prilaku masyarakat mengkonsumsi makanan siap saji

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan siap saji yang cenderung banyak dikonsumsi akhir-akhir ini banyak menimbulkan pro dan kontra. Dari satu sisi untuk ibu rumah tangga yang juga bekerja di luar rumah, makanan siap saji memberikan keuntungan dan kemudahan dalam penyajian. Akan tetapi makanan siap saji yang dipasarkan saat ini menggunakan berbagai bahan aditif yang bertujuan untuk mengawetkan dan memberikan citarasa yang lebih baik pada produknya. Kekhawatiran yang muncul akibat adanya bahan aditif ini adalah adanya efek negatif dari bahan tersebut yang berdampak pada kesehatan konsumen. Kemajuan ilmu dan teknologi berkembang dengan pesat diberbagai bidang, termasuk dalam bidang pangan, kemajuan teknologi ini membawa dampak positif maupun negatif. Dampak positif teknologi tersebut mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas pangan, juga meningkatkan diversivikasi, hygiene, sanitasi, praktis dan lebih ekonomis. Dampak negatif kemajuan teknologi tersebut ternyata cukup besar bagi kesehatan konsumen dengan adanya penggunaan zat aditif yang berbahaya.

Upload: arioboy

Post on 04-Jul-2015

610 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Prilaku Masyarakat Mengkonsumsi Makanan Siap Saji

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Makanan siap saji yang cenderung banyak dikonsumsi akhir-akhir ini banyak

menimbulkan pro dan kontra. Dari satu sisi untuk ibu rumah tangga yang juga

bekerja di luar rumah, makanan siap saji memberikan keuntungan dan kemudahan

dalam penyajian. Akan tetapi makanan siap saji yang dipasarkan saat ini

menggunakan berbagai bahan aditif yang bertujuan untuk mengawetkan dan

memberikan citarasa yang lebih baik pada produknya. Kekhawatiran yang muncul

akibat adanya bahan aditif ini adalah adanya efek negatif dari bahan tersebut yang

berdampak pada kesehatan konsumen.

Kemajuan ilmu dan teknologi berkembang dengan pesat diberbagai bidang, termasuk

dalam bidang pangan, kemajuan teknologi ini membawa dampak positif maupun

negatif. Dampak positif teknologi tersebut mampu meningkatkan kuantitas dan

kualitas pangan, juga meningkatkan diversivikasi, hygiene, sanitasi, praktis dan lebih

ekonomis. Dampak negatif kemajuan teknologi tersebut ternyata cukup besar bagi

kesehatan konsumen dengan adanya penggunaan zat aditif yang berbahaya.

Pola kehidupan masa kini dicirikan dengan tingginya biaya hidup, emansipasi atau

karena alasan lain menyebabkan wanita bekerja diluar rumah. Data statistik tahun

2002 menunjukkan bahwa wanita yang bekerja pada angkatan kerja berjumlah 33,06

juta atau 44,23% dari jumlah total usia wanita antara 15-60 tahun (BPS, 2002).

Wanita sebagai ibu rumah tangga dan sebagian lain berprofesi bekerja di luar rumah,

karena keterbatasan waktu dan kesibukan, serta sulitnya mencari pramuwisma

menyebabkan makanan siap saji menjadi menu utama sehari-hari di rumah.

Ritme kehidupan yang menuntut segala sesuatu serba cepat, waktu terbatas, anak

harus pergi sekolah sementara ibu dan bapak harus segera berangkat kerja, sebagai

jalan pintas untuk sarapan disediakanlah makanan siap saji yang memakan waktu

penyiapan 3 sampai 5 menit. Siang hari pulang sekolah ibu dan bapak masih bekerja

Page 2: Prilaku Masyarakat Mengkonsumsi Makanan Siap Saji

dikantor, anak-anak kembali menikmati makanan siap saji ini. Selain mudah

disajikan makanan ini umumnya mempunyai cita rasa yang gurih dan umumnya

disukai, terutama oleh anak-anak usia sekolah.

Masalah lain yang jadi fenomena dimasyarakat adalah tersedianya berbagai jajanan

yang dikemas dapat dipastikan “kaya” zat aditif. Tercatat 13 jenis snack

mengandung bahan aditif dalam kandungan yang cukup tinggi (Republika, 2003).

B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut di atas maka dapat di tarik suatu rumusan

masalah “apakah konsumen (ibu rumah tangga) mengkonsumsi makanan siap saji

secara rutin dan bagaimanakah dampaknya bagi kesehatan mereka?”

Page 3: Prilaku Masyarakat Mengkonsumsi Makanan Siap Saji

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Makanan Siap Saji dan kandungannya

Makanan siap saji

Makanan siap saji yang dimaksud adalah jenis makanan yang dikemas, mudah

disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya

diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan

memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi

produk tersebut. Makanan siap saji biasanya berupa lauk pauk dalam kemasan, mie

instan, nugget, atau juga corn flakes sebagai makanan untuk sarapan.

Zat aditif makanan

Zat aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan

untuk meningkatkan kualitas, menambahkan rasa dan memantapkan kesegaran

produk tersebut.

Kemasan makanan

Kemasan makanan adalah wadah atau tempat makanan agar kualitas makanan tetap

baik, meningkatkan penampilan produk, dan memudahkan transportasi.

Jenis Zat Aditif dan Kemasan Makanan

Menurut Majeed (1996) zat aditif dapat dibagi menjadi beberapa kelompok

berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:

1) agen emulsi yaitu aditif yang berbahan lemak dan air contohnya lecitin

2) agen penstabil dan pemekat contohnya alginat dan gliserin,

3) agen penghalang kerak untuk mencegah penggumpalan,

4) agen peningkatan nutrisi contohnya berbagai vitamin,

5) agen pengawet contohnya garam nitrat dan nitrit,

6) agen antioksidan contohnya vitamin C dan E ; BHT (Butylated Hydroxy- Toluen)

dan BHA (Butylated Hydroxy-Anisol),

7) agen pengembang untuk roti dan bolu,

Page 4: Prilaku Masyarakat Mengkonsumsi Makanan Siap Saji

8 ) agen penyedap rasa contoh monosodium glutamat (MSG),

9) bahan pewarna.

Selain kesembilan zat aditif diatas juga terdapat bahan lain yang ditambahkan dalam

makanan diantaranya:

1) agen peluntur,

2) lemak hewani,

3) bahan pengasam,

4) bahan pemisah,

5) pati termodifikasi,

6) alkohol, dan

7) gelatin.

Disamping bahan-bahan yang telah disebutkan diatas yang menggunaan, ukuran dan

aturannya sudah ditentukan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI), yang patut kita

waspadai adalah adanya pewarna maupun pengawet yang ditambahkan yang

penggunaannya bukan untuk makanan seperti, borak dan formalin sebagai pengawet

yang telah dilaporkan oleh Suriawiria (2003). Dimana disinyalir 86,2% mie basah

yang terdapat dipasar dan swalayan mengandung formalin. Selain itu warna merah

pada terasi 50% adalah menggunakan pewarna rhodamin B yang seharusnya

digunakan untuk tekstil. Selain itu rhodamin juga biasa diberikan dalam sirop untuk

menimbulkan warna merah.

Kemasan makanan siap saji

Sampai saat ini menurut Ketua Federasi Pengemasan Indonesia Hengky Darmawan

di Indonesia sistem pengemasannya baru 10% yang sesuai aturan SNI. Pemilihan

jenis kemasan harus memperhatikan food grade dan food safety (Kompas, 2003).

Beberapa faktor yang mempengaruhi produsen dalam memilih kemasan adalah

tampil menarik, mampu melindungi produk yang dikemas, dan pertimbangan

ekonomis. Bahan yang digunakan selama ini berupa plastik atau styrofoam

(pembungkus mie instant dan nugget), PVC (polyvinyl clorida untuk pembungkus

kembang gula), kaleng (makanan buah, susu, makanan lauk-pauk).

Page 5: Prilaku Masyarakat Mengkonsumsi Makanan Siap Saji

B. Dampak Makanan Siap Saji

Manfaat makanan siap saji

Makan siap saji yang beredar saat ini tercatat 500 – 600 jenis (Media Indonesia,

2003). Jenis tersebut terdiri dari minuman dan makanan yang diproduksi dalam skala

kecil dan besar. Ketersediaan makanan siap saji ini akan memberikan kemudahan

pemilihan jenis makanan, keragaman makanan, kualitas makanan dan praktis.

Bahaya makanan siap saji

World Health Organization (WHO) dan Food and Agricultural Organization (FAO)

menyatakan bahwa ancaman potensial dari residu bahan makanan terhadap

kesehatan manusia dibagi dalam 3 katagori yaitu :

1) aspek toksikologis, katagori residu bahan makanan yang dapat bersifat racun

terhadap organ-organ tubuh,

2) aspek mikrobiologis, mikroba dalam bahan makanan yang dapat mengganggu

keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan,

3) aspek imunopatologis, keberadaan residu yang dapat menurunkan kekebalan

tubuh.

Dampak negatif zat aditif terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak

langsung, dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Dampak negatif zat aditif berlebihan

Zat Aditif Dampak terhadap kesehatan

Sulfit · Menyebabkan sesak napas, gatal-gatal dan bengkak.( Intisari,2001)

Zat Warna · Menimbulkan alergi

· Menimbulkan kanker hati

· Menyebabkan hypertrophy, hyperplasia, carcinomas kelenjar tiroid.( Arbor,1997)

MSG · Kerusakan otak

Page 6: Prilaku Masyarakat Mengkonsumsi Makanan Siap Saji

· Kelainan hati, trauma, hipertensi, stress, demam tinggi, mempercepat proses

penuaan, alergi kulit, mual, muntah, migren, asma, ketidakmampuan belajar, dan

depresi. (Republika,2003)

BHT&BHA · Menyebabkan kelainan kromosom pada orang yang alergi terhadap

aspirin. (Intisari ,2001)

Pemanis · Menyebabkan kanker kantong kemih (saccarin).

· Gangguan saraf dan tumor otak (aspartan).

· Mutagenik.

Disamping bahaya dari zat aditif makanan siap saji diatas, bahaya lain yang dihadapi

oleh konsumen/pengguna makanan siap saji adalah efek samping bahan pengemas.

Unsur-unsur bahan pengemas yang berbahaya bagi kesehatan konsumen karena

terdapatnya zat plastik berbahaya seperti PVC yang dapat menghambat produksi

hormon testosteron (Atterwill dan Flack, 1992) kemasan kaleng disinyalir

mengandung timbal (Pb) dan VCM (Vinyl Chlorid Monomer) yang bersifat

karsinogenik yaitu memacu sel kanker (Media Indonesia, 2003), dan styrofoam

bersifat mutagenik (mengubah gen) dan karsinogenik (Kompas, 2003).

Upaya Meminimalisasi Dampak Negatif

Untuk mengurangi dan meminimalisasi dampak negatif zat aditif makanan dapat di

upayakan dengan beberapa cara antara lain :

1. Secara Internal

Mengurangi konsumsi makanan siap saji, meningkatkan konsumsi sayur dan buah-

buahan serta mengkonsumsi vitamin. Beberapa vitamin diduga mengandung zat

antikarsinogen diantaranya adalah Vitamin A, C, E banyak terdapat dalam sayur dan

buah; asam folat terdapat dalam brokoli, bayam dan asparagus: Betakaroten, Vitamin

B3 (niasin), vitamin D dalam bentuk aktif (1.25-hidroksi) terdapat pada mentega,

susu, kuning telur, hati, beras dan ikan.

Memberi pengertian pada keluarga tentang bahaya zat aditif, mengawasi, mengontrol

pemberian dan penggunaan uang jajan dan membiasakan membawa bekal makanan

sehat dari rumah

Page 7: Prilaku Masyarakat Mengkonsumsi Makanan Siap Saji

2. Secara eksternal

Produsen; diperlukan kesadaran dan tanggung jawab produsen terhadap penggunaan

zat aditif pada bahan pangan yang diproduksikan, memberikan informasi yang jelas

komposisi makanan termasuk zat aditif yang ditambahkan

Pemerintah; melakukan pengawasan dan menindak tegas produsen yang melanggar

aturan yang berlaku. Meneruskan kegiatan PMT-AS (Program Makanan Tambahan-

Anak Sekolah) dengan memanfaatkan sumber makanan lokal.

Non-pemerintah (LSM); memfasilitasi terbentuknya kelompok konsumen,

mendorong peran serta masyarakat sebagai pengawas kebijakan publik,

mengantisipasi kebijakan global yang berdampak pada konsumen, melakukan

pengawasan dan bertindak sebagai pembela konsumen.

Page 8: Prilaku Masyarakat Mengkonsumsi Makanan Siap Saji

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Pola kehidupan masa kini dicirikan dengan tingginya biaya hidup, emansipasi atau

karena alasan lain menyebabkan wanita bekerja diluar rumah. Wanita sebagai ibu

rumah tangga dan sebagian lain berprofesi bekerja di luar rumah, karena

keterbatasan waktu dan kesibukan, serta sulitnya mencari pramuwisma

menyebabkan makanan siap saji menjadi menu utama sehari-hari di rumah. Fakta

demikian pula yang mendorong kaum wanita memberikan makanan siap saji bagi

keluarganya sehari-hari. Seperti halnya informan yang saya wawancarai. Ia bernama

Jamilah, ibu muda yang berusia 29 tahun dengan anak sebanyak 2 orang anak dan

kesibukan sehari – harinya adalah sebagai guru SMP dan menjadi guru bimbingan

belajar (Les privat),serta disisi lain yaitu kewajibannya sebagai Ibu Rumah Tangga

(IRT).

Setelah dilakukan wawancara mendalam (indept interview) kepada informan maka

hasil yang dapat di kedepankan yaitu Ibu jamilah melakukan perilaku mengkonsumsi

makanan siap saji hampir setiap hari, hal ini di lakukan olehnya karena sebagai

wujud tugasnya sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT), ysng menghsruskan dirinya untuk

melakukan semua tugasnya yaitu mengurusi rumah yang salah satunya yaitu

pemenuhan makanan untuk seluruh anggota keluarga. Alternative yang diambil yaitu

dengan cara pemberian makanan siap saji.

Ia mengaku tidak bingung untuk mencari makanan siap saji ini, karena jenis dan

mereknya pun beraneka ragam, sehingga konsumsi makanan siap saji ini dirasakan

tidak membosankan. Dimulai pada pagi hari, sang ibu muda ini mulai menyiapkan

masakan mai yang di racik dengan telur atau kornet sebagai bahan makanan sarapan

keluarga. Perlaku seperti ini kerap dilakukan karena menurutnya “ lumayan untuk

sarapan”. Apabila anaknya yang terakhir sudah merasa bosan dengan hal tersebut,

maka ia mengubah menu untuk sarapan seperti dengan sosis atau dengan

menggunakan nugget. Kemudian mereka melakukan aktifitas sehari – harinya.

Page 9: Prilaku Masyarakat Mengkonsumsi Makanan Siap Saji

Menjelang makan siang, apabila sang ibu belum sampai di rumah, kerap kali sang

ayah memasakan makanan untuk makan siang anak-anak, yang tentu saja makanan

siap saji yang sudah di sediakan dalam almari makanan. Kadang – kadang juga untuk

makan siang ini mereka membeli makanan di luar. Namun sangat disayangkan

mereka trauma dimana pada saat itu, sang suami membeli makanan dari rumah

makan, namun beberapa saat kemudian setelah mereka makan, langsung mulas –

mulas dan sempat di larikan ke Rumah Sakit. Dengan hal itu pula maka mereka

sangat jarang untuk membeli makanan luar, ,mereka memilih mengkonsmsi

makanan siap saji ketimbang makanan rumah makan.

Setelah itu, informan member penjelasan bahwa mengkonsumsi makanan siap saji

ini tidak baik, ia menjelaskan karena nilai gizi yang terkandung sudah di patok,

berbeda dengan yang asli jika mengkonsumsi makanan segar. Mereka kerap

mengatasinyan dengan konsumsi buah-buahan dan diolah menjadi jusn atau sup

buah.

Ketika ditanya terdapat dampak apa bagi kesehatan, informan menjelaskan kalau

sesungguhnya informan dan keluarganya menderita gangguan pencernaan seperti

maag dan juga mengidap sakit raadang tenggorokan, hal ini mungkin dikarenakan

bahan yang digunakan ataupun bumbu penyedap yang di pakai. Informan juga

menjelaskan jika ia lebih memilih menderita demikian ketimbang keracunan

makanan seperti halnya yang terjadi pada waktu dulu.

B. PEMBAHASAN

Dari hasil tersebut maka dapat dikaitkan dengan teori WHO dimana yang

berpengaruh adalah empat (4 faktor) yaitu :

B = f (TF, PR, R, C)

TF (Trought and feeling)

Dengan adanya suatu pemikiran dan perasaan yang dialami oleh informan maka

dengan hal itu pula sang informan mempunyai dorongan jiwa untuk melakukan

perilaku mengkonsumsi makanan siap saji ini. Konsep perasaan yang diemban oleh

Page 10: Prilaku Masyarakat Mengkonsumsi Makanan Siap Saji

informan n mempunyai suatu bentuk perasaan kewajiban, dengan semata-mata ia

merasa bahwa dirinya mempunyai rasa tanggungjawab terhadap keluarganya

tersebutlah maka ia melakukan perilaku seperti ini. Apabila kewajibannya sudah

terpenuhi maka informan dapat melakukan tugasnya yang lain.

PR (Personal Reference)

Dengan melakukan hal tersebut maka dapat dikatakan adanya suatu indicator yang

menyebutkan bahwa mwlakukan perilaku mengkonsumsi makanan siap saji ini

awalnya dapat serupa batasan akan suatu kebutuhan namun seiring dengan

berjalannya waktu maka perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan yang dapat

diterima karena adanya batasan teori atau tingkat pengetahuan informan.

R (Resources)

Dalam hal ini sungguh dapat diambil salah satu penyebab langsungnya yaitu

penghasilan atau pendapatan keluarga informan. Yang dirasa sudah mempunyai

ketercukupan dalam segi biaya sehingga dengan adanya hal ini informan dapat

membeli segala kebutuhannya yang digunakan untuk keperluan sehari-hari, begitu

pula dengan membeli makanan siap saji ini.

Dalam segi ekonomi maka sangat jelas terasa bahwa sumber pendapatan ini

memiliki pengaruh yang sangat kuat untuk memiliki bentuk dukungan

penyelenggaraan perilaku mengkonsumsi makanan siap saji. Dapat dikatakan pula

bahwa sebagai wujud dapat terbelinya makanan siap saji ini, maka merupakan salah

satu alasan bahwa informan memiliki pendapatan yang mencukupi.

C (Culture)

Dalam hal ini, kebudayaan sangat erat hubungannya dengan perilaku mengkonsumsi

m,akanan siap saji. Dapat dikatakan bahwa apabila masyarakat sudah terkejar oleh

waktu, maka tak ayal dalam belanja bulanannya mereka selalu menyelipkan daftar

belanjaan seperti halnya makanan siap saji untuk di konsumsi apabila memiliki

waktu yang sangat mendesak. Hal ini sudah menjadi suatu kebudayaan, sehingga

akan sangat mendorong seseorang untuk melakukan perilaku semacam ini.

Page 11: Prilaku Masyarakat Mengkonsumsi Makanan Siap Saji

Namun Jika dikaitkan dengan teori Snehandu B.Kar, memiliki 5 (lima) factor yaitu:

B = f (BI, SS, AI, PA, AS)

BI = Behavior Intention

Dengan kata lain bahwa informan disini memiliki suatu niat di dalam dirinya untuk

melakukan perilaku mengkonsumsi makanan yang sifatnya siap saji dan memiliki

dampak negative bagi kesehatannya. Karena dengan adanya niat inilah maka ia akan

melakukan sesuatu tersebut secara rasional atau masuk diakalnya. Niat juga disini

berfungsi sebagai suatu dorongan di dalam diri informan sebagai pendorong untuk

melakukan hal tersebut.

SS = Sosial Support

Dukungan masyarakat disini memiliki peranan yang cukup dominan. Dimana

informan yang selaku ibu rumah tangga yang secara langsung sebagai anggota

masyarakat pernah secara langsung di dukung oleh tetangganya yang tercermin

dalam percakapan sebagai berikut ini “ lebih baik beli mie saja dari pada repot –

repot untuk masakin sarapan buat anggota keluarganya.”

AI = Accessebility of Information

Dalam hal ini informan memiliki suatu daya untuk menampung segala bentuk

informasi sehingga dengan adanya hal tersebut diatas maka semakin besar pula

perilaku mengkonsumsi makanan siap saji ini. Adanya informasi yang mendukung

dapat diperoleh dari iklan ataupun dari informasi yang tertera pada kemasan

makanan siap saji tersebut

PA = Personal Autonommy

Informan dalam prakteknya menggunakan daya untuk berfikir baik secara teoritis

maupun secara pengalaman sehingga ia dapat menarik sebuat keputusan untuk sering

mengkonsumsi makanan siap saji ini.

Page 12: Prilaku Masyarakat Mengkonsumsi Makanan Siap Saji

AS = Action Situation

Situasi yang dapat dikatakan mendukung disini yaitu dimana informan merupakan

ibu rumah tangga yang secara langsung pula mempunyai beban tanggung jawab

sebagai guru, sehinggan dengan situasi yang seperti inilah perilaku untuk

mengkonsumsi makanan siap saji ini di lakukan secara sering dalam kehidupan

sehari-hari.

Page 13: Prilaku Masyarakat Mengkonsumsi Makanan Siap Saji

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Makanan siap saji yang dimaksud adalah jenis makanan yang dikemas, mudah

disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya

diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan

memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi

produk tersebut. Makanan siap saji biasanya berupa lauk pauk dalam kemasan, mie

instan, nugget, atau juga corn flakes sebagai makanan untuk sarapan.

World Health Organization (WHO) dan Food and Agricultural Organization (FAO)

menyatakan bahwa ancaman potensial dari residu bahan makanan terhadap

kesehatan manusia dibagi dalam 3 katagori yaitu :

1) aspek toksikologis, katagori residu bahan makanan yang dapat bersifat racun

terhadap organ-organ tubuh,

2) aspek mikrobiologis, mikroba dalam bahan makanan yang dapat mengganggu

keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan,

3) aspek imunopatologis, keberadaan residu yang dapat menurunkan kekebalan

tubuh.

Teori Snehandu B.Kar yaitu: B = f (BI, SS, AI, PA, AS). Dimana, BI = Behavior

Intention (niat untuk bertindak), SS = Sosial Support (dukungan masyarakat), AI =

Accessebility of Information (adanya informasi), PA = Personal Autonommy

(pengambilan keputusan), AS = Action Situation (Situasi yang

mendukung).sedangkan Teori WHO yaitu : B = f (TF, PR, R, C) dimana, TF

(Trought and feeling), PR (Personal Reference), R (Resources),dan C (Culture)

B. SARAN

1. Perlu adanya kesadaran, tekad dan disiplin yang kuat baik dari individu itu sendiri

dengan selalu mengkonsumsi makanan sehat.

2. Peranan keluarga, terutama ibu yang selalu menyediakan makanan sehat atau

makanan tradisional.

Page 14: Prilaku Masyarakat Mengkonsumsi Makanan Siap Saji

DAFTAR PUSTAKA

Arbor, A. 1997. Food additive can cause severe allergic reactions.

Atterwill,C.K.,andJ.D.Flack.1992.Endocrine toxicology.Cambridge University Press. BPS, 2002. Statistik Indonesia

Denfer, A.V. 2001. Bahan makanan tambahan (food additive). Disadur oleh Mira, S. http://members.tripod.com/pagihp/artikel15.htm.

Hartulistiono, 1997. Memperbaiki pola makan mencegah kanker. Intisari edisi Januari

Intisari. 2001. Makanan dan minuman kemasan, amankah?. www.indomedia.com/intisari/. Dikunjungi pada 22 Mei 2009.

Kompas. 2003. Konsultasi: lajang & bahaya kemasan Styrofoam. http://www.kompas.com/. Dikunjungi pada 22 Mei 2009.

Majeed, A. 1996. Aditif makanan dan ubat-ubatan. Media Indonesia. 2003. Kemasan makanan. http ://www.media.online.com/dikunjungi pada 22 Mei 2009.

Republika. 2003. Pirac: 13 jenis snack mengandung MSG yang bisa ancam kesehatan anak.

Suriawiria, U. 2003. Sudah sangat mengkhawatirkan: pengawet mayat untuk pengawet makanan. Pikiran Rakyat. 22 Mei 2009.