preskes anak- gea

16
BAB I PENDAHULUAN Diare masih merupakan salahsatu penyebabutama morbiditas dan mortalitas anak di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Su kesehatan Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berba penyebab kematian bayi di Indonesia. Sebagian besar diare akut disebabka infeksi. Banyak dampak yang teradi karena infeksi saluran !erna pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan r !airan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi" gangguan keseimbangan elek dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel" penetrasi ke propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldi malabsorpsi. Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik #$utra" 2%%&'. Sampai saat ini penyakit diare masih merupakan masalah masyarakat di Indonesia. (ngka kesakitannya adalah sekitar 2%%-)%% keadian diare diant *%%% penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia diper ditemukan penderita diare sekitar +% uta keadian setiap tahunny besar #,%-&% ' dari penderita ini adalah anak diba ah umur / tahun #0)% keadian'. 1elompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satu kali ke diare. Sebagian dari penderita #*-2 ' akan atuh ke dalam dehidrasi dan k tidak segera ditolong /%-+% diantaranya dapat meninggal #Suraatmaa" 2%% Se!ara umum penanganan diare akut dituukan untuk men!egah menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit asam basa" kemungkinan teradinya intolerasi" mengobati kausa diare yang spesifik" men!egah dan menanggulangi gangguan gi i serta mengobati penyak penyerta. 4ntuk melaksanakan terapi diare se!ara komprehensif" ef efekstif harus dilakukan se!ara rasional. $emakaian !airan rehidrasi oral umum efektif dalam mengkoreksi dehidrasi. $emberian !airanintravena diperlukan ika terdapat kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare" yang tak terkontrol dan terganggunya masukan oraloleh karenainfeksi. Beberapa !ara pen!egahan dengan vaksinasi serta pemakaian probioti *

Upload: maharani-dhian-kusumawati

Post on 07-Oct-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Preskes Anak _ GEA

TRANSCRIPT

Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan/tanpa darah dan/atau lendir dalam tinja

BAB I

PENDAHULUAN

Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia. Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges dan malabsorpsi. Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik (Putra, 2008).Sampai saat ini penyakit diare masih merupakan masalah masyarakat di Indonesia. Angka kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak dibawah umur 5 tahun (+40 juta kejadian). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satu kali kejadian diare. Sebagian dari penderita (1-2%) akan jatuh ke dalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal (Suraatmaja, 2007).Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan efekstif harus dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral secara umum efektif dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena diperlukan jika terdapat kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan terganggunya masukan oral oleh karena infeksi. Beberapa cara pencegahan dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap dan penanganan menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit (Putra, 2008).BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DIARE AKUT

A. DEFINISI

Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan/tanpa darah dan/atau lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Mansjoer, 2000). Perubahan konsistensi terjadi karena peningkatan volume air di dalam tinja akibat ketidakseimbangan antara absorbsi dan sekresi intestinal. Diare paling lama berlangsung kurang dari 14 hari (Soebagyo, 2008).

B. ETIOLOGI

Penyebab diare akut antara lain yaitu virus, bakteri, parasit, alergi susu sapi, laktose defisiensi primer dan obat-obatan tertentu . Penyebab utama oleh virus adalah Rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya yaitu virus Norwalk, Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus, Minirotavirus dan virus bulat kecil.

Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophyla, Escherichia coli enteroaggregatife, E. coli enteroinvansife, E. coli halemortagik, Plesiomonas shigelloides, Vibrio cholerae non-01, V. Parahemolyticus, Yersina enterocolotica. Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, Isospora belli, Balantidium coli, Cryptosporodium, Capillaria philipinensis, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides strecoralis, dan Trichuris trichiura (Irwanto, dkk, 2002).

C. FAKTOR RESIKO

Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain : faktor lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi, perilaku masyarakat. Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan perorangan seperti kebersihan puting susu, kebersihan botol dan dot susu, maupun kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan. Faktor gizi misalnya adalah tidak diberikannya makanan tambahan meskipun anak telah berusia 4-6 bulan. Faktor pendidikan yang utama adalah pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan. Faktor kependudukan menunjukkan bahwa insiden diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan miskin atau kumuh. Sedangkan faktor perilaku orangtua dan masyarakat misalnya adalah kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau membuang tinja anak. Kesemua faktor di atas terkait erat dengan faktor ekonomi masing-masing keluarga (Irwanto, dkk, 2002).Diare yang disebabkan mikroba seperti bakteri, parasit atau virus disebarkan melalui jalan fekal-oral. Mikroba yang berasal dari tinja (feses) dapat melalui jalur jari-jari (fingers)- lalat (flies)- air (fluid)- tanah (field) yang akan menyebabkan kontaminasi pada makanan atau minuman. Jalur ini dikenal dengan jalur 4 F.

Gambar: Rute fekal-oral (Soebagyo, 2008)

D. PATOGENESIS

Virus

Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elekrolit. Kerusakan vili dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase terutama laktase. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya menjadi matang.Bakteri

1. Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus pertama-tama harus menempel mukosa untuk menghindarkan diri dari penyapuan. Penempelan terjadi melalui antigen yang menyerupai rambut getar, disebut pili atau fimbria yang melekat pada reseptor di permukaan usus. Hal ini terjadi misalnya pada E. coli enterotoksigenik dan V. Cholera 01. Pada beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan dengan perubahan epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan (misalnya infeksi E. coli enteropatogenik atau enteroaggrerasi).2. Toksin yang menyebabkan sekresi. E. coli enterotoksigenik, V. cholerae 01 dan beberapa bakteri lain mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi sel epitel. Toksin ini mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan mungkin meningkatkan sekresi chlorida dari kripta, yang menyebabkan sekresi air dan elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang sakit diganti dengan sel yang sehat setelah 2-4 hari.3. Invasi mukosa. Shigella, C. Jejuni, E. coli enteroinvasife dan Salmonella dapat menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan sel epitel mukosa. Ini terjadi sebagian besar di colon dan bagian distal ileum. Invasi mungkin diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial yang menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah putih atau terlihat adanya darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini menyebabkan kerusakan jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan elektrolit dari mukosa (Ditjen PPM & PLP, 1999).Parasit

1. Penempelan mukosa. G. Lamblia dan Cryptosporodium menempel pada epitel usus halus dan menyebabkan pemendekan vili yang kemungkinan menyebabkan diare.2. Invasi mukosa. E. histolytica menyebabkan diare dengan cara menginvasi epitel mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses dan ulkus. Namun hal ini baru terjadi bila strainnya sangat ganas.

Obat-obatan

Beberapa macam obat terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare. Antibiotika agaknya membunuh flora normal usus sehigga organisme yang tidak biasa atau yang kebal terhadap antibiotik itu sendiri akan berkembang bebas. Disamping itu sifat farmakokinetika dari antibiotika itu sendiri juga memegang peran penting. Sebagai contoh ampisilin dan klindamisin adalah antibiotik yang dikeluarkan di dalam empedu yang merubah flora flora tinja secara intesif walaupun diberikan secara parental. Antibiotik juga bisa menyebabkan malabsorbsi, misalnya tetrasiklin, kanamisin, basitrasin, polmiksin, dan neomisin (Irwanto, dkk, 2002).E. PATOFISIOLOGI

Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare yaitu sekretorik dan osmotik.

Diare sekretorik

Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi chlorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah sekresi cairan yang menebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair yang dapat menyebabkan dehidrasi. Pada diare infeksi perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin bakteri seperti toksin E.coli dan V. cholerae 01 atau virus (Rotavirus).

Diare osmotik

Diare osmotik terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan sulit diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi yang diabsorbsi dengan jelek berupa larutan hipertonik, air dan beberapa elektrolit akan pindah dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari isi usus sama dengan cairan ekstraseluler dan darah. Hal in meningkatkan volume tinja dan menyebabkan dehidrasi karena kehilangan cairan tubuh (Ditjen PPM & PLP, 1999). Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), yang secara klinis berupa pernafasan kusmaull, hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi (Aswitha, dkk, 2000).F. MANIFESTASI KLINIS

Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan/ sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir bibir dan mulut kering (Aswitha, dkk, 2000).

Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare itu sendiri. Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam menggambarkan kelainan yang mendasari dan perubahan fisiologi yang berbeda-beda :

1. Diare cair akut (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam sampai dengan beberapa hari. Pada diare ini perlu diwaspadai bahaya terjadinya dehidrasi, juga dapat terjadi penurunan berat badan apabila intake makanan kurang.2. Diare akut dengan pendarahan (disentri) , dimana pada diare ini bahaya utamanya adalah kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.3. Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih), dimana bahaya utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non intestinal berat serta dehidrasi.4. Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor) dengan bahaya utamanya antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal jantung, dan defisiensi mineral dan vitamin (WHO, 2004).

G. PENCEGAHAN

Diare dapat dicegah dengan langkah seperti berikut (Pusponegoro et al., 2004) :1. Upayakan ASI tetap diberikan2. Menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci tangan sebelum makan3. Meningkatkan kebersihan lingkungan seperti buang air besar di jamban

4. Memberikan imunisasi campak

5. Memberikan makanan penyapihan yang benar

6. Penyediaan ait minum yang bersih

7. Selalu memasak makanan.H. DIAGNOSIS

1.Anamnesis

a. Riwayat diare sekarang :

i. Sudah berapa lama diare berlangsungii. Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan jumlah tinjaiii. Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah tidak)iv. Muntah (frekuensi dan jumlah)v. Demamvi. Buang air kecil terakhirvii. Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurunviii. Jumlah cairan yang masuk selama diareix. Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan, obat, oralit)x. Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya (IDAI, 2004)xi. Riwayat bepergian ke daerah yang sedang terkena wabah diarexii. Kontak dengan orang yang sakit

xiii. Penggunaan antibiotik (Prescilla,2006)b.Riwayat diare sebelumnya : kapan, berapa lama

c.Riwayat penyakit penyerta saat ini

d.Riwayat imunisasi : lengkap atau tidak.

e.Riwayat makanan sebelum diare : ASI, susu formula, makan makanan yang tidak biasa (Subagyo, 2004).2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu, kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan. Perhatikan pula ada tidaknya pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal, akral dingin, perfusi jaringan serta derajat dehidrasinya.

Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :

a.Tanpa dehidrasi (kehilangan caiaran < 5% berat badan)i. Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahanii. Keadaan umum baik dan sadariii. Tanda vital dalam batas normal (denyut jantung, kualitas nadi dan pernapasan normal)iv. Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa mulut dan bibir basahv. Turgor abdomen baik, bising usus normalvi. Capillary refill time normalvii. Kencing normalviii. Akral hangatix. Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau minum, muntah terus menerus, diare yang frekuen).b.Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)

i. Apabila di dapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda tambahanii. Keadaan umum gelisah dan cengengiii. Denyut jantung meningkat, kualitas nadi melemah, pernapasan cepativ. Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit keringv. Turgor kurangvi. Capillary refill time memanjangvii. Kencing berkurangviii. Akral hangatix. Pasien harus rawat inap.

c.Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)i. Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda tambahanii. Keadaan umum lemah, letargi atau komaiii. Takikardi, bradikardi pada kasus berativ. Kualitas nadi lemah, kecil, tidak terabav. Pernapasan dalamvi. Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa mulut dan bibir sangat keringvii. Turgor buruk (cubitan pada kulit abdomen kembali > 2 detik)viii. Capillary refill time memanjang, minimalix. Kencing sangat kuranG

x. Akral dinginxi. Pasien harus rawat inap (IDAI, 2004).

Penilaian dehidrasi menurut MTBS

Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda berikut ini :

Letargis atau tidak sadar

Mata cekung

Tidak bisa minum atau malas minum

Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat Dehidrasi berat

Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut ini:

Gelisah, rewel

Mata cekung

Haus, minum dengan lahap

Cubitan kulit perut kembalinya lambatDehidrasi ringan/sedang

Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan dehidrasi berat atau ringan/sedang

Tanpa dehidrasi

(Ditjen PPM & PLP, 1999)

3. Pemeriksaan Penunjang

a.Pemeriksaaan tinja

-Makroskopis : bau, warna, lendir, darah , konsistensi

-Mikroskopis: eritrosit, lekosit, bakteri, parasit

-Kimia : PH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)

-Biakan dan uji sensitivitas

b.Pemeriksaan darah : Darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang), kadar ureum dan kreatinin darah.

c.Pemeriksaan urin : urin rutin (Aswitha, dkk, 2001)

I. PENATALAKSANAAN

1.Atasi dehidrasi

a. Tanpa dehidrasi

Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis:

i. < 1 tahun: 50-100 ccii. -5 tahun : 100-200 cciii. > 5 tahun : semaunya.

b. Dehidrasi ringan sedang

Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama dilanjutkan pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur seperti di atas setiap kali buang air besar.

c. Dehidrasi berat

Rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat 100 cc/kgBB. Cara pemberian :

i. < 1 tahun : 30cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB dalam 5 jam berikutnya.ii. > 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB dalam 2 jam berikutnya.

Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama proses rehidrasi.

2.Pemakaian antibiotik

Bila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik sesuai dengan hasil pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah kotrimoksazol, amoksisilin dan atau sesuai hasil uji sensitivitas.

3.Diet

Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering, rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.

4.Jangan mengunakan spasmolitika

5.Koreksi elektrolit : koreksi bila terjadi hipernatremia, hiponatremia, hiperkalemia atau hipokalemia.

Salah satu akibat dari kekurangan cairan tubuh adalah hipokalemia. Hipokalemia adalah suatu keadaan dimana tubuh mengalami kekuarangan konsentrasi kalium dalam darah. Kadar normal kalium dalam darah sebesar 3,55 mEg/liter, yang berarti seseorang dinyatakan mengalami hipokalemia adalah ketika kadar kalium dalam darah kurang dari 3,5 mEg/liter. Karena kalium dimanfaatkan oleh sistem saraf otonom (SSO) yang digunakan untuk mengendalikan detak jantung, fungsi otak dan proses fisiologi lainnya. Sehingga hipokalemia dapat menyebabkan kelemahan otot, kejang otot dan bahkan kelumpuhan, serta dapat mempengaruhi irama jantung. Selain itu kadar kalium yang terlalu rendah dapat mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk berdetak dan pada akhirnya menyebabkan kegagalan jantung. Penentuan atau diagnosis seseorang mengalami hipokalemi diketahui melalui pemeriksaan darah di laboratorium.Hipokalemia juga dapat terjadi karena fungsi ginjal yang tidak berfungsi dengan baik, karena ginjal yang normal dapat menahan kalium dalam darah. Selain itu sindrom cushing, yang disebabkan oleh diproduksinya hormon aldosteron yang berakibat pada ginjal mengeluarkan kalium dalam kadar yang besar, sebagai penyebab lain terjadinya hipokalemia. Selain itu pola konsumsi yang berlebihan atas kayu manis dan tembakau serta penggunaan insulin dan obat-obatan asma seperti albuterol, terbutalin dan teofilin dapat mempengaruhi fungsi ginjal dalam menahan kalium dalam darah.

Untuk pengobatan hipokalemia akibat diare hal pertama yang perlu dilakukan adalah dengan memperbanyak minum cairan elektrolit atau diare untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang serta meminum obat penghenti diare. Sedangkan untuk pengobatan hipokalemianya sendiri dapat dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung kalium yang tinggi seperti pisang atau dengan mengkonsumsi garam kalium. Karena kalium dapat mengiritasi saluran pencernaan garam kalium diberikan dalam dosis kecil. Sedangkan pada kasus hipokalemia berat, dilakukan pemberian kaliun secara intravena. Namun hal tersebut harus dilakukan dalam pantauan dokter dan biasanya dilakukan di rumah sakit untuk menghindari kenaikan kadar kalium yang terlalu tinggi (Armon, 2001).6.Vitamin A

- 6 bulan 1 tahun : 100.000 IU

- >1 tahun : 200.000 IU

7.Pendidikan orangtua : penyuluhan tentang penanganan diare dan cara-cara

pencegahan diare (IDAI, 2004).

Indikasi rawat inap :

1. Diare akut dengan dehidrasi berat2. Diare akut dehidrasi ringan sedang dengan komplikasi3. Usia < 6 bulan (usia yang mempunyai resiko tinggi mengalami dehidrasi), buang air besar cair > dari 8 kali dalam 24 jam dan muntah > dari 4 kali sehari (Armon, 2001).

J. PENCEGAHAN

1. Upaya mencegah penyebaran kuman patogen

Berbagai kuman penyebab diare disebarkan melalui jalan orofekal seperti air, makanan dan tangan yang tercemar. Upaya pemutusan penyebaran kuman penyebab harus difokuskan pad cara penyebaran ini.

Upaya yang terbukti efektif adalah:

a. Pemberian ASI saja pada bayi umur 4-6 bulanb. Menghindarkan penggunaan susu botolc. Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI (untuk mengurangi perkembangbiakan bakteri).d. Penggunaan air bersih untuk minume. Mencuci tangan (sesudah buang air besar dan membuang tinja bayi, sebelum menyiapkan makanan atau makan)f. Membuang tinja termasuk tinja bayi secara benar.2. Cara memperkuat daya tahan tubuh pejamu.

a. Melaksanakan pemberian ASI paling tidak sampai 2 tahun pertama kehidupanb. Memperbaiki status gizi (dengan memperbaiki nilai gizi makanan pendamping ASI dn memberikan anak lebih banyak makanan)c. Imunisasi campakK. PEMANTAUAN

1. Terapi

Setelah pemberian cairan rehidrasi harus dinilai ulang derajat dehidrasi, berat badan, gejala dan tanda dehidrasi. Jika masuk dehidrasi maka dilakukan rehidrasi ulang sesuai dengan derajat dehidrasinya. Jika setelah 3 hari pemberian antibiotik klinis dan laboratorium tidak ada perubahan maka dipikirkan penggantian antibiotik sesuai hasil uji sensitivitas.2. Tumbuh kembang3. Timbang berat badan sebelum dan sesudah rehidrasi, 2 minggu setelah sembuh dan seterusnya secara periodik sesuai umur. Jika anak mengalami gizi buruk maka dikelola sesuai dengan SPM gizi buruk

Penderita dapat dipulangkan bila penderita tidak dehidrasi, keadaaan umum dan tanda vital baik, sudah bisa makan dan minum (IDAI, 2004).

DAFTAR PUSTAKAArmon, 2001. An evidence and consensus based guideline for acute diarrhoea management. http://[email protected] (diakses tanggal 25 Oktober 2011)Aswitha, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran; Gastroenterologi Anak. Media Aesculapius. Jakarta, hal : 470 471.

Ditjen PPM & PLP, 1999. Buku Ajar Diare. Jakarta, hal : 8-10.

IDAI, 2004. Standar Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta, hal : 49-52.

Irwanto, dkk. 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika. Jakarta, hal : 73 79.

Mansjoer, A., et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius FK UI, hal : 470.

Prescilla, RP. 2006. Gastroenteritis. www.emedicinehealth.com (diakses tanggal 25 Oktober 2011)Pusponegoro, HD., et al. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi I. Jakarta, hal : 49.Putra, DS. 2008. Diare Akut pada Anak, Upaya Mengurangi Kejadian Komplikasi Diare Akut. Ilmu Kesehatan Anak RSUD Arifin Achmad / FK UNRI : http://www.dr-rocky.com/layout-artikel-kesehatan/42-diare-akut-pada-anak (diakses tanggal 25 Oktober 2011)

Soebagyo B, 2008. Diare Akut pada Anak. Surakarta: UNS Press, hal : 2.

Subagyo, 2004. Standar Pelayanan Medis Kelompok Staf Medis Fungsional Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta, hal : 58-63.

Suraatmaja, S. 2010. Diare. Dalam: Suraatmaja, S., et al. 2010. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Denpasar: FK Universitas Udayana, hal : 1.

WHO, 2004. Diarrhoea : Water, Sanitation and Hygiene Links to Health http://www.wikipedia.com (diakses tanggal 25 Oktober 2011)

Fingers

Flies

Mouth/ mulut

Food

(makanan/ minuman)

Feses

Fluid

Field

PAGE 12