anjing dan

72
Anjing dan Bayangan” 1 Votes “Anjing dan Bayangan” Dahulu kala, ada seekor anjing yang mendapatkan sepotong daging dan membawanya pulang untuk dimakan. Pada perjalanan pulang, ia harus melewati sebuah papan yang terbentang di atas parit. Ketika ia melihat bayangan dirinya yang sedang membawa daging itu di air. Ia berpikir bahwa itu adalah seekor anjing yang lain yang sedang membawa daging di mulutnya. Ia kemudian menginginkan daging itu juga. Maka, ia menyambar bayangan yang ada di air itu, tetapi ketika ia membuka mulutnya, daging jatuh ke air dan tidak pernah ditemukan lagi. Pesan yang dapat diperoleh dari cerita tersebut adalah sebagai berikut. Berhati-hatilah pada keserakahan karena kamu bisa kehilangan apa yang kamu miliki. Disadur dari buku: “Inspirasi meraih kesuksesan dalam kehidupan TUTUR BIJAK NEGERI CINA”

Upload: agus-ajalah

Post on 01-Jan-2016

55 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Anjing Dan

Anjing dan Bayangan”

      1 Votes

“Anjing dan Bayangan”

Dahulu kala, ada seekor anjing yang mendapatkan sepotong daging dan membawanya pulang untuk dimakan. Pada perjalanan pulang, ia harus melewati sebuah papan yang terbentang di atas parit. Ketika ia melihat bayangan dirinya yang sedang membawa daging itu di air.

Ia berpikir bahwa itu adalah seekor anjing yang lain yang sedang membawa daging di mulutnya. Ia kemudian menginginkan daging itu juga. Maka, ia menyambar bayangan yang ada di air itu, tetapi ketika ia membuka mulutnya, daging jatuh ke air dan tidak pernah ditemukan lagi.

Pesan yang dapat diperoleh dari cerita tersebut adalah sebagai berikut.

Berhati-hatilah pada keserakahan karena kamu bisa kehilangan apa yang kamu miliki.

Disadur dari buku: “Inspirasi meraih kesuksesan dalam kehidupan TUTUR BIJAK NEGERI CINA”

oleh AGATA P. RANJABAR

Page 2: Anjing Dan

“Si Rubah yang Mengambil Keuntungan dari Kekuatan Si Macan”

      Rate This

Ketika sedang berburu mangsa, macan menangkap seekor rubah.

“Kamu tidak bisa memakanku!” kata si rubah. “Raja Langit telah menunjukku untuk menjadi raja para binatang. Jika kamu memakanku, berarti kamu tidak menuruti perintah. Jika kamu tidak percaya padaku, ikutlah denganku. Kamu akan segera melihat apakah para binatang akan lari atau tidak setelah melihatku.”

Si macan menyetujuinya dan ia pun menemaninya. Semua binatang di hutan yang melihat mereka segera menyingkir. Si macan tidak menyadari jika sebenarnya, mereka takut terhadapnya, sedangkan ia mengira bahwa mereka takut terhadap si rubah.

Pesan yang disampaikan dalam cerita ini adalah bahwa kekuatan fisik dapat dikalahkan dengan kepintaran otak dan kecerdikan dapat menyelamatkan segalanya.

Disadur dari buku: “Inspirasi meraih kesuksesan dalam kehidupan TUTUR BIJAK NEGERI CINA”

Karangan: AGATA P. RANJABAR

Page 3: Anjing Dan

4 Tipe Sahabat

Sahabat adalah seseorang yang dapat menjadi tempat Anda berbagi baik suka maupun duka. Sahabat juga harus

dapat memberikan nilai positif bagi Anda. Berikut ini adalah empat tipe orang yang patut Anda jadikan sahabat.

Seperti dikutip dari Huffington Post, Robert Wicks, seorang profesor psikologi sekaligus pengarang buku Living the

Resilient Life mengatakan “Ada empat jenis orang yang patut kita cari dan masuk dalam siklus hidup manusia, yang

tentunya akan membuat hidup lebih bahagia dan berkualitas”.

1. Tipe pengkritik

Sahabat dengan tipe jenis ini akan selalu mengingatkan ketika kita melakukan kesalahan. Tanpa diminta pun, ia

akan selalu mengkritik kita bila melakukan sesuatu hal yang menyimpang. Tipe ini sangat baik untuk mengingatkan

kita pada jalan yang benar, meskipun terkadang menyakitkan mendengar kritiknya yang agak pedas.

2. Tipe pendukung

Anda yang memiliki sahabat seperti ini sangat beruntung, karena teman tipe ini akan selalu mendukung apa yang

Anda lakukan dan ikut bahagia dengan kesuksesan Anda. Anda akan selalu merasa semangat dan termotivasi bila

berada dekat-dekat dengannya.

3. Tipe penggembira

Mungkin tipe seperti ini yang lebih banyak disukai. Teman dengan tipe penggembira akan selalu membuat Anda

ceria kembali di saat sedih dan berduka. rasanya tidak lengkap jika berkumpul tapi tidak ada teman Anda yang satu

ini. Di saat Anda frustasi dan depresi, teman tipe inilah yang lebih banyak membuat Anda tertawa.

4. Tipe pembimbing

Anda akan merasa lebih bahagia ketika memiliki sahabat tipe ini. Berada di sekitarnya akan membuat Anda merasa

tenang dan damai. Ia pun akan selalu memberi masukan dan nasihat yang berguna dikala Anda membutuhkannya.

Rasanya hidup Anda menjadi terarah karena ada sahabat yang memberi masukan penting untuk hidup Anda.

Jika Anda belum memiliki sahabat seperti di atas, sebaiknya mulailah mencari karena saling berbagi karena sahabat

dengan tipe seperti itu akan membuat hidup Anda lebih seimbang. Anda pun bisa terhindar dari penyakit stres

dengan saling berbagi dengan mereka.

Page 4: Anjing Dan

Hati Seorang Ayah

      1 Votes

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya…..Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.

Lalu bagaimana dengan Papa?

Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,

tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng,  tapi

tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama

tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil……

Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.

Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu…

Kemudian Mama bilang : “Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya” ,

Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka….

Tapi sadarkah kamu?

Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan

seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.

Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang”

Page 5: Anjing Dan

Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua

tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :

“Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”.

Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.

Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja….

Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan:

“Tidak boleh!”.

Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?

Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat – sangat luar biasa berharga..

Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu…

Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama….

Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,

Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa

akan memasang wajah paling cool sedunia…. :’)

Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..

Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu,

kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.

Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat

khawatir…

Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut – larut…

Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. .

Page 6: Anjing Dan

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?

“Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa”

Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.

Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata – mata hanya karena memikirkan masa

depanmu nanti…

Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa

Ketika kamu menjadi gadis dewasa….

Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain…

Papa harus melepasmu di bandara.

Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?

Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .

Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.

Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata

“Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.

Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT…kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang

mengerutkan kening adalah Papa. Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama

dengan teman-temannya yang lain.

Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang

kamu inginkan…

Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : “Tidak…. Tidak bisa!”

Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan “Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu”.

Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Page 7: Anjing Dan

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.

Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.

Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh

dewasa, dan telah menjadi seseorang”

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu

darinya.

Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..

Karena Papa tahu…..

Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya….

Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas

menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia….

Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan

menangis?

Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa….

Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: “Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik….

Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik….

Bahagiakanlah ia bersama suaminya…”

Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk

menjenguk…

Dengan rambut yang telah dan semakin memutih….

Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya….

Page 8: Anjing Dan

Papa telah menyelesaikan tugasnya….

Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita…

Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat…

Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis…

Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .

Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal..

Guru Profesional

Oleh Susandi

Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang

Seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik harus mampu bertindak secara profesional.

Profesional maksudnya guru harus mengikuti peraturan yang telah tertulis dalam Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional bab IX pasal 39 ayat 2 yaitu (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme, (2)

memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya, (3)

memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya, (4) mematuhi kode etik profesi, (5)

memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas, (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai

dengan prestasi kerjanya, (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan,

(8) memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya, dan (9) memiliki organisasi

profesi yang berbadan hukum.

Page 9: Anjing Dan

Di samping sembilan hal tersebut, Guru profesional idealnya juga harus memiliki empat kompetensi, yaitu

kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial. Oleh karena itu, selain terampil mengajar, seorang guru

juga harus memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat  bersosialisasi dengan baik. Ciri-ciri

keprofesionalan guru tersebut dapat dilihat dari 10 ciri guru profesional berikut ini.

1. Selalu punya energi untuk siswanya

Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap percakapan atau diskusi dengan mereka.

Guru yang baik juga punya kemampuam mendengar dengan seksama.

2. Punya tujuan jelas untuk Pelajaran

Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran dan bekerja untuk memenuhi

tujuan tertentu dalam setiap kelas.

3. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif

Seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin yang efektif sehingga bisa  mempromosikan perubahan

perilaku positif di dalam kelas.

4. Punya keterampilan manajemen kelas yang baik

Seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik dan dapat memastikan perilaku

siswa yang baik, saat siswa belajar dan bekerja sama secara efektif,  membiasakan menanamkan rasa hormat

kepada seluruh komponen didalam kelas.

5. Bisa berkomunikasi dengan baik kepada orang tua siswa

Seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka dengan orang tua dan membuat mereka selalu update

informasi tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelas dalam hal kurikulum, disiplin, dan isu lainnya. Mereka

membuat diri mereka selalu bersedia memenuhi  panggilan telepon, rapat, email dan sekarang, twitter.

6. Punya harapan yang tinggi pada siswa nya

Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan mendorong semua siswa dikelasnya

untuk selalu bekerja dan mengerahkan potensi terbaik mereka.

7. Pengetahuan tentang kurikulum

Page 10: Anjing Dan

Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam tentang kurikulum sekolah dan standar-standar

lainnya. Mereka dengan sekuat tenaga  memastikan pengajaran mereka memenuhi standar-standar itu.

8. Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan

Hal ini mungkin sudah jelas, tetapi kadang-kadang diabaikan. Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan

yang luar biasa dan antusiasme untuk subyek yang mereka ajarkan. Mereka siap untuk menjawab pertanyaan

dan menyimpan bahan menarik bagi para siswa, bahkan bekerja sama dengan bidang studi lain demi

pembelajaran yang kolaboratif.

9. Selalu memberikan yang terbaik  untuk Anak-anak dan proses Pengajaran

Seorang guru yang baik bergairah mengajar dan bekerja dengan anak-anak. Mereka gembira bisa

mempengaruhi siswa dalam kehidupan  mereka dan memahami dampak atau pengaruh yang mereka miliki

dalam kehidupan siswanya, sekarang dan nanti ketika siswanya sudah beranjak dewasa.

10. Punya hubungan yang berkualitas dengan Siswa

Seorang guru yang baik mengembangkan hubungan yang kuat dan saling hormat menghormati dengan siswa

dan membangun hubungan yang dapat dipercaya.

Mengelola Diri

 

 

 

 

 

 

Rate This

Page 11: Anjing Dan

Mengelola Diri

Segala yang di bawah langit pasti berubah. Hanya satu hal yang tetap sepanjang masa, yaitu perubahan itu

sendiri. Semua orang sudah mahfum dengan perkataan ini. Tetapi, tidak semua paham bahwa setiap

perubahan selalu datang sambil bergandengan dengan segudang peluang atau pilihan.

Page 12: Anjing Dan

Saya membicarakannya karena tergelitik kampanye internal salah satu biro iklan besar di Indonesia. ”Berubah

atau Punah.” Begitu yang terbaca pada spanduk kecil yang terpampang pada sudut-sudut kantor biro iklan

yang berada di salah satu gedung jangkung di Jakarta.

”Tidak selamanya pergantian keadaan menuju ke arah lebih baik. Sekali pun yang datang krisis, sejumlah

peluang dan pilihan tetap menyertainya,” kata chief operating officer-nya.

Ambil contoh ketika terjebak kemacetan lalu lintas Jakarta. Apa yang dapat Anda lakukan kalau berada dalam

situasi menjemukan itu? Senada dengan pendapat pemimpin biro iklan tersebut, ternyata banyak yang dapat

dilakukan kendati dalam krisis. Sejumlah teman mengaku mengisi kemacetan dengan berzikir. Kebanyakan

memilih membaca koran maupun buku. Ada juga yang memasang kaset pelajaran bahasa asing. Semua baik

ketimbang menggerutui orang lain dan polisi.

Sementara itu, seorang teman lain memilih membuka laptop-nya dan menyelesaikan pekerjaan setiap kali

terjebak keruwetan lalu lintas. Contoh yang ini menjelaskan bahwa dia telah beradaptasi dengan revolusi

perubahan cepat teknologi informasi dan teknologi.

Dan, dia telah mendefinisikan kembali cara kerja dan cara pandang terhadap segala sesuatu di jaman serba

komputer sekarang ini. Dia mempunyai rumusan baru menjalankan bisnis konsultannya dengan sokongan

teknologi, yakni 3F: fast, focus dan flexible. Sehingga, dari setiap tempat dia dapat bekerja dan berkomunikasi

dengan mitra bisnis.

Dengan rumusan tersebut dia mengaku sedang menjadikan dirinya sebuah merek atau citra. Persis seperti

sebuah perusahaan yang mencoba menjaga reputasi dengan memuaskan semua pihak yang terkait langsung

maupun tidak terhadapnya. Sekarang ini banyak perusahaan atau produk yang sengaja membangun citra jati

dirinya ibarat manusia berbudi, lewat aktivitas menderma, menghibur, dan memudahkan.

Cerita tersebut menarik bila disandingkan dengan semakin seringnya datang kabar bahwa perusahaan-

perusahaan sedang merasionalisasi atau melakukan restrukturisasi organisasinya. Maksud saya, semua itu

ujung-ujungnya berupa pemutusan hubungan kerja (PHK) sejumlah karyawan dengan segala konsekuensi ke

penghidupan banyak keluarga.

Kembali ke awal pembicaraan kita, mereka yang terkena PHK berarti menemui perubahan berupa krisis.

Artinya, mereka sesungguhnya bukan mengalami petaka tapi menjadi memiliki banyak peluang dan pilihanmau

bagaimana di kemudian hari.

Page 13: Anjing Dan

Menjadi lebih baik. Itu pasti yang mereka inginkan. Caranya? Bisa bekerja di tempat lain kalau masih terbuka

lowongan, menjadi wiraswasta, dan banyak lagi. Namun, apapun yang dipilih ada baiknya mencontoh

bagaimana sebuah manajemen membangun citra perusahaan sedemikian rupa. Dengan kata lain, diri kita

perlu manajemen diri sehingga mampu beradaptasi dengan perubahan yang dialami.

Anjuran tersebut berlaku bagi semua. Bukan hanya bagi yang terkena PHK. Sebab, seiring jarum jam berputar,

perubahan terus terjadi pada diri dan lingkungan kita. Segera ciptakan pernyataan positioning diri setalah

mengevaluasi ekuitas merek diri. Intinya mengenali diri sendiri dan mengetahui pasti apa yang dapat diperbuat

dan bagaimana strategi mencapainya.

Hal tersebut persis dengan yang diperbuat oleh manajemen perusahaan. Mereka sadar harus terus

memperbaiki diri terus menerus. Jika perlu ganti logo, gaya komunikasi, ganti disain ruang kerja dan alat kerja

yang sudah ketinggalan jaman. Yang penting, terus mampu bersaing dan mampu beradaptasi dengan

gencarnya perubahan.

Nah, Anda dapat melihat sendiri belakangan ini bermunculan nama dan logo baru di sekitar kita. Ada toko

obat, yang namanya begitu melekat, sekarang tampil dengan warna cerah dan masa kini. Sebuah asuransi

milik negara dan berumur tua juga tampil seperti perusahaan yang baru kemarin diperkenalkan. Dan banyak

lagi.

Sesungguhnya mereka ingin memperlihatkan kepada kita bahwa mereka tetap mampu bersaing, tetap

berdaya, dan masih pas dengan masa kini. Begitulah mestinya diri kita. Jangan sampai kalah bersaing karena

menghindari perubahan dan tidak melihat peluang. Berubah atau punah.

Siapa Aku dan Apa Talentaku

Page 14: Anjing Dan

Siapa Aku dan Apa Talentaku

Setiap orang itu unik dalam banyak hal. Salah satunya dalam hal bakat atau talenta. Menemukan dan

mengembangkan talenta dengan baik sangat mendukung kesuksesan hidup seseorang.

Talenta seseorang sering kali dianggap sesuatu yang tersembunyi buat orang yang memilikinya. Sebenarnya,

bukan karena bakat yang terpendam atau tersembunyi, melainkan karena kita belum menyadari manfaatnya.

Agar dapat menemukan talenta maka jadilah diri sendiri. Meniru gaya dan karakter orang lain sah-sah saja,

karena bisa memberi inspirasi atau ransangan bagi Anda untuk mengembangkan potensi Anda sendiri. Namun

jangan sampai Anda mencoba menjadi sama persis seperti orang yang Anda kagumi tersebut. Talenta

tersembunyi tak akan muncul kalau kita memaksakan diri untuk menyamai standar orang lain.

Untuk mengasah talenta butuh pembelajaran dan pemahaman, terutama terhadap potensi diri. Namun

mengasah talenta memang kadang harus melalui proses panjang. Kita bahkan perlu dengan kesadaran penuh

untuk terus memprogram kegiatan kita agar mendukung terasahnya talenta.

Talenta berkaitan dengan pertanyaan “Siapakah Saya” dan kemampuan apa yang dimiliki untuk dapat

melakukan suatu pekerjaan dengan baik. Agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, mulailah

melakukan observasi untuk mengenal diri sebagai langkah awal menggali talenta diri.

Lontarkan pertanyaan, misalnya, “Apa yang saya sukai?”, “Orang seperti apakah saya?”, “Apa sih yang jadi

minat saya?”, atau “Jenis pekerjaan apa yang sulit saya kerjakan?”. Berdialog dengan diri sendiri dapat

mebentuk self awareness yang meliputi kemampuan memahami mood dan emosi diri, termasuk menilai diri

dan tidak mudah menyalahkan orang lain.

Page 15: Anjing Dan

Untuk memudahkan observasi diri, ingat-ingat dan catatlah setiap keberhasilan yang pernah dicapai,

keterampilan yang dimiliki, dan sifat-sifat diri.  Lalu pertahankanlah kebrhasilan, keterampilan, dan sifat-sifat

positif itu sebagai motivasi untuk meningkatkan kinerja Anda.

Selamat Mencoba!

(Disadur dari Kompas, 3 May 2006, hal 44 dan dengan perubahan seperlunya)

FONOLOGI DAN BIDANG PEMBAHASANNYA

Pengertian Fonologi

Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik, fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki

bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.

Bidang Pembahasannya

Fonologi mempunyai dua cabang kajian,

Pertama, fonetik yaitu cabang kajian yang mengkaji bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa

direalisasikan atau dilafalkan. Fonetik juga mempelajari cara kerja organ tubuh manusia terutama yang

berhubungan dengan penggunaan bahasa. Chaer (2007) membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu,

menjadi tiga jenis fonetik, yaitu:

a)     fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat

bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.

b)     fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam (bunyi-bunyi itu

diselidiki frekuensi getaranya, aplitudonya,dan intensitasnya.

c)      fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita.

Page 16: Anjing Dan

Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia lingusitik adalah fonetik artikulatoris,

sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau

diucapkan manusia. Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika, dan fonetik auditoris

berkenaan dengan bidang kedokteran.

Kedua, fonemik yaitu  kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Chaer (2007)

mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.

Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u]; dan [r], [a], [b] dan [u] jika dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi

yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r]. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut

adalah fonem yang berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.

Kedudukan Fonologi dalam Cabang-cabang Linguistik

Sebagai bidang yang berkosentrasi dalam deskripsi dan analisis bunyi-bunyi ujar, hasil kerja fonologi berguna

bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-cabang linguitik yang lain, misalnya morfologi, sintaksis, dan

semantik.

1.  Fonologi dalam cabang Morfologi

Bidang morfologi yang kosentrasinya pada tataran struktur internal kata sering memanfaatkan hasil studi

fonologi, misalnya ketika menjelaskan morfem dasar {butuh} diucapkan secara bervariasi antara [butUh] dan

[bUtUh] serta diucapkan [butuhkan] setelah mendapat proses morfologis dengan penambahan morfem sufiks

{-kan}.

2.  Fonologi dalam cabang Sintaksis

Bidang sintaksis yang berkosentrasi pada tataran kalimat, ketika berhadapan dengan kalimat kamu

berdiri. (kalimat berita), kamu berdiri? (kalimat tanya), dan kamu berdiri! (kalimat perintah) ketiga kalimat

tersebut masing-masing terdiri dari dua kata yang sama tetapi mempunyai maksud yang berbeda. Perbedaan

tersebut dapat dijelaskan dengan memanfaatkan hasil analisis fonologis, yaitu tentang intonasi, jedah dan

tekanan pada kalimat yang ternyata dapat membedakan maksud kalimat, terutama dalam bahasa Indonesia.

3. Fonologi dalam cabang Semantik

Bidang semantik, yang berkosentrasi pada persoalan makna kata pun memanfaatkan hasil telaah fonologi.

Misalnya dalam mengucapkan sebuah kata dapat divariasikan, dan tidak. Contoh kata [tahu], [tau], [teras] dan

Page 17: Anjing Dan

[t∂ras] akan bermakna lain. Sedangkan kataduduk dan didik ketika diucapkan secara bervariasi [dudU?],

[dUdU?], [didī?], [dīdī?] tidak membedakan makna. Hasil analisis fonologislah yang membantunya.

Manfaat Fonologi dalam Penyusunan Bahasa

Ejaan adalah peraturan penggambaran atau pelambangan bunyi ujar suatu bahasa. Karena bunyi ujar adalah

dua unsur, yaitu segmental dan suprasegmental, ejaan pun menggambarkan atau melambangkan kedua unsur

bunyi tersebut.

Perlambangan unsur segmental bunyi ujar tidak hanya bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujar dalam

bentuk tulisan atau huruf, tetapi juga bagaimana menuliskan bunyi-bunyi ujar dalam bentuk kata, frase, klausa,

dan kalimat, bagaimana memenggal suku kata, bagaimana menuliskan singkatan, nama orang, lambang-

lambang teknis keilmuan dan sebagainya. Perlambangan unsure suprasegmental bunyi ujar menyangkut

bagaimana melambangkan tekanan, nada, durasi, jedah dan intonasi. Perlambangan unsure suprasegmental

ini dikenal dengan istilah tanda baca atau pungtuasi.

Tata cara penulisan bunyi ujar ini bias memanfaatkan hasil kajian fonologi,terutama hasil kajian fonemik

terhadap bahasa yang bersangkutan. Oleh karena itu, hasil kajian fonemik terhahadap ejaan suatu bahasa

disebut ejaan fonemis.

Kajian Linguistik

Kajian Linguistik Lanjut

Oleh: Susandi

Page 18: Anjing Dan

1. Pendahuluan

Dalam berbagai kamus umum, linguistik didefinisikan sebagai ‘ilmu bahasa’ atau ‘studi ilmiah mengenai

bahasa’ (Matthews 1997). Dalam The New Oxford Dictionary of English(2003), linguistik didefinisikan sebagai

berikut:

“The scientific study of language and its structure, including the study of grammar, syntax, and phonetics.

Specific branches of linguistics include sociolinguistics, dialectology, psycholinguistics, computational

linguistics, comparative linguistics, and structural linguistics.”

Ilmu bahasa yang dipelajari saat ini bermula dari penelitian tentang bahasa sejak zaman Yunani (abad 6 SM).

Secara garis besar studi tentang bahasa dapat dibedakan antara (1) tata bahasa tradisional dan (2) linguistik

modern. Selanjutnya Linguistik dapat dibagi menjadi beberapa cabang yaitu, fonologi, morfologi, sintaksis, dan

semantik.

2. Tahapan Studi Linguistik

a.  Tahap pertama yaitu tahap spekulasi maksudnya pernyataan tentang bahasa tidak didasarkan pada data

empiris, melainkan pada dongeng/cerita dan klasifikasi.

b.   Tahap kedua, tahap observasi dan klasifikasi. Pada tahapan ini diadakan pengamatan dan penggolongan

terhadap bahasa-bahasa yang diselidiki, tetapi belum sampai pada merumuskan teori.

c.   Tahap ketiga, tahap perumusan teori atau membuat teori-teori, sehingga dapat dikatakan bersifat ilmiah.

3.  Sejarah dan Aliran Linguistik

3.1  Linguistik Tradisional

Sejarah Linguistik dimulai dari linguistik tradisional, Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan

filsafat dan semantik; sedangkan tata bahasa struktural berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada

dalam suatu bahasa tertentu. Misalnya dalam merumuskan kata kerja, tata bahasa tradisional mengatakan

kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau kejadian; sedangkan tata bahasa struktural

menyatakan kata kerja adalah kata yang dapat berdistribusi dengan frase “dengan . . . .”.

Page 19: Anjing Dan

Dalam perkembangannya di dalam aliran linguistik tradisional dikenal linguistik zaman Yunani. Sejarah studi

bahasa pada zaman Yunani ini sangat panjang, yaitu dari lebih kurang abad ke-5 S.M sampai lebih kurang

abad ke 2 M. Masalah pokok kebahasaan yang menjadi pertentangan pada linguis pada waktu itu adalah

pertentangan antara bahasa bersifat alami (fisis) dan bersifat konvensi (nomos). Bersifat alami atau fisis

maksudnya bahasa itu mempunyai hubungan asal-usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat

diganti di luar manusia itu sendiri. kaum naturalis adalah kelompok yang menganut faham itu, berpendapat

bahwa setiap kata mempunyai hubungan dengan benda yang ditunjuknya. Atau dengan kata lain, setiap kata

mempunyai makna secara alami, secara fisis. Sebaliknya kelompok lain yaitu kaum konvensional, berpendapat

bahwa bahasa bersifat konvensi, artinya, makna-makna kata itu diperoleh dari hasil-hasil tradisi dan

kebiasaan-kebiasaan yang mempunyai kemungkinan bisa berubah.

Selanjutnya yang menjadi pertentangan adalah antara analogi dan anomali. Kaum analogi antara lain Plato

dan Aristoteles, berpendapat bahwa bahasa itu bersifat teratur. Karena adanya keteraturan itulah orang dapat

menyusun tata bahasa. Jika tidak teratur tentu yang dapat disusun hanya idiom-idiom saja dari bahasa itu.

Sebaliknya, kelompok anomali berpendapat bahwa bahasa itu tidak teratur. Kalau bahasa itu tidak teratur

mengapa bentuk jamak bahasa Inggris child menjadi children, bukannya childs; mengapa bentuk past tense

bahasa Inggris dari write menjadi wrote dan bukannya writed ?

Kelompok-kelompok yang termasuk dalam aliriran ini adalah Kaum Sophis (abad ke-5 S.M), Plato (429-347

S.M), Aristoteles (384-322 S.M), Kaum Stoik (Abad ke- 4S.M), Kaum Alexandrian.

Kemudian dikenal lingistik zaman Romawi. Studi bahasa pada zaman Romawi dapat dianggap kelanjutan dari

zaman Yunani, sejalan dengan jatuhnya Yunani dan munculnya kerajaan Romawi. Tokoh pada zaman romawi

yang terkenal antara lain, Varro (116 – 27 S.M) dengan karyanya De Lingua Latina dan Priscia dengan

karyanya Institutiones Grammaticae.

Lalu, linguistik zaman Pertengahan. Studi bahasa pada zaman pertengahan di Eropa mendapat perhatian

penuh terutama oleh para filsuf skolastik, dan bahasa Latin menjadi Lingua Franta, karena dipakai sebagai

bahasa gereja, bahasa diplomasi, dan bahasa ilmu pengetahuan. Berikutnya, linguistik zaman Renaisans.

Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal pada zaman renaisans ini yang menonjol yang perlu dicatat, yaitu :

1)  Selain menguasai bahasa Latin, sarjana-sarjana pada waktu itu juga menguasai bahasa Yunani, bahasa

Ibrani, dan bahasa Arab.

2)  Selain bahasa Yunani, Latin, Ibrani, dan Arab, bahasa-bahasa Eropa lainnya juga mendapat perhatian

dalam bentuk pembahasan, penyusunan tata bahasa dan malah juga perbandingan.

Page 20: Anjing Dan

Dan yang terakhir yang termasuk ke dalam linguistik tradisional adalah masa menjelang lahirnya linguistik

modern. Dalam masa ini ada satu tonggak yang sangat penting dalam sejarah studi bahasa, yaitu dinyatakan

adanya hubungan kekerabatan antara bahasa Sanskerta dengan bahasa-bahasa Yunani, Latin dan bahasa-

bahasa Jerman lainnya. Dalam pembicaraan mengenai linguistik tradisional di atas, maka secara singkat dapat

dikatakan, bahwa :

a)  Pada tata bahasa tradisional ini tidak dikenal adanya perbedaan antara bahasa ujaran dengan bahasa

tulisan;

b)  Bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan mengambil patokan-patokan dari bahasa lain,

terutama bahasa Latin;

c)    Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara prekriptif, yakni benar atau salah;

d)    Persoalan kebahasaan seringkali dideskripsikan dengan melibatkan logika;

e)   Penemuan-penemuan atau kaidah-kaidah terdahulu cenderung untuk selalu dipertahankan.

3.2.   Linguistik Strukturalis

Linguistik strukturalis berusaha mendiskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang dimiliki

bahasa itu. Berikut ini merupakan tokoh dan aliran linguistik strukturalis.

Pertama, Ferdinand de Saussure. Ferdinand de Saussure (1857 – 1913) dianggap sebagai bapak linguistik

modern berdasarkan pandangan-pandangan yang dimuat dalam bukunya Course de Linguistique Generale

yang disusun dan diterbitkan oleh Charles Bally dan albert Sechehay tahun 1915.

Pandangan yang dimuat dalam buku tersebut mengenai konsep :

1)   Telaah sinkronik dan diakronik

Telaah bahasa secara sinkronik adalah mempelajari suatu bahasa pada suatu kurun waktu tertentu saja.

Sedangkan telaah bahasa secara diakronik adalah telaah bahasa sepanjang masa, atau sepanjang zaman

bahasa itu digunakan oleh para penuturnya.

2)   Perbedaan La Langue dan La Parole

Page 21: Anjing Dan

La Langue adalah keseluruhan sistem tanda yang berfungsi sebagai alat komunikasi verbal antara para

anggota suatu masyarakat bahasa, sifatnya abstrak. Sedangkan yang dimaksud dengan La Parole adalah

pemakaian atau realisasi langue oleh masing-masing anggota masyarakat bahasa; sifatnya konkret karena

parole itu tidak lain daripada realitas fisis yang berbeda dari orang yang satu dengan orang yang lain.

3)   Perbedaan signifiant dan signifie

Signifiant adalah citra bunyi atau kesan psikologis bunyi yang timbul dalam pikiran kita,

sedangkan signifie adalah pengertian atau kesan makna yang ada dalam pikiran kita.

4)   Hubungan sintagmatik dan paradigmatif

Hubungan sintagmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan, yang tersusun

secara berurutan, bersifat linear. Sedangkan hubungan paradigmatik adalah hubungan unsur-unsur yang

terdapat dalam suatu tuturan dengan unsur-unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan yang

bersangkutan.

Kedua, Aliran praha terbentuk pada tahun 1926 atas prakarsa salah seorang tokohnya, yaitu Vilem Mathesius

(1882 – 1945). Dalam bidang fonologi aliran Praha inilah yang pertama-tama membedakan dengan tegas akan

fonetik dan fonologi. Fonetik mempelajari bunyi-bunyi itu sendiri, sedangkan fonologi mempelajari fungsi bunyi

tersebut dalam suatu sistem.

Ketiga, Aliran Glosematik lahir di Denmark, tokohnya antara lain : Louis Hjemslev (1899 – 1965), yang

meneruskan ajaran Ferdinand de Saussure. Hjemslev juga menganggap bahasa sebagai suatu sistem

hubungan, dan mengakui adanya hubungan sintagmatik dan hubungan paradigmatik.

Keempat, aliran firthian, nama John R. Firth (1890 – 1960) guru besar pada Universitas London sangat

terkenal karena teorinya mengenai fonologi prosodi. Karena itulah, aliran yang dikembangkannya dikenal

dengan nama aliran Prosodi.

Kelima, aliran sistemik, nama aliran linguistik sistemik tidak dapat dilepaskan dari nama M.A.K Halliday, yaitu

salah seorang murid Firth yang mengembangkan teori Firth mengenai bahasa, khususnya yang berkenaan

dengan segi kemasyarakatan bahasa. Sebagai penerus Firth dan berdasarkan karangannya Categories of the

Theory of Grammar, maka teori yang dikembangkan oleh Halliday dikenal dengan nama Neo-Firthian

Linguistics atau Scals and Category Linguistics. Namun kemudian ada nama baru, yaitu Systemic

Linguistics (SL).

Page 22: Anjing Dan

Keenam, Leonard Bloomfield dan strukturalis Amerika. Beberapa faktor yang menyebabkan berkembangnya

aliran strukturalisme :

1)   Pada masa itu para linguis di Amerika menghadapi masalah yang sama, yaitu banyak sekali bahasa Indian

di Amerika yang belum diperlukan.

2)  Sikap Bloomfield yang menolak mentalistik sejalan dengan iklim filsafat yang berkembang pada masa itu di

Amerika, yaitu filsafat behaviorisme.

3)   Diantara linguis-linguis itu ada hubungan yang baik, karena adanya The Linguistics Society of America,

yang menerbitkan majalah Language; wadah tempat melaporkan hasil kerja mereka.

Ciri aliran strukturalis Amerika ini adalah cara kerja mereka yang sangat menekankan pentingnya data yang

objektif untuk memberikan suatu bahasa.

Ketujuh adalah Aliran Tagmemik. Aliran ini dipelopori oleh Kenneth L. Price, seorang tokoh dari Summer

Institute of Linguistics, yang mewarisi pandangan-pandangan Bloomfeld, sehingga aliran ini juga bersifat

strukturalis, tetapi juga antropologis. Menurut aliran ini satuan dasar dan sintaksis adalah tagmem. Tagmem

adalah korelasi antara fungsi gramatikal atau slot dengan sekelompok bentuk-bentuk kata yang dapat saling

diperlukan untuk mengisi slot tersebut.

3.3.  Linguistik   Tranformasional   dan   Aliran-aliran Sesudahnya

Dunia ilmu termasuk linguistik, bukan merupakan kegiatan yang statis, melainkan merupakan kegiatan yang

dinamis, berkembang terus menerus sesuai dengan filsafat ilmu itu sendiri yang selalu mencari kebenaran

yang hakiki.

3.3.1.  Tata Bahasa Transformasi

Ahli linguistik yang cukup produktif dalam membuat buku adalah Noam Chomsky. Sarjana inilah yang

mencetuskan teori transformasi melalui bukunya Syntactic Structures (1957), yang kemudian disebut classical

theory. Dalam perkembangan selanjutnya, teori transformasi dengan pokok pikiran kemampuan dan kinerja

yang dicetuskannya melaluiAspects of the Theory of Syntax (1965) disebut standard theory. Karena

pendekatan teori ini secara sintaktis tanpa menyinggung makna (semantik), teori ini disebut juga sintaksis

generatif (generative syntax). Pada tahun 1968 sarjana ini mencetuskan teori extended standard

theory. Selanjutnya pada tahun 1970, Chomsky menulis buku generative semantics; tahun 1980 government

and binding theory; dan tahun 1993 Minimalist program.

Page 23: Anjing Dan

Setiap tata bahasa dari suatu bahasa, menurut Chomsky adalah merupakan teori dari bahasa itu sendiri; dan

tata bahasa itu harus memenuhi dua syarat, yaitu:

1)   Kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh pemakai bahasa tersebut, sebagai

kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat.

2)    Tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehingga satuan atau istilah yang digunakan tidak

berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja, dan semuanya ini harus sejajar dengan teori linguistik tertentu.

3.3.2.  Semantik Generatif

Menjelang dasawarsa tujuh puluhan beberapa murid dan pengikut Chomsky, antara lain Pascal, Lakoff, Mc

Cawly, dan Kiparsky, sebagai reaksi terhadap Chomsky, memisahkan diri dari kelompok Chomsky dan

membentuk aliran sendiri. Kelompok Lakoff ini, kemudian terkenal dengan sebutan kaum Semantik generatif.

Menurut semantik generatif, sudah seharusnya semantik dan sintaksis diselidiki bersama sekaligus karena

keduanya adalah satu.

3.3.3.  Tata Bahasa Kasus

Tata bahasa kasus atau teori kasus pertama kali diperkenalkan oleh Charles J. Fillmore dalam karangannya

berjudul “The Case for Case” tahun 1968 yang dimuat dalam buku Bach, E. dan R. Harms Universal in

Linguistic Theory, terbitan Holt Rinehart and Winston.

Dalam karangannya yang terbit tahun 1968 itu Fillmore membagi kalimat atas (1) modalitas, yang bisa berupa

unsur negasi, kala, aspek, dan adverbia; dan (2) proposisi, yang terdiri dari sebuah verba disertai dengan

sejumlah kasus. Yang dimaksud dengan kasus dalam teori ini adalah hubungan antara verba dengan nomina.

3.3.4.  Tata Bahasa Relasional

Tata bahasa relasional muncul pada tahun 1970-an sebagai tantangan langsung terhadap beberapa asumsi

yang paling mendasar dari teori sintaksis yang dicanangkan oleh aliran tata bahasa transformasi.

3.4.  Tentang Linguistik Di Indonesia

Hingga saat ini bagaimana studi linguistik di Indonesia belum ada catatan yang lengkap, meskipun studi

linguistik di Indonesia sudah berlangsung lama dan cukup semarak. Pada awalnya penelitian bahasa di

Indonesia dilakukan oleh para ahli Belanda dan Eropa lainnya, dengan tujuan untuk kepentingan pemerintahan

Page 24: Anjing Dan

kolonial. Pendidikan formal linguistik di fakultas sastra (yang jumlahnya juga belum seberapa) dan di lembaga-

lembaga pendidikan guru sampai akhir tahun lima puluhan masih terpaku pada konsep-konsep tata bahasa

tradisional yang sangat bersifat normatif. Perubahan baru terjadi, lebih tepat disebut perkenalan dengan

konsep-konsep linguistik modern. Pada tanggal 15 November 1975, atas prakarsa sejumlah linguis senior

berdirilah organisasi kelinguistikan yang diberi nama Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI). Anggotanya

adalah para linguis yang kebanyakan bertugas sebagai pengajar di perguruan tinggi negeri atau swasta dan di

lembaga-lembaga penelitian kebahasaan. Penyelidikan terhadap bahasa-bahasa daerah Indonesia dan

bahasa nasional Indonesia, banyak pula dilakukan orang di luar Indonesia. Misalnya negeri Belanda, London,

Amerika, Jerman, Rusia, dan Australia banyak dilakukan kajian tentang bahasa-bahasa Indonesia. Sesuai

dengan fungsinya sebagai bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa negara maka bahasa Indonesia

tampaknya menduduki tempat sentral dalam kajian linguistik dewasa ini, baik di dalam negeri maupun di luar

negeri. Pelbagai segi dan aspek bahasa telah dan masih menjadi kajian yang dilakukan oleh banyak pakar

dengan menggunakan pelbagai teori dan pendekatan sebagai dasar analisis. Dalam kajian bahasa nasional

Indonesia, di Indonesia tercatat nama-nama seperti Kridalaksana, Kaswanti Purwo, Dardjowidjojo, dan

Soedarjanto, yang telah menghasilkan tulisan mengenai pelbagai segi dan aspek bahasa Indonesia.

4. Kajian Fonologi

Bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disusun berdasarkan kesepakatan bersama yang digunakan sebagai

alat komunikasi dalam rangka menjalankan interaksi sosial. Interaksi yang dapat terjadi dapat menggunakan :

A  bunyi → verbal

A  tulis   → lambang terhadap bunyi

Beberapa dasar tentang berbahasa :

Bebicara → bunyi

Mendengarkan → menyimak

Menulis → lambang

Membaca → memahami lambing

4.1  Defenisi Fonologi

Fonologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari tata bunyi/kaidah bunyi dan cara menghasilkannya.

Mengapa bunyi dipelajari?  Karena wujud bahasa yang paling primer adalah bunyi. Bunyi adalah Getaran

udara yang masuk ke telinga sehingga menimbulkan suara.

Bunyi bahasa adalah bunyi yang dibentuk oleh tiga faktor, yaitu pernafasan (sebagai sumber tenaga), alat

ucap (yang menimbulkan getaran), dan rongga pengubah getaran (pita suara). Fonologi dibedakan menjadi,

Page 25: Anjing Dan

fonetik dan fonemik. Didalam fonologi terdapat istilah fonem, fon, dan alofon. Fonem adalah satuan bunyi

terkecil yang masih abstrak atau yang tidak diartikulasikan. Fonem merupakan aspek bahasa pada

aspek langue (istilah de Sausure), misalnya /t/. /d/, /c/. Fon adalah realisasi dari fonem (parole), atau bunyi

yang diartikulasikan (diucapkan) misalnya {lari}. Alofon adalah perbedaan bunyi yang tidak menimbulkan 

perbedaan  makna, misalnya /i/ dan /I/ dalam /menangIs/.

Bunyi Vokal : bunyi yang tidak mengalami hambatan di daerah artikulator. Disebut  juga huruf hidup karena

dapat berdiri sendiri dan dapat menghidupkan konsonan. Terdiri dari : a, i, u, e, o. Diftong → au, ai, oi.

4.2   Klasifikasi vokal :

Berdasarkan bentuk bibir

· Vokal bulat → a, o, u

· Vokal lonjong → i, e

Berdasarkan tinggi rendah lidah

· Tinggi → i

· Tengah → e

· Bawah → a

Berdasarkan maju mundurnya lidah

· Depan → i, a

· Tengah → e

· Belakang → o

4.3 Bunyi Konsonan

Bunyi Konsonan adalah bunyi yang mengalami hambatan dalam pengucapan.

4.3.1.  Pembentukan konsonan

a)   Bilabial : pembentukan konsonan oleh 2 bibir. (b, p, m)

b)   Apikodental : pembentukan konsonan oleh ujung lidah dan gigi (t, d, h)

c)    Labiodental : pembentukan konsonan oleh gigi dan bibir (f, v)

d)   Palatal : lidah – langit-langit keras (c, j)

Page 26: Anjing Dan

e)   Velar : belakang lidah – langit-langit lembut (k,g)

f)     Hamzah (glottal stop) : posisi pita suara tertutup sama sekali.

g)   Laringal : pita suara terbuka lebar, udara keluar melalui geseran.

4.4 Macam-macam bunyi bahasa

a. Bunyi Segmental

Bunyi segmental ialah bunyi yang dihasilkan oleh pernafasan, alat ucap dan pita suara. Bunyi Segmental  ada

empat macam

1. Konsonan= bunyi yang terhambat oleh alat ucap

2. Vokal = bunyi yang tidak terhambat oleh alat ucap

3. Diftong= dua vokal yang dibaca satu bunyi, misalnya: /ai/ dalam sungai, /au/ dalam /kau/

4. Kluster= dua konsonan yang dibaca satu bunyi.

Contoh Kluster/Konsonan Rangkap

ng:  yang

ny:  nyonya

kh:  khusus, khas, khitmad,

pr:  produksi, prakarya, proses

kr:  kredit, kreatif, kritis, krisis

sy:  syarat, syah, syukur

str:  struktur, strata, strategi

spr:  sprai

tr  :  tradisi, tragedi, tragis, trauma, transportasi.

b. Bunyi Supra Segmental

Page 27: Anjing Dan

Dalam suatu runtutan bunyi yang sambung-bersambung terus-menerus diselangseling dengan jeda singkat

atau agak singkat, disertai dengan keras lembut bunyi, tinggi rendah bunyi, panjang pendek bunyi, ada bunyi

yang dapat disegmentasikan yang disebut bunyi segmental.

1 .   Tekanan atau Stres

Menyangkut masalah keras lunaknya bunyi.

2 .   Nada atau Pitch

Berkenaan dengan tinggi rendahnya bunyi.

3     Jeda atau Persendian

Berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus ujar.

Jeda antar kata, diberi tanda ( / )

Jeda antar frase, diberi tanda ( // )

Jeda antar kalimat, diberi tanda ( # )

Perhatikan contoh aplikasi bunyi berikut ini!

Doa

Karya Chairil Anwar

Tuhanku//

Dalam/ termangu//

Aku// masih/ menyebut/ namaMu///

Biar/ susah sungguh//

Mengingat Kau// penuh seluruh///

CayaMu// panas suci //

Tinggal// kerdip lilin// di kelam sunyi///

Tuhanku//

aku/ hilang bentuk//

Page 28: Anjing Dan

remuk///

Aku/ mengembara// di negeri asing//

Tuhanku//

di pintuMu// aku// mengetuk//

aku// tidak bisa// berpaling#

5. Kajian Morfologi

Jika fonologi mengidentifikasi satuan dasar bahasa sebagai bunyi, morfologi mengidentifikasi satuan dasar

bahasa sebagai satuan gramatikal. Bagian dari kompetensi linguistik seseorang termasuk pengetahuan

mengenai morfologi bahasa, yang meliputi kata, pengucapan kata tersebut, maknanya, dan bagaimana unsur-

unsur tersebut digabungkan (Fromkin & Rodman, 1998:96). Morfologi mempelajari struktur internal kata-kata.

Jika pada umumnya kata-kata dianggap sebagai unit terkecil dalam sintaksis, jelas bahwa dalam kebanyakan

bahasa, suatu kata dapat dihubungkan dengan kata lain melalui aturan. Misalnya, penutur bahasa Inggris

mengetahui kata dog, dogs, dan dog-catcher memiliki hubungan yang erat. Penutur bahasa Inggris

mengetahui hubungan ini dari pengetahuan mereka mengenai aturan pembentukan kata dalam bahasa

Inggris.

Aturan yang dipahami penutur mencerminkan pola-pola tertentu (atau keteraturan) mengenai bagaimana kata

dibentuk dari satuan yang lebih kecil dan bagaimana satuan-satuan tersebut digunakan dalam wicara. Jadi

dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah cabang linguistik yang mempelajari pola pembentukan kata dalam

bahasa, dan berusaha merumuskan aturan yang menjadi acuan pengetahuan penutur bahasa tersebut. Dalam

hubungannya dengan sintaksis, beberapa relasi gramatikal dapat diekspresikan baik secara infleksional

(morfologis) atau secara sintaksis (sebagai bagian dari struktur kalimat), misalnya pada kalimat He loves books

dan He is a lover of books. Apa yang di dalam suatu bahasa ditandai dengan afiks infleksional, dalam bahasa

lain ditandai dengan urutan kata dan dalam bahasa yang lain lagi dengan kata fungsi. Misalnya dalam bahasa

Inggris, kalimat Maxim defends Victor (Maxim mengalahkan Victor) memiliki makna yang berbeda dengan

kalimat Victor defends Maxim (Victor mengalahkan Maxim). Urutan kata sangat penting.  Demikian halnya jika

bahasa Inggris memiliki penanda have dan be, bahasa Indonesia menggunakan afiksasi untuk

mengungkapkan hal yang sama, misalnya: Dokter memeriksa saya. The doctor examinesme. Saya diperiksa

dokter. I was examined by the doctor. Selain itu, semua morfem memiliki struktur gramatikal yang dilekatkan

padanya. Terkadang, makna gramatikal hanya tampak jika morfem tersebut digabungkan dengan morfem lain

(seperti pada afiks yang dapat mengubah makna gramatikal). Morfem infleksional adalah morfem yang tidak

memiliki makna di luar makna gramatikal, seperti penanda jamak â€s†dalam bahasa Inggris. Tetapi morfem � �lain memiliki pengecualian, seperti pada kata hit – hit (present – past), atau sheep – sheep (tunggal –

Page 29: Anjing Dan

jamak). Tata bahasa tradisional tidak mengenal konsep maupun morfem. Sebab  morfem bukan merupakan

satuan dalam sintaksis dan tidak semua morfem punya makna secara filosofis. Morfem dikenalkan oleh kaum

strukturalis pada awal abad ke-20.

5.1   Identifikasi Morfem

Untuk menentukan bahwa sebuah satuan bentuk merupakan morfem atau bukan kita harus membandingkan

bentuk tersebut di dalam bentuk lain. Bila satuan bentuk tersebut dapat hadir secara berulang dan punya

makna sama, maka bentuk tersebut merupakan morfem. Dalam studi morfologi satuan bentuk yang

merupakan morfem diapit dengan kurung kurawal ({ }) kata kedua menjadi {ke} + {dua}.

5.2   Morf dan Alomorf

Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya. Sedangkan Alomorf nama untuk

bentuk bila sudah diketahui status morfemnya (bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama)

.

Melihat . me-

Membawa . mem-

Menyanyi . meny-

Menggoda . meng-

5.3   Klasifikasi Morfem

Klasifikasi morfem didasarkan pada kebebasannya, keutuhannya, maknanya dan sebagainya.

5.3.1    Morfem bebas dan Morfem terikat

Morfem Bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Sedangkan

yang dimaksud dengan morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak

dapat muncul dalam pertuturan. Berkenaan dengan morfem terikat ada beberapa hal yang perlu dikemukakan.

Pertama bentuk-bentuk seperti : juang, henti, gaul, dan , baur termasuk morfem terikat. Sebab meskipun bukan

afiks, tidak dapat muncul dalam petuturan tanpa terlebih dahulu mengalami proses morfologi. Bentuk lazim

tersebut disebut prakategorial. Kedua, bentuk seperti baca, tulis, dan tendang juga termasuk prakategorial

karena bentuk tersebut merupakan pangkal kata, sehingga baru muncul dalam petuturan sesudah mengalami

Page 30: Anjing Dan

proses morfologi. Ketiga bentuk seperti : tua (tua renta), kerontang (kering kerontang), hanya dapat muncul

dalam pasangan tertentu juga, termasuk morfem terikat. Keempat, bentuk seperti ke, daripada, dan kalau

secara morfologis termasuk morfem bebas. Tetapi secara sintaksis merupakan bentuk terikat. Kelima disebut

klitika. Klitka adalah bentuk singkat, biasanya satu silabel, secara fonologis tidak mendapat tekanan,

kemunculannya dalam pertuturan selalu melekat tetapi tidak dipisahkan .

5.3.2   Morfem Utuh dan Morfem Terbagi

Morfem utuh adalah morfem dasar, merupakan kesatuan utuh. Morfem terbagi adalah sebuah morfem yang

terdiri dari dua bagian terpisah. Catatan yang perlu diperhatikan dalam morfem terbagi.  Pertama, semua afiks

disebut konfiks termasuk morfem terbagi. Untuk menentukan konfiks atau bukan, harus diperhatikan makna

gramatikal yang disandang. Kedua, ada afiks yang disebut sufiks yakni yang disisipkan di tengah morfem

dasar.

5.3.3   Morfem Segmental dan Suprasegmental

Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem segmental. Morfem suprasegmental adalah

morfem yang dibentuk oleh unsur suprasegmental seperti tekanan, nada, durasi.

5.3.4   Morfem beralomorf zero

Morfem beralomorf zero adalah morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun

berupa prosodi melainkan kekosongan.

5.3.5   Morfem bermakna Leksikal dan Morfem tidak bermakna Leksikal

Morfem bermakna leksikal adalah morfem yang secara inheren memiliki makna pada dirinya sendiri tanpa

perlu berproses dengan morfem lain. Sedangkan morfem yang tidak bermakna leksikal adalah tidak

mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri.

5.3.6   Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal (stem), dan Akar(root)

Morfem dasar bisa diberi afiks tertentu dalam proses afiksasi bisa diulang dalam suatu reduplikasi, bisa

digabung dengan morfem lain dalam suatu proses komposisi. Pangkal digunakan untuk menyebut bentuk

dasar dari proses infleksi. Akar digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh.

6.   Kajian Sintaksis

Page 31: Anjing Dan

Morfosintaksis yaitu gabungan dari morfologi dan sintaksis. Morfologi membicarakan tentang struktur internal

kata. Sintaksis membicarakan tentang hubungan kata dengan kata lain.

6.1   Struktur Sintaksis

Struktur sintaksis ada tiga yaitu fungsi sintaksis, kategori sintaksis, dan peran  sintaksis. Dalam fungsi sintaksis

ada hal-hal penting yaitu subjek, predikat, dan objek. Dalam kategori sintaksis ada istilah nomina, verba,

adjektiva, dan numeralia. Dalam peran sintaksis ada istilah pelaku, penderita, dan penerima. Menurut Verhaar

(1978), fungsi-fungsi S, P, O, dan K merupakan kotak kosong yang diisi kategori dan peranan tertentu.

Contohnya: Kalimat aktif: Nenek melirik kakek tadi pagi.

S P O K

pelaku sasaran

Kalimat pasif: Kakek dilirik nenek tadi pagi.

S P O K

sasaran pelaku

Agar menjadi kalimat berterima, maka fungsi S dan P harus berurutan dan tidak  disisipi kata di antara

keduanya. Struktur sintaksis minimal mempunyai fungsi subjek dan predikat seperti pada verba intransitif yang

tidak membutuhkan objek.

Contohnya: Kakek makan.

Verba transitif selalu membutuhkan objek.

Contohnya: Nenek membersihkan kamarnya.

Menurut Djoko Kentjono(1982), hadir tidaknya fungsi sintaksis tergantung konteksnya.

Contohnya:      Kalimat seruan: Hebat!

Kalimat jawaban: Sudah!

Kalimat perintah: Baca!

Page 32: Anjing Dan

Fungsi-fungsi sintaksis harus diisi kategori-kategori yang sesuai. Fungsi subjek diisi kategori nomina, fungsi

predikat diisi kategori verba, fungsi objek diisi kategori nomina, dan fungsi keterangan diisi kategori adverbia.

Contohnya: Dia guru.(salah) Dia adalah guru.(benar)

S O S P O

Kata “adalah” pada kalimat tersebut merupakan verba kopula, seperti to be pada bahasa Inggris.

-          Berenang menyehatkan tubuh.

S P O

Kata “berenang” menjadi berkategori nomina karena yang dimaksud adalah pekerjaan berenangnya. Peran

dalam struktur sintaksis tergantung pada makna gramatikalnya. Kata yang bermakna pelaku dan penerima

tetap tidak berubah walaupun kata kerja yang aktif diganti menjadi pasif. Pelaku berarti objek yang melakukan

pekerjaan. Penerima berarti objek yang dikenai pekerjaan. Makna pelaku dan sasaran merupakan makna

gramatikal. Eksistensi struktur sintaksis terkecil ditopang oleh urutan kata, bentuk kata, dan intonasi.

Perbedaan urutan kata dapat menimbulkan perbedaan makna.

Contohnya: tiga jam – jam tiga.

Nenek melirik kakek. – Kakek melirik nenek.

Dalam kalimat aktif transitif mempunyai kendala gramatikal yaitu fungsi predikat dan objek tidak dapat diselipi

kata keterangan.

Contohnya: Nenek melirik tadi pagi kakek.(salah)

Intonasi merupakan penekanan. Perbedaan intonasi juga menimbulkan perbedaan makna. Intonasi ada tiga

macam yaitu intonasi deklaratif untuk kalimat bermodus deklaratif atau berita dengan tanda titik, intonasi

interogatif dengan tanda tanya, dan intonasi interjektif dengan tanda seru. Intonasi juga dapat berupa nada

naik atau tekanan.

Contohnya:      Kucing / makan tikus mati.

Kucing makan tikus / mati.

Page 33: Anjing Dan

Kalimat tersebut sudah berbeda makna karena tafsiran gramatikal yang berbeda yang disebut ambigu atau

taksa. Konektor bertugas menghubungkan konstituen satu dengan yang lain. dilihat dari sifatnya, ada dua

macam konektor. Konektor koordinatif menghubungkan dua konstituen sederajat. Konjungsinya seperti dan,

atau, dan tetapi. Contohnya: Nenek dan kakek pergi ke sawah. Konektor subordinatif menghubungkan dua

konstituen yang tidak sederajat. Konjungsinya seperti kalau, meskipun, dan karena. Contohnya: Kalau

diundang, saya tentu akan datang.

7. Kajian Semantik

Status tataran semantik dengan tataran fonologi, morfologi dan sintaksis adalah tidak sama. Semantik dengan

objeknya yakni makna, berada di seluruh tataran, yaitu berada di tataran fonologi, morfologi dan sintaksis.

Makna yang menjadi objek semantik sangat tidak jelas, tak dapat diamati secara empiris, sehingga semantik

diabaikan. Tetapi, pada tahun 1965, Chomsky menyatakan bahwa semantik merupakan salah satu komponen

dari tata bahasa dan makna kalimat sangat ditentukan oleh semantik ini.

7.1  Hakikat Makna

Menurut de Saussure, setiap tanda linguistik atau tanda bahasa terdiri dari 2 komponen, yaitu komponen

signifian (yang mengartikan) yang berwujud runtunan bunyi, dan komponen signifie (yang diartikan) yang

berwujud pengertian atau konsep (yang dimiliki signifian). Menurut teori yang dikembangkan Ferdinand de

Saussure, makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda linguistik. Jika

tanda linguistik tersebut disamakan identitasnya dengan kata atau leksem, berarti makna adalah pengertian

atau konsep yang dimiliki oleh setiap kata atau leksem. Jika disamakan dengan morfem, maka makna adalah

pengertian atau konsep yang dimiliki oleh setiap morfem, baik morfem dasar maupun morfem afiks.

Di dalam penggunaannya dalam pertuturan yang nyata, makna kata atau leksem itu seringkali terlepas dari

pengertian atau konsep dasarnya dan juga acuannya. Banyak pakar menyatakan bahwa kita baru dapat

menentukan makna sebuah kata apabila kata itu sudah berada dalam konteks kalimatnya. Pakar itu juga

mengatakan bahwa makna kalimat baru dapat ditentukan apabila kalimat itu berada di dalam konteks

wacananya atau konteks situasinya. Bahasa bersifat arbiter, sehingga hubungan antara kata dan maknanya

juga bersifat arbiter.

7.2  Jenis Makna

a.  Makna Leksikal, Gramatikal dan Kontekstual

Page 34: Anjing Dan

Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun. Dapat juga

dikatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, sesuai dengan hasil observasi indera kita

atau makna apa adanya. Makna gramatikal adalah makna yang ada jika terjadi proses gramatikal seperti

afiksasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi. Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata

yang berada di dalam satu konteks. Makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya, yakni tempat,

waktu dan lingkungan penggunaan bahasa itu.

b.  Makna Referensial dan Non-referensial

Sebuah kata atau leksem dikatakan bermakna referensial jika ada referensnya atau acuannya. Ada sejumlah

kata yang disebut kata diektik, yang acuannya tidak menetap pada satu wujud. Misalnya : kata-kata pronominal

seperti, dia, saya dan kamu.

c.   Makna Denotatif dan Makna Konotatif

Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem.

Makna denotatif sebenarnya sama dengan makna leksikal. Makna konotatif adalah makna lain yang

ditambahkan pada makna denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang yang menggunakan kata

tersebut. Konotasi sebuah kata bisa berbeda antara seseorang dengan orang lain.

d.   Makna Konseptual dan Makna Asosiatif

Leech (1976) membagi makna menjadi menjadi makna konseptual dan makna asosiatif. Makna konseptual

adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Makna konseptual

sebenarnya sama dengan makna leksikal, deotatif dan makna referensial. Makna asosiatif adalah makna yang

dimiliki sebuah leksem atau kata bahasa. Makna asosiasi sama dengan perlambangan yang digunakan oleh

suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan konsep lain, yang mempunyai kemiripan sifat, keadaaan atau ciri-

ciri yang ada pada leksem tersebut. Makna konotatif termasuk dalam makna asosiatif, karena kata-kata

tersebut berasosiasi dengan nilai rasa terhadap kata itu. Makna stilistika berkenaan dengan perbedaan

penggunaan kata sehubungan dengan perbedaan sosial atau bidang kegiatan. Makna afektif berkenaan

dengan perasaan pembicara terhadap lawan bicara atau terhadap objek yang dibicarakan. Makna kolokatif

berkenaan dengan ciri-ciri makna tertentu yang dimiliki sebuah kata dengan kata-kata yang bersinonim.

e.   Makna Kata dan Makna Istilah

Pada awalnya, makna yang dimiliki oleh sebuah kata adalah makna leksikal, denotatif atau makna konseptual.

Namun, dalam penggunaannya makna kata itu baru menjadi jelas jika kata itu sudah berada di dalam konteks

Page 35: Anjing Dan

kalimatnya atau konteks situasinya. Istilah mempunyai makna yang pasti, jelas, tidak meragukan, meskipun

tanpa konteks kalimat. Oleh karena itu, istilah sering dikatakan bebas konteks, sedangkan kata tidak bebas

konteks.

f.   Makna Idiom dan Peribahasa

Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna unsur-unsurnya, baik secara

leksikal maupun secara gramatikal. Idiom terbagi atas idiom penuh dan idiom sebagian. Idiom penuh adalah

idiom yang semua unsurnya telah melebur menjadi satu kesatuan. Sedangkan idiom sebagian adalah idiom

yang salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikal sendiri. Peribahasa memilliki makna yang masih

dapat ditelusuri dari makna unsurnya karena adanya “asosiasi” antara makna asli dengan maknanya sebagai

peribahasa.

7.3   Relasi Makna

Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan yang lain.

a. Sinonim

Yaitu hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan

satuan ujaran lainnya. Dua buah ujaran yang bersinonim maknanya tidak akan sama persis. Ketidaksamaan itu

terjadi karena faktor :

1. Faktor waktu

2. Faktor tempat atau wilayah

3. Faktor keformalan

4. Faktor sosial

5. Faktor bidang kegiatan

6. Faktor nuansa makna

b. Antonim

Page 36: Anjing Dan

Yaitu hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan,

pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang lain.

c. Polisemi

Yaitu kata yang mempunyai makna lebih dari satu. Dalam kasus polisemi, biasanya makna pertama adalah

makna sebenarnya, yang lain adalah maknamakna yang dikembangkan berdasarkan salah satu komponen

makna yang dimiliki kata atau satuan ujaran itu. Oleh karena itu, makna-makna pada sebuah kata atau satuan

ujaran yang polisemi ini masih berkaitan satu dengan yang lain.

d. Homonim

Yaitu dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya “kebetulan” sama dan maknanya berbeda, karena

masing-masing merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan. Pada kasus homonim ada dua istilah lain

yang biasa dibicarakan, yaitu homofon dan homograf. Homofon adalah adanya kesamaan bunyi antara dua

satuan ujaran, tanpa memperhatikan ejaannya. Homograf adalah bentuk ujaran yang ortografinya dan

ejaannya sama, tetapi ucapan dan maknanya berbeda. Perbedaan antara homonim dengan polisemi adalah

bahwa homonim yaitu dua buah bentuk ujaran atau lebih yang “kebetulan” bentuknya sama, dan maknanya

berbeda, sedangkan polisemi yaitu sebuah bentuk ujaran yang memiliki makna lebih dari satu. Dengan

demikian jelas bahwa antara keduanya tidak punya hubungan sama sekali.

e. Hiponimi

Yaitu hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup dalam makna bentuk ujaran

yang lain. Relasi hiponimi bersifat searah.

f. Ambiguitas atau Ketaksaan

Yaitu gejala dapat terjadinya kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal yang berbeda. Ketaksaan terjadi

dalam bahasa tulis akibat perbedaan gramatikal karena ketiadaan unsur lisan, karena ketidakcermatan dalam

menyusun konstruksi beranaforis. Perbedaan homonim dengan ambiguiti adalah bahwa homonim yaitu dua

buah bentuk atau lebih yang kebetulan bentuknya sama, sedangkan ambiguitas adalah sebuah bentuk dengan

dua tafsiran makna atau lebih. Perbedaan polisemi dengan ambiguitas adalah bahwa polisemi biasanya hanya

pada tataran kata, dan makna-makna yang dimilikinya yang lebih dari satu itu, sedangkan ambiguiti adalah

satu bentuk ujaran yang mempunyai makna lebih dari satu sebagai akibat perbedaan tafsiran gramatikal.

g. Redudansi

Page 37: Anjing Dan

Yaitu kata yang berlebih-lebihan yang menggunakan unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran.

7.4  Perubahan Makna

Secara sinkronis makna sebuah kata atau leksem tidak akan berubah, tetapi secara diakronis ada

kemungkinan dapat berubah. Dalam masa yang relative singkat, makna sebuah kata tidak akan berubah,

tetapi dalam waktu yang relative lama ada kemungkinan makna tersebut akan berubah. Ini tidak berlaku untuk

semua kosakata, tetapi hanya terjadi pada sebuah kata saja, yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara

lain :

1. Perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi

2. Perkembangan sosial budaya

3. Perkembangan pemakaian kata

4. Pertukaran tanggapan indera (sinestesia)

5. Adanya asosiasi

Asosiasi dapat berupa hubungan wadah dengan isinya, dan juga berupa hubungan waktu dengan kejadian.

Perubahan makna ada beberapa macam. Ada perubahan meluas, menyempit dan berubah total. Perubahan

yang meluas yaitu jika tadinya sebuah kata bermakna A, maka kemudian menjadi bermakna B. Perubahan

yang menyempit yaitu jika tadinya sebuah kata memiliki makna yang sangat umum, tetapi kini maknanya

menjadi khusus atau sangat khusus. Perubahan makna total yaitu makna yang dimiliki sekarang sudah jauh

berbeda dengan makna aslinya. Dalam pembicaraan tentang perubahan makna, dikenal usaha untuk

menghaluskan dan mengkasarkan ungkapan. Usaha untuk menghaluskan ini dikenal dengan nama eufemia

atau eufemisme. Sedangkan usaha untuk mengkasarkan dikenal dengan nama disfemia, usaha ini sengaja

dilakukan untuk mencapai efek pembicaraan menjadi tegas.

Penutup

Dewasa ini, perkembangan linguistik sangat pesat. Aspek lain yang berkaitan dengan bidang-bidang kajian

bahasa juga berkembang. Kajian tentang bahasa tidak hanya meliputi satu aspek saja, tetapi telah meluas ke

bidang atau aspek-aspek di luar bahasa yang berkaitan dengan penggunaan bahasa dan kehidupan manusia.

Teori linguistik merupakan cabang linguistik yang memusatkan perhatian pada teori umum dan metode-metode

umum dalam penelitian bahasa. Cabang linguistik bisa terbagi atas fonologi, morfologi, sintaksis, dan

Page 38: Anjing Dan

Semantik. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kajian tentang linguistik lanjut sangat luas dan

menarik untuk diperbincangkan di kesempatan berikutnya.

Daftar Pustaka

Alwasilah, A.Chaedar. 1993. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa Bandung

Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Arifin, Zaenal dan Junaiyah. 2007. Morfologi: Bentuk, Makna, dan Fungsi. Jakarta: Grasindo

Chaer, Abdul. 1994. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Cahyono, Bambang Yudi. 1994. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press

De Saussure, Ferdinand. 1973/1988. Pengantar Linguistik Umum. Terjemahan Cours de Linguistique

Generale oleh Rahayu S. Hidayat. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Finoza, Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia

I.G.N. Oka dan Suparno. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Dirjendikti Depdikbud

Keraf, Gorys. 1993. Komposisi. Flores: Nusa Indah

Kushartanti, Untung Yuwono dan Multamia RMT Lauder. 2005. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami

Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Matthews, Peter. 1997. The Concise Oxford Dictionary of Linguistics. Oxford: Oxford University Press

Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia.

Jakarta: Bumi Aksara

Oka, I.G.N dan Suparno. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdikbud

Ramlan, M. 1996. Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono

Verharr, J.W.M. 2008. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Page 39: Anjing Dan

MORFOLOGI

A. Pengertian Morfologi

Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasasebagai

satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan

bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi

mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik

maupun fungsisemantik. (http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).

Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang

digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara

morphed an logos ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan

makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.

Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan

bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk

kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek

pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.

Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata)

serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.

B. Morfem

1. Pengertian Morfem

Morfem adalah suatu bentuk bahasa yang tidak mengandung bagian-bagian yang mirip dengan bentuk lain,

baik bunyi maupun maknanya. (Bloomfield, 1974: 6).

Morfem adalah unsur-unsur terkecil yang memiliki makna dalam tutur suatu bahasa (Hookett dalam

Sutawijaya, dkk.). Kalau dihubungkan dengan konsep satuan gramatik, maka unsur yang dimaksud oleh

Hockett itu, tergolong  ke dalam satuan gramatik yang paling kecil.

Page 40: Anjing Dan

Morfem, dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu

bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua

morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan

perubahan arti pada kata duga. (http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).

Berdasarkan konsep-konsep di atas di atas dapat dikatakan bahwa morfem adalah satuan gramatik yang

terkecil yang mempunyai makna, baik makna leksikal maupun makna gramatikal.

Kata memperbesar misalnya, dapat kita potong sebagai berikut

mem-perbesar

per-besar

Jika besar dipotong lagi, maka be- dan –sar masing-masing tidak mempunyai makna. Bentuk seperti mem-,

per-, dan besar disebut morfem. Morfem yang dapat berdiri sendiri, seperti besar, dinamakan

morfem bebas, sedangkan yang melekat pada bentuk lain, seperti mem- dan per-, dinamakan morfem terikat.

Contoh memperbesar di atas adalah satu kata yang terdiri atas tiga morfem, yakni dua morfem

terikat  mem- dan per- serta satu morfem bebas, besar.

2. Morf dan Alomorf

Morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk untuk sebuah bentuk yang sama. Morf adalah nama untuk

sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya (misal: {i} pada kenai); sedangkan alomorf adalah nama untuk

bentuk tersebut kalau sudah diketahui statusnya (misal [b¶r], [b¶], [b¶l] adalah alomorf dari morfem ber-.  Atau

bias dikatakan bahwa anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi yang mempunyai fungsi dan

makna yang sama dinamakan alomorf. Dengan kata lain alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam

penuturan) dari sebuah morfem. Jadi setiap morfem tentu mempunyai almorf, entah satu, dua, atau enam

buah. Contohnya,  morfem meN- (dibaca: me nasal): me-, mem- men-, meny-, meng-, dan menge-. Secara

fonologis, bentuk me- berdistribusi, antara lain, pada bentuk dasar yang fonem awalnya  konsonan /I/ dan /r/;

bentuk mem- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /b/ dan juga /p/; bentuk men-

berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /d/ dan juga /t/; bentuk meny- berdistribusi pada bentuk

dasar yang fonem awalnya /s/; bentuk meng- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya, antara lain

konsonan /g/ dan /k/; dan bentuk menge- berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku, contohnya {menge}+

{cat}= mengecat. Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama tersebut  disebut alomorf.

3.  Prinsip-prinsip Pengenalan Morfem

Page 41: Anjing Dan

Untuk mengenal morfem secara jeli dalam bahasa Indonesia, diperlukan petunjuk sebagai pegangan. Ada

enam prinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan morfem (Lihat Ramlan, 1980), yakni

sebagai berikut:

3.1  Prinsip pertama

Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis dan arti atau makna yang sama merupakan satu morfem.

membaca                                        kemanusiaan

Contoh:

baca                                                   ke-an

pembaca                                          kecepatan

bacaan                                              kedutaan

membacakan                                 kedengaran

_

Karena struktur fonologis dan              Satuan tersebut walaupun

maknanya sama, maka satuan               struktur fonologisnya sama,

tersebut merupakan morfem                 bukan merupak morfem

yang sama.                                                     yang sama karena makna gramatikalnya berbeda.

3.2  Prinsip Kedua

Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonolis yang berbeda, merupakan satu morfem apabila bentuk-bentuk

itu mempunyai arti atau makna yang sama, dan perbedaan struktur fonologisnya dapat dijelaskan secara

fonologis. Perubahan setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.

Page 42: Anjing Dan

Contoh:

mem –             :  membawa

meN-

men  -              :  menulis

meny  -            :   menyisir

meng  -            :   menggambar

me-                   :   melempar

Perubahan setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.

3.3  Prinsip Ketiga

Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur ontologis yang berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat

dijelaskan secara fonologis, masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila mempunyai makna yang

sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer. Perhatikan contoh berikut:

ber-       :  berkarya, bertani, bercabang

bel-        :  belajar, belunjur

be-         :  bekerja, berteriak, beserta

Kedudukan afiks ber- yang tidak dapat bertukar tempat itulah yang disebut distribusi komplementer.

3.4  Prinsip Keempat

Apabila dalam deretan struktur, suatu bentuk berpararel dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu

merupakan morfem, ialah yang disebut morfem zero.

Misalnya:

1. Rina membeli sepatu

2. Rina menulis surat

Page 43: Anjing Dan

3. Rina membaca novel

4. Rina menggulai ikan

5. Rina makan pecal

6. Rina minum susu

Semua kalimat itu berstruktur SPO. Predikatnya tergolong ke dalam verba aktif transitif. Lau pada kalimat a, b.

c, dan d, verba aktif transitif tersebut ditandai oleh meN-, sedangkan pada kalimat e dan f verba aktif transitif itu

ditandai kekosongan (meN- tidak ada), kekosongan itu merupakan morfem, yang disebut morfem zero.

3.5  Prinsip Kelima

Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang sama mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula

merupakan morfem yang berbeda. Apabila bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang sama itu berbeda

maknanya, maka tentu saja merupakan fonem yang berbeda.

Contoh:

1. a.   Jubiar membeli buku

b.  Buku itu sangat mahal

1. a.   Juniar membaca buku

b.   Juniar makan buku tebu

Satuan buku pada kalimat 1. a dan 1. b merupakan morfem yang sama karena maknanya sama. Satuan buku

pada kalimat kalimat 2. a dan 2. b bukanlah morfem yang sama karena maknanya berbeda.

3.6 Prinsip Keenam

Setiap bentuk yang tidak dapat dipisahkan merupakan morfem. Ini berarti bahwa setiap satuan gramatik yang

tidak dapat dipisahkan lagi atas satuan-satuan gramatik yang lebih kecil, adalah morfem. Misalnya, satuan ber-

dan lari pada berlari, ter- dan tinggi padatertinggi tidak dapat dipisahkan lagiatas satuan-satuan yang lebih

kecil. oleh karena itu,ber-, lari, ter, dan tinggi adalah morfem.

4.   Klasifikasi Morfem

4.1  Morfem Bebas dan Morfem Terikat

Page 44: Anjing Dan

Morfem ada yang bersifat bebas dan ada yang bersifat terikat. Dikatakan morfem bebas karena ia dapat berdiri

sendiri, dan dikatakan terikat jika ia tidak dapat berdiri sendiri.

Misalnya:

1. Morfem bebas – “saya”, “buku”, dsb.

2. Morfem terikat – “ber-“, “kan-“, “me-“, “juang”, “henti”, “gaul”, dsb.

4.2 Morfem Segmental dan Morfem Supra Segmental

Morfem segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem atau susunan fonem segmental. Sebagai contoh,

morfem {rumah}, dapat dianalisis ke dalam segmen-segmen yang berupa fonem [r,u,m,a,h]. Fonem-fonem itu

tergolong ke dalam fonem segmental. oleh karena itu, morfem {rumah} tergolong ke dalam jenis morfem

segmental.

Morfem supra segmental adalah morfem  yang terjadi dari fonem suprasegmental. Misal, jeda dalam bahasa

Indonesia. Contoh:

1. bapak wartawan               bapak//wartawan

2. ibu guru                               ibu//guru

4.3  Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tak Bermakna Leksikal

Morfem yang bermakna leksikal merupakan satuan dasar bagi terbentuknya kata. morfem yang bermakna

leksikal itu merupakan leksem, yakni bahan dasar yzng setelah mengalami pengolahan gramatikal menjadi

kata ke dalam subsistem gramatika. Contoh: morfem {sekolah}. berarti ‘tempat belajar’.

Morfem yang tak bermakna leksikal dapat berupa morfem imbuhan, seperti {ber-}, {ter-}, dan {se-}. morfem-

morfem tersebut baru bermakna jika berada dalam pemakaian. Contoh: {bersepatu} berarti ‘memakai sepatu’.

4.4  Morfem Utuh dan Morfem Terbelah

Morfem utuh merupakan morfem-morfem yang unsur-unsurnya bersambungan secara langsung. Contoh:

{makan}, {tidur}, dan {pergi}.

Morfem terbelah morfem-morfem yang tidak tergantung menjadi satu keutuhan. morfem-morfem itu terbelah

oleh morfem yang lain. Contoh: {kehabisan} dan {berlarian} terdapat imbuhan ke-an atau {ke….an} dan

imbuhan ber-an atau {ber….an}. contoh lain adalah morfem{gerigi} dan {gemetar}. Masing-masing morfem

Page 45: Anjing Dan

memilki morf /g..igi/ dan /g..etar/. Jadi, ciri terbelahnya terletak pada morfnya, tidak terletak pada morfemnya itu

sendiri. morfem itu direalisasikan menjadi morf terbelah jika mendapatkan sisipan, yakni morfem sisipan {-er-}

pada morfem {gigi} dan sisipan {-em-} pada morfem {getar}.

4.5  Morfem Monofonemis  dan Morfem Polifonemis

Morfem monofonemis merupakan morfem yang terdiri dari satu fonem. Dalam bahasa Indonesia pada dapat

dilihat pada morfem {-i} kata datangi atau morfem{a} dalam bahasa Inggris pada seperti pada kata asystematic.

Morfem polifonemis merupakan morfem yang terdiri dari dua, tiga, dan empat fonem. Contoh, dalam bahasa

Inggris morfem {un-} berarti ‘tidak’ dan dalam bahasa Indonesia morfem {se-} berarti ‘satu, sama’.

4.6  Morfem Aditif, Morfem Replasif, dan Morfem Substraktif

Morfem aditif adalah morfem yang ditambah atau ditambahkan. kata-kata yang mengalami afiksasi, seperti

yang terdapat pada contoh-contoh berikut merupakan kata-kata yang terbentuk dari morfem aditif itu.

1. mengaji       2.  childhood

berbaju            houses

Morfem replasif merupakan morfem yang bersifat penggantian. dalam bahasa Inggris, misalnya, terdapat

morfem penggantian yang menandai jamak. Contoh: {fut} à {fi:t}.

Morfem substraktif adalah morfem yang alomorfnya terbentuk dari hasil pengurangan terhadap unsur (fonem)

yang terdapat morf yang lain. Biasanya terdapat dalam bahasa Perancis.

C. Proses Morfologis

Proses morfologis dapat dikatakan sebagai proses pembentukan kata dengan menghubungkan morfem yang

satu dengan morfem  yang lain yang merupakan bentuk dasar (Cahyono, 1995: 145). Dalam proses morfologis

ini terdapat tiga proses yaitu: pengafiksan, pengulangan atau reduplikasi, dan pemajemukan atau

penggabungan.

1. Pengafiksan

Page 46: Anjing Dan

Bentuk (atau morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata disebut afiks atau imbuhan (Alwi dkk., 2003:

31). Pengertian lain proses pembubuhan imbuhan pada suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal

maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata (Cahyono, 1995:145). Contoh:

1. Berbaju

2. Menemukan

3. Ditemukan

4. Jawaban.

Bila dilihat pada contoh, berdasarkan letak morfem terikat dengan morfem bebas pembubuhan dapat dibagi

menjadi empat, yaitu pembubuhan depan (prefiks), pembubuhan tengah (infiks), pembubuhan akhir (sufiks),

dan pembubuhan terbelah (konfiks).

2. Reduplikasi

Reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik disertai variasi

fonem maupun tidak (Cahyono, 1995:145).

Contoh: berbulan-bulan, satu-satu, seseorang, compang-camping, sayur-mayur.

3. Penggabungan atau Pemajemukan

Proses pembentukan kata dari dua morfem bermakna leksikal (Oka dan Suparno, 1994:181).

Contoh:

1. Sapu tangan

2. Rumah sakit

4. Perubahan Intern

Perubahan intern adalah perubahan bentuk morfem yang terdapat dalam morfem itu  sendiri.

Contoh: dalam bahasa Inggris

Singular pluralFoot Feet

Page 47: Anjing Dan

Mouse mice

5. Suplisi

Suplisi adalah proses morfologis yang menyebabkan adanya bentuk sama sekali baru.

Contoh: dalam bahasa Inggris

Go              went

sing             sang

6. Modifikasi kosong

Modifikasi kosong ialah proses morfologis yang tidak menimbulkan perubahan pada bentuknya tetapi

konsepnya saja yang berubah.

Contoh: read- read-read

D. Proses Morfofonemik

Proses perubahan fonem sebuah morfem yang digunakan untuk mempermudah ucapan.

Contoh:

Perubahan prefiks meng-

-       meng  + asah = mengasah

-       meng + lihat = melihat

-       menga + datangkan = mendatangkan

-       meng + terjemah = menerjemahkan

-       meng + patuhi = mematuhi

Page 48: Anjing Dan

E. Proses morfemis menurut Verhaar

1. Afiksasi adalah pengimbuhan afiks

2. Prefix adalah imbuhan di sebelah kiri bentuk dasar.

Contoh:  mengajar

1. Sufiks adalah imbuhan di sebelah kanan bentuk dasar

Contoh: ajarkan

1. Infiks adalah imbuhan yang disisipkan dalam kata dasar

Contoh: gerigi

1. Konfiks adalah imbuhan dan akhiran pada sebuah bentuk dasar

Contoh: perceraian

1. Fleksi adalah afiksasai yang terdiri atas golongan kata yang sama

Contoh: mengajar – diajar

3.  Derifasi adalah afiksasi yang terdiri atas golongan kata yang tidak sama

Contoh: mengajar – pengajar

1. Klitika adalah morfem pendek yang tidak dapat diberi aksen atau tekanan melekat pada kata atau frasa

lain dan meiliki arti yang tidak mudah untuk dideskripsikan secara leksikal, serta tidak melekat pada kelas

kata tertentu.

Contoh: -pun, -lah

sekalipun

apalah

F. Kata

Page 49: Anjing Dan

1. Hakikat Kata

Para linguis yang sehari-hari bergelut dengan kata ini, hingga dewasa ini, kiranya tidak pernah mempunyai

kesamaan pendapat mengenai konsep apa yang di sebut dengan kata itu. Satu masalah lagi mengenai kata ini

adalah mengenai kata sebagai satuan gramatikal. Menurut verhaar (1978) bentuk-bentuk kata bahasa

Indonesia, misalnya: mengajar, di ajar, kauajar, terjar, dan ajarlah bukanlah lima buah kata yang berbeda,

melainkan varian dari sebuah kata yang sama. Tetapi bentuk-bentuk, mengajar, pengajar, pengajaran, dan

ajarlah adalah lima kata yang berlainan.

Kata adalah satuan terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Kata-kata yang

terbentuk dari gabungan huruf  atau morfem baru kita akui sebagai kata bila bentuk itu sudah mempunyai

makna. (Lahmudin Finoza).

Kata ialah morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat

diujarkan sebagai bentuk yang bebas. (Kridalaksana). Perhatikan kata-kata di bawah ini.

1. Mobil

2. Rumah

3. Sepeda

4. Ambil

5. Dingin

6. Kuliah.

Keenam kata yang kita ambil secara acak itu kita akui sebagai kata karena setiap kata mempunyai makna. Kita

pasti akan meragukan, bahkan memastikan bahwa adepes, libma, ninggib, haklab bukan kata dari bahasa

Indonesia karena tidak mempunyai makna.

Dari segi bentuknya kata dapat dibedakan atas dua macam, yaitu (1) kata yang bermofem tunggal, dan

(2) kata yang bermorfem banyak. Kata yang bermorfem tunggal disebut juga kata dasar atau kata yang tidak

berimbuhan. Kata dasar pada umumnya berpotensi untuk dikembangkan menjadi kata turunan atau kata

berimbuhan. Perhatikan perubahan kata dasar menjadi kata turunan dalam tabel di bawah ini.

2. Pembentukan Kata

Pembentukan kata ini mempunyai dua sifat, yaitu membentuk kata-kata yang inflektif, dan kedua yang bersifat

derivatif. Apa yang dimaksud dengan inflektif dan derivatif akan dibicarakan berikut ini.

Page 50: Anjing Dan

1).  Inflektif

Kata-kata dalam bahasa-bahasa berfleksi, seprti bahasa arab, bahasa latin, bahasa sansekerta, untuk dapat

digunakan di dalam kalimat harus disesuaikan dulu bentuknya dengan kategori-kategori gramatikal yang

berlaku dalam bahasa itu.

2).  Derifatif

Pembentukan kata secara derivatif adalah membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama

dengan kata dasarnya, contoh dalam bahasa indonesia dapat diberikan, misalnya, dari kata air yang berkelas

nomina dibentuk menjadi mengairi yang berkelas verba: dari kata makan yang berkelas verba dibentuk

kata makanan yang berkelas nomina.

Tabel 1

Perubahan Kata Dasar Menjadi Kata Turunan

yang Mengandung Berbagai Arti

Kata Dasar Pelaku Proses Hal/Tempat Perbuatan HasilAsuh

baca

bangun

buat

cetak

edar

potong

sapu

tulis

ukir

pengasuh

pembaca

pembangun

pembuat

pencetak

pengedar

pemotong

penyapu

penulis

pengukir

pengasuhan

pembacaan

pembangunan

pembuatan

pencetakan

pengedaran

pemotongan

penyapuan

penulisan

pengukiran

perbuatan

percetakan

peredaran

perpotongan

persapuan

mengasuh

membaca

membangun

membuat

mencetak

mengedar

memotong

menyapu

menulis

mengukir

asuhan

bacaan

bangunan

buatan

cetakan

edaran

potongan

sapuan

tulisan

ukiran.

Page 51: Anjing Dan

Dalam tabel 1 itu terlihat perubahan kata dasar menjadi kata turunan selain mengubah bentuk, juga mengubah

makna. Selanjutnya, perubahan makna mengakibatkan perubahan jenis atau kelas kata.

Daftar Pustaka

Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Finoza, Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia

I.G.N. Oka dan Suparno. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Dirjendikti Depdikbud

Keraf, Gorys. 1993. Komposisi. Flores: Nusa Indah

Verharr, J.W.M. 2008. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik

MORFOLOGI

A.Pengertian Morfologi

Morfologi adalah cabanglinguistikyang mengidentifikasi satuan-satuan dasarbahasasebagai satuangramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsisemantik. (http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).

Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphed an logos ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.

Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.

Page 52: Anjing Dan

Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.

B.Morfem

1.Pengertian Morfem

Morfem adalah suatu bentuk bahasa yang tidak mengandung bagian-bagian yang mirip dengan bentuk lain, baik bunyi maupun maknanya. (Bloomfield, 1974: 6).

Morfem adalah unsur-unsur terkecil yang memiliki makna dalam tutur suatu bahasa (Hookett dalam Sutawijaya, dkk.). Kalau dihubungkan dengan konsep satuan gramatik, maka unsur yang dimaksud oleh Hockett itu, tergolong  ke dalam satuan gramatik yang paling kecil.

Morfem, dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Katadugamerupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kataduga. (http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).

Berdasarkan konsep-konsep di atas di atas dapat dikatakan bahwa morfem adalah satuan gramatik yang terkecil yang mempunyai makna, baik makna leksikal maupun makna gramatikal.

Katamemperbesarmisalnya, dapat kita potong sebagai berikut

mem-perbesar

per-besar

Jika besar dipotong lagi, makabe-dan–sarmasing-masing tidak mempunyai makna. Bentuk sepertimem-, per-,danbesardisebut morfem.Morfem yang dapat berdiri sendiri, sepertibesar, dinamakan morfembebas,sedangkan yang melekat pada bentuk lain, sepertimem-danper-, dinamakan morfemterikat. Contohmemperbesardi atas adalah satu kata yang terdiri atas tiga morfem, yakni dua morfem terikat mem-danper-serta satu morfem bebas,besar.

2.Morf dan Alomorf

Morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk untuk sebuah bentuk yang sama. Morf adalah nama untuk sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya (misal: {i} padakenai); sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui statusnya (misal [br], [b], [bl] adalah alomorf dari morfem ber-.Atau bias dikatakan bahwa anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi yang mempunyai fungsi dan makna yang sama dinamakan alomorf. Dengan kata lain alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam penuturan) dari sebuah morfem.

Page 53: Anjing Dan

Jadi setiap morfem tentu mempunyai almorf, entah satu, dua, atau enam buah. Contohnya,  morfem meN- (dibaca: me nasal): me-, mem- men-, meny-, meng-, dan menge-. Secara fonologis, bentuk me- berdistribusi, antara lain, pada bentuk dasar yang fonem awalnya  konsonan /I/ dan /r/; bentuk mem- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /b/ dan juga /p/; bentuk men- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /d/ dan juga /t/; bentuk meny- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /s/; bentuk meng- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya, antara lain konsonan /g/ dan /k/; dan bentuk menge- berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku, contohnya {menge}+{cat}= mengecat. Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama tersebut  disebut alomorf.

3.  Prinsip-prinsip Pengenalan Morfem

Untuk mengenal morfem secara jeli dalam bahasa Indonesia, diperlukan petunjuk sebagai pegangan. Ada enam prinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan morfem (Lihat Ramlan, 1980), yakni sebagai berikut:

3.1  Prinsip pertama

Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis dan arti atau makna yang sama merupakan satu morfem.

membaca                                                         kemanusiaan

Contoh:                                baca                        pembaca                            ke-an                 

kecepatan

bacaan                                                              kedutaan

membacakan                                                 kedengaran

Karena struktur

fonologis dan              

Satuan tersebut

walaupun

maknanya sama, maka satuan             struktur fonologisnya sama,

tersebut merupakan morfem              bukan merupak morfem

yang sama.                                                   yang sama karena makna

gramatikalnya berbeda.

Page 54: Anjing Dan

3.2  Prinsip Kedua

Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonolis yang berbeda, merupakan satu morfem apabila bentuk-bentuk itu mempunyai arti atau makna yang sama, dan perbedaan struktur fonologisnya dapat dijelaskan secara fonologis. Perubahan setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.

mem –             :  membawa

Contoh:                       meN-                men  -             :  menulis

meny  -                                :   menyisir

meng  -                :   menggambar

me-                       :   melempar

Perubahan setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.

3.3  Prinsip Ketiga

Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur ontologis yang berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologis, masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila mempunyai makna yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer. Perhatikan contoh berikut:

ber-       :  berkarya, bertani, bercabang

bel-        :  belajar, belunjur

be-         :  bekerja, berteriak, beserta

Kedudukan afiks ber- yang tidak dapat bertukar tempat itulah yang disebut distribusi komplementer.

3.4  Prinsip Keempat

Apabila dalam deretan struktur, suatu bentuk berpararel dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu merupakan morfem, ialah yang disebut morfem zero.

Misalnya:

a.Rina membeli sepatu

Page 55: Anjing Dan

b.Rina menulis surat

c. Rina membaca novel

d.Rina menggulai ikan

e.Rina makan pecal

f. Rina minum susu

Semua kalimat itu berstruktur SPO. Predikatnya tergolong ke dalam verba aktif transitif. Lau pada kalimat a, b. c, dan d, verba aktif transitif tersebut ditandai oleh meN-, sedangkan pada kalimat e dan f verba aktif transitif itu ditandai kekosongan (meN- tidak ada), kekosongan itu merupakan morfem, yang disebut morfem zero.

3.5  Prinsip Kelima

Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang sama mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda. Apabila bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang sama itu berbeda maknanya, maka tentu saja merupakan fonem yang berbeda.

Contoh:

1. a.   Jubiar membelibuku

b.Bukuitu sangat mahal

2. a.   Juniar membacabuku

b.   Juniar makanbukutebu

Satuanbukupada kalimat 1. a dan 1. b merupakan morfem yang sama karena maknanya sama. Satuan buku pada kalimat kalimat 2. a dan 2. b bukanlah morfem yang sama karena maknanya berbeda.

3.6Prinsip Keenam

Setiap bentuk yang tidak dapat dipisahkan merupakan morfem. Ini berarti bahwa setiap satuan gramatik yang tidak dapat dipisahkan lagi atas satuan-satuan gramatik yang lebih kecil, adalah morfem. Misalnya, satuanber- danlaripadaberlari, ter- dantinggipadatertinggitidak dapat dipisahkan lagiatas satuan-satuan yang lebih kecil. oleh karena itu,ber-,lari,ter, dantinggiadalah morfem.

Page 56: Anjing Dan

4.   Klasifikasi Morfem

4.1  Morfem Bebas dan Morfem Terikat

Morfem ada yang bersifat bebas dan ada yang bersifat terikat. Dikatakan morfem bebas karena ia dapat berdiri sendiri, dan dikatakan terikat jika ia tidak dapat berdiri sendiri.

Misalnya:

a. Morfem bebas – “saya”, “buku”, dsb.b. Morfem terikat – “ber-“, “kan-“, “me-“, “juang”, “henti”, “gaul”, dsb.

4.2 Morfem Segmental dan Morfem Supra Segmental

Morfem segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem atau susunan fonem segmental. Sebagai contoh, morfem {rumah}, dapat dianalisis ke dalam segmen-segmen yang berupa fonem [r,u,m,a,h]. Fonem-fonem itu tergolong ke dalam fonem segmental. oleh karena itu, morfem {rumah} tergolong ke dalam jenis morfem segmental.

Morfem supra segmental adalah morfem  yang terjadi dari fonem suprasegmental. Misal, jeda dalam bahasa Indonesia. Contoh:a.bapak wartawan               bapak//wartawanb.ibu guru                            ibu//guru

4.3  Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tak Bermakna Leksikal

Morfem yang bermakna leksikal merupakan satuan dasar bagi terbentuknya kata. morfem yang bermakna leksikal itu merupakan leksem, yakni bahan dasar yzng setelah mengalami pengolahan gramatikal menjadi kata ke dalam subsistem gramatika. Contoh: morfem {sekolah}. berarti ‘tempat belajar’.

Morfem yang tak bermakna leksikal dapat berupa morfem imbuhan, seperti {ber-}, {ter-}, dan {se-}. morfem-morfem tersebut baru bermakna jika berada dalam pemakaian. Contoh: {bersepatu} berarti ‘memakai sepatu’.

4.4  Morfem Utuh dan Morfem Terbelah

Morfem utuh merupakan morfem-morfem yang unsur-unsurnya bersambungan secara langsung. Contoh: {makan}, {tidur}, dan {pergi}.

Morfem terbelah morfem-morfem yang tidak tergantung menjadi satu keutuhan. morfem-morfem itu terbelah oleh morfem yang lain. Contoh: {kehabisan} dan {berlarian} terdapat imbuhan ke-an atau {ke….an} dan imbuhan ber-an atau {ber….an}. contoh lain adalah

Page 57: Anjing Dan

morfem{gerigi} dan {gemetar}. Masing-masing morfem memilki morf /g..igi/ dan /g..etar/. Jadi, ciri terbelahnya terletak pada morfnya, tidak terletak pada morfemnya itu sendiri. morfem itu direalisasikan menjadi morf terbelah jika mendapatkan sisipan, yakni morfem sisipan {-er-} pada morfem {gigi} dan sisipan {-em-} pada morfem {getar}.

4.5  Morfem Monofonemis  dan Morfem Polifonemis

Morfem monofonemis merupakan morfem yang terdiri dari satu fonem. Dalam bahasa Indonesia pada dapat dilihat pada morfem {-i} katadatangiatau morfem{a} dalam bahasa Inggris pada seperti pada kataasystematic.

Morfem polifonemis merupakan morfem yang terdiri dari dua, tiga, dan empat fonem. Contoh, dalam bahasa Inggris morfem {un-} berarti ‘tidak’ dan dalam bahasa Indonesia morfem {se-} berarti ‘satu, sama’.

4.6  Morfem Aditif, Morfem Replasif, dan Morfem Substraktif

Morfem aditif adalah morfem yang ditambah atau ditambahkan. kata-kata yang mengalami afiksasi, seperti yang terdapat pada contoh-contoh berikut merupakan kata-kata yang terbentuk dari morfem aditif itu.1.mengaji       2.  childhoodberbaju            houses

Morfem replasif merupakan morfem yang bersifat penggantian. dalam bahasa Inggris, misalnya, terdapat morfem penggantian yang menandai jamak. Contoh: {fut}{fi:t}.

Morfem substraktif adalah morfem yang alomorfnya terbentuk dari hasil pengurangan terhadap unsur (fonem) yang terdapat morf yang lain. Biasanya terdapat dalam bahasa Perancis.

C.Proses Morfologis

Proses morfologis dapat dikatakan sebagai proses pembentukan kata dengan

menghubungkan morfem yang satu dengan morfem  yang lain yang merupakan bentuk

dasar (Cahyono, 1995: 145). Dalam proses morfologis ini terdapat tiga proses yaitu:

pengafiksan, pengulangan atau reduplikasi, dan pemajemukan atau penggabungan.

1.Pengafiksan

Bentuk (atau morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata disebut afiks

atau imbuhan (Alwi dkk., 2003: 31). Pengertian lain proses pembubuhan imbuhan pada

Page 58: Anjing Dan

suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk

membentuk kata (Cahyono, 1995:145). Contoh:

a. Berbaju

b.Menemukan

c.Ditemukan

d.Jawaban.

Bila dilihat pada contoh, berdasarkan letak morfem terikat dengan morfem bebas

pembubuhan dapat dibagi menjadi empat, yaitu pembubuhan depan (prefiks),

pembubuhan tengah (infiks), pembubuhan akhir (sufiks), dan pembubuhan terbelah

(konfiks).

2.Reduplikasi

Reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun

sebagian, baik disertai variasi fonem maupun tidak (Cahyono, 1995:145).

Contoh: berbulan-bulan, satu-satu, seseorang, compang-camping, sayur-mayur.

3.Penggabungan atau Pemajemukan

Proses pembentukan kata dari dua morfem bermakna leksikal (Oka dan

Suparno, 1994:181).

Contoh:

a. Sapu tangan

b. Rumah sakit

4.Perubahan Intern

Perubahan intern adalah perubahan bentuk morfem yang terdapat dalam morfem itu

sendiri.

Page 59: Anjing Dan

Contoh: dalam bahasa Inggris

Singular plural

Foot

Mouse

Feet

mice

5.Suplisi

Suplisi adalah proses morfologis yang menyebabkan adanya bentuk sama sekali

baru.

Contoh: dalam bahasa Inggris

Go              went

sing             sang

6.Modifikasi kosong

Modifikasi kosong ialah proses morfologis yang tidak menimbulkan perubahan

pada bentuknya tetapi konsepnya saja yang berubah.

Contoh: read- read-read

D.Proses Morfofonemik

Proses perubahan fonem sebuah morfem yang digunakan untuk mempermudah

ucapan.

Contoh:

Perubahan prefiks meng-

Page 60: Anjing Dan

-meng  + asah = mengasah

-meng + lihat = melihat

-menga + datangkan = mendatangkan

-meng + terjemah = menerjemahkan

-meng + patuhi = mematuhi

E.Proses morfemis menurut Verhaar

1.Afiksasiadalahpengimbuhan afiks

a.Prefix adalah imbuhan di sebelah kiri bentuk dasar.

Contoh: mengajar

b.Sufiksadalahimbuhan di sebelah kanan bentuk dasar

Contoh: ajarkan

c.Infiksadalahimbuhan yang disisipkan dalam kata dasar

Contoh: gerigi

d.Konfiksadalahimbuhan dan akhiran pada sebuah bentuk dasar

Contoh:perceraian

2.Fleksi adalah afiksasaiyang terdiri atas golongan kata yang sama

Contoh:mengajar – diajar

3.  Derifasi adalah afiksasi yang terdiri atas golongan kata yang tidak sama

Contoh: mengajar – pengajar

Page 61: Anjing Dan

3.Klitika adalah morfem pendek yang tidak dapat diberi aksen atau tekanan melekat

pada kata atau frasa lain dan meiliki arti yang tidak mudah untuk dideskripsikan

secara leksikal, serta tidak melekat pada kelas kata tertentu.

Contoh: -pun, -lah

sekalipun

apalah

F.Kata

1.Hakikat Kata

Para linguis yang sehari-hari bergelut dengan kata ini, hingga dewasa ini, kiranya tidak pernahmempunyai kesamaan pendapat mengenai konsep apa yang di sebut dengan kata itu.Satu masalah lagi mengenai kata ini adalah mengenai kata sebagai satuan gramatikal. Menurut verhaar (1978) bentuk-bentuk kata bahasa Indonesia, misalnya: mengajar, di ajar, kauajar, terjar, dan ajarlah bukanlah lima buah kata yang berbeda, melainkan varian dari sebuah kata yang sama. Tetapi bentuk-bentuk, mengajar, pengajar, pengajaran, dan ajarlah adalah lima kata yang berlainan.

Kata adalah satuan terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Kata-kata yang terbentuk dari gabungan huruf  atau morfem baru kita akui sebagai kata bila bentuk itu sudah mempunyai makna. (Lahmudin Finoza).

Kata ialah morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. (Kridalaksana). Perhatikan kata-kata di bawah ini.

a.Mobil

b.Rumah

c.Sepeda

d.Ambil

e.Dingin

f.Kuliah.

Page 62: Anjing Dan

Keenam kata yang kita ambil secara acak itu kita akui sebagai kata karena setiap kata mempunyai makna. Kita pasti akan meragukan, bahkan memastikan bahwaadepes, libma, ninggib, haklabbukan kata dari bahasa Indonesia karena tidak mempunyai makna.

Dari segi bentuknya kata dapat dibedakan atas dua macam, yaitu (1)kata yang bermofem tunggal, dan (2)kata yang bermorfem banyak.Kata yang bermorfem tunggal disebut juga kata dasar atau kata yang tidak berimbuhan. Kata dasar pada umumnya berpotensi untuk dikembangkan menjadi kata turunan atau kata berimbuhan. Perhatikan perubahan kata dasar menjadi kata turunan dalam tabel di bawah ini.

2.Pembentukan Kata

Pembentukan kata ini mempunyai dua sifat, yaitu membentuk kata-kata yang inflektif, dan kedua yang bersifat derivatif. Apa yang dimaksud dengan inflektif dan derivatif akan dibicarakan berikut ini.

1).  Inflektif

Kata-kata dalam bahasa-bahasa berfleksi, seprti bahasa arab, bahasa latin, bahasa sansekerta, untuk dapat digunakan di dalam kalimat harus disesuaikan dulu bentuknya dengan kategori-kategori gramatikalyang berlaku dalam bahasa itu.

2).  Derifatif

Pembentukan kata secara derivatif adalah membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya, contoh dalam bahasa indonesia dapat diberikan, misalnya, dari kataairyang berkelas nomina dibentuk menjadimengairi yang berkelas verba: dari kata makan yang berkelasverba dibentuk katamakanan yang berkelas nomina.

Tabel 1

Perubahan Kata Dasar Menjadi Kata Turunan

yang Mengandung Berbagai Arti

Kata

DasarPelaku Proses Hal/Tempat Perbuatan Hasil

Asuh pengasuh pengasuhan perbuatan mengasuh asuhan

Page 63: Anjing Dan

baca

bangun

buat

cetak

edar

potong

sapu

tulis

ukir

pembaca

pembangun

pembuat

pencetak

pengedar

pemotong

penyapu

penulis

pengukir

pembacaan

pembangunan

pembuatan

pencetakan

pengedaran

pemotongan

penyapuan

penulisan

pengukiran

percetakan

peredaran

perpotongan

persapuan

membaca

membangun

membuat

mencetak

mengedar

memotong

menyapu

menulis

mengukir

bacaan

bangunan

buatan

cetakan

edaran

potongan

sapuan

tulisan

ukiran.

Dalam tabel 1 itu terlihat perubahan kata dasar menjadi kata turunan selain mengubah bentuk, juga mengubah

makna. Selanjutnya, perubahan makna mengakibatkan perubahan jenis atau kelas kata.

G.Daftar Pustaka

Alwi, Hasan, dkk. 2000.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Chaer, Abdul. 2003.Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Finoza, Lamuddin. 2006.Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia

I.G.N. Oka dan Suparno. 1994.Linguistik Umum.Jakarta: Dirjendikti Depdikbud

Keraf, Gorys. 1993.Komposisi. Flores: Nusa Indah

Verharr, J.W.M. 2008.Asas-asas Linguistik Umum.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik