presentation laporan antara rdtr kawasan jatiluwih
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MATERI PEMBAHASAN LAPORAN FAKTA ANALISAPENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
DAN ZONING REGULATION KAWASAN
CV. TRI MATRA DISAINKONSULTAN PERENCANA DAN PENGAWAS
A. PENDAHULUANLatar Belakang – Maksud, Tujuan,
Sasaran –– Lingkup Materi – Lokasi Kegiatan - Keluaran
B. TINJAUAN KEBIJAKANKebijakan-kebijakan yang terkait dengan pekerjaan Penyusunan RDTR dan Zoning Regulation WBD
Jatiuwih
C. RONA KAWASAN PERENCANAAND. ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN
E. TUJUAN, KEBIJAKAN & STRATEGI PENATAAN KAWASANRumusan awal tujuan, kebijakan dan strategi penataan Kawasan Jatiluwih
A.1. Latar Belakang
UU No. 26
Tahun 2007
Perda Prov. Bali No. 16 Tahun 2009
(RTRWP)
Kawasan WBD Jatiluwih
PERMASALAHAN
Turunnya produksi beras di Kabupaten Tabanan
Turunnya kepemilikan lahan pertanian
Adanya alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi fasilitas pariwisata
POTENSI
Keberadaan kawasan WBD Jatiluwih sebagai lumbung padi Kabupaten Tabanan
Memegang peranan penting dalam penegmbangan wilayah
Sebagian besar sawah merupakan sawah abadi
Kawasan Strategis dari sudut sosial
budaya
UU No. 11 Tahun
2010
RTRW KAB. TABANAN
A.2. Maksud-Tujuan-Sasaran
Maksud
• Menyusun peraturan zonasi sebagai instrument pengendalian pemanfatan ruang di Kawasan WBD Jatiluwih, Kecamatan Penebel
Tujuan• Memberikan bantuan teknis dalam pengaturan
zonasi di Kawasan WBD Jatiluwih, Kecamatan Penebel sehingga pengembangan kawasan tersebut dapat lebih tertib dan terkendali
Sasaran
• Tersusunnya Raperda beserta materi Peraturan Zonasi Kawasan WBD Jatiluwih, Kecamatan Penebel dengan kedalaman peta sekurangnya 1 : 5.000 yang dapat memenuhi kebutuhan pembangunan.
• Tersusunnya mekanisme pengendalian pemanfaatan ruang yang menyangkut aspek kelembagaan, perizinan, insentif dan disinsentif, pengenaan sanksi hukum, dan hal-hal yang menyangkut tertib tata ruang lainnya
A.2. Maksud-Tujuan-Sasaran
A.3. Ruang Lingkup Materi
Kompilasi Data (Rona Kawasan)
Analisis Data
Persiapan
Pengumpulan Data dan Observasi
Tinjauan Kebijakan
Perumusan Konsepsi Kawasan
Strategis
Perumusan Detail Rencana Tata
Ruang Kawasan Strategis
Muatan Materi Tujuan Penataan BWPRencana Pola RuangRencana Jaringan PrasaranaPenetapan Sub BWP prioritasKetentuan Pemanfaatan Ruang
Perumusan Zoning Regulation
Kawasan Strategis
Substansi ZoningArahan Penentuan KawasanKetentuan Penggunaan Peraturan PembangunanPengendalian Pemanfaatan
A.3. Lokasi Kegiatan
Provinsi Bali
Kabupaten Tabanan
Kawasan Jatiluwih
Kawasan WBD JatiluwihTerdiri dari 9 desa
Luas Wilayah: 8.478 Ha
Luas Subak: 2.472 Ha
A.4. Deliniasi Kawasan Warisan Budaya Dunia Jatiluwih
No. Subak Catur Angga Desa Adat Desa Dinas Luas Desa
(Ha)
1. Subak Bedugul Wangaya Gede
Wongaya Gede 3.023
2. Subak Jatiluwih Jatiluwih Jatiluwih 2.233
3. Subak Kedampal Mengesta Mengesta 751
4. Subak Klocing Kloncing Penatahan 359
5. Subak Penatahan Penatahan Pesagi 541
6. Subak Pesagi Pesagi Tengkudak 506
7. Subak Piak Puakan Rejasa 244
8. Subak Piling Rejasa Sangketan 450
9. Subak Puakan Sangketan Tegallinggah 371
10. Subak Rejasa Tegallinggah
11. Subak Sangketan Tengkudak
12. Subak Tegallinggah
13. Subak Tengkudak
14. Subak Wangaya Betan
Total 8.478
Berdasarkan Peraturan Bupati Tabanan No. 34 Tahun 2011tentang Penetapan Kawasan dan Pelestarian Warisan Budaya Kabupaten Tabanan
B. Tinjauan Kebijakan
UU No.11 Tahun 2010 tentang Kawasan Cagar Budaya
Kawasan Jatiluwih merupakan kawasan cagar budaya yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan.
Perda No. 16 Tahun 2009 tentang RTRW Provinsi Bali
Kawasan WBD Jatiluwih merupakan salah satu kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya.
Pengembangan & peningkatan fungsi kawasan dalam Pelestarian dan peningkatan nilai sosial budaya daerah Bali.RTRW Kab. Tabanan Tahun 2011 – 2030 Kawasan WBD Jatiluwih termasuk kedalam kawasan PPK Penebel yang berpusat pada Desa Penatahan dan Desa Tegallinggah.UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Hutan yang ditetapkan sebagai fungsi lindung dan konservasi, keberadaan luas dan fungsinya tetap dipertahankan
PPK Penebel
B.1. RTRWP Bali / Perda No.16/2009 (1)RENCANA STRUKTUR RUANG PROVINSI BALI
Sub
Menu
B.1. RTRWP Bali / Perda No.16/2009 (2)
RENCANA POLA RUANG PROVINSI BALI
Sub
Menu
Kawasan Warisan Budaya Jatiluwih
B.1. RTRWP Bali / Perda No.16/2009 (3)KAWASAN STRATEGIS PROVINSI BALI
Sub
Menu
RENCANA STRUKTUR RUANGKABUPATEN TABANAN
Sub
Menu
B.2. RTRWK TABANAN 2011-2031 (1)
Sub
Menu
RENCANA POLA RUANGKABUPATEN TABANAN
B.2. RTRWK TABANAN 2011-2031 (2)
Kawasan Jatiluwih
KAWASAN STRATEGISKABUPATEN TABANAN
NO
NAMA KAWASAN STRATEGIS DESA KECAMATAN
2 Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Sosial Dan Budaya
Kawasan radius kesucian Sad Kahyangan dan Pura Dang Kahyangan terdiri atas:
1. kawasan Pura Tanah Lot Desa Beraban Kediri 2. kawasan Pura Pekendungan Desa Beraban Kediri 3. kawasan Pura Resi Desa Nyambu Kediri
4. kawasan Pura Luhur Serijong Desa Antap Selemadeg
5. kawasan Pura Gadingwani Desa LalanglinggahSelemadeg Barat
Kawasan Desa Wisata, terdiri atas 1. Kawasan Desa Wisata Pinge Desa Penge Marga
2. Kawasan Desa Wisata Jatiluwih Desa Jatiluwih Penebel
B.2. RTRWK TABANAN 2011-2031 (3)
RONA KAWASAN PERENCANAAN
C. RONA KAWASAN PERENCANAAN
Rona Fisik Dasar
Pemanfaatan Ruang
Rona Kependudukan
Prasarana & Utilitas Umum
Rona Perekonomian
Tata Bangunan & Lingkungan
Daerah Rawan Bencana
• Areal Perkebunan
• Perumahan Penduduk
• hamparan Gunung Batukaru
Utara
• Tukad Yeh Ho
Selatan
• Hutan Lindung Batukaru
Barat
• Desa Senganan
Timur
C.1.1 Kawasan WBD Jatiluwih
Batas Administrasi
C.1. Fisik Dasar
C.1.1. Topografi
1
3
4
5
2
Ketingian >1000 meter DPL
Ketingian 750-1000 meter DPL
Ketingian 500-750 meter DPL
Ketingian 25-500 meter DPL
Ketingian 0-250 meter DPL
Ketingian >1000 meter DPL
Ketingian 750-1000 meter DPL
Ketingian 500-750 meter DPL
Ketingian 25-500 meter DPL
C.1.1. Topografi
Fisik Dasar
2-5 % (Agak Landai)
• Berada di sebelah selatan wilayah perencanaan yang jauh dari kawasan hutan Batukaru
• Wilayah yang termasuk kemiringan lereng ini terletak di desa Pesagi dan Rejasa
5-15 % (Landai)
• Berada di sebelah tengah wilayah perencanaan• Wilayah yang termasuk kemiringan lereng ini terletak di desa Penatahan,
Tegallinggah dan sebagian wilayah Desa Tengkudak di sebelah selatan
>40 % (Curam)
• Tersebar di wilayah yang berbatasan langsung dengan Hutan Batukaru• Desa-Desa yang termasuk ke dalam kelerengan ini adalah sebagian besar
Desa Mangesta, Desa Wongaya Gede dan Desa Jatiluwih
1
2
31
2
3
C.1.2. Kemiringan Lahan
C.2.1 Penggunaan Lahan
Sawah29%
Semak/Tegalan
6%Perkebunan42%
Pekarangan4%
Lainnya20%
45
7
3
6
Luas Wilayah: 8.478 Ha
Luas Subak: 2.472 Ha
C.2. Pemanfaatan Ruang
Pada kawasan ini, yang harus diperhatikan dalam
penggunaan lahan adalah subak, dimana sistem subak
ini berkaitan erat dengan jenis irigasinya
C.2.2 Pemanfaatan Ruang
No. Desa Nama Aliran SungaiNama
sungai/Mata AirNama daerah
irigasisubak luas
1 Jatiluwih Yeh Ho Atas Yeh Ho/Mata Air Gunung Sari
D.I Gunung Sari
Subak Gunung Sari35
Yeh Baat D.I Jatiluwih Subak Jatiluwih 390 Subak Umakayu Subak Kesabahan Subak Besikalung Subak Kedamian Subak Kesambi Subak Soka 1792 Tengkudak Yeh Mawa Barat Yeh Mawa D.I Puakan Subak Puakan 34
Yeh Mawa TimurYeh Ayung
D.I Tengkudak Subak Tengkudak160
Subak Manis Bayu Subak Uma Desa
3Wongaya
GedeYeh Mawa Timur
Yeh AyungD.I Bedugul Subak Bedugul
121 Subak Piak 158 Subak Keloncing 101 Subak Bedugul 132
4 Mangesta Yeh Ho AtasYeh baat
D.I JatiluwihSubak Wangaya Betan 9
Yeh Tampalan D.I Kedampal Subak Kedampal 75 YehMawa Timur Yeh Pusut D.I Peselatan Subak Peselatan 36 D.I Piling Subak Piling 48 D.I Asah Subak Asah 104 D.I Mengesta Subak Mengesta 10
5 Pesagi Pangkung Pangkung Tegalseka
D.I Pesagi Subak Pesagi158
Pangkung Pesagi 6 Rejasa Yeh Ho Bawah Yeh Ho Bawah D.I Rajasa Subak Rajasa 265 Pangkung Kebon Pangkung Pangkung Menjangan 7 Sangketan Pangkung Poh Pangkung Poh D.I Sangketan Subak Sangketan 209 Pundak Pundak
8 Tegallinggah Yeh MawaYeh Mawa
D.I Tegallinggah
Subak Tegallinggah63
Yeh Kekeran 9 Penatahan Yeh Sapuan Yeh Sapuan D.I Penatahan Subak Penatahan 185
Yeh Pangkung Pulukpuluk Yeh Pangkung
Yeh Pangkung Kilangkilung
Yeh Panyuan Yeh Panyuan Yeh Pundak Yeh Pundak
Total Luas Subak 2472
Organisasi Subak Basah di Kawasan Jatiluwih
Pola bermukim di kawasan perencanaan WBD Jatiluwih adalah pola pemukiman yang berkembang secara alami dan memiliki sebuah pola permukiman yang banyak ditemui di kawasan perbukitan atau dataran tinggi yaitu pola linear terpencar atau dispersed linear
Pola Permukiman di Desa Jatiluwih
Pola Permukiman di
Desa Rejasa
C.2.2 Pemanfaatan Ruang
Jenis Fasilitas
Pendidikan
Jumlah(Unit)
TK 13
SD 20
SMP 1
SMA 0
Jumlah 34
SD di Kawasan WBD Jatiluwih
SMP di Kawasan WBD Jatiluwih
Fasilitas Pendidikan
C.2.2 Pemanfaatan Ruang
Penyebaran Permukiman dan Fasilitas
Jenis Fasilitas Kesehatan
Jumlah(Unit)
Posyandu 57
Puskesmas 1
Puskesmas Pembantu 6
Dokter Praktek 1
Pos KB 9
Jumlah 74Praktek Dokter
Pos Kesehatan Desa
Fasilitas KesehatanC.2.2 Pemanfaatan RuangPenyebaran Permukiman
dan Fasilitas
Puskesmas
Jenis Fasilitas
Peribadatan
Jumlah(Unit)
Pura 197
Gereja Kristen 1
Gereja Katolik 2
Jumlah 200
Fasilitas PeribadatanC.2.2 Pemanfaatan RuangPenyebaran Permukiman
dan Fasilitas
Fasilitas Perniagaan
Jumlah (Unit)
Pasar Umum 1
Pertokoan 1
Restoran 7
Warung 349
Art Shop 5
Jumlah 363
Fasilitas Perekonomian
Jumlah (Unit)
Bank 2
Lembaga Perkreditan Desa
27
KUD 1
Fasilitas Ekonomi
Fasilitas Olahraga
Jumlah (Unit)
Sepak Bola 197
Bola Volley 1
Tenis Meja 2
Jumlah 200
Fasilitas Olahraga
C.2.2 Pemanfaatan Ruang
C.3. Kependudukan & Sosial Budaya Jumlah Penduduk Kawasan WBD Jatiluwih (Tahun 2011)
adalah 21379 Jiwa
Grafik Trend Pertumbuhan Penduduk
di Kecamatan PenebelPeriode Tahun 2003 – 2011
Jumlah KK di Kawasan WBD Jatiluwih
Desa2011
JumlahL P
Jatiluwih 1279 1401 2680Mengesta 1302 1360 2662Wongaya Gede 1778 1884 3662
Tengkudak 1313 1311 2624
Penatahan 1271 1361 2632Resaja 795 849 1644Pesagi 928 1004 1932
Tegallingah 723 779 1502
Sengketan 929 1112 2041
Jumlah 10318 11061 21379
C.3.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Kelompok umur 45 - 49 tahun menunjukkan angka yang paling
tinggi yaitu sebesar 1.699 jiwa atau 9,2%
Kelompok umur diatas 80 tahun menunjukkan angka yang paling
rendah yaitu sebesar 380 jiwa atau 2%
Berdasarkan data penduduk menurut jenis kelamin Tahun 2012 di Kawasan WBD Jatiluwih yang dikeluarkan oleh BPS, jumlah penduduk
perempuan (9.418 jiwa) lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki
(9.053)
C.3.2 Jumlah Penduduk Menurut Struktur Umur dan Jenis Kelamin
Jumlah Penduduk Menurut Agama
Jumlah (Jiwa)
Hindu 21.109
Islam 89
Kristen 70
Katolik 111
Jumlah 21.379
Hindu98.74%
Islam0.42%
Kristen0.33% Katolik
0.52%
HinduIslamKristenKatolik
Jumlah Penduduk menurut Agama
Prosentase Jumlah Penduduk menurut Agama
C.3.3 Jumlah Penduduk Menurut Struktur Umur dan Jenis Kelamin
Sektor Primer = mata pencaharian di bidang pertanian dalam arti luas. Sektor Sekunder = mata pencaharian di bidang perdagangan dan
industri. Sektor Tersier = mata pencaharian di bidang antara lain perbankan,
listrik dan air, pengangkutan, dan pemerintahan/jasa-jasa.
Pertanian68.43%
Pe-ter-naka
n2.49%
Perkebuna
n9.93%
Perdagan-gan3.19%
In-dustri0.57%
Pen-gangkutan0.38%
Per-bankan
0.06%
Pe-mer-inta-han/Jasa
14.96%
Primer80.85%
Sekunder3.76
%
Ter-sier
15.39%
C.3.4 Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian
C.4. Perekonomian
Berkembangnya sektor perdagangan & jasa ditunjang : Pasar Umum, Rumah
Makan, Warung, Art Shop Bank, KUD dan LPD
C.4.1. Potensi Sektor Perdagangan dan Jasa
C.4.2. Potensi Sektor Pertanian
Tanaman perkebunan yang diprioritaskan adalah kopi, panili, cengkeh, kelapa dan kakao
Peternakan yang berkembang merupakan peternakan rakyat dengan skala usaha relatif kecil
Ternak yang diusahakan tersebut dibedakan menjadi ternak besar, ternak kecil dan unggas
Terdapat sentra peternakan ayam yang dikembangkan dalam skala cukup besar
Penduduk mengandalkan lahan sawah yang memberikan kontribusi di bidang perekonomian dari penanaman padi
pertanian perkebunan
peternakan
C.4.3. Potensi Pariwisata
Memiliki alam yangindah dengan bentang alam sawah yang luas yang dilalui oleh beberapa sungai dengan arus yang bagus
Terdapat banyak sumber-sumber mata air panas
Berupa sawah abadi yang berundak dengan sistem subak
Kegiatan yang dapat dilakukan adalah sightseeing dan tracking
Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: Tracking Cycling Lintas alam (ATV)
Daya Tarik Olahraga dan Petualangan
Daya Tarik Wisata Alam
Pura Luhur Batukaru Pura Luhur Petali Pura Luhur Gede Batu
Panes
Daya Tarik Wisata Religi
C.5. Prasarana dan Utilitas Umum
C.5.1 Jaringan Jalan
Jalan Kolektor Primer 4 (K-4), merupakan jalan utama dan merupakan satu-satunya akses dari dan menuju Kabupaten Tabanan, yaitu ruas Jalan Penebel-Mengesta-Jatiluwih-Babahan
Jalan lokalJalan Kolektor
Nama DesaJumlah
RT
Sumber Air Minum
PDAM Pompa Air Sumur Mata Air
Jatiluwih 810 - - - 810
Mengesta 751 - - - 751
Wongaya Gede 846 - - 29 817
Tengkudak 608 - - - 608
Penatahan 499 317 - 64 118
Resaja 414 - - - 414
Pesagi 530 - - - 530
Tegallingah 502 - - - 502
Sangketan 571 - - - 571
Jumlah 5531 317 0 93 5121
Untuk pelayanan kota kecamatan di Kabupaten Tabanan sumber air baku yang digunakan dari sumber Mata Air Gembrong, Mata Air Gangsang dan Riang Gede
Sumber Penggunaan Air di Kawasan WBD
C.5.2 Sistem Penyediaan Air Minum
C.5.3 Jaringan Listrik
Penyediaan energi listrik bagi masyarakat Kawasan WBD Jatiluwih diperoleh dari PLN dengan sumber pembangkit dan penyalur PLTD Pesanggaran, PLTGU Pemaron, PLTG Gilimanuk dan jaringan interkoneksitas Jawa-BaliPenyalurannya dilakukan melalui 3 buah gardu induk yaituo Gardu Induk Kapalo Gardu Induk Antosario Gardu Induk Baturitio Penyulang sebanyak 13 buah
dengan total 540 buah gardu
C.5.4 Sanitasi dan Drainase
Pengelolaan air limbah rumah tangga di kawasan perencanaan yaitu :
Saluran terbuka bercampur dengan sistem drainase dan merupakan saluran pembuangan air limbah yang berasal dari rumah tangga (kamar mandi, cucian, dapur) serta air limbah non domestik (industri, bengkel, rumah sakit dan lain sebagainya).
Saluran tertutup untuk pembuangan air kotor dari WC/KM yang dilengkapi dengan septic tank.
Saluran Drainase
• Saluran pembuangan utama yang memanfaatkan saluran sungai.
• Saluran di kawasan permukiman atau drainase kota.
C.5.5 Jaringan Telekomunkasi
Jaringan telepon pada umumnya telah menyebar di kawasan perencanaan.
Pelayanan telepon kabel di kawasan perencanaan dilayani oleh Saluran Telepon Otomat (STO) Tabanan dan STO Baturiti.
Jaringan telepon teresterial non kabel yaitu pelayanan telepon mobile/seluler yang dilayani oleh beberapa perusahaan telekomunikasi.
C.5.6 Pengelolaan Persampahan
Sistem pengelolaan sampah di wilayah perencanaan selain dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP)
Sebagian besar juga dikelola secara individu oleh masyarakat dengan cara konvensial dibakar, membuat lobang/ditanam, ditimbun, dibuang ke tempat terbuka dan lain-lain
Sampah yang berasal dari rumah tangga, pertokoan, perkantoran dan lain-lain
C.6. Tata Bangunan dan Lingkungan
Bangunan perumahan di wilayah perencanaan pada umumnya memiliki KDB yang berkisar antara 40 - 70% dengan ketingggian bangunan 1 lantai.
KDB Berkisar antara 40 - 60%, KLB 1 lantai
Permukiman di Desa Jatiluwih
KDB Berkisar antara 60 - 70%,KLB 1 lantai
Permukiman di Desa Wongaya Gede
C.6.1 Intensitas Bangunan
Bangunan Perumahan
Bangunan fasilitas pendidikan dan kesehatan di wilayah perencanaan memiliki KDB yang berkisar antara 40 - 60% dengan ketingggian bangunan 1 lantai.
Bangunan Fasilitas Lingkungan
Fasilitas Sekolah Dasar di Desa Mangesta
Fasilitas Sekolah Dasar di Desa Penatahan
Fasilitas Kesehatan Puskesmas di Desa Penatahan
Fasilitas Kesehatan Pos Kesehatan Desa Jatiluwih
C.6.1 Intensitas Bangunan
Bangunan fasilitas peribadatan di wilayah perencanaan memiliki KDB yang berkisar antara 30 - 60% dengan ketingggian bangunan 1 lantai.
Bangunan Fasilitas Lingkungan
Fasilitas Peribadatan Pura Luhur Muncaksari di Desa Sengketan
Fasilitas Peribadatan Pura Luhur Pucak Petali di Desa Jatiluwih
Fasilitas Peribadatan Gereja Katolik di Desa Tengkudak
Fasilitas Peribadatan Pura Batur Kaja di Desa Rejasa
C.6.1 Intensitas Bangunan
Bangunan fasilitas perniagaan di wilayah perencanaan memiliki KDB yang berkisar antara 60 - 90% dengan ketingggian bangunan 1 - 2 lantai.
Bangunan Fasilitas Perniagaan
Fasilitas Perekonomian Restoran di Desa Jatiluwih
Fasilitas Perekonomian Warung di Desa Penatahan
Fasilitas Perekonomian Warung di Desa Pesagi
Fasilitas Perekonomian Pasar di Desa Penatahan
C.6.1 Intensitas Bangunan
Bangunan fasilitas perkantoran di wilayah perencanaan memiliki KDB yang berkisar antara 40 - 60% dengan ketingggian bangunan 1 - 2 lantai.
Bangunan Fasilitas Perkantoran
C.6.1 Intensitas Bangunan
Bentuk dan arsitektur bangunan
merupakan campuran antara bentuk bangunan
modern serta bangunan dengan
bentuk dan tampilan arsitektur
tradisional Bali dengan penerapan
proporsi dan karakter yang
beragam.
C.6.2 Bentuk dan Arsitektur Bangunan
Pemanfaatan bangunan umumnya merupakan bangunan rumah, fasilitas lingkungan, dan fasilitas penunjang kegiatan pariwisata.
Bangunan perumahan tersebar di seluruh wilayah bangunan perumahan yang terletak di sepanjang jalan juga digunakan sebagai bangunan perdagangan maupun jasa
C.6.3 Pemanfaatan Bangunan
Pemanfaatan bangunan untuk perdagangan
Pemanfaatan bangunan untuk rumah
Pemanfaatan bangunan untuk kantor
Analisis Wilayah
Fungsi Tujuan Penataan Ruang
Dasar Tujuan Penataan Ruang
Rumusan Tujuan Penataan Ruang
• sebagai acuan penyusunan rencana pola ruang, rencana jaringan prasarana, penetapan bagian dari wilayah RTR yang diprioritaskan penanganannya, dan penyusunan peraturan zonasi
•menjaga konsistensi dan keserasian pembangunan kawasan perkotaan dengan RencanaTata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
• arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW kabupaten/kota
• isu strategis wilayah perencanaan, yang antara lain dapat berupa potensi, masalah, dan urgensi/keterdesakan penanganan
• karakteristik wilayah perencanaan
• keseimbangan dan keserasian antarbagian dari wilayah kabupaten/kota
• fungsi dan peran wilayah perencanaan
• potensi investasi
• kondisi sosial dan lingkungan wilayah perencanaan
• peran masyarakat untuk turut serta dalam pembangunan
• sasaran-sasaran yang merupakan ukuran tercapainya tujuan tersebut
D.1. Analisis Tujuan Penataan Ruang Wilayah Perencanaan
Fungsi dan Peran dari Kawasan WBD Jatiluwih sebagai Kawasan Strategis Provinsi Bali dari Aspek Kepentingan Sosial
Budaya
Wilayah perencanaan merupakan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
D.2. Analisis Kedudukan Wilayah Perencanaan
Secara geografis, Kawasan Jatilwih terletak di
Kabupaten Tabanan, Bagian Barat Daya Provinsi Bali, berbatasan langsung dengan hamparan Gunung Batukaru di bagian utara
dan Hutan Lindung Batukaru di bagian barat
Mempunyai fungsi sebagai titik penunjang aktivitas pertanian di Provinsi BaliBerperan secara tidak langsung dalam mempertahankan ruang
terbuka hijau, serta mengembangkan potensi pertanian
dan pariwisata
D.3. Analisis Fungsi Kawasan WBD Jatiluwih dalam Konstelasi Regional
RTRW Kabupaten Tabanan memiliki beberapa implikasi keruangan terhadap pola
pemanfaatan ruang di Kawasan WBD Jatiluwih
Peruntukan kawasan lindung, fungsi yang direncanakan untuk dimantapkan di Kawasan WBD Jatiluwih meliputi fungsi kawasan hutan lindung (Hutan Lindung Batukaru) dan fungsi kawasan perlindungan
setempatPola pemanfaatan ruang, Kawasan WBD Jatiluwih menjadi fungsi kawasan pertanian dimana kegiatan pertanian
dan pariwisata serta multiplier effect-nya menjadi titik tumpu
Kebijakan penataan ruang tidak boleh bertentangan dengan arahan peruntukan ruang pada tingkat kabupaten,
maka fungsi ruang yang ditetapkan RTRW Kabupaten tersebut harus diakomodasi dan menjadi salah satu
acuan bagi kebijakan penataan ruang Kawasan WBD Jatiluwih
Aspek Kebijakan Aspek Geografi
Jumlah penduduk di wilayah perencanaan berdasarkan data terakhir Tahun 2013 mencapai 21.831 jiwa dengan distribusi penyebaran penduduk hampir merata di setiap lingkungan
Perubahan penduduk di wilayah perencanaan mulai Tahun 2003 sampai dengan Tahun 2013 mengalami fluktuasi dengan kecenderungan kenaikan yaitu 38,35%
D.4. Analisis Kependudukan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Perubahan
Tahun
2003
Tahun
2013
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Presenta
se (%)
19.616 21.831 2.215 11,29
Tahun 2003 Tahun 201318,500
19,000
19,500
20,000
20,500
21,000
21,500
22,000
tingkat pertumbuhan penduduk di kawasan perencanaan adalah rata-rata sebesar 0,0108 atau 1,08%
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
Grafik Proyeksi PendudukTahun 2013-2033
Jumlah Penduduk Proyeksi (Jiwa)
Tahu
n
Jumlah
Pendudu
k
Proyeksi
(Jiwa)
Tahun
Jumlah
Penduduk
Proyeksi
(Jiwa)
2013 21.831
2014 22.066 2024 24.558
2015 22.304 2025 24.823
2016 22.544 2026 25.090
2017 22.786 2027 25.360
2018 23.031 2028 25.632
2019 23.279 2029 25.908
2020 23.529 2030 26.187
2021 23.783 2031 26.469
2022 24.038 2032 26.753
2023 24.297 2033 27.041
D.4. Analisis Kependudukan
D.5. Analisis Tata Guna Lahan
dalam rentang waktu 10 tahun yaitu antara Tahun 2003 dan Tahun 2012, peruntukan lahan yang mengalami perubahan adalah lahan permukiman/pekarangan yang bertambah sebesar 26,8%, lahan untuk penggunaan perkebunan bertambah sebesar 19,75%, sedangkan lahan untuk penggunaan sawah juga bertambah sebesar 8,7%.
No
.
Jenis
Penggunaa
n Lahan
Luas (Ha)Perubahan
Lahan
KeteranganTahun
2003
Tahun
2012
Luas
(Ha)
Prosenta
se (%)
1. Sawah 2257 2472 215 8,7 lahan
bertambah
2. Tegal/Semak - 475 475 100 lahan
bertambah
3. Perkebunan 2845 3545 700 19,75 lahan
bertambah
4. Pekarangan 232 317 85 26,81 lahan
bertambah
5. Lainnya 3144 1669 1475 88,38 lahan
berkurang
sawah tegalan perkebunan Pekarangan lainnya0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
2003 2012
D.6. Analisis Kesesuaian Lahan
Berdasarkan Hasil analisisi, di kawasan WBD Jatiluwih pada lahan basah (sawah irigasi) dan tadah hujan sebaiknya dikembangkan komoditi pertanian (tanaman pangan seperti padi dan palawija); lahan-lahan kering (kebun dan ladang) dikembangkan tanaman buah-buahan dan gaharu, perkebunan dan tanaman pakan ternak. Sedangkan pada lahan-lahan kering yang miring topografinya sebaiknya dikembangkan tanaman kehutanan seperti albisia, jati belanda dan bambu.
Fisik potensial pengembangan•Kemiringan lereng 0 - 15% merupakan sub satuan dataran dengan daya dukung tanah cukup baik
•Lahan ini dapat digunakan untuk peruntukan permukiman, sub pusat lingkungan dan fasilitas kelengkapan serta sangat cocok untuk semua jenis kegiatan fisik.
•Tidak semua lahan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan terbangun karena adanya arahan fungsi ruang kawasan sebagai kawasan pertanian yang berupa sawah abadi
•Lahan fisik potensial untuk dikembangkan adalah lahan pekarangan seluas 317 Ha dan 475 Ha kawasan semak belukar, meliputi lahan-lahan di bagian selatan wilayah perencanaan
Kendala fisik pengembangan•Merupakan kawasan pengembangan terbatas dengan persyaratan tertentu untuk penggunaannya
•Kelerengan 15 – 40%, daya dukung tanah sedang dan daerah rawan bencana sedang•Dapat digunakan untuk kawasan pertanian, peternakan, permukiman, sub pusat lingkungan dan fasilitas penunjang permukiman lainnya dengan pematangan tanah untuk konstruksi tertentu, namun harus di luar kawasan lindung
•Lahan dengan kendala fisik pengembangan berada di bagian tengah wilayah perencanaan, didominasi oleh lahan pertanian pangan, perkebunan dan kawasan permukiman.
Limitasi fisik pengembangan•Kemiringan diatas 40%, kondisi perbukitan relief kasar•Lahan ini difungsikan untuk menjadi penyeimbang ekosistem lingkungan secara keseluruhan
•Lahan dengan limitasi fisik pengembangan merupakan lahan yang berupa cagar alam Hutan Batukaru
D.7. Analisis Daya Dukung Lahan
1
2
3
Hirarki jalan Fungsi bangunan KDB (%)
Kolektor (K4)
Perumahan 60-70Perdagangan/ jasa 70-80Perkantoran 60-70Fasum 60-70Fasos 60-70
Lokal
Perumahan 45-60Perdagangan/ jasa 60-70Perkantoran 60Fasum 60-70Fasos 45-60
Jenis Bangunan Ketentuan KDB
Perumahan 40-60%
Perdagangan/ jasa 60-80%
Perkantoran 60-70%
Fasos 50-70%Berdasarkan ketetapan KDB dalam RTRW Kab. Tabanan, dapat diketahui bahwa sebagian besar fungsi bangunan di Kawasan Jatiluwih masih berada dalam batasan atau sesuai dengan arahan ketentuan KDB yang telah ditetapkan.
Perhitungan KDB di Kawasan WBD Jatiluwih
D.7.1. Koefisien Dasar Bangunan
Hirarki jalan Fungsi bangunan KLB
Kolektor (K4)
Perumahan 1-2Perdagangan/ jasa 1-2Perkantoran 1Fasum 1Fasos 1
Lokal
Perumahan 1Perdagangan/ jasa 1Perkantoran 1Fasum 1-2Fasos 1-2
Perhitungan KLB di Kawasan WBD Jatiluwih
Fungsi bangunanKetentuan KLB
(x KDB)Perumahan 1-2Perdagangan/ jasa 3Perkantoran 2Pendidikan 2-4Kesehatan 2Prasarana Olahraga 4Bangunan budaya 4
Ketentuan KLB di Kawasan WBD Jatiluwih
Berdasarkan ketentuan KLB dalam RTRW kabupaten Tabanan, KLB ditetapkan berdasarkan fungsi wilayah. Oleh karena itu, ketentuan KLB Kawasan Gilimanuk termasuk ke dalam ketentuan kawasan perdesaan
KLB pada masing-masing bangunan masih berada di bawah KLB maksimum, sehingga untuk KLB di kawasan Jatiluwih masih dapat dikembangkan hingga batas maksimum KLB yang telah ditetapkan di dalam ketentuan RTRW Kabupaten Tabanan.
D.7.2. Koefisien Lantai Bangunan
No. Jenis Penggunaan Lahan
Ketinggian Bangunan Maksimum
Kabupaten Tabanan (m)
1 Hotel dan Restaurant 15
2 Fasilitas Penunjang Pariwisata dan parkir 15
3 Mix Use 12
4 Perumahan (rumah sedang) 10
5 Perumahan (rumah kecil) 5
6 Bangunan Perdagangan 10
7 Bangunan Pendidikan 108 Bangunan Kesehatan 10
Sebagian besar ketinggian bangunan sudah sesuai dengan arahan dari kebijakan di Kabupaten Tabanan, hanya pada bangunan tinggal terdapat deviasi yaitu dimana berdasar arahan ketinggian maksimum untuk bangunan tinggal yaitu 10 m, sedangkan pada kondisi eksisting terdapat bangunan perdagangan dengan ketinggian bangunan mencapai 15 m (4 lantai)
Berdasarkan RTRW Kabupaten Tabanan batas ketinggian maksimum bangunan yang diperkenankan di Kabupaten Tabanan adalah 15 meter atau tidak melebihi ketinggian pohon kelapa kecuali bangunan berupa tempat ibadah ataupun tower/menara.
Hirarki Jalan
Damija (m) d (m) Ketinggian
Maksimum (m)Jumlah Lantai
MaksimumKolektor 5 3,5 5 2 -3Lokal 3 2,5 3.75 1 - 2
D.7.3. Ketinggian Bangunan
Jenis Kebutuhan StandarKebutuhan Air Bersih (l/detik)
RT 120 lt/orang/hari 37,56
Konsumsi Kran Umum 30 lt/orang/hari 9,39
Industri Kecil & RT 4% dari total kebutuhan RT 1,50
Niaga, Lembaga & Umum 20% dari total kebutuhan RT 7,51
Hidran Kebakaran 20% dari total kebutuhan RT 7,51
Kebocoran 15% dari total kebutuhan RT 5,63
D.8. Analisis Utilitas Umum
Jenis Kebutuhan StandarKebutuhan
Energi Listrik (KVA)
RT 90 VA 2433,69
Industri Kecil dan RT 4% dari total kebutuhan RT 97,35
Fasilitas Sosial dan Ekonomi 40% dari total kebutuhan RT 38,94
Penerangan Jalan 15% dari total kebutuhan RT 5,84
Listrik
Air Bersih
Analisis Utilitas Umum
Jenis Kebutuhan StandarKebutuhan Telepon
(SS)
RT 4 SS : 100 % penduduk 1082
Fasilitas Sosial dan Ekonomi 3% total kebutuhan RT 32,45
Telepon Umum 1 SS : 2500 penduduk 10,82
Telekomunikasi
Jenis Kebutuhan
StandarTimbulan Sampah
(m3/jiwa/hari)
Rumah Tangga (RT)
0,0025 m3/jiwa/hari 67,60
Kegiatan Sosial dan Umum
5% dari total kebutuhan RT 3,38
Kegiatan Perdagangan dan Jasa
10% dari total kebutuhan RT 6,76
Sampah Jalan Raya
2,5% dari total kebutuhan RT 1,69
SampahJenis Kebutuhan
Timbulan Air Limbah (l/detik)
RT 26,29Konsumsi Kran Umum 6,57
Industri Kecil dan RT 1,05
Niaga, Lembaga dan Umum
5,26
Hidran Kebakaran 5,26
Kebocoran 2,54
Limbah
D.9. Analisis Fasilitas Umum
Penyediaan fasilitas lingkungan yang terdapat di Kawasan WBD Jatiluwih sebagian besar sudah dapat memenuhi
kebutuhan penduduknya sampai dengan akhir masa perencanaan
Sarana Jenis FasilitasJumlah Penduduk dan Kebutuhan Fasilitas (Unit)
2013 2018 2023 2028 2033Jiwa Unit Jiwa Unit Jiwa Unit Jiwa Unit Jiwa Unit
PeribadatanGereja
21.8313
23.0311
24.2971
25.6321
27.0411
Pura 197 1 1 1 1
PendidikanTK
21.83113
23.03118
24.29719
25.63221
27.04122
SD 20 14 15 16 17SMP 1 5 5 5 6
Kesehatan
Posyandu
21.831
17
23.031
18
24.297
19
25.632
21
27.041
22Puskesmas 17 0 0 0 0Puskesmas Pembantu
18 1 1 1 1
Praktek Dokter 19 0 0 0 0Pos KB 20 9 10 10 11
Perdagangan
Pasar
21.831
1
23.031
1
24.297
1
25.632
1
27.041
1Pertokokan 1 4 4 4 5Warung 225 92 97 103 108Pusat perbelanjaan dan niaga
12 0 0 0 0
Olahraga
Taman/ Tempat main (Kelompok Tetangga)
21.831
0
23.031
92
24.297
97
25.632
103
27.041
108
Taman/ Tempat main (Pusat Kegiatan Lingkungan)
0 9 10 10 11
Taman dan Lapanagan Olahraga
200 1 1 1 1
Permasalahan Kawasan
Banyaknya jaringan jalan yang rusak menyebabkan sulitnya aksesibilitas dari dan ke kawasan Jatiluwih
Adanya limitasi pengembangan wilayah perencanaan karena berada di wilayah dengan kelerengan > 40% dan rawan bencana longsor
Kurangnya pemasaran mengenai produk-produk pertanian lokal Kawasan Jatiluwih sehingga produk-produk pertanian khas Jayiluwih kurang dikenal
Kondisi-kondisi jalan di Kawasan Jatiluwih yang rusak menyebabkan susahnya pengangkutan dan penyaluran hasil-hasil produksi pertanian
Kurangnya fasilitas penunjang pariwisata yang berada di Kawasan Jatiluwih seperti tidak tersedianya pusat informasi pariwisata, tidak terdapat lahan parker, jalur tracking dan jalur cycling di kawasan Jatiluwih
Adanya transformasi pola permukiman di kawasan Jatiluwih dari bentuk tradisional menjadi modern.
Kurangnya pengelolaan sampah di kawasan Jatiluwih sehingga menyebabkan masih banyak sampah yang tidak terakomodir
Potensi KawasanPenetapan Jatiluwih sebagai kawasan warisan budaya dunia membuka potensi pariwisata dan budaya
Eksistensi lahan pertahian di kawasan Jatiluwih.
Keberadaan system subak sebagai system irigasi di Kawasan Jatiluwih sebagai wujud manifestasi terhadap Tri Hita Karana
Lahan pertanian di kawasan ini sudah menjadi bagian dari aktivitas budaya dan perekonomian masyarakat
Adanya potensi pariwisata yang sangat potensial untuk dikembangkan di kawasan jatiluwih, seperti daya Tarik wisata alam sawah terasering, wisata religi dan budaya , juga wisata yang bersifat adventure
Budaya dan adat istiadat yang masih dipertahankan sehingga memberikan ciri khas kepada kawasan Jatiluwih. Potensi budaya berupa seni budaya, upacara ngaben dan prosesi bertani
Adanya desa tradisional di Br. Gunungsari yang masih melestarikan pola permukiman tradisional
Potensi Alam dan Daya Tarik Wisataa. Pura Luhur Petali
Pura Luhur Petali
Pura
Rambut
Sedana
Pura
Bulakan
Pura
Batu
Madeg
Pura
Manik
Galih
Pura
Taksu Agung
b. Sawah Berterasering
Areal persawahan di Desa Jatiluwih dengan tekstur tanah berasal dari pelapukan Gunung Batukaru yang sangat subur dan sangat sesuai untuk daerah pertanian dengan komoditas unggulanya yaitu beras merah.
c. TrackingKeindahan alam, kesejukan, dan kealamian Jatiluwih menjadikan daerah ini sangat baik untuk kegiatan tracking. Jalur-jalur tracking yang ada di Desa Jatiluwih ada beberapa jalur, akan tetapi yang paling sering digunakan adalah dua jalur tracking, yaitu: Jatiluwih - Besikalung dan Umakayu (Gunung Sari)
d. CyclingDi samping tujuan berwisata, kegiatan cycling ini baik untuk terapi jantung dan paru-paru. Untuk di daerah Jatiluwih, jalur cycling yang biasa digunakan adalah mulai dari Bedugul kemudian menuju Besikalung dan akhirnya finish di Jatiluwih
Potensi BudayaUpacara yang terkait dengan aktivitas petani di sawah, yaitu :(1). Upacara Mapag Toya (2). Kempelan(3). Upacara Ngendag Tanah Carik(4). Upacara Ngurit(5). Upacara Ngerasakin(6). Upacara Pangawiwit (Nuwasen)(7). Upacara Ngekambuhin(8). Upacara Pamungkah(9). Upacara Penyepian(10). Pengerestitian Nyegara Gunung yang dilaksanakan di Pura
Luhur Petali dan Pura Luhur Pekendungan(11). Upacara Masaba(12). Ngadegang Batari Sri (Batara Nini)(13). Upacara Nganyarin(14). Manyi(15). Upacara Mantenin
Tari Baris Memedi (Sang Hyang Memedi)Tari ini merupakan tarian sakral yang dipentaskan khusus pada saat pelaksanaan Upacara Pitra Yadnya (ngaben) yang tingkatannya madya dan utama. Sebelum menarikan Tari Baris Memedi, ada beberapa kegiatan yang terlebih dahulu harus dilakukan, seperti: mengadakan ritual di kuburan setempat, yang tujuannya adalah memohon keselamatan dan kelancaran Upacara Pitra Yadnya yang akan dilaksanakan.Proses Pengolahan Sawah(1). Mencangkul di sawah; di mana kegiatan ini merupakan kegiatan pertama yang dilakukan di
sawah(2). Nampadin; alat yang digunakan adalah sejenis golok panjang
yang disebut "penampad" untuk membersihkan rumput-rumput pada bagian dinding petak sawah.
(3). Ngelampit (membajak sawah); kegiatan ini dilakukan menggunakan bajak (lampit) yang ditarik oleh dua ekor sapi atau ditarik oleh seekor kerbau.
(4). Melasah (meratakan tanah sawah);.(5). Nandur (menanam padi); kegiatan inti dari mengolah sawah
adalah menanam padi (nandur). Benih-benih padi (bulih) sudah disemai jauh sebelum kegiatan nandur ini + 4-5, minggu sebelumnya.
Aktivitas Pasca Panen(1). Membawa padi dari sawah ke rumah masing-masing untuk disimpan di lumbung. Cara untuk
membawanya adalah dengan cara dipikul (negen) dari sawah ke rumah masing-masing. Alat yang digunakan adalah sanan, di mana alat ini terbuat dari kayu kelapa (seseh) dan pada ujung-ujungnya dibuat lancip.
(2). Menumbuk padi (nebuk). Agar padi yang sudah dipanen menjadi beras, sebelumnya harus ditumbuk terlebih dahulu, sehingga menjadi beras. Proses tradisional yang digunakan menumbuk padi dengan menggunakan "lesung" sebagai dasar tumbukan dan "lu" sebagai penumbuknya yang terbuat dari kayu.
Seni Budaya MasyarakatMasyarakat Jatiluwih banyak sekali memiliki seni budaya yang dapat menjadi potensi budaya. Potensi seni budaya tersebut, yaitu: joged, gong wanita, arja, topeng, wayang, sekaa shanti, sekaa angklung, dan lain-lain. Pengelolaan yang baik dari potensi seni budaya yang dimiliki masyarakat Jatiluwih akan memberikan nilai tambah tersendiri yang langsung menyentuh masyarakat.
Potensi Budaya
Pemukiman MasyarakatPemukiman masyarakat agraris di Desa Jatiluwih adalah keberadaan lumbung di setiap rumah masyarakat. Hasil panen padi yang mereka peroleh disimpan di masing-masing lumbung yang dimiliki masyarakat Jatiluwih. Untuk menyimpan padi di lumbung tersebut, masyarakat akan melaksanakan upacara terlebih dahulu sebagai rasa syukur kehadapan Ida Batari Sri karena sudah diberikan sumber pangan yang baik, yaitu Upacara Mantenin. Lumbung yang terdapat di Desa Jatiluwih bentuknya hampir seragam untuk masing-masing yang dimiliki masyarakat. Konsep pemukiman masyarakat Jatiluwih menganut konsep Tri Angga yang terdiri dari 3 (tiga) tingkatan letak, yaitu: hulu, badan, dan kaki (teben). Dari sini, dapat dilihat bahwa implementasi dari Tri Hita Karana sudah mulai tampak dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jatiluwih dari skup yang terkecil, yaitu keluarga.
Faktor internal
Faktor Eksternal
STRENGTH1.Kondisi topografi kawasan perencanaan yang
berupa daerah pertanian di daerah pegunungan dengan pemandangan alam yang indah merupakan daya tarik utama kawasan perencanaan
2.Sebagian besar wilayah perencanaan berada di daerah yang memiliki kelerengan >40% sehingga menjadi daya tarik bagi kawasan.
3.Jenis tanah di kawasan perencanaan berupa endapan dari serentetan gunung api sehingga cocok untuk kesuburan pertanian
4.Kawasan Jatiluwih memiliki sumber mata air dengan jumlah yang banyak
5.Kawasan ini memiliki nilai konservasi sumber daya alam hayati serta ekosistem yang penting dan prioritas di Provinsi Bali
6.Kelengakapan pelayanan prasarana wilayah perencanaan baik listrik, telepon dan air bersih
7.Berkembangnya pariwisata berbasis pertanian sebagai potensi kegiatan ekonomi lokal
WEAKNESS1.Kawasan perencanaan termasuk dalam
kawasan rawan bencana longsor2.Adanya kerawanan terhadap gelombang
pasang serta kawasan rawan pantai abrasi3.Pada beberapa ruas jalan lokal dan lingkungan
di kawsan perencanan masih dalam kondisi buruk
4.Persebaran fasilitas pelayanan umum dan sosial belum merata
5.Minimnya penyediaan sarana dan prasarana wisata di kawasan perencanaan
6.Aksesibilitas yang terbatas untuk menuju wilayah perencanaa dari jalan nasional yang menyebabkan kurangnya perhatian untuk menuju kawasan pariwisata
7.Belum dikelolanya SDA pariwisata pertanian secara optimal sehingga belum mampu memberikan nilai tambah pada kawasan perencanaan
8.Atraksi wisata yang menjadi daya tarik wisata kurang menarik perhatian
OPORTUNITY1.Adanya penetapan dari UNESCO bahwa kawasan
perencanaan ditetapkan sebagai kawasan Warisan Budaya Dunia
2.Kawasan perencanaan merupakan kawasan strategis provinsi dari kepentingan pertanian (lumbung beras)
3.Peluang masuknya investasi dari luar membuka kesempatan bagi penerapan dan pemanfaatan teknologi tepat guna yang dapat bermanfaat bagi peningkatan SDM lokal
4.Rencana peningkatan jalan akan semakin memperlancar pergerakan terutama pergerakan eksternal-internal kawasan perencanaan
5.Ditetapkannya Jatiluwih sebagai kawasan Warisan Budaya Dunia dapat membuka peluang perluasan wilayah pemasaran potensi sektor perdagangan-jasa dan pariwisata
6.Peluang masuknya investor-investor untuk menanamkan modalnya di kawasan perencanaan akan dapat menjadi pemacu meningkatnya tingkat perekonomian di kawasan perencanaan
7.Masuknya investor berpeluang memunculkan sektor-sektor perekonomian baru yang dapat menciptakan variasi kegiatan ekonomi di kawasan perencanaan
S-O Pengelolaan kawasan-kawasan strategis
pertumbuhan dan pengendalian pemanfaatan ruang
Penyebaran pusat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan prasarana wilayah perencanaan
Penyebaran kegiatan wilayah perencanaan dan pemerataan distribusi penduduk
Mendukung pengembangan jalan untuk mengembangkan pertumbuhan dan perkembangan aktivitas wilayah perencanaan
W-O Pengembangan fisik kawasan wilayah
perencanaan ke arah kawasan yang potensial untuk dikembangkan
Penambahan fasilitas pelayanan untuk mendukung pelayanan umum dan sosial masyarakat
Pengelolalaan kawasan pertumbuhan pariwisata untuk mengembangkan pusat pertumbuhan baru
Pengelolaan kawasan pariwisata dengan memperhatikan konservasi lingkungan
Optimalisasi kegiatan peningkatan citra pariwisata kawasan dengan meningkatkan kegiatan promosi terhadap potensi-potensi wisata yang terdapat di Kawasan Jatiluwih
D.13. Analisis SWOT
Faktor internal
Faktor Eksternal
STRENGTH1.Kondisi topografi kawasan perencanaan yang
berupa daerah pertanian di daerah pegunungan dengan pemandangan alam yang indah merupakan daya tarik utama kawasan perencanaan
2.Sebagian besar wilayah perencanaan berada di daerah yang memiliki kelerengan >40% sehingga menjadi daya tarik bagi kawasan.
3.Jenis tanah di kawasan perencanaan berupa endapan dari serentetan gunung api sehingga cocok untuk kesuburan pertanian
4.Kawasan Jatiluwih memiliki sumber mata air dengan jumlah yang banyak
5.Kawasan ini memiliki nilai konservasi sumber daya alam hayati serta ekosistem yang penting dan prioritas di Provinsi Bali
6.Kelengakapan pelayanan prasarana wilayah perencanaan baik listrik, telepon dan air bersih
7.Berkembangnya pariwisata berbasis pertanian sebagai potensi kegiatan ekonomi lokal
WEAKNESS1.Kawasan perencanaan termasuk dalam
kawasan rawan bencana longsor2.Adanya kerawanan terhadap gelombang
pasang serta kawasan rawan pantai abrasi3.Pada beberapa ruas jalan lokal dan lingkungan
di kawsan perencanan masih dalam kondisi buruk
4.Persebaran fasilitas pelayanan umum dan sosial belum merata
5.Minimnya penyediaan sarana dan prasarana wisata di kawasan perencanaan
6.Aksesibilitas yang terbatas untuk menuju wilayah perencanaa dari jalan nasional yang menyebabkan kurangnya perhatian untuk menuju kawasan pariwisata
7.Belum dikelolanya SDA pariwisata pertanian secara optimal sehingga belum mampu memberikan nilai tambah pada kawasan perencanaan
8.Atraksi wisata yang menjadi daya tarik wisata kurang menarik perhatian
THREAT1.Ancaman terjadinya alih fungsi lahan akibat
perkembangan kawasan perencanaan yang terjadi akibat adanya efek pengembangan kawasan wisata
2.Investor luar yang masuk ke kawasan perencanaan yang akan berinvestasi disektor pariwisata pegunungan/perbukitan dapat mengancam keberadaan ekosistem dan keanekaragaman hayati di kawasan perencanaan
3.Meningkatnya investasi dari luar dapat mengancam pertumbuhan ekonomi lokal
4.Kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap upaya peningkatan kegiatan ekonomi lokal kegiatan pariwisata di wilayah perencanaan
5.Kurangnya lembaga pariwisata di wilayah perencanaan yang dapat mengakomodir kegiatan wisata
S-T Penyebaran kegiatan wilayah perencanaan
dan pemerataan distribusi penduduk Penambahan fasilitas pelayanan untuk
mendukung pelayanan umum dan sosial kepada masyarakat
Peningkatan wilayah pelayanan prasarana wilayah perencanaan dan konerja pelayanan
Stimulasi pusat-pusat pertumbuhan dan pusat kegiatan pariwisata
Pengawasan terhadap peetumbuhan penduduk di pusat wilayah perencanaan
Penyebaran pusat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
W-T Pengembangan fisik kawasan wilayah
perencanaan ke arah kawasan yang potensial untuk dikembangkan
Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan prasarana wilayah perencanaan
Mengembangkan segala poteni pariwisata dengan memperbanyak promosi
C.10. Analisis SWOT
Konsep Tujuan Pengembangan Kawasan
1. Mengembangkan perencanaan tata ruang, pemanfaatan rencana tata ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang yang berkoordinasi antar sektor, antar pemerintah daerah, swasta dan masyarakat yang salah satu perwujudannya melalui Rencana Tata Ruang Kawasan Warisan Budaya Jatiluwih.
2. Meningkatkan keterkaitan fungsi dan orientasi antar kawasan maupun intra kawasan melalui strategi pengembangan tata ruang kawasan yang di dukung sistem sarana dan prasarana yang terintegrasi dan saling mendukung.
3. Mengarahkan kebijaksanaan pembangunan dan pengembangan tata ruang kawasan sesuai daya dukung lingkungan kawasan.
4. Menata distribusi kegiatan sehingga Kawasan Warisan Budaya Jatiluwih dapat menjadi kawasan heritage Bali yang berwawasan lingkungan, tetap nyaman dalam mengakomodasi berbagai kegiatan dan mampu mempertahankan kebudayaan.
5. Mengembangkan partisipasi antara pemerintah pusat, propinsi, kabupaten/kota, masyarakat dan dunia usaha dalam proses penataan ruang
Misi
E.1. Visi dan Misi Pengembangan
Mewujudkan penataan ruang di Kawasan Warisan Budaya Jatiluwih untuk mendukung fungsi kawasan sebagai kawasan pertanian, permukiman tradisional dan pariwisata yang berbasis kerakyatan dan budaya setempat serta mampu mengakomodasi potensi pengembangan kawasan dengan tetap berpegang pada kelestarian lingkungan dan budaya berdasarkan Tri Hita Karana Menuju Desa Wisata Agro”
Visi
E.2. Konsepsi Pengembangan KawasanKonsepsi Struktur Tata Ruang Makro
PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) : 1. PPL Rejasa melayani Desa Rejasa,
Pesagi, dan Tegallinggah;2. PPL Sangketan melayani Desa
Sangkaten; 3. PPL Jegu melayani Desa Jegu, Buruan,
dan Pitra;4. PPL Rianggede melayani Desa
Rianggede; 5. PPL Penatahan melayani Desa
Penatahan, Tengkudak, dan Wongaya Gede;
6. PPL Biaung melayani Desa Biaung dan Tajen;
7. PPL Senganan melayani Desa Senganan dan Babahan; dan
8. PPL Jatiluwih melayani Desa Jatiluwih dan Mengesta.
1. Mempertahankan luas lahan sawah berkelanjutan sebagai ketahanan jati diri budaya agraris kawasan WBD Jatiluwih sekurang-kurangnya 90% (sembilan puluh persen) dari luas lahan yang ada
2. Upaya mempertahankan luas lahan sawah berkelanjutan didukung dengan penyediaan prasarana dan sarana minimum yang dibutuhkan, mencakup : tersedia jaringan irigasi dan jalan subak; tersedia aksesibilitas (jaringan jalan produksi dan moda angkutan) yang memadai ke kantong-kantong produksi; dan tersedia sarana dan prasarana penunjang agribisnis dan agroindustri pertanian tanaman pangan.
3. Tidak diperbolehkan melakukan alih fungsi lahan sawah yang telah ditetapkan sebagai lahan berkelanjutan.4. Pengembangan regulasi, sistem pembiayaan, insentif, disinsentif, dan pembebasan pajak (zero tax) untuk
perlindungan lahan sawah berkelanjutan sesuai peraturan perundangan;5. Pelestarian dan pemberdayaan subak sebagai warisan budaya dunia.6. Pengembangan pertanian organik untuk menghasilkan beras organik. Pengembangan padi organik tersebut
dikombinasikan dengan penggunaan varietas unggul padi lokal yang memang sudah biasa dibudidayakan dilokasi setempat.
7. Memberdayakan dan menguatkan kelembagaan subak dalam pengelolaan kegiatan on-farm (di lapangan), off-farm (pasca panen dan pengolahan hasil) dan pemasaran untuk meningkatkan nilai tambah sehingga tetap memelihara keajegan subak dan sistem sawahnya.
8. Menjaga ketersediaan air irigasi secara konsisten, baik dari segi jumlah, mutu dan kantinyuitas ketersediaanya.9. Membudidayakan/mengusahakan tanaman palawija atau tanaman hortikultura yang bernilai ekonomis tinggi
Mempertahankan kawasan budidaya pertanian lahan sawah sebagai kawasan hijau (landscape) dan kawasan penyangga (buffer).
10. Mewujudkan integrasi pertanian lahan sawah dengan pariwisata berbasis kerakyatan agar terjadi sinergis-komplementaris antara pertanian dan pariwisata.
E.3. Strategi Pengembangan Kawasan (1)Strategi Pengembangan Pertanian dan Irigasi
Strategi Pengembangan Kependudukan
Strategi Pengembangan Peternakan
Strategi pengembangan peternakan didasarkan atas potensi wilayah diarahkan pada :1. Ternak yang dipelihara dapat dipasarkan dengan cepat.2. Akses pasar dari ternak jelas.3. Peningkatan mutu dari ternak melalui sistem pemeliharaan yang baik dan benar.4. Peningkatan pengelolaan limbah ternak agar tidak mencemari lingkungan baik tanah, air maupun udara/ bau.
1. Pengembangan jumlah, distribusi dan kepadatan penduduk yang proporsional dengan daya dukung dan jenis kegiatan pada tiap zona yang telah ditetapkan.
2. Mempertahankan tingkat kepadatan penduduk eksisting yaitu pada tingkat kepadatan rendah terutama pada zona-zona konservasi dan kepadatan sedang pada zona lainnya. Hal ini untuk mengantisipasi kebutuhan lahan untuk kegiatan permukiman yang melebihi daya tampung kawasan.
3. Pengembangan kerjasama yang sinergis antara desa adat dengan desa dinas dalam pengelolaan administrasi kependudukan serta pengaturan yang proporsional bagi krama tamu pada kawasan desa adat yang bersangkutan.
E.3. Strategi Pengembangan Kawasan (2)
Strategi Pengembangan Perkebunan
Strategi pengembangan sektor perkebunan di Kawasan Jatiluwih diarahkan pada pemilihan jenis tanaman perkebunan yang cocok dengan kondisi lahan dan ketinggian tempat. Pemilihan jenis tanaman yang ditanam mempertimbangkan nilai ekonomi produk dengan pasar yang jelas sehingga tanaman perkebunan yang ditanam memberikan keuntungan bagi petani yang membudidayakannya.
E.3. Strategi Pengembangan Kawasan (3)
Strategi Pelestarian Budaya
1. Perlu pembuatan purana-purana desa pakraman.2. Melakukan pelestarian dan konservasi terhadap hasil-hasil budaya.3. Melakukan pengamanan terhadap karang kekeran dan peruntukkannya hanya sebagai
pendukung kegiatan keagamaan dan adat bagi kemudahan Umat Hindu melakukan kegiatan keagamaan.
4. Melakukan perbaikan dan memberikan ruang terbuka di sekitar tempat suci dan kawasan-kawasan suci, seperti : Pura Segara, Taman-Taman Beji yang berdekatan dengan permukiman penduduk, Pempatan Agung, Setra, campuhan (pertemuan sungai), telajakan, karang bengang (perbatasan antara desa yang satu dengan yang lainnya).
5. Penetapan radius kesucian pura berdasarkan Bhisama PHDI No. 11/Kep/I/PHDI/1994. 6. Perlindungan terhadap tempat-tempat suci baik yang bersifat Sad Kahyangan, Dang Kahyangan,
Kahyangan tiga maupun Swagina dari desakan fasilitas pariwisata.7. Perlu pengamanan dan pelestarian kesucian sungai dari kegiatan pembuangan sampah.8. Meningkatkan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya ruang publik dan ruang religius
bagi keharmonisan hidup.9. Penggunaan ruang tetap berdasarkan nilai-nilai budaya Bali, yang dijiwai oleh agama Hindu
Strategi Pariwisata
1. Pengembangan pariwisata tidak mengganggu Warisan Budaya Jatiluwih terutama lahan pertanian terasering beserta sistem subaknya.
2. Pemanfaatan potensi alam dan budaya Kawasan Warisan Budaya Jatiluwih untuk kegiatan pariwisata sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan.
3. Diversifikasi jenis usaha, produk, dan obyek wisata sesuai dengan perkembangan pariwisata dunia, yaitu pariwisata alternatif yang berwawasan lingkungan.
4. Mewujudkan intergrasi pertanian dengan pariwisata melalui pendekatan sinergis-komplementaris sehingga terbangun hubungan produsen-konsumen serta supply-demand, terjadi simbisosis mutualistik dan multiflier effect (pertumbuhan sektor pariwisata akan menarik sektor pertanian karena keterkaitan “supply-demand”).
5. Merangkul partisipasi petani dalam kegiatan kepariwisataan melalui program pengembangan desa wisata dan agrowisata.
6. Penerapan ciri khas arsitektur Bali pada setiap bangunan akomodasi dan fasilitas penunjang pariwisata.7. Penyediaan fasilitas parkir yang cukup bagi setiap bangunan akomodasi dan fasilitas penunjang pariwisata. 8. Mengembangkan komoditi tanaman unggulan lokal untuk memasok kepentingan dunia pariwisata.9. Mengembangkan foreward contract farming antara petani atau lembaga subak/kelompok tani sebagai produsen
dengan pasar pariwisata sebagai konsumen agar ada jaminan kepastian pasar bagi petani. Dalam foreward contract farming, konsumen (pasar pariwisata) memesan produk hasil pertanian yang diinginkan beberapa bulan sebelum digunakan dengan surat perjanjian kontrak, lalu petani atau kelompok tani memperoduksinya untuk dapat menghasilkan produk tersebut sesuai dengan jadwal hari yang dipesan dan spesifikasi yang sudah disetujui.
10. Meningkatkan pelayanan fasilitas wisata yang sudah ada disertai dengan pengembangan fasilitas wisata baru sesuai rencana tata ruang dengan tetap mempertimbangkan kelestarian Sistem Subak Kawasan Warisan Budaya Jatiluwih
E.3. Strategi Pengembangan Kawasan (4)
Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Permukiman
Pertumbuhan penduduk yang terjadi di Kawasan Jatiluwih menyebabkan kebutuhan akan perumahan juga meningkat. Strategi pengembangan perumahan di Kawasan Jatiluwih sebagai berikut :1. Pengembangan permukiman yang berawal dari lingkungan tradisional (desa adat), pengembangan
permukiman diarahkan untuk menunjang penegasan kembali pola-pola lingkungan tradisional melalui arahan terhadap renovasi bangunan yang telah ada ataupun penambahan bangunan dalam suatu perkarangan.
2. Penataan kembali lingkungan perumahan yang sudah ada terutama yang berada di jalur utama desa (pusat pengembangan kegiatan). Penataan dilakukan tanpa meninggalkan ciri khas desa dan adat istiadat yang ada di Kawasan Jatiluwih guna melestarikan budaya dan meningkatkan wisata budaya. Penataan lingkungan perumahan tersebut seperti pembuatan angkul-angkul, menyediakan telajakan dan penataan sempadan bangunan.
3. Pengembangan permukiman diarahkan dengan jalan mengefektifkan lahan-lahan non produktif yang nilai ekonomisnya rendah.
4. Pengembangan perumahan baru juga harus mencerminkan budaya/falsafah setempat dan melestarikan pola permukiman tradisional serta peninggalan budaya yang ada.
5. Khusus bagi pengembangan homestay dimana sangat erat kaitannya dengan pariwisata yang berbasis kerakyatan akan lebih memberikan kontribusi positif bagi masyarakat yang berusaha untuk meningkatkan kemampuan tentang pengelolaan obyek wisata, melatih diri bekerjasama sehingga kawasan yang dipakai sebagai obyek. Pemeliharaannya atas kesadaran yang berawal dari masyarakat desa sendiri
E.3. Strategi Pengembangan Kawasan (5)
Strategi Pengembangan Perdagangan
1. Meningkatkan pertumbuhan komoditas yang diperdagangkan baik kuantitas maupun kualitas.2. Memperluas potensi komoditas yang dapat diperdagangkan melalui identifikasi keunggulan produk wilayah.3. Meningkatkan peran golongan ekonomi lemah.4. Mengembangkan dan memperluas industri rumah tangga dan produk industri kecil yang menunjang
pariwisata.5. Memperluas dan memelihara infrastruktur ke sentra industri dan pasar.6. Menjamin pemasaran produk industri rumah tangga.7. Mendorong terciptnya peningkatan dan pengembangan kualitas produk.8. Pengembangan koperasi untuk menjamin terciptanya iklim yang kondusif bagi tumbuh kembangnya koperasi.
Strategi Pengembangan Industri
Strategi pengembangan sektor industri diarahkan pada jenis-jenis industri kecil dan rumah tangga yang mempunyai kontribusi di sektor ekonomi masyarakat dimana memiliki ciri khusus, berasal dari pengembangan potensi wilayah yang mempunyai kaitan dengan sektor pertanian, wisata, perkebunan, peternakan dan lainnya yang kesemuanya mempunyai prinsip pada keseimbangan lingkungan
E.3. Strategi Pengembangan Kawasan (6)
Strategi Pengembangan Fasilitas Pelayanan Umum dan Sosial
1. Penetapan alokasi fasilitas umum dan sosial dengan tingkat aksesibilitas yang tinggi bagi penduduk sebagai pengguna fasilitas.
2. Penyediaan fasilitas umum dan sosial disesuaikan dengan jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk yang ada.
3. Pembangunan fasilitas umum dan sosial agar memiliki karakteristik bangunan yang menyatu dengan alam dan budaya di Kawasan Jatiluwih dengan menampilkan ciri bentuk dan gaya bangunan desa setempat
Strategi Pengembangan Transportasi
Sistem transportasi yang baik sangat menentukan dalam pengembangan suatu daerah/ wilayah. Strategi pengembangan transportasi di Kawasan Jatiluwih adalah sebagai berikut :1. Peningkatan aksesibilitas Kawasan Jatiluwih dengan peningkatan kualitas geometric dan kualitas
permukaan jalan.2. Membangkitkan pelayanan angkutan umum.
E.3. Strategi Pengembangan Kawasan (7)
Air Bersih1. Penyediaan air bersih diarahkan dengan mengadakan system perpipaan terutama pada kawasan
perumahan yang berada di tepi jalan utama dan daerah wisata serta kawasan pura.2. Pengadaan pelayanan kran umum bagi penduduk yang belum terlayani sambungan rumah tangga
dan di tempat-tempat umum
Strategi Pengembangan Utilitas
E.2. Strategi Pengembangan Kawasan (8)
Persampahan1. Pengelolaan persampahan diarahkan pada pengelolaan setempat, dilakukan oleh penduduk sendiri.2. Pengelolaan sampah sebaiknya dilakukan di halaman belakang rumah atau masih dalam lingkungan
rumah penduduk masing-masing.3. Pengelolaan sampah dilakukan dengan memperhatikan keseimbangan/ kelestarian lingkungan.
Drainase1. Meningkatkan sistem pelayanan drainase terutama pada kawasan perumahan di tepi jalan utama, di
pusat-pusat fasilitas pelayanan umum dan pada daerah rawan longsor/ banjir.2. Memanfaatkan sungai/ pangkung sebagai tempat pembuangan air hujan.
Air Limbah1. Meningkatkan sistem pengelolaan limbah setempat.
Telekomunikasi1. Peningkatan dan perluasan pelayanan telekomunikasi baik secara internal maupun eksternal desa.
Konsep Pengembangan
E.4. Konsep Pembagian Sub BWP
Pembagian BWP dalam bentuk atau ukuran, fungsi serta karakter kegiatan manusia dan alam, yang dituangkan
dalam Sub BWP (SBWP) peruntukan lahan sehingga mudah dalam alokasi investasi,
pengendalian & pengawasan.
1
23
45
6
8
7
9
10
SBWP 1 berada di sebagian wilayah Desa Jatiluwih dan sebagian Desa Wongaya Gede. SBWP 1 memiliki luas sebesar 2980,3 Ha
SBWP 2 berada di Desa jatiluwih bagian selatan yang mencangkup Br. Jatiluwih Kawan, Br. Kesambahan Kaja, Br Kesambahan Kelod dan Br. Kesambi. Luas SBWP 2 seluas 286,3 Ha
SBWP 3 berada di Desa Jatiluwih bagian tenggara yang mencangkup Br. Jatiluwih Kangin, Br. Gunungsari desa dan Br. Gunungsariumakayu. Luas sebesar 265,2 Ha.
SBWP 4 berada di Desa Wongaya Gede sebelah tenggara yang mencangkup Br. Wongaya Kangin, Br. Wongaya Kaja, Br. Wongaya Bendul dan Br. Wongaya Kelod. Luas wilayah 228,4 Ha
SBWP 5 berada di Desa Wongaya Gede sebelah selatan yang mencangkup Br. Wongaya Kangin, Br. Keloncing. Br. Bengkel. Br. Batukambing, Br. Amplas dan Br. Sandan. Luas sebesar 440,9 Ha
1
2
3
4
5
SBWP 7 berada di desa Tengkudak yang mencangkup seluruh wilayah Desa Tengkudak seluas 490.2 Ha
SBWP 8 berada di desa Mengesta yang mencangkup seluruh wilayah Desa Mengesta seluas 940.1 Ha
SBWP 9 berada di Desa Penatahan yang mencangkup seluruh wilayah Desa Penatahan seluas 685.3 Ha
SBWP 10 berada di Desa Tegallinggah, Rejasa dan Pesagi yang mencangkup seluruh wilayah desa desa tersebut seluas 1207.3 Ha
SBWP 6 berada di Desa Sangketan yang mencangkup seluruh wilayah di Desa Sangketan. Luas wilayah sebesar 914
1
23
45
6
8
7
9
10
7
8
9
10
6
SBWP 1 berada pada sebagian wilayah Desa Jatiluwih dan sebagian Desa Wongaya Gede. Analisis peruntukan lahan pada SBWP 1 berupa fungsi lindung yang terdiri dari kawasan cagar alam Hutan Batukaru, areal hutan rakyat dan perkebunan/holtikultura. Selain itu, prioritas pengembangan penunjang kegiatan keagamaan di Pura Batukaru
SBWP 1
Rencana pengembangan difokuskan pada peningkatan fungsi fasilitas permukiman dan pariwisata seperti pembangunan parkir dan stop over
Arahan pengembangan kepada pertanian berkelanjutan yang bertujuan untuk mempertahankan eksisitensi subak
Pelestarian Desa Tradisional di Br. Gunungsari
SBWP 2 berada di Desa Jatiluwih bagian tenggara yang mencangkup Br. Jatiluwih Kangin, Br. Gunungsari desa dan Br. Gunungsariumakayu. Analisis peruntukan lahan pada SBWP 3 berupa fungsi pertanian lahan basah, kawasan permukiman
SBWP 3 berada di Desa jatiluwih bagian selatan yang mencangkup Br. Jatiluwih Kawan, Br. Kesambahan Kaja, Br Kesambahan Kelod dan Br. Kesambi. Analisis peruntukan lahan pada SBWP 3 berupa fungsi pertanian lahan basah, kawasan permukiman dan perkebunan
Rencana peningkatan fungsi jaringan jalan yang merupakan pintu masuk desa Jatiluwih
Rencana pengembangan difokuskan pada peningkatan fungsi fasilitas permukiman dan pariwisata
Arahan pengembangan kepada pertanian berkelanjutan
Rencana pengembangan difokuskan pada peningkatan fungsi fasilitas permukiman
Arahan pengembangan kepada pertanian berkelanjutan yang bertujuan untuk mempertahankan eksisitensi subak
SBWP 4 berada di Desa Wongaya Gede sebelah tenggara yang mencangkup Br. Wongaya Kangin, Br. Wongaya Kaja, Br. Wongaya Bendul dan Br. Wongaya Kelod. Analisis peruntukan lahan pada SBWP 4 berupa fungsi pertanian lahan basah, perkebunan dan kawasan permukiman
Rencana pengembangan difokuskan pada peningkatan fungsi fasilitas permukiman
Arahan pengembangan kepada pertanian berkelanjutan yang bertujuan untuk mempertahankan eksisitensi subak
SBWP 5 berada di Desa Wongaya Gede sebelah selatan yang mencangkup Br. Wongaya Kangin, Br. Keloncing. Br. Bengkel. Br. Batukambing, Br. Amplas dan Br. Sandan. Analisis peruntukan lahan pada SBWP 5 berupa fungsi pertanian lahan basah, perkebunan dan kawasan permukiman
SBWP 6 berada di Desa Sangketan yang mencangkup seluruh wilayah di Desa Sangketan. Analisis peruntukan lahan pada SBWP 6 berupa fungsi pertanian lahan basah, perkebunan, kawasan permukiman dan kawasan lindung berupa radius kesucian pura Tamba Waras
SBWP 7 berada di Desa Tengkudak yang mencangkup seluruh wilayah di Desa Tengkudak. Analisis peruntukan lahan pada SBWP 7 berupa fungsi pertanian lahan basah, perkebunan, kawasan permukiman
SBWP 8 berada di Desa Mangesta yang mencangkup seluruh wilayah di Desa Mangesta. Analisis peruntukan lahan pada SBWP 8 berupa fungsi pertanian lahan basah, perkebunan, kawasan permukiman.
Adanya pengembangan jalur trakking dan cycling di SBWP 8. selain itu, pengembangan kegiatan yang adventure seperti ATV
Prioritas pengembangan difokuskan Pura Batu Panes. Di sekitar pura ini ditemukan banyak sumber mata air panas
SBWP 9 berada di Desa Penatahan yang mencangkup seluruh wilayah di Desa Penatahan. Analisis peruntukan lahan pada SBWP 9 berupa fungsi pertanian lahan basah, perkebunan, kawasan permukiman. Pada wilayah SBWP 9 akan diarahkan sebagai pusat pusat pelayanan wilayah, walaupun pengembangan wilayah bersifat terbatas.
SBWP 10 berada di Desa Tegallinggah, Pesagi dan Rejasa yang mencangkup seluruh wilayah di 3 desa tersebut. Penggabungan 3 Desa menjadi satu SBWP didasarkan pada analisis fungsi Analisis peruntukan lahan pada SBWP 10 berupa fungsi pertanian lahan basah, perkebunan, kawasan permukiman.
MATUR SUKSMA