prevalensi penderita skizofrenia paranoid...

54
PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID DENGAN GEJALA DEPRESI DI RSJ Dr. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA TAHUN 2010 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Oleh : Ahmad Muhyi 108103000051 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

Upload: vophuc

Post on 07-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID DENGAN

GEJALA DEPRESI DI RSJ Dr. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA

TAHUN 2010

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Oleh :

Ahmad Muhyi

108103000051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

Page 2: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di

Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 20 September 2011

Ahmad Muhyi

Page 3: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID DENGAN

GEJALA DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA Dr. SOEHARTO

HEERDJAN JAKARTA TAHUN 2010

Laporan Penelitian

Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh :

Ahmad Muhyi

NIM: 108103000051

Pembimbing 1 Pembimbing 2

dr. Prianto Djatmiko, SpKJ

drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

Page 4: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA

PARANOID DENGAN GEJALA DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA Dr.

SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA TAHUN 2010 yang diajukan oleh

Ahmad Muhyi (NIM: 108103000051), telah diujikan dalam sidang di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 20 September 2011. Laporan penelitian ini

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.

Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Ciputat, 20 September 2011

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang

Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie,

SpKFR

Pembimbing I

dr. Prianto Djatmiko, SpKJ

Pembimbing II

drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD

Penguji I

dr. Isa Multazam Noor, SpKJ

Penguji II

dr. Poppy Candra Dewi,

SpS. MSc

Penguji III

Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie,

SpKFR

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN

Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd

Kaprodi PSPD FKIK UIN

Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpKFR

Page 5: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah Swt, karena

berkat taufik dan hidayah-Nya, penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul

“Prevalensi Penderita Skizofrenia Paranoid Dengan Gejala Depresi di Rumah

Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta Tahun 2010”.

Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena

itu, dalam kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan penghargaan yang

setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tadjudin, SpAnd, dan Drs. H. Achmad Gholib,

MA dan Dra. Farida Hamid,M.Pd selaku Dekan dan Pembantu Dekan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpKFR selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Dokter.

3. drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD dan dr. Prianto Djatmiko SpKJ selaku

dosen pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan

pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan penelitian ini.

4. Staf Litbang dan semua petugas rekam medis RSJ Dr. Soeharto Heerdjan

Jakarta yang telah mengizinkan penggunaan dan membantu

mempermudah penggunaan rekam medis pasien skizofrenia untuk

penelitian ini.

5. Kemenag RI yang telah memberikan beasiswa sehingga penulis diberikan

kesempatan untuk menyelesaikan studi di FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

6. Bapak dan Ibu serta keluarga yang telah memberikan kasih sayang, doa

dan dorongan baik moril maupun materiil.

7. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga penelitian ini

dapat terselesaikan.

Ciputat, 20 September 2011

Ahmad Muhyi

Page 6: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

vi

ABSTRAK

Ahmad Muhyi, Program Studi Pendidikan Dokter. Prevalensi Penderita

Skizofrenia Paranoid Dengan Gejala Depresi di Rumah Sakit Jiwa Dr.

Soeharto Heerdjan Jakarta Tahun 2010.

Skizofrenia paranoid merupakan bentuk gangguan psikosis yang sering terjadi

baik di Indonesia maupun di negara lain. Pada penderita skizofrenia paranoid

yang disertai dengan gejala depresi dapat memperburuk kualitas hidupnya seperti

perawatannya yang lebih lama dan yang paling sering adalah terjadinya bunuh

diri. Gejala depresi pada penderita skizofrenia paranoid bisa muncul pada fase

prodromal, pada fase akut dan pada fase pasca skizofrenia. Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif dengan jenis cross sectional untuk mengetahui

prevalensi penderita skizofrenia paranoid dengan gejala depresi di Rumah Sakit

Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta tahun 2010. Populasi terjangkau sebanyak 782

penderita. Pada penelitian ini didapatkan prevalensi gejala depresi sebanyak 22 %

yang dapat terjadi pada semua fase skizofrenia dan gejala depresi yang timbul

meliputi semua episode depresi. Distribusi penderita berjenis kelamin laki-laki 70

% dan perempuan 30 % dengan rentang umur terbanyak adalah umur 25-44 tahun

sebesar 65 %. Selanjutnya, sebagian besar penderita berstatus tidak kawin yaitu

sebesar 59 %.

Kata kunci : prevalensi, skizofrenia paranoid, depresi

Abstract, Prevalence Patient of Paranoid Schizophrenia with a Depression

Symptom at Mental Hospital Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta in Year of 2010.

Paranoid schizophrenia is psychosis mental disorders that most frequent occurred

in Indonesia and in other countries. A patient of paranoid schizophrenia with

depression symptom may get a worse life quality, such as, long hospitalization

and the most often is suicide. The depression symptom for paranoid schizophrenia

can emerge on a prodromal phase, an acute phase, and the post-schizophrenia

phases. This research is used descriptive method with cross sectional type to know

the prevalence patient of paranoid schizophrenia with a depression symptom at

Mental Hospital Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta in year of 2010. Seven hundred

and eighty two ( 782) patients are counted as the sample population. We found

that the prevalence of depression symptom is 22 % which occurred for all phases

of schizophrenia. Mostly, the male patients (70 %) suffer for the depression.

Moreover, the highest distribution is occurred in patients within 25-44 years old

(65 %). Lastly, the unmarried patients are the most frequent found to have

depression (59 %).

Keyword: prevalence, paranoid schizophrenia, depression.

Page 7: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

vii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL.................................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN.................................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv

KATA PENGANTAR.......................................................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................................... vi

DAFTAR ISI........................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL..................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xi

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 2

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 2

1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 5

2.1. Definisi Skizofrenia .............................................................................. . 5

2.2. Epidemiologi Skizofrenia ..................................................................... . 5

2.3. Etiologi Skizofrenia............................................................................... . 6

2.3.1. Organobiologik............................................................................... 6

2.3.2. Psikodinamik.................................................................................. 7

2.3.2.1. Teori homeostatik-deskriptif.............................................. 7

2.3.2.2. Teori fasilitatif-etiologik.................................................... 7

2.3.3. Psikoreligius................................................................................... 8

2.3.4. Psikososial...................................................................................... 8

2.4. Klasifikasi Skizofrenia............................................................................ 9

2.4.1. Tipe Katatonik................................................................................ 9

2.4.2. Tipe Hebefrenik (disorganized)..................................................... 9

2.4.3. Tipe Paranoid............................................................................... 10

2.4.4. Tipe Tak terinci (undifferentiated)............................................... 10

2.4.5. Tipe Residual.............................................................................. ..10

2.5. Gejala Skizofrenia................................................................................ 10

2.5.1. Gejala Positif................................................................................. 10

2.5.2. Gejala Negatif............................................................................... 11

2.6. Fase Skizofrenia................................................................................... 11

2.7. Diagnosis Skizofrenia.......................................................................... 12

2.8. Skizofrenia Paranoid............................................................................ 14

2.9. Diagnostik Skizofrenia Paranoid.......................................................... 14

2.10. Pengobatan Skizofrenia...................................................................... 15

2.10.1. Terapi Psikofarmaka................................................................ 15

2.10.2. Psikoterapi............................................................................... 16

2.10.3. Terapi Psikososial................................................................... 16

Page 8: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

viii

2.10.4. Terapi Psikoreligius........................................................................ 17

2.11. Definisi Depresi.......................................................................................... 17

2.12. Etiologi Depresi ......................................................................................... 17

2.12.1. Faktor Biologi ............................................................................... 17

2.12.2. Faktor Genetik ............................................................................. 18

2.12.3. Faktor Psikososial.......................................................................... 18

2.13. Depresi pada Skizofrenia............................................................................ 19

2.14. Gejala Depresi............................................................................................ 20

2.15. Episode Depresi......................................................................................... 21

2.16. Kerangka Konsep....................................................................................... 23

2.17. Definisi Operasional.................................................................................. 23

2.17.1. Rekam Medis.........................................................;...................... 23

2.17.2. Prevalensi...................................................................................... 23

2.17.3. Skizofrenia ................................................................................... 24

2.17.4. Skizofrenia Paranoid..................................................................... 24

2.17.5. Depresi.......................................................................................... 24

2.17.6. Umur ............................................................................................ 24

2.17.7. Jenis Kelamin................................................................................ 24

2.17.8. Status Perkawinan......................................................................... 24

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 25

3.1. Desain Penelitian............................................................................... 25

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 25

3.3. Sumber Data...................................................................................... 25

3.4. Populasi dan Sampel .........................................................................25

3.5. Kriteria Penelitian ........................................................................... .25

3.5.1. Kriteria Inklusi .......................................................................... 25

3.5.2. Kriteria Eklusi .......................................................................... .26

3.6. Besar Sampel.....................................................................................26

3.7. Cara Kerja ........................................................................................ 26

3.7.1. Pengumpulan Data.................................................................... 26

3.7.2. Pengolahan Data ....................................................................... 27

3.7.3. Penyajian Data.......................................................................... 27

3.7.4. Analisis Data............................................................................. 27

3.7.5. Interpretasi Data ....................................................................... 27

3.7.6. Pelaporan Hasil Penelitian......................................................... 27

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 28

4.1. Keterbatasan Penelitian................................................................... 28

4.2. Prevalensi Penderita Skizofrenia Paranoid dengan Gejala Depresi. 29

4.3. Pola Distribusi Penderita Skizofrenia Paranoid dengan Gejala

Depresi.............................................................................................. 30

4.3.1 Berdasarkan Jenis Kelamin..................................................... 30

4.3.2 Berdasarkan Kelompok Umur ................................................ 31

4.3.3 Berdasarkan Status Perkawinan ............................................. 32

Page 9: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

ix

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 35

5.1. Simpulan ............................................................................................. 35

5.2. Saran.................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 37

LAMPIRAN........................................................................................................ 40

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................... 43

Page 10: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

x

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ......................................... 23

Tabel 4.1. Distribusi Penderita Skizofrenia Paranoid dengan Gejala Depresi

Berdasarkan Jenis Kelamin di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Tahun 2010............30

Tabel 4.2. Distribusi Penderita Skizofrenia Paranoid dengan Gejala Depresi

Berdasarkan Kelompok Umur di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Tahun

2010.....................................................................................................................31

Tabel 4.3 Distribusi Penderita Skizofrenia Paranoid dengan Gejala Depresi

Berdasarkan Status Perkawinan di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan

Tahun 2010..........................................................................................................32

Page 11: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Judul lampiran :

1. Pola distribusi penderita skizofrenia paranoid dengan gejala depresi di RSJ

Dr. Soeharto Heerdjan tahun 2010 berdasarkan jenis kelamin..................40

2. Pola distribusi penderita skizofrenia paranoid dengan gejala depresi di RSJ

Dr. Soeharto Heerdjan tahun 2010 berdasarkan umur...............................41

3. Pola distribusi penderita skizofrenia paranoid dengan gejala depresi di RSJ

Dr. Soeharto Heerdjan tahun 2010 berdasarkan status perkawinan.........42

Page 12: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Skizofrenia merupakan suatu bentuk gangguan psikosis fungsional dengan

prevalensi 1-1,5% dari total penduduk dunia. Menurut Kraepelin penyakit ini

dikenal dengan istilah demensia prekoks yaitu terjadi kemunduran intelegensi

sebelum waktunya.1

Menurut Diagnostic and Statistical manual of Mental Disorders Fourth

Edition Text Revised (DSM-IV-TR) tipe skizofrenia dibagi menjadi lima yaitu :

tipe paranoid, tipe katatonik, tipe hebefrenik (disorganized), tipe tidak terinci

(undifferentiated), tipe residual. Dari kelima tipe tersebut yang paling sering

terjadi adalah tipe paranoid.2

Skizofrenia paranoid terjadi karena melemahnya neurologis dan kognitif

tetapi individu tersebut mempunyai prognosis yang baik. Namun bagaimanapun

juga, pada fase aktif dari kelainan ini, penderita mengalami gangguan jiwa berat,

dan gejala-gejala tersebut dapat membahayakan dirinya atau orang lain.2

Berdasarkan Riskesdas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun

2007 disebutkan, rata-rata nasional gangguan mental emosional ringan, seperti

cemas dan depresi pada penduduk berusia 15 tahun ke atas mencapai 11,6%,

dengan angka tertinggi terjadi di Jawa Barat, sebesar 20%. Sedangkan yang

mengalami gangguan mental berat, seperti psikotis, skizofrenia, dan gangguan

depresi berat sebesar 0,46%.3

Pada RSJ Dr. Soeharto Herdjaan Jakarta, berdasarkan hasil rekapan tahun

2009, tercatat bahwa presentase pasien dengan gangguan jiwa yang menjalani

rawat jalan sebesar 33% adalah skizofrenia paranoid, 27% adalah skizofrenia

residual, dan sisanya adalah gangguan jiwa jenis lainnya. Sedangkan yang

menjalani rawat inap sebesar 41% adalah skizofrenia paranoid, 19% adalah

skizofrenia yang tak terinci, 16% gangguan psikotik akut, dan sementara yang tak

Page 13: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

2

terinci, dan sisanya adalah gangguan jiwa jenis lainnya. Berdasarkan angka

tersebut presentase skizofrenia paranoid tercatat yang paling tinggi dibandingkan

gangguan jiwa yang lain.4

Beberapa penelitian menemukan bahwa 80% semua pasien skizofrenia

menderita penyakit fisik dan 50%-nya tidak terdiagnosis. Bunuh diri adalah

penyebab umum kematian diantara penderita skizofrenia, 50% penderita

skizofrenia pernah mencoba bunuh diri satu kali seumur hidupnya, dan 10% dari

populasi tersebut berhasil melakukannya. Faktor risiko bunuh diri adalah adanya

gejala depresi dan usia muda.5, 6

Berdasarkan data diatas bahwa penderita skizofrenia cukup tinggi dan tipe

skizofrenia paranoid adalah yang sering terjadi. Tindakan bunuh diri sering terjadi

pada penderita skizofrenia dan salah satu faktor resikonya adalah adanya gejala

depresi pada pasien. Oleh karena hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui prevalensi penderita skizofrenia paranoid dengan gejala depresi di

RSJ Dr. Soeharto Heerdjan, dimana merupakan rumah sakit jiwa utama di Jakarta,

pada satu tahun terakhir ini (2010).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Berapa prevalensi penderita skizofrenia paranoid dengan gejala depresi di

RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta tahun 2010?

2. Bagaimana karakteristik penderita skizofrenia paranoid dengan gejala

depresi berdasarkan jenis kelamin, umur, status perkawinan di RSJ Dr.

Soeharto Heerdjan Jakarta tahun 2010?

1.3. Tujuan penelitian

1.3.1. Tujuan umum

1. Untuk mengetahui prevalensi penderita skizofrenia paranoid dengan

gejala depresi di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta tahun 2010.

Page 14: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

3

1.3. 2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik penderita skizofrenia paranoid dengan

gejala depresi berdasarkan jenis kelamin di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan

Jakarta tahun 2010.

2. Untuk mengetahui karakteristik penderita skizofrenia paranoid dengan

gejala depresi berdasarkan umur di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta

tahun 2010.

3. Untuk mengetahui karakteristik penderita skizofrenia paranoid dengan

gejala depresi berdasarkan status perkawinan di RSJ Dr. Soeharto

Heerdjan Jakarta tahun 2010.

1.4. Manfaat penelitian

1.4.1. Manfaat bagi Peneliti

1. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam melakukan

penelitian.

2. Mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama menjalani

pendidikan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.4.2. Manfaat bagi Perguruan Tinggi

1. Mewujudkan tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi dan

tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan

pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

2. Mewujudkan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah sebagai

universitas riset dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan.

3. Meningkatkan kerjasama dan komunikasi antara mahasiswa dan staf

pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah.

4. Mendapatkan data awal tentang prevalensi dan karakteristik penderita

skizofrenia paranoid dengan gejala depresi berdasarkan jenis kelamin,

umur, status perkawinan di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta tahun 2010

yang dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya.

Page 15: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

4

1.4.3. Manfaat bagi masyarakat

1. Memberikan gambaran mengenai prevalensi dan karakteristik penderita

skizofrenia paranoid dengan gejala depresi berdasarkan jenis kelamin,

umur, status perkawinan di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta Tahun `

2010.

Page 16: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Skizofrenia

Skizofrenia adalah pola penyakit bidang psikiatri, merupakan sindroma

klinis dari berbagai keadaan psikopatologis yang sangat mengganggu serta

melibatkan proses pikir, persepsi, emosi, gerakan dan tingkah laku.7

Skizofrenia merupakan sindrom yang heterogen yang mana diagnosisnya

belum dapat ditegakkan memakai suatu uji laboratorium tertentu, diagnosisnya

ditegakkan berdasarkan sekumpulan gejala yang dinyatakan karakteristik untuk

skizofrenia.8

2.2. Epidemiologi Skizofrenia

Data WHO menunjukkan bahwa di tahun 2002 saja diketahui tidak kurang

dari 154 juta penduduk dunia yang depresi, 25 juta skizofrenia, 91 juta mengalami

gangguan mental akibat alkohol, 15 juta gangguan mental karena penyalahgunaan

obat, 50 juta epilepsi, dan 24 juta alzheimer dan demensia lainnya. Hal yang lebih

mencengangkan lagi bahwa terdapat rata-rata 877.000 orang bunuh diri setiap

tahun.5

Onset untuk laki laki 15 sampai 25 tahun sedangkan wanita 25-35 tahun.

Skizofrenia tipe paranoid terjadinya lebih awal pada laki-laki dibandingkan

perempuan. Prognosis sizofrenia paranoid lebih baik dibandingkan tipe-tipe yang

lain karena mempunyai respon yang baik dalam pengobatan.2

Berdasarkan laporan RISKESDAS Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia pada tahun 2007 prevalensi gangguan jiwa berat (Skizofrenia) di

Indonesia adalah sebesar 4,6‰. Prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi DKI

Jakarta (20,3‰) yang kemudian secara berturut turut diikuti oleh Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam (18,5‰), Sumatera Barat (16,7‰), Nusa Tenggara

Barat (9,9‰), Sumatera Selatan (9,2‰). Prevalensi terendah terdapat di Maluku

(0,9‰).3

Page 17: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

6

Pada tahun 2009 di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta jumlah penderita

skizofrenia paranoid yang rawat jalan sebanyak 33% dan yang rawat jalan

sebanyak 41%. Angka ini menunjukkan bahwa skizofrenia paranoid tercatat

paling tinggi dibandingkan gangguan jiwa lainnya.4

2.3. Etiologi Skizofrenia

Untuk mengetahui dan memahami perjalanan penyakit skizofrenia

diperlukan pendekatan yang sifatnya holistik, yaitu dari sudut organobiologik,

psikodinamik, psikoreligius, dan psikososial.9

2.3.1. Organobiologik

Ada banyak faktor yang berperan serta bagi muculnya gejala-gejala

skizofrenia. Hingga sekarang banyak teori yang dikembangkan untuk mengetahui

penyebab skizofrenia, antara lain : faktor genetik, virus, auto-antibody, malnutrisi

(kekurangan gizi).9

Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa meskipun ada gen yang

abnormal, skizofrenia tidak akan muncul kecuali disertai faktor-faktor lainnya

yang disebut faktor epigenetik. Kesimpulannya adalah bahwa gejala skizofrenia

baru muncul bila terjadi interaksi antara gen abnormal dengan : 9

1. Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat mengganggu

perkembangan otak janin.

2. Menurunnya auto-immune yang mungkin disebabkan infeksi selama

kehamilan.

3. Berbagai macam komplikasi kandungan.

4. Kekurangan gizi yang cukup berat terutama pada trimester pertama

kehamilan.

Dari penelitian yang telah dilakukan pada penderita skizofrenia ditemukan

perubahan-perubahan atau gangguan pada sistem transmisi sinyal penghantar

saraf (neuro-transmitter) dan reseptor di sel-sel saraf otak (neuron) dan interaksi

zat neuro-kimia seperti dopamin dan serotonin yang ternyata mempengaruhi

fungsi-fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor

(perilaku) yang terlihat dalam bentuk gejala positif dan negatif skizofrenia.13

Selain perubahan-perubahan yang sifatnya neuro-kimiawi dalam penelitian

dengan CT Scan otak ternyata ditemukan pula perubahan anatomi otak penderita

Page 18: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

7

skizofrenia terutama pada penderita yang kronis. Perubahan-perubahan anatomi

otak tersebut antara lain pelebaran ventrikel lateral, atrofi korteks bagian depan.

Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).13

Dengan diketahuinya perubahan-perubahan pada sistem transmisi saraf di

sel-sel susunan saraf pusat yang menyebabkan gangguan skizofrenia maka para

ahli telah menemukan jenis obat yang dapat memperbaiki gangguan fungsi neuro-

transmitter sehingga mampu mengobati gejala-gejala negatif maupun positif

skizofrenia.

2.3.2. Psikodinamik

Mekanisme terjadinya skizofrenia pada diri seseorang dari sudut

psikodinamik dapat diterangkan dengan dua buah teori yaitu :

2.3.2.1. Teori homeostatik-deskriptif

Dalam teori ini diuraikan gambaran gejala-gejala (deskripsi) dari suatu

gangguan jiwa yang menjelaskan terjadinya gangguan keseimbangan (balance)

atau homeostatik pada diri seseorang, sebelum dan sesudah terjadinya gangguan

jiwa tersebut.9

2.3.2.2. Teori fasilitatif-etiologik

Dalam teori ini diuraikan faktor-faktor yang memudahkan (fasilitasi)

penyebab (etiologi) suatu penyakit itu muncul, bagaimana perjalanan penyakitnya

dan penjelasan mekanisme psikologis dari penyakit yang bersangkutan.9

Selanjutnya menurut teori Freud suatu gangguan jiwa muncul akibat

terjadinya konflik internal pada diri seseorang yang tidak dapat beradaptasi

dengan dunia luar. Sebagaimana diketahui bahwa pada setiap diri terdapat tiga

unsur psikologik yang dinamakan dengan istilah Id, Ego dan Super-Ego.9

Menurut teori freud ini Id adalah bagian dari jiwa seseorang berupa

dorongan atau nafsu yang sudah ada sejak manusia dilahirkan yang memerlukan

pemenuhan dan pemuasan segera. Unsur Id ini sifatnya vital sebagai suatu

mekanisme pertahanan diri, sebagai contohnya misalnya dorongan atau nafsu

makan, minum, seksual, agresivitas dan sejenisnya.

Unsur Super-Ego sifatnya sebagai badan penyensor yang memiliki nilai-

nilai moral etika yang membedakan mana yang boleh mana yang tidak, mana

yang baik mana yang buruk, mana yang halal mana yang haram dan sejenisnya,

Page 19: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

8

atau dengan kata lain merupakan hati nurani manusia. Sedangkan unsur Ego

merupakan badan pelaksana yang menjalankan kebutuhan Id setelah disensor

dahulu oleh Super-Ego.9

2.3.3. Psikoreligius

Dari sudut pandanga agama islam teori Freud tersebut sebenarnya sudah

ada hanya peristilahannya yang berbeda. Dalam islam Id dikenal denga istilah

nafsu yang berfungsi sebagai dorongan atau daya tarik. Untuk melaksanakan

kebutuhan nafsu manusia dibekali dengan iman yang berfungsi sebagai self

control. Dengan adanya iman ini manusia dapat menbedakan mana yang baik

mana yang buruk dan mana yang halal mana yang haram. Dalam teori freud

istilah iman sama dengan Super-Ego.

Manusia melaksanakan kebutuhan-kebutuhan nafsu tadi dalam bentuk

perbuatan, perilaku atau amal yang kesemuanya itu disebut sebagai akhlak.

Akhlak sesorang akan menjadi baik atau buruk tergantung dari hasil tarik menarik

antara nafsu dan iman. Dalam konsep freud akhlak ini disebut Ego.9

2.3.4. Psikososial

Situasi atau kondisi yang tidak kondusif pada diri seseorang dapat

merupakan stresor psikososial.stressor psikososial adalah setiap keadaan atau

peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga

orang itu terpaksa mengadakan penyesuaian diri untuk menanggulangi stresor

(tekanan mental) yang timbul. Kegagalan dari adaptasi ini yang menyebabkan

timbulnya berbagai jenis gangguan jiwa yang salah satunya adalah skizofrenia.9

Pada umumnya jenis stresor psikososial yang dimaksud meliputi

permasalahan rumah tangga, problem orang tua, hubungan interpersonal,

pekerjaan, kondisi lingkungan, masalah ekonomi, keterlibatan masalah hukum,

adanya penyakit fisik yang kronis.

Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat mengalami

konflik kejiwaan yang bersumber dari konflik internal dan konflik eksternal.

Tidak semua orang mampu menyelesaikan konflik yang dialaminya sehingga

orang tersebut jatuh dalam keadaan frustasi yang mendalam. Sebagai

kelanjutannya yang bersangkutan menarik diri (withdrawn), melamun (day

dreaming), hidup dalam dunianya sendiri yang lama-kelamaan timbullah gejala-

Page 20: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

9

gejala berupa kelainan jiwa misalnya halusinasi, waham dan lain sebagainya.

Yang bersangkutan tidak lagi mampu menilai realitas (reality testing ability-RTA,

terganggu) dan pemahaman diri (insight) buruk, yang merupakan perjalanan awal

skizofrenia.9

2.4. Klasifikasi Skizofrenia

Menurut Diagnostic and Statistical manual of Mental Disorders Fourth

Edition Text Revised (DSM-IV-TR) membagi skizofrenia atas subtipe secara

klinik yaitu : 2

2.4.1. Tipe katatonik

Gejala-gejala yang terdapat pada skizofrenia katatonik adalah sebagai berikut :

1. Stupor katatonik, yaitu suatu pengurangan hebat dalam reaktivitas

terhadap lingkungan dan atau pengurangan dari pergerakan atau aktivitas

spontan sehingga nampak sepreti patung atau diam membisu (mute).

2. Negativisme katatonik, yaitu suatu perlawanan yang nampaknya tanpa

motif terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan dirinya.

3. Kekakuan (rigidity) katatonik, yaitu mempertahankan suatu sikap kaku

terhadap semua upaya untuk menggerakkan dirinya.

4. Kegaduhan katatonik, yaitu kegaduhan aktivitas motorik, yang nampaknya

tak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh rangsang luar.

5. Sikap tubuh katatonik, yaitu sikap yang tidak wajar dan aneh.

2.4.2. Tipe hebefrenik (disorganized)

Gejala-gejala yang terdapat pada skizofrenia hebefrenik adalah sebagai berikut :

1. Inkoherensi, yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa

maksudnya. Hal ini dapat dilihat dari kata-kata yang diucapkan tidak ada

hubunganya satu dengan yang lain.

2. Alam perasaan (mood, affect) yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi.

3. Perilaku dan tertawa kekanak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa

puas diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri.

4. Waham tidak jelas dan tidak sistematis sebagai suatu kesatuan dan

biasanya tidak menonjol.

5. Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisir

sebagai satu kesatuan dan biasanya tidak menonjol.

Page 21: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

10

6. Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri,menunjukkan gerakan-

gerakan yang aneh, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan

kecenderungan untuk menarik diri secara ekstirm dari hubungan sosial.

2.4.3. Tipe paranoid

Gejala-gejala yang terdapat pada skizofrenia paranoid adalah sebagai berikut :

1. Waham (delusion) yang menonjol misalnya waham kejar, waham

kebesaran dan lain sebagainya.

2. Halusinasi yang menonjol misalnya halusinasi auditorik, halusinasi visual

dan lain sebagainya.

3. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala

katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol

2.4.4. Tipe tak terinci (undifferentiated)

Adanya gambaran simtom fase aktif, tetapi tidak sesuai dengan kriteria

untuk skizofreniaia katatonik, disorganized, atau paranoid. Atau semua kriteria

untuk skizofreniaia katatonik, disorganized, dan paranoid terpenuhi.

2.4.5. Tipe residual

Merupakan kelanjutan dari skizofrenia, akan tetapi gejala fase aktif tidak

lagi dijumpai.

2.5. Gejala skizofrenia

Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu gejala

positif dan gejala negatif.13

2.5.1. Gejala positif

Gejala-gejala positif yang diperlihatkan pada penderita skizofrenia adalah

sebagai berikut :

1. Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional yang tidak

sejalan dengan intelegensia pasien dan latar belakang budaya. Meskipun

telah dibutikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional,

namun penderita tetap meyakini kebenarannya.

2. Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada. Misalnya penderita

mendengar suara-suara/bisikan-bisikan ditelinganya padahal tidak ada

sumber dari suara/bisikan itu.

Page 22: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

11

3. Kekecauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya.

Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.

4. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan

semangat dan gembira berlebihan.

2.5.2. Gejala negatif

Gejala-gejala negatif yang diperlihatkan pada penderita skizofrenia adalah

sebagai berikut :

1. Alam perasaan (affect) “tumpul” dan “mendatar”. Gambaran alam

perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan

ekspresi.

2. Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn) tidak mau bergaul atau

kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).

3. Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam.

4. Pola pikir stereotip

2.6. Fase Skizofrenia

Skizofrenia dapat dilihat sebagai suatu gangguan yang berkembang

melalui fase-fase : 11

1. Fase premorbid

Pada fase ini, fungsi-fungsi individu masih dalam keadaan normatif.

2. Fase prodromal

Adanya perubahan dari fungsi-fungsi pada fase premorbid menuju saat

muncul gejala psikotik yang nyata. Fase ini dapat berlangsung dalam beberapa

minggu atau bulan, akan tetapi lamanya fase prodromal ini rerata antara 2 sampai

5 tahun. Pada fase ini, individu mengalami kemunduran dalam fungsi-fungsi yang

mendasar (pekerjaan sosial dan rekreasi) dan muncul gejala yang nonspesifik,

misal gangguan tidur, ansietas, iritabilitas, mood depresi, konsentrasi berkurang,

mudah lelah, dan adanya defisit perilaku misalnya kemunduran fungsi peran dan

penarikan sosial. Gejala positif seperti curiga mulai berkembang di akhir fase

prodromal dan berarti sudah mendekati mulai menjadi psikosis.

3. Fase psikotik

Berlangsung mulai dengan fase akut, lalu adanya perbaikan memasuki fase

stabilisasi dan kemudian fase stabil.

Page 23: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

12

a. Pada fase akut dijumpai gambaran psikotik yang jelas, misalnya dijumpai

adanya waham, halusinasi, gangguan proses pikir, dan pikiran yang kacau.

Gejala negatif sering menjadi lebih parah dan individu biasanya tidak

mampu untuk mengurus dirinya sendiri secara pantas.

b. Fase stabilisasi berlangsung selama 6-18 bulan, setelah dilakukan acute

treatment.

c. Pada fase stabil terlihat gejala negatif dan residual dari gejala positif. Di

mana gejala positif bisa masih ada, dan biasanya sudah kurang parah

dibandingkan pada fase akut. Pada beberapa individu bisa dijumpai

asimtomatis, sedangkan individu lain mengalami gejala nonpsikotik

misalnya, merasa tegang (tension), ansietas, depresi, atau insomnia.

2.7. Diagnosis Skizofrenia

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi

ketiga (PPDGJ III) membagi gejala skizofrenia dalam kelompok-kelompok

penting, dan yang sering terdapat secara bersama-sama untuk diagnosis.

Kelompok gejala tersebut :

14

1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua

gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :

(a) - “thought echo” : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema

dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,

namun kualitasnya berbeda ; atau,

- “thought insertion or withdrawal” : isi yang asing dan luar masuk ke dalam

pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar

dirinya (withdrawal); dan,

- “thought broadcasting” : isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain

atau umum mengetahuinya.

(b) - “delusion of control” : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau,

- “delusion of passivitiy” : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah

terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk

kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau

penginderaan khusus).

Page 24: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

13

- “delusional perception” : pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifat mistik atau mukjizat.

(c) Halusinasi auditorik :

- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku

pasien atau,

- mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal

dan salah satu bagian tubuh.

(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan

agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia

biasa, misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan

mahluk asing dan dunia lain.

2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :

(a) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh

waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-

valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu

minggu atau berbulan-bulan terus menerus.

(b) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak

relevan, atau neologisme.

(c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh

tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan

stupor.

(d) Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan

respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja

sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh

depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

Page 25: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

14

3. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

(prodromal).

4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal

behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak

berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan

penarikan diri secara sosial.

2.8. Skizofrenia Paranoid

Skizofrenia paranoid adalah jenis skizofrenia yang sering dijumpai di

negara manapun.menurut DSM-IV-TR kriteria diagnostik pada skizofrenia

paranoid harus ditemukan 2 gejala yaitu adanya delusi (waham) dan halusinasi.

Adapun kriteria diagnostik lainnya adalah kekacauan ucapan, tingkah laku dan

gejala-gejala negatif namun ini tidak dominan.2

Skizofrenia tipe paranoid terjadinya lebih awal pada laki-laki

dibandingkan perempuan. Prognosis sizofrenia paranoid lebih baik dibandingkan

tipe-tipe yang lain karena mempunyai respon yang baik dalam pengobatan.2

2.9. Diagnostik skizofrenia paranoid

Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa

(PPDGJ -111) :

14

1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

2. Sebagai tambahan berupa :

Halusinasi dan/atau waham harus menonjol :

(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi

perintah,atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit

(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).

(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa atau bersifat seksual atau lain-

lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

Page 26: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

15

(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan

(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity

(delusion of passivity),dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam

adalah yang paling khas.

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik

secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.

2.10. Pengobatan skizofrenia

Ganguan jiwa skizofrenia adalah salah satu penyakit yang cenderung

berlanjut (kronis, menahun). Oleh karenanya terapi pada skizofrenia memerlukan

watu relatif lama berbulan bahkan bertahun, hal ini dimaksudkan untuk menekan

sekecil mungkin kekambukan (relaps). Terapi pada skozofrenia bersifat

komprehensif yaitu meliputi terapi psikofarmaka, psikoterapi, terapi psikososial

dan terapi psikoreligius.9

2.10.1 Terapi psikofarmaka

Skizofrenia diobati dengan obat antipsikotik yang tipikal dan atipikal.10

Obat yang golongan tipikal meliputi : Klorpromazin,Flufenazin, Tioridazin,

Haloperidol dan lain-lain, sedangkan obat golongan atipikal meliputi : Klozapin,

Olanzapin, Risperidon, Quetapin, Aripiprazol dan lain-lain.

Pemakaian antipsikotik dalam menanggulangi skizofrenia telah mengalami

pergeseran. Bila mulanya menggunakan antipsikotik tipikal, kini pilihan beralih

ke antipsikotik atipikal, yang dinyatakan lebih superior dalam menanggulangi

gejala negatif dan kemunduran kognitif.12

Adanya perbedaan efek samping yang nyata antara antipsikotik atipikal

dan antipsikotik tipikal. Antipsikotik atipikal:

Menimbulkan lebih sedikit efek samping neurologis.

Lebih besar kemungkinan dalam menimbulkan efek samping metabolik,

misalnya pertambahan berat badan, diabetes mellitus, atau sindroma

metabolik.12

Penanggulangan memakai antipsikotik diusahakan sesegera mungkin, bila

memungkinkan secara klinik, karena eksaserbasi psikotik akut melibatkan distres

Page 27: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

16

emosional, perilaku individu membahayakan diri sendiri, orang lain,dan merusak

sekitar.11

Individu terlebih dahulu menjalani pemeriksaan kondisi fisik, vital signs,

dan pemeriksaan laboratorium dasar, sebelum memperoleh antipsikotik.12

2.10.2. Psikoterapi

Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada penderita skizofrenia baru dapat

diberikan apabila penderita dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan

dimana kemampuan menilai realitas (reality testing ability/RTA) sudah kembali

pulih dan pemahaman diri (insight) sudah baik. Psikoterapi diberikan dengan

catatan bahwa penderita masih tetap mendapat terapi psikofarmaka.9

Psikoterapi ini banyak macamnya tergantung dari kebutuhan dan latar

belakang penderita sebelum sakit (pramorbid), sebagai contoh mislanya :

psikoterapi suportif, psikoterapi Re-edukatif, psikoterapi Re-konstruktif,

psikoterapi kognitif, psikoterapi psikodinamik, psikoterapi perilaku, psikoterapi

keluarga.

Secara umum tujuan dari psikoterapi adalah untuk memperkuat struktur

kepribadian, mematangkan kepribadian (maturing personality), memperkuat ego

(ego strength), meningkatkan citra diri (self esteem), memulihkan kepercayaan

diri (self confidence), yang kesemuanya untuk mencapai kehidupan yang berarti

dan bermanfaat (meaningfulness of life).9

2.10.3. Terapi psikososial

Salah satu dampak dari gangguan jiwa skozofrenia adalah terganggunya

fungsi sosial penderita atau hendaya (impairment). Dengan terapi psikososial ini

dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan

sosial sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri sehingga tidak

menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.

Penderita selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap

menjalani terapi psikofarmaka sebagaimana juga halnya waktu menjalani

psikoterapi. Kepada penderita skizofrenia diupayakan untuk tidak menyendiri,

tidak melamun, banyak kegiatan dan kesibukan dan banyak bergaul

(silaturrahmi/sosialisasi).9

Page 28: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

17

2.10.4. Terapi psikoreligius

Terapi keagamaan (psikoreligius) terhadap penderita skizofrenia ternyata

mempunyai manfaat. Larson, dkk (1982) dalam penelitiannya membandingkan

keberhasilan terapi terhadap dua kelompok penderita skizofrenia. Dari kelompok

yang mendapat terapi keagamaan menpunyai respon gejala klinis gangguan jiwa

skizofrenia lebih cepat hilang, lamanya perawatan lebih pendek, hendaya

(impairment) lebih cepat teratasi, kemapuan adaptasi lebih cepat dibandingkan

dengan kelompok yang tidak mendapat terapi keagamaan.9

Terapi keagamaan yang dimaksudkan dalam penelitian diatas adalah

berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sholat, berdoa, memanjatkan puji-pujian

kepada tuhan, ceramah keagamaan, kajian kitab suci dan lain sebagianya.

Pemahaman dan penafsiran yang salah terhadap agama dapat mencetuskan

terjadinya gangguan jiwa skizofrenia, yang dapat diamati dengan adanya gejala-

gejala waham (delusi) keagamaan atau jalan pikiran yang patologis dengan pola

sentral keagamaan.9

Dengan terapi psikoreligius ini gejala patologis dengan pola sentral

keagamaan tadi dapat diluruskan, dengan demikian keyakinan atau keimanan

penderita dapat dipulihkan kembali ke jalan yang benar.

2.11. Definisi depresi

Depresi merupakan suatu keadaan terganggunya fungsi manusia yang

berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk

perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia,

kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri.1

2.12. Etiologi Depresi

Faktor penyebab depresi dapat secara buatan dibagi menjadi faktor

biologi, faktor genetik, dan faktor psikososial.1

2.12.1. Faktor biologi

Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan

epineprin. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan pada pasien

bunuh diri, beberapa pasien memiliki serotonin yang rendah. Pada terapi despiran

mendukung teori bahwa norepineprin berperan dalam patofisiologi depresi.1

Page 29: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

18

Selain itu aktivitas dopamin pada depresi adalah menurun. Hal tersebut

tampak pada pengobatan yang menurunkan konsentrasi dopamin seperti Respirin,

dan penyakit dimana konsentrasi dopamin menurun seperti parkinson, adalah

disertai gejala depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti

tyrosin, amphetamine, dan bupropion, menurunkan gejala depresi.1

2.12.2. Faktor Genetik

Penelitian Lesler (2001), Pengaruh genetik terhadap depresi tidak

disebutkan secara khusus, hanya disebutkan bahwa terdapat penurunan dalam

ketahanan dan kemampuan dalam menanggapi stres. Proses menua bersifat

individual, sehingga dipikirkan kepekaan seseorang terhadap penyakit adalah

genetik.1

2.12.3. Faktor psikososial

Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi: peristiwa

kehidupan dan stressor lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan yang

berulang, teori kognitif dan dukungan sosial.1

Peristiwa kehidupan dan stresor lingkungan. Peristiwa kehidupan yang

menyebabkan stres, lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood dari

episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan

memegang peranan utama dalam depresi, klinisi lain menyatakan bahwa peristiwa

kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset depresi. Stressor

lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah

kehilangan pasangan.1

Faktor kepribadian. Beberapa ciri kepribadian tertentu yang terdapat pada

individu, seperti kepribadian dependen, anankastik, histrionik, diduga mempunyai

resiko tinggi untuk terjadinya depresi. Sedangkan kepribadian antisosial dan

paranoid (kepribadian yang memakai proyeksi sebagai mekanisme defensif)

mempunyai resiko yang rendah.1

Faktor psikodinamika. Berdasarkan teori psikodinamika Freud, dinyatakan

bahwa kehilangan objek yang dicintai dapat menimbulkan depresi.1

Page 30: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

19

Faktor kognitif. Adanya interpretasi yang keliru terhadap sesuatu,

menyebabkan distorsi pikiran menjadi negatif tentang pengalaman hidup,

penilaian diri yang negatif, pesimisme dan keputusasaan. Pandangan yang negatif

tersebut menyebabkan perasaan depresi.1

2.13. Depresi pada skizofrenia

Timbulnya gejala depresi pada penderita skizofrenia akan menimbulkan

kualitas hidup penderita lebih buruk seperti perawatannya lebih lama,

meningkatnya angka kematian akibat bunuh diri serta memperburuk respon terapi.

Prevalensi penderita skizofrenia dengan gejala depresi cukup besar sekitar 7-

75%.6 Gejala depresi pada penderita skizofrenia susah dibedakan dengan gejala

negatif, untuk membedakannya dapat digunakan alat ukur menggunakan skala

CDSS (Calgary Depression Scale for Schizophrenia).6

Gejala depresi pada penderita skizofrenia dapat muncul pada saat gejala

prodromal, pada saat fase akut dan post-skizofrenia. Sekitar 50% gejala depresi

bisa muncul pada fase prodromal. Gejala depresi yang timbul pada fase prodromal

merupakan faktor yang bisa mempercepat terjadinya skizofrenia.15

Orang yang depresi akan mengalami konflik kejiwaanya yang bisa

bersumber dari konflik internal maupun eksternal. Orang yang tidak mampu

menyelesaikan konflik ini akan jatuh pada frustasi yang mendalam, sebagai

kelanjutannya yang bersangkutan menarik diri (withdrawn), melamun (day

dreaming), hidup dalam dunianya sendiri yang lama-kelamaan timbullah gejala-

gejala berupa kelainan jiwa misalnya halusinasi, waham dan lain sebagainya.

Yang bersangkutan tidak lagi mampu menilai realitas (reality testing ability-RTA,

terganggu) dan pemahaman diri (insight) buruk, yang merupakan perjalanan awal

skizofrenia.9

Gejala depresi yang timbul pada fase akut bisa berhubungan dengan

perjalanan penyakit itu sendiri atau karena efek samping dari obat anti psikosis.

Sekitar 22-80 % penderita skizofrenia mengalami gejala depresi pada fase akut.

Gejala depresi yang muncul pada fase akut dibutuhkan perawatan yang baik

karena mempunyai resiko terjadinya bunuh diri pada pasien.15

Page 31: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

20

Gejala depresi yang terjadi setelah skizofrenia bisa muncul akibat adanya

gangguan psikis pada pasien misalnya karena adanya rasa kekhawatiran terjadinya

relaps, adanya gangguan masalah pekerjaan, meningkatnya angka mortalitas

akibat bunuh diri dan lain sebagainya. Sekitar 25% gejala depresi bisa muncul

setelah skizofrenia. Jika gejala depresi lebih dominan dan gejala skizofrenia sudah

tidak muncul maka diagnosisnya menjadi depresi pasca skizofrenia.15

2.14. Gejala depresi

Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa

(PPDGJ 111), Gejala utama depresi (gejala ini muncul pada derajat ringan, sedang

dan berat) meliputi : 14

1. Afek depresi.

2. Kehilangan minat dan kegembiraan.

3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah

(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya

aktivitas.

Gejala lainnya :

1. Konsentrasi dan perhatian kurang.

2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang.

3. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna.

4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimitis.

5. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri.

6. Tidur terganggu.

7. Nafsu makan berkurang.

2.15. Episode depresi

Page 32: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

21

Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa

(PPDGJ 111) episode depresi dibagi atas :12

a. Episode depresi ringan :

1. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi.

2. Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya.

3. Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.

4. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2

minggu.

5. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa

dilakukannya.

b. Episode depresi sedang :

1. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dai 3 gejala utama depresi.

2. Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya.

3. Lamanya seluruh episode berlangsung minimal sekitar 2 minggu.

4. Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,

pekerjaan dan urusan rumah tangga.

c. Episode depresi berat tanpa gejala psikotik :

1. Semua 3 gejala utama depresi harus ada.

2. Sitambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa

diantaranya harus berintensitas berat.

3. Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor)

yang mencolok maka pasien mungkin tidak mau atau tidak ampu untuk

melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian

penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat

dibenarkan.

Page 33: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

22

4. Episode depresi biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2

minggu akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat

maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun

waktu kurang dari 2 minggu.

5. Sangat tidak ungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,

pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat

terbatas.

d. Episode depresif berat dengan gejala psikotik :

1. Semua kriteria episode depresif berat tanpa gejala psikotik terpenuhi

2. Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya

melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang

mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu.

Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa suara yang

menghina atau menuduh atau bau kotoran atau daging membusuk.

Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor. Jika

diperlukan waham atau halusinasi dapat sitentukan sebagai serasi atau

tidak serasi dengan afek (mood-congruent).

Page 34: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

23

2.16. Kerangka konsep

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.16.1. Skema kerangka konsep penelitian

2.17. Definisi operasional

2.17.1. Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dalam bentuk dokumen

mengenai identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan

pelayanan lainnya yang diterima pasien pada sarana kesehatan, baik rawat

jalan maupun rawat inap pasien skizofrenia paranoid pada tahun 2010.

2.17.2. Prevalensi adalah jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada

suatu waktu tertentu di suatu wilayah ( jumlah kasus lama dan kasus baru

dibagi jumlah keseluruhan kasus saat itu ).

Page 35: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

24

2.17.3. Skizofrenia adalah pola penyakit bidang psikiatri, merupakan sindroma

klinis dari berbagai keadaan psikopatologis yang sangat mengganggu serta

melibatkan proses pikir, persepsi, emosi, gerakan dan tingkah laku.

2.17.4. Skizofrenia paranoid adalah salah satu tipe skizofrenia yang gejalanya

predominan delusi ( waham ) dan halusinasi.

2.17.5. Depresi adalah suatu keadaan terganggunya fungsi manusia yang

berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,

termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,

konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta

bunuh diri

2.17.6. Umur, berdasarkan data yang tertera dalam rekam medis pasien

berdasarkan tanggal kelahirannya atau momen penting yang diingatnya

berdasarkan informasi keluarga, hitung dalam tahun saat dirawat di RSJ

Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta tahun 2010.

2.17.7. Jenis Kelamin, dikategorikan menjadi laki – laki dan perempuan.

2.17.8. Status Perkawinan, dikategorikan menjadi kawin, tidak kawin, cerai dan

tidak ada keterangan. Kriteria tidak kawin meliputi penderita yang belum

kawin, sedangkan kriteria tidak ada keterangan adalah yang tidak

disebutkan status perkawinannya.

Page 36: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

25

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian

studi cross-sectional.

3.2. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta dan

dilakukan pada bulan Januari sampai April 2011.

3.3. Sumber Data

Data yang dipakai adalah data sekunder yang didapat dari rekam medis

penderita skizofrenia paranoid dengan gejala depresi Di RSJ Dr. Soeharto

Heerdjan Jakarta tahun 2010.

3.4. Populasi dan sampel

1. Populasi penelitian

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah penderita skizofrenia paranoid

dengan gejala depresi di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta tahun 2010.

2. Sampel penelitian

Seluruh populasi menjadi sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi.

3.5. Kriteria inklusi dan eksklusi

3.5.1. Kriteria Inklusi

Penderita skizofrenia paranoid dengan gejala depresi di RSJ Dr. Soeharto

Heerdjan Jakarta tahun 2010.

Page 37: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

26

3.5.2. Kriteria Eksklusi

Penderita skizofrenia paranoid yang rekam medisnya tidak lengkap, yaitu

yang tidak disebutkan gejala depresinya.

3.6. Besar sampel

Rumus perhitungan besar sampel untuk desain deskriptif kategorik adalah

sebagai berikut : 29

n : Jumlah sampel

Zα : Ditentukan oleh tingkat kepercayaan pada α = 0,05; Zα = 1,96

P : Proporsi outcome of interest = 50% = 0,5

q : 1 – p = 1 – 0,5 = 0,5

d : 10% = 0,1

Berdasarkan rumus besar sampel di atas, maka jumlah sampel minimum

yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 96 penderita skizofrenia paranoid

dengan gejala depresi di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta pada bulan Januari -

Desember 2010. Peneliti mengambil sampel sebanyak 170 penderita dengan

harapan dapat mewakili populasi sampel.

3.7. Cara kerja

3.7.1. Pengumpulan Data

Data diambil dengan melihat rekam medis penderita skizofrenia paranoid

dengan gejala depresi di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta tahun 2010.

n = (Zα)2 .p . q

(d)2

n = (1, 96)2 .0, 5 . 0, 5 = 96

(0, 1)2

Page 38: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

27

3.7.2. Pengolahan Data

Data dimasukkan ke dalam komputer melalui data entry pada program

SPSS versi 16.0 untuk windows yang kemudian diverifikasi.

3.7.3. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk narasi, teks, dan tabel.

3.7.4. Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan distribusi frekuensi,

prevalensi.

3.7.5. Interpretasi Data

Data diinterpretasikan secara deskriptif.

3.7.6. Pelaporan Hasil Penelitian

Hasil penelitian dibuat dalam bentuk makalah laporan penelitian yang

dipresentasikan di hadapan staf pengajar program studi pendidikan dokter FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 39: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

28

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medik RSJ Soeharto Heerdjan

Jakarta pada bulan Februari 2011. Pada penelitian ini, data yang didapat adalah

rekam medik pasien skizofrenia paranoid dengan gejala depresi di RSJ Soeharto

Heerdjan Jakarta pada tahun 2010.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi gejala depresi pada

pasien skizofrenia paranoid di RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta pada tahun 2010

berdasarkan umur, jenis kelamin, dan status pernikahan.

Studi Bank Dunia (World Bank) pada tahun 1995 di beberapa negara

menunjukkan bahwa hari-hari produktif yang hilang atau Dissabiliiy Adjusted Life

Years (DALY's) sebesar 8,1% dari Global Burden of Disease, disebabkan oleh

masalah kesehatan jiwa. Status jiwa yang buruk akan menurunkan produktifitas

sehingga menurunkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Jenis psikosis yang

tersering secara epidemiologi baik di dunia maupun di Indonesia adalah

skizofrenia paranoid.

Penderita skizofrenia paranoid yang disertai dengan gejala depresi akan

menimbulkan kualitas hidup penderita tersebut lebih buruk seperti perawatannya

lebih lama, meningkatnya angka kematian akibat bunuh diri serta memperburuk

respon terapi.

4.1. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan kali ini mempunyai keterbatasan dan

kekurangan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Diantaranya yaitu:

1. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional atau potong lintang

sehingga tidak bisa melihat adanya hubungan sebab akibat.

2. Dalam penelitian ini tidak diketahui jenis instrumen yang digunakan

dalam menilai adanya depresi, sehingga gejala depresi yang didapat hanya

berdasarkan data pada rekam medis.

Page 40: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

29

3. Dalam penelitian ini data mengenai usia pasti dan status perkawinan untuk

masing-masing penderita tidak dapat didapatkan secara pasti karena

adanya keterbatasan informasi pada rekam medis pasien jiwa.

4.2. Prevalensi penderita skizofrenia paranoid dengan gejala depresi

Dari hasil pengumpulan data di instalasi rekam medik RSJ Soeharto

Heerdjan, didapatkan jumlah keseluruhan pasien skizofrenia paranoid pada tahun

2010 adalah 782 orang, kemudian didapatkan jumlah pasien dengan diagnosis

skizofrenia paranoid dengan gejala depresi adalah sebanyak 170 penderita.

Sedangkan rumus prevalensi adalah :

Keterangan : Σ = jumlah; konstanta = 100%.

Dari rumus tersebut, maka prevalensi skizofrenia paranoid dengan gejala

depresi di RSJ Soeharto Heerdjan tahun 2010 sebesar 22 %, sedangkan menurut

penelitian terdahulu didapatkan prevalensi gejala depresi pada penderita

skizofrenia sebesar 7-75 %.6

Gejala depresi pada penderita skizofrenia paranoid dapat timbul pada semua

fase skizofrenia dan gejala depresi yang muncul dapat meliputi semua episode

depresi.21

James dan Martin dalam penelitiannya menjelaskan bahwa hampir

sepertiga dari penderita skizofrenia menunjukkan gejala depresi.22

Hal ini

bersesuaian dengan hasil yang didapatkan pada penelitian ini, dimana prevalensi

jumlah dari pasien skizofrenia paranoid dengan gejala depresi mencapai hampir

sepertiga dari jumlah pasien skizofrenia paranoid secara keseluruhan yaitu sebesar

22 %. Gejala-gejala depresi yang ditemukan pada penelitian ini meliputi :

perasaan sedih, berkurangnya minat, cenderung diam, menarik diri, gagasan mau

melakukan bunuh diri.

Penyebab munculnya gejala depresi pada skizofrenia sangat multifaktorial

dan masih kontroversial, Galdi (1983) berhipotesa bahwa faktor genetik dan

riwayat keluarga merupakan faktor presdiposisi munculnya gejala depresi pada

skizofrenia,23

sementara Becker dan Siris (1991) menjelaskan bahwa karakteristik

seseorang juga merupakan faktor presdiposisi.24

Selain dua pendapat tersebut juga

Page 41: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

30

masih banyak pendapat lain yang berbeda-beda. Oleh karena itu diperlukan

penelitian lebih lanjut untuk mengetahui berbagai faktor yang menyebabkan

gejala depresi pada penderita skizofrenia.

4.3. Pola Distribusi penderita skizofrenia paranoid dengan gejala depresi

4.3.1. Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.1 Distribusi Skizofrenia Paranoid Dengan Gejala Depresi Berdasarkan

Jenis Kelamin di RSJ Soeharto Herdjaan Tahun 2010

Jenis kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

Laki-laki 119 70

Perempuan 51 30

Total 170 100

Dari hasil yang didapat ( Tabel 4.1 ), penderita skizofrenia paranoid dengan

gejala depresi lebih banyak terjadi pada pasien laki-laki dibandingkan dengan

pasien perempuan, hampir dua pertiga dari populasi.

Hal ini bisa terjadi karena onset terjadinya skizofrenia pada laki-laki lebih

awal dibandingkan pada perempuan. Bersesuaian dengan studi yang dilakukan

Bresnahan et al, (2000), bahwa angka kejadian skizofrenia pada pria dua kali lipat

dibandingkan pada wanita yaitu 0.93 : 0.35 dan rata-rata resiko terjadinya

skizofrenia pada usia 38 tahun.1 Beberapa studi menyatakan bahwa

meningkatkanya kejadian depresi terjadi pada kelompok usia muda, terutama pada

laki-laki. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan meningkatnya angka kejadian

bunuh diri pada kelompok usia tersebut.17

Gejala depresi yang muncul pada laki-laki dapat dipengaruhi oleh kondisi

penyakitnya sehingga peningkatan kejadian skizofrenia dapat mempengaruhi

timbulnya gejala depresi sering pada laki-laki. Dalam beberapa studi dijelaskan

bahwa hormon estrogen berhubungan dengan timbulnya gejala depresi pada

perempuan. Timbulnya depresi pada perempuan terlihat dari perubahan kadar

estrogen pada siklus hidup wanita. Perubahan kadar estrogen yang besar pada

siklus hidup perempuan mempunyai resiko besar terjadinya depresi khususnya

setelah peningkatan estrogen selama usia pubertas (10-14 tahun), setelah

Page 42: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

31

penurunan kadar estrogen pada postpartum dan kadar estrogen yang fluktuatif

selama usia perimenopause (37-55 tahun).25

Pada perempuan setelah usia pubertas

mempunyai kecenderungan depresi yang konstan/menetap.26

Estrogen mempunyai

efek protektif pada perempuan terhadap timbulnya gejala depresi.27

Pada orang

yang depresi kadar serotonin dalam otak mengalami penurunan dan estrogen

mempunyai peran dalam mengembalikan kadar serotonin dalam keadaan

seimbang.27

Beberapa studi menyatakan bahwa laki – laki memiliki kemungkinan

besar mudah mengalami gangguan akibat gejala negatif daripada perempuan, dan

bahwa perempuan mempunyai fungsi sosial yang lebih baik dari laki – laki.

Umumnya, outcome pasien skizofrenia perempuan lebih baik dari pasien

skizofrenia laki – laki.1 Faktor – faktor di atas, kemungkinan merupakan penyebab

banyaknya penderita laki – laki pada skizofrenia paranoid yang mengalami gejala

depresi. Hal ini sesuai dengan penelitian ini.

4.3.2. Berdasarkan Kelompok Umur

Tabel 4.2 Distribusi Skizofrenia Paranoid Dengan Gejala Depresi Berdasarkan

Kelompok Umur di RSJ Soeharto Herdjaan Tahun 2010

Kelompok umur Jumlah (Orang) Persentase (%)

15-24 tahun 40 24

25-44 tahun 111 65

45-64 tahun 19 11

>64 tahun 0 0

Total 170 100

Data penderita skizofrenia paranoid dengan gejala depresi berdasarkan

kelompok umur pada penelitian ini menunjukkan bahwa gejala depresi muncul

paling tinggi pada kelompok umur 25-44 tahun yaitu sebanyak 65 %.

Gejala depresi sering muncul pada seseorang dengan umur dibawah 45

tahun dan rata-rata gangguan terjadinya depresi terjadi pada rentang umur 30-35

tahun. Gejala depresi yang muncul pada usia muda dapat dicetuskan oleh faktor

lingkungan sedangkan gejala depresi yang muncul pada usia tua lebih dipengaruhi

oleh faktor biologik.20

Penelitian yang dilakukan oleh Fombonne et al;

bahwasanya angka kejadian depresi pada dewasa muda (20-40 tahun) lebih besar

dibandingkan pada remaja, dimana rata-rata perbandinganya 3-4 %.18

Page 43: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

32

Menurut Hurlock (1995), masa dewasa muda adalah periode dimana

terjadi penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan dan harapan-harapan sosial

yang baru. Pada tahapan usia ini, manusia mengalami perubahan yang signifikan.

Hal ini dapat dilihat pada tuntutan yang diharapkan dari dewasa muda tersebut

untuk memiliki peran-peran baru, seperti peran suami atau istri, pekerja, orang

tua, dan juga perkembangan diri yang menuntut individu untuk mampu

mengambil sikap, keinginan, dan nilai sesuai dengan tujuan individu tersebut.28

Beban tanggung jawab yang besar dapat menjadi sumber stresor bagi individu

yang tidak bisa beradaptasi sehingga individu tersebut akan mudah sakit misalnya

gangguan psikologis seperti depresi.

Menurut Hawari (2006), bahwasanya stresor psikososial dapat menjadi

faktor yang mempengaruhi tingginya angka usia produktif menjadi skizofrenia

paranoid. Diantaranya; perubahan – perubahan sosial yang serba cepat (rapid

social changes) sebagai konsekuensi modernisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu

pengetahuan, dan teknologi, yang telah mempengaruhi tata nilai kehidupan

keluarga. Tidak semua orang mampu beradaptasi dengan perubahan -perubahan

sosial tersebut yang pada gilirannya yang bersangkutan dapat jatuh sakit.9

Meskipun sebaliknya pada kondisi terkena penyakit medis yang kronis,

keterbatasan kemampuan dalam bersosial, kehilangan kontak personal gejala

depresi sering muncul pada usia tua ( > 45 tahun).1

4.3.3. Berdasarkan Status Perkawinan

Tabel 4.3 Distribusi Skizofrenia Paranoid Dengan Gejala Depresi Berdasarkan

Status Perkawinan di RSJ Soeharto Herdjaan Tahun 2010

Status perkawinan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Kawin 43 25

Tidak kawin 101 59

Cerai 8 5

Tidak ada keterangan 18 11

Total 170 100

Data penderita skizofrenia paranoid dengan gejala depresi berdasarkan

status perkawinan menunjukkan bahwa gejala depresi muncul paling tinggi pada

kelompok penderita yang tidak kawin sebanyak 59 %. Pada penelitian ini juga

didapatkan kelompok penderita dengan kategori tidak ada keterangan/Dinas

Page 44: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

33

Sosial (Dinso) yang pada rekam medis tidak disebutkan status perkawinannya

yaitu sebanyak 11 %.

Status perkawinan mempunyai hubungan dengan gangguan mood depresi.

Misalnya orang yang belum kawin, cerai mempunyai resiko menjadi depresi.

Resiko terjadinya depresi paling tinggi adalah pada orang-orang yang berpisah

atau cerai. Wanita yang belum menikah mempunyai resiko lebih rendah terjadinya

depresi dibandingkan dengan wanita yang sudah menikah, sebaliknya terjadi pada

pria yang belum menikah mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan dengan

pria yang sudah menikah.1

Menurut Hawari, orang yang hidup dalam perkawinan dapat memiliki

resiko yang lebih rendah untuk mengalami gangguan jiwa dibandingkan mereka

yang hidup tanpa perkawinan. Karena dengan perkawinan dapat terbentuk faktor

kejiwaan yang lebih mendasar seperti rasa kasih sayang, mencintai dan dicintai,

rasa aman dan terlindung.9 Rasa tidak aman dan terlindung membuat jiwa

seseorang tercekam sehingga mengganggu ketenangan hidup yang lama kelamaan

daya tahan seseorang menurun sehingga jatuh sakit.

Dalam agama Islam, perkawinan adalah suatu yang dianjurkan bagi

pemuda yang telah mampu berkeluarga. Manfaat dari perkawinan dipertegas

dalam al-Qur’an surat al-Furqaan ayat 74 “Dan orang orang yang berkata: "Ya

Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami

sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang

yang bertakwa.”19

Namun begitu, menurut Hawari, perkawinan pun dapat merupakan sumber

stres yang dialami seseorang; misalnya dalam kondisi pertengkaran, perpisahan,

perceraian, kematian salah satu pasangan, ketidaksetiaan dan lain sebagainya.9

Oleh karena itu, dapat dikatakan pula bahwa stresor perkawinan ini dapat

menyebabkan seseorang jatuh sakit.

Studi yang dilakukan oleh Nyer et al. (2010) bersesuaian dengan hasil

penelitian ini, dimana ditemukan adanya hubungan antara status perkawinan

dengan gejala depresi, kualitas hidup penderita, dan ide untuk melakukan bunuh

diri pada penderita skizofrenia. Hasil studi menjelaskan bahwa perkawinan

Page 45: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

34

mempunyai peran penting untuk mencegah terjadinya bunuh diri dan mempunyai

pengaruh yang baik pada kualitas hidup penderita. Pada penderita yang sudah

kawin mempunyai kualitas hidup yang lebih baik dan pada penderita yang tidak

kawin mempunyai kualitas hidup yang paling buruk. Apabila dilihat dari adanya

ide untuk melakukan bunuh diri, penderita yang mengalami perceraiann dalam

rumah tangganya mempunyai resiko besar melakukan bunuh diri sedangkan yang

mempunyai resiko terendah adalah penderita yang berstatus menikah.16

.

Page 46: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

35

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa

simpulan sebagai berikut :

1. Prevalensi penderita skizofrenia paranoid dengan gejala depresi pada

tahun 2010 di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan sebanyak 22 %.

2. Distribusi penderita skizofrenia paranoid dengan gejala depresi

berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2010 di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan

pada laki-laki lebih banyak dibandingkan pada perempuan.

3. Distribusi penderita skizofrenia paranoid dengan gejala depresi

berdasarkan kelompok umur pada tahun 2010 di RSJ Dr. Soeharto

Heerdjan menunjukkan bahwa gejala depresi muncul paling tinggi pada

kelompok umur 25-44 tahun dan paling rendah pada kelompok umur

diatas 64 tahun.

4. Distribusi penderita skizofrenia paranoid dengan gejala depresi

berdasarkan status perkawinan pada tahun 2010 di RSJ Dr. Soeharto

Heedrjan menunjukkan bahwa gejala depresi muncul paling tinggi pada

kelompok tidak kawin dan yang paling rendah pada kelompok cerai.

5.2. Saran

Penderita gangguan jiwa di masyarakat semakin meningkat sehingga perlu

penyuluhan tentang kesehatan jiwa kepada masyarakat secara keseluruhan

sehingga masyarakat mempunyai pengetahuan untuk mengenali lebih dini gejala-

gejala gangguan jiwa yang bisa mengarah pada skizofrenia dan segera dibawa

untuk berobat sedini mungkin agar prognosisnya lebih baik.

Munculnya gejala depresi pada skizofrenia juga perlu diwaspadai dan

ditangani dengan baik agar kualitas hidup penderita tidak semakin buruk serta

mencegah penderita agar tidak melakukan bunuh diri.

Page 47: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

36

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antara

skizofrenia paranoid dengan depresi, sehingga kedepannya ditemukan langkah-

langkah yang baik untuk mencegah munculnya gejala depresi sehingga

diharapkan kualitas hidup penderita skizofrenia lebih baik dalam pribadi dan

sosialnya.

Page 48: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

37

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock, Benjamin J.; Sadock, Virginia A.; Ruiz, Pedro : Kaplan & Sadock's

Comprehensive Textbook of Psychiatry, 9th Edition.Philadhelpia : Lippincott

Williams & Wilkins, 2009.p.1434.

2. Katherine and Patricia. Psyciatric Mental Health Nursing 3rd

edition.

Philadhelpia : Lippincott Williams & Wilkins, 2000.

3. Departemen Litbang Kemenkes RI. Laporan RISKESDAS 2007.Jakarta : Balai

Penerbit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2007.

4. Djatmiko, prianto. Rekapan : Grafik 10 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan dan

Rawat Inap RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta, 2009.

5. Luana N.A. Makalah Skizofrenia dan Gangguan Psikotik

Lainnya.disampaikan dalam “Simposium Sehari Kesehatan Jiwa Dalam

Rangka Menyambut Hari Kesehatan Jiwa Sedunia”.Jakarta, 27 Oktober 2007.

6. Hausmann A, Fleischaker WW. Differential diagnosis of depressed mood in

schizophrenia; a diagnostic algorithm based on review. Acta Psychiatr Scand,

2002;106: 83-96.

7. Buchanan RW, Carpenter WT. Concept of Schizophrenia. In : Sadock

BJ,Sadock VA, eds. Kaplan and Sadock’s Comprehensive Textbook of

Psychiatry.8th

ed. Philadhelpia : Lippincott Williams and Wilkins,

2005.p.1329.

8. First M.B., Tasman A. Schizophrenia. In: DSM-IV-TR Mental Disorders

Diagnosis, Etiology and Treatment. London: Wiley, 2004. p. 640-700.

9. Hawari, D : “ Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia edisi 2

cetakan ke-3.Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2006.

10. Herz M.I., Marder S.R. Schizophrenia Comprehensive Treatment and

Management. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2002.

11. Lehman A.F et al. Practice Guideline for The Treatment of Patients with

Schizophrenia. 2nd ed. Arlington: American Psychiatric Association, 2004.

12. Addington D et al. Clinical Practice Guidelines Treatment of Schizophrenia.

Can J Psychiatry, 2005 (suppl 1): 15-565.

13. Kaplan-Sadock. Synopsis of Psychiatry Behavioral Sciences Clinical

Psychiatry 7th

edition.New York : Saus Tatue, 1994.

Page 49: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

38

14. Maslim,Rusdi. Buku Saku Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa

III(PPDGJ III).Jakarta : PT Nuh Jaya, 2003.

15. Ciaran Mulholland and Stephen Cooper. The symptom of depression in

schizophrenia and its management. Advances in Psychiatric Treatment 6,

2000 : 169-177.

16. Nyer M et al. The relationship of marital status and clinical characteristics in

middle-aged and older patients with schizophrenia and depressive symptoms.

Ann Clin Psychiatry, 2010 : 22(3):172-179.

17. Fombonne E. The epidemiology of child and adolescent depression

psychiatric disorders: recent developments and issues. Epidemiol Psychiatric

Soc, 1998;7:161–6.

18. Fombonne E.True trends in affective disorders. In: Cohen P, Slomkoski C,

Robins LN, eds. Historical and Geographical Influences on Psychopathology.

New Jersey: Laurence Erlbaum, 1999 :115–39.

19. Kementrian Agama RI. Alqur’an dan Terjemahnya. Jakarta : PT. Syamil Cipta

Media, 2005.

20. Blazer DG. Mood disorders : Epidemiology. In : Sadock BJ, Sadock

VA,editors. Comprehensive textbook of psychiatry 7 th

edition. Philadelphia :

Lippincott Williams & Wilkins, 2000 : 1299 - 1307.

21. Connolly J. Depression, suicide and schizophrenia. Journal of Crisis

Intervention and Suicide Prevention, 2003; 24(3): 91-92.

22. Harrow, M et al. Vulnerability to delusions over time in schizophrenia,

schizoaffective, and bipolar and unipolar affective disorders: A multifollowup

assessment. Schizophrenia Bulletin,1995 : 21(l):95-109.

23. Galdi, J. The causality of depression in schizophrenia. British Journal of

Psychiatry,1983 142:621-624.

24. Sins, S.G. Diagnosis of secondary depression in schizophrenia. Schizophrenia

Bulletin, 1991: 17(l):75-98.

25. Jensvold MF, Halbreich U, Hamilton JA, eds. Psychopharmacology and

Women: Sex, Gender and Hormones. Washington, DC: American Psychiatric

Press, 1996.

26. Stahl SM. Essential Psychopharmacology 2 nd

ed. New York, NY: Cambridge

University Press, 2000.

27. Shapira et al : Lack of efficacy of estrogen supplementation to imipramine in

resistant female depressives. Biol Psychiatry, 1985; 20:576–579.

Page 50: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

39

28. Hurlock,E.B. Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan, edisi ke-5. Jakarta : Erlangga, 1993.

29. Priyo, Sutanto. Analisis Data Kesehatan. Jakarta : FKM UI, 2007.

Page 51: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

40

LAMPIRAN

1. Pola Distribusi Skizofrenia Paranoid Dengan Gejala Depresi di RSJ

Dr. Soeharto Heerdjan tahun 2010 Berdasarkan Jenis Kelamin

Page 52: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

41

2. Pola Distribusi Skizofrenia Paranoid Dengan Gejala Depresi di RSJ

Dr. Soeharto Heerdjan tahun 2010 Berdasarkan Kelompok Umur

Page 53: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

42

3. Pola Distribusi Skizofrenia Paranoid Dengan Gejala Depresi di RSJ

Dr. Soeharto Heerdjan tahun 2010 Berdasarkan Status Perkawinan

Page 54: PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25485/1/Ahmad... · Gambar 2.16.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ..... 23 Tabel 4.1

43

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PERSONAL

Name : Ahmad Muhyi

Jenis Kelamin : Laki-laki

TTL : Jepara,25 Desember 1989

Alamat : Desa Clering RT/RW 01/03 Kec. Donorojo Kab. Jepara

Jawa Tengah

Usia : 21 tahun

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

No. HP : 085641912379

E-mail : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1996-2002 : SD Negeri Clering 01 Kec. Donorojo Kab. Jepara

Jawa Tengah

2002-2005 : MTs Nurul Huda Clering Kec. Donorojo Kab. Jepara

Jawa Tengah

2005-2008 : MA Raudlatul Ulum Guyangan Kab. Pati Jawa Tengah

2008-Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI

2009-Sekarang : Pengurus USMR (UIN SYAHID MEDICAL RESCUE)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2009-2011 : Pengurus Komfakkes PMII cabang Ciputat

2010-2011 : Pengurus Forum Mahasiswa Dokter Muslim UIN Jakarta

2010-Sekarang : Pengurus BEMJ Pendidikan Dokter UIN Jakarta

2009-2010 : Pengurus CSS MoRA UIN Jakarta