1 Latar Belakang 11.2 Maksud dan Tujuan 21.3 Sistematis Penulisan 21.4 Keterbatasan Penelitian 3

BAB II Gambaran Umum2.1 Luas Wilayah dan Batas Administrasi Daerah 42.2 Kondisi Geografis dan Klimatologi 62.3 Kondisi Topologi 72.4 Hidropologi 82.5 Sumber Daya Alam 92.6 Demografi / Kependudukan 102.7 Agama 142.8 Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan 142.9 Sosial Ekonomi 15

BAB III Rencana Pembangunan Jangka Menengah BidangKesehatan

3.1 Visi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung 21

o 3.2 Misi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung 23

3.3 Tujuan dan Sasaran 273.4 Strategi 293.5 Kebijakan 313.6 Tugas Pokok dan Fungsi 343.7 Issue-issue Strategis Pembangunan Kesehatan Kota Bandar

Lampung Tahun 2014 3533..88 PPRROOGGRRAAMM DDAANN KKEEGGIIAATTAANN 44003.9 Struktur Organisasi 44

BAB IV Situasi Upaya Kesehatan4.1 Angka Kematian Bayi 464.2 Angka Kematian Anak Balita 484.3 Angka Kematian Ibu 484.4 Morbiditas (Angka Kesakitan) 534.5 Status Gizi Masyarakat 71

BAB V Situasi Derajat Kesehatan5.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak 74

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 23

5.2 Perbaikan Gizi Masyarakat 785.3 Program Penyehatan Lingkungan 845.4 Program Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat 875.5 Program Peningkatan Upaya Kesehatan 895.6 Program Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya 915.7 Program Manajemen dan Kebijakan Kesehatan 92

BAB VI Situasi Sumber Daya Kesehatan6.1 Sarana Kesehatan 966.2 Tenaga Kesehatan 1026.3 Pembiayaan Kesehatan 104

BAB VII Simpulan dan Saran7.1 Simpulan 1067.2 Saran 108

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 24

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Data Wilayah Administrasi Kota Bandar Lampung 5

Tabel 2.2 Zonasi Kawasan Resapan Air Kota Bandar Lampung 9

Tabel 2.3 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin danSex Ratio Di Kota Bandar LampungTahun 2010 – 2014 10

Tabel-2.4 Komposisi Struktur Penduduk Kota BandarLampung Dirinci menurut Kelompok Umur,Jenis kelamin, dan Sex Ratio Tahun 2014 11

Tabel-2.5 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok SasaranDi Kota Bandar Lampung Tahun 2009-2014 13

Tabel 2.6 Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstandan Atas Dasar Harga Berlaku di KotaBandar Lampung Tahun 2007-2012 16

Tabel 2.7 Indeks Komponen IPM Kota Bandar LampungTahun 2010-2012 17

Tabel-2.8 Pendapatan Per Kapita Per Tahun Menurut ADHKdan ADHB Di Kota Bandar LampungTahun 2010-2013 17

Tabel-2.9 Jumlah Perusahaan Dan Tenaga Kerja Di KotaBandar Lampung Tahun 2009-2013 18

Tabel-2.10 Pembiayaan Sektor Kesehatan Menurut SumberAnggaran Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2012 19

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 25

Tabel-2.11 Proporsi Anggaran Sektor Kesehatan Terhadap TotalAPBD Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014 20

Tabel-3.01 Jumlah Kasus kematian Bayi Di KotaBandar Lampung Tahun 2010-2015 37

Tabel-3.02 Jumlah Kasus kematian Balita Di KotaBandar Lampung Tahun 2010 – 2015 37

Tabel-4.01 Penyebab Penderita Penyakit Diare di KotaBandar Lampung Tahun 2013- 2014 56

Tabel.5.01 Jumlah Kunjungan ke Puskesmas dan Rumah Sakitdi Kota Bandar Lampung Tahun 2014 90

Tabel 5.02 Persentase Ketepatan dan Kelengkapan LaporanSP2TP di Kota Bandar Lampung Tahun 2014 93

Tabel 6.01 Jumlah Puskesmas Per Kecamatan KotaBandar Lampung Tahun 2014 97

Tabel 6-02 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kategoridi Puskesmas Kota Bandar Lampung Tahun 2014 102

Tabel 6-03 Anggaran Kesehatan Kota Bandar LampungTahun 2014 104

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 26

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.01 Peta Administrasi Kota Bandar Lampung 6

Gambar 2.02 Grafik Piramida Penduduk Kota BandarLampung Menurut Jenis Kelamin dan KelompokUmur Tahun 2014 12

Gambar 2.03 Persentase Pencari Kerja Menurut PendidikanDi Kota Bandar Lampung Tahun 2014 14

Gambar 4.01 Kasus Kematian Bayi Di Kota Bandar LampungTahun 2009-2014 46

Gambar 4.02 Penyebaran Kasus Kematian Bayi Di KotaBandar Lampung Tahun 2014 47

Gambar 4.03 Kasus Kematian Anak Balita Kota BandarLampung Tahun 2009-2014 48

Gambar 4.04 Kasus Kematian Ibu Maternal Kota BandarLampung Tahun 2010-2014 49

Gambar 4.05 Penyebab Kasus Kematian Ibu Maternal Di KotaBandar Lampung Tahun 2014 50

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 27

Gambar 4.06 Kasus Kematian Ibu Maternal BerdasarkanWilayah Puskesmas Kota Bandar LampungTahun 2014 51

Gambar 4.07 Trend Kasus Acute Flacid Paralysis Per 100.000Anak Usia < 15 Tahun Di Kota Bandar LampungTahun 2010-2014 53

Gambar 4.08 IR Diare Per 1.000 Penduduk Kota BandarLampung Tengah Tahun 2008-2014 55

Gambar 4.09 Distribusi Kasus Diare Per Gol. Umur Di KotaBandar Lampung Tahun 2014 55

Gambar 4.10 Angka Kesembuhan Tahun 2014 Kota BandarLampung 58

Gambar 4.11 Jumlah Penemuan Suspek TB Paru Di KotaBandar Lampung Tahun 2010-2014 58

Gambar 4.12 Jumlah Kasus Penemuan TB Paru Di KotaBandar Lampung Tahun 2010-2014 58

Gambar 4.13 Kasus Pneumonia Menurut Jenis KelaminDi Kota Bandar Lampung Tahun 2014 60

Gambar 4.14 Distribusi Kasus Kusta Kota Bandar LampungTahun 2010-2014 64

Gambar 4.15 Jumlah Penderita Kusta Menurut Jenis KelaminDi Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014 64

Gambar 4.16 Kondisi Malaria Di Kota Bandar Lampung Tahun2010-2014 65

Gambar 4.17 IR DBD Per 100.000 Penduduk Di KotaBandar Lampung Tahun 2010-201467

Gambar 4.18 CFR Demam Berdarah Dengue ( %) Di KotaBandar Lampung Tahun 2010-2014 67

Gambar 4.19 Penyebararan Kasus Dbd Menurut PuskesmasKota Bandar Lampung Tahun 2014 68

Gambar 4.20 Jumlah Kasus Suspec Campak Klinis Di Kota

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 28

Bandar Lampung Tahun 2008-2012 71

Gambar 4.21 Proporsi Bayi Berat Lahir Rendah Di

Kota BandarLampung Tahun 2014 72

Gambar 5.01 Jumlah RT ber PHBS 2014 88

Gambar 5.02 Strata Posyandu tahun 2014 89

Tabel 1 LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN,JUMLAHPENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA DANKEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN

Tabel 2 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DANKELOMPOK UMUR

Tabel 3 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEKHURUF DAN IJAZAH TERTINGGI YANG DIPEROLEHMENURUT JENIS KELAMIN

Tabel 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN,KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 5 JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITAMENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DANPUSKESMAS

Tabel 6 JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR,KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 29

Tabel 7 KASUS BARU TB BTA+, SELURUH KASUS TB, KASUS TBPADA ANAK, DAN CASE NOTIFICATION RATE (CNR) PER100.000 PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN,KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 8 JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARUBTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DANPUSKESMAS

Tabel 9 ANGKA KESEMBUHAN DAN PENGOBATAN LENGKAP TBPARU BTA+ SERTA KEBERHASILAN PENGOBATANMENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DANPUSKESMAS

Tabel 10 PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENISKELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 11 JUMLAH KASUS HIV, AIDS, DAN SYPHILIS MENURUTJENIS KELAMIN

Tabel 12 PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIVMENURUT JENIS KELAMIN

Tabel 13 KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENISKELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 14 JUMLAH KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN,KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 15 KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DANPUSKESMAS

Tabel 16 JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKITKUSTA MENURUT TIPE/JENIS, JENIS KELAMIN,KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 17 PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT(RELEASE FROM TREATMENT/RFT) MENURUT JENISKELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 18 JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) MENURUT KECAMATANDAN PUSKESMAS

Tabel 19 JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAHDENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN,KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 30

Tabel 20 JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAHDENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN,KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 21 JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DANPUSKESMAS

Tabel 22 KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUTJENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 23 PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENISKELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 24 PENGUKURAN TEKANAN DARAH PENDUDUK ≥ 18 TAHUNMENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DANPUSKESMAS

Tabel 25 PEMERIKSAAN OBESITAS MENURUT JENIS KELAMIN,KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 26 CAKUPAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGANMETODE IVA DAN KANKER PAYUDARA DENGANPEMERIKSAAN KLINIS (CBE) MENURUT KECAMATAN DANPUSKESMAS

Tabel 27 JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLBMENURUT JENIS KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

Tabel 28 KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI DESA/KELURAHAN YANGDITANGANI < 24 JAM

Tabel 29 CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINANDITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANANKESEHATAN IBU NIFAS MENURUT KECAMATAN DANPUSKESMAS

Tabel 30 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMILMENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 31 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIASUBUR MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 32 JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1DAN FE3 MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 33 JUMLAH DAN PERSENTASE PENANGANAN KOMPLIKASIKEBIDANAN DAN KOMPLIKASI NEONATAL MENURUTJENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 31

Tabel 34 PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENISKONTRASEPSI, KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 35 PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENISKONTRASEPSI, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 36 JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUTKECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 37 BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) MENURUTJENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 38 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT JENISKELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 39 JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUTJENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 40 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI MENURUT JENISKELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 41 CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI MENURUTKECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 42 CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B < 7 HARI DAN BCGPADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DANPUSKESMAS

Tabel 43 CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB3/DPT-HB-Hib3, POLIO,CAMPAK, DAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYIMENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DANPUSKESMAS

Tabel 44 CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI DAN ANAKBALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DANPUSKESMAS

Tabel 45 JUMLAH ANAK 0 – 23 BULAN DITIMBANG MENURUTJENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 46 CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENISKELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 47 JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN,KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 48 CAKUPAN KASUS BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPATPERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN,DAN PUSKESMAS

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 32

Tabel 49 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN)SISWA SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN,KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 50 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUTKECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 51 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAKSD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN,KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 52 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUTMENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DANPUSKESMAS

Tabel 53 CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN MENURUT JENISJAMINAN DAN JENIS KELAMIN

Tabel 54 JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DANKUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANANKESEHATAN

Tabel 55 ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

Tabel 56 INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT

Tabel 57 PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUPBERSIH DAN SEHAT (BERPHBS) MENURUT KECAMATANDAN PUSKESMAS

Tabel 58 PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KECAMATANDAN PUSKESMAS

Tabel 59 PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTANTERHADAP AIR MINUM BERKUALITAS (LAYAK) MENURUTKECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 60 PERSENTASE KUALITAS AIR MINUM DI PENYELENGGARAAIR MINUM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN

Tabel 61 PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP FASILITASSANITASI YANG LAYAK(JAMBAN SEHAT) MENURUT JENISJAMBAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 62 DESA YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL BERBASISMASYARAKAT

Tabel 63 PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM MEMENUHISYARAT KESEHATAN MENURUT KECAMATAN DANPUSKESMAS

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 33

Tabel 64 TEMPAT PENGELOLAAN MAKAN (TPM) MENURUT STATUSHIGIENE SANITASI

Tabel 65 TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN DIBINA DAN DIUJIPETIK

Tabel 66 PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN

Tabel 67 JUMLAH SARANA KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN

Tabel 68 PERSENTASE SARANA KESEHATAN (RUMAH SAKIT)DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT(GADAR ) LEVEL I

Tabel 69 JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, KECAMATAN,DAN PUSKESMAS

Tabel 70 JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYAMASYARAKAT (UKBM) MENURUT KECAMATAN

Tabel 71 JUMLAH DESA SIAGA MENURUT KECAMATAN

Tabel 72 JUMLAH TENAGA MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN

Tabel 73 JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI FASILITASKESEHATAN

Tabel 74 JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN DI FASILITASKESEHATAN

Tabel 75 JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DANKESEHATAN LINGKUNGAN DI FASILITAS KESEHATAN

Tabel 76 JUMLAH TENAGA GIZI DI FASILITAS KESEHATANTabel 77 JUMLAH TENAGA KETERAPIAN FISIK DI FASILITAS

KESEHATAN

Tabel 78 JUMLAH TENAGA KETEKNISIAN MEDIS DIFASILITASKESEHATAN

Tabel 79 JUMLAH TENAGA KESEHATAN LAIN DI FASILITASKESEHATAN

Tabel 80 JUMLAH TENAGA PENUNJANG/PENDUKUNG KESEHATANDI FASILITAS KESEHATAN

Tabel 81 ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 34

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

rogram Pembangunan Kesehatan merupakan salah satu

upaya untuk memenuhi hak atau kebutuhan masyarakat,

yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai

dengan amanat UUD 1945 pasal 28 ayat 1 dan Undang Undang

Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Pembangunan kesehatan

diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar memperoleh derajat

kesehatan yang optimal. Pembangunan kesehatan diselenggarakan

dengan berdasarkan pada peningkatan akses dan kualitas pelayanan

kesehatan dengan penekanan pada pencapaian sasaran yang

prorakyat, keadilan untuk semua (justice for all).

Pembangunan kesehatan di Kota Bandar Lampung juga

dilaksanakan dengan memperhatikan dinamika kependudukan,

epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta globalisasi dan demokratisasi

dengan semangat kemitraan, kerjasama lintas sektoral serta mendorong

peran serta aktif masyarakat, swasta maupun pemerintah.

Pembangunan kesehatan pada tahun 2014 merupakan pembangunan

kesehatan berkelanjutan dengan hasil yang sudah mulai menunjukkan

kecenderungan membaik dibandingkan dengan keadaan tahun-tahun

sebelumnya.

Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2015 ini

merupakan salah sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan

pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan

P

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 35

kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal

di bidang kesehatan Kota Bandar Lampung. Dengan kata lain, Profil

Kesehatan Kota Bandar Lampung ini pada intinya berisi mengenai data

dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan

masyarakat di wilayah Kota Bandar Lampung.

Pada Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2015 dapat

diperoleh data dan informasi indikator kesehatan dan indikator yang

terkait kesehatan yang meliputi antara lain : (1) indikator derajat

kesehatan yang digambarkan melalui mortalitas (angka kematian),

morbiditas (angka keasakitan) dan status gizi, (2) indikator upaya

kesehatan yang dapat dilihat dari indikator pelayanan kesehatan,

perilaku hidup sehat, akses dan mutu pelayanan serta keadaan

lingkungan. Juga dapat dilihat indikator sumber daya kesehatan yang

digambarkan melalui keberadaan sarana dan prasarana kesehatan,

tenaga kesehatan dan besarnya pembiayaan kesehatan. Hal lainnya,

pada Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung pun dapat dilihat kondisi

umum seperti wilayah kerja, keadaan penduduk, tingkat pendidikan

penduduk dan keadaan ekonomi.

Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas, maka keberadaan

Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung yang terbit setiap tahun ini

merupakan sumber daya yang sangat strategis bagi pimpinan dalam

penyelenggaraan manajemen yaitu sebagai masukan dalam proses

pengambilan keputusan mulai dari tahap penyusunan rencana,

penggerakan pelaksanaan, monitoring sampai dengan evaluasi.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung ini dimaksudkan untuk

menyediakan data dan informasi kesehatan yang lengkap, akurat dan

up to date yang difungsikan sebagai pedoman resmi bagi Dinas

Kesehatan dan jajarannya, lembaga pemerintah maupun swasta baik

untuk dasar perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 36

kegiatan atau program serta sebagai acuan kegiatan monitoring,

pengendalian dan evaluasi dari berbagai program.

1.3 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematikan penyajian Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung

Tahun 2014, adalah sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan tentang latar belakang,

maksud dan tujuan serta sistematika penulisan Profil Kesehatan Kota

Bandar Lampung serta siste matika penyajiannya.

BAB II GAMBARAN UMUM. Bab ini menyajikan tentang gambaran

umum Kota Bandar Lampung yang mencakup letak geografis,

demografis, pendidikan, ekonomi dan informasi umum lainnya.

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN. Bab ini berisi uraian tentang

indikator keberhasilan pembangunan kesehatan yang mencakup

tentang angka kematian, umur harapan hidup, angka kesakitan, dan

keadaan status gizi.

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN. Bab ini berisi uraian tentang

upaya-upaya kesehatan yang cakupan pelayanan kesehatan dasar,

cakupan pelayanan kesehatan rujukan, pemberantasan penyakit,

pembinaan kesehatan lingkungan dan lain-lain.

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. Bab ini menguraikan

tentang sumber daya yang yang mencakup sarana kesehatan, tenaga

kesehatan dan pembiayaan kesehatan.

BAB VI KESIMPULAN. Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal

penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil

Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2014.

1.4 KETERBATASAN PENYUSUNAN PROFIL

Penyusunan profil menggunakan data data dasar program namun tidak

semua data yang dibutuhkan tersedia, meskipun sudah dilakukan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 37

pengumpulan data diawal tahun dan pengulangan pada bulan

berikutnya secara terus menerus tetapi tidak semua program dapat

memberikan data yang diinginkan sesuai juknis profil salah satu

contoh adalah data campak.

Beberapa data seperti TB Paru, imunisasi belum dapat disajikan per

jenis kelamin. Begitu juga data upaya kesehatan yang ada, tidak semua

bidang dapat memberikan laporan evaluasi sebagai bahan penyusunan

profil

BBAABB IIII

GGAAMMBBAARRAANN UUMMUUMM

2.1 Luas Wilayah dan Batas Administrasi Daerah

ota Bandar Lampung merupakan Ibukota Propinsi Lampung.

Kota Bandar Lampung menjadi pusat kegiatan

pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan kebudayaan.

Kota Bandar Lampung juga merupakan pusat kegiatan perekonomian

dari Provinsi Lampung, karena terletak diwilayah yang strategis dan

merupakan daerah transit kegiatan perekonomian antara pulau

Sumatera dan pulau Jawa, sehingga secara ekonomis menguntungkan

bagi pertumbuhan dan pengembangan Kota Bandar Lampung sebagai

pusat perdagangan, industri, pariwisata.

Kota Bandar Lampung juga memiliki prospek yang kuat untuk

berkembang menjadi kota besar dalam skala regional, nasional bahkan

interbasional. Potensi Kota Bandar Lampung yang mendukung antara

lain adalah (1) lokasi geografis yang sangat strategis, (2) kedudukan

yang dituju dalam kebijakan tingkat nasional dan regional, (3)

pemandangan alam yang indah yang dapat dimanfaatkan untuk

menarik wisatawan, (4) keanekaragaman suku bangsa (multi etric), (5)

dukungan wilayah sekotarnya (hiterland) yag menunjang pertumbuhan

dan perkembangan Kota Bandar Lampung, Berdasarkan kebijakan

K

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 38

nasional dan regional, Kota Bandar Lampung ditetapkan sebagi pusat

pertumbuhan nasional dan merupakan orientasi bagi pusat

pengembangan antar daerah, pusat pengembangan daerah dan pusat

lokal.

Selain daripada itu, Kota Bandar Lampung memiliki andil yang

sangat vital dalam jalur transportasi darat dan aktivitas pendistribusian

logistik dari Jawa menuju Sumatera maupun sebaliknya serta memiliki

Pelabuhan Panjang yang beroperasi selama 24 jam untuk kegiatan

ekspor impor dan Pelabuhan Srengsem yang melayani distribusi

batubara dari Sumatera ke Jawa , untuk jalur udara memalui Bandara

Radin Intan yang berjarak 18 km dari Kota Bandar Lampung sehingga

secara langsung Kota Bandar Lampung berkontribusi dalam

mendukung pergerakan ekonomi nasional.

Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung memiliki luas

wilayah 197,22 km² atau 19.722 hektar. Berdasarkan Peraturan

Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 12 Tahun 2012 Tentang

Perubhaan Atas Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 04 Tahun

2012 Tentang Penataan dan pembentukan Kelurahan dan Kecamatan,

Kota Bandar Lampung terbagi ke dalam 20 Kecamatan dan 126

Kelurahan dengan rincian per wilayah sebagai berikut :

Tabel 2.1Data Wilayah Administrasi Kota Bandar Lampung

No Kecamatan LuasWilayah(Km²)

JumlahKelurahan

JumlahLingkungan

JumlahRT

1 Teluk Betung Barat 11,02 5 14 98

2 Teluk Betung Timur 14,83 6 14 99

3 Teluk Betung Selatan 3,79 6 14 141

4 Bumi Waras 3,75 5 12 153

5 Panjang 15,75 8 20 227

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 39

6 Tanjung Karang timur 2,03 5 11 109

7 Kedamaian 8,21 7 16 126

8 Teluk Betung Utara 4,33 6 12 161

9 Tanjung Karang Pusat 4,05 7 14 148

10 Enggal 3,49 6 13 119

11 Tanjung Karang Barat 14,99 7 16 130

12 Kemiling 24,24 9 20 240

13 Langkapura 6,12 5 11 73

14 Kedaton 4,79 7 16 136

15 Rajabasa 13,53 7 14 105

16 Tanjung Seneng 10,63 5 11 105

17 Labuhan Ratu 7,97 6 12 91

18 Sukarame 14,75 6 13 117

19 Sukabumi 23,60 7 16 157

20 Way Halim 5,35 6 16 184

Jumlah 197,22 126 286 2,719

Sumber : Kota Bandar Lampung Dalam Angka Tahun 2014

SSeeccaarraa ggeeooggrraaffiiss KKoottaa BBaannddaarr LLaammppuunngg tteerrlleettaakk ppaaddaa 520’- 530’Lintang Selatan dan 10528’ - 10537’ Bujur Timur. Ibukota propinsiLampung ini berada di Teluk Lampung yang terletak diujung SelatanPulau Sumatera.

2.2 Kondisi Geografis dan Klimatologi

SSeeccaarraa ggeeooggrraaffiiss KKoottaa BBaannddaarr LLaammppuunngg tteerrlleettaakk ppaaddaa 520’- 530’

Lintang Selatan dan 10528’ - 10537’ Bujur Timur. Ibukota propinsi

Lampung ini berada di Teluk Lampung yang terletak diujung Selatan

Pulau Sumatera.

Kota Bandar Lampung setiap tahunnya terjadi dua musim angin

yaitu pada bulan November-Maret angin bertiup dari arah Barat dan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 40

Barat Laut, pada bulan Juli-Agustus angin bertiup dari arah Timur dan

Tenggara dengan kecepatan rata-rata 5,83 km/jam. Temperatur pada

daerah daratan dengan ketinggian 30m–60m rata-rata berkisar antara

26C-28C. Temperatur maksimum yang sangat jarang dialami adalah

33C dan temperatur minimum 20C. Kelembaban udara rata-rata

berkisar antara 80% sampai 88% dan bahkan lebih tinggi di tempat-

tempat yang lebih tinggi

Gambar 2.01Peta Administrasi Kota Bandar Lampung

Sumber : Bandarlampungkota.go.id.

Dari Gambar 2.1, terlihat bahwa Wilayah Kota Bandar Lampung Secara

administratif batas daerah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten

Lampung Selatan.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Cermin

Kabupaten Pesawaran dan Kecamatan Ketibung serta Teluk

Lampung.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedong Tataan

dan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 41

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang

Kabupaten Lampung Selatan.

2.3 Kondisi Topologi

Topografi Kota Bandar Lampung sangat beragam, mulai dari

dataran pantai sampai kawasan perbukitan hingga bergunung, dengan

ketinggian permukaan antara 0 sampai 500 m daerah dengan topografi

perbukitan hinggga bergunung membentang dari arah Barat ke Timur

dengan puncak tertinggi pada Gunung Betung sebelah Barat dan

Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok disebelah Timur.

Topografi tiap-tiap wilayah di Kota Bandar Lampung adalah sebagai

berikut :

Wilayah pantai terdapat disekitar Teluk Betung dan Panjang dan

pulau di bagian Selatan

Wilayah landai/dataran terdapat disekitar Kedaton dan

Sukarame di bagian Utara

Wilayah perbukitan terdapat di sekitar Telukbetung bagian Utara

Wilayah dataran tinggi dan sedikit bergunung terdapat disekitar

Tanjung Karang bagian Barat yaitu wilayah Gunung Betung, dan

Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok di bagian

Timur.

Dilihat dari ketinggian yang dimiliki, Kecamatan Kedaton dan

Rajabasa merupakan wilayah dengan ketinggian paling tinggi

dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya yaitu berada pada

ketinggian maksimum 700 mdpl. Sedangkan Kecamatan Teluk Betung

Selatan dan Kecamatan Panjang memiliki ketinggian masing-masing

hanya sekitar 2 – 5 mdpl atau kecamatan dengan ketinggian paling

rendah/minimum dari seluruh wilayah di Kota Bandar Lampung.

2.4 Hidropologi

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 42

Dilihat secara hidrologi maka Kota Bandar Lampung

mempunyai 2 sungai besar yaitu Way Kuripan dan Way Kuala,

dan 23 sungai-sungai kecil. Semua sungai tersebut merupakan

DAS (Daerah Aliran Sungai) yang berada dalam wilayah Kota

Bandar Lampung dan sebagian besar bermuara di Teluk

Lampung. Dilihat dari akuifer yang dimilikinya, air tanah di Kota

Bandar Lampung dapat dibagi dalam beberapa bagian

berdasarkan pourusitas dan permaebilitas yaitu:

Akuifer dengan produktifitas sedang, berada di kawasan pesisir

Kota Bandar Lampung, yaitu di Kecamatan Panjang, Teluk

Betung Selatan, dan Teluk Betung Barat.

Air tanah dengan akuifer produktif, berada di Kecamatan

Kedaton, Tanjung Senang, Kedaton, bagian selatan Kecamatan

Kemiling, bagian selatan Tanjung Karang Barat, dan sebagian

kecil wilayah Kecamatan Sukabumi.

Akuifer dengan produktifitas sedang dan penyebaran luas,

berada di bagian utara Kecamatan Kemiling, bagian utara

Tanjung Karang Barat, Tanjung Karang Pusat, Teluk Betung

Utara, dan sebagian kecil Kecamatan Tanjung Karang Timur.

Akuifer dengan produktifitas tinggi dan penyebaran luas, berada

di sebagian besar Kecamatan Rajabasa dan Tanjung Karang

Timur.

Akuifer dengan produktifitas rendah, berada di bagian utara

Kecamatan Panjang, Tanjung Karang Timur, dan bagian barat

Kecamatan Teluk Betung Selatan.

Air tanah langka, berada di Kecamatan Panjang.

Zonasi Kawasan Resapan Air Kota Bandar Lampung terbagi ke dalam 6

wilayah, sebagai berikut :

Tabel 2.2Zonasi Kawasan Resapan Air Kota Bandar Lampung

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 43

ZONA KATEGORIRESAPAN WILAYAH

I Recharge Area Kemiling dan Teluk Betung BaratII Area Penyangga Kecamatan Tanjung Karang Barat,

Tanjung Karang Timur, Panjang, TanjungKarang Pusat, Teluk Betung Utara, danTeluk Betung Selatan.

III Resapan Rendah Kedaton, Sukarame, Tanjung KarangBarat

IV Resapan Sedang Tanjung Karang Pusat, Sukabumi,Tanjung Karang Timur

V Resapan Tinggi Sukabumi dan SukarameVI Kawasan

Dipengaruhi Air LautPesisir Teluk Lampung, Teluk BetungSelatan, Panjang, Teluk Betung Barat

Sumber: Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPPLH) BandarLampung, 2010.

2.5 Sumber Daya Alam

Selain memiliki wilayah yang luas, Kota Bandar Lampung juga

memiliki potensi alam yang sangat rendah, terutama laut dan

perbukitan. Kekhasan morfologinya mulai dari pegunungan,

perbukitan, kekhasan morfologinya mulai di bagian dalam Teluk

Lampung, menjadikan Kota Bandar Lampung sangat potensial

untuk di kunjungi wisatawan. Citra endegonik “laut dan gunung”

tersebut merupakan potensi keindahan dan daya tarik tersendiri

bagi Kota Bandar Lampung.

Pantai di Kota Bandar Lampung memiliki pemandangan yang

mempesona dan memiliki keistimewaan tersendiri karena terletak

di suatu teluk yang nyaman dengan keindahan panorama laut

dan beberapa gugusan pulau kecil di tengah laut yang potensi

untuk dikembangkan menjadi wisata rekreasi bahari sedang

perbukitannya berfungsi untuk melindungi pelestarian tata air

dan konversi tanah.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 44

2.6 Demografi / Kependudukan

2.6.1 Jumlah, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk

Adapun keadaan jumlah penduduk di Kota Bandar Lampung

periode tahun 2010 – 2014, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.3Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio

Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010 – 2014

TAHUNJUMLAH PENDUDUK

SEX RATIOLAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL

2010 446.978 438.385 885.363 101,96

2011 456.285 448.037 904.322 101,84

2012 465.673 457.502 923.175 101,79

2013 475.039 467.000 942.039 101,72

2014 484.215 476.480 960.695 101,62

Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2014

Dari Tabel-2.1 menunjukkan jumlah penduduk tahun 2010-

2014 terjadi peningkatan yang signifikan. Penduduk laki-laki setiap

tahunnya lebih tinggi dari penduduk perempuan. Tahun 2014 jumlah

penduduk meningkat menjadi 960.695 jiwa dengan sex ratio 101,62.

Angka ini menempatkan Kota Bandar Lampung di posisi 3 (tiga)

populasi terbesar di Provinsi Lampung setelah Kabupaten Lampung

Tengah dan Lampung Timur. Tingkat kepadatan penduduk tahun 2014

tertinggi terdapat di Kecamatan Tanjungkarang Timur yakni 17.937

jiwa/km², sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah

adalah Kecamatan Sukabumi yaitu 2.384 jiwa/km².

2.6.2. Struktur/Komposisi Penduduk.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 45

Kondisi struktur/komposisi umur penduduk di Kota Bandar

Lampung dari tahun 2010-2014 terus mengalami peningkatan,

sehingga pertumbuhan penduduk Kota Bandar Lampung juga

mengalami Kenaikan. Pertumbuhan penduduk Kota Bandar Lampung

disebabkan adanya fertilitas (pertumbuhan penduduk alami) dan

pertumbuhan penduduk migrasi, dimana jumlah penduduk migrasi

masuk lebih besar daripada migrasi luar (migrasi netto positif) atau

dapat diartikan bahwa penduduk yang datang lebih banyak

dibandingkan penduduk yang keluar Kota Bandar Lampung.

Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat mendorong pertumbuhan

aspek – aspek kehidupan yang meliputi aspek sosiak, ekonomi, politik,

kebudayaan dan sebagainya. Kondisi struktur/komposisi umur

penduduk di Kota Bandar Lampung dari tahun 2010-2014 dapat dilihat

pada tabel-2.3.

Tabel-2.4

Komposisi Struktur Penduduk Kota Bandar Lampung

Dirinci menurut Kelompok Umur, Jenis kelamin,

dan Sex Ratio Tahun 2014

NO KEL. UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH SEX RATIO

1. 0 – 4 47.129 45.263 92.812 104,12

2. 5 – 9 45.198 42.680 90.005 105,90

3. 10 – 14 39.452 38.106 78.608 103,53

4. 15 – 19 44.333 48.517 93.599 91,38

5. 20 – 24 51.040 50.316 101.833 101,44

6. 25 – 29 45.095 42.469 88.130 106,18

7. 30 – 34 40.199 38.540 79.314 104,30

8. 35 – 39 37.507 37.417 76.288 100,24

9. 40 – 44 35.180 34.507 71.910 101,95

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 46

NO KEL. UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH SEX RATIO

10. 45 – 49 29.488 28.594 60.154 103,13

11. 50 – 54 24.781 23.829 50.766 104,00

12. 55 – 59 17.807 17.184 36.966 103,63

13. 60 – 64 11.915 10.878 24.393 109,53

14 65 – 69 7.214 7.715 15.677 93,51

15 70 –74 4.357 4.986 9.596 87,38

16 75+ 3.520 5.479 9.236 64,25

TOTAL 2014 484.215 476.480 960.695 101,62

Sumber : BPS Kota Bandar Lampung 2014

Berdasarkan Tabel-2.3, terlihat komposisi penduduk Kota

Bandar Lampung pada tahun 2014 menurut kelompok umur dan sex

ratio . Rata –rata Sex ratio pada umumnya penduduk laki-laki lebih

banyak dibandingkan penduduk perempuan kecuali pada kelompok

umur 15-19 tahun. Hal ini juga terlihat pada kelompok umur usila (>60

tahun) jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan

dengan penduduk laki-laki. Dari kondisi tersebut dapat disimpulkan

bahwa umur harapan hidup wanita lebih tinggi dibandingkan dengan

penduduk laki-laki. Hal ini dikarenakan wanita lebih peduli terhadap

kesehatan dirinya. Wanita akan segera mencari fasilitas kesehatan

apabila mengalami sakit.

Pada tahun 2014 ini persentase penduduk usia 0-4 tahun

10,35% meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, dengan demikian

angka kelahiran tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Komposisi penduduk Kota Bandar Lampung dirinci menurut

kelompok umur dan jenis kelamin, menunjukkan penduduk laki-laki

maupun perempuan proporsi terbesar berada pada kelompok umur

produktif yaitu 20-24 tahun(9,43%), kelompok 15-19 tahun (10,26%),

kelompok umur 25-29 (10,9%) tahun dan muncul kelompok balita 0-4

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 47

tahun sebesar 10,35%. Gambaran komposisi penduduk secara rinci

terlihat pada gambar berikut :

Gambar 2.02Grafik Piramida Penduduk Kota Bandar Lampung

Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Tahun 2014

Sumber : BPS Kota Bandar Lampung Tahun 2014

Berdasarkan gambar 2.2 bentuk piramida penduduk Kota

Bandar Lampung menggambarkan komposisi penduduk muda dalam

pertumbuhan. Jumlah angka kelahiran dan jumlah penduduk muda

lebih besar dibandingkan dengan angka kematian.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 48

Jumlah penduduk dari tahun ke tahun meningkat namun

penghitungan jumlah penduduk terutama untuk kelompok umur

sampai saat ini masih menggunakan angka estimasi. Sumber data BPS

kemudian dioleh dan terbatas untuk kepentingan program bidang

kesehatan karena setiap triwulan bidang kesehatan harus melaporan

persentase capaian kegiatan. Hal ini menjadi kelemahan karena sering

terjadi perbedaan antar program terkait dengan persentase pencapaian.

2.6.3. Penduduk Sasaran

Pada Tabel-2.4 berikut ini memperlihatkan jumlah penduduk

menurut kelompok sasaran di Kota Bandar Lampung Tahun 2009-

2014.

Tabel-2.5

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Sasaran

Di Kota Bandar Lampung Tahun 2009-2014

NO KELOMPOKSASARAN

TAHUN

2009 2010 2011 2012 2013 2014

1. Wanita Usia Subur 225.403 232.939 235.172 238.909 238.909 251.703

2. Bumil 23.237 18.432 24.142 20.664 20.664 25.839

3. Bulin (Persalinan) 21.254 17.598 22.081 18.900 18.900 23.633

4. Bayi 20.242 16.764 21.029 18.000 18.000 22.508

5. Balita 100.351 80.649 104.700 106.363 106.363 112.060

6. Anak Balita 80.109 63.885 83.670 88.363 88.363 89.552

7. Batita 38.595 37.530 40.269 40.909 40.909 43.100

8. Buteki 40.483 16.764 42.059 18.900 18.900 45.015

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 49

NO KELOMPOKSASARAN

TAHUN

2009 2010 2011 2012 2013 2014

9. Anak Pra Sekolah 46.316 31.442 48.323 49.091 49.091 51.720

10. Usia Lanjut 59.010 187.986 61.567 44.636 44.636 47.027

Sumber : BPS (Data diolah terbatas untuk Kalangan Kesehatan), Tahun 2014

Jumlah penduduk menurut kelompok sasaran di Kota Bandar

Lampung hampir setiap tahunnya menggunakan data estimasi, dan

hanya berlaku terbatas untuk kegiatan pelaksanaan program

kesehatan saja. Data sasaran harus tersedia minimal pada tri wulan

pertama, dikarenakan laporan dan evaluasi kegiatan harus sudah

dilakukan baik di dinas maupun di puskesmas.

2.7 Agama

Penduduk Kota Bandar Lampung sebagian besar adalah pemeluk

agama Islam, sedangkan jumlah tempat peribadatan yang ada di Kota

Bandar Lampung pada tahun 2013 terdiri dari 703 Masjid, 839

Musholla, 13 Gereja Katolik, 26 Gereja Protestan, 21 Vihara, dan 3

Pura. Agama yang dianut penduduk Kota Bandar Lampung, dapat

dilihat pada gambar berikut ini :

2.8 Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan

kecerdasan dan ketrampilan masyarakat/penduduk. Tingkat

pendidikan merupakan penyebab mendasar dari berbagai

permasalahan peristiwa morbiditas maupun mortalitas.

Pencari kerja di Kota Bandar Lampung tahun 2013 dari tingkat

paling bawah yaitu Tidak tamat SD tidak ada, Tamat SD sebanyak 13,

Tamat SMP/sederajat sebanyak 109, tamat SMA/sederajat sebanyak

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 50

4.395, Tamat D I/II/III sebanyak 1.178, Sarjana S.1 berjumlah 4.400,

Pasca Sarjana/S.2 berjumlah 96, dan persentasenya seperti terlihat

pada gambar 2.4 berikut ini:

Gambar 2.03

Persentase Pencari Kerja Menurut Pendidikan

Di Kota Bandar Lampung Tahun 2014

0% 0%1% 41%

41%

1%

16%

Tdk Punya Ijazah SD/MI/Sederajat SLTP/MTs/SederajatSMU/MA/Sederajat Diploma I / II/DIII D IV / SarjanaS2 / S3

Sumber : Bandar Lampung Dalam Angka, 2014.

Dari gambar tersebut terlihat bahwa pencari kerja penduduk

Kota Bandar Lampung seimbang antara lulusan SMU/MA/Sederajat

dan lulusan DIV/Sarjana.

2.9 SOSIAL EKONOMI

Disamping lingkungan Kesehatan, dalam Perencanaan

Pembangunan Kesehatan perlu pula diketahui Lingkungan Sosial

Ekonomi, seperti :

2.9.1 Product Domestic Regional Brutto ( PDRB )

Pengertian pendapatan regional atau produk domestik regional

bruto (PDRB) sering disalahtafsirkan dengan pendapatan pemerintah

daerah. Pendapatan pemerintah daerah yaitu besarnya penerimaan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 51

pemerintah daerah dalam bentuk pajak dan non pajak dari

masyarakat. Sedangkan pendapatan regional adalah seluruh nilai netto

barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu daerah pada waktu

tertentu, atau dari segi arus uangnya adalah jumlah seluruh

pendapatan yang diterima oleh faktor produksi.

Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) didefinisikan sebagai

jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam

suatu daerah atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang

dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi dikurangi dengan biaya antara

yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut.

Laju pertumbuhan ekonomi, selama lima tahun terakhir terus

meningkat yaitu tahun tahun 2006 sebesar 6,30 persen; tahun 2007

sebesar 6,83 persen, tahun 2008 sebesar 6,93 persen, dan tahun 2009

sebesar 6,01 dan pada tahun 2011 angka sementara pertumbuhan

ekonomi sebesar 6,33 persen. Pada tahun 2012 angka Produk

Domestik Regional Brutto (PDRB) yang dihasilkan Kota Bandar

Lampung sebesar 25,53 trilliyun rupiah.

Gambaran Produk Domestik Regional Brutto di Kota Bandar

Lampung Tahun 2007-2010, seperti terlihat pada tabel 2.5 berikut ini.

Tabel 2.6Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan Atas Dasar

Harga Berlaku di Kota Bandar Lampung Tahun 2007-2012

TAHUNPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTTO

ADHK PERTUMBUHAN ADHB PERTUMBUHAN

2010

2011

2012*

2013**

6.540.521

6.967.851

7.423.369

7.905.567

6.33

6.33

6.54

6,50

19.437.165

22.311.918

25.532.953

29.136.930

100

100

100

100

Sumber: Bandar Lampung dalam Angka 2014 ** angka sementara

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 52

2.9.2 Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks

komposit yang diharapkan mampu mencerminkan kinerja

pembangunan manusia sehingga dapat dibandingkan antar wilayah

atau bahkan antar waktu suatu ukuran tunggal dan sederhana yang

memuat tiga aspek, yaitu kesehatan, pendidikan dan pendapatan, yang

menurut UNDP dapat menunjukkan tingkat pembangunan manusia

suatu wilayah melalui pengukuran keadaan penduduk yang sehat dan

berumur panjang, berpendidikan dan berketerampilan, serta

mempunyai pendapatan yang memungkinkan untuk dapat hidup layak.

Indeks Pembangunan Manusian Kota Bandar Lampung Tahun

2010 sebesar 75,7, tahun 2011 sebesar 76,29 dan pada tahun 2012

meningkat menjadi 76,83. Nilai IPM Kota Bandar Lampung lebih tinggi

bila dibandingkan dengan IPM Propinsi Lampung 72,87. Apabila dilihat

secara nasional, maka pada tahun 2013, Kota Metro dan Kota Bandar

Lampung mempunyai nilai dan peringkat IPM yang dapat dikatakan

lebih baik dibandingkan dengan daerah Kota yang lain. Hal ini

disebabkan kedua kota ini merupakan sentra pengembangan

pendidikan dan perdagangan. Kondisi geografis juga sangat

berpengaruh baik secara langsung sebagai berikut:

Tabel 2.7Indeks Komponen IPM Kota Bandar Lampung

Tahun 2010-2012

Uraian 2010 2011 2012

Angka Harapan Hidup (th) 70,87 71,24 71,61

Angka Melek Huruf (%) 98,44 98,47 98,50

Rata-rata Lama Sekolah (th) 9,89 9,91 9,91

Pengeluaran per Kapita (000Rp.) 632,60 634,96 638,04

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 53

IPM 75,7 76,29 76,83Sumber : bandarlampungkota.bps.go.id.

2.9.3 Pendapatan Per Kapita

Pendapatan Per Kapita ini merupakan gambaran pendapatan

yang produksi dan dipakai sebagai ukuran makro kesejahteraan

masyarakat.

Tabel-2.8

Pendapatan Per Kapita Per Tahun Menurut ADHK dan ADHB DiKota Bandar Lampung Tahun 2010-2013

TAHUN

PENDAPATAN PER KAPITA (Rupiah)

ADHK

(Atas Dasar HargaKonstan)

ADHB

(Atas Dasar HargaBerlaku)

2010 6.540.521 19.437.165

2011 6.967.851 22.311.918

2012 7.423.369 25.532.953

2013 7.905.567 29.136.930

Sumber : Bandar Lampung Dalam Angka 2014

2.9.4 Tenaga Kerja

Jumlah pencari kerja di Kota Bandar Lampung pada tahun 2011

sampai dengan tahun 2013 meningkat secara signifikan. Dimana pada

tahun 2011 sebesar 6.216, tahun 2012 sebesar 7.894 dan tahun 2013

meningkat menjadi 10.734 yang terdiri dari 4.949 laki-laki dan 5.785

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 54

perempuan. Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah pencari kerja

perempuan lebih tinggi dibanding jumlah pencari kerja laki-laki. Dari

hasil tersebut bisa dilihat bahwa emansipasi wanita pada jaman

sekarang sudah cukup tinggi.

Tingkat partisipasi angkatan kerja menggambarkan besarnya

keterlibatan penduduk secara aktif dalam kegiatan ekonomi. TPAK

merupakan perbandingan antara jumlah angkatan kerja (penduduk

yang bekerja dan mencari pekerjaan) dengan jumlah penduduk usia

kerja (15 tahun ke atas). Dengan semakin banyaknya pencari kerja

pada suatu wilayah maka tingkat pengangguranpun dapat semakin

berkurang.

Tabel-2.9

Jumlah Perusahaan Dan Tenaga Kerja

Di Kota Bandar Lampung Tahun 2009-2013

TAHUN PERUSAHAAN TENAGA KERJA UPAH MINIMUMKOTA (Rp)

2009 194 5.391 700.000

2010 214 7.017 776.500

2011 198 3.803 885.000

2012 152 3.203 981.500

2013 201 6.164 1.165.000

Sumber : Bandar Lampung dalam Angka 2014.

Dari tabel 2.8 tampak terjadi peningkatan partisipasi angkatan

kerja tahun 2013. Demikian juga dengan upah minimum Kota Bandar

Lampung (UMK) juga meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011

sebesar Rp.885.500,-. Tahun 2012 upah minimun regional

Rp.1.165.000,- perbulan, sedang Tahun 2013 mencapai Rp.1.165.000,-

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 55

namun jumlah perusahaan mengalami penurunan, diikuti dengan

penurunan jumlah tenaga kerja.

2.9. Anggaran Kesehatan

2.9.1 Sumber Biaya Kesehatan

Pembiayaan Kesehatan di Kota Bandar Lampung berasal dari

berbagai sumber keuangan yang berbeda.

Tabel 2.10

Pembiayaan Sektor Kesehatan Menurut Sumber Anggaran

Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2012

SUMBERTAHUN ANGGARAN

2011 2012 2013

APBD Kota 80.672.643.580 124.609.347.941,64 115.580.833.906,27

APBD Propinsi -

APBN Dekon 2.025.000.000 40.767.433.000

- DAU

- DAK-

BLN / PLN/PHP I -

Jamkesmas/Jampersal

4.141.21.500

Askes

Dana penguatanDesentralisasi danPercepatanpembangunan Daerah(DPDF & PPD)

Lain-Lain/Penyesuaian 2.474.647.150

Sumber: Subbag. Keuangan dan Pelaporan Dinkes, 2014.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 56

Dari Tabel 2.10 di atas, tampak bahwa pembiayaan kesehatan di

Kota Bandar Lampung dalam tahun 2010-2013 sebagian besar masih

bersumber dari APBD Kota. Jumlah ini secara nominal maupun

presentase terlihat terjadi peningkatan dibandingkan tahun

sebelumnya. Peningkatan jumlah ini salah satunya disebabkan karena

adanya tambahan anggaran belanja tidak lansung yang berupa

tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja sehingga

menyebabkan kenaikan pembiayaan di sektor kesehatan terutama yang

bersumber dari anggaran APBD Kota.

2.9.2 Realisasi APBD Kota Untuk Pembiayaan Sektor Kesehatan

Proporsi anggaran dari Pemerintah Daerah Kota Bandar

Lampung untuk pembiayaan sektor kesehatan masih relatif kecil, yakni

berkisar di

antara 6,8 % dari total APBD Kota. Pada tabel- 2.10 memperlihatkan

proporsi anggaran kesehatan terhadap Total APBD Kota Bandar

Lampung dari tahun 2009 sampai dengan 2014.

Tabel 2.11

Proporsi Anggaran Sektor Kesehatan Terhadap Total APBD

Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014

TAHUN TOTAL APBD KESEHATAN %

2009 70.220.672.942,41,-

2010 57.207.903.787,00,-

2011 1.185.983.388.895,5 80.672.643.580,00,- 6,8

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 57

2012 892.962.989.014 124.609.347.941,64 13,95

2013 115,580,833,906.27

2014 170.166.129.428,94

Sumber : Subbag. Keuangan dan Pelaporan Dinkes. Bandar Lampung, 2014.

BBAABB IIIIII

RREENNCCAANNAA PPEEMMBBAANNGGUUNNAANNJJAANNGGKKAA MMEENNEENNGGAAHH BBIIDDAANNGG

KKEESSEEHHAATTAANN

3.1 Visi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung

alam menyelenggarakan pembangunan kesehatan, Dinas

Kesehatan harus dengan seksama memperhatikan dasar-

dasar pembangunan kesehatan sebagaimana tercantum

dalam Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia

Sehat 2015, yaitu: (1) Perikemanusiaan: Setiap upaya kesehatan harus

berlandaskan perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan, dan

dikendalikan oleh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang

D

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 58

Maha Esa; (2) Pemberdayaan dan Kemandirian: Setiap orang dan juga

masyarakat bersama dengan pemerintah berperan, berkewajiban dan

bertanggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya;

(3) Adil dan Merata: Dalam pembangunan kesehatan, setiap orang

mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya, tanpa memandang perbedaan suku, agama, dan

status sosial ekonominya; dan (4) Pengutamaan dan Manfaat:

Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti

perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan

pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Upaya kesehatan diarahkan agar memberikan manfaat yang sebesar-

besarnya bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat, serta

dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

Dengan memperhatikan dasar-dasar pembangunan kesehatan

tersebut dan untuk mencapai sasaran Rencana Pembangunan Jangka

Menengah pada akhir tahun 2015, dan mempertimbangkan

perkembangan serta masalah, dan kecenderungan yang dihadapi Dinas

Kesehatan, maka Visi Dinas Kesehatan adalah:

“ TERWUJUDNYA DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT KOTABANDAR LAMPUNG YANG OPTIMAL TAHUN 2015 “

Dalam penyelenggaraan pembangunan Kota Bandar Lampung maka

Dinas Kesehatan diharapkan dapat menjadi penggerak pembangunan

kesehatan dalam upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat di Kota Bandar Lampung dan mampu membina,

mengembangkan, serta melaksanakan pembangunan kesehatan sesuai

dengan tugas dan fungsinya dengan melibatkan secara aktif peran serta

masyarakat. Dengan Defini operasional sebagai berikut ;

- TERWUJUDNYA; yaitu kondisi nyata yang dicapai.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 59

- DERAJAT KESEHATAN Yaitu status kesehatan masyarakat

yang ditandai dengan; Kasus Kematian Ibu, Kasus Kematian

Balita, Kasus Kematian Bayi Neonatus ( 0-28 hr), Kasus

Kematian Bayi (28 hr – 1 th), Kasus Gizi Buruk, Insident Rate

DBD, Case Fatality Ratio DBD, Angka bebas jentik, Penyakit

Malaria, Angka Kesembuhan TB Paru, Kasus HIV/AIDS

ditangani.

- MASYARAKAT KOTA BANDAR LAMPUNG yaitu penduduk yang

menjadi warga Kota Bandar L:ampung

- YANG OPTIMAL yaitu keadaan status kesehatan yang

diinginkan

- TAHUN 2015 yaitu tahun Kalender 2015

o 3.2. Misi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung

Dalam rangka mewujudkan Visi " Terwujudnya Derajat

Kesehatan Masyarakat Kota Bandar Lampung yang Optimal Tahun

2015, maka Misi Dinas Kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Memantapkan Manajemen Kesehatan, sarana & sertaprasarana Kesehatan

Keberhasilan pembangunan berwawasan kesehatan tidak

semata-mata ditentukan oleh hasil kerja keras sektor kesehatan

saja, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras serta

kontribusi positif dari berbagai sektor pembangunan lainnya.

Dinas Kesehatan berperan sebagai penggerak utama dan

memfasilitasi sektor-sektor lain agar segala upayanya

memberikan kontribusi yang positif terhadap perwujudan

pembangunan kota sehat berwawasan kesehatan.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 60

Dengan terciptanya manajemen kesehatan yang akuntabeldi lingkungan Dinas Kesehatan, diharapkan fungsi-fungsiadministrasi kesehatan dapat terselenggara secara efektif danefisien yang didukung oleh sistem informasi, IPTEK, sertaperaturan peraturan kesehatan.

Melalui penyelenggaraan manajemen kesehatan yangakuntabel dengan menerapkan tata penyelenggaraanpemerintahan yang baik (good governance), diharapkan upayapembangunan kesehatan dapat dipertanggung-jawabkan dankepada semua lapisan masyarakat, serta bebas dari korupsi,kolusi, dan nepotisme (KKN). Melalui transparansi publik. Yangdidukung oleh sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yangstandart.

2. Meningkatkan Kinerja dan Mutu serta Akses PelayananKesehatan

Peningkatan kinerja dan mutu serta akses pelayananKesehatan dilakukan oleh Dinas Kesehatan melaluipengembangan kebijakan pembangunan kesehatan, yangmeliputi kebijakan manajerial, dan kebijakan teknis, sertapengembangan standard dan pedoman berbagai upayakesehatan.

Disamping itu Dinas Kesehatan juga melakukan peningkatan

sumberdaya kesehatan, baik tenaga, pembiayaan kesehatan,

sumberdaya obat dan perbekalan kesehatan bagi para pelaku upaya/

pembangunan kesehatan. Dengan meningkatnya kinerja dan mutu

serta akses pelayanan kesehatan, diharapkan dapat terselenggara

pelayanan kesehatan dengan baik, dapat dicapai (accessible), dan dapat

dijangkau (affordable) oleh segenap kalangan masyarakat, serta

terjamin mutunya (quality). Upaya kesehatan tersebut meliputi upaya

kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP).

3. Memberdayakan Masyarakat.Peran aktif masyarakat termasuk swasta. sangat penting

dan akan menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan.Dinas Kesehatan melaksanakan pemberdayaan masyarakat,sehingga masyarakat dapat berperan sebagai subyekpembangunan kesehatan.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 61

Diharapkan masyarakat termasuk sektor swasta dapat

berpartisipasi aktif dalam melayani (to serve), melaksanakan advokasi

(to advocate), serta mengkritisi (to watch) pembangunan kesehatan baik

secara individu, kelompok, maupun bersama masyarakat luas. Potensi

masyarakat termasuk swasta, baik berupa organisasi, merupakan asset

yang cukup besar yang perlu digalang dalam pelaksanaan

desentralisasi di bidang kesehatan. Untuk itu perlu adanya regulasi

dari Dinas Kesehatan, terutama kepada jajaran ditingkat puskesmas.

Regulasi lebih diutamakan pada pengembangan kapasitas (capacity

building), pelembagaan institusi di semua tataran, serta pengembangan

Sistem Kesehatan Kota, sehingga ada kesinambungan program

kesehatan dari tingkat Nasional sampai Daerah, dan advokasi guna

peningkatan sumberdaya kesehatan di daerah, khususnya dalam

meningkatkan UKBM yang berbentuk Posyandu maupun Poskeskel.

4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

Peran pemerintah dalam manjalankan bebas biaya berobat sangat

tepat terutama dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Untuk

meringankan masyarakat khususnya masyarakat miskin dari biaya

sakit akan di lakukan melalui kegiatan bebas biaya berobat baik di

tingkat puskesmas dan Rumah sakit baik swasta maupun pemerintah.

Dalam upaya menangani pemeliharaan kesehatan masyakat ini Kota

Bandar Lampung akan bekerja sama dengan institusi pemberi

pelayanan, dengan mengoptimalisasi kegiatan program dari pemerintah

Pusat. Pola Asuransi atau Pola pembiayaan Health Financing tentunya

akan lebih menguntungkan bagi pemerintah maupun masyarakat.

Dengan konsep sistem Rujukan maka pelayanan Komperhenship akan

di capai.

5. Penanggulangan Penyakit Menular, tidak menular, SurveilanceEpidemiologi serta penanggulangan KLB dan bencana.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 62

Mobilisasi penduduk yang tinggi, akan menimbulkan kepadatan

penduduk perkotaan dan dapat memunculkan penyakit penyakit baru

di masyarakat, Degradasi dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif,

akan menjadi hal penting yang perlu di tangani dalam kurun waktu

sampai tahun 2015. Kondisi geografi Kota Bandar Lampung yang

masuk kategori daerah bencana, menuntut kesiapan daerah untuk

menghadapi hal hal yang mungkin terjadi, ditambah lagi adanya jalur

merah yang menghubungkan antara ujung sumatra dengan pulau jawa

yang bisa mengakibatkan epidemi/Pandemi suatu penyakit. Dengan

demikian penanggulangan bencana dan penanggulangan Kejadian luar

Biasa serta penanganan penyakit menular atau pun tidak menular

harus menjadi hal yang serius di Kota Bandar Lampung khususnya

penyakit demem berdarah (DBD) dengue . Ditambah lagi Kota Bandar

Lampung yang memiliki daerah pantai yang merupakan endemis

malaria.

6. Upaya meningkatkan penyehatan lingkungan untuk menuju KotaSehat

Sebagai kota Pusat perdagangan dan jasa maka perencanaan

Kota sehat menjadi pilihan, agar bisa memberikan kehidupan yang

layak bagi penduduk maupun Warga yang tinggal di Kota Bandar

Lampung. Pemahaman dan pengetahuan masyarakat perlu

ditingkatkan.

Pola hidup masyarakat juga harus sesuai dengan pola hidup

sehat, karena itu pengembangan Pola Hidup bersih dan Sehat harus di

tumbuh kembangkan baik di lingkungan perkantoran, sekolah maupun

di rumah tangga sebagai dasar untuk tercapainya Kota sehat.

Pengendalian Kualitas Air, udara, Kebisingan, karena polusi harus

menjadi perhatian bersama. Karenanya pembangunan yang

berlangsung di Kota Bandar Lampung haruslah berwawasan kesehatan.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 63

Dimulai dari penataan pemukiman dan perbaikan kualitas lingkungan

serta kualitas pemukiman penduduk.

3.3 TUJUAN DAN SASARAN

o 1. TUJUAN

Sebagai penjabaran dari Visi Dinas Kesehatan maka tujuan umum

yang akan dicapai adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan

secara berhasil-guna dan berdaya-guna dalam rangka mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Adapun Tujuan khusus yang akan dicapai adalah sebagaiberikut:

1. Terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil

guna dan berdaya guna melalui penyelenggaraan

manajemen kesehatan yang dinamis dan akuntabel dengan

menerapkan tata kelola Pemerintahan yang baik;

2. Terselenggaranya upaya pelayanan kesehatan yang

berkualitas dan dapat dicapai dan dapat dijangkau oleh

segenap kalangan masyarkat dengan mutu yang terjamin;

3. Terselenggaranya pembangunan kesehatan secara

maksimal melalui partisipasi aktif masyarakat termasuk

swasta dalam melayani, melaksanakan dan mengkritisi

pembangunan kesehatan.

4. Tersedianya Prosedur yang akurat dalam penanggulangan

dan penanganan Gawat Darurat, kejadian bencana, serta

kejadian Luar Biasa.

5. Terselenggaranya Kota sehat di Kota Bandar Lampung.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 64

3. SASARAN

Agar pembangunan kesehatan dapat diselenggarakan dengan

berhasil-guna dan berdaya-guna, maka sasaran yang akan dicapai

oleh Dinas Kesehatan sampai pada akhir tahun 2015 adalah:

1) Cakupan kunjungan ibu hamil 95%

2) Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangai 80%

3) Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 90%

4) Cakupan pelayanan nifas 90%

5) Cakupan neonatus komplikasi ditangani 80%

6) Cakupan kunjungan bayi 90%

7) Cakupan kelompok UCI 100%

8) Cakupan anak balita 100%

9) Cakupam MP-ASI 90%

10) Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100%

11) Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD 100%

12) Cakupan KB aktif 100%

13) Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit:

a. AFP rate per 100.000 penduduk < 15 th : < 5%b. Penemuan penderita pneumonia balita 100%c. Penemuan pasien baru TB BTA (+) 85%d. Penderita TBC yang ditangani 100%e. Penemuan penderita diare 100%

14) Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

100%

15) Cakupan pelayanan kesehatan rujukan untuk masyarakat

miskin 100%

16) Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus

diberikan sarana kesehatan (RS) di Kota Bandar Lampung

100%

17) Cakupan kelurahan KLB yang dilakukan PE 24 jam 100%

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 65

18) Cakupan desa siaga aktif 80%

3.4 STRATEGI

Untuk mencapai dan mewujudkan Visi Dinas Kesehatan, dan

sesuai Misi yang telah ditetapkan, maka dalam periode 2010-2015 akan

ditempuh strategi sebagai berikut:

Misi 1

Memantapkan Manajemen Kesehatan serta Meningkatkan saranadan prasarana

1. Pembiayaan kesehatan yang efektif dan efisien.

2. Penguatan SIK berbasis IT

3. Peran serta Publik dalam program dan kegiatan kesehatan.

4. Transparansi dalam pengelolaan biaya kesehatan.

Misi 2.

Meningkatkan Kinerja dan Mutu serta Akses Pelayanan Kesehatan

1. Menyediakan sarana dan prasaranan untuk pelayanan di

Puskesmas dan jaringannya baik sarana medis maupun sarana

non medis

2. Menyediakan sarana dan prasarana untuk pelayanan di RSUD

3. Meningkatkan status dan Tipe RSUD dan Puskesmas.

4. Meningkatkan Kualitas SDM dan sumber daya kesehatan.

Misi 3.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 66

Memberdayakan Masyarakat.

1. Revitalisasi Posyandu

2. Revitalisasi Poskeskel.

3. Kerjasama operasional dengan pihak swasta dalam pembiayaan

dan pelayanan kesehatan kesehatan.

4. Rekrutmen tenaga sukarela.

Misi 4

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat.

1. Kerjasama operasional dengan RS Swasta, RB Swasta dan Institusi

pemberi pelayanan persalinan.

2. Kerjasama operasional dengan seluruh rumah sakit baik RS Swasta

maupun pemerintah untuk penanganan perawatan kelas 3.

3. Biaya Rawat inap di kelas 3 di tanggung pemerintah.

Misi 5

Penanggulangan Penyakit Menular dan tidak menular, SurveilanceEpidemiologi serta penanggulangan KLB atau bencana.

1. Menyediakan alur protap ( SOP) dalam penanggulangan dan

penanganan Penyakit menular.

2. Mendistribusikan alat penanggulangan penyakit di tiap

puskesmas/kecamatan/kelurahan.

3. Memberdayakan masyarakat untuk menjadi sumber daya

kesehatan.

4. Meningkatkan SDM dan sarana prasarana dalam

penanggulangan penyakit menular dan bencana/ KLB.

5. Revitalisasi Infra struktur kesehatan dalam penanggulangan

penyakit menular, KLB dan Bencana.

6. Penambahan Tenaga kesehatan dan sumber daya kesehatan.

Misi 6

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 67

Upaya meningkatkan penyehatan lingkungan menuju Kota Sehat.

1. Membuat Dokumen SKD

2. Membentuk MKK

3. Membuat blue print sistem penanggulangan dan penanganan

bencana.

4. Pengendalian dampak lingkungan terhadap kesehatan.

5. Pembangunan berwawasan kesehatan

3.5 KEBIJAKAN

Untuk tercapainya tujuan dan sasaran menuju terwujudnya Visi

Dinas Kesehatan, maka peran Dinas Kesehatan dalam penyelenggaraan

pembangunan kesehatan dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan

sebagai berikut;

1. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Dasar & Rujukan

Untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembangunan

kesehatan, diperlukan sarana dan prasarana serta SDM yang handal,

yang sesuai dengan kompetensi yang standar. Infrastruktur kesehatan

harus mempunyai jaringan yang luas dan tertata. Fungsi Puskesmas

pembantu, puskesmas rawat jalan dan rawat inap yang merupakan

pusat pelayanan dasar handaklah menjadi gate kipper dalam

pelayanan Usaha Kesehatan Perorangan (UKP) dan menjadi penggerak

dalam kegiatan Usaha kesehatan masyarakat (UKM).

Rumah sakit sebagai Pusat rujukan Tingkat II harus dapat

berperan sesuai dengan fungsinya berarti kinerja rumah sakit umum

daerah merupakan tonggak pendukung dalam pelayanan kuratif.

Kebijakan bidang kesehatan di Tingkat Kota Bandar Lampung sebagai

payung hukum pelaksanaan pembangunan bidang kesehatan harus di

tegakkan. Demi Menjamin kualitas pelayanan serta meningkatkan

kualitas pelayanan publik. Pembinaan dan pengendalian sektor swasta

dalam peran serta pembangunan kesehatan akan menjadi potensi yang

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 68

menguntungkan bagi pemerintah, baik melalui kerja sama operasional

maupun sharing dalam pembiayaan pembangunan bidang kesehatan.

Untuk itu Blue Print Sistem Kesehatan Daerah dan Majelis kesehatan

Kota sebagai second opini pemerintah sudah saatnya di bentuk, begitu

juga Peraturan Daerah yang mengatur tentang pembangunan

kesehatan di Kota Bandar Lampung, agar Kota Bandar Lampung

menjadi Kota sehat.

2. Penyediaan Jaminan Kesehatan Masyarakat.

Jaminan kesehatan bagi masyarakat merupakan upaya untuk

meningkatkan derajat kesehatan. Besarnya biaya kesehatan serta

inflasi biaya kesehatan merupakan beban berat bagi masyarakat dapat

ditanggulangi dengan adanya program bebas biaya berobat melalui

sistem Health Maintenance Organitation (jaminan pemeliharaan

kesehatan).

Jaminan pemberian pelayanan kesehatan khususnya dalam

rawat inap di Rumah sakit merupakan kegiatan yang sangat

dibutuhkan oleh masyarakat khususnya masyarakat miskin. Dengan

demikian kebijakan jamkesta/Jamkesda merupakan pilihan yang

paling tepat dalam upaya menciptakan sistem pemeliharaan kesehatan

bagi masyarakat khususnya dalam pemerataan akses dan pemerataan

pelayanan kesehatan.

3. Surveilance Epidemiologi & Penanggulangan KLB.

Perubahan struktur sosial masyarakat, tingginya migrasi

penduduk serta heterogenitas penduduk merupakan ciri-ciri

masyarakat Perkotaan. Gaya hidup perkotaan dapat menimbulkan

masalah kesehatan baru, Meningkatnya penyakit degeneratif serta

berubahnya jumlah penyakit infeksi ke penyakit degeneratif karena

gaya hidup perlu diwaspadai, tingginya migrasi penduduk dapat

mempercepat terjadinya epidemi penyakit bahkan bisa menjadi KLB

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 69

suatu penyakit, perubahan lingkungan atau perubahan kualitas

lingkungan karena bertambahnya lahan pemukiman dapat

menimbulkan penyakit. Apalagi jika terjadi kerusakan kualitas

lingkungan, hal ini dapat mempengaruhi kondisi kesehatan penduduk.

Ditambah lagi kondisi Geografis Kota Bandar Lampung yang

merupakan kategori rawan bencana dan memiliki garis pantai sebagai

endemis Malaria.

Untuk mengantisipasi kemungkinan kemuningkinan karena

kondisi yang ada maka penekanan kegiatan Surveilance Epidemiologi &

penanggulangan KLB dan Bencana harus menjadi prioritas. Pemetaan

permasalahan kesehatan di tingkat kelurahan, potensi sumber daya

yang ada di tingkat kelurahan harus terdata dan terpantau. Sistem

operasi untuk penanganan dan penanggulangan KLB, Gawat Darurat,

serta Bencana harus segera dimiliki oleh Kota Bandar Lampung. Begitu

pun penanganan dan penanggulangan Penyakit menular terutama ;

Demam berdarah Denggue (DBD), Malaria, TBC, Diare, HIV/AIDS,

Rabies, Tetanus, Rabies, dan lain sebagainya. Di samping itu upaya

kesehatan bagi penduduk miskin, penanggulangan masalah kesehatan

akibat bencana, penanggulangan masalah gizi pada Bayi, balita dan

ibu, serta pencegahan dan pemberantasan penyakit menular yang

menjadi komitmen Nasional, Regional dan Global. Promosi kesehatan

dan pemberdayaan tenaga kesehatan perlu ditingkatkan, tanpa

mengabaikan kerjasama yang sinergis dengan lintas sektor, dengan

masyarakat termasuk sektor swasta.

4. Promosi Kesehatan dan Pengembangan Masyarakat.Agar pembangunan kesehatan dapat terselenggara secara

berhasil-guna dan berdaya-guna, diperlukan diperlukan kerjasama

yang baik antara Pemerintah dan Masyarakat. Peningkatan peran serta

masyarakat baik melalui Posyandu dan Poskeskel serta kelompok sosial

lainnya sangat diperlukan. Peningkatan Pengetahuan masyarakat

melalui penyuluhan harus terus ditingkatkan guna menghilangkan

kesalahan informasi.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 70

Penggerakan masyarakat, peran tokoh masyarakat dalam

pembangunan amat penting baik dari sisi proses perencanaan sampai

dengan proses pelaksanaan. Aspirasi masyarakat amat dibutuhkan

untuk mengukur kebutuhan masyarakat dalam penyelesaian masalah

khususnya masalah kesehatan yang ada. Perubahan Pengetahuan,

Sikap dan Prilaku merupakan kunci untuk meningkatkan peran serta

masyarakat. Dengan harapan terwujudnya masyarakat sehat yang

mandiri dengan melakukan pokok-pokok Pedoman hidup bersih dan

sehat ( PHBS).

3.6 Tugas Pokok Dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor

06 Tahun 2008, diketahui bahwa Tugas Pokok Dinas Kesehatan

adalah melaksanakan urusan pemerintah daerah dibidang

kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Sedangkan fungsi Dinas Kesehatan adalah menyelenggarakan

kegiatan, dalam bidang sebagai berikut:

a. Perumusan kebijakan teknis dibidang kesehatan;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan

umum sesuai dengan lingkup tugasnya;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup

tugasnya; dan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai

dengan tugas dan fungsinya

33..77 IISSSSUUEE--IISSSSUUEE SSTTRRAATTEEGGIISS PPEEMMBBAANNGGUUNNAANN KKEESSEEHHAATTAANNKKOOTTAA BBAANNDDAARR LLAAMMPPUUNNGG TTAAHHUUNN 22001155

Issue utama pada bidang kesehatan adalah pelayanan

kesehatan yang terjangkau dan cepat terutama kepada

masyarakat miskin. Selain itu juga bagaimana jangkauan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 71

pelayanan kesehatan tersebut dapat merata ke seluruh pelosok

dan daerah terpencil. Dengan demikian perlu dikembangkan

sarana dan prasarana kesehatan di masyarakat.

Sarana dan prasarana tersebut minimal berupa puskesmas

pembantu, adanya pos kesehatan kelurahan (poskeskel) yang

ditempat di setiap kelurahan, ataupun peningkatan

operasionalisasi puskesmas keliling, posyandu dan poskeskel.

Selain itu, juga senantiasa dikembangkan berbagai upaya guna

mempermudah perolehan layanan kesehatan dan obat yang

terjangkau, terutama untuk kalangan penduduk miskin. Salah

satu konsep yang dapat dikembangkan adalah perluasan cakupan

perserta asuransi kesehatan hingga dapat menjangkau seluruh

lapisan masyarakat.

Masalah pada bidang kesehatan juga meliputi upaya

pencegahan dari penyebaran dan penyalahgunaan NAPZA serta

berbagai penyakit menular seperti HIV/AIDS. Hal ini sangat

penting dilakukan mengingat posisi Provinsi Lampung yang tepat

berada di persimpangan antara pulau jawa dan Sumatera,

sehingga mobilitas barang dan manusia sebagai vektor penyakit

menjadi sangat tinggi.

Isu dalam bidang kesehatan adalah :

1. Penurunan kasus kematian ibu

2. Penurunan kasus kematian bayi dan balita

3. Penanggulangan gizi buruk

4. Pemberantasan penyakit menular Dan Tidak Menular

5. Peningkatan kualitas dan akses kesehatan bagi

masyarakat

PENURUNAN KASUS KEMATIAN IBU Kesehatan ibu

merupakan indikator penting dalam pembangunan kesehatan,

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 72

selain menunjukkan kinerja pelayanan kesehatan di tingkat

Kabupaten/Kota juga menjadi komitmen internasional dalam

pencapaian MDGs (Goals 4 dan 5). Sasaran pelayanan kesehatan

ibu adalah ibu hamil, ibu melahirkan/bersalin dan Ibu

nifas/pasca melahirkan (bufas) atau dikenal dengan ibu maternal.

Kelompok inilah yang begitu rentan dan peka terhadap gangguan

kesehatan dan bahkan kematian.

Dari target MDGs 102 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH), pada

tahun 2007 AKI telah mengalami penurunan dari 228 per 100.000

menjadi 118 per 100.000 KH. Sedangkan target AKB pada MDGs 23 per

1000 KH, pada tahun yang sama tercatat mengalami penurunan dari

34 per 1000 menjadi 24 per 1000 KH.

PENURUNAN KASUS KEMATIAN BAYI DAN BALITA Status

kesehatan anak pada umumnya dilihat dari tinggi rendahnya indikator

kematian bayi (AKB), kematian balita (AKABA) dan kematian neonatal

(usia 0−28 hari). Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara

saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berumur tepat satu tahun.

Jumlah kasus kematian bayi dari tahun 2010 sampai dengan 2014

sangat berfluktuatif namun ada kecenderungan menurun. Berikut

gambaran perkembangan kasus kematian bayi di Kota Bandar

Lampung tahun 2010-2014.

Tabel 3.1Jumlah Kasus kematian Bayi

Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010 – 2015

KOTATAHUN

2010 2011 2012 2013 2014

BANDARLAMPUNG

195 167 204 168 169

Sumber : Subag.Sunprog,Monev

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 73

Sedangkan untuk kasus kematian Balita di Kota Bandar Lampung

tahun 2010-2014, terlihat pada tabel 2.2 berikut.

Tabel 3.2Jumlah Kasus kematian Balita

Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010 – 2015

KOTATAHUN

2010 2011 2012 2013 2014

BANDARLAMPUNG

20 12 25 20 15

Sumber : Subag.Sunprog,Monev

PENANGGULANGAN GIZI BURUK Disuatu kelompok

masyarakat, anak balita merupakan kelompok yang paling rawan

terhadap terjadinya kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat

terjadi dari tingkat ringan sampai tingkat berat dan terjadi secara

perlahan-lahan dalam waktu yang cukup lama. Keadaan gizi atau

status gizi masyarakat menggambarkan tingkat kesehatan yang

diakibatkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan asupan

zat-zat gizi yang dikonsumsi seseorang. Anak yang kurang gizi

akan menurun daya tahan tubuhnya, sehingga mudah terkena

penyakit infeksi. Sebaliknya anak yang menderita penyakit infeksi

akan mengalami gangguan nafsu makan dan penyerapan zat-zat

gizi sehingga menyebabkan kurang gizi. Anak yang sering terkena

infeksi dan gizi kurang akan mengalami gangguan tumbuh

kembang yang akan mempengaruhi tingkat kesehatan,

kecerdasan, dan produktifitas di masa dewasa. Bila jumlah

asupan zat gizinya sesuai dengan kebutuhan disebut gizi

seimbang (gizi baik), bila asupan zat gizi lebih rendah dari

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 74

kebutuhan di sebut gizi kurang, sedangkan bila sangat kurang

disebut gizi buruk.

Anak balita yang sehat dan yang kurang gizi dapat

diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut

umur atau berat badan menurut tinggi, apabila sesuai dengan

standart anak disebut gizi baik. Bila sedikit dibawah standart

disebut gizi kurang, sedangkan jika jauh dibawah standart

disebut gizi buruk.

Meski kondisi Kota Bandar Lampung tidak terlalu

mengkhawatirkan, akan tetapi beberapa kejadian buruk yang

masih ditemukan perlu dilakukan upaya-upaya sistematis oleh

pemerintah Kota Bandar Lampung dalam mencegah gizi buruk

melalui program-program ynag tertata dan berkelanjutan.

Pembangunan Kota Bandar Lampung Lima Tahun ke depan

terdapat lima kegiatan yang terkait dengan penyelesaian

persoalan gizi buruk anatara lain (1) Penanggulangan kekurangan

energi protein (2) Pemberian makanan tambahan (3) Peningkatan

IMD dan ASI Eksklusif (4) Penanggulangan kekurangan Vit. A (5)

Anemia Gizi Besi.

PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR dan TIDAKMENULAR Upaya pemberantasan penyakit menular dilakukan

dengan menerapkan Manajemen Kasus dan Manajemen

Kesehatan Masyarakat (Public Health). Manajemen Kasus dapat

diterapkan pada penderita agar cepat sembuh, mencegah

kecacatan atau kematian. Manajemen kasus dapat diterapkan

pada seseorang yang diperkirakan telah terpapar atau terinfeksi

suatu agen penyakit yang belum menunjukkan gejala penyakit,

agar tetap sehat maka diberikan obat atau pemberian serum anti

penyakit (vaksinasi, perbaikan gizi, dsb).

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 75

Manajemen Kesehatan masyarakat di manfaatkan untuk

menekan kemungkinan terjadinya penularan dan penyebar

perluasan penyakit ke orang lain sehingga angka kesakitan

(insident rate) dan angka kematian (mortalite rate) dapat

diturunkan.

Manajemen Kesehatan Masyarakat lebih menekankan pada

upaya pencegahan penularan dengan cara memutus mata rantai

penularan. Dalam konteks pembangunan jangka menengah Kota

Bandar Lampung terdapat Program Surveilance Epidemiologi dan

Penanggulangan KLB yang kegiatannya terkait erat dengan

pemberantasan dan penanggulangan penyakit menular. Sehingga

diharapkan persoalan penyakit menular di Kota Bandar Lampung

akan dapat tereduksi dengan baik.

PENINGKATAN KUALITAS DAN AKSES KESEHATANBAGI MASYARAKAT

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang tinggi.

Pembangunan kesehatan dapat dipandang sebagai suatuinvestasi

untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang anatara

lain diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia. Kesehatan

juga merupakan investasi untuk pembangunan ekonomi serta

memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan

kemiskinan.

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat Kota Bandar

Lampung sangat penting dalam rangka meningkatkan

produktivitas masyarakat. Beberapa indikator utama yang dapat

dijadikan standar antaral lain mortalitas, morbiditas, status gizi

masyarakat, keadaan lingkungan, perilaku hidup masyarakat dan

akses serta mutu pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 76

kepada penduduk miskin masih sangat rendah, dari 59.183

jumlah keluarga miskin yang memiliki kartu sehat hanya 27.530

KK. artinya masih terdapat 30% keluarga miskin yang belum

terjangkau Jamkesmas. Sedangkan yang mendapatkan pelayanan

kesehatan hanya 38.783 KK serta jumlah ibu hamil yang

mendapatkan pelayanan antenatal care dari 8.720 ibu hamil

gakin hanya 3.327 ibu hamil yang mendapat pelayanan.

Dalam konteks itu terlihat bahwa persoalan dasar

kesehatan masih merupakan masalah serius dalam konteks

Bandar Lampung, oleh karena itu dalam RPJMD Kota Bandar

Lampung 2010-2015 terdapat 23 (dua puluh tiga ) program yang

terkait erat dengan pembenahan sektor dasar kesehatan di Kota

Bandar Lampung, dengan banyknya kuantitas program tersebut

maka diharapkan persoalan mendasar bidang kesehatan di Kota

Bandra Lampung akan terselesaikan dalam jangka waktu 5 (lima)

tahun kedepan.

33..88 PPRROOGGRRAAMM DDAANN KKEEGGIIAATTAANN

Program dan kegiatan pembangunan di bidang kesehatan pada

tahun 2014 diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang ditandai dengan semakin meningkatnya indeks

kelangsungan (74.70); Angka kematian Bayi (26 /1000 kelahiran

hidup); menurunnya angka kematian ibu (226/ 100.000 kelahiran

hidup); menurunnya kasus gizi buruk (20%). Adapun program kegiatan

yang dilaksanakan meliputi :

1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur4) Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 77

1. Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan

2. Monitoring, evaluasi dan pelaporan

3. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan (APBD)

4. Pengadaaan Obat dan Perbekalan Kesehatan (DAK &

Pendamping DAK)

5. Peningkatan Mutu dan Penggunaan Obat dan Perbekalan

Kesehatan

5) Program Upaya Kesehatan Masyarakat1. Gema tapis Berseri (Posyandu dan Poskeskel)

2. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan

3. Kesiapsiagaan petugas dalam pelayanan dan

penanggulangan masalah kesehatan dan bencana

kegawatdaruratan

4. Upaya pelayanan kesehatan anak sekolah

5. Peningkatan Mutu program pelayanan kesehatan dasar dan

rujukan

6. Penilaian puskesmas berprestasi dan pemilihan tenaga

kesehatan teladan di Kota Bandar Lampung

7. Belanja BLUD Puksesmas

8. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kaliling

6) Program Pengawasan Obat dan Makanan

1. Peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan

berbahaya di Sekolah

7) Program pengembangan obat asli indonesia

1. Peningkatan promosi obat bahan alam Indonesia di dalam

dan luar negeri

2. Peningkatan Pengawasan Keamanan Obat Trandisional

3. Pembinaan, pengawasan dan Promisi kesehatan Indonesia

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 78

4. Pembinaan Pengawasan dan Penhendalian Kesehatan

Tradisional

5. Pelarihan Selfcare Ramuan dan Pemanfaatan TOGA

6. Pembinaan dan Pengembangan TOGA

8) Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Kesehatan

1. Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidupsehat

2. Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat

9) Program Perbaikan Gizi Masyarakat

1. Penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi

2. Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizibesi, gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurangvitamin A dan kekurangan zat gizi mikro lainnya

3. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar

gizi.

10) Program pengembangan lingkungan sehat

1. Pengkajian pengembangan lingkungan sehat

2. Pembinaan peningkatan kualitas air dan sanitasi dasar

11) Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular1. Penyemprotan/Fogging Sarang Nyamuk

2. Pengadaan bahan-bahan fogging

3. Pengadaan vaksin penyakit menular

4. Pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah

5. Pencegahan penularan penyakit endemik/epidemik

6. Peningkatan Imunisasi

7. Peningkatan surveilance epidemiologi dan penanggulangan

wabah

8. Peningkatan pencegahan dan penanggulangan penyakit

TBC (pengadaan obat TBC)

9. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit TBC

(pelayanan TBC)

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 79

10. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit

infeksi menular seksual (IMS)

11. Pemberantasan dan pencegahan penyakit menular malaria

12. Sistem kewaspadaan dini penanggulangan kejadian luar

biasa (KLB)

13. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA

14. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit Kusta

15. Surveilans epidemiologi/pengamatan penyakit campak dan

ILI

16. Komisi Penanggulangan AIDS

12) Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin1. Pelayanan kesehatan akibat gizi buruk / busung lapar

2. Jaminan Kesehatan Masyarakat Daerah (Jamkesmasda)

Kota Bandar Lampung

13) Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana danPrasarana Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan Jaringannya

1. Pengadaan, Peningkatan dan perbaikan sarana dan

Prasarana Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan

Jaringannya

2. Pengadaan, Peningkatan dan perbaikan sarana dan

Prasarana Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan

Jaringannya (Pendamping DAK)

14) Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana danPrasarana Rumah Sakit/ Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakitparu-paru/rumah sakit mata1. Pengembangan Tipe Rumah Sakit

15) Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita

1. Pelatihann dan pendidikan perawatan anak balita

16) Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia

1. Pendidikan dan pelatihan perawatan kesehatan dan Kader

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 80

17) Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan

1. Pengawasan dan pengendalian keamanan dan kesehatan

makanan hasil produksi rumah tangga

2. Peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan

berbahaya

18) Program Peningkatan Keselamatan Ibu melahirkan dan anak1. Evaluasi Program KIA

19) Program manajemen pelayanan kesehatan

1. Monitoring dan evaluasi kesehatan

2. Pengelolaan sistem informasi kesehatan

3. Studi Kelayakan Pengembangan Aplikasi SP2TP,

Operasional Web Dinas

20) Program Peningkatan dan Pengembangan SDM Kesehatan1. Pelatihan Jabatan Fungsional

2. Tim Penilai Fungsional Dinkes

33..99 SSTTRRUUKKTTUURR OORRGGAANNIISSAASSII

Untuk melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsi tersebut, Dinas

Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang secara hukum

berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Walikota

Bandar Lampung. Sedangkan untuk kelancaran pelaksanaan Tugas

Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan, maka Kepala Dinas dibantu oleh

seorang Sekretaris sebagai fungsi staf dan 4 (empat) orang Kepala

Bidang sebagai fungsi lini.

Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung

Tahun 2011, adalah sebagai berikut :

a. Kepala Dinas

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014 81

b. Sekretariat, membawahi :1. Sub Bagian Penyusunan Program, Monitoring dan Evaluasi

2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

3. Sub Bagian Keuangan

c. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan, membawahi:

1. Seksi Bina Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan

2. Seksi Bina Pelayanan Kesehatan Keluarga

3. Seksi Bina Gizi Kesehatan Masyarakat

d. Bidang Bina Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

membawahi:

1. Seksi Bina Pencegahan dan Pengamatan Penyakit

2. Seksi Bina Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit

3. Seksi Bina Penyehatan Lingkungan dan Pemukiman

e. Bidang Bina Manajemen Kesehatan dan Pemberdayaan Kesehatan

Masyarakat, membawahi:

1. Seksi Bina Promosi Kesehatan

2. Seksi Bina Pemberdayaan Masyarakat Sehat

3. Seksi Bina Manajemen Kesehatan dan Pendayagunaan Sumber

Daya Kesehatan

f. Bidang Bina Sarana dan Prasarana Kesehatan, membawahi:

1. Seksi Bina Farmasi

2. Seksi Bina Kesehatan Tradisional dan Kosmetik

3. Seksi Bina Peralatan dan Perbekalan Kesehatan

g. Unit Pelaksana Teknis Dinas

1. Instalasi Farmasi

2. Puskesmas

h. Kelompok Jabatan Fungsional

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 82

BBAABB IIVV

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

4.1 ANGKA KEMATIAN BAYI

tatus kesehatan anak pada umumnya dilihat dari tinggi

rendahnya indikator kematian bayi (AKB), kematian balita

(AKABA) dan kematian neonatal (usia 0−28 hari). Kematian

bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai

bayi belum berumur tepat satu tahun. Berikut dibawah ini gambaran

perkembangan AKB di Kota Bandar Lampung tahun 2009-2014.

GAMBAR 4.01 Kasus Kematian BayiDi Kota Bandar Lampung Tahun 2009-2014

127

195 167

204

168

169

0

50

100

150

200

250

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber : Seksi Kesehatan Ibu dan Anak

Dari Gambar 4.01 di atas, Kasus kematian bayi di Kota Bandar

Lampung selama tahun 2009-2014 fluktuatif. Kematian bayi tersebut

tahun 2009 menjadi 127 kasus, dalam kurun waktu 2 tahun berikutnya,

AKB di Kota Bandar Lampung dalam dua tahun terakhir meningkat.

Tahun 2010 tercatat AKB menjadi 195 kasus. Tahun 2011 menurun

menjadi 167 kasus, namun pada tahun 2012 ini meningkat kembali

menjadi 204 kasus, tahun 2013 menurun 168 kasus dan tahun 2014

meningkat menjadi 169 kasus. Dari 169 kasus kematian bayi, bila

dilihata berdasarkan kelompok umur maka kematian neonatal (0-28

hari) menyumbang angka tertinggi dari kematian bayi yang ada,

S

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 83

kematian neonatal tahun ini sebanyak 135 kasus dan kematian bayi 34

kasus.

Beberapa penelitian diperoleh bahwa faktor-faktor yang turut

mempengaruhi kematian bayi adalah masih rendahnya status gizi ibu

hamil, masih rendahnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif,

buruknya kondisi kesehatan lingkungan, seperti rendahnya cakupan air

bersih dan sanitasi serta kondisi perumahan yang tidak sehat, belum

optimalnya pemanfaatan Posyandu di samping determinan sosial budaya

lainnya.

GAMBAR 4.02 Penyebaran Kasus Kematian BayiDi Kota Bandar Lampung Tahun 2014

4 4 4

7

13

11

2

10

2

43

11

5 5

1

14

7

3

7 7

9 9

45

0 0

6

4

0

8

0

2

4

6

8

10

12

14

16

kasus

Sumber : Seksi Kesehatan Ibu dan Anak

Dari Gambar 4.02, kasus kematian bayi tahun 2014 sebanyak 168

kasus tersebar di 30 puskesmas, dengan kasus tertinggi berada di

Puskesmas Kemiling 14 kasus dan yang tidak meiliki kasus terdapat di

Puskesmas Permata Sukarame, Korpri, dan Way Laga.. Kematian bayi ini

meliputi kematian neonatal 135 kasus dan kematian bayi 34 kasus.

Data jumlah kelahiran hidup pada tahun 2014 sebanyak 20.427 bayi.

melihat target nasional sebanyak 23 per 1000 KH, maka kematian bayi

yang tercatat di Bandar Lampung 169 per 20.427 KH (0,0082) masih

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 84

jauh di bawah angka nasional (0,023). Walaupun demikian masih

diperlukan peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi guna lebih

menekan angka kematian bayi melalui berbagai kegiatan baik promotif,

preventif maupun curative, dan meningkatkan peran serta masyarakat

serta lintas sector tentunya.

4.2 ANGKA KEMATIAN ANAK BALITA

Kematian Anak Balita di Kota Bandar Lampung tahun 2009-2014,

terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.03 Kasus Kematian Anak Balita Kota Bandar LampungTahun 2009-2014

22 2012

25

2015

05

101520253035404550

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber : Seksi Kesehatan Ibu dan Anak

Berdasarkan Gambar 4.03 kasus kematian bayi di Kota Bandar

Lampung selama kurun waktu lima tahun terakhir dari 2010 sampai

2014 cenderung menurun, namun pada tahun 2012 mengalami

peningkatan kembali menjadi 25 kasus, tahun 2014 menurun menjadi

15 kasus. Kematian tertinggi terjadi di Puskesmas Sukaraja dan

Puskesmas Kamiling sebanyak masing-masing 2 kasus.

4.3 ANGKA KEMATIAN IBU

Kesehatan ibu merupakan indikator penting dalam pembangunan

kesehatan, selain menunjukkan kinerja pelayanan kesehatan di tingkat

Kabupaten/Kota juga menjadi komitmen internasional dalam

pencapaian MDGs (Goals 4 dan 5). Sasaran pelayanan kesehatan ibu

adalah ibu hamil, ibu melahirkan/bersalin dan Ibu nifas/pasca

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 85

melahirkan (bufas) atau dikenal dengan ibu maternal. Kelompok inilah

yang begitu rentan dan peka terhadap gangguan kesehatan dan bahkan

kematian.

Dari target MDGs 102 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH), pada

tahun 2007 AKI telah mengalami penurunan dari 228 per 100.000

menjadi 118 per 100.000 KH. Sedangkan target AKB pada MDGs 23 per

1000 KH, pada tahun yang sama tercatat mengalami penurunan dari 34

per 1000 menjadi 24 per 1000 KH.

GAMBAR 4.04 Kasus Kematian Ibu Maternal Kota Bandar LampungTahun 2010-2014

05

1015202530

2010 2011 2012 2013 2014

199

3019

7

GAMBAR 4.04 Kasus Kematian Ibu Maternal KotaBandar Lampung Tahun 2010-2014

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga Bidang Bina Yankes 2014.

Dari Gambar 4.04, tampak kasus kematian ibu maternal selama

tahun 2010-2014 berfluktuatif dan pada tahun 2011 kasus kematian

ibu maternal tercatat 9 kasus. Di tahun 2012 kasus kematian maternal

tercatat paling tinggi sebesar 30 kasus. Namun dua tahun selanjutnya

cenderung menurun yaitu tahun 2014 menjadi 7 kasus. Penyebab

langsung kematian ibu maternal pada tahun 2012 terjadi karena

eklampsia (11 kasus), perdarahan (5 kasus), infeksi (1 kasus) dan 13

kasus kematian dikarenakan sebab lain diantaranya (jantung, DM,

gangguan jiwa emboli air ketuban, hepatitis dan KET.). Sedangkan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 86

penyebab tidak langsung kematian ibu yang sering diabaikan oleh

masyarakat seperti kondisi si ibu yang terlalu tua atau terlalu muda,

terlalu banyak anak dan terlalu dekat jarak kehamilannya.

01234567

Infeksi Perdarahan Hypertensi Lain-lain

2

4

67

GAMBAR 4.05 Penyebab Kasus Kematian Ibu Maternal DiKota Bandar Lampung Tahun 2014

Berdasarkan gambar 4.05, Kematian Tahun 2014 kematian ibu

cenderung turun menjadi 7 kasus dari 20.427 KH. Adapun yang menjadi

penyebab kematian ibu di Kota Bandar Lampung Tahun 2014 adalah

gagal ginjal dan jantung 1 (satu) kasus, Ilius Paralitik 1 (satu) kasus,

dikarenakan iklamsi 2 (dua) kasus, Perdarahan Post Partum 1 (satu)

kasus, 1 (satu) kasus lagi karena hepatitis dan paru-paru, dan

Impending Eklamsi sebanyak 1 (satu) kasus.

Bila dilihat dari kelompok umur ibu, kematian terjadi pada ibu

kelompok umur 20-34 tahun (5 kasus), usia >35 tahun sebanyak 2

kasus. Kasus kematian ibu maternal terjadi pada ibu nifas semua

sebanyak 7 (tujuh) kasus.

Faktor penyebab kematian ibu maternal secara umum adalah

terlambat dalam mengambil keputusan, terlambat membawa dan

terlambat mendapat pelayanan kesehatan, masih rendahnya status gizi

ibu terutama ibu hamil, terbatasnya sarana pelayanan obstetrik

neonatal emergensi dasar, Poskeskel dan lain lain.

Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kasus kematian

akibat eklampsi merupakan penyebab kematian terbanyak selama tiga

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 87

(3) tahun terakhir, hal ini dikarenakan pola penanganan kasus

kegawatdaruratan ditekankan pada pencegahan perdarahan baik pada

saat kehamilan sampai melahirkan yaitu dengan pelatihan-pelatihan

yang mengacu pada penanganan perdarahan baik pra maupun pasca

persalinan seperti APN, kegawatdaruratan obstetric neonatal. Sementara

untuk pemeriksaan kehamilan dengan standar 7T dan deteksi dini risiko

tinggi kehamilan kemungkinan sering diabaikan di fasilitas pelayanan

dasar, sementara kejadian eklampsi baik selama kehamilan maupun

melahirkan dapat dideteksi dengan pemeriksaan ANC standard an

deteksi risiko tinggi selama kehamilan karena kenaikan tekanan darah

biasanya dimulai pada saat kehmilan meginjak pada tri wulan ke I.I

GAMBAR 4.06 Kasus Kematian Ibu Maternal Berdasarkan WilayahPuskesmas Kota Bandar Lampung Tahun 2014

0 0 0 0 0 0 0 0

1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1

2

1

0 0 0 0 0

1 1

0

0,5

1

1,5

2

2,5

kasus

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga Bidang Bina Yankes 2014.

Berdasarkan Gambar 4.06 tampak kasus kematian ibu maternal

dilaporkan tertinggi terjadi di Puskesmas Way Kandis sebanyak 2 kasus,

sementara Puskesmas Kupang Kota, Way Halim, Way Laga, Labuhan

Ratu dan Puskesmas Raja Basa Indah masing-masing 1 (satu) kasus

.

4.4 MORBIDITAS (ANGKA KESAKITAN)

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 88

Morbiditas adalah angka kesakitan (insiden dan prevalensi) dari

suatu penyakit yang terjadi pada populasi dalam kurun waktu tertentu.

Morbiditas ini juga mencerminkan situasi derajat kesehatan masyarakat

yang ada didalamnya. Bahkan morbiditas penyakit menular tertentu

yang terkait dengan komitmen internasional senantiasa menjadi sorotan

dalam membandingkan kondisi kesehatan.

A. Acute Flaccid Paralysis (AFP)

Lumpuh layu (Acute Placid Paralysis) adalah suatu penyakit sejenis

polio yang biasanya menyerang anak-anak bukan karena rudapaksa

atau kecelakaan. Ciri-ciri lumpuh layu di antaranya menyerang anak

usia <15 tahun, panas tinggi selama beberapa hari, tiba-tiba lumpuh,

layu (tidak kaku) dan bukan karena trauma (seperti jatuh). Lumpuh layu

merupakan penyakit yang disebabkan virus. Penyakit ini sumbernya di

usus yang 12 keluar bersama tinja. Apabila terdapat anak usia < 15

tahun tidak mendapatkan imunisasi maka bisa tertular juga. Sifatnya

menular dan terjadi lingkungan yang sanitasinya rendah. Jadi jika ada

seseorang diduga terkena penyakit ini, harus segera dilaporkan untuk

segera diberikan tindakan pencegahan/pemberian vaksin kepada anak-

anak dilingkungan tersebut. Penanganan kasus AFP ini dilakukan

seperti penanganan KLB.

Sebagaimana diketahui sebagian besar kasus poliomyelitis

bersifat non paralitik atau tidak disertai manifestasi klinis yang jelas.

Tahun 2010 ditemukan sebanyak 4 kasus, pada tahun 2011 ditemukan

4 kasus AFP dengan hasil laboratorium negative Polio yang berasal dari

4 kelurahan yaitu Sawah Brebes, Susunan Baru, Sukamenanti dan

Bakung. Pada tahun 2013 ini diketemukan kembali kasus AFP sebanyak

7 kasus. Tahun 2014 kasus AFP sebanyak 4 yang berasal dari

Puskesmas Sukaraja, Kupang Kota, Kebon Jahe dan Puskesmas

Kemiling.

Untuk meningkatkan sensitifitas surveilans AFP, maka

pengamatan dilakukan pada semua kelumpuhan yang terjadi secara

akut dan sifatnya flaccid (layuh). Strategi kinerja surveilans AFP dalam

rangka eradikasi polio Kota Bandar Lampung tahun 2014 adalah :

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 89

AFP Rate 2/100.000 anak usia <15tahun (6 kasus/tahun) melaluisurveilance aktif AFP di rumah sakit dan masyarakat

Rumah sakit, puskesmas dan dinas kesehatan membuat laporanzero report

Mengumpulkan 2 (dua) spesimen dari setiap kasus AFP dengantenggang waktu >24 jam selambat-lambatnya 14 hari sejakkelumpuhan (adekuat)

Melakukan pemeriksaan spesimen tinja kasus AFP diLaboratorium Polio Nasional

Melakukan pemeriksaan residual paralisis setelah 60 harikelumpuhan pada kasus AFP yang tidak adekuat

Melibatkan dokter spesialis anak dan atau spesialis syaraf dalammemastikan kasus AFP dan menentukan diagnosa awal,menentukan adanya paralysis residual serta menentukandiagnosa pada saat kunjungan ulang 60 hari.

Pada tahun 2014 ini dilaporkan kasus AFP sebanyak 4 kasus dari

yang ditargetkan 6 kasus, dengan kualitas spesimen 4 kasus adekuat

yang terdiri dari hasil pemeriksaan laboratorium dinyatakan negative

polio. Berikut terlihat trend kasus AFP per 100.000 anak usia dibawah

15 tahun di Kota Bandar Lampung Tahun 2008 s/d 2013:

Gambar – 4.07 Trend Kasus Acute Flacid Paralysis Per 100.000 AnakUsia < 15 Tahun Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014

4

3

7 7

4

01234567

2010 2011 2012 2013 2014Sumber : Seksi P2 Bidang P2PL Dinkes Kota Bandar Lampung 2014

Berdasarkan gambar 4.07 terlihat bahwa selama 3 (tiga) tahun

terakhir tidak ditemukan kasus AFP di Bandar Lampung dan pada

tahun 2014 ditemukan 4 (empat) kasus, hal ini sejalan dengan

keberhasilan imunisasi polio dan kelurahan UCI yang sudah mencapai

target.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 90

Beberapa permasalahan seperti keterlambatan penemuan kasus

sehingga spesimen yang adekuat belum bisa mencapai target ≥ 80%.

Kunjungan ulang 60 hari juga belum mencapai target ≥ 80%

dikarenakan salah satu penderita kasus AFP dengan penyakit penyerta

anemia kronis meninggal sebelum kunjungan ulang 60 hari.

Pengetahuan masyarakat yang kuranf tentang AFP dan petugas AFP

Puskesmas terlatih dialihtugaskan kepada yang belum terlatih turut

menjadi penyebab keterlambatan penemuan kasus AFP.

Oleh karena itu Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung senantiasa

melakukan peningkatan kinerja petugas surveilans aktif AFP baik di

Rumah Sakit dan di Puskesmas melalui pelatihan dan pendampingan

monitoring dan evaluasi, sosialisasi lintas sektor dan lintas program,

memberikan feedback pada setiap laporan yang dikirim serta

mengusulkan pendanaan melalui APBD dan atau bantuan WHO.

B. Penyakit Menular Langsung

1.) Penyakit Diare

Diare seringkali dianggap sebagai penyakit ringan, sementara di

tingkat global dan nasional menunjukkan sebaliknya. Diare ini

seringkali menimbulkan KLB/wabah. WHO menyebutkan diare

membunuh 2 juta anak di dunia setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri,

diare sebagai penyebab kematian ke-2 terbesar pada balita.

Insidens rate Diare pada lima tahun terakhir Kota Bandar Lampung

cenderung menurun, tahun 2012 sebesar 2,09‰, namun pada tahun

2011 meningkat tajam yaitu 19,35‰. Tahun 2010 adalah 2.8‰

penduduk, ini lebih rendah bila dibandingkan pada tahun 2009 sebesar

2.98‰ penduduk. Jumlah ini lebih rendah jika dibandingkan tahun

2008 (3.66‰), seperti terlihat pada gambar berikut.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 91

Gambar- 4.08

IR Diare Per 1.000 Penduduk Kota Bandar LampungTengah Tahun 2008-2014

2,8

19,35

2,09 2,13 20

5

10

15

20

2010 2011 2012 2013 2014

Insi

dens

Rat

e

T a h u n

Gambar- 4.09

Dis1tribusi Kasus Diare Per Gol. UmurDi Kota Bandar Lampung Tahun 2014

2389;13%

5018;28%

10498;59%

< 1 Tahun 1-4 Tahun > 5 Tahun

Sumber : Seksi P2 Bidang P2PL Dinkes Kota Bandar Lampung 2014

Pada Gambar-4.08 memperlihatkan peningkatan insiden rate

diare pada tahun 2011 dikarenakan perbedaan perhitungan saja, pada

tahun ini perhitungan dilakukan pada semua kasus tidak memandang

usia, sementara sebelumnya berdasarkan usia karena diare umumnya

lebih berisiko pada usia bayi dan balita. Kasus Diare menurut kelompok

umur pada tahun 2012, tertinggi pada kelompok umur > 5 tahun : 57 %,

umur 1 – 4 tahun : 15 % dan umur < 1 tahun : 28 %.

Pada tahun 2013 ini jumlah perkiraan kasus diare sebanyak

19.521 kasus, dengan kasus diare ditangani sebanyak 14.555 kasus

(74,6%). Jumlah ini lebih rendah dibandingkan jumlah penderita diare

2012 sebesar 18.308, dan pada tahun 2013 ini pula ditemukan

kematian akibat diare sebanyak 3 kasus kematian yang kesemuanya

terjadi pada usia balita.Sedangkan pada tahun 2014 jumlah perkiraan

diare meningkat dibanding tahun 2013 sebanyak 20.559 kasus dengan

kasus yang ditangani sebanyak 17.957 kasus (87,3%).

Setiap tahunnya, penderita diare ini selalu ditemukan dan

dilaporkan Puskesmas serta menyebar merata di setiap Puskesmas,

sebagaimana terlihat dari Gambar 3.06.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 92

TABEL 4.01 PENYEBARAN PENDERITA PENYAKIT DIARE DI KOTABANDAR LAMPUNG TAHUN 2013- 2014

PUSKESMAS PENDERITA DIARE

2013 2014

1. Bakung 0 02. Kotakarang 619 7033. Sukamaju 491 10954. Pasar Ambon 448 9915. Sukaraja 1009 11826. Panjang 636 7837. Kampung Sawah 602 5508. Satelit 264 3019. Kupang Kota 193 32910. Sumur Batu 403 50611. Simpur 1023 113112. Palapa 708 70513. Kebon Jahe 351 86214. Gedong Air 494 48815. Susunan Baru 279 26416. Kemiling 1134 113917. Beringin Raya 370 28118. Pinang Jaya 104 16719. Segalamider 244 56020. Kedaton 891 97621. Rajabasa Indah 335 48422. Way Kandis 670 74323. Labuhan Ratu 0 024. Sukarame 551 45825. Permata Sukarame 773331 34326. Korpri 308242 18627. Sukabumi 745 102428. Campang Raya 555 58629. Way Laga 391 56030. Way Halim 481 560

Bandar Lampung 14.555 20.559

Jumlah Kematian 3 0

Sumber : Seksi Pemberantasan Penyakit 2014

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 93

Dari tabel 4.01, penderita diare pada tahun ini mengalami kenaikan

dibandingkan tahun sebelumnya. Tetapi untuk tahun 2014 tidak ada

kematian yang diakibatkan kasus diare. Kasus diare yang dilaporkan

Puskesmas pada tahun 2014 tidak cukup merata, dengan kasus

tertinggi di Puskesmas Sukaraja. Sementara kasus terendah ada di

Puskesmas Korpri. Kasus yang ada kemungkinan mengikuti jumlah

kunjungan, apabila kunjungan rawat jalan nihil maka penyakit diare

juga.

Berdasarkan jenis kelamin, penduduk laki-laki lebih banyak yang

sakit diare (9.389 kasus) dibandingkan dengan penduduk perempuan

(8.568 kasus). Menurut Dirjen P2PL Kementerian Kesehatan (2009),

dikatakan penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis

lingkungan. Terdapat 2 faktor yang dominan menyebabkan terjadinya

penyakit diare, yaitu keberadaan sarana air bersih dan keberadaan

pembuangan tinja. Kedua faktor lingkungan inilah yang akan saling

berinteraksi bersama dengan perilaku manusia atau perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS). Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena

tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan PHBS yang tidak

sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat

menimbulkan kejadian penyakit diare.

2.) Tuberkulosis (TB Paru)

Millenium Development Goals (MDGs) menjadikan penyakit TB Paru

sebagai salah satu penyakit yang menjadi target untuk diturunkan. TB

Paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri

Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui

droplet orang yang telah terinfeksi basil TB.

Penemuan kasus TB di Kota Bandar Lampung Tahun 2013 masih

di bawah target nasional yaitu 63,6 % di mana target nasional adalah 80

%. Dibanding dengan tahun 2013 mencapai 65% maka di tahun 2014

terdapat 978 kasus, ini mengalami penurunan penemuan kasus TB.

Untuk angka kesembuhan mencapai target kesembuhan sebesar 64,3%.

Hal ini bisa dilihat pada tabel di bawah ini:

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 94

Gambar 4.10Angka Kesembuhan Tahun 2014

Kota Bandar Lampung

0

28 2545

28

99

55 56

13

47 49

193

3012

42

10 7 0

5026 20

0

274 10

40

1236

19

020406080

100120

JUM

LAH

PUSKESMAS

Sementara penemuan kasus suspek TB paru dan penemuan kasus TB

paru di kota Bandar Lampung selama lima tahun terakhir dapat dilihat

pada gambar di bawah ini:

Gambar- 4.11Jumlah Penemuan Suspek TB Paru

Di Kota Bandar LampungTahun 2010-2014

13.533 13.533 13.533

7.476

9.425

1.353 1.353 1.454 972 978

Susp

ek T

B Pa

ru

T a h u n

TARGET SUSPEK REALISASI SUSPEK

Gambar- 4.12Jumlah Kasus Penemuan TB Paru

Di Kota Bandar LampungTahun 2010-2014

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

2010 2011 2012 2013 2014

1.353 1.353 1.454 1.483 1.621

966 1000 963 964 980

Kas

us T

B P

aru

T a h u nTARGET REALISASI

Sumber : Seksi Pemberantasan Penyakit 2014

Berdasarkan gambar 4.10 dan 4.11 terlihat bahwa jumlah penderita TB

Paru di Kota Bandar Lampung tahun 2010-2013 cenderung menurun

baik pada penemuan suspek dan pada penemuan kasus baru tetapi

pada tahun 2014 mengalami peningkatan.

Mengingat proses penularan penyakit cukup tinggi ini maka

diperlukan upaya promosi kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 95

masyarakat dan kedisiplinan dalam melakukan pengobatan sehingga

penyakit ini tidak semakin meluas. Penemuan penderita TB Paru BTA (+)

dengan merata di semua puskesmas dan tertinggi ditemukan di

Puskesmas Panjang 108 kasus dan Puskesmas Sukaraja sebanyak 66

kasus.

Berdasarkan laporan evaluasi program bidang bina P2PL seksi

pencegahan dan pengamatan penyakit tahun 2014 disebutkan data

kasus TB anak diambil dari laporan Surveilans Terpadu Puskesmas

Dinkes Kota Bandar Lampung tahun 2014 golongan umur 0-14 tahun

kasus TB+ sebesar 45 kasus dimana pada tahun 2013 hanya berjumlah

19 kasus. Kasus TB anak ditemukan di Puskesmas Panjang 9 (sembilan)

kasus, Puskesmas Rajabasa 8 (delapan) kasus, Puskesmas Kedaton

6 (enam) kasus, Puskesmas Gedong Air dan Puskesmas Kemiling

masing-masing 5 (lima) kasus. Penyakit TB anak dapat disebabkan

karena tidak mendapatkan imunisasi BCG dan juga lingkungan yang

tidak sehat.

3.) Pneumonia Balita

ISPA adalah salah satu penyebab kematian anak di negara sedang

berkembang dan menyebabkan 4 dari 15 juta kematian balita setiap

tahunnya serta proporsi kematian mencakup 20-30%. ISPA mencakup

penyakit saluran napas bagian atas dan saluran napas bagian bawah

beserta adneksanya. Saluran napas bagian atas mengakibatkan

kematian anak dalam jumlah kecil, tetapi dapat menyebabkan kecacatan

misalnya otitis media yang menyebabkan ketulian. Hampir seluruh

kematian karena ISPA pada anak kecil disebabkan saluran napas bagian

bawah akut, paling sering karena pneumonia. Kematian Pneumonia

sebagai penyebab utama ISPA di Indonesia 5 kasus diantara 1.000

balita.

ISPA terutama Pneumonia merupakan penyebab kematian utama

bayi dan anak balita. Hasil SKRT (2001), penyebab kematian pada bayi

dan balita terjadi karena ISPA sebesar 27.6 % dan 22.8 % terjadi pada

anak balita. Dari hasil survey tersebut, diketahui bahwa angka insiden

penyakit ini sebesar 2,5‰ balita. Pneumonia merupakan infeksi akut

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 96

yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi ini dapat disebabkan oleh

bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat

kecelakaan menghirup cairan atau bahan kimia.

Jumlah kasus pneumonia tahun 2014 yang ditemukan dn

ditangani sebesar 2.693 kasus. Hal ini terjadi karena usia bayi

merupakan usia paling berisiko penyakit karena beberapa faktor antara

lain pelaksanaan tata laksana standart penanganan penderita yang

belum sesuai dengan Standar operasional prosedur (SOP) dan sarana

dan prasarana yang kurang mendukung. Pada tahun 2014 ini jumlah

kasus pneumonia jika dilihat berdasarakan jenis kelamin lebih banyak

ditemukan pada jenis kelamin laki – laki sebanyak 1.316 sedang untuk

jenis kelamin perempuan berjumlah 2,693 kasus. Bisa dilihat pada

gambar dibawah ini :Gambar- 4.13

Kasus Pneumonia Menurut Jenis KelaminDi Kota Bandar Lampung Tahun 2014

Perempuan116045%

laki-Laki1.39355%

Sumber : : Seksi P2 Bidang P2PL Dinkes Kota Bandar Lampung 2014

Dari Gambar-4.12 di atas, menunjukkan berdasarkan jenis

kelamin jumlah penderita pneumonia hamper sama antara laki-laki

(55%) dengan perempuan (45%). Sementara realisasi penemuan

pneumonia di Kota Bandar Lampung masih rendah dari target yang

telah ditentukan. Dari tahun ke tahun realisasi penemuan pneumonia

cenderung menurun.

Beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya efektifitas

penggalakan p2 ISPA antara lain :

1. Tatalaksana belum sesuai standar

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 97

2. Keterbatasan pengetahuan petugas kes dlm

menginformasikan bahaya pneumonia

3. Keterbatasan jml tenaga penyuluh & media penyuluh

4. Ketidak tahuan ibu balita akan gejala klinis , tindakan

pengobatan & bahaya peny pneumonia balita Ketidak

tahuan masyarakat umum tentang peny pnemonia

5. Promosi ISPA belum optimal

6. Dana penunjang P2 ISPA yang kurang

Beberapa sumber menyebutkan beberapa faktor terjadinya pneumonia

balita dikarenakan faktor ekstrinsik seperti ventilasi, kepadatan hunian,

jenis lantai, luas jendela, letak dapur, penggunanaan jenis bahan bakar

dan kepemilikan lubang asap. Faktor intrinsik seperti umur, jenis

kelamin, status gizi, status imunisasi, pemberian vitamin A pada saat

nifas/balita dan pemberian ASI.

Berdasarkan wilayah kerja puskesmas, cakupan penemuan kasus

Pneumonia Balita dengan persentase tertinggi ada di Puskesmas

Kemiling, Panjang, Gedong Air, Simpur dan Sukaraja. sementara

terendah di Pinang Jaya, Smur Batu dan Palapa

4.) HIV/AIDS

Penyakit HIV/AIDS terjadi karena virus human immunodeficiency

Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga penderitanya

mengalami penurunan ketahanan tubuh. Penyakit ini ditularkan melalui

cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses hubungan seksual,

transfusi darah, penggunaan jarum suntik secara bergantian dan

penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui plasenta dan

kegiatan menyusui.

Di Kota Bandar Lampung kasus HIV dan AIDS yang dilaporkan dari

tahun 2002 sampai 2012 sebanyaj 679 kasus. Pada September 2010

Kota Bandar Lampung mendapat bantuan GF-ATM komponen HIV-AIDS

sebagai salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan IMS/HIV-

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 98

AIDS. Upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan telah dilakukan

seiring dengan adanya pembiayaan tersebut salah satunya adalah

adanya klinis IMS (infeksi Menular Seksual di 2 (dua) puskesmas yaitu

Sukaraja dan Panjang serta klinik VCT (Voluntary Caounseling and

Testing) atau disebut KTS (konseling dan Tes HIV Sukarela) yang dapat

diakses di RSUD Dr.A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung dan VCT

Puskesmas Sukaraja.

Mengingat penyakit HIV/AIDS ini mudah menyebar, maka perlu

kewaspadaan di Kota Bandar Lampung. Pemberantasan penyakit

HIV/AIDS ini juga merupakan salah satu yang harus diturunkan dalam

pencapaian MDGs. Beberapa kegiatan pencegahan dan penanggulangan

penyakit IMS-HIV/AIDS di Kota Bandar Lampung :

1. Program KIE=BBC=KKP; behavior change communication

atau komunikasi perubahan perilaku merupakan kegiaan

pendamping untuk memberikan informasi dan pendidikan

keterampilan tenang HIV-AIDS serta promosi perilaku hidup

bersih dan sehat bagi populasi berisiko yang dilakukan

secara teratur dan dalam jangka waktu tertentu

bekerjasama dengan KPA Kota Bandar Lampung.

2. Program Kondom 100%; program pemakaian kondom 100%

atau PPK 100% upaya menekan penularan infeksi menular

seksual termasuk HIV-AIDS terutama dilakukan di

kalangan populasi yang banyak pasangan seksual dengan

menyediakan outlet kondom di ekslokalisasi Pantai Harapan

dan Pemandangan berkerjasama dengan KPA.

3. Program IMS; merupakan pemeriksaan dan pengobatan

rutin IMS bagi pekerja seks perempuan, pria, waria dengan

fungsi kontrol terhadap penularan IMS dipopulasi berisiko

dapat dipersempit. Layanan ini dapat diakses di Puskesmas

Panjang dan Sukaraja.

4. Program Harm Reduction; program pencegahan dan

penanganan HIV-AIDS bagi IDUs atau diterjemahkan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 99

menjadi pengurangan dampak buruk pengguna narkoba

suntik. Program ini merupakan pendekatan pragmatis

kesehatan guna merespon ledakan infeksi HIV-AIDS secara

khusus dikalangan IDUs dengan memberikan layanan

pertukaran alat dan jarum suntik steril yang dapat diakses

di Puskesmas Kedaton dan Simpur.

5. Program VCT; adalah program pencegahan sekaligus

jembatan untuk mengakses layanan Manajemen Kasus (MK)

dan CST (perawatan, dukungan dan pengobatan bagi

ODHA). Layanan VCT mencakup pre test konseling, testing

HIV dan post test konseling yang dijalankan atas dasar

prinsip kerahasiaan.

Tahun 2014 jumlah penderita HIV tercatat 251 orang

dengan rincian berdasarkan golongan umur ≤ 4 tahun sebanyak

12 orang, golongan umur 15-14 orang sebanyak 6 orang, golongan

umur 20-24 umur tahun sebanyak 25 orang, golongan 25-49

tahun sebanyak 197 orang, golongan umur ≥ 50 tahun sebanyak 8

orang.

5.) Kusta

Penyakit Kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat,

keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan

kurangnya pengetahuan/ pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap

Kusta dan cacat yang ditimbulkannya. Penyakit ini merupakan penyakit

menular yang sifatnya kronis dan dapat menimbulkan masalah yang

kompleks dengan penyebabnya Mycobaterium leprae. Terdapat 2 tipe

penderita Kusta, yaitu tipe kusta PB (Pausi Basiler) dan kusta MB (multi

basiler). Berikut perkembangan kasus Kusta di Kota Bandar Lampung

tahun 2010-2014.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 100

Gambar- 4.14Distribusi Kasus KustaKota Bandar Lampung

Tahun 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014

KASUS BARU 14 22 24 29 22

KASUS LAMA 20 14 22 24 19

05

1015202530

Prev

alen

si

T a h u n

Sumber : P2PL 2014

Gambar – 4.15Jumlah Penderita Kusta Menurut Jenis Kelamin

Di Kota Bandar LampungTahun 2010-2014

New Case Detection Rate (NCDR) atau penemuan baru penderita

Kusta di Kota Bandar Lampung tahun 2010-2014 cenderung meningkat

(gambar 4-14). Dilihat menurut tipe Kusta, penderita Kusta dengan Tipe

PB (Pausi Basiler) di Kota Bandar Lampung selama tahun 2013

sebanyak 5 kasus yang ditemukan, tahun 2014 ditemukan sebanyak 3

(tiga) kasus. Kusta tipe PB adalah penderita kusta dengan hasil BTA (-)

pada pemeriksaan kerokan kulit yaitu tiope TT dan BT. Sedangkan

untuk penderita Kusta dengan tipe MB (Multi Basiler) tahun 2013

sebanyak 24 kasus dan tahun 2014 sebanyak 19 kasus.

Kusta tipe MB adalah penderita kusta tipe BB, BL dan LL atau

apapun klasifikasi klinisnya dengan BTA (+). Bila dilihat menurut umur,

penderita Kusta di Kota Bandar Lampung selama tahun 2008-2014

seluruhnya di atas usia 15 tahun. Penderita kusta tersebut tidak ada

yang menderita cacat tingkat dua, yaitu terdapat cacat pada tangan dan

kaki (kelainan anotomis) dan cacat pada mata (langoptalmus dan visus

sangat terganggu).

C. Penyakit Menular Bersumber Binatang

1.) Penyakit Malaria

Kasus Malaria merupakan penyakit menular yang upaya

pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs. Penyakit

Malaria ini sangat dominan di daerah tropis dan subtropis dan

mematikan. WHO mencatat setiap tahunnya tidak kurang dari 1-2 juta

penduduk meninggal karena penyakit yang disebarluaskan nyamuk

05

101520

20102011201220132014

9

17 19 19 20

6 55

10

2

Pers

enta

se

T a h u nLaki-laki Perempuan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 101

Anopheles.1 Di Indonesia rata-rata kasus Malaria klinis sebesar 15 juta

per tahun dan mengancam penduduk di daerah endemis, sebesar 60%

diantaranya menyerang usia produktif.

Kasus malaria ini menyebar di 27 wilayah puskesmas yang ada di

Kota Bandar Lampung walaupun tidak merata di semua wilayah. Kota

Bandar Lampung mempunyai wilayah endemis malaria yaitu wilayah

puskesmas yang berada dipesisir pantai seperti wilayah Puskesmas

Panjang, Kota Karang, Sukamaju, Pasar Ambon, Sukaraja. Namun juga

daerah yang ada di wilayah datar seperti : Puskesmas Sumur Batu,

Gedung Air, Kemiling, Kedaton, dan Rajabasa, juga masih ditemukannya

kasus malaria klinis yang diobati tanpa konfirmasi laboratorium,

khususnya di Puskesmas Pembantu.

Sebagai wilayah yang mempunyai daerah endemis malaria,

Pemerintah Kota Bandar Lampung telah berusaha menanggulangi

malaria secara komprehensif dengan upaya promotif, preventif, dan

kuratif, hal ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan

kematian serta mencegah terjadinya KLB.

Gambar 4.16 Kondisi Malaria Di Kota Bandar Lampung Tahun2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014

KLINIS 8.884 7.097 7.337 8.510 8.263KONFIRM 7.679 7.023 7.337 5.721 5.721POSITIF 211 209 63 479 565

-2.0004.0006.0008.000

10.000

Sumber : Seksi Pemberantasan Penyakit

Berdasarkan Gambar 4.17, tampak penduduk yang jatuh sakit

karena Malaria klinis menunjukkan fluktuatif selama lima tahun

terakhir, namun setelah dikonfimasi jumlah penderita malaria

mengalami penurunan. Tahun 2014 penderita malaria positif meningkat

dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 565 kasus dibandingkan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 102

tahun 2013 sebanyak 479 kasus, namun tidak ada kasus kematian

akibat malaria.

Hasil pemeriksaan sediaan darah terhadap 565 penderita Malaria

diperoleh penduduk tersebut sakit Malaria tertinggi oleh parasit

Plasmodium Falcifarum sebanyak 302 kasus. Selebihnya, oleh parasit

plasmodium Vivax sebanyak 246 kasus dan Mix sebanyak 17 kasus.

Dibandingkan jenis parasit lainnya, Plasmodium Falcifarum lebih

berbahaya, karena jenis ini seringkali menimbulkan kematian pada

penderitanya.

Sebagai wilayah yang mempunyai daerah endemis malaria,

Pemerintah Kota Bandar Lampung telah berusaha menanggulangi kasus

malaria ini secara komprehensif dengan upaya promotif, preventif, dan

kuratif denga tujuan menurunkan angka kesakitan dan kematian serta

mencegah terjadinya KLB.

Berdasarkan wilayah kerja, kasus malaria positif banyak

ditemukan Puskesmas Sukamaju 249 kasus, Puskesmas Kotakarang 93

kasus. yang kesemuanya berada di Puskesmas Kecamatan Telukbetung

Timur, Puskesmas Panjang 6 kasus, Kemiling dan Sukabumi 6 kasus,

Puskesmas Kedaton dan Gedong Air 3 kasus dan RSUD Kota 186 kasus.

Tingginya kasus Malaria positif yang ditemukan di RSUD ADT rumah

sakit rujukan tingkat pertama dan lokasinya yang berada di

telukbetung, selain itu karena faktor mobilitas penduduk yang tinggi,

juga karena kondisi alam (pesisir pantai) yang memungkinkan

banyaknya tempat perindukan nyamuk seperti hutan, lagun dan tambak

terlantar.

Faktor lingkungan yang memberi pengaruh antara lain

lingkungan fisik seperti suhu udara, kelembaban, hujan, angin, sinar

matahari, arus air, lingkungan kimiawi, lingkungan biologi (flora dan

fauna) dan lingkungan sosial budaya. Tumbuhan bakau, lumut,

ganggang dan berbagai jenis tumbuhan lain dapat mempengaruhi

kehidupan larva nyamuk karena ia dapat menghalangi sinar matahari.

Lebih lanjut kasus malaria tahun 2014 ini, diperoleh data Malaria laki-

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 103

laki lebih tinggi (353 kasus) dibandingkan dengan perempuan (212

kasus)

2.) Demam Berdarah Dengue (DBD)

Mewabahnya DBD terkait erat dengan meledaknya populasi

nyamuk saat banyak turun hujan, sebab tingkat curah hujan yang tinggi

turut memicu perkembangan populasi nyamuk. Karakter nyamuk Aedes

aegyti dan Aedes albopictus yang menyukai bertelur di air bersih dan

tergenang memang menjadi salah satu pemicu. Semula, Aedes biasanya

hanya bertelur di bak-bak mandi (dimana ada air bersih yang lama tidak

dikuras), namun ketika hujan tiba, tempat bersarang mereka bisa

berpindah ke tempat-tempat saluran (got) yang airnya telah berganti

akibat siraman hujan atau cekungan yang menampung air bersih.

Karena itu, perubahan iklim ikut menimbulkan peningkatan kasus DBD

yang kerap menimbulkan kepanikan karena penyebaran yang cepat dan

menyebabkan kematian.

Gambar- 4.17IR DBD Per 100.000 Penduduk

Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014

90,08

46,4

179,2

6335,5

0

50

100

150

200

2010 2011 2012 2013 2014

Insi

dens

Rat

e

T a h u n

Gambar- 4.18CFR Demam Berdarah Dengue ( %)

Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014

2,091,69

0,681,8

0

1

2

3

4

5

2010 2011 2012 2013 2014

CFR

(%)

T a h u n

Sumber : Seksi Pemberantasan Penyakit

Gambar 4.18, tampak penduduk yang sakit karena DBD (incident

rate) tahun 2011 tercatat 46,4 per 100.000 penduduk dan menurun

kembali secara signifikan tahun 2012 meningkat menjadi 179,2 per

100.000 penduduk. Namun akhirnya pada tahun 2013 turun menjadi

63 per 100.000 penduduk sedang pada tahun 2014 menjadi 35,5 per

100.000 penduduk. Kematian karena DBD atau case fatality rate (CFR)

tahun 2007-2012 ditemukan dan dilaporkan setiap tahunnya, tahun

2012 sebanyak 11 kasus (CFR=179,2%), sedangkan di tahun 2013

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 104

sebanyak 5 kasus kematian dan tahun 2014 sebanyak 6 kasus kematian

karena DBD.

Berbagai kegiatan pencegahan dan penanggulangan telah

dilakukan meliputi pelacakan penderita (penyelidikan epidemiologi)

dalam radius 100 meter, penemuan dan pertolongan penderita termasuk

merujuk ke unit pelayanan kesehatan terdekat, abatisasio selektif (AS)

atau larvasida selektif dengan memberikan atau menaburkan larvasida

ke dalam penamapungan air yang positif terdapat jentik, fogging fokus

dalam radius 1 RW per 400 rumah per dukuh, pemeriksaan jentik

berkala (PJB) regular setiap 3 (tiga) bulan sekali dengan cara randon

sampel 100 rumah per kelurahan yang bertujuan mendapatkan angka

kepadatan jentik atau House Indek, pembentukan kelompok kerja DBD

dari level terendah yaitu kelurahan sampai tingkat pusat, penggerakan

PSN atau pemberansatasan sarang nyamuk dengan 3M, dan penyuluhan

tentang penyakit demam berdarah meliputi gejala awal penyakitm,

pencegahan dan rujukan penderita.

GAMBAR 4.19 Penyebararan Kasus Dbd Menurut Puskesmas

Kota Bandar Lampung Tahun 2014

0 1 1

1310

14 1620

27 9

4 6 48

16

6 5

17 18

42

712

159 7

39

27

22

05

1015202530354045

JUM

LAH

PUSKESMAS

Sumber : Seksi Pemberantasan Penyakit

Penyakit DBD tersebut telah menyebar luas ke seluruh wilayah

Puskesmas yang berada di Kota Bandar Lampung. Seperti terlihat dari

Gambar 4.21, tampak bahwa pada tahun 2014 ini 29 puskesmas

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 105

melaporkan kasus DBD dengan keadaan kasus tertinggi terdapat di

Puskesmas Rajabasa, puskesmas Sukabumi, Puskesmas Way Halim dan

Satelit. Bila dilihat dari jenis kelamin jumlah penderita DBD laki laki

dan perempuan hampir sama yaitu 295 dan 281.

Bila kemudian dilihat dari kejadian kasus DBD selama kurun

waktu 3 tahun (2009-2012), maka di Kota Bandar Lampung dengan 13

kecamatan kesemuanya termasuk dalam kategori kecamatan endemis

DBD. Sementara dari 98 kelurahan yang ada, terdapat 77 kelurahan

yang dapat dikatagorikan ke dalam daerah kelurahan endemis DBD, 18

kelurahan dalam kategori kelurahan sporadis dan 8 kelurahan potensial.

3.) Penyakit menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi(PD3I)

PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat

diberantas/ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. Yang

termasuk PD3I adalah Difteri, Pertusis (Batuk Rejan), Tetanus, Tetanus

Neonatorum, Campak, Polio dan Hepatitis B.

3. 1.) Tetanus Neonatorum

Tetanus adalah suatu penyakit toksemik akut yang disebabkan

Clostridium tetani, dengan tanda utama kekauan otot (spasme), tanpa

disertai gangguan kesadaran. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir

yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat

yang tidak bersih/steril. Tetanus Neonatorun (TN) menyebabkan 50%

kematian perinatal dan menyumbangkan 20% kematian bayi. Angka

kejadian 6-7 per 100 kelahiran hidup di perkotaan dan 11-23 per 100

kelahiran hidup di pedesaan. Sedangkan angka kejadian tetanus pada

anak di Rumah Sakit 7-40 kasus/tahun, 50% terjadi pada kelompok

umur 5-9 tahun, 1-4 tahun (30.0%), > 10 tahun (18.0%), dan selebihnya

bayi < 12 bulan2.

Data Kejadian Luar Biasa (KLB) Tetanus Neonatorum di Kota

Bandar Lampung pada tahun 2005 terdapat 7 kasus dengan 4 kasus

meninggal, tahun 2006 dan 2007 masing-masing 1 kasus dan

meninggal, tahun 2008 ditemukan 3 kasus dan 2 meninggal. Pada tahun

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 106

2009 ditemukan 1 (satu) kasus TN di Kota Bandar Lampung yang terjadi

di wilayah kerja Puskesmas Kotakarang status dalam keadaan hidup,

dengan hasil pelacakan ibu hamil tidak pernah memeriksakan

kehamilannya ke tenaga kesehatan, persalinan ditolong oleh dukun

tidak terlatih dengan menggunakan sembilu sebagai alat pemotong tali

pusat, status TT ibu tidak mendapatkan imunisasi TT selama

kehamilannya. Sejak tahun 2013 sampai tahun 2014 di Kota Bandar

Lampung tidak ada lagi ditemukan kasus TN.

3. 2.) Penyakit Campak

Penyakit campak atau yang lebih sering disebut tampek mudah

sekali menular. Virusnya bisa hidup dan menyebar lewat udara,

karenanya penyakit ini tetap mewabah sepanjang tahun di beberapa

daerah, terutama di pemukiman padat. Penyakit campak yang dalam

bahasa asing disebut measles, disebabkan virus campak atau morbili.

Virus ini terdapat di udara bebas. Bila masuk ke dalam tubuh anak,

terutama yang daya tahan tubuhnya sedang lemah, maka sangat

mungkin terjangkit campak. Sebaiknya jika ada satu orang anak terkena

campak, maka anak lain dianjurkan untuk tidak berdekatan dengannya.

Virusnya yang keluar melalui napas atau semburan ludah (droplet) bisa

terisap lewat hidung atau mulut dan akan menulari anak lain.

Sejak kampanye campak dilakukan di Indonesia, sejak itu angka

kesakitam campak terlihat menurun, sehingga upaya program

pemberantasan campak dari tahap reduksi mulai diarahkan kepada

tahap eliminasi dengan penguatan strategi imunisasi dan surveilans

berbasis kasus individu (case based). Dengan memanfaatkan system

survailans AFP yang sudah berjalan dengan baik, maka sejak tahun

2004 surveilans campak di Indonesia diintegrasikan dengan sistem

surveilans AFP. Sejak vaksinasi campak diberikan secara luas, terjadi

perubahan epidemiologi campak, terjadi penurunan insiden campak dan

pergeseran ke umur yang lebih tua. Walaupun cakupan imunisasi cukup

tinggi, KLB campak mungkin saja masih akan terjadi yang diantaranya

disebabkan adanya akumulasi anak-anak rentan ditambah 15% anak

yang tidak terbentuk imunitas.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 107

150

178

125

176 210

0100200300400

2010 2011 2012 2013 2014

Jum

lah

Kas

us

T a h u n

Gambar- 4.20 Jumlah Kasus Suspec Campak Klinis Di Kota BandarLampung Tahun 2008-2012

Sumber : Seksi P2 Bidang P2PL Dinkes Kota Bandar Lampung 2012

Dari Gambar-4.21 di atas, tampak bahwa Kasus Campak klinis

selama lima tahun terakhir meningkat fluktuatif, yakni 150 kasus

(2010), tahun 2011 menjadi 178 kasus. Tahun 2012 kasus campak

klinis turun menjadi 125 kasus, tahun 2014 meningkat kembali menjadi

210 kasus yang didalamnya terdapat 27 kasus campak hasil

laboratorium positif, tahun 2013 ditemukan 176 kasus.

4.5 STATUS GIZI MASYARAKAT

Status gizi masyarakat pada umumnya diukur melalui indikator-

indikator, antara lain Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status Gizi

Balita, Status Gizi Wanita Usia Kurang Energi Kronis dan Gangguan

Akibat Kekurang Yodium (GAKY).

A. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram yang

ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir.

Berat badan lahir berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan anak di masa yang akan datang. Bayi lahir dengan berat

di bawah 2.500 gram dikategorikan bayi BBLR. Bayi dengan BBLR akan

mengalami gangguan dan belum sempurna pertumbuhan dan

pematangan organ atau alat-alat tubuh, akibatnya BBLR sering

mengalami komplikasi yang berakhir dengan kematian.

GAMBAR 4.21 Proporsi Bayi Berat Lahir RendahDi Kota BandarLampung Tahun 2014

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 108

20427; 99%

223; 1%

Lahir Hidup

BBLR

Sumber : seksi Kesga 2014

Berdasarkan gambar BBLR di Kota Bandar Lampung tahun 2014

didapatkan 1,1% dari total bayi lahir Hidup (20.427). Bila dibandingkan

tahun 2013 kasus BBLR juga 1% dari 17.052 kelahiran hidup. Adanya

kasus BBLR ini menandakan masih adanya ibu hamil dengan status gizi

kurang sehingga menlahirkan bayi dengan berat badan rendah atau

kurang dari 2500 gram. Sementara pada kasus kematian bayi BBLR

merupakan penyumbang kematian terbesar kedua pada usia perinatal

setelah asfiksia. Kondisi ibu dengan bayi BBLR yang jumlahnya 1%

menandakan kemampuan petugas semakin baik dalam mendeteksi. Hal

ini tentu saja sangat penting, semakin baik petugas dalam mendeteksi

kasus BBLR, kemungkinan bayi menderita gizi kurang, bahkan gizi

buruk dapat diatasi dengan cepat dan baik. Faktor lainnya, dikarenakan

sudah banyak ibu-ibu membawa bayinya ke sarana kesehatan, baik

Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu, Poskeskel dan sarana

kesehatan lainnya. Persentase Kasus BBLR di Kota Bandar Lampung

pada tahun 2014 tertinggi berada di Puskesmas Panjang 26 kasus,

Puskesmas Sukaraja dan Kedaton 21 kasus, Puskesmas Kemiling 20

kasus,. Bila dilihat secara absolut dan proporsi, jumlah BBLR tertinggi

ada di Puskesmas Panjang sebanyak 26 kasus namun secara proporsi

terhadap kelahiran hidup adalah 1,5%. Sementara Puskesmas Pinang

Jaya dengan BBLR hanya 6 kasus namun secara proporsional mencapai

5,3%. BBLR laki-laki lebih tinggi (118 kasus) dibandingkan dengan bayi

perempuan yang BBLR (105 kasus).

B. Status Gizi Balita

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 109

Masa balita merupakan masa dimana terjadi pertumbuhan badan

yang cukup pesat sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi di setiap

kilo gram berat badannya. Dalam keadaan seperti ini anak balita

umumnya paling sering terjadi balita mengalami kekurangan gizi

sehingga anak balita merupakan kelompok umur yang rentan menderita

kekurangan gizi. Pemantauan status gizi balita dilakukan dengan

melihat hasil penimbangan yang diselenggarakan baik di sarana

kesehatan (Puskesmas, Puskesmas Pembantu) ataupun Posyandu, Pos

Kesehatan Kelurahan (Poskeskel) dan lain-lain. Pada tahun 2013

terdapat 6 balita gizi buruk dan yang mendapat perawatan yaitu 9 orang

dari kasusu baru 6 orang dan kasus lama 3 orang, kesemuanya

mendapat perawatan intensif dari perawatan di rumah sakit hingga

homecare.

Tahun 2014 jumlah gizi buruk sama dengan penemuan gizi buruk

tahun 2013 drastis yaitu hanya 6 kasus gizi buruk. Jumlah kasus gizi

buruk yang mendapat perawatan yaitu 9 orang berdasarkan jenis

kelamin perempuan 6 orang dan laki - laki 3 orang.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 110

BBAABB VV

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

ntuk mewujudkan peningkatan status kesehatan

masyarakat Kota Bandar Lampung memalui peran

serta masyarakat, diperlukan suatu upaya pelayanan

kesehatan yang pelaksanaannya dituangkan dalam berbagai

Program Pembangunan Kesehatan.

5.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan anak

Peran seorang inu terhadap pertumbuhan dan perkembangan

anak dan bahkan keluarga sangatlah besar. Karena itu

perkembangan kesehatan ibu, khususnya ibu hamil perlu

dilakukan pemeriksaan secara rutin.

A. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K_1) dan (K_4)

Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan

menggunakan indikator Cakupan K_1 dan K_4. Cakupan K1

adalah jumlah ibu hamil yang telahmemperoleh pelayanan

antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan,dibandingkan

jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu

satu tahun. Sedangkan Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang

telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar

paling sedikit 4 kali sesuai jadwal yang dianjurkan, dibandingkan

jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu

satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan

kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil

dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan.

Cakupan K1 dan K4 yang secara umum telah mendekati target

yang telah ditetapkan. Ini menunjukan semakin baiknya akses

U

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 111

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil yang

diberikan oleh tenaga kesehatan. Cakupan K1 angkanya

mengalami kenaikan dari 91,1 % pada tahun 2013 menjadi 95,4%

pada tahun 2014. Begitu juga dengan cakupan K4 yang

mengalami kenaikan dari 85,6 % pada 2013 menjadi 90,6 % pada

2014. Target yang ditetapkan dalam SPM Kesehatan sebesar 95%,

cakupan K_4 Kabupaten Kota Bandar Lampung masih dibawah

target nasional namun dinas kesehatan tetap berupaya penuh

untuk meningkatkan cakupan K4 dengan berbagai program

inovasi pada setiap kegiatan yang dilaksanakan.

B. Persalinan Di Tolong Oleh Tenaga Kesehatan

Persalinan oleh tenaga kesehatan atau yang sering disebut

persalinan oleh nakes adalh ibu hamil yang persalinannya

mendapatkan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga

kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. Persalinan yang

ditolong tenagakesehatan terbukti berkontribusi terhadap

turunnya risiko kematian ibu. Demikian pula dengan

tempat/fasilitas, jika persalinan dilakukan di fasilitas pelayanan

kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu.

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di

Kabupaten Kota Bandar Lampung tahun 2014 sebesar 90,9 %

sedangkan di tahun 2013 juga jumlahnya hampir sama sebesar

90,5 %. Sedangkan target yang ditetapkan SPM Kesehatan

indikator cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

yang memiliki kompetensi kebidanan sebesar 90%. Kondisi saat

ini persalinan yang dilakukan oleh dukun juga masih sering

terjadi, pada tahun 2014 ada 13 ibu yang masih ditolong oleh

bidan, dimana jumlah dukun yang bermitra 34 orang dari jumlah

keseluruhan 36 orang. Ini perlu menjadi perhatian kita semua

karena masih ditemuinya kasus kematian ibu dan bayi saat

melahirkan. Diupayakan sudah berada di dekat fasilitas pelayanan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 112

kesehatan, yaitu di Rumah Tunggu Kelahiran. Rumah Tunggu

Kelahiran tersebut dapat berupa rumah tunggu khusus maupun

di rumah sanak saudara yang dekat dengan fasilitas pelayanan

kesehatan.

C. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari

pasca persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan

kesehatan pada ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan

sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sesuai jadwal yang dianjurkan,

yaitu pada 6 jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan, pada

hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada

hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan.

Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi :

a) Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu)

b) Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri)

c) Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain

d) Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif

e) Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan

ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana

f) Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.

Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator

cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas. Di Kabupaten Kota

Bandar Lampung pada tahun 2013 cakupan pelayanan ibu nifas

sebesar 85,5 % sedangkan pada tahun 2014 sebesar 90,9 %, Dari

target SPM Kesehatan yang telah ditetapkan sebesar 90%. Dari

hasil tersebut bisa dilihat jika tahun 2014 cakupan pelayanan

kesehatan ibu nifas sudah melampaui target yang diinginkan.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 113

D.Penanganan Komplikasi Kebidanan

Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu

bersalin, ibu nifas dan atau janin dalam kandungan, baik

langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan

tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin,

yang tidak disebabkan oleh trauma/kecelakaan. Pencegahan dan

penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu

dengan komplikasi kebidanan untuk mendapatkan

perlindungan/pencegahan dan penanganan definitif sesuai

standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan

dasar dan rujukan. Indikator yang digunakan untuk mengukur

keberhasilan pencegahan dan penanganan komplikasi kebidanan

adalah cakupan penanganan komplikasi kebidanan (Cakupan PK).

Indikator ini mengukur kemampuan negara dalam

menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada

ibu (hamil, bersalin, nifas) dengan komplikasi. dapat diketahui

bahwa secara umum, cakupan penanganan komplikasi kebidanan

menurut Renstra Kemenkes 2010 – 2014 adalah sebesar 80%, di

Kabupaten Kota Bandar Lampung pada tahun 2014 untuk

cakupan penanganan komplikasi kebidanan sebesar 3.147

(64,34%) sedang cakupan penangan komplikasi neonatal baru

mencapai 913 (28,9%). Salah satu yang mempengaruhi rendahnya

cakupan ini karena adanya pelaporan yang kurang baik.

G. Pelayanan Kesehatan Bayi

Kunjungan bayi adalah cakupan bayi post neonatal yang

memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standart oleh

dokter, bidan dan perawat yang memiliki kompetensi klinis

kesehTn Pling sedikit 4 (kali) disatu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu. Standart pelayanan minimal yang diberikan yaitu

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 114

1 (satu) kali pada usia 29 hari sampai dengan 2 bulan, 1 (satu)

kali pada usia 3-5 bulan, 1 (satu) kali pada usia 6-8 bulan, 1

(satu) kali pada usia 9-11 bulan.

Capaian kunjungan kesehatan bayi Kota Bandar Lampung pada

Tahun 2014 sebesar 19.560 mengalami kenaikan dari tahun

sebelumnya yaitu tahun 2013 sebesar 16.653. banyak faktor yang

menjadi pendukung keberhasilan capaian kunjungan bayi, yaitu

suksesnya program immunisasi dasar pada bayi, meningkatnya

pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan sarana dan

prasarana kesehatan oleh masyarakat seperti Posyandu,

Poskeskel, dan sarana kesehatan lainnya.

H. Keluarga Berencana (KB)

Pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu

program yang bertujuan untuk menekan tingkat pertumbuhan

penduduk. Tingkat pencapaian pelayanan KB dapat dlihat dari

indikator cakupan peserta KB baru dan peserta KB aktif.

Cakupan peserta KB aktif di Kota Bandar Lampung tahun 2014

sebesar 75.155. Dengan Metode Kontrasepsi yang terbanyak

adalah suntik sebanyak 30,117 (40,1%). Adapun metode yang

tidak dipilih adalah obat vagina.

5.2 Perbaikan Gizi Masyarakat

Upaya perbaikan gizi masyarakat dimaksudkan untuk

menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat.

Berdasarkan pemantauan gizi yang telah dilakukan ditemukan

beberapa permasalahan gizi yang sering dijumpai pada kelompok

masyarakat antara lain kekurangan Vitamin A dan Anemia Gizi

besi.

A. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapatkan Perawatan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 115

Kasus gizi buruk yang ditemukan dan dipantau sepanjang

tahun 2014 sebanyak 6 (enam) orang dan 5 (lima) orang dirujuk

dan mendapatkan perawatan di RSUD Kota Bandar lampung, dan

sisanya sebanyak 1 orang di rawat jalan. Adapun perkembangan

sampai dengan akhir tahun 2014 sebagai berikut :

- Status gizi membaik sebanyak 3 (tiga) orang (BB/TB

Normal/Kurus)

- Status gizi masih buruk sebanyak 3 (tiga) orang

- Pindah dari Kota Bandar Lampung sebanyak 0 orang

- Keluar karena usia telah lebih dari 5 (lima) tahun sebanyak

0 orang

- Meninggal sebanyak 0 orang

- Jumlah kasus baru yang ditemukan sepanjang tahun 2014

adalah 6 (enam) kasus.

Berdasarkan analisa angka kejadian kematian dengan

status gizi kurus sekali didapatkan Case Fatality Rate (CFR) tahun

2014 sebesar 0%. CRF tahun 2014 dibandingkan tahun 2013

yaitu 16.6% mengalami penurunan yang signifikan. Kasus gizi

buruk yang ditemukan mayoritas mempunyai penyakit penyerta,

kelainan bawaan atau adanya pola asuh yang salah serta berasal

dai keluarga miskin yang kurang berpendidikan. Selain itu kasus

gizi buruk diketemukan karena tidak diberikannya ASI secara

eksklusif. Menyusui memberikan anak awal terbaik dalam

kehidupannya, diperkirakan lebih dari satu juta anak meninggal

tiap tahun akibat diare, penyakit saluran nafas dan infeksi lainnya

dikarenakan mereka tidak disusui secara memadai. Dalam rangka

meningkatkan keberhasilan menyusui pada bayi perlu untuk

selalu meningkatkan promosi ASI eksklusif melalui posyandu,

poskeskel, dan pemberdayaan masyarakat.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 116

B. Cakupan Pemberia MP-ASI pada Balita Gakin Usia 6-24bulan

Pada tahun 2014 telah dilaksanakan pemberian makanan

tambahan pendamping ASI yang bersumber dari APBD Provinsi

Lampung dengan sasaran balita Gakin usia 6 – 24 bulan. PTM

yang diberikan berupa biskuit, dan bubur susu. Sasaran balita

Gakin 6-24 bulan adalah 10.236. Adapun jumlah cakupan Balita

Gakin 6-24 bulan yang mendapatkan MP-ASI berjumlah 4.513

balita (44,1%). Namun dari evaluasi yang didapat bahwa daya

terima masyarakat terhadap pemberian bubur susu kurang begitu

disukai. Sedangkan untuk dana APBD Kota Bandar Lampung

2014 tidak dapat melaksanakan kegiatan pemberian makanan

tambahan pendamping ASI dikarenakan keterbatasan waktu dan

kendala non teknis.

C. Cakupan Ibu Hamil Mendapat 90 Tablet Fe (Fe3)

Dalam rangka menaggulangi anemia zat besi (AGB) yang telah

dilaksanakan adalah pemberian tablet Fe (zat besi) pada ibu hamil

selama 90 hari. Ibu hamil yang mendapat 90 TTD adalah ibu

hamil yang telah mendapat minimal 90 TTD (Fe3) selama periode

kehamilannya di suatu wilayah kerja. Parameter yang digunakan

adalah cakupan ibu hamil yang mendapat 90 TTD dalam kurun

waktu tertentu. Dari hasil laporan LB3 gizi tahun 2014, secara

keseluruhan cakupan ibu hamil mendapat TTD tahun 2014 di

Kota Bandar Lampung adalah 80,4 % dimana cakupan terendah

adalah Puskesmas Satelit sebesar 34% dan cakupan tertinggi

Puskesmas Simpur sebesar 130,4%.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 117

D. Cakupan Rumah Tangga yang Mengkonsumsi GaranBeryodium.

Survei garam beryodium tingkat masyarakat sebaiknya

dilaksanakan minimal setiap 6 bulan sekali. Tahun 2014 telah

dilaksanakan survei konsumsi garam beryodium pada

pemantauan bulan Februari maupun bulan Agustus dan hasilnya

94,1% rumah tangga.

Pelaksanaan survei konsumsi garam beryodium tidak

dilaksanakan oleh semua puskesmas, hal ini terkait dengan

masuk tidaknya kegiatan survei komsumsi garam beryodium pada

anggaran BOK di Puskesmas masing-masing.

E. Cakupan Balita Dapat Kapsul Vitamin A 2 Kali per Tahun

Cakupan balita yang mendapatkan kapsul vitamin A dosis tinggi

adalah bayi yang berumur 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A

satu kali dengan dosis 100.000 SI (Kapsul warna biru) dan anak

umur 12-59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi

200.000 SI (kapsul warna merah) sebanyak 2 kali yaitu pada

setiap bulan Februari dan Agustus di suatu wilayah pada kurun

waktu tertentu.

Cakupan pemberian vitamin A Kota Bandar lampung tahun 2014

Tidak mencapai target yang ditetapkan sebesar 85 % yaitu 80,5%

sedangkan cakupan pemberian vitamin A Kota Bandar lampung

berkisar antara 46,0% - 104,7%.

Untuk tahun 2015 diharapkan pemberian vitamin A bisa

mencapai target yang telah ditetapkan. Untuk itu perlu lebih

ditingkatkan promosi/sosialisaso pemberian vitamin A pada balita

umur 6-59 bulan sebanyak 2 kali setiap tahunnya dengan

menggunakan peran kader dalam kegiatan promosi tersebut.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 118

F. Surveilans

Surveilans gizi yang dimaksud dalam petunjuk pelaksanaan

ini adalah proses pengumpulan, pengolahan dan diseminasi

informasi hasil pengolahan data secara terus menerus dan teratur

dan teratur tentang indikator yang terkait dengan kinerja

pembinaan gizi masyarakat.

Adapun data-data yang tersedia antara lain :

1) Persentase balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan

2) Persentase balita yang ditimbang berat badannya

3) Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapatkan ASI eksklusif

4) Persentase rumah tangga mengkonsumsi garam beryodium

5) Persentase balita 6-59 bulan mendapatkan kapsul vitamin A

6) Persentase ibu hamil mendapatkan 90 tablet Fe

7) Persentase Puskesmas melaksanakan surveilans gizi

8) Penyediaan bufferstok MP-ASI untuk daerah bencana.

G. Cakupan Ibu Hamil KEK Mendapatkan PMT Pemulihan

Tahun 2014 telah dilaksanakan pemberian makanan

tambahan untuk pemulihan ibu hamil kurang energi kronis (KEK)

yang bersumber dana dari APBD Propinsi dengan sasaran ibu

hamil KEK di Kota Bandar Lampung sebanyak 300 orang. Jumlah

ibu hamil KEK mendapatkan PMT pemulihan (Biskuit) sebanyak

300 orang. Jadi cakupan bumil KEK yang mendapatkan PMT

tahun 2014 sebesar 30,3%. Angka tersebut masih belum

mencukupi target yang telat ditetapkan sebesar 100%.

H. Persentase Keluarga Sadar Gizi

Keluarga sadar gizi (KADARZI) adalah keluarga yang

berperilaku gizi seimbang, mampu mengenali, mencegah dan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 119

mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Yang dimaksud gizi

seimbang adalah pengetahuan, sikap dan praktek keluarga

meliputi mengkonsumsi makanan seimbang dan berperilaku hisup

sehat. Sedangkan yang dimaksud makanan seimbang adalah

pilihan makanan keluarga yang mengadung semu yang

diperlukan masing-masing anggota keluarga dalam jumlah yang

sesuai dengan kebutuhan dan bebas dari pencemaran.

Adapun indikator KADARGIZI :

1. Menimbang/memantau berat badan secara teratur

2. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir

sampai umur 6 tahun (ASI Ekslusif)

3. Makan beraneka ragam makanan

4. Menggunakan garam beryodium

5. Minum suplemen gizi (TTD, kapsul vitamin A dosis tinggi)

sesuai anjuran.

Kegiatan pematauan keluarga sadar gizi (KADARGIZI)

dilakukan setiap kelurahan. Pemantauan dilakukan dengan

menggunakan kuesioner untuk megetahui apakah keluarga yang

menjadi sampel memenuhi semua indikator KADARZI sesuai

dengan karakteristik keluarganya. Satu keluarga dikatakan

sebagai keluarga SADAR GIZI bila keluarga tersebut telah

memenuhi indikator yang telah ditetapkan.

Kegiatan pemantauan keluarga sadar gizi (KADARGIZI) di

Kota Bandar Lampung tidak dilaksanakan oleh semua Puskesmas,

hal itu terkait dengan ada atau tidaknya alokasi kegiatan

pemantauan ini didalam anggaran BOK Puskesmas. Sehingga

hasil pemantauan yang didapat pada tahun 2014 tidak bisa

mencakup seluruh daerah di Kota Bandar Lampung.

Hasil pemantauan KADARGIZI Kota Bandar lampung tahun

2014 didapatkan keluarga yang telah memenuhi semua indikator

KADARZI sebesar 73.00%, namun hasil tersebut belum mencapai

target (80%).

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 120

5.3 Progran Penyehatan Lingkungan

Kes ehatana sebagai hak asasi manusia ternyata belum

sepenuhnya menjadi milik setiap manusia berbagai hal seperti

kendala geografis, kemampuan serta yang berpengetahuan dan

berpendapatan rendah masih diperjuangankan secara terus

menerus dengan mendekatkan akses pelayanan kesehatan dan

memberdayakan kemampuan masih kurang. Program penyehatan

lingkungan yang merupakan bagian dari pembangunan kesehatan

lebih menitikberatkan pada pemecahan masalah kesehatan

lingkungan guna mewujudkan lingkungan yang lebih sehat

berkualitas agar dapat melindungi masyarakat dari segala

kemampuan yang dapat menimbulkan gangguan dan atau bahaya

kesehatan.

Upaya peningkatan kesehatan lingkungan dilakukan dngan cara

memutuskan mata rantai penularan penyakit yang berbasis

lingkungan, terutama pengawasan kualitas air dan lingkungan

serta pengendalian penemaran air dan lingkungan. Adapun

kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebagai berikut :

a. Kegiatan Penyehatan TTU dan TUPM

Tujuan pelaksanaan kegiatan penyehatan tempat-tempat

umum (TTU) dan tempat umum pengelolaan makanan (TUPM)

adalah meningkatnya kesehatan masyarakat, mencegah terjadinya

penularan penyakit dan gangguan kesehatan bagi masyarakat,

tempat-tempat umum dan pengelolaan makanan yang sehat dapat

mendorong pengembangan sektor pariwisata daerah.

Pengawasan TP2M dilakukan terhadap rumah makan dan

restoran, warung makan, home industri makanan minuman.

Bentuk hasil pengawasan dan pembinaan (Sertifikat Laik Hygiene

yang dikeluarkan 3 tahun sekali).

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 121

Pengawasan terhadap istitusi dilakukan terhadap Institusi

Kesehatan, Rumah Sakit, Balai Pengobatan, Rumah Bersalin,

Puskesmas, Laboratorium, Perkantoran, sementara TTU dialkukan

dihotel, restoran/rumah makan, pasar, dan TUPM lainnya.

Berbagai permasalahan yang timbul pada kegiatan

pengawasan dan pembinaan karena keterbatasan petugas,

keterbatasan kemampuan sumber daya. Kegiatan Klinik Sanitasi

dilaksanakan di dalam dan diluar gedung Puskesmas. Untuk

kegiatan dalam gedung yaitu apabila didapatkan pasien menderita

penyakit berbasis lingkungan maka petugas medis di Poliklinik

merujuk ke klinik sanitasi dengan kriteria sebagi berikut :

- Pasien menderita penyakit yang diduga kuat berkaitan

dengan faktor lingkungan

- Pada kunjungan sebelumnya pasien pernah mederita

penyakit yang sama

- Pada 1 keluarga terdapat 2 orang atau lebih penderita

penyakit yang sama ( Khusus TB paru)

- Ada kecenderungan jumlah penderita meningkat atau

potensial KLB

Kegiatan luar gedung di lakukan apabila Kriteria pasien/klien

yang perlu di tindaklanjuti dengan kunjungan rumah

atau/lapangan adalah sama dengan kriteria pasien yang perlu di

rujuk, di taambah dengan kriteria alain terutama bila pasien/klien

yang hndak di kunjungi di suatu wilayah jumlahnya relatif

banyak. Kota Bandar Lampung dengan 28 puskesmas daan hanya

satu puskesmas yang tidak memiliki klinik sanitasi.

Upaya pemecahan dari permasalahan yang ada adalah dengan

melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap TTU, Institusi,

T2M, TP Pestisida berdampingan dengan Lintas Sektor (Dinas

Pasar, Dinas Kebersihan, Pariwisata, Perizinan, PKK dll) dengan

dana pembinaan yang bersumber dari APBD I dan II, melakukan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 122

peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas di Puskesmas

maupun Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

b. Kegiatan Penyehatan Lingkungan Pemukiman

Kegiatan penyehatan lingkungan pemukiman dilaksanakan

melalui program pengawasan bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan masyarakat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

upaya-upaya penyehatan Jamban Keluarga (JAGA), air limbah,

dan sampah terhadap kesehatan, dan melindungi masyarakat dari

bahaya penyakit yang berkaitan dengan pencemaran kotoran

(Limbah dan Sampah).

Penyelenggaraan upaya penyeatan lingkungan pemukiman, upaya

dilaksanakan dengan meningkatkan kemampuan masyarakat

untuk hidup serasi dengan lingkungannya dapat mewujudkan

kualitas lingkungan pemukiman yang bebas dari resiko yang

membahayakan kesehatan pada berbagai substansi dan media

lingkungan, yaitu meliputi pengelolaan sampah, saluran

pembuangan air limbah (SPAL), jamban Keluarga dan lain-lain.

c. Penyehatan Air Bersih dan Air Minum

Kegiatan penyehatan air di Kota Bandar Lampung bertujuan

untuk meningkatkan pengamanan kualitas air bagi berbagai

kebutuhan dan kehidupan manusia untk seluruh penduduk baik

yang berada di perkotaan maupun di pinggiran kota. Sasaran pada

tahun ini dilakukan selain saran air bersih yang ada di rumah

tangga, juga dilakssanakan pemeriksaan pada titik-titik jaringan

perpipaan air minum. Pemerikasaan kualitas air yang dilakukan

meliputi pemeriksaan kualitas bakteriologis da bakteriologis air

minum. Kegiatan klinik sanitasi dilaksanakan di dalam dan di luar

gedung Puksesmas.

1. Dalam Gedung

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 123

Apabila didapatkan pasien menderita penyakit berbasis

lingkungan maka petugas medis di poliklinik merujuk ke klinik

sanitasi dengan kriteria sebagai berikut :

- Pasien menderita penyakit yang diduga kuat berkaitan

dengan faktor lingkungan

- Pada kunjungan sebelumnya pasien menderita penyakit

yang sama

- Pada satu keluarga terdapat dua orang atau lebih menderita

penyakit yang sama (khusus TB Paru)

- Ada kecenderungan jumlah penderita meningkat atau

potensial KLB.

2. Luar Gedung

Kriteria pasien yang perlu ditindaklanjuti dengan kunjungan

rumah/lapangan adalah sama dengan kriteria pasien yang perlu

dirujuk, ditambah dengan kriteria lain terutama :

- Bila pasien yang hendak berkunjungan disuatu wilayah

jumlahnya relatif banyak atau

- Alamat pasien berana di daerah yang endemis.

5.4 Program Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat

Program Promosi Kesehatan mempunyai peran yang sangat

penting dalam proses pemberdayaan masyarakat. Program

promosi kesehatan bertujuan untuk memberdayakan individu,

keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan untuk

memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri

dan lingkungannya menuju masyarakat yang sehat, mandiri,

produktif.

Adapun kegiatan – kegiatan program ini adalah :

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 124

a. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Upaya merubah atau menciptakan perilaku sehat melalui

promosi kesehatan dengan harapan meningkatnya pengetahuan

masyarakat tentang PHBS dan terbentuknya perilaku masyarakat

yang lebih mengarah pada upaya promotif dan preventif, seperti

peningkatan hiegine dan sanitasi perorangan, pemanfaatan saran

dan jamban, pemanfaatan sarana air bersih dan pencegahan

penyakit dengan imunisasi.

Hasil pelaksanaan PHBS di rumah tangga tahun 2014 diketahui

bahwa kondisi perilaku hidup bersih dan sehat di Kota Bandar

Lampung dari 416.479 rumah tangga yang ada, sebanyak 130.088

(31,2%) rumah tangga yang dipantau, diperoleh hasil rumah

tangga yang berPHBS sebanyak 81.950 (63%) dengan target

nasional 55%. Bisa dilihat pada gambar berikut ini :

RT RT dipantau RT berPHBS

416479

130088 81950

GAMBAR 5.01 Jumlah RT ber PHBS 2014

Sumber : Bidang MK & PKM tahun 2014

Dengan demikian rumah tangga yang ada di Kota Bandar

Lampung sudah melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat,

meskipun secara target nasional dibawah target yang diharapkan.

Oleh karena itu penyuluhan/promosi kesehatan masih harus

terus digalakkan karena program preventif merupakan program

yang tidak bisa langsung dirasakan hasilnya.

b. Peran serta masyarakat

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 125

Salah satu upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

adalah melalui peningkatan perberdayaan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya agar masyarakat

tahu, mau, dan mampu untuk hidup sehat, berdasarkan potensi

yang dimilikinya. Salah satu wujud pemberdayaan masyarakat

adalah tumbuh dan kembangnya upaya kesehatan bersumberdaya

masyarakat (UKBM).

Posyandu yang ada di Kota Bandar Lampung pada tahun 2014

sebanyak 674 Posyandu. Strata Posyandu tahun 2014 yaitu

Posyandu Pratama 8,01 %, Posyandu Madya 30,12%, Posyandu

Purnama 40,21%, Posyandu Mandiri 21,66%. Jika digambarkan

dengan diagram, bisa dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar- 5.02Strata Posyandu tahun 2014

pratama

madya

purnama

mandiri

Sumber : : Seksi MK & PKM Dinkes Kota Tahun 2014

5.5 Program Peningkatan Upaya Kesehatan

a. Kebijakan Program Pelayanan Kesehatan

1. Meningkatkan cakupan kunjungan rawat inap dan rawat

jalan Puskesmas dan jaringannya

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 126

2. Peningkatan pelayanan kesehatan di unit pelayanan

kesehatan dasar pemerintah dan swasta

3. Menurunkan angka kesehatan di masyarakat

4. Peningkatan pelayanan kegawatdaruratan dii unit pelayanan

pemerintah dan swasta

5. Meningkatkan manajemen pelayanan kesehatan di

Puskesmas melalui evaluasi kinerja Puskesmas

6. Peningkatan prestasi kerja melalui Pemilihan Dokter dan

Paramedis Teladan

7. Pemetaan prestasi kerja melalui pemilihan Dokter dan

Paramedis Teladan

8. Peningkatan upaya penanggulangan bencana dan

kegawatdaruratan bagi masyarakat awam.

c. Pemanfaatan Sarana Kesehatan

Dari hasil rekapitulasi laporan SP2TP Puskesmas, LB4 Tahun

2014 dapat diketahui cakupan kunjungan penduduk ke

Puksesmas dan rumah Sakit sebagai berikut :

Tabel. 5.01 Jumlah Kunjungan ke Puskesmas dan Rumah Sakitdi Kota Bandar Lampung Tahun 2014

No. Jenis Fasilitas Pelayanan Jumlah Kunjungan

Absolut Persen

1 Puskesmas Rawat Jalan 763.780 49,9%

2 Puskesmas Rawat Inap 4.817 0,31%

3 Rumah Sakit Rawat Jalan 484.474 31,71%

4 Rumah Sakit Rawat Inap 274.737 17,98%

TOTAL 1.527.808

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 127

Dari tabel diatas, tampak angka kunjungan penduduk yang

memiliki keluhann ke fasilitas pelayanan kesehatan terutama

Puskesmas sangat tinggi terutama untuk melakukan rawat jalan.

Hal ini terjadi kemungkinan karena kesadaran masyarakat akan

status kesehatannya makin baik, atau kemungkinan lain adalah

dengan adanya pelayanan berobat gratis.

Jumlah Puskesmas induk di Kota Bandar Lampung tahun

2014 sebanyak 30 Puskesmas yang terdiri dari 12 Puskesmas

Rawat Inap dan 18 Puskesmas Non Rawat Inap, dengan jumlah

Puskesmas Pembantu sebanyak 50 Puskesmas, 126 Poskeskel.

Kunjungan Rawat Jalan Puskesmas 763.780 kunjungan lebih

rendah dibandingkankan tahun sebelumnya. Sedangkan

kunjungan rawat inap sebanyak 4.817 kunjungan.

Rumah Sakit di Kota Bandar Lampung sebanyak 17 Rumah

Sakit, dengan rincian Rumah Sakit milik pemerintah sebanyak 4

rumah sakit yaitu RSUAM, RSUD_ADT, RSU DKT, dan RSU

Bhayangkara.

5.6. Program Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya

a. Alokasi Anggaran Pengadaan Obat

Di antara berbagai alternatif yang ada, intervensi dengan

obat merupakan intervensi yang banyak digunakan dan

merupakan teknologi yang tepat dan murah. Ketersediaan obat

berkaitan langsung dengan sumber dana pengadaan obat yang

dimiliki oleh suatu daerah, komitmen politik dan kemampuan

Dinas Kesehatan dalam perencanaan serta usulan anggaran. Pada

tahun 2014 alokasi anggaran pengadaan obat sebesar

Rp.4.792.248.672 realisasi sebesar Rp. 4.380.166.802 (91,40%)

yang mana didukung oleh 4 kegiatan diantaranya :

(1) Peningkatan dan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan

(2) Monitoring, evaluasi dan pelaporan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 128

(3) Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan

(4) Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan ( APBD )

Realisasi pencapaian kinerja output kegiatan tersebut

adalah berupa tersedianya obat, bahan habis pakai dan reagen

sebanyak 75 item tercapai sebesar 100 persen. Dimana Obat

tersebut selanjutnya diserahkan kepada Kepala UPTD Farmasi dan

Perbekalan Kesehatan untuk didistribusikan ke 30 Puskesmas di

Kota Bandar Lampung.

Anggaran total pengadaan obat di Kota Bandar Lampung

pada tahun terakhir yaitu taun 2010 sampai tahun 2011 berada di

kisaran tiga milyar, sementara pada tahun 2012 dan 2013

meningkat anggaran pengadaan obat karena jumlah pasien di Kota

Bandar Lampung yang terus meningkat juga status puskesmas

juga terus meningkat dari puskesmas pembantu menjadi

puskesmas induk rawat jalan, puskesmas rawat jalan meningkat

menjadi puskesmas rawat inap.

b. Ketersediaan Obat Generik Berlogo

Ketersediaan Obat di Pusat Puskesmas jumlahnya

memenuhi kebutuhan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampun.

Tingginya kebutuhan masyarakat akan obat sudah mampu

dicukupi oleh persediaan obat yang ada. Jenis Obat yang ada di

Instalasi Farmasi Kota Bandar Lampung yang dilaporkan sesuai

format baru ketersediaan obat terdapat 144 jenis yang

ketersediaannya bervariasi ada yang tercukupi ada yang belum

(table 67).

5.7. Program Manajemen dan Kebijakan Kesehatan

Perencanaan Kesehatan sudah disusun terintegrasi dengan

pembangunan Kota Bandar Lampung. Namun demikian,

perencanaan kesehatan ini belum optimal, karena belum adanya

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 129

dukungan data dan informasi yang ada belum semuanya dapat

terselesaikan dengan baik.

Sebagaimana diketahui bahwa data dan informasi

mempunyai peran yang sangat penting sebagai bahan

pengambilan keputusan dalam suatu manajemen. Data atau

informasi yang salahakan menghasilkan keputusan yang salah

pula sehingga tidak jarang permasalahan kesehatan yang

sebenarnya tidak pernah dapat terselesaikan dengan baik.

Selama ini, sumber data dan informasi yang dipergunakan

oleh Dinas Kesehatan untuk pengambilan keputusan hanya

berdasarkan laporan dari bulanan Puskesmas (SP2TP dan laporan

program yang lain), serta Laporan Rumah Sakit (SP2RS). Pada

Tahun 2013 ini, dari 28 Puskesmas di Kota Bandar Lampung,

yang mengirim laporan SP2TP secara tepat waktu dan lengkap,

sebagaimana tersebut dalam tabel di bawah ini:

Tabel 5.02 Persentase Ketepatan dan KelengkapanLaporan SP2TP di Kota Bandar Lampung Tahun 2014

JenisLaporan

JmlPuskesmas

YangMelapor

Pelaporan

Tepat % Lengkap %

SP2TP 30 28 20 74,07 28 100

Sumber: Subbag. Perenc, Monitoring & Evaluasi Dinkes. Kota Bandar Lampung 2014

Melihat tabel 5.02, tampak bahwa seluruh Puskesmas

mengirimkan laporan SP2TP. Dari sejumlah itu yang mengirimkan

secara tepat waktu (di bawah tanggal 10 tiap bulan) sebanyak

74.07% dan yang mengirim secara lengkap (LB1, LB3, LB4)

berjumlah 100%.

Dalam perjalanannya, pelaksanaan SP2TP banyak menemui

kendala dan hambatan yang menyangkut personil dan peralatan.

Untuk personil, diketahui bahwa sebanyak 28 puskesmas di Kota

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 130

Bandar Lampung belum memiliki tenaga yang khusus menangani

data dan informasi. Tercatat sebesar 95%tenaga pengelola SP2TP

memiliki jabatan rangkap di Puskesmas.

Pelaksanaan Program Kebijakan dan Manajemen

Pembangunan Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2014,

telah memperoleh hasil yang cukup menggembirakan. Adapun

beberapa indikator yang dipergunakan untuk menilai keberhasilan

Program Kebijakan dan Manajemen Kesehatan dibandingkan

dengan hasil yang dicapai Kota Bandar Lampung, tampak seperti

pada tabel berikut ini :

Berikut ini adalah beberapa kegiatan dari sub program,

Program Kebijakan dan Manajemen Kesehatan :

a. Kebijakan Kesehatan

Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan pada tahun 2014

adalah :

Terlaksananya Rapat koordinasi Dinas Kesehatan 12 kali

dalam setahun

Akreditasi Jabatan Fungsional Tenaga Kesehatan

Penempatan Tenaga Kesehatan Sesuai Kebutuhan

b. Pengembangan Manajemen Kesehatan

Hasil yang dicapai Program Pengembangan Manajemen

Kesehatan adalah dihasilkannya perencanaan pembangunan

kesehatan tahun 2014, seperti:

Penyusunan Rencana Kerja Tahunan Kesehatan 2014

Penyusunan DPA 2014

RKA 2015

Advocacy pembiayaan kesehatan ke sektor dan

departemen terkait

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 131

c. Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah(SIKDA)

Hasil yang dicapai Program Pengembangan Sistem Informasi

dan Kesehatan Daerah pada tahun 2014 adalah tersedianya

informasi yang akurat, tepat waktu, lengkap dan sesuai dengan

kebutuhan sebagai bahan pengambilan keputusan, dengan

kegiatan sebagai berikut :

Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan

Pengolahan Data SP2TP

Pengembangan Sistem Informasi Manajemen

Kepegawaian

Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP) Tahun 2014, dan

Penyusunan Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung

Tahun 2014

Kota Bandar Lampung telah diberikan bantuan sarana prasarana

berupa seperangkat komputer dan internet untuk kelancaran

SIKNAS online, namun sayangnya sejak tahun 2011 ini tidak

dapat dipergunakan lagi karena kerusakan pada komputer dan

jaringan.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 132

BAB VI

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

6.1 SARANA KESEHATAN

arana kesehatan yang berada di Kota Bandar Lampung tahun

2014 dibedakan menjadi 3 kepemilikan, yaitu sarana

kesehatan dengan kepemilikan Pemerintah, Swasta dan

Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM).

A. Sarana Kesehatan dengan Kepemilikan Pemerintah

Sarana kesehatan dengan kepemilikan pemerintah adalah sarana

mulai dari perencanaan, penyelenggaraan dan lain sebaginya dikelola

oleh Pemerintah. Sarana kesehatan dengan kepemilikan Pemerintah

antara lain Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.

1. Rumah Sakit

Kota Bandar Lampung sebagai ibukota Provinsi Lampung sampai

saat ini sudah memiliki Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang diberi

nama RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo. Rumah Sakit ini merupakan Rumah

Sakit Tipe C dan sudah terakreditasi. Sementara rumah sakit

pemerintah provinsi yang kedudukannya berada di Kota Bandar

Lampung adalah Rumah Sakit Umum Dr. Abdul Moeloek yang

merupakan Rumah Sakit rujukan tertinggi di Provinsi Lampung, Rumah

Sakit Bhayangkara, dan Rumah Sakit DKT.

Adapun rumah sakit tersebut yaitu RSU Imanuel, RSU Urip

Sumohardjo, RSU Graha Husada, RSU Bumi Waras, RSU Advent, RSU

Pertamina Bintang Amin. Rumah Sakit Khusus yaitu RS Mata Permana,

RSIA Anugrah Medika, RSIA Mutiara Putri, RSIA Restu Bunda, RSIA

Santa Ana, RSIA Puri Betik Hati dan RSIA Bunda Assyifa. Melihat data

yang ada setiap tahunnya jumlah rumah sakit di Kota Bandar Lampung

setiap tahunnya bertambah baik rumah sakit terutama untuk tahun ini

rumah sakit khusus ibu dan anak.

S

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 133

2. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas juga

berperan menyelenggarakan sebagian tugas teknis operasional dari

Dinas Kesehatan Kab/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat

pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan. Pada tahun 2013

Kota Bandar Lampung terjadi pemekaran wilayah kecamatan yang

semula berjumlah 13 menjadi 20 kecamatan dan kelurahan dari 98

menjadi 126. Berikut jumlah puskesmas di Kota Bandar Lampung

setelah mengalami pemekaran.

Tabel 6.01 Jumlah Puskesmas Per Kecamatan Kota Bandar LampungTahun 2014

No

Koordinat Lokasi

Puskesmas Lokasi KeteranganBujurTimur (E)

LintangSelatan

(S)1 4 5 6 7 8

1 105.15.418 05.26.974 Pasar Ambon Jl. Laksamana Malahayati No.11TBS Non Rawat Inap

2 105.15.984 05.26.547 Kupang Kota Jl. Yos Sudarso No.242 TBU Non Rawat Inap

3 105.15.528 05.26.052 Sumur Batu Jl. Pulau Bangka No.3 TBU Non Rawat Inap

4 105.17.407 05.26.634 Sukaraja Jl. Yos Sudarso No.364 Bumi Waras Rawat Inap

5 105.15.472 05.27.444 Kota Karang Jl.Teluk Ratai No.65 TBT Rawat Inap

6 105.24.490 05.47.026 Sukamaju JL.Laksamana Martadinata TBT Rawat Inap

7 105.24.819 05.45.493 Bakung Ds. Bakung Kec. TBB Non Rawat Inap

8 105.13.892 05.24.028 Simpur JL. Imam Bonjol No.592 TKP Rawat Inap

9 105.13.889 05.24.938 Palapa Jl. MURAI no.01 TKP Non Rawat Inap

10 105.26.133 05.41.456 Kebon Jahe JL.Kamboja Raya no/10/32 Enggal Non Rawat Inap

11 105.15.761 05.24.461 Satelit Jl. Pulau Pisang-Perum. Korpri BlokB Kedamaian Rawat Inap

12 105.15.187 05.22.387 Kp.Sawah Jl. H. Endro Suratmin No.28 TKT Non Rawat Inap

13 105.15.553 05.24.039 Susunan Baru Jl. Rajabasa II-Perum. Way HalimTKB Non Rawat Inap

14 105.14.923 05.23.419 Gedong Air Jl. Sultan Badarudin NO 110 TKB Rawat Inap

15 105.15.561 05.24.068 Kemiling Jl. Teuku Umar No.62 Kemiling Rawat Inap

16 105.15.621 05.23.593 Pinang Jaya Jl. Pramuka No.1 Kemilinaga Non Rawat Inap

17 105.03.508 05.23.500 Beringin Raya Jl. Minak Sangaji no 01 Kemiling Non Rawat Inap

18 105.15.804 05.23.589 Rajabasa Indah Jl. Pulau Damar Perumnas WayKandis RJ. Basa Non Rawat Inap

19 105.14.666 05.22.483 Kedaton Jl. Sisingamangaraja No.13 Kedaton Rawat Inap

20 105.15.612 05.22.182 Way Halim Jl. Cut Nyak Dien Gg.Hidayat No.11Way Halim Non Rawat Inap

21 105.25.391 05.36.034 Labuhan Ratu Desa Lanuhan ratu Kec.Labuha ratu Non Rawat Inap

22 105.17.963 05.22.026 Way Kandis Jl. Tamin No.121 Tj. Seneng Rawat Inap

23 105.17.543 05.23.193 Sukarame Jl. Patimura No.14 Sukarame Non Rawat InapNo Koordinat Lokasi Puskesmas Lokasi Keterangan

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 134

Sumber : Subbag Perencanaan 2014

Dari Gambar 6.01, tampak pada tahun 2014 di Kota Bandar

Lampung terdapat 30 Puskesmas yang menyebar di 20 Kecamatan, dan

sebagian besar kecamatan memiliki satu puskesmas rawat inap.

Dampak dari pemekaran wilayah, dua kecamatan belum memiliki

puskesmas induk, untuk sementara puskesmas pembantu menjadi

coordinator bagi pustu lainnya. Namun pada tahun ini puskesmas rawat

inap Sukaraja dan Satelit belum operasional karena bangunan rawat

inap masih dalam proses penyelesaian.

Rasio Puskesmas terhadap 100.000 penduduk di Kota Bandar

Lampung tahun 2014 adalah 00.0. Angka ini memberikan gambaran

bahwa setiap 1 Puskesmas melayani dan memberikan pelayanan

kesehatan terhadap 000.000 penduduk.

3. Puskesmas Pembantu (Pustu)

Dalam rangka perluasan jangkauan pelayanan kesehatan yang

diberikan pada unit pelayanan dan tuntutan dari masyarakat atas

pelayanan yang cepat dan terjangkau sudah menjadi kebutuhan

mendesak sehingga berdirinya Puskesmas Pembantu. Kota Bandar

Lampung pada tahun 2014 terdapat 50 Puskesmas Pembantu, namun

tidak semua puskesmas induk memiliki puskesmas pembantu.

4. Puskesmas Keliling dan Ambulance

Kota Bandar Lampung pada tahun 2014 ini memiliki 18 Unit

Puskesmas Keliling yang berada di 18 Puskesmas rawat jalan.

Sedangkan untuk 12 Puskesmas dengan fasilitas Ranap, dilengkapi juga

dengan masing-masing 1 Unit Ambulance. Sampai saat ini dari beberapa

BujurTimur (E)

LintangSelatan

(S)1 4 5 6 7 824 105.18.123 05.22.279 Korpri Jl. Cut Mutia No.11 Sukarame Non Rawat Inap

25 105.30.397 05.38.957 PermataSukarame Jl. Pulau Sebesi Sukarame Rawat Inap

26 105.18.989 05.26.450 Way laga Jl. Arjuna No.14 TKT Non Rawat Inap27 105.17.956 05.23.257 Sukabumi Jl. Jend. Sudirman No.69 TKT Rawat Inap

28 105.30.241 05.40.615 Campang Raya Jl. Mayjen Reyacudu no 39/41Sukabumi Non Rawat Inap

29 105.18.118 05.26.900 Panjang Jl. Ir. Sutami Km.7 Panjang Rawat Inap

30 105.23.584 05.39.192 Segala Mider Jl. Pagar Alam no 207 Langkapura Non Rawat Inap

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 135

pusling yang ada sebanyak 6 (enam) buah mengalami kerusakan berat

sehingga tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya.

B. Sarana Kesehatan dengan Kepemilikan Swasta

Keberadaan sarana kesehatan dengan kepemilikan swasta di Kota

Bandar Lampung tentunya bertujuan untuk memberikan pelayanan

kesehatan yang seoptimal mungkin sehingga diperoleh derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya. Keberadaan sarana kesehatan

dengan kepemilikan swasta di Kota Bandar Lampung pada tahun 2014

antara lain rumah sakit khusus ibu anak 6 unit, Rumah Bersalin 1 unit,

Balai Pengobatan/Klinik 15 unit, Praktek Dokter Perorangan 309 orang,

Praktek Pengobatan Tradisional/battra 738 battra, Apotek 150 unit dan

Toko Obat 23 unit.

C. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)

Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat, berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi

dan sumberdaya yang ada di masyarakat. Upaya kesehatan

bersumberdaya masyarakat (UKBM) di antaranya adalah Posyandu,

Poskeskel (Pos Kesehatan Kelurahan) berjumlah, Toga (Tanaman Obat

Keluarga), POD (Pos Obat Desa), Pos UKK (Pos Upaya Kesehatan Kerja)

dan sebagainya. UKBM yang aktif Posyandu dan Poskeskel aktif

pelaksanaannya karena mendapat dukungan penuh dari pemda berupa

operasional. Selain posyandu dan poskeskel, situasi dan kondisi upaya

kesehatan bersumberdaya masyarakat lainnya sudah sulit dideteksi/

dipantau sejak pemberlakuan otonomi daerah di masing-masing

kab./kota. Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan ini perlu mendapat

perhatian yang optimal kembali dari masing-masing pengelola program

kesehatan. Berikut Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat yang

terdapat di Kota Bandar Lampung tahun 2014.

1. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal

di masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program

prioritas yaitu; kesehatan ibu dan anak, KB, perbaikan gizi, imunisasi

dan penanggulangan diare. Pada tahun 2013 sebanyak 651 Posyandu

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 136

dan yang aktif 404 posyandu atau sekitar 62,06%. Menurut Kementerian

Kesehatan RI (2011), yang dimaksud dengan Posyandu Aktif adalah

posyandu yang melaksanakan kegiatan hari buka dengan frekuensi lebih

dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader yang bertugas cakupan

utama (Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Gizi, imunisasi

dan pananggu-langan diare lebih dari 50.0% dan sudah ada satu atau

lebih program tambahan serta cakupan dana sehat kurang dari 50.0%.

Lebih lanjut diperoleh bahwa Puskesmas yang memiliki 100% Posyandu

aktif berada di puskesmas Sumur Batu, Susunan Baru, Way Kandis.

Posyandu dengan strata Pratama masih ada, yakni sebanyak 32

Posyandu atau baru sekitar 4,74% dari 674 Posyandu. Posyandu

Pratama adalah posyandu yang kegiatan pelayanannya belum rutin dan

jumlah kader masih terbatas. Posyandu dengan strata Madya masih

cukup tinggi di Kota Bandar Lampung sebanyak 203 (30.12)%. Pada

tahun 2014 ini Posyandu dengan strata Purnama paling sebanyak 271

Posyandu atau sekitar 40,21% dari total Posyandu. Posyandu madya

adalah posyandu dengan kegiatan lebih teratur dibandingkan dengan

Posyandu Pratama dan jumlah kader 5 orang. Posyandu Purnama

adalah posyandu dengan frekuensi kegiatan lebih dari 8 kali per tahun,

rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih dan cakupan 5 program

utamanya yaitu KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan penanggulangan Diare

lebih dari 50,0% serta sudah ada program tambahan.

Sedangkan Posyandu dengan strata mandiri sudah meningkat

berjumlah 146 Posyandu (22,43) dibandingkan tahun sebelumnya hanya

37 posyandu. Posyandu Mandiri adalah posyandu yang sudah dapat

melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5 program utama sudah

bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau 50.0%

KK. Peningkatan jumlah posyandu mandiri ini tidak terlepas dari

dukungan pemerintah yang telah meluncurkan gema tapis berseri.

Program ini memberikan operasional posyandu dan insentif kader

sehingga posyandu dapat berjalan dengan baik.

2. Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel)

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 137

Poskeskel merupakan salah satu bentuk UKBM yang baru

disosialisasikan oleh Departemen Kesehatan. Poskeskel diharapkan

sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai UKBM lain yang

dibutuhkan masyarakat desa ( misalnya Pos Obat Desa, Kelompok

Pemakai Air, Arisan Jamban Keluarga, dan lain-lain ). Bentuk fisik

Poskeskel disesuaikan dengan situasi dan kondisi di masing masing

desa / kelurahan. Bangunan bisa merupakan perluasan bangunan

Polindes yang telah ada dan selama ini dimanfaatkan oleh bidan di desa

sebagai tempat pelayanan serta rumah tinggal. Bisa pula berupa

bangunan baru yang terpisah dari Polindes atau bangunan/ sarana yang

telah ada dan dimanfaatkan sebagai tempat kegiatan UKBM. Dengan

demikian, Poskeskel sekaligus berfungsi menjadi tempat koordinasi dari

UKBM-UKBM tersebut. Di Kota Bandar Lampung pada tahun 2014

terdapat Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel) sebanyak 126 unit atau

100% dari 126 kelurahan yang ada. Jumlah ini mengikuti dengan

pemekaran wilayah yang ada di Kota Bandar Lampung.

Sejak tahun 2011 poskeskel di Kota Bandar Lampung mendapat

dukungan dari Walikota Bandar Lampung terlihat dari ketenagaan yang

ada selain Bidan PTT masing-masing poskeskel satu orang, juga

ditambah tenaga perawat kontrak masing-masing poskeskel 2 (dua)

orang yang didanai melalui Program Gema Tapis Bidang Kesehatan

Pemerintah Kota Bandar Lampung. Semua Poskeskel di Kota Bandar

Lampung status masuk kategori poskeskel aktif strata madya.

3. Desa Siaga/ Kelurahan Siaga

Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan

sumber daya dankemampuan serta kemauan untuk mencegah dan

mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawat daruratan

kesehatan, secara mandiri. Desa yang dimaksud disini dapat berarti

kelurahan atau istilah-istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum

yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur

dan mengurus kepentingan yang diakui dan dihormati dalam

Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam upaya

peningkatan kualitas kelurahan sehat sebagai strategi untuk

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 138

mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan maka

disetiap kelurahan dibentuk pos kesehatan kelurahan guna

mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan informasi

kesehatan dan pelayanan kesehatan.

Hasil evaluasi Bidang MK&SDK Dinas Kesehatan Kota Bandar

Lampung, di Kota Bandar Lampung pada tahun 2010 dari 98 kelurahan,

desa siaga aktif mencapai 69 kelurahan (70,4%). Sejak tahun 2011

sampai 2012 seluruh desa (98 kelurahan) masuk dalam Desa/Kelurahan

Siaga. Pada tahun 2013 dan tahun 2014 dari 126 kelurahan tersebut,

76 kelurahan masuk dalam kategori kelurahan siaga Pratama, 50

kelurahan yang dinyatakan sebagai Desa Siaga Aktif kategori madya.

6.2 TENAGA KESEHATAN

Diantara tiga sumber daya kesehatan, tenaga kesehatan merupakan

faktor utama dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Dalam pembangunan kesehatan diperlukan berbagai jenis tenaga

kesehatan yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya kesehatan

dengan paradigma sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan,

pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Tabel 6-02 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kategori diPuskesmas Kota Bandar Lampung Tahun 2014

No PuskesmasKategori Tenaga

JML1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1. Bakung (pustukoord)

1 1 1 0 0 1 7 7 0 00

18

2 Kotakarang 3 1 0 1 1 1 4 6 0 0 2 193 Sukamaju 1 2 0 1 0 1 4 9 0 0 0 184 Pasar Ambon 2 1 0 2 0 1 5 7 0 0 2 205 Sukaraja 2 0 3 2 0 1 5 7 0 0 2 226 Panjang 3 1 0 1 1 1 5 11 0 0 0 237 Kampung Sawah 1 1 1 1 0 1 4 5 0 0 0 148 Satelit 4 3 1 3 1 1 8 11 0 0 1 339 Kupang Kota 3 1 0 1 0 1 3 4 0 0 0 1310 Sumur Batu 4 1 0 1 0 1 2 6 0 0 0 1511 Simpur 4 2 0 2 1 0 6 5 0 0 0 2012 Palapa 2 1 2 1 0 0 5 5 0 0 0 1613 Kebon Jahe 3 2 2 2 1 1 5 4 0 0 1 2114 Gedong Air 2 1 0 2 1 1 12 10 0 0 2 3115 Susunan Baru 1 2 0 3 0 1 3 7 0 0 2 1916 Kemiling 4 2 1 4 0 1 16 15 0 0 2 4517 Beringin Raya 1 2 0 1 0 1 8 9 0 0 0 22

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 139

No PuskesmasKategori Tenaga

JML1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

18 Pinang Jaya 1 1 1 1 0 1 6 9 0 0 0 2019 Segalamider 1 2 2 1 1 1 7 9 0 0 0 2420 Kedaton 6 2 1 2 1 2 7 11 0 0 0 3221 Rajabasa Indah 3 1 1 2 0 2 11 14 0 0 1 3522 Way Kandis 4 2 1 3 1 1 20 20 0 0 1 5323 Labuhan Ratu

(pustu Koord)2 1 2 0 0 1 6 6 0 0

018

24 Sukarame 2 2 0 2 1 1 4 7 0 0 0 1925 Permata

Sukarame2 1 0 2 0 1 4 8 0 0

119

26 Korpri 2 1 1 1 0 1 8 8 0 1 2327 Sukabumi 4 2 1 2 1 1 6 10 0 0 0 2728 Campang Raya 2 1 0 2 0 1 3 7 0 0 1 1729 Way Laga 1 2 0 1 0 1 3 4 0 0 1 1330 Way Halim 3 2 1 3 1 1 10 15 0 0 0 36

JUMLAH 74 44 22 50 12 30 197 256 0 0 20 705

1 Dokter 7 Bidan2 Dokter Gigi 8 Perawat3 Sarjana Kesehatan 9 Analis Kes4 Sanitarian 10 Fisioterapi5 Apoteker/Kefarmasian 11 Non Kesehatan6 GiziSumber : Sub Bagaian Umum dan Kepegawaian 2014

Dari Tabel 6.02, tampak bawah jumlah tenaga kesehatan yang

bekerja di puskesmas Kota Bandar Lampung pada tahun 2014 sebanyak

691 orang. Tenaga yang ada belum termasuk tenaga kontrak, PTT,

honorer dan tenaga sukarela. Setiap tahunnya tenaga kesehatan di Kota

Bandar Lampung bertambah, terlebih adanya pemekaran wilayah

kelurahan dan kecamatan.

Proporsi jenis tenaga kesehatan yang terbesar adalah perawat

yaitu 25,69%, diikuti kemudian tenaga bidan (19,27%), Dokter Umum

(6,86%), dokter gigi (4,54%), sanitarian (4,21%), tenaga gizi dan teknis

medis masing-masing 3,43%, Apoteker/Kefarmasian (2,66%), Sarjana

Kesehatan Masyarakat (1,663%).Tenaga kesehatan yang ada saat ini

minimal memiliki pendidikan diploma tiga, dan hampir setiap tahun

tenaga yang ada mengupgrade tingkat pendidikannya melalui program

tugas belajar dan program izin belajar. Dari segi proporsi masih jauh

dibawah standar nasional.

Saat ini hampir semua program kesehatan langsung ke

puskesmas seperti program BOK, Jamkesmas dan Jamkesda terlebih

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 140

lagi puskesmas saat ini menganut sistem keuangan BLUD sehingga

timbul permasalahan baru tenaga kesehatan yang ada di puskesmas

selain melayani pelayanan kesehatan, preventif dan promotif dan juga

harus juga mengelola sistem keuangan. Umumnya tenaga yang ada

mendapat tugas dan beban kerja lebih dari adalah persebaran tenaga

sanitasi tersebut ke puskesmas masih belum tidak merata dan

umumnya tenaga tersebut memiliki tugas rangkap.

6.3 PEMBIAYAAN KESEHATAN

Pembiayaan program pembangunan kesehatan pada tahun 2014

berasal dari berbagai sumber antara lain; alokasi anggaran

pembangunan Departemen Kesehatan (APBN), Alokasi APBD Provinsi

untuk kesehatan dan alokasi APBD Kota untuk kesehatan serta

pinjaman/ hibah luar negeri (PHLN).

Tabel 6-03 Anggaran Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2014

Dari Tabel 6.03, tampak bahwa total pembiayaan kesehatan di Kota

Bandar Lampung untuk tahun anggaran 2014 adalah sebesar Rp.

ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:

1 APBD KAB/KOTA 184.293.385.463,20 98,37

a. Belanja Langsung 138.541.749.000,00

b. Belanja Tidak Langsung 45.751.636.463,20

2 APBD PROVINSI 0,00

3 APBN : 2.500.050.000,00 1,33

- Dana Dekonsentrasi 0,00

- Dana Alokasi Khusus (DAK) 0,00

- JAMKESMAS 0,00

- Lain-lain (TP, BOK) 2.500.050.000,00 1,33

4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN) 553.015.797,00 0,30

- Pencegahan, Penanggulangan Penyakit Malaria (GF) 122.486.597,00 0,07

- Pencegahan, Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS (GF) 161.735.000,00 0,09

- Accelerating Progress Toward Universal Acces To 268.794.200,00 0,14

Quality DOTS5 SUMBER PEMERINTAH LAIN 0,00

187.346.451.260 100,0

1.779.859.865.268

10,35

204.905,41

Sumber : penyusunan program & monev 2014

TOTAL APBD KAB/KOTA

% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA

ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA

TOTAL ANGGARAN KESEHATAN

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 141

187.346.451260. Anggaran tersebut diperoleh dari berbagai sumber

dana yaitu APBD Kota/Kota, APBN, Pinjaman/Hibah, Luar Negeri (PHLN)

dan sumber pemerintah lain. Bila dilihat menurut jenis sumber dana,

pembiayaan kesehatan yang tertinggi bersumber dari APBD Kota/Kota

(98,24%), diikuti kemudian sumber dana dari APBN (1,33%). Sedangkan

anggaran untuk pembangunan kesehatan di Kota Bandar Lampung pada

tahun 2014 mencapai 10,35% dari total APBD.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 142

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 SIMPULAN

A. Derajat Kesehatan

1. Mortalitas

ortalitas atau angka kematian merupakan salah satu

indikator yang dalam menilai Derajat kesehatan

Masyarakat, khususnya angka kematian bayi (AKB),

angka kematian anak balita (AKABA) dan angka kematian ibu (AKI).

Angka kematian neonatal dan bayi 135 dan 49, anak balita 15, dan

balita 49 dari 20.427 kelahiran hidup pada tahun 2014.

Angka Kematian Ibu tahun 2013 sebanyak 7 kasus yang terjadi pada

kelompok ibu nifas sebanyak 7 kasus. AKI di Kota Bandar Lampung

lebih rendah bila dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 13

kasus.

2. Morbiditas

Morbiditas (angka kesakitan) masih merupakan ancaman dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kota Bandar Lampung.

Bidang P3PL Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung melaporkan bahwa

penyakit-penyakit menular yang masih tinggi kejadiannya di Kota

Bandar Lampung antara lain Demam Berdarah Dengue, Campak, Diare

Pneumonia, HIV/AIDS, Tuberkolosa (+), Kusta dan Malaria. Bahkan

untuk kasus Malaria, Kota Bandar Lampung yang merupakan daerah

perkotaan namun berbatasan dengan daerah endemis malaria maka

masih juga ditemukan kasus Malaria setiap tahunnya.

Selain penyakit menular, tentunya masyarakat di Kota Bandar

Lampung dihadapkan pada penyakit tidak menular, terutama

Hipertensi, Jantung, Diabetes Mellitus, Kangker Serviks dan lain-lain.

Namun tidak adanya data dan informasi yang akurat membuat penyakit-

M

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 143

penyakit tidak menular tersebut tidak dapat disajikan dalam Profil

Kesehatan Tahun 2014 ini.

3. Status Gizi

Status Gizi Masyarakat, khususnya pada kelompok bayi di Kota

Bandar Lampung pada tahun 2014 ini secara persentase menunjukkan

kecenderungan yang tetap meskipun secara absolut meningkat.

Indikator untuk menilai status gizi pada kelompok bayi tersebut dapat

dilihat angka Berat badan Lahir Rendah (BBLR). Pada tahun 2014 ini,

bayi yang memiliki berat badan lahir rendah adalah 223 kasus dari

17.052 kelahiran hidup. Berbeda dengan kelompok balita, dalam

beberapa tahun terakhir ini balita dengan status gizi baik sudah

mencapai target SPM dan cenderung meningkat. Saat ini anak dengan

status gizi buruk sampai dengan Desember 2014 ditemukan sebanyak 6

kasus dan yang mendapat perawatan sampai saat ini 6 orang.

B. Upaya Kesehatan

Terjadinya peningkatan derajat kesehatan masyarakat tidak dapat

dilepaskan dari upaya-upaya kesehatan yang dilakukan oleh dinas

Kesehatan Kota Bandar Lampung beserta jajarannya. Hal ini bisa dilihat

dari upaya pelayanan kesehatan ibu dan anak, dari 18 indikator SPM

yang disajikan sebagian indikator SPM sudah mencapai target yang

ditetapkan. Begitupun dengan indikator SPM Program Perbaikan Gizi,

Program Pelayanan Imunisasi, Program Pencegahan dan Pemberantasan

Penyakit, Perilaku Hidup Masyarakat dan/ataupun indikator kesehatan

lingkungan cenderung meningkat.

C. Sumber Daya Kesehatan

Jumlah tenaga kesehatan di Kota Bandar Lampung secara umum

sudah mencukupi walaupun ada beberapa jenis tenaga yang masih

kurang. Namun perlu mendapatkan perhatian dari para pengambilan

keputusan mengenai penyebaran tenaga kesehatan yang sampai saat ini

tidak merata. Sarana kesehatan yang ada di Kota Bandar Lampung

belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat, karena terkendala oleh

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 144

wilayah geografis. Sedangkan anggaran untuk pembangunan kesehatan

di Kota Bandar Lampung pada tahun 2014 mencapai 10,35% dari total

APBD. Pembiayaan untuk kesehatan yang ada masih mendapat

dukungan dana dari Pemerintah Pusat yang digulirkan melalui program

BOK dana Global Fund.

7.2 SARAN

1.) Diperlukan peningkatan koordinasi dan kerjasama yang

berkesinambungan antara pengelola program dilingkungan Dinas

Kesehatan Kota Bandar Lampung dan sektor-sektor terkait dalam

mewujudkan masyarakat yang sehat, cerdas dan produktif .

2.) Dalam meningkatkan Derajat Kesehatan masyarakat maka

diperlukan (a) Perbaikan Sistem Pelayanan Kesehatan, (b) Peningkatan

peran serta masyarakat, (c) Peningkatan kualitas dan kwantitas Sumber

Daya Manusia serta (d) Peningkatan Dana yang berasal dari berbagai

sumber.

3.) Program Pembangunan Kesehatan yang direncanakan dan yang akan

dilaksanakan harusnya lebih inovatif dan mengacu kepada Standar

Pelayanan Minimal yang telah ditetapkan.

4) Program pembangunan kesehatan yang direncanakan dan yang akan

dilaksanakan harus menggunakan strategi yang lebih tepat sasaran dan

dapat diukur melalui indicator kesehatan.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014 145