prinsip menangkap ikan dengan purse seine adalah dengan melingkari suatu gerombolan ikan dengan...
DESCRIPTION
zxmn ,kbjTRANSCRIPT
Prinsip menangkap ikan dengan purse seine adalah dengan melingkari suatu gerombolan ikan
dengan jaring, setelah itu jaring bagian bawah dikerucutkan, dengan demikian ikan-ikan terkumpul
di bagian kantong. Dengan kata lain dengan memperkecil ruang lingkup gerak ikan. Ikan-ikan tidak
dapat melarikan diri dan akhirnya tertangkap. Fungsi mata jaring dan jaring adalah sebagai
dinding penghadang, dan bukan sebagai pengerat ikan.
Alat Bantu Penangkapan
Lampu
Fungsi lampu untuk penangkapan adalah untuk mengumpulkan kawanan ikan kemudian
dilakukan operasi penangkapan dengan menggunakan berbagai alat tangkap, seperti purse
seine.Jenis lampu yang digunakan bermacam-macam, seperti oncor (obor), petromaks, lampu
listrik (penggunaannya masih sangat terbatas hanya untuk usaha penangkapan sebagian dari
perikanan industri).
Ikan-ikan itu tertarik oleh cahaya lampu kiranya tidak terlalu dipermasalahkan sebab
adalah sudah menjadi anggapan bahwa hampir semua organisme hidup termasuk ikan yang media
hidupnya itu air terangsang (tertarik) oleh sinar / cahaya (phototaxis positif) dan karena itu mereka
selalu berusaha mendekati asal / sumber cahaya dan berkumpul disekitarnya.
Rumpon
Rumpon merupakan suatu bangunan (benda) menyerupai pepohonan yang dipasang
(ditanam) di suatu tempat ditengah laut. Pada prinsipnya rumpon terdiri dari empat komponen
utama, yaitu : pelampung (float), tali panjang (rope) dan atraktor (pemikat) dan pemberat
(sinkers / anchor).
Rumpon umumnya dipasang (ditanam) pada kedalaman 30-75 m. Setelah dipasang
kedudukan rumpon ada yang diangkat-angkat, tetapi ada juga yang bersifat tetap tergantung
pemberat yang digunakan.
Dalam praktek penggunaan rumpon yang mudah diangkat-angkat itu diatur sedemikian
rupa setelah purse seine dilingkarkan, maka pada waktu menjelang akhir penangkapan, rumpon
secara keseluruhan diangkat dari permukaan air dengan bantuan perahu penggerak (skoci, jukung,
canoes)
Untuk rumpon tetap atau rumpon dengan ukuran besar, tidak perlu diangkat sehingga
untuk memudahkan penangkapan dibuat rumpon mini yang disebut “pranggoan” (jatim) atau
“leret” (Sumut, Sumtim). Pada waktu penangkapan mulai diatur begitu rupa, diusahakan agar ikan-
ikan berkumpul disekitar rumpon dipindahkan atau distimulasikan ke rumpon mini. Caranya ada
beberapa macam misalnya dengan menggiring dengan menggerak-gerakkan rumpon induk dari
atas perahu melalui pelampung-pelampungnya. Cara lain yang ditempuh yaitu seakan-akan
meniadakan rumpon induk untuk sementara waktu dengan cara menenggelamkan rumpon induk
atau mengangkat separo dari rumpo yang diberi daun nyiur ke atas permukaan air. Terjadilah
sekarang ikan-ikan yang semula berkumpul di sekitar rumpon pindah beralih ke rumpon mini dan
disini dilakukan penangkapan.
Sementara itu bisa juga digunakan tanpa sama sekali mengubah kedudukan rumpon yaitu
dengan cara mengikatkan tali slambar yang terdapat di salah satu kaki jaring pada pelampung
rumpon, sedang ujung tali slambar lainnya ditarik melingkar di depan rumpon. Menjelang akhir
penangkapan satu dua orang nelayan terjun kedalam air untuk mengusir ikan-ikan di sekitar
1
rumpon masuk ke kantong jaring. Cara yang hampir serupa juga dapat dilakukan yaitu setelah
jaring dilingkarkan di depan rumpon maka menjelang akhir penangkapan ikan-ikan di dekat
rumpon di halau dengan menggunakan galah dari satu sisi perahu.
2
laporan metode penangkapan ikan
2013 07.12
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penangkapan ikan merupakan salah satu profesi yang telah lama dilakukan oleh manusia. Menurut sejarah sekitar 100.000 tahun yang lalu. Manusia Neanderthal telah melakukan kegiatan penangkapan dengan menggunakan tangan kemudian profesi ini berkembang terus secara perlahan-lahan dengan menggunakan berbagai alat yang masih sangat tradisional yang terbuat dari berbagai jenis bahan seperti batu, kayu, tulang dan tanduk (Sudirman dan Mallawa, 2004).
Alat tangkap dan teknik penangkapan ikan yang digunakan nelayan di Indonesia umumnya masih bersifat tradisional. Pendapat ini ada benarnya tetapi juga ada ketidakbenarannya. Jika ditinjau dari segi prinsip teknik penangkapan yang digunakan nelayan di tanah air akan terlihat bahwa telah banyak pemanfaatan tingkah laku ikan (behavior) untuk tujuan penangkapan ikan yang yang telah digunakan (Ayodhyoa dalam Sudirman dan Mallawa, 2004).
Dalam beberapa hal yang prinsip dapat dikatakan bahwa perkembangan beberapafishing methods sangatlah lambat. Sebagai misal dapat dilihat pada prinsip pancing. Dari zaman dahulu prinsipnya tidak berubah, yaitu dengan meletakkan umpan pada kail, dan mata kail ini di hubungkan dengan tali ke nelayan, ikan memakan umpan, lalu terkait pada mata kail, dan nelayan menarik pancing kearahnya. Akan tetapi, tidaklah benar jika kita katakan tidak ada perkembangan sama sekali. Semakin berkembang kemajuan peradaban manusia, maka kebutuhan manusia pun akan bertambah ragamnya (Sudirman dan Mallawa, 2004).
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari Praktikum tentang Metode Penangkapan Ikan adalah untuk mengetahui jenis-jenis alat tangkap ikan yang digunakan nelayan pada umumnya..
Tujuan dari Praktikum tentang Metode Penangkapan Ikan adalah agar praktikan dapat mengidentifikasi alat tangkap dengan baik dan benar.
1.3 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum Metode Penangkapan Ikan dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 Mei 2012 pukul 06.00 – 13.00 WIB dan bertempat di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi, Trenggalek, Jawa Timur.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat Tangkap Purse Seine
2.1.1 Klasifikasi Berdasarkan FAO
Klasifikasi Sesuai dengan International Standards Stastistic Classification of Fishing Gear – FAO, klasifikasi jaring lingkar menggunakan singkatan dan berkode ISSCFG 01.0.0. Tipe jaring lingkar dengan singkatan dan kode sebagai berikut 1. Jaring lingkar 01.0.0. 2. Jaring lingkar bertali kerut PS 01.1.0 3. Jaring lingkar satu kapal PS 01.1.1 4. Jaring lingkar dua kapal PS 01.1.2 5. Jaring lingkar tanpa tali kerut / lampara LA 01.2.0
1. Jaring lingkar, adalah jaring yang terdiri dari: sayap, badan dan kantong semu membentuk empat persegi panjang atau trapesium yang pengoperasiannya melingkari kawanan ikan ikan. 2. Jaring lingkar bertali kerut yaitu : jaring lingkar yang
4
dilengkapi cincin dan tali kerut, pengoperasiannya dengan mengkerutkan jaring pada bagian bawah. 3. Jaring lingkar satu kapal yaitu : jaring lingkar bertali kerut yang pengoperasiannya menggunakan satu kapal. 4. Jaring lingkar dua kapal yaitu :jaring lingkar bertali kerut yang pengoperasiannya menggunakan dua kapal 5. Jaring lingkar tanpa tali kerut / lampara yaitu: jaring lingkar tanpa menggunakan tali kerut.
Menurut Von Brandt (1984) klasifikasi atau penggolongan alat penangkapanikan dunia yang distandarisasi oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), purse seine termasuk kelompok jaring lingkar (surrounding net). Jaring lingkar menurut FAO terdiri dari jarring (lingkar) yang bertali kerut dan jaring (lingkar) tanpa tali kerut. Purse seine yang disingkat PS dimasukkan ke dalam kelompok jaring lingkar bertali kerut dengan kode 01.01.00, sedangkan Lampara yang disingkat LA dimasukkan ke dalam kelompok jarring lingkar tanpa tali kerut dengan kode 01.2.0.
2.1.2 Klasifikasi Berdasarkan Kepmen 06/men/2010
Dalam Keputusan Menteri KP Nomor : KEP.06/MEN/2010 ditetapkan 10 (sepuluh) kelompok alat penangkap ikan. Penjelasan singkat untuk memudahkan pemahaman terhadap masing-masing kelompok alat tangkap dapat dijelaskan sebagaimana uraian pada Bab III, mulai Pasal 6 sampai dengan Pasal 16 Peraturan Menteri KP Nomor PER.02/MEN/2011, sebagai berikut :
Alat penangkapan ikan di WPP-NRI menurut jenisnya terdiri dari 10 (sepuluh) kelompok, yaitu :
a. Jaring lingkar (surrounding nets) ;
b. Pukat tarik (seine nets) ;
c. Pukat hela (trawls) ;
d. Penggaruk (dregdes) ;
e. Jaring angkat (lift nets) ;
f. Alat yang dijatuhkan (falling gears) ;
g. Jaring insang (gill nets and entangling nets) ;
h. Perangkap (traps) ;
i. Pancing (hooks and lines) ;
5
j. Alat penjepit dan melukai (grappling and wounding).
Masing-masing kelompok alat tangkap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
Jaring lingkar (surrounding nets).
1). Jaring lingkar (surounding nets) terdiri dari :
(1). Jaring lingkar bertali kerut (with purse lines/purse seine) ;
(2). Jaring lingkar tanpa tali kerut (without purse lines / Lampara).
2). Jaring lingkar bertali kerut (with purse lines/purse seine), terdiri dari :
(1). Pukat cincin dengan satu kapal ( one boat operated purse seines) ;
(2). Pukat cincin dengan dua kapal (two boats operated purse seines).
3). Pukat cincin dengan satu kapal ( one boat operated purse seines) terdiri dari :
(1). Pukat cincin pelagis kecil dengan satu kapal ;
(2). Pukat cincin pelagis besar dengan dua kapal.
4). Pukat cincin dengan dua kapal (two boats operated purse seines) terdiri dari :
(1). Pukat cincin grup pelagis kecil ;
(2). Pukat cincin grup pelagis besar.
Jenis alat penangkapan ikan jaring lingkar (Surrounding Nets): 01.0.0
1. Jaring lingkar bertali kerut (With purse lines/Purse seine), PS,01.1.0:
a. Pukat cincin dengan satu kapal (One boat operated purse seines),PS1,01.1.1:
1) Pukat cincin pelagis kecil dengan satu kapal, PS1-K, 01.1.1.1
2) Pukat cincin pelagis besar dengan satu kapal, PS1-B, 01.1.1.2
b. Pukat cincin dengan dua kapal (Two boat operated purse seines), PS2,01.1.2:
1) Pukat cincin grup pelagis kecil, PS2-K, 01.1.2.1
2) Pukat cincin grup pelagis besar, PS2-B, 01.1.2.2
2. Jaring lingkar tanpa tali kerut (Without purse lines/Lampara): LA, 01.2.0
2.1.3 Spesifikasi Alat Tangkap
6
Menurut Von Brandt dalam Sudirman dan Mallawa (2004) menyatakan bahwa berdasarkan standar klasifikasi alat penangkap perikanan laut, purse seine termasuk dalam klasifikasi pukat cincin. purse seine merupakan alat tangkap yang lebih efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis kecil di sekitar permukaan air. Purse seine dibuat dengan dinding jaring yang panjang, dengan panjang jaring bagian bawah sama atau lebih panjang dari bagian atas. Dengan bentuk konstruksi jaring seperti ini, tidak ada kantong yang berbentuk permanen pada jaring purse seine. Karakteristik jaring purse seine terletak pada cincin yang terdapat pada bagian bawah jaring.
Konstruksi purse seine menurut Sudirman dan Mallawa (2004), terdiri atas:
1. Bagian jaring, terdiri atas jaring utama, jaring sayap, dan jaring kantong sebagai tempat tertangkapnya ikan.
2. Selambar (selvedge), dipasang pada bagian pinggiran jaring yang berfungsi memperkuat jaring sewaktu dioperasikan, terutama saat penarikan jaring.
3. Tali temali, terdiri atas tali pelampung, tali ris atas, tali ris bawah, tali pemberat sebagai pengkondisian jaraing saat dioperasikan.
4. Pelampung sebagai pengapung.
5. Tali kolor, dan tali selambar untuk menarik jaring sehingga membentuk cincin.
6. Pemberat sebagai pemberat alat saat dioperasikan.
2.1.4 Metode dan Tekhnik Penangkapan Alat Tangkap
Ada beberapa tahap dalam penangkapan ikan dengan menggunakan purse seine menurut Sudirman dan Mallawa (2004), yaitu:
1. Persiapan Penangkapan
Penyusunan alat tangkap sebelum kapal purse seiner (kapal penangkap ikan dengan purse seine) merupakan pekerjaan yang harus dikerjakan. Penyusunan jaring di atas dek kapal biasanya disusun pada : samping kiri, samping kanan, atau buritan kapal.
1. Waktu Penangkapan
Penangkapan dengan purse seine biasanya dilakukan pada sore (setelah matahari terbenam sampai dengan pagi hari (menjelang matahari terbit), kadang kala dilakukan siang hari.
Pada umumnya nelayan mengoperasikan 2 s/d 4 kali sehari, hal ini tergantung dari jumlah ikan yang tertangkap. Bila hasilnya banyak maka operasi penangkapan sampai dengan penyimpanan hasil ke dalam palkah relatif membutuhkan waktu yang lama, sehingga dalam satu hari hanya melakukan dua kali penangkapan. Demikian sebaliknya bila hasil tangkapan sedikit maka operasi penangkan sampai dengan penyimpanan memerlukan waktu yang sedikit pula, sehingga dalam satu hari dapat dioperasikan purse seine lebih dari empat kali.
1. Daerah penangkapan
7
Daerah penangkapan atau lazim disebut “fishing ground” adalah suatu daerah dimana ikan dapat ditangkap dengan hasil tangkapan ikan yang mengguntungkan.
Operasi penangkapan yang membutuhkan rumpon sebagai alat bantu menangkap ikan, maka kapal penangkap tersebut setelah sampai daerah penangkapan yang diinginkan maka rumpon diturunnkan ke dalam perairan dan diberi pelampung tanda kemudian ditinggalkan, biasanya nelayan membawa lebih dari satu rumpon.
1. Penurunan Alat (setting)
Ikan-ikan akan bergerombol di sekitar rumpon yang diberi penerangan telah terlihat padat maka operasi penangkapan dapat dilaksanakan. Pertama adalah melepas rumpon dari haluan kapal, rumpon yang di buritan dinaikan ke atas kapal. Rumpon yang dilepas dan diberi tanda serta penerangan, kemudian kapal hibob jangkar (menaikan jangkar) menjauhi rumpon sampai dengan jarak yang optimum untuk melingkari gerombolan ikan di sekitar rumpon.
Operasi penangkapan dengan purse seine perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Arah angin
jaring harus di atas, maksudnya jaring berada dimana arah angin datang sedangkan kapal penangkap berada setelah alat tangkap. Sehingga kapal tidak akan masuk ke dalam lingkaran purse seine, sebab
kapal lebih cepat terbawa angin dibandingkan dengan alat tangkap.
b) Arah arus
Kebalikan dari arah angin, yaitu kapal harus berada di atas arus sehingga alat tangkap tidak hanyut di bawah kapal, sehingga menyulitkan penarikan alat tangkap ke atas dek kapal.
c) Arah pergerakan gerombolan ikan
Jaring harus menghadang arah pergerakan gerombolan ikan sehingga ikan yang telah dilingkari tidak dapat meloloskan diri. Jaring diturunkan di depan gerombolan ikan sehingga setelah selesai setting kapal berada di belakang gerombolan ikan.
1. Pengangkatan Alat dan Hasil Tangkapan
Pada keadaan tali kerut sudah ditarik cincin dan jaring bagian bwah sudah terkumpul menjadi satu, maka:
1. Penarikan badan jaring dimulai dari ujung-ujung sayap, hal ini dilakukan pada purse seine yang menggunakan kantong yang di tenggah-tenggah jaring atau yang ditarik oleh tenaga manusia. Tetapi pada purse seine yang ditarik dengan tenaga hidrolik (power block), biasanya kantong dibuat pada salah satu ujung sayap. Penarikan jaring dilakukan mulai dari ujung sayap yang tidak berkantong. Penarikan dilakukan dengan melepas ring dari badan jaring, tetapi pada purse seine yang ditarik manusia cincin tidak dilepaskan.
8
2. Setelah bagian wing, midle, shoulder naik keatas kapal, maka ikan ikan terkurung pada bagian bunt yang relatif lebih sempit. Kemudian ikan dinaikan ke atas kapal dengan memaki serok sampai dengan ikan-ikan yang ada di dalam bunt terambil semua.
3. Bagian yang masih berada di dalam air di naikan keatas kapal dan disusun kembali sehingga kapal siap setting.
4. Ikan hasil tangkapan dicuci bersih dan di simapan ke dalam palkah pendingin. Cara penangan ikan di atas kapal dapat dilihat pada modul penangan hasil tangkap.
2.1.5 Alat Bantu Penangkapan
Menurut Sudirman dan Mallawa (2004), alat bantu penangkapan pada alat tangkap purse seine adalah :
1. Rumpon
2. Fish finder
3. GPS
2.1.6 Hasil Tangkapan Alat Tangkap
Menurut Ayodhyoa (1979), hasil tangkapan dari alat tangkap purse seine adalah ikan Pelagic Shoaling Species, yaitu :
Layang (Decapterus spp)
Tembang (Sardinella fimbriata)
Kembung (Rastreliger sp)
Lemuru (Sardinella lemuru)
Tongkol (Euthynnus afinis)
Cakalang (Katsuwonus pelamis), dan
Tuna (Thunnus sp)
2.1.6.1 Klasifikasi ikan Beserta Gambar
9
Ikan Layang (Decapterus russelli), nama lokalnya benggol doles.
Gambar 1. Ikan layang (google.image, 2012)
Ikan Kembung (Rastreliger sp), nama lokalnya katombo.
Gambar 2. Ikan kembung (google.image, 2012)
Ikan Tuna (Thunnus sp ), nama lokalnya tuna sirip kuning, yellowfin tuna.
Gambar 3. Ikan tuna (google.image, 2012)
2.2 ALAT TANGKAP PAYANG
2.2.1 Klasifikasi Berdasarkan FAO
Seine nets atau pukat atau pukat tarik merupakan alat penangkapan ikan berkantong tanpa alat pembuka mulut jaring. Pengoperasiannya dengan cara melingkari gerombolan ikan dan menariknya ke kapal yang sedang berhenti/berlabuh jangkar atau ke darat/pantai melalui kedua bagian sayap tali selambar. Desain dan konstruksi pukat tarik disesuaikan dengan terget ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran pukat tarik serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan. Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap pukat tarik terdiri dari :
1. Beach seines
2. Boat or vessel seines
a) Danish seines
b) Scottish seines
c) Pair seines
1. Seine nets (not specified)
(Tadjuddah, 2009)
2.2.2 Klasifikasi Berdasarkan Kepmen 06/Men/2010
Kelompok jenis alat penangkapan ikan pukat tarik adalah kelompok alat penangkapan ikan berkantong (cod-end) tanpa alat pembuka mulut jaring, pengoperasiannya dengan cara
10
melingkari gerombolan (schooling) ikan dan menariknya ke kapal yang sedang berhenti/berlabuh jangkar atau ke darat/pantai melalui kedua bagian sayap dan tali selambar. (SNI 7277.6:2008).
Jenis alat penangkapan ikan Pukat Tarik (Seine Nets), 02.0.0:
1. Pukat tarik pantai (Beach seines), SB, 02.1.0
2. Pukat tarik berkapal (boat or vessel seines), SV, 02.2.0:
a) Dogol (Danish seines), SDN, 02.2.1
b) Scottish seines, SSC 02.2.2
c) Pair Seines, SPR, 02.2.3
d) Payang, SV-PYG, 02.2.0.1
e) Lampara dasar: SV-LDS, 02.2.0.3
2.2.3 Spesifikasi Alat Tangkap
Menurut Sudirman dan Mallawa (2004), bagian-bagian payang terdiri dari:
1. Sayap: payang mempunyai dua bagian sayap yaitu bagian sayap kiri dan bagian sayap kanan. Konstruksi bagian atas dan bawah dari sayap berbeda ukuran dan bahan dari sayap ini terbuat dari bahan PA.
2. Badan, terdiri atas 6 bagian
3. Kantong (cod end) adalah merupakan tempat berkumpulnya ikan yang terjaring.
4. Tali ris atas (Head Rope): berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap jaring, badan jaring (bagian bibir atas) dan pelampung.
5. Tali ris bawah (Ground Rope): berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap jaring, bagian badan jaring (bagian bibir bawah) jaring dan pemberat.
6. Tari penarik (selambar): Berfungsi untuk menarik jaring selama di operasikan.
7. Pelampung (float): tujuan umum penggunan pelampung adalah untuk memberikan daya apung pada alat tangkap cantrang yang dipasang pada bagian tali ris atas (bibir atas jaring) sehingga mulut jaring dapat terbuka.
Pemberat (Sinker): dipasang pada tali ris bagian bawah dengan tujuan agar bagian-bagian yang dipasangi pemberat ini cepat tenggelam dan tetap berada pada posisinya (dasar perairan) walaupun mendapat pengaruh dari arus. Payang berbadan jarring panjang adalah alat tangkap
11
ikan berbentuk kantong yang terbuat dari njaring dan terdiri dari dua bagian sayap,bagian medan jarring bawah(bossom),bagian badan serta bagian kantong jarring.
Bagian-bagian dari alat tangkap payang:1.sayap/kaki jarring (wing)bagian jarring yang terpanjang dan terletak di ujung depan,dari pukat kantong paying.
2.medan jarring bawah(bossom)
Bagian jarring yang terletak di bawah mulut jarring yang menjorok ke depan.
3.badan jarring (body)bagian jarring yang terletak diantara bagian kantong dan bagian sayap jarring
4.kantong jarring (cod end)bagian jarring yang terpendek dan terletak di ujung belekang dari pukat kantong
5.bagian total jarringhasil penjumblahan dari panjang bagian sayap/kaki bagian badan dan bagian kantong jarring
6.keliling mulut jarring
7.tali riss atas(head rope)tali yang berfungsi untuk menggantungkan dan menghubungkan kedua sayap jarring bagian atas.
8.tali riss bawah(ground rope)tali yang berfungsi untuk menghubungkan kedua sayap jarring bagian bawah.
9.tali selembar(warp rope)tali yang berfungsi sebagai tali penarik(to wing)pukat kantong ke atas geladak kapal.(SNI,2005)
2.2.4 Metode dan Teknik Pengoperasian Alat Tangkap
Operasi penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap payang terbagi dalam 2 tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pengoperasian alat tangkap. Persiapan operasi meliputi penyusunan alat tangkap di atas perahu, persiapan bahan bakar dan pencarian daerah penangkapan. Pencarian daerah penangkapan dilakukan oleh seorang pengamat yang duduk di tempat khusus di bagian atas perahu. Pengamat ini mencari gerombolan ikan berdasarkan pengalaman dan keahliannya untuk melihat ciri-ciri gerombolan ikan. Ciri khas adanya
12
kelompok ikan ditandai dengan adanya perubahan warna air laut karena pengaruh dari buih-buih yang ditimbulkan dan juga warna dari kelompok ikan tersebut, adanya ikan yang berloncatan di atas permukaan air dan adanya ikan yang berloncatan di atas permukaan air. Tahapan pengoperasian alat tangkap meliputi penurunan jaring dan penarikan jaring. Setelah gerombolan ikan telah ditemukan, jarring diturunkan dengan terlebih dahulu menurunkan tali selambar depan dengan pelampung tanda yang dibawa oleh seorang perenang. Kemudian perahu dengan kecepatan penuh melingkari kelompok ikan hingga seluruh jarring terentang dan mengurung ikan. Setelah seluruh jarring terentang, semua nelayan berada di sisi perahu dan terbagi menjadi dua kelompok untuk melakukan penarikan. Kelompok I menarik sayap kiri dari arah haluan perahu dan kelompok II menarik sayap kanan dari arah buritan perahu. Setelah seluruh bagian jaring dinaikkan ke atas perahu, kemudian dilakukan pemindahan ikan ke tempat penampungan ikan (Wratsongko, 2002).
2.2.5 Alat Bantu Penangkapan
Penangkapan dengan jaring payang dapat dilakukan baik pada malam maupun pada siang hari. Pada malam hari terutama hari-hari gelap ( tidak dalam keadaan terang bulan), penangkapan ikan dibantu dengan menggunakan lampu petromak. Sedangkan penangkapan yang dilakukan pada siang hari dengan menggunakan alat bantu payaos /rumpon. Namun, penangkapan ikan kadangkala tanpa alat bantu rumpon, yaitu dengan cara menduga-duga di tempat banyaknya ikan atau mencari gerombolan ikan (Aprilia, 2011).
2.2.6 Hasil Tangkapan Alat Tangkap
Hasil tangkapan ikan yang diperoleh oleh payang adalah ikan pelagis. Pada alat tangkap payang, hasil tangkapan utamanya adalah teri nasi (Stolephoruscommersonnii), sedangkan hasil tangkapan sampingannya yaitu tongkol (Auxiusthazard), kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta), manyung ( Arius thalassimus), layang (Decapterus russelli). Pada alat tangkap payang ampere, hasil tangkapan utamanya adalah lemuru (Sardinella longiceps), sedangkan hasil tangkapan sampingannya adalah kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta), teri nasi (Stolephoruscommersonnii), bawal putih (Pampus argentus), kakap putih (Latescal carifer), tembang (Sardinella fimbriata), tongkol (Auxist hazard) dan layang (Decapterusrusselli). Pada alat tangkap payang bondet, hasil tangkapan utamanya adalah belanak (Valamugil speigleri), sedangkan hasil tangkapan sampingannya adalah udang, rebon, dan kakap putih (Lates calcarifer) (Aprilia, 2011).
2.2.6.1 Klasifikasi Ikan Beserata Gambar Ikan
Ikan Selar (caranx leptolepis), nama lokalnya selar bentong, aji.
Gambar 4. Ikan selar (google image, 2012)
13
Ikan Kembung (Scomber canagoria), nama lokalnya katombo.
Gambar 5. Ikan kembung (google image, 2012)
Ikan Layang (Decapterus ruselli), nama lokalnya benggol doles.
Gambar 6. Ikan layang (google image, 2012)
2.3 ALAT TANGKAP PANCING
2.3.1 Klasifikasi Berdasarkan FAO
Menurut International Standard Statistical Classification on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado), kelompok alat tangkap hooks and lines ini terdiri dari :
14
Handlines and pole-lines (hand operated)
Handlines and pole-lines (mechanized)
Set longlines
Drifting longlines
Longlines (not specified)
Trolling lines
Hooks and lines
2.3.2 Klasifikasi Berdasarkan Kepmen 06/Men/2010
Kelompok jenis alat penangkapan ikan pancing adalah kelompok alat penangkapan ikan yang terdiri dari tali dan mata pancing dan atau sejenisnya (SNI 7277.4:2008). Dilengkapi dengan umpan alami, umpan buatan atau tanpa umpan.
2.3.3 Spesifikasi Alat Tangkap
Menurut Sudirman dan Mallawa (2004), pada umumnya bagian-bagian alat tangkap long line terdiri dari:
1. Pelampung (float): sebagai sarana apung alat tangkap, menandai, dan mengenali alat tangkap yang diletakkan.
2. Tali Pelampung: sebagai pengatur kedalaman dari alat tangkap yang sesuai dengan yang dikehendaki.
3. Tali Utama (Main line): bagian dari potongan-potongan tali yang disambung antara satu dengan yang lain sehingga membentuk rangkaian tali yang sangat panjang. Juga merupakan tempat pemasangan branch line.
4. Tali Cabang (Branch line): sebagai tempat pemasangan mata pancing. Terdiri dari tali pangkal, tali cabang utama, dan wire leader yang berfungsi menahan gesekan saat ikan terkait pada pancing.
5. Mata Pancing (hook): agar ikan terkait.
2.3.4 Metode dan Teknik Penangkapan
Setelah semua persiapan selesai telah selesai dan telah tiba pada suatu fishing ground yang telah ditentukan. Setting diawali dengan penurunan pelampung bendera dan penebaran tali utama, selanjutnya dengan penebaran pancing yang telah dipasang umpan. Rata-rata waktu
15
yang digunakan untuk melepas pancing 0,6 menit/pancing. Pelepasan pancing dilakukan menurut garis yang menyerong atau tegak lurus pada arus. Penarikan alat tangkap dilakukan jika telah berada dalam air selama 3-6 jam. Penarikan dilakukan dengan menggunakan line hauler yang diatur kecepatannya (Sudirman dan Mallawa, 2004).
2.3.5 Alat Bantu Penangkapan
Pancing memilki komponen-komponen lain seperti gandar atau tangkai (pole, rode), pemberat (sinker), pelampung (float), kili-kili (swivel) adalah alat penyambung tali pancing dengan tali pancing berikutnya agar tidak mudah terbelit bila pancing dimakan ikan. Alat tangkap pancing biasanya menggunakan alat bantu jenis kapal atau perahu motor dalam operasi penangkapan ikan. Pada prinsipnya pancing terdiri dari dua komponen utama, yaitu tali (line) dan mata pancing (hook) (Subani dalam Sudirman dan Mallawa, 2004).
2.3.6 Hasil Tangkapan Alat Tangkap
Dalam tahun 1985 dengan alat-alat ini dihasilkan ikan sekitar 58.900 ton ikan (kira-kira 3,2% produksi ikan laut Indonesia) yang sebagian besar terdiri dari tongkol, cakalang, dan ikan-ikan tuna phase muida (1-5 kg) (Sudirman dan Mallawa, 2004).
Pada alat tangkap pancing, hasil utamanya biasanya seperti tenggiri (Scomberomorus commerson) untuk mata kail no.16, sedangkan hasil tangkapan sampingannya yaitu tongkol (Auxis thazard) dan tembang (Sardinella fimbriata) (Subani & Barus, 1989).
2.3.6.1 Klasifikasi Ikan Beserta Gambar Ikan
Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson), nama lokalnya tenggiri.
Gambar 7. Ikan tenggiri (google image, 2012)
· Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis), nama lokalnya cakalan, cakang, kausa, kambojo, karamojo dan turingan.
Gambar 8. Ikan cakalang (google image, 2012)
Ikan Tongkol (Thunnus tonggol), nama lokalnya tongkok kurik, sembak dan ambu-ambu.
Gambar 9. Ikan tongkol (google image, 2012)
Ikan Tuna (Thunnus albacores), nama lokalnya tuna sirip kuning, yellowfin tuna.
Gambar 10. Ikan tuna (google image, 2012)
16
III. METODOLOGI
3.1 Alat Praktikum dan Fungsinya
Alat yang digunakan dalam praktikum Metode Penangkapan Ikan tentang alat-alat tangkap adalah :
1. a. Payang
Roll Meteran 5 meter : untuk mengukur alat tangkap payang.
Jangka sorong : untuk mengukur ketebalan benang,
diameter pelampung, pemberat, tali ris
atas dan tali ris bawah.
17
Tali urai : sebagai tanda jumlah hitungan.
Counter point : untuk mengukur jumlah hitungan.
Net gauge : untuk mengukur mata jaring.
Buku catatan : untuk mencatat hasil pengukuran.
1. b. Pancing Ulur (Hand Line)
Roll Meteran 5 meter : untuk mengukur alat tangkap pancing.
Jangka sorong : untuk mengukur diameter pancing.
Buku catatan : untuk mencatat hasil pengukuran.
1. c. Purse Seine
Roll Meteran 5 meter : untuk mengukur alat tangkap purse seine.
Jangka sorong : untuk mengukur diameter pelampung, pemberat, tali ris atasdan tali ris bawah.
Benang : untuk mengukur ketebalan benang jaring.
Penggaris : untuk mengukur panjang benang yang digunakan untuk mengukur ketebalan benang jaring.
Buku catatan : untuk mencatat hasil pengukuran.
3.2 Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data dalam praktikum Metode Penangkapan Ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi Trenggalek pada hari sabtu tanggal 19 Mei 2012 adalah observasi dan wawancara.
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan. Data yang dihasilkan adalah data kualitatif.
Observasi dalam praktikum ini akan dilakukan dengan melakukan pengukuran secara langsung. Pengukuran tersebut meliputi pengukuran-pengukuran pada komponen alat
18
tangkap payang, purse seine, dan pancing. Komponen yang diukur dalam alat tangkap payang yaitu tali-temali jaring(tali sayap payang dan tali pada mulut jaring), pelampung dalam 1 unit, pelampung tambahan dalam 1 unit, pemberat, jaring(jaring pada sayap, badan jaring dan kantong), dan sarana apung. Komponen yang diukur dalam alat tangkap pancing yaitu tali-temali, pemberat dan sarana apung. Sedangkan komponen yang diukur dalam alat tangkap purse seine yaitu tali-temali jaring, pelampung dalam 1 unit, pelampung tambahan dalam 1 unit, pemberat, jaring (penguat atas, tubuh jaring lapis, penguat bawah, dan sarana apung.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan, biasanya dilakukan jika ingin diketahui hal-hal yang lebih mendalam dari responden. Data yang dihasilkan adalah data yang kualitatif.
Wawancara yang dilakukan dalam praktikum ini adalah wawancara semi terstuktur yang dipandu dengan interview guide yang telah disiapkan asisten sebelum wawancara dilakukan. Teknik ini akan digunakan untuk mengumpulkan data awal maupun dalam rangka pendalaman berkaitan dengan pemahaman tentang alat tangkap payang, purse seine, dan pancing.
c. Keaktifan Bertanya
keaktifan bertanya juga merupakan cara untuk memahami tujuan praktikum dengan baik dan benar, dengan aktif bertanya para praktikan tentu akan lebih paham tentang beberapa hal penting yang belum mereka ketahui.
Keaktifan bertanya yang dimaksud pada saat praktikum berlangsung adalah keaktifan para praktikan untuk mengenali beberapa hal yang belum dimengerti. Contohnya yaitu mempertanyakan tentang cara pengoperasian alat, spesefikasi kapal yang digunakan sampai kepada hal-hal ekonomi para nelayan seperti sistim pengupahan para nelayan maupun ABK.
3.3 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam praktikum ini adalah data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung diambil dari sumbernya atau data lapang. Data primer contohnya melalui observasi dan wawancara.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil dari dokumen yang sudah ada. Data sekunder contohnya diambil dari jurnal, skripsi, thesis, buku, web dan blog.
19
IV. HASIL PRATIKUM DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Praktikum
4.1.1 Alat Tangkap Payang
1. Komponen Utama Jaring Payang
1. Tali-temali jaring
1) Tali sayap payang :
Ø Bahan = Nilon
Ø Diameter (→) = 20 mm
Ø Panjang = 30 m
2) Tali pada mulut payang :
Ø Bahan = Arnet
Ø Diameter (→) = 7 inchi
Ø Panjang = 50 m
1. Pelampung dalam 1 unit : 111 buah
1) Bahan = Stereofoam padat
2) Bentuk = Bola
3) Ukuran per buah :
Diameter lubang = 4 inchi
Diameter (tebal) = 82,3 mm
Panjang = 134,2 mm
4) Jarak antara pelampung : 50 cm
5) Jumlah : 60 buah
1. Pelampung tambahan dalam 1 unit : 30 buah
20
1) Bahan = Plastik
2) Bentuk = Bola
3) Ukuran per buah :
Ø Diameter lubang = 12 mm
Ø Diameter (tebal) = 200 mm
Ø Panjang = 80 mm
4) Jarak antar pelampung = 12 m
5) Jumlah = 30 buah
1. Pemberat :
1) Bahan : Batu cor semen
2) Bentuk : Campuran
3) Ukuran per buah :
Ø Diameter lubang = 5,4 mm
Ø Diameter (tebal) = 8 mm
Ø Panjang = 14,8 cm
Ø Berat : = 2 g
4) Jarak antar pemberat = 12 m
5) Jumlah = 16 buah
1. Jaring :
1) Jaring pada sayap :
Ø Bahan(multifilament/monofilament) = monofilament 6
Ø Diameter benang(untuk monofilament) = D9
Ø Ukuran mata jaring(Mesh Size/MS) = 4 mm/inchi
Ø Ukuran jaring :
o Jumlah mata jaring ke arah panjang(Mesh Legth/ML) = 100# m
o Jumlah mata jaring ke arah lebar(Mesh Depth/MD) = 8# m
2) Badan jaring :
Ø Diameter benang(untuk monofilament) = D621
Ø Ukuran mata jaring(Mesh Size/MS) = ¾ mm/inchi
Ø Ukuran jaring :
o Jumlah mata jaring ke arah panjang(Mesh Legth/ML) = 100# m
o Jumlah mata jaring ke arah lebar(Mesh Depth/MD) = 8# m
3) Kantong :
Ø Bahan(multifilament/monofilament) = Tali rafia
Ø Diameter benang(untuk monofilament) = D9
Ø Ukuran mata jaring(Mesh Size/MS) = 0,5 mm/inchi
Ø Ukuran jaring :
o Jumlah mata jaring ke arah panjang(Mesh Legth/ML) = 10# m
o Jumlah mata jaring ke arah lebar(Mesh Depth/MD) = 5# ms
1. Sarana apung :
1) Jenis = Kapal Motor
2) Nama dan alamat :
Ø Nama kapal dan tanda selar = Sebar / 8GT
Ø Nama pemilik = H. Hasan
Ø Nama Nahkoda = H. Hasan
3) Bahan = Kayu
4) Ukuran :
Ø Panjang = 13 m
Ø Lebar = 3,5 m
Ø Tinggi/dalam = 1,6 m
Ø Tonase = 15 GT
5) Anak Buah Kapal (ABK) / Nelayan = 15 orang
4.1.2 Alat Tangkap Pancing22
1. Komponen utama pancing
1. Tali-temali
1) Tali utama pancing
Ø Bahan = Nilon
Ø Diameter (→) = 10 mm
Ø Panjang = 10 m
2) Tali cabang
Ø Bahan = senar
Ø Diameter (→) = 50 mm
Ø Panjang = 200 m
1. Pemberat
1) Bahan = Timah
2) Ukuran per buah :
Ø Diameter(tebar) = 3,05 mm
Ø Panjang = 7 m
Ø Berat = 3 gr
3) Jumlah = 21 buah
1. Sarana apung
1) Jenis = Perahu
2) Nama dan alamat :
Ø Nama kapal dan tanda selar = Putra Lasaid
Ø Nama pemilik = Pak Asri
Ø Nama Nahkoda = Pak Rudi
3) Bahan = Kayu
4) Ukuran :
Ø Panjang = 15 m
Ø Lebar = 3 m
Ø Tinggi/dalam = 5 m
23
Ø Tonase = 5 GT
5) Anak Buah Kapal(ABK) / Nelayan = 4 orang
4.1.3 Alat Tangkap Purse Saine
1. Komponen Utama Jaring Tiga Lapis
1. Tali-temali jaring = nilon D12, D3
1) Tali pelampung
Ø Diameter (→) = 20,2 mm
Ø Panjang = 500 m
2) Tali ris atas
Ø Diameter (→) = 8,3 mm
Ø Panjang = 500 m
3) Tali pemberat
Ø Diameter (→) = 25,2 mm
Ø Panjang = 6 cm
4) Tali ris bawah
Ø Diameter (→) = 4,2 mm
Ø Panjang = 600 m
1. Pelampung dalam 1 unit = 12 Pelampung/ 2 m
1) Bahan = Stearofoam padat
2) Bentuk = Ellips
3) Ukuran per buah :
Ø Diameter lubang = 0,44 mm
Ø Diameter(tebal) = 93,1 mm
Ø Panjang = 14 mm
4) Jarak antar pelampung = 27 cm
5) Jumlah = 10 buah
1. Pemberat :
24
1) Bahan = Timah
2) Ukuran per buah :
Ø Diameter lubang = 0,1 mm
Ø Diameter(tebal) = 26,6 mm
Ø Panjang = 0,6 m
Ø Berat = 1 kg bagi 6 = gr
3) Jarak antar pemberat = 13 cm
4) Jumlah = 5400 buah
1. Jaring =
1) Penguat atas(selvedge/srampat atas) dalam :
Ø Diameter benang(untuk monofilament) = 1,5 mm
Ø Ukuran mata jaring(Mesh Size/MS) = ¾ inchi
Ø Ukuran jaring :
o Jumlah mata jaring ke arah panjang(Mesh Legth/ML) = 1# m
o Jumlah mata jaring ke arah lebar(Mesh Depth/MD) = 1# m
2) Tubuh jaring lapis :
Ø Diameter benang(untuk monofilament) = D6
Ø Ukuran mata jaring(Mesh Size/MS) = 0,7 mm
Ø Ukuran jaring :
o Jumlah mata jaring ke arah panjang(Mesh Legth/ML) = 3# m
o Jumlah mata jaring ke arah lebar(Mesh Depth/MD) = 3# m
3) Penguat bawah(selvedge/srampat bawah) dalam 1 pis :
Ø Bahan = Nilon
Ø Diameter benang(untuk monofilament) = 50 mm
Ø Ukuran mata jaring(Mesh Size/MS) = ¾ mm
Ø Ukuran jaring :
o Jumlah mata jaring ke arah panjang(Mesh Legth/ML) = 4# m
25
o Jumlah mata jaring ke arah lebar(Mesh Depth/MD) = 4# m
1. Sarana Apung :
1) Jenis = Kapal Motor
2) Nama dan Alamat :
Ø Nama Kapal Dan Tanda Selar = Dwi Jaya
Ø Nama Pemilik = Dedi Hermanto
Ø Alamat Pemilik = Prigi Watulimo, Trenggalek
Ø Nama Nahkoda = Rusmanto
Ø Alamat Nahkoda = Tasikmadu Watulimo, Trenggalek
3) Bahan = Kayu
4) Ukuran :
Ø Panjang = 18 m
Ø Lebar = 4 m
Ø Tinggi/dalam = 180 m
Ø Tonase = 10 GT
26
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Alat Tangkap Dan Metode Penangkapan Ikan di PPN Prigi Trenggalek
1. 1. Alat Tangkap Purse Saine
Purse saine adalah alat tangkap yang terbuat dari gabungan beberapa jaring. Alat ini digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang suka bergerombol di permukaan. Alat ini biasanya berbentuk persegi panjang atau trapesium. Prinsip kerja alat ini yaitu dengan melingkari gerombolan ikan. Penangkapan dengan pureseineini adalah termasuk usaha penangkapan yang sifatnya aktif, yaitu mencari kawanan ikan dan bila perlu dilakukan pengejaran. Penangkapan dilakukan pada malam hari,namun tanpa lampu untuk mengumpulkan kawanan ikan.
Untuk pengoprasian Purse Saine di Prigi sendiri sama seperti umumnya namun, masyarakat Prigi biasanya menggunakan sistem 2 kapal. Kapal 1 digununakan untuk menangkap ikan dan kapal 2 digunakan untuk menaruh hasil tangkapan. Jika sistem 2 kapal posisi kantong berada disamping kapal dan jika sistem 1 kapal posisi kantong berada ditengah kapal.
Sitem penangkapan di Prigi ada 3 macam yaitu :
Gedangan : Penangkapan yang dilakukan pada malam hari. Alat bantu yang digunakan yaiutu rumpon dan lampu/petromak.
Gerakar : Penangkapan yang dilakukan pada siang hari. Alat bantu yang digunakan GPS dan berpacu pada gerombolan burung laut yang ada disekitar laut.
Oncor : Penangkapan yang dilakukan pada malam hari. Alat bantu yang digunakan yaiutu rumpon dan lampu/petromak.
Purse Seine disebut juga “pukat cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin untuk mana “tali cincin” atau “tali kerut” di lalukan di dalamnya. Fungsi cincin dan tali kerut / tali kolor ini penting terutama pada waktu pengoperasian jaring. Sebab dengan adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya tidak berkantong akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan. Prinsip menangkap ikan dengan Purse Seine adalah dengan melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu jaring bagian bawah dikerucutkan, dengan demikian ikan-ikan terkumpul di bagian kantong. Dengan kata lain dengan memperkecil ruang lingkup gerak ikan. Ikan-ikan tidak dapat melarikan diri dan akhirnya tertangkap (Setianegara, 2011).
1. 2. Alat Tangkap Payang
Payang adalah alat tangkap yang termasuk dalam pukat kantong pertengahan atau permukaan. Alat tangkap ini ramah lingkungan. Penangkapan dengan jaring payang dapat
27
dilakukan baik pada malam hari maupun siang hari. Untuk malam hari terutama pada hari-hari gelap (tidak dalam terang bulan) dengan gunakan alat bantu lampu. Sedang penangkapan yang dilakukan pada siang hari menggunakan alat bantu rumpon atau kapal tanpa alat bantu rumpon,yaitu dengan menduga-duga di tempat-tempat yang dikira banyak ikan atau mencari gerombolan ikan.
Sama seperti purse saine, payang juga menggunakan 2 kapal. Kapal 1 digununakan untuk menangkap ikan dan kapal 2 digunakan untuk menaruh hasil tangkapan. Jika sistem 2 kapal posisi kantong berada disamping kapal dan jika sistem 1 kapal posisi kantong berada ditengah kapal. Waktu menurunkan jaring di bantu kapal.
Alat tangkap Payang merupakan alat tangkap yang dioperasikan di permukaan peraiaran. Konstruksi alat tangkap tersebut hampir mirip dengan lampara, tetapi tidak menggunakan otter board. Pengoperasian Payang dilakukan pada permukaan perairan. Payang mempunyai tingkat selektifitas yang rendah disebabkan penggunaan mesh size yang kecil, sehingga dapat menangkap ikan-ikan kecil seperti Teri sampai ikan yang berukuran lebih besar seperti Tongkol dan sebagainya (Rizkha, 2011).
1. 3. Alat Tangkap Pancing
Di Prigi masyarakan mengenal 5 macam alat tangkap pancing yaitu :
1. Pancing Renta: waktu operasi dari pukul 04.00-06.00 WIB.
2. Pancing Copeng: cara pengoprasiannya dilempar-lempar.
3. Pancing Layang-Layang: memancing dengan bantuan layanng-layang. Agar saat kita memancing kita tidak terlihat oleh ikan. Gerakan layang-layang yang tertiup angin akan menggerakan umpan seperti hidup.
4. Pancing Umbaran: rol pancing di gulung dengan dirigen. Menggunakan umpan hidup.
5. Pancing Tonda: Pada prinsipnya pancing ini terdiri dari tali panjang, mata pancing, tanpa pemberat yang cara pengoprasiannya diseret. Pada umumnya menggunakan umpan tiruan (imitation bait), tetapi ada pula yang menggunakan umpan benar (true bait).
Pancing tonda adalah pancing yang diberi tali panjang dan ditarik oleh perahu atau kapal. Pancing diberi umpan ikan segar atau umpan palsu yang karena pengaruh tarikan bergerak di dalam air sehingga merangsang ikan buas menyambarnya (Sudirman dan Mallawa, 2004).
28
4.2.2 Analisa Ekonomi
1. 1. Alat Tangkap Payang
Alat tangkap payang merupakan alat tangkap modifikasi yang menyerupai trawl kecil yang dioperasikan dipermukaan perairan. Dari segi konstruksi alat tangkap tersebut hampir mirip dengan lampara, yang membedakan adalah tidak digunakannya otter board dalam pengoperasiannya. Pengoperasian payang dilakukan pada lapisan permukaan perairan. Payang mempunyai tingkat selektifitas yang rendah, disebabkan penggunaan mesh size yang kecil, sehingga dapat menangkap ikan-ikan kecil, seperti teri sampai ikan yang berukuran lebih besar, seperti tongkol dan sebagainya. Alat tangkap payang di lokasi kajian banyak dioperasikan dengan kapal-kapal berukuran kecil (kurang dari 30 GT) dengan jumlah trip yang terbatas (umumnya one day fishing). Payang secara ekonomis termasuk alat tangkap yang menguntungkan karena menghasilkan tangkapan ikan yang bernilai ekonomis tinggi (teri nasi) dan juga dapat juga untuk menangkap ikan-ikan besar semacam tongkol, tengiri dan sebagainya. Pengoperasiannya dimulai dengan penurunan atau penebaran jaring, kemudian dilanjutkan dengan penarikan jaring, hingga akhirnya ikan terkumpul dan jaring kemudian diangkat. Selanjutnya ikan akan diambil dan dimasukkan ke dalam palka.Jika menggunakan payang biaya lebih irit karena hanya menggunakan 1 kapal. Dalam 1 kapal ada 21 ABK.
Rincian dana dalam mengoprasikan alat tangkap payang adalah sebagai berikut :
Biaya tetap : Rp 6.000.000
Biaya tidak tetap : Rp 500.000
Biaya pengeluaran : Rp 6.500.000
Biaya pendapatan : hasil tangkapan ikan teri 649.794 kg/tahun 23.634 kg/trip biaya pendapatannya Rp. 11.520.923.142
Sistem bagi hasil : 50:50
Payang termasuk dalam alat tangkap jaring kantong. Cara pengoperasiannya dengan menggiring kawanan ikan untuk masuk dalam kantong jaring.
Dimensi kapal payang di PPN Prigi memiliki ukuran panjang 15-17 m; lebar 3,5-5 m; tinggi 1,1-1,25 m dengan kekuatan mesin sekitar 70-90 PK. Panjang jaring rata-rata 50 m dengan rata-rata panjang kantong 15 m. ABK kapal payang berjumlah 15-20 orang.
Lama satu kali trip operasi payang sama seperti purse seine, hanya sekitar 12 jam. Operasi penangkapan dilakukan siang atau malam hari. Daerah penangkapan masih terkonsentrasi di perairan teluk yaitu sekitar 10-20 mil dari pantai. Rata-rata nelayan
29
melaut 22 hari tiap bulan pada musim puncak yaitu pada bulan Juli-November, sedangkan pada musim paceklik (Desember-Juni) dalam satu bulan rata-rata nelayan melaut sekitar 10 hari.
Hasil tangkapan utama payang adalah ikan layang dan lemuru. Sistem bagi hasil antara pemilik dan ABK adalah 2:1. Pembagian hasil pada ABK berdasar pekerjaan yang dilakukan. Juru mudi mendapat 2 bagian; juru mesin, penebar jaring, penata jaring (setelah hauling) mendapat 1,5 bagian dan ABK lain satu bagian.
Total investasi unit penangkapan payang sebesar Rp87.340.000,00 ; total biaya yang dikeluarkan Rp56.569.000,00/tahun; penerimaan sebesar Rp14.400.000,00/tahun berasal dari penjualan hasil tangkapan dengan asumsi hanya ditangkap ikan layang dan lemuru; penyusutan investasi tiap tahun sebesar Rp11.833.333,33 dan total bagi hasil Rp 25.910.333,33. Laba bersih yang diterima pemilik sebesar Rp 19.137.333,33/tahun. Perbandingan penerimaan dengan biaya yang harus dikeluarkan (R/C) adalah 1,99. Lama modal investasi akan kembali (PP) adalah 4,56 tahun atau setara dengan 55 bulan.
Asumsi yang digunakan untuk menghitung kriteria investasi sama dengan asumsi yang digunakan pada unit penangkapan purse seine. Hanya saja kenaikan harga alat tangkap payang dihitung sebesar 9% per tahun.
Nilai NPV selama umur teknis unit payang (10 tahun) yang telah di-discount rate dengan tingkat suku bunga 12% sebesar Rp32.324.561,47. Tingkat keuntungan atas investasi bersih selama umur teknis payang (IRR) adalah 10,08% lebih rendah dibanding tingkat suku bunga yang digunakan. Artinya lebih menguntungkan menanam investasi di bank dengan tingkat suku bunga 12% dibanding be rinvestasi pada unit penangkapan payang. Nilai net B/C 1,47 adalah perbandingan nilai benefit positif dengan benefit negatif selama umur teknis payang.
Analisis cashflow dan investment criteria menunjukkan bahwa usaha perikanan payang menghasilkan keuntungan yang sedikit, perbandingan keuntungan-biaya yang hampir mendekati impas dan pengembalian modal yang lama dibandingkan dengan unit penangkapan yang lain. Analisis kriteria investasi menunjukkan bahwa penanaman investasi pada unit penangkapan payang tidak menguntungkan karena tingkat investasinya hanya sebesar 10,08% atau lebih kecil dibandingkan dengan tingkat suku bunga bank yang digunakan yaitu 12%. Perbandingan kriteria kelayakan usaha dari unit penangkap ikan pelagis di PPN Prigi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan kriteria kelayakan usaha unit penangkap ikan pelagis di PPN Prigi.
Secara keseluruhan, semua unit penangkapan ikan pelagis di PPN Prigi layak diusa hakan kecuali unit penangkapan payang dengan perhitungan IRR. Unit penangkap ikan unggulan memiliki nilai kriteria yang bervariasi, untuk itu perlu diberikan urutan prioritas. Hal ini dilakukan untuk mempermudah mengetahui alat tangkap apa yang lebih diprioritaskan berdasarkan perhitungan kelayakan usaha.
30
Urutan prioritas unit penangkapan ikan berdasarkan kriteria cashflow dan investment criteria dapat dilihat pada Tabel 2. Urutan prioritas unit penangkapan ikan pelagis berdasarkan kriteria kelayakan usaha yaitu purse seine, disusul gillnet dan pancing tonda. Unit penangkapan payang memiliki total nilai 0 karena dibanding unit penangkap ikan yang lain, payang memiliki nilai kelayakan usaha yang paling rendah pada semua kriteria. Hal ini menyebabkan payang di PPN Prigi tidak mengalami perkembangan yang nyata dari tahun ke tahun.
Tabel 2. Prioritas unit penangkapan berdasarkan cashflow dan investment criteria.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari tiga alat tangkap yang diamati mempunyai sifat masing-masing, yakni sebagai berikut:
Purse seine merupakan alat yang bersifat aktif dalam pengoperasiannya, yakni menghadang pergerakan ikan dengan cara melingkarinya dari samping.
Payang merupakan alat yang bersifat aktif dalam pengoperasiannya, yakni di mana kedua sayapnya berguna menakuti ikan atau mengejutkan serta menggiring ikan supaya masuk ke dalam kantong.
Pancing merupakan alat tangkap yang bersifat pasif, yakni dengan meletakkan di perairan menggunakan umpan agar ikan dapat tertangkap.
1. Hasil tangkapan yang didapat dari tiga alat yang dibahas antara lain:
Purse seine menangkap ikan-ikan “pelagic shoaling species” yang berarti ikan yang membentuk gerombolan seperti ikan layang, tembang, lemuru, cakalang, tuna dan lain-lain.
Payang menangkap gerombolan ikan permukaan “pelagic fish”, antara lain ikan layang, tongkol, selar, kembung, bawal hitam, dan lain-lain.
Pancing menangkap ikan demersal, ikan pelagis tergantung dari model pancingnya. Ikan yang tertangkap biasanya ikan tanggiri, cakalang, tongkol, dan tuna.
1. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Prigi memiliki jenis-jenis tersendiri, yakni
31
Purse seine yang dioperasikan dengan sistem gadangan (sore hingga malam), gerakar (siang hari), dan oncor (malam hari).
Payang
Pancing yang terdiri dari beberapa macam yakni pancing renta, pancing copeng, pancing layang-layang dan pancing tonda.
1. Urutan prioritas penggunaan alat tangkap nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi berturut-turut adalah menggunakan Purse seine, Pancing tonda, Gill net, dan Payang.
5.2 Saran
Ketika pada saat praktikum di lapang seharusnya diberikan waktu yang banyak, karena bila dengan 1 kelompok dibagi menjadi 3 kurang memuaskan dikarenakan praktikan kurang memahami dan mengetahui alat tangkap yang ada di kelompok lainnya.
32
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, Siska, 2011. Trofik Level Hasil Tangkapan Bedasarkan Alat Tangkap Yang Digunakan Nelayan Di Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ayodhyoa, A.U, 1999. Teknik Penangkapan Ikan. Bagian Teknik Penangkapan Ikan. Institut Pertanian: Bogor.
Beny dkk, 2008. Tinjauan Aspek Ekonomi Keberlanjutan Perikanan Tangkapn Skala Kecil. Jurnal balai perikanan vol.viii IPB. Bogor.
Muhammad, Fadel, 2010. Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomer. Kep.06/MEN/2010. Jakarta.
Mulyani, Sri, 2004. Pengelolaan Sumberdaya Ikan Teri dengan Menggunakan Alat Tangkap Payang Jabur Di Perairan Tegal. Jurnal.
Rizkha, 2011. Proposal Studi Perikanan Tangkap Payang Lemuru di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Perigi, Trenggalek, Jawa Timur. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang.
Siswanto, Budi, 2006. Memahami Resistensi Nelayan Perigi Terhadap Juragan, Pedagang, dan TPI. Jurnal.
Subani dan Barus,1972. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia. Jakarta: Jilid I. Lembaga Penelitian Perikanan Laut.
Sudirman dan Mallawa, 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta: Jakarta.
Tadjuddah, 2009. Kajian Keramahan Lingkungan Alat Tangkap Menurut FAO. www.wordpress.com. Diakses pada tanggal 30 Mei 2012 pukul 23.00 WIB.
Wratsongko, Bayu, 2002. Analisis unit-unit Penangkapan Ikan di Kabupaten Blitar,Jawa Timur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan .Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Vont Brandt, A, 1984. Fish Catching Methods of The World. Third Edition. Fishing News Book. Farnham.
33
34