prinsip pengukuran

10
PRINSIP-PRINSIP PENGUKURAN DALAM PENELITIAN By. Sirajudin Noor, SKp. Ners, M.Kes Pengumpulan data merupakan salah satu tahap dalam kegiatan penelitian. Penelitian memerlukan data yang relevan, reliable (tetap) dan akurat (tepat / valid) . Untuk memperoleh data yang demikian diperlukan metode, teknik, prosedur, alat dan kegiatan- kegiatan yang dapat diandalkan. Salah satu kegiatan dalam pengumpulan data ialah melakukan pengukuran. Pada dasarnya pengukuran adalah suatu aktivitas yang bertujuan untuk menetapkan jumlah, dimensi atau taraf suatu yang diukur . Sesuatu ini dapat berupa objek atau gejala (fenomena) baik substansial maupun insubstansial. Hasil pengukuran dinyatakan dalam bilangan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengukuran adalah suatu proses kuantifikasi Bilangan sebagai hasil pengukuran harus mengacu pada satuan (unit) pengukuran, misalnya satuan berat (gram, kilogram), volume (cc, liter), panjang(centimeter, meter) waktu (detik, menit, jam, hari, minggu) dan lainnya. Dipersyaratkan bahwa satuan pengukuran itu harus menunjukan sifat tetap atau stabil agar dapat diperbandingkan. Untuk ukuran tertentu dapat dibuat alat ukur yang mempunyai satuan yang cukup stabil sehingga dapat disebut sebagai satuan baku (unit standar). Kuantitas yang menjadi sifat benda-benda fisik (ilmu biologi dan fisika) dapat dilakukan pengukuran yang lebih teliti (dengan ketelitian yang tinggi)jika dibandingkan dengan pengukuran terhadap 1

Upload: tuwiw

Post on 13-Dec-2014

222 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

mnm

TRANSCRIPT

Page 1: Prinsip Pengukuran

PRINSIP-PRINSIP PENGUKURAN DALAM PENELITIANBy. Sirajudin Noor, SKp. Ners, M.Kes

Pengumpulan data merupakan salah satu tahap dalam kegiatan penelitian.

Penelitian memerlukan data yang relevan, reliable (tetap) dan akurat (tepat / valid).

Untuk memperoleh data yang demikian diperlukan metode, teknik, prosedur, alat dan

kegiatan-kegiatan yang dapat diandalkan. Salah satu kegiatan dalam pengumpulan data

ialah melakukan pengukuran.

Pada dasarnya pengukuran adalah suatu aktivitas yang bertujuan untuk

menetapkan jumlah, dimensi atau taraf suatu yang diukur. Sesuatu ini dapat berupa

objek atau gejala (fenomena) baik substansial maupun insubstansial. Hasil pengukuran

dinyatakan dalam bilangan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengukuran

adalah suatu proses kuantifikasi

Bilangan sebagai hasil pengukuran harus mengacu pada satuan (unit)

pengukuran, misalnya satuan berat (gram, kilogram), volume (cc, liter),

panjang(centimeter, meter) waktu (detik, menit, jam, hari, minggu) dan lainnya.

Dipersyaratkan bahwa satuan pengukuran itu harus menunjukan sifat tetap atau

stabil agar dapat diperbandingkan.

Untuk ukuran tertentu dapat dibuat alat ukur yang mempunyai satuan yang cukup

stabil sehingga dapat disebut sebagai satuan baku (unit standar). Kuantitas yang

menjadi sifat benda-benda fisik (ilmu biologi dan fisika) dapat dilakukan pengukuran

yang lebih teliti (dengan ketelitian yang tinggi)jika dibandingkan dengan pengukuran

terhadap kuantitas yang menjadi sifat sesuatu yang abstrak (ilmu social dan budaya).

Disamping itu tingkat ketelitian pengukuran juga dipengaruhi oleh sifat objek atau

gejala yang diukur, tujuan penelitian dan situasi pada saat pengukuran. Dengan

demikian jelaslah kiranya bahwa pengukuran meliputi paling sedikit dua aspek

penting yaitu KUANTITAS DAN KUALITAS.

Dibedakan ada dua jenis alat pengukur ; 1) sudah distandarisasi (ditera)

misalnya meteran untuk mengukur panjang, test kecerdasan, sosiometri dll; 2) tidak

ditera misalnya mengukur panjang dengan hasta, suhu badan dengan punggung tangan,

mengukur kecerdasan dengan cara bicara dan lainnya, mengukur dengan alat ini hasilnya

tidak reliabelitas (tetap) oleh karena tidak stabil (pengukuran subjektif).

1

Page 2: Prinsip Pengukuran

Alat pengukur yang baik harus memiliki 2 sifat yang penting yaitu Reliabelitas

dan validitas. Suatu alat ukur dikatakan reliable jika alat tersebut menunjukan hasil

pengukuran stabil (tetap/ajeg), tanpa mengkingat siapa yang melakukan, kapan dan

berapa kali dilakukan pengukuran. Suatu alat pengkuran dikatakan mempunyai validitas

jika ada persesuaian antara alat pengukur dengan tujuan pengukuran, yang berarti bahwa

alat tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur sesuai dengan fungsinya (tepat/sahih)

misalnya thermometer sebagai alat pengukur suhu,meteran untuk mengukur panjang.

Pengukuran dapat disamakan dengan menilai objek permainan dan jumlahnya. Setiap

permainan harus mempunyai aturan permainan. Tidak dipersoalkan apakan aturan

permainan itu baik atau buruk, namun prosedurnya tetap disebut ukuran. Mutu suatu

pengukuran sangat ditentukan oleh baik-buruknya aturan yang dipakai.

Biasanya kita mengatakan bahwa kita mengukur suatu objek. Sebenarnya

apa yang kita ukur bukanlah objeknya itu sendiri,bukan pula sifat-sifatnya atau

karakteritik objek yang diukur secara langsung ( ilmu alam). Tetapi baimana dengan

pengukuran moral, bakat , ketakutan dan lainnya. Pada kasus semacam ini kita tidak

dapat mengukur sifat-sifatnya secara langsung yang dapat diukur ialah indikan-indikan

(idikasi) sifat-sifatnya. Indikan-indikan yang menggambarkan atau menunjukkan

sifat-sifat objek atau gejala dapat dinyatakan dengan baik jika sifat-sifat suatu objek

atau gejala dapat dinyatakan dengan baik jika sifat-sifat tersebut dijabarkan dalam

bentuk DEFINISI OPERASIONAL. Batasan definisi operasional harus spesifik

tentang aktivitas-aktivitas yang dapat diukur. Misalnya coba identifikasi indikan-

indikan wanita PSK ?

Gejala-gejala (fenomena) yang diukur adalah misalnya berupa, kecepatan dll.

Dikenal ada 2 jenis gejala ; 1) gejala yang mempunyai ciri yang sangat berbeda, yaitu

gejala nominal dan gejala kontinum.

Gejala nominal adalah gejala yang hanya dapat dikelompokkan secara

terpisah dengan tegas (diskrit, katagorik). Gejala nominal bervariasi berdasarkan

keanggotaan di dalam kelompok, misalnya jenis kelamin (pria,wanita) agama (islam,

protestan, katolik, hindu,buda), kebangsaan (Indonesia, cina, amerika). Hasil

pengukuran gejala nominal disebut data nominal atau diskrit. Dalam hal pengukuran

gejala nominal ini sebenarnya tidak banyak dihadapi persoalan, kecualimmenghitung

2

Page 3: Prinsip Pengukuran

jumlah tau frekuensinya saja. Disini tidak dipermasalahkan besar-kecilnya (dimensi) dan

taraf (tingkat atau derajat). Sifat dan dasar pengukuran gejala nominal ini membawa

konsekuensi dalam perhitungan statistic. Metode statistic yang dapat dipakai di sini ialah

perhitungan frekuansi, persentase, median, kofesien korelasi (koefisien kontingensi ; Chi

Square). Jika variable kontinum dijadikan atribut, misalnya objek dijadikan atribut,

misalnya dibagi menjadi kelompok tinggi-renda dan tua-muda, maka pengukuran disebut

pengukuran kuasi-nominal.

Gejala kontinum adalah gejala yang bervariasi menurut tingkatan (taraf dan

derajat). Pada gejala jenis ini terlihat adanya kesinambungan (kontinuitas) karakteristik

yang dapat digunakan sebagai dasar pengelompokan. Gejala kontinun selain dapat

dihitung (kuantitas) juga dapat diukur (kualitas). Sebagian besar gjala-gejala alam

termasuk dalam gejala kontinum yang dapat diidentifikasi besar-kecilnya, misalnya suhu,

tekanan, panjuang, berat, social ekonomi, tumbuh kembang anak, pencapaian dll.

Langkah-langkah yang perlu diambil dalam melakukan pengukuran pada

dasarnya terdiri atas 2 langkah besar (tingkat pengukuran), yaitu klasifikasi dan

Enumerasi. Jika diurutkan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam prosedur

pengukuran, maka langkah-langkah berikut ini perlu diperhatikan :

1. Klasifikasi :

a. Tentukan populasi objek atau gejala yang diteliti

b. Tentukan sifat-sifat (karakteristik) objek yang terdapat di dalam populasi yang

akan diukur

c. Katagorikan (klasifikasikan) objek-objek kedalam katagori yang memiliki dan

tidak memiliki ciri-ciri yang dimaksud.

Dalam tahap klasifikasi ini kita menggunakan suatu peraturan (rule) yang

mengintruksikan kepada kita untuk menentukan objek mana dari populasi (sebagai

himpunan) yang masuk kedalam klas-klas (partisi atau subsets)

2. Enumerasi :

d. Menghitung jumlah anggota masing-masing subsets (diberi nilai, misalnya pria 1

dan wanita 0 ). Jika anggota-anggota set dihitung dengan cara ini, maka semua objek

di dalam satu subsets dianggap sama satu dengan lainnya, dan berbeda dengan objek-

objek di dalam subset lainnya.

3

Page 4: Prinsip Pengukuran

Sebelum memahami lebih lanjut tingkat-tingkat pengukuran perlu dipahami

terlebih dahulu postulat-postulat pengukuran. Postulat adalah suatu asumsi yang

merupakan prasyarat penting dalam melaksanakan suatu aksi (operasi) atau

gagasan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan postulat dalam pengukuran ialah

suatu asumsi tentang hubungan (relasi) antara objek-objek yang diukur.

Dikenal 3 postulat penting dalam pengukuran:

1. (a = b) atau (a b ), tetapi tidak kedua-duanya;

Postulat ini penting untuk klasifikasi. Kita harus dapat menetapkan apakah satu

objek sama atau tidak sama karakteristiknya dengan objek yang lain. Dalam

klasifikasi ini diperlukan sati atau beberapa kreteria tertentu untuik dapat

menyatakan apakah objek-objek tersebut memiliki cirri-ciri yang sama atau

berbeda. Misalnya 2 anak perempuan adalah sama berdasarkan criteria jenis

kelamin) akan tetapi kedua anak perempuan tersebut dapat berbeda berdasarkan

criteria lainnya (umur, tinggi badan dll)

2. Jika (a = b) dan (b = c), maka a = c

Jika satu anggota populasi sama dengan lainya, dan anggota kedua ini sama

dengan anggota etiga, maka anggota pertama sama dengan anggota ketiga.

Dengan postulat ini penneliti dapat menentukan kesamaan karakteristik anggota

kelompok dengan jalan membandingkan satu dengan yang lainnya

3. Jika (a > b) dan (b>c), maka (a > c)

Postulat ini disebut postulat transitivitas yaitu mempunyai arti praktis yang

penting dalam penelitian. Pengertian lebih besar ( > ) disini dapat juga dipakai

sebagai: lebih jauh, lebih panjang, lebih kuat, mendahului, dll). Kita harus berhati-

hati dalam menggunakan postulat ini, kaena dapat menyesatkan. Sebagai contoh

A mendominasi B, B mendominasi C, apakah ini berarti A mendominasi C?

begitu pula dengan istilah cinta atau suka serta benci.

Beberapa penulis berpendapat bahwa Perskalaan pada dasarnya hanya dapat

diterapkan pada gejala kontinum saja. Terutama jika diingat asal kata skala yaitu

jenjang. Dengan demikian perskalaan tidak dapat diterapkan pada gejala nominal.

Pada gejala kontinum terlihat adanya variabelitas jenjang atau tingkatan yang

membawa konsekuensi adanya skala. Sehingga dikenal adanya skala ordinal, skala

4

Page 5: Prinsip Pengukuran

interval dan skala rasio. Makin teliti perskalaan itu semakin teliti pula hasil

pengukurannya.

Dibedakan 4 tingkat pengukuran , yaitu :

1. Nominal

Ada yang berpendapat bahwa “pengukuran” nominal tidak termasuk

pengkukuran, oleh karena tidak dapat ditetapkan dimensinya. Walaupun

demikian, perdefinisi pengukuran nominal biasanya dimaksukkan dalam

pengukuran. Pengukuran ini merupakan tingkat pengkuran terendah. Nomer-

nomer yang diberikan kepada objek adalah angka tanpa mengandung arti

bilangan; angka-angka tersebut tidak dapat disusun berurut atau

dijumlahkan. Nomer-nomer tersebut hanya merupakan label atau nama saja.

Sebagai contoh objek-objek diberi ngka aatau nomer 1,2,3,4 dst (pemain sepak

bola, nomer telpon)

2. Ordinal

Objek-objek (sebagai anggota himpunan) dapat disusun menurut peringkatnya

berdasarkan cirri-ciri yang diteliti. Penggolangan di sini dilakukan tanpa

memperhatikan antara kelompok yang satu dengan lainya. Skalanya disebut skala

ordinal. Angka yang diberikan hanya menunjukkan urut-urut (rank-oder)

tidak menunjukkkan kuantitas absolute dan interval/jarak yang

sama.Pengukuran ordinal ini harus memenuhi portulat no 3 (transitivitas).

Misalnya A duduk di klas IV SD-X, B duduk diklas II di SD yang sama.

Kesimpulan yang dapat diambil : a dan B berada disekolah yang sama

(katagori) Pendidikan A lebih tinggi dari pada pendidikan B

3. Interval

Mempunyai jarak yang sama antara 2 titik yang berdekatan. Karakteristik

pengukuran interval ialah :

a. Mempunyai sifat nominal dan ordinal, terutama karakteristik urutannya

b. Jarak yang secara numeric sama pada skala interval menggambarkan jarak

yang sama dalam sifat-sifat yang diukur.

Cara lain untuk menyatakan gagasan interval yang sama ialah dengan menjumlah

atau mengurangkan. Mislanya temperature F dua objek A dan B; Temperatur A :

5

Page 6: Prinsip Pengukuran

100 derajat F dan B 50 derajat F. Kesimpulan ; 1) Temperatur A berbeda dengan

temperature B; 2) A lebih panas daripada B; 3 Temperatur A lebih panas 50

derajat F. Akan tetapi kita tidak dapat menarik kesimpulan ke 4 yaitu; Temperatur

A 2 kali lebih panas dari temperature B (tidak ada kelipatan). Hal ini disebabkan

oleh karena temperature F tidak mempunyai titik nol absolute. 0 derajat F

adalah nol secara arbtrer.

4. Rasio

Pengukuran rasio merupakan tingkat pengukuran tertinggi, pengukuran yang

paling ideal bagi ilmuan. Pengukuran ini memiliki karakteristik pengukuran

nominal, ordinal, dan interval. Disamping itu juga mempunyai titik nol absolute

(jika nol natural). Hasil pengukuran pada pengukuran rasio dinyatakan nol

jika pada titik tersebut objek tidak menunjukkan sifat-sifat yang diukur

(titik nol absolute). Dengan demikian karakteristik nol absolut ini, semua operasi

aritmik dimungkinkan (termasuk perkalian dan pembagian) sebagai contoh :

Umur A 30 tahu, umur B 15 tahun; Kesimpulan : 1) A dan B mempunyai umur

yang berbeda; 2) A lebih tua daripada B; 3) A 15 tahun lebih tua daripada B; 4.

Umur A 2 kali lebih tua daripada B (rasio umur mereka 2:1)

6