presus parotitis

Upload: ridwan-muttaqin

Post on 02-Apr-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Presus Parotitis

    1/17

    BAB I

    LAPORAN KASUS

    A. IDENTITAS PASIEN

    Nama : An. F

    Umur : 7 tahun

    Berat badan : 20 kg

    Tinggi badan : 120 cm

    Jenis Kelamin` : laki laki

    Agama : Islam

    Alamat : kayugiyang 1/3 garung

    Tanggal masuk RS : 7 April 2011

    Tanggal keluar RS : 11 April 2011

    Ruang : Dahlia 307J

    No. RM : 49 32 52

    B. ANAMNESIS

    Anamnesa dilakukan secara alloanamnesa dengan ibu pasien pada hari

    Kamis tanggal 10 April 2011.

    1. Keluhan Utama : sakit perut, demam sejak 2 hari yang lalu.

    2. Keluhan Tambahan : benjolan di bawah rahang sebelah kiri sejak 2 hari yang

    lalu, muntah.

    3. Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien datang ke IGD RSUD Wonosobo dengan keluhan sakit perut diseluruh

    bagian perut, demam, pegal-pegal di kaki dan tangan sejak 2 hari yang lalu.

    Pasien juga mengeluhkan benjolan di bawah rahang sebelah kiri yang nyeri

    bila di sentuh sejak 2 hari yang lalu. Benjolan dirasa awalnya kecil, kemudian

    makin lama makin membesar, BAB dan BAK biasa tidak ada keluhan, tidak

    mual, muntah 2 kali. Keluarga juga mengeluh nafsu makan pasien menurun.

    4. Riwayat Penyakit Dahulu

    Pasien belum pernah sakit hal serupa.

    1

  • 7/27/2019 Presus Parotitis

    2/17

    5. Riwayat Penyakit Keluarga

    Tidak ada anggota keluarga yang menderita hal serupa. Tetangga pasien

    ada riwayat penyakit gondongan

    6. Riwayat Kehamilan Ibu

    - Ny. R Hamil pada usia 19 tahun

    - Tinggi badan Ny. R pada saat hamil adalah 156 cm

    - Selama kehamilan Ny. R rutin memeriksakan kehamilannya tiap bulan

    ke bidan

    - Tidak ada keluhan selama kehamilan

    - Kesimpulan: riwayat kehamilan Ny. R baik

    7. Riwayat Persalinan

    - Ny. R melahirkan pada usia kehamilan 9 bulan secara spontan di

    rumah, ditolong oleh bidan. Berat badan lahir bayi 3500 gram dan

    langsung menangis.

    - Kesimpulan: riwayat persalinan Ny. R baik

    8. Riwayat Makanan

    - Anak diberi ASI ekslusif selama 6 bulan

    9. Riwayat Vaksinasi

    Imunisasi yang diwajibkan oleh PPI Depkes RI menurut ibu pasien sudah

    dilakukan semuanya sesuai jadwal imunisasi di Puskesmas, (ibu pasien

    lupa tanggal pemberiannya) :

    Imunisasi yang dianjurkan oleh PPI Depkes RI :

    Hib : tidak dilakukan

    MMR : tidak dilakukan

    Thypoid : tidak dilakukan

    Varicella : tidak dilakukan

    Hepatitis A : tidak dilakukan

    2

  • 7/27/2019 Presus Parotitis

    3/17

    Kesimpulan :

    1. Imunisasi yang diwajibkan oleh PPI Depkes RI sebagian besar sudah

    dilakukan.

    2. Imunisasi yang dianjurkan oleh PPI Depkes RI tidak dilakukan

    semuanya.

    10. Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

    - Pasien tinggal bersama ayah, ibu,adik kakek dan nenek dari pihak

    ayah.

    - Rumah terbuat dari batu bata dengan lantai ubin, memiliki 3 kamar

    tidur, jendela ada di setiap kamar dan selalu dibuka pada pagi sampai

    sore hari.

    - Kamar mandi dan WC berada di dalam rumah dengan sumber air yang

    digunakan berasal dari air PAM.

    - Ayah pasien bekerja sebagai wiraswasta dengan penghasilan

    500.000 setiap bulan.

    - Kesimpulan: riwayat sosial, ekonomi dan lingkungan pasien baik.

    11. Anamnesis Sistem

    Sistem cerebrospinal : demam, tidak mengalami penurunan kesadaran

    Sistem respiratorius : tidak ada keluhan

    Sistem kardiovaskular: tidak ada keluhan

    Sistem gastrointestinal: perut sakit, BAB tidak ada keluhan, sulit makan,

    muntah

    Sistem urogenital : tidak ada keluhan

    Sistem integumentum : tidak ada keluhan, turgor kulit baik

    Sistem musculoskeletal: terasa pegal di kaki dan tangan

    C. PEMERIKSAAN FISIK

    a. Status generalisata

    Keadaan Umum : baik

    Kesadaran : compos mentis

    3

  • 7/27/2019 Presus Parotitis

    4/17

    Vital sign :

    Nadi : 100 x / menit, teratur, isi dan tegangan cukup

    Suhu : 40,6o C per axilla

    RR : 36 x / menit tipe thorakoabdominal

    b. Status Gizi ( CDC 2000)

    BB:U = persentil 10

    TB:U = persentil 10

    BMI = 20 : (1,2)2

    = 13,9 (persentil 5)

    Kesimpulan : status gizi normal

    c. Pemeriksaan Kepala

    Kepala : bentuk mesochepal, ubun-ubun cekung (-)

    Mata : konjuctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,

    Hidung : deformitas (-), secret (-), nafas cuping hidung (-/-)

    Mulut : bibir sianosis (-), bibir kering (-), faring hiperemis (-)

    Telinga : discharge (-)

    d. Pemeriksaan Leher

    Pembesaran kelenjar submandibularis (-/+), nyeri telan (+), nyeri tekan (+)

    e. Pemeriksaan Thoraks

    Paru-paru

    Inspeksi : simetris, retraksi (-/-), tidak ada ketinggalan gerak

    Palpasi : simetris, retraksi (-/-), vocal fremitus kanan=kiri

    Perkusi : lapang paru sonor

    Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

    Jantung

    Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

    Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V linea midclavicularis sinistra

    Perkusi : perkusi jantung pekak, batas jantung:

    Kanan atas : SIC III LPS kanan

    Kiri atas : SIC III LMC kiri

    Kanan bawah: SIC V LPS kanan

    4

  • 7/27/2019 Presus Parotitis

    5/17

    Kiri bawah : SIC V LMC kir

    Auskultasi : cor S1-S2 reguler, bising jantung (-)

    f. Pemeriksaan Abdomen

    Inspeksi : flat

    Auskultasi : peristaltik normal

    Perkusi : timpani

    Palpasi : supel, turgor baik, hepar tidak teraba, lien tidak teraba

    g. Pemeriksaan Anogenital

    Tidak ada kelainan anus dan alat genital

    h. Pemeriksaan Ekstremitas

    Superior : akral hangat, tidak ada edema, kekuatan otot 5/5, sensibilitas +/

    +

    Inferior : akral hangat, tidak ada edema, kekuatan otot 5/5, sensibilitas +/+

    D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    a. Pemeriksaan Laboratorium (7 April 2011)

    AL : 8,70.103 MCV : 80 LED 1 jam : 25 Mm/l

    AE : 4,70.106 MCH : 28 2 jam : 52 Mm/l

    AT : 258.103 MCHC: 35

    Hb : 13,2 gr/dl Hct : 37%

    E. DIAGNOSIS KERJA

    Parotitis

    F. DIAGNOSIS BANDING

    - Sialolithiasis

    - Limfadenitis servikalis

    - Tumor parotitis

    5

  • 7/27/2019 Presus Parotitis

    6/17

    G. TERAPI

    - Infuse KAEN 3B 1500cc/24 jam

    - Inj. Cefotaxime 4x500 mg I.V.

    - Inj. Dexamethason 3x1 ampul

    - Parasetamol sirup 4x1 cth

    - Acyclovir tablet 3x1

    - Diet: bubur saring

    6

  • 7/27/2019 Presus Parotitis

    7/17

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Definisi

    Parotitis adalah penyakit infeksi kelenjar ludah akut, sangat menular

    dengan pembesaran kelenjar ludah dan nyeri terutama kelenjar parotis.3

    B. Anatomi

    Glandula parotidae merupakan kelenjar saliva terbesar. Bersama sepasang

    glandula submandibularis dan sublingualis serta banyak kelenjar kecil yang

    tersebar di dalam rongga mulut membentuk glandulae salivatoriae. Kelenjar

    parotis terletak dibawah meatus acusticus ekternus dan terletak dalam suatu

    lekukan di belakang ramus mandibula dan di depan m.sternocleidomasteideus.

    kelenjar parotis diselubungi oleh kapsula jaringan ikat. Duktus parotideus

    bemuara ke dalam vestibulum oris, pada sebuah papilla kecil, di depan gigi

    molar kedua atas.

    Glandula submandibularis tersusun dari campuran kelenjar serosa dan

    mukosa. Sebagian kelenjar tertutupi oleh corpus mandibula. Terdiri dari

    bagian superficial yang besar dan bagian profunda yang kecil. Duktus

    submandibularis muncul dari ujung anterior pars profundus, bermuara ke

    dalam mulut pada suatu papilla kecil yang terletak di samping frenulum

    linguae.

    Glandula sublingual merupakan kelenjar terkecil dari glandula salivaria.

    Tersusun atas kelenjar serosa dan mukosa. Terletak di bawah membrane

    mukosa dasar mulut dekat garis tengah. Duktus sublingualis berjumlah 8-20

    buah. Sebagian besar bermuara ke dalam mulut pada puncak plica

    sublingualis, tetapi sebagian kecil dapat bermuara ke dalam duktus

    submandibularis.7

    7

  • 7/27/2019 Presus Parotitis

    8/17

    C. Etiologi

    Parotitis disebabkan oleh kelompok paramiksovirus, yang juga mencakup

    parainfluenza, dan campak. Virus RNA ini berantai tunggal yang terbungkus

    dalam selubung protein dan lemak. Secara antigen virus ini berkaitan erat

    dengan virus influenza yang kadang kadang membingungkan pemeriksaan

    serologi. Diameter virion kira kira 150 RNA. Virus memiliki hemolisin,

    neuromidase dan hemaglutinin. Virus parotitis dapat diperbanyak dalam

    berbagai biakan sel dan dalam telur berembrio4.

    D. Epidemiologi

    Penyebaran parotitis ada pada kebanyakan populasi perkotaan. Virus

    tersebar dari manusia dengan kontak langsung, tetes-tetes yang di bawa udara,

    benda yang terkontaminasi ludah dan kemungkinan dengan urin. Virus ini

    tersebar keseluruh dunia. 85% infeksi terjadi pada anak kurang dari 15 tahun,

    biasanya 5 10 thn dan mengenai laki laki dan perempuan secara sama.Diperkirakan sampai 40% kasus subklinis, tidak menimbulkan pembekakan

    parotis sehingga sulit dikenal4.

    8

  • 7/27/2019 Presus Parotitis

    9/17

    E. Patogenesis

    Terdapat dua teori pathogenesis parotitid, yaitu 3:

    1. Virus masuk melalui mulut ke dalam duktus stenson kelenjar parotis

    dan terjadi multiplikasi pertama pada kelenjar ini, kemudian diikuti

    oleh viremia umum dan lokalisasi. Organ yang dituju adalah testis,

    ovarium, pancreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak.

    2. Replikasi primer terjadi dalam epitel permukaan saluran napas,

    kemudian diikutioleh viremia umum dan lokalisasi serentak dalam

    kelenjar saliva dan alat tubuh lainnya.

    Pembengkakan kelenjar parotitis yang terinfeksi mungkin terjadi sebagai

    akibat dari suatu reaksi hipersensitivitas terhadap virus yang sedang

    bermultiplikasi secara lokal. Hanya terdapat sedikit keterangan mengenai lesi

    yang terjadi akibat parotitis pada manusia. Pada kenyataannya, asinus kelenjar

    parotis masih tetap dipertahankan dengan baik, hanya terdapat edema

    periduktal dan infiltrasi limfosit ke dalam jaringan ikat. Kerusakan utama

    terjadi di sel epitel disertai sejumlah sel polimorfonuklear didalam lumen

    sehingga terjadi dekuamasi epitel yang sempurna dan lumen yang membesar

    berisi debris. Pada sejumlah sel epitel terdapat pembengkakan sitoplasma,

    tetapi jarang mengandung badan inklusi basofilik yang besar. Perubahan yang

    terjadi pada testis melalui 9dsorb yang dilakukan dalam 1 atau 2 hari setelah

    timbul rasa nyeri, bervariasi mulai dari edema jaringan intersisial ringan tanpa

    gangguan spermatogenesis hingga kerusakan epitel lokal disertai infiltrasi

    limfosit di daerah perivaskuler.2

    F. Manifestasi Klinik

    Masa inkubasi parotitis berkisar antara 14 24 hari. Masa prodormal

    ditandai dengan perasaan lesu, rasa nyeri pada otot terutama otot daerah leher,

    sakit kepala, nafsu makan turun dan diikuti pembesaran cepat satu atau dua

    kelenjar parotis serta kelenjar ludah yang lain. Pembesaran kelenjar disertai

    rasa sakit dan akan membengkak secara khas yaitu dimulai dengan pengisisan

    ruangan di antara batas belakang tulang rahang bawah dan tulang mastoid,

    9

  • 7/27/2019 Presus Parotitis

    10/17

    kemudian meluas dalam bentuk bulan sabit ke bawah 10dsorb depan, karena

    perluasan ke atas dibatasi oleh tulang zygomatikus3. Edema pada kulit dan

    jaringan lunak biasanya meluas dan mengaburkan batas pembengkakan

    kelenjar sehingga pembesaran tersebut lebih dapat dinilai berdasarkan

    penglihatan 10dsorbs10ng perabaan. Pembengkakan dapat terjadi dengan

    sangat cepat, mencapai besar maksimal dalam jangka waktu beberapa jam

    saja, meskipun biasanya mencapai puncak pembengkakan dibutuhkan waktu

    1-3 hari. Jaringan yang membengkak akan mendorong cuping telinga ke atas

    dan keluar sehingga sudut rahang bawah tidak terlihat lagi. Pembengkakan

    akan mereda pelahan lahan dalam waktu 3-7 hari, tetapi kadang kadang dapat

    berlangsung lama6.

    Daerah yang mengalami pembengkakan terasa lunak dan nyeri, perasaan

    nyeri dibangkitkan terutama ketika mencicipi cairan asam seperti sari jeruk

    atau cuka. Kulit kemerahan dan pembengkakan sering terjadi di sekitar muara

    duktus stenosi. Bersamaan dengan pembengkakan kelenjar parotis dapat

    terjadi edema laring dan paaltum molle sehingga mendorong tonsil kea rah

    tengah. Dapat ditemukan pula edema di atas manubrium sterni serta dinding

    dada bagian atas yang mungkin terjadi akibat bendungan cairan limfatik.

    Pembengkakan kelenjar parotis biasanya disertai oleh demam yang tidak

    begitu tinggi tetapi sering diketemukan pula suhu badan yang normal. Tidak

    terdapat hubungan antara luasnya pembengkakan dengan derajat demam yang

    diderita2.

    Pembesaran kelenjar submandibular sering pula dijumpai dan biasanya

    menyertai atau menyusul pembengkakan kelenjar paotis. Pembengkakan ini

    akan menempuh dua pola, yaitu :

    1. Berbentuk lonjong yang meluas kearah depan dan bawah mulai dari sudut

    tulang rahang bawah.

    2. Berbentuk setengah lonjong yang meluas secara langsung kearah bawah.

    Kemerahan dan pembengkakan pada muaraduktus Wharton sering menyertai

    pembengkakan tersebut. Pembengkakan kelenjar sublingual paling jarang

    10

  • 7/27/2019 Presus Parotitis

    11/17

    terjadi, tetapi jika terjadi pembengkakan biasanya akan mengenai kedua sisi

    yang dapat dilihat pada daerah submental dan dasar mulut

    G. Diagnosis

    Diagnosis parotitis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis,

    pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

    1. Anamnesis

    Walaupun tidak spesifik, secara umum penderita parotitis mengalami :

    a. Ada riwayat keluarga atau tetangga yang juga menderita parotitis.

    b. Riwayat imunisasi yang tidak adekuat.

    c. Rasa sakit dan pembengkakan pada kelenjar parotis.

    d. Terdapat nyeri telan

    e. Malaise, anoreksia dan demam dapat terjadi.

    2. Gejala klinis

    Gejala klinis dapat berupa6 :

    a. Panas ringan sampai tinggi

    b. Keluhan nyeri di daerah parotis salah satu atau kedua sisi disertai

    pembesaran kelenjar.

    c. Keluhan nyeri otot terutama di daerah leher, sakit kepala dan rasa

    malas.

    3. Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan fisik pada pasien parotitis akan didapatkan antara lain 5 :

    a. Pada inspeksi terlihat pembengkakan dan eritm pada kulit leher, baik

    unilateral maupun bilateral.

    b. Kelenjar parotisyang mengalami inflmasi biasanya teraba kenyal.

    c. Kelenjar submandibularis dan sublingualis juga mengalami

    pembengkakan.

    d. Adanya nyeri telan

    4. Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu penegakan

    diagnosis parotitis antara lain:

    11

  • 7/27/2019 Presus Parotitis

    12/17

    a. CT scan dan MRI2

    CT scan dan MRI dapat digunakan untuk menentukan ukuran, bentuk

    dan kualitas pembengkakan dan digunakan terutama untuk

    membedakan massa padat dan kistik. CT scan juga digunakan bila

    dicurigai adanya komplikasi meningoencepalitis.

    b. Sialography

    Memperlihatkan anatomi dari duktus parotis

    c. Ultrasound

    Lebih non invasive 12dsorbs12ng sialography, digunakan untuk

    membedakan massa padat dan cairan dalam glandula parotis

    d. Isolasi virus

    Virus parotitis dapat diisolasi dari saliva, cairan serebrospinal atau urin

    yang dikumpulkan 4 hari setelah permulaan sakit. Setelah pemberian

    antibiotic, bahan diinokulasikan ke dalam biakan sel ginjal monyet.

    Adanya virus dalam biakan jaringan dapat diketahui dalam 5-6 hari

    dengan cara 12dsorbs sel darah merah yang sesuai oleh sel yang

    terkena infeksi. Serum imunoflourensi dapat pula menidentifikasi

    isolate virus dalam biakan sel dalam waktu 2-3 hari.

    H. Diagnosis Banding

    Pada umumnya diagnosis klinik parotitis mudah ditegakkan, tetapi pada

    kasus tertentu perlu dibedakan dengan penyakit lain yang member gambaran

    klinis hampir sama, yaitu :

    a. Parotitis supurative, pada penyakit ini sering terjadi pengeluaran nanah

    dari dalam kelenjar parotis bila dilakukan penekanan dan terjadi

    leukositosis.

    b. Kalkulus saliva, akibat sumbatan saluran kelenjar parotis yang

    menyebabkan pembengkakan interminten.

    c. Sialolithiasis (batu parotis), gejala yang ditimbulkan diantara

    pembesarkan kelenjar parotis yang berlangsung lambat dan terus

    menerus disertai perasaan nyeri yang ringan sampai berat.

    12

  • 7/27/2019 Presus Parotitis

    13/17

    d. Limfadenitis preaurikuler atau servikal anterior karena sebab apapun.

    e. Tumor parotis, ditandai dengan pembesaran kelenjar parotis yang

    berlangsung cepat dan progresif, umumnya unilateral dan tidak disertai

    rasa nyeri.

    f. Sjorgen`s syndrome (Parotitis, keratokonjuntivitis, tidak adanya air

    mata)

    I. Penatalaksanaan

    Dalam pengobatan parotitis, terapi yang dianjurkan adalah terapi

    konservatif. Perhatian yang adekuat terhadap hidrasi dan alimentasi sangat

    penting. Pasien bisa mengalami kesulitan dengan makanan asam. Diet harus

    ringan dengan banyak mengadung cairan.

    Kadang kadang perlu analgetik untuk sakit kepala yang hebat atau

    ketidaknyamanan yang disebabkan oleh parotitis. Mungkin pada orchitis

    perlu analgetik yang lebih kuat lagi. Muntah jarang menjadi berat hingga

    membutuhkan cairan intravena. Namun, pada kejadian ini kehilangan

    elektrolit harus diganti

    Pasien yang dirawat di rumah sakit harus diisolasi selama 9 hari sesudah

    mulainya pembengkakan. Juga dianjurkan interval istirahat yang sama di

    rumah bagi anak sekolah.

    J. Komplikasi

    Viremia bertanggung jawab atas manifestasi klinis infeksi parotitis pada

    organ lain selain kelenjar ludah.

    1. Orchitis

    Merupakan komplikasi yang paling ditakutkan pada laki laki. Lesi ini

    jarang terjadi pada anak laki laki prepubertas tetapi sering ditemukan

    pada remaja dewasa, terjadi pada 14-35% kasus. Orchitis biasanya

    terjadi sekitar delapan hari setelah gejala awal parotitis tetapi dapat

    pula terjadi sebelum atau tanpa didahului gejala awal parotitis. Orchitis

    paling sering terjadi unilateral, tapi pernah dilaporkan 17-38% terjadi

    13

  • 7/27/2019 Presus Parotitis

    14/17

    bilateral. Testis yang terserang berwarna merah, edema dan terasa

    nyeri. Lama penyakit rata-rata empat hari. Setelah orchitis dapat terjadi

    atropi dan kemandulan timbul terutama pada orchitis bilateral.

    2. Meningoensefalitis

    Merupakan komplikasi yang sering terjadi selam masa anak-anak.

    Laki-laki terserang 3-5 kali lebih sering daripada perempuan.

    Pathogenesis meningoensefalitis yang disebabkan parotitis

    digambarkan sebagai suatu infeksi primer pada neuron oleh virus

    maupun sebagai suatu ensefalitis paska infeksi disertai demielinisasi.

    Pada tipe pertama, parotitis sering muncul pada saat yang bersamaan

    atau menyusul ensefalitis. Pada tipe kedua, ensefalitis menyusul rata-

    rata 10 hari setelah terjadi parotitis. Parotitis dianggap sebagai

    penyebab terjadinya stenosis aquaduktus dan hidrosephalus pada anak.

    Gambaran klinis menigoensefalitis sama dengan oleh penyebab lain.

    Pada awal penyakit, virus parotitis dapat diisolasi dari cairan

    serebrospinal.

    3. Ooforitis

    Dijumpai pada sekitar 7% dari semua kasus perempuan berusia

    prepubertas. Pada ooforitis tidak terbukti terjadinya ganguan

    kesuburan.

    4. Pankreatitis

    Keterlibatan pancreas jarang terjadi, tetapi infeksi ringan atau subklinis

    mungkin lebih banyak terjadi. Keadaan ini dapat terjadi tanpa

    berkaitan dengan manifestasi pada kelenjar ludah dan didiagnosis

    secara keliru sebagai gastroenteritis. Rasa nyeri episgartrium dan nyeri

    tekan memberikan petunjuk dugaan penyakit tersebut. Dapat disertai

    demam, menggigil, muntah, malaise. Pemeriksaan kadar lipase serum

    dapat menolong menegakkan diagnosis.

    5. Tiroiditis

    tiroiditis jarang ditemukan pada anak, tetapi pembengkakan difus

    14

  • 7/27/2019 Presus Parotitis

    15/17

    dengan nyeri tekan dapat terjadi kurang lebih satu minggu setelah

    parotitis, disusul oleh pembentukan antibody antitiroid.

    6. Miokarditis

    Manifestasi pada jantung yang berat sangat jarang ditemukan, infeksi

    ringan yang menyerang miokardium mungkin lebih sering terjadi dan

    sering kali diabaikan. Perubahan EKG yang dapat ditemukan adalah

    depresi segmen ST. keterlibatan jantung pada parotitis dapat

    menerangkan timbulnya rasa nyeri prekordial, bradikardi serta kadang-

    kadang perasaan letih.

    7. Ketulian

    Ketulian saraf yang terjadi setelah parotitis mungkin bersifat unilateral

    atau jarang dapat pula bilateral.meskipun kejadian ini memperlihatkan

    insidensi yang rendah tapi parotitis dianggap sebagai penyebab

    ketulian saraf unilateral. Gangguan ketulian dapat timbul secara

    mendadak atau perlahan lahan dan dapat bersifat sementara atau

    menetap.

    K. Prognosis

    Penderita parotitis akan mendapatkan imunitas seumur hidup apabila

    sembuh.

    L. Pencegahan

    Pencegahan aktif yaitu dengan memberikan vaksinasi virus parotitis

    epidemika yang hidup tetapi telah dilemahkan. Vaksin umum yang

    diberikan adalah dalam bentuk kombinasi MMR ( mumps, measles, rubella).

    Vaksin MMR mulai diberikan pada umur 12-15 bulan dan pemberian

    ulangan diberikan pada usia 4-6 tahun, jika pemberian ulangan tidak

    memungkinkan untuk dilakukan, sebaiknya diberikan sebelum usia 12

    tahun.

    Dosis pemberian vaksin parotitis pada anak :

    a. Dosis pertama : 0,5 ml subkutan pada usia 12-18 bulan.

    15

  • 7/27/2019 Presus Parotitis

    16/17

    b. Booster diberikan dua kali dengan dosis : 0,5 ml subkutan pada usia 4-6

    tahun, dengan rentang waktu 4-6 minggu.

    c. Catch Up dose : jika sebelumnya tidak diimunisasi pada usia 6 tahun,

    berikan 2 dosis 0,5 ml subkutan dengan rentang waktu 4-6 minggu.

    Kontraindikasi pemberian vaksinasi MMR adalah:

    a. Anak sakit, baik itu dengan ataupun tanpa demam

    b. Anak dengan riwayat atopic

    c. Pasien dengan imunodefisiensi

    d. Wanita hamil

    e. Penderita kanker yang mempengaruhi sumsum tulang atau system

    limfe

    Di amerika serikat, insidensi parotitis menurun tajam sampai 90%

    setelah dilakukan vaksinasi terhadap penyakit ini. Vaksin MMR tidak

    menyebabkan efek samping demam atau reaksi klinis lain. Anak yang telah

    mendapat vaksinasi tidak mengeluarkan virus dari tubuhnya, karena itu tidak

    menular bagi kontak yang rentan. Kadang-kadang parotitis dapat timbul7-10

    hari setelah vaksinasi. Vaksin MMR akan membangkitkan antibody pada

    kurang lebih 96% penerima yang sebelumnya seronegatif. Antibody yang

    dihasilkan dengan cara demikian kadarnya kurang lebih 1/5 dari yang

    dihasilkan oleh infeksi alami, tetapi memperlihatkan efektifitas perlindungan

    sebesar 97% terhadap parotitis yang didapat kan secara alamiah.

    Perlindungan yang diberikan vaksin tersebut tampaknya berlangsung untuk

    jangka waktu yang lama.

    Selain dengan vaksinasi, pencegahan penyebaran virus parotitis juga bisa

    dilakukan melalui pola hidup sehat dan menjauhi atau menghindari kontak

    dengan penderita

    16

  • 7/27/2019 Presus Parotitis

    17/17

    DAFTAR PUSTAKA

    Abbas Merdjani, 2002. Parotitis Epidemika, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak :

    infeksi dan penyakit tropis ; Balai Penerbit FKUI Jakarta

    Anonim, 2005, Pediatric Clinical Practice Guideline for Parotitis, diambil dari

    http://www.hc-sc.gc.ca/fnisah-spnia/pubs/services/2001pedguide/chap18beng.php

    Anonim,2008.parotitis,diambil dari http://www.wikipedia.com/parotitis.htm

    Brunell A. Philip, 1995. Buku Ajar pediatric Rudolph. Ed 20, Jakarta, EGC.

    Jerry W. Templer, 2008. Parotitis diambil dari

    http://www.emedicine.medscape.com/Parotiti/882461-print.htm

    Komite medic, Standar Pelayanan Medis parotitis Epidemika, Standar

    Pelayanan Medik RSUP dr.Sardjito ; Penerbit Medika fakultas Kedokteran

    Universitas Gajah Mada

    Snell S. Richard, 2006. Anatomi Klinik, Ed-6. Penerbit Buku Kedokteran EGC,

    Jakarta.

    17

    http://www.hc-sc.gc.ca/fnisah-spnia/pubs/services/2001pedguide/chap18beng.phphttp://www.wikipedia.com/parotitis.htmhttp://www.emedicine.medscape.com/Parotiti/882461-print.htmhttp://www.hc-sc.gc.ca/fnisah-spnia/pubs/services/2001pedguide/chap18beng.phphttp://www.wikipedia.com/parotitis.htmhttp://www.emedicine.medscape.com/Parotiti/882461-print.htm