prk. 2 - shampoo

39
LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI Formula Shampo dan Shampo AntiDandruff PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 DISUSU N OLEH: KELOMP OK 5 FARMAS I 6A DIAN FIRANTI ALLISA DINA HARYANTI MARIA ULFA RATU FENI CHAIRUNNISA RR. ALVIRA WIDJAYA 108102000037 108102000035 108102000008 108102000046 108102000024

Upload: dina-haryanti

Post on 02-Jan-2016

743 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

kosmetik

TRANSCRIPT

Page 1: Prk. 2 - Shampoo

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI

Formula Shampo dan Shampo AntiDandruff

PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA2011

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

FARMASI 6A DIAN FIRANTI ALLISA

DINA HARYANTI

MARIA ULFA

RATU FENI CHAIRUNNISA

RR. ALVIRA WIDJAYA

108102000037

108102000035

108102000008

108102000046

108102000024

Page 2: Prk. 2 - Shampoo

I. LANDASAN TEORI

Shampo merupakan suatau zat yang terdiri dari surfaktan, pelembut,

pengental, dan lain sebagainya yang berguna untuk membersihkan kotoran

yang melekat pada rambut seperti sebum, keringat, sehingga rambut kelihatan

bersih, indah, dan mudah ditata

sampo harus memiliki sifat berikut :

a. Shampo harus membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan

cepat, lembut dan mudah dihilangkan dengan membilas dengan air.

b. Shampo harus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan,

karena jika tidak kulit kepala menjadi kering.

c. Shampo harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi

dapat mengganti lemak natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada

di dalam komposisi sampo. Kotoran rambut yang dimaksud tentunya sangat

kompleks yaitu : sekret dari kulit, sel kulit yang rusak, kotoran yang

disebabkan oleh lingkungan dan sisa sediaan kosmetika.

d. Tidak mengiritasi kulit kepala dan mata.

e. Shampo harus tetap stabil. Shampo yang dibuat transparan tidak boleh

menjadi keruh dalam penyimpanan. Viskositas dan pH-nya juga harus tetap

konstan, sampo harus tidak terpengaruh oleh wadahnya ataupun jasad renik

dan dapat mempertahankan bau parfum yang ditambahkan ke dalamnya.

Sampo bentuk kering kapitis seborea ombe adalah sampo yang

digunakan untuk maksud memberihkan atau menghilangkan ketombe. Ketombe

adalah bentuk kering kapitis seborea yang lazim dikenal sebagai seborea sika

(kering), yakni sisik kering berlapis lapis yang rapuh mudah lepas yang melekat

menutupi epidermis kulit kepala.

Ketombe diduga karena gangguan fungsi yang disebabkan oleh sedikit

perubahan dalam proses kreatinisasi. Pembelahan sel dalam lapisan epidermis

yang lebih dalam menghasilkan sel yang didorongkan ke permukaan, sel-sel ini

sangat jauh dari dermis sehingga sukar dirubah menjadi kreatinin , hal yang

mnyebabkan pembentukan selaput yang tidak Nampak, terdiri dari sel mati

yang secara terus-menerus terdorong ke permukaan kulit. Jika oleh sesuatu

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 1

Page 3: Prk. 2 - Shampoo

sebab fungsi faal normal tidak sinkron dengan sebaiknya, dan keratinisasi

maupun aliran keluar sel mati meningkat dengan kecepatan abnormal, sel mati

itu menjadi tampak terlihat dan menjadi sisik berlapis, kering, rapuh, dan mudah

lepas, yang dikenal sebagai ketombe

Bentuk lazim lain dari kapitis sebosea disebabkan oleh sekresi sebum

(lemak) abnormal. Kapitis seborea disebabkan oleh sekresi sebum (lemak)

abnormal. Kapitis sebosea jenis ini lazim disebut sebosea oleosa. Agar kelenjar

lemak dapat mensekresikan lmak harus terjadi proses epidermis dan

pemisahan sel padapermukaan kulit. Kelenjar lemak berkembang dari folikel

rambut dan permukaan kulit kepala. Karena itu sekresi lemak yang abnormal

menyebabkan rambut terlalu menjadi berlemak, ini disebabkan karena terjadi

sekresi lemak berlebihan. Tetapi jika terjadi sebaliknya, yakni, sekresi lemak

sangat berkurang, kulit kepala dan rambut akan menjadi kering.

Dalam kondisi kulit kepala abnormal, kemungkinan besar akan terjadi

peningkatan pertumbuhan bakteri dan jamur, dan diantara spesies yang paling

menonjol adalah Staphylococcus aureus dan Pityrosporum ovale. Selain itu

juga banyak dijumpai varietas ragi yang terdapat dalam kondisi ini dibandingkn

dalam kondisi normal. Peranan ragi dalam fungsi faal normal memang belum

terbukti kenyataannya, tetapi peningkatan pertumbuhan bakteri dan jamur

diduga meruakan penyebab dalam perubahan faal normal kepala yang dapat

menimbulkn berbagai gangguan, antara lain dalam perubahan proses kreatinin

kulit kepala. Dengan kta lain, peningkatan pertumbuhan bakteri dan jamur

merupakan akibat dan atau terjadi bersamaan dengan timbulnya keabnormalan

faal kulit kepala, baik karena fakrir sistemik mauun factor local. Keabnormalan

faal tadi diduga terjadi karena berbagai sebab, antara lain:

1. Gangguan keseimbangan hormone

2. Perubahan biokimia pada dermis kulit kepala

3. Kelebihan penggunaan sediaan beralkohol kuat atau sediaan alkali kuat

4. Berkelebihan atau kesalahan penggunaan sediaan rambut yang

mengandung unsure iritasi seperti sediaan pengikal dingin dan sediaan

cat rambut

5. Terjadi defisiensi vitamin dan mineral

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 2

Page 4: Prk. 2 - Shampoo

Kapasitas seborea berikut pengobatan dan pencegahannya menjadi

penting, karena manifestasi kondisi berupa ketombe akan mengganggu estetika

penampilan, juga acapkali terkaitkan dengan terjangkitnya beberapa panyakit

kulit lain. Ketombe dapat dihubungkan dengan teradinya kerontokan rambut,

jerawat, dan psoriasis. Jerawat merupakan peradangan yang terjadi pada

kelenjar lemak. Berbagai kondisi patologi lain acapkali dikaitkan dengan

gangguan bawaan dalam metabolisme lemak, bahkan diduga akan

mempengaruhi faal kulit kepala, misalnya ekzim infantile.

Dalam sediaan rias rambut, terutama sampo, seringkali ditambahkan zat

manfaat yang dimaksudkan untuk mencegah atau mengobati seborea, yang

secara tidak lansung akan berfungsi untuk menghilangkan ketombe. Oleh

karena itu, sampo ketombe dibuat untuk maksud mencegah atadengan

berbagai nama seperti sampo obat u menghilangkan ketombe dari berbagai

bentuk. Sampo ketombe sering diedarkan dengan berbagai nama seperti

sampo obat dan sampo klinik

Sampo ketombe diharapkan dapat berfungsi untuk:

1. Membersihkan rambut dan kulit kepala tanpa menjadikan rambut

berlemak atau kering dan udah di atur.

2. Tidak boleh merangsang kelenjar lemak, tetapi hanya boleh

meningkatkan aktivitasnya

3. Efektif sebagai germisidium dan fungidium, sehingga dapat mecegah

peningktan pertumbuhan bakteri dan jamur, bahkan dapat mencegah

infeksi untuk beberapa waktu setelah keramas sampo.

4. Kadar zat manfaat yang digunaakan tidak boleh meningkatkan kepekaan

kulit kepala; ini berarti zat manfaat dalam kadar penggunaan tidak boleh

menyebabkan kegatalan, kulit mengelupas, ataupun peradangan.

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 3

Page 5: Prk. 2 - Shampoo

II. PREFORMULASI

PREFORMULASI

SHAMPOO ANTIDANDRUFF

1. Sulfur

a. Sinonim : Azufre; Enxôfre; Sulfur; Sulphur; Sulphurium; Svavel

b. Berat Molekul : S = 32.065

c. Pemerian : Serbuk, serbuk mikrokristalin, berwarna kuning, tidak berbau.

Ukuran partikel tidak lebih besar dari 20 micrometer.

d. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan alkohol, larut dalam karbon

disulfida, cukup larut dalam minyak tumbuhan.

e. Khasiat : Keratolitik, antiseptik, antifungi, and parasitisida.

f. Penyimpanan : Simpan dalam tempat yang baik dan lindungi dari cahaya

matahari.

g. Inkompatibilitas : Akan berubah warna dengan adanya metal, perak dan

air raksa.

h. Konsentrasi : sampai 10 %

Sumber : Martindale 35

2. Natrium Lauril Sulfat

a. Sinonim : Sodium lauril sulfat

b. Rumus Molekul : C12H25NaO4S

c. Berat Molekul : 288.38

d. Rumus Bangun :

e. Pemerian : Natrium lauril sulfat berwarna putih atau terdiri atas kristal-

kristal berwarna kuning pucat, serbuk halus, bersabun, rasa pahit, dan

berbau dari substansi lemak.

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 4

Page 6: Prk. 2 - Shampoo

f. Kelarutan : Bebas larut dalam air, praktis tidak larut dalam kloroform dan

eter, memberikan larutan opalescent.

g. Khasiat : Surfaktan anionik, detergen, pengemulsi, penetrasi kulit,

lubrikan tablet dan kapsul, dan pembasah.

h. pH : 7.0-9.5

i. Titik lebur : 204-207oC

j. Stabilitas : Natrium lauril sulfat stabil selama penyimpanan. Akan tetapi

pada keadaan yang ekstrim seperti pada pH 2.5 atau di bawahnya maka

akan terjadi hidrolisis menjadi lauril alkohol dan sodium bisulfat.

k. Penyimpanan : Serbuk harus disimpan dalam tempat yang kedap udara

dari bahan pengoksidasi kuat dan simpan dalam keadaan sejuk dan

kering.

l. Inkompatibilitas : Bereaksi dengan surfaktan kationik yang

mengakibatkan hilangnya aktifitas. Seperti sabun, natrium lauril sulfat

kompatible dengan asam encer dan ion magnesium dan kalsium.

Larutan sodium lauril sulfat (pH 9.5–10.0) sedikit bersifat korosif terhadap

baja, tembaga, kuningan, perunggu, dan aluminium. Sodium lauril sulfat

juga inkompatibel dengan beberapa garam alkaloid dan garam-kalium.

m. Konsentrasi :

Penggunaan Konsentrasi

Pengemulsi anionik, pembentuk

basis emulsi dengan fatty alkohol

0.5–2.5

Detergen dalam sampo

pengobatan10

Pembersih kulit dalam topikal 1

Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi Keenam hal. 687

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 5

Page 7: Prk. 2 - Shampoo

3. Asam Stearat

4. Sinonim : Acid stearicum, ctylaceticacid, crodacid, edenor, emersol,

stereophonic acid, pearl steric.

5. Rumus Molekul : C18H36O2

6. Berat Molekul : 284.47

7. Rumus Bangun :

8. Pemerian : Zat pada keras mengkilat menunjukkan susunan hablur putih

ayau kuning pucat mirip lemak lilin.

9. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol

(95%) P, dan dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.

10.Khasiat : Bahan pengemulsi

11.Dosis : untuk salep dan krim = 1-20%

12.Stabilitas : Asam stearat merupakan bahan yang stabil. Antioksidan

dapat ditambahkan ke dalam asam stearat. Disimpan dalam wadah

tertutup di tempat yang sejuk dan kering.

13.Suhu lebur : tidak kurang dari 54oC (FI III), 69oC-70oC (HOPE)

14. Inkompatibilitas : Asam stearat inkompatibel dengan metal hidroksida

dan inkompatibel dengan basa, agen pereduksi, dan age pengoksidasi.

Basis salep yang dibuat dengan asam stearat akan menjadi kental jika

bereaksi dengan senyawa zink dan garam kalsium.

Sumber : Farmakope Indonesia III

Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi Keenam hal. 697

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 6

Page 8: Prk. 2 - Shampoo

4. NaOH

a. Sinonim : Sodium Hidroksida

b. Rumus Molekul : NaOH

c. Berat Molekul : 40.00

d. Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering,

keras , rapuh, dan menunjukkan susunan hablur, putih, mudah meleleh

basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap karbondioksida

e. Kelarutan : 1 : 7.2 dalam etanol, 1 : 4.2 dalam metanol, 1 : 0.9 dalam air,

1 : 0.3 dalam air suhu 100oC, dan praktis tidak larut dalam eter.

f. Khasiat : Bahan pengalkali dan buffer

g. pH : 12-14

h. Titik Lebur : 318oC

i. Penyimpanan : Disimpan dalam ruang kedap udara non metal dalam

keadaan sejuk dan kering.

j. Stabilitas : Jika terpapar udara maka akan menyerap lembab dan

mencair, tetapi akan menjadi padatan kembali setelah mengabsorpsi

karbon dioksida dan berbentuk sodium karbonat.

k. Inkompatibilitas : Natrium hidroksida adalah basa kuat dan inkompatibel

dengan campuran yang dapat menyebabkan terjadinya oksidasi dan

hidolisis. Bereaksi dengan asam, eter, ester, terutama dalam larutan

berair.

Sumber : Farmakope Indonesia III

Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi Keenam hal. 683

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 7

Page 9: Prk. 2 - Shampoo

5. Nipagin

a. Sinonim : Methyl hydroxybenzoate (BP), Methyl parahydroxybenzoate

(JP), Methylis parahydroxybenzoates (PhEur), Methylparaben (USPNF),

hydroxybenzoic acids methyl ester, methyl p-hydroxybenzoate, Nipagin ,

Uniphen p-23.

b. Nama Kimia : Methyl-4-hydroxbenzoate

c. Rumus Molekul : C8H8O3

d. Berat Molekul : 152.5

e. Rumus Bangun :

f. Pemerian : Kristal putih atau bedrupa serbuk, berbau lemah atau hampir

tidak berbau, rasa khas (kuat)

g. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam minyak mineral, 1:2 etanol, 1:3

etanol (95%), 1:6 etanol (50%), 1:10 eter, 1:60 gliserin, 1:200 minyak

kacang, 1:5 propilenglikol, 1:400 air, 1:50 air suhu 50oC, 1:30 air suhu

80oC.

h. Khasiat : Bahan antimikroba

i. pH: 4-8

j. Titik lebur : 125-128oC

k. Stabilitas : Larutan yang mengandung nipagin pada pH 3-6 mungkin

disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 120oC selama 20 menit.

l. Penyimpanan : Disimpan dalam tempat tertutup rapat dalam keadaan

sejuk dan kering.

m. Inkompatibilitas : Tereduksi dengan surfaktan nonionik seperti polisorbat

80. Inkompatibilitas dengan bentonit, magnesium trisilicat, talk, tragakan,

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 8

Page 10: Prk. 2 - Shampoo

sodium alginat, minyak essensial, sorbitol, atropin. Bereaksi dengan

macam-macam gula dan alkohol gula.

n. Kadar : Topikal (0.02-0.3%)

Sumber: Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi Keenam hal. 794

6. Aquadest

a. Sinonim : Air Suling

b. Rumus Molekul : H2O

c. Berat Molekul : 18.02

d. Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak bebau, dan tidak berasa.

e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

Sumber : Farmakope Indonesia III

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 9

Page 11: Prk. 2 - Shampoo

III. PROSEDUR KERJA

a. NaOH dilarutkan dalam air, kemudian dipanskan pada suhu 75 0 C

b. Ditambahkan Nipagin hingga larut, kemudian ditambahkan sulfur pada

larutan tersebut (M1).

c. Natrium Lauril Sulfat dilebur tersendiri dipanaskan secara perlahan-lahan

hingga suhu 60 0 C, dan Asam stearat juga dilebur ditempat yang berbeda

pada saat bersamaan hingga suhu 60 0 C.

d. Hasil peleburan NLS dan asam stearat dimasukkan ke dalam M1

e. Ditambahkan air dan diaduk hingga dingin

f. Ditambahkan Parfum

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 10

Page 12: Prk. 2 - Shampoo

IV. HASIL DAN EVALUASI

Kelompok 1

Parameter Pengamatan Uji Tinggi &Stabilitas Busa

( sediaan tidak ada )Warna Putih

Bau Bau minyak

Kekentalan Kental

Kestabilan Busa

- Tinggi busa

- Tinggi air

- Awal = 12 cm

- Akhir = 10.9 cm

- Awal = 9 cm

- Akhir = 8.8 cm

Daya bersih Mudah dibersihkan

dengan air

pH Netral

Homogenitas Homogen

Kelompok 2

Parameter Pengamatan

Kelompok 2

Uji Tinggi &Stabilitas Busa

( sediaan tidak ada )

Warna Putih

Bau Bau Rosae

Kekentalan Kental

Kestabilan Busa

- Tinggi busa

- Tinggi air

12 cm

9.5 cm

Daya bersih Mudah dibersihkan

dengan air

pH 7 (Netral)

Homogenitas Homogen

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 11

Page 13: Prk. 2 - Shampoo

Kelompok 3

Parameter Pengamatan

Kelompok 3

Uji Tinggi &Stabilitas Busa

( sediaan tidak ada )

Warna Putih susu

Bau Tidak berbau

Kekentalan Kental

Kestabilan Busa

- Tinggi busa

- Tinggi air

42 mL / 7.3 cm

58 mL / 9.8 cm

Daya bersih Mudah dibersihkan

dengan air

pH 6

Homogenitas Homogen

Kelompok 4

Parameter Pengamatan

Kelompok 4

Uji Tinggi &Stabilitas Busa

( sediaan tidak ada )

Warna Putih

Bau Bau jeruk nipis

Kekentalan Kental

Kestabilan Busa

- Tinggi busa

- Tinggi air

13 cm

8 cm

Daya bersih Mudah dibersihkan

dengan air

pH 6

Homogenitas Homogen

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 12

Page 14: Prk. 2 - Shampoo

Kelompok 5

Parameter Pengamatan

Kelompok 5

Uji Tinggi &Stabilitas Busa

( sediaan tidak ada )

Warna Putih kekuningan

Bau Bau khas sulfur

Kekentalan Tidak terlalu kental

Kestabilan Busa

- Tinggi busa

- Tinggi air

- Awal = 6 cm

- Akhir = 5.8 cm

- Awal = 4.5 cm

- Akhir = 4.8 cm

Daya bersih Mudah dibersihkan

dengan air

pH 8

Homogenitas Homogen

*Ket: Ketinggian busa dan air: - Awal = 5 menit pertama

- Akhir = 5 menit kedua

Kelompok 6

Parameter Pengamatan

Kelompok 6

Uji Tinggi &Stabilitas Busa

( sediaan tidak ada )

Warna Kuning

Bau Rosae

Kekentalan Kental

Kestabilan Busa

- Tinggi busa

- Tinggi air

- Awal = 8 cm

- Akhir = 6.5 cm

- Awal = 5.7 cm

- Akhir = 7 cm

Daya bersih Mudah dibersihkan

dengan air

pH 8 – 9

Homogenitas Homogen

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 13

Page 15: Prk. 2 - Shampoo

V. PEMBAHASAN

Praktikum kali ini kami membuat formula shampo dan shampo

antidandruff. Shampo merupakan suatau zat yang terdiri dari surfaktan,

pelembut, pengental, dan lain sebagainya yang berguna untuk membersihkan

kotoran yang melekat pada rambut seperti sebum, keringat, sehingga rambut

kelihatan bersih, indah, dan mudah ditata. Rambut adalah bagian tubuh yang

terdiri dari satu bagian muncul dalam kulit (akarnya), dan satu bagian keluar

dari kulit (batang rambut). Kelenjar sebaseus adalah struktur yang bulat terletak

dalam dermis dan berhubungan dengan folikel rambut. Kelenjar sebaceous

mensekresi senyawa lemak yang disebut sebum, tempat dimana rambut akan

menyerap dengan efek kapiler dan berfungsi memberikan busa dan lunak, dan

menjaga permukaan kulit lembut dan liat. Minyak pada kulit kepala dapat

dihilangkan dengan menggunakan shampo, akan tetapi shampo yang baik tidak

banyak menghiiangkan banyak minyak dari kulit kepala untuk menjaga

permukaan kulit lembut dan liat.

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 14

Page 16: Prk. 2 - Shampoo

Formula 4A dengan formula krim shampo Ekstrak lidah buaya 10% +

NLS 47% + Asam oleat 20% + TEA 10% + Nipagin 0,2% + Parfum + Aquadest

menghasilkan krim yang homogen, kental dan mudah dibersihkan dengan air.

Sedangkan formula 4B dengan formula yang sama akan tetapi konsentrasi NLS

nya 40% menghasilkan krim yang homogen, kental. Perbedaan konsentrasi

tersebut terlihat pada saat melakukan uji kestabilan busa, konsentrasi NLS 47%

menghasilkan tinggi busa yang lebih banyak karena NLS digunakan sebagai

bahan aktif pembentuk busa dan detergensi. Surfaktan bekerja dengan cara

menurunkan tegangan permukaan cairan karena bersifat amfibilik, sehingga

dapat melarutkan kotoran yang melekat pada permukaan rambut. Bagian

hidrofilik dari surfaktan anionic membawa muatan negatif dalam larutan.

Surfaktan ini umumnya lebih bagus dari kelas lain dalam istilah pembusaannya,

pembersihan dan hasil akhir. Pembentuk busa adalah bahan surfaktan yang

masing-masing berbeda daya pembuat busanya. Busa adalah emulsi udara

dalam cairan. Kemampuan membentuk busa tidak menggambarkan

kemampuan membersihkan. Busa yang terbentuk akan segera terikat dengan

lemak sebum sehingga rambut yang lebih bersih akan menimbulkan busa yang

lebih banyak pada pengulangan pemakaian shampoo. Alkohol rantai sedang

yang dapat memberikan konsistensi kental. NLS merupakan surfaktan anionik

Surfaktan memilki sifat khusus :

a. Pembasahan

Perubahan dalam tegangan permukaan yang menyertai proses pembasahan

b. Daya Busa

Busa ialah dispersi gas dalam cairan dan zat aktif permukaan memperkecil

tegangan antarmuka, sehingga busa akan stabil, jadi surfaktant mempunyai

daya busa.

c. Daya Emulsi

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 15

Page 17: Prk. 2 - Shampoo

Emulsi adalah suspensi partikel cairan dalam fasa cairan yang lain, yang tidak

saling melarutkan. Sama hanya dengan pembasahan, maka surfaktant akan

menurunkan tegangan antarmuka, sehingga terjadi emulsi yang stabil.

Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus

hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang

terdiri dari air dan minyak. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas

surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan

memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian non polar yang

suka akan minyak/lemak (lipofilik). Bagian polar molekul surfaktan dapat

bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini yang menyebabkan

surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyak-air dan zat

padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase

air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun

terendam dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah

merupakan rantai alkil yang panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik)

mengandung gugus hidroksil. Semua emulgator bekerja dengan membentuk

film ( lapisan ) di sekeliling butir – butir tetesan yang terdispersi dan film ini

berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispersi

sebagai zat pemisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu tipe M/A dimana

tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M dimana fase intern adalah

air dan fase ekstern adalah minyak

Formula 4A dan 4B merupakan sediaan shampo berbentuk krim dari

ekstrak Aloe vera. Aloe vera mengandung glycoprotein yang memiliki manfaat

melembutkan rambut sehingga terlihat lebih indah. Shampo krim digunakan

untuk rambut kering,normal cenderung kering, dan rambut normal yang susah

diatur. Dari segi konsistensi pengamatan hanya dilakukan secara visual tidak

menggunakan viskometer brookfield. Dari segi konistensi formula 4A dan 4B

menghasilkan kekentalan yang baik. Kekentalan pada shampo juga merupakan

hal penting karena jika sediaan terlalu encer, sediaan tersebut terlalu mudah

mengalir dari kulit kepala menuju ke wajah (mata) dan turun ke leher. Jika

sediaannya terlalu kental, sediaan itu sangat lambat (susah dituang dari botol

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 16

Page 18: Prk. 2 - Shampoo

dan tidak akan mudah tercampur dengan air pada rambut sehingga sediaan

tersebut kehilangan keefektifan penuhnya

PH pada sediaan formula 4A dan 4B adalah 7. PH tersebut telah

memenuhi syarat PH untuk shampo yaitu netral atau sedikit alkali. Kealkalian ini

akan membuka ibrikasi rambut, sehingga lemak dan kotoran yang melekat

pada kulit kepala dan rambut akan mudah dibersihkan. Preservatives

(pengawet) yang digunakan adalah Nipagin dengan konsentrasi 0,2%.

Preservatives (pengawet) yakni bahan yang digunakan untuk mencegah

terbentuknya mikroba pada produk. Shampoo sebagai kosmetik yang

penggunaannya bersentuhan langsung dengan badan manusia. Keberadaan

suatu mikroba ataupun jamur tentu akan mengkonta-minasi produknya sendiri

dan kulit kepala.

Mekanisme Kerja Shampo adalah :

Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air → meningkatkan kemampuan

air untuk membasahi kotoran yang melekat (Makin kecil nilai tegangan

permukaan air, makin besar kemampuan air membasahi benda). Surfaktan

bergerak di bawah lapisan berminyak → mengangkat dan permukaan →

partikel berbentuk bola.

Penambahan TEA dimaksudkan untuk penetral yang akan beraksi

dengan gugus asam. Adanya gugus –COOH dan –OH dapat menyebabkan

asam sterat dan TEA dapat berekasi menjadi garam

Mekanisme Asam stearat dan TEA :

+

Asam Oleat TEA

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 17

Page 19: Prk. 2 - Shampoo

Formula 5A dengan formula shampo jeruk nipis 10% + NLS 16% + NaCl

2,5% + Propilenglikol 1% + KOH 85% PH 6,5 qs + Aquadest menghasilkan

shampoo yang yang homogen, kental dan mudah dibersihkan dengan air.

Formula 5B memliki formula NaCL 4%. Pada pengamatan uji busa dengan

tabung sedimentasi pada hari kedua formula 5A menghasilkan shampo yang

baik dari segi penampilan (warna dan bau) dan kekentalan.

Pada sediaan kelompok 3 (formula 5A) dan 4 (formula 5B), dibuat

sediaan shampoo dengan menggunakan ekstrak dari buah jeruk nipis. Buah

jeruk nipis pada sampo dipercaya dapat berfungsi melembabkan rambut.

Perbedaan yang terjadi diantara keduanya ialah konsentrasi penggunaan NaCl

dalam pembuatan. Untuk kelompok 3 menggunakan NaCl sebesar 2,5 %

sedangkan pada kelompok 4 menggunakan NaCl sebesar 4 %. Penggunaan

NaCl dalam sampo digunakan untuk mengendalikan ukuran –ukuran

pembentukan misel-misel yang terbentuk dari bahan pengemulsi. Surfaktan

adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikkan kelarutan zat.

Molekul surfaktan terdirii atas dua bagian polar dan non polar. Apabila

didispersikan dalam air pada konsentrasi rendah, akan berkumpul pada

permukaan dengan mengorientasikan bagian polar ke arah air dan bagian non

polar kearah udara. Kumpulan surfaktan itu akan membentuk suatu lapisan

monomolekular. Bila permukaan cairan telah jenuh dengan molekul-molekul

surfaktan, maka molekul-molekul yang berada didalam cairan terbentuk disebut

Konsentrasi Misel Kritik (KMK).

Sifat penting misel adalah kemampuannya dalam menaikkan kelarutan

zat-zat yang sukar larut dalam air, proses ini disebut dengan solubilisasi

miselar. Solubilisasi terjadi karena molekul zat yang sukar larut berasosiasi

dengan misel membentuk suatu larutan dan stabil secara termodinamika.

Lokasi molekul zat terlarut dalam misel tergantung pada polaritas zat tersebut.

Molekul-molekul non polar akan masuk ke bagan non polar dari misel

sedangkan molekul-molekul polar akan teradsorpsi pada permukaan misel.

Molekul-molekul semi polar akan masuk ke daerah palisade dan membentuk

suatu misel campur. Pada saat misel terbentuk NaCl berfungsi untuk

mengendalikan ukuran dari misel-misel tersebut.

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 18

Page 20: Prk. 2 - Shampoo

Selain itu NaCl digunakan untuk menyesuaikan viskositas/kekentalan dari

sediaan sampo dengan cara mengubah sifat dari ion-ion yang terdapat di

dalamnya. Thickening agent, sering digunakan garam natrium klorida (NaCl)

dalam suatu cam-puran yang berfungsi untuk mengatur kekentalan. Semakin

kental produk shampoo, penggunaannya semakin hemat daan disukai oleh

konsumen. Namun penambahan garam yang terlalu banyak dapat

menimbulkan efek keruh pada produk.

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Rutales

Famili : Rutaceae

Genus : Citrus

Species : Citrus aurantiifolia

Dalam pembuatan shampoo diperlukan penambahan surfaktan untuk

menurunkan tegangan permukaan karena dalam sediaan terdiri dari dua fase,

yaitu fase air dan fase minyak, yang dalam hal ini adalah Natrium Lauril Sulfat.

Natrium Lauril Sulfat termasuk dalam surfaktan anionik sehingga dia akan

berdisosiasi dalam larutan berair membentuk anion yang bermuatan negatif

yang bertanggung jawab untuk kemampuan pengemulsinya. Surfaktan anionik

dapat digunakan sebagai bahan utama pada produk pencuci dan detergen

serta menunjukkan kemampuan pencucian dan detergensi yang baik.

Natrium Lauril Sulfat mempunyai sifat detergen, yang terutama

dikehendaki untuk sampo yaitu kemampuan membangkitkan busa. Busa adalah

emulsi udara dalam cairan. Na lauril sulfat yang berfungsi sebagai surfaktan

sehingga tegangan antar permukaan menjadi lebih kecil dan kedua fase dapar

bercampur homogen.

Penggunaan Natrium lauril sulfat dalam formula sampo pada praktium

kali ini dapat dikatakan tepat. Hal ini dikarenakan sediaan sampo sebaiknya

mempunyai pH asam atau sedikit basa. Natrium lauril sulfat mempunyai

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 19

Page 21: Prk. 2 - Shampoo

aktivitas dan kestabilan pada pH 6.5 - 7.3 atau sampai basa sehingga

penggunaannya dalam proses pembuatan sampo ialah tepat.

Propilen glikol digunakan sebagai humektan atau pembasah. Propilen

glikol juga digunakan sebagai carrier dari bahan pengemulsi sehingga bahan

pengemulsi dapat berfungsi. Selain itu propilenglikol juga berfungsi sebagai

penjernih pada sampo.

KOH 85% pH 6.5 digunakan untuk menyesuaikan pH sediaan dan akan

bereaksi jika adanya kontak dengan basa lemah. Untuk menyesuaikan pH

maka diperlukan adanya KOH.

Kami melakukan evaluasi yaitu warna, bau, homogenitas, viskositas,

tinggi busa, pH dan daya bersih sampo. Kelompok 3 dan 4 menghasilkan

sampo berwarna putih. Warna putih yang dihasilkan berasal dari bahan yang

digunakan. Pada uji bau, sediaan kelompok 3 tidak mempunyai bau sedangkan

kelompok 4 mempunyai bau jeruk nipis. Padahal konsentrasi yang digunakan

sama. Hal ini mungkin dikarenakan karena pengamatan yang dilakukan

berdasarkan subjektivitas sehingga terdapat penilaian yang berbeda.

Pada uji viskositas, kami hanya melakukan secara pengamatan visual

tidak dengan alat viskosimeter Brookfield atau dengan metode bola jatuh.

Sehingga, tidak didapatkan data secara pasti nilai viskositas sediaan yang

didapat. Tapi, menurut pengamatan kami viskositas shampoo yang paling baik

adalah kelompok 3 dan 4. Begitu juga dengan uji daya bersih sampo dimana

sediaan keduanya mudah dibersihkan dengan air. Dimana tidak banyak

menghilangkan minyak dari kulit kepala.

Pada uji pH, pH pada kelompok 3 dan 4 adalah 6 (asam). Hal ini

kemungkinan dikarenakan pengaruh dari sifat komposisi penyusunnya. Namun,

pH yang dihasilkan masih berada pada rentang yang telah ditetapkan yaitu

asam atau sedikit basa.

Uji homogenitas dilakukan dengan pengamatan visual. Hasilnya adalah

dimana sediaan kelompok 3 lebih homogen dibandingkan dengan kelompok 4.

Padahal konsentrasi NaCl yang digunakan sebagai pengatur ukuran misel lebih

banyak pada kelompok 4. Kemungkinan hal ini dikarenakan adanya pengaruh

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 20

Page 22: Prk. 2 - Shampoo

pada proses pencampuran dan pengadukan bahan sehingga mempengaruhi

homogenitas sediaan akhir.

Sediaan pada kelompok 3 dan 4 menghasilkan busa yang cukup banyak.

Hal ini diuji dengan cara menghitung ketinggian busa dengan menggunakan

tabung sedimentasi. 10 gram dari sediaan dicampurkan dengan 25 ml air,

kemudian dikocok selama ± 5 menit dan dilihat penurunan busa yang terjadi

selama 5 menit. Hasilnya adalah kelompok 3 didapatkan ketinggian busa 7,3

cm dan kelompok 4 didapatkan ketinggian busa 8 cm. Busa yang dihasilkan

cepat karena adanya pengaruh dari propilenglikol yang menyebabkan busa

terbentuk lebih cepat. Tetapi, busa tidak bertahan lama karena lama-kelamaan

busa akan menghilang sehari setelahnya. Namun, pada kelompok 4 busa

masih terlihat ada.

Sedangkan uji mikrobiologi dan uji berat jenis tidak kami lakukan karena

keterbatasan waktu dan alat.

Menurut formularium kosmetika indonesia, Sampo adalah sediaan

kosmetika yang digunakan untuk maksud keramas rambut, sehingga setelah itu

kulit menjadi bersih dan sedapat mungkin rambut menjadi lembut, mudah diatur

dan berkilau. Sedangkan sampo ketombe adalah sampo yang digunakan untuk

maksud membersihkan dan atau menghilangkan ketombe.

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 21

Page 23: Prk. 2 - Shampoo

Ketombe adalah bentuk kering kaptis seborea yang lazim dikenal

sebagai seborea sika (kering), yakni sisik kering berlapis-lapis yang rapuh

mudah terlepas yang melekat menutupi epidermis kepala.

Dalam sediaan rias rambut, terutama sampo, seringkali ditambahkan

zat manfaat yang dimaksudkan untuk mencegah atau mengobati seborea, yang

secara tidak langsung akan berfungsi untuk hilangkan ketombe. Zat manfaat

yang digunakan dalam sampo ketombe menunjukkan salah satu atau paduan

keaktifan bakterisidum, fungisidum, kaunteriritan dan mengurangi atau

menghalangi sekresi kelenjar lemak. Di antara zat manfaat yang paling lazim

digunakan dalam sampo ketombe meliputi:

Antiseptikum, seperti: asam undesilenat, belerang endap, bitional (2,2-

tiobis-4,6-diklorofenol), etanol, heksaklorofen, isopropanol, klodifan (2,4,4-

trikloro-2-hidroksidifenileter), resorsin, surfaktan kation terutama sitrimida,

ter arang

Kounteriritan, seperti: kamfer, mentol, minyak eukaliptus, minyak kade,

resorsin, timol.

Lain-lain, terutama zat manfaat yang menunjukkan aktivitas dapat

mengurangi sekresi kelenjar lemak; seperti: selenium sulfida1 – 2,5%;

campuran selenium sulfida – selenium monosulfida, zinc pirithion 2% dan

sulfur.

Dalam pembuatan sampo anti ketombe, yang pertama harus

diperhatikan adalah kadar zat manfaat yang digunakan. Dalam praktikum kali

ini zat manfaat yang digunakan adalah sulfur dengan konsentrasi 2%. Menurut

Martindale edisi ke 35 sulfur mempunyai khasiat sebagai keratolitik, antiseptik,

antifungi dan parasitisida dengan konsentrasi yang diizinkan mencapai 10%.

Hal ini berarti jenis dan kadar zat manfaat yang digunakan dalam formula

memenuhi syarat.

Selain sulfur sebagai zat manfaat, dalam formula 6A dan 6B juga

terdapat bahan tambahan lain seperti Natrium lauril sulfat, asam stearat NaOH,

nipagin dan parfum secukpunya. Dengan variasi kadar natrium lauril sulfat 15%

pada formula 6A dan 20% pada formula 6B.

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 22

Page 24: Prk. 2 - Shampoo

Selain zat manfaat, Menurut buku pegangan ilmu pengetahuan

kosmetik, bahan-bahan yang biasanya terdapat dalam sampo adalah:

1)deterjen atau surfaktan, 2) bahan pendispersi garam kalsium yang bertujuan

mencegah pengendapan garam kalsium agar rambut tidak buram dan tidak

lengket. 3) bahan pengikat ion (Sequestering Agents) yaitu bahan yang

mencegah pengendapan garam kalsium dan magnesium dengan jalan

mengikat ion Ca dan Mg, 4) bahan pelarut deterjen, karena deterjen tidak

mudah larut dalam air, diperlukan bahan pelarut deterjen agar sampo tidak

menjadi seperti awan, 5) bahan pengental 6) bahan pembentuk dan penstabil

busa 7) bahan pencemerlang rambut 8) bahan pelembab rambut dan kulit

kepala 9) bahan pengawet 10) parfum dan bahan berwarna.

Deterjen atau surfaktan merupakan salah satu komponen yang terdapat

di dalam sampo. Menurut buku pegangan ilmu pengetahuan kosmetik, ada 4

jenis deterjen, yaitu:

a) Anionik deterjen , misalnya sodium tallow soap, potasium stearate, sodium

lauryl sulfate, triethanolamine lauryl sulfate dan lain-lain. Paling sering

dipakai adalah sodium lauryl sulfate dan triethanol lauryl sulfate yang

harganya murah tetapi memiliki daya pembersih yang kuat, bahkan di

dalam air sadah sekalipun.

b) Cationik seterjen , misalnya diethylaminoethyl-oleyl amide acetate. Daya

pembasahnya kuat, tetapi daya pembersihnya kurang baik. Tidak pernah

dicampur dengan anionic deterjen karena akan menonaktifkannya.

c) Amphoterik deterjen, misalnya triethanolamine-lauryl-beta-aminoprpionate

dan sodium lauryl-beta-aminopropionate.

d) Nonionik detrerjen, misalnya asam lemak monodiethanolamide dan sorbiton

monolaurate. Deterjen ini tidak pernah dipakai sendirian dalam sampo

karena harganya mahal, tetapi keberadaannya penting sebagai bahan

dasar.

Deterjen yang digunakan dalam formula 6A dan 6B ini adalah Natrium

Lauryl Sulfate yang termasuk dalam golongan anionik deterjen. Sifat deterjen

yang terutama dikehendaki untuk sampo adalah kemampuan membangkitkan

busa. Jenis deterjen yang paling lazim diedarkan tergolong alkil sulfat, terutama

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 23

Page 25: Prk. 2 - Shampoo

lauril sulfat, juga alkohol monohidrat dengan rantai C 10 – 18. Deterjen alkil

sulfat dengan rantai karbon 12 (lauryl) – 14 (mistril) adalah non iritan,

memberikan cukup busa pada suhu kamar dan tidak mudah rusak dalam

penyimpanan.

Deterjen yang digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan

sampo memiliki sifat fisikokimia tersendiri yang umumnya tidak sepenuhnya

searah dengan ciri sifat yang dikehendaki untuk sampo. Keuntungan Natrium

lauril sulfat adalah daya pembersihnya lebih kuat dibandingkan dengan

senyawa amonium atau trietanolamin karena menunjukkan sifat pelarut lemak

yang lebih baik. Tetapi yang patut diperhatikan, penghilanagn lemak rambut

yang sempurna dapat mensekresi lemak yang berlebihan; sehingga jika

digunakan untuk keramas rambut, lamak rambut dapat hilang, rambut menjadi

kering, kusam dan mudah menjadi kusut, menyebabkan sukar diatur.

Pada saat melakukan percobaan bahan-bahan ditimbang kemudian

sulfur digerus kedalam lumpang, asam stearat dilebur, natrium lauril sulfat

dilarutkan ke dalam air lalu dipanaskan, NaOH dan nipagin dilarutkan,

kemudian kelima zat tersebut kemudian di campur dalam lumpang aduk

homogen lalu digenapkan dengan air sampai volume yang diinginkan. Dan

setelah dingin kemudian ditambahkan parfum dan dicampur sampai homogen.

Hasil dari sediaan sampo dengan formula 6A dan 6B cara kerja tersebut

menghasilkan konsistensi sampo yang berbeda. Pada formula 6A dihasilkan

sediaan yang lebih encer dibanding formula 6B. Hal ini dipengaruhi karena

perbedaan konsentrasi natrium lauril sulfat yang digunakan. Selain itu hasil

sediaan dari formula 6B konsistensinya seperti foam atau awan.

Menurut formularium kosmetika Indonesia sediaan sampo disajikan

dalam berbagai bentuk meliputi bubuk, emulsi, krim atau pasta dan larutan.

Selain itu dapat juga disajikan dalam bentuk aerosol. Sedangkan menurut buku

pegangan ilmu pengetahuan kosmetik, dari segi bentuk, dikenal 4 macam

sampo yaitu sampo cair jernih, sampo dalam bentuk krim, sampo dalam bentuk

gel dan sampo kering.

Sampo cair jernih yang menjadi awan setelah lama disimpan atau

setelah mengalami pendinginan hebat dianggap sebagai produk yang secara

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 24

Page 26: Prk. 2 - Shampoo

estetik cedera. Karena gangguan itu sering terjadi, awan itu sekalian

diperbanyak sehingga sampo menjadi krim. Maka terciptalah sampo jenis baru:

cream sampo. Cream sampoo dibuat sebagaimana sampo cair biasa, hanya

bahan pelarut dikurangi dan ditambahi bahan pembentuk awan (opacifying

agent), berupa Natrium stearat (asam stearat + larutan NaOH) atau

zinc/magnesium stearat atau sodium setil sulfat yang dapat diberikan dalam

bentuknya yang murni.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahawa formula yang

diberikan pada saat praktikum merupakan formula cream shampoo dengan zat

manfaat sulfur 2% sebagai anti dandruff, Natrium lauril sulfat sebagai

surfaktan/deterjen, Asam stearat dan NaoH sebagai opacifying agent dan

nipagin sebagai pengawet.

VI. KESIMPULAN

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 25

Page 27: Prk. 2 - Shampoo

a) Formula 4A dan 4B merupakan sediaan shampo berbentuk krim dari ekstrak

Aloe vera. Aloe vera mengandung glycoprotein yang memiliki manfaat

melembutkan rambut sehingga terlihat lebih indah

b) Perbedaan konsentrasi pada formula 4A dan 4B terlihat pada saat

melakukan uji kestabilan busa, konsentrasi NLS 47% menghasilkan tinggi

busa yang lebih banyak karena NLS digunakan sebagai bahan aktif

pembentuk busa dan detergens

c) Formula 5A menghasilkan busa yang dihasilkan cepat karena adanya

pengaruh dari propilenglikol yang menyebabkan busa terbentuk lebih cepat.

Tetapi, busa tidak bertahan lama karena lama-kelamaan busa akan

menghilang sehari setelahnya. Namun, pada formula 5B busa masih terlihat

ada.

d) Hasil dari sediaan sampo dengan formula 6A dan 6B cara kerja tersebut

menghasilkan konsistensi sampo yang berbeda. Pada formula 6A dihasilkan

sediaan yang lebih encer dibanding formula 6B. Hal ini dipengaruhi karena

perbedaan konsentrasi natrium lauril sulfat yang digunakan. Selain itu hasil

sediaan dari formula 6B konsistensinya seperti foam atau awan

SARAN

a. Jika dalam formula pembuatan shampo digunakan Natrium Lauril Sulfat

sebaiknya pengadukan dilakukan secara perlahan untuk mencegah

terbentuknya busa yang terlalu banyak.

b. Konsentrasi NLS sebaiknya digunakan dalam batas konsentrasinya, jika

konsentrasi berlebih sediaan shampo menjadi kurang baik.

c. Metode pembuatan juga sangat mempengaruhi sediaan shampo yang

dihasilkan.

VII. DAFTAR PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 26

Page 28: Prk. 2 - Shampoo

Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta:

Universitas Indonesia Press.

Dewan Redaksi Panitia Formularium Kosmetika Indonesia. 1985. Formularium

Kosmetika Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Farmakope Indonesia Ed. III

Farmakope Indonesia Ed. IV

Lachman, Leon. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri 2 Edisi ke-3.

Jakarta : UI Press.

Tranggono, Retno Iswari, DR. SpKK dan Latifah, Fatimah, Dra. Apt. 2007. Buku

Pegangan Ilmu Pengeahuan Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Tehknologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Modul 2 Dasar Rias Merawat Kulit Kepala dan Rambut Secara Kering

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17135/4/Chapter%20II.pdf

digilib.ubaya.ac.id/skripsi/farmasi/F_644.../F_644_Bab%20VI.pdf

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 27