prinsip dasar bagi peserta didik dalam pendidikan...
TRANSCRIPT
PRINSIP DASAR BAGI PESERTA DIDIK DALAM
PENDIDIKAN ISLAM MENURUT Q.S. ALI IMRAN AYAT
190-191
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
Siti Fatimah
23010150232
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
i
PRINSIP DASAR BAGI PESERTA DIDIK DALAM
PENDIDIKAN ISLAM MENURUT Q.S. ALI IMRAN AYAT
190-191
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
Siti Fatimah
23010150232
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
ii
iii
iv
v
MOTTO
يع انعغش غشا ا
صت فبرا فشغذ فب
وان سثك فبسغت
“Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila engkau telah
selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),
dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap” (Q.S. Al Insyirah: 6-8)
vi
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah swt atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, skripsi ini
penulis persembahkan untuk:
1. Bapak dan Ibuku, Jupri dan Sukiswati yang telah memberikan segalanya, baik
materi ataupun non-materi untukku. Terima kasih yang tidak terhingga untuk
kedua orang tuaku.
2. Kakakku Ahmad Arifin dan mbakku Ida Nuryani yang memberikan motivasi
dan semangat kepadaku, perhatian kepadaku.
3. Paklekku M. Irfan Zaeni dan Jatmiah yang selalu memberikan nasehat-
nasehatnya kepadaku.
4. Teman-teman Bedhesku, Tri Wahyuni, Oki Wariati, Ida Fadila, M.
Najmuzzaman, Dina Rahayu dan Wawan Indarko yang memberikan motivasi
untukku sehingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Keluargaku LPM DinamikA yang selalu memberikan efek positif untukku
supaya menjadi lebih baik.
6. Teman-teman dan saudara-saudaraku Aktivis Peneleh yang sangat memberikan
motivasi untukku, agar menjadi orang yang berguna untuk semua.
7. Keluarga KKN Posko 34 Wates, Bapak Wesprog, Mak Iha, Pakde Tongfang,
Lek Izza, Icha, Dina, Mas Latif yang memberikan keceriaan dan semangat.
Terutama Mak Iha yang memberiku semangat agar cepat selesai skripsi.
8. Teman-temanku, Soviana dan Mbk Aina yang selalu memberikan motivasi
untukku.
9. Teman-teman PAI angkatan 2015 terutama PAI F.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul Konsep Dasar Bagi Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam Menurut Q.S.
Ali Imran ayat 190-191 dengan baik.
Salawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Revolusi
Zaman, Nabi Muhammad saw semoga kelak mendapatkan syafa‟atnya di hari
akhir.
Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikannya.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.
2. Ketua program studi PAI, Siti Rukhayati, M.Ag.
3. Bapak Dr. M. Gufron, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktunya dengan ikhlas demi
terselesaikannya skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosenku, yang telah memberi motivasi dan membekali ilmu
pengetahuan serta Staf dan Karyawan IAIN Salatiga yang sangat semangat
dalam menjalankan tugasnya, sehingga memberikan dorongan semangat
untukku.
5. Bapak Satpam dan Mbak Satpam yang senantiasa menjaga keamanan dan
ketertiban dalam kampus.
viii
ix
ABSTRAK
Fatimah, Siti. 2019. Prinsip Dasar bagi Peserta Didik dalam Pendidikan Islam
Menurut Q.S. Ali Imran Ayat 190-191. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Gufron, M.Ag.
Kata Kunci: Prinsip bagi Peserta Didik, Pendidikan Islam
Problematika peserta didik yang banyak tidak tahan uji dalam menuntut
ilmu akhirnya tidak tercapainya cita-cita yang diinginkan. Untuk menghindari
kejadian yang tidak diinginkan, maka sebagai peserta didik dibutuhkan
mempunyai prinsip menuntut ilmu agar menjadi insan kamil sesuai yang
diharapkan dan tercapai cita-cita. Kembali kepada al Qur‟an dan Hadits
merupakan solusi yang tepat dalam membentuk prinsip yang baik dalam menuntut
ilmu. Penelitian yang berjudul “Prinsip Dasar bagi Peserta Didik dalam
Pendidikan Islam Menurut Q.S. Ali Imran Ayat 190-191” ini bertujuan untuk
menjawab pertanyaan dari permasalahan: 1. Bagaimana prinsip dasar bagi peserta
didik dalam pendidikan Islam menurut Q.S. Ali Imran ayat 190-191? 2.
Bagaimana relevansi Q.S. Ali Imran ayat 190-191 dalam prinsip dasar bagi
peserta didik dalam pendidikan Islam terhadap pendidikan di era sekarang?
Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research)
yaitu penelitian yang objek penelitiannya digali dengan cara membaca,
memahami dan menelaah buku-buku, kitab-kitab tafsir dan sumber yang sesuai
dengan permasalahan yang ada. Analisis data kesimpulan yang dilakukan penulis
menggunakan analisis deduktif dan induktif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1. Prinsip dasar bagi peserta
didik dalam pendidikan Islam menurut Q.S. Ali Imran ayat 190-191 adalah
berfikir, mengingat Allah swt, mengetahui eksistensi Allah swt dan memiliki
tujuan. 2. Prinsip dasar bagi peserta didik dalam pendidikan Islam menurut Q.S.
Ali Imran ayat 190-191 relevan digunakan pada pendidikan era sekarang. Mulai
dari tujuan pendidikan Islam, yang memiliki tujuan terwujudnya peserta didik
yang selalu mengingat Allah swt dalam berbagai hal dan keadaan sehingga
terhindar dari siksa neraka. Dalam kurikulum pendidikan Islam, pendidik
mengajarkan bahan ajar sesuai kemampuan peserta didik yang mengandalkan akal
fikir sehingga mampu berfikir kritis. Serta dalam evaluasi pendidikan Islam, segi
afektif, segi kognitif dan psikomotorik diukur sehingga mengetahui kemampuan
peserta didik sesuai dengan bahan yang telah diajarkan.
x
DAFTAR ISI
JUDUL
HALAMAN BERLOGO....................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN........................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI............................................................... iv
MOTTO................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR.......................................................................................... vii
ABSTRAK............................................................................................................ ix
DAFTAR ISI......................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah........................................................................ 1
B. Rumusan masalah................................................................................. 7
C. Tujuan penelitian.................................................................................. 7
D. Manfaat penelitian................................................................................ 7
E. Kajian pustaka...................................................................................... 8
F. Metode penelitian................................................................................. 14
G. Sistematika penulisan........................................................................... 16
xi
BAB II REDUKSI AYAT, KANDUNGAN AYAT, ASBABUN NUZUL,
MUNASABAH AYAT
A. Reduksi dan terjemahan ayat................................................................ 18
B. Mufradat ayat........................................................................................ 18
C. Kandungan ayat.................................................................................... 20
D. Asbabun nuzul.......................................................................................23
E. Munasabah ayat....................................................................................25
BAB III LANDASAN TEORI
A. Prinsip peserta didik............................................................................. 28
1. Pengertian prinsip peserta didik............................................. 28
2. Macam-macam prinsip peserta didik..................................... 30
3. Landasan prinsip peserta didik............................................... 34
4. Ruang lingkup prinsip peserta didik...................................... 36
5. Tujuan prinsip peserta didik.................................................. 39
B. Pendidikan Islam................................................................................. 40
1. Kurikulum pendidikan Islam................................................... 43
2. Evaluasi pendidikan Islam....................................................... 47
BAB IV PEMBAHASAN
A. Prinsip peserta didik dalam pendidikan Islam menurut Q.S. Ali
Imran ayat 190-191.......................................................................51
xii
B. Relevansi Q.S. Ali Imron ayat 190-191 dalam prinsip bagi peserta
didik dalam pendidikan Islam terhadap pendidikan di era
sekarang....................................................................................... 64
1. Relevansi Q.S. Ali Imran ayat 190-191 dengan tujuan
pendidikan Islam............................................................. 64
2. Relevansi Q.S. Ali Imran ayat 190-191 dengan kurikulum
pendidikan Islam............................................................ 70
3. Relevansi Q.S. Ali Imran ayat 190-191 dengan evaluasi
pendidikan Islam............................................................ 74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................ 78
B. Saran.......................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran konsultasi skripsi
Lampiran proposal skripsi
Lampiran surat keterangan kegiatan (SKK)
Daftar riwayat hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penciptaan manusia oleh Allah swt berlangsung dengan berbagai proses,
mulai dari beberapa material yang digunakan hingga menjadi makhluk yang
bernyawa bernama manusia. Adapun proses yang dilakukan Allah swt dalam
pembuatan manusiayaitu berasal dari benda padat berupa tanah kasar (turab),
lalu menjadi air maniyang tersimpan dalam tempat yang kokoh dan menjadi
segumpal darah, segumpal darah menjadi daging (mudghah) lalu Allah swt
menjadikan tulang yang dibungkus dengan daging berupa janin. Kemudian
Allah swt meniupkan roh dan nyawa sehingga menjadi makhluk yang
bernyawa bernama manusia (Aminuddin, 2006: 25).
Allah swt dalam menciptakan manusia tidak seperti manusia membuat
boneka yaitu ketika pembuatan boneka telah mencapai bentuk yang
dikehendaki kemudian berhenti. Allah swt masih melengkapinya dengan
potensi berupa akal dan hati yang kelak dibutuhkan manusia (Sutoyo, 2015:
50).
Allah swt menciptakan manusia dengan berbagai keistimewaan yang tidak
dimiliki oleh makhluk lain. Menurut Aminuddin dkk (2006: 90) dalam
bukunya yang berjudul Membangun Karakter dan Kepribadian melalui
Pendidikan Agama Islammenjelaskan keistimewaan-keistimewaan yang
diberikan Allah swt terhadap manusia, di antaranya yaitu; manusia diciptakan
sebagai ciptaan yang tertinggi dan terbaik, manusia dimuliakan dan
2
diistimewakan Allah swt, mendapat tugas mengabdi dengannya sehingga
mendapat sebutan hamba Allah swt dan manusia memiliki peranan khalifah
dengan berbagai tingkatan.
Manusia disebut sebagai makhluk Allah swt yang sempurna, karena Allah
swt memberikan hawa nafsu dan akal. Akal yang membedakan antara manusia
dengan makhluk lain. Kata akal berasal dari bahasa Arab al „aql yang berarti
faham dan mengerti (Nata, 2012: 130).
Akal merupakan tolak ukur yang akurat untuk menimbang perasaan dan
indera, membedakan antara berbagai macam halusinasi dan kenyataan. Ketika
yang unggul adalah neraca kebenaran, maka neraca halusinasi akan gugur.
Dengan demikian akan mudah untuk membedakan antara bisikan waswas dan
ilham (Khalafallah, 2008: 181).
Allah swt menciptakan akal agar manusia mampu mengenal penciptanya.
Apabila manusia mempergunakan akalnya tidak sebagaimana tujuannya, maka
akan menyesal sebesar-besar penyesalan pada hari kiamat (An Nabulsi, 2010:
52). Karena akal manusia diciptakan Allah swt untuk alat berfikir.
Allah swt memerintahkan manusia menggunakan akalnya untuk berfikir
sebaik-baiknya, karena dengan menggunakan akal manusia mampu berfikir,
mampu mengamati serta menganalisa apa saja yang Allah swt ciptakan di
bumi ini (Indriyani, 2017: 2).
Akal manusia merupakan alat untuk menuntut ilmu. Menuntut ilmu yang
disajikan di bumi, baik ilmu agama ataupun ilmu umum. Sebagaimana hadist
Rasul yang memerintahkan umatnya untuk menuntut ilmu mulai dari masa
3
ayunan hingga liang lahat, yang mempunyai arti belajar seumur hidup dan
menuntut ilmu sampai ke negeri Cina. Negeri Cina merupakan Negara yang
sukses akan perindustriannya, ini ditafsirkan agar manusia mencari ilmu dunia
(Nasution: 56).
Sebuah kemuliaan yang akan diperoleh manusia, ketika menjalankan
kewajiban Allah swt berupa menuntut ilmu. Allah swt menyuruh malaikat
sujud kepada Adam karena bentuk penghormatan dan kemuliaansebab ia
menunaikan hak belajar (Umar, 1993: 4).
Dalam Kitab Ta‟limul Muta‟allim Muhammad bin Al Hasan bin Abdullah
bin Thawus bin Harmuz bin Abu Syarwan murid Abu Yusuf mengatakan
dalam syairnya:
“Belajarlah karena ilmu itu sebagai hiasan bagi ahlinya # merupakan
kelebihan dan tanda dari segala perbuatan terpuji. Jadilah kamu seorang
yang memperoleh faidah menambah ilmu setiap hari # dan berenanglah kamu
dalam lautan faidah”.
Ada yang mengatakan bahwa proses belajar manusia berlangsung terus
hingga hembusan nafasnya yang terakhir (Lunandi, 1982: 6). Semakin maju
manusia dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan, semakin terasahlah
kebutuhannya akan tambahan pengetahuan untuk mengenal dan meneliti
rahasia alam yang sangat kaya.
Ketika manusia maju ilmu pengetahuannya, iadapat mengungkapkan dan
menemukan banyak kenikmatan dari Allah swt yang sebelumnya tidak ia
ketahui. Dengan bertambahnya pengetahuan yang ilmiah membuka banyak
keajaiban dan rahasia alam kepada manusia serta membawa lebih dekat
4
dengan Tuhannya. Dengan demikian pikiran manusia secara bertahap dapat
menaklukkan semua unsur dan kekuatan alam semesta. Karena sesungguhnya
manusia diciptakan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, namun dengan
kasih sayang Allah swt ia diberi ilmu pengetahuan dan kecerdasan yang dapat
dipakai untuk mengendalikan kekuatan alam serta memanfaatkan hukum-
hukumnya (Indriyani, 2017: 2).
Akal manusia bersifat terbatas seperti dalam firman-Nya pada Q.S. Al
Isra‟: 85 yang artinya, “dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit” (An Nabulsi, 2010: 72). Sebab itulah Allah swt memerintahkan
manusia untuk menuntut ilmu tanpa batas.
Ilmu diibaratkan Allah swt dengan cahaya, yang mampu menerangi
kehidupan. Allah swt juga yang membimbing para pelajar dalam memperoleh
ilmu, apabila dikehendaki-Nya yang sesuai dengan firman-Nya dalam Q.S. An
Nur: 35yang artinya,
“Allah swt (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan
cahaya Allah swt adalah seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di
dalamnya kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti
mutiara yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya,
(yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak di
sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hamper-hampir menerangi,
walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah
swt membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dikehendaki, dan Allah swt
memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia dan Allah swt Maha
Mengetahui segala sesuatu” (Q.S. An Nur, 24: 35).
Bertolak dari keyakinan bahwa ilmu itu datang dari Allah swt, maka
muncullah prinsip tentang pendekatan yang harus dilakukan oleh seorang
pelajar dalam mendapatkan ilmu-Nya (Nata, 1997: 81).
5
Penuntut ilmu sebaiknya mau berfikir dalam belajar, kesulitan apa yang
dihadapi dan kepayahan apa yang dihasilkan. Sebab ia telah menekuni,
mempelajari ilmu dengan penuh kesungguhan, banyak mengalami kepayahan
dan kedukaan. Maka setelah sukses jangan sampai semata-mata untuk
memburu keduniaan yang begitu hina, sedikit dan cepat sirna (Ismail, 1993:
17).
Setiap manusia yang menjalankan kewajiban berupa menuntut ilmu, baik
ilmu dunia ataupun akhirat perlu memiliki prinsip, lebih khusus bagi peserta
didik dalam proses menuntut ilmu. Dengan adanya sebuah prinsip, peserta
didik dapat menjalankan kewajiban lebih terarah dan sesuai syariat. Jadi,
seorang peserta didik ketika menjalankan kewajiban berupa menuntut ilmu
perlu memegang teguh prinsip yang sesuai syariat Islam.
Al Qur‟an memberikan tuntunan-tuntunan yang perlu dikerjakan oleh
umat manusia di bumi, karena al Qur‟an merupakan pedoman bagi semua
umat Islam. Di dalam al Qur‟an segala hal tentang akidah, muamalah dan
lainnya telah dijelaskan. Salah satunya adalah prinsip dasar bagi peserta didik
dalam menuntut ilmu yang terdapat pada Q.S. Ali Imran ayat 190-191.
Prinsip dasar menuntut ilmu bagi peserta didik dalam surat Ali Imran ayat
190-191 memberikan penjelasan bahwa setiap peserta didik perlu memiliki
hal-hal yang dilakukan, antara lain: meniatkan belajar hanya kepada Allah
swt, selalu mengingat kepada Allah swt, mengetahui eksistensi Allah swt serta
memiliki tujuan.
6
Dengan demikian dalam pendidikan Islam, seorang pendidik dan peserta
didik perlu adanya konsolidasi untuk tercapainya sebuah tujuan yang
diinginkan. Sebuah peserta didik bukan hanya memiliki sebuah tugas
menuntut ilmu, akan tetapi juga memiliki sebuah catatan planning ke depan
untuk menjadi lebih baik. Ketika prinsip dalam menuntut ilmu dijalankan oleh
seorang peserta didik, maka akan memberikan indikasi baik pada tercapainya
sebuah tujuan.
Pendidikan Islam tidak mempunyai tugas untuk mempertahankan,
menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai ideal pendidikan yang Islami
bersumber pada al Qur‟an dan Sunnah Nabi saw, akan tetapi peserta didiklah
yang perlu memiliki prinsip yang telah dijelaskan pada pedoman hidup untuk
mencapai tujuan (Indriyani, 2017: 7).
Oleh karena itu sebagai seorang peserta didik diharapkan mampu memiliki
prinsip dasar dalam menuntut ilmu yang sesuai dengan surat Ali Imran ayat
190-191 untuk mencapai sebuah tujuan yang diinginkan. Sehingga ketika di
lapangan tidak akan goyah keyakinannya oleh hal-hal yang tidak diinginkan
dan bahagia dunia serta akhirat.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk
mengkaji prinsip dasar bagi peserta didik dalam pendidikan Islam menurut
Q.S. Ali Imran ayat 190-191, sehingga sebagai pertimbangan tersebut maka
judul yang dipilih “PRINSIP DASAR BAGIPESERTA DIDIK DALAM
PENDIDIKAN ISLAM MENURUT Q.S. ALI IMRAN AYAT 190-191”
7
B. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian
iniadalah:
1. Bagaimana prinsip dasar bagi peserta didik dalam pendidikan Islam menurut
Q.S. Ali Imran ayat 190-191?
2. Bagaimana relevansi Q.S. Ali Imran ayat 190-191 pada prinsip dasar bagi
peserta didik dalam pendidikan Islam terhadap pendidikan di era sekarang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan di
atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu:
1. Untuk mengetahui prinsip dasar bagipeserta didik dalam pendidikan Islam
menurut Q.S. Ali Imran ayat 190-191.
2. Untuk mengetahui relevansi Q.S. Ali Imran ayat 190-191 pada prinsip dasar
bagi peserta didik dalam pendidikan Islam terhadap pendidikan di era
sekarang.
D. Manfaat Penelitian
Setiap pengkajian suatu ilmu pengetahuan diharapkan mampu
memberikan informasi-informasi baru yang dapat diambil manfaatnya.
Manfaat bagi peneliti, khususnya dan khalayak umum yang membaca dan
mempelajari kajian tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
8
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis,
dapat memberi sumbangan yang bermanfaat dalam bidang pendidikan
mengenai prinsip dasar bagi peserta didik dalam pendidikan Islam menurut
Q.S. Ali Imran ayat 190-191.
2. Manfaat Praktis
Dapat memberikan masukan terhadap peserta didik dalam
mengimplementasikan prinsip dasar bagi peserta didik dalam pendidikan
Islam menurut Q.S. Ali Imran ayat 190-191.
E. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
a. Kajian penelitian tentang Q.S. Ali Imran ayat 190-191 pernah diteliti
oleh Miftahul Ulum (2011) dengan judul konsep ulul albab Q.S. Ali
Imran ayat 190-195 dan relevansinya dengan tujuan pendidikan Islam
yang menitikberatkan pada manusia yang bersifat ulul albab. Penelitian
tersebut berbeda dengan penelitian yang dikaji oleh penulis yaitu
tentang prinsip dasar bagi peserta didik menurut Q.S. Ali Imran ayat
190-191
b. Kurnia Indriyani (2017) juga pernah meneliti tentang Q.S. Ali Imran
ayat 190-191 yang diberi judul konsep ulul albab dalam pendidikan
Islam (analisis Q.S. Ali Imran ayat 190-191). Penelitian tersebut berisi
tentang konsep ulul albab dalam pengamalan ilmu untuk membawa
9
kebahagiaan duniawi ataupun ukhrawi. Adapun penelitian yang dikaji
penulis lebih menitikberatkan pada prinsip dasar bagi peserta didik
menurut Q.S. Ali Imran ayat 190-191.
c. Q.S. Ali Imran ayat 190-191 juga pernah menjadi kajian penelitian oleh
Harun Ar Rasyid (2015) yang diberi judul hubungan antara
karakteristik ulul albab dalam Q.S. Ali Imran ayat 190-191 dan tujuan
pendidikan Islam. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang
penulis kaji yang menitikberatkan pada prinsip dasar bagi peserta didik
dalam komponen pendidikan Islam yang lebih luas.
Berdasarkan judul skripsi yang mereka angkat belum ada yang meneliti
penelitian penulis, sehingga sampai saat ini gagasan penelitian belum
ditemukan yang membahas tentang: prinsip dasar bagi peserta didik dalam
pendidikan Islam menurut Q.S. Ali Imran ayat 190-191, sebab itu
penelitian ini bersifat penting.
2. Kerangka Teori
Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan terhadap judul penelitian,
maka penulis perlu menjelaskan mengenai istilah-istilah yang terdapat
pada judul ini di antaranya:
a. Prinsip
Secara etimologi prinsip adalah dasar, azas dan pokok pendirian.
Menurut Poerwadarminto berasal dari bahasa Arab khuluq yang
memiliki arti perangai, tabiat, budi pekerti dan watak. Sedangkan secara
terminologi, prinsip adalah semua ucapan, sikap dan tindakan orang
10
yang berakal sehat sebagai cerminan jiwanya secara spontanitas, tanpa
rekayasa dan dilakukan secara berulang-ulang (Hermawan, 2006: 1).
Prinsip menurut para beberapa tokoh dalam skripsi Widayati yang
mengutip pada buku karya Yunahar Ilyas (2016: 9-10) diantaranya
yaitu:
1) Imam Al Ghazali
Prinsip adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
2) Ibrahim Anis
Prinsip adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya
lahirlah macam-macam perbuatan baik atau buruk, tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
3) Abdul Karim Zaidan
Prinsip adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa,
yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai
perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan
atau meninggalkannya.
Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa prinsipadalah sebuah pendirian yang dimiliki seseorang sehingga
menimbulkan perbuatan yang kokoh dalam mewujudkan tujuan.
b. Peserta didik
11
Pengertian peserta didik dilihat dari segi kedudukannya, anak didik
adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing (Nata, 1997: 79).
Peserta didik (siswa) menurut Soyomukti (2010: 260) adalah individu
yang merupakan unit psikologis yang relatif otonom, yang bergerak
dalam menanggapi kondisi-kondisi personal dan sosial yang selalu
berubah.
Dalam bahasa Arab dikenal tiga istilah yang sering digunakan
untuk menunjukkan pada peserta didik. Tiga istilah tersebut adalah
murid yang secara harfiah berarti orang yang menginginkan atau
membutuhkan sesuatu, tilmidz (jamaknya) talamidz yang berarti murid,
dan thalib al „ilm yang menuntut ilmu, pelajar atau mahasiswa. Ketiga
istilah tersebut seluruhnya mengacu kepada seseorang yang tengah
menempuh pendidikan (Nata, 1997: 80).
Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan tersebut, maka
penulis menyimpulkan bahwa peserta didik adalah seseorang yang
memiliki kewajiban untuk menuntut ilmu demi tercapainya sebuah
tujuan yang diinginkan.
c. Pendidikan Islam
Pendidikan Islam terdiri dari dua kata, yaitu pendidikan dan Islam.
Arti dari pendidikan dalam Kamus Istilah Pendidikan dan Umum
(1981: 369) adalah perbuatan (cara) mendidik, membawa manusia ke
arah kedewasaan. Menurut Marimba(2008: 6) pendidikan adalah
12
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan ruhani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama. Menurut Soyomukti (2010: 27) dalam
bukunya yang berjudul Teori-Teori Pendidikan, pendidikan menurutnya
adalah proses untuk memberikan manusia dengan berbagai macam
situasi yang bertujuan memberdayakan diri.Jadi dapat disimpulkan
bahwa pendidikan adalah proses seseorang terhadap orang lain menuju
hal baik.
Sedangkan arti dari Islam adalah sebuah agama Allah swt yang
disebarluaskan oleh Nabi akhir zaman, yaitu Nabi Muhammad saw
untuk umat di dunia.
Pendidikan Islam menurut para tokoh dalam Kitab Usus
AtTarbiyah Al Islamiyyah karya Hamid, yaitu:
1) Menurut Ibnu Sina, pendidikan Islam adalah sarana untuk
menyiapkan generasi demi kepentingan agama dan dunia pada
waktu yang sama dalam membentuk akal, akhlak dan mampu
menjadikan dan membuat produk yang sesuai dengan keinginan
tabiatnya dan memungkinkan mencari bakatnya.
2) Ibnu Khaldun menjelaskan pengertian pendidikan Islam adalah
suatu hal yang penting dalam pemberian perhatian, penumbuhan
akal anak dalam menjaga kesiapan akal mereka.
13
3) Ahmad Tafsir memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai
bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang
secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam (Indriyani, 2017: 12).
4) Dalam buku Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan
menjelaskan pendidikan Islam adalah segala usaha untuk
memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya
insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya
(insan kamil) sesuai dengan norma Islam (Achmadi, 1992: 20).
5) Omar Muhammad al Thoumi al Syaibani mendefinisikan
pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu
pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya, dengan
cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi (Sukring, 2013: 17).
Dari pengertian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
pendidikan Islam adalah sebuah proses usaha seorang pendidik dalam
mengajarkan ilmu kepada peserta didik yang bertujuan untuk
menjadikan peserta didik lebih baik sesuai dengan ajaran Agama Islam.
d. Ali Imran
Surat ketiga adalah Ali Imran (Keluarga Imran) yang terdiri dari
200 ayat. Surat ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Ali
Imran karena dalam surat ini terdapat kisah keluarga Imran dan
keturunannya, kelahiran Nabi Isa as yang dilahirkan oleh Maryam putri
Imran, persamaan kejadian Isa as dengan Adam as dan mukjizat yang
14
diberikan Allah swt kepada nabi Isa as (Departemen Agama RI, 2009:
450).
Dalam bukunya Shihab, Indriyani (2017: 14) mengatakan bahwa
surat Ali Imran dinamakan demikian karena di dalamnya dikemukakan
kisah keluarga Imran dengan terperinci, yaitu Isa, Yahya, Imran (ayah
Maryam), Maryam dan ibunya Maryam. Surat ini terdiri dari 200 ayat.
Tujuan utama surat ini adalah pembuktian tauhid, keesaan dan
kekuasaan, harta dan anak yang terleras dari nilai-nilai illahiyah tidak
akan bermanfaat kelak. Hukum-hukum alam yang melahirkan
kebiasaan-kebiasaan, pada hakikatnya ditetapkan dan diatur oleh Allah
swt yang Maha Hidup dan Qayyum (Maha Menguasai dan Maha
Mengelola segala sesuatu), sebagaimana yang terlihat di peristiwa-
peristiwa yang dialami oleh Ali Imran.
Surat Al Baqarah dan surat Ali Imran dinamakan az Zahrawani
(dua surat yang cemerlang), karena kedua surat ini mengungkapkan hal-
hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran
Nabi Isa as kedatangan Nabi Muhammad saw dan sebagainya
(Departemen Agama RI, 2009: 450).
F. Metode penelitian
1. Metode pengumpulan data
Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian kepustakaan (library
research) yaitu serangkaian penelitian yang berkenaan dengan metode
15
pengumpulan data pustaka, atau penelitian yang obyek penelitiannya digali
melalui beragam informasi kepustakaan (buku, ensiklopedia, jurnal ilmiah,
koran, majalah dan dokumen) (Kasiram, 2010: 52).
Sifat dari penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu penguraian
secara teratur data yang telah diperoleh kemudian diberikan pemahaman
dan penjelasan agar dapat dipahami dengan baik oleh pembaca. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sumber primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
subjek penelitian sebagai sumber informasi yang dicari (Kasiram, 2010:
91). Sumber data primer ini berupa al Qur‟an surat Ali Imron ayat 190-
191 beserta tafsirnya baik berupa hadits-hadits maupun penjelasan dan
tafsir-tafsir para ulama, di antaranya Tafsir Al Misbah, Tafsir Ibnu
Katsir, TafsirDepartemen Agama RI, Tafsir Al Azhar, Tafsir Al
Muyassar dan Tafsir Nurul Qur‟an.
b. Sumber sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak
lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya
(Kasiram, 2010: 92). Dalam hal ini data sekunder yang diperoleh
penulis adalah buku-buku yang mendukung keterkaitan judul yang
diteliti. Sumber data ini diambil dengan cara mencari, menganalisis
buku-buku, internet dan informasi lainnya yang berkaitan dengan judul
skripsi ini.
16
2. Metode analisis data
Metode analisis yang digunakan penulis terdiri atas pendekatan induktif
dan pendekatan deduktif. Pendekatan induktif sering disebut sebagai
sebuahpengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum (going from
specific to the general).Berdasarkan data yang diperoleh, kesimpulan
khusus ke umum yaitu kandungan ayat al Qur‟an pada surat Ali Imran ayat
190-191 ke prinsip dasar bagi peserta didik dalam pendidikan Islam.
Pendekatan deduktif adalah pendekatan yang menggunakan logika
untuk menarik satu atau lebih kesimpulan berdasarkan seperangkat premis
yang diberikan. Metode deduktif sering digunakan sebagai pengambilan
kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus (going from
the general to the specific). Berdasarkan data yang diperoleh, penulis
menganalisa prinsipdalam pengamalan manusia secara umum, untuk
kemudian menggolongkan secara khusus berdasarkan kandungan Q.S. Ali
Imran ayat 190-191.
G. Sistematika penulisan skripsi
Di dalam penulisan skripsi di bagian awal terdiri dari sampul, lembar
berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan
keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi,
daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.
Adapun sistematika skripsi penulis untuk memudahkan pembahasan dan
penelitian, maka susunan skripsi penulis sebagai berikut:
17
Bab I Pendahuluan, di dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II Deskripsi ayat-ayat, terdiri dari deskripsi ayat pada Q.S Ali Imran
ayat 190-191, mufradat ayat, kandungan ayat dan terakhir berisi asbabun
nuzul dan munasabah.
Bab III, Landasan teori tentang prinsip dasar bagi peserta didik. Pada bab
ini akan dijabarkan tentang prinsip dasar bagi peserta didik yang meliputi:
pengertian prinsip peserta didik, macam-macam prinsipbagi peserta didik,
landasan prinsip peserta didik, ruang lingkup prinsip bagi peserta didik, tujuan
prinsip peserta didik, pendidikan Islam yang di dalam sub bab terdiri dari
kurikulum pendidikan Islam dan evaluasi pendidikan Islam.
Bab IV Pembahasan, dalam bab ini penulis lebih memfokuskan pada inti
pembahasan yaitu prinsip dasar bagi peserta didik dalam pendidikan Islam
menurut Q.S. Ali imran ayat 190-191 dan relevansipendidikan Islam di era
sekarang dalam Q.S. Ali Imran ayat 190-191.
Bab V Penutup, dalam isi penutup yaitu berisi tentang kesimpulan, saran
dilanjut dengan bagian akhir yang berisi tentang daftar pustaka, lampiran-
lampiran serta daftar riwayat hidup penulis.
18
BAB II
DESKRIPSI AYAT, KANDUNGAN AYAT, ASBABUN NUZUL DAN
MUNASABAH
A. Reduksi dan Terjemahan Surat Ali Imran ayat 190-191
ف خهك بد لون النجبة إ م وانهبس بواد والسض واخزلف انه (091)انغ
بواد والسض ف خهك انغ جىثهى وزفكشو لبيب ولعىدا وعه للا زكشو انز
زا ثبط ب يب خهمذ ه (090) ل عجذبك فمب عزاة انبسسث
Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal". “Yaitu orang-orang yang mengingat Allah swt
ketika berdiri, duduk dan berbaring. Mereka memikirkan penciptaan
langit dan bumi, “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan ini
dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka lindungilah kami dari azab
neraka” (Q.S Ali Imran: 190-191) (Shihab, 2000: 290-292).
B. Mufradat ayat Ali Iman ayat 190-191
Mufrodat atau kosa kata Maknaatau arti
فإ Sesungguhnya dalam
Penciptaan خهك
بواد Langit انغ
Dan bumi والسض
Dan silih bergantinya واخزلف
م وانهبس Malam dan siang انه
19
بد Terdapat tanda-tanda
Bagi orang yang berakal لون النجبة
Orang-orang (yaitu) انز
للا Yang mengingat Allah swt زكشو
Sambil berdiri لبيب
duduk (atau) ولعىدا
جىثهى dalam keadaan berbaring (atau) وعه
Dan mereka memikirkan وزفكشو
Tentang penciptaan ف خهك
بواد والسض Langit dan bumi انغ
ب Ya Tuhan kami (seraya berkata) سث
Tidaklah Engkau menciptakan يب خهمذ
زا Ini ه
Dengan sia-sia ثبطل
Maha Suci Engkau عجذبك
Maka peliharalah kami فمب
Dari siksa neraka عزاة انبس
20
C. Kandungan ayat
1. Q.S. Ali Imran ayat 190
بد لون النجبة م وانهبس بواد والسض واخزلف انه ف خهك انغ إ
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal"
Dalam kitab Tafsir karya Fakhr Razi, Qurtubi dan Maraqi, dikutip
bahwa suatu ketika Aisyah ditanya tentang apa kenangan terbaik yang ia
ingat tentang Nabi saw. Dia menjawab bahwa segala tindakan Nabi saw
adalah mengagumkan. Namun, yang paling mengesankan dari semua itu
adalah suatu malam ketika Nabi saw tengah beristirahat di rumah Aisyah.
Sebelum istirahat, tiba-tiba ia berdiri dan mengenakan pakaiannya dan
berwudhu, lalu mulai shalat. Dia mencucurkan air mata begitu banyak
sehingga bagian depan bajunya basah. Setelah itu, ia bersujud. Ketika
tersungkur dalam sujudnya, ia menangis begitu rupa, sehingga tanah
menjadi basah. Keesokan harinya ketika Bilal datang dan bertanya
kepadanya tentang banyak menangis, Nabi saw berkata: “tadi malam
beberapa ayat diwahyukan kepadaku (Ali Imran ayat 190-194)”.
Kemudian Nabi saw menambahkan, “celakalah mereka yang membaca
ayat-ayat itu dan tidak merenunginya” (Imani, 2006: 449).
Dalam ayat 190 pada Q.S. Ali Imran memiliki kandungan ayat
yaitu bahwa: pertama, penciptaan dunia ini memiliki suatu tujuan. Kedua,
sebagai seorang hamba harus mengetahui eksistensi, yaitu tahapan utama
untuk mengetahui Allah swt. Ketiga, mereka yang berakal melihat
21
pengetahuan Allah swt dari segala sesuatu di dunia. Keempat, semakin
bijak seseorang, semakin banyak yang dapat ia ketahui (Imani, 2006: 450).
Ayat 190 berbicara tentang penciptaan benda-benda angkasa,
seperti matahari, bulan dan gugusan bintang-bintang, atau berbicara
tentang pengaturan sistem kerja benda-benda langit itu, demikian juga
kejadian dan perputaran bumi yang melahirkan silih bergantinya malam
dan siang atau perbedaannya dalam panjang dan pendeknya masa masing-
masing. Semua fenomena itu, menurut ayat tersebut merupakan tanda-
tanda tentang wujud dan kemahakuasaan Allah swt bagi orang-orang yang
berfikir, yakni orang-orang yang mempunyai akal dan jiwa yang tidak
diselubungi oleh kerancuan (Shihab, 2012: 157).
2. Q.S. Ali Imran ayat 191
بواد والسض ان ف خهك انغ جىثهى وزفكشو لبيب ولعىدا وعه للا زكشو ز
زا ثبطل عجذبك فمب عزاة انبس ب يب خهمذ ه سث
“Yaitu orang-orang yang mengingat Allah swt ketika berdiri, duduk dan
berbaring. Mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi, “Ya Tuhan
kami, tidaklah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau,
maka lindungilah kami dari azab neraka.”
Ayat ini menjelaskan sebagain dari ciri-ciri orang yang berakal. Mereka
adalah orang-orang, baik laki-laki maupun perempuan yang terus menerus
mengingat Allah swt dengan ucapan dan hati, dan dalam seluruh situasi
dan kondisi, saat bekerja atau istirahat, sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring atau bagaimanapun, dan mereka memikirkan
tentang penciptaan yakni kejadian dan sistem kerja langit dan bumi, dan
22
setelah itu berkata sebagai kesimpulan: Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan alam raya dan segala isinya ini dengan sia-sia tanpa tujuan
yang baik (Shihab, 2000: 292).
Mengingat Allah dalam segala kondisi manusia merupakan tanda
kebijakan. Barangsiapa mengingat Allah swt ketika berdiri, duduk dan
berbaring... Para pemilik pengetahuan adalah mereka yang mengingat
Allah swt dan merenung. Al Qur‟an memperkenalkan mereka sebagai
berikut: Barangsiapa mengingat Allah swt ketika berdiri, duduk dan
berbaring serta merenungi... Keimanan lebih berharga ketika didasarkan
pada kepandaian dan kebijakan, ...dan merenungi penciptaan langit dan
bumi... Kita harus mengetahui fakta bahwa semakin jauh jarak kita dari
tujuan-tujuan mulia, semakin dekatlah kita kepada neraka, dan kita harus
kembali menempuh jarak itu lagi. Dunia penciptaan ini tidak dihadirkan
dengan sia-sia walaupun kita tidak menyadari semua rahasianya. “Ya
Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci
Engkau, maka lindungilah kami dari azab neraka” (Imani, 2006: 451-
452).
Tentang kejadian langit dan bumi dan pertikaian (tidak sama) malam dan
siang, menjadi bukti atau kekuasaan Allah swt bagi orang-orang yang
berakal, yaitu orang-orang yang selalu ingat akan Allah swt, baik di waktu
berdiri, duduk atau berbaring serta memikirkan kejadian langit dan bumi.
Mereka mengaku bahwa semuanya itu dijadikan Allah swt, bukanlah
dengan percuma, melainkan mengandung rahasia-rahasia yang ajaib
23
sebagai bukti bahwa yang menjadikannya dan yang mengaturnya ialah
Allah swt yang Maha Kuasa (Yunus, 2004: 101-102).
D. Asbabun nuzul
Asbabun nuzulterdiri dari dua kata yaitu asbab dan nuzul. Asbab jamak
dari sabab yang artinya sebab, nuzul artinya turun. Asbabun Nuzul menurut
Gufron, Rahmawati (2013: 21) adalah adanya suatu peristiwa atau pertanyaan
yang diajukan pada Rasulullah saw kemudian turunlah satu ayat atau beberapa
ayat al Qur‟an mengenai peristiwa atau pertanyaan tersebut.
Asbabun Nuzul adalah peristiwa yang melatarbelakangi turun ayat, atau
pertanyaan dari sahabat kepada Nabi Muhammad saw mengenai suatu
persoalan. Selanjutnya dipahami bahwa sabab nuzul itu mesti berupa laporan
peristiwa (riwayat), tidak berdasarkan pendapat, ijtihad, ijma‟ dan selainnya
(Departemen Agama RI, 2009: 229).
Sedangkan menurut Zuhdi (1997: 36) asbabun nuzul adalah semua yang
disebabkan olehnya diturunkan suatu ayat atau beberapa ayat yang
mengandung sebabnya, memberi jawaban terhadap sebabnya, atau
menerangkan hukumnya pada saat terjadi peristiwa itu. Zakariya pada skripsi
Widayati terdiri dari dua kata yaitu asbab dan nuzul. Secara bahasa kata asbab
adalah bentuk jamak dari kata sabab yang berarti sebab. Kata nuzul adalah
isim masdar dari nazala yang berarti menurunkan sesuatu atau kejadian
sesuatu. Sedangkan asbabun nuzul secara istilah menurut Ash Shabuni adalah
24
sebagai sebab atau masalah yang menyebabkan diturunkannya ayat-ayat al
Qur‟an.
Jadi dapat disimpulkan bahwa asbabun nuzul adalah sebab-sebab turunnya
ayat, baik dikarenakan terdapat pertanyaan ataupun jawaban atas pertanyaan
tersebut.
Adapun asbabun nuzul dari Q.S. Ali Imran ayat 190-191 yaitu:
بد لون النجبة إ م وانهبس بواد والسض واخزلف انه ف خهك انغ
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal".
بواد والسض ف خهك انغ جىثهى وزفكشو لبيب ولعىدا وعه للا زكشو انز
زا ثبطل عجذبك فمب عزاة انبس ب يب خهمذ ه سث
“Yaitu orang-orang yang mengingat Allah swt ketika berdiri, duduk dan
berbaring. Mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi, “Ya Tuhan kami,
tidaklah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
lindungilah kami dari azab neraka.”
Diriwayatkan oleh Ath Thabarani dan Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas
berkata, “Orang-orang Quraisy datang menemui orang-orang Yahudi dan
bertanya, “Ayat apa yang Musa bawa kepada kalian?” Orang-orang Yahudi itu
menjawab, “tongkatnya dan tangannya berwarna putih jika orang-orang
melihatnya.” Kemudian mereka mendatangi orang-orang Nashrani dan
bertanya, “Ayat apa yang Isa bawa kepada kalian?” orang-orang Nashrani
menjawab, “Ia dapat menyembuhkan orang buta dari lahirnya,
menyembuhkan penyakit sopak dan menghidupkan orang yang mati.”
Kemudian mereka datang kepada Nabi saw dan bertanya, “Memohonlah
kepada Tuhanmu untuk kami agar Ia menjadikan Shafa penuh dengan emas.”
25
Kemudian Nabi saw berdoa, maka turunlah firman Allah swt ayat surat Ali
Imran ayat 190-194, maka agar mereka berpikir di dalam hal tersebut (As
Suyuthi, 2014: 124).
E. Munasabah Ayat
Secara bahasa munasabah berarti saling mendekati dan saling menyerupai,
sedangkan menurut istilah munasabah adalah ilmu yang menjelaskan tentang
berbagai hubungan antara ayat atau surat yang satu dengan surat atau ayat
yang lain (Gufron, Rahmawati, 2013: 85).
Munasabah adalah keterkaitan dan keterpaduan hubungan antara bagian-
bagian ayat, ayat-ayat dan surat-surat dalam al Qur‟an (Departemen Agama
RI, 2009: 242).
Ayat 190 pada Q.S. Ali Imran memiliki munasabah dengan ayat
sebelumnya yaitu, artinya: “Kepunyaan Allah swt lah kerajaan langit dan
bumi, dan Allah swt Maha Perkasa atas segala sesuatu” (Q.S. Ali Imran ayat
189). Ayat 189 yang menegaskan kepemilikan Allah swt atas alam raya, maka
di sisi Allah swt menguraikan sekelumit dari penciptaan-Nya itu serta
memerintahkan agar memikirkannya, apalagi seperti dikemukakan pada awal
uraian surat ini bahwa tujuan utama surah Ali Imran adalah pembuktian
tentang tauhid, keesaan dan kekuasaan Allah swt.Hukum-hukum alam yang
melahirkan kebiasaan-kebiasaan pada hakikatnya ditetapkan dan diatur oleh
Allah yang Maha Hidup (Qayyum) Maha Menguasai dan Maha Mengelola
segala sesuatu. Hakikat tersebut kembali ditegaskan pada ayat 190 dan ayat
26
mendatang. Salah satu bukti kebenaran hal tersebut adalah undangan kepada
manusia untuk berpikir (Shihab, 2000: 290).
Ayat 191 pada Q.S. Ali Imran, ayat ini dan ayat-ayat selanjutnya
menjelaskan sebagian dari ciri-ciri orang yang dinamai Ulul albab yang telah
disebutkan pada ayat yang lalu. Mereka adalah orang-orang, baik laki-laki
maupun perempuan yang terus menerus mengingat Allah swt dengan ucapan
dan atau hati, dan dalam seluruh situasi dan kondisi, saat bekerja atau istirahat,
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring atau bagaimanapun,
dan mereka memikirkan tentang penciptaan yakni kejadian dan sistem kerja
langit dan bumi, dan setelah itu berkata sebagai kesimpulan: Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan alam raya dan segala isinya ini dengan sia-sia
tanpa tujuan yang hak (Shihab, 2000: 292).
Pada ayat 191 menunjukkan bahwa semakin banyak hasil yang diperoleh
dari zikir dan pikir, dan semakin luas pengetahuan tentang alam raya, akan
semakin dalam pula rasa takut kepada-Nya. Hal ini antara lain tercermin pada
permohonan untuk dihindarkan dari siksa neraka. Sedangkan pada ayat 192
yang menjelaskan sebab permohonan agar dihindarkan dari siksa neraka,
adalah untuk menggambarkan betapa mereka paham ajaran agama dan betapa
mereka mendesak dalam bermohon, karena siapa yang menjelaskan secara
rinci sesuatu, maka itu pertanda bahwa ia sangat butuh, sehingga ketulusannya
bermohon lebih dalam dan dengan demikian harapannya untuk dikabulkan
lebih besar (Shihab, 2000: 295).
27
Kita harus mengetahui fakta bahwa semakin jauh jarak kita dari tujuan-
tujuan mulia, semakin dekatlah kita kepada neraka, dan kita harus menepuh
kembali jarak itu lagi (Ali Imran ayat 191). Ringkasan yang terdapat pada ayat
191 memiliki munasabah terhadap ayat 192 dari surat Ali Imran. Kandungan
yang terdapat pada ayat 192 yaitu sebuah permohonan terhadap pencipta.
“Wahai Tuhan Kami ! Siapa pun yang Kau masukkan ke dalam api (neraka),
sesungguhnya telah Kau hinakan dia, dan orang-orang yang zalim tidak akan
memiliki penolong” (Imani, 2006: 453).
Dapat disimpulkan bahwa antara ayat sebelum (189) dan sesudah (192)
Q.S. Ali Imran ayat 190-191 memiliki munasabah, bahwa pada ayat 189
membahas tentang kekuasaan Allah swt dengan menegaskan kepemilikan
Allah swt di alam raya, dilanjutkan pada ayat 190 menjelaskan tentang orang
yang berakal yang berfikir penciptaan alam raya, dan pada ayat 191
menerangkan tentang ciri-ciri dari orang yang berakal serta pada ayat 192
membahas tentang permohonan terhadap Allah swt dari siksa neraka.
28
BAB III
LANDASAN TEORI
A. Prinsip peserta didik
1. Pengertian prinsip peserta didik
Prinsip peserta didik terdiri dari dua kata, yaitu prinsipdan peserta
didik. Prinsipmenurut Sastrapradja (1981:391) adalah dasar, azas dan
pokok pendirian. Sedangkan menurut Badudu dan Zain (1996: 1089),
prinsip adalah dasar (pendirian, tindakan) sesuatu yang dipegang sebagai
anutan yang utama, asas (kebenaran yang jadi pokok dasar orang yang
berfikir, bertindak dan sebagainya).
Menurut kamus filsafat (2017: 17), prinsip berasal dari bahasa
Inggris principle, dalam bahasa latin principium yang berarti sumber atau
asal usul sesuatu sebab yang paling dasar dari sesuatu, unsur dasar dan
aturan dasar bertingkah laku. Dalam bukunya Fathurrahman (2017: 18)
Prinsip dan Tahapan Pendidikan Islam Dagobert menjelaskan arti prinsip
yaitu kebenaran yang bersifat universal yang menjadi sifat dari sesuatu.
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa prinsip adalah sebuah dasar
yang dijadikan seseorang dalam bertingkah laku.
Sedangkan peserta didik adalah salah satu komponen manusia yang
menempati posisi sentral dalam proses pendidikan. Dalam segi
kedudukannya peserta didik dapat diartikan dengan makhluk yang sedang
berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya
29
masing-masing. Dalam perspektif psikologi, peserta didik adalah individu
yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan baik
fisik maupun psikis. Dalam perspektif Islam, peserta didik adalah individu
yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial
dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak
(Sukring, 2013: 89).
Dalam bidang pendidikan, semestinya tanggung jawab moral setiap
pendidik untuk mengembangkan harkat dan martabat kemanusiaan untuk
terwujudnya panca daya, yaitu; daya cipta, daya rasa, daya karsa, daya
karya dan daya taqwa. Menurut Syukur dalam bukunya Purwanto (2014:
15) Pengantar Pendidikan tanggung jawab tersebut dapat diwujudkan
melalui:
a. Adanya pengakuan dan penerimaan bahwa peserta didik adalah
manusia yang terdiri dari jiwa dan raga. Pandangan tentang manusia
yang terdiri dari kesatuan jiwa dan raga sangat banyak dianut, sehingga
pengaruhnya terhadap kurikulum sangat luas pula. Karena jiwa yang
mengendalikan raga, maka kurikulum ditujukan terutama untuk melatih
zat manusia yang nonmaterial yaitu jiwa.
b. Adanya pengakuan dan penerimaan bahwa manusia dapat berubah
bukan konstan. Pengakuan dan penerimaan bahwa manusia dapat
berubah, akan memotivasi pendidik untuk optimis dalam
penyelenggaraan pendidikan ketika berhadapan dengan peserta didik
yang bermasalah, baik dalam hal sosial, pribadi, belajar dan karir.
30
c. Adanya pengakuan dan penerimaan bahwa manusia memiliki
kebebasan yang dapat diarahkan. Pandangan yang menganggap
manusia itu bebas ada dua yaitu yang tradisional dan yang baru. Yang
tradisional menganggap manusia itu pada dasarnya sumber energi,
penuntun, penentu dan tuan terhadap dirinya sendiri, sehingga dia bebas
untuk menentukan akan menjadi apa dia.
d. Adanya pengakuan dan penerimaan bahwa manusia itu pada dasarnya
baik. Jean Jacques Rosseau menganggap manusia pada dasarnya baik
waktu diciptakan Tuhan, hidup harmonis dengan alam. Hanya saja
waktu hidup bersama manusia lain, ia menjadi tidak baik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa prinsip bagi peserta didik adalah
sebuah dasar yang dimiliki peserta didik dalam menjalankan kehidupan,
salah satunya menuntut ilmu dengan menempuh jalan yang baik.
2. Macam-macam prinsip peserta didik
Macam-macam prinsip yang perlu dimiliki seorang peserta didik
menurut al Abrasyi (1970: 147-148) yaitu:
a. Sebelum mulai belajar, peserta didik harus terlebih dahulu
membersihkan hatinya dari segala sifat yang buruk, karena belajar itu
dianggap sebagai ibadah.
b. Dengan belajar bermaksud hendak mengisi jiwanya dengan fadhilah,
mendekatkan diri kepada Allah swt.
c. Jangan terlalu sering menukar guru. Karena dalam Kitabnya Imam
Ghazali telah dijelaskan bahwa massa atau batas waktu dalam memilih
31
guru yaitu yang „alim, dan wira‟i (menjaga dari barang-barang haram)
agar dapat memperoleh ilmu dengan cepat dan baik.
d. Bersedia menuntut ilmu, termasuk meninggalkan keluarga dan tanah
air.
e. Hendaklah memuliakan guru dan menghormatinya.
f. Bersungguh-sungguh dan tekun belajar, bertanggang siang malam
untuk memperoleh pengetahuan.
g. Hendaklah peserta didik tekun belajar, mengulangi pelajarannya di
waktu senja dan menjelang subuh.
h. Bertekad untuk belajar hingga akhir umur.
Macam-macam prinsip menuntut ilmu menurut Al Ghazali (1996:165-
180) terdapat sepuluh hal, di antaranya yaitu:
1) Mengawali langkah dengan menyucikan hati dari perilaku yang buruk
dan sifat-sifat tercela. Hal ini mengingat bahwa ilmu adalah ibadahnya
hati.
2) Mengurangi segala keterkaitan dengan kesibukan-kesibukan duniawi
dan menjauhi dari keluarga dan kota tempat tinggal.
3) Tidak bersikap angkuh terhadap ilmu dan tidak pula menonjolkan
kekuasaan terhadap guru yang mengajarinya.
4) Tidak memalingkan perhatiannya sendiri untuk mendengar pendapat-
pendapat manusia yang bersimpang siur, baik ilmu dunia maupun ilmu
agama.
32
5) Menunjukkan perhatiannya yang sungguh-sungguh kepada tiap-tiap
disiplin ilmu yang terpuji, agar dapat mengetahuinya masing-masing.
6) Hendaknya tidak melibatkan diri dalam berbagai macam ilmu
pengetahuan secara bersamaan, melainkan melakukannya dengan
menjaga urutan prioritasnya.
7) Hendaknya tidak melibatkan diri dalam suatu bagian ilmu sebelum
menguasai bagian yang sebelumnya.
8) Berusaha mengetahui apa kiranya yang menjadikan sesuatu menjadi
semulia-mulia ilmu.
9) Mengetahui tujuan, demi menghiasi batinnya dengan segala aspek
kebajikan.
10) Mengetahui hubungan antara suatu ilmu dengan tujuannya.
Dalam bukunya Shoelhi dan Gunadi (2006: 44) dijelaskan bahwa
sebagai peserta didik dalam menuntut ilmu, seharusnya memiliki prinsip
tidak mudah putus asa. Dijelaskan pada Q.S. Yusuf ayat 87, Allah swt
mengingatkan pesan Nabi Ya‟qub kepada anak-anaknya tatkala hendak
berangkat ke Mesir untuk mencari Yusuf,
ـ اه ل بوح للا س ـ غىا ي ه ول رب ىعف واخ ارهجىا فزذغغىا ي ج ظ
س ي ال انمىو انكفشو(78) وح للا
“Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita) tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-
orang yang kafir.”
33
Seorang peserta didik dalam menuntut ilmu hendaklah tetap tabah dan
sabardalam menghadapi berbagai macam bahaya dan ujian mental yang
muncul dalam menuntut ilmu. Sebab gudang kesuksesan adalah di dalam
menghadapi cobaan. Maka siapa yang ingin berhasil maksud dan tujuan
menuntut ilmu harus bersabar menghadapi banyaknya cobaan (Ismail,
1993: 24).
Saya pernah dibacakan syair oleh Sahabat Ali Karamallahu Wajhah:
ىعهبثجب يج ك ع ج ثغزخ # عأ ال لربل انعهى ال
ركبءودشص واصطجبسوثهغخ # وإسشبدأعزبروطىل صيب
“Ingatlah, kamu tidak akan memperoleh ilmu pengetahuan kecuali dengan
enam perkara, yang akan kujelaskan semua kepadamu secara ringkas.
Yaitu kecerdasan, cinta kepada ilmu, kesabaran, bekal biaya, petunjuk
guru dan masa yang lama” (Ismail, 1993: 25).
Ibnu Khaldun berpendapat dalam bukunya Nata (1997: 175) bahwa
dalam proses belajar atau menuntut ilmu pengetahuan, manusia di samping
harus sungguh-sungguh juga harus memiliki bakat. Menurutnya, dalam
mencapai pengetahuan yang bermacam-macam itu seseorang tidak hanya
membutuhkan ketekunan, tetapi juga bakat. Masih dalam buku yang sama
Filsafat Pendidikan Islam menurut Ikhwan Al Safa (1997: 184) prinsip
yang perlu dimiliki seorang peserta didik yaitu hendaknya diketahui
bahwa pembiasaan dan latihan itu harus dilakukan secara kontinyu, dan
dari pembiasaan ini akan dihasilkan prinsip yang kokoh, sebagaimana hal
itu terjadi di dalam bidang ilmu.
34
Mengkaji ilmu itu merupakan pekerjaan mulia karenanya maka orang
yang keluar dari rumahnya untuk mengkaji dan mencari ilmu dengan
didasari iman kepada Allah swt, maka semua yang ada di bumi
mendoakannya, termasuk ikan yang ada di lautan. Karena mencari ilmu itu
pekerjaan yang memerlukan perjuangan fisik dan akal, maka nabi
Muhammad saw pernah mengatakan bahwa orang yang keluar untuk
mencari ilmu akan mendapatkan pertolongan dari Allah swt, karena Allah
swt suka menolong orang yang mau bersusah payah dalam menjalankan
kewajiban agama (Juwariyah, 2010: 141).
Berdasarkan macam-macam pembagian prinsip peserta didik yang
telah dijelaskan para tokoh di atas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa macam-macam prinsip peserta didik dalam menuntut ilmu yaitu
diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, tidak mudah putus
asa, bersabar, memiliki tujuan, tidak berganti guru dengan cepat dan
berani meninggalkan rumah dan keluarga demi waktu yang lama.
3. Landasan prinsip peserta didik
Setiap usaha, kegiatan, sikap atau tindakan yang disengaja untuk
mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak yang
baik dan kuat. Dalam bukunya Nata (1984: 19-21) yang berjudul Ilmu
Pendidikan Islam dijelaskan bahwa landasan peserta didik dalam prinsip
untuk mendapatkan ilmu, yaitu terdiri dari al Qur‟an, Hadits dan Ijtihad.
a. Al Qur‟an adalah firman Allah swt berupa wahyu yang disampaikan
oleh Jibril as kepada Muhammad saw, yang di dalamnya terkandung
35
ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek
kehidupan melalui ijtihad.
Al Qur‟an diturunkan Allah swt dengan fungsi antara lain; agar
menjadi petunjuk, menjelaskan perbedaan antara yang hak dan batil,
wasit atau hakim yang memutuskan berbagai perkara dalam
kehidupan, keterangan atas semua perkara, obat penenang dan
penyembuh jiwa serta rahmat bagi seluruh alam (Nata: 66).
Menurut Departemen Agama RI (2009: 8) unsur-unsur yang
terdapat pada al Qur‟an adalah kalamullah, diturunkan kepada nabi
Muhammad saw, melalui malaikat Jibril, berbahasa Arab, menjadi
mukjizat nabi Muhammad saw dan berfungsi sebagai petunjuk dan
pembimbing bagi manusia.
b. Hadits secara harfiah adalah jalan hidup yang dijalani atau dibiasakan,
apakah jalan hidup itu baik atau buruk, terpuji maupun tercela (Nata:
67). Sedangkan hadits menurut pandangan umum adalah perkataan,
perbuatan atau pengakuan Muhammad saw. Yang dimaksud dengan
pengakuan adalah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui
oleh Rasulullah saw dan beliau membiarkannya saja atau perbuatan itu
berjalan. Landasan ini termasuk sumber ajaran yang kedua setelah al
Qur‟an.
c. Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan menggunakan
seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari‟at Islam untuk
menetapkanatau menentukan sesuatu hukum Syariat Islam dalam hal-
36
hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al Qur‟an dan
Hadits.
Para sahabat dan filsuf adalah orang-orang yang memiliki
keinginan dan kemauan yang kuat untuk membangun kehidupan
manusia yang bermartabat. Mereka mencurahkan segenap waktu,
tenaga dan kemampuannya untuk memikirkan dan membimbing umat
manusia (Nata: 69).
4. Ruang lingkup prinsip peserta didik
Manusia dianugerahi tiga potensi yaitu panca indera atau jasad,
akal dan hati. Ketiga potensi ini harus dikelola dan digunakan secara
seimbang sehingga hidup menjadi baik. Panca indera dikelola dengan olah
raga (mandi, wudhu), akal dikelola dengan olah pikir (berfilsafat, berfikir
baik) dan hati dikelola dengan olah rasa (tasawuf), sehingga hatinya sehat
dan bersih dari penyakit hati dan maksiat.
Adapun ruang lingkup prinsip peserta didikmenurut Hermawan
(2016: 3)terbagi menjadi beberapa hal, di antaranya yaitu prinsip terhadap
Allah swt dan prinsip sesama makhluk lainnya (manusia, hewan,
tumbuhan dan lingkungan).
Sedangkan menurut Ilyas dalam skripsi Widayati (2016: 17-27)
pembagian ruang lingkup prinsip peserta didik yaitu meliputi prinsip
terhadap Allah swt, prinsip terhadap Rasulullah saw, prinsip pribadi, prisip
keluarga, prinsip dalam masyarakat dan prinsipbernegara.
37
a. Prinsip peserta didikterhadap Allah swt
Ada beberapa alasan kenapa manusia perlu memilki prinsipkepada
Allah swt, yaitu Allah swt yang menciptakan manusia, Allah swt yang
telah melengkapi panca indera manusia, Allah swt telah menyediakan
kebutuhan manusia secara gratis dan Allah swt yang telah memuliakan
manusia dengan kemampuan menguasai daratan dan lautan.
b. Prinsip peserta didik terhadap Rasulullah saw
Adapun prinsip yang harus dilakukan oleh orang Islam terhadap
Rasulullah saw yaitu mencintai dan memuliakan Rasul, menaati dan
mengikuti Rasul serta mengucapkan salawat dan salam kepadanya.
c. Prinsip peserta didik terhadap diri sendiri
Menurut Ilyas dalam skripsinya Widayati prinsip terhadap diri
sendiri yaitu jujur, dapat dipercaya, sikap teguh dalam
mempertahankan keimanan dan keislaman, menjauhkan diri dari hal-
hal yang tidak baik, mencurahkan segala kemampuan untuk
melepaskan diri dari segala hal yang menghambat pendekatan diri
kepada Allah swt, berani yang berlandaskan kebenaran dan dilakukan
dengan penuh pertimbangan, malu, sabar serta pemaaf.
Peserta didik mampu berfikir kritis melalui akal ataupun hati. Hal
tersebut yang sesuai dengan ciri-ciri orang yang berakal (ulul albab).
Oleh sebab itu, ketika seorang peserta didik mengalami kesulitan maka
diperlukan kesungguhan dan kegigihan untuk melewati kesulitan
dengan luar biasa.
38
d. Prinsip peserta didik dalam keluarga
Prinsip dalam keluarga adalah saling membina rasa cinta dan kasih
sayang dalam kehidupan keluarga, saling menunaikan kewajiban untuk
memperoleh hak, berbakti kepada ibu bapak, mendidik anak-anak
dengan kasih sayang dan memelihara hubungan silaturahim yang
dibina orang tua. Seorang peserta didik juga perlu memiliki sikap
selalu mengingat Allah swt, baik dalam keadaan apapun dan
bagaimanapun.
e. Prinsip peserta didik terhadap masyarakat
Prinsip terhadap masyarakat menurut Ali dalam skripsinya
Widayati antara lain yaitu memuliakan tamu, menghormati nilai dan
norma yang berlaku dalam masyarakat, saling menolong dalam
melakukan kebajikan dan takwa, menganjurkan masyarakat termasuk
diri sendiri berbuat baik serta mencegah diri serta orang lain
melakukan perbuatan munkar. Dalam buku Ilmu Pendidikan Islam
(Departemen Agama RI, 1984: 45) telah dijelaskan dalam Q.S. Ali
Imran ayat 104:
ع هى عشوف و ثبن ش وأيشو إن انخ خ ذعى كى أي ي ونزك
فهذى ئك هى انكش وأون ان
“Hendaklah ada segolongan di antara kamu yang mengajak kepada
kebaikan dan memerintahkan yang makruf dan melarang yang
mungkar. Mereka itulah orang yang berbahagia.”
39
f. Prinsip peserta didik dalam bernegara
Prinsip bernegara antara lain yaitu cinta tanah air (hubbul wathon),
bermusyawarah, menegakkan keadilan, amar ma‟ruf nahi munkar dan
membentuk hubungan yang baik antara pemimpin dan yang dipimpin.
Seorang peserta didik perlu memiliki prinsip untuk membanggakan
negara, membuat maju negara dan menjaga keamanan negara dan
sebagainya serta memberikan yang terbaik untuk negara.
Berdasarkan penjelasan di atas maka, penulis dapat menyimpulkan
bahwa ruang lingkup prinsip peserta didik tidak hanya meliputi diri sendiri
akan tetapi seluruh kehidupan yang ada di bumi dan yang menciptakan
(Allah swt).
5. Tujuan prinsip peserta didik
Dalam menuntut ilmu seorang peserta didik perlu memiliki prinsip
yang baik untuk memperolehnya. Tujuan adanya prinsip yang perlu
dimiliki peserta didik adalah sesuai pendapat Ismail dalam Ta‟limul
Muta‟allim “Sebab gudang kesuksesan adalah di dalam menghadapi
cobaan.”Apabila seorang peserta didik memiliki prinsip yang baik sesuai
syariat, maka ilmu pengetahuan yang dicari akan lebih mudah untuk
didapat. Adapun tujuan prinsip peserta didik menurut Al Abrasy yaitu:
bermoral baik, sopan dalam bertindak dan berbicara, mulia dalam tingkah
laku, bersifat bijaksana, sopan dan beradab serta memperoleh derajat yang
tinggi dari Allah swt.
40
Allah swt menggambarkan dalam al Qur‟an tentang janji-Nya
terhadap orang yang senantiasa berprinsip baik, dalam Q.S. An Nahl: 97
فهذه دبح طجخ ونجضهى وهى يؤي ض ركش أو أ م صبنذب ي ع ي
هى يب كبىا ع أجشهى ثأدغ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami
beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan.”
Dalam hal ini peserta didik yang mampu memiliki prinsip baik
dengan siapapun, entah guru, orang tua, masyarakat dan alamakan dijamin
Allah swt kebahagiaan sesuai dalil di atas.
B. Pendidikan Islam
Kata pendidikan Islam terdiri dari dua kata, yaitu pendidikan dan Islam.
Adapun arti dari setiap kata, pendidikan adalah perbuatan (cara) mendidik,
membawa manusia ke arah kedewasaan (Sastrapradja, 1981:
369).Brodjonegoro menerjemahkan pendidikan sebagai tuntunan kepada
pertumbuhan manusia mulai lahir sampai tercapainya kedewasaan secara
jasmani dan rohani agar dapat memenuhi sendiri tugas hidupnya. Menurut
Carter V. Good dalam Dictionary of Education dalam bukunya Purwanto
(2014: 20) definisi pendidikan sebagai berikut:
1) The sistematized learning or instruction concerning principles and
methods of teaching and of student control an guidance, lagerly replaced
by the term of education (ilmu yang sistematis atau pengajaran yang
berhubungan dengan prinsip-prinsip, metode-metode mengajar,
41
pengawasan dan bimbingan murid, dalam arti luas diartikan dengan istilah
pendidikan).
2) Education, mengandung makna proses perkembangan pribadi, proses
sosial, rangkaian pelajaran profesional, seni untuk membuat dan
memahami ilmu pengetahuan yang tersusun yang diwarisi atau
dikembangkan generasi bangsa.
Menurut Marimba (2008: 6)pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan
secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan ruhani si
terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Menurut Soyomukti
(2010: 27) dalam bukunya yang berjudul Teori-Teori Pendidikan, pendidikan
menurutnya adalah proses untuk memberikan manusia dengan berbagai
macam situasi yang bertujuan memberdayakan diri. Sedangkan pendidikan
menurut Departemen Agama (1984: 27) adalah usaha dan kegiatan yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad saw dalam menyampaikan seruan agama
dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih
keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial
yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim.
Berdasarkan pengertian pendidikan yang telah dijelaskan dari beberapa
tokoh, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa arti pendidikan adalah
sebuah proses seseorang terhadap orang lain untuk menyampaikan ilmu baik
secara tertulis ataupun perilaku untuk menjadikan orang lain lebih baik.
42
Sedangkan kata Islam adalah agama yang pemeluknya mayoritas di dunia,
sebuah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dan disebarluaskan.
Pendidikan Islam menurut para tokoh dalam Kitab Usus At Tarbiyah Al
Islamiyyah karya Hamid, yaitu:
a) Menurut Ibnu Sina, pendidikan Islam adalah sarana untuk menyiapkan
generasi demi kepentingan agama dan dunia pada waktu yang sama dalam
membentuk akal, akhlak dan mampu menjadikan dan membuat produk
yang sesuai dengan keinginan tabiatnya, dan memungkinkan mencari
bakatnya.
b) Ibnu Khaldun menjelaskan pengertian pendidikan Islam adalah suatu hal
yang penting dalam pemberian perhatian, penumbuhan akal anak dalam
menjaga kesiapan akal mereka.
c) Ahmad Tafsir memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai
bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara
maksimal sesuai dengan ajaran Islam (Indriyani, 2017: 12).
d) Dalam buku Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan menjelaskan
pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan
mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada
padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai
dengan norma Islam (Achmadi, 1992: 20).
e) Omar Muhammad al Thoumi al Syaibani mendefinisikan pendidikan Islam
adalah proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi,
43
masyarakat dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu
aktivitas asasi (Sukring, 2013: 17).
f) Pendidikan Islam menurut Nata dalam bukunya yang berjudul Ilmu
Pendidikan Islam adalah usaha memelihara, mengasuh, merawat,
memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta didik, agar dapat survive
lebih baik dalam kehidupannya.
Dari pengertian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
pendidikan Islam adalah sebuah proses usaha seorang pendidik dalam
mengajarkan ilmu kepada peserta didik yang bertujuan untuk menjadikan
peserta didik lebih baik sesuai dengan ajaran Agama Islam.
a. Kurikulum pendidikan Islam
Menurut bahasa kurikulum berasal dari bahasa latincurriculum
yang berarti bahan pengajaran. Ada pulayang mengatakan kata tersebut
berasal dari bahasa Perancis courier yang berarti berlari (Nata, 1997: 123).
Jadi dapat disimpulkan secara bahasa kurikulum adalah tempat untuk
berlari.
Sedangkan menurut istilah, dalam Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional Tahun 1989 Bab I Pasal I disebutkan bahwa,
“kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggara kegiatan belajar mengajar.” Serta dalam bukunya Nata
Filsafat Pendidikan Islam memaparkan beberapa pendapat tentang
pengertian kurikulum di antaranya, pendapat Crow and Crow kurikulum
44
adalah rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang
disusun secara sistematis yang diperlukan sebagai syarat untuk
menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu. Selain itu ada pula yang
berpendapat bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang
disiapkan berdasarkan rancangan yang sistematik dan koordinatif dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan.
Berdasarkan pendapat di atas tentang pengertian kurikulum, maka
penulis dapat menyimpulkan bahwa kurikulum pendidikan Islam adalah
mata pelajaran yang diajarkan pihak sekolah terhadap peserta didik yang
berkaitan dengan pendidikan Islam.
Secara tradisional kurikulum berarti mata pelajaran yang diberikan
kepada anak didik untuk menanamkan sejumlah pengetahuan agar mampu
beradaptasi dengan lingkungannya. Al Ghazali (1997: 166-167)
mengusulkan beberapa ilmu pengetahuan yang harus dipelajari di sekolah.
Ilmu pengetahuan tersebut adalah:
1) Ilmu al Qur‟an dan ilmu agama seperti fiqih, hadits dan tafsir.
2) Sekumpulan bahasa, nahwu dan makhraj serta lafadz-lafadznya, karena
ilmu ini berfungsi membantu ilmu agama.
3) Ilmu-ilmu yang fardu kifayah, yaitu ilmu kedokteran, matematika,
teknologi dan beraneka ragam jenisnya, termasuk juga ilmu politik.
4) Ilmu kebudayaan, seperti syair, sejarah dan beberapa cabang filsafat.
45
Ilmu-ilmu di atas digolongkan ke dalam ilmu yang terpuji, tujuannya
akan membawa orang kepada jiwa yang suci bersih dari kerendahan dan
keburukan serta dapat mendekatkan diri kepada Allah swt.
Sedangkan menurut Ibnu Khaldun dalam membagi ilmu pengetahuan
menjadi tiga macam, yaitu:
1) Ilmu lisan (bahasa), yaitu ilmu tentang tata bahasa (gramatika) sastra
atau bahasa yang tersusun secara puitis.
2) Ilmu naqli, yaitu ilmu yang diambil dari kitab suci dan sunnah Nabi
saw.
3) Ilmu „aqli, yaitu ilmu yang dapat menunjukkan manusia dengan daya
piker atau kecerdasannya kepada filsafat dan semua ilmu pengetahuan.
MenurutAs Surkati dalam bukunya Nata (1997: 200) lembaga
pendidikan tradisional rencana pelajaran, kurikulumnya tidak dibuat secara
khusus. Yang ada hanyalah kitab yang akan diajarkan. Pemakaian jenis
kitabnya disesuaikan dengan tingkat dan waktu lama santri belajar,
sehingga dalam operasional kegiatan belajar mengajar program
pengajarannya dimulai dengan bab pendahuluan pada masing-masing jenis
kitab yang diajarkan sampai bab penutup.
Kurikulum PAI di Indoensia dari waktu ke waktu telah mengalami
perubahan. Mulai dari kurikulum pendidikan Islam Pra Kolonial, waktu
para saudagar Gujarat, India datang ke Nusantara abad 13 hingga saat ini
kurikulum 2013. Berkembangnya suatu ilmu pengetahuan di Indonesia
46
menyebabkan kurikulum pendidikan mengalami perkembangan dan
sebagai penyempurna kurikulum terdahulu (Saerozi, 2013: 25).
Adapun perkembangankurikulum pendidikan Islam yang ada di
Indonesia terbagi menjadi beberapa di antaranya yaitu (2017: 3-9):
1) Pra Kolonial, berbentuk pengajian al Qur‟an dan kitab yang
dilaksanakan di rumah-rumah, surau, masjid, pesantren dan lain-lain.
2) Masa Kolonial, masa ini Indonesia di jajah oleh Belanda tahun 1619.
Pelaksanaan kurikulum pendidikan Islam waktu itu mengalami
perubahan, hanya saja disesuaikan oleh kepentingan politik pihak
Belanda.
3) Masa Kemerdekaan dan Pasca Kemerdekaan, dalam masa ini
kurikulum pendidikan Islam terbagi menjadi 3 periode, yaitu:
a) Masa Orde Lama yang terdiri dari kurikulum 1947, kurikulum
1952-1964.
b) Masa Orde Baru yang terdiri dari kurikulum 1968, kurikulum
1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994 dan suplemen kurikulum
1999.
c) Masa Reformasi yang terdirir dari kurikulum Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan saat ini kurikulum 2013.
Fungsi adanya sebuah kurikulum pendidikan Islam terkait tiga pihak,
di antaranya yaitu (2017: 5-6):
1) Bagi sekolah/madrasah yang bersangkutan:
47
a) Sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam yang
diinginkan atau dalam istilah KBK disebut standar kompetensi.
b) Pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan pendidikan agama di
sekolah/madrasah.
2) Bagi sekolah/madrasah di atasnya:
a) Melakukan penyesuaian.
b) Menghindari keterulangan sehingga boros waktu, dan
c) Menjaga kesinambungan.
3) Bagi masyarakat:
a) Masyarakat sebagai pengguna lulusan (users), sehingga
sekolah/madrasah harus mengetahui hal-hal yang menjadi
kebutuhan masyarakat dalam konteks pendidikan Islam.
b) Adanya kerja sama yang harmonis dalam hal pendidikan Islam.
Jadi dalam Pelaksanaan kurikulum pendidikan Islam pada pendidikan
formal ataupun yang lain, bertujuan semata-mata untuk menjadikanpeserta
didik semakin lebih baik moral dan perilakunya dengan prinsip yang
dimiliki.
b. Evaluasi pendidikan Islam
Evaluasi dalam bukunya Nata (1997: 130) Filsafat Pendidikan
Islam menjelaskan pengertian eavaluasi secara bahasa, berasal dari bahasa
Inggris evaluation yang berarti tindakan atau proses untuk menentukan
nilai sesuatu atau dapat diartikan sebagai tindakan atau proses untuk
menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan
48
pendidikan. Dalam bahasa Arab evaluasi dikenal dengan istilah imtihan
yang berarti ujian. Dan dikenal juga dengan istilah khataman yang berarti
cara menilai hasil akhir dari proses pendidikan.
Sedangkan menurut istilah pengertian evaluasi menurut Nata
(1997: 131) adalah proses membandingkan situasi yang ada dengan
kriteria tertentu terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan
pendidikan. Evaluasi dilakukan bukan hanya tentang hasil belajar para
siswa dalam suatu jenjang pendidikan tertentu, melainkan juga berkenaan
dengan penilaian terhadap berbagai aspek yang mempengaruhi proses
belajar siswa tersebut, seperti evaluasi terhadap guru, kurikulum, metode,
sarana prasarana dan lingkungan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa evaluasi pendidikan Islam adalah sebuah upaya pembandingan
hasil antara proses yang dilakukan dan setelah dilakukan, apakah terdapat
perubahan lebih baik atau tetap.
Ajaran Islam memberi perhatian yang besar terhadap evaluasi
pendidikan. Allah swt berfirman dalam al Qur‟an memberitahukan kepada
umat manusia, bahwa pekerjaan evaluasi terhadap manusia didik adalah
merupakan suatu tugas penting dalam rangkaian proses pendidikan yang
telah dilaksanakan oleh pendidik.
بء جئى ثأع لئكخ فمبل أ بء كههب صى عشضهى عه ان وعهى آدو الع
)10( زى صبدل ك ؤلء إ ه
ذ انعهى انذكى )13( زب إك أ لبنىا عجذبك ل عهى نب إل يب عه
49
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya ke para malaikat lalu
berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu jika kamu
memang orang-orang yangbenar.” Mereka menjawab: “Maha suci
Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana.”(Q.S. Al Baqarah: 31-32).
Penilaian hasil belajar hakikatnya merupakan suatu kegiatan untuk
mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi pada diri peserta didik.
Pada umumnya hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk
yaitu peserta didik akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan
kelemahannya atas perilaku yang diinginkan dan mereka mendapatkan
bahwa perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap atau dua
tahap, sehingga timbul lagi kesenjangan antara penampilan perilaku yang
sekarang dengan perilaku yang diinginkan. Kesinambungan tersebut
merupakan dinamika proses belajar sepanjang hayat, dan pendidikan yang
berkesinambungan (Mulyasa, 2009: 244).
Tujuan evaluasi menurut ajaran Islam, berdasarkan pemahaman
terhadap ayat-ayat al Qur‟an antara lain (Nata, 1997: 137-138):
1) Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai
macam problema kehidupan yang dialaminya.
2) Untuk mengetahui sampai di mana atau sejauh mana hasil pendidikan
wahyu yang telah ditetapkan Rasulullah saw terhadap umatnya.
3) Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup keislaman
atau keimanan manusia.
Untukmengetahui sekuat mana iman seseorang terkadang Allah swt
mengevaluasinya melalui berbagai cobaan yang besar.
50
)3( مىنىا آيب وهى ل فزى زشكىا أ أ دغت انبط أ
)1( انكبرث صذلىا ونعه انز للا لجههى فهعه ي ونمذ فزب انز
“Apakah manusia itu mengira, bahwa mereka akan dibiarkan (saja)
mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuiji
(dievaluasi) lagi? Dan sesungguhnyaKami telah menguji orang-orang
yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah swt mengetahui orang-
orang yang benar, dan sesungguhnya Dia mengetahuiorang-orang yang
dusta.” (Q.S. Al Ankabut: 2-3).
Berdasarkan uraian materi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa tujuan adanya sebuah evaluasi dalam pendidikan Islam yaitu untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan yang diraih oleh peserta didik dan
orang-orang yang berada dalam pendidikan itu sendiri, apakah mengalami
perubahan atau menetap.
51
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Prinsip peserta didik dalam pendidikan Islam menurut Q.S. Ali Imran
ayat 190-191
Prinsip peserta didik terdiri dari dua kata, yaitu prinsip dan peserta didik.
Secara etimologi prinsip menurut Sastrapradja (1981:391)adalah dasar, azas
dan pokok pendirian. Sedangkan menurut Badudu dan Zain (1996: 1089),
prinsip adalah dasar (pendirian, tindakan) sesuatu yang dipegang sebagai
anutan yang utama asas (kebenaran yang jadi pokok dasar orang yang berfikir,
bertindak dan sebagainya). Dalam kamus filsafat(2017: 17), prinsip berasal
dari bahasa Inggris principle dalam bahasa latin principium yang berarti
sumber atau asal usul sesuatu sebab yang paling dasar dari sesuatu, unsur
dasar dan aturan dasar bertingkah laku. Dalam bukunya Fathurrahman (2017:
18) Prinsip dan Tahapan Pendidikan Islam Dagobert menjelaskan arti prinsip
yaitu kebenaran yang bersifat universal yang menjadi sifat dari sesuatu.
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa prinsip secara
etimologi adalah dasar berfikir.
Sedangkanmenurut terminologi,prinsip (budi pekerti) adalah sifat-sifat
yang baik dari seseorang yang menyenangkan orang tua, guru, keluarga,
tetangga dan masyarakat sekitar (Amin, 2016: 1). Prinsip adalah semua
ucapan, sikap dan tindakan orang yang berakal sehat sebagai cerminan
jiwanya secara spontanitas, tanpa rekayasa dan dilakukan secara berulang-
ulang (Hermawan, 2006: 1). Menurut Al Ghazali dalam bukunya Amin (2016:
52
2) prinsip adalah sifat yang tertanam dalam hati yang dapat menimbulkan
perbuatan-perbuatan yang baik, dengan mudah dan tanpa menimbulkan
pertimbangan-pertimbangan dan pemikiran-pemikiran.Berdasarkan uraian
pendapat para tokoh, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa prinsip secara
terminologi adalah sebuah dasar dalam berbudi pekerti yang baik sehingga
memberikan efek atau menimbulkan orang yang berada di sekitar merasa
senang.
Dalam buku Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan menjelaskan,
pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan
fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju
terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam
(Achmadi, 1992: 20).Sedangkan menurut Al Syaibani dalam bukunya Sukring
(2013: 17), mendefinisikan pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah
laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya,
dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi.
Berdasarkan uraian di atas, pendidikan Islam adalah proses berubahnya
tingkah laku seseorang (peserta didik) menjadi lebik baik dengan berbagai
cara.
Prinsip bagi peserta didik dalam pendidikan Islam menurut Q.S Ali Imran
ayat 190-191 terdiri dari tiga hal, antara lain:
1. Berfikir
Q.S. Ali Imran ayat 190
ف خهك إ بد لون النجبة م وانهبس بواد والسض واخزلف انه انغ
53
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal"
Pada ayat di atas dijelaskan bahwa manusia dituntut untuk berfikir
secara cerdas, karena Sesungguhnya dalam penciptaan, yakni kejadian
benda-benda angkasa seperti matahari, bulan dan jutaan gugusan bintang-
bintang yang terdapat di langit, atau dalam pengaturan sistem kerja langit
yang sangat teliti serta kejadian dan perputaran bumi pada porosnya yang
melahirkan silih bergantinya malam dan siang, baik dalam masa maupun
panjang dan pendeknya terdapat tanda-tanda kemahakuasaan Allah swt
bagi yang berfikir (Shihab, 2000: 290).
صب ععذ دذ صب يشى، أث ث ذ دذ يذ ششك أخجش جعفش، ث عجذ ث للا ث
ش، أث كشت ع ع ذ ثذ لبل: عجبط اث ىخ، خبنز ع سعىل فزذذس ي
صه للا ب سلذ، صى عبعخ أههه يع وعهى ه عه للا فه م صهش كب خش انه لعذ ا
بء إن فظش فمبل: انغ بواد خهك ف }إ م واخزلف والسض انغ وانهبس انه
أ لبو صى النجبة{ لون بد . فزىض صى سكعخ. عششح إدذي فصه واعز ثلل أر
، فصه جخ. ثبنبط فصه خشط صى سكعز انص
Telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Maryam, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan
kepadaku Syarik ibnu Abdullah ibnu Abu Namir, dari Kuraib, dari Ibnu
Abbas r.a. yang menceritakan bahwa ia tidur di rumah bibinya (yaitu Siti
Maimunah). Lalu Rasulullah Saw. bercakap-cakap dengan istrinya selama
sesaat. kemudian beliau tidur. Ketika malam hari tinggal sepertiganya
lagi, beliau bangun dan duduk, lalu memandang ke arah langit seraya
mengucapkan: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal. (Ali Imran: 190), hingga beberapa ayat selanjutnya. Setelah
itu beliau bangkit dan melakukan wudu. Setelah bersiwak, beliau
melakukan salat sebanyak sebelas rakaat. Kemudian Bilal menyerukan
54
azannya, maka beliau Saw. salat dua rakaat, lalu keluar dan salat Subuh
menjadi imam orang-orang(As Suyuthi, 2014: 124).
Dahulu pada Surat Al Baqarah ayat 164 dan beberapa ayat lain
perhatian kita terhadap kejadian langit dan bumi serta perkisaran siang dan
malam, dan sekarang dirangsang lagi. Tiap ada peluang, sesudah mendaki
menurun di dalam hidup, setelah dipikulkan kekerasan hukum dan
peraturan, bujukan surga dan ancaman neraka, kita disuruh
mengheningkan cipta melihat makhluk Allah swt yang besar ini (Hamka,
1987: 195).
Memikirkan pergantian siang dan malam, mengikuti terbit dan
terbenamnya matahari, siang lebih lama dari malam dan sebaliknya.
Semuanya itu menunjukkan atas kebesaran dan kekuasaan penciptanya
bagi orang-orang yang berakal dan mau berfikir. Memikirkan terciptanya
langit dan bumi, pergantian siang dan malam secara teratur dengan
menghasilkan waktu-waktu tertentu bagi kehidupan manusia merupakan
satu tantangan tersendiri bagi kaum intelektual beriman (Departemen
Agama RI, 2009: 97).
Semua itu merupakan petunjuk bagi orang yang mau memikirkan
ciptaan Allah swt, merenungkan keindahan pencipta Allah swt. Hanya
saja, yang bisa mengambil pelajaran dari semua itu hanyalah orang yang
akalnya jalan, mata hatinya hidup dan nuraninya paham. Sedangkan orang
yang hatinya mati, nuraninya kosong dan mata hatinya buta maka, dia
tidak bisa mengambil manfaat dari ayat-ayat kauniyah ini. Sejatinya, dia
tidak mempunyai akal ataupun mata hati. Bahkan dia lebih mirip dengan
55
binatang, yang sama sekali tidak berhasrat untuk merenungkan ataupun
memikirkan berbagai ciptaan dan ayat kauniyah Allah swt (Al Qarni,
2008: 345).
Ketika seorang peserta didik mampu berfikir dengan akalnya tentang
penciptaan alam (langit dan bumi)yang begitu besar dan luas serta
merasakan kenikmatan alam yang diberikan Allah swt kepada umat
manusia, maka secara tidak langsung akan memberikan motivasi dan
semangat dalam mencapai ilmu dengan kecerdasan yang maksimal.
Sehingga mampu bersikap dan bertindak yang seharusnya, bersyukur atas
nikmat yang diberikan Allah swt kepada makhluk-Nya. Semakin bijak
seseorang, semakin banyak yang dapat ia ketahui (Faqih, 2006: 450).
Bagi seorang penuntut ilmu adalah menunjukkan perhatiannya yang
sungguh-sungguh kepada tiap-tiap disiplin ilmu yang terpuji, agar dapat
mengetahui tujuannya masing-masing, dan jika masih diberikan umur
panjang, sebaiknya berusaha untuk memperdalam. Peserta didik yang
menguasai suatu ilmu diibaratkan dengan pasukan tentara yang menjaga
tapal batas Negara dari ancaman musuh (Al Ghazali, 1996: 175).
Menurut Ismail (1993: 24) dalam kitab Ta‟limul Muta‟allim dalam
syairnya mengatakan:
نكم إن شأو انعل دشكبد
ونك عضض ف انشجبل صجبد
“Setiap orang bercita-cita agar dapat mencapai derajat yang tinggi,
tetapi sayang sedikit sekali yang tahan uji”. Dalam menuntut ilmu tidak
56
sedikit pelajar (peserta didik)yang memperoleh ujian dan cobaan dari
Allah swt. Bersungguh-sungguh menuntut ilmu berupaya sedemikian rupa
dengan segala sarana yang ditempuh, peserta didik akan mampu meraih
cita-cita yang diinginkan.
2. Mengingat Allah swt
Q.S. Ali Imran ayat 191
جىثهى لبيب ولعىدا وعه للا زكشو انز
“Yaitu orang-orang yang mengingat Allah swt ketika berdiri, duduk dan
berbaring.”
Dari ayat di atas menjelaskan tentang sifat-sifat orang yang berakal
yang mengingat Allah swt dalam seluruh situasi dan kondisi mulai dari
berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring. Mereka memikirkan tentang
penciptaan dan sistem kerja langit dan bumi, dan setelah itu berkesimpulan
bahwa Tuhan tidak menciptakan alam raya dan segala isinya dengan sia-
sia atau tanpa tujuan yang hak (Shihab, 2012: 157).
Salah satu ciri khas bagi orang yang berakal adalah ia selalu mengingat
Allah swt di setiap waktu dan keadaan, baik pada waktu ia berdiri, duduk
dan berbaring. Tidak ada satu waktu dan keadaan dibiarkan berlalu begitu
saja, kecuali diisi dan digunakannya untuk memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi. Memikirkan keajaiban-keajaiban yang terdapat di
dalamnya, yang menggambarkan kesempurnaan dan kekuasaan Allah swt
(Departemen Agama RI, 2009: 97-98).
57
Mengingat Allah swt (zikir) dalam segala kondisi manusia merupakan
tanda kebijakan. Barangsiapa mengingat Allah swt ketika berdiri, duduk
dan berbaring..... Para pemilik pengetahuan adalah mereka yang
mengingat Allah swt dan merenung. Al Qur‟an memperkenalkan mereka
sebagai berikut, Barangsiapa mengingat Allah swt ketika berdiri, duduk
dan berbaring, serta merenungi....(Faqih, 2006: 451).
Orang-orang yang memikirkan penciptaan Allah swt pada hakikatnya
adalah orang-orang yang senantiasa berzikir kepada-Nya dengan hati, lisan
dan anggota tubuh mereka. Mereka berzikir kepada-Nya sambil berdiri
berjalan dalam menjalani kehidupan mereka di pasar-pasar atau di jalanan.
Mereka berzikir kepada-Nya seraya duduk di majelis-majelis, masjid-
masjid, kelas-kelas pelajaran dan berbagai kesempatan, baik yang khusus
maupun umum. Salah satu bentuk kecintaan mereka kepada-Nya adalah
bahkan mereka berzikir kepada-Nya sambil berbaring menjelang tidur dan
saat istirahat setelah kelelahan (Al Qarni: 2008: 346).
Orang yang berfikiran itu: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
swt sewaktu berdiri, duduk dan berbaring.” Artinya orang yang tidak
pernah lepas Allah swt dari ingatannya. Di sini disebut yadzkuruuna yang
berarti ingat. Berpokok dari kalimat zikir. Dan disebutkan pula,
bahwasannya zikir itu hendaklah bertali di antara sebutan dengan ingatan.
Kita sebut nama Allah swt dengan mulut karena dia telah terlebih dahulu
teringat dalam hati. Maka teringatlah dia sewaktu berdiri, duduk
termenung atau tidur berbaring. Sesudah penglihatan atas kejadian langit
58
dan bumi, atau pergantian siang dan malam, langsungkan ingatan kepada
yang menciptakannya karena jelaslah dengan sebab ilmu pengetahuan
bahwa semuanya itu tidaklah ada (Hamka, 1987: 196-197).
Kemudian Allah swt menyifati orang yang berfikir. Dia berfirman,
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah swt sewaktu berdiri, duduk
dan berbaring.” Dalam shahihain ditegaskan dari Imran bin Hishin bahwa
Rasulullah saw bersabda (618), “Dirikanlah shalat sambil berdiri. Jika
kamu tidak mampu, maka sambil duduk. Jika kamu tidak mampu, maka
sambil berbaring.” Artinya mereka tidak henti-hentinya berzikir dalam
segala kondisi, baik dengan hati maupun lisannya (Ar Rifa‟i: 2009: 634).
Begitu pula dalam menuntut ilmu peserta didik selalu mengingat Allah
swt, entah sebelum belajar ataupun setelah belajar. Dalam sekolah atau
madrasah peserta didik selalu dibiasakan oleh gurunya berdoa sebelum
memulai pembelajaran dan setelah pembelajaran. Memulai aktivitas
dengan berdoa atau mengingat Allah swt diharapkan kegiatan bisa berjalan
lancar dan memperoleh ilmu yang bermanfaat.
3. Mengetahui eksistensi Allah swt
Q.S. Ali Imran ayat 191
بوارىالسض وزفكشوفخهمبنغ
“Mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi.”
Manusia yang membaca lembaran alam raya niscaya akan
mendapatkan Allah swt. Sebelum manusia mengenal peradaban, mereka
yang menempuh jalan ini telah menemukan kekuatan itu (Allah swt).
59
Bahkan seandainya mata tidak mampu membaca lembaran alam raya,
maka mata hati dengan cahayanya akan menemukan-Nya, karena
memandang atau mengenal Tuhan ada dalam jangkauan kemampuan
manusia melalui lubuk hatinya. Bahkan bila manusia mendengar suara
nuraninya dengan “telinga terbuka” pasti ia akan mendengar “suara
Tuhan” yang menyerunya. Ini disebabkan karena kehadiran Allah swt dan
keyakinan akan keesaan-Nya adalah fitrah yang menyertai jiwa manusia
(Shihab, 2000: 293).
Mereka memandang bahwa ayat kauniyah dengan segala sifatnya
merupakan salah satu bukti kekuasaan Allah swt,. Mereka memandang
bahwa setiap makhluk merupakan ketetapan yang telah dituliskan dalam
kitab-Nya sebagai bukti kekuasaan Sang Pencipta swt. Bagi mereka, alam
semesta ini merupakan huruf-huruf yang berbicara dan persaksian yang
kekal atas keagungan Yang Mahaagung swt, juga atas kekuasaan, hikmah
dan keindahan ciptaan-Nya (Al Qarni, 2008: 346).
Di sini bertemulah dua hal yang tidak terpisahkan, yaitu zikir dan
fikir. Difikirkan semua yang terjadi itu, maka lantaran difikirkan timbullah
ingatan sebagai kesimpulan dari berfikir, yaitu bahwa semua itu tidaklah
terjadi sendirinya, melainkan ada Tuhan Yang Maha Penciptanya, itulah
Allah swt (Hamka, 1987: 197).
Begitu kompleksnya penciptaan langit dan bumi yang berlangsung
dalam enam masa telah dijelaskan oleh Marconi, sebagai berikut; masa
pertama sejak „Dentuman Besar‟ (big bang), dari Singularity sampai
60
terpisahnya Gaya Gravitasi dari Gaya Tunggal (superforce), ruang waktu
mulai memisah. Namun Kontinuum Ruang-Waktu yang lahir masih
berwujud samar-samar, di mana energi-materi dan ruang-waktu tidak jels
bedanya. Masa kedua, masa terbentuknya inflasi Jagad Raya, namun Jagad
Raya ini masih belum jelas bentuknya, dan disebut sebagai Cosmic Soup
(Sup Kosmos). Gaya Nuklir-Kuat memisahkan diri dari Gaya Elektro-
Lemah, serta mulai terbentuknya materi-materi fundamental: quarks,
antiquarks, dan yang lainnya. Jagad Raya mulai mengembang. Masa
ketiga, masa terbentuknya inti-inti atom di Jagad Raya ini. Gaya Nuklir-
Lemah mulai terpisah dari Gaya Elektromagnetik. Inti-inti atom seperti
proton, netron dan meson tersusun dari quark-quark ini. Masa ini dikenal
sebagai masa pembentukan inti-inti atom (Nucleosyntheses). Ruang, waktu
serta materi dan energi mulai terlihat terpisah. Masa keempat, elektron-
elektron mulai terbentuk, namun masih dalam keadaan bebas, belum
terikat oleh atom-atom untuk membentuk atom yang stabil. Masa kelima,
terbentuknya atom-atom yang stabil, memisahnya materi dan radiasi, dan
Jagad Raya terus mengembang dan mulai nampak transparan. Masa
keenam, Jagad Raya terus mengembang, atom-atom mulai membentuk
aggregat menjadi molekul-molekul, makro-molekul, kemudian
membentuk proto-galaksi, galaksi-galaksi, bintang-bintang, tata surya-tata
surya dan planet-planet (Departemen Agama RI, 2009: 98-99).
Allah swt mencela orang yang tidak mau mengambil pelajaran dari
makhluk-makhluk-Nya yang menunjukkan kepada zat, sifat, syariat, takdir
61
dan tanda-tanda kebesaran-Nya. Allah swt berfirman, “Dan betapa
banyaknya tanda kebesaran yang terdapat di langit dan bumi...sedang
mereka menyekutukan Allah swt.” (Ar Rifa‟i, 2009: 634).
Mengetahui eksistensi adalah tahapan utama untuk mengetahui
Allah swt (Imani, 2006: 450). Berdasarkan uraian tersebut, peserta didik
memiliki sebuah kekurangan dan kelebihan yang diberikan Allah swt. Ada
yang peserta didik ketika diberikan materi langsung faham tanpa diulang
kembali dan ada juga yang perlu diulang-ulang supaya faham. Ketika
peserta didik faham tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki,
secara tidak langsung akan mengetahui bahwa semua yang dimiliki
tersebut adalah ciptaan Allah swt Sang Pencipta. Begitu pula ketika
peserta didik menuntut ilmu, apakah ilmu yang dipelajarinya mampu
diserap atau menghilang, semua kuasa Allah swt.
4. Memiliki tujuan
Q.S. Ali Imran ayat 191
زا ثبطل عجذبك فمب عزاة انبس ب يب خهمذ ه سث
“Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci
Engkau, maka lindungilah kami dari azab neraka.”
Dari ayat di atas menjelaskan tentang sifat-sifat orang yang berakal
bahwa Tuhan tidak menciptakan alam raya dan segala isinya dengan sia-
sia atau tanpa tujuan yang hak (Shihab, 2012: 157). Di sisi lain, hasil itu
akan sangat serasi dengan permohonan mereka. Yakni, karena semua
makhluk tidak diciptakan sia-sia, karena ada makhluk yang baik dan ada
62
yang jahat, ada yang durhaka dan ada pula yang taat, tentu saja yang
durhaka akan dihukum. Oleh karena itu, mereka memohon perlindungan
dari siksa neraka dan selanjutnya mereka berusaha untuk menjadi makhluk
yang baik dan taat (Shihab, 2012: 375).
Ucapan doa ini adalah lanjutan perasaan sesudah zikir dan fikir, yaitu
tawakal dan ridha. Sebab itu bertambah tinggi ilmu seseorang seyogianya
bertambah ingatlah dia kepada Allah swt. Sebagai alamat bakti dan ibadah
kepada-Nya (Hamka, 1987: 197).
Akhirnya setiap orang yang berakal akan mengambil kesimpulan dan
berkata, “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini semua, yaitu
langit dan bumi serta segala isinya dengan sia-sia, tidak mempunyai
hikmah yang mendalam dan tujuan tertentu yang akan membahagiakan
kami di dunia dan akhirat (Departemen Agama RI, 2009: 98).
Kita harus mengetahui fakta bahwa semakin jauh jarak kita dari
tujuan-tujuan mulia, semakin dekatlah kita kepada neraka, dan kita harus
kembali menempuh jarak itu lagi. Dunia penciptaan ini tidak dihadirkan
dengan sia-sia walaupun kita tidak menyadari semua rahasianya (Faqih,
2006: 452).
Ketika mereka menyaksikan hal itu, bersemilah rasa takut dan
khawatir, sehingga mereka berdoa, “Wahai Rabb kami, kami bersaksi
bahwa Engkau tidak menciptakan semua ini dengan sia-sia, bahkan
Engkau menciptakan makhluk berdasarkan hikmah dan kekuasaan yang
Maha Suci dari segala tandingan ataupun lawan (Al Qarni, 2008: 346).
63
Mereka merenungkan penciptaan langit dan bumi sambil berkata, “Ya
Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia.” Yakni,
tidaklah Engkau menciptakan makhluk ini dengan main-main, namun
secara hak agar Engkau membalas orang-orang yang beramal buruk sesuai
dengan apa yang telah mereka lakukan serta membalas orang-orang yang
berbuat baik dengan balasan kebaikan. Kemudian mereka menyucikan
Allah swt dari sifat main-main (Ar Rifa‟i, 2009: 634-635).
Prinsip bagi peserta didik dalam menuntut ilmu menurut Al Ghazali
(1996: 179) yaitu hendaknya seorang penuntut ilmu menjadikan tujuannya
segera, demi menghiasi batinnya dengan segala aspek kebajikan dan demi
mendekat kepada Allah swt serta meningkatkan diri ke dalam lingkungan
para penghuni alam atas, malaikat dan muqarrabin (orang-orang yang
didekatkan kepada Allah swt).
Qawamuddin dalam kitabnya Ismail (1993: 16) membacakan syair
kepadaku yang telah ditulis Abu Hanifah, “Siapa menuntut mencari
pahala akhirat, maka berbahagialah ia dengan karunia dari Allah swt.
Maka alangkah ruginya bagi penuntut ilmu, untuk memperoleh kelebihan
dari sesama manusia”.
Allah swt menciptakan langit dan bumi seisinya tanpa tujuan yang sia-
sia. Oleh sebab itu, peserta didik ketika menuntut ilmu perlu menetapkan
tujuan terlebih dahulu agar tidak tersesat dan tidak rugi saat
melakukannya.
64
B. Relevansi Q.S. Ali Imron ayat 190-191 dalam prinsip bagi peserta didik
dalam pendidikan Islam terhadap pendidikan di era sekarang
1. RelevansiQ.S. Ali Imran ayat 190-191 dengan tujuan pendidikan
Islam
Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu
usaha atau kegiatan selesai (Departemen Agama RI, 1984: 28). Al
Syaibani dalam bukunya Nata Filsafat Pendidikan Islam menjelaskan
bahwa tujuan adalah akhir dari suatu usaha yang disengaja, teratur dan
tersusun, maka hasil tidaklah merupakan penghabisan yang pasti dari
serentetan langkah-langkah yang berkaitan satu sama lain. Maka tujuan
adalah suatu harapan seseorang atau perusahaan setelah proses
dilaksanakan.
Tafsir dalam bukunya Nata (1997: 48) membagi tujuan pendidikan
Islam kepada yang bersifat umum dan yang bersifat khusus. Menurutnya
untuk merumuskan tujuan pendidikan Islam secara umum harus diketahui
lebih dahulu ciri manusia sempurna menurut Islam, yaitu dengan
mengetahui terlebih dahulu hakikat manusia menurut Islam. Manusia
adalah makhluk yang memiliki unsur jasmani dan rohani, fisik dan jiwa
yang memungkinkan ia dapat diberikan pendidikan.
MenurutMarimbadalam bukunya Nata (1997: 49)mendefinisikan
tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya kepribadian yang utama.
Menurut al Abrasy, pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan
Islam, dan Islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan
65
akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang
sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan Islam. Hal ini
Nampak sejalan dengan misi kerasulan Nabi Muhammad saw yaitu untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. Masih dalam buku yang sama karya
Nata, menurutLanggulung, berbicara tentang tujuan pendidikan tidak
dapat tidak mengajak berbicara tentang tujuan hidup. Sebab pendidikan
bertujuan untuk memelihara kehidupan manusia. Tujuannya tercermin
dalam Q.S. Al An‟am: 162,
)063( سة انعبن بر لل وي صلر وغ ك ويذب ل إ ق
“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku dan ibadah hajiku, seluruh
hidup dan matiku, semuanya untuk Allah swt Tuhan seluruh alam.”
Sejalan dengan pendapat Langgulung, Natsir (1997: 50)
mengatakan bahwa penghambaan kepada Allah swt yang menjadi tujuan
hidup dan tujuan pendidikan Islam. Sedangkan menurut Shihab tujuan
pendidikan Islam yaitu membina manusia secara pribadi dan kelompok
sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba dan khalifah-Nya.
بد لون النجبة م وانهبس بواد والسض واخزلف انه ف خهك انغ (091)إ
بواد ف خهك انغ جىثهى وزفكشو لبيب ولعىدا وعه للا زكشو انز
ب يب زا ثبطل عجذبك فمب عزاة انبسوالسض سث (090) خهمذ ه
Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal". “Yaitu orang-orang yang mengingat Allah
swt ketika berdiri, duduk dan berbaring. Mereka memikirkan
penciptaan langit dan bumi, “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau
ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
66
lindungilah kami dari azab neraka” (Q.S Ali Imran: 190-191)
(Shihab, 2000: 290-292). Dalam surat Ali Imran ayat 190-191 dapat diimplementasikan ke
dalam tujuan pendidikan Islam yaitu dengan memprioritaskan prinsip yang
baik sebagai proses membentuk peserta didik agar menjadi insan kamil.
Semua itu merupakan petunjuk bagi orang yang mau memikirkan
ciptaan Allah swt, merenungkan keindahan pencipta Allah swt. Hanya
saja, yang bisa mengambil pelajaran dari semua itu hanyalah orang yang
akalnya jalan, mata hatinya hidup dan nuraninya paham. Sedangkan orang
yang hatinya mati, nuraninya kosong dan mata hatinya buta maka, dia
tidak bisa mengambil manfaat dari ayat-ayat kauniyah ini. Sejatinya, dia
tidak mempunyai akal ataupun mata hati. Bahkan dia lebih mirip dengan
binatang, yang sama sekali tidak berhasrat untuk merenungkan ataupun
memikirkan berbagai ciptaan dan ayat kauniyah Allah swt (Al Qarni,
2008: 345).
Di sini bertemulah dua hal yang tidak terpisahkan, yaitu zikir dan
fikir. Difikirkan semua yang terjadi itu, maka lantaran difikirkan timbullah
ingatan sebagai kesimpulan dari berfikir, yaitu bahwa semua itu tidaklah
terjadi sendirinya, melainkan ada Tuhan Yang Maha Penciptanya, itulah
Allah swt (Hamka, 1987: 197).
Di sisi lain, hasil itu akan sangat serasi dengan permohonan mereka.
Yakni, karena semua makhluk tidak diciptakan sia-sia, karena ada
makhluk yang baik dan ada yang jahat, ada yang durhaka dan ada pula
yang taat, tentu saja yang durhaka akan dihukum. Oleh karena itu, mereka
67
memohon perlindungan dari siksa neraka dan selanjutnya mereka berusaha
untuk menjadi makhluk yang baik dan taat (Shihab, 2012: 375).
Tujuan pendidikan memiliki ciri-ciri, antara lain (Nata, 1997: 53-54):
a. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan di muka bumi
dengan sebaik-baiknya dengan melakukan tugas-tugas sesuai kehendak
Tuhan.
b. Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas
kekhalifahannya di muka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah
kepada Allah swt.
c. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia.
d. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaniahnya.
e. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat.
Manusia yang memiliki sifat seperti di atas maka secara umum adalah
manusia yang baik.
Menurut Departemen Agama RI (1984: 29-32)dalam buku Ilmu
Pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam terbagi menjadi empat, antara
lain:
1) Tujuan umum
Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua
kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain.
Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap,
68
tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum
pendidikan Islam adalah terbentuknya manusia yang baik, yaitu
manusia yang beribadah kepada Allah swt dalam rangka pelaksanaan
fungsi kekhalifahannya di muka bumi (Nata, 1997: 54).
2) Tujuan akhir
Pendidikan Islam berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya
terdapat pada waktu hidup di dunia ini terakhir pula. Tujuan umum
yang berbentuk insan kamil dengan pola takwa dapat mengalami
perubahan naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan
hidup seseorang.
Tujuan akhir pendidikan Islam yaitu terdapat pada Q.S. Ali Imran: 102
)013( ى زى يغه إل وأ ىر دك رمبره ول ر آيىا ارمىا للا ب أهب انز
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah
swt dengan sebenar-benarnya taqwa, dan janganlah kamu mati
kecuali dalam keadaan muslim (menurut ajaran Islam).”
3) Tujuan sementara
Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak
didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam
suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk
tujuan instruksional yang dikembangkan menjadi tujuan instruksional
umum dan khusus (TIU dan TIK), dapat dianggap tujuan sementara
dengan sifat yang berbeda.
69
Dalam tujuan sementara terdapat tingkat dan jenis pendidikan.
Seperti tujuan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) berbeda
dengan di Madrasah Aliyah (MA). Meskipun demikian, polanya sama
yaitu taqwa dan bentuknya sama yaitu insan kamil. Yang berbeda
bobot dan mutunya saja.
4) Tujuan operasional
Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan
sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Dalam pendidikan formal,
tujuan operasional ini disebut juga tujuan instruksional yang
selanjutnya dikembangkan menjadi tujuan instruksional umum dan
tujuan instruksional khusus (TIU dan TIK).
Dalam tujuan operasional yang lebih ditonjolkan anak didik adalah
suatu kemampuan dan keterampilan tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan Islam yang ingin dicapai yaitu membentuk peserta didik yang
memiliki prinsip yang baik agar mampu menjalankan fungsinya sebagai
insan kamil, yang sesuai dengan surat Ali Imran ayat 190-191 yaitu
peserta didik perlu memiliki prinsip yang baik dalam menuntut ilmu demi
bekal di dunia dan akhirat. Tujuan pendidikan Islam menurut Q.S. Ali
Imran ayat 190-191 sangat relevan pada pendidikan era sekarang, karena
sama-sama membentuk manusiayang baik, yaitu yang menjadi manusia
yang pandai dalam berfikir, baik akal maupun hatinya, mengingat
70
kebesaran Allah swt dengan diciptakannya segala yang ada di bumi dan
langit serta berlaku baik untuk terhindar dari siska neraka.
2. RelevansiQ.S. Ali Imran ayat 190-191 dengan kurikulum pendidikan
Islam
Menurut bahasa kurikulum berasal dari bahasa latin, curriculum
yang berarti bahan pengajaran (2017: 3). Kurikulum juga berasal dari
bahasa Yunani, curir yang artinya pelari dan curere yang artinya tempat
berpacu. Dalam bahasa Arab kurikulum sering disebut dengan istilah al
manhaj, berarti jalan yang terang yang dilalui manusia dalam bidang
kehidupannya dan ada pula yang mengatakan kata tersebut berasal dari
bahasa Perancis courier yang berarti berlari (Nata, 1997: 123). Jadi dapat
disimpulkan secara bahasa kurikulum adalah tempat untuk berlari.
Sedangkan menurut istilah, dalam Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional Tahun 1989 Bab I Pasal I disebutkan bahwa,
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggara kegiatan belajar mengajar.” Nasution (2012: 5)
menjelaskan bahwa kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk
melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung
jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.
Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat bahwa
kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan
71
melainkan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan
sekolah, jadi selain kegiatan kurikuler yang formal juga kegiatan yang tak
formal (Nasution, 2012: 5).
Berdasarkan pengertian kurikulum secara istilah maka dapat
disimpulkan bahwa kurikulum adalah mata pelajaran yang digunakan di
suatu sekolah sebagai pedoman.
بد لون النجبة م وانهبس بواد والسض واخزلف انه ف خهك انغ (091)إ
بواد ف خهك انغ جىثهى وزفكشو لبيب ولعىدا وعه للا زكشو انز
زا ثبطل عجذبك فمب عزاة انبس ب يب خهمذ ه (090) والسض سث
Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal". “Yaitu orang-orang yang mengingat Allah
swt ketika berdiri, duduk dan berbaring. Mereka memikirkan
penciptaan langit dan bumi, “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau
ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
lindungilah kami dari azab neraka” (Q.S Ali Imran: 190-191)
(Shihab, 2000: 290-292).
Dalam Q.S. Ali Imran ayat 190-191 menonjolkan pada sikap yang
selalu memikirkan Allah swt, baik terhadap penciptaan langit dan bumi
serta tanpa sia-sia penciptaannya. Begitu pula dalam prinsip yang perlu
dimiliki oleh peserta didik dalam menuntut ilmu, mengingat Allah swt.
Salah satu ciri khas bagi orang yang berakal adalah ia selalu mengingat
Allah swt di setiap waktu dan keadaan, baik pada waktu ia berdiri, duduk
dan berbaring. Tidak ada satu waktu dan keadaan dibiarkan berlalu begitu
saja, kecuali diisi dan digunakannya untuk memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi. Memikirkan keajaiban-keajaiban yang terdapat di
72
dalamnya, yang menggambarkan kesempurnaan dan kekuasaan Allah swt
(Departemen Agama RI, 2009: 97-98).
Bahwasanya kurikulum yang terdapat pada Q.S. Ali Imran ayat 190-
191 masih relevan dipergunakan pada pendidikan Islam saat ini, yakni
dengan menberikan bahan ajar yang sesuai dengan kemampuan peserta
didik dalam berfikir dan mengingatkan kepada peserta didik terhadap
kekuasaan Allah swt melalui taat dan beribadah kepada-Nya sehingga
terhindar dari siksa neraka.
Pedoman dalam pembuatan kurikulum disusun untuk menentukan
dalam garis besarnya yaitu apa yang akan diajarkan (ruang lingkup,
scope), kepada siapa diajarkan, apa sebab diajarkan, dengan tujuan apa
dan dalam urutan yang bagaimana (sequence) (Nasution, 2012: 8).
Salah satu tuntutan dan tantangan yang dihadapi dunia pendidikan
pada saat ini dan ke depan adalah pendidikan hendaknya mampu
menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang utuh,
yaitu kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan dan kompetensi
keterampilan yang terintegrasi. Sebagaimana yang terdapat pada
kurikulum pendidikan saat ini, yaitu kurikulum 2013. Kurikulum 2013
adalah kurikulum berbasis kompetensi dengan memperkuat proses
pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap,
kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan (Majid, 2014: 1).
Ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam menurut al Syaibani dalam
bukunya Nata (1997: 127)terdiri dari lima yaitu:
73
a. Menonjolkan tujuan agama dan akhlakpada berbagai tujuan-tujuannya
dan kandungan-kandungannya, metode-metode, alat-alat dan teknik-
teknik yang bercorak agama.
b. Meluas cakupannya dan menyeluruh kandungannya.
c. Bersikap seimbang di antara berbagai ilmu yang dikandung dalam
kurikulum yang akan digunakan.
d. Bersikap menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang
diperlukan.
e. Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan minat bakat siswa.
Prinsip-prinsip kurikulum pendidikan Islam menurut Al Syaibany
(1997: 128) terdiri dari tujuh prinsip, antara lain:
a. Pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajarannya dan nilai-
nilainya.
b. Prinsip menyeruluh (universal).
c. Prinsip keseimbangan yang relatif antara tujuan-tujuan dan
kandungannya.
d. Prinsip terkait antara bakat, minat, kemampuan dan kebutuhan peserta
didik.
e. Prinsip perbedaan individual antara peserta didik.
f. Prinsip menerima perkembangan dan perubahan.
g. Prinsip keterkaitan antara berbagai mata pelajaran dengan pengalaman
dan aktivitas yang terkandung dalam kurikulum.
74
Berdasarkan uarain di atas, Bahwasanya kurikulum yang terdapat pada
Q.S. Ali Imran ayat 190-191 masih relevan dipergunakan pada pendidikan
Islam saat ini, yakni dengan menberikan bahan ajar yang sesuai dengan
kemampuan peserta didik dalam berfikir dan mengingatkan kepada peserta
didik terhadap kekuasaan Allah swt melalui taat dan beribadah kepada-
Nya sehingga terhindar dari siksa neraka.
3. RelevansiQ.S. Ali Imran ayat 190-191 dengan evaluasi pendidikan
Islam
Evaluasi dalam bukunya Nata (1997: 131) Filsafat Pendidikan
Islam menjelaskan pengertian evaluasi secara bahasa, berasal dari bahasa
Inggris evaluation yang berarti tindakan atau proses untuk menentukan
nilai sesuatu. Dalam bahasa Arab evaluasi dikenal dengan istilah imtihan
yang berarti ujian. Dan dikenal istilah khataman yang berarti cara menilai
hasil akhir dari proses pendidikan. Sedangkan menurut istilah evaluasi
adalah proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu
terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan.
Jadi dapat disimpulkan pengertian evaluasi adalah sebuah
penilaian terhadap proses selama pembelajaran dalam pendidikan, apakah
mengalami peningkatan ataukah tetap dan mengalami penurunan.
Ajaran Islam menaruh perhatian besar terhadap evaluasi,
sebagaimana firman Allah swt yang terdapat pada Q.S. Al Baqarah ayat
31-32:
75
ؤلء إ بء ه جئى ثأع لئكخ فمبل أ بء كههب صى عشضهى عه ان وعهى آدو الع
)10( زى صبدل ك
ذ انعهى انذكى )13( زب إك أ لبنىا عجذبك ل عهى نب إل يب عه
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya ke para malaikat lalu
berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu jika kamu
memang orang-orang yangbenar.” Mereka menjawab: “Maha suci
Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana.”
Dalam ayat ini terdapat empat hal, yaitu pertama Allah swt
bertindak sebagai guru yang memberikan pelajaran kepada Nabi Adam as.
Kedua, para malaikat karena tidak memperoleh pengajaran sebagaimana
yang diterima oleh Nabi Adam as, mereka tidak dapat menyebutkan nama
benda-benda. Ketiga, Allah swt telah meminta kepada Nabi Adam as agar
mendemonstrasikan ajaran yang diterimanya di hadapan para malaikat.
Keempat, ayat tersebut mengisyaratkan bahwa materi evaluasi yang
diujikan haruslah materi yang pernah diajarkan (Nata, 1997: 134-135).
Standar penilaian pendidikan terdiri atas yaitu penilaian hasil
belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dan
penilaian hasil belajar oleh pemerintah (Mulyasa, 2009: 243).
Prosedur dalam melaksanakan evaluasi dapat dibagi beberapa
langkah. Langkah-langkah tersebut adalah perencanaan, pengumpulan
data, verifikasi data, analisis data dan penafsiran data (Nata, 1997: 148).
Standar nasional pendidikan mengungkapkan bahwa “Penilaian
hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk
76
memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan
kenaikan kelas” (Mulyasa, 2009: 244).
م بواد والسض واخزلف انه ف خهك انغ بد لون النجبة (091)وانهبس
بواد ف خهك انغ جىثهى وزفكشو لبيب ولعىدا وعه للا زكشو انز
زا ثبطل عجذبك فمب عزاة انبس ب يب خهمذ ه (090) والسض سث
Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal". “Yaitu orang-orang yang mengingat Allah
swt ketika berdiri, duduk dan berbaring. Mereka memikirkan
penciptaan langit dan bumi, “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau
ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
lindungilah kami dari azab neraka” (Q.S Ali Imran: 190-191)
(Shihab, 2000: 290-292).
Manusia yang membaca lembaran alam raya niscaya akan
mendapatkan Allah swt. Sebelum manusia mengenal peradaban, mereka
yang menempuh jalan ini telah menemukan kekuatan itu (Allah swt).
Bahkan seandainya mata tidak mampu membaca lembaran alam raya,
maka mata hati dengan cahayanya akan menemukan-Nya, karena
memandang atau mengenal Tuhan ada dalam jangkauan kemampuan
manusia melalui lubuk hatinya. Bahkan bila manusia mendengar suara
nuraninya dengan “telinga terbuka” pasti ia akan mendengar “suara
Tuhan” yang menyerunya. Ini disebabkan karena kehadiran Allah swt dan
keyakinan akan keesaan-Nya adalah fitrah yang menyertai jiwa manusia
(Shihab, 2000: 293).
77
Evaluasi penilaian pada Q.S. Ali Imran ayat 190-191 menilai
peserta didik yang memilki prinsip yang baik bukan hanya dari segi
berfikirnya saja, tetapi juga hatinya. Adapun sasaran evaluasi oleh guru
yaitu terdiri dari segi tingkah laku, pendidikan dan proses belajar
mengajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka implementasi evaluasi
pendidikan Islam dalam Q.S Ali Imran ayat 190-191 masih sangat relevan
digunakan untuk pendidikan Islam era sekarang. Karena dalam Q.S. Ali
Imran ayat 190-191 proses evaluasi dilakukan bukan hanya dari segi sikap
yang tampak saja, namun segi psikomotorik dan kognitif (berfikir tentang
kekuasaan Allah swt) juga dilakukan.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis menganalisa tentang prinsip dasar bagi peserta didik dalam
pendidikan Islam menurut Q.S. Ali Imran ayat 190-191, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa:
1. Prinsip bagi peserta didik dalam pendidikan Islam menurut Q.S. Ali Imran
ayat 190-191 terdiri dari empat hal yaitu berfikir, mengingat Allah swt,
mengetahui eksistensi Tuhan dan memiliki tujuan.
2. Prinsip bagi peserta didik dalam pendidikan Islam menurut Q.S. Ali Imran
ayat 190-191 relevan digunakan pada pendidikan era sekarang. Mulai dari
tujuan pendidikan Islam, prinsip yang baik agar menjadi insan kamil
menjadi sesuatu yang harus dicapai oleh peserta didik. Dalam kurikulum
pendidikan Islam, sebuah prinsipmampu mengisi jiwa peserta didik yang
sesuai dengan ajaran Islam. Serta dalam evaluasi pendidikan Islam, prinsip
peserta didik diukur, baik dari segi tingkah laku, pengetahuan dan
keterampilan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran-saran
terhadap:
1. Bagi pendidik
Penanaman dan pembiasaan prinsip berdasarkan al Qur‟an dan
hadits perlu dilakukan pendidik terhadap peserta didik. Karena saat ini
79
peserta didik yang belum menemukan arah tujuan dalam menuntut ilmu,
maka pendidik perlu menumbuhkan dan mengembangkan prinsip bagi
peserta didik sehingga menjadi penerus bangsa yang memiliki prinsip
mulia (insan kamil).
2. Dunia penelitian
Diharapkan bagi para peneliti selanjutnya bisa meneliti lebih lanjut
tentang prinsip dalam al Qur‟an pada surat dan ayat lain, karena penelitian
ini hanya terbatas pada Q.S. Ali Imran ayat 190-191 tentang prinsip
bagipeserta didik dalam pendidikan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Ukasyah Habibu. 2015. Didiklah Anakmu Ala Rasulullah. Yogyakarta:
Serambi Semesta Distribusi.
Al Abrasyi, Mohd Athiyah. 1970. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam.
Jakarta: Bulan Bintang.
Al Ahwani, Ahmad Fuad. 1995. Filsafat Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Al Qarni, „Aidh. 2008. Tafsir Muyassar. Jakarta Timur: Qisthi Press.
Amin, Maswardi Muhammad. 2016. Membangun Pribadi Berbudi Pekerti.
Yogyakarta: Calpulis.
Aminuddin, dkk. 2006. Membangun Karakter dan Kepribadian melalui
Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu.
An Nabulsi, Muhammad Ratib. 2010. 7 Pilar Kehidupan. Jakarta: Gema
Insani.
Ar-Rifa‟i, M. Nasib. Terj. Syihabuddin. 2009. Kemudahan dari Allah:
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insani.
Budiyanto, Mangun. 2016. Guru Ideal Perspektif Ilmu Pendidikan Islam.
Yogyakarta: MPI UIN Sunan Kalijaga.
Daradjat, Zakiah. t.th. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Bulan Bintang.
Darmadi. 2017. Integrasi Agama dan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Diandra
Kreatif.
Departemen Agama RI. 2009. Al Qur‟an dan Tafsirnya. Jakarta: Departemen
Agama RI.
Mukadimah Al Qur‟an dan Tafsirnya. Jakarta:
Departemen Agama RI.
Departemen Agama RI. 1984. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Direktorat.
Djiwapraja, Dodong. 1981. Islam, Filsafat dan Ilmu. Jakarta: PT. Dunia
Pustaka Jaya.
Faqih, Allamah Kamal. 2006. Tafsir Nurul Qur‟an. Jakarta: Al Huda.
Ghazali, Al. Terj. Muhammad Al Baqir. 1996. Ilmu dalam Perspektif Tasawuf
Al Ghazali. Bandung: Karisma.
Ghazali, Imam. Terj. Maftuh Ahnan. 2002. Bidayatul Hidayah. Surabaya:
Terbit Terang.
Gufron, Mohammad dan Rahmawati. 2013. Ulumul Qur‟an: Praktis dan
Mudah. Yogyakarta: Teras.
Hamka. 1987. Tafsir Al Azhar. Jakarta: PT Pustaka Panjimas.
Hermawan, Agus. 2016. Pengantar Akhlak Tasawuf 1. Kudus: Hasyindo Press.
Husni, Munawir. 2016. Studi Keilmuan Al Qur‟an. Yogyakarta: Pustaka
Diniyah.
Indriyani, Kurnia. 2017. Konsep Ulul Albab dalam Pendidikan Islam (Analisis
Surat Ali Imronayat 190-191). Skripsi tidak diterbitkan, Salatiga
Pendidikan Agama Islam. IAIN Salatiga.
Ismail, Syeikh Ibrahim. Terj. M. Ali Chasan Umar. 1993. Terjemahan Ta‟limul
Muta‟allim. Semarang: CV. Toha Putra.
Juwariyah. 2010. Hadis Tarbawi.Yogyakarta: Teras.
Kasiram, Moh. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Malang:
UIN Maliki Press.
Lunandi, A.G. 1982. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: PT Gramedia.
Majid, Abdul dan Chaerul Rochman. 2014. Pendekatan Ilmiah dalam
Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhammad, Teungku. 1987. Tafsir Al Qur‟anul Majid An Nur. Semarang:
Pustaka Rizki Putra.
Mulyasa. 2009. Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Munir, Ahmad. 2008. Tafsir Tarbawi Mengungkapkan Pesan Al Qur‟an
Tentang Pendidikan. Yogyakarta: TERAS.
Nasution. 2012. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nasution, Harun. 1996. Islam Nasional: Gagasan dan Pemikiran. Bandung:
Mizan.
Nata, Abudin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Nata, Abudin. 2000. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Nata, Abuddin. 2002. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Rasyid, M. Ainur. 2017. Hadits-Hadits Tarbawi. Yogyakarta: DIVA Press.
Saerozi. 2013. Pembaharuan Pendidikan Islam Studi Historis Indonesia dan
Malaysia 1900-1942. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Shihab, M. Quraish. 2009. Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al
Qur‟an. Ciputat: Lentera Hati.
Shihab, M. Quraish. 1999. Wawasan Al Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i atas
Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan.
Soyomukti, Nurani. 2010. Teori-Teori Pendidikan: Tradisional, Neo Liberal,
Marxis-Sosialis, Postmodern. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.
Suprijanto. 2007. Pendidikan Orang Dewasa dari Teori hingga Aplikasi.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sukring. 2013. Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tafsir, Ahmad. 2008. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Tambak, Syahraini. 2014. Pendidikan Agama Islam: Konsep Metode
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Uhbiyati, Nur. 2009. Long Life Education: Pendidikan Anak Sejak dalam
Kandungan sampai Lansia. Semarang: Walisongo Press.
Zuhdi, Masjfuk. 1997. Pengantar Ulumul Qur‟an. Surabaya: Karya Abditama.
SATUAN KETERANGAN KEGIATAN
Nama : Siti Fatimah Jurusan : Pendidikan Agama Islam
NIM : 23010150232 Dosen P.A. : Dr. M. Gufron, M.Ag.
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Sebagai Nilai
1 Pendidikan Dasar Nasional
(Diksarnas) Aktivis Peneleh
Malang “Menuju Indonesia
Zelfbestuur Aksi”
14-17 Februari
2019
Aktivis Peneleh 8
2 Bedah Buku Nasional
Yayasan Rumah Peneleh
“2024 Hijrah Untuk Negeri:
Kebangkitan atau
Kehancuran (?) Indonesia
dalam Ayunan Peradaban”
26 Desember 2016 Peserta 8
3 Seminar Nasional Himpunan
Mahasiswa Islam
“Menumbuhkan Jiwa
Kewirausahaan Melalui
Usaha Online Untuk
Masyarakat Ekonomi
Mandiri”
10 Desember 2016 Peserta 8
4 Seminar Nasional LPM
DinamikA “Geliat
Masyarakat Urban”
25 Maret 2016 Peserta 8
5 Seminar Nasional Pondok
Pesantren Wali “Santri
Melawan Hoax dan Tolak
Politisasi SARA Demi
Tegaknya Pancasila dan
NKRI”
29 November 2018 Peserta 8
6 Talkshow Nasional Teater
Getar “Implementasi Teater
9 Mei 2018 Peserta 8
Getar dalam Dunia
Pendidikan dan Pengajaran”
7 Seminar Nasional PIK
SAHAJASA “LGBT dalam
Perspektif Psikologi dan
Kesehatan”
26 Mei 2016 Peserta 8
8 Seminar Nasional Lembaga
Dakwah Kampus “Esensi
Dakwah Kontemporer”
21 Mei 2016 Peserta 8
9 SK Pengurus LPM
DinamikA 2017
27 Februari 2017 Pengurus 6
10 SK Panitia Pelatihan
Jurnalistik Tingkat Lanjut
(PJTL) LPM DinamikA
13 April 2017 Panitia 6
11 Pelatihan Jurnalistik
Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) Cabang Salatiga
“Menakar Idealisme Pers
Mahasiswa Islam :
Mengawal Media Sosial
sebagai Gerakan Perubahan”
16-17 April 2016 Peserta 4
12 Orientasi Pengenalan
Akademi Dan
Kemahasiswaan (OPAK)
Faklutas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan “Integrasi
Pendidikan Karakter
Mahasiswa Melalui Kampus
Edukatif Humanis Dan
Religius”
13 Agustus 2015 Peserta 3
13 OPAK IAIN Salatiga
“Penguatan Nilai-nilai Islam
Indonesia Menuju Negara
14 Agustus 2015 Peserta 3
yang Aman dan Damai”
14 Sertifikat UPT Perpustakaan
“LIBRARY USER
EDUCATION” (Pendidikan
Pemustakaan)
21 Agustus 2015 Peserta 2
15 Peresmian dan Pelantikan
Pengurus IKMP (Ikatan
Keluarga Mahasiswa Pati)
IAIN Salatiga tahun 2016-
2017 “IKMP Sebagai Wadah
Pembentuk Karakter Mulia
dan Mengembangkan
Intelektual Mahasiswa”
20 Deseember 2015 Peserta 2
16 Kegiatan Seminar Sehari
dalam Rangka Kunjungan
Studi “Peran Masyarakat
Dalam Mewujudkan
Pendidikan Islam Yang
Rahmatallil „Alamin “
17 Desember 2017 Peserta 2
17 Training of Hypnoteaching
Method “Melejitkan Potensi
Diri menjadi Guru PAI
Kreatif dan Profesional”
31 Maret -2 Juni
2018
Peserta 4
18 Penerimaan Anggota Baru
(PAB) JQH AL FURQON
2015 “Keep on Loving Holy
Qur‟an to Reach a
Peacefullness of Life”
24-25 Desember
2015
Peserta 4
19 Seminar Kewirausahaan JQH
Al Furqon “Membumikan
Seni Qur‟an Melalui
Wirausaha”
24-25 Desember
2015
Peserta 4
20 Workshop Tahfidz JQH Al 4 Juni 2016 Peserta 2
Furqon “Kontekstualisasi
Nilai-Nilai Al Qur‟an dalam
Membentuk Kepribadian
Huffadz Menuju Peradaban
Dunia”
21 Training Makalah dan
Motivasi Lembaga Dakwah
Kampus (LDK) Fathir Ar
Rasyid
12 September 2015 Peserta 2
22 Talkshow Kepenulisan
Sejarah Bersama Alumni
HMJ SPI “Sejarah Islam
Nusantara dan Peran Aktif
Mahasiswa SPI dalam
Penulisan Historiografi”
10 Desember 2018 Peserta 2
23 Pelatihan Jurnalistik Tingkat
Lanjut (PJTL) LPM
DinamikA “Aktualisasi
Militansi Pers Mahasiswa”
28 April- 1 Mei
2016
Peserta 4
24 Pendidikan Pers Mahasiswa
Tingkat Dasar (PPMTD)
LPM DinamikA
“Menumbuhkan Budaya
Literasi Persma Kritis
Progersif”
29-30 Oktober 2016 Panitia 4
25 Pendidikan Pers Mahasiswa
Tingkat Dasar (PPMTD)
LPM DinamikA “Revolusi
Persma Tonggak Kritis
Progresif”
30 Oktober 2015 Peserta 4
26 Seminar Nasional dan
Launching Majalah LPM
DinamikA “Hedonisme ?”
4 Maret 2017 Panitia 8
27 Pelatihan Jurnalistik Tingkat
Lanjut (PJTL) LPM
DinamikA “Peran Pers
Mahasiswa Dan Pertarungan
Wacana”
21-25 April 2017 Panitia 4
28 Diskusi Terbuka LPM
DinamikA “Degradasi
Nasionalisme Akibat
Pengaruh Hedonisme”
20 April 2016 Panitia 2
29 Diskusi Ramadhan in
Campus LPM DinamikA
“Ta‟aruf Sastra Timur
Tengah”
17 Juni 2016 Panitia 2
30 Certificate Of Completion
UPTPB “Intensive English
Language Program”
30 Juni 2016 Peserta 6
31 Syahadah UPTPB 30 Juni 2016 Peserta 6
32 Seminar Pendidikan HMJ
PAI “Menciptakan Metode
PAI Yang Ideal Dalam
Proses Membebaskan Dan
Memerdekakan Manusia”
12 November 2015 Peserta 2
33 Public Hearing Senat
Mahasiswa (SEMA) FTIK
“Apa Kabar Dunia
Pendidikan FTIK IAIN
Salatiga?”
22 November 2016 Peserta 2
34 Seminar Kemuslimahan
Majelis Ta‟lim Risalah Rindu
Rasulullah “Wanita Yang
Diriundukan Surga”
3 Juni 2017 Panitia 6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
YANG BERTANDA TANGAN DI BAWAH INI:
NAMA : SITI FATIMAH
TEMPAT/TANGGAL LAHIR : REMBANG/ 07 AGUSTUS 1997
AGAMA : ISLAM
WARGA NEGARA : INDONESIA
ALAMAT : KRIKILAN 04/03 SUMBER REMBANG
RIWAYAT PENDIDIKAN : SD N KRIKILAN LULUS TAHUN 2008
MTs MIFTAHUL ULUM TAHUN 2011
MA I‟ANATUT THALIBIN TAHUN 2015
IAIN SALATIGA LULUS TAHUN 2019