gea anak askep g3.docx

86
BAB I LANDASAN TEORI A. MEDIS 1. Pengertian a. Gastroentritis (GE) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (capital selekta,edisi 3.1999). b. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi yang meningkat (Smeltzer dan Bare, 2001, hal 1093). c. Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya d. Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995). e. Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari (Suhariyono, 2003). Dari kelima pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan 1

Upload: indra-saputra

Post on 18-Jul-2016

140 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB I

LANDASAN TEORI

A. MEDIS

1. Pengertian

a. Gastroentritis (GE) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus

yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (capital

selekta,edisi 3.1999).

b. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih

banyak dari biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan tinja

berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai

frekuensi yang meningkat (Smeltzer dan Bare, 2001, hal 1093).

c. Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau

bentuk tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya

d. Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang

disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang

patogen (Whaley & Wong’s,1995).

e. Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari

(Suhariyono, 2003).

Dari kelima pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa

Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang

memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dari biasanya yang

disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.

2. Anatomi Fisiologi

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)

adalahsistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,

mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam

aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau

merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

1

2

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,

lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.Sistem pencernaan juga

meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas,

hati dan kandung empedu.

Gambar 1. System Pencernaan

a. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada

hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian

awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.Mulut

merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut

dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang

terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari

manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di

hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh

gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih

mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian

dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai

mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya

lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.

Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.

3

b. Tenggorokan (Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal

dari bahasa yunani yaitu Pharynk.Didalam lengkung faring terdapat tonsil

(amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit

dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan

antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan

rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.

Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan

perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan

rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium

Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi dengan

hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian

inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut

nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak

dengan ruang gendang telinga,Bagian media disebut orofaring,bagian ini

berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring

yang menghubungkan orofaring dengan laring

c. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui

sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan

berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.

Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso - "membawa",

dan έφαγον, phagus - "memakan").

Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut

histologi.Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:

1) bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)

2) bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)

3) serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus)

4

d. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang

keledai.Terdiri dari 3 bagian yaitu

1) Kardia.

2) Fundus.

3) Antrum.

Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot

berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.

Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi

lambung ke dalam kerongkongan.Lambung berfungsi sebagai gudang

makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan

dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3

zat penting :

1) Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam

lambung.Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan

kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.

2) Asam klorida (HCl)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang

diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung

yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi

dengan cara membunuh berbagai bakteri.

3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

e. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus keciladalah bagian dari saluran pencernaan yang

terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan

pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena

porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air

(yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).

5

Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna

protein, gula dan lemak.Lapisan usus halus, lapisan mukosa (sebelah

dalam), lapisan otot melingkar (M sirkule), lapisan otot memanjang (M

Longitidinal) dan lapisan serosa (Sebelah Luar).Usus halus terdiri dari tiga

bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan

usus penyerapan (ileum).

1) Usus dua belas jari

Usus dua belas jari atau duodenumadalah bagian dari usus halus yang

terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong

(jejunum).

Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus,

dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.

Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak

terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari

yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari

terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.

Nama duodenum berasal dari bahasa Latinduodenum digitorum, yang

berarti dua belas jari.

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari

(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan

masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang

bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan

sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

2) Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah

bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum)

dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh

usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus

kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan

mesenterium.

Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat

jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.

6

Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni

berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan

dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri.

Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan

secara makroskopis.

Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti "lapar" dalam

bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus,

yang berarti "kosong".

3) Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileumadalah bagian terakhir dari usus halus. Pada

sistem pencernaanmanusia,ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan

terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus

buntu.

Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan

berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

f. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu

dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus

besar terdiri dari :

1) Kolon asendens (kanan)

2) Kolon transversum

3) Kolon desendens (kiri)

4) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna

beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.Bakteri di dalam

usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.

Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta

antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus

besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya

lendir dan air, dan terjadilah diare.

7

g. Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, "buta") dalam istilah anatomi

adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian

kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia,

burung, dan beberapa jenis reptil.Sebagian besar herbivora memiliki sekum

yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang

sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

h. Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.Infeksi

pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis

yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di

dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).Dalam

anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform

appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang

menyambung dengan caecum.Umbai cacing terbentuk dari caecum pada

tahap embrio.

Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa

bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap,

lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda - bisa di retrocaecal atau di

pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.Banyak orang

percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian

yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem

limfatik.Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.

i. Rektum dan anus

Rektum (Bahasa Latin: regere, "meluruskan, mengatur") adalah sebuah

ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan

berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan

sementara feses.Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat

yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.

8

Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul

keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum

karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf

yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak

terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana

penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk

periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.Orang

dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan

anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot

yang penting untuk menunda BAB.

Anusmerupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah

keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan

sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot

sphinkter.Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar

- BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

j. Pankreas

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi

utama yaitu menghasilkan enzimpencernaan serta beberapa hormon penting

seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posteriorperut dan

berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).

Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :

1) Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan

2) Pulau pankreas, menghasilkan hormon

Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan

melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas

akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah

protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan

dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai

saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium

bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan

asam lambung.

9

k. Hati

Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan

memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan

pencernaan.Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan

memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen,

sintesis protein plasma, dan penetralan obat.Dia juga memproduksi bile,

yang penting dalam pencernaan.Istilah medis yang bersangkutan dengan

hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk hati,

hepar.

Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan

pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke

dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada

akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta.Vena porta terbagi

menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk

diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah

darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi

umum.

l. Kandung empedu

Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk

buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan

tubuh untuk proses pencernaan.

Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan

berwarna hijau gelap - bukan karena warna jaringannya, melainkan karena

warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan

hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2

fungsi penting yaitu:

1) Membantu pencernaan dan penyerapan lemak

2) Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama

haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan

kelebihan kolesterol

10

3. Etiologi

Menurut Brunner & Suddarth 2002 terdapat beberapa etiologi pada penderita

gastrointestinal akut yaitu :

a.Makanan yang terkontaminasi racun atau karena makanan yang sudah basi.

b. Infeksi kuman

c.Malabsorpsi garam empedu.

d. Penyakit inflamasi usus(enteritis regional, colitis ulseratif) terutama

menyebabkan diare kronik dengan darah atau mucus

e.Akibat obat – obatan laksatif, dan garam berlebihan

4. Pathogenesis dan Patofisiologi

a. Pathogenesis menurut Ngastiyah (2008) yaitu:

1) Gangguan osmotic

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik meninggi dalam rongga usus. Isi rongga

usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya

sehingga timbul gastroenteritis.

2) Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan

selanjutnya timbul gastroenteritis karena terdapat peningkatan isi

rongga usus.

3) Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus

untuk menyerap makanan sehingga timbul gastroenteritis. Sebaliknya

bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh

berlebihan, selanjutnya timbul pula gasteoenteritis.

11

b. Patofisiologi

(http:/nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-

gastroenteristis)

Berdasarkan cairan yang hilang tingkat dehidrasi terbagi menjadi:

a. Dehidrasi ringan, jika kekurangan cairan 5% atau 25 ml/kg/bb.

b. Dehidrasi sedang, jika kekurangan cairan 5-10% atau 75 ml/kg/bb.

c. Dehidrasi berat, jika kekurangan cairan 10-15% atau 125 ml/kg/bb.

12

Gastroenteritis dapat disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri secara langsung

atau oleh efek dari nurotoxin yang diproduksi oleh bakteria.Infeksi ini

menimbulkan peningkatan produksi air dan garam ke dalam lumen usus dan

juga peningkatan motilitas, yang menyebabkan sejumlah besar makanan yang

tidak dicerna dan cairan dikeluarkan.Dengan gastroenteritis yang hebat,

sejumlah besar cairan dan elektrolit dapat hilang, menimbulkan dehidrasi,

hyponatremi dan hipokalemia (Long, 1996).Selain itu juga gastroenteritis yang

akut maupun yang kronik dapat meyebabkan gangguan gizi akibat kelaparan

(masukan kurang, pengeluaran bertambah), hipoglikamik, dan gangguan

sirkulasi darah.

5. Tanda & Gejala

Menurut Suriadi dan Rita Yuliani 2001 tanda dan gejala dari diare adalah :

a. Diare.

b. Muntah.

c. Demam.

d. Nyeri Abdomen

e. Membran mukosa mulut dan bibir kering

f. Fontanel Cekung.

g. Lemah.

h. Kehilangan berat badan

i. Tidak nafsu makan

j. Pucat

6. Komplikasi

Menurut Suriadi dan Rita Yuliani 2001 komplikasi dari diare adalah :

a. Dehidrasi

b. Renjatan hipovolemik

c. Kejang

d. Bakterimia

e. Mal nutrisi

f. Hipoglikemia

13

g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

1) Dehidrasi ringan

Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor

kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.

2) Dehidrasi Sedang

Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor

kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.

3) Dehidrasi Berat

Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran

klinikseperti tandatanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran

menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

7. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Doenges, Marilynn E, 2000 Pemeriksaan Diagnostik dari diare adalah

a. Diferensial : menentukan adanya anemia, leucopenia, limfositosis.

b. Elektrolit : ketidakseimbangan termasuk penurunan kalium, natrium, dan

klorida.

c. Fungsi tiroid : Kadar tiroksin (T4) biasanya normal, namun sirkulasi kadar

tridotironin (T3) mungkin rendah.

d. Fungsi hipofisis : Respon TSH terhadap TRF tak normal pada anorexia

nervosa

e. Metabolisme kortisol : Dapat meningkat.

f. Tes sekresi hormone Lutenizing : Pola sering mirip gadis pra pubertas

g. Gula Darah: Mungkin rendah

h. Kimia lain : AST (SGOT) meningkat

i. Urinalisa dan fungsi ginjal : BUN dapat meningkat, adanya keton

menunjukkan kelaparan, penurunan urin 17 ketosteroid

j. Pemeriksaan tinja.

k. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan.

14

8. Penatalaksanaan Medik

Menurut Suddarth & Brunner, 2002 Penatalaksanaan Medik dari diare adalah :

a.Menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan makanan sampai

gejala berkurang

b. Bila diet mengandung gizi dianjurkan pada pasien yang mampu makan

melalui mulut

c.Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral.

d. Bila gastritis di akibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau

alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisirasian agen

penyebab.

e.Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative, antasida serta

cairan intravena

f. Endoscopy fiberoptik mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren /

jaringan perforasi.

9. Prognosis

Dengan penggantian Cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan

terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya

sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti

kebanyakan penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukan pada anak-anak dan

pada lanjut usia. Di Amerika Serikat, mortalits berhubungan dengan diare

infeksius < 1,0 %.

10. Pencegahan

a. Tetap memberikan nutrisi yang cukup selama diare, terutama pada anak

dengan gizi yang kurang. Minuman dan makanan jangan dihentikan lebih

dari 24 jam, karena pulihnya mukosa usus tergantung dari nutrisi yang

cukup.Bila tidak makalah ini akan merupakan faktor yang memudahkan

terjadinya diare

b. Air susu ibu dan susu formula serta makanan pada umumnya harus

dilanjutkan pemberiannya selama diare

15

c. Pada anak lebih besar makanan yang direkomendasikan meliputi tajin

(beras, kentang, mi, dan pisang) dan gandum (beras, gandum, dan cereal).

Makanan yang harus dihindarkan adalah makanan dengan kandungan

tinggi, gula sederhana yang dapat memperburuk diare seperti minuman

kaleng dan sari buah apel. Juga makanan tinggi lemak yang sulit ditoleransi

karena karena menyebabkan lambatnya pengosongan lambung.

d. Pemberian susu rendah laktosa atau bebas laktosa

(www.dr-rocky.com/layout-artikel-kesehatan/42-diare-akut-pada-anak)

B. KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Untuk kasus gastroenteritis, pengkajian yang dilakukan meliputi:

a. Identitas klien

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tanggal lahir, nama orang tua,

pekerjaan dan pendidikan.

b. Riwayat kesehatan yang lalu

Penyakit yang pernah diderita, apakah sebelumnya pernah menderita

gastroenteritis atau penyakit lain, kebiasaan hidup, riawayat alergi dan lain-

lain.

c. Riwayat kesehatan saat sakit

1) Keluhan utama: Keluhan yang sering ditemukan adalah BAB encer

lebih dari empat kali sehari, warna feses kuning kehijauan, hijau, bentuk

mukoid dan mengandung darah.

2) Riwayat perjalanan penyakit: beberapa lama penyakit diderita, hal-hal

yang meringankan dan memperberat penyakit.

3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan.

d. Riwayat kehamilan dan persalinan ibu

Kehamilan dengan gawat janin, diabetes mellitus, malnutrisi, intrauteri,

infeksi intra-natal, persalinan dengan ada komplikasi, persalinan dengan

tindakan karena ada komplikasi, penolong persalinan.

e. Riwayat penyakit keluarga

Ada riwayat penyakit gastroenteritis

16

f. Riwayat alergi juga penting karena dapat juga menjadi indicator

penyakit terutama obat.

g. Riwayat pemberian imunisasi

Imunisasi lengkap atau tidak.

h. Pengkajian fisik

1) Tanda-tanda vital: tekanan darah menurun akibat ketidakseimbangan

cairan elektrolit, suhu meningkat, nadi cepat, lemah, respirasi meningkat

akibat asidosis metabolic.

2) Keadaan penyakit

Penyakit akut bila tidak segera ditangani dapat mengakibatkan dehidrasi

yang ditandai depresi fontanel anterior, mata cekung, turgor kulit buruk,

selaput lendir kering, tidak ada air mata bila menangis, sehingga klien

dapat jatuh kedalam syok hipovolemik dan dapat meyebabkan kematian.

3) Keadaan umum klien

Mula-mula jatuh pada dehidrasi ringan yang apabila tidak segera diatasi

maka akan jatuh pada dehidrasi sedang dan berat, yang diawali

kelemahan fisik.

4) Sistem integument

Eksoriasi bokong akibat tinja asam, turgor kulit baik dan bila jatuh pada

tahap dehidrasi berat maka turgor kulit buruk.

5) Sistem hemotologi

Hiponatremia atau hipernatremia akibat kekurangan natrium,

hipokalemia atau hiperkalemia akibat kekurangan kalium, asidosis

metabolic.

6) Sistem pernapasan

Respiratori meningkat akibat adanya asidosis metabolic apabila jatuh

pada dehidrasi berat.

7) Sistem gastrointestinal

Nyeri atau kram abdomen, dehidrasi abdomen, hiperperistaltik usus

8) Pola fungsi kesehatan

Pola fungsi kesehatan dapat di kaji melalui pola Gordon dimana

pendekatan ini memungkinkan perawat untuk mengumpulkan data

17

secara sistematis dengan cara mengevaluasi pola fungsi kesehatan dan

memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus.

9) Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan

Kaji persepsi keluarga terhadap kesehatan dan upaya-upaya keluarga

untuk mempertahankan kesehatan.Termasuk juga penyakit anak

sekarang ini dan upaya yang diharapkan.

10) Pola nutrisi metabolic

Kaji pola nutrisi anak dan bagaimana dengan pemberian ASI.Klien

mengalami gangguan nafsu makan, mual, muntah dan diare.

11) Pola eliminasi

Kaji pola eliminasi feses dan urin, berapa frekuensinya dan bagaimana

sifatnya, BAB lebih empat kali sehari, BAK tak terkaji, berat jenis urine

tinggi, oliguria.

12) Pola istirahat-tidur

Gangguan tidur biasanya disebabkan oleh badan panas atau demam,

BAB yang sering.

13) Pola kognitif perceptual

Pola ini sulit dan tak bisa dikaji/dilakukan

14) Pola peran hubungan

Kaji siapa yang mengasuh bayi.Klien sering digendong karena rewel.

15) Pola aktivitas dan latihan

Kaji tingkat perkembangan atau tumbuh kembang sesuai dengan usia.

16) Pola reproduksi

Tidak bisa di kaji pada bayi, tapi dapat dilihat dari cara orang tua

memperlakukan anaknya sesuai dengan jenis kelamin (pakaian, alat

permainan).

17) Pola koping dan toleransi terhadap stress.

Untuk mengkaji pola ini sulit karena bahasa untuk bayi tidak dimengerti

(menangis).

18) Pola keyakinan

Kajian tentang pola keyakinan ini lebih banyak pada bagian bagaimana

pola keyakinan orang tua klien.

18

2. Diagnose Keperawatan yang mungkin muncul

Menurut (Brunner & Suddarth, 2002)

a. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan mencerna makan.

c. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB

yang berlebihan.

d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

penyakit,prognosis dan pengobatan.

f. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang

baru, prosedur yang menakutkan

3. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa

Keperatan

Tindakan Keperawatan Rasional

Tujuan dan

Kriteria

Tindakan

1. Defisit volume

cairan dan

elektrolit kurang

dari kebutuhan

tubuh berhubungan

dengan output

cairan yang

berlebihan

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan

kekurangan

volume cairan

dapat terpenuhi

dengan kriteria:

- Membrane

mukosa

lembab.

- Intake dan

1. Kaji adanya

dehidrasi

(penurunan

turgor kulit,

tacikardi, nadi

lemah,

penurunan

natrium

serum, haus).

2. Mencatat

1. keseimbangan

cairan sulit di

pertahankan

selama episode

akut. Karena

feses di dorong

melalui usus

terlalu cepat

untuk

memungkinkan

absorbsi air;

haluaran

melebihi asupan

19

out put

seimbang.

- Turgor kulit

baik.

- Mata tidak

cekung.

- Menunjukkan

perubahan

keseimbanga

n cairan

intake dan

output

3. Diskusikan

cara untuk

menghentikan

muntah.

4. Berikan

cairan

parenteral

sesuai

indikasi

2. Mengetahui

kesimbangan

antara intake dan

output klien dan

mengetahui

banyak

pergantian cairan

yang di

perlukan.

3. Memberitahukan

bahwa akibat

muntah cairan

akan kehilangan

lebih banyak

lagi.

4. memperbaiki

kehilangan

cairan.

2. Resiko gangguan

integritas kulit

berhubungan

dengan

iritasi,frekwensi

BAB yang

berlebihan.

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan

gangguan

inutegritas kulit

dapat diatasi

dengan kriteria:

- kulit pasien

tetap utuh

- tidak

mengalami

kerusakan

1. Observasi

kemerahan,

pucat,

ekskoriasi.

2. Gunakan

krim kulit dua

kali sehari

dan setelah

mandi.

3. Tekankan

pentingnya

masukan

nutrisi atau

cairan

1. Area ini

meningkat

risikonya untuk

kerusakan dan

memerlukan

pengobatan lebih

intensif.

2. Melicinkan kulit

dan menurunkan

gatal.

3. Perbaiki nutrisi

dan hidrasi akan

memperbaiki

kondisi kulit.

20

kulit adekuat.

4. Dorong

mandi dua

hari satu kali,

pengganti

mandi tiap

hari.

4. sering mandi

menyebabkan

kekeringan kulit

3. Perubahan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan

dengan masukan

makanan tak

adekuat

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan

nutrisi terpenuhi

dengan kriteria:

- menunjukkan

peningkatan

BAB

mencapai

yang

diharapkan

- Dapat

menghabiska

n porsi

makanan

yang

dihidangkan.

1. Hindari

pemberian

diet dengan

pisang, apel,

dan roti

bakar.

2. Kaji dan catat

respon

terhadap

pemberian

makan

3. berikan klien

makan

dengan diet

lunak, diet

dengan porsi

kecil tapi

sering.

4. Gali masalah

dan prioritas

anggota

keluarga.

1. Diet ini rendah

dalam energy

dan protein dan

rendah elektrolit

2. mengetahui

perkembangan

nafsu makan

klien dan

memantau

peningkatan

masukan oral.

3. mencegah

kekosongan

lambung yang

dapat mengiritasi

lambung

4. untuk

memperbaiki

kepatuhan

terhadap

program

21

terapiutik

4. Kurang

pengetahuan

berhubungan

dengan kurangnya

informasi tentang

penyakit,prognosis

dan pengobatan.

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan

kurang

pengetahuan

keluarga dapat

diatasi dengan

kriteria:

- keluarga

mengerti

tentang

penyakit dan

pengobatan.

- keluarga

berpartisipasi

dalam

pengobatan

dan

perawatan

- keluarga

menunjukkan

kemampuan

untuk

merawat

pasien,

khususnya

dirumah

1. Tentukan

persepsi

keluarga

tentang

proses

penyakit.

2. Kaji ulang

proses

penyakit,

penyebab

yang

menimbulkan

gejala.

3. Kaji ulang

obat, tujuan,

frekwensi,

dosis dan

kemungkinan

efek samping.

4. Tekankan

pentingnya

perawatan

kulit seperti

tehnik. Cuci

tangan yang

bersih dan

1. mengetahui

tingkat

pengetahuan

dasar tentang

proses penyakit

dan pengobatan.

2. pengetahuan

dasar yang

akurat

memberikan

kesempatan

keluarga untuk

membuat

keputusan

tentang

penyakitnya.

3. memungkinkan

pemahaman dan

dapat

meningkatkan

kerja sama

dalam program.

4. Menurunkan

penyebaran

bakteri dan

resiko iritasi

kulit.

22

perawatan

perineal.

5. Gangguan rasa

nyaman nyeri

berhubungan

dengan distensi

abdomen.

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan nyeri

dapat teratasi

dengan kriteria:

- Nyeri

berkurang

- Pasien

terlihat rilek

- Skala nyeri 0

- Pasien bisa

berjalan

kemana-

mana.

1. Kaji tingkat

rasa nyeri.

2. Atur posisi

yang nyaman

bagi klien.

3. Beri kompres

hangat pada

daerah

abdoment.

4. Kolaborasi

dengan dokter

dalam

pemberian

therafi

analgetik

sesuai

indikasi

1. Untuk

mempermudah

dalam

pengibatan.

2. Mengurangi

nyeri.

3. Untuk

mengurangi

distensi

abdomen.

4. Program

pengobatan.

6. Cemas

berhubungan

dengan perpisahan

dengan orang

tua,prosedur yang

menakutkan.

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan

cemas dapat

teratasi dengan

kriteria:

- Pasien

menunjukkan

1. Kaji tingkat

kecemasan

klien.

2. Gunakan

komunikasi

terapiutik,

kontak mata,

dan sikap

tubuh.

1. Mempermudah

mengatasi cemas

klien.

2. Memberikan

rasa nyaman

pada kilen dan

keluarga

23

tanda-tanda

kenyamanan.

- Cemas

berkurang

- Pasien

menunjukkan

tanda-tanda

distress fisik

yang

minimal.

- Keluarga

dapat

berpartisifasi

dalam

perawatan

pasien sebaik

mungkin.

3. Libatkan

keluarga

dalam setiap

tindakan.

4. Anjurkan

pada keluarga

untuk selalu

mendampingi

klien.

3. Membantu untuk

mengurangi

tingkat

kecemasan

keluarga.

4. Memberikan

motivasi klien.

24

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal: 18 Desember 2013, Jam 11.30 WIB

Nama Mhs. : Ketut Sanjaya

Tempat Praktik: RS.Bethesda

A. PENGKAJIAN

1. Identitas

Nama : An. K

Tanggal lahir/umur : 21 November 2011 / 2 Th 28 Hr

Nama Ayah/Ibu : Ibu W

Pekerjaan Ayah/Ibu : Wiraswasta

Agama : Kristen

Pendidikan : Belum sekolah

Suku/budaya : Jawa/ Indonesia

Alamat : Teruman Bantul

Tgl. Masuk/jam : 18 Desember 2013

Ruang/kamar : Galilea III/ 11B

No RM : 00809XXX

Diagnose Kerja/ medis : GEA

2. Keluhan Utama

Ibu pasien mengatakan sejak kemarin pasien diare dan muntah terus-menerus

sebanyak 5x. Alasan Utama Saat masuk Rumah Sakit karena pasien diare dan ingin

mendapatan pengobatansecara tepat.

25

Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang:

Pasien mengalami diare dan muntah terus-menerus sebanyak 5x tanggal 17

desember 2013. Karena ibumerasakhawatir dengan keadaan anaknya maka pasien

dibawa ke RS. Bethesda Yogyakarta tanggal 18 Desember 2013 tanpa memberikan

pengobatan apa-apa selamaDirumah.

3. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran

a. Prenatal.

- Umur kehamilan : 32 Minggu

- Kehamilan direncanakan

- Kesehatan Ibu : Pre-eklamsi ketika hamil

- Penambahan BB : 10 Kg

- Obat–obat yang diminum: Zat besi, Asam Folat

b. Natal.

- Penolong: dokter

- Tempat melahirkan: rumah sakit

- BB : 2000 gr, PB: tidak terkaji karena ibu pasien lupa, LD: tidakterkaji,LK:

tidak terkaji

- Cara melahirkan: spontan

- Komplikasi waktu lahir tidak ada.

c. Postnatal.

- Lamanya di rumah sakit 3 hari

- Masalah yang berhubungan dengan pernapasan/makanan: tidak ada

- Perawatan pendukung : Inkubator

- BBL: 2000 gr, BB waktu pulang: 2250 gr

4. Riwayat Kesehatan Lalu

Sebelumnya pasien tidak pernah dirawat di RS, pasien tidak pernah mengalami

kecelakaan, pasien juga tidak pernah dioperasi atau menggunakan obat-obatan,

pasien tidak mengalami alergi obat, pasien mendapatkan imunisasi dasar lengkap

26

Umur Jenis Imunisasi

0-1 bulan BCG, POLIO 1

2 bulan DPT/HB 1, POLIO 2

3 bulan DPT/HB 2, POLIO 3

4 bulan DPT/HB 3, POLIO 4

9 bulan CAMPAK

5. Riwayat Tumbuh Kembang

Pada An.K Usia 2 Tahun

Perkembangan Psikoseksual (Freud) Pada An. K Usia 2 Th.

a. Fase Oral (0 sampai 11 bulan)

Pada masa bayi An.K melaui tahap perkembangan ini dengan baik karena ia

mampu menghisap, menggigit, mengunyah, & Mengucap.

b. Fase anal (1 sampai 3 tahun)

Selama fase ini An. K sudah mampu melakukan toilet training usia 1,5 tahun

tetapi masih dengan bantuan dari ibu.

Perkembangan Kognitif (Piaget)

a. Tahap sensoris-motorik (0 sampai 2 tahun)

Pada fase ini An.K mampu menunjukkan perkembangannya dengan baik karena

An.K menagis ketika merasa lapar, dan berhenti menangis ketika ibunya

bersenandung atau menyanyi. An.K juga sering menirukan hal-hal yang

dilihatnya dari media elektronik (TV), maupun dari lingkungannya

Perkembangan Psikososial (Erikson)

a. Percaya versus tidak percaya (0 sampai 1 tahun)

Pada fase ini An.K percaya pada apa yang diucapkan oleh ibu dan bapaknya.

b. Otonomi versus rasa malu dan ragu (1 sampai 3 tahun)

Selama fase ini An.K merasa malu ketika berkomunikasi dengan orang lain,

termasuk dengan perawat.

27

6. Riwayat Keluarga :

Genogram

Kakek Nenek Kakek Nenek

Ayah Ibu

Pasien

Keterangan:

: Kakek : Ayah : Pasien

: Nenek : Ibu : Tinggal serumah

Pasien berusia 2th 28 hr. Saat ini pasien menderita sakit dengan diagnosa medis

GEA. Dalam silsilah keluarga tidak ada yang menderita penyakit keturunan atau

jenis penyakit yang lain. Pasien tinggal serumah dengan kedua orang tuannya.

7. Riwayat Sosial

a. Yang mengasuh: orang tua sendiri

b. Hubungan dengan anggota keluarga: ibu & ayah

c. Hubungan dengan teman sebaya: baik, ketika bertemu dengan teman sebayanya

An.K mau ikut bermain.

d. Pembawaan/tingkah laku secara umum: baik, meski terkadang malu ketika

bertemu dengan orang-orang baru.

e. Kebiasaan bermain: pagi & sore hari

f. Keinginan bermain: cukup baik, hanya bila ia sudah kenal dengan orang itu

g. Lingkungan rumah: baik, dan mendukung proses perkembangan An.K sesuai

dengan usianya

28

8. Kebutuhan Dasar

a. Pola Nutrisi

- Sebelum Sakit: An.K makan 3x sehari sesuai porsinya

- ASI/Formula: sudah tidak menyusu lagi

- Berhenti menetek: usia 1minggu

- Vitamin: tidak diberikan vitamin tambahan

- Makanan yang disukai: semua jenis makanan

- Selera makan: baik

- Alat makan yang digunakan: piring, sendok, gelas.

- Jam makan pagi jam 06.00 WIB, makan siang jam 12.00 WIB, makan

malam jam 18.00 WIB

- Masalah makan: tidak ada.

- Alergi makanan: tidak ada.

b. Pola tidur

- Kebiasaan sebelum tidur: bermain bersama ayah dan ibu

- Tidur siang jam 11.00 WIB

- Tidur malam 20.00 WIB

c. Eliminasi

- BAB : Frekwensi: sedikit,/waktu: pagi//warna: kuning tengguli/konsistensi:

padat/ tidak ada keluhan waktu BAB.

- BAK: Frekwensi: sedikit, jumlah: 200 ml/waktu: pagi dan siang hari, warna:

kuning jernih, konsistensi: jernih, tidak ada keluhan sewaktu BAK.

- Toilet training: waktu mulai dilatih: usia 1,5 Th. Tercapai: usia 2 Th.

d. Pola Kebersihan Diri (mandi 2x sehari, gosok gigi pagi & malam hari, cuci

rambut setiap kali mandi, potong kuku seminggu sekali, mata bersih, telinga

bersih tidak ada serumen)

e. Aktifitas Bermain: suka main mobil-mobilan dan robot-robotan.

9. Keadaan Saat Ini

a. Status nutrisi: Jenis makanan: bubur biasa,frekuensi 3x sehari, jumlah satu

porsi, keluhan: sering memuntahkan makanan, kurang nafsu makan

b. Status cairan: Jenis: RL, Kaen3B.

29

c. Eliminasi :

- BAB : Frekwensi: 4-6x dalam sehari, waktu: tidak tentu, warna: kuning,

konsistensi: encer keluhan: tidak ada.

- BAK: Frekwensi: 150 cc, waktu: tidak tentu, warna: kuning jernih,

konsistensi: cair, tidak ada keluhan waktu BAK.

d. Kebiasaan sebelum tidur: ditemani ibu dan diajak berbicara

- Tidur siang 11.00

- Tidur malam 18.30

e. Pola Kebersihan diri (mandi 2x sehari, gosok gigi: tidak, cuci rambut,: tidak,

kuku besih, mata pupil isokor kiri & kanan 3 mm, telinga: bersih)

f. Aktivitas: tidak melakukan aktivitas.

g. Data psikologis : gelisah, takut, sedih, diam.

h. Data Spiritual: -

i. Data Intelektual: -

10. Pemeriksaan Fisik

a. Pengukuran pertumbuhan : BB= 16,5 Kg

b. Pengukuran tanda vital

Suhu : 36,30C, Diukur di Axila. Nadi: 124 x permenit/reguler, diukur

diradialis.Pernapasan : 23 x permenit reguler, tipe pernapasan perut.

c. Tingkat Kesadaran (kantitatif/kualiatif)

Composmentis, respon verbal : menangis tetapi dapat dihibur, skor: 4.

d. Keadaan umum : pasien tampak sakit ringan karena hanya terpasang infuse.

e. Kulit (Warna: sawo matang, tekstur: kenyal, turgor: elastis, tidak ada lesi)

f. Kepala( Bentuk: simetris, bersihan, rambut berwarna hitam, lurus, & pendek.

g. Mata: cekung, an ikterik, an anemi, pupil isokor.

h. Telinga: simetris, bersih, tidak ada serumen, membram tympani utuh,

memantulkan reflek cahayapolitzer pada saat penyinaran dengan pen light.

i. Hidung: simetris, tidak ada polip, tidak ada serumen, mukosa berwarna

kemerahan

30

j. Mulut/gigi: tidak berbau, mukosa bibir kering, uvula ditengah, tonsil T1 tidak

ada kelainan sepertipalato skisis/ labio palato skisis, gigi bersih & berwarna

putih, tidak ada yang berlubang.

k. Leher/tengkuk: tidak ada tanta-tanda pembengkakan kelenjar tiroid/paratiroid,

tidak terjadi pembesaran kelenjar getah bening.

l. Dada

- Paru – paru: suara napas vesikuler, tidak ada suara napas tambahan

- Jantung: iktus cordis teraba debarannya kuat, tidak terjadi pembesaran

jantung, suara jantung: BJ I: lup, BJ II: dup.

m. Abdomen

Bentuk perut simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyri tekan, peristaltic usus 12 x

permenit bunyinya keras dan panjang.

n. Genito urinaria

Anus : kemerahan, ada luka lecet, tidak ada hemoroid, fissure, fistula, atau

tanda keganasan.

o. Punggung

Tidak terdapat kelainan bentuk punggung seperti spinabifida.

p. Ekstremitas

Tidak ada pembengkakan pada daerah pretibia,& dorsum pedis.Tidak

mengalami hambatan dalam bergerak.Tidak terjadi clubbing finger pada ujung

jari tangan.

11. Tingkat Perkembangan An. K usia 2 th

a. Kemandirian dan bergaul

- Membuka pakain (P)

- Menyuapi boneka (P)

- Memakai baju (P)

- Gosok gigi dengan bantuan (P)

- Cuci dan mengeringkan tangan (P)

b. Motor/gerak halus

- Menara dari 4 kubus (P)

- Menara dari 5 kubus (P)

31

c. Bicara bahasa dan kognitif

- Menunjuk 2 gambar (P)

- Kombinasi kata (P)

- Menyebut 1 gambar (P)

- Bagian badan (P)

- Menunjuk 4 gambar (P)

- Bicara sebagian dimengerti (P)

- Menyebut 4 gambar (F)

- Mengetahui 2 kegiatan (F)

- Berbicara semua dimengerti (F)

d. Motor/gerak kasar

- Menendang bola kedepan (P)

- Melompat (P)

- Melempar bola tangan keatas (P)

Hasil pemeriksaan DDST: meragukan/ questionable

12. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik

Tangal 18 desember 2013

Pemeriksaan Hematologi

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

Hemoglobin

Hematokrit

Leukosit

Trombosit

16

46,7

23,8

762

gr%

H%

L ribu/mmk

H ribu/mmk

12,00-18,00

36,0-46,0

140,0-440,0

140-440

32

13. Obat-Obatan

Cefixime Syr 2x ½ cth

Lacto B 2x 1

Narfos 2x ½ amp

Analisa Obat

No Nama Obat Indikasi Kontraindikasi Efek Samping Implikasi

Keperawatan

1 Cefixime

Syrup

untuk pengobatan

infeksi yang

disebabkan oleh

mikroorganisme

Escherichia coli.

Penderita

dengan riwayat

shock atau

hipersensitif

akibat beberapa

bahan dari

sediaan ini.

Shock,

hipersensitivitas

seperti rash,

urtikaria,

eritema.

Hati-hati

terhadap

reaksi

hipersensitif,

karena

reaksi-reaksi

seperti shock

dapat terjadi.

2 Lacto B Pengobatan diare

dan pencegahan

intoleransi

laktosa.

Tidak ada Tidak ada Perhatikan

umur pasien

dan berikan

obat sesuai

dosis

3 Narfoz Untuk untuk

menangani mual

dan muntah

Jangan

diberikan

kepada

penderita yang

hipersensitif

atau alergi

terhadap

Ondansetron.

Yang biasanya

terjadi adalah

sakit kepala,

sensasi

kemerahan atau

hangat pada

kepala dan

epigastrium.

Jelaskan

efeksamping

dari obat

narfoz

kepada

keluarga

pasien

supaya

keluarga

pasien tidak

panik.

33

14. Rencana Program Tindakan

Infus RL setelah itu diganti dengan Kaen 3B, PDL, Pemeriksaan Feses Rutin

15. Analisa Data

No. Data Masalah Penyebab

1 DS:

- Orang tua pasien

mengatakan anaknya

diare dari kemarin.

DO:

- Turgor kulit elastik

- Wajah pucat

- Mukosa bibir kering

- Badan lemas

- BAB sudah 4x dengan

konsistensi encer.

- Bising usus 12x per

menit bunyinya keras

dan panjang.

Kekurangan volume

cairan

Diare

2 DS:

- Orang tua pasien

mengatakan anaknya

muntah dan tidak nafsu

makan

DO:

- Pasien muntah 2x

- Bubur yang diberikan

hanya dimakan sedikit

- Pasien diare

Nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Muntah, Anoreksia

3 DS: - Anxietas sedang Perubahan lingkungan

34

DO:

- Pasien rewel

- Menangis terus

- Gelisah

- Minta digendong

ibunya

- Ingin main keluar

4 DS:-

DO:

- Pasien memakai popok

- Pasien BAB & BAK

dipopok

- Bokong pasien lembab

karena feses yang encer

dan urinyang ada

dalam popok

Resiko kerusakan

integritas kulit

Ekskresi, lembap

5 DS:

- Orang tua pasien

mengungkapkan

kekhawatirannya

terhadap kondisi

anaknya

DO:

- Orang tua pasien

terlihat cemas

- Orang tua pasien

menanyakan apakah

diare anaknya bisa

segera disembuhkan.

Perubahan koping

keluarga

Krisis situasional

35

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Tanggal: 18 Desember 2013

1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (diare) ditandai dengan:

DS: Orang tua pasien mengatakan anaknya diare dari kemarin.

DO: Turgor kulit elastik, Wajah pucat, Mukosa bibir kering, Badan lemas, BAB

sudah 4x dengan konsistensi encer, Bising usus 12x per menit bunyinya

keras dan panjang.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan

mencerna makanan ditandai dengan:

DS: Orang tua pasien mengatakan anaknya muntah dan tidak nafsu makan

DO: Pasien muntah 2x, Bubur yang diberikan hanya dimakan sedikit, Pasien

diare

3. Ansietas sedang b.d perubahan lingkungan ditandai dengan:

DS: -

DO: Pasien rewel, Menangis terus, Gelisah, Minta digendong ibunya, Ingin main

keluar

4. Ketidakefektifan koping keluarga b.d krisis situasional

DS: Orang tua pasien mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kondisi

anaknya

DO: Orang tua pasien terlihat cemas, Orang tua pasien menanyakan apakah

diare anaknya bisa segera disembuhkan.

5. Resiko kerusakan integritas kulit dengan factor resiko adanya ekskresi bersifat

cair dan kondisi lembab.

Tanda Tangan

Ketut Sanjaya

36

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : An.K

Ruangan : Galilea III (Anak)

Tanggal : 18 Desember 2013

Nama Mahasiswa : Ketut Sanjaya

No Diagnosa Keperawatan dan Data

PenunjangTindakan Keperawatan

Rasional

Tujuan dan Kriteria Tindakan

1. Tgl 18-12-13, Pukul 12.00 WIB

Kekurangan volume cairan b.d

kehilangan cairan aktif (Diare)

ditandai dengan:

DS :

- Orang tua pasien mengatakan

anaknya diare dari kemarin.

DO :

- Turgor kulit tidak elastic

- Mukosa bibir kering

- Badan lemas

- Wajah pucat

Tgl 18-12-13, Pukul 12.03 WIB

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam,

diharapkan volume cairan

pasien adekuat dengan criteria

hasil:

- Kadar elektrolit sesuai usia

- Membrane mukosa lembab

- Turgor kulit elastic

- Haluaran urin sebesar

1ml/Kg/Jam

Tgl 18-12-13, Pukul 12.07

WIB

1. Pantau tanda vital setiap

4-6 jam untuk mendeteksi

demam

2. Lihat membrane mukosa,

kaji turgor kulit dan

pengisian kapiler

3. Pantau masukan dan

haluaran cairan anak

4. Berikan sejumlah kecil

minuman jernih

Tgl 18-06-11, Pukul 12.10

WIB

1. Tanda vital dapat

membantu

mengidentifikasi

fluktuasi volume

intravaskuler, dan dapat

manandakan adanya

infeksi atau tidak

2. Indicator keadekuatan

sirkulasi perifer dan

hidrasi seluler

37

- BAB sudah 4x dengan konsistensi

encer

- Bising usus 12x per menit

bunyinya keras dan panjang

5. Berikan obat Lacto B

2x1sachet

6. Beri obat Cefixime Syrup

2x ½ cth

7. Pasang infuse RL 500 ml

30 tetes per menit

3. Asupan dan haluaran

cairan menentukan

status hidrasi anak dan

menjadi pedoman dalam

terapi penggantian

cairan

4. Menurunkan iritasi

gaster/muntah untuk

meminimalkan

kehilangan cairan

5. Utuk mengobati diare

6. Untuk pengobatan

infeksi yang disebabkan

oleh mikroorganisme E.

Coli

7. Menjaga keseimbangan

cairan dan elektrolit

2. Tgl 18-12-13, Pukul 12.13 WIB

Ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh b.d

ketidakmampuan mencerna makanan

Tgl 18-12-13, Pukul 08.17 WIB

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam,

diharapkan kebutuhan nutrisi

Tgl 18-12-13, Pukul 12.20

WIB

1. Observasi keadaan pasien,

apakah ada mual muntah

Tgl 18-12-13, Pukul 12.23

WIB

1. Mual-muntah dapat

menyebabkan tidak

38

ditandai dengan:

DS :

- Orang tua pasien mengatakan

anaknya muntah dan tidak nafsu

makan

DO :

- Pasien muntah 2x

- Bubur yang diberikan hanya

dimakan sedikit

- Mukosa bibir kering

- Pasien diare

pasien terpenuhi dengan criteria

hasil:

- Berat badan stabil 9,8 Kg –

15,5 Kg

- Ada nafsu makan atau

Nafsu makan meningkat

- Dapat menghabiskan porsi

yang dihidangkan

atau tidak nafsu makan

2. Timbang BB setiap hari

3. Anjurkan pada keluarga

untuk memberikan

makanan sedikit tapi

sering

4. Kolaborasi dengan ahli

gizi untuk jenis diet

5. Beri obat Narfoz 2x½ amp

sesuai program bila terjadi

mual, muntah

nafsu makan

2. Untuk mengatasi

masalah mual & muntah

3. Untuk mengetahui

apakah ada penurunan

BB atau tidak

4. Agar kebutuhan nutrisi

pasien terpenuhi

5. Untuk mempertahankan

nutrisi yang adekuat

3. Tgl 18-12-13, Pukul 12.27 WIB

Ansietas sedang b.d perubahan

lingkungan

ditandai dengan :

DS : -

DO :

- Pasien rewel

- Menangis terus

- Gelisah

- Minta digendong ibunya

Tgl 18-12-13, Pukul 12.30 WIB

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24 jam,

diharapkan kecemasan tidak

terjadi dengan criteria:

- Pasien tidak lagi

memperlihatkan tanda

distres fisik atau emosional

Tgl 18-12-13, Pukul 12.33

WIB

1. Gunakan pendekatan yang

menyenangkan

2. Sentuh, peluk, &

berbicara dengan pasien

sebanyak mungkin

3. Lakukan stimulasi dan

pengalihan sensorik yang

sesuai dengan tingkat dan

Tgl 18-12-13, Pukul 12.37

WIB

1. Tercipta hubungan

saling percaya

2. Untuk memberi rasa

nyaman dan mengurangi

stres

3. Untuk meningkatkan

pertumbuhan dan

perkembangan yang

39

- Ingin main keluar kondisi perkembangan

anak

4. Anjurkan keluarga untuk

tetap berada disamping

pasien

optimal

4. Agar pasien merasa

tidak sendiri dan

mengurangi cemas

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : An.K

Ruangan : Galilea III (Anak)

Diagnosa Medis : GEA

NO DIAGNOSA

KEPERAWATAN

WAKTU PERKEMBANGAN TANDA

TANGAN

1 DX I

Kekurangan volume

cairan b.d kehilangan

cairan aktif (diare)

18-12-2013

11.30

12.00

12.30

I:

- Menerima pasien baru

dari ruang IGD dengan

diagnose medis GEA

- KU:

lemah, rewel, mukosa bibir

kering, turgor kulit elastic

- Terapi infuse RL 500 ml

30 tetes per menit.

- Obat-obatan:

Berikan Lacto B 1x1

sachet

Berikan Cefixime Syr

1x ½ cth

- Pemeriksaan lab PDL

Ket: Negatif

- TTV:

S: 37,50C

N: 124x per menit

RR: 24x permenit

- Memberikan obat oral

41

lacto B 1sachet

Obat sudah diberikan

E:

DS: orang tua pasien

mengatakan anaknyadiare

DO: pasien lemah, rewel,

mukosa bibirkering, turgor

kulit elastic, BABdengan

konsistensi encer.

2 DX II

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh b.d

ketidakmampuan

mencerna makanan

18-12-2013

11.30

12.00

12.30

I:

- Menerima pasien baru

dari ruang IGD dengan

diagnose medis GEA

- KU:

lemah, rewel, mukosa bibir

kering, turgor kulit elastic

- Terapi infuse RL 500 ml

30 tetes per menit

- Obat-obatan:

Berikan Narfoz 1x½

amp secara I.V

- TTV:

S: 37,50C

N: 124x per menit

RR: 24x permenit

- Memberikan obat I.V

Narfoz ½ amp

Obat sudah diberikan

- Memberi minum dan

makan siang

42

E:

DS: orang tua pasien

mengatakan anaknya muntah

DO: pasien muntah 2x, pasien

lemah, rewel, mukosa bibir

kering, turgor kulit elastic.

3 DX III

Ansietas sedang b.d

perubahan lingkungan

18-12-2013

11.30

11.50

12.00

I:

- Menerima pasien baru

dari ruang IGD dengan

diagnose medis GEA

- KU:

Kesadaran: komposmentis,

Pasien lemah, rewel,

menangis terus, minta

digendong ibunya, ingin

main keluar.

- Melakukan komunikasi

terapeutik terhadap pasien

sesuai tahap

perkembangannya

- Melakukan pendekatan

kepada pasien dengan

cara yang menyenangkan

E:

DS: -

DO: pasien masih rewel, dan

menangis ketika perawat

menghampirinya, pasien

digendong sama ibunya.

4 DX I

Kekurangan volume

19-12-2013

14.00

S: orang tua pasien

mengatakan anaknya masih

43

cairan b.d kehilangan

cairan aktif (diare)

14.00

14.15

15.30

18.00

20.00

diare

O: BAB 2x dengan

konsistensi encer

A: masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi;

- Pantau masukan dan

haluaran cairan anak

- Berikan obat Lacto B

1x1sachet

- Beri obat Cefixime

Syrup 1x ½ cth

I:

- Mengobservasi KU:

sedang, Kesadaran:

composmentis, tangan kiri

terpasang infuse, infuse

mengalir dengan lancar.

- Mengukur TTV:

S: 370C

N: 120x permenit

RR: 20x permenit

- Balance cairan

CM= 750 cc

CK= 300 cc

BC= + 450 cc

- Memandikan pasien

ditempat tidur

- Memberi obat oral

Lacto B 1sachet

Obat sudah diberikan

Cefixime Syr ½ cth

Obat sudah diberikan

44

E:

DS: orang tua pasien

mengatakan anaknya masih

diare

DO: pasien masih lemah,

rewel, mukosa bibir kering,

turgor kulit elastic, BAB

dengan konsistensi encer.

5 DX II

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh b.d

ketidakmampuan

mencerna makanan

19-12-2013

14.00

14.10

S: orang tua pasien

mengatakan anaknya masih

muntah

O: pasien muntah 2x

A: masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi;

- Observasi keadaan

pasien, apakah ada

mual, muntah, atau

tidak nafsu makan

- Timbang BB setiap hari

- Berikan obat I.V

Narfoz 1x½ amp

- Anjurkan pada

keluarga untuk

memberikan makanan

sedikit tapi sering

- Kolaborasi dengan ahli

gizi untuk jenis diet

I:

- Mengobservasi KU:

sedang, Kesadaran:

composmentis, tangan kiri

terpasang infuse. infuse

45

14.15

15.30

18.00

19.00

20.00

20.15

mengalir dengan lancar.

- Mengukur TTV:

S: 370C

N: 120x permenit,

RR: 20x permenit,

- Memandikan pasien

ditempat tidur

- Memberi obat I.V Narfoz

½ amp

Obat sudah diberikan

- Menghidangkan makanan

untuk pasien

- Mengganti infus

E:

DS: orang tua pasien

mengatakan anaknya masih

muntah

DO: pasien muntah 2x, pasien

lemah, rewel, mukosa bibir

kering, turgor kulit elastic

6 DX III

Ansietas sedang b.d

perubahan lingkungan

19-12-2013

14.00

14.30

S: -

O: pasien masih takut dengan

perawat

A: masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi

Gunakan pendekatan

yang menyenangkan

Sentuh, peluk, &

berbicara dengan

pasien sebanyak

mungkin

Lakukan stimulasi dan

46

15.00

15.30

pengalihan sensorik

yang sesuai dengan

tingkat dan kondisi

perkembangan anak

Anjurkan keluarga

untuk tetap berada

disamping pasien

I:

- Pasien masih takut saat

didekati perawat

- Perawat tetap melakukan

pedekatan terhadap pasien

E:

DS:-

DO: pasien minta digendong

ibunya saat ada perawat,

pasien tidak mau jauh dari

ibunya

7 DX I

Kekurangan volume

cairan b.d kehilangan

cairan aktif (diare)

20-12-2013

21.00

S: orang tua pasien

mengatakan anaknya sudah

tidak diare.

O: BAB 1x dengan

konsistensi padat

A: masalah teratasi

P: lanjutkan intervensi;

- Pantau masukan dan

haluaran cairan anak

- Berikan obat Lacto B

1sachet

- Beri obat Cefixime

Syrup ½ cth

I:

47

21.15

21.30

24.00

02.30

- Mengobservasi KU:

sedang, kesadaran:

composmentis, tangan kiri

masih terpasang infus

- Mengganti infuse

- Menghitung balance

cairan

CM= 600 cc

CK= 300 cc

BC= + 300 cc

E:

DS: orang tua pasien

mengatakan anaknya sudah

tidak diare

DO: pasien tidur nyenyak,

BAB pasien konsistensinya

padat.

8 DX II

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh b.d

ketidakmampuan

mencerna makanan

20-12-2013

21.00

S: orang tua pasien

mengatakan anaknya sudah

tidak muntah.

O: pasien tidak muntah

A: masalah teratasi

P: lanjutkan intervensi;

- Timbang BB

- Berikan obat I.V

Narfoz 1x½ amp

- Anjurkan pada

keluarga untuk

memberikan makanan

sedikit tapi sering

- Kolaborasi dengan ahli

gizi untuk tambahan

48

21.15

21.30

24.00

02.30

makanan yang

mengandung tinggi

karbohidrat & tinggi

protein

I:

- Mengobservasi KU:

sedang, kesadaran:

composmentis, tangan kiri

masih terpasang infus

- Mengganti infuse

- Memberi obat I.V Narfoz

½ amp

Obat sudah diberikan

E:

DS: orang tua pasien

mengatakan anaknya sudah

tidak muntah dan ada nafsu

makan

DO: pasien tidur nyenyak,

pasien tidak Muntah

9 DX III

Ansietas sedang b.d

perubahan lingkungan

20-12-2013

21.00

21.10

S:-

O: Pasien sudah tidak takut

lagi ketikadidekati perawat,

pasien sudah maudiajak

ngobrol.

A: Masalah teratasi

P: Stop intervensi

I:

- Melakukan komunikasi

yang baik dengan pasien

49

21.30 E:

DS:-

DO: pasien mau

berkomunikasi dengan

perawat, pasien sudah tidak

takut dengan perawat.

10 DX I

Kekurangan volume

cairan b.d kehilangan

cairan aktif (diare)

21-12-2013

06.00

06.10

06.15

06.20

06.30

06.40

S: orang tua pasien

mengatakan anaknya sudah

tidak lagi diare

O: BAB 1x dengan

konsistensi padat

A: masalah teratasi

P: Rencana pulang

I:

- Mengobservasi KU:

sedang, kesadaran:

composmentis, masih

terpasang infuse dilengan

kiri, infuse mengalir

dengan lancar.

- Mengukur TTV:

S: 370C

N: 120x permenit

RR: 20x permenit,

- Mengukur balance cairan

CM= 500 cc

CK= 120 cc

BC= + 380 cc

- Memandikan pasien

ditempat tidur

E:

50

DS: orang tua pasien

mengatakan anaknya sudah

sehat

DO: anak bermain dengan

orang tuanya, Kebutuhan

cairan pasien terpenuhi.

11 DX II

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh b.d

ketidakmampuan

mencerna makanan

21-12-2013

06.00

06.10

06.15

06.20

06.30

06.40

S: orang tua pasien

mengatakan anaknya sudah

tidak lagi muntah

O: pasien tidak muntah

A: masalah teratasi

P: Rencana pulang

I:

- Mengobservasi KU:

sedang, kesadaran:

composmentis, masih

terpasang infuse dilengan

kiri, infuse mengalir

dengan lancar.

- Mengukur TTV:

S: 370C

N: 120x permenit,

RR: 20x permenit,

- Memandikan pasien

ditempat tidur

- Menghidangkan makanan

E:

DS: orang tua pasien

mengatakan anaknya sudah

51

sehat dan nafsu makannya

baik

DO: anak bermain dengan

orang tuanya. kebutuhan

nutrisi anak terpenuhi.

BAB III

PEMBAHASAN

52

Dalam bab ini menguraikan tentang perbandingan antara teori dengan kasus dari setiap

proses keperawatan yang dilakukan kemudian dianalisis oleh penulis. Praktikum klinik

yang diadakan tanggal 16 - 21 Desember 2013, penulis mendapatkan kasus GEA pada

An. K sebagai pasein diruang galilea 3 RS Bethesda Yogyakarta. Dalam kasus ini

penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan mengunakan tahap-tahap

proses keperawatan.

A. Pengkajian

Langkah-langkah pengakajian dilakukan untuk mencegah masalah keperawatan

yang terjadi pada klien.Penulis telah melakukan pengkajian dengan menggunakan

beberapa metode yaitu observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

Manifestasi klinis pada pasien dengan GEA adalah

- Diare.

- Muntah.

- Demam.

- Nyeri Abdomen

- Membran mukosa mulut dan bibir kering

- Fontanel Cekung.

- Lemah.

- Kehilangan berat badan

- Tidak nafsu makan

- Pucat

Sedangkan saat dilakukan pengkajian pada tanggal 18 Des 2013 pada An. K

ditemukan data senjang yaitu; diare, muntah, lemah, pucat, tidak nafsu makan.

B. Diagnosa keperawatan

Dalam penyusunan disesuaikan dengan masalah yang sewaktu dilakukan

pengkajian, karena diagnosa keperawatan merupakan keputusan perawat

menganalisa data dan merumuskan respon klien terhadap masalah kesehatan, baik

masalah potensial maupun actual.

Diagnosa mungkin muncul pada GEA adalah

53

1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (diare)

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

ketidakmampuan mencerna makanan

3. Ansietas b.d perubahan lingkungan

4. Ketidakefektifan koping keluarga b.d krisis situasional

5. Resiko kerusakan integritas kulit dengan factor resiko adanya ekskresi

bersifat cair dan kondisi lembab

Sedangkan dalam asuhan keperawatan pada klien An. K dengan GEA pada

tanggal 18 Desember 2013 – 21 Desember 2013 diruang galilea 3 RS Bethesda

Yogyakarta didapatkan 3 diagnosa keperawatan antara lain:

1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (diare)

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

ketidakmampuan mencerna makanan

3. Ansietas b.d perubahan lingkungan

C. Rencana keperawatan

Dilakukan penulisan perencanaan dengan menyesuaikan teori NANDA 2012-

2014. Semua tindakan yang terdapat dalam 3 diagnosa sudah di tuliskan dalam

NCP dan dapat terlaksana dengan baik.

D. Pelaksanaan

Implementasi dilakukan selama tiga hari karena pasien beserta keluarga sudah

diperbolehkan untuk pulang.Pelaksanaan asuhan keperawatan pada kasus sesuai

dengan teori yang ada.

E. Evaluasi

1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (diare) sudah teratasi

karena pasien sudah tidak lagi mengalami dehidrasi.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan

mencerna makanan teratasi sebagian karena BB pasien belum kembali normal,

tetapi pasien sudah tidak muntah lagi dan ada nafsu makan.

54

3. Ansietas b.d perubahan lingkungan sudahteratasi karena pasien sudah tidak

takut lagi dengan perawat dan mau berkomunikasi dengan perawat

F. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu dokumen yang berisi data lengkap, nyata dan tercatat

bukan hanya tentang tingkat kesakitan klien tetapi juga jenis dan kualitas pelayanan

kesehatan yang diberikan (Fisbach, 1991).Dokumentasi keperawatan dilakukan

secara sistematis dalam suatu format yang telah disetujui dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Dokumentasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada An. K

dilakukan setiap kali selesai melakukan proses keperawatan mulai dari data

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implemantasi, dan evaluasi.

Dalam pelaksanaannya dilakukan pada format yang telah disediakan dari institusi

pendidikan maupun pada catatan perawat pada buku status diruangan yang

dilakukan dengan prinsip dokumentasi yaitu :

1. Tanda tangan dan nama penulis

2. Hari, tanggal, jam pada saat melakukan tindakan keperawatan

3. Jika ada penulisan yang salah dicoret dan di tandatangani oleh penulis yang

melakukan tindakan

G. Faktor pendukung dan faktor penghambat

1. Faktor pendukung dalam penyusunan laporan ini adalah adanya kerjasama

perawat ruangan, alat-alat yang memadai dalam penulis melakukan asuhan

keperawatan, studi dokumentasi yang lengkap dan kerjasama dari klien.

2. Faktor penghambat dalam penyusunan laporan ini adalah keterbatasan waktu

yang dimiliki penulis dalam melakukan asuhan keperawatan karena kasus baru

diberikan setelah dinas hari ke-3 ini dikarenakan ada banyak teman yang

praktik disana dan mempunyai kasus kelolaan tetapi jumlah pasiennya hanya

sedikit.

BAB IV

PENUTUP

55

A. Kesimpulan

1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (diare) diangkat sebagai

diagnosa karena pasien mengalami dehidrasi

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan

mencerna makanan diangkat sebagai diagnosa karena terjadi mual muntah pada

pasien dan adanya penurunan berat badan

3. Ansietas sedang b.d perubahan lingkungan diangkat sebagai diagnosa karena pasien

takut berada dilingkungan yang baru serta takut dengan perawatnya.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari adapun hasil yang diperoleh

yaitu:

1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (diare) sudah teratasi karena

pasien sudah tidak lagi mengalami dehidrasi.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan

mencerna makanan teratasi sebagian karena BB pasien belum kembali normal,

tetapi pasien sudah tidak muntah lagi dan ada nafsu makan.

3. Ansietas sedang b.d perubahan lingkungan sudah teratasi karena pasien sudah tidak

takut lagi dengan perawat dan mau berkomunikasi dengan perawat.

B. Saran

1. STIKES Bethesda

Melanjutkan kegiatan dan pertahankan kualitas pengajaran pada mahasiswa.

2. Ruang Galilea 3 RS Bethesda Yogyakarta

Pertahankan kualitas pelayanan dan kualitas tenaga keperawatan.

56

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Sudarth.( 2002 ). Buku ajar keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Carpenito, Lindya.J. (2001). Patofisiologi. Jakarta: EGC

Doenges, Marilyn. E. (2000).Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Nursalam.(2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika

Price Anderson dkk.(1997). Konsep Klinis Proses-proses penyakit. Jakarta: EGC

Speer, Morgan Kathbleen. (2007). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik Dengan

Clicical Phatway.Edisi 3. Jakarta: EGC

Tjokronegoro Arjatmo dkk.(2001). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI

Wong, Donna L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatric.Edisi 6. Jakarta: EGC

Wong, Donna.L. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Anak. Jakarta: EGC