profil daerah alabio

23
BAB I PENDHULUAN A. PROFIL DAERAH ALABIO 1. Letak geografis Kabupaten Hulu Sungai Utara merupakan salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Selatan. Ibukota kabupaten ini terletak di Amuntai. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 892,7 km² atau 2,38% dari luas provinsi Kalimantan Selatan dan berpenduduk sebanyak 209.037 jiwa (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010). Kecamatan sungai pandan (Alabio) terletak pada 02'25,4 LS – 02'32,8 LS dan 115'09,8 BT – 115'14,7 BT. Dengan luas wilayah Luas Wilayah : 74,24 km2 ( 7.424 Ha ) serta memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara : Kecamatan Amuntai Selatan Sebelah Timur : Kecamatan Amuntai Tengah Sebelah Selatan : Kabupaten Hulu Sungai Tengah Sebelah Barat : Kecamatan Danau Panggang 2. Asal Usul 1

Upload: nafarin-dapa-lalu

Post on 24-Jul-2015

240 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Profil Daerah Alabio

BAB I PENDHULUAN

A. PROFIL DAERAH ALABIO1. Letak geografis

Kabupaten Hulu Sungai Utara merupakan salah satu kabupaten di provinsi

Kalimantan Selatan. Ibukota kabupaten ini terletak di Amuntai. Kabupaten ini

memiliki luas wilayah 892,7 km² atau 2,38% dari luas provinsi Kalimantan

Selatan dan berpenduduk sebanyak 209.037 jiwa (hasil Sensus Penduduk

Indonesia 2010).

Kecamatan sungai pandan (Alabio) terletak pada 02'25,4 LS – 02'32,8 LS

dan 115'09,8 BT – 115'14,7 BT. Dengan luas wilayah Luas Wilayah    :  74,24

km2  ( 7.424  Ha ) serta memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai

berikut:

Sebelah Utara     :  Kecamatan Amuntai Selatan

Sebelah Timur     :  Kecamatan Amuntai Tengah

Sebelah Selatan   :  Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Sebelah Barat     :  Kecamatan Danau Panggang

2. Asal Usul

Menurut sejarah lokal, daerah ini dikenal sebagai pusat kerajaan Negara

Dipa yang terletak di Candi Agung yang merupakan perpindahan dari ibukota

kerajaan sebelumnya yang terletak di hilir, yaitu di Candi Laras, (kabupaten

Tapin).

Status Kesultanan Banjar setelah dihapuskan masuk ke dalam Karesidenan

Afdeeling Selatan dan Timur Borneo. Wilayah dibagi dalam 4 afdeeling, salah

satunya adalah afdeeling Amoentai yang terbagi dalam beberapa Distrik, yaitu

Distrik Amoentai, Batang Allai, Labuan-Amas, Balangan, Amandit, Negara dan

1

Page 2: Profil Daerah Alabio

Kloewa. Dalam perkembangannya Afdeeling Amoentai kemudian dimekarkan

menjadi Afdeeling Amuntai dan Afdeeling Kandangan. Afdeeling Amoentai

dengan ibukota Amoentai, terdiri atas:

1. Onderafdeeling Amoentai, terdiri atas:

a. Distrik Amuntai

b. Distrik Tabalong

c. Distrik Kelua

2. Onderafdeeling Alabioe en Balangan, terdiri atas:

a. Distrik Alabio

b. Distrik Balangan

Distrik Alabio (bahasa Banjar: Halabiu) adalah bekas distrik

(kawedanan) yang merupakan bagian dari wilayah administratif Onderafdeeling

Alabio dan Balangan pada zaman kolonial Hindia Belanda dahulu. Daerah Alabio

(Halabiu) pada zaman kerajaan Hindu disebut Gagelang. Distrik Alabio pernah

dipimpin oleh Kepala Distrik (districhoofd) yaitu Kiai Ismail (1899). Dewasa ini

wilayah distrik ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara. Suku

Banjar yang mendiami wilayah bekas distrik ini disebut Orang Alabio (Urang

Halabiu'). Alabio sangat terkenal dengan itik alabio, yang terkenal sampai

mancanegara, terutama Malaysia. Orang-orang Alabio sejak dahulu terkenal

sebagai para pedagang sukses. Sampai sekarang di wilayah Kalsel terdapat istilah

ma-halabiu, sebuah istilah yang mengarah pada salah satu kehebatan orang

Alabio dalam merangkai kata.

2

Page 3: Profil Daerah Alabio

B. BAHASABahasa yang mereka kembangkan dinamakan bahasa Banjar, yang pada asasnya

adalah bahasa Melayu-sama halnya ketika berada di daerah asalnya di Sumatera atau

sekitarnya yang di dalamnya terdapat banyak kosa kata asal Dayak dan Jawa.

C. SUKUOrang pahuluan pada asasnya ialah penduduk daerah lembah-lembah sungai yang

berhulu ke pegunungan Maratus, orang batang banyu , sedangkan alabio adalah bagian

dari suku banjar, yang membangun tanah air baru di kawasan ini sekitar lebih dari seribu

tahun yang lalu. Setelah berlalu masa yang lama sekali akhirnya, setelah bercampur

dengan penduduk yang lebih asli, yang biasa dinamakan sebagai suku Dayak, dan dengan

imigran-imigran yang berdatangan.

D. KESENIAN DAN KERAJINANSeni tradisional alabio adalah membuat lukah, lalangit, banjur, lonta, hancau,

ringgi, jabak, menyuar, mamair, mambandan, kabam, membuat anyaman tikar seperti

bakul dan jintingan purun. Ikatan kekerabatan tetap saja seperti yang dulu tetap

mempertahankan budaya gotong royong dan budaya musyawarah,karena orang alabio

sangat mementingkan kehidupan kebersamaan dan rasa peduli terhadap orang lain masih

kuat.

Orang halabio mengembangkan sistem budaya yang berkaitan dengan religi,

melalui proses adaptasi, akulturasi dan asimilasi. Sehingga nampak terjadinya pembauran

dalam aspek-aspek budaya. Mekipun demikian pandangan atau pengaruh islam lebih

dominan dalam kehidupan orang alabio,hampir identik dengan islam, terutama sekali

3

Page 4: Profil Daerah Alabio

dengan pandangan yang berkaitan dengan ketuhanan ( tauhid ), Meskipun dalam

kehidupan sehari-hari masih ada unsur budaya asal hindu dan budha.

E. SENI TRADISIONAL1. Madihin

Madihin (berasal dari kata madah dalam bahasa Arab yang berarti "nasihat",

tapi bisa juga berarti "pujian") adalah sebuah genre puisi dari suku Banjar. Puisi

rakyat anonim bergenre Madihin ini cuma ada di kalangan etnis Banjar di Kalsel

saja. Sehubungan dengan itu, definisi Madihin dengan sendirinya tidak dapat

dirumuskan dengan cara mengadopsinya dari khasanah di luar folklor Banjar.

Tajuddin Noor Ganie (2006) mendefinisikan Madihin dengan rumusan

sebagai berikut : puisi rakyat anonim bertipe hiburan yang dilisankan atau

dituliskan dalam bahasa Banjar dengan bentuk fisik dan bentuk mental tertentu

sesuai dengan konvensi yang berlaku secara khusus dalam khasanah folklor

Banjar di Kalsel. Madihin merupakan pengembangan lebih lanjut dari pantun

berkait. Setiap barisnya dibentuk dengan jumlah kata minimal 4 buah. Jumlah

baris dalam satu baitnya minimal 4 baris. Pola formulaik persajakannya merujuk

kepada pola sajak akhir vertikal a/a/a/a, a/a/b/b atau a/b/a/b. Semua baris dalam

setiap baitnya berstatus isi (tidak ada yang berstatus sampiran sebagaimana halnya

dalam pantun Banjar) dan semua baitnya saling berkaitan secara tematis.

Madihin dituturkan sebagai hiburan rakyat untuk memeriahkan malam

hiburan rakyat (bahasa Banjar Bakarasmin) yang digelar dalam rangka

memperintai hari-hari besar kenegaraan, kedaerahan, keagamaan, kampanye

partai politik, khitanan, menghibur tamu agung, menyambut kelahiran anak, pasar

malam, penyuluhan, perkawinan, pesta adat, pesta panen, saprah amal, upacara

tolak bala, dan upacara adat membayar hajat (kaul, atau nazar).

Orang yang menekuni profesi sebagai seniman penutur Madihin disebut

Pamadihinan. Pamadihinan merupakan seniman penghibur rakyat yang bekerja

mencari nafkah secara mandiri, baik secara perorangan maupun secara

berkelompok.

4

Page 5: Profil Daerah Alabio

Setidak-tidaknya ada 6 kriteria profesional yang harus dipenuhi oleh seorang

Pamadihinan, yakni : (1) terampil dalam hal mengolah kata sesuai dengan

tuntutan struktur bentuk fisik Madihin yang sudah dibakukan secara sterotipe, (2)

terampil dalam hal mengolah tema dan amanat (bentuk mental) Madihin yang

dituturkannya, (3) terampil dalam hal olah vokal ketika menuturkan Madihin

secara hapalan (tanpa teks) di depan publik, (4) terampil dalam hal mengolah lagu

ketika menuturkan Madihin, (5) terampil dalam hal mengolah musik penggiring

penuturan Madihin (menabuh gendang Madihin), dan (6) terampil dalam hal

mengatur keserasian penampilan ketika menuturkan Madihin di depan publik.

Pada zaman dahulu kala, Pamadihinan termasuk profesi yang lekat dengan

dunia mistik, karena para pengemban profesinya harus melengkapi dirinya dengan

tunjangan kekuatan supranatural yang disebut Pulung. Pulung ini konon diberikan

oleh seorang tokoh gaib yang tidak kasat mata yang mereka sapa dengan sebutan

hormat Datu Madihin.

Pulung difungsikan sebagai kekuatan supranatural yang dapat memperkuat

atau mempertajam kemampuan kreatif seorang Pamadihinan. Berkat tunjangan

Pulung inilah seorang Pamadihinan akan dapat mengembangkan bakat alam dan

kemampuan intelektualitas kesenimanannya hingga ke tingkat yang paling kreatif

(mumpuni). Faktor Pulung inilah yang membuat tidak semua orang Banjar di

Kalsel dapat menekuni profesi sebagai Pamadihinan, karena Pulung hanya

diberikan oleh Datu Madihin kepada para Pamadihinan yang secara genetika

masih mempunyai hubungan darah dengannya (hubungan nepotisme).

Datu Madihin yang menjadi sumber asal-usul Pulung diyakini sebagai seorang

tokoh mistis yang bersemayam di Alam Banjuran Purwa Sari, alam pantheon

yang tidak kasat mata, tempat tinggal para dewa kesenian rakyat dalam konsep

kosmologi tradisonal etnis Banjar di Kalsel. Datu Madihin diyakini sebagai orang

pertama yang secara geneologis menjadi cikal bakal keberadaan Madihin di

kalangan etnis Banjar di Kalsel.

5

Page 6: Profil Daerah Alabio

Konon, Pulung harus diperbarui setiap tahun sekali, jika tidak, tuah magisnya

akan hilang tak berbekas. Proses pembaruan Pulung dilakukan dalam sebuah ritus

adat yang disebut Aruh Madihin. Aruh Madihin dilakukan pada setiap bulan

Rabiul Awal atau Zulhijah. Menurut Saleh dkk (1978:131), Datu Madihin

diundang dengan cara membakar dupa dan memberinya sajen berupa nasi ketan,

gula kelapa, 3 biji telur ayam kampung, dan minyak likat baboreh. Jika Datu

Madihin berkenan memenuhi undangan, maka Pamadihinan yang

mengundangnya akan kesurupan selama beberapa saat. Pada saat kesurupan,

Pamadihinan yang bersangkutan akan menuturkan syair-syair Madihin yang

diajarkan secara gaib oleh Datu Madihin yang menyurupinya ketika itu.

Sebaliknya, jika Pamadihinan yang bersangkutan tidak kunjung kesurupan sampai

dupa yang dibakarnya habis semua, maka hal itu merupakan pertanda mandatnya

sebagai Pamadihinan telah dicabut oleh Datu Madihin. Tidak ada pilihan bagi

Pamadihinan yang bersangkutan, kecuali mundur teratur secara sukarela dari

panggung pertunjukan Madihin

2. Batimung

Batimung atau timung adalah perawatan tubuh dengan mandi uap nan kaya

aroma. Mandi seperti itu menjadi keharusan bagi pasangan yang akan

melangsungkan pesta pernikahan. Dengan batimung, pengantin tampil segar dan

tubuh menebarkan keharuman selama bersanding. Bahkan, keharuman tubuh bisa

bertahan beberapa hari setelah pesta. Upacara Batimung, tidak hanya dijumpai di

alabio tetapi banyak dijumpai di di daerah-daerah lainnya. Batimung dilaksanakan

dua-tiga kali pada malam hari. Adapun rempah-rempah yang digunakan seperti

6

Page 7: Profil Daerah Alabio

daun serai wangi, limau (jeruk) purut, kunyit, pandan, temulawak, laos

(lengkuas), serta bunga mawar, kenanga, cempaka, dan melati. Selain itu, juga

disediakan beberapa jenis akar-akaran. Semua bahan direbus dalam satu panci.

Begitu manggurak (matang), panci berisi jajarangan (masakan) rempah

timung tersebut diletakkan di hadapan Kamsiah. Mempelai putri itu duduk di

bangku kecil. Tubuh Kamsiah dibalut dengan kain batik panjang, tapih bahalai,

setinggi ketiak. Sebagian badan dan wajahnya dilumuri pupur (bedak) basah.

Batimung dimulai tatkala panimungan (perempuan tukang timung), membungkus

sekujur badan dengan tikar purun. Hanya kepala sang mempelai yang ada di luar

gulungan tikar pandan tersebut. Panci berisi air rempah-rempah yang masih

mendidih pun disorongkan ke dalam "mantel" tikar. Tikar dilapis lagi dengan

beberapa tapih bahalai sehingga uap timung tidak keluar. Beberapa saat bercucur

lah keringat. Di daerah lain, batimung juga digunakan sebagai terapi. Bahan

rebusannya adalah ramuan obat-obatan tradisional. Tujuanya sama, selain untuk

mengeluarkan keringat, asap ramuan obat-obatan diyakini masuk ke dalam tubuh

untuk menyembuhkan penyakit.

3. Tradisi Bausung Jinggung

Tradisi Perkawinan "Bausung Jinggung" adalah tradisi perkawinan dimana

pasangan pengantin diusung diatas bahu untuk menuju pelaminan. Penganten

diiringi rombongan pengantar penganten dan diikuti pula kesenian sinoman

hadrah atau kuda gipang dibawa berjalan kaki.

7

Page 8: Profil Daerah Alabio

Usung jinggung dalam maraak penganten ini harus dilakukan oleh mereka

yang mahir, karena selain dituntut tenaga yang kuat harus pula pandai baigal

(menari). Pengusung penganten dalam usung jinggung yang disebut peusungan

ini menari-nari mengikuti irama musik . Dengan demikian usung jinggung ini

selain sebagai media untuk memperkenalkan kedua mempelai kepada masyarakat,

juga dalam usaha memeriahkan suasana hari perkawinan yang sakral dan penuh

kenangan.

F. MESJID JAMI SUNGAI BANAR

Masjid Jami Sungai Banar terletak di tepi Sungai Banar, sekitar 3 km dari

Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Tepatnya, di perbatasan

Desa Jarang Kuantan dan Desa Ujung Murung (sebelumnya masuk Desa Ilir Masjid).

Masjid pertama ini berdiri pada tahun 1804 M (1218 H). Terdokumentasi dalam

catatan pahatan pada bedug yang masih dimanfaatkan. Dikisahkan, sejumlah warga yang

sedang berguru kepada Waliyullah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (1710-1812M)

di Martapura, menerima saran dari Syekh agar dibangun sebuah masjid, selain itu Sang

Wali juga memberikan sebuah Kitab Suci Al Qur’an tulisan tangan.

8

Page 9: Profil Daerah Alabio

G. OBJEK WISATA 1. Monumen kota bebek Alabio

Di tengah kota terdapat sebuah patung bebek sebagai landmark kota ini.

Monumen itik alabio ini berdiri dengan megah. Menurut beberapa orang yang

pernah merasakan masakan Bebek Alabio yang rasanya tiada tara.

2. Lomba Renang Kerbau Rawa

Menyaksikan lomba renang unik yaitu lomba renang Kerbau Rawa yang

menjadi atraksi yang menarik. Perlombaan kerbau rawa itu persis seperti

perlombaan atau atraksi karapan sapi di Madura, tetapi lomba karapan sapi di

lahan kering atau lapangan luas sementara lomba kerbau rawa di hamparan berair

yang penuh dengan tanaman rawa.

Kerbau Rawa atau biasa disebut Kerbau Kalang yang hidupnya lebuh

banyak di air. Untuk menarik kunjungan wisatawan maka dilakukan terobosan

dengan membuat lomba renang kerbau rawa.

Lomba kerbau rawa tersebut, biasanya diselanggarakan pada setiap

perayaan hari kemerdekaan RI, di lokasi yang sudah disediakan di kawasan

tersebut, sehingga bagi turis mudah melihat atraksi lomba kerbau rawa itu. Tetapi,

bukan hanya atraksi lomba kerbau rawa yang menjadi daya pikat wisatawan

khususnya wisatawan mancanegara ke daerah itu, yang menarik mereka jusru

9

Page 10: Profil Daerah Alabio

menyaksikan usaha peternakan kerbau itu yang dinilai rada unik. Berdasarkan

catatan, kerbau rawa (Bubalus carabanensis) yang pula disebut sebagai kerbau

(hadangan) kalang, karena kehidupan kerbau-kerbau ini berada di atas kalang di

atas rawa Kalang terbuat dari kayu-kayu besar yang disusun di tengah rawa untuk

berteduhnya ternak besar ini, setelah berenang ke sana-kemari seharian di air

dalam rawa untuk mencari makan. Sebuah kalang yang dibangun para peternak

masyarakat Danau Panggang ini bisanya mampu menampung antara puluhan

hingga ratusan ekor kerbau. Karena kekhasan yang dimiliki oleh keadaan alamnya

sebagai area genangan rawa serta keunikan penggembalaan ternak kerbau rawa

yang dimiliki oleh daerah ini, di desa Bararawa kecamatan Danau Panggang

dibangun stadion khusus sebagai arena lomba renang kerbau rawa. Lomba renang

ini merupakan acara tahunan yang diselenggarakan sebagai alternatif wisata di

daerah.

10

Page 11: Profil Daerah Alabio

BAB II PENGKAJIAN TRANSKULTURAL PADA KLIEN DENGAN KEBUDAYAAN ALABIO

A. Identitas Umum Klien

Nama : Tn. A

Umur : 22 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku : Banjar

B. Keunikan Individu Secara Kebudayaan1. Tempat Lahir Klien

Klien lahir di Alabio Kabupaten Hulu Sungai utara pada tahun 1990.

2. Definisi “budaya” Menurut Klien

Klien mendefinisikan budaya sebagai suatu kebiasaan yang dilakukan oleh nenek

moyang yang diteruskan kepada anak cucunya secara turun-menurun.

3. Definisi “Ras” Menurut Klien

Klien mendefinisikan ras sebagai suatu suku bangsa yang dikelompokkan berdasarkan

tempat tinggal, keturunan, warna kulit dan bahasa.

4. Lamanya Klien Tinggal di suatu tempat

Klien tinggal di daerah Alabio tersebut sejak lahir hingga sekarang. Saat ini klien

bertempat tinggal di Banjarmasin untuk melanjutkan kuliah.

C. Komunikasi

1. Kualitas Suara

Suara klien cenderung pelan dan cepat dalam berkomunikasi, baik dengan

keluarga,maupun dengan orang lain dan teman sebaya sesuai dengan keadaan.

2. Pengucapan

Dalam bicara klien cukup jelas dan mudah dipahami.

11

Page 12: Profil Daerah Alabio

3. Penggunaan Diam

Dalam berkomunikasi/berhubungan dengan orang lain, klien sering menggunakan diam

terutama pada klien pada saat marah

4. Penggunaan Bahasa Tubuh

Saat berkomunikasi selain menggunakan bahasa verbal klien juga menggunakan bahasa

non verbal (bahasa tubuh), seperti menggerakan tangan yang bersifat tidak disadari,serta

adanya ekspresi wajah yang tidak bertentangan dengan apa yang di ucapkannya.

Misalnya pada saat klien tampak bingung dan heran,maka klien menunjukkan ekspresi

wajah yang bingung pula ( dahI mengkerut )

5. Sentuhan

Saat disentuh respon klien tampak normal/biasa, tidak tampak adanya kejutan yang

berlebihan.

6. Hal-hal lain yang berkaitan

Klien memandang bahwa betapa pentingnya menghargai dan menghormati orang lain,

sehingga klien selalu fokus dalam berkomunikasi dengan lawan bicaranya.

D. Jarak

1. Tingkat Kenyamanan

Klien merasa tidak terganggu dengan posisi yang dekat dalam hal berkomonikasi

2. Jarak dalam percakapan

Jarak percakapan yang disukai klien adalah sekitar 18 inchi ( 50 cm ) sampai 3 kaki (1

meter)

3. Definisi Jarak

Klien mendefinisikan jarak sebagai gambaran tingkat kenyamanan saat

berkomunikasi/berbicara secara dekat dengan orang lainnya

4. Hal-hal yang berkaitan

Saat klien berbicara dengan anggota keluarga terutama kepada orang tua klien selalu

bersikap sopan dan berbicara santon, dengan posisi tubuh tidak lebih tinggi dari orang

tua.

12

Page 13: Profil Daerah Alabio

E. Organisasi Sosial1. Status Kesehatan

Status kesehatan klien saat ini dalam keadaan baik, tidak ada keluhan penyakit serius.

2. Status pernikahan

Klien saaat ini belum menikah

3. Hubungan dengan saudara lain

Status klien dalam keluarga adalah anak kandung dan merupakan anak ke tiga dari empat

bersaudara

4. Kondisi Orangtua (Hidup atau Meninggal)

Ayah dan ibu klien masih hidup masih hidup keduanya dan tinggal di alabio HSU

5. Hal-hal yang Berkaitan

Menurut klien aktivitas sosial adalah bagaimana seeorang berhubungan atau berinteraksi

dengan orang lain atau masyarakat sekitar tempat tinggal yang bisa memberikan manfaat

baik bagi diri sendiri maupun mayarakat.

F. Waktu1. Orientasi Waktu

Urientasi waktu yang klien gunakan adalah lebih banyak berorintasi ke masa sekarang.

2. Pandangan terhadap waktu

Klien termasuk orang yang menghargai norma yang ada di masyarakat

3. Kebiasaan terhadap waktu

Setia hari klien tidur sekitar 6 sampai 8 jam di waktu malam

4. Hal-hal yang berkaitan

Klien biasanya tidak menggunakan pengingat waktu dalam kegiatannya sehari- hari.

G. Kontrol Lingkungan

1. Kontrol Tempat

Dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar klien percayab dengan adanya

takdir dan adanya keberuntungan namun klien juga tetap berusaha untuk mengusahakan

dengan sebaik-baiknya agar apa yang diharapkannya tersebut dapat terlaksana.

13

Page 14: Profil Daerah Alabio

2. Orientasi Nilai

Klien tidak percaya denga kekutan gaib selain kekuatan Allah Swt.

3. Hal-hal yang berkaitan

Klien mengatakan bahwa sering orang yang bersilaturrahmi ke rumahnya.

H. Variasi Biologis

1. Struktur Tubuh

Klien memiliki perawakan yang proposional, tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu

kecil seperti kebanyakan masyarakat alabio lainnya

2. Warna Kulit

Klien memiliki warna kulit sawo matang.

3. Perubahan Warna Kulit yang Tidak Biasa/Tidak Normal

Menerut pengakuan klien, pada kulitnya tidak terdapat perubahan warna kulit yang

bersifat abnormal.

4. Warna Rambut dan Persebaran

Klien memiliki rambut semi gundul yang berwarna hitam.

5. Berat Badan dan Tinggi Badan

Klien mengatakan berat badan klien 60 kg dan tinggi badan klien 161 cm.

6. Karakteristik Fisik yan Tampak Berbeda

Sekilas berdasarkan pengamatan, tidak tampak adanya kelainan fisik.

7. Hal-hal yang Berkaitan

Dalam keluarga klien ada riwayat penyakit hipertensi, hal tersebut dikarenakan makanan

yang dikonsumsi seperti “iwak karing”,”iwak wadi”,”mandai” dan lain-lain.

14

Page 15: Profil Daerah Alabio

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Alabio (bahasa Banjar: Halabiu) adalah bekas distrik (kawedanan) yang

merupakan bagian dari wilayah administratif Onderafdeeling Alabio dan Balangan pada

zaman kolonial Hindia Belanda dahulu. Daerah Alabio (Halabiu) pada zaman kerajaan

Hindu disebut Gagelang. Distrik Alabio pernah dipimpin oleh Kepala Distrik

(districhoofd) yaitu Kiai Ismail (1899). Dewasa ini wilayah distrik ini termasuk dalam

wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara. Suku Banjar yang mendiami wilayah bekas

distrik ini disebut Orang Alabio (Urang Halabiu'). Alabio sangat terkenal dengan itik

alabio, yang terkenal sampai mancanegara, terutama Malaysia. Orang-orang Alabio sejak

dahulu terkenal sebagai para pedagang sukses. Sampai sekarang di wilayah Kalsel

terdapat istilah ma-halabiu, sebuah istilah yang mengarah pada salah satu kehebatan

orang Alabio dalam merangkai kata.

Setelah dilakukan pengkajian pada klien Tn. A dengan kebudayaan/suku banjar

didapatkan ciri khas orang alabio yaitu berbicara klien cukup jelas dan mudah dipahami.

Dalam berkomunikasi/berhubungan dengan orang lain, klien sering menggunakan diam

terutama pada klien pada saat marah. Struktur tubuh pada umumnya tidak terlalu besar

dan tidak terlalu kecil. Warna kulit sawo matang. Pada orientasi waktu, klien lebih

banyak beroreantasi ke masa sekarang. Dan klien tidak percaya dengan kekuatan ghaib

ataupun hal lainnya kecuali percaya pada ALLAH SWT.

B. Saran Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung ataupun

tidak langsung kepada klien dengan kebudayaan/suku banjar yaitu dengan berbicara

sopan dan tidak berbicara keras. Karena pada masyarakat Alabio memiliki ciri khas

dalam berkomunikasi dengan agak lembut dan tidak terlalu keras.

15