prevalensi dan evolusi perdarahan intracranial asimptomatik pada bay1

Upload: sabrina-ayu-larasati

Post on 18-Oct-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/28/2018 Prevalensi Dan Evolusi Perdarahan Intracranial Asimptomatik Pada Bay1

    1/19

    1

    Prevalensi dan Evolusi Perdarahan Intracranial Asimptomatik pada Bayi

    Abstrak

    Latar belakang dan tujuan : Perdarahan Subdural (SDH) sering dihubungkan

    dengan bayi yang mengalami cedera nonaccidental (NAI). Studi tentang tampilan dan

    evolusi alami dari lahir berhubungan dengan perdarahan, terutama SDH, yang sangat

    penting dalam evaluasi forensik dari NAI. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

    menentukan kejadian normal, ukuran, distribusi, dan keadaan alami yang

    mengakibatkan perdarahan subdural asimptomatik terhadap neonatus yang di deteksi

    oleh sonography (US) dan gambaran MR dalam waktu 72 jam setelah kelahiran.

    Bahan dan cara : Riwayat kelahiran, proses persalinan, durasi dari proses kelahiran,obat yang digunakan untuk membantu persalinan (augmentasi), dan komplikasi saat

    melahirkan serta catatan pemeriksaan fisik setelah bayi dilahirkan.

    Hasil :Empat puluh enam neonatus yang terdeteksi SDH oleh gambaran MR dalam

    waktu 72 jam setelah melahirkan. SDH terlihat pada bayi dengan riwayat kelahiran

    pervaginam dan juga seksio cesarea. Semua neonatus tanpa gejala dengan temuan

    normal pada pemeriksaan fisik. Dari 46 neonatus memiliki supratentorial SDH yang

    terlihat pada tengkorak posterior. Dua puluh (43%) juga memiliki infratentorial SDH.

    US mendeteksi 11 dari 20 (55%) infratentorial SDHs dan tidak ada supratentorial

    SDH. Kebanyakan SDHs terjadi pada kelahiran adalah 3 mm dan di selesaikan pada

    waktu 1 bulan dan di selesaikan secara keseluruhan pada waktu 3 bulan pada

    penggambaran dengan MR. Sebagian besar anak dengan SDH memiliki kondisi

    normal pada pemeriksaan perkembangan saat usia 24 bulan.

    Kesimpulan : SDHs asimptomatik pada neonatus setelah kelahiran terbatas pada

    ukuran dan lokasi.

  • 5/28/2018 Prevalensi Dan Evolusi Perdarahan Intracranial Asimptomatik Pada Bay1

    2/19

    2

    Perdarahan subdural sering dikaitkan dengan bayi yang mengalami cedera

    nonaccidental (NAI). Kelahiran yang berhubungan dengan perdarahan trauma

    digunakan dalam pengadilan hokum sebagai penjelasan untuk SDH pada bayi dengan

    dugaan NAI karena berbagai macam perdarahan pada neonatus sudah dilaporkan dari

    sejak lama. Sebuah penelitian tentang tampilan dan perkembangan alami dari

    perdarahan berhubungan dengan kelahiran, terutama SDH adalah hal yang penting

    dalam evaluasi forensic terutama NAI. Sedikit penelitian yang melaporkan

    menemukan gejala perdarahan pada bayi selama masa neonatal. Beberapa penelitian

    menyatakan bahwa resiko SDH dan perdarahan lainnya ditemukan pada

    penggambaran bayi dengan gejala yang bervariasi dengan berbagai macam metode

    kelahiran. Sonografi (US) merupakan standar praktik yang digunakan untukmendeteksi perdarahan pada masa awal kehamilan pada bayi premature dan juga

    menunjukan SDH pada bagian belakang fossa. Penggambaran MR secara umum

    memiliki sensitivitas yang tinggi untuk perdarahan intrakranial dan rendahnya radiasi

    pengion, adalah tekhnik yang menguntungkan untuk mengevaluasi trauma lahir lebih

    dari CT terutama pada neonatus. Penelitian sebelumnya dilakukan dalam upaya untuk

    menentukan kejadian dan riwayat alami SDH tanpa gejala pada neonatus yang telah

    dibatasi dalam penggunaan bidang dengan kekuatan rendah (0,2T) gambaran MR,

    jumlah pasien yang sedikit atau variable waktu penggambaran setelah lahir.

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui insidensi, ukuran,

    tampilan dan distribusi SDH asimptomatik pada neonatus yang dideteksi oleh US dan

    1,5T gambaran MR dalam waktu 72 jam setelah kelahiran. Selain itu secara

    prospektif mempelajari riwayat alami dari terjadinya perdarahan tersebut. Penelitian

    ini dapat digunakan sebagai dasar untuk perbandingan dengan pola abnormal pada

    SDH yang disebabkan karena perlakuan kejam.

  • 5/28/2018 Prevalensi Dan Evolusi Perdarahan Intracranial Asimptomatik Pada Bay1

    3/19

    3

    Metode

    Penelitian ini telah di setujui oleh Kajian Ilmiah dan Komite Kemanusiaan

    rumah sakit. Neonatus yang sedikitnya mengalami 37 minggu massa kehamilan dan

    di temukan kondisi normal pada pemeriksaan fisik oleh dokter yang berkompeten dan

    memenuhi syarat dalam penelitian. Pertama 101 orang tua pasien yang memberi

    persetujuan tertulis untuk mengikuti penelitian selama masa penelitian di ikut

    sertakan pada penelitian. Riwayat kelahiran, metode persalinan, durasi pada setiap

    tahapan persalinan, obat oksitosin yang di gunakan untuk augmentasi, dan komplikasi

    setelah melahirkan yang di catat. Semua neonatus yang dinyatakan sehat pada

    pemeriksaan neurologis oleh seorang ahli saraf pada anak yang bersertifikat pada

    pemeriksaan neurologis yang dilakukan sebelum dilakukan penggambaran.Pemeriksaan oftalmologi retina tidak dilakukan pada setiap neonatus. Penggambaran

    MR yang pertama dan US untuk setiap pasien dilakukan pada usia 72 jam.

    US dilakukan dengan Acuson sequoia 512 (Siemens Medical Solusi, Malvern,

    Pa) dengan menggunakan 8V5 dan 15L8 transducer. Standar gambar corronal dan

    sagital otak neonatus yang di ambil melalui anterior ubun-ubun dan gambar dari fossa

    posterior yang diambil melalui mastoid fontanel. Aliran gambaran warna Doppler

    yang dihasilkan menemukan gambaran gray-scale dan dinyatakan positif SDH. US

    dilakukan pada waktu 1 jam dari penggambaran MR. SDH didefinisikan sebagai

    ekstraserebral lengkung echogenicity yang terletak dibawah calvaria tanpa adanya

    hubungan pembuluh darah sentral yang melintasi pada penggambaran Doppler.

    Penggambaran dilakukan setelah pemberian makan pagi. Bayi dibawa ke departemen

    radiologi dengan kendaraan bassinette.Ditempatkan diatas meja penggambaran MR

    dengan kepala berada pada 8-saluran kumparan dan diamankan dengan lembaran,

    busa, dan pita isolasi untuk meminimalkan gerak. Potongan busa sebagai pelindung

    telinga dan disertai tempat pembukanya yang disertai dengan lempeng sebagai alat

    untuk menambah kenyamanan pada saat pemeriksaan. Tidak ada bayi yang diberi

    obat sedasi.

    Dengan menggunakan signa 1,5T penggambaran MR digunakan pemindai

    (software 11.0_M4_0403a) (GE Healthcare, Milwaukee,Wis ), kami menggunakan

  • 5/28/2018 Prevalensi Dan Evolusi Perdarahan Intracranial Asimptomatik Pada Bay1

    4/19

    4

    pencitraan berikut urutannya : 1.) 3-pesawat localizer, 2.) sagital T2 single-shot cepat

    spinecho (SE) 2D pulsasi urutan pilihan penggambaran dengan TE 90 , TR 3000 ,

    bandwidth 31.25 , FOV dari 18 , ketebalan bagian 4 , melewati 0 , dengan matrik

    256192 dengan intensitas frekuensi sinyal NEX 1, fase FOV 0.70 ; 3.) aksial

    multiplanar gradien recall ( MPGR ) tegangan gradien-gema penggambaran yang di

    pilih pada aliran comp , VBW , dengan TE 20 , TR 355 , sudut lain dari 20 ,

    bandwidth 15,63 , FOV dari 18 , ketebalan bagian 4, melewati 0 , matriks 256 192

    frekuensi AP , NEX 1 , fase FOV dari 0,75 , 4.) aksial T1 konvensional SE 2D

    tegangan urutan pilihan, VBW , TE min , TR 377 , bandwidth 15,63 , SAT I , FOV

    18 , ketebalan bagian 4 , melewati 0 , matrix 256 192 , NEX 0.75 , fase FOV dari

    0,75 , frekuensi AP; 5.) koronal T1 (fossa posterior ) 2D pulsa urutan SE gambaranpilihan, VBW , TE min , TR 502 , bandwidth

    15.63 , SAT I , FOV dari 18 , ketebalan bagian 4 , melewati 0, matrix 256 192 ,

    frekuensi arah S/I , NEX 0.75 , fase FOV dari 0,75 ; 6.) aksial pemulihan inversi

    cairan dilemahkan (FLAIR ) urutan 2D pulsa IR Pilihan pencitraan , disesuaikan

    frekuensi radio cepat, zip 512 , TE 120,TR 10.000 , TI 2200 , bandwidth 15,63 , FOV

    dari 18 bagian ketebalan 4 , melewati 0, matrix 256 224 , arah frekuensi A / P , NEX

    1; 7 ) aksial difusi - tertimbang echo- planar imaging ( DWI EPI ) 2D SE opsi

    pencitraan ( DIFF ) , jumlah tembakan 1 , TE min , TR 10.000 , DWI layar b- nilai

    1500, arah difusi SEMUA , frekuensi dari 128/128 , NEX 1 , FOV dari 18 , ketebalan

    bagian 44 , melewati 0, matriks 128 128 . Konvensional SE T1 diganti untuk cepat

    SE setelah 42 pasien dipindai. Pilihan pencitraan , disesuaikan frekuensi radio cepat,

    zip 512 , TE 120 , TR 10.000 , TI 2200 , bandwidth 15,63 , FOV dari 18 bagian

    ketebalan 4 , melewati 0 , matrix 256 224 , arah frekuensi A / P , NEX 1; 7 ) aksial

    difusi - tertimbang echo- planar imaging ( DWI EPI ) 2D SE opsi pencitraan ( DIFF )

    , jumlah tembakan 1 , TE min , TR 10.000 , DWI layar b- nilai 1500, arah difusi

    SEMUA , frekuensi dari 128/128 , NEX 1 , FOV dari 18 , ketebalan bagian 44 ,

    melewati 0, matriks 128 128 . Konvensional SE T1 diganti untuk SE cepat setelah 42

    pasien dipindai .

  • 5/28/2018 Prevalensi Dan Evolusi Perdarahan Intracranial Asimptomatik Pada Bay1

    5/19

    5

    Penggambaran MR dan US tergantung pada peninjauan dari PACS

    (Centricity, GE Healthcare) oleh 2 ahli radiologi yang bersertifikat dengan

    penambahan sertifikat pada bidang neuroradiologi atau pada pediatric radiologi. Ahli

    neurologis anak berdiskusi dengan orang tua bayi mengenai hasil penggambaran.

    Bayi yang terdeteksi SDH pada awal penggambaran dijadwalkan untuk dilakukan

    penggambaran MR dan pemeriksaan US pada 3-7 hari, 2 minggu, 1 bulan, dan 3

    bulan atau sampai ditemukan gambaran MR negatif. Jika temuan US pada awal

    normal tidak dilakukan penggambaran US lebih lanjut. Interpretasi akhir mengenai

    temuan SDH pada penggambaran MR ditentukan oleh 2 konsensus 2 ahli dari

    radiologi berdasarkan pada SDH dan MR yang terlihat pada setelah kelahiran dan

    langsung di pantau selama 3-7 hari. SDH pada penggambaran MR didefinisikansebagai lengkung ekstraserebral dengan intensitas dan tanda yang abnormal

    berhubungan dengan adanya produk darah yang tidak meluas ke sulci. Pada

    penggambaran US dan MR, lokasi dan ukuran SDH dicatat dengan ukuran di ukur

    sebagai lebar maksimal pada bidang aksial dengan menggunakan kapiler elektronik.

    Pada bayi dengan SDH di berbagai lokasi, ukuran SDH terbesar di catat. Adanya

    cephalohematomas juga di catat sedangkan evaluasi untuk coagulophaty tidak rutin

    dilakukan.

    Perbandingan kejadian SDH antar kelompok dilakukan dengan uji Fisher.

    Waktu proses persalinan dan berat badan bayi saat lahir dengan SDH dengan mereka

    yang tidak SDH dilakukan perbandingan dengan uji T test dan uji wilcoxon non

    parametriks jika jumlah data didapatkan tidak seimbang dalam setiap kelompok. Uji

    Fisher dilakukan untuk membandingkan durasi dari proses persalinan dan kejadian

    cephalhematoma pada bayi dengan SDH dibandingkan dengan bayi yang tidak SDH.

    Perbandingan dari kejadian SDH dari persalinan pervaginam dengan section sesarean

    ditambah dengan penggunaan oksitosin juga dilakukan dengan menggunakan uji

    fisher selain dengan perhitungan odd ratio SDH yang meningkat terkait dengan

    pemberian oksitosin.

    Data dinyatakan sebagai standar error dari rata-rata dan atau dari median atau

    dinyatakan dalam kisaran nilai yang diperoleh. Untuk semua tes nilai P

  • 5/28/2018 Prevalensi Dan Evolusi Perdarahan Intracranial Asimptomatik Pada Bay1

    6/19

    6

    sebagai signifikan. Tahap pertama persalinan di definisikan sebagai durasi dari awal

    persalinan sampai janin berada pada jalan lahir. Tahap kedua dari persalinan

    didefinisikan sebagai keluarnya janin melalui jalan lahir.

    Evaluasi klinis dilakukan pada semua pasien yang menunjukan gambaran

    SDH. Pasien di evaluasi pada usia 24 bulan dan dinilai apakah terdapat keterlambatan

    dalam pertumbuhannya. Keterlambatan perkembangan (motorik atau ucapan)

    ditentukan dari keterlambatan perkembangan dibidang tertentu dengan

    membandingkan norma-norma yang diharapkan pada anak sesuai usianya.

    Keterlambatan perkembangan digunakan secara sementara untuk mendiagnosis anak

    kecil dengan risiko memiliki cacat perkembangan, yang diindikasikan dengan melihat

    kegagalan dari perkembangan saraf milestone. Dilembaga kami, dilakukan penilaianketerlambatan perkembangan pada setiap waktu dilakukan kunjungan pemantauan

    yaitu pada usia 2, 4, 6, 12, 15, 18 dan 24 bulan. Denver Developmental Screening Tes

    II diterapkan untuk setiap anak pada saat dilakukan pemantauan perkembangan

    terhadap mereka.

    Hasil

    Seratus satu pasien telah terdaftar dalam penelitian ini antara Januari 2005 sampai

    Maret 2006. Ada 58 anak laki-laki dan 43 anak perempuan. Tujuh puluh sembilan

    (78%) anak-anak dilahirkan melalui jalan lahir dengan persalinan normal (80%), 10

    anak (12%) dengan bantuan vakum, dan 6 anak (8%) dengan bantuan forsep. Tiga

    puluh lima persalinan normal dengan induksi atau augmentasi dengan oksitosin. Dua

    puluh dua (22%) anak dilahirkan dengan sesar: 13 persalinan sesar elektif dan 9

    persalinan untuk partus macet dan atau fetal distress setelah persalinan percobaan.

    Empat dari persalinan sesar setelah persalinan percobaan dengan menggunakan

    oksitosin. Satu dari persalinan sesar setelah persalinan dengan bantuan forsep, dan 1

    dengan bantuan vakum ekstraksi. Semua bayi yang dilahirkan normal dalam

    pemeriksaan neurologi pada saat lahir.

    Seluruh pasien pada pemeriksaan pencitraan MR memilik ihasil yang baik tanpa

    artefak yang signifikan. Kebanyakan anak-anak tidur selama pemeriksaan.Waktu

  • 5/28/2018 Prevalensi Dan Evolusi Perdarahan Intracranial Asimptomatik Pada Bay1

    7/19

    7

    pemeriksaan memerlukan < 10 menit. Tiga pemeriksaan pencitraan MR didapatkan

    hasil SDH yang positif, tetapi hasil dari kunjungan pertama pencitraan MR didapatka

    hasil normal hingga usia 3-7 hari.

    Hal tersebut dianggap menjadi temuan positif palsu dan dikategorikan sebagai

    temuan negatif .Empat puluh enam (46%) bayi memiliki SDH pada pencitraan MR

    yang dikonfirmasi pada hasil penelitian (Tabel tambahan on-line). Empat puluh

    empat dari 46 (95,9 %) memiliki SDH dengan ketebalan kurang dari atau sama

    dengan 3 mm (kisaran,1,0-4,3 mm, berarti 2,1 mm ). SDH akan divisualisasikan

    dengan baik pada awal MR pencitraan urutan MPGR dilakukan pada masa 72 jam

    kehidupan (Gambar 1). Semua dari 46 pasien dengan perdarahan intracranial

    memiliki supr atentorial SDH yang dikonfirmasi pada 2 alat pencitraan pada tindakanpencitraan. Semua supratentoria SDH l di identifikasi dalam 72 jam setelah

    persalinan terlihat di setengah bagian belakang tempurung kepala. Dua belas (26 %)

    bayi memiliki catatan SDH hanya di 1 lokasi ,sedang kan sebagian besar bayi

    memiliki SDH pada 2 atau 3 lokasi . Dalam semua , SDH yang paling sering terlihat

    di posterior inter hemisphere fisura (lokasiparafalcine) (30, 65 % ) , dengan SDH juga

    mencatat posterior sepanjang lobus oksipital di 29 ( 63 % ) dan di atas tentorium di

    22 (48 % ) ( tambahan on-line Tabel ) . Semua SDH homogeny dalam intensitas

    sinyal pada semua urutan .

    Dua puluh (43%) dari neonates dengan SDH supratentorial jug amemiliki fossa

    posterior SDH (Gambar 2). Tidak ada neonatus hanya fossa posterior perdarahan

    terdeteksi oleh pencitraan MR. Tidak ada neonates yang memiliki bukti pencitraan

    MRI subarachnoid, epidural, atau perdarahan intra parenchymal. Tidak ada kontusio

    parenkim terlihat. Dua neonates memiliki kelas I germinal matriks perdarahan (1

    unilateral, bilateral 1) serta SDH. Dua puluh dua neonates memiliki cephalo

    hematoma yang tampak pada pencitraan MR. Delapan belas (82%) dari neonates

    tersebut memiliki SDH. Sebagian besar (11/18, 61%) memiliki fossa posterior SDH

    sertasupratentorial SDH.

  • 5/28/2018 Prevalensi Dan Evolusi Perdarahan Intracranial Asimptomatik Pada Bay1

    8/19

    8

    Gambar 1. Fossa posterior SDH dalam neonatus disampaikan melalui SVD. A,SPGR aksial

    pada 72 jam hidup menunjukkan lobular simetris intensitas sinyal rendah dengan mekar diposteriorfossa (panah). B, Tindak lanjut gambar T1 menunjukkan intensitas sinyal tinggi

    SDH (panah) dengan 7 hari.

    Gambar 2. Neonatus disampaikan melalui SVD dengan kedua supratentorial daninfratentorial SDH. A dan B, pemeriksaan awal menunjukkan lobular oksipital SDH menjadiintensitas sinyal yang sangat rendah pada MPGR (panah, A) dan isointenseke materi abu-abu

    dan sulit untuk men deteksi pada SE T1-tertimbang MR gambar (B). C dan D, Lima haritindak lanjut menunjukkan tinggi T1 SDH (panah) di 2 lokasi di 2 pesawat, aksial

  • 5/28/2018 Prevalensi Dan Evolusi Perdarahan Intracranial Asimptomatik Pada Bay1

    9/19

    9

    supratentorial (C) dan koronal, baik supra-dan infratentorial (D). E dan F, dua minggumenunjukkan tindak lanjut resolusileng kap perdarahan pada gambar T1.

    Gambar 3. Neonatus disampaikan melalui SVD dengan fossa posterior SDH terlihat di ASdan dikonfirmasi pada pencitraan MR. A, sonogram Axial dari fossa posterior melalui ubun-ubun mastoid menunjukkan awal lengkung Echogenic berdekatan dengan focus melintang

    sinus (panah). B, Axial gambar MR T1-tertimbang menegaskan tinggi sinyal intensitas fossa

    posterior SDH (panah)n pada hari kehidupan ke 7.

    Satu massa para ventricular 1,6 cm secara tidak sengaja terdeteksi pada

    pencitraan MR, yang tidak terlihat pada pengulangan pemeriksaan oleh AS yang

    dilakukan setelah pencitraan, awal. Massa, dianggap suatu hamartom, diamati dengan

    manajemen harapan. Ini tetap asimptomatik dan tidak berubah dalam ukuran pada

    tindakan bulan ke 4 di lembaga kami sebelum keluarga pasien pindah dari wilayah

    kami.

    Fossa posterior SDH terlihat di AS pada 11 (11%) neonatus, dansemua SDH

    dikonfirmasipadapencitraan MR (Gambar 3). Dengandemikian, hanya 55% dari 20

    SDH fossa posterior terlihat pada pencitraan MR yang diidentifikasi secara

    independen pada pemeriksaan di AS. AS difokuskan di sepanjang aspek lateral yang

    melalui fontanela dari mastoid.

  • 5/28/2018 Prevalensi Dan Evolusi Perdarahan Intracranial Asimptomatik Pada Bay1

    10/19

    10

    Tingkat sensitivita sdeteksi AS fossa posterior SDH meningkat ketika 3 bayidengan

    fossa posterior SDH didapatkangaristengahyang terisolasipadapencitraan MR,

    dengandemikian, 11/17 (65%) fossa posterior lateral SDH yang terdeteksi di AS.

    Semua SDH terlihat pada pencitraan MR di AS.Tidak perdarahan supra tentorial yang

    terdeteksi di AS.

    Insiden SDH terhadap jumlah mode persalinan ditunjukkan dalam Tabel 1.

    Keempat neonates yang mengalami SDH dilahirkan dengan persalinan sesar memiliki

    supratentorial SDH saja. Salah satuneonatusdengan SDH danyang dilahirkan sesar

    lahir melalui sesa relektif untuk bayi makrosomia, sedangkan 3 dari 4 (75%) neonates

    dengan SDH dan dilahirkan sesar yang telah gagal pada persalinan percobaan dengan

    oksitosin- persalinan augmentasi sebelum dilahirkan sesar. Salah satunya kelahiran

    sesar membutuhkan bantuan vakum. Sebagai perbandingan dengan neonates yang

    dilahirkan melalui persalinan sesar, tingkat SDH secara signifikan lebih tinggi dalam

    semua kelompok persalinan pervaginam (Tabel 1). Tidak ada perbedaan signifikan

    secara statistic dari SDH di setiap kelompok persalinan pervaginam .

    Lamanya tahap pertama dan kedua persalinan telah dicatat untuk semua

    neonates yang dilahirkan melalui pervaginam. Untuk neonates dengan SDH, rata-rata

    dari lamanya tahap pertama tidak signifikan berbeda dari yang neonates tanpa SDH(Tabel 2). Tahap kedua persalinan secara signifikan lebih lama pada neonates dengan

    SDH dibanding yang tanpa SDH. Tahap persalinan kedua (> 2 jam) juga lebih lama

    dikelompok dengan SDH, dibandingkan dengan kelompok tanpa SDH. Insiden

  • 5/28/2018 Prevalensi Dan Evolusi Perdarahan Intracranial Asimptomatik Pada Bay1

    11/19

    11

    cephalohematoma lebih tinggi pada bayi dengan SDH disbanding mereka yang tanpa

    SDH.Tidak ada perbedaan

    Pada durasi persalinan tahap kedua pada bayi dengan cephalohematom

    dibandingkan dengan mereka yang tidak. Berat kelahiran bayi dengan SDH pada

    pencitraan MR lebih tinggi dari temuan normal pada pencitraan MR (Tabel 2).

    Semua Insiden SDH dalam 39 pasien yang menerima oksitosin tidak berbeda

    dari kejadian SDH dalam 62 pasien yang tidak menerima oksitosin (Tabel 3). Ini juga

    berlaku untuk subkelompok kelahiran pervaginam. Bagaimanapun,pemeriksaan

    kelahiran sesar mengungkapkan bahwa kejadian SDH ketika oksitosin diberikan

    sebelum persalinan sesar jauh lebih tinggi (Tabel 3).

    Tindakan pencitraan selesai pada 18/46 (39,1%) pasien dengan SDH. Semua

    18 pasien menunjukkan resolusi sebesar 3 bulan. Dua pasien hanya dicitrakan saat

    lahir dan pada 3 bulan karena masalah penjadwalan. Kedua pasien ini memiliki

    pencitraan MR normal ditemukan pada 3 bulan. Lima belas dari 16 pasien (93,8%)

  • 5/28/2018 Prevalensi Dan Evolusi Perdarahan Intracranial Asimptomatik Pada Bay1

    12/19

    12

    yang dilakukan pencitraan termasuk 1 bulan pencitraan MR memiliki resolusi interval

    SDH mereka. Satu pasien memiliki frontal SDH baru pada 2 minggu pemeriksaan

    pencitraan MR. (Gambar 4). Pasien ini memiliki oksipital bilateral dan fossa posterior

    SDH pada pencitraan awal saat lahir, dikonfirmasi pada 7 hari pemeriksaan

    pencitraan MR. Dia juga tercatat memiliki koleksi ekstra-aksial bayi. Pada 26-hari

    usia postnatal, pencitraan MR menunjukkan subdural frontal kiri yang tidak sesuai

    dengan intensitas sinyal CSF. Dari 46 bayi dengan SDH, 43 anak-anak tercatat 2

    tahun pemeriksaan bayi sehat di lembaga kami. Satuan aki tuhan ya diperiksa untuk 2

    bulan, keluarga 1 anak telah pindah dar i daerah, dan 1 anak itu tidak memenuhi

    syarat untuk perawatan lanjutan di sistem kami. Tak satu pun dari 43 bayi memiliki

    keterlambatan motorik kasar. Enam (14%) anak-anak tercatat memiliki keterlambatanbicara, dan 1 (2%) saat ini sedang dievaluasi untuk gangguan spectrum autistik.

    Pembahasan

    Kami mengkonfirmasi laporan kejadian SDH asimtomatis pada neonatus

    pasca persalinan. Kejadian SDH (46%) lebih tinggi secara signifikan dibandingkan

    dengan laporan penelitian sebelumnya. Insiden ini lebih tinggi mungkin berhubungan

    dengan deteksi dan sensitivitas yang meningkat dengan digunakannya MRI dengan

    medan magnet berkekuatan 1,5T. Whitby et al., menggunakan medan magnet

    berkekuatan rendah 0,2T, kejadian SDH dilaporkan secara keseluruhan mencapai 8%

    dan 10,5% pada persalinan pervaginam dilakukan pemeriksaan pada 48 jam pertama

    kehidupan. Insiden penelitian ini paling mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh

    Holden et al yang juga menggunakan MRI dengan medan magnet berkekuatan 1,5T

    pada tahun 1999, kejadian SDH asimtomatis 4 dari 8 (50%) pada neonatus pada 4

    hari pertama kehidupan. Hasil ini mendukung bahwa kejadian SDH setelah persalinan

    pervaginam tanpa komplikasi merupakan hal yang umum ditemukan pada

    pemeriksaan MRI.

  • 5/28/2018 Prevalensi Dan Evolusi Perdarahan Intracranial Asimptomatik Pada Bay1

    13/19

    13

    Umur pasien pada saat pemeriksaan MRTI merupakan hal yang menentukan

    kejadian SDH pada neonatus. Kami melakukan pemeriksaan pada neonatus saat 72

    jam pertama kehidupan dan SDH paling mudah dideteksi pada gradient-echo

    sequence, kemudian di tindak lanjuti pada hari ke 3 sampai 7 kehidupan. Kebanyakan

    kejadian SDH hilang pada umur 4 minggu. Whitby et al juga menemukan bahwa 9

    pasien dengan SDH ditemukan pertama kali pada saat 48 jam pertama kehidupan dan

    perdarahan tersebut mengalami resolusi pada saat 4 minggu setelah tindak lanjut.

    Baru-bari ini, Loneey et al menggunakan MRI berkekuatan 3T , dilaporkan kejadian

    SDH sebanyak 26% pada neonatus dengan persalinan pervaginam. Bayi pada

    penelitian ini dilakukan pemeriksaan antara umur 1 dan 5 minggu. Kami setuju

    bahwa kejadian sebenarnya pada populasi Loneey et al mungkin lebih tinggidibandingkan dengan yang dilaporkan. Hal tersebut karena kejadian SDH mungkin

    telah terjadi lebih dini dan telah hilang pada saat pemeriksaan MRI. Umur pasien

    pada saat pemeriksaan MRI juga merupakan hal yang penting untuk menentukan

    etiologi SDH pada neonatus. Pada pasien kami, SDH tidak hanya hilang pada saat

    usia 1 bulan, tapi juga hilang pada saat usia 3 bulan pada seluruh pasien. Informasi ini

    mungkin berguna bagi radiologi untuk menjawab etiologi SDH yang terjadi pada

    bayi. Penelitian kami mendukung bahwa kejadian SDH yang terjadi pada bayi berusia

    lebih dari 3 bulan tidak terkait dengan cara persalinan bayi tersebut.

    Mekanisme yang diusulkan pada kejadian SDH termasuk air mata falx dan

    tentorium, peregangan vena kortikal sekunder, persalinan yang sulit atau persalinan

    abnormal. Satu mekanisme yang mendukung kejadian SDH paska persalinan

    pervaginam adalah peningkatan tekanan secara melingkar dan meremas pada kepala

    bayi pada saat proses persalinan menyebabkan terjadinya tumpang tindih pada sutura,

    kompresi mekanik, pergeseran vena selama proses persalinan, menghasilkan

    terjadinya SDH. Etiologi sebenarnya dari SDH masih tidak diketahui. Kebanyakan

    laporan SDH merupakan SDH dengan gejala/simtomatis.

    Literatur forensic menyebutkan bahwa terjadiny SDH akibat pecahnya vena

    serebral, namun hal pecahnya pembuluh darah otak sulit ditemukan pada saat otopsi.

  • 5/28/2018 Prevalensi Dan Evolusi Perdarahan Intracranial Asimptomatik Pada Bay1

    14/19

    14

    Towner et al menunjukkan bahwa persalinan abnormal merupakan faktor resiko

    umum terjadinya perdarahan pada bayi, setelah dilakukan peninjauan secara

    retrospektif tentang persalinan pada wanita nulipara yang menunjukkan insiden yang

    rendah pada perdarahan intracranial. Pollina et al menunjukkan bahwa cara persalinan

    dengan dibantu dibandingkan dengan persalinan abnormal adalah variabel yang

    penting pada perdarahan cranial bayi baru lahir. Meskipun pada semua tipe

    perdarahan intracranial seringnya pada vakum ekstraksi, tapi tidak semua SDH terjadi

    akibat adanya tekanan secara melingkar dan meremas pada kepala serta tumpang

    tindinya sutura. Hal tersebut, karena kami juga menemukan kejadian SDH pada bayi

    dengan persalinan secara seksio sesarea. Hal ini mungkin kekuatan tambahan selama

    partus berlangsung berkontribusi terhadap terjadinya rupture vena atau kapiler.

    Dalam penelitian kami, kala 1 dan 2 pada proses persalinan pada bayi dengan

    SDH lebih lama dibandingkan dengan yang tidak mengalami SDH. Kemungkinan,

    kekuatan dari uterus pada saat mendorong bayi ke jalan lahir juga merupakan faktor

    penyebab. Kala 1 yang memanjang ditambah dengan kala 2 yang memanjang

    menunjukkan tidak hanya terjadi peningkatan kekuatan yang lama tapi juga terjadi

    tumpah tindih pada sutura, menyebabkan kegagalan pada pembuluh darah untuk

    meregang. Peningkatakan tekanan selama persalinan dapat menyebabkan peningkatantekanan vena intracranial, yang menjadi tambahan faktor yang menyebabkan SDH.

    Insiden SDH pada penelitian ini lebih besar pada neonatus dengan cephalhematom

    dan dikaitkan dengan kala 2 yang memanjang pada saat persalinan. Secara

    keseluruhan, berat lahir neonatus dengan SDH juga secara signifikan lebih tinggi, hal

    ini mungkin dihasilkan dari peningkatan kekuatan irkumferensial dari jalan lahir.

    Meskipun semua faktor atau kombinasi beberapa faktor mungkin menjadi

    mekanisme, SDH yang dihasilkan dari proses persalinan pada beberapa penelitian

    adalah SDH neonatus asimtomatis/tanpa gejala.

    Meskipun kebanyakan SDH asimtomatis dilihat melalui MRI dan dilahirkan

    secara pervaginam, 18% (4 dari 22) neonatus yang dilahirkan secara sesarea juga

    mengalami SDH. Kebanyakan bayi dengan SDH yang dilahirkan secara sesarea

  • 5/28/2018 Prevalensi Dan Evolusi Perdarahan Intracranial Asimptomatik Pada Bay1

    15/19

    15

    sebelumnya telah dilakukan partus percobaan dengan menggunakan oksitosin

    sebelum dilakukan sesarea. Hal ini mendukung bahwa kejadian SDH berkaitan

    dengan persalinan.

    Semua laporan sebelumnya mengenai kejadian SDH pada bayi dengan

    persalinan secara sesarea merupakan SDH simtomatis/dengan gejala. Welch dan

    Strand melaporkan beberapa neonatus dengan perdarahan intracranial, termasuk 3

    diantaranya adalah SDH dan merupakan komplikasi dari persalinan secara sesarea

    akibat gagal turun, gagal forsep, atau fetal distress. Beberapa studi yang melaporkan

    SDh asimtomatis, belum ada yang melaporkan perdarahan yang terjadi berhubungan

    dengan persalinan secara sesarea. Whitby et al dengan menggunakan MRI

    berkekuatan rendah, tidak melaporkan adanya SDH paska sesarea bahkan persalinan

    dengan vakum. Baru-bari ini, Loneey et al melaporkan tidak ada SDH pada 23

    persalinan secara sesarea. Pemeriksaan pada minggu 1 dan 5 dapat menjelaskan

    mengapa rendahnya insiden SDH pada penelitian tersebut karena kebanyakan SDH

    pada pasien kami telah hilang pada saat usia 4 minggu.

    Satu-satunya perdarahan yang terdeteksi adalah SDH. Lokasi dan ukuran

    SDH adalah terbatas. Kebanyakan SDH pada neonatus kami berukuran 3 mm. ada 2

    neonatus dengan SDh yang berukuran > 3 mm. satu neonatus diduga memiliki

    hamartoma dengan SDH di occipital yang berukuran 3,3 mm. bayi lain memiliki

    peningkatan ruang ekstra axial dan SDH di oksipital 4,3 mm. kami percaya bahwa

    bayi-bayi tersebut memiliki faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya SDH awal

    yang lebih besar. Seperti peneliti lain, kami juga menemukan kebanykan SDH berada

    di setengah bagian belakang dari calvaria.

  • 5/28/2018 Prevalensi Dan Evolusi Perdarahan Intracranial Asimptomatik Pada Bay1

    16/19

    16

    Gambar 4.Gambar yang diperoleh pada 7 dan 26 hari usia postnatal untuk tindak lanjut daribilateral oksipital SDH pada neonatus dengan koleksi ekstra-aksial. Axial T2, T1, gradien-

    refocused echo (GRE), dan Gambar FLAIR (kiri ke kanan, baris atas) menunjukkanintensitas CSF koleksi subarachnoid frontal yang telah ada sejak lahir. Juga perhatikan T1linier tipis hyperintense GRE hypointense bilateral posterior oksipital SDH. Pada 26 hari usia

    postnatal (baris bawah), meninggalkan koleksi subdural frontal yang tidak sesuai denganintensitas sinyal CSF hadir, konsisten dengan SDH spontan. Pasien tidak memiliki riwayattrauma dan memiliki evaluasi negatif untuk NAI.

    Pada pasien yang menjadi sampel penelitian, perdarahan supratentorial lebih

    sering terjadi, dan hanya 39% perdarahan terjadi pada bagian infratentorial di fossa

    poterior. Berbeda dengan Looney et al22

    dan Whitby et al20

    yang melaporkan bahwa

    perdarahan infratentorial secara signifikan lebih umum terjadi. Pencitraan secara

    koronal dapat membantu menilai perdarahan supratentorial atau infratentorial.Jika

    padapencitraan koronalterlihat darah di bawah tentorium, maka itu adalah perdarahan

    infratentorial (Gambar 2D). Pemeriksaan ini sulit untuk menilai perdarahan pada seri

    pencitraan awal yang diperoleh dalam 72 jam pertama kehidupan, tetapi dapat

    dikonfirmasi pada pencitraan koronal T1 berikutnya .

  • 5/28/2018 Prevalensi Dan Evolusi Perdarahan Intracranial Asimptomatik Pada Bay1

    17/19

    17

    Pada pasien kami, baik perdarahan supratentorial maupun infratentorial yang

    terdapat pada bagian posterior cranium kecuali untuk 1 SDH tidak dapat dinilai pada

    MRI awal ( < 72 jam setelah persalinan ) tetapi dapat dinilai pada studi lanjutan.

    Awalnya, pasien ini memiliki SDH oksipital posterior bilateral, yang sedang diikuti

    untuk resolusi. Pada usia 26 hari, pasien kembali untuk studi lanjut MRI dan

    ditemukan memiliki ekstra - aksial pada frontal kiri selebar1 cm yang tidak sesuai

    dengan gambaran SDH spontan. Pasien dirawat untuk evaluasi penuh cedera non

    accidental, selama perawatan dilakukan pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan

    tulang, pemeriksaan oftalmologi, koagulasi darah serta system metabolisme.

    Berdasarkan pemeriksaan secara berkala tidak ditemukan adanya luka tambahan atau

    temuan untuk mendukung NAI sebagai etiologi SDH spontan ( Gambar 4 ). Pada usia5 bulan dilakukan follow up pemeriksaan MRI, SDH pada frontal kiri sudah

    menghilang, namun ruang subarachnoid tetap menonjol pada pasien ini. Temuan ini

    menunjukkan bahwa meskipun tidak khas pada neonatus, penonjolan ruang ekstra -

    aksial merupakan faktor predisposisi untuk SDH spontan.3235

    Meskipun SDH terjadi sepanjang fisura interhemispher,biasanya tetap

    dikaitkan dengan NAI, disini kami akan menunjukkan bahwa pola dan lokasi SDH

    saja tidak dapat digunakan untuk membedakan antara SDH karena NAI atau karena

    cedera kelahiran. Dalam studinya Holden et al21

    mendeskripsikan dan memberikan

    ilustrasi tentang SDH interhemisfer yang bersifat asimptomatis pada neonatus.

    Bagian posterior dilaporkan merupakan bagian yang paling umum untuk terjadinya

    SDH asimptomatik, hal tersebu tsama dengan hasil penelitian ini. SDH

    Interhemispher sebelumnya telah dilaporkan sebagai trauma kecelakaan serta trauma

    kelahiran dan tidak lagi dianggap spesifik untuk jenis atau mekanisme luka.36 - 38

    Kami menemukan bahwa lokasi SDH lebih tergantung pada hasil tindak lanjut MRI

    dibandingkan dengan lokasi dari perdarahan awal, hal ini mungkin disebabkan oleh

    praktek yang direkomendasikan American Academy of Pediatrics yang menempatkan

    bayi terlentangketikatidur.39

    Ketika berbaring terlentang, gravitasi dapat menjelaskan

    lokasi SDH yang berada di posterior.

  • 5/28/2018 Prevalensi Dan Evolusi Perdarahan Intracranial Asimptomatik Pada Bay1

    18/19

    18

    Meskipun US bisa mendeteksi sekitar setengah dari kejadian SDH, tetapi

    daerah pencitraan hanya terbatas pada bagian lateral fossa posterior melalui

    fontanella mastoid. Pencitraan garis tengah fossa posterior tidak biasa dilakukan dan

    dengan demikian kemampuan US untuk mendeteksi SDH mungkin kurang dapat

    dipercaya. Sampai saat ini tidak ada SDH supratentorial yang terdeteksi

    olehUS.Sehingga sampai saat ini MRI lebih sensitif dibandingkan US untuk

    mendeteksi SDH.

    Follow up padausia 2 tahun terhadap bayi dengan SDH perlu dilakukan

    karena semua (100 %) dari 43 anak-anak telah mengalami keterlambatan motorik

    kasar. Dalam populasi penelitian kami, 6 (14 %) anak tercatat memiliki keterlambatan

    bicara, yang mirip dengan kejadian yang dikenal dalam populasi.

    40

    1 anak laki-lakisedang dievaluasi untuk gangguan spektrum autistik, hal tersebut mungkin tidak

    terduga karena autisme saat ini dilaporkan memiliki prevalensi 1:150, dengan

    prevalensi pada laki-laki dilaporkan 1:80.41-43

    temuan normal pada follow-up klinis

    cukupmeyakinkan tapi terbatas karena tidak ada dasar untuk perbandingan dalam

    desain penelitian. Kami membandingkan perkembangan normal pada anak-anak yang

    memenuhi kriteria untuk Denver Developmental Screening Test. Anak-anak yang

    tidak memenuhi kriteria disimpulkan mengalami keterlambatan perkembangan dan

    dirujuk untuk evaluasi lebih lanjut ke klinik subspesialisasi.

    Salah satu keterbatasan dari studi kami adalah evaluasi untuk perdarahan

    ulang dari SDH, dimana hal tersebut telah dilaporkan dalam literatur. Perdarahan

    ulangdapat terjadi baik dengan atau tanpa gejala klinis.44

    Meskipun dalam penelitian

    kami tidak ada bayi perdarahan ulang SDH, kejadian subklinis perdarahan ulang

    dalam populasi tidak diteliti karena tidak ada bayi yang melakukan MRI setelah 3

    bulan. Perkembangan yang normal pada pemeriksaan klinis, menunjukkan bahwa

    besar kemungkinan perdarahan ulang tidak terjadi.

    Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah pemilihan waktu dalam

    melakukan MRI. SDH adalah isointense substansia grey yang kadang kala sulit untuk

    dilihat pada pencitraan awal dalam 72 jam pertama kehidupan. SDH dianggap positif

    pada MRI jika urutan gradien - gema positif dikonfirmasi pada pencitraan T1

  • 5/28/2018 Prevalensi Dan Evolusi Perdarahan Intracranial Asimptomatik Pada Bay1

    19/19

    19

    berikutnya dengan intensitas sinyal hyperintense selama3-7 hari. Untuk

    meningkatkan sensitivitas MRI, kami mengubah urutan dan kecepatan spin-echo T1,

    SPGR, ke urutan T1 spin-echo. Oleh karena itu, kejadian yang sebenarnya dari SDH

    mungkin sedikit lebih banyak daripada yang dilaporkan dalam penelitian ini. Awal

    interval waktu tindak lanjut juga berubah dari 3 hari menjadi5-7 hari untuk

    memperhitungkan perubahan konversi intensitassinyal. Follow up awal 3 hari

    menunjukkan intensitas sinyal T1 yang tidakstabil. Karena itu, kami memperpanjang

    interval menjadi 5-7 hari untuk memungkinkan darah mengubah T1, konsisten

    dengan methemoglobin.

    Keterbatasan lain padapenelitian iniadalah kurangnya follow up MRI pada

    beberapa pasien. Tindak lanjut MRI lengkap hanya dilakukan pada 18 dari 46 bayidengan SDH. Kami terkejut menemukan bahwa, meskipun orang tua mengetahui

    bahwa bayi mereka memiliki SDH, janji follow up sering tidakdilakukan setelah 2

    minggu tindak lanjut MRI dan US. Bias seleksi dari populasi pasien juga merupakan

    potensi keterbatasanpenelitian.

    Keimpulan

    SDH paling sering diakibatkan oleh persalinan dan dapat terjadi baik itu setelah

    persalinan pervaginam maupun cesarean. MRI lebih sensitif dibandingkan US untuk

    mendeteksi SDH. SDH setelah usia 1 bulan tidak mungkin terkait dengan persalinan.