problem pokok masalah produksi

11
1 PROBLEM POKOK MASALAH PRODUKSI Masalah pokok ekonomi dapat ditinjau dari 2 sudut pandang: Menurut Teori Klasik, yang dipelopori oleh Adam Smith terdiri dari : 1. PRODUKSI Produksi adalah segala tindakan yang ditujukan untuk meningkatkan nilai guna / manfaat dari suatu barang. Karena sifat manusia yang tidak pernah mengalami tingkat kepuasan yang hakiki, maka berapapun yang diproduksi selalu tidak pernah mencukupi kebutuhan manusia; sehingga selama itu pula produksi menjadi masalah pokok ekonomi. 2. DISTRIBUSI Distribusi adalah segala kegiatan yang ditujukan untuk menyampaikan atau menyalurkan barang hasil produksi dari produsen hingga sampai ke tangan konsumen akhir/pemakai. 3. KONSUMSI Konsumsi adalah segala tindakan yang tujuannya menghabiskan atau mengurangi nilai guna suatu barang. Kegiatan konsumsi dipengaruhi oleh 2 faktor : 1. Faktor Internal, seperti : pendapatan, selera karakter, kepribadian, motivasi. 2. Faktor Eksternal, seperti : kebudayaan, peradaban, lingkungan, status sosial, kebijakan pemerintah, dll. Menurut Teori Modern Menurut Paul A Samuelson, seorang pakar ekonomi, membedakan masalah pokok yang dihadapi oleh perekonomian, yaitu :

Upload: -norma-thesun-fromme-

Post on 04-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

produksi

TRANSCRIPT

Page 1: Problem Pokok Masalah Produksi

1

PROBLEM POKOK MASALAH PRODUKSI

Masalah pokok ekonomi dapat ditinjau dari 2 sudut pandang:

Menurut Teori Klasik, yang dipelopori oleh Adam Smith terdiri dari :

1. PRODUKSI

Produksi adalah segala tindakan yang ditujukan untuk meningkatkan nilai guna / manfaat dari

suatu barang. Karena sifat manusia yang tidak pernah mengalami tingkat kepuasan yang

hakiki, maka berapapun yang diproduksi selalu tidak pernah mencukupi kebutuhan manusia;

sehingga selama itu pula produksi menjadi masalah pokok ekonomi.

2. DISTRIBUSI

Distribusi adalah segala kegiatan yang ditujukan untuk menyampaikan atau menyalurkan

barang hasil produksi dari produsen hingga sampai ke tangan konsumen akhir/pemakai.

3. KONSUMSI

Konsumsi adalah segala tindakan yang tujuannya menghabiskan atau mengurangi nilai guna

suatu barang.

Kegiatan konsumsi dipengaruhi oleh 2 faktor :

1. Faktor Internal, seperti : pendapatan, selera karakter, kepribadian, motivasi.

2. Faktor Eksternal, seperti : kebudayaan, peradaban, lingkungan, status sosial, kebijakan

pemerintah, dll.

Menurut Teori Modern

Menurut Paul A Samuelson, seorang pakar ekonomi, membedakan masalah pokok yang dihadapi

oleh perekonomian, yaitu :

1. Apa yang akan diproduksi (What) Karena keterbatasan sumber daya faktor produksi, maka

harus hal yang tidak mungkin akan memproduksi sebanyak-banyaknya, maka harus

dilakukan pemilihan barfang apa yang harus diproduksi serta berapa jumlahnya.

2. Bagaimana proses produksinya (How) Hal ini sangat tergantung dari ketersediaan sumber

daya faktor produksi dari setiap wilayah/negara. Bagi negara maju akan menggunakan faktor

Page 2: Problem Pokok Masalah Produksi

2

produksi padat modal dengan teknologi majunya, sementara bagi negara yang berkembang

akan menerapkan teknologi menengah tanpa mengesampingkan pendayagunaan sumber daya

manusia yang ada sehingga tidak terjadi pengangguran yang tinggi.

3. Untuk siapa hasil produksi ditujukan (for Whom) Untuk masalah yang satu ini, pertimbangan

ditujukan bagaimana caranya agar hasil produksi dapat memenuhi kebutuhan utama

masyarakat serta dengan tingkat harga yang terjangkau oleh masyarakat yang menjadi pangsa

pasarnya.

Menurut kamariddin Hidayat dkk, masalah ekonomi pada umumnya mencakup:

1. Jenis barang dan jasa yang dihasilkan

Barang dan jasa yang dihasilkan haruslah barang dan jasa yang tidak dilarang oleh agama, seperti

barang konsumsi yang diharamkan (misalnya minuman keras, jasa hiburan yang melanggar

kesusilaan). Barang dan modal yang digunakan hendaknya juga modal yang tidak dipergunakan

ntu menghasilkan barang – barang haram.

2. System organisasi produksi barang dan jasa

Islam pada dasarnya menganut system organisasi produksi yang relative menjamin kebebasan.

Karena hak milik pribadi diakui dalam islam,mak a islam mengakui pula pemilikan factor –

factor produksi pada pribadi – pribadi.bahkan pada dasarnya, islam mengizinkan orang ataupun

perserikatan orang (individu atau lembaga usaha), untuk mengorgnisasikan factor – factor

produksi dalam usaha menaikkan nilai barang atau jasa, gunamemenuhi kebutuhan masyarakat

dengan tujuan mencapai laba. Laba yang wajar adalah halal dalam islam.Islam meghendaki harga

dari factor – factor produksi tersebut terbentuk secara adil.

3. System distribusi yang dipakai

Islam mengakui adanya lembaga perdagangan sebagai system distribusi barang dan jasa dengan

menggunakan alat ukur berupa uang. Namun perdagangan ini harus dilaksanakan dengan

menganut asas keadilan. Asas keadilan, pembagian kesejahteraan diantara kelompok masyarakat

terdapat juga kewajiban zakat.pemerataan dalam memperoleh pendapatan tercermin dalam

prinsip larangan ntuk menarik laba secara eksploitatif,larangan untuk membayar upah terlalu

rendah dan larangan untuk menetapkan harga terlalu tinggi. Zakat fitrah sebenarnya juga

mekanisme ekonomi yang dilakukan secara social. Zakat perniagaan merupakan

instrumenekonomi yang penting dalam mengatasi gejala inflasi dan depresi.

Page 3: Problem Pokok Masalah Produksi

3

Terdapat perbedaan penting antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya,

khususnya Kapitalisme, dalam memandang apa sesungguhnya yang menjadi permasalahan ekonomi

manusia. Menurut sistem ekonomi kapitalis, permasalahan ekonomi yang sesungguhnya adalah

kelangkaan (scarcity) barang dan jasa. Alasannya, setiap manusia mempunyai kebutuhan yang

beranekaragam dan jumlahnya tidak terbatas, sementara sarana pemuas (barang dan jasa) yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia terbatas. Kebutuhan yang dimaksud mencakup

kebutuhan (need) dan keinginan (want). Menurut pandangan ini, pengertian antara kebutuhan (need)

dan keinginan (want) adalah dua hal yang sama, yakni kebutuhan itu sendiri. Setiap kebutuhan yang

ada pada diri manusia menuntut untuk dipenuhi oleh alat-alat dan sarana-sarana pemuas kebutuhan

yang jumlahnya terbatas. Karena kebutuhan manusia jumlahnya tidak terbatas, sementara alat dan

sarana yang digunakan untuk memenuhinya terbatas, maka muncullah konsep kelangkaan.

Dari pandangan tersebut di atas, sistem ekonomi kapitalis menetapkan bahwa problem

ekonomi akan muncul pada setiap individu, masyarakat, atau negara karena adanya keterbatasan

barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas. Oleh karena itu, lantas disimpulkan

bahwa problem ekonomi yang sesungguhnya adalah akibat adanya kelangkaan (scarcity).

Dari pandangan demikian, muncul pula solusi untuk memecahkan problem ekonomi tersebut

yang menitikberatkan pada aspek produksi dan pertumbuhan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan

barang dan jasa agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

Perhatian sistem ekonomi kapitalis yang begitu besar terhadap aspek produksi dan

pertumbuhan ekonomi ini justru sering mengabaikan aspek distribusi dan kesejahteraan masyarakat

banyak. Hal ini dapat dilihat dari keberpihakan yang sangat besar kepada para konglomerat.

Alasannya, pertumbuhan yang tinggi dengan mudah dapat dicapai dengan jalan ekonomi

konglomerasi, sebaliknya sulit dan lambat jika ditempuh dengan mengandalkan ekonomi kecil dan

menengah.

Karena sangat mengandalkan pada pertumbuhan ekonomi suatu negara, maka sistem

ekonomi kapitalis tidak lagi memperhatikan apakah pertumbuhan ekonomi yang dicapai betul-betul

real, yakni lebih mengandalkan sektor real, ataukah semu, yakni mengandalkan sektor non-real

(sektor moneter). Dalam kenyataannya, dalam sistem ekonomi kapitalis, pertumbuhan yang terjadi

lebih dari 85 persennya ditopang oleh sektor non-real, sementara sisanya sektor real. Akibatnya,

Page 4: Problem Pokok Masalah Produksi

4

ketika sektor moneter ambruk, ekonomi negara-negara yang menganut sistem ekonomi kapitalis juga

ambruk.

Berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi Islam menetapkan bahwa problem

ekonomi yang utama adalah masalah rusaknya distribusi kekayaan di tengah masyarakat. Menurut

Islam, pandangan sistem ekonomi kapitalis yang menyamakan pengertian kebutuhan (need) dengan

keinginan (want) adalah tidak tepat dan tidak sesuai dengan fakta. Keinginan (want) manusia

memang tidak terbatas dan cenderung untuk terus bertambah dari waktu ke waktu. Sementara itu,

kebutuhan manusia ada yang sifatnya pokok (al-hâjât al-asasiyah) dan ada yang sifatnya pelengkap

(al-hâjât al-kamaliyah) yakni berupa kebutuhan sekunder dan tersier. Kebutuhan pokok manusia

berupa pangan, sandang, dan papan dalam kenyataannya adalah terbatas. Setiap orang yang telah

kenyang memakan makanan tertentu, pada saat itu sebenarnya, kebutuhannya telah terpenuhi dan dia

tidak menuntut untuk memakan makanan lainnya. Setiap orang yang sudah memiliki pakaian tertentu,

meskipun hanya beberapa potong saja, sebenarnya kebutuhannya akan pakaian sudah terpenuhi.

Demikian pula jika orang telah menempati rumah tertentu untuk tempat tinggal, meskipun hanya

dengan jalan menyewa, sebenarnya kebutuhannya akan rumah tinggal sudah terpenuhi. Jika manusia

sudah mampu memenuhi kebutuhan pokoknya maka sebenarnya dia sudah dapat menjalani

kehidupan ini tanpa mengalami kesulitan yang berarti.

Sementara itu, kebutuhan manusia yang sifatnya pelengkap (sekunder dan tersier) memang

pada kenyataannya selalu berkembang terus seiring dengan tingkat kesejahteraan individu dan

peradaban masyarakatnya. Namun, perlu ditekankan di sini, bahwa jika seorang individu atau suatu

masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan pelengkapnya, namun kebutuhan pokoknya terpenuhi,

maka individu atau masyarakat tersebut tetap dapat menjalani kehidupannya tanpa kesulitan berarti.

Oleh karena itu, anggapan orang kapitalis bahwa kebutuhan manusia sifatnya tidak terbatas adalah

tidak tepat, karena ada kebutuhan pokok yang sifatnya terbatas selain memang ada kebutuhan

pelengkap yang selalu berkembang dan terus bertambah.

Berbeda halnya dengan kebutuhan manusia. Keinginan manusia memang tidak terbatas.

Sebagai contoh, seseorang yang sudah dapat makan kenyang—kebutuhan akan makanan sudah

terpenuhi—tentunya ia dapat saja menginginkan makanan lainnya sebagai variasi dari makanannya.

Demikian pula seseorang yang telah berpakaian—kebutuhan akan pakaian telah terpenuhi—tentunya

dapat pula menginginkan pakaian lainnya yang lebih bagus dan lebih mahal. Contoh lainnya adalah

seseorang yang telah memiliki rumah tinggal—kebutuhan papannya telah terpenuhi—tentunya dapat

Page 5: Problem Pokok Masalah Produksi

5

saja menginginkan rumah tinggal yang lebih besar dan lebih banyak. Oleh karena itu, kebutuhan

pokok manusia sifatnya terbatas, sementara keinginan manusia memang tidak pernah akan habis

selama ia masih hidup. Oleh karena itulah, pandangan orang-orang kapitalis yang menyamakan antara

kebutuhan dan keinginan adalah tidak tepat dan tidak sesuai dengan fakta yang ada.

Oleh karena itulah, permasalahan ekonomi yang sebenarnya adalah jika kebutuhan pokok

setiap individu masyarakat tidak terpenuhi. Sementara itu, barang dan jasa yang ada, kalau sekadar

untuk memenuhi kebutuhan pokok seluruh manusia, maka jumlah sangat mencukupi. Namun

demikian, karena distribusinya sangat timpang dan rusak, maka akan selalu kita temukan—meskipun

di negara-negara kaya—orang-orang miskin yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok mereka

secara layak.

Dari pandangan ini solusi pemikiran untuk memecahkan problematika ekonomi tersebut

dengan jalan menitikberatkan pada aspek produksi dan pertumbuhan. Perhatian yang begitu besar

terhadap aspek produksi dan pertumbuhan seringkali justru mengabaikan aspek distribusi dan

kesejahteraan masyarakat banyak. Hal ini dapat dilihat dari keberpihakan yang sangat besar kepada

para konglomerat, sebab pertumbuhan yang tinggi dengan mudah dapat dicapai dengan jalan ekonomi

konglomerasi dan sulit/ lambat jika ditempuh dengan mengandalkan ekonomi kecil dan menengah.

Sebagai contoh dalam kasus makanan, permasalahan ekonomi seolah-olah dianggap sudah

teratasi jika produksi/stok beras sudah lebih dari total kebutuhan rakyat, “Kebutuhan beras tahun ini

akan terpenuhi oleh persediaan yang ada,” kata Suswono, menteri pertanian[2]. Disisi lain apakah

beras tersebut bisa dinikmati oleh rakyat kurang mendapat perhatian, bahkan petani penanam padi di

daerah lumbung padi pun hidup kekurangan, dengan rata-rata hasil bersih Rp. 350 ribu/bulan[3].

Dalam pandangan sistem ekonomi Islam, problematika ekonomi yang utama adalah masalah

pemenuhan kebutuhan pokok setiap warga negara, walaupun pertumbuhan dan produksi barang dan

jasa tinggi, namun bila ada warga negara yang tidak terpenuhi kebutuhan pokoknya, berarti ekonomi

negara tersebut berada dalam masalah.

Oleh sebab itu, solusi problem utama ekonomi sebenarnya adalah bagaimana mengatur

distribusi harta kekayaan sehingga semua individu terpenuhi kebutuhan pokoknya dan kekayaan

tersebut beredar tidak hanya dikalangan orang-orang kaya saja. Banyak ayat al-Quran dan al-Hadits

yang berbicara masalah distribusi kekayaan, diantaranya nash-nash yang memerintahkan manusia

untuk menginfakkan harta dan memberi makan orang-orang fakir, miskin, dan kekurangan, seperti

dalam QS al-Hajj [22]: 28; al-Baqarah [2]: 177, 184, 215; al-Insan [76]: 8, al-Fajr [90]:13-14; dan al-

Maidah [5]: 89. Al-Quran menyatakan bahwa dalam setiap harta terdapat hak bagi orang miskin.

Page 6: Problem Pokok Masalah Produksi

6

Allah Swt. Berfirman : ”Pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta-minta

dan orang miskin yang tidak mendapat bagian” [4] (QS adz-Dzariyat [51]: 19). Islam mencegah

berputarnya harta kekayaan hanya di kalangan ”Supaya harta itu jangan hanya beredar di kalangan

orang-orang kaya saja di antara kalian.” (QS al-Hasyr [59]: 7). Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah

beriman kepadaku orang yang bermalam dalam kondisi kenyang, sedangkan tetangga sebelahnya

lapar dan dia mengetahui” (HR. Thabrani dan Al Bazzar dari Anas dg sanad shahih)

Ayat-ayat dan hadits diatas memberikan pemahaman bahwa yyang dipermasalahkan oleh Islam

adalah bagaimana kebutuhan pokok setiap individu rakyat terpenuhi, oleh sebab itu pemecahannya

terletak pada mekanisme distribusi kekayaan di tengah-tengah umat baik melalui mekanisme

ekonomi maupun non ekonomi.

Page 7: Problem Pokok Masalah Produksi

7

Daftar Pustaka

Al Qur’an, Tafsir, Hadits, dll dalam Maktabah Syâmilah

Abdullah, M.H. 1990. Diraasaat fil Fikril Islami. Aman: Darul Bayariq

An Nabhani, T. 2004. Nidzomul Iqtishody Fil Islam. Beirut : Darul Ummah

Al Badri, Abdul Aziz. 1408H. Al Islam Dlominun lil Hâjât. Aman: Darul Bayariq

Zallum, Abdul Qadim. 2004. Al Amwal Fi Dawlati Al Khilafah. Beirut : Darul Ummah

Hizbut Tahrir. 2009. Muqaddimatud Dustur awil Asbaabul Maujibatu lahu. Beirut : Darul Ummah

Al Maliki, Abdurrahman. 1990. Nidzam al Uqubat. Min Mansyurat Hizb at Tahrir

(Disampaikan dalam Konferensi Tokoh Umat 1433H, di Gedung Sultan Suriansyah Banjarmasin, 17

Mei 2012)

[1] kebutuhan (need) dengan keinginan (want) tidaklah bisa disamakan. Keinginan (want) manusia

memang tidak terbatas, namun kebutuhan pokok manusia terbatas, sedang kebutuhan skunder/tersier

memang berkembang.

[2] mediaindonesia.com, 29/10/11. Produksi beras nasional rata-rata 37 juta ton per tahun, sedang

kebutuhan konsumsi rata-rata 3 juta ton. Namun demikian ternyata masih banyak yang tidak mampu

membeli beras sehingga terpaksa makan nasi aking.

[3] m.poskota.co.id (20/12/11)

[4] Yakni orang miskin yang tidak meminta-minta.

[5] Sanad hadits ini diperselisihkan, menurut tahqiq Syu’aib Arna’ut sanadnya lemah karena Abu

Bisyr majhûl, Al Hafidl Ibn Hajar dalam al-Qawl al-Musaddad (hal.22, maktabah syamilah)

mengomentari riwayat di atas, “Abu Bisyr di sini ia adalah Ja’far bin Abi Wahsyiyah, termasuk rijâl

asy-syaykhayn (perowi Bukhory Muslim)”.

[6] Abdul ‘Aziz Al Badri, Al Islam Dlominun lil Hâjât, hal. 9