prilaku audien

20
Kata Audiens, istilah yang familiar dan sering digunakan, tetapi seringkali sebenarnya membicarakan hal yang berbeda. McQuail (1997, 2000) mencoba untuk menetralisasi ungkapan istilah audiens untuk menyebut kelompok yang menjadi ‘receivers’ di dalam proses berantai di dalam model komunikasi (SCMRE). Meskipun sebenarnya ketika membicarakan audiens, maka obyeknya sangatlah abstrak dan pro-kon. Allor (1988) : audiens itu berada dimana- mana dan tidak mempunyai tempat yang real, kecuali di dalam analisis discourse yang terus mengamati perbedaan dan perubahan secara terus menerus. Audiens baik sebagai produk dalam konteks social maupun sebagai sebuah pola respon media yang teratur, selalu mencerminkan suatu kelompok kategoris social dan warga di suatu tempat, berkaitan dengan pola penggunaan media (media use) yang sebenarnya mencerminkan pola penggunaan waktu, ketersediaan media, gaya hidup dan kehidupannya (warga dan atau kelompok masyarakat) yang rutin. Oleh karena itu audiens bisa dimaksudkan secara berbeda- beda: by place (seperti media local), by people (ketika sebuah media dicirikan oleh kategori kelompok usia, gender, aliran politik dan pendapatan), dalam konteks keterkaitan dengan didasarkan atas medium dan channel (kombinasi teknologi dan organisasi), dilihat dari aspek sebagai konten pesannya (sesuatu hal dan gaya hidup), by time (ketika membicarakan masalah waktu daytime dan primetime, atau perbandingan ketersediaan waktu dan daya tahan mengikuti kerja media). Konsep tentang audiens memang berkembang terus. Audiens ada yang tercipta karena respon masyarakat terhadap isi media yang sampaikan. Audiens juga tercipta karena ada kesengajaan media massa untuk melayani sejumlah individu atau kelompok audiens yang tersebar di masyarakat. Dengan pola terbentuknya audiens seperti itu, maka secara teoritis terjadi proses yang menyatukan kelompok masyarakat menjadi suatu audience, ada juga yang di pecah menjadi kelompok-kelompok yang mempunyai kecenderungan yang sama. Sehingga ada yang teridentifikasi menjadi audiens sebagai grup atau publik, ketika media local bisa eksis menjadi saluran media bagi masyarakat setempat, sehingga mempunyai identifikasi karakteristik yang serupa, ada kesempatan interaksi antar audiens maupun dengan komunikatornya.

Upload: intanlailyqadariah

Post on 14-Nov-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

perilaku audien broadcasting

TRANSCRIPT

Kata Audiens, istilah yang familiar dan sering digunakan, tetapi seringkali sebenarnya membicarakan hal yang berbeda. McQuail (1997, 2000) mencoba untuk menetralisasi ungkapan istilah audiens untuk menyebut kelompok yang menjadi receivers di dalam proses berantai di dalam model komunikasi (SCMRE). Meskipun sebenarnya ketika membicarakan audiens, maka obyeknya sangatlah abstrak dan pro-kon. Allor (1988) : audiens itu berada dimana-mana dan tidak mempunyai tempat yang real, kecuali di dalam analisis discourse yang terus mengamati perbedaan dan perubahan secara terus menerus.Audiens baik sebagai produk dalam konteks social maupun sebagai sebuah pola respon media yang teratur, selalu mencerminkan suatu kelompok kategoris social dan warga di suatu tempat, berkaitan dengan polapenggunaan media (media use) yang sebenarnya mencerminkan pola penggunaan waktu, ketersediaan media, gaya hidup dan kehidupannya (warga dan atau kelompok masyarakat) yang rutin. Oleh karena itu audiens bisa dimaksudkan secara berbeda-beda: by place (seperti media local), by people (ketika sebuah media dicirikan oleh kategori kelompok usia, gender, aliran politik dan pendapatan), dalam konteks keterkaitan dengan didasarkan atas medium dan channel (kombinasi teknologi dan organisasi), dilihat dari aspek sebagai konten pesannya (sesuatu hal dan gaya hidup), by time (ketika membicarakan masalah waktu daytime dan primetime, atau perbandingan ketersediaan waktu dan daya tahan mengikuti kerja media).Konsep tentang audiens memang berkembang terus. Audiens ada yang tercipta karena respon masyarakat terhadap isi media yang sampaikan. Audiens juga tercipta karena ada kesengajaan media massa untuk melayani sejumlah individu atau kelompok audiens yang tersebar di masyarakat. Dengan pola terbentuknya audiens seperti itu, maka secara teoritis terjadi proses yang menyatukan kelompok masyarakat menjadi suatu audience, ada juga yang di pecah menjadi kelompok-kelompok yang mempunyai kecenderungan yang sama.Sehingga ada yang teridentifikasi menjadi audiens sebagai grup atau publik, ketika media local bisa eksis menjadi saluran media bagi masyarakat setempat, sehingga mempunyai identifikasi karakteristik yang serupa, ada kesempatan interaksi antar audiens maupun dengan komunikatornya.Ada juga yang memahami audiens sebagai pasar, yaitu yang melihat produk media sebagai komoditi dalam kontkes ekonomi; baik sebagai konsumen produk media maupun sebagai audiens untuk iklan medianya. Yang menjadi cirri-ciri audiens dalam kategori ini adalah ukurannya yang besar, heterogen dan anonym, tidak ada proses komunikasi dengan komunikator serta mudah berubah bentuk dan komposisinya.; serupa sebagaimana konsep tentang massa.Dalam perspektif kritis, konsep audiens tersebut menunjukkan adanya eksploitasi komersial terhadap konsumen media atau audiens. Sebab hanya akan memperkuat posisi monopoli para kapitalis media, menjadikan audiens sebagai komoditi, mengkomersialkan audiens dalam konsep rating, menjadikan hubungan antara produsen dan konsumen yang menjadikan proses dehumanisasi dan eksploitasi audiens dan pekerja. Tidak membangun proses hubungan social.Dengan demikian konsep audiens harus bisa menggambarkan proses hubungan social antara media massa dengan lingkungan yang menjadi berdirinya lembaga media. Oleh karena itu konsep media use, uses and gratification dan kehidupan sehari-hari merupakan konsep-konsep yang akan merajut agar konsep audiens lebih manusiawi, tidak mengalienasikan individu dengan lingkungan sosialnya maupun dengan media massanya.Oleh karena itu dengan melakukan perincian terhadap struktur social dan struktur medianya bisa dibangun suatu perilaku media terutama expousure-nya, yang disarikan dari orientasi sajian isi media, kondisi personal (ketersediaan waktu, kesempatan akses dll) serta konteks social di dalam pemanfaatan medianya (dipengaruhi oleh apa dan siapa : nilai tradisi, family, teman atau yang lainnya). Sehingga bisa mempertemukan konsep-konsep yang berbeda terutama tentang apakah audience itu terbentuk karena respon masyarakat terhadap isi media atau desain awal media untuk melayani keinginan masyarakat.Dalam perkembangannya, audience juga mengalami perubahan berdasarkan struktur media yang ada. Segmentasi adalah upaya agar audience bisa lebih bisa diidentifikasinya lebih jelas dalam konsep yang lebih homogeny, sehingga media bisa lebih mampu memberikan supply isi yang diperlukan oleh kelompok masyarakat tersebut. Selain itu proses fragmentasi juga terjadi karena perubahan struktur dan tingkat konsentrasi media yang semula bersifat tunggal ketika media masih bersifat dominan (karena jumlah yang terbatas), terus berkembang mengalami diversity ketika banyak materi isi dari sebuah institusi media yang ternyata bisa menciptakan audiens yang khusus lagi. Perkembangan konsep audiens, kemudian juga didorong oleh pertumbuhan jumlah media semakin banyak, yang juga disertai semakin beragamnya materi isi media, dan akhirnya suatu lembaga media massa mampu berproses menciptakan banyak audiens yang beragam. Kondisi struktur dan konsentrasi media yang semakin beragam dan materi isi yang semakin banyak dengan variasi jenis yang beragam telah menjadikan audiens terfragmentasi menurut kelompok media dan kelompok materi isi yang disampaikan oleh media, sehingga komposisi dan struktur audiens semakin kecil. Dan inilah, terutama untuk media TV, yang sering disebut dengan berakhirnya audiens yang bersifat massa. McQuail menegaskan bahwa audiens tidak bisa dilihat hanya sebagai spectator, apalagi hanya sebagai watching atau listening[1]; sebab audiens melakukan proses reception, pemaknaan atau interpretasi pesan, yang tentunya terbangun secara terus menerus.Oleh karena itulah, melihat perkembangan dinamika konsep audiens tersebut, maka bisa dipastikan perkembangan dan dinamika penelitian tentang audiens juga mengalami dinamika. Sebab perkembangan pemahaman terhadap konsep audiens tidak bisa dilepaskan dari penemuan-penemuan yang terjadi di dalam penelitian audiens.Tradisi structural di dalam penelitian audiens digunakan untuk melihat ukuran jumlah audiens dan luas jangkauan media, termasuk di dalamnya adalah struktur dan komposisi social audiens, seperti siapa, kapan dan dimana audiens melakuklan akses media. Data-data tersebut digunakan oleh manajemen untuk menjual program acara atau materi isi suntuk memperoleh iklan. Data audiens tersebut dijadikan selanjutnya dikembangkan untuk melakukan riset pasar dan iklan. Tradisi penelitian kuan1titatif ini, sampai sekarang masih banyak digunakan untuk oleh manajemen untuk mengembangkan materi isi, pengembangan pasar dan perluasan perolehan iklan. Oleh karena itu metode yang banyak digunakan adalah survey dan analisis statistic.Tradisi behavioral ketika melakukan penelitian audiens lebih memusatkan pada persoalan efek atau dampak media dan kebiasaan bermedia masyarakat. Kedua jenis penelitian tersebut muncul karena melihat hubungan media dengan audiens dalam perspektif komunikasi searah, yang melihat proses feedback yang terjad antara sender dan receiver tidak berjalan dalam proses yang proses yang seharusnya. Tradisi behavioral ini memberikan manfaat di dalam upaya memahami efek media, kebiasaan dan perilaku audiens, serta mampu menjelaskan dan mempredikis pilihan, rekasi dan efek media. Data-data yang bisa dikumpulkan melalui survey, eksperimen, pengukuran mental adalah menyangkut motivasi, tindakan pilihan dan reaksi audiens.Sedangkan tradisi cultural, lebih melihat audiens sebagai bagian dari suatu norma kehidupan di masyarakat yang mempunyai kerangka berpikir. Dengan demikian setiap pesan yang disampaikan oleh media massa akan di konstruksikan dalam makna tertentu oleh audiens. Konteks social budaya dan proses pemberian makna pada produk budaya berdasarkan pengalaman di dalam kehidupan sehari-hari, merupakan focus yang dilakukan oleh tradisi penelitian kualitatif ini untuk memahami teks media. Oleh karena itu, tradisi ini menolak analisis dengan menggunakan model stimulus-respon dan efek yang dilihat sebagai suatu proses yang berjalan satu arah saja. Metode yang banyak digunakan adalah ethnografi.

Definisi perilaku audien :

Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri (Soekidjo, N. 1993 : 55). Secara operasional, perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut (Soekidjo, N. 1993 : 58).

Perilaku diaritikan sebagai suatu aksi-reaksi organism terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang lakukan untuk menimbulkan reaksi, yaitu yang disebut rangsang. Dengan demikian rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku yang tertentu pula (Notoatmojo, S. 1997 : 60).

Perilaku adalah tindakan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari (Robert Kwik, 1974 dalam Notoatmojo, S. 1997)

Perilaku manusia pada hakikatnya adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup (Sri Kusmayati dan Desminiarti, 1990 : 1)

Perilaku manusia adalah aktivitas manusia yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004 : 3).

Menurut McQuail audiens dapat diartikan sebagai :

a. Audiens sebagai kumpulan penonton, pembaca, pendengar dan pemirsa. Konsep audiens diartikan sebagai penerima pesan media massa yang tersebar, heterogen, dan berjumlah banyak.

b. Audiens sebagai massa. Konsep ini mengartikan audiens sebagai sekelompok orang yang berukuran besar, heterogen penyebaran dan anomitasnya serta lemahnya organisasi sosial dan komposisinya yang berubah dengan cepat dan tidak konsisten. Massa tidak memiliki keberadaan (eksistensi)yang berlanjut kecuali dalam pikiran mereka yang ingin memperoleh perhatian dari dan memanipulasi orang-orang sebanyak mungkin. McQuail menyatakan bahwa konsep ini tidak lagi layak dipakai.

c. Audiens sebagai kelompok sosial atau publik. Konsep audiens diartikan sebagai suatu kumpulan orang yang terbentuk atas dasar suatu isu, minat atau bidang keahlian.

d. Audiens sebagai pasar. Konsep audiens diartikan sebagai konsumen media dan sebagai audiens (penonton, pembaca, pendengar atau pemirsa) iklan tertentu.

Melvin De Fleur dan Sandra Ball-Rokeach (dalam Nurudin, 2004; Rakhmat, 1994) mengkaji interaksi audiens dan bagaimana tindakan audiens terhadap isi media. Mereka menyajikan tiga perspektif yang menjelaskan kajian tersebut. Ketiga perspektif itu adalah sebagai berikut:1.Individual Differences Perspective. Perspektif perbedaan individual memandang bahwa sikap dan organisasi personal-psikologis individu akan menentukan bagaimana individu memilih memilih stimuli dari lingkungan, dan bagaimana ia memberi makna pada stimuli tersebut. Berdasarkan ide dasar daristimulus-response, perspektif ini beranggapan bahwa tidak ada audiens yang relatif sama, makanya pengaruh media massa pada masing-masing individu berbeda dan tergantung pada kondisi psikologi individu itu yang berasal dari pengalaman masa lalunya. Dengan kata lain, masing-masing individu anggota audiens bertindak menanggapi pesan yang disiarkan media secara berbeda, hal ini menyebabkan mereka juga menggunakan atau merespon pesan secara berbeda pula.Dalam diri individu audiens terdapat apa yang disebutkonsep diri,konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi -mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri, bagaimana kita mempersepsi pesan itu, dan apa yang kita ingat. Dengan kata lain, konsep diri mempengaruhi terpaan selektif, persepsi selektif, ingatan selektif.

2.Social Categories Perspective. Perspektifini melihat di dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok sosial yang didasarkan pada karakteristik umum seperti jenis kelamin, umur, pendidikan, pendapatan, keyakinan beragama, tempat tinggal, dan sebagainya. Masing-masing kelompok sosial itu memberi kecenderungan anggota-anggotanya mempunyai kesamaan norma sosial, nilai, dan sikap.Dari kesamaan itu mereka akan mereaksi secara sama pada pesan khusus yang diterimanya. Berdasarkanperspektif ini, pemilihan dan penafsiran isi oleh audiens dipengaruhi oleh pendapat dan kepentinganyang ada dan oleh norma-norma kelompok sosial.Dalam konsep audiens sebagai pasar dan sebagai pembaca, perspektif ini melahirkan segmentasi. Contoh: Anak-anak membaca Bobo, Yunior, Ananda. Ibu-ibu membaca Kartini, Sarinah, Femina. Kaum Islam membaca Sabili, Hidayah.

3.Social Relation Perspective. Persektif ini menyatakan bahwa hubungan secara informal mempengaruhi audiens dalam merespon pesan media massa. Dampak komunikasi massa yang diberikan diubah secara signifikan oleh individu-individu yang mempunyai kekuatan hubungansosial dengan anggota audiens.Tentunya perspektif ini eksis pada proses komunikasi massa dua tahap, dan atau multi tahap.

Sejarah penelitian/pembahasan mengenai audiens telah dimulai seiring dengan penelitian tentang efek komunikasi massa. Pada awalnya, audiens dianggap pasif (baca teori peluru (Bullet Theory) atau Model Jarum Hipodermis). Namun pembahasan audiens secara intensif yang dimulai tahun 1940, Herta Herzog, Paul Lazarsfeld dan Frank Stanton (dalam Barran & Davis, 2003) memelopori mempelajariaktifitas audiens (yang kemudian melahirkan konsep audiens aktif) dankepuasan audiens. Misal, pada tahun 1942 Lazarfeld dan Stanton memproduksi buku seri dengan perhatian pada bagaimana audiens menggunakan media untuk mengorganisir pengalaman dan kehidupan sehari-hari.Tahun 1944 Herzog menulis artikelMotivation and Gratifications of Daily Serial Listener, yang merupakan publikasi awal tentang penelitian kepuasan audiens terhadap media.

TAMBAHANAudien tidak hanya melihat program dari penampilannya semata, namun juga aspek lain turut jadi pertimbangan, seperti : kualitas, nama, kemasan program bahkan perusahaan yang berada di belakang suatu program yang kesemuanya membentuk presepsi audien terhadap program dan media bersangkutan

Tidak ada media penyiaran yang seluruh acaranya disukai audien. Salah satu cara agar audien tidak pindah saluran adalah dengan menampilkan cuplikan suatu acara berikutnya yang bersifat paling dramatis, mengandung ketegangan, menggoda dan memancing rasa penasaran audien. Karena rasa penasaran yang dimiliki audien, maka diharapkan audien tidak meninggalkan acara berikutnya

Bagianprogrammediapenyiaranharusmengetahuisiapaaudienmerekasebenarnya.Pengelolaprogrammingtelevisidanradioharusmempelajariselerapemirsadanmemahamiprinsip-prinsipmembangunaudien.Ketikaseorangprogrammermemilihsatuprogramuntukdisiarkanmakaiaharusbertanyakepadadirinya sendiri; Siapa audien program ini? Kelompok audien mana yang akan menikmati program ini.

SELERA AUDIENPenontontelevisidiIndonesiasudahsangatcerdasdalammenentukanseleranya. Tidak semua jenis program siaran suatu stasiun televisi berkenaan di hatipenonton. Ada beberapa acara yang dianggap gagal. Jika ratingnya rendah, sudah pastiakan merugi. Antara biaya produksi atau pembelian program tidak sepadan denganjumlahpemasanganiklan.Jikaterjadihalsepertiiniseorangprogrammerharuscepattanggap melirik acara-acara yang sukses di stasiun lain. Cara semacam ini wajar-wajarsaja, mesikpunterkesanmenyontek.Sebenarnyatidak mungkinmenyontek,karenaparapekerjatelevisimengertibetulakanaturanmainnya.Namunyangadaadalahmengambil inspirasinya. Dimana pengemasannya dirubah pada beberapa sisi, sepertimenambahjumlahkarakter,bentukkonflikyang terjadisertaaktor/pemainnya yangberbeda.Sebagaicontoh,stasiunIndosiarpernahmembuatterobosandenganmenampilkanpanggungSrimulat,sebagaimanaadanyadalampentaspanggung.Humornya berjalan ngalor ngidul, seperti tidak memiliki konsep yang jelas. Namun yangpentingdari program tersebutadalahlucu. Semula acara initidak disenangipenonton.Penonton ingin tertawatanpa beban. Secara cepat acara inipun kemudian menjadidisukai audien dan dilirik oleh pengiklan dan selera audiennya jadi tercapai.DampaknyastasiunRCTIkemudianmengetahuihaltersebutdanmembuatacara tandingandenganmengetengahkanKetoprakHumor.Acara ketoprakini jugaberlangsung di atas panggung serta penuh humor, sementara dari sisi cerita terhitunglebih terarah, misalnya pada suatu episode dengan menonjolkan cerita rakyat. HasilnyaRCTI juga berhasil menangguk untung dari iklan yang banyak dipasok.ContohlainnyaketikaTPImenampilkanacaramusikdangdut.Penontongolonganmenengahkeatas waktuitukurangmenganggapnya,bahkanmenilainyasebagaiwujudtayangantelevisiberselerarendah.Kenyataannya,setelahtayanganberjalan beberapa lama, stasiun televisi lainnya bukan saja sekedar memperhatikan,merekabahkankemudianikutmemproduksinyadenganinspirasitentunya.Yaitumerubah dengan sentuhandisana sini, namun tetap untuk segmentasi masyarakat kelasmenengahkebawah.Hasilnyasponsor-sponsoriklanberebutmemasangiklan,sehingga dangdut ala TPI pun dapat saingan dari televisi lain.Proses melakukan inspirasi adalah hal yang lumrah dan biasa dalam dunia senitelevisi. Dimanainspirasi darikaryaoranglain yangmenciptakantrend ataudisukaiaudien akan menjadi sorotan kreator lainnya. Termasuk diluar negeri banyak programyang menjadi inspirasi seseorang untukmenghasilkan karyanya sendiri.1.Selera audien televisi pada siaran pagi hari;Untukmengetahuiprogramsiaranpagihari,kitaperlumemperhatikanapasajakegiatanorang-orang padapagi hari.Pertanyaannyanantiadalahapakahorangwaktu itu memiliki waktu untuk membuka saluran pesawat televisinya. BerdasarkandatadariNielsendominasiorangyangmenontonprogrampukul06.00-09.00diperlukan acara untuk kalangan menengah yang membutuhkan informasi belanja,hiburanringandanlagu-lagufavorit.Pemunculaniklanpadapagiharibisadiutamakanpadaiklan-iklanyangmemberiinformasikebutuhanrumahtanggasehari-hari; sabun cuci, shampoo, pasta gigi, tempat belanja dan lain-lain.Jika ada acara yang memerlukan informasi biasanya dilakukan dengan pembicaraansingkat dan langsung pada permasalahan.Sedangkan program pada pukul 09.00-12.00 dapat diisi dengan program yang lebihkhusus dimana kalangan menengah kebawah yang mendominasi. Yaitu khususnyakalanganIbu-ibu,formatnyabisabincang-bincang,kuis,telenoveladanlainsebagainya.Nantiiklanyangakantampilsepertimesincuci,tampatsalon,kesehatan, memasak cepat dan lain sebagainya.2.Seleraaudienpada siang hari;Program televisi tengah hari sangat cocok untuk acara pemberitaan dan talkshow.Alasannya,informasihangatditunggupemirsakarenamerekaingintahuberbagaiperistiwa yang terjadi pada pagi sampai tengah hari. Acara talkshow bisa berupapembahasan topik-topik hangat yang dibahas. Karena selera yang dominan Ibu-ibutentunya program talkshow yang muncul tidak selalu peristiwa hangat tetapi jugasantai, menghibur.3.Seleraaudienpada sorehari;Program berita dapat dimunculkan lagi pada sore hari, disamping acara-acara kuis,kartun anak dan lain sebagainya. Olah raga juga dapat dijadikan alternatif, yaituyang favorit disukai masyarakat luas, seperti sepak bola, bulu tangkis, bola basket,balap mobil dan lain sebagainya.4.Seleraaudienpada malam hari;Program acara malam hari dapat dikonsentrasikan pada acara-acara yang di-primetime-kan. Waktu prime time untuk televisi diantara pukul 18.00-23.00. Program yangditampilkan pada prime time bisa variatif, bisa berisi sinetron, film, variety show dantalkshow. Pengertianprimetimeini adalah jumlah penonton televisi yang sangatbanyak, khususnya untuk di Indonesia program yang paling dominan pada primetimedanmenghasilkanrating/keuntunganyangbesarsampaisaatiniadalahprogram Sinetron.Programtelevisipadaprimetimebiasanya mengutamakan hiburan sesuai denganfaktor keinginan masyarakat luas. Dengan kata lain, masing-masing stasiun televisiberusahamenarikpenontonlewatsuguhanacarayangberdasarpadaseleraaudien. Berbagai faktor yang menarik adalah ceritanya sendiri, selain pemainnyamerupakan idola penonton, penulis terkemuka dan sutradaranya juga hebat.Para pengisi iklan akan memilih acara-acara yang dianggap menguntungkan dalamjudul-judulacaratertentu. Merekasangat memperhitungkanbiayayangdikeluarkanuntukmengisijatahjamiklan,termasukmemperhitungkanbeberapakalidimunculkannya.5.Selera audien pada siaran larut malam;Programacaralarutmalamdapatdiisidenganacara-acarayangtenangdansasarannya penonton usia dewasa, tengah baya, lanjut usia dengan klas menengahkeatas. Beritalarut malam banyakditunggupenontonyang belummenyaksikanberita sore hari atau informasi yang dinantikan, bahkan bisa pula karena tidak bisatertidur. Pada berita larut malam inilah saatnya mereka dapat menikmati informasiyang mereka butuhkan.Film cerita panjang juga cocok untuk ditayangkan pada acara larut malam, misalnyaaction,horor dankriminalitas.Sedangkan olahraga yangmengadungkekerasansertadialog/programseksdapatditempatkanpadaprogramlarutmalamini.BeberapaprogramdialogseksyangpernahtampilditelevisiswastaIndonesiasangatfenomenaldenganmenampilkanlangsungparanarasumbertanpadikaburkan penampilannya.Tentunyaprograminiwalaupuntelah disiarkantengahmalam/larut malam tetap saja menyebabkan beberapa kalangan masyarakat pedulimedia merasa tidak nyaman dengan program tersebut. Sehingga saat ini belum adalagi yang mau menampilkan program tersebut, karena disamping memiliki resikodiserangpenontonkarenadianggapnegatifyangsangattinggi.Adabeberapaprogram yang sedang trend saat ini menjadi fokus perhatian masyarakat. Walaupunprogram-program yang menjadi trend tersebut bukan dialog seks atau olah ragakekerasan, namun tetap saja televisi komersial di Indonesia masih mengabaikanprogramyangdiajurkanolehpemerintahyaitumendidik,memberdayakan,danmencerahkan bangsa untuk mencapai cita-cita meningkatkan kecintaan kita padatanah air Indonesia.

ALIRAN AUDIEN

Ketatnyapersainganantarastasiunpenyiarandalammenyajikanprogramkepadaaudien akanmenunjukkan karakteristik audien.Audien umumnyacenderung untuk berpindah saluran pada setiap selesainya suatu program. Perpindahan audien darisatusalurankesaluranlainnyainiterjadipadatitikperpindahanantarasatuprogramkeprogramberikutnya.PerpindahanyangterjadipadasetiapBerakhirnya suatu program ini disebut dengan istilah aliran audien atauaudience flow

Aliran audiensini terbagi atas beberapa jenis sebagai berikut;

1. Alirankeluar(outflow),audien meninggalkan stasiunsebelumnyamenujukestasiun lainnya.

2. Aliran ke dalam (inflow), masuknya audien dari stasiun lain.

3. Alirantetap(flowthrough),audienstidakberpindahnamunmengikutiacaraselanjutnya pada stasiun yang sama.BerdasarkanpenelitianyangdilakukanNielsenMediaResearch(1977)menyimpulkan bahwa sebagian besar 86 % audien televisi akan tetap pada salurantelevisi yang sama jika stasiun bersangkutan kembalimenayangkan program yang sama atau sejenis. Misalnya suatu stasiun menayangkan pertandingan LigaInggris dilanjutkan dengan pertandingan sepak bola lainnya namun tetap pada Liga Utama Inggris. Audien akanmenurun50%apabilatayanganberikutnyaprogramyangberbedadariyangsebelumnya.ContohnyaprogramLigaInggrisselanjutnya dengansinetron.Program unggulanyangselanjutnyadiikutiprogramberbedaakanmenyebabkanaudienberpindah saluran.Penelitian Nielsen Media Research memberikan kesimpulan bahwa audien akan tetapbertahanjikaacarayangsamaatausejenisdiletakkanberdampingan,dan sebaliknya audien akan berpindah jika suatu acara yang berbeda sama sekali jenisnya ditayangkan sesudah acara yang diunggulkan.Bentuk penelitian kuantitatif yang dikembangkan oleh Nielsen Media Researchhingga saat ini telah berkembang pesat di belahan dunia. Termasuk di Indonesia nilairating dan share menjadi satu-satunya parameter, serta dapat menjadi andalan untukmengetahui aliran audien. Kemanakah audien berpindah dan mengalir dalam menonton suatu program setiap waktu tertentu dengan mudah dapat dikontrol dengan softwareyang di kembangkan Nielsen MediaResearch.Software yang di instal pada perangkat komputer dengan standar kemampuan mengoperasikannya, harus dimiliki oleh setiap media penyiaran yang ingin bergabung dengan Nielsen sehingga dapat mengolah aliran audien sekaligus mendapatkan output rating dan share. Perangkatjaringankomputeryangdibutuhkandalammengelolaseluruhoperasional penelitian rating dan share harus bersih dari penggunaan kegiatan lain. Khususnyagame,internet,danpekerjaanlainnyayangmenyebabkankomputerberhubungandengankomputerlain.Kenapadikatakanjaringan?Karenaproses mengerjakan penelitian ini membutuhkan data yang sangat banyak. Terutama stasiun penyiaranyangmemilikijam siaran24jam,programyangpadat,iklanpenuhdankompetitor yang diperhatiankanya juga banyak(kompetitif). Setiapjaringankomputerdistasiunpenyiaranakanmemilikiserveryang berfungsisebagai bankdata. Kapasitasserveryangbesarharusamanjugauntukdigunakan agar proses data ke jaringan berjalan dengan lancar. Program yang adadalam hardisk hanya sofware Nielsen, program standar microsoft dan data baru yangtelah diolah. Penggunaanflashdisk atausejenisnyajuga sebaiknyahanyadiantarajaringanperangkatuntukpenelitiansaja.Tidakuntukdipindahkankekomputer lainnya yangmenyebabkankemungkinanterjadinyaseranganvirus.Apabilaterserangvirusmaka membersihkan jaringan harus dilakukan segera untuk menjada data yang masih dibutuhkan.Padaawalbulanbiasanyaprosesmengimputdataharusdisertaidenganpengecakan nomorpinyang harusdikoordinasikandengankantorNielsen.Karenanomorpinsetiapjaringanakandiacak/berubahdenganyangbaruuntukmenjagapembajakan atau mengikat client agar tetap berada padakomitmen awal. Telescope adalah software untuk mengolah data program yang menghasilkanratingdanshare.SedangkanAdWatch adalahsoftwareyangakanmemantaupergerakanaudienketikamenyimakiklan.Sehingga output software AdWatch akan mendeteksi iklan-iklan yang telah disiarkan stasiun penyiaran, sehingga pihak mediadan pemasang iklan berlangganan Nielsen untuk bersama-sama memantau hasil siaraniklan mereka. Telescopedalammendeteksialiranaudienmembatasisetiapaudienyangdianggap telah menonton suatu program permenit minimal bila telah menonton selama16detik.Bilasebelum16detikaudienberpindahsaluranmakatidakdianggapmenontonprogramsebelumnya.Apabilasetiapaudien(responden)menontonsetelah16 detik pertama, maka telah tercatat otomatis padaequipment boxsebagai penontonprogram tersebut, walaupun setelah itu audien berpindah saluran pada stasiun yanglainnya.Sistem kerja peralatan ini akan mengevaluasiperformacesetiap program dalamstasiun televisi dalam seminggu setelah 1 minggu program tersebut disiarkan. TepatnyasetiaphariRabusiangsetiappengelolaprogramakanberlomba-lombauntukmengevaluasi hasil kinerjanya selama seminggu yang lalu. Dari situlah aliran audienakanterdeteksikearahmanakahpergerakannya,padastasiuntelevisimanadanprogramapakahyangmenjadidominanpergerakantersebutyangdapatdiambilkesimpulanterjadinyatrend.Sedangkanratingdanshareakanmemvonissetiapprogramyang dinyatakansuksesataupungagalkarenaperolehanangkanyabergeserpada pihak lain(program kompetitor).DengankomposisipenelitiankuantitatifyangdemikianinilahmakaNielsenMediaResearchmempublikasikandirinyapadapengelolaprogrammingstasiunpenyiaran dan respondennya, sebagai lembagaindependentyang bertujuan menjadipenengah untuk memberikan dataup to datepadaseluruhpelangganpenyelenggaramedia untuk mengetahui kemajuan departemenprogrammingnya.Karakteristik audien terhadapremote controltelevisi pada umumnya terbagi atasdua bagian besar yaitu;1.Sangatagresif,Karakteristikiniterjadikarenamerekayangsangatgandrungkepadatelevisi.Merekamerasasangatcepatbosanpadaacarayangtidakmampumenarikperhatian mereka dalam waktu sangat singkat. Mereka akan dengan mudah dansangat cepat memindahkan chanel dan mengembara ke berbagai stasiun lainnyauntuk mendapatkan acara yang menarik.2.Kurangagresif.Tipe iniadalahaudien yang kurang agresif.Merekaumumnya akanmenelaah dulusuatu acara hingga tiba pada satu titik yang mendorong mereka tetap bertahan ataupindah saluran.Pada umumnya suatu acara hanya mempunyai waktu kurang dari lima belasdetik untuk meraih perhatian pemirsa yang sedang menjelajahi berbagai saluran denganmemencet-mencet remote control. Banyak pemirsa yang memutuskan pindah saluran