profesionalisme guru dalam pemberdayaan supervisi pendidikan

11
Makalah Pendidikan PEMBERDAYAAN SUPERVISI PENDIDIKAN DALAM MENCAPAI TUJUAN PENDIDIKAN OLEH : YENI ISNAENI,S.Pd,M.Pd 2014

Upload: yeni-isnaeni

Post on 14-Dec-2015

30 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

pendidikan

TRANSCRIPT

Page 1: Profesionalisme Guru Dalam Pemberdayaan Supervisi Pendidikan

Makalah Pendidikan

PEMBERDAYAAN

SUPERVISI PENDIDIKAN

DALAM

MENCAPAI TUJUAN PENDIDIKAN

OLEH :

YENI ISNAENI,S.Pd,M.Pd

2014

Page 2: Profesionalisme Guru Dalam Pemberdayaan Supervisi Pendidikan

1

PEMBERDAYAAN SUPERVISI PENDIDIKAN

DALAM

MENCAPAI TUJUAN PENDIDIKAN

I. PENDAHULUAN

Usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan

komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus-

menerus. Pembentukan profesi guru dilaksanakan melalui program

pendidikan prajabatan maupun program dalam jabatan. Tidak semua guru

yang dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan kualified.

Potensi sumber daya guru itu perlu terus bertumbuh dan berkembang agar

dapat melakukan fungsinya secara potensial. Selain itu pengaruh perubahan

yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus-menerus belajar

menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

serta mobilitas masyarakat.

Upaya pemerintah untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu telah

banyak dilakukan, namun kenyataan menunjukkan pendidikan yang bermutu

itu masih seperti fatamorgana. Hal ini dapat dilihat dari hasil UASBN yang

belum memuaskan.

Salah satu faktor yang penting dan strategis dalam meningkatkan mutu

pendidikan adalah guru, karena guru inilah merupakan pelaksana terdepan

dalam proses pendidikan yang berhadapan langsung dengan peserta didik.

Oleh karena itu berhasil dan tidaknya mutu pendidikan tergantung pada

profesionalisme guru.

Salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah

melalui supervisi pendidikan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah /

Pengawas Sekolah. Perkembangan kurikulum merupakan gejala kemajuan

Page 3: Profesionalisme Guru Dalam Pemberdayaan Supervisi Pendidikan

2

pendidikan. Perkembangan tersebut sering menimbulkan perubahan struktur

maupun fungsi kurikulum. Pelaksanaan kurikulum tersebut memerlukan

penyesuaian yang terus-menerus dengan keadaan nyata di lapangan. Hal ini

berarti bahwa guru-guru senantiasa harus berusaha mengembangkan

kreativitasnya agar daya upaya pendidikan berdasarkan kurikulum dapat

terlaksana secara baik.

Kegiatan supervisi pengajaran merupakan kegiatan yang wajib

dilaksanakan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan kegiatan

supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam

memberikan pembinaan kepada guru. Hal tersebut karena proses belajar-

mengajar yang dilaksakan guru merupakan inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar

mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan

guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam

situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena kegiatan

supervisi dipandang perlu untuk memperbaiki kinerja guru dalam proses

pembelajaran.

Namun kenyataan yang terjadi di lapangan adalah bahwa program

supervisi pendidikan hanya sebatas agenda formal yang pelaksanaaannya

tidak mengena tepat pada sasarannya. Tidak semua lembaga pendidikan

secara konsisten melaksanakan fungsi supervisi pendidikan secara optimal.

II. PERMASALAHAN

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang

hendak dibahas dalam makalah ini adalah:

1. Problem apakah yang dihadapi dalam supervisi pendidikan?

2. Bagaimanakah strategi yang dilakukan agar dapat terpenuhinya tujuan

supervisi pendidikan?

Page 4: Profesionalisme Guru Dalam Pemberdayaan Supervisi Pendidikan

3

III. PEMBAHASAN

1. Problematika yang terjadi dalam pelaksanaan supervisi pendidikan

1) Adanya beberapa hambatan pada supervisi:

a. Tidak lengkapnya informasi yang diterima,

b. Keadaan sekolah yang tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum,

c. Masyarakat yang tidak mau membantu,

d. Keterampilan menerapkan metode yang masih harus ditingkatkan

dan bahkan proses memecahkan masalah belum terkuasai.

Dengan demikian, guru dan Kepala Sekolah yang melaksanakan

kebijakan pendidikan di tingkat paling mendasar memerlukan

bantuan-bantuan khusus dalam memenuhi tuntutan pengembangan

pendidikan, khususnya pengembangan kurikulum.

2) Kondisi Realitas Supervisi Pendidikan yang tidak ideal

Acuan umum pelaksanaan supervisi pendidikan dapat dilihat

pada Peraturan pemerintah (PP No 12 tahun 2007) tentang standar

pengawas sekolah dan madrasah. Disamping itu PP no. 13 tahun

2007 tentang standar kepala sekolah/madrasah.

Namun yang mencuat adalah:

a. Kompetensi para kepala sekolah belum cukup diandalkan.

b. Apabila telah memiliki kompetensi sesuai dengan standar yang

ditentukan, pelaksanaan supervisi telah dilakukan secara belum

professional.

c. Seringkali ditemukan kesenjangan (gap) antara kenyataan dan

harapan (das sein und das sollen) dalam mengimplementasikan

fungsi pengawasan.

d. Rendahnya kesadaran Pengawas, Kepala Sekolah dan Guru

terhadap arti pentingnya supervisi pendidikan.

Page 5: Profesionalisme Guru Dalam Pemberdayaan Supervisi Pendidikan

4

e. Bagi sebagian guru kegiatan supervisi baik yang dilakukan oleh

pengawas sekolah/madrasah maupun kepala sekolah/madrasah

dianggap bentuk evaluasi, sehingga guru cenderung resah ketika

menerima supervisi yang merupakan program dari atasan.

f. Pelaksanaan supervisi selama ini ada yang hanya mencari

kelemahan para guru sehingga para guru merasa was-was bila

didatangi supervisor.

g. Sasaran pengamatan yang dilakukan supervisor terlalu luas dan

bersifat umum sehingga sukar memberikan umpan balik yang

terarah dan bermanfaat bagi pembelajaran siswa di kelas.

h. Umpan balik hanya bersifat pengarahan yang mengedepankan

power, layaknya instruksi yang berbau ancaman, dan tidak

melibatkan guru dalam menganalisis serta tidak menemukan cara

mengatasi kesulitan guru dalam mengajar.

i. Supervisor jarang melakukan monitoring proses belajar di kelas,

hanya mengandalkan laporan dokumen yang diberikan guru.

pembinaan yang kurang efektif dari supervisor,

j. Rendahnya hubungan kolegial guru melakukan sharing

pengalaman mengajar, terlalu sedikitnya informasi baru

mengenai pembelajaran yang bisa diakses oleh guru.

2. Upaya menyelaraskan antara Teori (Aturan) dan Praktek

dilakukan agar dapat terpenuhinya sasaran supervisi pendidikan

Idealita supervisi pengajaran tersebut, praktiknya di lapangan

selama ini masih jauh dari harapan. Berbagai kendala baik yang

disebabkan oleh aspek struktur birokrasi yang rancu, maupun kultur

kerja dan interaksi supervisor dengan guru yang kurang mendukung,

telah mendistorsi nilai ideal supervisi pengajaran di sekolah-sekolah.

Apa yang selama ini dilaksanakan oleh para Pengawas Pendidikan,

belum bergeser dari nama jabatan itu sendiri, yaitu sekedar mengawasi.

Page 6: Profesionalisme Guru Dalam Pemberdayaan Supervisi Pendidikan

5

Supervisor pengajaran, tentu memiliki peran berbeda dengan

“pengawas”. Supervisor, lebih berperan sebagai “gurunya guru” yang

siap membantu kesulitan guru dalam mengajar. Supervisor pengajaran

bukanlah seorang pengawas yang hanya mencari-cari kesalahan guru.

Oliva (1984) mengemukakan peran supervisor yang utama, ada empat

hal, yaitu:

(a) Sebagai koordinator, berperan mengkoordinasikan program-

program dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan

kinerja guru dalam pembelajaran dan harus membuat laporan

mengenai pelaksanaan programnya;

(b) Sebagai konsultan, supervisor harus memiliki kemampuan sebagai

spesialis dalam masalah kurikulum, metodologi pembelajaran, dan

pengembangan staf, sehingga supervisor dapat membantu guru baik

secara individual maupun kelompok;

(c) Sebagai pemimpin kelompok (group leader), supervisor harus

memiliki kemampuan me-mimpin, memahami dinamika kelompok,

dan menciptakan berbagai ben-tuk kegiatan kelompok; dan

(d) Sebagai evaluator, supervisor harus dapat memberikan bantuan pada

guru untuk dapat mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dan

kurikulum, serta harus mampu membantu mengidentifikasi

permasalahan yang dihadapi guru, membantu melakukan penelitian

dan pengembangan dalam pembelajaran dan sebagainya.

Dengan demikian, langkah perencanaan perbaikan program

pelaksanaan supervisi pendidikan yang harus dilakukan adalah:

(a) Bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan

korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif, yaitu sikap yang

Page 7: Profesionalisme Guru Dalam Pemberdayaan Supervisi Pendidikan

6

menciptakan situasi dan relasi di mana guru-guru merasa aman dan

diterima sebagai subjek yang dapat berkembang sendiri.

(b) Penataran dan pelatihan mutlak diperlukan demi meningkatkan

pengetahuan, wawasan dan kompetensi guru. Kegiatan ini

membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tetapi hasilnya juga akan

seimbang jika dilaksanakan secara baik. Jika kegiatan penataran,

pelatihan dan pembekalan tidak dilakukan, guru tidak akan mampu

mengembangkan diri, tidak kreatif dan cenderung apa adanya.

(c) Tidak adanya rangsangan dari pemerintah atau pejabat terkait

terhadap profesi guru. Rangsangan itu dapat berupa penghargaan

terhadap guru-guru yang berprestasi atau guru yang inovatif dalam

proses belajar mengajar.Guru harus diberi keleluasaan dalam

menetapkan dengan tepat apa yang digagas, dipikirkan,

dipertimbangkan, direncanakan dan dilaksanakan dalam pengajaran

sehari-hari, karena di tangan gurulah keberhasilan belajar siswa

ditentukan, tidak oleh Bupati, Gubernur, Walikota, Pengawas,

Kepala Sekolah bahkan Presiden sekalipun.

IV. OPINI PENULIS

Maju dan mundur sebuah bangsa tergantung pada keberhasilan guru

dalam mendidik siswanya. Program supervisi pendidikan yang dilakukan

tentunya harus berujung pada perbaikan proses belajar mengajar yang dapat

dirasakan oleh peserta didik/siswa

Pendidikan sekolah sangat diperlukan adanya perencanaan dalam

pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan tersebut. Perencanaan yang

dimaksud adalah kurikulum pendidikan atau sekolah yang di dalamnya

terdapat standar-standar pembelajaran dan pengembangan intelektualitas

manusia.

Page 8: Profesionalisme Guru Dalam Pemberdayaan Supervisi Pendidikan

7

Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan

atau supervise. Pengawasan bertanggung jawab tentang keefektifan program

itu. Oleh karena itu, supervise haruslah meneliti ada atau tidaknya kondisi-

kondisi yang akan memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.

Setelah kita mengetahui realita yang terjadi seperti yang sudah tersebut di

atas,maka diperlukan sebuah penjelasa secara rinci dan mendetail tentang

supervisi pendidikan agar para pendidik dapat memahami betapa perlu dan

pentingnya supervisi pendidikan itu.

Kebijakan pendidikan harus ditopang oleh pelaku pendidikan yang

berada di front terdepan yakni guru melalui interaksinya dalam pendidikan.

Upaya meningkatkan mutu pendidikan perlu dilakukan secara bertahap

dengan mengacu pada rencana strategis. Keterlibatan seluruh komponen

pendidikan (guru, Kepala Sekolah, masyarakat, Komite Sekolah, Dewan

Pendidikan, dan isntitusi) dalam perencanaan dan realisasi program

pendidikan yang diluncurkan sangat dibutuhkan dalam rangka

mengefektifkan pencapaian tujuan.

Adapaun hal yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan

pendidikan adalah:

1. Mengefektifkan Supervisi Pendidikan

Dalam Konsep Mutu Pendidikan proses pendidikan yang bermutu

ditentukan oleh berbagai unsur dinamis yang akan ada di dalam sekolah

itu dan lingkungannya sebagai suatu kesatuan sistem. Menurut Townsend

dan Butterworth (1992:35) dalam bukunya Your Child's Scholl, ada

sepuluh faktor penentu terwujudnya proses pendidikan yang bermutu,

yakni:

1) keefektifan kepemimpinan kepala sekolah

2) partisipasi dan rasa tanggung jawab guru dan staf,

3) proses belajar-mengajar yang efektif,

4) pengembangan staf yang terpogram,

Page 9: Profesionalisme Guru Dalam Pemberdayaan Supervisi Pendidikan

8

5) kurikulum yang relevan,

6) memiliki visi dan misi yang jelas,

7) iklim sekolah yang kondusif,

8) penilaian diri terhadap kekuatan dan kelemahan,

9) komunikasi efektif baik internal maupun eksternal, dan

10) keterlibatan orang tua dan masyarakat secara instrinsik.

2. Pelaksanaan supervisi pendidikan perlu dilakukan secara sistematis oleh

kepala sekolah dan pengawas sekolah bertujuan memberikan pembinaan

kepada guru-guru agar dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan

efisien. Dalam pelaksanaannya, baik kepala sekolah dan pengawas

menggunakan lembar pengamatan yang berisi aspek-aspek yang perlu

diperhatikan dalam peningkatan kinerja guru dan kinerja sekolah. Untuk

mensupervisi guru digunakan lembar observasi yang berupa alat

penilaian kemampuan guru (APKG), sedangkan untuk mensupervisi

kinerja sekolah dilakukan dengan mencermati bidang akademik,

kesiswaan, personalia, keuangan, sarana dan prasarana, serta hubungan

masyarakat.

Page 10: Profesionalisme Guru Dalam Pemberdayaan Supervisi Pendidikan

9

DAFTAR PUSTAKA

Balitbang Depdiknas. 2001. Data Standardisasi Kompetensi Guru.

(http://www.depdiknas.go.id.html).

Berliner, David. 2000. Educational Reform in an Era of Disinformation.

(http://www.olam.asu.edu/epaa/v1n2.html).

Depdiknas. 1997. Petunjuk Pengelolaan Adminstrasi Sekolah Dasar.Jakarta:

Depdiknas.

Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Buku 1).

Jakarta: Depdiknas.

Fullan & Stiegerbauer.1991. The New Meaning of Educational Change. Boston:

Houghton Mifflin Company.

Sapari, Achmad. 2002. Pemahaman Guru Terhadap Inovasi Pendidikan. Artikel.

Jakarta: Kompas (16 Agustus 2002).

Sahertian, Piet A. 2000. Konsep-Konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam

Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Sucipto. 2003. Profesionalisasi Guru Secara Internal, Akuntabilitas Profesi.

Makalah Seminar Nasional. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Supandi. 1996. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen

Agama Universitas Terbuka.

Supriadi, Dedi. 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita

Karya Nusa.

Supriadi, Dedi. 2002. Laporan Akhir Tahun Bidang Pendidikan & Kebudayaan.

Artikel. Jakarta : Kompas.

Suprihatin, MD. 1989. Administrasi Pendidikan, Fungsi dan Tanggung Jawab

Kepala Sekolah sebagai Administrator dan Supervisor Sekolah.

Semarang: IKIP Semarang Press.

Surya, Mohamad. 2002. Peran Organisasi Guru dalam Meningkatkan Mutu

Pendidikan. Seminar Lokakarya Internasional. Semarang : IKIP PGRI.

Suryasubrata.1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Wardani, IGK. 1996. Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Jakarta: Dirjen

Dikti.

Page 11: Profesionalisme Guru Dalam Pemberdayaan Supervisi Pendidikan

10

Townsend, Diana & Butterworth. 1992. Your Child's Scholl. New York: A Plime

Book.

Usman, Moh Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja

Rosdakarya

By mazguru - Posted on 22 April 2009

happytreeflash.com/masalah-supervisi-pendidikan-pp t.html -