profil hematologi (indeks eritrosit) pada anjing … · maupun aplikasi pemberian. beberapa obat...

22
PROFIL HEMATOLOGI (INDEKS ERITROSIT) PADA ANJING BEAGLE YANG DIBERI OBAT ANTICAPLAK AFOKSOLANER PER-ORAL TIGA KALI DOSIS YUSA JAYA LAKSANA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2018

Upload: ngonhan

Post on 12-Mar-2019

257 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROFIL HEMATOLOGI (INDEKS ERITROSIT) PADA ANJING … · maupun aplikasi pemberian. Beberapa obat anticaplak paten komersial telah beredar bebas di masyarakat. Sebagian besar obat

PROFIL HEMATOLOGI (INDEKS ERITROSIT) PADA

ANJING BEAGLE YANG DIBERI OBAT ANTICAPLAK

AFOKSOLANER PER-ORAL TIGA KALI DOSIS

YUSA JAYA LAKSANA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2018

Page 2: PROFIL HEMATOLOGI (INDEKS ERITROSIT) PADA ANJING … · maupun aplikasi pemberian. Beberapa obat anticaplak paten komersial telah beredar bebas di masyarakat. Sebagian besar obat

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Profil Hematologi

(Indeks Eritrosit) pada Anjing Beagle yang Diberi Obat Anticaplak Afoksolaner

Per-Oral Tiga Kali Dosis adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2018

Yusa Jaya Laksana

NIM B04140046

Page 3: PROFIL HEMATOLOGI (INDEKS ERITROSIT) PADA ANJING … · maupun aplikasi pemberian. Beberapa obat anticaplak paten komersial telah beredar bebas di masyarakat. Sebagian besar obat

ABSTRAK

YUSA JAYA LAKSANA. Profil Hematologi (Indeks Eritrosit) pada Anjing

Beagle yang Diberi Obat Anticaplak Afoksolaner Per-Oral Tiga Kali Dosis.

Dibimbing oleh UPIK KESUMAWATI HADI dan AGIK SUPRAYOGI.

Pengobatan caplak sangat beragam, baik itu ragam dalam jenis sediaan obat

maupun aplikasi pemberian. Saat ini telah muncul suatu sediaan obat yang

digunakan untuk membasmi caplak melalui aplikasi oral. Sediaan obat tersebut

adalah afoksolaner. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh

afoksolaner sebagai obat anticaplak terhadap indeks eritrosit pada anjing yang

diberi perlakuan 1 dosis (6.3 mg/kg BB) dan 3 dosis (18.9 mg/kg BB). Sebanyak 6

ekor anjing beagle diberikan perlakuan berupa pemberian obat anticaplak bahan

aktif afoksolaner. Sampel berupa darah diperiksa menggunakan alat haematology

analyzer Celltac α tipe MEK-6450. Data dianalisis secara deskriptif dan statistik

menggunakan software SPSS 16.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pemberian sediaan afoksolaner memiliki pengaruh terhadap profil hematologi

beberapa individu. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan dan

penurunan nilai variabel pada beberapa individu. Berdasarkan analisis darah secara

statistik, tidak terdapat perbedaan yang nyata pada pemberian dosis 1 dan 3 pada

profil darah.

Kata kunci : afoksolaner, anjing, eritrosit, indeks eritrosit.

ABSTRACT

YUSA JAYA LAKSANA. Haematology Profile (Erythrocyte Index) in

Beagle Dogs which Treated by Three Dosages Administration of Afoxolaner (Anti-

tick Drug). Advised by UPIK KESUMAWATI HADI and AGIK SUPRAYOGI.

Treatment against ticks varies in terms of the types and the application of

drugs. Recently, an orally-administered anti-tick drug was developed. The drug is

called afoxolaner. This study aims to analyze effect of afoxolaner as an anti-tick

drugs to erythrocyte index of dogs who were given 1 dosage (6.3 mg/kg of body

weight) and 3 dosages (18.9 mg/kg of body weight). Six beagle dogs were given a

treatment of administering anti-tick drugs with afoxolaner as an active ingredient.

Blood samples were tested using haematology analyzer Celltac α type MEK-6450.

The datas were then analyzed descriptively and statistically using SPSS 16.0

software. The results showed that afoxolaner administration had an effect towards

haematology profile in few individuals, which was proven by an increase or

decrease of several variable. According to statistical blood analysis, there was not

a significance difference between administration of 1 dosage and 3 dosages of

afoxolaner to erythrocyte profile.

Key words : afoxolaner, dogs, erythrocyte, erythrocyte index.

Page 4: PROFIL HEMATOLOGI (INDEKS ERITROSIT) PADA ANJING … · maupun aplikasi pemberian. Beberapa obat anticaplak paten komersial telah beredar bebas di masyarakat. Sebagian besar obat

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

PROFIL HEMATOLOGI (INDEKS ERITROSIT) PADA

ANJING BEAGLE YANG DIBERI OBAT ANTICAPLAK

AFOKSOLANER PER-ORAL TIGA KALI DOSIS

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2018

YUSA JAYA LAKSANA

Page 5: PROFIL HEMATOLOGI (INDEKS ERITROSIT) PADA ANJING … · maupun aplikasi pemberian. Beberapa obat anticaplak paten komersial telah beredar bebas di masyarakat. Sebagian besar obat
Page 6: PROFIL HEMATOLOGI (INDEKS ERITROSIT) PADA ANJING … · maupun aplikasi pemberian. Beberapa obat anticaplak paten komersial telah beredar bebas di masyarakat. Sebagian besar obat

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan sebaik – baiknya. Penelitian

yang berjudul “Profil Hematologi (Indeks Eritrosit) pada Anjing Beagle yang

Diberi Obat Anticaplak Afoksolaner Per-Oral Tiga Kali Dosis” ini dilaksanakan

pada bulan April hingga Juni 2017. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu

syarat dalam menyelesaikan studi di Program Sarjana Fakultas Kedokteran Hewan

Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang turut

membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada :

1 Ibu Prof. Drh. Upik Kesumawati Hadi, MS, PhD selaku pembimbing

skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2 Bapak Prof. Dr. Drh. Agik Suprayogi, MSc selaku pembimbing akademik

sekaligus pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan kepada

penulis.

3 Arba Subrata dan Oom Romnah, kedua orangtua yang telah memberikan

segalanya kepada penulis.

4 Ibu Drh. Tri Isyani dan segenap staf RSHP yang telah banyak membantu

penulis dalam melaksanakan penelitian.

5 Ade Mona Suherni dan Yusi Jaya Masdiana yang mau meluangkan waktu

mendengar keluh kesah penulis dalam menyelesaikan studi di Fakultas

Kedokteran Hewan IPB.

6 Keluarga besar IYD Jabodetabek yang telah menjadi tempat pelarian

penulis dari rasa bosan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7 Rekan – Rekan yang telah bersama penulis selama 3 bulan dalan

melaksanakan penelitian.

8 Teman – teman yang telah meluangkan waktu menemani penulis dari

seminar hasil hingga sidang / ujian akhir sarjana kedokteran hewan.

9 Keluarga besar FKH 2014 (Acinonyx) atas kebersamaannya selama 4

tahun.

Bogor, Agustus 2018

Yusa Jaya Laksana

Page 7: PROFIL HEMATOLOGI (INDEKS ERITROSIT) PADA ANJING … · maupun aplikasi pemberian. Beberapa obat anticaplak paten komersial telah beredar bebas di masyarakat. Sebagian besar obat

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Hematologi Sel Darah Merah 2

Indeks Eritrosit 2

Ektoparasit Caplak 3

Sediaan Afoksolaner 4

METODE 4

Waktu dan Tempat 5

Desain Penelitian 5

Pengambilan Sampel Darah 5

Pemeriksaan Hematologi 5

Metode Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 12

RIWAYAT HIDUP 14

Page 8: PROFIL HEMATOLOGI (INDEKS ERITROSIT) PADA ANJING … · maupun aplikasi pemberian. Beberapa obat anticaplak paten komersial telah beredar bebas di masyarakat. Sebagian besar obat

DAFTAR TABEL

1 Jumlah total eritrosit anjing beagle setelah diberi sediaan afoksolaner

1 dan 3 kali dosis

6

2 Kadar hemoglobin anjing beagle setelah diberi sediaan afoksolaner 1

dan 3 kali dosis

7

3 Nilai hematokrit anjing beagle setelah diberi sediaan afoksolaner 1 dan

3 kali dosis

8

4 Nilai MCV anjing beagle setelah diberi sediaan afoksolaner 1 dan 3

kali dosis

9

5 Nilai MCH anjing beagle setelah diberi sediaan afoksolaner 1 dan 3

kali dosis

10

6 Nilai MCHC anjing beagle setelah diberi sediaan afoksolaner 1 dan 3

kali dosis

11

Page 9: PROFIL HEMATOLOGI (INDEKS ERITROSIT) PADA ANJING … · maupun aplikasi pemberian. Beberapa obat anticaplak paten komersial telah beredar bebas di masyarakat. Sebagian besar obat

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anjing (Canis lupus) merupakan hewan domestik yang keberadaanya

sangat dekat dengan pemiliknya. Anjing dijadikan sebagai peliharaan dikarenakan

sifat setianya, selain itu hewan ini memiliki indra penciuman, pendengaran dan

penglihatan yang sensitif (Budiana 2007). Masalah kerapkali ditemukan pada saat

pemeliharaan anjing. Caplak keras dari spesies Rhipicephalus sanguineus.

merupakan salah satu ektoparasit yang sering menyerang anjing. Cara

mendiagnosa adanya infestasi caplak cukup mudah dilakukan, hal tersebut

dikarenakan ukurannya yang besar dapat terlihat pada kulit atau sela – sela rambut.

Predileksi dari caplak ini yaitu pada leher, sela – sela jari dan juga pada bagian

telinga (Hadi dan Soviana 2010). Keberadaan caplak ini menyebabkan berbagai

masalah serius bagi kesehatan anjing itu sendiri. Infestasi caplak Rhipicephalus

sanguineus. dapat menyebabkan lesio kemerahan pada kulit sehingga menimbulkan

rasa ketidaknyamanan bagi anjing (Case 2008).

Pengobatan caplak sangat beragam, baik itu ragam dalam jenis sediaan obat

maupun aplikasi pemberian. Beberapa obat anticaplak paten komersial telah

beredar bebas di masyarakat. Sebagian besar obat anticaplak merupakan obat

dengan aplikasi injeksi atau melalui suntikan. Saat ini telah muncul suatu sediaan

obat yang digunakan untuk membasmi caplak melalui aplikasi oral. Sediaan obat

tersebut yaitu afoksolaner.

Afoksolaner merupakan suatu senyawa aktif yang memiliki khasiat

membunuh caplak. Afoksolaner ini adalah obat dari golongan isoxazoline yang

dapat dipilih pemilik dalam mengendalikan caplak pada anjing (Halos et al. 2014).

Afoksolaner yang diformulasikan untuk aplikasi oral menjadi perhatian khusus.

Melalui penelitian ini dapat diketahui apakah sediaan ini memberikan efek

fisiologis yang tidak diinginkan bagi anjing, terutama kaitannya dengan nilai

indeks eritrosit pada anjing.

Pemeriksaan hematologi merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium

yang penting untuk dilakukan (Siswanto 2011). Pemeriksaan hematologi digunakan

oleh ahli kesehatan dalam menunjang dan menegakkan hasil diagnosis terhadap

suatu kasus. Indeks eritrosit misalnya, gambaran ini dapat digunakan untuk

mempertegas diagnosis akan adanya kondisi anemia (Glader 2003). Kondisi –

kondisi yang diamati tersebut diharapkan dapat menjadi dasar bagi diterimanya

sediaan afoksolaner sebagai sediaan obat anticaplak yang aman. Hal ini

dikarenakan afoksolaner sebagai obat antiparasitik harus memenuhi syarat,

contohnya yaitu tidak menimbulkan efek samping pada tubuh.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh sediaan

afoksolaner sebagai obat anticaplak terhadap indeks eritrosit pada anjing yang

diberi 1 dan 3 kali dosis.

Page 10: PROFIL HEMATOLOGI (INDEKS ERITROSIT) PADA ANJING … · maupun aplikasi pemberian. Beberapa obat anticaplak paten komersial telah beredar bebas di masyarakat. Sebagian besar obat

2

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai efek

yang dihasilkan oleh pemberian sediaan afoksolaner terhadap indeks eritrosit pada

anjing.

TINJAUAN PUSTAKA

Hematologi Sel Darah Merah

Eritrosit merupakan komponen sel yang terdapat di dalam darah. Eritrosit

memiliki fungsi penting dalam mengangkut hemoglobin (berisi oksigen) dari paru

- paru menuju jaringan (Guyton dan Hall 2006). Eritrosit memiliki fungsi sebagai

pembawa nutrisi dari saluran pencernaan menuju jaringan, mengatur suhu tubuh,

menjaga keseimbangan asam basa tubuh serta mengangkut hasil akhir metabolisme

ke organ ekskresi (Cunningham 2002). Kisaran normal total eritrosit pada anjing

yaitu antara 5.5 - 8.5 x 106/μL (Weiss dan Wardrop 2010). Kenaikan dan penurunan

nilai eritrosit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah tingkat

stres. Kondisi stres dapat meningkatkan total eritrosit maupun kadar hemoglobin

(Marshanindya et al. 2016).

Hemoglobin merupakan komponen sel darah merah yang memiliki peran

dalam transportasi oksigen. Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari

paru – paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari

seluruh sel ke paru – paru untuk dikeluarkan dari tubuh (Erwin 2013). Kadar

hemoglobin hewan bervariasi, tergantung pada spesies hewan tersebut. Kadar

hemoglobin pada anjing normalnya berkisar pada nilai 11.8 – 18.9 g/dl (Weiss dan

Wardrop 2010).

Hematokrit dikenal sebagai Packed Cell Volume (PCV) merupakan

perbandingan persentase eritrosit dalam volume darah (whole blood). Nilai

hematokrit sering digunakan untuk menentukan apakah jumlah eritrosit terlalu

tinggi, terlalu rendah atau normal. Penurunan hematokrit hingga 30% menunjukan

pasien mengalami anemia sedang hingga parah. Nilai hematokrit pada hewan

sangat bervariasi mengikuti temperatur, ketinggian dan kelembapan tempat (Puja

2000). Nilai hematokrit pada anjing normalnya berkisar pada 35 – 57 % (Weiss dan

Wardrop 2010).

Indeks Eritrosit

Indeks eritrosit terdiri dari Mean Corpuscular Volumes (MCV), Mean

Corpuscular Hemoglobin (MCH) dan Mean Corpuscular Hemoglobin

Concentration (MCHC). Nilai indeks eritrosit ini bervariasi, bergantung pada

spesies hewan. Indeks eritrosit biasanya menjadi acuan dalam mendiagnosis

Page 11: PROFIL HEMATOLOGI (INDEKS ERITROSIT) PADA ANJING … · maupun aplikasi pemberian. Beberapa obat anticaplak paten komersial telah beredar bebas di masyarakat. Sebagian besar obat

3

kondisi anemia dan dapat dihubungkan untuk mengetahui penyebab terjadinya

suatu kondisi anemia (Meyer dan Harvey 2004).

Mean Corpuscular Volume adalah volume rata – rata eritrosit yang

dinyatakan dengan satuan femtoliter (fl). Nilai MCV ini didapatkan dari nilai

perhitungan menggunakan alat maupun rumus. Nilai MCV diperoleh dari hasil nilai

hematokrit dibagi dengan nilai total eritrosit kemudian dikali dengan 10. Kisaran

nilai MCV normal pada anjing yaitu 61.3 – 69.5 fl (So-Young et al. 2011). Jika

nilai MCV mengalami penurunan, maka kemungkinan besar anjing mengalami

anemia mikrositik. Sedangkan jika meningkat diduga hewan mengalami anemia

makrositik, anemia aplastik atau anemia hemolitik (Gandasoebrata 2013).

Mean Corpuscular Haemoglobin atau hemoglobin korpuskuler rata – rata

adalah nilai yang mengindikasikan berat hemoglobin rata – rata pada eritrosit. MCH

dapat menentukan kualitas warna (normokromik, hipokromik dan hiperkromik)

eritrosit (Herawati et al. 2011). Nilai MCH didapatkan dari nilai perhitungan

menggunakan alat maupun rumus. Nilai MCH diperoleh dari pembagian

hemoglobin terhadap total eritrosit kemudian dikali 10. Kisaran nilai MCH normal

pada anjing yaitu 21.8 – 24.1 pg (So-Young et al. 2011). Kenaikan nilai MCH (di

atas nilai normal) dapat mengindikasikan bahwa anjing mengalami anemia

hiperkromik (Herawati et al. 2011).

Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration atau konsentrasi

haemoglobin korpuskular rata – rata adalah nilai yang mengindikasikan konsentrasi

hemoglobin rata – rata dalam eritrosit (Herawati et al. 2011). Nilai MCHC

didapatkan dari nilai perhitungan menggunakan alat hematologi maupun rumus.

Nilai MCHC diperoleh dari pembagian hemoglobin terhadap hematokrit kemudian

dikali 100. Kisaran nilai MCHC normal pada anjing yaitu 33.2 – 37.2 % (So-Young

et al. 2011). Kenaikan MCHC pada hewan dapat mengindikasikan bahwa hewan

tersebut mengalami anemia hiperkromik Jika MCHC mengalami penurunan, anjing

diduga mengalami anemia hipokromik (Herawati et al. 2011).

Ektoparasit Caplak

Caplak adalah parasit obligat yang merupakan ektoparasit penghisap darah

dari filum Arthropoda. Ektoparasit ini termasuk ke dalam ordo Parasitiformes,

subordo Ixodida, superfamili Ixodoidea dan memiliki tiga famili meliputi Ixodidae,

Argasidae dan Nuttalliellidae (Guglielmone et al. 2010). Famili Ixodae merupakan

caplak keras yang terdiri atas beberapa genus seperti Ixodes, Rhipicephalus,

Dermacentor, Amblyomma, Hyalomma dan Haemaphysalis. Keberadaan caplak

sangat mengganggu karena merupakan penghisap darah yang ganas. Inang yang

terserang akan mengalami anemia dan iritasi pada kulit yang tergigit. Garukan yang

hebat (diakukan oleh inang) dapat menimbulkan infeksi sekunder oleh bakteri.

Selain itu caplak juga menghasilkan toksin (ixovotoxin) yang dapat mememgaruhi

susunan syaraf pusat dan neuromuscular junction sehingga menimbulkan

kelumpuhan atau tick paralysis (Hadi dan Soviana 2010).

Caplak coklat, Rhipicephalus sanguineus merupakan parasit yang sering

menyerang anjing di seluruh belahan dunia (Dantas-Torres et al. 2012). Anjing

merupakan inang utama spesies caplak ini karena semua tahapan perkembangan

terjadi pada anjing. Sedangkan bentuk dewasa dapat ditemukan pada mamalia kecil

Page 12: PROFIL HEMATOLOGI (INDEKS ERITROSIT) PADA ANJING … · maupun aplikasi pemberian. Beberapa obat anticaplak paten komersial telah beredar bebas di masyarakat. Sebagian besar obat

4

lainnya (Blagburn dan Dryden 2009). Caplak R. sanguineus diketahui menjadi

vektor berbagai macam penyakit penting di dunia. Caplak ini dapat

mentransmisikan canine monocytic ehrlichiosis yang disebabkan oleh Ehrlichia

canis dan canine babesiosis yang disebabkan oleh Babesia vogeli (Sonenshine et

al. 2002)

Sediaan Afoksolaner

Isoxazolines merupakan golongan obat baru dalam sediaan akarisida dan

insektisida dengan administrasi oral yang bekerja sistemik. Obat golongan

isoxazoline dapat bertahan dalam tubuh selama 1 bulan setelah pemakaian oral

dosis tunggal. Sediaan obat yang tergolong dalam golongan isoxazoline memiliki

keamanan dan efek baik terhadap hewan yang diberi obat tersebut. Hal ini

dikarenakan sediaan isoxazoline bertindak selektif terhadap sistem syaraf caplak

yang sangat sensitif jika dibandingkan dengan mamalia (Shoop et al. 2014).

Afoksolaner adalah sediaan obat golongan isoxazoline yang mampu

menanggulangi infestasi caplak dan pinjal pada anjing (Halos et al. 2014).

Afoksolaner digunakan untuk menyembuhkan infestasi pinjal seperti

Ctenocephalides felis dan beberapa jenis caplak seperti Ixodes, Dermacentor,

Amblyomma dan Rhipicephalus (Chavez 2016). Sediaan afoksolaner ini digunakan

dengan aplikasi per-oral pada anjing dengan dosis minimum 2.5 mg/kg BB.

Penelitian dari Beugnet et al. (2016) menyebutkan bahwa daya kerja afoksolaner

efektif pada hari ketiga pasca pemberian. Pemberian obat afoksolaner yang

dilakukan Beugnet yaitu pada anjing beagle di Eropa. Dosis tunggal afoksolaner

mampu memberantas caplak Rhipicephalus sanguineus hingga mencapai 98.5%

pada 48 jam pasca pemberian pada anjing beagle (Kunkle et al. 2014). Menurut Six

et al. (2016) daya efikasi afoksolaner pada anjing beagle di Eropa yang diberi

sediaan mencapai 90% selama 7 hari pasca perlakuan.

Sediaan afoksolaner tergolong baru digunakan untuk mengatasi masalah

caplak dan pinjal. Bahkan sediaan ini dapat juga digunakan sebagai obat anti tungau

untuk mengatasi masalah demodikosis pada anjing. Berdasarkan penelitian Beugnet

et al. (2016) sediaan afoksolaner mampu memberantas tungau (Demodex canis)

pada anjing hingga 99% di hari ke 28. Oleh karena itu, sejak tahun 2015

afoksolaner diterima di Amerika Serikat melalui izin Food and Drug

Administration (FDA) dan kemudian digunakan dalam berbagai praktik klinik.

Selain itu sediaan ini telah dikenalkan di Peru dan beberapa negara di Eropa

(Chavez 2016).

Sediaan afoksolaner memiliki mekanisme kerja mengganggu transmisi

impuls pada sistem saraf caplak serta menyebabkan kematian pada individu target

setelah 48 - 72 jam pemakaian afoksolaner (Barbour 2015). Afoksolaner dapat

mengikat chloride ion channels dari Arthropoda dan menghambat aktivitas dari

Beta-Aminobutyric Acid (GABA) dan L-glutamate (Chavez 2016). Hal tersebut

dapat menyebabkan hipereksitasi tak terkendali dari pusat sistem syaraf caplak.

Pengikatan chloride ion channels di sel syaraf juga dapat memblokir transmisi

sinyal neuron yang mengakibatkan caplak mengalami kelumpuhan hingga

kematian (Shoop et al. 2014).

Page 13: PROFIL HEMATOLOGI (INDEKS ERITROSIT) PADA ANJING … · maupun aplikasi pemberian. Beberapa obat anticaplak paten komersial telah beredar bebas di masyarakat. Sebagian besar obat

5

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan dari tanggal 19 April hingga 19 Juni 2017. Penelitian

dilakukan di Institut Pertanian Bogor (IPB), Rumah Sakit Hewan Pendidikan

Fakultas Kedokteran Hewan (RSHP FKH), kandang penelitian hewan RSHP FKH,

dan Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) Bogor.

Metode Penelitian

Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan rancangan acak sederhana.

Objek penelitian berupa 6 ekor anjing beagle dengan variasi usia antara 6 hingga

10 bulan. Anjing beagle dipilih menjadi hewan coba karena sistem organ dalam

dan perototan yang kompleks, umur yang panjang, ukuran yang sedang (tidak

terlalu besar) dan jinak. Anjing diberikan perlakuan berupa obat anticaplak sediaan

bahan aktif afoksolaner (Nexgard®) yang diberikan secara oral. Anjing dibagi ke

dalam 2 kelompok perlakuan yang masing – masing kelompok diberikan dosis yang

berbeda. Dosis yang diberikan yaitu dosis 1 kali (6.3 mg/kg BB), dan dosis 3 kali

(18.9 mg/kg BB). Masing – masing perlakuan diberikan sediaan afoksolaner

dengan frekuensi 3 kali selama 2 bulan atau tepatnya pada hari ke 1, 28, dan 56.

Setiap hewan dicoba diambil sampel darah pra dan pasca perlakuan. Sampel darah

kemudian diuji menggunakan alat penunjang Haematology Analyzer Celltac α tipe

MEK-6450 produksi Nihon Kohden. Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari

Komisi Etik RSHP FKH IPB dengan nomor izin 31-2016 ACUC RSHP FKH-IPB.

Pengambilan Sampel Darah

Sampel darah anjing diambil melalui Vena Saphena pra dan pasca

pemberian sediaan afoksolaner. Pengambilan darah menggunakan syringe. Setelah

diperoleh, sediaan darah kemudian disimpan di tabung penampung darah dengan

penambahan antikoagulan EDTA. Pengambilan sampel darah dilakukan sebanyak

4 kali yaitu pada hari ke 0, 1, 28, dan 56.

Pemeriksaan Hematologi

Pemeriksaan hematologi dilakukan menggunakan alat penunjang yaitu

haaematology analyzer Celltac α tipe MEK-6450 produksi Nihon Kohden.

Haematology analyzer merupakan alat penunjang yang mampu menganalisis

hematologi dengan beberapa parameter untuk pemeriksaan kuantitatif. Prinsip

dasar dari alat ini yaitu impedansi (resistensi elektrik) dan pembauran cahaya (light

scattering/optical scatter). Prinsip impedansi didasarkan pada deteksi dan

pengukuran perubahan hambatan listrik yang dihasilkan oleh sel-sel darah saat

mereka melintasi sebuah flow cell yang dilalui cahaya. Hasil pengukuran total

eritrosit dinyatakan dalam satuan per μl, kadar hemoglobin dalam g/dl, nilai

hematokrit dalam %, nilai MCV dalam satuan fl, nilai MCH dalam satuan pg, dan

nilai MCHC dalam satuan %.

Page 14: PROFIL HEMATOLOGI (INDEKS ERITROSIT) PADA ANJING … · maupun aplikasi pemberian. Beberapa obat anticaplak paten komersial telah beredar bebas di masyarakat. Sebagian besar obat

6

Analisis Data

Data hasil pemeriksaan haematology analyzer yang diperoleh selanjutnya

diolah menggunakan software SPSS 16.0 for Windows. Uji yang digunakan adalah

T Test, meliputi Paired T Test untuk membandingkan antara base line dan dosis

serta Independent T Test yang untuk membandingkan perbandingan antar dosis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang diperoleh melalui alat penunjang haematology analyzer Celltac

α tipe MEK-6450 adalah jumlah total eritrosit, kadar hemoglobin, nilai hematokrit,

dan indeks eritrosit (MCV, MCH dan MCHC) pada anjing beagle. Gambaran

hematologi terbagi dalam dua perlakuan yaitu pra perlakuan (base line) dan pasca

perlakuan (Pasca pemberian 1, 2, dan 3). Data diperoleh dari rata – rata tiga ekor

anjing dalam satu kelompok. Terdapat dua kelompok uji terbagi sesuai dosis yang

diberikan kepada masing – masing individu.

Total Eritrosit

Jumlah total eritrosit kelompok anjing yang diberi perlakuan 1 kali dosis

menunjukkan tidak ada perubahan signifikan. Kelompok 1 kali dosis memiliki total

eritrosit yang berada pada rentang nilai normal baik itu base line, pasca pemberian

1, 2, dan 3. Hal yang berbeda ditunjukkan oleh kelompok 3 kali dosis. Terdapat

nilai yang mengalami perubahan pada anjing C1 dan C3. Hasil hematologi total

eritrosit terhadap pemberian afoksolaner dosis 1 maupun dosis 3 ditunjukkan pada

Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah total eritrosit anjing beagle setelah diberi sediaan afoksolaner 1 dan

3 kali dosis (x 106/μl)

Kelompok Nama Anjing Total Eritrosit (x 106/μl) Rata - Rata

(P1 – P3) Base Line P1 P2 P3

Dosis 1 Kali

(B)

B1 7.20 7.08 6.70 7.03 6.39 ± 0.36

B2 6.71 6.70 7.01 7.19 6.96 ± 0.51

B3 7.38 7.05 7.58 7.83 7.48 ± 0.66

Rata - Rata 7.10 ± 0.31 6.94 ± 0.74

Dosis 3 Kali

(C)

C1 5.80 5.39 7.56 7.21 6.72 ± 1.15

C2 5.78 6.03 6.95 6.82 6.60 ± 0.75

C3 7.53 7.28 6.24 4.84 6.12 ± 1.41

Rata - Rata 6.37 ± 0.76 6.48 ± 0.93

Keterangan : Pemberian kesatu (P1); Pemberian kedua (P2); Pemberian ketiga (P3).

Tabel 1 menunjukkan bahwa total eritrosit yang rendah terdapat pada anjing

C1 pasca pemberian 1 dan C3 pasca pemberian 3. Total eritrosit C1 pasca

Page 15: PROFIL HEMATOLOGI (INDEKS ERITROSIT) PADA ANJING … · maupun aplikasi pemberian. Beberapa obat anticaplak paten komersial telah beredar bebas di masyarakat. Sebagian besar obat

7

pemberian 1 adalah 5.39 x 106/μl, sedangkan C3 pasca pemberian 3 yaitu 4.84 x

106/μl. Weiss dan Wardrop (2010) menyebutkan bahwa nilai normal total eritrosit

pada anjing yaitu 5.5 – 8.5 x 106/μL. Merujuk pada Weiss dan Wardrop (2010),

dapat diketahui bahwa total eritrosit C1 telah mengalami penurunan pada

pemberian kesatu, sedangkan C3 pada pemberian ketiga.

Penurunan total eritrosit dapat disebabkan oleh adanya laju metabolisme

yang tinggi (Isroli et al. 2009). Laju metabolisme yang semakin meningkat akan

membuat eritrosit bekerja keras dalam meningkatkan transportasi. Guyton dan Hall

(2006) menyebutkan salah satu fungsi eritrosit adalah sebagai pengangkut nutrisi

dan oksigen menuju jaringan. Tingkat metabolisme yang tinggi akan menyebabkan

eritrosit akan cepat mati untuk kemudian melakukan siklusnya kembali.

Afoksolaner merupakan sediaan yang bersifat sistemik, pemberiannya

kemungkinan dapat memberi pengaruh terhadap profil hematologi total eritrosit.

Hasil uji statistik rata - rata total eritrosit tidak menunjukkan adanya

perbedaan yang nyata. Semua perbandingan baik itu antara base line dengan dosis

1, base line dengan dosis 3, maupun dosis 1 dengan dosis 3 tidak berbeda nyata.

Melalui hasil uji, dapat disimpulkan bahwa pemberian sediaan afoksolaner pada

dosis 1 dan dosis 3 memberikan hasil yang tidak jauh berbeda. Pengaruh

afoksolaner pada total eritrosit anjing beagle tidak dipengaruhi oleh dosis yang

diberikan.

Kadar Hemoglobin

Penelitian ini menunjukkan tidak terjadi perubahan yang signifikan pada

kelompok anjing yang diberi perlakuan 1 kali dosis. Kelompok 1 kali dosis

memiliki kadar hemoglobin yang normal baik itu base line, pasca pemberian 1, 2,

dan 3. Kelompok 3 kali dosis mengalami perubahan yang ditunjukkan pada anjing

C3. Terdapat penurunan kadar hemoglobin pasca pemberian 3 pada anjing C3.

Hasil hematologi kadar hemoglobin terhadap pemberian afoksolaner dosis 1

maupun dosis 3 ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Kadar hemoglobin anjing beagle setelah diberi sediaan afoksolaner 1 dan

3 kali dosis (g/dl)

Kelompok Nama Anjing Kadar Hemoglobin (g/dl) Rata - Rata

(P1 – P3) Base Line P1 P2 P3

Dosis 1 Kali

(B)

B1 17.2 16.2 15.7 16.8 16.2 ± 0.31

B2 16.3 16.5 17.7 17.7 17.3 ± 0.83

B3 17.8 16.1 17.6 17.9 17.2 ± 0.93

Rata - Rata 17.1 ± 0.31 16.9 ± 0.80

Dosis 3 Kali

(C)

C1 12.9 12.2 13.9 15.8 13.9 ± 1.52

C2 12.7 13.3 16.0 15.6 14.9 ± 1.16

C3 16.5 16.2 16.9 10.9 14.6 ± 1.11

Rata - Rata 14.0 ± 1.07 14.4 ± 1.17

Keterangan : Pemberian kesatu (P1); Pemberian kedua (P2); Pemberian ketiga (P3).

Page 16: PROFIL HEMATOLOGI (INDEKS ERITROSIT) PADA ANJING … · maupun aplikasi pemberian. Beberapa obat anticaplak paten komersial telah beredar bebas di masyarakat. Sebagian besar obat

8

Tabel 2 menunjukkan bahwa anjing C3 memiliki kadar hemoglobin

terendah pasca pemberian perlakuan ketiga. Kadar hemoglobin pada anjing C3

tersebut yaitu 10.9 g/dl. Weiss dan Wardrop (2010) menyatakan bahwa kadar

hemoglobin anjing umumnya berkisar antara 11.8 – 18.9 g/dl. Perubahan kadar

hemoglobin berkaitan erat dengan perubahan jumlah eritrosit di dalam darah.

Hemoglobin berfungsi dalam proses transportasi oksigen ke dalam jaringan.

Penurunan kadar eritrosit secara langsung dapat menurunkan kadar hemoglobin

(Guyton dan Hall 2006). Anjing C3 memiliki total eritrosit yang rendah, sehingga

mengakibatkan kadar hemoglobin yang terhitung menjadi rendah.

Hasil uji statistik rata - rata kadar hemoglobin tidak menunjukkan adanya

perbedaan yang nyata. Semua perbandingan baik itu antara base line dengan dosis

1, base line dengan dosis 3, maupun dosis 1 dengan dosis 3 tidak berbeda nyata.

Melalui hasil uji, dapat disimpulkan bahwa pemberian sediaan afoksolaner pada

dosis 1 dan dosis 3 memberikan hasil yang tidak jauh berbeda. Pengaruh

afoksolaner pada kadar hemoglobin anjing beagle tidak dipengaruhi oleh dosis yang

diberikan.

Nilai Hematokrit

Penelitian ini menunjukkan tidak terjadi perubahan yang signifikan pada

kelompok 1 kali dosis. Kelompok 1 kali dosis memiliki nilai hematokrit yang

berada pada rentang nilai normal baik itu base line, pasca pemberian 1, 2, dan 3.

Hasil berbeda ditunjukkan oleh kelompok 3 kali dosis. Perubahan nilai ditunjukkan

oleh anjing C3. Nilai hematokrit pada anjing C3 mengalami penurunan pasca

pemberian perlakuan 3. Hasil hematologi nilai hematokrit terhadap pemberian

afoksolaner dosis 1 maupun dosis 3 ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Nilai hematokrit anjing beagle setelah diberi sediaan afoksolaner 1 dan 3

kali dosis (%)

Kelompok Nama Anjing Nilai Hematokrit (%) Rata - Rata (P1 –

P3) Base Line P1 P2 P3

Dosis 1 Kali

(B)

B1 49.3 47.9 45.8 47.4 47.0 ± 0.92

B2 47.8 47.3 49.9 51.1 49.4 ± 1.46

B3 49.3 47.2 50.5 52.2 49.9 ± 1.67

Rata - Rata 48.8 ± 0.70 48.7 ± 1.34

Dosis 3 Kali

(C)

C1 38.8 36.3 40.9 46.8 41.3 ± 2.24

C2 38.0 39.3 46.9 45.7 43.9 ± 2.29

C3 48.7 47.3 48.4 31.8 42.5 ± 2.19

Rata - Rata 41.8 ± 1.74 42.5 ± 1.14

Keterangan : Pemberian kesatu (P1); Pemberian kedua (P2); Pemberian ketiga (P3).

Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai hematokrit terendah terdapat pada anjing

C3 pasca pemberian 3. Nilai hematokrit pada anjing C3 pasca pemberian 3 adalah

31.8%. Nilai tersebut tergolong rendah apabila dibandingkan dengan nilai normal

hematokrit pada anjing. Weiss dan Wardrop (2010) menyebutkan bahwa nilai

hematokrit anjing normalnya yaitu antara 35 – 57%.

Page 17: PROFIL HEMATOLOGI (INDEKS ERITROSIT) PADA ANJING … · maupun aplikasi pemberian. Beberapa obat anticaplak paten komersial telah beredar bebas di masyarakat. Sebagian besar obat

9

Nilai hematokrit disebut juga Packed Cell Volume (PCV), merupakan

perbandingan persentase eritrosit dalam volume darah (whole blood). Penurunan

nilai hematokrit merupakan salah satu indikator adanya anemia pada hewan.

Penurunan hematokrit hingga 30% menunjukkan hewan tersebut mengalami

anemia sedang hingga parah (Herawati et al. 2011). Anjing C3 mengalami

penurunan pada pemberian sediaan afoksolaner yang ketiga. Nilai hematokrit

mengalami penurunan hingga menjadi 31.8% dari nilai 48.4% pada pemeriksaan

kedua. Hal itu menunjukkan nilai hematokrit anjing C3 mengalami penurunan

hingga 16.6%. Walaupun begitu penurunan yang tejadi belum terlalu signifikan dan

belum menandakan terjadinya anemia seperti yang literatur sebutkan (apabila

penurunan mencapai 30%).

Hasil uji statistik rata - rata nilai hematokrit tidak menunjukkan adanya

perbedaan yang nyata. Semua perbandingan, baik itu antara base line dengan dosis

1, base line dengan dosis 3, maupun dosis 1 dengan dosis 3 tidak berbeda nyata.

Melalui hasil uji, dapat disimpulkan bahwa pemberian sediaan afoksolaner pada

dosis 1 dan dosis 3 memberikan pengaruh yang tidak jauh berbeda. Pengaruh

afoksolaner pada hematokrit anjing beagle tidak dipengaruhi oleh dosis yang

diberikan.

Nilai MCV

Perubahan nilai MCV terjadi pada anjing B2 kelompok satu kali dosis.

Perubahan nilai MCV anjing B2 bahkan terjadi pada pemberian kesatu hingga

pemberian ketiga. Sedangkan kelompok 3 kali dosis memiliki nilai MCV yang

berada pada rentang nilai normal, baik itu base line, pasca pemberian 1, 2, dan 3.

Hasil hematologi nilai MCV terhadap pemberian afoksolaner dosis 1 maupun dosis

3 ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Nilai MCV anjing beagle setelah diberi sediaan afoksolaner 1 dan 3 kali

dosis (fl)

Kelompok Nama Anjing Nilai MCV (fl) Rata - Rata (P1 –

P3) Base Line P1 P2 P3

Dosis 1 Kali

(B)

B1 68.5 67.7 68.4 67.4 67.8 ± 1.14

B2 71.2 70.6 71.2 71.1 70.9 ± 0.63

B3 66.8 67.0 66.6 66.7 66.7 ± 0.31

Rata - Rata 68.8 ± 0.59 68.4 ± 0.83

Dosis 3 Kali

(C)

C1 66.9 67.3 65.5 64.9 65.9 ± 1.34

C2 65.7 65.7 65.2 67.5 66.1 ± 0.31

C3 64.7 65.0 64.2 65.7 64.9 ± 0.22

Rata - Rata 65.8 ± 1.09 65.6 ± 0.50

Keterangan : Pemberian kesatu (P1); Pemberian kedua (P2); Pemberian ketiga (P3).

Tabel 4 menunjukkan bahwa anjing B2 memiliki nilai MCV tertinggi jika

dibandingkan dengan anjing lain. Nilai MCV anjing B2 pada pemberian kedua

mencapai 71.2 fl. Nilai tersebut tergolong tinggi apabila dibandingkan dengan nilai

normal MCV pada anjing. Nilai MCV pada anjing beagle normalnya berkisar antara

Page 18: PROFIL HEMATOLOGI (INDEKS ERITROSIT) PADA ANJING … · maupun aplikasi pemberian. Beberapa obat anticaplak paten komersial telah beredar bebas di masyarakat. Sebagian besar obat

10

61.3 – 69.5 fl (So-Young et al. 2011). Nilai MCV anjing B2 pasca pemberian 1 dan

3 pun mengalami peningkatan yaitu 70.6 fl dan 71.1 fl.

Nilai MCV yang diperoleh menunjukkan ukuran eritrosit serta memiliki

hubungan terhadap nilai hematokrit dan total eritrosit (Kerr 2002). Perubahan nilai

MCV mengindikasikan bahwa anjing B2 mengalami anemia. Sedangkan jenis

anemia yang dialami yaitu anemia makrositik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Gandasoebrata (2013). Peningkatan MCV yang terjadi pada anjing B2 diduga

disebabkan oleh kondisi dehidrasi. Menurut Mohandas dan Gallagher (2008)

selama terjadinya dehidrasi, sel darah merah tidak mampu lagi mempertahankan

homeostasis kation sehingga volume sel darah akan mengalami peningkatan.

Hasil uji statistik rata - rata nilai MCV tidak menunjukkan adanya

perbedaan yang nyata. Perbandingan antara base line dengan dosis 1, base line

dengan dosis 3, maupun dosis 1 dengan dosis 3 tidak berbeda nyata. Pemberian

sediaan afoksolaner pada dosis 1 dan dosis 3 memberikan pengaruh yang tidak jauh

berbeda. Pengaruh afoksolaner pada nilai MCV anjing beagle tidak dipengaruhi

oleh dosis yang diberikan.

Nilai MCH

Penelitian ini menunjukkan adanya perubahan nilai individu pada

kelompok anjing yang diberi perlakuan 1 kali dosis. Perubahan nilai MCH terjadi

pada anjing B2 yaitu nilai pemberian kesatu hingga pemberian ketiga. Sedangkan

kelompok 3 kali dosis memiliki nilai MCH yang berada pada rentang nilai normal,

baik nilai pasca pemberian 1, 2, dan 3. Nilai MCH terhadap pemberian afoksolaner

dosis 1 maupun dosis 3 ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Nilai MCH anjing beagle setelah diberi sediaan afoksolaner 1 dan 3 kali

dosis (pg)

Kelompok Nama Anjing Nilai MCH (pg) Rata - Rata (P1 –

P3) Base Line P1 P2 P3

Dosis 1 Kali

(B)

B1 23.9 22.9 23.4 23.9 23.4 ± 0.70

B2 24.3 24.6 25.2 24.6 24.8 ± 0.44

B3 24.1 22.8 23.2 22.9 22.9 ± 0.44

Rata - Rata 24.1 ± 0.44 23.7 ± 0.54

Dosis 3 Kali

(C)

C1 22.2 22.6 22.3 21.9 22.2 ± 0.54

C2 22.0 22.1 23.0 22.9 22.6 ± 0.77

C3 21.9 22.3 22.4 22.5 22.4 ± 0.31

Rata - Rata 22.0 ± 0.22 22.4 ± 0.44

Keterangan : Pemberian kesatu (P1); Pemberian kedua (P2); Pemberian ketiga (P3).

Tabel 5 menunjukkan nilai MCH yang tinggi pada kelompok 1 kali dosis

jika dibandingkan dengan kelompok 3 kali dosis. Anjing B2 memiliki nilai MCH

yang paling tinggi dibandingkan dengan yang lain. Nilai MCH anjing B2 pada

pemberian kesatu mencapai 25.2 pg. Nilai MCH normal pada anjing beagle berkisar

antara 21.8 – 24.1 pg (So-Young et al. 2011). Pemberian sediaan afoksolaner kedua

hingga ketiga menyebabkan anjing B2 masih mengalami peningkatan nilai MCH.

Page 19: PROFIL HEMATOLOGI (INDEKS ERITROSIT) PADA ANJING … · maupun aplikasi pemberian. Beberapa obat anticaplak paten komersial telah beredar bebas di masyarakat. Sebagian besar obat

11

Nilai MCH dapat menentukan kualitas warna (normokromik, hipokromik

dan hiperkromik) eritrosit (Herawati et al 2011). Nilai MCH menurut Reece (2006)

memiliki keterkaitan dengan nilai MCV. Ukuran eritrosit yang besar (makrositik)

cenderung akan memiliki MCV yang tinggi, begitu pula sebaliknya. Nilai MCH

pada anjing B2 terjadi peningkatan dikarenakan adanya peningkatan nilai MCV.

Kenaikan nilai MCH (di atas nilai normal) dapat mengindikasikan bahwa anjing

mengalami anemia hiperkromik (Herawati et al. 2011).

Hasil uji statistik rata - rata nilai MCH tidak menunjukkan adanya

perbedaan yang nyata. Semua perbandingan, baik itu antara base line dengan dosis

1, base line dengan dosis 3, maupun dosis 1 dengan dosis 3 tidak berbeda nyata.

Pemberian sediaan afoksolaner pada dosis 1 dan dosis 3 memberikan pengaruh

yang tidak jauh berbeda. Pengaruh afoksolaner pada nilai MCH anjing beagle tidak

dipengaruhi oleh dosis yang diberikan.

Nilai MCHC

Penelitian yang dilakukan tidak menunjukkan perubahan pada kelompok

anjing yang diberi perlakuan 1 kali dosis. Kelompok 1 kali dosis memiliki nilai

MCHC yang berada pada rentang nilai normal, baik itu pasca pemberian 1, 2, dan

3. Sedangkan pada kelompok 3 kali dosis terjadi beberapa perubahan nilai MCHC.

Perubahan terjadi pada anjing C1 dan C2 sebelum dilakukan perlakuan (base line).

Hasil hematologi nilai MCHC terhadap pemberian afoksolaner dosis 1 maupun

dosis 3 ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6 Nilai MCHC anjing beagle setelah diberi sediaan afoksolaner 1 dan 3 kali

dosis (%)

Kelompok Nama Anjing Nilai MCHC (%) Rata - Rata (P1 –

P3) Base Line P1 P2 P3

Dosis 1 Kali

(B)

B1 34.9 33.8 34.3 35.4 34.5 ± 0.83

B2 34.1 34.9 35.5 34.6 35.0 ± 0.38

B3 36.1 34.1 34.9 34.3 34.4 ± 0.59

Rata - Rata 35.0 ± 0.38 34.6 ± 0.38

Dosis 3 Kali

(C)

C1 33.2 33.6 34.0 33.8 33.8 ± 0.63

C2 33.4 33.8 34.1 34.1 34.0 ± 0.31

C3 33.9 34.2 34.9 34.3 34.4 ± 0.54

Rata - Rata 33.5 ± 0.54 34.1 ± 0.59

Keterangan : Pemberian kesatu (P1); Pemberian kedua (P2); Pemberian ketiga (P3).

Tabel 6 menunjukkan nilai MCHC yang rendah terdapat pada anjing C1 dan

C2 base line. Nilai MCHC base line anjing C1 yaitu 33.2%, sedangkan base line

anjing C2 yaitu 33.4%. Nilai MCHC normal pada anjing beagle menurut So-Young

et al. (2011) yaitu 33.6 – 37.2 %. Rata - rata nilai MCHC tidak menunjukkan adanya

perbedaan antara base line dengan dosis 1, base line dengan dosis 3, maupun dosis

1 dengan dosis 3. Pemberian sediaan afoksolaner pada dosis 1 dan dosis 3 tidak

memberikan pengaruh yang berbeda. Pengaruh afoksolaner pada nilai MCHC

anjing beagle tidak dipengaruhi oleh dosis yang diberikan.

Page 20: PROFIL HEMATOLOGI (INDEKS ERITROSIT) PADA ANJING … · maupun aplikasi pemberian. Beberapa obat anticaplak paten komersial telah beredar bebas di masyarakat. Sebagian besar obat

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Profil hematologi rata – rata secara umum tidak terjadi perubahan yang

signifikan pasca pemberian sediaan obat afoksolaner dosis 1 dan dosis 3. Uji

statistik yang dilakukan tidak menunjukkan adanya perbedaan nyata pada jumlah

total eritrosit, kadar hemoglobin, nilai hematokrit dan juga nilai indeks eritrosit

(MCV, MCH dan MCHC).

Saran

Penelitian yang dilakukan merupakan uji pengaruh obat terhadap profil

darah, sehingga tidak melibatkan efektifitas obat terhadap caplak. Oleh karena itu

perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pengaruh dari sediaan afoksolaner

ini terhadap caplak.

DAFTAR PUSTAKA

Beugnet F, Halos L, de Vos C, Liebenberg L. 2016. Efficacy of oral afoxolaner for

the treatment of canine generalized demodicosis. Parasites & Vectors. 23 : 14.

Barbour AG. 2015. Lyme Disease. Baltimore (US) : John Hopkins University Press.

Blagburn BL, Dryden MW. 2009. Biology, treatment and control of flea and tick

infestations. Veterinary Clinical Small Animal. 39 : 1173 – 1200.

Budiana NS. 2007. Anjing. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya.

Case LP. 2008. Canine and Feline Behaviour and Training. New York (US) :

Delmar.

Chavez F. 2016. Case report of afoxolaner treatment for canine demodicosis in four

dogs naturally infected with demodex canis. The International Journal Applied

Research in Veterinary Medicine. 14 (2) : 123 – 127.

Cunningham JG. 2002. Veterinary Physiology 3rd Edition. Philadephia (US) : WB

Saunders Company.

Dantas-Torres F, Chomel BB, Otranto D. 2012. Tick and tick-borne diseases : One

Health Perspective. Trends in Parasitology. 28 : 437 – 446.

Erwin, Nuzul A, Zuraida, Ela SH. 2013. Kadar hemoglobin selama induksi anestesi

per inhalasi dan anestesi per injeksi pada anjing lokal. Jurnal Medika Veterinaria.

7 (2) : 98 – 100.

Gandasoebrata. 2013. Penuntun Laboratorium Klinik . Jakarta (ID) : Dian Rakyat.

Glader B. 2003. Anemia : General Consideration. Di dalam: PJ Greer, J Foerster,

NJ Lukens, MG Rodgers, F Paraskevas, B Glader. Wintrobe’s Clinical

Haematology 11th Ed. Philadelphia (US) : Lippincott Williams and Wilkins.

Guglielmone AA, Robbing RG, Apanaskevich DM, Petney TN, Estrada PA, Horak

IG, Shao R, Barker SC. 2010. The Argasidae, Ixodidae and Nuttalliellidae

Page 21: PROFIL HEMATOLOGI (INDEKS ERITROSIT) PADA ANJING … · maupun aplikasi pemberian. Beberapa obat anticaplak paten komersial telah beredar bebas di masyarakat. Sebagian besar obat

13

(Acari: Ixodida) of the world: a list of valid species names. Zootaxa. 2528: 1 –

28.

Guyton AC, Hall JE. 2006. Medical Physiology 11th Edition. Jakarta (ID) : Penerbit

EGC. Terjemahan dari : Review of medical physiology 11th Edition.

Hadi UK, Soviana S. 2010. Ektoparasit : Pengenalan, Identifikasi, dan

Pengendaliannya. Bogor (ID) : IPB Press.

Halos L, Lebon W, Chalvet-Monfray K, Larsen D, Beugnet F. 2014. Immediate

efficacy and persistent speed of skill of a novel oral formulation of afoxolaner

(Nexgard®) against induced infestions with ixodes ricinus ticks. Parasites &

Vectors. 7: 452.

Herawati F, Fatimah U, Retnosari A. 2011. Pedoman Intepretasi Data Klinik.

Jakarta (ID) : Kementerian Kesehatan.

Isroli, Susanti, Widiastuti S. 2009. Observasi beberapa variabel hematologis ayam

kedu pada pemeliharan intensif. Proseding Seminar Nasional Kebangkitan

Peternakan pada 20 Mei 2009 di Semarang. 548 - 557.

Kerr MG. 2002. Veterinary Laboratory Medicine 2 Edition. State Avenue (US) :

Blackwell Science.

Kunkle B, Dalya S, Dumont P, Drag M, Larsen D. 2014. Assessment of the efficacy

of orally administered afoxolaner against Riphicephalus sanguineus sensu lato.

Veterinary Parasitology. 201: 226 – 228.

Marshanindya A, Ida BKA, I Gusti AGPP. 2016. Gambaran total eritrosit, kadar

hemoglobin, nilai hematokrit terhadap xilazin – ketamin pada anjing lokal secara

subkutan. Indonesia Medicus Veterinus. 5(3) : 204 – 214.

Meyer DJ, Harvey JW. 2004. Veterinary Laboratory Medicine Interpretation and

Diagnosis. Philadelphia (US) : WB Saunders Company.

Mohandas N, Gallagher P. 2008. Red cell membrane : past, present, and future. The

American Society of Haematology. 112(10) : 3939 – 3947.

Puja IK. 2000. Anjing kintamani sebagai model pada penelitian biomedik : aspek

hematologi. Journal Veterinary. 1 (1) : 14 – 17.

Reece WO. 2006. Functional Anatomy and Physiology of Domestic Animals 3rd

Edition. Australia : Blackwell Publishing.

Shoop WL, Harline EJ, Gould BR, Waddell ME, McDowell RG, Kinney JB. 2014.

Discovery and mode of action of afoxolaner, a new isoxazoline parasiticide for

dogs. Veterinary Parasitology. 201 : 178 – 189.

Siswanto. 2011. Gambaran sel darah merah sapi bali (studi rumah potong). Buletin

Veteriner Udayana. 3 (2) : 99 – 105.

Six RH, Young DR, Holzmer SJ, Mahabir SP. 2016. Comparative speed of kill of

sarolaner (Simparica™) and afoxolaner (NexGard®) against induced infestations

of Rhipicephalus sanguineus s.l. on dogs. Parasites & Vectors. 9 : 91.

So-Young C, Jae-Sik H, Ill-Hwa K, Dae-Yeon H, Hyun-Gu K. 2011. Basic data on

the haematology, serum biochemistry, urology, and organ weights of the beagle

dogs. Laboratory Animal Research. 27 (4) : 283 – 291.

Sonenshine DE, Lane RS, Nicholson WL. 2002. Ticks (Ixodida) di dalam: Mullen

G, Durden L. Medical and Veterinary Entomology. Amsterdam (NL) : Elsevier

Science.

Weiss DJ, Wardrop KJ. 2010. Schalm Veterinary Hematology. State Avenue (US) :

Blackwell Publishing.

Page 22: PROFIL HEMATOLOGI (INDEKS ERITROSIT) PADA ANJING … · maupun aplikasi pemberian. Beberapa obat anticaplak paten komersial telah beredar bebas di masyarakat. Sebagian besar obat

14

RIWAYAT HIDUP

Penulis memiliki nama lengkap Yusa Jaya Laksana, dilahirkan di

Majalengka pada 18 Desember 1995. Penulis merupakan anak kedua dari tiga

bersaudara keluarga pasangan suami istri Arba Subrata dan Oom Romnah. Penulis

memiliki satu orang kakak perempuan bernama Ade Mona Suherni dan satu orang

adik laki – laki bernama Yusi Jaya Masdiana.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Cidenok 1 (Majalengka,

Jawa Barat) pada tahun 2008. Kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan

menengah pertama di SMP Negeri 3 Sumberjaya (Majalengka, Jawa Barat) hingga

lulus pada tahun 2011. Setelah itu penulis melanjutkan ke pendidikan menengah

atas di SMA Al – Azhar 5 Kota Cirebon dan berhasil lulus pada tahun 2014. Tahun

2014 juga, penulis berhasil diterima dan melanjutkan studi jenjang perguruan tinggi

di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) melalui jalur

SNMPTN.

Selama mengikuti perkuliahan di FKH IPB, penulis aktif dalam berbagai

organisasi baik itu organisasi luar kampus maupun organisasi kemahasiswaan yang

berada di Institut Pertanian Bogor. Penulis merupakan anggota aktif Himpunan

Mahasiswa Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik Eksotik (2015-2017)

dan anggota Badan Eksekutif Mahasiswa FKH IPB (2015 – 2016). Selain itu

penulis aktif dalam organisasi non pemerintah (NGO) kepemudaan Indonesian

Youth Dream Regional Jabodetabek pada tahun 2016 sebagai Staff of Research and

Development serta tahun berikutnya (2017) dipercaya sebagai Head of Event and

Creative Division.